NILAI EKONOMI DAN SEBARAN AREN(
Arenga pinnata
)
( Studi Kasus : Desa Suka Maju dan Desa Bukum Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang )
HASIL
Oleh :
Erickson Purba
091201131/Manajemen Hutan
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
ABSTRACT
ERICKSON PURBA: Economic Value and Distribution Aren (Arenga pinnata). (Case Study Suka Maju village, Bukum village ,district Sibolangit and Deli Serdang Regency). Guided by Oding AFFANDI and LILIEK P. Asmono.
ABSTRAK
ERICKSON PURBA : Nilai Ekonomi dan Sebaran Aren(Arenga pinnata). (Studi Kasus Desa Suka Maju dan Desa Bukum ,Kecamatan Sibolagit, Kabupaten Deli Serdang ). Dibimbing oleh ODING AFFANDI dan LILIEK P. ASMONO.
Aren (Arenga pinnata) merupakan tumbuhan hutan yang memiliki banyak mamfaat tetapi belum bisa dimamfaatkan secara maksimal oleh masyarakat sekitar hutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran aren dan nilai ekonomi aren. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling .Berdasarkan penelitian yang dilakukan diketahui sebaran aren adalah berkelompok dan dominan tumbuh diketinggian 600-800 mdpl, sedangkan nilai ekonomi yang paling tinggi dari aren yang dimamfaatkan adalah gula merah dan nilai ekonomi terendah adalah tuak
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Doloksanggul 23 Agustus 1991 sebagai anak pertama dari enam bersaudara, dari pasangan Bapak H. Purba dan Ibu R. Simamora. Penulis memulai pendidikan formal di SD N 173404 Sirisi-risi, Doloksanggul, Humbang Hsundutan, dan lulus pada tahun 2002. Kemudian penulis melanjutkan ke SMP Swasta St.Lusia Doloksanggul lulus tahun 2006, pendidikan menengah di SMA N1 Doloksanggul, lulus tahun 2009. Pada tahun yang sama penulis masuk ke jenjang pendidikan perguruan tinggi di Universitas Sumatera Utara melalui jalur SNMPTN di Universitas Sumatera Utara, Fakultas Pertanian, Program Studi Kehutanan.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik. Adapun judul dari penelitian ini adalah “Nilai Ekonomi dan Sebaran Aren(Arenga pinnata) Di Sekitar Kawasan Taman Hutan Raya
Bukit Barisan Kabupaten Deli Serdang” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Oding Affandi S.Hut ,MP dan Ir. Liliek P Asmono selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan masukan ,arahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan proposal penelitian ini. Selanjutnya penulis mengucapkan terimakasih juga kepada Dosen dan Staf Pegawai Program Studi Kehutanan Universitas Sumatera Utara. Dan yang terutama kepada kedua oaring tua penulis, keluarga dan sahabat-sahabat yang telah membantu dalam pembuatan skripsi ini.
Kiranya penelitian ini dapat bermamfaat bagi masyarakat, dunia ilmu pengetahuan dan bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Akhir kata, penulis mengucapkan banyak terimakasih.
Medan, Juli 2013
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Perumusan Masalah ... 3
Tujuan Penelitian ... 4
Manfaat Penelitian ... 5
TINJAUAN PUSTAKA Taman Hutan Raya Bukit barisan ... 6
Sejarah TAHURA Bukit Barisan ... 7
Kondisi Umum Lokasi TAHURA ... 8
Letak dan luas ... 8
Topografi iklim ... 9
Flora dan fauna ... 9
Sosial ekonomi masyarakat ... 10
Objek wisata ... 10
Desa Suka Maju ... 11
Desa Bukum ... 13
Potensi Aren ... 15
Nilai Ekonomi Hasil Hutan ... 19
Teori Pemasaran ... 20
METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian ... 22
Alat dan Bahan Penelitian ... 22
Teknik Pengambilan Sampel ... 22
Teknik Pengumpulan Data ... 23
Analisis Data ... 25
HASIL DAN PEMBAHASAN Sebaran populasi Aren di sekitar Kawasab Bukit Barisan Wilayah Kabupaten Deli Serdang ... 28
Nilai Ekonomi Hasil Aren ... 35
Kontribusi Nilai Ekonomi Aren Terhadap Pendapatan Masyarakat . 37
Jalur Pemasaran Hasil Aren Oleh Masyarakat ... 39
Gula Merah ... 39
Tuak ... 40
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 42
Saran ... 42
DAFTAR PUSTAKA ... 43
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Metode Pengelompokan Jumlah Pohon Aren Berdasarkan
Ketinggian ... 25 2. Pengelompokan Jumlah Pohon Aren Berdasarkan Ketinggian ... 29 3. Jenis Pemanfaatan Pohon Aren ( Arenga pinnata) oleh
Masyarakat Namo Sialang dan Sei Serdang ... 30 4. Persentase Nilai Ekonomi Hasil Aren yang Dimanfaatkan
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Kondisi Umum TAHURA Bukit Barisan ... 9
2. Kondisi Umum Desa Suka Maju... 13
3. Kondisi Umum Desa Bukum ... 14
4. Random Jalur Plot Aren ... 23
5. Peta Sebaran Aren ... 28
6. Proses Pembuatan Gula Merah ... 31
7. Proses pembuatan Tuak... 32
8. Jalur Pemasarn Gula Merah ... 36
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Halaman
1. Jenis Hasil Aren yang Dihasilkan Masyarakat Desa Namo Sialang dan Sei Serdang ... 41 2. Perhitungan Nilai Ekonomi Produk Hasil Aren ... 42
ABSTRACT
ERICKSON PURBA: Economic Value and Distribution Aren (Arenga pinnata). (Case Study Suka Maju village, Bukum village ,district Sibolangit and Deli Serdang Regency). Guided by Oding AFFANDI and LILIEK P. Asmono.
ABSTRAK
ERICKSON PURBA : Nilai Ekonomi dan Sebaran Aren(Arenga pinnata). (Studi Kasus Desa Suka Maju dan Desa Bukum ,Kecamatan Sibolagit, Kabupaten Deli Serdang ). Dibimbing oleh ODING AFFANDI dan LILIEK P. ASMONO.
Aren (Arenga pinnata) merupakan tumbuhan hutan yang memiliki banyak mamfaat tetapi belum bisa dimamfaatkan secara maksimal oleh masyarakat sekitar hutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran aren dan nilai ekonomi aren. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling .Berdasarkan penelitian yang dilakukan diketahui sebaran aren adalah berkelompok dan dominan tumbuh diketinggian 600-800 mdpl, sedangkan nilai ekonomi yang paling tinggi dari aren yang dimamfaatkan adalah gula merah dan nilai ekonomi terendah adalah tuak
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hutan merupakan suatu kesatuan ekositem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi oleh petanamanan dimana dalam persekutuan dengan lingkungannya, yang satu dengan yang lain tidak dapat dipisahkan ( UU No. 41 Tahun 1999 )
Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh petanamanan dan tumbuhan lainnya. Sumber daya hutan merupakan salah satu unsur dasar pembangunan yang pemanfaatannyan perlu dilakukan secara bijaksana sehingga sumber daya hutan tetap lestari agar selalu dapat mendukung pembangunan serta memenuhi kebutuhan masyarakat.
Hubungan antara masyarakat dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidup berlangsung sepanjang masa, sedangkan sifat dan intensitasnya mengalami perubahan sejalan dengan perkembangan kependudukkan dan kebudayaannya. Kehidupan masyarakat desa sangat bergantung pada sumber daya alam yang tersedia disekitarnya, fungsi tata guna lahan (hutan) sebagai sumber daya alam memberikan manfaat pengetahuan dan juga pengalaman masyarakat lokal tentang pemanfaatan berbagai tumbuhan dalam kehidupan sehari-harinya.
penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata, dan rekreasi.
Taman Hutan Raya (TAHURA) Bukit Barisan merupakan kawasan hutan lindung dan kawasan konservasi dengan luas keseluruhan mencapai 51.600 ha yang bertujuan untuk meningkatkan fungsi dan peranan hutan untuk menjaga ekosistem alam di sekitarnya serta sebagai upaya konservasi sumber daya alam.
Kawasan TAHURA didominasi oleh jenis-jenis tanaman pegunungan baik jenis lokal maupun yang berasal dari luar. Beberapa jenis tersebut antara lain : Pinus Merkusi, Altingia exelsa, Schima wallichi, Podocarpus sp, Toona surei dan jenis yang lain seperti Durian, Dadap, Rambutan, Pulai, Aren ( A. pinnata) , Rotan, dan lain-lain. Jenis tanaman yang berasal dari luar diantaranya : Pinus caribeae, Pinus khasia, Pinus insularis, Eucalyptus sp, Agathis sp, dan lain-lain.
