• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN DALAM PEMBELIAN RUMAH TIPE MENENGAH KE ATAS DI GRIYA MANDIRI LAWANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN DALAM PEMBELIAN RUMAH TIPE MENENGAH KE ATAS DI GRIYA MANDIRI LAWANG."

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Manajemen

Diajukan oleh :

YANOP AFRISTA

0812010002/FE/EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

J AWA TIMUR

(2)

Yang diajukan

YANOP AFRISTA 0812010002/FE/EM

Telah disetujui untuk diseminarkan oleh :

Pembimbing Utama

Drs. Ec Supr iyono, MM

NIP: 196106261988031001 Tanggal : …………..

Mengetahui

Ketua Program Studi Manajemen

(3)

Yang diajukan Oleh

YANOP AFRISTA 0812010002/FE/EM

Telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh :

Pembimbing Utama

Drs. Ec Supr iyono, MM

NIP: 196106261988031001 Tanggal : …………..

Mengetahui

Ketua Program Studi Manajemen

(4)

Yang diajukan Oleh

YANOP AFRISTA 0812010002/FE/EM

Disetujui untuk ujian skripsi oleh :

Pembimbing Utama

Drs. Ec Supr iyono, MM

NIP: 196106261988031001 Tanggal : …………..

Mengetahui

Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

(5)

Yang diajukan

YANOP AFRISTA

0812010002 / FE / EM

Telah dipertahankan dihadapkan dan diter ima oleh Tim Penguji Skr ipsi J urusan Manajemen Fakultas Ekonomi

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur Pada Tanggal : 14 Desember 2012

Pembimbing Utama Tim Penguji :

Ketua

Dr s. Ec. Supriyono, MM Dr. Pr asetyo Hadi, SE, MM

Sekr etaris

Dra. Ec. Kustini, Msi

Anggota

Dr s. Ec. Supr iyono, MM

Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur

(6)

”PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN DALAM PEMBELIAN RUMAH TIPE MENENGAH DI GRIYA MANDIRI LAWANG ”

Penyusunan skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemn di Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini dengan segala ketulusan hati penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. H. Dhani Ichsanudin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM, selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Drs. Ec. Supriyono, MM, selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah memberikan bimbingan dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Segenap Staff Dosen Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan

Nasional ”Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan banyak pengetahuan kepada penulis selama masa perkuliahan.

6. Ibu Dian Suzana S.E, selaku Manajer Marketing (CV. Sembilan Pilar) yang telah bersedia membantu memberikan data dalam menyelesaikan skripsi.

7. Ayahanda Imam Syafi’i, Ibunda Tatik Siswanti, Adik-adikku Achmed Oktavendi dan Diki Prasetya beserta Nenek H. Sulastri dan seluruh keluarga besar yang telah memberikan motivasi, doa serta curahan kasih sayang yang tiada henti kepada penulis.

(7)

i kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Surabaya. November 2012

Penulis

(8)
(9)

ii

Terhadap Kepuasan Konsumen ... 24

2.3 Kerangka Konseptual ... 26

2.4 Hipotesis ... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional variabel dan Pengukuran Variabel ... 28

3.1.2 Pengukuran Variabel ... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 56

(10)

4.2.2 Deskripsi Bauran Pemasaran ... 59

4.3.1.2 Outer Loading (Model Pengukuran dan Validitas) ….. .. 66

4.3.2 Average Variance Extracted ……… ... 67

4.3.3 Reliabilitas ……… 68

4.3.4 Result For Outer Weights ………. 69

4.3.5 Inner Model (Pengujian Model Struktural) ………... 69

4.3.6 Uji Outlier ……….. 71

4.4 Pembahasan ………... 72

4.4.1 Pembahasan Hipotesis Hubungan Bauran Pemasaran dengan Kepuasan Konsumen ……….. 72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 75

(11)
(12)

viii

YANOP AFRISTA 0812010002/FE/EM

Abstr aksi

Konsumen pembeli rumah tipe menengah ke atas, tidak hanya memandang rumah sebagai tempet tinggal, tapi mereka membeli rumah untuk memperoleh kepuasan. Kepuasan konsumen akan tercipta, jika pengembang mampu memenuhi harapan yang dimiliki oleh para konsumennya. Salah satu alternatif yang dapat adalah menggunakan bauran pemasaran yang mencangkup produk, harga, promosi dan tempat terhadap kepuasan konsumen pembeli rumah tipe menengah ke atas, secara simultan dan parsial. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengkaji dari variabel-variabel tersebut yang memiliki pengaruh dominan terhadap kepuasan konsumen pembeli rumah tipe menengah ke atas.

Penelitian ini menggunakan variabel bebas (X), diantaranya variabel tersebut adalah bauran pemasaran dan variabel terikat (Y) adalah kepuasan konsumen. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dengan mengumpulkan data dengan mengumpulkan data seperti kuesioner dan data sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber yang ada dalam literatur-literatur dalam penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan non probability sampling dengan teknik purposive sampling. Artinya teknik penarikan sampel dengan menggunakan syarat tertentu yang di ambil berdasarkan pertimbangan subyektif peneliti. Pengolahan data dengan menggunakan analisis permodelan PLS (Partial Least Square).

Hasil menunjukkan bahwa bauran pemasaran berpengaruh positif non signifikan terhadap kepuasan konsumen.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, kebutuhan akan rumah menjadi perhatian yang cukup serius bagi pemerintah, adanya tuntutan masyarakat untuk dapat memiliki rumah yang

sesuai dengan tingkat daya beli masyarakat merupakan suatu fenomena yang masih belum terselesaikan sacara tuntas.

Upaya pemerintah dalam memenuhi kebutuhan akan adanya perumahan

yang layak bagi masyarakat, secara tegas telah tercantum dalam GBHN tahun 1992 bahwa pembangunan perlu untuk semakin ditingkatkan khususnya

perumahan dan pemukiman yang terjangkau oleh masyarakat.

Pengadaan perumahan di Indonesia ditangani oleh sebuah organisasi yang bernama REI, dimana dalam pelaksanaan di lapangan organisasi tersebut

berfungsi sebagai koordinator para pengembang atau developer sebagai penyedia perumahan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat secara langsung.

Industri realestate di Indonesia terbagi ke dalam dua segmen pasar yaitu pembangunan rumah-rumah sederhana (baik dimiliki maupun sewa sebagai bagian dari program kesejahteraan sosial) dan pembanguna properti lainnya (baik

untuk bangunan prasaran ekonomi dan kehidupan maupun investasi, meliputi bangunan perkantoran, komersial, industri, fasilitas-fasilitas khusus sampai

(14)

realestate selalu terjadi, baik berjangka pendek maupun panjang tidak saja akibat pengaruh ekonomi serta politik, tetapi ke depan akan menghadapi permasalahan

baru akibat perkembangan teknologi, informasi, dan persaingan-persaingan regional dan global.

Masyarakat selaku konsumen pembeli perumahan tidak dengan begitu saja membeli rumah tanpa mempunyai pertimbangan tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi mereka dalam pengambilan keputusan seperti produk, harga,

lokasi, dan promosi. Selain itu, dalam sebuah proses pengambilan keputusan pembelian tidak hanya berakhir dengan terjadinya transaksi pembelian, akan

tetapi diikuti pula oleh tahap perilaku purnabeli. (Kotler, 2002)

Konsumen perumahan mewah selain membeli untuk tinggal, mereka juga mengharapkan adanya pencapaian kepuasan. Oleh karena itu, di dalam

memasarkan perumahan mewah, para pengembang harus mampu menciptakan kepuasan bagi para konsumennya.

Untuk mampu menciptakan kepuasan konsumen tersebut, para

pengembang perlu memiliki suatu strategi pemasaran yang jitu dalam memasarkan produknya, karena strategi pemasaran juga merupakan alat

fundamental yang direncanakan untuk mencapai tujuan perusahaan dengan mengembangkan keunggulan bersaing yang digunakan untuk melayani pasara

(15)

Pembangunan perumahan untuk kelompok masyarakat menengah ke atas cenderung dilakukan oleh para pengembang swasta, dimana mereka lebih

menekankan pada profit orientied. Untuk mencapai tujuan tersebut, penekanan pada daya tarik bentuk rumah yang mereka bangun lebih diutamakan. Hal tersebut dilakukan dengan menggunakan para konsultan pembangunan perumahan,

sehingga perumahan yang mereka bangun mampu menghasilkan bentuk yang menarik konsumen untuk membelinya. Sedangkan beberapa hal seperti

konstruksi, sarana jalan, saluran, dan fasilitas-fasilitas umum yang seharusnya ada dalam kompleks perumahan yang mereka bangun, cenderung diabaikan. Dengan demikian, ketidakpuasan konsumen mungkin akan muncul setelah membeli rumah

yang dipasarkan oleh para pengembang.

