• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Otonomi Perempuan Pekerja Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya (Kasus Desa Sumber Jaya. Kabupaten Bekasi, Propinsi Jawa Barat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tingkat Otonomi Perempuan Pekerja Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya (Kasus Desa Sumber Jaya. Kabupaten Bekasi, Propinsi Jawa Barat)"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT OTONOMI PEREMPUAN PEKERJA DAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

(Kasus Desa Sumber Jaya, Kabupaten Bekasi, Propinsi Jawa Barat)

MONALISA TRI OKTAVIANI

DEPARTEMEN SAINS

KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi bejudul Tingkat

Otonomi

Perempuan

Pekerja

dan

Faktor-Faktor

Yang

Mempengaruhinya (Kasus Desa Sumber Jaya, Kabupaten Bekasi,

Propinsi Jawa Barat) adalah benar karya saya dengan arahan dari

komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada

perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau

dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak ditrbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dan karya tulis saya

kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014

Monalisa Tri Oktaviani

(3)

ABSTRACT

MONALISA TRI OKTAVIANI. Autonomy Of Women Workers And Factors Contributing (Case : Desa Sumber Jaya, Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat). Supervised by WINATI WIGNA.

The purposes of this research were to identify factors that may affect women‟s autonomy in the household, knowing the extent to which gender ideology espoused women. Know the shapes of the women work load in the sector of production and reproduction, and to asses the impact of the gender ideology of women to the work load, economic contribution and the autonomy in the household. Respondents samples in this research were married women who work in the sector of production in the Desa Sumber Jaya, Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat. The results of this research indicate that women who adhered to a strong gender ideology affect her workload so that more light. Its lightweight women‟s workload affect the economic contribution of its. And economic contribution of women who contributed to the household affect the extent of their autonomy in the household. This study found that most respondents are already aware of gender visible from much research as 83.3% of respondents embrace gender ideology weak. The gender ideology will affect the workload that will be covered women. Women are weaker gender ideology would bear his workload light 74%. Gender ideology would also affect the economic contribution of women, the weaker gender ideology, the higher contribution to 74%. Besides her own characteristics one of which education, it affects the economic contribution of 72%. Other influences are variable workload on women‟s economic contribution. Women who bear the light workload will contribute to a high 84.2% in household. The latter is the effect of women‟s economic contribution to women‟s autonomy in the household, the higher the significant economic contribution of women to the household the higher the autonomy 83%.

(4)

RINGKASAN

MONALISA TRI OKTAVIANI. Tingkat Otonomi Perempuan Pekerja Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya (Kasus, Desa Sumber Jaya, Kabupaten Bekasi, Propinsi Jawa Barat). Di bimbing oleh WINATI WIGNA.

Terbukanya sektor publik bagi perempuan berarti juga telah membuka peluang bagi perempuan untuk memasuki dunia kerja. Peluang tersebut mengakibatkan perempuan dapat turut berperan secara ekonomi bekerja menghasilkan materi (uang) untuk kehidupan dirinya maupun keluarganya. Makin banyak tenaga kerja perempuan memasuki pasar kerja, maka semakin tinggi kualitas hidup perempuan dan keluarganya akan tetapi, ditemukan bahwa keikutsertaan perempuan menjadi tenaga kerja tak lepas dari berbagai tindakan yang mengarah pada ketidakadilan gender.

Ketidakadilan gender tersebut dipengaruhi oleh budaya patriarkhi yang masih dianut masyarakat, yaitu pandangan masyarakat yang lebih mengutamakan laki-laki dibandingkan perempuan. Dalam penelitian ini di temukan bahwa sebagian besar responden sudah sadar gender terlihat dari hasil penelitian sebanyak 83.3% responden menganut ideologi gender yang lemah. Ideologi gender ini akan berpengaruh pada beban kerja yang akan di tanggung perempuan. Perempuan yang menganut ideologi gender lemah akan menanggung beban kerja yang ringan (74%). Ideologi gender yang dia anut juga akan berpengaruh pada kontribusi ekonomi perempuan, semakin lemah ideologi gendernya maka akan semakin tinggi kontribusi ekonominya (74%) .

(5)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(6)

TINGKAT OTONOMI PEREMPUAN PEKERJA DAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

(Kasus, Desa Sumber Jaya, Kabupaten Bekasi, Propinsi Jawa Barat )

MONALISA TRI OKTAVIANI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Komunikasi Dan Pengembangan Masyarakat

Pada

Departemen Sains Komunikasi Dan Pengembangan Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS

KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

(7)

Judul Skripsi : Tingkat Otonomi Perempuan Pekerja Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya (Kasus Desa Sumber Jaya. Kabupaten Bekasi, Propinsi Jawa Barat)

Nama : Monalisa Tri Oktaviani NIM : I34070018

Disetujui Oleh

Dra Winati Wigna, MDS Pembimbing

Diketahui Oleh

Dr Ir Siti Amanah, MSc Ketua Departemen

(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2011 sampai Januari 2012 ini ialah otonomi perempuan, dengan judul Tingkat Otonomi Perempuan Pekerja Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Kasus Desa Sumber Jaya, Kabupaten Bekasi, Propinsi Jawa Barat. Terima kasih penulis ucapkan kepada responden yang telah bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner maupun wawancara mendalam, Dra Winati Wigna, MDS selaku dosen pembimbing, bapak Martua Sihaloho yang telah banyak membantu dan memberikan saran, bapak Ivanovich Agusta selaku penguji atas waktu dan kesediannya, serta bapak Ir Fredian Tonny, MS yang juga telah banyak membantu penulis. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada mama (alm), papa, dan anak-anakku, atas doa dan kasih sayangnya yang menguatkan dan memotivasi penulis. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(10)

DAFTAR ISI

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 16

Gambaran Umum Kota Bekasi Sebagai Kota Industri 16

Gambaran Umum Desa Sumber Jaya 16

Sejarah dan Letak Geografis 16

Sarana dan Prasarana 17

Kependudukan dan Ketenagakerjaan 18

TINGKAT OTONOMI PEREMPUAN PEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR

YANG MEMPENGARUHINYA 20

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Otonomi Perempuan Pekerja 20 Hubungan Antar Variabel Pengaruh Terhadap Otonomi Perempuan

dalam Rumah Tangga 20

Pengaruh Ideologi Gender Terhadap Beban Kerja Perempuan

dalam Rumah Tangga 20

Pengaruh Ideologi Gender Terhadap Kontribusi Ekonomi

(11)

Pengaruh Pendidikan Terhadap Kontribusi Ekonomi Perempuan

dalam Rumah Tangga 23

Pengaruh Beban Kerja Perempuan Terhadap Kontribusi Ekonomi

Perempuan dalam Rumah Tangga 23

Pengaruh Kontribusi Ekonomi Perempuan Terhadap Otonomi

Perempuan dalam Rumah Tangga 23

KESIMPULAN DAN SARAN 26

Kesimpulan 26

Saran 26

DAFTAR PUSTAKA 27

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Komposisi Jumlah Penduduk Desa Sumber Jaya Berdasarkan

Tingkat Pendidikan, 2011 18

Tabel 2 Komposisi Jumlah Penduduk Desa Sumber Jaya Berdasarkan

Tingkat Usia, 2011 18

Tabel 3 Komposisi Jumlah Penduduk Desa Sumber Jaya Berdasarkan

Tingkat Usia Kerja, 2011 19

Tabel 4 Jumlah dan Persentase Responden Menurut Usia di Desa Sumber

Jaya, 2011 19

Tabel 5 Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Desa Sumber Jaya,

2011 19

Tabel 6 Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Ideologi Gender di

Desa Sumber Jaya, 2011 20

Tabel 7 Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Beban Kerja di

Desa Sumber Jaya, 2011 20

Tabel 8 Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Ideologi Gender dan Beban Kerja di Desa Sumber Jaya, 2011 21

Tabel 9 Jumlah dan Persentase Responden Menurut Tingkat Total Pendapatan Rumah Tangga di Desa Sumber Jaya, 2011 22

Tabel 10 Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Kontribusi Ekonomi di Desa Sumber Jaya, 2011 22

Tabel 11 Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Ideologi Gender dan Kontribusi Ekonomi di Desa Sumber Jaya, 2011 23

Tabel 12 Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Pendidikan di Desa

Sumber Jaya, 2011 23

Tabel 13 Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Pendidikan dan Kontribusi Ekonomi di Desa Sumber Jaya, 2011 23

(13)

Tabel 15 Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Kontribusi Ekonomi dan Otonomi Perempuan di Desa Sumber Jaya,

2011 25

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran 11

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian 29

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Industrialisasi sebagai akibat majunya ilmu pengetahuan yang berhubungan langsung dengan berkembangnya inovasi, membuka peluang kepada perempuan untuk ikut bekerja. Hal ini dapat membuat perempuan berperan serta secara ekonomi sehingga menghasilkan pendapatan (uang) untuk dirinya sendiri maupun untuk membantu perekonomian keluarganya.

Selama satu dekade terakhir telah terjadi peningkatan partisipasi kerja perempuan, termasuk ibu rumah tangga di daerah perkotaan Indonesia, yaitu dari 32 menjadi 40 persen (Republik Indonesia 1994). Peningkatan ini tidak terlepas dari keberhasilan pembangunan terutama di bidang ekonomi, pendidikan perempuan dan keluarga berencana (Chatterjee 1989 dalam Hardinsyah 1996).