Aren (A. pinnata ) adalah hasil hutan bukan kayu yang dapat dijadikan solusi yang ditempuh dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Tanaman aren merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi sehingga sangat prospektif dalam pengembangannya dan memiliki peluang yang sangat besar dalam meningkatkan perekonomian suatu wilayah. Aren (A. pinnata ) termasuk salah satu tanaman berpotensi cukup besar dikembangkan di Indonesia, karena tanaman ini merupakan sumber daya alam yang dikenal di kawasan tropika, disebabkan oleh manfaatnya yang beraneka ragam, seperti sagu, ijuk, tangkai tandan bunga jantan, buah, daun, pelepah, akar dan kulit batang yang banyak dimanfaatkan orang (Sunanto, 1993).
dapat menghasilkan 20-50 liter/hari/tanaman memiliki kadar gula 12-16%, harga nira berkisar Rp. 2.000/liter. Belum semua hasil Aren termanfaatkan, hal ini disebabkan faktor distribusi dan populasi aren yang tidak merata. Sedangkan di Tapanuli Utara harga gula Aren sekitar Rp 9.500 per kg (Viklund, 2008).
Pelestarian tanaman aren perlu dilakukan, mengingat banyaknya manfaat dari tanaman tersebut. Hanya saja agak lambat dalam perkembangannya menjadi komoditi agribisnis karena sebagian tanaman aren yang dihasilkan adalah tumbuh secara alamiah atau belum dibudidayakan.
Penelitian ini nantinya bisa menghasilkan data sebaran Aren (A. pinnata) disekitar kawasan TAHURA Bukit Barisan , di area atau di ketinggian berapakah aren banyak di temukan di sekitar kawasan TAHURA Bukit Barisan dan juga penelitian ini bisa memperoleh gambaran pemamfaatan Aren (A. pinnata ) dan nilai ekonominya.
Perumusan Masalah
Kawasan TAHURA memiliki banyak kekayaan flora, salah satu jenisnya yaitu Aren (A. pinnata). Tanaman memang sudah sejak lama dikenal para petani kita sebagai tanaman bernilai ekonomis. Namun hingga kini masukan ilmu dan teknologi pada Aren (A. pinnata) masih sangat minim, masyarakat sekitar masih belum optimal dalam pemanfaatannya, hanya masih memanfaatkan niranya saja, padahal masih banyak manfaat lainnya yaitu buah, lidi, batang dan akar.
mata ini, ternyata menyimpan potensi ekonomi yang luar biasa jika digarap secara optimal.
Nilai ekonomi dari hasil pemanfaatan aren (A. pinnata) sangat menjanjikan karena memiliki harga jual yang tinggi dan tidak membutuhkan biaya yang banyak dalam pemanfaatanya. Adapun dari permasalahan penelitian ini muncul dan timbul beberapa pertanyaan. Adapun pertanyaan dari masalah penelitian ini adalah
1. Bagaimana penyebaran Aren (A. pinnata) di sekitar kawasan TAHURA? 2. Bagaimana pemanfaatan Aren (A. pinnata) oleh masyarakat sekitar
kawasan TAHURA ?
3. Berapa nilai ekonomi hasil Aren (A. pinnata) yang dimanfatkan oleh masyarakat sekitar kawasan TAHURA ?
4. Bagaimana jalur pemasaran produk pemanfaatan Aren (A. pinnata) ?
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui penyebaran tanaman Aren (A. pinnata) di sekitar kawasan TAHURA Bukit Barisan Kabupaten Deli Serdang .
2. Untuk mengetahui pemanfatan tanaman Aren oleh masyarakat sekitar kawasan TAHURA Bukit Barisan Kabupaten Deli Serdang.
3. Untuk mengetahui nilai ekonomi hasil Aren (A. pinnata) yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar Kawasan TAHURA Bukit Barisan Kabupaten Deli Serdang .
Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan informasi untuk masyarakat umum, khususnya para petani yang mengelola tanaman aren dalam menambah pendapatan masyarakat di sekitar kawasan Tahura Bukit Barisan Kabupaten Deli Serdang
2. Memberikan masukan bagi instansi seperti Dinas Kehutanan dan Balai Tahura Bukit Barisan Kabupaten Deli Serdang dalam pengelolaan Sumber Daya Hutan sehingga meningkatkan kesejahteraan Masyarakat sekitar hutan dan terjaganya hutan lestari.
TINJAUAN PUSTAKA
Taman Hutan Raya
Taman Hutan Raya adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau buatan, jenis asli dan atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi
Taman Hutan Raya (grand forest park) merupakan bentuk pelestarian alam terkombinasi, antara pelestarian eks-situ dan in-situ. Sehingga sebuah Tahura dapat ditetapkan baik dari demikian, fungsi yang jelas sebuah hutan raya adalah sebagai ‘etalase’ sebagai tempat wisata
Fungsi Taman Hutan Raya sebagai ‘etalasi’ keanekaragaman hayati dan tempat penyelamatan jenis tumbuhan tertentu, yang mulai langka, terancam hampir mirip denga mengoleksi tumbuhan dari berbagai daerah, koleksi tanaman dalam Tahura sebagian besar (sekitar 80 %) haruslah tanaman lokal (bioregion) di mana Taman Hutan Raya tersebut berada dan sisanya boleh diisi dengan tanaman dari bioregion lain
menunjang budidaya dalam bentuk penyediaan plasma nutfah; (f) pemanfaatan tradisional oleh masyarakat setempat; dan (g) pembinaan populasi melalui penangkaran dalam rangka pengembangbiakan satwa atau perbanyakan tumbuhan secara buatan dalam lingkungan yang semi alami (PP No. 28 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam ).
Sejarah Tahura
Istilah “Taman Hutan Raya (Tahura)” di Indonesia dikenal sejak tahun 1985, saat diresmikan Taman Hutan Raya Ir. Juanda seluas 590 Ha , kemudian pada tahun 1986 Taman Hutan Raya kedua diresmikan di Sumater Barat dengan nama Taman Hutan Rya Dr.M.Hatta seluas 240 Ha , selanjutnya merupakan Taman Hutan Raya ketiga di Indonesia adalah Taman Hutan Raya Bukit Barisan yang berlokasi di Provinsi Sumater Utara dan ditetapkan dengan Keputusan Presiden No.48 Tahun 1988 tanggal 19 November 1988 ( Dinas Kehutan Provinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara, 1999/2000).
Areal Kawasan Tahura Bukit Barisan yang hutannya lebat dan perawan itu, meliputi wilayah Pemerintah Kabupaten Karo seluas 19.805 Hektar, Deli Serdang terdapat 17.150 hektar , Langkat 13.000 hektar dan simalungun 1045 hektar. Seluruh kawasan ini yang luasnya 51.600 hektar itu berasal dari Hutan Lindung 38.273 hektar (74,17%), Taman Nasional 13.000 hektar ( 25,20 %), Bumi Perkemahan Pramuka Sibolangit 200 hektar (0,39%), Cagar Alam Sibolangit 120 hektar (0,23%), dan Taman Wisata Lau Debuk-debuk 7 hektar (0,01%)
Masyarakat yang bermukim di sekitar Tahura Bukit Barisan terdiri dari suku Melayu, Karo, Aceh, Jawa, Nias dan Batak. Mata pencaharian penduduk utamanya bertani dan berkebun. Produksi Utamanya adalah sayur-mayur dan buah-buahan.
Kondisi Umum Lokasi Tahura
Letak dan luas
Tahura Bukit Barisan ditetapkan berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 48 Tahun 1988 dengan luas 51.600. Secara geografis terletak pada 001’16"-019’37" Lintang Utara dan 9812’16"-9841’00" Bujur Timur. ( Siagian ,2012).
Kawasan Taman Hutan Raya Bukit Barisan terletak di empat Kabupaten, yang tersebar di Kabupaten Langkat seluat 13.000 Ha, di Kabupaten Deli Serdang seluas 17.150 Ha, Kabupaten Simalungun 1.645 Ha dan Kabupaten Tanah Karo seluas 19.805 Ha( Siagian ,2012).
Sibayak I seluas 7.030 Ha, hutan lindung Sibayak II seluas 6.350 Ha, hutan lindung Simacik I seluas 9.800 Ha, hutan lindung Simacik II seluas 1.645 Ha ( Siagian ,2012).
Topografi dan Iklim
Kawasan Tahura Bukit Barisan umumnya memiliki karakteristik topografi terjal sampai curam dan hanya sebagian kecil bergelombang dan landai. Sebagian besar tanah Tahura Bukit Barisan terdiri dari tanah Litosol, Podsolik, Regosol, dan Andosol. Dengan rata-rata curah hujan berkisar antara 1.500-4.000 mm/tahun, dengan suhu terendah 160 0C dan tertinggi 320C.( Siagian ,2012).