Obyek dalam penelitian ini adalah perumahan Griya Mandiri Lawang

dimana Griya Mandiri Lawang adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang pembangunan perumahan. Griya mandiri lawang menawarkan berbagai

bentuk type rumah seperti rumah type 36 dan rumah type 46, dan konsumen dapat memesan kavling yang luas tanahnya bervariasi. Keunggulan dari Griya mandiri lawang juga dapat terlihat dari lokasinya yang strategis karena dekat dengan

stasiun lawang, pasar besar, sekolah, dan tempat olah raga. Bertitik tolak pada paparan yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa pola pemikiran yang

berkembang dalam pembelian rumah di era sekarang ini, bahwa rumah tidak hanya sebagai tempat berlindung, namun juga berfungsi sebagai tempat tinggal yang nyaman, sehat, bahkan estetika menjadi bahan pertimbangan mereka dalam

(16)

pelayanan yang optimal untuk memberikan kepuasan pada konsumennya. Namun dalam dua tahun terakhir terjadi fluktuasi penjualan yang cukup signifikan. Hal ini

dapat terlihat dari tabel berikut ini :

Tabel 1.1

Data Penjualan dan Data Komplain Griya Mandir i Lawang 2010-2011

(17)

Dari tabel 1.1 dapat diketahui bahwa terjadi fluktuasi setiap bulan dan menurunnya penjualan dari tahun 2010 yang jumlahnya 41 unit terjual menjadi 32

unit terjual di tahun 2011. Permasalahan yang menyebabkan terjadi hal ini adalah kerena adanya situasi-situasi dimana pada bulan tertentu terjadi pembelian yang cukup besar maupun kecil. Hal ini juga disebabkan karena pada pertengahan

tahun 2010 sudah banyak pengembang perumahan yang mendirikan perumahannya di daerah dekat Griya Lawang Mandiri.

Dari tabel 1.1 dapat diketahui juga bahwa terjadi peningkatan konsumen yang komplain pada tahun 2011 yang berjumlah 41 data komplain, yang

sebelumnya di tahun 2010 berjumlah 29 data komplain. Yang dimana adanya para pengembang yang kurang dalam menjaga kualitas bangunan, seperti adanya masalah pada pemasangan keramik, pengembang lambat dalam menangani

masalah yang di komplain oleh konsumen, dan permasalahan komplain selalu ada yang sama, yang menunjukkan bahwa para pengembang tidak pernah membenahi

masalah yang sudah pernah ada sebelumnya. Maka disini pihak manajemen dituntut untuk bisa memberi keyakinan kepada calon konsumen maupun konsumen yang sudah membeli rumah di Griya Mandiri Lawang agar bisa merasa

puas akan rumah di Griya Mandiri Lawang.

Dengan demikian, pemilik Griya Mandiri Lawang harus mewaspadai ketatnya persaingan dalam usaha realestate. Perubahan kepuasan konsumen yang

(18)

salah satunya melihat dari bauran pemasaran untuk menjual perumahan di kota Lawang.

Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa bauran pemasaran adalah faktor yang mempengaruhi penciptaan kepuasan konsumen. Bauran

pemasaran yang mampu memberikan kesan yang yang berarti bagi konsumen akan lebih mudah mendapat perhatian khusus dari konsumen. Dalam persaingan yang semakin ketat mendorong perusahaan untuk lebih memfokuskan pada upaya

untuk mempertahankan kepuasan konsumen. Untuk dapat survive dalam lingkungan bisnisnya, salah satunya dengan menguatkan bauran pemasaran dan

membangun, memelihara, serta mempertahankan kepercayaan konsumen sehingga tercipta kepuasan konsumen.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti ingin melakukan penelitian lebih

lanjut untuk menganalisis pengaruh bauran pemasaran terhadap kepuasan konsumen, dengan judul penelitian “Pengaruh Baur an Pemasaran Terhadap

Kepuasan Konsumen Dalam Pembelian Rumah Tipe Menengah Ke Atas di Griya Mandiri Lawang”.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan paparan yang telah dijelaskan pada bagian latar belakang, maka permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah:

“Apakah ada pengaruh yang signifikan antara produk, lokasi, harga, dan promosi

(19)

1.3Tujuan Penelitian

Suatu penelitian dilakukan tentunya memiliki beberapa tujuan. Adapun

yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah :

Untuk mengkaji dan menganalisis ada atau tidaknya pengaruh yang

signifikan antara bauran pemasaran terhadap konsumen pembeli rumah di Griya Mandiri Lawang.

1.4Manfaat Penelitian

(20)

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain, yang dapat digunakan sebagai bahan pengkajian berkaitan dengan penalitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Jurnal penalitian (Farisa, 2005:156) dengan judul “Analisis Variable

Marketing Mix yang Mempengaruhi Kepuasan Konsumen Dalam Pembelian Susu Bubuk Formula Bayi di Kota Malang”.

Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh marketing mix terhadap

kepuasan konsumen, pembeli rumah di Griya Mandiri Lawang.

Hasil penelitian ini menujukkan bahwa semua keempat variabel indipenden

yang diteliti yaitu citra produk, harga, distribusi, promosi mempunyai pengaruh terhadap kepuasan konsumen, baik secara parsial (masing – masing) maupun secara bersama – sama. Yang dimana metode penelitiannya

menggunakan SEM.

2. Jurnal penelitian (Budi, 2007:140) dengan judul “Analisis Faktor-Faktor

(21)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara bauran pemasaran terhadap kepuasan konsumen pembeli rumah tipe menengah keatas di ngaglik,

Yogakarta, yang dimana penelitian ini menggunakan metode penelitian regresi linier berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bauran pemasaran baik secara

bersama – sama maupun secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan konsumen pada pembeli rumah di kecamatan ngaglik,

kecamata sleman, Yogyakarta.

3. Jurnal penelitian (Dwitanto, 2003:485) dengan judul “Analisis Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Kepuasan Konsumen dalam Pembelian Rumah

di Kabupaten Sidoarjo”.

Dengan menggunakan metode penelitian analisis regresi linier berganda,

bahwa keseluruhan bauran pemasaran ( marketing mix ) mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan konsumen (cunsumen satisfaction) menunjukkan nilai parameter yang memenuhi nilai kelayakan yang

disyaratkan sehingga hipotesis ini diterima. Bauran pemasaran akan mempengaruhi kepuasan konsumen, dimana konsumen yang puas cenderung

menjadi pelanggan yang loyal. Selain itu kepuasan yang dirasakan oleh konsumen dapat meningkatkan intensitas pembelian. Dengan kata lain tercapainya tingkat kepuasan pelanggan yang optimal akan mendorong

(22)

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pemasaran

Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh para pengusaha dalam usahanya untuk mengembangkan usahanya, mendapatkan laba,

serta mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan.

Pemasaran merupakan pekerjaan rumah yang harus dikerjakan oleh para manajer untuk menilai kebutuhan, mengukur tingkat dan intensitasnya, dan

menentukan apakah ada peluang yang menguntungkan. Pemasaran berlanjut selama hidup produk, berusaha mendapatkan konsumen baru dan mempertahankan konsumen saat ini dengan meningkatkan daya tarik dan kinerja

produk, belajar dari hasil penjualan produk dan mengelola kinerja supaya berulang, bila pemasar melakuakan dengan baik pekerjaan memahami konsumen

dengan baik, menciptakan produk yang memberikan nilai yang unggul, menetapkan harga, mendistribusikan dan mempromosikan dengan efektif,

produk-produk tersebut akan terjual dengan mudah. Kotler & Amstrong (2001:6).