Peningkatan partisipasi kerja perempuan mempunyai efek positif dan negatif. Efek positifnya antara lain makin sedikitnya jumlah anak, meningkatnya kesejahteraan ekonomi, ikut aktif dalam membangun dan mengurangi sifat ketergantungan pada pria (Oey 1999).

Peningkatan partisipasi kerja perempuan juga memberikan pengaruh pada peran kerja perempuan. Perempuan menjadi memiliki peran kerja ganda yaitu pekerjaan reproduksi dan produksi. Selain bekerja di luar rumah untuk membantu perekonomian keluarganya perempuan juga harus tetap bekerja dalam rumah tangganya sebagai „ibu‟ mengurus rumah, memasak, mengurus anak-anak dan mengurusi pekerjaan rumah tangga lainnya (Budiman 1981).

Peran kerja perempuan berhubungan langsung dengan kontribusi ekonomi perempuan dalam rumah tangga, Pahl (1991) dalam Tombokan (2001) menyatakan bahwa jika istri bekerja ia akan lebih dominan dalam pengambilan keputusan. Kontribusi keuangan seseorang berpengaruh pada kekuasaannya dalam keluarga. Perempuan yang berpendapatan tinggi mempunyai peran dominan dalam pengambilan keputusan. Pendapat Deacon dan Firebaugh (1988) dalam Tombokan (2001) menambahkan bahwa pada keluarga yang suami dan istri bekerja, secara ekonomi istri tidak selalu tergantung pada suami sehingga ia memperoleh kesempatan yang lebih besar dalam pengambilan keputusan. Sajogyo (1983) dalam Tombokan (2001) berpendapat bahwa istri bekerja dapat terlibat dalam proses pengambilan keputusan seperti istri memutuskan dirinya untuk bekerja di luar rumah sehingga dapat menambah pendapatan keluarga.

Maynard (1985) sebagaimana dikutip oleh Daulay (2001) menghubungkan antara pengambilan keputusan pada keluarga dalam bidang finansial. Otoritas yang ada dalam keluarga erat hubungannya dengan individu yang mendapatkan uang lebih banyak (Maynard 1985 dalam Daulay 2001). Demikian pula hasil studi Burr Ahern dan Knowles (1977) sebagaimana dikutip oleh Daulay (2001) bahwa manakala pendapatan istri meningkat sebanding dengan pendapatan suami, maka ada kecenderungan pengaruh istri juga meningkat. Ahern dan Knowles (1997) juga menemukan bahwa pendapatan merupakan predikator terbaik terhadap power. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pengaruh (kuasa) istri sebagian besar terletak pada kontribusi relatif perempuan pada pendapatan rumah tangga.

(15)

dalam keluarga masih didominasi laki-laki, sehingga perempuan belum mencapai otonominya secara optimal. Hal tersebut disebabkan oleh pendidikan perempuan yang pada umumnya masih rendah walaupun saat ini dunia pendidikan semakin berkembang namun kesempatan perempuan tetap lebih sedikit dibandingkan laki-laki. Hal tersebut tidak terlepas dari ideologi gender yang masih dianut sebagian besar masyarakat Indonesia. Menurut Oey (1999) kebanyakan rumah tangga di Indonesia yang memiliki anak perempuan dan laki-laki maka yang akan mendapatkan pendidikan tertinggi adalah anak laki-laki karena kuatnya sistem patriarkhi yang dianut masyarakat Indonesia.

Kurangnya keahlian dapat menghambat perempuan dalam melakukan pekerjaan, hal ini terjadi karena pendidikan perempuan yang masih rendah. Rendahnya pendidikan perempuan, menyebabkan perempuan lebih banyak terserap pada pekerjaan informal. Dalam penelitian Suryochondro (1990), kurangnya keahlian menjadi salah satu hambatan perempuan tidak dapat bekerja. Kurangnya keahlian juga menyebabkan gaji perempuan pada umumnya lebih rendah dari gaji laki-laki walaupun untuk pekerjaan pada keahlian yang sama.

Hal-hal tersebut di atas mempengaruhi optimal tidaknya otonomi perempuan dalam rumah tangganya. Yang menjadi pertanyaan penelitian (research question) dalam penelitian ini adalah mengapa walaupun semakin terbuka peluang kerja bagi perempuan, tapi otonomi sebagian besar perempuan masih tetap rendah dibanding laki-laki, sehingga perlu diadakannya suatu penelitian mengenai otonomi perempuan dalam rumah tangga serta penyebab-penyebab keoptimalan otonomi perempuan dalam rumah tangga.

Desa Sumber Jaya, Kabupaten Bekasi, Propinsi Jawa Barat diambil sebagai tempat penelitian karena sebagian besar istri bekerja di luar rumah, baik yang berpendidikan tinggi maupun yang berpendidikan rendah. Mereka membawa penghasilan ke dalam rumah tangganya yang diduga akan mempengaruhi otonomi mereka dalam rumah tangganya.

Masalah Penelitian

Dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka perumusan masalah yang akan dikaji yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana ideologi gender perempuan mempengaruhi beban kerja perempuan dalam rumah tangganya di Desa Sumber Jaya?

2. Bagaimana ideologi gender perempuan mempengaruhi kontribusi ekonomi perempuan dalam rumah tangganya di Desa Sumber Jaya?

3. Sejauh mana pendidikan perempuan mempengaruhi kontribusi ekonomi perempuan dalam rumah tangganya di Desa Sumber Jaya?

4. Bagaimana beban kerja perempuan mempengaruhi kontribusi ekonomi perempuan dalam rumah tangganya di Desa Sumber Jaya?

(16)

Tujuan Penelitian

Dari perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian yang akan dilakukan yaitu sebagai berikut:

1. Mengetahui pengaruh ideologi gender perempuan terhadap beban kerja perempuan dalam rumah tangganya di Desa Sumber Jaya

2. Mengetahui pengaruh ideologi gender perempuan terhadap kontribusi ekonomi perempuan dalam rumah tangganya di Desa Sumber Jaya

3. Mengetahui pengaruh pendidikan perempuan terhadap kontribusi ekonomi perempuan dalam rumah tangganya di Desa Sumber Jaya

4. Mengetahui pengaruh beban kerja perempuan terhadap kontribusi ekonomi perempuan dalam rumah tangganya di Desa Sumber Jaya

5. Mengetahui pengaruh kontribusi ekonomi perempuan terhadap otonomi perempuan dalam rumah tangganya di Desa Sumber Jaya

Kegunaan Penelitian

(17)

PENDEKATAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka

Industrialisasi Dan Kesempatan Kerja Perempuan

Industrialisasi sebagai akibat majunya ilmu pengetahuan yang berhubungan langsung dengan berkembangnya inovasi, membuka peluang kepada perempuan untuk ikut bekerja. Hal ini dapat membuat perempuan berperan serta secara ekonomi sehingga menghasilkan pendapatan (uang) untuk dirinya sendiri maupun untuk membantu perekonomian keluarganya.

Dewasa ini banyak perempuan yang mulai meninggalkan rumah mereka untuk bekerja. Alasan mereka bekerja bervariasi ada yang bekerja karena ingin mengembangkan karir dan cita-cita, ada yang ingin mengisi waktu luang, dan tidak sedikit yang bekerja untuk membantu menopang ekonomi keluarga. Pada kasus yang bekerja untuk menopang ekonomi keluarga, kesulitan ekonomi memaksa mereka kaum perempuan dari kelas ekonomi rendah untuk ikut berperan meningkatkan pendapatan keluarganya dengan bekerja di luar sektor domestik.

Selama satu dekade terakhir telah terjadi peningkatan partisipasi kerja perempuan, termasuk ibu rumah tangga di daerah perkotaan Indonesia, yaitu dari 32 menjadi 40 persen (Republik Indonesia 1994). Peningkatan ini tidak terlepas dari keberhasilan pembangunan terutama di bidang ekonomi, pendidikan perempuan dan keluarga berencana (Chatterjee 1989 dalam Hardinsyah 1996).

Kurangnya keahlian dapat menghambat perempuan untuk melakukan pekerjaan, hal ini terjadi karena pendidikan perempuan yang masih rendah. Rendahnya pendidikan perempuan, menyebabkan perempuan lebih banyak terserap pada pekerjaan informal. Dalam penelitian Suryochondro (1990), kurangnya keahlian menjadi salah satu hambatan perempuan tidak dapat bekerja nafkah. Alasan-alasan lain yang dikemukakan oleh perempuan tidak bekerja adalah karena penghasilan suami sudah mencukupi, tidak mempunyai keahlian untuk bekerja nafkah, tidak ada modal, dan kesehatan tidak mencukupi.

Posisi tidak menguntungkan perempuan dalam pasar tenaga kerja biasanya dihubungkan dengan pendidikan mereka yang lebih rendah. Pada umumnya benar, karena 73 persen pekerja perempuan berpendidikan dasar (SD) dibandingkan dengan 63 persen pekerja laki-laki. Hampir semua kategori usia pekerja perempuan lebih rendah dibandingkan laki-laki. Hanya diantara pekerja anak (10-14 tahun), anak perempuan, sedikit „lebih baik‟ berpendidikan daripada anak laki -laki.

Sugianto (1978) menggambarkan bahwa pendidikan adalah satu-satunya yang menjadi urgensi dalam usaha meningkatkan status perempuan. Dia menekankan pendidikan dalam bidang kejuruan karena bidang ini akan mempermudah perempuan dalam mencari pekerjaan sehingga mereka dapat mandiri dalam hal ekonomi.

