• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Sistem Penyimpanan Obat di Gudang Farmasi Rumah Sakit Mulya Tangerang Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Sistem Penyimpanan Obat di Gudang Farmasi Rumah Sakit Mulya Tangerang Tahun 2014"

Copied!
213
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

RETNO PALUPININGTYAS NIM. 1110101000084

PEMINATAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)

MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN Skripsi, Juli 2014

Retno Palupiningtyas, NIM : 1110101000084

Analisis Sistem Penyimpanan Obat di Gudang Farmasi Rumah Sakit Mulya Tangerang Tahun 2014

xix + 149 halaman + 7 tabel + 4 bagan + 10 lampiran ABSTRAK

Pelayanan farmasi merupakan pelayanan penunjang sekaligus revenue center utama bagi Rumah Sakit. Instalasi Farmasi khususnya Gudang Farmasi bertanggung jawab untuk menjaga persediaan obat-obatan agar terhindar dari kerusakan dan kadaluarsa serta menjaga mutu obat-obatan yang disimpan di gudang farmasi. Ditemukannya obat kadaluarsa dan rusak di gudang farmasi RS Mulya merupakan salah satu indikasi adanya masalah dalam penyimpanan obat yang dilakukan di gudang farmasi RS Mulya. Untuk itu perlu dilakukan anilisis mengenai sistem penyimpanan obat yang dilakukan di gudang farmasi RS Mulya.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data skunder. Data primer diperoleh dari observasi langsung, wawancara mendalam dan telaah dokumen. Informan penelitian ini terdiri dari Kepala Instalasi Farmasi, Petugas Gudang Farmasi dan Petugas Keuangan Rumah Sakit Mulya Tangerang.

Sistem penyimpanan obat yang dilakukan di Gudang Farmasi RS Mulya masih belum cukup efektif. Hal ini dikarenakan masih ada beberapa komponen 1) input (SDM, anggaran, sarana/prasarana), 2) proses (penerimaan obat, pengaturan penyimpanan obat, pengeluaran obat, stock opname obat) dan 3) kriteria efisiensi sistem penyimpanan/output (kesesuaian jumlah stok obat, persentase obat kadaluarsa/rusak, death stock & kesesuaian sistem pengeluaran obat) yang belum sesuai dengan pedoman Dirjend Bina Farmasi dan Alat Kesehatan tahun 2010.

Diharapkan manajemen RS lebih memperhatikan sistem penyimpanan obat (mulai dari input, proses hingga output) di gudang farmasi. Meskipun kegiatan penyimpanan obat tidak terhubung langsung dengan pelayanan kepada konsumen rumah sakit namun jika kegiatan penyimpanan obat di gudang farmasi diabaikan akan memberikan kerugian yang besar bagi rumah sakit.

(4)

Thesis, July 2014

Retno Palupiningtyas, NIM: 1110101000085

Drugs Storage System Analysis In Pharmaceutical Warehouse Of Mulya Tangerang Hospital 2014

xix + 149 Pages + 7 Table + 4 Frame + 10 Appendix

ABSTRAK

Pharmaceutical service is a revenue center for hospital. Pharmacy, specifically pharmaceutical warehouse responsible to keep drugs always available, avoid stock form expired and maintain its quality. When an expired and rotten drugs found in Pharmaceutical Warehouse of Mulya Tangerang Hospital, it is one of many indications that shows a problem in drugs management method which has been used by hospital. This problem needs to be analysed, especially the hospital drugs management method.

This is a qualitative and descriptive research, using primary and secondary data. Primary data obtained from observation, in-depth interview and document review. Informants in this reaserch consists of Head of Pharmaceutical Installation, Pharmaceutical Warehouse Officer and Finance Employee of Mulya Hospital.

The result is found that Mulya hospital drugs storage system is still ineffective. It is because there are some terms based on Dirjend Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan 2010 that aren’t followed yet, which is 1) Input (human resources, budget and facility), 2) Process (drugs supply, drugs storage, drugs distribution and drugs stock opname) and 3) Efficiency of drugs storage system criteria (compitability total of drugs, expired/rotten drugs percaentage, death stock and compatibility of drugs output system).

In near future, the hospital management is expected to put more attention in their drugs storage system (from input, process to output) in pharmaceutical warehouse. Eventhough drug storage is not directly impact costumer, it will cost much loss to the hospital if the system is not well managed.

(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Retno Palupiningtyas

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat / Tanggal Lahir : Jakarta, 10 April 1992

mat : Taman Pinang Indah Blok O No. 2

Cipondoh – Tangerang 15145

Agama : Islam

No. Telp : 085691271110

E-mail : ennopalupiningtyass@hotmail.com

2010 - sekarang : Manajemen Pelayanan Kesehatan (MPK), Kesehatan

Masyarakat Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

2007 - 2010 : SMA Negeri 2 Tangerang 2004 - 2007 : SMP Negeri 4 Tangerang 1998 - 2004 : SD Negeri Cipondoh 08 1996 - 1998 : TK Bina Putra Cipondoh

2008 – 2009 : Ketua Media Komunikasi Siswa SMA Negeri 2 Tangerang 2011 - 2012 : Ketua Divisi Kesenian dan Olahraga,

Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2013 - sekarang : Public Relation, Health Care Management Student Association (HACAMSA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Riwayat Pendidikan

(8)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Segala puji bagi Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyanyang atas rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Sistem penyimpanan Obat di Gudang Farmasi Rumah Sakit Mulya Tangerang Tahun 2014”. Shalawat dan salam tidak lupa penulis sampaikan pada baginda Rasulullah Muhammad SAW yang membawa umatnya ke jalan yang diridhoi oleh Allah SWT.

Dalam proses penyusunan Skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bantuan, petunjuk, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah sepatutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua penulis, Bapak Hariyanto (my number one super hero in the world) dan Ibu Wiwit Sugiarti (my super Mom) juga Bimo (hello my little brother) atas doa yang luar biasa, dukungan dan semangat yang luar biasa yang diberikan kepada penulis.

2. Ibu Febrianti, M.Si sebagai Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat. 3. Ibu Riastuti Kusuma Wardani, MKM selaku penanggung jawab peminatan

Manajemen Pelayanan Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat 4. Bapak dr. Yuli Praranca Satar, MARS dan Ibu Fase Badriah Ph.D selaku

Pembimbing yang selalu memberikan arahan dan bimbingannya dengan sangat baik.

5. Kepala Instalasi Farmasi RS Mulya, Ibu Verawati. M. Sumarsin, S.Si, Apt. dan Ibu Susi, SKM yang membantu dalam perizinan dan semua informasi yang dibutuhkan selama penelitian.

(9)

7. Manda, Dewi, Nunu, Alans, Arie, Pepeng juga Pepeb yang selau dengerin keluh kesah, ngasih masukan, semangat dan ngga berhenti ngehibur disaat terpuruk apapun. HahaiLove you guys !

8. Permana Eka Satria, thanks buat dukungan, semangat dan doanya. Ini loh hasil jungkir balik selama ini. Finally.. wisuda bareng yeaay wuhuuu ! 9. Untuk temen-temen Manajemen Pelayanan Kesehatan (MPK) 2010 :

Bayti, Nia, Fika, Eliza, Bila, Nina, Anin, Mawar, Fitri, Ilma, Ucup, Anggah, Uyung, Tata, Mas Furin dan Endah buat hari-hari yang ngga pernah ada matinya, buat suasana kelas yang ngangenin. Makasih buat kerjasama, doa dan motivasinya selama ini.

10.Seluruh teman-teman Kesehatan Masyarakat angkatan 2010 yang lainnya. Kalian menyenangkan gais, senang menjadi bagian dari kalian.

Dan untuk pihak-pihak lain yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu, penulis mengucapkan terimakasih. Dengan mengirimkan doa kepada Allah SWT penulis berharap semua kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Amin. Terakhir, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca serta mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Tangerang, Juli 2014

(10)

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... v

LEMBAR PENGESAHAN ... vi

RIWAYAT HIDUP PENULIS ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR BAGAN ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

DAFTAR SINGKATAN ... xix

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Pertanyaan Penelitian ... 5

1.4 Tujuan Penelitian ... 6

(11)

1.5.1 Manfaat Bagi Peneliti... 6

1.5.2 Manfaat Bagi RS Mulya ... 7

1.5.3 Manfaat Bagi Institusi Pendidikan ... 7

1.6 Ruang Lingkup ... 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Manajemen Logistik ... 8

2.1.1 Tujuan Manajemen Logistik ... 9

2.1.2 Fungsi Manajemen Logistik... 9

2.1.3 Jenis Logistik Rumah Sakit ... 13

2.2 Penyimpanan Obat ... 13

2.2.1 Tujuan Penyimpanan Obat ... 13

2.2.2 Unsur Pengelola dan Sarana Manajemen Penyimpanan Obat ... 15

2.2.3 Kegiatan Penyimpanan Obat ... 21

2.2.4 Prosedur Penyimpanan Obat ... 24

2.2.5 Indikator Mutu Penyimpanan Obat ... 35

2.3 Gudang Obat ... 37

(12)

