• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembuatan dan Karakterisasi Papan Gipsum yang Dibuat dari Serat Kulit Waru (Hibiscus Tiliaceus) dan Campuran Castable (Semen Tahan Panas) sebagai Bahan Plafon

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pembuatan dan Karakterisasi Papan Gipsum yang Dibuat dari Serat Kulit Waru (Hibiscus Tiliaceus) dan Campuran Castable (Semen Tahan Panas) sebagai Bahan Plafon"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI PAPAN GIPSUM YANG

DIBUAT DARI SERAT KULIT WARU

(

)

DAN

CAMPURAN CASTABLE (SEMEN TAHAN PANAS)

SEBAGAI BAHAN PLAFON

TESIS

Oleh

IKHSAN PARINDURI 117026011/FIS

PROGRAM PASCA SARJANA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI PAPAN GIPSUM YANG DIBUAT

DARI SERAT KULIT WARU ( ) DAN CAMPURAN

CASTABLE (SEMEN TAHAN PANAS) SEBAGAI BAHAN PLAFON

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains dalam Program Studi Magister Ilmu Fisika

pada Program Pascasarjana Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara

Oleh

IKHSAN PARINDURI 117026011/FIS

PROGRAM PASCA SARJANA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PENGESAHAN TESIS

Judul Tesis : Pembuatan dan karakterisasi papan gipsum yang dibuat dari serat kulit waru ( ) dan campuran castable (semen tahan panas) sebagai bahan plafon

Nama Mahasiswa : Ikhsan Parinduri Nomor Induk Mahasiswa :

117026011

/FIS Program Studi : Magister Ilmu Fisika

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Menyetujui Komisi Pembimbing

Dr.Anwar Dharma Sembiring,M.S Prof.Dr. Eddy Marlianto, M.Sc Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Dekan,

(4)

PERNYATAAN ORISINALITAS

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI PAPAN GIPSUM YANG DIBUAT

DARI SERAT KULIT WARU ( ) DAN CAMPURAN

CASTABLE (SEMEN TAHAN PANAS) SEBAGAI BAHAN PLAFON

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa saya mengakui semua karya tesis ini adalah hasil kerja saya sendiri kecuali kutipan dan ringkasan yang tiap satunya telah telah dijelaskan sumbernya dengan benar.

Medan, 06 Juli 2013

( IKHSAN PARINDURI )

(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah ini :

N a m a : Ikhsan Parinduri

N I M : 117026011

Program Studi : Magister Ilmu Fisika Jenis Karya Ilmiah : Tesis

Demi mengembangkan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non?Eksklusif

atas Tesis saya yang berjudul :

“PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI PAPAN GIPSUM YANG DIBUAT DARI SERAT KULIT WARU ( ! " ) DAN

CAMPURAN " " ! (SEMEN TAHAN PANAS) SEBAGAI BAHAN PLAFON”

Beserta perangkat yang ada (# $ % & $ ). Dengan Hak Bebas Royalti Non? Eksklusif ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media, memformat, mengelola dalam bentuk % , merawat dan mempublikasikan Tesis saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis dan sebagai pemegang dan atau sebagai pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.

Medan, 06 Juli 2013

(6)

Telah diuji pada

Tanggal : 6 Juli 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Anwar Dharma Sembiring, M.S

(7)

RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama lengkap berikut gelar : Ikhsan Parinduri, S.Si Tempat dan Tanggal Lahir : Medan, 16 Juni 1986

Alamat Rumah : Jl. Perwira II, No. 115 B, Pulo Brayan Bengkel, Medan, Sumatera Utara

No. Telpon/HP/e?mail : 081374088175 / 085277453381 parindurii@yahoo.com

ikhsanparindurii@yahoo.com

Instansi Tempat Bekerja : SMK Pelayaran Buana Bahari, Medan

Alamat Kantor : Jl. Bilal Ujung NO.3 Medan

Telepon : ?

DATA PENDIDIKAN

(8)

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI PAPAN GIPSUM YANG DIBUAT

DARI SERAT KULIT WARU( )

DAN CAMPURAN CASTABLE (SEMEN TAHAN PANAS) SEBAGAI BAHAN PLAFON

ABSTRAK

Papan gipsum adalah nama generik untuk keluarga produk lembaran yang terdiri dari inti utama yang terdiri dari utama yang tidak terbakar dan dilapisi dengan kertas pada permukaannya. Pada penelitian variasi komposisi pembuatan papan gipsum terdiri dari perbandingan persentase berat serbuk gipsum 65 %, serbuk kulit waru 0 %, 2 %, 4 %, 6 %, 8 % dan 10 %. Hasil pengujian sifat fisis dan mekanik, densitas 1166 &1590 kg/m3, daya serap air 18,41 %, MOE 4522.28 N/m2, MOR 6076.12 N/m2, kuat tarik 371.03 N/m2, kuat impak 17200 J/m2. Papan gipsum dapat digunakan sampai temperatur 140&4100C.

Katakunci :' (& ) * & + & () $ + & () $ )

(9)

PREPARATION AND CHARACTERIZATION OF GYPSUM BOARDS ARE MADE OF LEATHER FIBRE WARU (Hibiscus tiliaceus) AND MIXED

(HEAT RESISTANT CEMENT) AS A CEILING MATERIAL

Gypsum board is the generic name for a family of sheet products consisting of a core consisting of a primary key is not burnt and covered with paper on the surface. In the study of gypsum board manufacturing variations in the composition consists of the percentage ratio of 65% by weight gypsum powder, hibiscus powder porters 0%, 2%, 4%, 6%, 8% and 10%. The test results of physical and mechanical properties, density of 1166 & 1590 kg/m3, water absorption 18.41%, MOE 4522.28 N/m2, MOR 6076.12 N/m2, tensile strength 371.03 N/m2, strong impact 17200 J/m2. Gypsum board can be used up to temperatures 140&4100C.

' - % : (& ) + & ( %) + & ( * -% ) * -% )

(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmad, taufik dan hidayah&Nya sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Shalawat beriring salam atas junjungan Rasulullah Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabatnya yang telah memberikan petunjuk bagi umat manusia menuju kejalan yang benar.

Dengan selesainya tesis ini, perkenankanlah saya mengucapkan terimakasih yang sebesar&besarnya kepada :

Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc(CTM), Sp.A(K), atas kesempatan yang diberikan kepada kami untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister Sains.

Dekan Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara, Dr. Sutarman, M. Sc. atas kesempatan menjadi mahasiswa Program Magister Sains pada Program Pascasarjana FMIPA Universitas Sumatera Utara.

Ketua Program Studi Magister Fisika, Dr. Nasruddin MN., M.Eng.Sc., Sekretaris Program Studi Magister Fisika, Dr.Anwar Dharma Sembiring, M.S., beserta seluruh Staf Pengajar pada Program Studi Magister Fisika Program Pascasarjana Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara.

Terimakasih yang tak terhingga dan penghargaan setingi&tinginya Penulis ucapkan kepada :

1. Dr. Anwar Dharma, Sembiring, M.S selaku Pembimbing Utama dan Prof. Dr. Eddy Marlianto Anggota pembimbing yang dengan penuh perhatian dan telah memberikan dorongan, bimbingan dan arahan, dengan penuh kesabaran menuntun dan membimbing penulis hingga selesainya penelitian ini.

2. Bapak Dr. Nasruddin MN, M.Eng.Sc., bapak Dr.Marhaposan Situmorang, dan bapak Dr. Poltak Sihombing, M.Sc selaku penguji yang telah banyak memberikan masukan dan saran untuk penyempurnakan tesis ini.

(11)

UNIMED beserta staf atas fasilitas dan sarana yang diberikan selama penelitian.

4. Ayahanda tercinta Drs. Hasanuddin Parinduri, Ibunda tercinta Seriwati Nasution, S.Ag, Bouk Syamsidar Parinduri, S.Ag, udak Fachrurazi Parinduri yang telah memberikan do’a serta dorongan moril maupun material sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini.

5. Abanganda Husni Thamrin Parinduri, S.Si, bang oji,kak yanti, kak desi, bang jamil,buk ana, pak edi, yang telah memberikan motivasi serta do’anya.

6. Keluarga Besar Parinduri Muara Tagor dan Keluarga Besar Nasution Kota Nopan yang tidak bisa disebutkan satu persatu penulis sebutkan terimakasih atas dukungannya hingga selesainya penulisan ini.

7. Siti Nurhabibah Hutagalung, S.Si beserta keluarga besar atas kerjasama dan dukungannya hingga selesainya penulisan ini.

8. Rekan&rekan seangkatan 2011, khususnya teman&teman tasbih yang tidak bisa penulis untuk menuliskan ssatu&persatu atas kerjasama dan kekompakannya selama perkuliahan hingga selesai perkuliahan.

9. Kepala Yayasan, Kepsek, Wakasek, Dewan Guru serta Staf Administrasi di Pelayaran Buana Bahari, Medan.

Tidak menutup kemungkinan tesis ini masih kurang sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pihak pembaca demi kesempurnaan tesis ini.