(18)

dikarenakan oleh semakin terbukanya peluang pendidikan bagi perempuan, dikarenakan pula oleh kemajuan teknologi yang memungkinkan perempuan dapat menyelesaikan masalah keluarga dan masalah kerja sekaligus.

Pergeseran struktural di pasar tenaga kerja muncul sebagai tenaga kerja yang lebih terdididik. Hanya dalam 8 tahun antara tahun 1986 dan 1994 pangsa dari penduduk usia kerja ( 10 tahun +) dengan sedikit atau tidak sekolah menurun dari setengah sampai 38 persen dan bagian dari mereka yang menyelesaikan pendidikan dasar meningkat 31-35 persen. Penurunan persentase penduduk usia kerja dengan sekolah dasar atau kurang, sedikit tajam untuk wanita. Untuk perempuan penurunan itu dari 86 persen pada tahun 1986 menjadi 77 persen pada tahun 1994 sedangkan untuk pria penurunan itu dari 78 persen menjadi 72 persen (Oey 1999). Walaupun kesempatan kerja untuk perempuan sudah lebih terbuka luas, namun bila dibandingkan dengan kesempatan kerja untuk laki-laki, kesempatan kerja untuk perempuan masih lebih rendah daripada kesempatan kerja untuk laki-laki.

Dalam bukunya Oey juga mengatakan, indikator statistik berikut ini lebih mencerminkan posisi tidak menguntungkan perempuan dalam pasar tenaga kerja Indonesia. Pada pertengahan 1997, penduduk usia kerja (di Indonesia didefinisikan sebagai 10 tahun ke atas) berjumlah sekitar 157 juta orang, dimana 50.5 persen adalah perempuan. Populasi yang aktif secara ekonomi berjumlah sekitar 91 juta atau 58 persen dari penduduk usia kerja, dimana 35 juta atau 38.4 persen adalah perempuan. Diantara mereka yang mengaku bekerja sebagai kegiatan utama ekonomi mereka selama seminggu sebelum survey, ada 87 juta orang, dimana 33 juta (38 persen) adalah perempuan. Pengangguran terbuka berjumlah 4.3 juta, mewakili 4.7 persen dari angkatan kerja (lebih tinggi bagi perempuan., 5.6 persen daripada laki-laki., 4.1 persen). Dari penganngguran tersebut, 2 juta atau 46 persen adalah perempuan. Demikian, proporsional selama-diwakili antara pengangguran terbuka. Pengangguran terbuka ini dibedakan dengan apakah mereka pernah atau tidak pernah bekerja. Sampai krisis, pengangguran terbuka didominasi oleh mereka yang telah pernah bekerja (82 persen secara keseluruhan, antara perempuan 85 persen dan laki-laki 79 persen). Diantara mereka yang tidak pernah bekerja sebagian besar (56 persen) adalah mereka yang berpendidikan. Sama dengan status di bawah-kerja, yang diukur dalam hal yang bekerja kurang dari 35 jam seminggu, jauh lebih sering terjadi pada perempuan (52 persen) daripada laki-laki (28 persen).

Ideologi Gender

(19)

kesenjangan dan ketimpangan hubungan pembagian kerja antara lelaki dan perempuan, yang sering merugikan perempuan (kantor MENUPW 1996).

Banyak ahli merumuskan batasan atau pengertian gender, beberapa diantaranya adalah Vitayala (2000):

1. Gender adalah suatu konsep yang merujuk pada suatu sistem peranan dan hubungan antara lelaki dan perempuan yang tidak ditentukan oleh perbedaan biologis, akan tetapi oleh lingkungan sosial-budaya, politik dan ekonomi. 2. Gender adalah istilah ilmiah yang diambil dari ilmu yang lebih mengacu pada

norma-norma kelompok dibanding mengacu pada realitas (prilaku nyata) perseorangan.

3. Gender adalah konstruksi sosial yang mengacu pada perbedaan sifat perempuan dan lelaki yang tidak didasarkan pada perbedaan biologis tetapi pada nilai-nilai sosial budaya yang ditentukan peranan perempuan dan lelaki dalam kehidupan perseorangan (pribadi) dan dalam tiap bidang masyarakat yang menghasilkan peran gender.

Istilah gender banyak digunakan orang sebagai padanan arti jenis kelamin, padahal gender juga digunakan terutama oleh para penulis kontemporer, untuk mengacu pada bahan sosial dikotomi antara peran lelaki dan perempuan serta elemen-elemen kepribadian maskulin (kelelakian) dan feminine (keperumpuanan). Jenis kelamin bersifat fisiologis dan biologis, sedangkan istilah gender, yang belakangan ini banyak dipakai lebih bersifat kultural.

Perbedaan diantara dua istilah ini sangat krusial, pihak-pihak yang mengabaikan elemen statusquo, yang tidak terungkap atau hidden, lalu berasumsi bahwa sifat keperempuanan dan kelelakian adalah alami, yaitu secara langsung akan lebih ditentukan oleh faktor biologis (Warren 1980 dalam Vitayala 2000). Menurut Vitayala (2000), peran gender untuk perempuan dan lelaki diklasifikasikan dalam tiga peran pokok yaitu peran reproduktif (domestik), peran produktif dan peran sosial.

Nilai bekerja yang dilakukan perempuan dan lelaki tidak terlepas dari peran gender yang berlaku sesuai dengan tradisi dan kebudayaan tempat mereka hidup. Lelaki dianggap layak sebagai kepala keluarga yang mempunyai tanggung jawab menafkahi keluarganya, sedangkan perempuan tidak perlu bekerja karena tempatnya adalah di dalam rumah dan mngurus anak-anaknya. Konsep pembagian kerja seperti ini umum berlaku di seluruh dunia. Kalaupun perempuan ikut bekerja sering pekerjaannya dinilai dengan upahn rendah meskipun melakukan pekerjaan yang sama dilakukan lelaki. Bahkan Anker dan Hein (1986) dalam Saruan (2000), mengemukakan teori gender yang bertalian dengan nilai kerja yang dilakukan perempuan. Mereka menunjukkan bagaimana kedudukan perempuan dalam pasar tenaga kerja dapat dilihat sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan sistem sosial yang menempatkan perempuan pada kedudukan yang lebih rendah dari lelaki,

(20)

implikasi dari sistem patriarkal yang memisahkan peran utama antara lelaki dan perempuan dalam keluarga, lelaki berperan sebagai kepala keluarga, terutama bertugas di sektor publik sebagai pencari nafkah, memberi peluang bagi lelaki untuk memperoleh uang dari pekerjaannya, sedang perempuan sebagai “ratu rumah tangga”, terutama bertugas di sektor domestik sebagai pendidik anak dan pengatur rumah tangga yang tidak memperoleh bayaran. Untuk pemenuhan kebutuhan materialnya perempuan tergantung kepada lelaki sebagai pencari nafkah.

Beban Kerja Ganda Perempuan

Keterlibatan perempuan dalam kerja nafkah memberikan pengaruh pada peran kerja perempuan. Perempuan menjadi memiliki peran kerja ganda yaitu pekerjaan reproduksi dan produksi. Selain bekerja di luar rumah untuk membantu perekonomian keluarganya perempuan juga harus tetap bekerja dalam rumah tangganya sebagai „ibu‟ mengurus rumah, memasak, mengurus anak-anak dan mengurusi pekerjaan rumah tangga lainnya (Budiman 1981).

Sistem patriarkhi yang masih melekat kuat pada masyarakat menyebabkan perempuan yang bekerja di luar rumah memiliki beban kerja ganda yang cukup kuat karena perempuan yang bekerja pada sektor produktif mereka juga sekaligus harus bekerja pada sektor reproduktif. Hal ini disebabkan karena kerja reproduktif dianggap masyarakat sebagai suatu “kewajiban“ yang tetap harus dilakukan oleh perempuan, sehingga hal ini menyebabkan perempuan menanggung beban kerja dari peran kerja gandanya. Dalam penelitian Pudjiwati (1983) menggambarkan bahwa perempuan mencurahkan tenaga kerjanya lebih berat dari laki-laki perharinya yaitu perempuan 11 jam perhari sedangkan laki-laki hanya 8 jam perhari dalam kerja produktif dan reproduktifnya.

(21)

Kontribusi Ekonomi Perempuan dalam Rumah Tangga

Bekerjanya perempuan mencari nafkah dapat memberikan kontribusi terhadap pendapatan keluarga, sehingga saat ini bukan hanya suami yang berperan dalam mencari penghasilan keluarga.

Kontribusi ekonomi perempuan dilihat dari seberapa besar upah hasil ia bekerja yang ia bawa ke dalam pendapatan rumah tangganya. Kontribusinya terhadap pendapatan rumah tangga di katakan besar jika ia memberikan porsi pendapatan yang besar pada pendapatan rumah tangganya. Jadi kontribusi ekonomi perempuan dilihat dari berapa persen uang yang diberikan perempuan dari hasil kerjanya ke dalam total pendapatan rumah tangganya. Besar kecilnya kontribusi ekonomi yang dibawa perempuan akan berpengaruh terhadap otonominya dalam rumah tangga.

Pahl (1991) dalam Tombokan (2001) menyatakan bahwa jika istri bekerja ia akan lebih dominan dalam pengambilan keputusan. Kontribusi keuangan seseorang berpengaruh pada kekuasaannya dalam keluarga. Perempuan yang berpendapatan tinggi mempunyai peran dominan dalam pengambilan keputusan.

