• Tidak ada hasil yang ditemukan

ubungan Pengetahuan Gizi, Keanekaragaman Konsumsi Pangan dan Kebiasaan Olahraga dengan Kebugaran Anggota UKM Sepakbola IPB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ubungan Pengetahuan Gizi, Keanekaragaman Konsumsi Pangan dan Kebiasaan Olahraga dengan Kebugaran Anggota UKM Sepakbola IPB"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI,

KEANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN DAN

KEBIASAAN OLAHRAGA DENGAN KEBUGARAN

ANGGOTA UKM SEPAKBOLA IPB

RONALD SINERY

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK

CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Pengetahuan Gizi, Keanekaragaman Konsumsi Pangan dan Kebiasaan Olahraga dengan Kebugaran Anggota UKM Sepakbola IPB adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

RONALD SINERY. Hubungan Pengetahuan Gizi, Keanekaragaman Konsumsi Pangan dan Kebiasaan Olahraga dengan Kebugaran Anggota UKM Sepakbola IPB. Dibimbing oleh LEILY AMALIA FURKON dan HADI RIYADI.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara pengetahuan gizi, keanekaragaman konsumsi pangan dan kebiasaan olahraga dengan kebugaran anggota UKM sepakbola IPB. Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan subjek penelitian sebanyak 25. Rata-rata skor pengetahuan gizi contoh dalam kategori sedang (80%), dan sebagian besar contoh (84%) konsumsi pangannya tidak beragam. Tingkat kecukupan energi dan lemak dalam kategori normal. Tingkat kecukupan protein, karbohidrat, dan vitamin A sebagian besar dibawah normal. Tingkat kecukupan kalsium, besi dan vitamin C didapat sebagian besar contoh pada kategori cukup. Sebagian besar VO2 max contoh berada pada kategori

cukup sebesar 64%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan (p<0.05) antara pengetahuan gizi dengan kebiasaan olahraga dan tingkat kecukupan zat gizi. Terdapat hubungan antara kebugarn dengan aktivitas fisik, tingkat kecukupan gizi dan kebiasaan olahraga. Tidak terdapat hubungan (p>0.05) antara keanekaragaman konsumsi pangan dengan pengetahuan gizi dan tingkat kecukupan gizi.

Kata kunci: pengetahuan gizi, kebiasaan olahraga, aktivitas fisik, kebugaran

ABSTRACT

RONALD SINERY. Analyze the association of nutritional knowledge, food diversification, exercise habits and fitness in soccer club members in Bogor Agricultural University. Supervised by LEILY AMALIA FURKON and HADI RIYADI.

The objective of this study was to analyze the association of nutritional knowledge, food diversification, exercise habits and fitness in soccer club members in Bogor Agricultural University. A cross sectional study of 25 subjects was conducted. The study showed the average score of

subjects’ nutritional knowledge was categorized as moderate (80%) and

food consumption of most of the subjects (84%) were not varying. Energy and fat sufficiency levels of the subjects were in normal category. Protein, carbohydrate and vitamin A sufficiency levels of most of the subjects were in below normal category. Calcium Iron, and vitamin C sufficiency levels of subjects were sufficient. Most of the VO2max of 64% subjects were in

sufficient category. The study showed that there was correlation (p<0.05) between nutritional knowledge and exercise habits, nutritional knowledge and fitness, exercise habits and fitness. There was no correlation (p>0.05) between nutritional knowledge and food diversification and nutrient sufficiency level.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi dari Program Studi Ilmu Gizi

pada

Departemen Gizi Masyarakat

HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI DENGAN,

KEANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN DAN

KEBIASAAN OLAHRAGA DENGAN KEBUGARAN

ANGGOTA UKM SEPAKBOLA IPB

RONALD SINERY

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Hubungan Pengetahuan Gizi, Keanekaragaman Konsumsi Pangan dan Kebiasaan Olahraga dengan Kebugaran Anggota UKM Sepakbola IPB

Nama : Ronald Sinery NIM : I14090088

Disetujui oleh

Leily Amalia Furkon, STP, MSi Pembimbing I

Dr Ir Hadi Riyadi, MS Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Rimbawan Ketua Departemen

(8)
(9)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pads bulan Oktober 2013 ini ialah kebugaran, dengan judul Hubungan Pengetahuan Gizi, Keanekaragaman Konsumsi Pangan dan Kebiasaan Olahraga dengan Kebugaran Anggota UKM Sepakbola IPB.

Terima kasih penulis ucapkan kepada:

1. Ibu Leily Amalia, STP, Msi dan Bapak Dr Ir Hadi Riyadi, MS, selaku dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan karya ilmiah ini. 2. Bapak dr Naufal Muharam, S.Ked selaku dosen pemandu seminar dan

dosen penguji yang memberikan masukan dan saran kepada penulis dalam penyempurnaan karya ilmiah ini.

3. Pelatih dan anggota UKM sepakbola IPB yang telah membantu dan bekerjasama dalam pengambilan data sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan.

4. Bapak dan Mama, dan kakak-kakak semua atas dukungan moril, materil, dan doa.

5. Sahabat-sahabatku Bagus, Singgih, Tami, Karim, Ali, Suty, Diego, Ayu, Hanum, Tania, Weni, Ibeth, Khoirul, Maya, Nisa, Evi atas kerjasama dan membantu dalam pengembilan data.

6. Keluarga besar Gizi Masyarakat 46 (coconutcute) atas segala doa, bantuan, dan semangat kepada penulis.

7. Adik-adik tersayang Rizky Syilvia Suistika, Yunia Rahmawati, dan Triyani Rachmawati yang senantiasa menjadi penghibur bagi penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya ilmiah ini masih banyak kekurangan. Namun penulis berharap hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat bagi semua.