Medan, 06 Juli 2013 P e n u l i s ,

(12)
(13)

2.3 PAPAN GIPPSUM

2.7 Karakterisasi Fisik Papan Gipsum plafon dengan pengisi serat kulit waru dengan matriks . 2.7.1 Karakterisasi Densitas

2.7.2 Karakterisasi Daya Serap Air

2.8 Karakterisasi Fisik Papan Gipsum plafon dengan pengisi serat kulit waru dengan matriks 3.1. Tempat Dan Waktu Penelitian

3.2. Alat Dan Bahan Yang Digunakan Dalam Pembuatan Sampel

3.2.1 Alat & alat yang digunakan dalam

34

(14)

pembuatan sampel

3.2.2 Bahan&bahan yang Digunakan Dalam Pembuatan Sampel

3.3 Metode Penelitian 3.4 Prosedur Penelitian

3.4.1 Perlakuan Kulit Pada Serat Kulit Waru 3.4.2 Perlakuan serbuk gipsum dan serbuk

3.4.3 Pembuatan Papan Gipsum Plafon 3.4.4 Pengkodisian

3.5 Preparasi Sampel Bahan Gipsum 3.6 Variabel Penelitian

3.6.1 Variabel Bebas 3.6.2 Variabel Terikat 3.7 Diagram Alir Penelitian

3.7.1 Diagram Alir Penyiapan Serbuk

3.7.2 Diagram Alir Penyiapan Serbuk Gipsum 3.7.3 Diagram Alir Penyiapan Serat Kulit Waru 3.7.4 Diagram Alir Pembuatan Papan gipsum Komposit

4.1 Hasil Pemanfaatan Serat Kulit Waru Dalam Pembuatan Papan Gipsum Plafon

4.2 Hasil Karakterisasi Fisik Papan Gipsum Plafon 4.2.1 Hasil Karakterisasi Densitas

4.2.2 Hasil Karakterisasi Daya Serap Air 4.3 Hasil Karakterisasi Sifat Mekanik Dari Papan Gipsum Plafon

4.3.1 Hasil Pengujian Kuat Lentur 4.3.2 Hasil Pengujian Kuat Tarik

(15)

4.3.3 Hasil Pengujian Kuat Tekan 4.3.4 Hasil Pengujian Impak

4.4 Hasil Karakterisasi Termal dengan DTA dari papan gipsum plafon

4.5 Hasil Pengujian XRD

4.5 Hasil Pengujian Morfologi Bahan

45 46

48 51 54 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 5.2. Saran

59 59 59 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(16)

DAFTAR TABEL

Nomor

Tabel Judul Halaman

2.1 Komposisi Kimia Bahan Gispum 8

2.2 Komposisi Serat Waru 17

2.3 Karakterisasi Bahan 20

2.4 Sifat Fisis dan Makanik dari Berbagai Standar 21 3.1 Komposisi Pembuatan Papan Gipsum Plafon 36 4.1

4.2 4.3 4.4 4.5 4.6

Hasil Pengujian Densitas Papan Gipsum Plafon Hasil Pengujian Daya Serap Air Papan Gipsum Plafon Hasil Pengujian Kuat Lentur Papan Gipsum Plafon Hasil Pengujian Kuat Tarik Papan Gipsum Plafon Hasil Pengujian Kuat Tekan Papan Gipsum Plafon Hasil Pengujian Kuat Impak Papan Gipsum Plafon

(17)

DAFTAR GAMBAR

2.6 Pemasangan Sampel Benda Uji Kuat Tarik 26

2.7 Alat Uji Kuat Impak 27

2.8 Pola Umum Kurva DTA 29

2.9 Alat Uji DTA 30

2.10 Alat Pengujian Difraksi Sinar X 31

3.1 Ukuran Sampel Pengujian 37

3.2 Bentuk Spesimen Pengujian Tarik dengan Standar ASTM D & 638

38 3.3 Bentuk Spesimen Pengujian Lentur dengan Standr ASTM

D&790

38 3.4 Bentuk Spesimen Pengujian Tarik dengan Standr ASTM

D&256

38

3.5 Diagram Penelitian 41

4.1 Grafik Hubungan Antara Densitas dengan Komposisi Sampel

43 4.2 Grafik Hubungan Antara Daya Serap Air dengan

Komposisi Sampel

44 4.3 Grafik Hubungan Kuat Lentur dengan Sampel 46 4.4

4.5 4.6 4.7 4.8

Grafik Hubungan Kuat Tarik dengan Sampel Grafik Hubungan Kuat Tekan dengan Sampel Grafik Hubungan Kuat Impakdengan Sampel Grafik DTA Bahan Serbuk .

Grafik DTA Papan gipsum Plafon untuk sampel Gipsum

(18)

4.9 gipsum + serbuk castable + Serat Kulit Waru)

Hasil Pengujian XRD

Hasil Pengujian SEM Serbuk Gipsum Dengan Pembesaran 148x

Hasil Pengujian SEM Serbuk Gipsum Dengan Pembesaran 569 x

Hasil Pengujian SEM Serbuk dengan Perbesaran 198x

Hasil Pengujian SEM Serbuk dengan Perbesaran 603x

(19)

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI PAPAN GIPSUM YANG DIBUAT

DARI SERAT KULIT WARU( )

DAN CAMPURAN CASTABLE (SEMEN TAHAN PANAS) SEBAGAI BAHAN PLAFON

ABSTRAK

Papan gipsum adalah nama generik untuk keluarga produk lembaran yang terdiri dari inti utama yang terdiri dari utama yang tidak terbakar dan dilapisi dengan kertas pada permukaannya. Pada penelitian variasi komposisi pembuatan papan gipsum terdiri dari perbandingan persentase berat serbuk gipsum 65 %, serbuk kulit waru 0 %, 2 %, 4 %, 6 %, 8 % dan 10 %. Hasil pengujian sifat fisis dan mekanik, densitas 1166 &1590 kg/m3, daya serap air 18,41 %, MOE 4522.28 N/m2, MOR 6076.12 N/m2, kuat tarik 371.03 N/m2, kuat impak 17200 J/m2. Papan gipsum dapat digunakan sampai temperatur 140&4100C.

Katakunci :' (& ) * & + & () $ + & () $ )

(20)

PREPARATION AND CHARACTERIZATION OF GYPSUM BOARDS ARE MADE OF LEATHER FIBRE WARU (Hibiscus tiliaceus) AND MIXED

(HEAT RESISTANT CEMENT) AS A CEILING MATERIAL

Gypsum board is the generic name for a family of sheet products consisting of a core consisting of a primary key is not burnt and covered with paper on the surface. In the study of gypsum board manufacturing variations in the composition consists of the percentage ratio of 65% by weight gypsum powder, hibiscus powder porters 0%, 2%, 4%, 6%, 8% and 10%. The test results of physical and mechanical properties, density of 1166 & 1590 kg/m3, water absorption 18.41%, MOE 4522.28 N/m2, MOR 6076.12 N/m2, tensile strength 371.03 N/m2, strong impact 17200 J/m2. Gypsum board can be used up to temperatures 140&4100C.

' - % : (& ) + & ( %) + & ( * -% ) * -% )

(21)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Komposit merupakan salah satu jenis material di dalam dunia teknik yang dibuat dengan penggabungan dua macam bahan yang mempunyai sifat berbeda menjadi satu material baru dengan sifat yang berbeda pula (Matthews,1993). Komposit dari bahan serat terus diteliti dan dikembangkan guna menjadi bahan alternatif pengganti logam, hal ini disebabkan sifat komposit serat yang lebih kuat dan ringan dibandingkan dengan logam. Penggunaan komposit diberbagai dengan pemanfaatan serat yang berasal dari alam di berbagai bidang tidak terlepas dari sifat&sifat unggul yang di miliki komposit serat yaitu ringan, kuat, kaku serta tahan terhadap korosi. Keuntungan mendasar yang dimiliki oleh serat yang berasal dari alam adalah jumlah berlimpah, dapat diperbaharui dan di daur ulang serta tidak mencemari lingkungan (Widiartha, I, G, et al, 2012).

Menurut Widodo,B, 2008, komposit adalah suatu material yang terbentuk dari kombinasi dua atau lebih material pembentuknya melalui campuran yang tidak homogen, dimana sifat mekanik dari masing&masing material pembentuknya berbeda. Dari campuran tersebut akan dihasilkan material komposit yang mempunyai sifat mekanik dan karakteristik yang berbeda dari material pembentuknya. Serat alam

merupakan alternatif bahan pengisi ( ) untuk berbagai komposit polimer karena keunggulannya dibanding serat . Serat alam mudah didapatkan dengan harga yang murah, mudah diproses.

Bahan komposit serat mempunyai keunggulan yang utama yaitu (kuat), (tangguh) dan lebih tahan terhadap panas pada saat didalam (Schwartz, 1984). Dalam perkembangan teknologi pengolahan serat, membuat serat sekarang makin diunggulkan dibandingkan material yang digunakan. Cara yang digunakan untuk mengkombinasi serat berkekuatan tarik tinggi dan

(22)

Serat alam merupakan alternatif bahan pengisi ( komposit untuk berbagai komposit polimer karena keunggulannya dibanding serat . Serat alam mudah didapatkan dengan harga yang murah, mudah diproses, densitasnya rendah, ramah lingkungan, dan dapat diuraikan secara biologi. Akhir & akhir ini, pemanfaatan serat alam sebagai komposit telah diaplikasikan secara komersial di berbagai bidang seperti bidang otomotif dan konstruksi (Kusumastuti, A, 2009).