Gambar 1 . Kondisi Umum Tahura Bukit Barisan
Flora Dan Fauna
Oinus khasia, Pinus massonia, Pinus insularis, Eucalyptus spp, Cupresus spp, Agathis sp. (Simbolon 1989)
Jenis tanaman lain yang terdapat pada kawasan Tahura adalah: Durian, Dadap, Petai hutan, Rambutan, Aren, Rotan, Bambu-bambuan, Kemenyan, Makadamia, Kaliandra, dan Beringin. Dan masih banyak jenis flora yang belum di inventarisasi ( Siagian ,2012).
Sosial Ekonomi Masyarakat
Sebagian besar masyarakat yang bermukim di sekitar Tahura Bukit Barisan umumnya suku Karo, Melayu, Aceh dan Batak Toba, dengan mata pencaharian sebagai petani. Dengan produksi utama jenis tanaman holtikultura seperti buah-buahan dan sayuran. Serta banyak jenis tanaman bunga hias dan hasil perkebunan lainnya. Sedangkan sebagian kecil penduduk adalah bekerja sebagai pedagang dan pengusaha.. (Sitepu, 2003).
Obyek Wisata
Sarana akomodasi dan penginapan sudah tersebar disekitar, mulai dari Sibolangit sampai dengan Brantagi baik berupa penginapan sederhana maupun hotel berbintang taraf international. Sebagai jantung utama Tahura Bukit Barisan berada di Tongkoh ( Siagian ,2013).
Di Tongkoh ini telah disediakan fasilitas penginapan, ruangan primer, perpustakaan, restoran, panggung budaya, juga aktrasi tunggang gajah, serta sarana karantina satwa. Selain untuk wisata , lokasi Tongkoh juga cocok untuk kegiatan penelitian, olah raga misalnya Lintas Wisata Alam dsb. Kawasan Tahura Bukit Barisan memiliki dua buah Gunung yaitu Gunung Sibayak 2.211 mdpl .
Desa Suka Maju
Letak dan luas
Desa Suka Maju terletak pada Kecamatan Sibolangit dengan luas 250 Ha yang terdiri dari 3 Dusun yaitu :
Dusun I : Suka Maju Dusun II : Batu Sianggeken Dusun III : Kuta Bungkai
Adapun batas wilayah desanya adalah:
- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Bulu Hawar
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Ketangkuhan
- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Ketangkuhan
Topografi dan Ketinggian Tempat
Desa Suka Maju berada pada ketinggian 647 mdpl, dengan curah hujan 2000 - 3000 mm per tahun dan suhu rata-rata harian 160C – 250C.
Aksesibilitas
Jarak dari Desa Suka Maju ke ibukota kecamatan 12 km dan jaraknya ke ibukota kabupaten 35 km serta ke ibukota propinsi 32 km. Waktu yang diperlukan dari desa untuk menempuh ke pusat fasilitas umum terdekat adalah ± 30 menit.
Kependudukan
Jumlah penduduk desa 632 jiwa (250 KK). Mayoritas penduduk beragama Kristen dan sisanya beragama Islam dan Katolik. Terdapat tempat ibadah yaitu Gereja, semuanya dalam keadaan baik. Mata pencaharian penduduk Desa Suka Maju umumnya bertani, sebagian Berladang , PNS, berdagang dan beternak (Pemerintah Kabupaten Deli Serdang, 2013).
Sosial Budaya
Gambar 2 . Kondisi Umum Desa Suka Maju
Desa Bukum
Letak dan luas
Desa Bukum terletak pada Kecamatan Sibolangit dengan luas 100 Ha yang terdiri dari 3 Dusun yaitu :
Dusun I : Bukum I Dusun II : Rih Pantar Dusun III : Silangge-langge
Adapun batas wilayah desanya adalah:
- Sebelah Utara berbatasan dengan TAHURA Bukit Barisan
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Ketangkuhan
- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Martelu
Topografi dan Ketinggian Tempat
Desa Bukum berada pada ketinggian 928 mdpl, dengan curah hujan 2000 -3000 mm per tahun dan suhu rata-rata harian 160C – 250C.
Aksesibilitas
Jarak dari Desa Suka Maju ke ibukota kecamatan 10 km dan jaraknya ke ibukota kabupaten 32 km serta ke ibukota propinsi 33 km. Waktu yang diperlukan dari desa untuk menempuh ke pusat fasilitas umum terdekat adalah ± 45 menit.
Kependudukan
Jumlah penduduk desa 669 jiwa (220 KK). Mayoritas penduduk beragama Kristen dan sisanya beragama Islam dan Katolik. Terdapat tempat ibadah yaitu Gereja, semuanya dalam keadaan baik. Mata pencaharian penduduk Desa Suka Maju umumnya bertani, sebagian Berladang , PNS, berdagang dan beternak (Pemerintah Kabupaten Deli Serdang, 2010).
Sosial Budaya
Gambar 3. Kondisi Umum Desa Bukum
Potensi Aren ( A. pinnata)
Aren termasuk suku Aracaceae ( Pinang-pinangan ), berikut adalah taksonomi aren
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta/ Anthophyta Sub-Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Palmales / Arecales / Spadiciflorae Famili : Palmae / Arecaceae
Sub Family : Caryotoidae Genus : Arenga
Spesies : A. pinnata (Soeseno,1995)
kadar asamnya tinggi. Umumnya tanaman aren bisa tumbuh di hampir setiap daerah di Indonesia (Soeseno, 1995 )
Tanaman ini hampir mirip dengan tanaman kelapa. Perbedaannya, jika tanaman kelapa batang tanamannya bersih (pelepah daun yang tua mudah lepas), maka batang tanaman aren ini sangat kotor karena batangnya terbalut oleh ijuk sehingga pelepah daun yang sudah tua sulit diambil atau lepas dari batangnya. Oleh karena itulah, batang tanaman aren sering ditumbuhi oleh banyak tanaman jenis paku- pakuan. Tangkai daun aren panjangnya dapat mencapai 1,5 meter, helaian daun panjangnya dapat mencapai 1.45 meter, lebar 7 cm dan bagian bawah daun ada lapisan lilin (Soeseno, 1995).
Aren merupakan tanaman yang sudah lama dimanfaatkan oleh penduduk Indonesia dengan produk utama berupa gula merah. Aren (Arrenge pinnata) mempunyai banyak nama daerah seperti : bakjuk/bakjok (Aceh), pola/paula (Karo), bagot (Toba), agaton/bargat (Mandailing), anau/neluluk/nanggong (Jawa), aren/kawung (Sunda), hanau (dayak, Kalimantan), Onau (Toraja, Sulawesi), mana/nawa-nawa (Ambon, Maluku) (Soeseno, 1995).
Nira aren di beberapa daerah selain sebagai bahan pemanis, melalui proses fermentasi, Nira diubah menjadi minuman beralkohol yang dikenal dengan nama tuak. Alkohol yang dihasilkan secara ilmiah dikenal dengan nama Etanol (Bioetanol), Nira dapat diubah menjadi bioetanol dengan bantuan fermentasi oleh bakteri ragi (Saccharomyces cereviseae) dimana kandungan gula (sukrosa) pada nira dikonversi menjadi glukosa kemudian menjadi etanol (Reksohadiprodjo, 1994 ).
dengan minimnya teknologi pengolahan Aren, minimnya lahan Aren, produk turunan yang belum berkembang dan belum banyaknya pengelolaan Aren secara Industri di Indonesia (Soeseno, 1995).
Nira Aren memiliki kelebihan dibandingkan dengan bahan baku bioetanol lainnya seperti singkong dan jagung (tanaman penghasil pati) dikarenakan tahap yang dilakukan cukup satu tahap saja yaitu tahap fermentasi, sedangkan bioetanol yang berasal dari tumbuhan berpati memerlukan tahap hidrolisis ringan (sakarifikasi) untuk merubah polimer pati menjadi gula sederhana (Reksohadiprodjo, 1994).
Belum banyak orang yang mengetahui manfaat air tanaman aren. Kecuali sebagai bahan dasar pembuatan gula merah. Air tanaman aren, bisa diambil manfaatnya melalui tiga cara. Langsung diambil dari tanaman, dimasak untuk dijadikan minuman, dan dijadikan gula (Soeseno, 1995).