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Hipotesis 2

Manfaat Penelitian 2

KERANGKA PEMIKIRAN 3

METODE 4

Desain, Waktu dan Tempat Penelitian 4

Jumlah dan Cara Penarikan Responden 4

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 4

Pengolahan dan Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 10

Gambaran Umum Lokasi Penelitian 10

Karakteristik Contoh 11

Pengetahuan Gizi 13

Keanekaragaman Konsumsi Pangan 15

Tingkat Kecukupan Zat Gizi 17

Aktivitas Fisik 25

Kebiasaan Olahraga 25

Tingkat Kebugaran 27

Uji Antar Variabel 29

SIMPULAN DAN SARAN 32

Simpulan 32

Saran 33

DAFTAR PUSTAKA 33

LAMPIRAN 38

(11)

DAFTAR TABEL

1 Jenis dan cara pengumpulan data penelitian 4

2 Nilai Physical Activity Ratio 9

3 Berat badan anggota UKM sepakbola IPB 11

4 Tinggi badang anggota UKM sepakbola IPB 12

5 sebaran contoh menurut pertanyaan pengetahuan gizi 14

6 Total skor PPH contoh 16

7 Sebaran contoh berdasarkan tingkat aktivitas fisik 25 8 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi berolahraga 26 9 Sebaran contoh berdasarkan durasi olahraga 27

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran hubungan pengetahuan gizi, keanekaragaman konsumsi pangan, dan kebiasaan olahraga

dengan kebugaran anggota UKM sepakbola IPB 3

2 Sebaran usia anggota UKM sepakbola IPB 11

3 Status gizi anggota UKM sepakbola IPB 13

4 Sebaran pengetahuan gizi anggota UKM sepakbola IPB 14

5 Sebaran skor PPH anggota UKM sepakbola IPB 16

6 Tingkat kecukupan energi anggota UKM sepakbola IPB 18 7 Tingkat kecukupan protein anggota UKM sepakbola IPB 19 8 Tingkat kecukupan lemak anggota UKM sepakbola IPB 20 9 Tingkat kecukupan karbohidrat anggota UKM sepakbola IPB 21 10 Tingkat kecukupan kalsium anggota UKM sepakbola IPB 22 11 Tingakat kecukupan besi anggota UKM sepakbola IPB 22 12 Tingkat kecukupan vitamin A anggota UKM sepakbola IPB 23 13 Tingkat kecukupan vitamin C anggota UKM sepakbola IPB 24

14 sebaran contoh berdasarkan jenis olahraga 26

15 Tingkat kebugaran anggota UKM sepakbola IPB 28 16 Denyut nadi sebelum dan sesudah anggota UKM sepakbola IPB 28

DAFTAR LAMPIRAN

1 Uji hubungan antara pengetahuan gizi dengan tigkat kecukupan

energi dan zat gizi 38

2 Uji hubungan antara pengetahuan gizi dengan kebiasaan olahraga,

kebugaran dan keanekaragaman konsumsi pangan 39 3 Uji hubungan antara keanekaragaman konsumsi pangan dengan

kebugaran 39

4 Uji hubungan antara keanekaragaman konsumsi pangan dengan

(12)

5 Uji hubungan antara tingkat kecukupan energi dan zat gizi dengan

kebugaran 41

6 Uji hubungan antara kebiasaan olahraga dengan kebugaran 42 7 Uji hubungan antara aktivitas fisik dengan kebugaran 42

8 Gambar pengambilan data penelitian 43

9 Kuesioner 44

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Olahraga merupakan salah satu bentuk aktivitas fisik yang sudah merupakan suatu bagian dari kegiatan hidup manusia. Olahraga dapat memberikan banyak manfaat bagi kesehatan, manfaat dari olahraga diantaranya yaitu menjaga berat badan ideal (Aggel-Leijssen et al. 2001), meningkatkan densitas mineral tulang (Stear et al 2003), dan meningkatkan daya tahan kardiorespirasi (Gutin et al. 2002) yang menjadi indikator kebugaran (Stevanie 2011). Olahraga yang tidak teratur mengakibatkan penurunan kesehatan, kebugaran dan memperbesar kemungkinan cedera.

Sepakbola adalah salah satu cabang olahraga yang banyak digemari oleh masayrakat indonesia dari berbagai kelompok umur. Aktivitas sepakbola membutuhkan energi tinggi dan dapat disetarakan dengan kebutuhan energi pekerja sangat berat. Energi yang tinggi diperlukan karena sepakbola merupakan permainan yang berlangsung sangat cepat dalam waktu yang relatif lama (Depkes 2002). Oleh karena itu, untuk menjadi pemain sepakbola dengan daya tahan tubuh yang kuat, pemain sepakbola harus mampu mengatur asupan makanannya dengan baik. Permainan sepakbola memerlukan keterampilan yang berhubungan dengan kebugaran tubuh, yaitu kekuatan dan daya ledak otot, kecepatan dan kelincahan. Selain itu, permainan ini membutuhkan daya tahan jantung dan paru yang menggambarkan kapasitas untuk melakukan aktivitas secara terus menerus dalam waktu lama tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan tetap bugar. Kebugaran fisik merupakan kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas dan pekerjaan sehari-hari, kegiatan rekreasi atau kegiatan lainnya yang bersifat mendadak tanpa mengalami kelelahan yang berarti (Riyadi 2007). Menurut Kushendar (2008) kebugaran jasmani dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu latihan yang intensif dan teratur, faktor genetik, dan intake gizi yang cukup (kecukupan gizi).

Kecukupan gizi merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kebugaran tubuh seseorang terutama olahragawan atau atlet. Kecukupan gizi seorang atlet dapat dicapai jika asupan energi yang diperoleh dari makanan sama dengan energi yang dikeluarkan untuk berolahraga. Kecukupan beragam jenis zat gizi secara memadai dipengaruhi oleh konsumsi pangan yang beragam dan berimbang. Menurut Deptan (2003) semakin beragam dan berimbang jenis pangan yang dikonsumsi maka akan semakin baik kualitas gizinya sehingga dapat meningkatkan status gizi dan kebugarannya. Kebutuhan dan jenis gizi seorang atlet berbeda dengan kebutuhan gizi kelompok bukan atlet karena kegiatan fisik yang berbeda, baik selama masa latihan maupun pada saat pertandingan.

Pemenuhan kebutuhan gizi terkait erat dengan ketepatan penentuan dan penyediaan jenis dan jumlah zat gizi yang dibutuhkan. Hal tersebut baru dapat dicapai dengan pengetahuan tentang gizi dan olahraga yang baik.

(14)

2

hanya memperlihatkan aspek latihan dan bertanding saja, tanpa memperhatikan intake gizi dan keragaman makanan yang diperlukan, yang dapat berperan pada kebugaran dan performa selama berolahraga. Oleh karena itu, perlu adanya penelitian untuk menganalisis pengetahuan gizi, keanekaragaman konsumsi pangan dan kebiasaan olahraga serta kaitannya dengan kebugaran anggota UKM Sepakbola IPB.

Tujuan Penelitian Tujuan Umum

Penelitian ini betujuan untuk menganalisis hubungan antara pengetahuan gizi, keanekaragaman konsumsi pangan dan kebiasaan olahraga dengan kebugaran anggota UKM sepakbola di IPB.

Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis tingkat pengetahuan gizi anggota UKM sepakbola Institut Pertanian Bogor

2. Menganalisis keanekaragaman konsumsi pangan dan tingkat kecukupan gizi anggota UKM sepakbola Institut Pertanian Bogor 3. Menganalisis kebiasaan berolahraga anggota UKM sepakbola

Institut Pertanian Bogor

4. Menganalisis kebugaran anggota UKM sepakbola Institut Pertanian Bogor

5. Menganalisis hubungan antara pengetahuan gizi, keanekaragaman konsumsi pangan dan kebiasaan olahraga dengan kebugaran anggota UKM sepakbola Institut Pertanian Bogor.

Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah terdapat hubungan antara pengetahuan gizi, keanekaragaman konsumsi pangan dan kebiasaan olahraga dengan kebugaran anggota UKM sepakbola Institut Pertanian Bogor.

Manfaat Penelitian

(15)

3

KERANGKA PEMIKIRAN

Kebugaran merupakan hal penting yang harus dipenuhi oleh seorang atlet untuk mampu mencapai prestasi yang optimal. Kebugaran tersebut bisa didapatkan dengan cara latihan dan intake gizi yang memadai. Intake gizi tersebut didapat dari konsumsi pangan, akan tetapi konsumsi pangan tersebut perlu beragam agar mutu pangan yang dikonsumsi seimbang.

Anggota UKM sepakbola IPB membutuhkan energi yang sesuai dengan aktivitas dan cabang olahraga yang dikuasainya sehingga dapat melakukan semuanya dengan semaksimal mungkin baik pada saat latihan maupun pada saat pertandingan. Kebutuhan gizi tersebut didapat dari konsumsi pangan yang dimakan. Konsumsi pangan yang cukup sangat dibutuhkan oleh atlet tersebut untuk memperoleh tingkat kecukupan energi yang sesuai dengan kebutuhannya.

Pengetahuan gizi juga berperan penting dalam menentukan pangan yang dikonsumsi seseorang atlet. Asupan zat gizi seorang atlet sangat menentukan kecukupan energi dan zat gizinya serta mencapai dan memepertahankan status gizi yang optimal bagi seorang atlet.

Gambar 1 Kerangka pemikiran hubungan pengetahuan gizi, keanekaragaman konsumsi pangan dan kebiasaan olahraga dengan kebugaran anggota UKM sepakbola IPB

Keterangan:

: Variabel yang diteliti : Variabel yang Stidak diteliti : Hubungan yang dianalisis : Hubungan yang tidak dianalisis

Kebugaran Pengetahuan Gizi Keaneragaman

Konsumsi Pangan Kebiasaan Olahraga

Tingkat Kecukupan Zat Gizi

(16)

4

METODE PENELITIAN

Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional study, yaitu pengumpulan paparan dan outcome pada satu waktu untuk menggambarkan karakterisktik sampel dan hubungan antar variabel. Penelitian dilakukan di lingkungan UKM spakbola IPB Darmaga, pada bulan Oktober 2013.

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

Populasi penelitian adalah anggota UKM sepakbola IPB yang terdaftar di Kampus IPB Darmaga. Contoh ditentukan secara purposive sampling (Singarimbun & Effendi 1995) yaitu pada semua mahasiswa anggota UKM sepakbola IPB.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data primer meliputi data pengetahuan gizi, data konsumsi pangan, kebiasaan olahraga dan data kebugaran (Tabel 1).

Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data

No Jenis data Variabel Cara pengumpulan data

1 Karakteristik contoh

Usia Wawancara langsung

Berat badan Diukur menggunakan timbangan injak Tinggi badan Diukur menggunakan stature meter

2 Pengetahuan dengan menggunakan metode recall 2x 24 jam

4 Kebiasaan Olahraga

Jenis Olahraga Wawancara langsung dengan Contoh Frekuensi Olahraga

Durasi Olahraga

5 Aktivitas fisik

aktivitas fisik Recall aktivitas fisik 2x 24 jam dengan menggunakan Kuesioner

6 Kebugaran Nilai VO2 max Hasil Tes Balke Denyut jantung

(17)

5 kebiasaan olahraga dan kebugaran. Adapun data yang dikumpulkan dengan cara menyebar kuesioner dan diisi sendiri oleh contoh adalah konsumsi hari libur dan aktivitas fisik hari libur.

Pengolahan dan Analisis Data

Proses pengolahan data meliputi pengkodean (coding), pemasukan data (entry), pengecekan ulang (cleaning), dan analisis data. Tahap pengkodean dimulai dengan cara menyusun kode-kode tertentu untuk setiap variabel sebagai panduan dalam meng-entry dan mengolah data. Data yang sudah diberikan kode kemudian dimasukkan ke dalam tabel yang telah disiapkan sebelumnya. Setelah itu dilakukan pengecekan ulang untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan data. Tahapan terakhir adalah analisis data yang diolah dengan program Microsoft Excel 2010 dan SPSS versi 16.0 for windows. Uji statistik yang dilakukan adalah uji normalitas Kolmogorov-Smirnov untuk melihat kenormalan dari data yang didapat. Selanjutnya hubungan antar variabel diuji dengan menggunakan uji korelasi Spearman dan Pearson.

Pengetahuan gizi contoh diketahui dengan menilai jawaban contoh terhadap 20 pertanyaan tentang gizi secara umum dan tentang gizi olahraga. Pertanyaan yang diberikan dinilai dengan memberikan nilai 1 untuk jawaban yang benar dan nilai 0 untuk jawaban yang salah sehingga skor total untuk nilai pengetahuan gizi contoh yaitu 20. Pengetahuan gizi contoh dikelompokkan berdasarkan persentase skor yang diperoleh dibandingkan skor total maksimal (Khomsan 2000), yaitu:

a. tinggi : >80% b. sedang : 60-80% c. rendah : <60%

Data keanekaragaman konsumsi didapat dari kuesioner data konsumsi dengan metode recall 2x24 jam. Dari data konsumsi tersebut kemudian dihitung skor PPH untuk mengetahui keragaman pangannya. Skor PPH adalah nilai yang menunjukkan kualitas konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang dan aman. Menurut Hardinsyah et al. (2002), mutu pangan yang semakin tinggi menunjukkan situasi pangan yang semakin beragam dan semkain baik komposisi dan mutu gizinya.