Gipsum merupakan salah satu bahan galian industri yang cukup penting pada sektor industri, konstruksi, maupun kesehatan, baik sebagai bahan utama maupun bahan penolong. Gipsum adalah salah satu contoh mineral dengan kadar kalsium yang mendominasi pada mineralnya. Gipsum yang paling umum ditemukan adalah jenis

dengan rumus kimia CaSO4.2H2O. (Supriatna, 1997)

Papan gipsum adalah produk jadi yang terbentuk melalui pengolahan lanjutan material gipsum (serbuk gipsum). Papan gipsum biasa digunakan sebagai salah satu elemen dari dinding partisi dan papan/plafon untuk menggantikan triplek. Papan gipsum memiliki keunggulan tahan air dan mudah diperbaiki. Pembuatan papan gipsum memiliki prospek yang baik, mengingat meningkatnya kebutuhan terhadap tempat tinggal yang murah. Selama ini pembuatan papan gipsum masih didominasi oleh penggunaan gipsum atau bahan lainya sebagai bahan penguat. Saat ini penggunaan papan gipsum masih terbatas. Hal ini dikarenakan ketersediaan papan gispsum dipasaran masih sangat kurang kekuatannya tidak sebagai triplek, serta sifat papan gipsum yang getas, rapuh dan tidak tahan air.

(23)

kontinyu bermatriks pati ubi kayu berhasil meningkatkan kekuatan bending cukup signifikan dibandingkan dengan bioplastik dari pati 1357,6 N/m2 patahan menghasilkan ikatan yang cukup baik antara matrik dari pati.

Penelitian yang dilakukan Nurudin Arif, et al, 2011, Penggunaan serat kulit waru sebagai penguat pada komposit karena serat kulit waru memiliki struktur serat yang kontinyu dan anyaman alami yang kuat serta mempunyai ketebalan rata&rata perlembarnya 0,0115 mm dan kekuatan tarik 3345 N/m2 tetapi pemanfaatannya masih sangat terbatas. Oleh sebab itu dibutuhkan pemanfaatan yang lebih baik lagi terutama serat kulit waru sebagai alternatif untuk bahan dasar komposit dan secara tidak langsung nilai tambah dari tanaman ini bisa ditingkatkan dan tanaman waru bisa dijadikan sebagai tanaman industri.

Penelitian yang dilakukan Simbolon,T (2011) pemanfaatan serbuk batang kelapa sawit sebagai pengisi pada pembuatan papan gipsum plafon menggunakan perekat tepung tapioka dengan variasi komposisi sampel serbuk gipsum : batang sawit : tepung tapioka 65 % : 0 % : 0 %, 45 % : 5% : 15 %, 40 % : 10 % : 15 %, 35 % :15 % : 15 %, 30 % : 20 % : 15 %, 25 % : 25 % : 15%, dengan variasi optimum 35 % : 15 % : 15 %, pengujian sifat penyerapan air 37,4 % dan pengujian sifat mekanik (kuat tekan 622 N/m2, kuat lentur 1662 N/m2, kuat tarik 652 N/m2, kuat impak 477,8 J/m2.

(24)

1.2 PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut 1. Bagaimana cara mengolah serat kulit waru sebagai pengisi ( ) dengan susunan

serat (serat lurus dan serat acak) dan serbuk sebagai pengikat ( ) menjadi papan gipsum sebagai bahan plafon?

2. Bagaimana pengaruh perbandingan komposisi serbuk gipsum, serat kulit waru dan serbuk terhadap karakteristik papan gipsum sebagai bahan plafon agar menghasilkan sifat fisis dan sifat mekanik yang lebih optimal.

3. Bagaimana peranan serbuk dan serat kulit waru terhadap papan gipsum yang dihasilkan sebagai bahan plafon.

1.3 BATASAN MASALAH

Untuk memberi ruang lingkup yang jelas, maka cakupan masalah dibatasi sebagai berikut:

1. Komposit yang akan dibuat menggunakan serbuk gipsum, serbuk sebagai pengikat ( ) dan serat kulit waru sebagai pengisi ( ).

2. Susunan serat kulit waru sebagai pengisi dalam pembuatan papan gipsum adalah (serat lurus dan serat acak) dengan panjang serat lurus 2,5 cm dan panjang serat lurus 5 cm.

3. Ukuran berat serbuk gipsum adalah (65%), sedangkan variasi persentase berat serat kulit waru dimulai dari 0 %, 2 %, 4 % , 6 %, 8 % dan 10 %, dengan variasi persentase berat serbuk adalah 35 %, 33 %, 31 %, 29 %, 27% dan 25%. 4. Pengujian sifat fisis komposit meliputi : densitas, daya serap air, dan sifat mekanik

adalah uji kuat tekan / , uji kuat lentur / ! ,

(25)

1.4 TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Pemanfaatan serbuk gipsum, serat kulit waru, serbuk dalam pembuatan papan gipsum sebagai bahan plafon.

2. Untuk Mengetahui karakteristik papan gipsum sebagai bahan plafon yang dibuat dengan menggunakan serat kulit waru dan serbuk .

3. Mencari alternatif bahan pengisi ( ) dan bahan pengikat ( ) dalam pembuatan papan gipsum sebagai bahan plafon yang ekonomis, kuat dan ramah lingkungan.

1.5 HIPOTESIS PENELITIAN

Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Karakteristik papan gipsum sebagai bahan plafon sangat dipengaruhi oleh perbandingan komposisi serbuk gipsum, serat kulit waru dengan serbuk . 2. Serbuk dan serat kulit waru sangat berperan terhadap papan gipsum sebagai

bahan plafon yang tahan pada penyerapan air.

1.6 MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat penelitian ini adalah

1. Termanfaatkannya serat kulit waru sebagai pengisi ( ) untuk keperluan pembuatan papan gipsum sebagai bahan plafon dengan bahan serbuk gipsum serbuk sebagai yang memiliki sifat fisis dan sifat mekanik yang berdasarkan SNI 03&2105&2006 dan JIS A 5908&2003.

2. Menghasilkan papan gipsum sebagai bahan plafon yang tahan terhadap air

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENGERTIAN GIPSUM

Gipsum merupakan salah satu minerial non logam, gipsum terdiri dari

(CaSO4.2H2O). Gipsum adalah salah satu contoh mineral dengan

kadar kalsium yang mendominasi pada mineralnya. Gipsum yang paling umum ditemukan adalah jenis dengan rumus kimia CaSO4.2H2O. Gipsum

adalah salah satu dari beberapa mineral yang teruapkan. Contoh lain dari mineral & mineral tersebut adalah , , , dan . Mineral & mineral ini diendapkan di laut, danau, gua dan di lapian garam karena konsentrasi ion & ion oleh penguapan. Ketika air panas atau air memiliki kadar garam yang tinggi, gipsum berubah menjadi (CaSO4.H2O) atau juga menjadi (CaSO4). Dalam keadaan

seimbang, gipsum yang berada di atas suhu 108 °F atau 42 °C dalam air murni akan berubah menjadi . Gipsum dapat berubah secara perlahan & lahan menjadi (CaSO4.5H2O) pada suhu 900C. Bila dipanaskan atau dibakar pada suhu

1900C & 2000C akan menghasilkan kapur gipsum atau yang dikenal dalam perdagangan sebagai . Pada suhu yang cukup tinggi yaitu lebih kurang 534

0

C akan dihasilkan (CaSO4) yang tidak dapat larut dalam air dan dikenal

sebagai gipsum mati. Proses kalsinasi gipsum terdiri atas α (alpha) dan β (beta) hemidrat. Keduanya mempunyai bentuk kristal yang sama, tetapi sifat fisika yang berbeda. α (alpha) dilakukan dengan memanaskan (kalsinasi gipsum hasil preparasi), didalam suatu lingkungan yang jenuh air pada suhu 970C dengan tekanan tinggi yang dihasilkan dari # dengan uap air. Beberapa metode lain untuk menghasilkan β

, yaitu dengan kalsinasi dalam tanur putar, $ $ (dengan pemakaian panas $ ) atau kombinasi dengan kalsinasi (pemanasan) melalui (Supriatna, S, 1997).

Proses reaksi kimia dari gipsum : Dehidrasi :

CaSO4.2H2O + Energi CaSO4.0,5H2O +1.5H2O

(27)

Rehidrasi :

CaSO4.0.5H2O + 1.5H2O + 1.5H2O CaSO4.2H2O + Energi

(Sumber : Ballirano, P, 2009)

Material gipsum tidak membahayakan bagi kesehatan manusia, sebagai faktanya banyak pengobatan modern dengan gipsum sudah mulai sejak dulu dimana gipsum digunakan sebagai pengisi pencetakan gigi dalam bidang kedokteran (Nurudin,A, et al 2011).

2.1.1 Sifat, Bentuk dan Jenis Gipsum

Menurut Supriatna, S, 1997, adapun sifat fisis gipsum adalah : 1. Warna : putih, kuning, abu & abu, merah jingga, hitam bila tidak murni 2. Massa jenis : 2,31 – 2,35 g/cm3

3. Keras seperti mutiara terutama permukaan 4. Bentuk mineral : , serabut dan 5. Kilap seperti sutera

6. Konduktivitasnya rendah

Adapun sifat kimia gipsum adalah:

1. Pada umumnya mengandung SO3 = 46,5 % ; CaO = 32,4 % ; H2O = 20,9 %

2. Kelarutan dalam air adalah 2,1 gram tiap liter pada suhu 400C ; 1,8 gram tiap liter air pada 00C ; 1,9 gram tiap liter pada suhu 70

&

900C

3. Kelarutan bertambah dengan penambahan HCL atau HNO3

Berdasarkan proses terbetuknya gipsum dibagi menjadi dua jenis yaitu :

1. Gipsum alam, yaitu merupakan mineral yang yang mengandung dua molekul air dengan rumus kimia CaSO4.2H2O, dimana jenis batuannya adalah

, , dan , dengan warna bervariasi mulai dari putih, kekuning & kuningan sampai abu & abu.