Air aslinya rasanya manis campur pahit dan baunya menyengat hidung karena mengandung soda. Warnanya kuning dan berbuih jika dikocok-kocok. Air asli ini bisa mencegah masuk angin, panas-dingin, rematik, persendian yang kaku, dan lemah jantung. Bahkan, bisa meningkatkan stamina seseorang dengan cara dicampur kuning telur yang didinginkan secara alami selama semalam. Gula tanaman aren bisa digunakan untuk mengobati keracunan. Caranya dengan me-numbuk sampai halus dicampur air panas sampai menjadi hangat dan diminum. Semua manfaat ini, tak boleh dinikmati oleh wanita hamil. Karena unsur soda yang tinggi, wanita yang tengah mengandung bisa mengalami keguguran dan atau gangguan pada janinnya (Soeseno, 1995).
lingkungan, selain itu Aren dapat ditanam di daerah lereng atau perbukitan serta tahan penyakit sehingga dibandingkan dengan Tebu pengelolaan Aren jauh lebih mudah. Tanaman aren juga lebih efektif jika ditanam secara tumpang sari. Dengan metode penanaman tersebut, petani aren juga dapat menikmati penghasilan tambahan dari tanaman tumpang sari lainnya. Tumpang sari juga bisa dimanfaatkan untuk melakukan konservasi terhadap berbagai jenis tumbuhan di hutan Indonesia (Soeseno, 1995)
Selain itu tanaman Aren merupakan tanaman berdaun hijau, sehingga dengan menanam Aren, kita ikut serta dalam menumbuhkan paru-paru dunia dan mengurangi atau mencegah pemanasan global akibat emisi gas CO2 yang dihasilkan oleh aktivitas di bumi melalui proses fotosintesis. Dengan kondisi lingkungan yang semakin baik, kita dapat menyediakan masa depan lebih baik bagi anak-anak kita (Hardjosoediro, 1980).
Nilai Ekonomi Hasil Hutan
Nilai (value) merupakan persepsi manusia tentang makna/manfaat/kegunaan yang diberikan kepada sesuatu pada tempat dan waktu tertentu. Kegunaan, kepuasan dan kesenangan merupakan istilah-istilah lain yang berkonotasi sama dengan nilai atau harga. Persepsi itu sendiri merupakan ungkapan, pandangan seseorang (individu) tentang atau terhadap sesuatu benda, dengan proses pemahaman melalui pancaindera yang diteruskan ke otak untuk proses pemikiran, kemudian disini berpadu dengan harapan atau norma-norma kehidupan yang melekat pada individu atau masyarakat tersebut (Ichwandi, 1996).
dan metode biaya pengadaan. Metode nilai pasar digunakan jika barang/jasa tersebut sudah memiliki nilai pasar. Nilai pasar adalah harga barang atau jasa yang di tetapkan penjual dan pembeli di pasar. Penilaian ekonomi dengan metode nilai pasar akan di anggap paling baik dengan catatan nilai pasar itu tetap tersedia (Affandi dan Patana, 2002).
Metode nilai relatif digunakan jika barang/jasa tersebut tidak memiliki nilai pasar namun barang/jasa tersebut dapat di bandingkan dengan barang/jasa yang telah memilikinilai pasar. Metode nilai relatif dihitung dari hasil perkalian jumlah volume suatu objek (hasil hutan tersebut) dengan harga relatif barang tersebut. Metode penilaian melalui biaya pengadaan merupakan metode yang mengukur nilai suatu barang/jasa berdasarkan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan/mendapatkan barang/jasa yang digunakan. Metode ini digunakan jika barang tidak memiliki harga pasar dan tidak memiliki harga relatif (harga suatu barang jika dibandingkan dengan harga barang lain yang mempunyai harga pasar). Affandi dan Patana (2002) dalam penelitiannya mengatakan bahwa metode penilaian dengan harga pengadaan dapat dihitung dengan rumus :
Ni = ���
���
Dimana, N = Nilai ekonomi hasil hutan (Rp/unit volume) BP = Biaya pengadaan hasil hutan (Rp/pengambilan)
JV = Jumlah volume hasil hutan (unit volume/pengambilan) i = Jenis hasil hutan yang diambil
Teori Pemasaran
di bidang pemasaran produksi, keuangan maupun bidang lain. Selain itu tergantung pula pada kemampuan pengusaha untuk mengkombinasikan fungsi-fungsi tersebut agar usaha pemasaran dapat berjalan lancer (Awang, 2002).
Secara umum permintaan terhadap suatu barang dipengaruhi oleh harga barang itu sendiri, harga barang lain baik itu merupakan barang substitusi atau barang komplementer, pendapatan, dan selera. Permintaan suatu komoditas yang memiliki spesifikasi dipengaruhi oleh elastisitas permintaan masing-masing produk yang bahan bakunya barang itu sendiri. Besarnya angka elastisitas tersebut dengan demikian akan menggambarkan besarnya perubahan permintaan sebagai akibat adanya perubahan harga. Perilaku pasar suatu komoditi layak untuk dicermati karena akan bisa ditemukan tingkat harga yang paling tepat sesuai dengan ciri masing-masing aspek yaitu sisi penawaran di satu pihak dan sisi permintaan di pihak lain. Pola penentuan harga akan sangat tergantung pada kekuatan pelaku-pelaku ekonomi dalam struktur pasar yang ada (Awang, 2002).
Efisiensi pemasaran adalah kemampuan jasa-jasa pemasaran untuk dapat menyampaikan suatu produk dari produsen ke konsumen secara adil dengan memberikan kepuasan pada semua pihak yang terlibat untuk suatu produk yang sama ( Zain, 1998).
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Kegiatan penelitian ini dilakukan di Desa sekitar Taman Hutan Raya Bukit Barisan Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara yaitu Desa Suka Maju dan Desa Bukum Kecamatan Sibolangit. Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret hingga Mei.
Alat dan Bahan
Alat
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPS, Komputer, Alat tulis
Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Aren ( A. pinnata), Peta Adm Tahuran dan Kabupaten Deli Serdang ,Kuisioner.
Teknik Pengambilan Sampel
Responden
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Teknik Pengambilan sampel ini adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan tujuan tertentu yaitu sampel yang diambil dari masyarakat adalah masyarakat yang sehat jasmani dan rohani serta mampu berkomunikasi dengan baik.
Penentuan jumlah sample mengacu sesuai dengan rumus Slovin :
n = �
Keterangan :
n : Ukuran Sampel yang dibutuhkan N : Ukuran Populasi
e : Margin error yang diperkenakan 0,1 (Prasetyo dan Jannah, 2007 )
Aren (A. pinnata)
Pengambilan sampel tanaman aren dilakukan dengan membuat plot di setiap kelas ketinggian sebanyak 2 plot dengan ukuran 20mx100m, di mana teknik yang digunakan adalah random jalur. Random jalur adalah teknik pembuatan plot menurut jalur yang ada secara acak. Plot dibuat pada kiri dan kanan jalur dan di usahakan terdapat objek penelitian di dalamnya.
Gambar 4. Random Jalur Plot Tanaman Aren
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini baik itu data primer maupun data sekunder adalah :
0 – 300 mdpl
300 – 600
600 – 900 mdpl 20m
100m
20m
100m 20m
100m
20m
100m
20m
100m
20m
Observasi Lapangan
Observasi lapangan bertujuan untuk memperoleh informasi yang tidak dapat diperoleh baik dengan wawancara maupun dengan kuisioner. Beberapa alasan mengapa observasi perlu dilakukan dalam penelitian, antara lain :
1. Observasi didasarkan atas pengamatan langsung.
2. Observasi merupakan jalan terbaik untuk mengecek kepercayaan yang kemungkinan bias.
3. Observasi memungkinkan melihat dan mengamatin sendiri, kemudian mencatat prilaku dan kejadian sebagai mana yang terjadi pada keadaan sebenarnya.
4. Observasi memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan yang langsung diperoleh dari data.
5. Observasi memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-situasi yang rumit.
Observasi lapangan ini akan diketahui gambaran umum lokasi penelitian, kehidupan ekonomi, sosial budaya masyarakat. Selain itu peneliti akan melihat pemanfaatan dan pengolahan tanaman Aren (A. pinnata).
Kuisioner
Wawancara
Wawancara merupakan kegiatan atau pengumpulan data yang dilakukan dengan bertatapan langsung dengan responden. Data yang dikumpulkan dari hasil wawancara ini adalah berupa penjelasan-penjelasan dari data hasil kuisioner dan data-data lain yang tidak diperoleh melalui kuisioner.
Dokumentasi
Dokumentasi berupa foto yang dapat menghasilkan data deskriptif yang cukup berharga dan sering digunakan sebagai data pelengkap untuk meyakinkan keadaan sebenarnya di lapangan.
Analisis Data
Menentukan sebaran populasi
Untuk menentukan sebaran populasi mengunakan metode deskriptif yaitu penentuan lokasi berdasarkan perbedaan ketinggian antara 0-1500 mdpl. Jumlah Aren dihitung berdasarkan ketinggian dan disajikan dalam tabel seperti di bawah ini.