Menurut Simamora (2004 : 4) pemasaran di definisikan sebagai proses manajerial dan sosial dimana individu – individu dan kelompok memperoleh apa

yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan penawaran dan

(23)

Pemasaran menurut Assauri (2007 : 23) adalah,”suatu rangkaian kegiatan terarah dan terpadu yang dilakukan produsen dalam bentuk perencanaan,

pelaksanaan dan pengendalian harga, promosi dan penyaluran barang atau jasa di produksi sehingga dapat memenuhi kebutuhan konsumen melalui transaksi”.

2.2.1.1. Konsep Pemasaran

Konsep pemasaran adalah suatu falsafah / gagasan yang lebih baru dalam sejarah hubungan pertukaran sebagai usaha untuk menantang konsep – konsep

sebelumnya. Konsep pemasaran berpendapat bahwa kunci untuk mencapai tujuan organisasi terdiri dari penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran serta memberikan kepuasan yang diharapkan secara lebih efektif dan efisien

dibandingkan para pesaing.

Menurut Kotler dan Amstrong (2001:30), berpendapat bahwa konsep

pemasaran bertujuan untuk mencapai tujuan organisasi tergantung dalam penentuan kebutuhan dan keinginan pasar serta memuaskan pelanggan secara

lebih efektif dan efisien daripada yang dilakukan oleh para pesaing.

Konsep pemasaran merupakan suatu kunci atau keseluruhan sistem untuk meraih tujuan perusahaan yang berhubungan dengan kegiatan – kegiatan usaha

(24)

Empat faktor penting yang dipakai sebagai dasar konsep pemasaran menurut Angipora (2002:41), meliputi :

a. Fokus Pasar

Perhatian yang tertuju secara khusus terhadap suatu pasar

merupakan hal yang mutlak dilakukan oleh perusahaan dalam kondisi penuh persaingan seperti sekaran ini dan akan datang. Hal ini didasarkan kepada suatu pertimbangan bahwa tidak ada perusahaan yang dapat

beroperasi disemua pasar dan memenuhi semua kebutuhan dan keinginan mereka.

b. Orientasi Kepada Pelanggan

Konsep pemasaran yang didasarkan kepada pandangan ”dari luar ke dalam”, maka dasar pemikiran yang berorientasi kepada pelanggan

berasal dari sudut pandang pelanggan, bukan dari sudut pandangannya sendiri.

Kepuasan pelanggan dianggap sangat penting karena pada dasarnya hasil penjualan setiap saat berasal dari dua kelompok yaitu : ”pelanggan baru dan pembeli ulang”

c. Pemasaran Terpadu

Memang harus diakui bahwa tidak semua karyawan didalam suatu

perusahaan terlatih atau bermotivasi untuk bekerja demi pelanggan.

(25)

terkoordinasi secara baik dan benar. Kedua, pemasaran harus terkoordinasi secara baik dengan bagian – bagian lain dari perusahaan.

d. Kemampulabaan (Profitability)

Konsep pemasaran bukan hanya diarahkan kepada usaha pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan, tetapi melalui kepuasan

pelanggan perusahaan juga mendapatkan laba dan sekaligus menemukan cara yang menguntungkan untuk memuaskan beragam keinginan. Dengan

demikian konsep pemasaran juga secara konsisten terlibat dalam menganalisis potensi laba dari berbagai peluang pemasaran yang dimiliki untuk menciptakan pelanggan secara menguntungkan.

Seringkali terjadi kekaburan pengertian antara konsep pemasaran yang berorientasi kepada pelanggan dan konsep penjualan yang berorientasi

kepada laba melalui volume penjualan sehingga oleh Angipora (2002) menarik batas yang tajam antara konsep penjualan dengan konsep

pemasaran.

2.2.1.2. Pengertian Manajemen Pemasar an

Untuk mengelola proses jual beli diperlukan sejumlah upaya dan

ketrampilan penting. Seseorang biasanya mahir dalam pembelian untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Kadangkala mereka juga melakukan

penjualan.

(26)

lainnya. Bangsa – bangsa di dunia juga merencanakan dan mengelola hubungan jual – beli dengan bangsa lainnya. Mereka telah secara seksama hubungan –

hubungan dagang yang bermanfaat dengan bangsa – bangsa lainnya.

Menurut Kotler (2002) didalam bukunya yang berjudul ” Menejemen

Pemasaran ” bahwa manajemen pemasaran berlangsung bila sekurang - kurangnya satu pihak mempertimbangkan sasaran dan sarana untuk memperoleh tanggapan yang diharapkan dari pihak lain pada suatu pertukaran yang potensial.

Definisi tentang manajemen pemasaran adalah analisis, perencanaan, penerapan dan pengendalian terhadap program yang dirancang untuk menciptakan,

membangun dan mempertahankan pertukaran dan hubungan yang menguntungkan dengan pasar sasaran dengan maksud untuk mencapai tujuan – tujuan organisasi. Dan manajemen pemasaran mempunyai tugas untuk

mempengaruhi tingkat, jangkauan waktu dan komposisi permintaan dalam suatu

cara sehingga membantu organisasi untuk mencapai sasarannya.

2.2.2. Baur an Pemasar an

Bauran pemasaran merupakan kombinasi dari berbagai tahapan atau elemen yang diperlukan mulai dari tahapan perencanaan sampai tahap eksekusi

atau pelaksanaan seluruh operasi perusahaan. Bauran pemasaran yang digunakan perusahaan merupakan salah satu konsep kunci atau merupakan inti dalam pemasaran, perusahaan harus senantiasa memiliki keunggulan dalam bersaing

(27)

itu bauran pemasaran digunakan perusahaan dalam mencapai sasaran pemasaran dan pasar sasaran.

Bauran pemasaran adalah perangkat variabel – variabel pemasaran terkontrol yang digabungkan perusahaan untuk menghasilkan tanggapan yang

diinginkan dalam pasar sasaran, (target market ). Konsep bauran pemasaran merupakan segala usaha yang dapat perusahaan lakukan untuk mempengaruhi

permintaan.

Istilah bauran pemasaran pada awalnya diperkenalkan oleh Angipora (2002) dengan sebutan The Four P’s ( 4 P’s ), yang merupakan singkatan dari

product, price, palace dan promotion.

Marketing mix (bauran pemasaran) merupakan seperangkat alat pemasaran yang digunakan untuk mencapai tujuan pemasaran dalam pasara

sasaran (Kotler, 2002). Bauran pemasaran ini begitu populer setelah diperkenalkanlebih lanjut oleh Philip Kotler melalui berbagai literatur yang ditulis dan diterbitkannya dan beredar di berbagai negara dibelahan bumi. Namun Kotler

juga mencoba memperkenalkan konsep baru tentang bauran pemasaran dengan memperluas konsep bauran pemasaran dengan istilah Mega Marketing dengan

(28)

Menurut Angipora (2002 : 26 – 28) dalam bukunya yang berjudul ” Dasar – Dasar Pemasaran ” konsep dasar bauran pemasaran dan unsusr – unsur di

dalamnya dapat di uraikan sebagai berikut :

2.2.2.1Pr oduk

Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan. Produk yang

ditawarkan tersebut meliputi barang fisik (seperti sepeda motor, tv , komputer, baju, rumah, buku teks), jasa (restoran, penginapan, transportasi) jadi, produk bisa

berupa manfaat tangible maupun intangible yang dapat memuaskan pelanggan (Tjiptono, 2008).

Secara konseptual produk adalah pemahaman subyektif dari atas suatu

yang bisa ditawarkan sebagai uasaha untuk mencapai tujuan organisasi melalui pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen, sesuai dengan kompetisi dan

kapasitas organisasi serta daya beli pasar. Produk dapat pula didenifisikan sebagai persepsi konsumen yang dijabarkan oleh produsen melalui hasil produknya.

Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan untuk memuaskan

suatu kebutuhan dan keinginan (Kotler, 2002). Menurut Assauri (2007) produk adalah suatu sifat yang komplek baik dapat diraba maupun tidak dapat diraba,

termasuk bungkus warna, prestise perusahan dan pengecer yang diterima oleh pembeli untuk memuaskan keinginan atau kebutuhannya.

(29)

gaya (style), merk (brand image), pengemasan (packaging), ukuran (size), jenis (product line), macam (product items), jaminan (quarranties), dan pelayanan

(service).

Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa produk terdiri dari barang atau jasa yang digunakan untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen.