(28)

kedalamnya dan sumber lainnya adalah gipsum sebagai produk sampingan

pembuatan , dan .

Gipsum merupakan bahan yang sering digunakan oleh masyarakat akhir&akhir ini selain harganya murah gipsum juga mudah dibentuk menjadi berbagai macam barang & barang rumah tangga. Gipsum juga merupakan bahan yang sangat mudah didapatkan di alam.

Tabel 2.1 Komposisi Kimia Bahan Gipsum

No Bahan Kandungan (%)

1 Kalsium (Ca) 23,28

2 Hidrogen (H) 2,34

3 Kalsium oksida (CaO) 32,57

4 Air (H%O) 20,93

5 Sulfur (S) 18,62

Sumber : Sinaga, S, 2009

Gambar 2.1 Serbuk Gipsum

2.1.2 Aplikasi Gipsum

Gipsum memiliki banyak kegunaan sejak zaman prasejarah hingga sekarang, beberapa kegunaan gipsum yaitu : (Tirama,S, 2009)

Sebagai pengental , karena memiliki kadar kalsium yang tinggi khususnya dibenua Asia diproses secara tradisional.

(29)

2. Untuk $ (pelapis dinding) 3. Sebagai bahan perekat

4. Penyaring dan sebagai pupuk tanah 5. Untuk bahan baku kapur tulis 6. Sebagai salah satu bahan pembuat 7. Sebagai indikator padah tanah dan air

2.2 KOMPOSIT

2.2.1 Pengertian Komposit

Menurut Matthews et al (1993), komposit adalah suatu material yang terbentuk dari kombinasi dua atau lebih material pembentuknya melalui campuran yang tidak homogen, dimana sifat mekanik dari masing & masing material pembentuknya berbeda. Dari campuran tersebut akan dihasilkan material komposit yang mempunyai sifat mekanik dan karakteristik yang berbeda dari material pembentuknya. Material komposit mempunyai sifat dari material konvensional pada umumnya dari proses pembuatannya melalui percampuran yang tidak homogen, sehingga kita leluasa merencanakan kekuatan material komposit yang kita inginkan dengan jalan mengatur komposisi dari material pembentuknya. Komposit merupakan sejumlah sistem multi fasa sifat dengan gabungan, yaitu gabungan antara bahan matriks atau pengikat dengan penguat.

Komposit berbeda dengan paduan, untuk menghindari kesalahan dalam pengertiannya, oleh Van Vlack (1994) dijelaskan sebagai berikut :

a. Paduan adalah kombinasi antara dua bahan atau lebih dimana bahan&bahan tersebut terjadi peleburan.

b. Komposit adalah kombinasi terekayasa dari dua atau lebih bahan yang mempunyai sifat & sifat seperti yang diinginkan dengan cara kombinasi yang sistematik pada kandungan & kandungan yang berbeda tersebut.

(30)

Pada umumnya komposit dibentuk dari dua jenis material yang berbeda yaitu: a. Pengikat (matriks) umumnya lebih mudah dibentuk ( ) tetapi mempunyai b. Kekuatan yang lebih rendah.

c. Penguat ( ) umumnya berbentuk serat yang mempunyai sifat kurang tetapi lebih kuat.

2.2.2 Klasifikasi Bahan Komposit

Secara garis besar ada 3 macam jenis komposit berdasarkan penguat yang digunakannya, yaitu: (Kaw, 1997)

1. & (Komposit Serat) merupakan jenis komposit yang hanya terdiri

dari satu laminat atau satu lapisan yang menggunakan penguat berupa serat / .

& yang digunakan bisa berupa ' '

( ), dan sebagainya. Fiber ini bisa disusun secara acak maupun dengan orientasi tertentu bahkan bisa juga dalam bentuk yang lebih kompleks seperti anyaman.

2. (Komposit Laminat), merupakan jenis komposit yang terdiri dari dua lapis atau lebih yang digabung menjadi satu dan setiap lapisnya memiliki karakteristik sifat sendiri.

3. ( (Komposit Partikel), merupakan komposit yang

(31)

2.2.3 Kelebihan Bahan Komposit

Menurut Sari,H, N, et al (2011), Bahan komposit mempunyai beberapa kelebihan berbanding dengan bahan konvensional seperti logam. Kelebihan tersebut pada umumnya dapat dilihat dari beberapa sudut yang penting seperti sifat & sifat mekanikal dan fisikal, keupayaan ( ), mudah dalam proses pembentukan dan biaya. Seperti yang diuraikan dibawah ini :

1. Sifat & sifat mekanikal dan fisikal

Pada umumnya pemilihan bahan matriks dan serat memainkan peranan penting dalam menentukan sifat & sifat mekanik dan sifat komposit. Gabungan dan serat dapat menghasilkan komposit yang mempunyai kekuatan dan kekakuan yang lebih tinggi dari bahan konvensional. Bahan komposit mempunyai densitas yang jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan bahan konvensional.

2. Mudah dibentuk

Komposit yang mudah dibentuk merupakan suatu kriteria yang penting dalam penggunaan suatu bahan untuk menghasilkan produk. Ini karena dikaitkan dengan produktivitas dan mutu suatu produk.Perbandingan antara produktivitas dan mutu adalah penting dalam konteks pemasaran produk yang berasal dari pabrik. Selain dari itu kemampuan untuk mudah dibentuk juga dikaitkan dengan berbagai tehnik pabrikasi yang dapat digunakan untuk memproses suatu produk. Dari hal tersebut jelas bahwa bahan komposit mudah dibentuk dengan berbagai tehnik pabrikasi yang merupakan daya tarik yang dapat membuka ruang yang lebih luas bagi penggunaan bahan komposit.

3. Biaya

(32)

2.3 PAPAN GIPSUM

Saat ini gipsum sebagai bahan bangunan digunakan unutk membuat papan gipsum dan profil pengganti triplek dari kayu. Papan gipsum plafon dalah salah satu produk jadi setelah mineral gipsum diolah menjadi proses pabrikasi menjadi tepung. Papan gipsum digunakan sebagai salah satu elemen dari dinding dan plafon.

Papan gipsum adalah nama generik untuk keluarga produk lembaran yang terdiri dari inti utama yang terdiri dari utama yang tidak terbakar dan dilapisi dengan kertas pada permukaannya. Selain untuk plafon, gipsum dipakai dinding seperti skat kamar dan $ (penutup tembok). Hanya saja gipsum tak bisa diaplikasikan untuk , kolom dinding atau penahan beban. Kekuatan papan gipsum berbanding lurus dengan ketebalannya.

Papan gipsum memanfaatkan kekuatan yang terdapat pada inti dan menambah kekutannya dengan kertas berkekuatan tarik tinggi. Kertas pada permukaan gipsum dipergunakan sebagai komposit dan menjadi bagian penting dari kekuatan dan kemampuan panel (Trisna H, 2012)

2.3.1 Jenis Papan Gipsum

Papan gipsum merupakan alternatif yang tepat untuk menggantikan triplek dan dapat diklasifikasikan dari jenis performa papan dan ketebalannya sebagai berikut : 1. Papan Gipsum Standar

Papan gipsum ini merupakan variasi umum dari papan gipsum tebal yang tersedia yaitu 9 mm, 12 mm dan 15 mm. (SNI 03&6384&2000).

2. Papan Gipsum Tahan Api

Papan gipsum ini mempunyai performa ketahanan api, durasi ketahanan apinya tergantung dari sistem dinding partisi yang digunakan. Tebal yang tersedia yaitu 12 mm dan 15 mm. (SNI 03&6384&2000).

3. Papan Gipsum Tahan Kelembaban

(33)

disarankan untuk dilapisi oleh keramik, tahan kelembaban bukan berarti tahan air. Tebalnya yang tersedia 9 mm, 12 mm dan 15 mm. (SNI 03&6384&2000).

4. Papan Gipsum Tahan Benturan

Papan gipsum ini mempunyai performa ketahanan terhadap benturan, dimana benturan&benturan yang dimaksud adalah benturan dari tubuh manusia, , meja, kursi dan sebagainya. Papan gipsum ini cocok dipergunakan dikoridor, dinding kamar rumah sakit. Tebal yang tersedia yaitu 12 mm dan 15 mm. (SNI 03&6384& 2000).

2.3.2 Pemanfaatan Papan Gipsum Sebagai Plafon

Plafon adalah bagian konstruksi, merupakan lapis pembatas antara rangka bangunan dibawah rangka atapnya, sedangkan papan gipsum plafon merupakan papan yang digunakan untuk konstruksi bangunan, khususnya pada dinding (partisi), plafon yang bahan dasarnya menggunakan gipsum (Simbolon, T, 2009).

Plafon merupakan bagian dari interior yang harus didesain sehingga ruangan menjadi sejuk dan enak dipandang (artistik). Plafon berfungsi antara lain yaitu :

1. Sebagai batas tinggi suatu ruangan, tentunya ketinggian dapat diatur dengan fungsinya ruangan yang ada. Umpamanya untuk ruang tamu pada sebuah rumah tinggal cenderung tinggi plafon direndahkan, begitu juga ruang makan agar mempunyai kesan familier dan bersahabat.