Maynard (1985) sebagaimana dikutip oleh Daulay (2001) menghubungkan antara pengambilan keputusan pada keluarga dalam bidang finansial. Otoritas yang ada dalam keluarga erat hubungannya dengan individu yang mendapatkan uang lebih banyak (Maynard 1985 dalam Daulay 2001). Demikian pula hasil studi Burr Ahern dan Knowles (1977) sebagaimana dikutip oleh Daulay (2001) bahwa manakala pendapatan istri meningkat sebanding dengan pendapatan suami, maka ada kecenderungan pengaruh istri juga meningkat. Ahern dan Knowles (1997) juga menemukan bahwa pendapatan merupakan predikator terbaik terhadap power. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pengaruh (kuasa) istri sebagian besar terletak pada kontribusi relatif perempuan pada pendapatan rumah tangga.

Hasil penelitian Safitri (2007) yang menemukan peran ekonomi buruh perempuan tidak merubah otonomi buruh perempuan dalam pendidikan anak karena penghasilan yang diperoleh buruh perempuan dari bekerja di industri relatif rendah, sehingga kontribusinya ke dalam pendapatan keluarga kecil pula. Hal ini berarti bahwa bekerja di industri belum dapat meningkatkan otonomi perempuan dalam keluarganya. Dalam hal ini, status perempuan dalam keluarga tidak akan meningkat selama perempuan belum memberikan kontribusi ekonomi yang cukup ke dalam pendapatan keluarga, karena upah kerja di industri yang diterimanya rendah.

(22)

Otonomi Perempuan dalam Rumah Tangga

Otonomi perempuan diartikan oleh Ihromi (1995) sebagai kemampuan perempuan untuk bertindak, melakukan kegiatan, mengambil keputusan untuk bertindak berdasarkan kemauan sendiri, jadi bukan karena disuruh atau dipaksa oleh orang lain.

Menurut Sajogyo (1983) otonomi perempuan dalam keluarga dapat dilihat dari sejauh mana perempuan memiliki kekuasaan dalam berbagai kegiatan dalam keluarga. Kekuasaan diukur dengan banyaknya (frekuensi) perempuan mengambil keputusan dalam waktu tertentu. Jenis keputusan dikelompokkan ke dalam tiga kelompok yaitu keputusan oleh istri sendiri, keputusan bersama suami istri dan keputusan suami sendiri.

Pengambilan keputusan oleh perempuan menjadi penting karena menentukan otonomi perempuan dalam rumah tangganya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Andriyani (2000) membuktikan bahwa baik pada strata kaya maupun strata miskin, kesejahteraan rumah tangga nelayan dipengaruhi oleh pengambilan keputusan perempuan.

Terdapat beberapa penelitian yang menjelaskan bahwa perempuan bekerja dapat memperkuat kedudukannya dalam keluarga melalui keterlibatannya dalam pengambilan keputusan. Diantaranya adalah hasil penelitian Hajar (1992) dalam Tombokan (2001) yang menunjukkan bahwa keterlibatan perempuan dalam pekerjaan mencari nafkah yang menghasilkan pendapatan berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan di dalam berbagai bidang kehidupan. Goode (1983) dalam Tombokan (2001) menyatakan bahwa jika istri bekerja ia memperoleh lebih banyak dalam bidang kekuasaan ekonomi sehingga lebih berperan dalam proses pengambilan keputusan. Dikatakan pula oleh Nieva (1985) dalam Tombokan (2001), pola pengambilan keputusan oleh istri dipengaruhi oleh status kerja, dimana status pekerjaan istri berpengaruh terhadap pengambilan keputusan dalam keluarga karena pendapatan yang diperoleh memberikan kekuatan yang lebih dalam keluarga.

Pahl (1991) dalam Tombokan (2001) menyatakan bahwa jika istri bekerja ia akan lebih dominan dalam pengambilan keputusan. Pendapat Deacon dan Firebough (1988) dalam Tombokan (2001) menambahkan bahwa pada keluarga yang suami dan istri bekerja, secara ekonomi istri tidak selalu tergantung pada suami sehingga ia memperoleh kesempatan yang lebih besar dalam pengambilan keputusan. Sajogyo (1983) dalam Tombokan (2001) berpendapat bahwa istri dapat terlibat dalam proses pengambilan keputusan seperti istri memutuskan untuk bekerja di luar rumah sehingga dapat menambah pendapatan keluarga.

(23)

anak. Dalam hal ini istri dapat mengambil keputusan sendiri, tetapi apabila terjadi sesuatu atas keputusan tersebut maka ia harus menanggung resikonya sendiri.

Bahasan di atas memberi gambaran bahwa walaupun peluang kerja semakin terbuka bagi perempuan khususnya di sektor industri, pengambilan keputusan dalam keluarga masih didominasi oleh laki-laki sehingga perempuan belum bisa mencapai otonominya secara optimal.

Kerangka Pemikiran

Industrialisasi telah membuka peluang dan kesempatan kerja bagi perempuan. Dengan perempuan bekerja nafkah diduga akan menyebabkan perempuan mempunyai beban kerja ganda (produktif dan reproduktif) karena ada pengaruh dari ideologi gender yang masih eksis dalam kehidupan masyarakat, khususnya pekerja perempuan. Dengan bekerjanya perempuan mencari nafkah maka perempuan akan bisa memberikan kontribusinya kedalam pendapatan rumah tangganya kontribusi ekonomi perempuan ini sangat dipengaruhi oleh karakteristik perempuan itu sendiri, salah satunya adalah pendidikan dimana tingkat pendidikan perempuan ini dipengaruhi juga oleh ideologi gender yang hidup dalam kehidupan masyarakat khususnya para pekerja perempuan. Akhirnya kontribusi ekonomi perempuan ini diduga akan mempengaruhi otonomi perempuan dalam rumah tangganya.

(24)

Untuk mempermudah memahami kerangka pemikiran di atas, dibuatlah

Kerangka pemikiran di atas menghasilkan beberapa hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini, yaitu:

1.Terdapat hubungan antara ideologi gender perempuan dengan beban kerja perempuan (reproduksi dan produksi) dalam rumah tangga.

2.Terdapat hubungan antara ideologi gender perempuan dengan kontribusi ekonomi perempuan dalam rumah tangga.

3.Terdapat hubungan antara pendidikan perempuan dengan kontribusi ekonomi perempuan.

4.Terdapat hubungan antara beban kerja perempuan (reproduksi dan produksi) dengan kontribusi ekonomi perempuan dalam rumah tangga.

5.Terdapat hubungan antara kontribusi ekonomi perempuan dengan otonomi perempuan dalam rumah tangga.

(25)

Definisi Operasional

Pengukuran variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini akan dibatasi pada perumusan penjabaran masing-masing variabel tersebut secara operasional. Variabel-variabel tersebut adalah:

1. Ideologi gender

Ideologi gender merupakan suatu pemikiran yang dianut masyarakat bahwa perempuan mempunyai peran yang berbeda dengan laki-laki (khususnya dalam hal kerja). Ideologi gender diukur oleh seberapa kuat wawasan gender yang dipunyai perempuan dibanding laki-laki. Ideologi gender dalam penelitian ini dibagi menjadi dua kategori, yaitu ideologi gender kuat yaitu apabila terdapat pemikiran bahwa perempuan memiliki peran yang berbeda dengan laki-laki (khususnya dalam hal kerja), dan ideologi gender lemah yaitu apabila terdapat pemikiran bahwa relatif tidak ada perbedaan antara peran kerja laki-laki dengan peran kerja perempuan.

Kuat tidaknya ideologi gender diukur dengan cara mengajukan beberapa pernyataan dimana apabila responden menjawab “setuju” mendapatkan skor 2, sementara responden yang menjawab “tidak setuju” mendapat skor 1. Skor maksimal yang dapat diperoleh responden ialah 20. Seseorang dikatakan gender kuat apabila memperoleh jumlah skor 16-20. Seseorang dikatakan gender tidak kuat apabila memperoleh jumlah skor 10-15. Pernyataan tersebut ialah:

1) Perempuan pekerja rumah dan laki-laki adalah pencari nafkah 2) Perempuan tidak boleh bekerja diluar rumah, seperti halnya laki-laki 3) Pekerjaan perempuan ialah di dalam rumah mengurus keluarga dan

anak,pekerjaan laki-laki diluar rumah mencari nafkah

4) Perempuan tidak kuat dalam menghadapi persaingan di dunia kerja, tidak sama halnya dengan laki-laki

5) Perempuan bekerja tidak sebaik laki-laki

6) Perempuan tidak mampu melakukan pekerjaan yang sulit, seperti halnya laki- laki

7) Perempuan boleh bekerja di luar rumah namun dengan izin suami, suami boleh bekerja diluar rumah tanpa harus dengan izin istri

8) Laki-laki tidak boleh melakukan pekerjaan domestik, seperti halnya perempuan

9) Posisi tertinggi dalam pekerjaan sebaiknya dipegang oleh laki-laki dan posisi perempuan di bawah laki-laki

10) Perempuan tidak boleh melakukan kegiatan kemasyarakatan seperti halnya laki-laki (bintangnya diganti)

2.Beban Kerja

(26)

perempuan dalam rumah tangga (memasak, mencuci, mengurus anak, dll)) yang dilakukan perempuan.