Konsep pemasaran berpandangan bahwa kebutuhan dan keinginan konsumen merupakan anggapan yang diyakini oleh perusahaan sebagai dasar dari setiap

kegiatan dalam melayani konsumen. Untuk dapat memenuhi kebutuhan dan memberikan kepuasan terhadap konsumen, pemasar perlu memerhatikan tiga tingkat produk. Adapun tiga tingkat produk dalam (Rangkuti, 2000:3) terdir dari :

a. Manfaat Inti

Tingkat paling dasar adalah jasa/manfaat dasar yang sesungguhnya dibeli

oleh pelanggan. Pemasar harus memandang dirinya sebagai pemberi manfaat bagi konsumen.

b. Produk Dasar

Tingkat kedua, produk dasar yang mampu memenuhi fungsi produk paling dasar (rancangan produk minimal agar dapat berfungsi).

c. Kelengkapan Produk

Tingkat ketiga, produk pelengkap yakni berbagai atribut produk yang dilengkapi atau ditambahi manfaat dan layanan, sehingga

(30)

2.2.2.2. Harga

Suatu perusahaan atau organisasi baik yang mengutamakan laba ataupun

tidak akan selalu duhadapkan pada penentuan harga produk yang dhasilkan. Dimana sebelumnya perusahaan terlebih dahulu merumuskan mengenai penatapan harga yang ingin dicapai. Harga menurut Kotler dan Amstrong (2001)

adalah sejumlah nilai yang konsumen tukarkan untuk sejumlah manfaat dengan memiliki atau menggunakan sesuatu barang atau jasa.

Menetapkan harga suatu produk tidaklah semudah yang dibayangkan, ada beberapa proses yang harus dilakukan dalam penetapan harga suatu produk Menurut (Rangkuti, 2000:12), ada tiga jenis tujuan penetapan harga, yaitu :

1. Kewajaran harga

Harga jual yang ditetapkan perusahaan, dengan melihat tingkat kewajaran

harga.

2. Kesesuaian harga dengan nilai barang

Kesesuaian antara harga dengan barang yang dijual oleh perusahaan,

dengan tingkat kesesuaian harga dengan nilai produk. 3. Diskon

Potongan harga yang diberikan perusahaan, dengan melihat tingkat potongan harga produk.

(31)

merupakan hal yang diperhatikan konsumen saat melakukan pembelian. Sebagian konsumen bahkan mengidentifikasi harga dengan nilai.

Bila suatu produk mengharuskan konsumen mengeluarkan biaya yang lebih besar disbanding manfaat yang diterima, maka yang terjadi adalah bahwa

produk tersebut memiliki nilai negative. Konsumen mungkin akan menganggap sebagai nilai produk yang buruk kemudian akan mengurangi konsumsi terhadap produk tersebut. Bila manfaat yang diterima lebih besar, maka yang terjadi adalah

produk tersebut memliliki nilai positif.

Dari definisi tersebut, dapat kita ketahui bahwa harga yang dibayar oleh pembeli itu sudah termasuk pelayanan yang diberikan oleh penjual, bahkan

penjual juga menginginkan sejumlah keuntungan dari harga tersebut.

2.2.2.3. Promosi

Promosi adalah arus informasi atau persuasi satu arah yang dibuat untuk mengarahkan seseorang atau organisasi kepada tindakan yang menciptakan pertukaran dalam pemasaran (Stanton dan Walker, 2004).

Meskipun secara umum bentuk-bentuk promosi memiliki fungsi yang sama, tetapi bentuk-bentuk tersebut dapat dibedakan berdasarkan tugas-tugas

khususnya. Menurut (Rangkuti, 2000:38) ada tiga indikator promosi, yaitu : a. Iklan

Bentuk komunikasi tidak langsung, yang didasari pada informasi tentang

(32)

sehingga menimbulkan rasa menyenangkan yang akan mengubah pikiran seseorang untuk melakukan pembelian.

b. Promosi penjualan

Bentuk promosi langsung melalui penggunaan berbagai insentif yang dapat diatur untuk merangsang pembelian produk dengan segera dan atau

meningkatkan jumlah barang yang di beli konsumen. c. Publisitas

Usaha untuk menarik simpati masyarakat dengan menjalin hubungan yang baik, dengan melihat tingkat daya tarik publisitas yang dilakukan

perusahaan.

Tujuan utama dari promosi adalah memodifikasi tingkah laku konsumen, menginformasikan, mempengaruhi dan membujuk serta mengingatkan konsumen

sasaran tentang perusahaan dan produk atau jasa dijualnya (Assauri, 2007).

2.2.2.4. Tempat

Menunjukkan berbagai kegiatan yang dilakukan oleh produsen untuk

menjadikan suatu produk yang dihasilkan dapat diperoleh dan tersedia bagi konsumen pada waktu dan tempat yang tepat dimanapun konsumen berada.

Menurut (Hurriyati, 2005:55) karena jasa tidak dapat diantarkan dan agar jasa mudah dicapai oleh pelanggan, maka faktor tempat penjual harus mudah dicapai pelanggan. Dengan kata lain, lokasi merupakan aktifitas yang mampu

(33)

saluran pemasaran, yaitu aliran kegiatan yang terjadi diantara lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat didalam proses pemasaran.

Menurut (Husain, 2005) produsen mempunyai alternative yang sama untuk lebih dari satu pedagang besar, sehingga barang-barang dapat mengalir dari satu

pedagang besar ke pedagang besar lainnya.

Menurut (Rangkuti, 2000:22) ada tiga indikator tempat, yaitu :

1. Keuntungan lokasi

keuntungan lokasi penjualan. 2. Lokasi yang strategis

Lokasi perusahaan dimana operasi dan stafnya akan ditempatkan,

dengan memilih tingkat lokasi yang strategis. 3. Kemudahan sarana transportasi

Kemudahan dimana konsumen dapat menjangkau lokasi perusahaan, dengan melihat tingkat kemudahan sarana transportasi yang ada untuk

menuju lokasi perusahaan.

2.2.3. Kepuasan Konsumen

Didalam suau proses keputusan, konsumen tidak hanya berhenti sampai

proses konsumsi. Konsumen akan melakukan proses evaluasi terhadap konsumsi yang telah dilakukannya. Hasil dari proses evaluasi terhadap konsumsi yang telah

(34)

atau jasa yang dikonsumsinya. Kepuasan akan mendorong konsumen membeli dan mengkonsumsi ulang produk atau jasa tersebut (Richard F, 2003).

Dalam menciptkan keunggulan bersaing perusahaan harus mampu memberi kepuasan kepada para pelanggannya melalui harga yang lebih rendah,

keunikan manfaat, penyerahan produk yang lebih cepat dan pelayanan yang lebih baik.

Konsumen yang merasa puas cenderung akan menyatakan hal-hal yang

baik tentang produk dan perusahaan yang bersangkutan kepada orang lain. Oleh karena itu, pembeli yang puas merupakan iklan yang terbaik (Cravens. 2002). Yang pada akhirnya apabila konsumen merasakan puas terhadap rumah yang

ditawarkan pengembang, maka keuntungan yang didapat tidak hanya yang bersifat material namun non material pun akan diperoleh, seperti konsumen yang

merasa puas akan menginformasikan pada individu atau kelompok lain tentang produk yang dibelinya (Kotler dan Amstrong, 2001).

Fuadati (2006:89) menyatakan bahwa respon terhadap evaluasi

ketidaksesuaian yang dirasakan antara harapan sebelumnya dengan kinerja actual produk yang dirasakan setelah pemakainya. Kepuasan pelanggan adalah tingkat

perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (hasil) yang dirasakan dibandingkan dengan harapannya.

(35)

membuat pelanggan setia dan kembali lagi. Ketika pelanggan merasa puas akan pelayanan yang didapatkan pada saat proses transaksi dan juga akan barang atau

jasa yang mereka dapatkan, besar kemungkinan mereka akan kembali lagi dan melakukan pembelian-pembelian yang lain juga akan merekomendasikan pada teman-teman atau keluarganya tentang perusahaan tersebut dan

produk-produknya (Richard F, 2003).

Namun jika pelanggan tidak puas maka mereka akan menghentikan

bisnisnya dengan perusahaan. Supaya upaya yang akan dilakukan untuk mencapai mutu dan memberikan pelayanan yang unggul tidak akan ada artinya saman

sekali, jika tidak ada usaha untuk memuaskan pelanggan (Richard F, 2003).