Tabel 1. Pengelompokan jumlah tanaman aren berdasarkan ketinggian
Ketinggian
(mdpl)
Plot
(20x100m)
Jumlah
(Tanaman)
Kerapatan / Ha
(Tanaman)
600-800m 1
2
800-1000 m 1
2
1000 – 1200 m 1
2
Rumus Kerapatan = ������
/��
x
Jumlah Aren (Plot)Keterangan : Plot/Ha = ( 10020�� )Ha = 0,2 Ha
Menentukan nilai ekonomi aren yang dimanfaatkan
Data yang diperoleh dari pengamatan dilapangan baik melalui
wawancara maupun kuisioner kemudian dianalisis secara kuantitatif . Nilai barang hasil dari aren untuk setiap jenisnya per tahun yang diperoleh masyarakat dihitung dengan cara:
1. Harga barang yang dihasilkan dari aren (A. pinnata) dianalisis dengan pendekatan harga pasar.
2. Menghitung nilai rata-rata jumlah barang yang diambil per responden per jenis.
Rata-rata jumlah barang yang diambil : ��+���+⋯…�� �
Keterangan : Xi = Jumlah baraang yang diambil responden n = Jumlah banyak peengambilan per jenis barang. 3. Menghitung total pengambilan per Unit Barang per Tahun
Total pengambilan per tahun = (rata-rata jumlah yang diambil ) x (frekuensi pengambilan) x ( jumlah pengambilan).
4. Menghitung nilai ekonomi barang hasil dari aren per jenis barang per tahun
Nilai Hasil Hutan Per jenis = Total Pengambilan (unit/tahun) x Harga Hasil dari aren.
5. Menghitung persentasi nilai ekonomi dengan cara : %NE = ∑���
∑�� x 100%
Keterangan: %NE = Persentase nilai ekonomi
NEi = Nilai ekonomi hasil dari Aren per jenis
%KNE = ∑���∑��� x 100%
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sebaran Populasi Aren ( A. pinnata) Berdasarkan Ketinggian Di Sekitar
Kawasan TAHURA Bukit Barisan Wilayah Kabupaten Deli Serdang.
Pola sebaran Aren ( A. pinnata) berdasarkan ketinggian di sekitar kawasan TAHURA Bukit Barisan wilayah Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat dari gambar dibawah ini :
Gambar 5. Peta Sebaran Aren
memfaatkan tanaman aren masih kurang. Sehingga hasil yang diperoleh dari memanfaatkan tanaman aren ini masih kecil.
Pada titik yang berwarna biru ,dilakukan pengambilan sampel sebanyak 2 plot dan pada titik biru tersebut didapatkan jumlah tanaman aren yang cukup banyak yaitu berjumlah 85 batang yang terdiri dari berbagai kelas umur dan lokasinya berada diluar kawasan Tahura tetapi masih berada dalam kawasan hutan Negara.
Titik yang berwarna kuning merupakan titik pada ketinggian 800 – 1000 mdpl dan pada titik ini dilakukan pengambilan sampel sebanyak 2 plot, jumlah tanaman aren yang didapat sebanyak 40 batang dan lokasi pengambilan titik ini sudah berada dalam kawasan tahura.
Sementara titik yang berwarna merah berada dalam ketinggian 1000-1200 mdpl , pengambilan sampel yang dilakukan sama pada titik yang sebelumnya yaitu sebanyak 2 plot, dan jumlah tanaman aren yang didapat semakin sedikit yaitu berjumlah 15 batang hal ini disebabkan bahwa tanaman aren tumbuk baik pada ketinggian 500-800 mdpl sesuai dengan pernyataan Sunanto (1993), di Indonesia tanaman aren dapat tumbuh baik pada ketinggian 500-800 mdpl. Pada daerah- daerah yang mempunyai ketinggian kurang dari 500 mdpl dan lebih dari 800 mdpl, tanaman aren tetap dapat tumbuh namun produksi buahnya hanya kurang memuaskan.
Jumlah tanaman aren setiap ketinggian, semakin tinggi kawasan penelitian maka tanaman aren yang ditemukan semakin sedikit. Ini di mungkinkan karena dua komponen yaitu komponen abiotik dan biotik, salah komponen abiotik yaitu iklim. Menurut Sunanto (1993), Faktor lingkungan tumbuhnya juga berpengaruh.Daerah perbukitan yang lembab dimana disekelilingnya tumbuh banyak tanaman keras , tanaman aren dapat tumbuh dengan subur dan juga tidak membutuhkan sinar matahari yang banyak sepanjang hari.
Hal inilah yang menyebabkan berkurangnya jumlah tanaman aren pada kawasan yang semakin tinggi. Pada lokasi penelitian yang dilakukan memiliki curah hujan sekitar 1200 mm. Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan (1998), tempat tumbuh aren yang paling baik dengan curah hujan > 1200 mm.
Hal ini juga yang dapat mempengaruhi kerapatan tiap ketinggian, semakin tinggi wilayah peneyebarannya, maka respon hewan terahadap perbedaan habitat dan cuaca musiman akan mempengaruhi penyebaran tanaman aren.
Pada kondisi dilapangan untuk tanaman aren yang tumbuh alami , tanaman aren ada yang tumbuh pada lahan yang miring dan cukup terjal sehingga konsini inilah yang membuat sebagian masyarakat kurang memamfaatkannya dan untuk menuju ke tempat tumbuh tanaman aren tersebut kita harus melewati lembah atau jurang.
Penyebaran tanaman aren di alam yang dijumpai dilokasi penelitian yaitu secara mengumpul hal ini sesuai dengan pernyataan Syafe’i (1990), Penyebaran secara berkelompok, adalah yang paling umum di alam, terutama untuk hewan. Pengelompokan ini disebabkan oleh berbagai hal yaitu Respon dari organisme terhadap perbedaan habitat secara local dan respon dari organisme terhadap perubahan cuaca musiman akibat dari cara atau proses reproduksi atau regenerasi .
Pemanfaatan Tanaman Aren Oleh Masyarakat Desa Bukum dan Suka Maju
Tanaman aren (A. pinnata) yang dimanfaatkan masyarakat digunakan untuk mencukupi pendapatan rumah tangga dan ada sebagian untuk digunakan pada kalangan sendiri. Jenis pemanfaatan tanaman Aren (A. pinnata) oleh masyarakat Desa Bukum dan Suka Maju yaitu gula merah dan tuak.
Tabel 3. Jenis Pemamfaatan Aren (A. pinnata) oleh masyarakat Desa Suka Maju dan Desa Bukum
No Hasil Aren MeManfaatkan (orang) Persentase (%)
Bukum Suka Maju
1 Gula Merah 17 27 68
2 Tuak 8 13 32
Di dua Desa ini, masyarakat sekitar memanfaatkan aren sebagian besar untuk membuat gula merah. Masyarakat mengambil nira dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari, sebagian untuk membuat tuak dan sebagian lagi untuk membuat gula merah, setiap air nira yang diambil pagi hari yang masih belum mencukupi untuk dibuat gula merah harus dipanasi hingga digabung dengan air nira yang diambil pada sore harinya , ini dilakukan agar air niranya tidak basi.
Gula Merah
Air nira dapat manfaatkan oleh masyarakat untuk dijadikan gula merah. Air nira yang telah diambil dimasukkan ke dalam satu wadah (wajan) yang diletakkan di atas tungku api kemudian dimasak. Pemasakan dilakukan hingga air nira menjadi kental dan berubah warna dari bening menjadi merah. Proses pemasakan ini membutuhkan waktu sekitar 2- 3 jam.
Setelah masak, air nira yang kental dimasukkan kedalam cetakan. Cetakan ini terbuat dari bambu yang dipotong melebar dengan tinggi sekitar 10 cm dan ditunggu hingga mengeras. Biasanya proses ini membutuhkan waktu sekitar 2 jam. Harga gula merah Rp18.000/kilogram merupakan harga yang sesuai .
Gambar 6. Nira yang akan dimasak Gambar 7. Nira yang sudah mengental
Masalah yang dihadapi dalam proses pembuatan nira menjadi gula merah ini adalah produksi nira dari tanaman aren sendiri kurang maksimal disebabkan oleh pokok tanaman aren kurang dirawat dengan baik dan ada juga hama yang melanda berupa monyet, musang, serta tikus. Dan juga kayu bakar yang minim dan cukup mahal yang dibutuhkan selama proses pemasakan.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 44 orang atau 68% dari jumlah responden penduduk Desa Bukum dan Suka Maju ikut memanfaatkan gula merah, rata-rata total pembuatan dalam sebulan pada kedua desa tersebut sekitar 210 Kg/ Bulan.
Gula merah yang dihasilkan pada desa Bukum dan Suka maju merupakan gula merah yang asli atau dengan kata lain memiliki kualitas yang bagus karena murni dimasak seutuhnya dari nira yang diambil tanpa ada campuran tambahan.