2.4 Rumah Sakit ... 42

2.4.1 Pelaksana Penyimpanan Obat di Rumah Sakit ... 42

2.5 Kerangka Teori ... 43

BAB III. KERANGKA BERPIKIR DAN DEFINISI ISTILAH ... 44

3.1 Kerangka Berpikir ... 44

3.2 Definisi Istilah ... 47

BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN ... 53

4.1 Desain Penelitian ... 53

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 53

4.3 Informan Penelitian ... 54

4.4 Instrumen Penelitian ... 55

4.5 Sumber Data ... 55

4.6 Pengumpulan Data ... 56

4.7 Triangulasi Data ... 58

4.8 Pengolahan Data ... 59

4.9 Analisis Data ... 60

4.10 Penyajian Data ... 61

BAB V. HASIL PENELITIAN ... 62

(13)

5.1.3 Pelayanan Rumah Sakit Mulya ... 64

5.2 Penyimpanan Obat di Rumah Sakit Mulya ... 65

5.3 Input Penyimpanan Obat ... 67

5.3.1 Sumber Daya Manusia/Personil ... 67

5.3.2 Anggaran ... 74

5.3.3 Prosedur Penyimpanan Obat ... 75

5.3.4 Dokumen Penyimpanan Obat ... 76

5.3.5 Sarana dan Prasarana Penyimpanan Obat ... 85

5.4 Proses Penyimpanan Obat ... 88

5.4.1 Penerimaan Obat ... 88

5.4.2 Pengaturan Tata Letak Ruang dan Pengaturan Penyimpanan Obat ... 92

5.4.3 Pengeluaran Obat ... 95

5.4.4 Stock Opname ... 98

5.4.5 Pelaporan Dokumen Penyimpanan ... 101

5.5 Kesesuaian Jumlah Stock Obat ... 103

5.6 Obat Kadaluarsa dan Rusak di Gudang Farmasi ... 105

5.7 Stock Mati di Gudang Farmasi ... 106

(14)

6.2 Penyimpanan Obat di Gudang Farmasi RS Mulya ... 110

6.3 Input Penyimpanan Obat ... 111

6.3.1 Sumber Daya Manusia/Personil ... 112

6.3.2 Anggaran ... 116

6.3.3 Prosedur Penyimpanan Obat ... 117

6.3.4 Dokumen Penyimpanan Obat ... 119

6.3.5 Sarana dan Prasarana Penyimpanan Obat ... 121

6.4 Proses Penyimpanan Obat ... 126

6.4.1 Penerimaan Obat ... 126

6.4.2 Pengaturan Tata Letak Ruang dan Pengaturan Penyimpanan Obat... 128

6.4.3 Pengeluaran Obat... 133

6.4.4 Stock Opname ... 135

6.4.5 Pelaporan Dokumen Penyimpanan ... 136

6.5 Kesesuaian Jumlah Stock Obat ... 139

6.6 Obat Kadaluarsa dan Rusak di Gudang Farmasi ... 140

6.7 Stock Mati di Gudang Farmasi ... 141

(15)

7.2 Saran ... 147

7.2.1 Bagi Petugas Gudang ... 147

7.2.2 Bagi Manajemen Rumah Sakit ... 148

7.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya ... 149

(16)

Tabel 3.1 Definisi Istilah Variabel Input ... 47

Tabel 3.2 Definisi Istilah Variabel Proses ... 50

Tabel 3.1 Definisi Istilah Variabel Output ... 52

Tabel 4.1 Triangulasi Data ... 60

Tabel 5.1 SDM di Gudang Farmasi di RS Mulya ... 68

Tabel 5.2 Pelaporan Dokumen Penyimpanan ... 102

(17)

Bagan 2.1 Fungsi Logistik ... 10

Bagan 2.2 Kerangka Teori ... 43

Bagan 3.1 Kerangka Berpikir ... 46

(18)

Lampiran 2 Lembar Observasi

Lampiran 3 Matriks Wawancara

Lampiran 4 Matriks Triangulasi Data

Lampiran 5 Daftar Obat Rusak dan Kadaluarsa

Lampiran 6 Daftar Jenis Obat Fast Moving dan Kesesuaian Jumlahnya

Lampiran 7 Daftar Jenis Obat Death Stock

Lampiran 8 Foto-Foto

(19)

Depkes : Departemen Kesehatan

Dirjend : Direktorat Jendral

ED : Expired Date

FEFO : First Expired First Out

FIFO : First In First Out

KARS : Komite Akreditasi Rumah Sakit

Kemenkes : Kementerian Kesehatan

Permenkes : Peraturan Menteri Kesehatan

RI : Republik Indonesia

RS : Rumah Sakit

SMA : Sekolah Menengah Atas

SMF : Sekolah Menengah Farmasi

S1 : Strata 1

SDM : Sumber Daya Manusia

SOP : Standard Operational Procedure

UU : Undang-undang

(20)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan diharapkan dapat memberikan pelayanan yang cepat, lengkap dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat dengan memenuhi prinsip kemanusiaan dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui pemberian pelayanan kesehatan yang bermutu (Septi, 2008). Sikap kritis dan selektif masyarakat serta tuntutan akan pelayanan kesehatan yang lebih baik dan bermutu menjadi tantangan yang harus dihadapi oleh rumah sakit di Indonesia saat ini.

William Krowinski dan Steven Steiber dalam Rismayanti (2009) menyebutkan bahwa kepuasan pasien merupakan evaluasi yang positif tentang dimensi pelayanan yang spesifik yang didasari pada harapan pasien dan mutu pelayanan yang diberikan oleh penyedia layanan kesehatan (provider). Sehingga untuk memenuhi hal tersebut rumah sakit harus mampu meningkatkan efisiensi dan efektivitas di semua bidang pelayanan, salah satunya adalah pelayanan farmasi.

(21)

Pelayanan farmasi merupakan pelayanan penunjang sekaligus menjadi revenue center utama bagi rumah sakit karena hampir 90% pelayanan kesehatan di rumah sakit menggunakan perbekalan farmasi (obat-obatan, bahan kimia, bahan radiologi, bahan alat kesehatan, alat kedokteran dan gas medik) dan 50% dari seluruh pemasukan rumah sakit berasal dari pengelolaan perbekalan farmasi (Suciati dkk., 2006).

Penelitian yang dilakukan oleh Lukmana (2006) yang dilakukan di beberapa rumah sakit di Jabodetabek menunjukkan bahwa sistem penyimpanan barang-barang logistik farmasi terutama obat masih ada yang belum sesuai dengan ketentuan yang dibuat oleh Dirjen Bina Farmasi dan Alat Kesehatan, seperti misalnya cara penyimpanan FIFO/FEFO yang tidak diterapkan, pengaturan suhu dan kelembaban udara di gudang penyimpanan yang tidak diperhatikan, pemisahan jenis obat dan peralatan yang perlu disediakan di gudang penyimpanan juga masih diabaikan. Ini terlihat dari banyaknya obat-obat kadaluarsa yang belum dipisah penempatannya dengan obat-obat-obat-obat yang masih baru, obat yang memerlukan penyimpanan di suhu dingin tidak disimpan di dalam tempat yang semestinya serta sarana dan prasarana penyimpanan yang belum memadai.

(22)

ditetapkan oleh rumah sakit, tidak dilaksanakan dengan baik oleh petugas (Prihatiningsih, 2012).

Penyimpanan yang kurang baik seperti yang diungkapkan diatas tentunya dapat membawa kerugian yang cukup besar bagi rumah sakit. Karena hampir 40-50% pengeluaran rumah sakit ditujukan untuk kebutuhan logistik terutama obat-obatan dan alat kesehatan (Nabila, 2012). Artinya, jika terjadi kesalahan dalam pengelolaan dan penyimpanan obat di rumah sakit, maka rumah sakit tersebut akan mengalami kerugian. Untuk itu, sangat diperlukan pengelolaan obat yang baik dan efisien untuk mencegah terjadinya kerugian akibat kesalahan di penyimpanan obat. Komite Akreditasi Rumah Sakit dalam Standar Akreditasi Rumah Sakit Tahun 2010 juga menyebutkan bahwa obat-obatan yang ada di rumah sakit harus disimpan dengan baik dan aman. Ini dilakukan untuk menjamin efisiensi penyimpanan obat dan termasuk kedalam salah satu kriteria dalam penilaian akreditasi RS.

Rumah Sakit Mulya merupakan salah satu rumah sakit swasta yang memiliki visi menjadi Rumah Sakit pilihan keluarga di Kota Tangerang yang dikenal selalu mengutamakan prinsip dasar CARE (Cepat, Andal, Ramah dan Empati). Rumah Sakit Mulya didukung oleh unit Instalasi Farmasi yang bertanggung jawab dalam mengelola dan menyelenggarakan kegiatan yang mendukung ketersediaan obat dan alat kesehatan di RS Mulya. Unit instalasi farmasi bertanggung jawab melaksanakan fungsi-fungsi logistik obat dan alat kesehatan, mulai dari perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian dan penghapusan obat dan alat kesehatan.