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepuasan konsumen merupakan sikap positif dan kelekatan seorang konsumen pada sebuah nilai

kepuasan dimana konsumen merasa puas pada perusahaan tertentu dibandingkan perusahaan lain dalam katagori produk secara konsisten.

(Fuadati, 2006:147) membagi kepuasan konsumen kedalam empat elemen,

yaitu :

1. Expectations (harapan)

Pemahaman mengenai kepuasan konsumen dibangun selama fase prapembelian melalui proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh

(36)

expectation atau keyakinan mengenai apa yang mereka harapkan dari suatu produk ketika mereka menggunakan suatu produk tersebut.

2. Comparison (perbandingan)

Setelah mengkonsumsi, terdapat adanya harapan prapembelian dan persepsi kinerja aktual yang pada akhirnya konsumen akan membandingkan

keduanya. 3. Voice response

Yaitu usaha menyampaikan keluhan secara langsung atau meminta ganti rugi kepada prusahaan yang bersangkutan. Para konsumen melakukan komplain ke perusahaan jika ada kerugian atau kesalahan

produk yang dibelinya.

2.2.4. Pengaruh Baur an Pemasaran terhadap Kepuasan Konsumen

Untuk mendapatkan bagian dari pasar yang sangat potensial ini perusahaan dituntut untuk dapat bersikap dan bertindak sebagai jungle creature. Selain itu pada abad milenium seperti sekarang perusahaan dituntut bersaing

secara kompetitif. Dalam hal menciptakan kepuasan konsumen terutama pasca pembelian yang pada akhirnya akan membentuk loyalitas terhadap suatu produk

atau secara spesifik disebut pelanggan, salah satunya dengan perang antar produk melalui penerapan strategi bauran pemasaran (marketing mix) yang gencar, yang terdiri dari produk, harga, promosi, tempat, dan bukti fisik. Selain itu dengan

(37)

dituntut untuk membuat strategi marketing mix yang disesuaikan dengan selera dan keinginan dengan target marketnya. (Simamora, 2007:72).

Salah satu bentuk operasional dari strategi pemasaran yang dapat dipergunakan dalam memasarkan produk (perumahan) yang dibangun oleh para

pengembang adalah pengembangan adalah penggunaan bauran pemasaran yang terdiri dari Product, Price, Place, and Promotion (Kotler, 2002).

Untuk mampu menciptakan kepuasan konsumen tersebut, para

pengembang perlu memiliki suatu strategi pemasaran yang jitu dalam memasarkan produknya, karena strategi pemasaran juga merupakan alat fundamental yang direncanakan untuk mencapai tujuan perusahaan dengan

mengembangkan keunggulan bersaing yang dugunakan untuk melayani pasar

sasaran (Tjiptono, 2008).

Berdasarkan teori diatas maka dapt disimpulkan bahwa bauran pemasaran pemasaran berpengaruh terhadap kepuasan konsumen, semakin baik strategi bauran pemasaran yang ada pada suatu produk (perumahan) maka akan semakin

meningkat pula kepuasan konsumen.

Berangkat dari teori-teori pemasaran yang ada terutama yang berhubungan

dengan teori tentang perilaku konsumen, maka di dalam penelitian ini penulis hanya mengkhususkan penelitian pada pengaruh bauran pemasaran yang terdiri

(38)

pembelian produk oleh konsumen, dimana konsumen akan merasakan kepuasan ketika harapan sama, lebih atau sedikit lebih kecil dari harapan sebelum

pembelian dengan kenyataan setelah melakukan pembelian. Konsumen yang merasa puas atas produk yang dibelinya akan melakukan pembelian yang

berulang. (Theodore,2007 : 74).

2.3. Kerangka Konseptual

Berdasarkan tinjauan teori diatas dapat disusun kerangka pemikiran teoritis dalam

penelitian ini, seperti tersaji dalam gambar berikut ini :

Gambar 2.1 Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Kepuasan Konsumen.

Produk (X1)

Kepuasan

Konsumen (Y)

Harga (X2)

Promosi (X3)

Tempat (X4)

(39)

2.4. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang disusun berdasarkan kerangka pemikiran dan model analisis

tersebut adalah bahwa “Bauran pemasaran berpengaruh positif terhadap kepuasan

(40)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

3.1.1. Definisi Operasional

Definisi operasional dalam variabel adalah segala sesuatu yang dapat

digunakan menjadi obyek penelitian berdasarkan atas sifat – sifat atau hal – hal dapat diamati atau diobservasi.

Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

Variabel X (Baur an Pemasaran) :

Bauran Pemasaran merupakan kombinasi dari berbagai tahapan yang di dalamnya ada dimensi produk, harga, promosi, dan tempat yang semuanya di kombinasikan untuk menghasilkan tanggapan yang diinginkan dalam pasar

sasaran. Adapun dimensi bauran pemasaran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Produk (X1)

Produk merupakan kombinasi barang dan jasa ditawarkan oleh seseorang atau lembaga untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pasar. Adapun indikator

(41)

a. Manfaat Inti (X1.1)

Manfaat yang sesungguhnya dibeli konsumen. Pemasar atau pengembang

harus memandang bahwa produk yang dipasarkan untuk keperluan tempat tinggal atau perumahan.

b. Produk Dasar (X1.2)

Produk yang mampu memenuhi fungsi produk dasar, yang dimana produk dasarnya adalah rumah yang ada di Griya Mandiri Lawang.

c. Kelengkapan produk (X1.3)

Macam-macam Produk / type perumahan yang ditawarkan dan tambahan sarana dari perumahan dengan melihat tingkat kelengkapan produk

perumahan di Griya Mandiri Lawang. 2. Harga (X2)

Harga suatu produk merupakan ukuran tehadap besar kecilnya nilai kepuasan seseorang terhadap produk yang dibelinya. Adapun indikator dari variabel Harga (X2) adalah (Rangkuti, 2000) :

a. Kewajaran harga (X2.1)

Harga jual yang ditawarkan perusahaan, dengan melihat tingkat kewajaran

harga diberikan Griya Mandiri Lawang kepada calon konsumen. b. Kesesuaian harga dengan nilai barang (X2.2)

Kesesuaian antara harga dengan barang yang dijual oleh perusahaan,

(42)

c. Diskon (X2.3)

Potongan harga yang diberikan perusahaan, dengan melihat tingkat

potongan harga diberikan oleh Griya Mandiri Lawang. 3. Promosi (X3)

Promosi merupakan penjualan adalah intensif untuk pembelian. Kotler

(2002:57) mengungkapkan bahwa ”promosi penjualan terdiri dari kumpulan kiat intensif yang beragam, kebanyakan berjangka pendek, dirancang untuk

mendorong pembelian suatu produk atau jasa tertentu secara lebih cepat atau lebih besar oleh konsumen atau pedagang”. Adapun indikator dari variabel promosi (X3) adalah (Rangkuti, 2000) :

a. Iklan (X3.1)

Iklan yang digunakan untuk menghubungkan komunikasi antara

perusahaan dengan konsumen, dengan cara membuat brosur, display, dll. b. Promosi Penjualan (X3.2)

Unsur-unsur promosi yang dilakukan oleh perusahaan, dengan melihat

tingkat daya tarik sales promotion Griya Mandiri Lawang dalam menjual produk perumahan.

c. Daya tarik publicity (X3.3)

Usaha untuk menarik simpati masyarakat dengan menjalin hubungan yang baik, dengan melihat tingkat daya tarik publicity yang dilakukan oleh

(43)

4. Tempat (X4)

Tempat merupakan bebagai kegiatan untuk menjadikan suatu produk yang

dihasilkan dapat diperoleh dan tersedia bagi konsumen pada waktu dan tempat yang tepat dimanapun konsumen berada.

Adapun indikator dari variabel tempat (X4) adalah (Rangkuti, 2000) :

a. Keuntungan lokasi (X4.1)

Keputusan perusahaan dalam memilih tempat dengan melihat tingkat

keuntungan lokasi penjualan perumahan. b. Lokasi yang strategis (X4.2)

Lokasi perumahan Griya mandiri lawang yang strategis dengan

tempat-tempat penting yang biasanya di kunjungi penghuni rumah Griya Mandiri Lawang.

c. Kemudahan sarana transportasi (X4.3)

Kemudahan dimana konsumen dapat menjangkau lokasi perusahaan. Dengan melihat tingkat kemudahan sarana transportasi yang ada untuk

menuju perumahan Griya Mandir Lawang.