2. Sebagai isolasi panas yang datang dari atap atau sebagai penahan perambatan panas

dari atap ( ).

3. Sebagai peredam suara air hujan yang jatuh dari atap, terutama pada penutup atap dari bahan logam.

4. Sebagai penyelesaian dari elemen keindahan, dimana mempunyai tempat untuk menggantungkan bola lampu, sedang bagian atasnya untuk meletakan kabel&kabel

(34)

2.4 SERAT

2.4.1 Pengertian Serat

Serat adalah struktur berbentuk seperti rambut berasal dari serat atau rambut hewan, tumbuhan dan mineral. Secara komersial serat berdiameter antara 0,004 mm (0,00015 in) sampai dengan 0,2 mm (0,008 in). Didalam material komposit serat berfungsi sebagai penguat, pengisi dan penerus tegangan kesepanjang komponen dengan mempertimbangkan permukaan ( ) antara serat dengan

(Haiyum, M, 2010).

Serat merupakan gabungan dari beberapa berkas sub&serat. Dinding sel serat diperkuat dengan berbentuk spiral yang tergabung dalam

dan . Jadi dinding sel merupakan struktur komposit material yang diperkuat oleh gabungan . Komposisi permukaan eksternal dinding sel berupa lapisan dan $ ) yang mengikat sel. Dengan demikian, permukaannya tidak akan berikatan erat dengan pengikat ( ) polimer. merupakan

(Kusumastuti.A, 2009) .

Menurut Widiartha, I,G, et al, 2012, serat dapat menentukan karakterisistik bahan komposit, kekuatan, kekakuan, serta sifat mekanik lainnya, serat menahan sebahagian besar gaya – gaya yang bekerja pada bahan komposit, komposit dengan penguat serat ( ) sangat efektif, karena bahan dalam bentuk serat jauh lebih kuat dan kaku dibanding bahan yang sama dalam bentuk padat ( ). Kekuatan serat terletak pada ukurannya yang sangat kecil, kadang&kadang dalam orde mikron.

2.4.2 Serat Alam

(35)

kerajinan seperti dompet, hiasan dinding dan 'pembuatan panel atap yang kuat dan murah serta tahan api.

Kelebihan penggunaan dari serat alam menurut Kusumastuti.A, 2009 : 1. Serat murah didapat

Serat alam sangat mudah didapat, baik yang dipelihara manusia sampai dengan limbah yang sangat menggangu kesehatan dan lingkungan manusia.

2. Sifat fisika dan sifat kimia

Umumnya kekuatan serat tumbuhan tergantung pada kandungan dan sudut yang terbentuk antara ikatan pada lapisan kedua dinding sel dengan sumbu serat. Selain itu struktur dan sifat serat alam tergantung pada asal dan umur serat. Pada pengujian mekanis, serat menjadi elastis, daerah yang dikenai beban akan menghasilkan peningkatan dan kekuatan tarik, saat kecepatan pengujian diturunkan, baban yang diberikan akan tersimpan didaerah

.

2.5 SERAT KULIT WARU

Waru (+ ' merupakan jenis tanaman yang sangat dikenal oleh penduduk Indonesia. Jenis ini biasanya dapat ditemukan dengan mudah karena tersebar luas di daerah tropik dan terutama tumbuh berkelompok di pantai berpasir atau daerah pasang surut. Oleh karena sering ditemukan hidup di tepi pantai maka tanaman ini juga biasanya disebut waru laut. Waru (+ , suku kapas & kapasan atau

# , juga dikenal sebagai waru laut telah lama dikenal sebagai pohon peneduh tepi jalan atau tepi sungai dan pematang serta pantai. Walaupun tajuknya tidak terlalu rimbun, waru disukai karena akarnya tidak dalam sehingga tidak merusak jalan dan bangunan di sekitarnya. (Nurudin,A, et al,2011)

(36)

setelah direndam dan dipukul&pukul dapat diperoleh serat yang disebut lulup waru. Serat ini sangat baik untuk dijadikan tali.

Waru merupakan tumbuhan tropis berbatang sedang, terutama tumbuh di pantai yang tidak berawa atau di dekat pesisir. Waru tumbuh liar di hutan dan di ladang, kadang & kadang ditanam di pekarangan atau di tepi jalan sebagai pohon pelindung. Pada tanah yang subur, batangnya lurus, tetapi pada tanah yang tidak subur batangnya tumbuh membengkok, percabangan dan daun & daunnya lebih lebar. Pohon, tinggi 5 & 15 meter. Batang berkayu, bulat, bercabang, warnanya cokelat.

(a) (a) (b)

(c) (d)

(37)

2.5.1 Klasifikasi Tanaman Waru

Hasil uji karakterisasi permentasi kulit waru dapat dilhat pada tabel berikut: Tabel 2.2 Komposisi Serat Waru

No Nama komposisi % berat

Secara umum tanaman Waru digolongkan menjadi dua jenis, yaitu waru serat atau

waru tapel (+ ) dan waru hutan (+ , ). Kedua jenis

(38)

Kegunaan lain tanaman waru adalah dapat dimanfaatkan kayu dan seratnya. Kayu waru tapel dapat digunakan sebagai bahan kerajinan. Kayu yang dihasilkan oleh jenis waru ini bisa digunakan untuk bahan bangunan, walaupun agak sulit ditemukan dan termasuk langka. Untuk keperluan rumah tangga, tanaman waru selain bisa dimanfaatkan sebagai kayu bakar, ekstrak pucuk&pucuk mudanya ( ), bisa dijadikan jamu dan dapat memperlancar proses kelahiran bagi wanita hamil. Masih banyak manfaat tanaman waru (+ ) ini yang bisa digali lagi seperti untuk keperluan reboisasi, menghidupkan lahan kritis, sebagai tanaman penaung dan sebagainya (Nurudin, et al, 2011).

2.5.3 Klasifikasi Pohon Waru

Menurut (Simatupang, R, 2011) Klasifikasi Pohon Waru terdiri dari :

1. + Bl. (waru gunung atau waru gombong) memiliki bentuk pohon, daun, bunga dan buah yang serupa dengan + , dengan hanya sedikit perbedaan. Di antaranya, dengan kelenjar tulang daun yang lebih jauh dari pangkal, tangkai bunga yang sedikit lebih pendek,daun kelopak yang hanya melekat setengah jalan, dan biji yang berambut kasar.

2. + Roxb memiliki bentuk pohon yang kurus tinggi, terutama ketika muda,berdaun jauh lebih lebar, dengan daun penumpu yang panjang.

3. Soland. juga disebut waru laut atau waru lot; memiliki daun seperti kulit yang tidak berbulu, melainkan bersisik coklat rapat, nampak jelas pada daun yang muda. Bunga serupa dengan bunga waru, namun tangkai putiknya tidak berbagi di ujungnya.

(39)

2.6 " " ! (SEMEN TAHAN PANAS)

(Semen Tahan Panas) disebut juga , peredam panas sekaligus panas dalam bentuk semen cor dengan cara di . Lebih mudah penanganannya karena dapat dibentuk sesuai dengan permukaan yang ada.

Komposisi harus dirancang sesuai dengan beberapa model untuk mendapatkan kemasan partikel yang optimal. yakni, aditif pendispersi partikel ultra halus memungkinkan mengalir dan menempatkan dengan penambahan air rendah. Juga, pengisi reaktif dan aditif memenuhi ruang dalam antara partikel sehingga memberikan kemasan yang optimal dalam campuran. Penerapan cocok terutama pada suhu tinggi dapat dengan mudah digunakan untuk bagian tipis dan daerah yang sulit dijangkau. Pertunjukan yang luar biasa yang melibatkan sifat fisik, sifat mekanik, dan sifat termal tersebut tahan terhadap suhu termal erosi, abrasi, korosi (Martinovic, et al 2011).

(40)
(41)

2.7 KARAKTERISASI FISIK PAPAN GIPSUM PLAFON DENGAN PENGISI SERAT KULIT WARU DENGAN MATRIKS " " !

Karakterisasi dari papan gipsum plafon dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis campuran polimer dengan serat. Karakterisasi ini dilakukan dengan menggunakan pengujian berdasarkan pada standar JIS A 5908&2003 yang meliputi sifat fisik seperti densitas, daya serap air dan sifat mekanik sifat mekanik (uji kuat tekan /

, uji kuat lentur / ! , uji kuat tarik /

, uji kuat impak / " ) serta untuk menganalisa pengaruh suhu terhadap karakteristik papan gipsum plafon dilakukan analisis berupa analisa DTA maupun analisa XRD untuk mengetahui substansi atau bentuk kristal papan komposit dan pengamatan morfologi bahan (SEM). Karakterisasi papan gipsum plafon dari beberapa standar sebagai acuan untuk menentukan kwalitas papan partikel dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 2.4 Sifat Fisis dan Mekanis dari Berbagai Standar

No Sifat Fisik/Mekanik SNI 03?2105?2006 JIS A 5908?2003 1 Kerapatan (gr/cm3) 0,5 – 0,9 0,4 – 0,9 (Sumber : Standar Nasional Indonesia dan Japanese Industrial Standard)

2.7.1 Karakterisasi Densitas

(42)

diukur adalah ' merupakan densitas sampel yang berdasarkan volume sampel termasuk dengan rongga atau pori.

untuk benda padatan yang besar dengan bentuk yang beraturan, bentuk dan volume sampel dapat diukur dengan cara mengukur dimensinya. Sedangkan untuk bentuk yang tidak beraturan maka ditentukan dengan metode Archimedes (Faisal, 2007), yaitu dengan persamaan sebagai berikut :

... (2.1)

Dimana :

ρ = Denistas (kg/m3)

ρair = Densitas air (kg/m3)

Mk = Massa kering (kg)

Mg = Massa ketika sampel digantung dalam air (kg)

Mt = Massa tali penggantung (kg)

2.7.2 Karakterisasi Daya Serap Air

Untuk metode pengujian penyerapan air ini mengacu pada ASTM C 20&00&2005 dan SNI 01&4449&2006. Dimana pengujian ini dilakukan untuk mengetahui besarnya persentase penyerapan air oleh papan gipsum plafon.