(23)

Rumah Sakit Mulya bersifat hanya sementara, sebelum obat-obatan di distribusikan ke unit-unit lain di rumah sakit tersebut yang membutuhkan. Di gudang farmasi Rumah Sakit Mulya obat-obatan disimpan pada rak-rak obat yang belum dilengkapi dengan label nama dan kartu stok obat, bahkan tidak jarang obat yang baru datang dari suplier dibiarkan berada di dalam kardus dan menumpuk dilantai tanpa diberi alas pada lantai/ pallet. Saat obat-obatan datang dari supplier, petugas gudang meletakkan obat tersebut ditempat yang dikehendaki oleh petugas gudang saja dan ini menyebabkan setiap obat akan selalu berpindah tempat penyimpanan dan jika petugas lupa tempat menyimpan obat, pencarian obat akan menjadi lebih lama.

Sebagai rumah sakit yang memiliki misi memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas prima dan aman dengan berlandaskan prinsip dasar CARE (Cepat, Andal, Ramah dan Empati) untuk mencapai kepuasan pasien dan keluarganya, rumah sakit Mulya harus mampu menjaga kualitas pelayanannya, termasuk kualitas pelayanan farmasi. Penelitian ini diharapkan bisa membantu dalam meningkatkan kualitas pelayanan farmasi khususnya dalam kegiatan penyimpanan obat di rumah sakit Mulya.

1.2. Rumusan Masalah

(24)

dikarenakan minimnya tempat penyimpanan dan kondisi tempat penyimpanan yang sedikit kurang memadai. Kerusakan obat yang dialami tersebut tentunya membawa kerugian bagi rumah sakit. Tidak hanya kerugian dari sisi ekonomi namun ini juga dapat menghambat kegiatan pelayanan farmasi di rumah sakit tersebut.

Penyimpanan perbekalan farmasi (obat-obatan dan alat kesehatan) memiliki peranan yang sangat penting dalam suatu siklus manajemen logistik obat. Penyimpanan obat yang baik dapat membantu dalam menghindari kekosongan obat (out of stock). Selain itu juga membantu dalam menghemat biaya serta mengantisipasi fluktuasi kenaikan harga obat dan untuk mempercepat pendistribusian obat. Jika terjadi kesalahan dalam pengelolaan logistik obat di instalasi farmasi akan menyebabkan kerugian bagi rumah sakit. Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai Analisis Sistem Penyimpanan Obat Di Gudang Farmasi Rumah Sakit Mulya Tangerang Tahun 2014.

1.3. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana input (sumber daya manusia, anggaran, prosedur, serta sarana dan prasarana) dari sistem penyimpanan di Rumah Sakit Mulya Tangerang Tahun 2014 ?

2. Bagaimana proses (penerimaan obat, penyusunan obat, pengeluaran obat, stock opname obat, serta pelaporan) dari sistem penyimpanan di Rumah Sakit Mulya Tangerang Tahun 2014 ?

(25)

1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum

Mengetahui sistem penyimpanan obat di Gudang Farmasi Rumah Sakit Mulya Tangerang pada tahun 2014.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui input (sumber daya manusia, anggaran, prosedur, serta sarana dan prasarana) dari sistem penyimpanan di Rumah Sakit Mulya Tangerang Tahun 2014

2. Mengetahui proses (penerimaan obat, penyusunan obat, pengeluaran obat, stock opname obat, serta pelaporan) dari sistem penyimpanan di Rumah Sakit Mulya Tangerang tahun 2014.

3. Mengetahui output (obat tersimpan di gudang farmasi dengan efisien) dari sistem penyimpanan di Rumah Sakit Mulya Tangerang Tahun 2014.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Bagi Peneliti

Dapat memperoleh pengetahuan, wawasan, pengalaman, serta keterampilan dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang terjadi pada penyimpanan obat di rumah sakit.

1.5.2 Manfaat Bagi Rumah Sakit Mulya

(26)

penyimpanan obat di gudang farmasi Rumah Sakit Mulya agar pengelolaan logistik farmasi menjadi lebih efektif, sehingga meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit.

1.5.3 Manfaat Bagi Institusi Pendidikan

a. Dapat dijadikan sebagai referensi terkait manajemen penyimpanan obat di rumah sakit.

b. Dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya terkait manajemen penyimpanan obat di rumah sakit.

1.6. Ruang Lingkup Penelitian

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Manajemen Logistik

Manajemen merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang di inginkan (Hasibuan,2001). Menurut Terry dalam Seto (2004) manajemen adalah suatu proses kegiatan yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan dengan memadukan penggunaan ilmu dan seni untuk mencapai tujuan organisasi. Konsep ini dikenal dengan POAC yaitu Plainning (perencanaan), Organizing (pengorganisasian), Actuating (pengarahan) dan Controling.

Logistik berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu logistikos yang artinya pandai memperkirakan. Logistik merupakan suatu ilmu pengetahuan dan seni serta proses mengenai perencanaan dan penentuan kebutuhan pengadaan, penyimpanan, penyaluran serta penghapusan material atau alat-alat (Aditama, 2007). Manajemen logistik adalah bagian dari instansi yang tugasnya adalah menyediakan bahan atau barang yang dibutuhkan untuk kegiatan operasional instansi tersebut dalam jumlah, kualitas, dan pada waktu yang tepat (sesuai kebutuhan) dengan harga serendah mungkin. Kegiatan logistik secara umum mempunyai tiga tujuan yaitu tujuan operasional, tujuan keuangan dan tujuan keamanan.

2.1.1 Tujuan Manajemen Logistik

(28)

Penyelenggaraan logistik memberikan kegunaan (utility) waktu dan tempat (Bowersox, 1996). Menurut Aditama (2007), ada 3 tujuan logistik dalam sebuah organisasi/institusi yaitu :

a. Tujuan operasional adalah tersedianya barang material dalam jumlah yang tepat dan kualitas yang baik pada saat dibutuhkan. b. Tujuan keuangan yaitu tercapainya tujuan operasional dengan biaya

yang rendah

c. Tujuan keutuhan adalah tercapainya persediaan yang tidak terganggu oleh kerusakan, pemborosan, penggunaan tanpa hak, pencurian dan penyusutan yang tidak wajar lainnya, serta nilai persediaan yang tercermin dalam sistem akuntansi.

2.1.2 Fungsi Manajemen Logistik

(29)

Bagan 2.1 Fungsi Logistik

Sumber : H. Subgya (1995)

Dalam siklus fungsi logistik diatas, setiap fungsi memiliki kaitan yang erat satu sama lain. Setiap fungsi yang ada menentukan keberlangsungan dan kelancaran dari fungsi-fungsi lainnya. Jika ada salah satu fungsi yang terhambat atau tidak berjalan dengan baik, maka pelaksanaan siklus logistik akan menjadi terhambat. Berikut adalah penjelasan mengenai fungsi-fungsi logistik diatas.

1. Fungsi Perencanaan dan Penentuan Kebutuhan

Perencanaan dan penentuan kebutuhan merupakan aktivitas dalam menerapkan sasaran, pedoman, pengukuran, penyelenggaraan bidang logistik. Menurut Dirjend Binakefarmasian dan Alat

Perencanaan dan Penentuan Kebutuhan

Penyimpanan Pengendalian/ Pengawasan

Penganggaran

Pengadaan Pemeliharaan

(30)

Kesehatan Kemenkes RI (2010), pendekatan perencanaan kebutuhan dapat dilakukan melalui beberapa metode, antara lain metode konsumsi, metode epidemiologi dan metode kombinasi.

2. Fungsi Penganggaran

Penganggaran (budgeting) adalah semua jenis kegiatan dan usaha untuk merumuskan perincian penentuan kebutuhan dalam suatu skala standar tertentu, yaitu skala mata uang dan jumlah biaya, dengan memperhatikan pengarahan dan pembatasan yang berlaku baginya.

3. Fungsi Pengadaan

Menurut Kepmenkes No 1197/MENKES/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui melalui pembelian, produksi dan sumbangan/hibah. 4. Fungsi Penyimpanan

Penyimpanan merupakan suatu kegiatan dan usaha untuk melakukan pengurusan penyelenggaraan dan pengaturan barang persediaan di dalam ruang penyimpanan. Penyimpanan berfungsi untuk menjamin penjadwalan yang telah ditetapkan dalam fungsi-fungsi sebelumnya dengan pemenuhan setepat-tepatnya dan dengan biaya serendah mungkin. Menurut Dirjend Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes RI (2010), Tujuan penyimpanan adalah: a. Memelihara mutu sediaan farmasi

(31)

d. Memudahkan pencarian dan pengawasan Adapun kegiatan penyimpanan meliputi :

a. Perencanaan/persiapan dan pengembangan ruang-ruang penyimpanan (storage space)

b. Penyelenggaraan tata laksanan penyimpanan (storage procedure)

c. Perencanaan/penyimpanan dan pengoperasian alat-alat pembantu pengaturan barang (material handling equipment) d. Tindakan-tindakan kemananan dan keselamatan

5. Penyaluran

Penyaluran adalah kegiatan menyalurkan barang sesuai permintaan, tepat waktu, tepat jumlah dan sesuai dengan spesifikasi (Subagya, 1995)

6. Fungsi Pemeliharaan

Fungsi pemeliharaan merupakan usaha atau proses kegiatan untuk mempertahankan kondisi teknis, daya guna dan daya hasil barang inventaris (Aditama, 2007).