Beban kerja perempuan di hitung berdasarkan data emik (fakta lapangan) Skor dari beban kerja di bagi menjadi dua kategori, yaitu

1. Berat = Bila perempuan bekerja memlebihi curahan kerja rata-rata responden (skor 2)

2. Ringan = Bila perempuan bekerja di bawah rata-rata curahan kerja responden (skor 1)

Jumlah rata-rata beban kerja responden ialah 10 jam.

3. Kontribusi Ekonomi Perempuan

Kontribusi ekonomi perempuan adalah pendapatan kerja yang dihasilkan oleh perempuan dan di berikan ke dalam pendapatan total rumah tangganya. Kontribusi ekonomi perempuan di ukur dengan persentase pendapatan kerja yang di peroleh dan di berikan istri ke dalam pendapatan total rumah tangga:

1. Rendah = persentase pendapatan istri < 50 % dari total pendapatan rumah tangga

2. Tinggi = persentase pendapatan istri ≥ 50 % daro total pendapatan rumah tangga

Pendapatan rata-rata responden ialah Rp.2.222.000,-

4. Otonomi Perempuan

(27)

PENDEKATAN LAPANG

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif yang didukung dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan penelitian yang menggambarkan atau menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat digeneralisasikan. Dalam pendekatan kuantitatif, penelitian ini menggunakan metode penelitian survey adalah penelitian dengan mengumpulkan informasi dari suatu sampel dengan menanyakan melalui angket atau interview supaya menggambarkan berbagai aspek dari populasi (Koentjaraningrat 1994). Penelitian ini didukung pula oleh pendekatan kualitatif yang merupakan prosedur penelitian yang bertujuan untuk memperoleh informasi atau data dari subyek penelitian secara ilmiah, berdasarkan pengalaman sosial mereka masing-masing, dan data yang didapatkan merupakan data deskriptif yang berupa kata-kata dari subyek penelitian. Dalam pendekata-katan kualitatif, penelitian ini akan menggunakan metode studi kasus. Metode studi kasus digambarkan sebagai suatu kesatuan dalam bentuk unit tunggal seperti misalnya individu, lembaga atau organisasi (Kusmayadi & Endar 2000).

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Desa Sumber Jaya, Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa di wilayah tersebut terdapat perempuan menikah yang bekerja mencari nafkah, selain itu juga karena kemudahan akses sehingga memudahkan peneliti dalam memperoleh data dan informasi.

Pengambilan data lapangan dilakukan selama sebulan yaitu pada bulan November sampai Desember 2011 dan dilanjutkan dengan pengolahan dan analisis data pada bulan Desember-Januari 2014.

Teknik dan Pengambilan Sampel

Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah seluruh perempuan menikah (188 orang) di Perumahan Griya Asri 2 RW 40, Desa Sumber Jaya, Kabupaten Bekasi, Propinsi Jawa Barat. Kerangka sampling dalam penelitian ini adalah seluruh perempuan menikah yang bekerja mencari nafkah (89 orang)di Perumahan Griya Asri 2 RW 40. Pengambilan sampel/responden dalam penelitian ini dilakukan secara acak sederhana yang diambil dari kerangka sampling sebanyak 60 orang.

Teknik Pengumpulan Data

(28)

dan Ibu SB (yang menggambarkan responden dengan otonomi yang rendah). Agar dapat menangkap pengalaman, persepsi, pemikiran, perasaan, dan pengetahuan dari subyek penelitian. Data kualitatif ini akan digunakan untuk mendukung data-data kuantitatif. Data sekunder diperoleh melalui literatur, catatan, data dari instansi yang dapat mendukung kelengkapan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti.

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

(29)

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Gambaran Umum Kota Bekasi Sebagai Kota Industri

Kota Bekasi merupakan salah satu kota yang terdapat di provinsi Jawa Barat. Kota ini berada dalam lingkungan megapolitan Jabodetabek dan menjadi kota besar ke empat di Indonesia. Saat ini Kota Bekasi berkembang menjadi tempat tinggal kaum urban dan sentra Industri.

Keberadaan kawasan industri di kota ini, menjadi mesin pertumbuhan ekonomi, dengan menempatkan industri pengolahan sebagai yang utama. Perekonomian Bekasi ditunjang oleh kegiatan perdagangan, perhotelan, dan restoran.

Industri-industri tersebut membutuhkan banyak tenaga terutama perempuan dan ternyata terpenuhi oleh warga orang Bekasi sendiri di samping orang-orang dari luar. Pekerjaan ini dimudahkan dengan transportasi yang mendukung untuk berjalannya industri di Bekasi.

Kota Bekasi dilintasi oleh Jalan Tol Jakarta-Cikampek, dengan empat gerbang tol akses yaitu Pondok Gede Barat, Pondok Gede Timur, Bekasi Barat, dan Bekasi Timur. Serta jalan tol Lingkar Luar Jakarta dengan empat gerbang tol akses yaitu Jati Warna, Jati Asih, Kalimalang, dan Bintara. Selain itu, akses jalan ke daerah industri Cikarang dan Cibitung juga sangat mudah untuk diakses seperti adanya angkutan umum dan juga jemputan dari masing-masing perusahaan.

Transportasi yang di gunakan di Kota Bekasi banyak berupa angkutan kota minibus berpenumpang maksimal 12 orang merupakan angkutan kota yang umum digunakan di Kota Bekasi yang biasa disebut KOASI (Koperasi Angkutan Bekasi). KOASI melayani warga kota dari terminal Bekasi menuju berbagai perumahan di wilayah Kota Bekasi. Di samping itu becak masih digunakan sebagai sarana angkutan dalam perumahan. Peningkatan jumlah ojek terjadi secara signifikan seiring dengan meningkatnya jumlah kendaraan bermotor roda dua. Ojek digunakan untuk transportasi jarak dekat (2-5 km) dan juga di dalam perumahan.

Tersedia juga bus antar kota dan dalam kota untuk melayani seluruh warga Kota Bekasi yang mengangkut penumpang ke berbagai jurusan. Kereta komuter KRL Jabodetabek jurusan Bekasi-Jakarta Kota mengangkut warga Kota yang bekerja di Jakarta. Selain itu tersedia pula bus penumpang TransJakarta dari Kemang Pratama, Galaxy City, dan Harapan Indah. Saat ini pemerintah juga sedang merencanakan untuk membangun monorel yang menghubungkan Bekasi Timur dengan Cawang dan Kuningan.

Gambaran Umum Desa Sumber Jaya

Sejarah dan Letak Geografis

(30)

Desa Sumber Jaya di tinjau dari pembagian wilayah administrasi termasuk dalam wilayah Kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat. Adapun jarak dari Desa Sumber Jaya ke kota Kecamatan ± 4 Km, jarak ke Kota Kabupaten ± 16 Km, jarak ke Ibu Kota Provinsi Jawa Barat ± 120 Km dan jarak dengan Ibu Kota Negara Republik Indonesia ±35 Km. Desa Sumber Jaya berbatasan langsung dengan:

Sebelah Utara : Desa Srimahi Sebelah Timur : Desa Wanasari Sebelah Selatan : Desa Tridaya Sakti

Sebelah Barat : Desa Mangun Jaya & Jejalen Jaya

Desa Sumber Jaya memiliki luas ± 612.720 Ha yang terdiri dari:

Tanah Darat : 209.90 Ha

Tanah Sawah : 125 Ha

Tanah Kuburan : 3 Ha

Tanah Sawah & Rawa Terkena Perumahan : 290.630 Ha Sarana Dan Prasarana

Sarana dan Prasarana yang terdapat di Desa Sumber Jaya sudah dapat dikatakan cukup lengkap yakni terdiri dari kesehatan, pendidikan, transportasi, industri, komunikasi dan informasi, pemerintahan, olahraga, energi dan penerangan, hiburan dan wisata serta kebersihan.

Sarana kesehatan yang terdapat di Desa Sumber Jaya dikatakan lengkap mulai dari bidan yang membuka praktek di rumah, klinik dokter 24 jam, sampai rumah sakit. Rumah sakit di Desa Sumber Jaya yaitu Rumah Sakit Kartika Husada. Praktek bidan di Desa Sumber Jaya sendiri sangat banyak ada sekitar 30 praktek bidan dan untuk klinik 24 jam juga sangat mudah dijangkau ada sekitar 7 klinik.

(31)

Tabel 1 Komposisi Jumlah Penduduk Desa Sumber Jaya Berdasarkan Tingkat

Nampak dari Tabel 1 di atas warga Desa Sumber Jaya yang berpendidikan cukup tinggi yaitu sebanyak 39.016%. Hal ini merupakan faktor yang mendukung seseorang untuk memperoleh pekerjaan.

Sarana transportasi yang terdapat di wilayah Desa Sumber Jaya juga dikatakan sangat memadai, transportasi di Desa Sumber Jaya untuk menjangkau tempat yang diinginkan dapat diakses dengan mudah mulai dari becak, ojek, sampai angkot. Sarana transportasi ini sangat mendukung perkembangan industri di Desa Sumber jaya. Industri-industri besar maupun kecil yang merupakan tempat pencarian nafkah banyak terdapat di Desa Sumber Jaya. Industri-industri tersebut diantaranya Unilever, Suzuki, Sosro, Vitacimin, Coca-cola, Sinde Budi Sentosa, pabrik Garment, pabrik kabel dan pabrik lilin.