Metode PPH dapat menghasilkan satu skor yang tidak hanya mencerminkan tingkat kecukupan zat gizi namun juga mencerminkan mutu dan keragaman pangan secara keseluruhan. Skor PPH dihitung berdasarkan 9 kelompok pangan yaitu padi-padian, umbi-umbian, pangan hewani, minyak dan lemak, buah/biji berminyak, kacang-kacangan, gula, sayur dan buah, serta lain-lain (Hardinsyah et al. 2002). Langkah-langkah penilaian konsumsi pangan untuk menghitung skor PPH adalah sebagai berikut: 1. Pengelompokkan pangan menjadi 9 kelompok yaitu:

a. Padi-padian meliputi beras dan olahannya, jagung dan olahannya, gandum dan olahannya.

(18)

6

c. Pangan hewani meliputi daging dan olahannya, ikan dan olahanya, telur, serta susu dan olahannya.

d. Minyak dan lemak meliputi minyak kelapa, minyak sawit, margarin, dan lemak hewani.

e. Buah/biji berminyak meliputi kelapa, kemiri dan coklat.

f. Kacang-kacangan meliputi kacang tanah, kacang kedelai, kacang hijau, kacang merah, kacang polong, kacang mete, kacang tunggak, kacang lain, tahu, tempe, tauco, oncom, sari kedelai, kecap.

g. Gula meliputi gula pasir, gula merah, sirup, minuman jadi dalam botol/kaleng.

h. Sayur dan buah meliputi sayur segar dan olahannya, buah segar dan olahannya, dan emping.

i. Lain-lain meliputi aneka bumbu dan bahan minuman seperti terasi, cengkeh, ketumbar, merica, pala, asam, bumbu mask, terasi, teh dan kopi.

2. Pengkonversian bentuk, jenis dan satuan

Pangan yang dikonsumsi rumah tangga terdapat dalam berbagai bentuk dan jenis dengan satuan yang berbeda, sehingga dilakukan konversi ke dalam satuan dan jenis komoditas yang sama, sebagai contoh roti menjadi terigu, satuan butir menjadi gram, dan sebagainya. Perhitungan konsumsi energi menurut kelompok pangan yang meliputi beberapa tahapan yaitu:

a. Perhitungan kandungan energi setiap jenis pangan yang dikonsumsi dengan bantuan daftar komposisi bahan makanan (DKBM).

b. Menjumlahkan kandungan energi setiap jenis pangan yang dikonsumsi menurut kelompok pangan.

3. Perhitungan total konsumsi energi dari masing-masing kelompok pangan 1-9 yang dinyatakan dalam energy/kapita/hari

4. Perhitungan kontribusi energi masing-masing kelompok pangan terhadap total konsumsi energi

5. Perhitungan kontribusi energi masing-masing kelompok pangan terhadap angka kebutuhan gizi individu

Kontribusi energi dinyatakan dalam bentuk persen yaitu dengan cara membagi masing-masing energi kelompok pangan dengan AKE individu dikalikan 100%

6. Perhitungan selisih berdasarkan kontribusi (%) energi terhadap AKG terhadap kontribusi (%) energi yang diharapkan.

7. Perhitungan Skor PPH melalui beberapa tahapan yaitu:

(19)

7 dan buah) dengan kontribusi energi sebesar 5% dan pangan lainnya (aneka minuman dan bumbu) dengan kontribusi energi sebesar 3%. Berdasarkan perhitungan tersebut maka diperoleh rating 0.5 dari nilai 33.3 dibagi 75 (serealia, umbi-umbian, minyak dan lemak, dan buah/biji berminyak), rating 2.0 dari nilai 33.3 dibagi 17, dan rating 5.0 dari nilai 33.3 dibagi 6. Masing-masing nilai yang diperoleh dibulatkan untuk mendapatkan total skor PPH 100.

b. Perhatian terhadap batas skor maksimum. Apabila skor AKE lebih tinggi dari skor maksimum, maka yang diambil adalah skor maksimum, dan apabila skor AKE lebih rendah dari skor maksimum, maka yang diambil adalah skor AKE. Selanjutnya dilakukan perhitungan skor PPH setiap kelompok pangan.

c. Perhitungan Total Skor PPH

Total skor PPH dihitung dengan menjumlahkan skor PPH dari kelompok pangan padi-padian sampai dengan skor PPH kelompok pangan lain-lain. Hasil perhitungan tersebut disebut dengan skor konsumsi pangan aktual yang menunjukkan tingkat keragaman dan mutu konsumsi pangan.

Data konsumsi pangan yang diperoleh kemudian dikonversikan untuk menentukan intake zat gizi contoh yatu energi, protein, lemak, karbohidrat, vitamin A, vitamin C, kalsium, dan zat besi. Data konsumsi pangan dihitung dengan menggunakan software nutri survey dan dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) dengan rumus sebagai berikut (Hardinsyah & Briawan 2004).

Keterangan:

Igij = Intake zat gizi –i dalam bahan makanan –j Bj = Berat makanan –j yang dikonsumsi

Gij = Kandungan zat gizi –i dalam 100 gram BDD bahan makanan –j BDDj = Bagian yang dapat dimakan dalam bahan makanan –j

Untuk menentukan Angka Kecukupan Gizi (AKG) protein contoh digunakan rumus: Karya Nasioanal Pangan dan Gizi (WKNPG 2004).

Untuk vitamin dan mineral dihitung langsung dengan menggunakan angka kecukupan gizi (AKG) tanpa menggunakan AKGI. Selanjutnya tingkat kecukupan energi dan protein diperoleh dengan cara membandingkan jumlah konsumsi zat gizi tersebut dengan menggunakan rumus.

AKGI = (Ba/Bs) x AKG

(20)

8

Keterangan:

TKG = Tingkat kecukupan zat gizi I = Intake zat gizi

AKGI = Angka kecukupan gizi contoh

Untuk menentukan kecukupan energi contoh digunakan formula WKNPG tahun 2004 (Hardinsyah dan Tambunan 2004). Formula yang digunakan yaitu formula

Estimasi AKE Remaja

Keterangan:

AKE = Angka kecukupan energi (kkal) U = Usia (tahun)

B = Berat badan (kg)

Akf = Angka Kegiatan Fisik (untuk remaja sangat aktif) laki laki 1.42 dan wanita 1.31

TB = Tinggi badan (m)