7. Fungsi Penghapusan

Fungsi penghapusan yaitu berupa kegiatan dan usaha pembebasan barang dari pertanggungjawaban sesuai peraturan atau perundang-undangan yang berlaku (Dwiantara, 2005).

8. Fungsi Pengendalian

(32)

farmasi rumah sakit agar menjamin kelancaran pelayanan pasiennya secara efektif dan efisien (Seto, 2004).

2.1.3 Jenis Logistik Rumah Sakit

Menurut Sabarguna (2005) logistik rumah sakit dibagi dalam 3 klasifikasi yaitu farmasi rumah sakit (Obat-obatan, alat-alat kesehatan dan bahan non medis yang terkait langsung seperti kertas EKG, film rongent dll), logistik nonn medis dan logistik dapur.

2.2. Penyimpanan Obat

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2004) penyimpanan obat adalah suatu kegiatan pengamanan terhadap obat-obat yang diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin. Penyimpanan merupakan fungsi dalam managemen logistik farmasi yang sangat menentukan kelancaran pendistribusian serta tingkat keberhasilan dari manajemen logistik farmasi dalam mencapai tujuannya.

2.2.1 Tujuan Penyimpanan Obat

(33)

serendah mungkin. Menurut Warman (2004) tujuan dari penyimpanan antara lain :

a. Mempertahankan mutu obat dari kerusakan akibat penyimpanan yang tidak baik

b. Mempermudah pencarian di gudang/kamar penyimpanan c. Mencegah kehilangan dan mencegah bahaya

d. Mempermudah stock opname dan pengawasan

Secara lebih terperinci, Depkes RI (2004) menyatakan bahwa tujuan penyimpanan antara lain :

1. Aman, yaitu setiap barang/obat yang disimpan tetap aman dari kehilangan dan kerusakan.

a. Kehilangan karena dicuri orang lain, dicuri karyawan sendiri, dimakan hama (tikus) atau hilang sendiri (tumpah, menguap) b. Kerusakan, yaitu akibat barang itu sendiri rusak atau barang itu

merusak lingkungan (polusi)

2. Awet, yaitu barang tidak berubah warnanya, baunya, gunanya, sifatnya, ukurannya, fungsinya dan lain-lain.

3. Cepat, yaitu cepat dalam penanganan barang berupa menaruh atau menyimpan, mengambil, dan lain-lainnya.

4. Tepat, dimana bila ada permintaan barang, barang yang diserahkan memenuhi lima tepat, yaitu tepat barang, kondisi, jumlah, waktu dan harganya.

(34)

a. Mudah menangani barang dan mudah menempatkan barang di tempatnya dan menemukan dan mengambilnya.

b. Mudah mengetahui jumlah persediaan c. Mudah dalam pengawasan barang

d. Murah, yaitu biaya yang dikeluarkan sedikit untuk menanganinya, yaitu murah dalam menghitung persediaan, pengamanan dan pengawasannya.

2.2.2 Unsur Pengelola dan Sarana Manajemen Penyimpanan Obat

Unsur pengelola dan sarana yang harus tersedia di dalam kegiatan manajemen penyimpanan obat menurut Depkes RI (2006) terdiri dari :

1. Personil (Sumber Daya Manusia) Penyimpanan Obat

Dalam pelaksanaan penyimpanan obat di gudang, minimal terdapat beberapa personil, yang terdiri dari :

a. Atasan Kepala Gudang/Kuasa Barang, tugasnya:

- Membuat perintah tertulis kepala Kepala Gudang untuk

menerima, menyimpan dan mengeluarkan obat

- Membentuk Panitia Pemeriksaan Penerimaan Obat, Panitia

Pencacahan Obat, Panitia Pemeriksaan Obat untuk dihapuskan, serta Panitia Penghapusan

- Menindaklanjuti laporan atas terjadinya kehilangan atau

bencana alam

- Melaporkan secara berkala pelaksanaan tugasnya kepada

(35)

b. Kepala Gudang, tugasnya:

- Bertanggung jawab atas penerimaan, penyimpanan,

pemeliharaan dan pengeluaran obat.

- Mencatat setiap mutasi barang pada Kartu Persediaan Obat - Melaporkan hasil pencatatan barang/obat persediaan secara

berkala

- Melaporkan dalam bentuk Berita Acara, apabila terjadi hal

yang khusus (bencana alam, hilang, kebakaran, dll). c. Pengurus Barang, tugasnya:

- Menyelenggarakan pembukuan dan administrasi

pergudangan.

- Mengatur/menyusun obat dalam gudang penyimpanan. - Mengumpulkan barang/obat yang akan dikeluarkan.

- Mencatat setiap mutasi barang pada Kartu Obat dan

mencatat jumlah obat yang diberikan/dikeluarkan pada Surat Perintah Mengeluarkan Barang.

- Memelihara dan merawat barang-barang dan obat dalam

gudang penyimpanan.

- Menyusun atau membuat laporan tentang hasil pencatatan

dan pembukuan obat persediaan.

d. Staf Pelaksana Gudang, tugasnya yaitu membantu pengurusan obat dalam hal mengumpulkan, pengepakan, memelihara atau merawat obat, dan lain-lain. Adapun persyaratan personil gudang farmasi, minimal :

(36)

1 orang Kepala Gudang (minimal lulus SMA/ SMF) 1 orang Pengurus Barang (minimal lulus SMA/SMF) 1 orang Staf Pelaksana Barang (minimal lulus SMA/SMF)

2. Sarana Penyimpanan Obat

Sarana penyimanan obat di rumah sakit biasanya berupa gudang penyimpanan. Gudang penyimpanan obat terbagi menjadi beberapa jenis diantaranya :

a. Gudang Terbuka

- Gudang terbuka yang tidak diolah, yaitu berupa satu

lapangan terbuka yang permukaannya diratakan tanpa perkerasan.

- Gudang terbuka diolah, yaitu lapangan terbuka yang sudah

diratakan dan diperkeras atau dipersiapkan dengan melapiskan bahan yang serasi, sehingga dapat dilaksanakan pekerjaan-pekerjaan pengaturan barang-barang (material handling) dengan efisien.

b. Gudang Semi Tertutup atau Lumbung

Merupakan suatu kombinasi antara penyimpanan terbuka dan penyimpanan dalam gudang.

c. Gudang Tertutup

(37)

3. Prasarana (Peralatan atau Fasilitas) Penyimpanan Obat

Peralatan dan fasilitas yang biasa digunakan dalam penyimpanan obat di gudang farmasi rumah sakit, antara lain :

a. Lemari/rak yang ukurannya disesuaikan dengan kebutuhan dan besarnya gudang, gunanya untuk menyimpan obat.

b. Ganjal/pallet gunanya sebagai alas penumpuk barang, agar barang mudah dipindahkan dan menghindari kerusakan barang karena pengaruh kelembaban lantai.

c. Lori dorong yang berguna untuk mengangkut atau memindahkan barang/obat dalam gudang.

d. Hand palet track yang fungsinya sama dengan lori dorong. e. Forklift gunanya untuk mengangkut barang/box yang besar atau

berat yang tidak mungkin untuk diangkut oleh tenaga manusia. f. Alat pembuka peti yang berguna untuk membuka peti kemas. g. Alat eyzer gunanya untuk mengikat peti kemas.

h. Kendaraan roda empat (box), untuk mengangkut dan mendistribusikan barang/obat.

4. Dokumen Penyimpanan Obat a. Buku Harian Penerimaan Obat

Buku harian penerimaan obat berisi semua catatan penerimaan obat maupun catatan tentang dokumen obat yang akan diterima. Buku harian tersebut diselenggarakan oleh pengurus barang/obat dengan diketahui oleh kepala gudang.

(38)

Buku harian pengeluaran obat berisi semua catatan mengenai obat maupun catatan tentang dokumen obat yang akan dikeluarkan.

c. Kartu Induk Persediaan Obat

Kartu induk persediaan obat berisi catatan penerimaan dan pengeluaran obat berdasarkan dokumen penerimaandan/atau dokumen pengeluaran. Kartu tersebut diselenggarakan oleh Atasan Kepala Gudang atau Kuasa Barang/obat. Kartu induk persediaan obat merupakan :

- Pencerminan obat yang ada di gudang

- Alat bantu bagi Atasan Kepala Gudang atau Kuasa

Barang/obat untuk membuat persetujuan pengeluaran barang/obat.

- Sebagai bahan atau data dalam menyusun rencana

kebutuhan berikutnya.