Kependudukan dan Ketenagakerjaan

Perkembangan penduduk senantiasa ditentukan oleh faktor kelahiran, kematian, pindah dan datang. Hal ini dapat berubah dari bulan ke bulan. Adapun jumlah penduduk Desa Sumber Jaya Kecamatan Tambun Selatan sampai akhir September 2011 tercatat 48.818 jiwa dengan rincian sebagai berikut:

Laki-laki : 24.306 jiwa

(32)

ternyata yang bekerja cukup banyak (48 %).Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 3 Di bawah ini

Tabel 3 Komposisi Jumlah Penduduk Desa Sumber Jaya Berdasarkan Tingkat Usia Kerja, 2011

4. Jumlah penduduk usia kerja > 15 tahun yang cacat sehingga tidak dapat bekerja Pesatnya perkembangan suatu industri didukung oleh pekerjanya, dimana banyak pekerja industri ini banyak berdomisili di Desa Sumber Jaya. Responden dalam penelitian ini semuanya di ambil dari Desa Sumber Jaya, karena di wilayah ini banyak warga perempuan yang disamping bekerja sebagai ibu rumah tangga juga bekerja mencari nafkah. Jumlah responden berdasarkan usia menunjukkan bahwa responden (perempuan yang bekerja) ada dalam usia yang produktif ini menggambarkan bahwa kemampuan bekerja cukup tinggi.

Tabel 4 Jumlah dan Persentase Responden Menurut Usia di Desa Sumber Jaya, 2011

Usia Responden Jumlah (orang) Persen

20-40 tahun 28 46,7

41-50 31 51,7

> 50 1 1,6

Total: 60 100

Walaupun industrialisasi memberi kesempatan kerja yang besar bagi perempuan, namun warga perempuan di Desa Sumber Jaya tidak semuanya bekerja di sektor industri, namun banyak pula yang bekerja di sektor non industri seperti PNS, wirausaha, ABRI, dan lain-lain. Tabel 5 di bawah ini menggambarkan jenis-jenis pekerjaan yang dilakukan perempuan (responden) di Perumahan Griya Asri 2.

Table 5 Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Desa Sumber Jaya, 2011

Jenis Pekerjaan Jumlah (orang) Persen

Industri 34 57

Non Industri 26 43

(33)

TINGKAT OTONOMI PEREMPUAN PEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Otonomi Perempuan Pekerja

Tinggi rendahnya tingkat otonomi perempuan dalamn rumah tangga dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor utamanya adalah terbukanya kesempatan kerja bagi perempuan di Indonesia pada umumnya dan Kota Bekasi Khususnya. Terbukanya kesempatan kerja bagi perempuan tersebut di sebabkan karena tingkat pendidikan perempuan yang mulai meningkat walaupun tidak setinggi tingkat pendididkan laki-laki. Kesempatan kerja perempuan tersebut berlaku baik bagi sektor industri maupun non industri.

Di samping besarnya kesempatan kerja bagi perempuan, ada variabel utama lainnya yang berhubungan dengan variabel lain yang juga merupakan faktor pengaruh terhadap otonomi perempuan, yaitu tingkat ideologi gender yang dianut para responden. Ideologi gender tersebut mempengaruhi hubungan kontribusi ekonomi dengan otonomi perempuan dalam rumah tangga. Variabel-variabel yang berpengaruh lainnya yaitu besar kecilnya beban kerja perempuan sebagai akibat dari terbukanya kesempatan kerja bagi perempuan, karakteristik responden berupa tingkat pendidikan yang juga mempengaruhi beban kerja perempuan.

Hubungan Antar Variabel Pengaruh Terhadap Otonomi Perempuan Dalam Rumah Tangga

Variabel-variabel pengaruh di atas (ideologi gender, beban kerja dan karakteristik perempuan (pendidikan) berhubungan satu sama lain terhadap kontribusi ekonomi perempuan yang akhirnya mempengaruhi otonomi perempuan dalam rumaha tangga. Variabel-variabel tersebutlah yang di uji hubungannya dalam penelitian ini, sehingga dengan menghubungkan variabel-variabel tersebut kita dapat melihat sejauh mana otonomi perempuan dalam rumah tangganya. Untuk melihat tingkat otonomi perempuan dalam rumah tangga kita perlu membahas dulu hubungan variabel di bawah ini:

1) Pengaruh ideologi gender terhadap beban kerja perempuan

2) Pengaruh ideologi gender terhadap kontribusi ekonomi perempuan 4) Pengaruh pendidikan terhadap kontribusi ekonomi perempuan 5) Pengaruh beban kerja terhadap kontribusi ekonomi perempuan

6) Pengaruh kontribusi ekonomi perempuan terhadapat otonomi perempuan

Pengaruh Ideologi Gender Terhadap Beban Kerja Perempuan

Ideologi gender adalah suatu konsep yang merujuk pada suatu sistem peranan dan hubungan antara laki-laki dan perempuan yang tidak ditentukan oleh perbedaan biologis, akan tetapi oleh lingkungan sosial budaya, politik dan ekonomi (Vitayala 2000).

(34)

gender diukur oleh seberapa kuat wawasan gender yang dipunyai perempuan dibanding laki-laki. Seseorang dikatakan mempunyai ideologi gender kuat yaitu apabila terdapat pemikiran bahwa perempuan memiliki peran yang berbeda dengan laki-laki (dalam hal ini dalam hal kerja), dan ideologi gender lemah yaitu apabila terdapat pemikiran bahwa relatif tidak ada perbedaan antara peran kerja laki-laki dan peran kerja perempuan.

Penelitian menemukan bahwa responden di Desa Sumber Jaya mempunyai ideologi gender yang sudah mulai melonggar/tidak kuat (Tabel 6)

Tabel 6 Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Ideologi Gender Yang di Anut di Desa Sumber Jaya, 2011

Tabel 6 di atas menggambarkan sebagian besar responden sebanyak 83.3% menganut ideologi gender yang lemah dan hanya sebagian kecil 16.7% yang menganut ideologi gender kuat.

Ideologi gender tersebut sangat mempengaruhi seberapa berat beban kerja yang ditanggung perempuan. Yang dimaksud dengan beban kerja perempuan adalah dimana responden perempuan melakukan perannya baik sebagai pekerja reproduksi dan juga produksi. Seorang perempuan bisa mempunyai beban kerja yang tinggi atau rendah tergantung dari kuat atau tidaknya ideologi gender yang dianut perempuan tersebut. Dalam penelitian ini beban kerja yaitu total pekerjaan produksi (pekerjaan yang dilakukan perempuan untuk menghasilkan upah) dan reproduksi (pekerjaan yang dilakukan perempuan dalam rumah tangga memasak, mencuci, mengurus anak, dll) yang dilakukan perempuan.

Tinggi rendahnya beban kerja responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel berikut:

(35)

persentase yang paling tinggi yaitu sebanyak 63.3%, sedangkan yang memiliki peran kerja tinggi sebagian kecilnya saja yaitu sebanyak 36.7%.

Secara teoritis, semakin lemah ideologi gender yang dianut perempuan maka akan semakin ringan pula beban kerja yang akan ditanggungnya. Hal ini disebabkan karna biasanya perempuan yang menganut ideologi gender lemah akan beranggapan bahwa pekerjaan reproduksi bukan hanya tanggung jawab dirinya sebagai istri dan ibu namun juga tanggung jawab seluruh anggota rumah tangga, seperti kasus di bawah ini:

Ibu S bekerja nafkah di mulai pada pukul 8 pagi sampai pukul 16.00 sesampainya di rumah ibu S mandi dan memasak untuk makan malam di bantu oleh kedua anaknya, setelah selesai ia dapat bersantai menonton TV ataupun membaca majalah, karena pekerjaan domerstik lainnya telah di kerjakan oleh pembantu rumah tangga di bantu oleh dirinya, anak-anaknya dan juga suaminya.

Kasus ibu S di atas menggambarkan bahwa ada pengaruh antara ideologi gender yang di anut responden dengan beban kerja yang di tanggung responden, karena ideologi gendernya lemah maka beban kerjanya semakin ringan hal ini terbukti dari hasil penelitian responden yang menganut ideologi gender lemah sangat banyak (83.3 %). Demikian juga yang mempunyai beban kerja ringan cukup banyak pula (63.3 %). Ini menunjukkan bahwa makin lemah ideologi gender yang dianut responden, makin ringan beban kerja perempuan.

Dari hasil peneliian terlihat ideologi gender sangat berpengaruh terhadap beban kerja perempuan hal ini dapat dilihat dari Tabel berikut:

Tabel 8 Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Ideologi Gender Yang Dianut dan Beban Kerja di Desa Sumber Jaya, 2011

Dari Tabel 8 di atas dapat dilihat bahwa ideologi gender dapat berpengaruh pada beban kerja responden, semakin lemah ideologi gender yang dianut responden maka beban kerja yang ditanggung responden menjadi semakin ringan. Hal ini dapat dilihat pada (Tabel 8) yaitu yang menganut ideologi gender tidak kuat dan menanggung beban kerja yang ringan sebanyak 74%, sedangkan responden yang menganut ideologi gender kuat dan menanggung beban kerja yang berat sebanyak 90%. Hal ini dipengaruhi karena semakin tidak kuatnya ideologi gender yang dianut responden, maka responden menganggap kerja produktif bukan hanya tanggung jawab laki-laki, melainkan tanggung jawab bersama antara perempuan dan laki-laki, maka beban kerja yang ditanggung perempuan akan semakin ringan.