Metode pengujian ini dilakukan dengan melakukan perendaman terhadap sampel papan gipsum plafon untuk waktu perendaman selama 24 jam (1 hari). Untuk menentukan besarnya nilai penyerapan air (Newdesnetty, 2009), dapat menggunakan persamaan sebagai berikut :

... (2.2)

Dengan : PA = Nilai Penyerapan air (%) Mb = Massa basah (kg)

(43)

2.8 KARAKTERISASI MEKANIK PAPAN GIPSUM DENGAN PENGISI SERAT KULIT WARU MENGGUNAKAN PEREKAT CASTABLE

2.8.1 Pengujian MOR dan MOE

Modulus pecah (MOR) merupakan tegangan lengkung akhir sebelum terjadinya patah dari suatu material dalam kelengkungannya, dan itu sering digunakan untuk membandingkan material satu dengan yang lainnya. MOR ( ) papan gipsum plafon mengacu pada SNI 03&2105&2006. Metode pengujian ini dimaksudkan untuk memperoleh nilai MOR dari kayu (Sudarsono, 2010).

Pada pengujian MOR, ada persyaratan untuk benda uji sebelum dilakukan pengujian antara lain yaitu benda uji harus sama jenisnya, benda uji bebas dari cacat yaitu papan tidak retak, tidak rapuh, dan kadar air maksimum 2 0% . Setelah dilakukan pengujian akan diperoleh nilai P maksimumnya, yang kemudian ditentukan nilai MOR nya dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

... (2.3)

Dimana : FR = Nilai MOR (N/m2)

PR = Beban patah (N)

S = Jarak penyangga (m) L = Lebar benda uji (m) T = Tebal benda uji (m)

Pengujian MOE ( ) dapat didefenisikan sebagai kemampuan material untuk menahan deformasi di bawah beban hingga bengkok sebelum patah. Tekanan fleksural pada dasarnya adalah kombinasi dari gaya tekan dan gaya tarik. MOE

(44)

Gambar 2.4 Defleksi Maksimum

Pada Gambar 2.4 tampak papan segi empat ditekan oleh gaya tunggal F pada bagian tengah sehingga papan akan mengalami . Jarak terbesar papan mengalami disebut maksimum. Bagian atas papan akan mengalami kompresi dan bagian bawah akan mengalami tarikan. Permukaan imaginer pada bagian tengah beam disebut bidang netral. Besarnya suatu tekanan atau tarikan akan bertambah besar bila semakin menjauhi bidang netral. Tekanan dan tarikan akan maksimum pada permukaan atas dan bawah. Pengujian MOE dari papan gipsum plafon mengacu pada SNI 03&2105&2006. Untuk menentukan nilai MOE, dapat menggunakan persamaan sebagai berikut

:

... (2.4)

Dimana : FE = Nilai MOE (N/m2)

S = Jarak penyangga (m) L = Lebar benda uji (m) T = Tebal benda uji (m)

Y = Titik pusat kelengkungan (m)

(45)

Gambar 2.5. Alat Uji Kuat Lentur

2.8.2 Pengujian Kuat Tarik

Pengujian kuat tarik bertujuan untuk mengetahui kekuatan maksimum suatu material bila dikenai beban. Pengujian ini dilakukan dengan menarik spesimen di kedua ujungnya hingga putus. Hasil yang di dapat dari uji tarik adalah beban maksimum yang dapat ditahan dengan kemuluran material. Biasanya hasil pengujian dituliskan dalam bentuk gaya persatuan luas.

Pengujian kuat tarik ini mengacu pada SNI 03&2105&2006, setelah dilakukan pengujian akan diperoleh nilai P maksimumnya, yang kemudian ditentukan nilai kuat tariknya ( Dieter, 1981), dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

... (2.5)

Dimana :

(46)

Gambar 2.6 Pemasangan Sampel Benda Uji Kuat Tarik

2.8.3 Pengujian Impak

Pengujian impak merupakan suatu pengujian yang mengukur ketahanan bahan terhadap beban kejut. Inilah yang membedakan pengujian impak dengan pengujian tarik dan kekerasan dimana pembebanan dilakukan secara perlahan&lahan. Pengujian impak merupakan suatu upaya untuk mensimulasikan kondisi operasi material yang sering ditemui dalam perlengkapan transportasi atau konstruksi dimana beban tidak selamanya terjadi secara perlahan & lahan melainkan datang secara tiba & tiba, contoh deformasi pada bumper mobil pada saat terjadinya tumbukan kecelakaan.

Prinsip dasar pengujian impak ini adalah penyerapan energi potensial dari pendulum beban yang berayun dari suatu ketinggian tertentu dan menumbuk benda uji sehingga benda uji mengalami deformasi. Pada pengujian impak ini banyaknya energi yang diserap oleh bahan untuk terjadinya perpatahan merupakan ukuran ketahanan

TEGANGAN

REGANGAN

0,6 m

0,5 m 0,12 m

0,02 m

0,02 m

(47)

impak atau ketangguhan bahan tersebut, setelah benda uji patah akibat deformasi, bandul pendulum melanjutkan ayunannya hingga posisi -. Bila bahan tersebut tangguh yaitu makin mampu menyerap energi lebih besar maka makin rendah posisi -. Suatu material dikatakan tangguh bila memiliki kemampuan menyerap beban kejut yang besar tanpa terjadinya retak atau terdeformasi dengan mudah. Pada Gambar 2.7 memberikan ilustrasi suatu pengujian impak dengan metode .

Gambar 2.7 Alat Uji Impak

Pada pengujian impak, energi yang diserap oleh benda uji biasanya dinyatakan dalam satuan joule dan dibaca langsung pada skala ( ) penunjuk yag telah dikalibrasi yang terdapat pada mesin penguji. Harga impak (HI) suatu bahan yang diuji dengan

menggunakan persamaan berikut :

... (2.6)

(48)

Benda uji charpy memiliki luas menampang lintang bujur sangkar (10 x 10 mm) dan memiliki takik ( ) berbntuk V dengan sudut 450C, dengan jari&jari dasar 0,25 mm dan kedalaman 2 mm. Benda uji diletakkan pada tumpuan dalam posisi mendatar dan bagian yang bertakik diberi beban impak dari ayunan pada bandul.

2.9 PENGUJIAN DTA

Pengujian termal dilakukan untuk mengetahui intensitas tahanan termal panel dinding dengan cara pengujian termal terhadap bahan dinding tersebut. Sampai pada suhu berapa panas berpengaruh pada bahan komposit. Metoda yang dapat digunakan

dalam pengujian termal adalah . (DTA). DTA adalah salah

satu tehnik yang dapat mencatat perbedaan antara suhu sampel dan senyawa pembanding baik terhadap waktu atau suhu saat kedua spesimen dikenai kondisi suhu yang sama dalam sebuah lingkungan yang dipanaskan atau didinginkan pada laju terkendali.

. (DTA) yaitu merupakan suatu alat untuk

menganalisis sifat termal suatu sampel yang memiliki berat molekul tinggi seperti bahan&bahan polimer dengan perlakuan sampel dipanaskan sampai terurai, yang kemudian transisi&transisi termal dalam sampel tersebut dideteksi dan diukur. Pengujian dengan DTA digunakan untuk menentukan temperatur kritis (Tg), temperatur maksimum (Tm), dan perubahan temperatur (TT), dengan ukuran sampel uji berkisar 30 mg (Stevens, 2011).

(49)

berada diantara Tg. Dari kedua komponen, karena itu pencampuran homogen digunakan untuk menurunkan Tg , seperti halnya dengan cair.