- Alat kontrol bagi Atasan Kepala Gudang atau Kuasa

Barang/obat. d. Kartu Persediaan Obat

Kartu persediaan obat berisi catatanpenerimaan dan pengeluaran obat sesuai dengan dokumen penerimaandan pengeluaran obat. Kartu tersebut diselenggarakan oleh Kepala Gudang yang berguna untuk:

(39)

- Untuk mengetahui dengan cepat jumlah persediaan obat dan

menentukan kebutuhan berikutnya. e. Kartu Obat

Kartu obat berisi catatan penerimaan dan pengeluaran obat sesuai dokumen penerimaan dan pengeluaran obat. Kartu obat diletakkan pada tempat dimana obat disimpan. Kegunaan kartu obat antara lain:

- Mengetahui dengan cepat jumlah obat.

- Sebagai alat kontrol bagi pengurus barang/obat.

f. Surat Perintah Mengeluarkan Barang (SPMB)

Dokumen ini berisi daftar, jumlahdan harga barang/obat yang telah dikeluarkan dari gudang penyimpanan dan diselenggarakan oleh Pengurus Barang/obat dengan diketahui oleh Kepala Gudang.

g. Surat Bukti Barang/obat Keluar

Dokumen ini berisi daftar, jumlahdan harga barang/obat yang telah dikeluarkan dari gudang penyimpanan dan diselenggarakan oleh Pengurus Barang/obat dengan diketahui oleh Kepala Gudang.

h. Surat Kiriman Obat

Dokumen yang berisi daftar dan jumlah obat serta alamat tujuan obat yang dikirim. Dokumen ini diselenggarakan oleh Pengurus Barang/obat dengan diketahui oleh Kepala Gudang.

(40)

Merupakan dokumen atau lembar yang berisi daftar dan jumlah obat dalam setiap kemasan, diselenggrakan oleh Pengurus Barang disaksikan oleh Pemilik/penerima obat.

j. Berita Acara Penerimaan Obat

Merupakan dokumen yang berisi daftar, jumlah dan asal/sumber obat yang diterima. Dokumen ini diterbitkan oleh Panitia Pemeriksaan Penerimaan Obat.

k. Berita Acara Penyerahan Obat

Merupakan dokumen yang berisi daftar, jumlah obat yang akan diserahkan dan kepada siapa obat akan diserahkan. Dokumen ini diterbitkan/dibuat oleh Kepala Gudang.

2.2.3 Kegiatan Penyimpanan Obat

Kegiatan penyimpanan obat menurut Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang dikutip oleh Henni (2013) terdiri dari :

1. Kegiatan Penerimaan Obat

Kegiatan penerimaan obat dari supplier dilakukan oleh petugas gudang obat di gudang. Adapun hal-hal yang dilakukan dalam kegiatan penerimaan obat dimulai dari periksa lembar permintaan yang datang dengan kiriman, periksa jumlahnya sesuai atau tidak antara barang yang datang dengan yang dipesan.

(41)

kadaluarsa obat. Dan terakhir petugas kemudian membuat laporan penerimaan obat.

2. Kegiatan Penyusunan Obat

Penyusunan obat dilakukan setelah kegiatan penerimaan obat dilakukan. Penyusunan obat dilakukan sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan oleh Depkes dan Pedoman Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

3. Kegiatan Pengeluaran Obat

Pengeluaran obat dari gudang tempat penyimpanan dilakukan saat terjadi permintaan dari unit atau bagian yang membutuhkan. Kegiatan yang dilakukan saat pengeluaran obat dimulai dari pemeriksaan surat permintaan obat dari unit atau bagian yang membutuhkan. Kemudian dilakukan pemeriksaan terhadap stok obat dan tanggal kadaluarsa obat yang dibutuhkan sebelum diserahkan ke unit/bagian yang membutuhkan.

Setelah itu petugas membuat laporan penyerahan obat dan mencatat jumlah obat yang dikeluarkan pada kartu stok. Dan terakhir menyiapkan obat yang dibutuhkan dan menyerahkannya kepada unit yang membutuhkan.

4. Kegiatan Stock Opname

(42)

5. Kegiatan Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan dan pelaporan data obat merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka pengelolaan obat secara tertib baik obat yang diterima, disimpan, didistribusikan. Tujuannya adalah tersedianya data mengenai jenis dan jumlah penerimaan, persediaan, pengeluaran/penggunaan dan data mengenai waktu dari seluruh rangkaian kegiatan mutasi obat. Kegiatan pencatatan dan pelaporan meliputi :

a. Pencatatan Penerimaan Obat - Formulir rencana penerimaan

Merupakan dokumen pencatatan mengenai akan datangnya obat berdasarkan pemberitahuan dari panitia pembelian. - Buku harian penerimaan barang

Dokumen yang memuat catatan mengenai data obat/dokumen obat biasanya harian.

b. Pencatatan Penyimpanan

- Kartu persediaan obat/barang

c. Pencatatan Kartu Stok Induk

Kartu stok pertanggal yang diletakkan dekat stok fisik. d. Pencatatan Pengeluaran

- Buku harian pengeluaran barang

Dokumen yang memuat semua catatan pengeluaran baik tentang data obat, maupun dokumen catatan obat.

- Buku laporan mutasi

(43)

e. Pelaporan

- Laporan mutasi barang

Laporan berkala menganai mutasi barang dilakukan triwulan, persemester ataupun pertahun.

- Monitoring dinamika inventory

2.2.4 Prosedur Penyimpanan Obat

2.2.4.1 Prosedur Penyimpanan Obat Menurut Kemenkes RI

Prosedur penyimpanan obat menurut Kemenkes RI antara lain mencakup sarana penyimpanan, pengaturan persediaan, serta sistem penyimpanan (Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2010).

1. Prosedur Sarana Penyimpanan

Obat harus selalu disimpan di ruang penyimpanan yang layak. Bila obat rusak, maka mutu obat akan menurun dan akan memberi pengaruh buruk bagi pengguna obat. Beberapa ketentuan mengenai sarana penyimpanan obat menurut Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (2010) antara lain:

a. Gudang atau tempat penyimpanan

Gudang penyimpanan harus cukup luas (minimal 3 x 4 m2), kondisi ruangan harus kering tidak terlalu lembab. Pad gudang harus terdapat ventilasi agar ada aliran udara dan tidak lembab/panas dan harus terdapat cahaya.

(44)

menghindarkan adanya cahaya langsung dan berteralis. Lantai dibuat dari tegel/semen yang tidak memungkinkan bertumpuknya debu dan kotoran lain. Bila perlu seluruhnya diberi alas papan (palet). Selain itu, dinding gudang dibuat licin.

Sebaiknya menghindari pembuatan sudut lantai dan dinding yang tajam. Fungsi gudang digunakan khusus untuk penyimpanan obat. Gudang juga harus mempunyai pintu yang dilengkapi kunci ganda. Perlu disediakan lemari/laci khusus untuk narkotika dan psikotropika yang selalu terkunci dan dilengkapi dengan pengukur suhu ruangan.

b. Kondisi Penyimpanan

Untuk menjaga mutu obat perlu diperhatikan beberapa faktor seperti kelembaban udara, sinar matahari dan temperatur udara. Udara lembab dapat mempengaruhi obat-obatan yang tidak tertutup sehingga mempercepat kerusakan. Untuk menghindari udara lembab tersebut maka perlu dilakukan upaya-upaya sebagai berikut :

- terdapat ventilasi pada ruangan, jendela dibuka - simpan obat ditempat yang kering

- wadah harus selalu tertutup rapat, jangan terbuka - bila memungkinkan pasang kipas angin atau AC.

(45)

- biarkan pengering tetap dalam wadah tablet/kapsul - kalau ada atap yang bocor harus segera diperbaiki

Kebanyakan cairan, larutan dan injeksi cepat rusak karena pengaruh sinar matahari. Sebagai contoh : Injeksi Klorpromazin yang terkena sinar matahari, akan berubah warna menjadi kuning terang sebelum tanggal kadaluarsa.

Obat seperti salep, krim dan supositoria sangat sensitif terhadap pengaruh panas, dapat meleleh. Oleh karena itu hindarkan obat dari udara panas. Ruangan obat harus sejuk, beberapa jenis obat harus disimpan di dalam lemari pendingin pada suhu 4-8 derajat celcius, sepert vaksin, sera dan produk darah, antitoksin, insulin, injeksi antibiotika yang sudah dipakai (sisa) dan injeksi oksitosin.

2. Prosedur Pengaturan Tata Ruang dan Penyusunan Obat Untuk mendapatkan kemudahan dalam penyimpanan, penyusunan, pencarian dan pengawasan obat-obatan, maka diperlukan pengaturan tata ruang gudang dengan baik.

Tata Ruang Penyimpanan Obat

(46)

b. Semua obat harus disimpan dalam ruangan, disusun menurut bentuk sediaan dan bentuk abjad. Apabila tidak memungkinkan, obat yang sejenis dikelompokkan menjadi satu.

c. Untuk memudahkan pengendalian stok maka dilakukan langkah-langkah penyusunan stok sebagai berikut :

- Menyusun obat yang berjumlah besar di atas pallet atau

diganjal dengan kayu secara rapi dan teratur.