Variabel Y (Kepuasan Konsumen) :

Kepuasan yaitu hasil perbanidingan antara harapan dan realisasi layanan, sehingga penentu dari kepuasan konsumen juga didasarkan pada gap (perbandingan) antara harapan dan realisasi, dengan indikator (Fuadati, 2006:

(44)

a. Expectations (harapan)

Konsumen calon konsumen perumahan akan mengharapkan sesuatu

yang konsumen inginkan prapembelian rumah Griya Mandiri Lawang. b. Comparison (perbandingan)

Setelah membeli dan menempati rumah, konsumen akan

membandingkan waktu prapembelian dengan persepsi kinerja aktual yang dimana hasil dari pembengunan rumah Griya Mandiri Lawang. c. Voice response

Usaha menyampaikan keluhan secara langsung atau meminta ganti rugi kepada pengembang Griya Mandiri Lawang, dengan cara memberikan

komplain.

3.1.2. Pengukuran Variabel

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala interval, yaitu merupakan ukuran yang semata-mata menunjukan urutan (rangking) obyek penelitian berdasarkan atribut, tetapi juga memberikan informasi tentang jarak perbedaan antara tingkatan obyek yang satu dengan obyek yang lain. Sedangkan teknik pembobotan skala menggunakan skor lima poin Skala Likert, analisis ini dilakukan dengan meminta responden untuk menyatakan pendapatnya tentang serangkaian pertanyaan yang berkaitan dengan obyek yang diteliti dalam bentuk yang berbeda dalam rentan dua sisi. Digunakan dengan jenjang 1-5, nilai untuk skala tersebut adalah :

a. Sangat Setuju : 5

b. Setuju : 4

c. Netral : 3

(45)

3.2. Teknik Penentuan Sampel 3.2.1. Populasi

Populasi adalah gabungan dari seluruh elemen yang berbentuk peristiwa hal atau orang yang memilliki karakteristik yang serupa yang menjadi pusat perhatian peneliti karena dipandang sebagai sebuah semesta peneliti (ferdinand,

2002). Elemen populasi adalah setiap anggota yang diamati. Populasi dari penelitian ini hingga bulan mei 2012 yang menempati rumah di Griya Mandiri

Lawang sebanyak 108 penghuni. 3.2.2. Sampel

Menyadari luasnya keseluruhan populasi dan keterbatasan yang dimiliki

penulis, maka subyek penelitian yang dipilih adalah sebagian dari populasi yang merupakan penduduk yang jumlahnya kurang dari populasi. Sampel harus

mempunyai paling sedikit satu siafat yang sama. Teknik sampel yang digunakan adalah metode non probability sampling dengan purposive sampling adalah teknik penentuan sampel yang diambil berdasarkan pertimbangan subyektif peneliti,

dimana persyaratan yang dibuat sebagai kriteria harus dipenuhi oleh sampel (Ferdinand, 2002). Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsumen

yang menempati rumah di Griya Mandiri Lawang secara tetap sebanyak 105 pemilik rumah atau responden.

3.3. Teknik Pengambilan Data 3.3.1. J enis Data

Untuk menganalisis data yang baik diperlukan data yang valid, jenis dan

(46)

Menurut (Sugiono, 2008) data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik individu maupun perseorangan. Jadi data primer adalah data

yang di peroleh secara langsung dari sumbernya, diamati, dan dicatat untuk pertama kalinya melalui wawancara atau pengisian kuesioner. Data primer ini diperoleh dari konsumen Griya Mandiri Lawang.

3.3.2. Sumber Data

Sumber data diperoleh dari konsumen yang menempati perumahan di

Griya Mandir Lawang yang dijadikan responden. 3.3.3. Metode Pengumpulan Data

metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Wawancara

Wawancara merupakan metode yang digunakan untuk memperoleh

informasi langsung, mendalam, tidak terstruktur, dan individual menggunakan pertanyaan lisan kepada subyek penelitian (Rangkuti, 2000). Data yang dikumpulkan umumnya berupa masalah yang bersifat

kompleks, sensitif atau kontroversial. Dari wawancara ini, periset akan memperoleh informasi spontan dan mendalam dari setiap responden.

2. Kuesioner

Menurut (Rangkuti, 2000) tujuan adalah memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan survei, memperoleh informasi dengan tingkat

(47)

bantuan dari pihak peneliti. Pertanyaan yang diajukan pada responden harus jelas dan tidak meragukan responden.

Dengan melakukan penyebaran kuesioner responden untuk mengukur persepsi responden digunakan Skala Likert (Rangkuti, 2000).

3.4 Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis

3.4.1 Teknik Analisis

Partial Least Square (PLS) merupakan sebuah metode untuk

mengkonstruksi model-model yang dapat diramalkan ketika faktor-faktor terlalu banyak. PLS dikembangkan pertama kali oleh Wold sebagai metode umum untuk mengestimasi path model yang menggunakan

variabel laten dengan mutiple indikator. PLS juga merupakan factor indeterminacy metode analisis yang powerful karena tidak mengasumsikan

data harus dengan pengukuran skala tertentu, jumlah sampel kecil. Awalnya Partial least Square berasal dari ilmu sosial (khususnya ekonomi, Herman Wold, 1996). Model ini dikembangkan sebagai alternatif untuk

situasi dimana dasar teori pada perancangan model lemah atau indikator yang tersedia tidak memenuhi model pengukuran refleksif. PLS selain

dapat digunakan sebagai konfirmasi teori juga dapat digunakan untuk membangun hubungan yang belum ada landasan terorinya atau untuk pengujian proposisi. Selain PLS, metode lain yang dapat digunakan adalah

(48)

SEM berbasis covariance based, adapun perbedaan antara

covariance based SEM dengan component based PLS adalah dalam

penggunaan model persamaan struktural untuk menguji teori atau pengembangan teori untuk tujuan prediksi oleh Ghozali (2008: 5) . Pada situasi dimana penelitian mempunyai dasar teori yang kuat dan pengujian

teori atau pengembangan teori sebagai tujuan utama riset, maka metode dengan covariance based (Generalized Least Squares) lebih sesuai.

Namun demikian adanya indeterminacy dari estimasi factor score maka akan kehilangan ketepatan prediksi dari pengujian teori tersebut. Untuk tujuan prediksi, pendekatan PLS lebih cocok. Karena pendekatan untuk

mengestimasi variabel laten dianggap sebagai kombinasi linier dari indikator maka menghindarkan masalah indeterminacy dan memberikan

definisi yang pasti dari komponen skor.

PLS merupakan pendekatan yang lebih tepat untuk tujuan prediksi,

hal ini terutama pada kondisi dimana indikator bersifat formatif. Dengan variabel laten berupa kombinasi linier dari indikatornya, maka prediksi nilai dari variabel laten dapat dengan mudah diperoleh, sehingga prediksi

terhadap variabel laten yang dipengaruhinya juga dapat dengan mudah dilakukan (Ghozali 2008). Sedangkan SEM kurang cocok untuk tujuan

(49)

3.4.1.1. Cara Kerja PLS

Estimasi parameter yang didapat dengan PLS dapat dikategorikan

menjadi tiga. Kategori pertama yaitu weight estimate yang digunakan untuk menciptakan skor atau nilai variabel laten. Kedua mencerminkan

estimasi jalur (path estimate) yang menghubungkan variabel laten dan antar variabel laten dan indikatornya (loading), ketiga berkaitan dengan means dan lokasi parameter (nilai konstanta regresi) untuk indikator dan

variabel laten. Untuk memperoleh ketiga estimasi ini, PLS menggunakan proses iterasi tiga tahap dan setiap tahap iterasi menghasilkan estimasi.

Tahap pertama menghasilkan weight estimate, tahap kedua menghasilkan estimasi untuk inner model dan outer model, tahap ketiga menghasilkan

estimasi means dan lokasi(konstanta).

Selama iterasi berlangsung inner model estimate digunakan untuk mendapatkan outside approximation weigth, sementara itu outer model

estimate digunakan untuk mendapatkan inside approximation weight. Prosedur iterasi ini akan berhenti ketika persentase perubahan setiap outside approximation weight relatif terhadap proses iterasi sebelumnya

kurang dari 0,01.