Tuak
Tuak adalah minuman beralkohol yang terbuat dari air nira aren. Minuman ini pembuatanya masih tradisional ,tetapi peminat dari tuak ini cukup banyak dan kebanyakan dari kalangan orang batak, hal ini dikarenakan bahwa tuak merupakan minuman yang memiliki rasa dan bau yang khas yang banyak memikat peminumnya. Tuak biasanya paling enak diminum saat malam dan lagi berkumpul dengan teman-teman. Efek dari tuak hamper sama dengan minuman beralkohol yang lainnya, memabukkan dan memberikan rasa panas di badan.
yang besar serta panjang yang sudah diikat dengan batang aren dengan menggunakan tali pengikat dan disetiap bagian bilur batangnya dibuat lubang tempat pemijakan.
Gambar 11. Pemanjatan Poho Aren Gambar 12. Pengambilan Nira
Pada dasarnya pembuatan tuak tidak terlalu sulit, air nira di biarkan lebih kurang satu hari saja pasti menjadi tuak. Sunanto (1993) mengatakan nira aren segar yang manis itu jika dibiarkan masih di dalam bumbung bambu akan mengalami proses fermentasi. Akan tetapi kualitas atau rasa tuak kurang enak, ada bahan yang harus dicampurkan. bahan yang digunakan adalah raru yang merupakan salah satu jenis kulit tanaman, dan sebagian besar raru yang didapat didatangkan dari Pekanbaru dengan nama istilah “Raru Sibolga”.
Air Nira yang sudah dicampur dengan raru , rasanya akan berubah total menjadi sepat atau pahit . Air nira yang berwarna bening menjadi kuning kecoklatan, harumnya pun juga berubah.
Tuak juga memberikan efek ketergantungan, sehingga orang yang sering meminum tuak, akan selalu ingin meminumnya lagi. Masyarakat yang telah ketergantungan tuak mengatakan, jika tidak meminum tuak secara berlebihan maka efek yang di dapat antara lain tidak selera makan dan tidak enak tidur, tetpai apabila diminum tidak berlebihan maka akan maka efek yang ditimbulkan adalah tidur menjadi nyeyak .
Gambar 15. Raru yang sudah diiris.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 21 orang atau 32% dari jumlah responden penduduk Desa Bukum dan Suka Maju ikut memanfaatkan tanaman aren untuk membuat tuak , rata-rata pembuatan dalam sebulan sekitar 450 liter/ Bulan.
Sehingga untuk mengatisipasinya , tergantung pada kamampuan sipengelola tuak meracik atau mencampur nira dengan raru yang dipakai.
Nilai Ekonomi Hasil Aren
Nilai ekonomi adalah nilai suatu barang atau jasa jika diukur dengan uang. Nilai ekonomi hasil aren dapat juga diartikan sebagai nilai / harga hasil aren yang dimanfaatkan yang dapat ditukarkan dengan uang. Aren termasuk sumber daya hutan yang nilai ekonomi yang sangat menjanjikan. Ichwandi (1996) mengatakan bahwa penelitian ekonomi sumber daya hutan adalah suatu metode atau teknik untuk mengekstimasi nilai uang dari barang atau jasa yang diberikan oleh suatu kawasan hutan.
Nilai ekonomi hasil aren diperoleh dari perkalian total pengambilan per jenis pertahun dengan harga perjenis. Hasil penelitian (lampiran 3) menunjukkan bahwa nilai ekonomi dari hasil pemanfaatan aren oleh masyarakat Desa Bukum dan Suka Maju Kecamatan Bandar Baru sebesar Rp 1.166.616.000 di tahun 2013. Nilai ini diperoleh dari pemanfaatan hasil aren seperti gula merah dan tuak.
Jenis pemanfaatan aren yang memberikan kontribusi terbesar terhadap pendapatan masyarakat adalah gula merah dengan nilai ekonomi sebesar Rp 924.696.000,- atau persentase jenis sebesar 68% dari jumlah total keseluruhan nilai hasil aren yang dimanfaatkan. Hal ini disebabkan karena frekuensi pengambilan sebanyak 36 kali dalam setahun dan harga jual gula merah juga sangat tinggi yaitu sebesar Rp 18.000,- persatuan unitnya (kg). Hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 2
setahun serta harga jual dari tuak yang dihasilkan sebesar Rp.1.400,- per satuan unitnya (liter) dan hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 2.
Tabel 4. Persentase Nilai Ekonomi Hasil Aren yang Dimanfaatkan Masyarakat
No Jenis Pemamfaatan Aren Jumlah (Rp) Persentase NE (%)
1 Gula Merah 924.696.000 68
2 Tuak 241.920.000 32
Total 1.166.616.000 100
Hal ini juga dapat dilihat selengkapnya pada lampiran 2. Besar dan kecilnya nilai ekonomi hasil pemanfaatan aren tergantung kepada jumlah pengambilan, frekuensi pengambilan dan harga tiap satuan jenis hasil aren.
Masyarakat di desa Bukum dan Suka Maju belum secara maksimal memamfaatkan hasil atau produk dari tanaman aren tersebut, terbukti masyarakat pemamfaat tanaman aren masih hanya memamfaatkan niranya saja dengan produk turunannya ialah gula merah dan tuak , didukung dengan permintaan akan gula merah dan tuak selalu ada dan berkelanjutan.
Sehingga untuk memamfaatkan produk tanaman aren yang lain seperti kolang-kaling dan ijuk seperti terabaikan dikarenakan permintaan untuk kedua produk tersebut tidak ada atau jarang ada permintaan didukung juga karena pengetahuan akan pengelolaan akan kolang-kaling dan ijuk belum paham.
Sedangkan untuk produk ijuk, permintaan konsumen atau pengumpul jarang atau tidak ada ke desa Bukum dan Suka Maju, sehingga masyarakat yang memamfaatkan tanaman aren tidak begitu tertarik atau tidak memamfaatkan ijuk dari tanaman tersebut.
Oleh karena kondisi tersebut maka petani yang memamfaatka tanaman aren di desa Bukum dan Suka Maju hanya mengelola produk yang bisa menjanjikan atau menambah pengahasilan sehingga dapat dikelola secara turun temurun.
Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap masyarakat pemamfaat tanaman aren, yang paling besar mendapat kontribusi nilai terhadap pendapatan ialah bapak Dian Ginting karena bertindak sebagai pengumpul tuak yaitu sebesar Rp.90.720.000,- per tahun. Dan petani aren yang mendapat kontribusi dari tanaman aren yang palin sedikit ialah bapak Hendrianus Barus dan Candra Barus sebesar Rp. 4.704.000,- , disebabkan karena tidak memiliki pokok aren yang cukup banyak dan hanya memamfaatkan yang tumbuh di alam saja.
Kontribusi Nilai Ekonomi Aren Terhadap pendapatan Masyarakat
Sedangkan tuak memberikan nilai kontribusi sebesar 9,17% dari total seluruh pendapatan masyarakat pemanfaat tanaman aren yaitu 241.920.000. Sehingga apabila diolah secara maksimal maka dapat dipastikan total pendapatan dari aren akan bertambah. Dari hasil yang diperoleh bahwa bukan hanya aren yang merupakan mata pencaharian utama masyarakat di desa tersebut, tetapi masih ada mata pencaharian lain yang utama juga.
Mata pencaharian utama masyarakat selain aren memiliki kontribusi sebesar 55,77% dari total seluruh pendapatan masyarakat yaitu 1.470.638.000,- yang berasal dari berbagai tingkat pekerjaan seperti bersawah, menanam kopi, cabai, karet, menanam jagung ,berkerja sebagai honor, dan PNS. Dari bersawah memberikan kontribusi sebesar 25,72% yaitu Rp.678.408.000,-, untuk kontribusi kopi sebesar 15,35% yaitu Rp.404.916.000,- untuk kontribusi cabai sebesar 3,19% yaitu Rp.84.242.000,-.
Untuk kontribusi tanaman Karet sebesar 1,93% yaitu Rp. 51.072.000,-, untuk kontribusi Tanaman jagung sebesar 0,45% yaitu Rp.12.000.000,-,untuk kontrisi dari pendapatan sebagai honor sebesar 2,95% yaitu Rp.78.000.00,-,Dan untuk kontribusi sebagai PNS sebesar 6,14% yaitu Rp.162.000.00,- Dan pendapatan masyarakat yang paling besar selain dari tanaman aren ialah bertani yaitu sebesar Rp.678.408.000,- karena mayoritas masyarakat di desa Bukum dan Suka Maju adalah bertani.
Jalur Pemasaran Hasil Aren oleh Masyarakat
Nilai ekonomi juga tercipta karena adanya pasar. Bahkan besar dari pada nilai tersebut dapat dipengaruhi oleh kondisi pasar, maksudnya banyak permintaan atau penawaran yang ada. Hal ini didukung oleh pernyataan Wirakusumah (2003), pasar merupakan jawaban terhadap masalah-masalah ekonomi yang secara konsekuensi ditempuh dalam sistem ekonomi bebas karena di pasarlah terjadi interaksi antara produsen dan konsumen secara leluasa.