- Mencantumkan nama masing-masing obat pada rak

dengan rapi.

Penyusunan Obat

a. Obat-obatan dipisahkan dari bahan beracun. b. Obat luar dipisahkan dari obat dalam. c. Obat cairan dipisahkandari obat padatan.

d. Obat ditempatkan menurut kelompok, berat dan besarnya - Untuk obat yang berat ditempatkan pada ketinggian yang

memungkinkan pengangkatannya dilakukan dengan mudah.

- Untuk obat yang besar harus ditempatkan sedemikian

rupa, sehingga apabila barang tersebut dikeluarkan tidak mengganggu barang yang lain.

- Untuk obat yang kecil sebaiknya dimasukkan dalam

(47)

sedemikian rupa, sehingga mudah dilihat/ditemukan apabila diperlukan.

e. Apabila gudang tidak mempunyai rak maka dus-dus bekas dapat dimanfaatkan sebagai tempat penyimpanan namun harus diberi keterangan obat.

f. Barang-barang seperti kapas dapat disimpan dalam dus besar dan obat-obatan dalam kaleng disimpan dalam dus kecil. g. Apabila persediaan obat cukup banyak maka biarkan obat

tetap dalam box masing-masing, ambil seperlunya dan susun dalam dus bersama obat lainnya

h. Narkotika dan psikotropika dipisahkan dari obat-obatan lain dan disimpan di lemari khusus yang mempunyai kunci. i. Menyusun obat yang dapat dipengaruhi oleh temperatur,

udara, cahaya dan kontaminasi bakteri pada tempat yang sesuai.

j. Menyusun obat dalam rak dan berikan nomor kode, pisahkan obat dalam dengan obat-obatan untuk pemakaian luar.

k. Tablet, kapsul dan oralit disimpan dalam kemasan kedap udara dan diletakkan di rak bagian atas.

l. Cairan, salep dan injeksi disimpan di rak bagian tengah. m. Obat-obatan yang mempunyai batas waktu pemakaian perlu

dilakukan rotasi stok agar obat tersebut tidak selalu berada di belakang yang dapat menyebabkan kadaluarsa.

(48)

o. Obat rusak atau kadaluarsa dipisahkan dari obat lain yang masih baik dan disimpan di luar gudang atau di ruangan khusus penyimpanan obat kadaluarsa.

p. Tumpukan obat tidak boleh lebih dari 2.5 m tingginya. Untuk obat yang mudah pecah harus lebih rendah lagi

3. Prosedur Sistem Penyimpanan

a. Obat disusun berdasarkan abjad (alfabetis) atau nomor. b. Obat disusun berdasarkan frekuensi penggunaan:

- FIFO (First In First Out), yang berarti obat yang datang

lebih awal harus dikeluarkan lebih dahulu. Obat lama diletakan dan disusun paling depan, obat baru diletakkan paling belakang. Tujuannya agar obat yang pertama diterima harus pertama juga digunakan, sebab umumnya obat yang datang pertama biasanya akan kadaluarsa lebih awal juga.

- FEFO (First Expired First Out) yang berarti obat yang

lebih awal kadaluarsa harus dikeluarkan lebih dahulu. c. Obat disusun berdasarkan volume

- Barang yang jumlahnya banyak ditempatkan sedemikian

rupa agar tidak terpisah, sehingga mudah pengawasan dan penanganannya.

- Barang yang jumlah sedikit harus diberi perhatian/tanda

(49)

4. Dokumen Pencatatan Penyimpanan Obat

a. LPLPO (Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat) b. Kartu Stok

c. Buku Penerimaan dan Pengeluaran Obat d. Catatan obat rusak atau kadaluarsa e. Laporan mutasi obat

2.2.4.2Prosedur Penyimpanan Menurut WHO

Prosedur penyimpanan obat yang ditetapkan menurut WHO dalam Pedoman Penyimpanan Obat Esensial dan Alat Kesehatan (2003) antara lain :

1. Sistem penyusunan obat

a. Sesuai urutan abjad generic name

Sering digunakan dalam fasilitas yang besar maupun kecil. b. Therapeutic atau Pharmacologic

Sangat berguna untuk ruang penyimpanan yang kecil dan apabila penjaga ruang penyimpanan memiliki pengetahuan dalam pharmacology

c. Dosage form

Dalam sistem ini obat-obatan dikategorikan berdasarkan bentuknya.

d. System level

(50)

e. Frequency of Use

Produk yang sering digunakan dan berpindah tempat dengan cepat atau cepat diambil dari penyimpanan disimpan di ruangan bagian depan atau lebih dekat dengan area penggunaan.

f. Random bin

Dengan cara memberi kode ke tempat penyimpanan yang menunjukkan posisi dan tempat obat tersebut disimpan. Sistem ini membutuhkan komputerisasi

g. Commodity Coding

Setiap item memiliki artikel sendiri dan kode lokasi. Staff penyimpanan tidak memerlukan pengetahuan teknis untuk tahu bagaimana cara menggunakan atau menyimpan dan karakteristik item tersebut.

2. Penyimpanan flammable liquids

(51)

3. Penyimpanan bahan yang korosif dan bahan oksidator

Harus dipisah dengan flammable dan untuk kontak dengan bahan memerlukan protective gloves dan protective eye-glasses. Setiap penyimpanan harus membuat list stok item termasuk semua produk yang mereka tangani, dengan spesifikasi masing-masing, termasuk bentuk, kekuatan dan kuantitas per kemasan.

4. Mencegah kerusakan fisik dan kontaminasi

Tumpukan produk tidak boleh lebih dari 2.5 m tingginya. Untuk barang yang mudah pecah harus lebih rendah lagi. Yang paling pentin jangan sampai ada yang bisa mencederai pekerja karena kejatuhan benda. Pastikan area dan media penyimpanan tetap bersih dan harus secara rutin dibersihkan, gunakan tempat sampah yang dapat ditutup untuk mencegah datangnya serangga. 5. Proteksi Kebakaran

Sediakan APAR sesuai dengan jenis potensi kebakaran yang ada. Buat aturan larangan merokok, lakukan pelatihan/simulasi kebakaran setiap 6 bulan, buat tanda emergency exit dan lakukan pengecekan berkala, berikan tanda mudah terjadi kebakaran ditempat yang mudah terlihat, bila tidak ada APAR sediakan pasir yang disimpan di ember didekat pintu penyimpanan.

6. Proteksi dari hama

(52)

area dan media penyimpanan, gunakan tong sampah yang dapat ditutup, jangan simpan dan meninggalkan makanan atau minuman di fasilitas penyimpanan, jaga interior tetap kering sebisa mungkin, cat atau pernis kayu, gunakan pallet dan penyusunann diatas rak, cegah hama masuk ke area, lakukan inspeksi berkala untuk mencegah hama.

7. Penyimpanan juga harus mengatur temperatur.

a. Ventilasi ruangan juga harus dijaga, buka jendela atau bila perlu gunakan kipas untuk mendapatkan udara segar masuk kedalam tempat penyimpanan.

b. Beberapa produk sensitif terhadap sinar matahari, gunakan penutup kaca/kerai untuk melindungi produk dari sinar matahari, atau jaga agar produk tetap di dalam dusnya, jangan simpan atau buka produk dibawah sinar matahari, gunakan plastik buram atau botol gelap untuk produk yang membutuhkan itu, tanami pohon disekitar bangunan untuk mencegah sinar matahari masuk.

c. Gunakan termometer ruangan untuk memonitor temperatur ruangan penyimpanan. Lakukan monitoring secara berkala. d. Bila menggunakan kulkas atau freezer, maka perlu

memperthatikan hal berikut :

- Kulkas dengan pintu dibagian atasnya lebih efisien

(53)

- Selalu sediakan bungkus es yang cukup untuk transport

item yang membutuhkan penyimpanan dingin dalam cold boxes.

8. Perlindungan dari tindak kriminal a. Di fasilitas penyimpanan

- Batasi akses hanya untuk staff

- Batasi kunci yang dibuat untuk fasilitas - Amankan semua kunci dan pintu

- Buat spot pemeriksaan yang tidak diketahui semua orang - Perhitungan inventory control yang independen

b. Di pusat kesehatan

- Kunci ruang penyimpanan/lemari

- Buat inventory control card untuk tiap produk - Batasi penggunaan hanya untuk staff

Yang dapat dilakukan untuk mencegah tindak kriminal yaitu dengan monitoring produk, ada dua tehnik dalam monitoring obat : - Cek inventory record untuk stock on hand. Kemudian lakukan

physical inventory, lalu bandingkan hasilnya

- Cek inventory records untuk mengetahui konsumsi selama

beberapa periode, lalu cek medical charts dan hitung berapa tindakan yang dilakukan selama periode tersebut.