3.4.1.2. Model Spesifikasi PLS

(50)

Hubungan tersebut didefinisikan sebagai dua persamaan linier, yaitu model pengukuran yang menyatakan hubungan antara peubah laten

dengan sekelompok peubah penjelas dan model struktural yaitu hubungan antar peubah-peubah laten (Gefen,2000).

Model analisis jalur semua variabel laten dalam PLS terdiri dari tiga set hubungan; (1) inner model yang menspesifikasi hubungan antar variabel laten (structural model), (2) outer model yang menspesifikasi

hubungan antara variabel laten dengan indikator atau variabel manifestasinya (measurement model), dan (3) weight relation dalam mana

(51)

3.4.1.3. Langkah-Langkah PLS

Langkah-langkah pemodelan persamaan struktural PLS dengan software

adalah seperti dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 3.1. Langkah-langkah Analisis PLS Merancang Model Struktural

(52)

(1). Langkah Pertama: Merancang Model Str uktural (inner model)

Perancangan model struktural hubungan antar variabel laten pada

PLS didasarkan pada rumusan masalah atau hipotesis penelitian. Pada SEM

perancangan model adalah berbasis teori, akan tetapi pada PLS bisa berupa:

(a) Teori, kalau sudah ada

(b) Hasil penelitian empiris

(c) Analogi, hubungan antar variabel pada bidang ilmu yang lain

(d) Normatif, misal peraturan pemerintah, undang-undang, dan lain sebagainya

(e) Rasional.

Oleh karena itu, pada PLS dimungkinkan melakukan eksplorasi hubungan antar variabel laten, sehingga sebagai dasar perancangan model

struktural bisa berupa proposisi. Hal ini tidak direkomendasikan di dalam SEM, yaitu perancangan model berbasis teori, shingga pemodelan didasarkan

pada hubungan antar variabel laten yang ada di dalam hipotesis.

(2). Langkah Kedua: Merancang Model Pengukuran (outer model)

Pada SEM perancangan model pengukuran hanya merujuk pada

definisi operasional variabel, sesuai dengan proses perancangan instrumen penelitian. Model indikator di dalam SEM semua bersifat refleksif, sehingga

(53)

Di sisi lain, pada PLS perancangan model pengukuran (outer model) menjadi sangat penting, yaitu terkait dengan apakah indikator bersifat

refleksif atau formatif. Merancang model pengukuran yang dimaksud di dalam PLS adalah menentukan sifat indikator dari masing-masing variabel laten, apakah refleksif atau formatif. Kesalahan dalam menentukan model

pengukuran ini akan bersifat fatal, yaitu memberikan hasil analisis yang salah.

Dasar yang dapat digunakan sebagai rujukan untuk menentukan sifat indikator apakah refleksif atau formatif adalah: teori, penelitian empiris

sebelumnya, atau kalau belum ada adalah rasional. Pada tahap awal penerapan PLS, tampaknya rujukan berupa teori atau penelitian empiris sebelumnya masih jarang, atau bahkan belum ada. Oleh karena itu, dengan

merujuk pada definisi konseptual dan definisi operasional variabel, diharapkan sekaligus dapat dilakukan identifikasi sifat indikatornya, bersifat

refleksif atau formatif.

(3). Langkah Ketiga: Mengkonstruksi diagr am J alur

Bilamana langkah satu dan dua sudah dilakukan, maka agar hasilnya

lebih mudah dipahami, hasil perancangan inner model dan outer model tersebut, selanjutnya dinyatakan dalam bentuk diagram jalur. Contoh bentuk

(54)

Gambar 3.2. Contoh Diagram Jalur untuk PLS

(4). Langkah Keempat : Konversi diagram Jalur ke dalam Sist em Persamaan

a) Outer model, yaitu spesifikasi hubungan antara variabel laten dengan

indikatornya, disebut juga dengan outer relation atau measurement model, mendefinisikan karakteristik variabel laten dengan indikatornya. Model

indikator refleksif dapat ditulis persamaannya sebagai berikut:

x = Λx ξ + εx

y = Λy η + εy

Di mana X dan Y adalah indikator untuk variabel laten eksogen (ξ) dan

endogen (η). Sedangkan Λx dan Λy merupakan matriks loading yang

(55)

Model indikator formatif persamaannya dapat ditulis sebagai berikut:

ξ = ΠξXi + δx

η = ΠηYi + δy

Dimana ξ, η, X, dan Y sama dengan persamaan sebelumnya. Πx dan Πy

adalah seperti koefisen regresi berganda dari variabel laten terhadap

indikator, sedangkan δx dan δy adalah residual dari regresi.

Pada model PLS Gambar 3 terdapat outer model sebagai berikut:

Untuk variabel latent eksogen 1 (reflektif)

x1 = λx1 ξ1 + δ1

x2 = λx2ξ1 + δ2

x3 = λx3ξ1 + δ3

Untuk variabel latent eksogen 2 (formatif)

ξ2 = λx4 X4 + λx5 X5 + λx6 X6 + δ4

Untuk variabel latent endogen 1 (reflektif)

y1 = λy1 η1 + ε1

(56)

Untuk variabel latent endogen 2 (reflektif)

y3 = λy3 η2 + ε3

y4 = λy4 η2 + ε4

b) Inner model, yaitu spesifikasi hubungan antar variabel laten (structural model), disebut juga dengan inner relation, menggambarkan hubungan antar variabel laten berdasarkan teori substansif penelitian. Tanpa

kehilangan sifat umumnya, diasumsikan bahwa variabel laten dan indikator atau variabel manifest diskala zero means dan unit varian sama dengan satu, sehingga parameter lokasi (parameter konstanta) dapat

dihilangkan dari model.

Model persamaannya dapat ditulis seperti di bawah ini:

η = βη + Γξ + ζ

Dimana η menggambarkan vektor vaariabel endogen (dependen), ξ adalah

vektor variabel laten eksogen dan ζ adalah vektor residual (unexplained

variance). Oleh karena PLS didesain untuk model rekursif, maka hubungan antar variabel laten, berlaku bahwa setiap variabel laten

dependen η, atau sering disebut causal chain system dari variabel laten

(57)

ηj = Σi βji ηi + Σi γjbξb + ζj

Dimana γjb (dalam bentuk matriks dilambangkan dengan Γ) adalah

koefisien jalur yang menghubungkan variabel laten endogen (η) dengan

eksogen (ξ). Sedangkan βji (dalam bentuk matriks dilambangkan dengan

β) adalah koefisien jalur yang menghubungkan variabel laten endogen (η)

dengan endogen (η); untuk range indeks i dan b. Parameter ζj adalah

variabel inner residual.

Pada model PLS Gambar 3 inner model dinyatakan dalam sistem

persamaan sebagai berikut:

η1 = γ1ξ1 + γ2ξ2 + ζ1

η2 = β1η1 + γ3ξ1 + γ4ξ2 + ζ2

c) Weight relation, estimasi nilai variabel latent. Inner dan outer model memberikan spesifikasi yang diikuti dengan estimasi weight relation

dalam algoritma PLS:

ξb = Σkb wkb xkb

ηi = Σki wki xki

Dimana wkb dan wki adalah k weight yang digunakan untuk membentuk

(58)

agregat dari indikator yang nilai weight-nya didapat dengan prosedur estimasi PLS.

(5). Langkah Kelima: Estimasi

Metode pendugaan parameter (estimasi) di dalam PLS adalah metode kuadrat terkecil (least square methods). Proses perhitungan dilakukan

dengan cara iterasi, dimana iterasi akan berhenti jika telah tercapai kondisi

konvergen.

Pendugaan parameter di dalam PLS meliputi 3 hal, yaitu :.

1. Weight estimate yang digunakan untuk menghitung data variabel

laten.

2. Estimasi jalur (path estimate) yang menghubungkan antar variabel laten dan estimasi loading antara variabel laten dengan

indikatornya.

3. Means dan parameter lokasi (nilai konstanta regresi, intersep)

untuk indikator dan variabel laten.

Sebagai langkah awal iterasi, algoritmanya adalah menghitung aproksimasi outside dari variabel latent dengan cara menjumlahkan indikator

(59)

untuk setiap variabel latent yang telah diestimasi, kemudian digunakan untuk pendugaan aproksimasi inside variabel laten.