Setiap pihak memutuskan sendiri berapa banyak komoditi yang akan dibeli atau dijual dan pada tingkat harga yang mana transaksi pembelian/penjualan itu diputuskan yang biasanya disebut harga pasar.
Lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran adalah tengkulak, pedagang besar, agen penjualan dan pengecer (Soekartawi, 2002). Jalur pemasaran manfaat hasil aren pada kawasan Desa Bukum dan Suka Maju tidak terlalu banyak melibatkan lembaga atau pelaku pasar. Umumnya jalur pemasaran pemanfaatan hasil aren pada kawasan Desa Bukum dan Suka Maju hanya melibatkan pengumpul pertama dan pengecer. Jumlah masyarakat yang menjadi pengumpul cukup banyak. Pengumpul Pertama sudah mengolah hasil aren seperti menjadi gula merah dan tuak. Pada tingkat pengecer hasil pemanfaatan nira yang diperoleh sudah dalam bentuk olahan seperti menjadi gula merah dan tuak. Pengecer ada yang dari dalam desa ada juga yang dari luar desa.
Gula Merah .
gula merah dari rumah pembuat gula, pengumpul lalu memasarkanya ke pengecer, proses ini terjadi di pasar dari pengecer lalu gula di pasarkan ke konsumen.
Gambar 7. Jalur Pemasaran Gula merah .
Pengumpul merupakan individu yang memiliki modal besar, karena dia akan mengumpulkan barang-barang yang dibelinya lalu dijual kembali kepengecer atau pedagang kecil. Biasanya yang menjadi pengumpul di sebut sebagai toke. Toke bukan penduduk asli desa, melainkan orang luar yang datang membeli. Dari toke inilah lalu gula aren di pasarkan ke pengecer atau pedagang kecil, yang di sebut pengecer adalah warung-warung atau kedai-kedai kecil.
Air nira yang telah diolah menjadi gula merah dipasarkan dengan harga Rp18.000/kilogram.
Tuak
Untuk air nira yang diolah untuk minuman beralkohol atau biasa di sebut sebagai tuak, tidak hanya dipasarkan hanya didalam desa tetapi ada keluar desa bahkan lekuar kecamatan . Terkadang tidak ada perantara antara pembuat tuak dan konsumen. Konsumen biasanya membeli tuak langsung ke pembuat tuak tersebut. Hal ini terjadi karena konsumen lebih percaya kepada pembuat langsung karena tuak yang dihasilkan masih asli, makanya konsumen langsung membeli langsung ke rumah pembuat tuak.
Pengumpul Air Nira
Pembuat Gula Merah
Pengumpul Pengecer
Gambar 8. Jalur Pemasaran Tuak
Tuak juga di pasarkan lewat pengecer, yang menjadi pengecer adalah kedai tuak. Biasanya ramai pada malam hari, ada juga yang membelinya untuk dibawa pulang, di minum di tempat lain. Konsumen tuak ini umumnya meminum tuak dengan makanan lain seperti kacang atau daging atau sering di sebut juga dengan tambul.
Tuak dipasarkan dengan harga Rp 4.000 per botol atau Rp 3000/ liter, umumnya yang menjadi konsumen adalah orang dewasa Tuak biasanya di minum saat malam hari.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapat juga beberapa manfaat aren yang belum dimanfaatkan maupun yang tidak dimanfaatkan. manfaat aren tersebut antara lain daun aren, rambut aren (ijuk), batang aren, buah aren dan akar aren. Berdasarkan hasil wawancara manfaat aren ini tidak dimanfaatkan karena kurangnya pengetahuan mengenai pengolahannya dan harga jualnya yang relatif rendah di bandingkan dengan manfaat aren yang telah dimanfaatkan.
Pengumpul Nira
Pembuat Tuak
Pengecer Konsumen
Pengumpul Nira
Pembuat Tuak
KESEMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Sebaran aren (A. pinnata) di sekitar kawasan TAHURA yang paling banyak terdapat pada ketinggian 600 – 800 m.
2. Jenis – jenis hasil aren yang dimanfaatkan masyarakat Desa Bukum dan Suka Maju Kecamatan Sibolangit adalah ; Gula merah dan tuak.
3. Nilai ekonomi hasil aren yang paling besar adalah pemanfaatan gula merah dengan persentase nilai jenis sebesar 35,01 % yaitu Rp 333.600.000/tahun dengan jumlah pengguna sebanyak 31 orang dan nilai ekonomi yang paling kecil adalah pemanfaatan tuak dengan persentase nilai jenis sebesar 4,13 % yaitu Rp 39.360.000/tahun dengan jumlah pengguna sebanyak 10 orang.
4. Jalur pemasarn dari setiap hasil aren yang dimanfaatkan adalah sama, pelaku/lembaga yang terlibat didalam pemasaran adalah dimulai dari pengumpul nira, pembuat gula merah dan tuak, agen pengumpul dan konsumen.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, O. dan Patana, P., 2002. Penelitian Perhitungan Nilai Ekonomi
Pemanfaatan Hasil Hutan Non-Marketable oleh Masyarakat Desa Sekitar Hutan. USU. Medan .
Allorerung, David., 2007. Aren Tanaman Serbaguna. Dari Workshop/Aren_Tanaman_Serbaguna.htm. 27 September 2010 .
Dephut. 1999. Balai Konservasi Sumber Daya Alam I Sumatera Utara. Medan.
Ginting, P. 2006. Pemasaran Produk Pertanian: Studi Empiris Tentang marjin Pemasaran dan Efisiensi Pemasaran Sayuran di Kotamadya Bandung. USU Press. Medan.
Hardjosoediro, S., 1980. Pemilihan jenis Tanaman Reboisasi dan penghijauan hutan alam dan Hutan rakyat. Lokakarya Pemilihan Tanaman
Reboisasi.Yokyakarta.Yayasan Pembinaan Fakultas Kehutanan UGM Ichwandi, I. 1996. Nilai Ekonomi Sumberdaya Hutan dan Lingkungan. Fakultas
Kehutanan IPB. Bogor.
Mulyadi. 2004. Sekilas Tentang Hutan Tangkahan. e-mail:
co_rimba@yahoo.com. 23 Oktober 2010. Nazzaruddin dan F. Muchlisah., 1994. Buah Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta
Pemerintah Kabupaten Deli Serdang . 2013. Data Dasar Profil Desa Bukum. Pemerintahan Deli Serdang. Lubuk Pakam.
Pemerintah Kabupaten Deli Serdang . 2013. Data Dasar Profil Desa Suka Maju. Pemerintahan Deli Serdang. Lubuk Pakam
Reksohadiprodjo, S., 1994. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Energi. Penerbit BPFE. Yogyakarta
Siagian, Dapot.,2012. Jenis, Potensi Dan Nilai Ekonomi Hasil Hutan Yang Di Manfaatkan Masyarakat Sekitar Kawasan Tahura Bukit Barisan.Fakultas Pertanian USU. Medan
Simbolon, M., 1989. Tanaman Hutan Bukit Barisan Sumatera Utara. Kantor Wilayah Departemen Kehutanan Provinsi Sumatera Utara. Medan.
Sitepu, P., 2003. Perencanaan Interpretasi Lingkungan Pada Jalur Pendakian Gunung Sibayak Taman Hutan Raya Bukit Barisan Sumatera Utara. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sunanto, Hatta. 1993. Aren Budidaya dan Multiguna. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan
http://www.dephut.go.id/INFORMASI/UNDANG2/uu_41_99.htm(5 Januari 2012)
Undang-Undang Republik Indonesia no. 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
Viklund, A. 2008. Potensi Besar Agribisnis Aren.