Gambar 2.8 Pola Umum Kurva DTA

gelas terjadi ketika polimer amorf atau bagian polimer semi & kristalin menunjukkan perubahan dari keadaan lunak dan menjadi keadaan keras, rapuh dan mirip getas. Suhu transisi gelas dipengaruhi oleh rantai, kekuatan dan ukuran gugus samping dan rantai samping. Fleksibilitas rantai ditentukan oleh kemudahan gugus & gugus yang berikatan kovalen untuk berotasi. Rotasi ditentukan oleh energi dari gaya – gaya kohesi molekul. Penurunan

rantai meningkatkan Tg melalui peningkatan halangan sterik. Halangan

(50)

Gambar 2.9 Alat UJI DTA

2.10 DIFRAKSI SINAR?X

(51)

Gambar 2.10 Alat Pengujian Difraksi Sinar – X (Shimadzu Coorporation)

Jika dari hasil XRD diperoleh nilai FWHM (& 1 + ) , maka dengan menggunakan persamaan . dapat diperoleh ukuran butir partikel pada sampel. Persamaan Debye Scherer dituliskan sebagai berikut:

... (2.7)

Keterangan :

K = 0,94 dianggap bentuk kristal mendekati bola L = Ukuran kristal

λ = 1,54 Å, jika anoda yang digunakan adalah Cu

( )

θ

θ

λ

cos 2

(52)

2.11 " + ! / 0 / /* (SEM)

(SEM) merupakan sejenis mikroskop yang

menggunakan elektron sebagai pengganti cahaya untuk melihat benda dengan resolusi tinggi. Analisis SEM bermanfaat untuk mengetahui mikrostruktur (termasuk porositas dan bentuk retakan) benda padat. Berkas sinar elektron dihasilkan dari filamen yang dipanaskan, disebut . Sebuah ruang vakum diperlukan untuk preparasi cuplikan. Cara kerja SEM adalah gelombang elektron yang dipancarkan electron gun terkondensasi di lensa kondensor dan terfokus sebagai titik yang jelas oleh lensa objektif. yang diberi energi menyediakan medan magnetik bagi sinar elektron. Berkas sinar elektron yang mengenai cuplikan menghasilkan elektron sekunder dan kemudian dikumpulkan oleh detektor sekunder atau detektor . Gambar yang dihasilkan terdiri dari ribuan titik berbagai intensitas di permukaan

Tube (CRT) sebagai topografi Gambar. (Kroschwitz, 1990).

Pada sistem ini berkas elektron dikonsentrasikan pada spesimen, bayangannya diperbesar denganlensa objektif dan diproyeksikan pada layar. Cuplikan yang akan dianalisis dalam kolom SEM perlu dipersiapkan dahulu, walaupun telah ada jenis SEM yang tidak memerlukan penyepuhan ( ) cuplikan.

Menurut Gedde, 1995 terdapat tiga tahap persiapan cuplikan, antara lain

1. Pelet dipotong menggunakan gergaji intan. Seluruh kandungan air, larutan dan semua benda yang dapat menguap apabila divakum, dibersihkan.

2. Cuplikan dikeringkan pada 60ºC minimal 1 jam.

3. Cuplikan non logam harus dilapisi dengan emas tipis. Cuplikan logam dapat langsung dimasukkan dalam ruang cuplikan.

(53)

katoda dan anoda dipasang tegangan 1,2 kV sehingga terjadi ionisasi udara yang bertekanan rendah. Elektron bergerak menuju anoda dan ion positif dengan energi yang tinggi bergerak menumbuk katoda emas. Hal ini menyebabkan partikel emas menghambur dan mengendap di

(54)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Polimer Departemen Kimia FMIPA USU, Laboratorium Pengujian Penelitian FMIPA USU, Laboratorium Mikroskop Elektron PTKI Medan dan Laboratorium Fisika UNIMED, Laboratorium Uji Polimer P2F LIPI dan penelitian ini dilakukan pada Februari – Mei 2013

3.2 ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN DALAM PEMBUATAN SAMPEL

3.2.1 Alat ? Alat Yang Digunakan Dalam Pembuatan Sampel

Alat & Alat Yang Digunakan Dalam Pembuatan Sampel adalah :

a. Alat cetakan dari bahan steinles digunakan untuk mencetak bahan uji. b. Alat mesin press untuk menekan cetakan agar didapat komposit padat.

c. Mixer digunakan untuk mencampur serbuk gipsum dengan serbuk agar merata.

d. Timbangan digital untuk menimbang massa bahan, penggaris dan pengaduk

e. Panci aluminium untuk tempat peletakkan campuran serbuk gipsum dan serbuk sewaktu di mixer bersamaan.

f. Ayakan 80 mesh g. Gergaji besi

h. Alat penguji papan komposit.

3.2.2 Bahan ? Bahan Yang Digunakan Pembuatan Sampel

Bahan&bahan yang digunakan pembuatan sampel adalah : a. Serat kulit waru

(55)

3.3 METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan pengujian sifat fisik dan mekanik berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI 03&2105&2006) dan JIS A&5908& 2003

3.4 PROSEDUR PENELITIAN

3.4.1 Perlakuan Pada Serat Kulit Waru

a. Kulit waru yang utuh dipotong&potong sepanjang 20 cm .

b. Kulit waru direndam didalam air selama 21 hari atau dalam larutan NaOH 1% selama 24 jam .

c. Serat kulit waru dipisahkan dari kulit terluarnya dan dibersihkan dengan air aquades . d. Serat dikeringkan dengan cara menjemur di panas matahari pada suhu 500 C.

e. Serat dipotong dengan panjang 2,5 cm dan 5 cm untuk susunan secara (serat lurus dan serat acak).

3.4.2 Perlakuan Pada Serbuk Gipsum dan Serbuk

Serbuk Gipsum dan serbuk ditimbang dengan neraca analitis sesuai komposisi yang telah ditentukan dan diayak dengan menggunakan ayakan ukuran 100 mesh, untuk setiap komposisi diaduk dengan mixer hingga diperoleh larutan yang merata.

3.4.3 Pembuatan Papan Gipsum Plafon

a. Serat kulit waru, serbuk gipsum, serbuk yang telah dicampur ditimbang sesuai komposisi yang telah ditentukan dengan menggunakan neraca analitis .

b. Pengadukan serbuk gipsum, serbuk untuk setiap komposisi diaduk dengan mixer hingga diperoleh larutan yang merata.

c. Mengoles wax pada pada alas cetakan.

(56)

Table 3.1. Komposisi Pembuatan Papan Gipsum Plafon

(57)

3.5 PREPARASI SAMPEL PAPAN GIPSUM

Pembuatan sampel dengan pemotongan bahan papan gipsum yang sudah jadi mengacu pada standar ASTM D&790 (pengujian kuat lentur), ASTM D&638 (pengujian kuat lentur), ASTM D&1037&99 (pengujian kuat tekan), ASTM D&256 (pengujian kuat impak) seperti terlihat pada gambar berikut:

Gambar 3.1 Ukuran sampel pengujian

Keterangan :

A = Sampel untuk uji densitas dan kadar air B = Sampel untuk uji kuat tarik

C, D = Sampel untuk uji kuat impak E = Sampel untuk uji kuat lentur

20,0 cm

10,0 cm

5,0 cm

5,0 cm 5,0 cm 5,0 cm

A

B

C

D

(58)

Adapun bentuk dan ukuran sampel masing&masing uji berdasarkan ASTM antara lain :

1.Bentuk Sampel Pengujian Kekuatan Tarik.

0,5 cm

6 cm

12 cm

Gambar 3.2. Bentuk Spesimen Pengujian Tarik dengan Standar ASTM D & 638

2.Bentuk Sampel Pengujian Kekuatan Bending/Lentur

10 cm

1 1cm

1,5 cm Gambar 3.3 Bentuk Sampel Pengujian Lentur dengan

Standar ASTM D&790

3.Bentuk Sampel Pengujian Kekuatan Impak.

10 cm

1 cm

1 cm Gambar 3.4 Bentuk Sampel Pengujian Impak dengan Standar ASTM D&256

(59)

3.6. VARIABEL PENELITIAN 3.6.1 Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah : serat kulit waru serbuk

3.6.2. Variabel Terikat 1. Serbuk gipsum 2. Pengujian Densitas 3. Pengujian Daya Serap Air 4. Pengujian Tarik (

5. Pengujian Kuat Lentur ( ! )

6. Pengujian Kuat Tekan ( ! )

7. Pengujian Kuat Impak (" ) 8. Analisa DTA

9. Analisa XRD 10.Analisa SEM

3.7 DIAGRAM ALIR PENELITIAN 3.7.1 Diagram Alir Penyiapan Serbuk

SERBUK " " !

siap pakai

& Serbuk terlebih dahulu diayak dengan ukuran butir 100 mesh

& Hasil ayakan dikeringkan pada suhu 500C

(60)

3.7.2 Diagram Alir Penyiapan Serbuk Gipsum

3.7.3 Diagram Alir Penyiapan serat kulit Waru SERBUK GIPSUM

SERBUK GIPSUM siap pakai

& Serbuk gipsum terlebih dahulu diayak dengan ukuran butir 100 mesh

& Ditimbang sesuai komposisi papan gipsum yang akan dibuat adalah 65 %,

Kulit Waru

Serat Kulit Waru

& Kulit waru yang utuh dipotong&potong sepanjang 20 cm

& Kulit waru direndam didalam air selama 21 hari atau dalam larutan NaOH 1% (24 jam )

& Serat dipisahkan dari kulit terluarnya & Dicuci dengan air aquades

& Dikeringkan dengan cara dijemur dipanas matahari 500C( 2 jam )

& Serat dipotong&potong sepanjang 2 cm dan 5 cm & Serat ditimbang sesuai dengan komposisi dalam tiap

(61)
(62)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL PEMANFAATAN SERAT KULIT WARU DALAM PEMBUATAN PAPAN GIPSUM PLAFON

Pada penelitian ini dilakukan beberapa pengujian dan analisa terhadap sampel papan gipsum plafon dengan memanfaatkan serat kulit waru sebagai bahan pengisi ( ) dari papan gipsum menggunakan serbuk sebagai pengikat ( ) Dengan variasi perbandingan komposisi tetap serbuk gipsum (65%) : komposisi bebas serbuk (35 % : 33 % : 31 % : 29 % : 27 % : 25 %) : komposisi bebas serat kulit waru (0 % : 2 % : 4 % : 6 % : 8 % : 10 %).