- Bila didapatkan beberapa hal yang tidak benar, lakukan

(54)

2.2.5 Indikator Efisiensi Penyimpanan Obat

Indikator efisiensi penyimpanan obat di gudang farmasi terdiri dari :

1. Presentase ketidaksesuaian barang antara barang digudang dengan barang yang ada dalam pencatatan.

Dilakukan dengan cara mencocokkan jumlah barang yang ada di gudang dengan yang tercantum di kartu stok, serta yang tertera dalam komputer. Pemeriksaannya dilakukan dengan cara mengambil minimal 30 kartu stok obat sebagai sampel kemudian dicocokkan dengan stok obat yang ada. Pemeriksaan dilakukan dalam waktu yang sama. Pengambilan sampel obat juga bisa dipilih berdasarkan jenis/kelompok obat misalnya jenis obat fast moving atau jenis obat golongan A atau B (karena dianggap sebagai obat yang paling sering digunakan). Persentase kesesuaiannya harus sebesar 100%.

2. Stock Mati

Death stock (stok mati) menunjukkan item persediaan barang di gudang yang tidak mengalami transaksi dalam waktu minimal 3 bulan. Persentase death stock obat harus mencapai 0% agar rumah sakit tidak merugi. Cara menghitungnya adalah sebagai berikut :

� �

(55)

3. TOR (Turn Over Ratio)

Beberapa kali perputaran yaitu modal dalam satu tahun. Semakin tinggi nilai TOR semakin efisien persediaan obat. Rumusnya adalah

TOR = Harga pokok pembelian dibagi rata-rata persediaan HPP = Stok awal + pembelian – stok akhir.

4. Persentase barang yang kadaluarsa dan rusak

Pemeriksaan obat yang kadaluarsa dan rusak harus dilakukan dengan teliti dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keamanan penggunaannya dan kepastian jumlah fisik obat yang masa aman penggunaannya sudah berakhir di dalam sistem penyimpanan yaitu gudang farmasi. Persentase nilai obat yang kadaluarsa/rusak masih dapat diterima jika nilainya dibawah 1%. Cara menghitungnya :

� ℎ /

x 100 %

5. Kesesuaian sistem pengeluaran obat (FIFO/FEFO)

(56)

2.3. Gudang Obat

Gudang merupakan tempat pemberhentian sementara barang sebelum dialirkan, dan berfungsi mendekatkan barang kepada pemakai hingga menjamin kelancaran permintaan dan keamanan persediaan (Direktorat Bina Marga, 1993). Fasilitas penyimpanan dapat dimanfaatkan secara optimal bila kegiatan lain dalam sistem suplai obat (seperti seleksi obat, perencanaan biaya dan pengadaan) ditetapkan secara tepat.

2.3.1 Jenis Gudang

Jenis gudang menurut Subagya (1994) terdiri dari :

a. Gudang transit: penyimpanan sesaat dalam proses distribusi b. Gudang serba guna: penyimpanan semua jenis barang

c. Gudang pendingin: gudang yang terbagi dalam dua ruangan yaitu kamar sejuk dengan suhu 6 sampai 10 derajat Celcius dan kamar beku dengan suhu sampai -35 derajat Celcius.

d. Gudang penyimpanan tahan api : penyimpanan barang yang mudah meledak/terbakar.

2.3.2 Persiapan Gudang Penyimpanan Obat

(57)

obat untuk pelayanan distribusi. Adapun faktor yang berpengaruh pada pembuatan desain gudang antara lain :

1. Jenis layout gudang

Selain ditentukan oleh besarnya ruangan gudang, kapsitas gudang juga ditentukan oleh layout (tata letak) ruangan. Gudang dengan design layout yang tidak rapi dan tidak teratur menunjukkan ketidak efisienan pengaturan.

Untuk itu diperlukan pengaturan barang yang di design sesuai dengan arus masuk barang, apakah tergolong fast moving atau slow moving. Menurut Rienna yang dikutip oleh Henni (2013) terdapat beberapa bentuk layout gudang, diantaranya :

a. Arus garis lurus sederhana

Yaitu dimana proses keluar masuk barang tidak melalui lorong atau gang yang berbelok sehingga proses penyimpanan dan pengambilan barang relative cepat.

b. Arus U

Yaitu dimana proses keluar masuk barang melintasi lorong yang berkelok-kelok, akibatnya pengambilan barang relative lebih lama.

c. Arus L

(58)

2. Pertimbangan design gudang a. Kemudahan mobilitas

Sebaiknya gudang hanya menggunakan satu lantai saja dan tidak menggunakan sekat-sekat karena akan membatasi pengaturan ruang. Kemudahan dan kebebasan bergerak akan sangat membantu dalam kenyamanan kerja petugas.

b. Sirkulasi udara

Sirkulasi yang tidak lancar menyebabkan kelembaban tinggi dan cenderung meningkatkan suhu ruangan sehingga menyebabkan persediaan obat tidak bisa disimpan dalam waktu yang lama karena lebih mudah rusak. Idelanya adalah AC, alternatif lain menggunakan kipas angin dan ventilasi lainya.

c. Suhu gudang

Suhu sangat berperan dalam menjaga umur simpanan sediaan obat dan perbekalan obat.

d. Pengaturan cahaya/sinar yang masuk

Kendalikan jumlah cahaya yang masuk ke gudang melalui jendela dengan menggunakan tirai sehingga cahaya tidak berlebih. Namun, jangan biarkan gudang terlalu gelap.

e. Kelembaban/kebocoran

Atap gedung sebaiknya memiliki talang air untuk mencegah merembesnya air hujan kedinding gudang. Genangan air dapat menyebabkan kelembaban tinggi sehingga berpotensi menjadi media pertumbuhan jamur dan kapang.

(59)

3. Pengaturan gudang

Gudang yang bersih dan teratur akan sangat memudahkan dalam menemukan persediaan. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengaturan gudang antara lain :

a. Kebersihan gudang

b. Simpan persediaan pada rak dan pallet

- Sirkulasi udara dari bawah dan perlindungan terhadap banjir - Peningkatan efisiensi penanganan stok

- Dapat menampung obat lebih banyak - Pallet lebih murah dari rak

Aturan pallet :

- Tinggi atas pallet dari lantai minimal 10 cm

- Jarak antar pallet atau jarak antara pallet dengan dinding

tidak kurang dari 30 cm

- Tinggi tumpukan barang di pallet maksimal 2,5 m

c. Perhatikan kondisi penyimpanan khusus

- Vaksin memerlukan ”Cold Chain” khususnya dan harus

dilindungi dari kemungkinan putusnya aliran listrik.

- Narkotika dan bahan berbahaya harus disimpan dalam lemari

khusus dan selalu terkunci

- Bahan-bahan mudah terbakar seperti alkohol dan eter harus

disimpan dalam ruangan khusus terpisah dari gudang induk - Peralatan untuk menyimpan obat, penanganan dan

(60)

yang harus dibuat secara khusus untuk menjamin keamanan petugas

- Alat pengatur kelembaban ruangan untuk perbekalan farmasi

yang harus disimpan ditempat yang kering. d. Pencegahan Kebakaran

Perlu dihindari adanya penumpukan bahan-bahan yang mudah terbakar seperti dus, karton, dll. Alat pemadam kebakaran harus dipasang pada tempat yang mudah dijangkau dan dalam jumlah yang cukup. Tabungan pemadam kebakaran harus diperiksa secara berkala, untuk memastikannya berfungsi.

2.3.3 Keamanan Gudang

Keamanan gudang meliputi kegiatan preventif atau pencegahan terhadap pencurian dan kebakaran. Adapun hal-hal yang bisa dilakukan untuk menjaga keamanan gudang antara lain :

a. Pencegahan pencurian

Untuk menghindari pencurian gudang dilengkapi dengan :

- Memastikan pintu gudang memiliki kunci bila perlu berlapis

dan menghindari pembuatan kunci ganda - Pemasangan kamera remote control (CCTV) - Sering melakukan pemeriksaan stok secara teratur

b. Pencegahan kebakaran

Untuk pencegahan kebakaran bisa dengan cara :

(61)

- Pemasangan alat pusat-pusat api pada tempat strategis di seluruh

gudang dengan jenis pemadam yang sesuai, papan instruksi bila terjadi kebakaran dan alarm/detektor

- Penyediaan Alat Pemadam Api Ringan/APAR.

2.4. Rumah Sakit

Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Pelayanan Kesehatan Paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Sebagai Institusi publik rumah sakit memberikan pelayanan yang ekstra efektif dan efisien.

Tugas rumah sakit sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.983/Menkes/SK/XI/1992 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit adalah melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemeliharaan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan rujukan.

2.4.1 Pelaksana Fungsi Penyimpanan Obat di Rumah Sakit

(62)

bertugas menyelenggarakan, mengelola, mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi seluruh kegitan farmasi serta melaksanakan pembinaan teknis kefarmasian di rumah sakit. Pengelolaan kegiatan farmasi yang dilakukan mencangkup kegiatan pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, penghapusan, administrasi dan pelaporan serta evaluasi yang diperlukan (Keputusan Menkes No.1197 tahun 2004 tentang standar pelayanan farmasi).