Data kebiasaan olahraga dilihat berdasarkan aktivitas fisik yang dilakukan. Aktivitas fisik selama 24 jam diperoleh dengan cara menghitung pengeluaran energi. Aktivitas fisik selama 24 jam digunakan untuk mengukur pengeluaran energi. Menurut Hardinsyah dan Martianto (1989), pengeluaran energi ini dihitung berdasarkan jenis kegiatan dengan menggunakan faktor kelipatan (Fk) dan EMB (Energi Metabolisme Basal) untuk tiap jenis kegiatan. Nilai Physical Activity Ratio (PAR) untuk setiap kegiatan ditunjukkan dalam Tabel 4. Nilai PAR diperlukan untuk menentukan tingkat aktivitas fisik. Tingkat aktivitas fisik (Physical Activity Level) diperoleh dengan mengalikan PAR dengan waktu (dalam jam) melakukan sebuah aktivitas (FAO/WHO/UNU 2001). Secara sederhana, rumus untuk menghitung nilai PAL:

Secara sederhana, rumus untuk menghitung total pengeluaran energi adalah:

Kategori tingkat aktivitas PAL dibedakan menjadi tiga, yaitu aktivitas ringan, sedang dan berat. Aktivitas fisik ringan memiliki nilai PAL antara 1.40-1.69, aktivitas fisik sedang memiliki nilai PAL 1.70-1.99 dan ktivitas fisik berat memiliki nilai PAL 2.00-2.39 (FAO/WHO/UNU 2001).

Physical Activity Level(PAL) = (∑ (Lama melakukan aktivitas x PAR)): 24

Jam

Total pengeluaran = AMB x PAL

TKG = (I/AKGI) x 100

(21)

9 Tabel 2 Nilai Physical Activity Ratio

Kategori Keterangan PAR

PAL1 Tidur (tidur siang dan malam) 1

PAL2 Tidur-tiduran (tidak tidur), duduk diam, dan membaca 1.2

PAL3 Duduk sambil menonton TV 1.72

PAL4 Berdiri diam, beribadah, menunggu (berdiri), berhias 1.5

PAL5 Makan dan minum 1.6

PAL6 Jalan santai 2.5

PAL7 Berbelanja (membawa beban) 5

PAL8 Mengendarai kendaraan 2.4

PAL9 Menjaga anak 2.5

PAL10 Melakukan pekerjaan rumah (bersih-bersih) 2.75

PAL11 Setrika pakaian (duduk) 1.7

PAL12 Kegiatan berkebun 2.7

PAL13 Office worker (duduk di depan meja, menulis, dan mengetik) 1.3 PAL14 Office worker (berjalan-jalan mondar-mandir membawa arsip) 1.6

PAL15 Olahraga (badminton) 4.85

PAL16 Olahraga (jogging, lari jarak jauh) 6.5

PAL17 Olahraga (bersepeda) 3.6

PAL18 Olahraga (aerobic, berenang, sepak bola, dan lain-lain) 7.5 Sumber : FAO/WHO/UNU 2001

Keterangan:

PAR = Physical Activity Ratio (faktor aktivitas)

Data kebiasaan olahraga diperoleh dari frekuensi dan durasi contoh dalam berolahraga sehari. Data frekuensi kebiasaan olahraga contoh dikategorikan menjadi <3x seminggu, 3-5x seminggu dan >5x seminggu dan durasi olahraga contoh dikategorikan menjadi <83 menit/hari, 83-129 menit/hari dan >129 menit/hari.

Data tingkat kebugaran diperoleh dari pengukuran nilai VO2 max

yang menunujukkan data denyut jantung maksimum contoh. Hasil perhitungan jarak tersebut kemudian dihitung dengan menggunakan software perhitungan Tes Balke (Balke VO2 max calculator). Hasil

perhitungan jarak yang telah ditempuh contoh juga dapat dilakukan dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut.

Data denyut jantung digunakan untuk mengetahui kondisi denyut jantung contoh antara sebelum dan sesudah melakukan tes. Data denyut jantung contoh sebelum dan sesudah tes tersebut kemudian dibandingkan dengan data denyut jantung normal untuk individu yang berprofesi sebagai atlet

(22)

10

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Institut Pertanian Bogor adalah lembaga pendidikan pertanian yang secara historis merupakan bentukan dari lembaga-lembaga pendidikan menengah dan tinggi pertanian dan kedokteran hewan yang dimulai pada awal abat ke-20 ini di Bogor. Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) merupakan tempat atau wadah bagi mahasiswa untuk menyalurkan minat dan bakat dalam berolahraga, terdapat berbagai macam UKM yakni UKM Basket, UKM karate, UKM panahan, UKM taekwondo, UKM merpati putih, UKM tenis, UKM badminton, UKM futsal, UKM voli dan UKM sepakbola.

Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) sepakbola Institut Pertanian Bogor terbentuk pada tanggal 4 Desember 1996 di Bogor. Dipelopori oleh sejumlah mahasiswa IPB dan beberapa staf IPB sebagai pembina. UKM mempunyai visi menyalurkan minat dan bakat anggota di bidang sepakbola sehingga dapat meningkatkan kualitas dan prestasi di bidang sepakbola bagi almamater.

Syarat menjadi anggota UKM sepakbola IPB cukup dengan menunjukkan Kartu Tanda Mahasiswa dan perekrutan anggota biasanya sudah dilakukan ketika calon mahasiswa melakukan regestrasi untuk mengikuti kegiatan perkuliahan di IPB. Untuk menunjang kegiatan kemahasiswaan tersebut IPB mempunyai lapangan sepakbola sendiri dengan standar yang baik. Latihan rutin yang dilaksanakan UKM sebanyak 1 kali seminggu, dari latihan ini di evaluasi oleh pelatih dan manejer siapa saja yang sering mengikuti latihan dan mempunyai teknik yang baik maka akan diikutsertakan ketika ada pertandingan. Pertandingan persahabatan biasanya dilakukan minimal 1 kali dalam sebulan.

(23)

11

Karakteristik Contoh

Contoh yang diambil adalah mahasiswa anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) sepakbola IPB yang aktif dan mengikuti latihan serta pertandingan yang dilaksanakan UKM, pengambilan contoh dengan metode purposive sampling yaitu pada semua anggota UKM sepakbola IPB berdasarkan kehadiran pada saat latihan berjumlah 25 orang.

Usia

Umur contoh berkisar antara 17 sampai 24 tahun, sebagian besar berada pada usia 18 tahun yaitu sebanyak 12 orang (48%) seperti yang terlihat pada Gambar 2. Rata-rata umur contoh yaitu 18.6 ± 1.8. Menurut WHO (1995), usia contoh masuk dalam kategori remaja menengah yaitu 15-19 dan kategori remaja akhir yaitu 15-19-24. Pada usia ini sebagian besar mahasiswa pada masa tahap tingkat persiapan bersama, normalnya pada tahap ini mahasiswa tidak terlalu sibuk dengan aktivitas kuliah, sehingga mereka mengisi waktu luang dengan berolahraga.