(36)

Pengaruh Ideologi Gender Terhadap Tingkat Kontribusi Ekonomi Perempuan Dalam Rumah Tangga

Ideologi gender yang dianut perempuan tidak hanya berpengaruh terhadap beban kerja perempuan saja, namun juga berpengaruh terhadap kontribusi ekonomi perempuan dalam rumah tangganya. Kontribusi yang dimaksud di sini adalah seberapa besar upah hasil ia bekerja yang ia berikan ke dalam ekonomi rumah tangganya, kontribusinya dalam rumah tangga akan besar jika ia memberikan porsi pendapatan yang besar pada pendapatan rumah tangganya. Besar kecilnya kontribusi ekonomi yang dibawa perempuan akan berpengaruh terhadap otonominya dalam rumah tangga.

Kontribusi ekonomi perempuan dalam penelitian ini diukur dengan persentase pendapatan kerja yang diperoleh perempuan dan dibawa ke dalam pendapatan total rumah tangga. Kontribusi ekonomi rendah yaitu bila persentase pendapatan istri < 50% dari total pendapatan rumah tangga, sedangkan kontribusi ekonomi tinggi bila persentase pendapatan istri > 50 % dari total pendapatan rumah tangga.

Tabel 9 Jumlah dan Persentase Responden Menurut Tingkat Total Pendapatan Rumah Tangga di Desa Sumber Jaya, 2011

Tingkat Pendapatan Jumlah (orang) Persen

≥ 50% ฀ 22 37

< 50% ฀ 38 63

Total: 60 100

Keterangan: persentase di atas berdasarkan rata-rata pendapatan responden

Pendapatan rata-rata responden di hitung berdasarkan data emik dan hasilnya adalah Rp. 2.222.000,-

Kontribusi ekonomi perempuan terhadap pendapatan rumah tangga di perumahan Griya Asri 2 dapat di katakan cukup tinggi. Hal tersebut dapat di lihat pada Tabel 11 di bawah ini.

Tabel 10 Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Kontribusi Ekonomi di Desa Sumber Jaya, 2011 ekonomi yang tinggilah yang berjumlah besar yaitu sebanyak 68.3 % dibandingkan dengan responden perempuan yang memiliki kontribusi ekonomi rendah yaitu sebanyak 31.7 %

(37)

Tabel 11 Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Ideologi Gender Yang

Dari (Tabel 11) di atas dapat dilihat bahwa ada hubungan antara ideologi gender yang dianut oleh pekerja perempuan dengan kontribusi ekonomi perempuan. Semakin tidak kuat ideologi gender yang dianut responden maka semakin tinggi kontribusi ekonomi perempuan (74 %).

Pengaruh Pendidikan Perempuan Terhadap Kontribusi Ekonomi Perempuan Dalam Rumah Tangga

Posisi tidak menguntungkan wanita dalam pasar tenaga kerja biasanya di hubungkan dengan pendidikan mereka yang rendah. Sugianto (1978) menggambarkan bahwa pendidikan adalah satu-satunya yang menjadi urgensi dalam meningkatkan status perempuan, karena pendidikan akan mempermudah perempuan dalam mencari pekerjaan sehingga mereka dapat mandiri dalam hal ekonomi. Responden di Griya Asri 2 dapat dikatakan mempunyai pendidikan relatif tinggi sehingga cukup banyak warga Griya Asri 2 yang bekerja mencari nafkah, sehingga bisa berkontribusi ekonomi pada rumah tangganya disamping laki-laki/suaminya.

Tabel 12 Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Pendidikan di Desa Sumber Jaya, 2011

Sejauh mana pengaruh pendidikan terhadap kontribusi ekonomi pada rumah tangga dapat dilihat pada Tabel 13 di bawah ini

Tabel 13 Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Kontribusi Ekonomi Perempuan dalam Rumah Tangga di Desa Sumber Jaya,

Pengaruh Beban Kerja Perempuan Terhadap Kontribusi Ekonomi Perempuan

(38)

tangganya. Sebaliknya beban kerja yang ringan diduga berpengaruh pada kontribusi ekonomi perempuan dalam rumah tangganya. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa beban kerja perempuan sangat berpengaruh kepada kontribusi ekonomi perempuan (lihat Tabel 14)

Tabel 14 Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Beban Kerja dan Kontribusi Ekonomi Perempuan dalam Rumah Tangga di Desa Sumber Jaya, 2011

Terlihat dari Tabel 14, ternyata kontribusi ekonomi yang tinggi dihasilkan oleh perempuan yang menanggung beban kerja yang ringan sebanyak 84.2 % dibandingkan beban kerja berat sebanyak 41 %. Kontribusi ekonomi yang rendah dihasilkan oleh perempuan yang beban kerjanya berat sebanyak 59 % dibanding dengan perempuan yang menanggung beban kerja yang ringan sebanyak 15. 8 %. Ini menggambarkan adanya hubungan antara beban kerja dan kontribusi ekonomi. Beban kerja dilihat dari banyaknya total curahan waktu kerja produksi dan reproduksi yang dilakukan perempuan. Makin banyak waktu kerja produksi dan reproduksi yang dilakukan responden perempuan makin tinggi beban kerja yang ditanggungnya maka makin sedikit kontribusi ekonomi yang disumbangkan ke dalam rumah tangga hal ini disebabkan karena waktu kerja produksi perempuan terambil banyak oleh waktu kerja reproduksinya dalam rumah tangga. Atau dengan kata lain, kesempatan kerja produktif perempuan kecil karena perempuan dituntut pula melakukan kerja reproduktifnya dalam rumah tangga.

Pengaruh Kontribusi Ekonomi Perempuan Terhadap Otonomi Perempuan

Bahasan di atas memperlihatkan bahwa responden dalam penelitian ini umumnya mempunyai ideologi gender yang tidak kuat sehingga memberi kesempatan besar kepada perempuan untuk bisa bekerja mencari nafkah, sehingga perempuan dapat memberikan kontribusi ekonomi pada rumah tangganya. Kontribusi ekonomi inilah yang menetukan tingkat otonomi perempuan dalam rumah tangganya. Makin besar kontribusi ekonomi perempuan makin tinggi otonomi perempuan dalam rumah tangganya.

Otonomi perempuan diartikan oleh Ihromi (1995) sebagai kemampuan perempuan untuk bertindak, melakukan kegiatan, mengambil keputusan untuk bertindak berdasarkan kemauan sendiri, jadi bukan karena disuruh atau dipaksa oleh orang lain.

Otonomi perempuan dalam keluarga dilihat dari sejauh mana perempuan memiliki kekuasaan dalam berbagai kegiatan dalam keluarga. Kekuasaan diukur dengan banyaknya (frekuensi) perempuan mengambil keputusan dalam waktu tertentu.

(39)

Tabel 15 Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Kontribusi Ekonomi dan Otonomi Perempuan dalam Rumah Tangga di Desa Sumber Jaya, 2011

Otonomi Perempuan

Kontribusi Ekonomi

Tinggi Rendah

Tinggi 34 (83 %) 6 (32 %) Rendah 7 (17 %) 13 (68 %)

Total: 100% 100%

Dari Tabel 15 di atas terlihat responden perempuan yang mempunyai otonomi tinggi dipunyai oleh responden perempuan yang mempunyai kontribusi ekonomi yang tinggi pula sebanyak 83 % dibandingkan dengan responden perempuan yang memiliki otonomi tinggi dengan kontribusi ekonomi yang rendah sebanyak 32 %. Makin tinggi kontribusi ekonomi perempuan makin tinggi pula otonominya dalam rumah tangga demikian pula sebaliknya. Sebagai contoh kasus:

Ibu M, SE. Ialah perempuan yang berpendidikan dan berpenghasilan tinggi karena pendidikannya itu ia tidak lagi menganut ideologi gender yang kuat, sehingga hal itu menyebabkan beban kerjanya ringan yang mempengaruhi tingginya kontribusi ekonomi yang diberikan ke dalam rumah tangganya. Tingginya kontribusi tersebut menyebabkan Ibu M,SE memiliki otonomi yang tinggi dalam rumah tangganya.

Dari bahasan semua di atas dapat disimpulkan bahwa otonomi perempuan pekerja di Desa Sumber Jaya cukup tinggi. Hal ini disebabkan karena perempuan-perempuan pekerja tersebut mempunyai pendidikan relatif cukup tinggi yang mendukung mereka untuk memperoleh pekerjaan nafkah. Pendidikan dan pekerjaan ini memeberi kesempatan perempuan pekerja tersebut untuk bisa berkontribusi terhadap ekonomi rumah tangganya yang pada akhirnya meningkatkan otonomi dalam rumah tangganya. Hal ini semua terjadi karena ideologi gender yang di anut mereka sudah melonggar dalam kehidupan keseharian mereka.

(40)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat ditarik di hasil penelitian ini adalah :

1. Bahwa otonomi perempuan pekerja dalam rumah tangganya di Desa Sumber Jaya cukup tinggi karena ideologi gender yang mereka anut sudah mulai melonggar dalam keseharian hidup mereka.

2. Otonomi yang tinggi dari perempuan pekerja di Desa Sumber Jaya disebabkan karena terbukanya kesempatan kerja yang luas sehingga perempuan bisa berkontribusi ekonomi ke dalam rumah tangganya.

3. Kontribusi ekonomi yang tinggi yang dipunyai perempuan pekerja di Desa Sumber Jaya inilah yang menyebabkan otonomi perempuan pekerja menjadi tinggi dalam rumah tangganya.