Ada tiga skema bobot aproksimasi inside yang telah dikembangkan untuk mengkombinasikan variabel laten tetangga (neighboring LV) untuk

mendapatkan estimasi variabel laten tertentu yaitu: centroid, factor dan path weighting. Skema weighting dengan centroid merupakan prosedur asli yang digunakan oleh Wold. Metode ini hanya mempertimbangkan tanda korelasi

antara variabel laten dan variabel laten tetangganya (neigboring LV). Nilai kekuatan korelasi dan arah model struktural tidak diperhitungkan. Skema

weighting dengan faktor menggunakan koefisien korelasi antara variabel laten dengan variabel laten tetangga sebagai pembobot (weight). Variabel laten menjadi principal component (komponen utama) dari variabel laten

tetangganya. Skema weighting dengan faktor memaksimumkan varian dari komponen utama variabel laten ketika jumlah variabel laten menjadi tak

terhingga jumlahnya. Skema dengan path weighting membobot variabel laten tetangga dengan cara berbeda tergantung apakah variabel laten tetangga merupakan anteseden atau konsekuen dari variabel laten yang ingin kita

estimasi.

Dengan hasil estimasi variabel laten dari aproksimasi inside, maka didapatkan satu set pembobot baru dari aproksimasi outside. Jika skor

(60)

laten bersifat refleksif ataukah model berbentuk formatif. Oleh karena

inside

outside

path relation Ordinary

(61)

systematic part accounted

(6). Langkah Keenam: Goodness of Fit

outer model

convergent discriminant validity

composite realibility outer model

substantive content relative weight

weight

inner model

Stone-Geisser Q Square test

bootstrapping

a). Outer Model

Outer model

(62)

Convergent validity

loading

Discriminant validity

cross loading

cross loading

cross loading

square root of average variance extracted

square root of average

variance extracted

discriminant validity

i

i i i

λ λ ε

=

+

(63)
(64)

(7). Langkah Ketujuh: Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis (β, γ, dan λ) dilakukan dengan m etode resam plingBoot strap yang dikembangkan oleh Geisser & St one. St at ist ik uji yang digunakan adalah st atist ik t at au uji t , dengan hipot esis st at ist ik sebagai berikut : Hipotesis st atist ik untuk out er model adalah:

inner model

inner model

(65)

Pengujian dilakukan dengan t -test, bilamana diperoleh p-value ≤ 0,05 (alpha 5 %), maka disim pulkan signifikan, dan sebaliknya. Bilamana hasil pengujian hipot esis pada out ter model signifikan, hal ini menunjukkan bahw a indikator dipandang dapat digunakan sebagai inst rumen pengukur variabel lat en. Sedangkan bilam ana hasil pengujian pada inner model adalah signifikan, maka dapat diart ikan bahw a t erdapat pengaruh yang bermakna variabel lat en t erhadap variabel lat en lainnya.

Sampel boot strap disarankan sebesar 500, hal ini didasarkan beberapa kajian yang ada pada berbagai lit erat ur, bahw a dengan sampel boot strap 500 sudah dihasilkan penduga paramet er yang bersifat st abil. Sedangkan besar sampel pada masing-masing sampel boot strap disarankan lebih kecil sedikit dari sampel orisinal. M isal jika data yang dianalisis dengan sampel n = 40, maka sampel boot strap sebesar 500 (number of samples) dan sampel pada masing-masing sampel boot strap sebesar 35 (case per sample).

3. Asumsi PLS

(66)

4. Sample Size

resampling Bootestrapping

structural paths inner model.

(67)

Kerangka Model Pemikiran

X1.1

X1.2

X4.1

X4.2

X4.3 X2.1 X1.3

X2.2

X2.3

X3.1

X3.2

X3.3

Y1

(68)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskr ipsi objek Penelitian

4.1.1. Gambar an Umum Per usahaan

4.1.2. Visi dan Misi Perusahaan

Visi

(69)

4.2. Deskr ipsi Hasil Penelitian

4.2.1. Analisis Karkteristik Responden

a. Karakteristik Berdasar kan J enis Kelamin Responden

Sumber

: Data kuesioner diolah

(70)

Sumber : Data kuesioner diolah

c. Karakteristik Berdasar kan Pekerjaan Responden

Sumber : Data kuesioner diolah

(71)

4.2.2. Deskr ipsi Baur an Pemasaran (X)

(72)
(73)

4.2.2.2. Harga (X2)

(74)

4.2.2.3. Promosi (X3)

(75)
(76)

Sumber : Data kuesioner diolah

(77)
(78)

4.3. Deskr ipsi Hasil Analisis dan Uji Hipotesis

4.3.1 Pengujian Model (Outer Model)

Outer Model

Outer Model

output

4.3.1.1 Outer Loading (Model Pengukuran dan Validitas)

(79)

loading factor

Convergen vailidity

4.3.2 Average Variance Extracted (AVE) Tabel 4.10 Average Variance Extracted

Average variance ext ract ed (AVE)

Bauran Pem asaran

Kepuasan Konsumen 0,353

(80)

4.3.3 Reliabilitas

Tabel 4.11 Reliabilitas Data

Composit e Reliabilit y

Bauran Pem asaran

Kepuasan Konsumen 0,088

composite reliability,

composite reliability

composite reliability

convergen validity dan composite reliability

(81)

4.3.4 Results For Outer Weights

Tabel 4.12 Data Results For Outer

4.3.5 Inner Model (Pengujian Model Struktural)

goodness-fit model

(82)

Tabel 4.13 R-Squar e

R-square

Bauran Pem asaran

Kepuasan Konsumen 0,141

error

results for inner weights

Tabel 4.14 Result For Inner Weights

original sample

est imat e

mean of subsamples

Standard

deviat ion T-St atist ic Bauran Pem asaran ->

(83)

4.3.6 Uji Outlier

Tabel 4.15 Uji Outlier

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value -.8606 102.3836 53.0000 24.68474 105

Std. Predicted Value -2.182 2.001 .000 1.000 105

Standard Error of Predicted

Value 4.567 9.861 7.459 1.017 105

Adjusted Predicted Value -3.4300 103.7585 52.8796 24.95754 105

Residual -6.02796E1 42.09371 .00000 17.83714 105

Std. Residual -3.126 2.183 .000 .925 105

Stud. Residual -3.487 2.302 .003 1.010 105

Deleted Residual -7.49828E1 48.36691 .12039 21.30364 105

Stud. Deleted Residual -3.731 2.361 .001 1.027 105

Mahal. Distance 4.843 26.213 14.857 4.221 105

Cook's Distance .000 .185 .012 .023 105

(84)

Gambar 4.1. Model PLS

4.4 Pembahasan

(85)
(86)
(87)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

(88)

Gambar

Gambar 2.1 Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Kepuasan Konsumen.
Gambar 3.1.  Langkah-langkah Analisis PLS
Gambar 3.2. Contoh Diagram Jalur untuk PLS
Tabel 4.9 Outer Loading
+6

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pengujian dan perhitungan yang dilakukan,dapat disimpulkan sebagai berikut:. Besarnya kuat lentur balok berdasarkan hasil pengujian. a) Kuat lentur balok

risiko nyeri pinggang, seperti tidak memperhatikan berat beban maksimal yang boleh diangkat, frekuensi angkat maksimal dalam sehari kerja, mereka bekerja dengan

Oleh karena manusia adalah khalifah di bumi ini sepatutnya seorang manusia haruslah mempunyai prilaku yang sesuai dengan yang Tuhan inginkan untuk dipercayakan menjaga keutuhan

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Satoto (1990), faktor kuat yang memengaruhi pertumbuhan adalah lingkungan asuh dan konsumsi makanan, terutama masukan

berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang berjudul “ Rancang Bangun Alat Gasifikasi Biomassa (Sekam Padi)

Pada masing-masing perlakuan ditambahkan tepung terigu 50 gram, te- lur 1 butir, penyedap rasa 4 gram, bawang putih yang telah dihaluskan 15 gram, garam 5 gram, terasi 6 gram;

Keluhan Yang bersifat fisik &  tdk jelas berlatar belakang mental emosional dan membutuhkan terapi utama Keluhan fisik yg diduga berkaitan dgn masalah kejiwaan Keluhan yg

Berdasarkan hasil penelitian di Biro Umum dan Keuangan Universitas Sam Ratulangi, kompetensi yang dimiliki oleh setiap pegawai masih sangat kurang sehingga kinerja