Gambar 2 Sebaran usia anggota UKM sepakbola IPB

Berat Badan

Pengukuran antropometri yang dilakukan pada contoh meliputi pengukuran berat badan, dan tinggi badan. Berat badan contoh dihitung dengan menggunakan timbangan injak dengan ketelitian pengukuran 0.1 kg, dan tinggi badan diukur dengan menggunakan stature meter.

Tabel 3 Berat badan anggota UKM sepakbola IPB

BB n %

<52 2 8

52-62 19 76

≥62 4 16

Rata-rata ± SD 57 ± 4.7

(24)

12

Contoh yang memiliki berat badan <52 kg yaitu berjumlah dua orang dengan persentase 8%. Sedangkan contoh yang memiliki berat badan >62 kg berjumlah empat orang dengan persentase 16%. Berdasarkan hasil pengukuran terhadap contoh diketahui bahwa rata-rata berat badan contoh yaitu 56.9 ± 4.8 kg.

Tinggi Badan

Tinggi badan atau panjang badan merupakan ukuran antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Dalam keadaan normal, tinggi badan tumbuh bersamaan dengan pertambahan umur (Riyadi 2003). Pengukuran tinggi badan ini dilakukan dengan menggunakan stature meter. Menurut Arisman (2004) tinggi badan diukur dalam keadaan berdiri tegak lurus, tanpa alas kaki, kedua tangan merapat ke badan, punggung dan bokong menempel pada dinding, dan pandangan diarahkan ke depan.

Tabel 4 Tinggi badan anggota UKM sepakbola IPB

TB n %

<162 3 12

162-174 18 72

>174 4 16

Rata-rata ± SD 167.2 ± 5.7

Hasil penelitian menujukkan bahwa Tinggi badan contoh berkisar antara 156-179 cm. Contoh sebagian besar memiliki kisaran tinggi badan antara 162-174 cm yaitu sebanyak delapan belas orang dengan persentase 72%. Contoh yang memiliki tinggi badan <162 cm berjumlah tiga orang dengan persentase 12%. Contoh yang memiliki tinggi badan >174 berjumlah empat orang dengan persentase 16%. Rata-rata tinggi badan contoh yaitu 167.2 ± 5.7.

Status Gizi

(25)

13

Gambar 3 Status gizi anggota UKM sepakbola IPB

Gambar 3 menunjukkan bahwa seluruh contoh (100%) memiliki status gizi normal yang memiliki IMT 18.5-24.9. Status gizi yang baik sangat penting bagi atlet karena dapat meningkatkan kemampuan dan performa atlet (Williams 1989).

Pengetahuan Gizi

Pengetahuan gizi sangat erat hubungannya dengan baik buruknya kualitas gizi dari makanan yang dikonsumsi (Karyadi 1997). Melalui pengetahuan yang tepat dan benar mengenai gizi, orang tersebut akan berupaya untuk mengatur pola makannya sedemikian rupa sehingga seimbang, tidak kekurangan, tidak berlebihan dengan memanfaatkan bahan pangan yang ada, sehingga masalah gizi yang timbul, baik itu gizi kurang atau gizi lebih sebenarnya disebabkan oleh prilaku seseorang (Pranadji 1988).

Pengetahuan gizi diberikan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan contoh terhadap gizi. Pengetahuan gizi yang diberikan sebanyak 20 soal dengan yang berhubungan dengan gizi secara umum dan gizi olahraga secara khusus. Jawaban dari soal diberi nilai dengan menggunakan sistem angka yang kemudian dipersentasekan dengan skor maksimal jawaban total menurut Khomsan (2000).

(26)

14

Berdasarkan Gambar 4 didapat sebagian besar contoh dikategorikan ke dalam pengetahuan gizi sedang yaitu sebesar 80%, kakategori kurang 12% dan kategori baik 8%.

Tabel 5 Sebaran contoh menurut pertanyaan pengetahuan gizi

No Pertanyaan Menjawab benar

n %

1 Makanan yang sehat adalah makanan yang mengandung gizi yang cukup aman dan higienis

24 96

2 Zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh antara lain karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air

24 96

3 Zat gizi yang berfungsi sebagai sumber energi utama saat berolahraga yaitu karbohidrat

17 68

4 Makanan sumber karbohidrat yaitu beras 24 96

5 Protein bagi atlet berfungsi sebagai perkembangan dan perbaikan jaringan

13 52

6 Tujuan pemberian karbohidrat bagi atlet yaitu mempunyai cadangan glikogen

24 96

7 Jenis makanan yang mengandung protein dengan asam amino yang cukup lengkap yaitu ayam

10 40

8 Makanan yang cocok untuk mengembalikan glikogen tubuh sehabis berolahraga adalah makanan yang mengandung karbohidrat tinggi

17 68

9 Lemak yang digunakan oleh otot terutama dalam bentuk asam lemak tak jenuh

18 72

10 Di bawah ini yang termasuk pangan tinggi lemak antara lain keju, mentega, minyak goring

18 72

11 Pemberian cairan bagi atlet bertujuan untuk mencegah dehidrasi dan mempertahankan keseimbangan cairan tubuh

24 96

12 Konsumsi cairan bagi atlet sebaikanya dilakukan pada saat sebelum, selama, dan sesudah pertandingan

18 72

13 Jenis elektrolit yang banyak hilang melalui keringat saat berolahraga yaitu Natrium (Na) dan Klorida (Cl)

5 20

14 Minuman isotonik alami yang dapat dikonsumsi setelah atlet berolahraga yaitu air kelapa

19 76

15 Tujuan pengaturan makan bagi atlet yaitu memperoleh gizi yang optimal

23 92

16 Kekurangan cairan selama latihan dapat menyebabkan dehidrasi 25 100 17 Kebugaran atlet dapat dipengaruhi oleh gizi, intensitas latihan dan

kondisi fisik

22 88

18 Aktivitas dalam olahraga sepakbola termasuk aktivitas aerobik dan anaerobik

7 28

19 Dalam istilah olahraga, semua bahan atau zat yang meningkatkan atau diperkirakan dapat meningkatkan penampilan fisik atlet disebut alat bantu ergogenik (ergogenic aids)

1 4

20 Sumber energi yang paling banyak digunakan untuk olahraga endurance (daya tahan) yaitu lemak

(27)

15 Pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan benar yaitu pertanyaan nomor 16 tentang “kekurangan cairan selama latihan dapat

menyebabkan dehidrasi” semua contoh menjawab dengan benar, sedangkan

jawaban yang paling banyak dijawab dengan salah adalah pertanyaan nomor 19 tentang “bahan atau zat yang dapat meningkatkan penampilan fisik atlet disebut alat bantu ergogenik” hanya satu contoh yang menjawab benar. Nilai tertinggi adalah dengan skor 80 dan yang paling rendah adalah 54, sementara rata-ratanya adalah 66. Ketidakmampuan contoh dalam menjawab pertanyaan diduga karena pilihan jawaban yang tidak umum dan mungkin belum diketahui contoh.