4. Dalam hal ini semua faktor yang mempengaruhi tingginya otonomi perempuan pekerja di Desa Sumber Jaya disebabkaan karena ideologi gender yang dianut oleh perempuan pekerja tersebut sudah tidak terlalu kuat lagi.

5. Ternyata di temukan bahwa pendidikan dapat meluruhkan ideologi gender yang terlalu kuat, sehingga perempuan harus dapat meningkatkan kualitas pendidikannya untuk kehidupan yang lebih baik.

Saran

Saran yang dapat diberikan sesuai dengan hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah:

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Primathari, A. 2008. Pengaruh Ibu Bekerja Terhadap Prestasi Anak di Sekolah (Kasus Ibu Bekerja di Perumahan Pondok Aren, Kelurahan Ciluar, Bogor). [skripsi]. Institut Pertanian Bogor.

Koentjaraningrat. 1994. Metode-Metode Penelitian Masyarakat Ed ke-3. Jakarta [ID]: Balai Pustaka.

Ihromi TO. 1980. Kisah Kehidupan Wanita Dalam Memperjuangkan Kebutuhan Ekonomi Keluarganya. Jakarta: Tiga Serangkai.

Pudjiwati S. 1983. Peranan Wanita Dalam Pembangunan Masyarakat Desa. Jakarta [ID]: CV Rajawali.

Khoeruni‟mah R. 2010. Pengaruh Wanita Bekerja Terhadap Keberhasilan Pendidikan Formal Anak (Kasus di Perumahan Sawati Mas, Desa Cipondok, Kecamatan Sukaresik, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat). [skripsi]. Institut Pertanian Bogor.

Budiman A. 1981. Pembagian Kerja Secara Seksual (Sebuah Pembahasan Sosiologis Tentang Peran Wanita di Dalam Masyarakat). Jakarta: Tiga Serangkai.

Kusmayadi, Endar S. 2000. Metodelogi Penelitian Dalam Bidang Kepariwisataan. Jakarta [ID]: Gramedia Pustaka Utama.

Meylasari I. 2010. Pengaruh Kontribusi Ekonomi Dan Sumberdaya Pribadi Perempuan Terhadap Pengambilan Keputusan Dalam Rumah Tangga (Dusun Jatisari, Desa Sawahan, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta). [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor.

Oey M. 1999. Women And Men at Work in Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama. Ulfah M dan TO. Ihromi. 1978. Peranan Dan Kedudukan Wanita di Indonesia.

Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press.

Safitri AS. 2007. Gender, Industri, Dan Pengaruhnya Terhadap Otonomi Wanita Dalam Pendidikan Anak (Kasus: Buruh Wanita Pada Industri Garment, di Kelurahan Cibuluh, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat). [skripsi]. Institut Pertanian Bogor.

Munaf M. 2004. Peran Gender Dalam Pengolahan Dan Pemasaran Hasil Perikanan (Studi Kasus) di Kota Ternate Provinsi Maluku Utara. [Tesis]. Institut Pertanian Bogor.

Liani D. 2011. Marjinalisasi Perempuan Dalam Putting Out System (POS) Dan Dampaknya Kesejahteraan Keluarga. [skripsi]. Institut Pertanian Bogor. McGee IG , Robinson IM. 1996. The Mega Urban Regions Of Southeast Asia.

(42)

Setyawan TB , Oong A. 2002. Prospek Ekonomi Kota Bekasi. Lembaga Pemantau Reformasi.

Sajogyo P. 1983. Peranan Wanita Dalam Pembangunan Masyarakat Desa. Jakarta [ID]: CV Rajawali.

(43)

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian

Kuesioner Penelitian

Pengaruh Kontribusi Ekonomi Perempuan Terhadap Otonomi Perempuan Dalam Rumah Tangga

(Studi Kasus Perumahan Griya Asri 2, Kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi, Propinsi Jawa Barat )

Saya Monalisa Tri Oktaviani mahasiswa IPB program Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Sehubungan dengan penelitian yang akan saya lakukan saya meminta kesediaan saudara untuk mengisi kuesioner dibawah ini sebaik-baiknya dan sejujur-jujurnya. Kerahsiaan jawaban saudara dijamin dan tidak berkaitan dengan kepentingan lain kecuali untuk penelitian ini. TERIMA KASIH

Pertanyaan Penelitian

No Responden :

Hari/ tanggal wawancara :

I. Identitas responden 1. Nama : 2. Umur : 3. Agama : 4. Alamat :

5. Pendidikan : Tidak Tamat SD Tamat SD Tidak tamat SMP Tamat SMP Tidak tamat SMA Tamat SMA Tidak tamat PT Tamat PT

6. Pekerjaan : Sebutkan jenis pekerjaan yang selama ini ibu lakukan: 1)...

2)... 3)... 7. Ideologi Gender

apakah ibu setuju atau tidak setuju dengan pernyataan dibawah ini

setuju Tidak

(44)

 Perempuan tidak boleh bekerja di luar rumah, seperti laki-laki boleh bekerja di luar rumah

 Pekerjaan perempuan ialah di dalam rumah

mengurus keluarga dan anak, pekerjaan laki-laki di luar rumah mencari nafkah

 Perempuan tidak kuat dalam menghadapi

persaingan dunia kerja, laki-laki kuat dalam menghadapi persaingan dunia kerja

 Perempuan memiliki kemampuan bekerja yang

kurang baik, laki-laki memiliki kemampuan bekerja yang baik

 Perempuan hanya mampu melakukan pekerjaan

yang mudah, laki-laki mampu melakukan pekerjaan yang sulit

 Perempuan boleh bekerja di luar rumah namun

dengan izin suami, laki-laki boleh bekerja di luar rumah tanpa harus dengan izin istri

 Laki-laki tidak boleh mengerjakan pekerjaan

domestik, perempuan harus mengerjakan pekerjaan domestik

 Posisi tertinggi dalam pekerjaan sebaiknya dipegang

oleh laki dan posisi perempuan di bawah laki-laki

 Perempuan tidak boleh melakukan kegiatan

kemasyarakatan, laki-laki boleh melakukan kegiatan kemasyarakatan

1. Beban kerja

1. Berapa jam ibu bekerja nafkah dalam satu hari ?

2. Selain bekerja di produksi, apakah ibu juga mengerjakan pekerjaan domestik ?

3. Jika ya, berapa jam ibu bekerja domestik dalam sehari ?

4. Pekerjaan domestik apa saja yang ibu kerjakan ? Sebutkan !

5. Adakah yang membantu ibu dalam mengerjakan pekerjaan rumah ? Sebutkan berapa lama !

(45)

1. Berapa jumlah pendapatan ibu satu bulan yang lalu ?

2. Apakah pendapatan ibu, ibu berikan ke dalam rumah tangga ?

Ya =

Tidak =

3. Bila ya, berapa pendapatan yang ibu berikan ?

 Uang tersebut di pakai untuk apa ?

 Bila ya, mengapa ibu berikan semua dalam rumah tangga ibu ?

 Bila tidak, mengapa ?

4. Otonomi perempuan

Aapakah ibu mengambil keputusan untuk kegiatan-kegiatan di bawah ini:

Produktif Ya Tidak

Menentukan anda bekerja

Menentukan tempat kerja

Menentukan jenis pekerjaan

Reproduktif

Menentukan tingkat pendidikan anak

Menentukan siapa yang harus melanjutkan sekolah

Menentukan jenis pengobatan

Menentukan jenis makanan

Menentukan pembelian non makanan

Sosial

Menentukan pendapat dalam kegiatan politik

Menentukan kesertaan dalam organisasi

Menentukan kehadiran dalam musyawarah

Menentukan kehadiran dalam perayaan atau

selamatan

Total skor

Gambar

Tabel 15 Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan  Kontribusi
gambar sebagai berikut
Tabel 1 Komposisi Jumlah Penduduk Desa Sumber Jaya Berdasarkan Tingkat    Pendidikan, 2011
Tabel 15 Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Kontribusi Ekonomi dan                Otonomi Perempuan dalam Rumah Tangga di Desa Sumber Jaya, 2011

Referensi

Dokumen terkait

Setelah melaksanakan proses pembelajaran dan menggali informasi melalui praktik pembuatan email di lab komputer SMK Negeri 1 Pemulutan, peserta didik dapat

Di Kelantan, beberapa kajian etnobotani yang telah dijalankan adalah dalam kalangan kaum Melayu, masih banyak pengetahuan tradisional Orang Asli dan penggunaan tumbuhan

Seluruh Layer dibuat dalam sebuah design file yang merupakan bagian umum dari global origins dan secara bersamaan akan mempunyai hubungan antar project untuk menyetarakan

Tabel 3 menunjukkan bahwa responden dengan frekuensi fast food kategori sering lebih tinggi mengalami overweight yaitu sebesar 60.8% dan pada responden yang

Dari kedua penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa analisis SWOT akan membantu perusahaan mengetahui lingkungan internal dan lingkungan eksternal perusahaan, sehingga

Pada periode sebelum penerapan perjanjian ACFTA, tidak ada dari ketujuh variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel inflasi Indonesia, inflasi Tiongkok,

Pada sebuah penelitian data mining terdapat data yang akan diolah dengan metode yang telah ditentukan sebelumnya, pada penelitian ini data yang digunakan adalah data

Hasil penelitian menunjukkan bahwa thitung = 3,62 dan ttabel = 2,02, maka nilai thitung &gt;ttabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar fisika antara