Kegiatan penyimpanan menjadi salah satu kegiatan pengelolaan yang dilakukan oleh instalasi farmasi. Namun pada pelaksanaan penyimpanan, biasanya terdapat unit dibawah instalasi farmasi yang memiliki tugas untuk pelaksanaan penyimpanan. Unit tersebut biasa disebut gudang farmasi atau gudang obat.

2.5. Kerangka Teori

Bagan 2.2

Kerangka Teori

( Sumber : Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan (2010), Depkes RI (1996) ) Penyimpanan Obat

Unsur dan Sarana Penyimpanan Obat

Personil/SDM

Sarana

Peralatan/Fasilitas

Dokumen

Sistem Penyusunan Penyimpanan Obat

Fix Location

Fluid Location

Semi Fluid Location

Prosedur Penyimpanan Obat

Prosedur Sarana Penyimpanan

Prosedur Pengaturan Tata Ruang dan Penyusunan Obat

Prosedur sistem penyimpanan

(63)

BAB III

KERANGKA BERPIKIR DAN DEFINISI ISTILAH

3.1 Kerangka Berpikir

Berdasarkan teori yang dijabarkan pada pembahasan sebelumnya, penyimpanan perbekalan farmasi terutama obat-obatan menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Hal ini dikarenaka hampir 90% pelayanan kesehatan di rumah sakit menggunakan perbekalan farmasi (obat-obatan, bahan kimia, bahan radiologi, bahan alat kesehatan, alat kedokteran dan gas medik) dan 50% dari seluruh pemasukan rumah sakit berasal dari pengelolaan perbekalan farmasi (Suciati dkk., 2006). Penyimpanan merupakan fungsi dalam managemen logistik farmasi yang sangat menentukan kelancaran pendistribusian serta tingkat keberhasilan dari manajemen logistik farmasi dalam mencapai tujuannya.

Tujuan penyimpanan obat menurut Warman (1997) antara lain untuk mempertahankan mutu obat dari kerusakan akibat penyimpanan yang tidak baik, mempermudah pencarian di gudang/kamar penyimpanan, mencegah kehilangan, mempermudah stock opname dan pengawasan dan mencegah bahaya penyimpanan yang salah. Penyimpanan obat yang baik dapat membantu dalam menghindari kekosongan obat (out of stock). Jika terjadi kesalahan dalam pengelolaan logistik obat di instalasi farmasi akan menyebabkan kerugian yang cukup besar bagi rumah sakit.

(64)

dimiliki rumah sakit. Sementara itu, penilaian efisiensi penyimpanan secara lebih lanjut dijelaskan oleh Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dalam pedoman penyimpanan obat.

Penelitian ini menggunakan pendekatan sistem yang terdiri dari 3 bagian yaitu input, proses dan output. Dalam pendekatan sistem, setiap bagian menjadi suatu rangkaian yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya dan tidak dapat dipisahkan. Input merupakan segala sesuatu yang harus disediakan yang digunakan untuk berlangsungnya suatu kegiatan. Bila terdapat unsur input yang Proses adalah setiap kegiatan yang dapat terjadi bila input tersedia atau kegiatan mengolah input untuk mencapai tujuan. Sementara itu output adalah hasil akhir dari proses pengolahan input yang sudah dilakukan (Winardi, 1999). Pendekatan sistem ini juga dapat dilakukan untuk melakukan penilaian terhadap kinerja suatu program atau penilaian terhadap suatu sistem.

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan pada pedoman penyimpanan yang dibuat oleh Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat tahun 2010, di dapatkan bahwa input yang perlu disediakan dalam kegiatan penyimpanan obat terdiri dari sumber daya manusia, anggaran, prosedur, dokumen serta sarana dan prasarana. Sementara itu, proses dalam penyimpanan obat terdiri dari penerimaan obat, penyusunan tata letak dan penyusunan obat, pengeluaran obat, stock opname obat serta pencatatan dan pelaporan. Hasil akhir yang diharapkan (output) adalah tersimpannya obat di gudang farmasi secara efisien.

(65)

Bagan 3.1 Kerangka Berpikir

( Sumber : Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2010) INPUT

SDM Anggaran

Prosedur Dokumen Sarana & Prasarana

OUTPUT

Tersimpannya obat di Gudang Farmasi RS

Mulya PROSES

Penerimaan Obat Penyusunan Obat Pengeluaran Obat Stock Opname

(66)

3.2 Definisi Istilah 1. Variabel Input

Tabel 3.1

Definisi Istilah Variabel Input

Variabel

Input Definisi Istilah Cara Alat

Hasil Ukur

SDM

Tenaga/personil di RS Mulya yang terlibat

- Kesesuaian tugas yang diberikan dengan dan Alat Kesehatan terdiri dari :

1 orang Atasan Kepala Gudang (minimal S1 atau S1 Farmasi)

1 orang Kepala Gudang (minimal lulus SMA/SMK Farmasi)

1 orang Pengurus Barang (minimal lulus SMA/SMK Farmasi)

1 orang Staf Pelaksana Barang (minimal lulus SMA/SMK Far)

2. Kedisiplinan

(67)

Variabel penyimpanan di RS Mulya dengan ketetapan Dirjen Bina

Kefarmasian dan Alat penyimpanan obat di RS Mulya dengan ketetapan Dirjen Bina Kefarmasian dan

Alat Kesehatan yang tersedia di gudang farmasi RS Mulya dengan ketetapan Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, diantaranya :

- Buku harian penerimaan obat

- Buku harian pengeluaran obat

- Kartu induk persediaan

- Kartu persediaan obat

- Surat perintah mengeluarkan barang

- Surat bukti pengeluaran obat

(68)

Variabel kesesuaian sarana & prasarana penyimpanan obat

di RS Mulya dengan ketetapan Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat

(69)

2. Variabel Proses

Tabel 3.2

Definisi Istilah Variabel Proses Variabel supplier ke gudang farmasi RS Mulya dengan ketetapan Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, terdiri dari :

- Memeriksa kesesuaian (jenis, jumlah dan harga) obat yang datang dengan spesifikasi yang ada di faktur dari supplier.

- Memeriksa kesesuaian (jenis, jumlah dan harga) obat yang datang dengan spesifikasi yang ada di surat pemesanan RS.

- Memeriksa tanggal kadaluarsa obat

- Memeriksa kemasan obat yang datang penyusunan obat di RS Mulya dengan ketetapan Dirjen Bina Kefarmasian dan

(70)

Variabel yang dilakukan oleh petugas

gudang farmasi RS Mulya dengan ketetapan Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat

Kesehatan 2010

Informasi tentang kesesuaian proses pencatatan dan

pelaporan obat yang dilakukan oleh petugas gudang farmasi RS Mulya

dengan ketetapan Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat

(71)

3. Variabel Output

Tabel 3.1

Definisi Istilah Variabel Output

Variabel dan Alat Kesehatan 2010,

terdiri dari :

- Kesesuaian jumlah stock obat (Pencatatan dengan stock fisik)

- TOR (Turn Over Ratio)

- Obat kadaluarsa dan rusak

- Stok Mati/Death Stock

(72)

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan desain deskriptif. Menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2000), penelitian kualitatif merupakan posedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif tujuannya adalah untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam tentang sistem penyimpanan obat di gudang farmasi Rumah Sakit Mulya Tangerang. Pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini merupakan pengamatan langsung pada sistem yang sedang berjalan disertai wawancara mendalam dengan informan yang terlibat dalam pelaksanaan penyimpanan obat di gudang farmasi RS Mulya.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Gambar

Tabel 3.1       Definisi Istilah Variabel Input ..................................................
Tabel 3.1 Definisi Istilah Variabel Input
Tabel 3.2 Definisi Istilah Variabel Proses
Tabel 3.1 Definisi Istilah Variabel Output
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengelolaan data stok obat di instalasi farmasi rumah sakit (IFRS) Permata.. Medika masih dilakukan secara manual sehingga dirasa kurang efektif

Undang – undang Republik Indonesia No.23 tahun 1992, tentang Kesehatan.. Pedoman Perbekalan Farmasi Di

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyimpanan obat-obatan di gudang obat Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah dr.R.Soedjono Selong sudah baik dan benar

Diharapkan Instalasi Farmasi RSUD Kota Sekayu lebih memperhatikan sistem pengelolaan persediaan obat di gudang farmasi mulai dari Input (SDM dua orang, sarana (luas gudang 3,2

Kesimpulan pada penelitian hasil evaluasi berdasarkan indikator USAID menunjukkan penyimpanan obat di Instalasi Gudang Farmasi RSUD Ratu Zalecha Martapura belum

Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dan berfungsi memberikan pelayanan

Pokja Apotek dipimpin oleh satu orang apoteker yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit yang mempunyai tugas membantu

Instalasi farmasi dirumah sakit merupakan satu-satunya unit dirumah sakit yang mengadakan barang farmasi, mengelola, dan mendistribusikannya kepada pasien, bertanggung jawab atas semua