Kesehatan tubuh belum terjamin dengan konsumsi makanan yang berkualitas baik tanpa mengetahui jumlah dan jenis bahan makanan yang baik dikonsumsi untuk kesehatan. Untuk mengetahui hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan pengetahuan gizi yang dapat diperoleh melalui pendidikan formal ataupun informal. Hal lain yang juga berperan dalam menambah wawasan pengetahuan tentang pentingnya gizi bagi seseorang olahragawan adalah dengan aktif mengikuti perkembangan informasi mengenai gizi olahragawan. Informasi ini dapat diperoleh melalui media informasi misalnya surat kabar dan majalah, siaran radio, siaran televise, internet dan lain-lain.

Menurut Martianto dan Ariani (2004) peningkatan pengetahuan gizi memungkinkan pengelolaan sumberdaya secara lebih baik sehingga seseorang dapat memilih jenis-jenis pangan yang bermutu gizi tinggi dengan harga terjangkau. Tercukupinya kebutuhan gizi individu menurut Pranadji (1988) adalah merupakan hasil akhir yang diharapkan akibat meningkatnya pengetahuan, sikap dan keterampilan gizi.

Keanekaragaman konsumsi pangan

(28)

16

Gambar 5 Sebaran skor PPH anggota UKM sepakbola IPB

Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar contoh (84%) konsumsi pangannya tidak beragam dan yang beragam (16%). Hal ini menunjukkan sebagian besar contoh konsumsi pangannya belum beragam. Keanekaragaman konsumsi seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni menurut Hardinsyah (2007), keragaman konsumsi pangan dipengaruhi oleh pengetahuan gizi, daya beli pangan, waktu yang tersedia untuk pengolahan pangan dan tersedianya pangan lokal.

Konsumsi pangan contoh secara keseluruhan berasal dari padi-padian, umbi-umbian, pangan hewani, minyak dan lemak, kacang-kacangan, gula, sayur dan buah (Tabel 6). Namun pada penelitian ini tidak terdapat contoh yang mengkonsumsi kelompok pangan buah/biji berminyak.

Tabel 6 Total skor PPH contoh Kelompok Energi

(29)

17 serta kacang-kacangan (tempe dan tahu) didapat skor AKE melebihi skor maksimal hal ini dikarenakan terdapat banyak faktor yang mempengaruhi konsumsi pangan individu, menurut Hardinsyah (2007) keragaman konsumsi pangan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah pengetahuan gizi, daya beli pangan, waktu yang tersedia untuk pengolahan pangan dan tersedianya pangan lokal. Berdasarkan tabel diatas didapat total skor PPH contoh yaitu 87.1. Berdasarkan rata-rata skor PPH tersebut dapat dikatakan konsumsi pangan contoh sudah baik namun belum bisa dikatakan beragam.

Tingkat Kecukupan Zat gizi Energi

Energi merupakan salah satu hasil metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Energi berfungsi sebagai zat tenaga untuk metabolisme, pertumbuhan, pengaturan suhu dan kegiatan fisik. Kelebihan energi disimpan sebagai cadangan energi jangka pendek dan dalam bentuk lemak sebagai cadangan jangka panjang. Tingkat kecukupan energi (TKE) adalah rata-rata tingkat kecukupan energi pangan yang seimbang dengan pengeluaran energi pada kelompok umur, jenis kelamin, ukuran tubuh (berat dan tinggi badan) dan tingkat kegiatan fisik agar hidup sehat dan dapat melakukan kegiatan ekonomi dan sosial yang diharapkan (Hardiansyah & Tambunan 2004).

Makanan seorang atlet hendaknya mencukupi kebutuhan semua zat gizi yang diperlukan oleh tubuh. Hal ini dikarenakan zat-zat gizi di dalam tubuh akan berkurang akibat aktivitas yang dilakukannya. Oleh sebab itu perlu pemenuhan gizi yang cukup bagi contoh dalam rangka memenuhi kebutuhan energi, protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral dan air.

Konsumsi energi contoh diperoleh dengan menggunakan metode recall 2x 24 jam yaitu satu hari recall pada hari biasa dan satu hari recall pada hari libur. Tujuan dari metode recall ini adalah agar dapat menghasilkan gambaran asupan zat gizi contoh yang representatif dilakukan pada saat hari biasa dan hari libur.

(30)

18

Gambar 6 Tingkat kecukupan energi anggota UKM sepakbola IPB Hasil recall menunjukkan rata-rata konsumsi energi contoh secara keseluruhan yaitu 2341 kkal, dengan konsumsi energi paling tinggi yaitu sebesar 2726 kkal dan konsumsi energi paling rendah yaitu 2010 kkal. Berdasarkan Gambar 6 hasil tingkat kecukupan energi yang telah dikategorikan menunjukkan bahwa terdapat 44% contoh dalam kategori defisit ringan dan 56% dalam kategori normal.

Konsumsi energi yang rendah (mengalami defisit) sangat tidak cocok bagi contoh karena dapat mengganggu performa contoh. Oleh karena itu, menurut Mihardja (2007) konsumsi makanan secara baik dan optimal mampu memelihara ketersediaan yang cukup sehingga menghasilkan kemampuan beraktivitas dan waktu pemulihan yang baik. Menurut Williams (1989), kebutuhan energi tergantung pada jenis aktivitas fisik dan durasinya. Beberapa aktivitas tidak membutuhkan dan tidak mengeluarkan energi besar serta dilakukan dalam waktu singkat. Namun beberapa aktivitas, seperti lari dan latihan fisik yang membutuhkan daya tahan tubuh lebih besar juga membutuhkan energi dalam jumlah yang cukup besar pula.

Protein

Protein adalah zat gizi utama untuk keperluan perkembangan dan perbaikan jaringan otot yang aus, produksi hormon dan mengganti sel-sel darah merah yang mati dengan yang baru. Protein juga berfungsi sebagai pembentukan ikatan-ikatan esensial tubuh, mengatur keseimbangan air, memelihara netralitas tubuh, pembentukan antibodi, mengangkut zat-zat gizi dan sumber energi (Fatmah 2011).