4.2 HASIL KARAKTERISASI FISIK DARI PAPAN GIPSUM PLAFON 4.2.1 Hasil Karakterisasi Densitas

Karakterisasi densitas atau massa jenis mengacu pada SNI&044&2006. Dimana telah dilakukan karakterisasi terhadap semua jenis variasi sampel. Berdasarkan data yang diperoleh dari pengujian, kemudian disubsitusikan ke persamaan 2.1. dengan tabel 4.1 dapat dilihat hubungan antara densitas dengan komposisi sampel dibawah ini :

(63)

Dari tabel 4.1 dapat digambarkan grafik hubungan densitas dengan komposisi sampel papan gipsum berikut :

Gambar 4.1 Grafik Hubungan Antara Densitas Dengan Komposisi Sampel

Dari Gambar Grafik 4.1 tersebut terlihat bahwa hasil penelitian menunjukkan nilai densitas papan plafon gipsum dengan pengisi ( ) serat kulit waru dan campuran sebagai yang dihasilkan berkisar antara 1166 kg/m3 sampai dengan 1590 kg/m3. Hal ini dikarenakan densitas atau massa jenis gipsum murni yang lebih besar dibandingkan dengan campuran serat kulit waru sebagai pengisi ( ) dan

campuran sebagai

Dengan penambahan serat kulit waru sebagai pengisi cenderung mengalami penurunan nilai densitas bahan, ini disebabkan karena serat kulit waru memiliki pori & pori yang fungsinya menyerap air dan dengan penambahan campuran mampu menyerap air dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa semakin kecil densitas suatu papan gipsum, akan semakin baik dipergunakan sebagai plafon karena ringan dan lebih aman bagi penggunanya apabila terjadi kerusakan.

(64)

Karakterisasi Pengujian daya serap air mengacu pada standar JIS A 5908 &2003 dan dikerjakan selama 24 jam perendaman untuk mengetahui besarnya persentase daya serap air yang terserap oleh sampel. Dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.2 Hasil Pengujian Daya Serap Air Papan Gipsum Plafon Komposisi Sampel Mb

(g)

Mk

(g)

PA (%)

65:35:00 10,23 7,63 34,08

65:33:02 8,15 6,24 30,61

65:31:04 7,12 5,79 22,97

65:29:06 6,63 5,48 20,99

65:27:08 6,83 5,87 16,35

65:25:10 6,56 5 ,54 18,41

Dari hasil Tabel 4.2 diatas dapat digambarkan Grafik hubungan daya serap air dengan komposisi sampel (Serbuk Gipsum : Serbuk : Serat Kulit Pohon Waru) dibawah ini :

(65)

Berdasarkan Gambar 4.2 tersebut, grafik menunjukkan bahwa persentase maksimum penyerapan air pada variasi 65:35:00 % yaitu 34,08 %, sedangkan persentase minimum pada variasi 65:27:08 % 16,35 %. Hal ini terjadi kemungkinan karena semakin banyak pada papan gipsum dapat mempengaruhi susunan atom dan morfologi bahan (Uji SEM), terlihat adanya ketidakhomogenan dalam pengadukan. Menurut Rosmaida (2009), pengadukan yang sempurna dan sangat homogen akan menyebabkan perekat akan melapisi sebahagian permukaan dari bahan pengisi papan gipsum dan hal ersebut membuat air tidak banyak terserap karena terhalang oleh gipsum plafon) persatuan luas sampai materialnya patah.

Tabel 4.3 Hasil Pengujian MOR Papan Gipsum Plafon Komposisi

(66)

Gambar 4.3. Grafik Hubungan Kuat Lentur Dengan Komposisi Sampel

Dari hasil penelitian ini kuat lentur ( ! ) untuk papan gipsum plafon dengan pengisi ( ) yang mempergunakan diperoleh sangat tinggi. Nilai terendah pada sampel uji dengan persentase volume 65:35:00 % yaitu 1206,58 N/m2dan yang tertinggi adalah pada papan gipsum dengan persentase 65:25:10 % yaitu 6076,12 N/m2.

Hasil penelitian pada papan gipsum plafon yang mempergunakan serat kulit waru sebagai pengisi dan campuran sebagai nilai kuat lenturnya sangat tinggi dibandingakan dengan gipsum murni dan hal ini dukung dengan campuran serbuk yang digunakan adalah merupakan semen yang memiliki daya serap air dan banyak dipergunakan sebagai plaster bahan bangunan yang memiliki ketahanan panas, daya tekan yang cukup tinggi.

4.3.2 Hasil Pengujian Kuat Tarik

(67)

Tabel 4.4 Hasil Pengujian Kuat Tarik Papan Gipsum Plafon

Grafik hubungan antara kuat tarik dengan komposisi sampel adalah sebagai berikut :

Gambar 4.4. Grafik Hubungan Kuat Tarik Dengan Komposisi Sampel

(68)

Perbedaan nilai tersebut cukup signifikan, ini menunjukkan bahwa penambahan serat kulit waru sebagai pengisi ( ) dan sebagai sangat efektif dalam meningkatkan sifat mekanik dari papan gipsum plafon terutama ketahanan terhadap beban tarik. Dari hasil ini menunjukkan bahwa kemampuan serat kulit waru sebagai pengisi adalah dengan susunan serat hybrid (serat acak dan serat lurus), Menurut Daniel, A,P et al, 2007, Fungsi utama dari serat adalah sebagai penopang kekuatan dari komposit, sehingga tinggi rendahnya kekuatan komposit sangat tergantung dari serat yang digunakan, karena tegangan yang dikenakan pada komposit mulanya diterima oleh matrik akan diteruskan kepada serat, sehingga serat akan menahan beban sampai beban maksimum. Oleh karena itu serat harus mempunyai tegangan tarik dan yang lebih tinggi dari pada penyusun komposit. Pemilihan serat atau penguat penyusun pada komposit juga harus mempertimbangkan beberapa hal salah satunya harga. Hal ini penting karena sebagai pertimbangan bila akan digunakan pada skala produksi besar. Arah serat juga mempengaruhi jumlah berat yang dapat diisikan kedalam . Menurut Mc Kinney (1995) dalam Tirama,S (2011) bahwa serat memiliki gaya antar molekul yang kuat sehingga menghasilkan ikatan yang kuat dan struktur yang berulang.

4.3.3 Hasil pengujian Kuat Tekan

Pengujian kuat tekan ini mengacu pada ASTM D&1037&99, hasil pengujian papan gipsum yang telah dilakukan pada sampel uji memperlihatkan bahwa persentase yang paling tertinggi nilai kuat tekannya pada papan gipsum yang mempergunakan

pada persentase 65:35:00 % yaitu 1303,82 N/m2 terus mengalai peningkatan kuat tekan hingga 4522,28 N/m2 komposisi sampel 65: 25 : 10 %. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh persentase yang dipergunakan pada pada papan gipsum tersebut. Sehingga semakin banyak pada papan gipsum maka nilai kuat tekannya semakin tinggi. Sesuai dengan sifat yaitu kekuatan

(69)

Tabel 4.5 Hasil Pengujian Kuat Tekan Papan Gipsum Plafon

Dari hasil pengujian kuat tekan papan gipsum pada tabel 4.5 tersebut dapa digambarkan

pada grafik hubungan kuat tekan dengan komposisi sampel berikut ini :

Gambar 4.5. Grafik Hubungan Kuat Tekan Dengan Komposisi Sampel

4.3.4 Hasil Pengujian Impak

Pengujian impak mengacu pada metode untuk mengukur ketahanan dari sampel terhadap beban kejut. Pengujian ini menggunakan alat 1 1 (

Gambar

Gambar 2.2 Pohon Waru      (a) Daun Waru              (b) Batang Waru
Tabel  2.2 Komposisi Serat Waru
Gambar 2.3  Serbuk ���������
Tabel. 2.3  Karakterisasi Bahan ��������
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sakramen, sebagaimana difahami oleh Gereja katolik, adalah tanda yang terlihat, yang dapat ditangkap oleh panca indera, yang dilembagakan oleh Yesus dan dipercayakan kepada Gereja,

semesta yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Penerapan Perencanaan Pajak Atas PPh

Pada satu sisi, ia menegaskan keesaan Allah sebagai satu- satunya zat yang dipertuhan (al-lllah) oleh manusia, dan menjadi titik tolak dari seorang muslim dalam memandang

Misalkan a adalah banyaknya bilangan ganj il pada bagian pal ing kiri, b menyat akan banyaknya bilangan genap di sebelah kanan kelompok bilangan ganj il, c menyat akan

dimasa datang, yang d ampaknya bisa menyentuh ke s t r a t a masyarakat.. menengah kebawal~ yang mayoritas butuli uluran tangan para

masukan-masukan yang digunakan untuk memperbaiki draft modul. Validitas dilakukan dengan memberikan angket kepada para ahli. Subjek validasi dalam penelitian dan

Dengan diketahuinya aktivitas biologik senyawa kimia yang terkandung di dalam tanaman obat, maka ramuan obat tradisional bagi remaja puteri memang dapat menciptakan suasana yang

Berdasarkan sejarahnya segala tumbuhan di dunia masih tumbuh liar tanpa ada penangan khusus untuk tumbuhan tersebut, perkembangan pola pikir manusia untuk