Wikipedia. 2007. Ekosistem Antar komponen biotik dan abiotik. Dari http://id. wikipedia.org/wiki/Ekosistem#Antar_komponen_biotik_dan_abiotik Wirakusumah, S. 2003. Mendambakan Kelestarian Sumber Daya Hutan Bagi
Sebesar-Besarnya Kemakmuran Rakyat. Indonesia University Press. Jakarta Wiratno,M.Sc, Ir. 2005. Leuser, Warisan Dunia. Dari
Artikel/leuser_warisan_dunia_htm . 25 Oktober 2010
Lampiran 1. Pengelompokan jumlah tanaman aren berdasarkan ketinggian
Ketinggian (mdpl)
Plot (20m x 100m )
Koordinat
Jumlah (tanaman)
Kerapatan/ Ha (Tanaman)
X Y
600m-800m 1 452672.20602074 360875.18439229 7 55 2 452985.56693304 361222.28876395 6 30
800m-1000m 1 452784.46588615 358267.94358163 4 20 2 451746.42712244 357584.40750832 4 20
No Nama Responden Produksi Hasil Aren Total Pendapatan Hasil Aren (Rp/Tahun)
Gula Merah Tuak
Dian Ginting Deswan Barus Josep Barus Nomensen Tarigan Rencana Barus Herianto Barus Erdi Saragih Sorp Barus Kabar Barus Hendri Ginting
Giat Lesmana Sembiring Robi Barus
Sentosa Sembiring Stefanus Barus Wilson Tarigan Semangat Barus Mahuli Tarigan Deswan Barus Eddi Depare Bukti Tarigan Naek Barus Neguita Barus Kariawan Tarigan Tenang P Barus Hendrianus Barus Candra Barus
Barus-barus Silangge-langge Dedi Barus
Eliezer Barus Supirman Barus Asli Tarigan Demo Keliat Subur Karo-karo Suranta Tarigan Karnius Sembiring Roni Lase
Obet Sitepu Minto Tarigan Harianto Barus Roben Bukit Esra Tarigan Kasdin Tarigan Peno Tarigan Aurianto Barus Bahagia Keliat Bahagia Limbeng Martin Barus
Tumpal Lumban Raja Janto Sembiring Pulung Barus
51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
Enos Barus Bantuan Prasih Sikel Tarigan Piara Barus Junus Bukit Nasib Barus Pengharapan Barus Pintar Sinuhaji Romiano Tarigan Bahagia Bukit
√ √ √ √ √ √ √ √ √
√ 9.408.000
12.960.000 25.920.000 25.920.000 32.400.000 25.920.000 25.920.000 25.920.000 32.400.000 12.960.000
Lampiran 3. Perhitungan Nilai Ekonomi Produk Hasil Aren
a. Tuak
No Nama Responden
TUAK
Dian Ginting Deswan Barus Josep Barus Nomensen Tarigan Rencana Barus Herianto Barus Erdi Saragih Sorp Barus Kabar Barus Hendri Ginting
Giat Lesmana Sembiring Robi Barus
Sentosa Sembiring Stefanus Barus Wilson Tarigan Semangat Barus Mahuli Tarigan Deswan Barus Eddi Depare Bukti Tarigan Naek Barus Neguita Barus Kariawan Tarigan Tenang P Barus Hendrianus Barus Candra Barus
Barus-barus Silangge-langge Dedi Barus
Elieze Barus Supirman Barus Asli Tarigan Demo Keliat Subur Karo-karo Suranta Tarigan Karnius Sembiring Roni Lase
Obet Sitepu Minto Tarigan Harianto Barus Roben Bukit Esra Tarigan Kasdin Tarigan Peno Tarigan Aurianto Barus Bahagia Keliat Bahagia Limbeng
47
Martin Barus
Tumpal Lumban Raja Janto Sembiring Pulung Barus Enos Barus Bantuan Prasih Sikel Tarigan Piara Barus Junus Bukit Nasib Barus Pengharapan Barus Pintar Sinuhaji Romiano Tarigan Bahagia Bukit
b. Gula Merah
No Nama Responden
Gula Merah
Jlh (Hari) F TP Harga
Dian Ginting Deswan Barus Josep Barus Nomensen Tarigan Rencana Barus Herianto Barus Erdi Saragih Sorp Barus Kabar Barus Hendri Ginting
Giat Lesmana Sembiring Robi Barus
Sentosa Sembiring Stefanus Barus Wilson Tarigan Semangat Barus Mahuli Tarigan Deswan Barus Eddi Depare Bukti Tarigan Naek Barus Neguita Barus Kariawan Tarigan Tenang P Barus Hendrianus Barus Candra Barus
Barus-barus Silangge-langge Dedi Barus
Eliezer Barus Supirman Barus Asli Tarigan Demo Keliat Subur Karo-karo Suranta Tarigan Karnius Sembiring Roni Lase
Obet Sitepu Minto Tarigan Harianto Barus Roben Bukit Esra Tarigan Kasdin Tarigan Peno Tarigan Aurianto Barus Bahagia Keliat Bahagia Limbeng Martin Barus
48
Tumpal Lumban Raja Janto Sembiring Pulung Barus Enos Barus Bantuan Prasih Sikel Tarigan Piara Barus Junus Bukit Nasib Barus Pengharapan Barus Pintar Sinuhaji Romiano Tarigan Bahagia Bukit
Lampiran 4. Tabel pendapatan hasil selain aren
No Nama Responden
Pendapatan Hasil Selain Aren / Tahun
Sawah Kopi Karet Jagung Cabai PNS Honor
Dian Ginting Hardo Pardia Josep Barus Nomensen Tarigan Rencana Barus Herianto Barus Erdi Saragih Sorp Barus Kabar Barus Hendri Ginting
Giat Lesmana Sembiring Robi Barus
Sentosa Sembiring Stefanus Barus Wilson Tarigan Semangat Barus Mahuli Tarigan Deswan Barus Eddi Depare Bukti Tarigan Naek Barus Neguita Barus Kariawan Tarigan Tenang P Barus Hendrianus Barus Candra Barus Barus-barus Silangge-langge
Dedi Barus Elieze Barus Supirman Barus Asli Tarigan Demo Keliat Subur Karo-karo Suranta Tarigan Karnius Sembiring Roni Lase Obet Sitepu Minto Tarigan Harianto Barus Roben Bukit Esra Tarigan Kasdin Tarigan Peno Tarigan Aurianto Barus Bahagia Keliat Bahagia Limbeng Martin Barus Tumpal Lumban Raja Janto Sembiring Pulung Barus Enos Barus
53 54 55 56 57 58 59 60
Bantuan Prasih Sikel Tarigan Piara Barus Junus Bukit Nasib Barus Pengharapan Barus Pintar Sinuhaji Romiano Tarigan Bahagia Bukit
12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 14.400.000 18.000.000 12.000.000
4.080.000
6.000.000 12.000.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000
7.200.000
6.000.000
42.000.000
Lampiran 5. Tabel Pendapatan Masyarakat
No Nama Responden TUAK Gula Merah
Total Pendapatan
Hasil Aren
Total Pendapatan Selain Aren
Total
Dian Ginting Hardo Pardia Josep Barus Nomensen Tarigan Rencana Barus Herianto Barus Erdi Saragih Sorp Barus Kabar Barus Hendri Ginting
Giat Lesmana Sembiring Robi Barus
Sentosa Sembiring Stefanus Barus Wilson Tarigan Semangat Barus Mahuli Tarigan Deswan Barus Eddi Depare Bukti Tarigan Naek Barus Neguita Barus Kariawan Tarigan Tenang P Barus Hendrianus Barus Candra Barus
Barus-barus Silangge-langge Dedi Barus
Elieze Barus Supirman Barus Asli Tarigan Demo Keliat Subur Karo-karo Suranta Tarigan Karnius Sembiring Roni Lase Obet Sitepu Minto Tarigan Harianto Barus Roben Bukit Esra Tarigan Kasdin Tarigan Peno Tarigan Aurianto Barus Bahagia Keliat Bahagia Limbeng Martin Barus Tumpal Lumban Raja Janto Sembiring Pulung Barus Enos Barus Bantuan Prasih Sikel Tarigan
54
Piara Barus Junus Bukit Nasib Barus Pengharapan Barus Pintar Sinuhaji Romiano Tarigan Bahagia Bukit
25.920.000
Jumlah 241.920.000 924.696.000 1.166.616.000 1.470.638.000 2.637.254.000
Keterangan
NE : Nilai ekonomi per Tahun
KUISIONER
Identitas Responden
Nama :
Jenis Kelamin :
Agama :
Umur (Tahun) :
Pendidikan Terakhir : Pekerjaan Utama : Pekerjaan Sampingan :
Jumlah Anggota Keluarga :…… Orang
1. Berapa penghasilan Bapak/Ibu 1 bulan ?
2. Adakah tambahan penghasilan , jika ada berapa penghasilan tersebut perbulannya ?
3. Dari penghasilan yang Bapak/Ibu peroleh berapa jumlah anggota keluarga Bapak/Ibu?
4. Apa saja yang Bapak/Ibu mamfaatkan dari aren ( Arenga pinnata ) ? 5. Apa alasan yang mendorong Bapak/Ibu Memamfaatkan hasil aren (
Arenga pinnata ) ?
6. Apakah hasil dari pemamfaatan aren ( Arenga pinnata ) seluruhnya dijual atau sebagian saja yang Bapak/Ibu jual?
7. Jika hasil dari Aren ( Arenga pinnata ) yang Bapak/Ibu ambil dipakai sendiri , bagaimana bentuk pemamfaatannya dan digunakan untuk apa ? 8. Jika hasil dari aren yang Bapak/Ibu ambil tersebut dijual, berapa harga dari
masing-masing jenis hasil Aren ( Arenga pinnata ) tersebut ? 9. Dimana Bapak/Ibu menjual hasil yang diperoleh dari Aren ( Arenga
pinnata )?