(31)

19

Gambar 7 Tingkat kecukupan protein anggota UKM sepakbola IPB Hasil recall menunjukkan rata-rata konsumsi protein contoh secara keseluruhan yaitu 61 gram, dengan konsumsi protein paling tinggi yaitu sebesar 100 gram dan konsumsi protein paling rendah yaitu 38 gram. Berdasarkan Gambar 7 hasil tingkat kecukupan energi yang telah dikategorikan menunjukkan bahwa terdapat 8% contoh dalam kategori defisit berat, 28% contoh dalam kategori defisit ringan, 20% dalam kategori defisit sedang dan 56% dalam kategori normal serta 16% dalam kategori lebih.

Protein merupakan salah satu jenis zat gizi yang mempunyai fungsi penting bagi tubuh, yaitu sebagai bahan dasar bagi pembentukan jaringan tubuh atau bahan dasar untuk memperbaiki jaringan tubuh yang telah rusak. Selain dari kedua fungsi tersebut, protein juga mempunyai fungsi sebagai bahan pembentuk hormon dan pembentukan enzim yang kemudian juga akan terlibat di dalam proses metabolisme tubuh (Irawan 2007). Oleh karena itu protein sangat dibutuhkan bagi atlet karena atlet lebih berisiko untuk mengalami kerusakan jaringan otot terutama saat menjalani latihan/pertandingan olahraga yang berat. Selain itu pada olahraga yang bersifat ketahanan (endurance) dengan durasi panjang sebagian kecil asam amino dari protein juga akan digunakan sebagai sumber energi terutama saat simpanan glikogen sudah semakin berkurang. Oleh karena hal-hal tersebut diatas maka kebutuhan konsumsi protein seorang atlet dalam kesehariannya akan relatif lebih besar jika dibandingkan dengan kebutuhan non-atlet.

Kelebihan dan kekurangan asupan protein juga sangat berbahaya, apabila asupan protein terlalu rendah dapat merugikan karena protein tubuh akan dipecah dan tenaga akan dipakai untuk melakukan pemecahan protein tubuh tersebut dan apabila kelebihan asupan protein juga dapat menyebabkan terbentuknya lemak tubuh dan meningkatnya kebutuhan akan air (Fatmah 2011).

Lemak

(32)

20

Walaupun lemak sangat dibutuhkan oleh atlet yang melakukan olahraga dalam intensitas waktu yang lama, namun konsumsi lemak yang berlebihan tidak dianjurkan bagi seorang atlet karena dapat mengakibatkan peningakatan trigliserida, kolesterol total dan LDL kolesterol. Risiko kesehatan seperti aterosklerosis, penyakit jantung, penyakit kanker dapat timbul pada seorang atlet akibat konsumsi lemak yang tinggi (Primana 2000).

Gambar 8 Tingkat kecukupan lemak anggota UKM sepakbola IPB Berdasarkan Gambar 8 hasil tingkat kecukupan lemak yang telah dikategorikan menunjukkan bahwa terdapat 12% contoh dalam kategori defisit berat, 16% dalam kategori defisit ringan, 20% dalam kategori defisit sedang dan 40% dalam kategori normal serta 12% dalam kategori lebih. Rata-rata konsumsi contoh yaitu 65.6 gram. Pada gambar tersebut menunjukkan sebagian besar contoh memiliki tingkat kecukupan yang tergolong normal dan hanya sebagian kecil contoh yang tingkat kecukupannya tergolong lebih. Konsumsi lemak berlebih dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti jantung koroner dan kanker (Almatsier 2009) dan juga dapat mengakibatkan kegemukan, hal ini justru akan mengurangi kelincahan pergerakan pemain di lapangan sehingga pemain terlihat lamban.

Karbohidrat

(33)

21

Gambar 9 Tingkat kecukupan karbohidrat anggota UKM sepakbola IPB Berdasarkan Gambar 9 hasil tingkat kecukupan karbohdrat yang telah dikategorikan menunjukkan bahwa terdapat 20% contoh dalam kategori defisit berat, 28% contoh dalam kategori defisit ringan, 44% dalam kategori defisit sedang dan 8% dalam kategori normal serta tidak terdapat contoh pada kategori lebih. Rata-rata konsumsi karbohidrat yaitu 321.6 gram.

Menurut Irawan (2007) atlet seharusnya mengkonsumsi makanan tinggi karbohidrat. Hal ini dikarenakan jika atlet mengkonsumsi karbohidrat dalam jumlah yang besar dalam sehari-hari akan memilki simpanan glikogen yang relatif lebih besar jika dibandingan dengan atlet yang mengkonsumsi karbohidrat dalam jumlah yang kecil. Dengan simpanan glikogen yang rendah, seorang atlet dalam menjalankan latihan/pertandingannya akan cepat merasa lelah sehingga kemudian mengakibatkan terjadinya penurunan intensitas dan performa olahraga. Hal ini berbeda dengan seorang atlet yang akan memiliki performa dan ketahanan yang lebih baik apabila memiliki simpanan glikogen yang besar. Namun jika konsumsi melebihi kebutuhan akan mengakibatkan seseorang menjadi gemuk karena karbohidrat berlebih akan diubah menjadi lemak di dalam tubuh (Almatsier 2009).

Kalsium

(34)

22

Gambar 10 Tingkat kecukupan kalsium anggota UKM sepakbola IPB Pada gambar diatas dapat dilihat tingkat kecukupan kalsium contoh didapat 52% pada kategori cukup dan 48% pada kategori kurang. Rata-rata konsumsi kalsium yaitu 673.1 mg. Menurut penelitian Fikawati, Syafiq dan Puspasari (2005) menunjukkan bahwa remaja yang aktivitas olahraganya kurang, memiliki resiko untuk kurang asupan kalsiumnya sebesar 1.56 kali dibandingkan remaja yang tingkat aktivitas olahraganya cukup. Kekurang kalsium juga dapat mengganggu kerja otot, sehingga otot tidak bisa mengendur sesudah kontraksi dan tubuh akan kaku sehingga dapat menimbulkan kejang (Almatsier 2009).

Zat Besi

Bagi olahragawan, konsumsi Fe dalam jumlah yang cukup sangat dianjurkan karena merupakan mineral yang sangat diperlukan tubuh dalam pembentukan hemoglobin, mioglobin dan juga sebagai enzim yang diperlukan dalam metabolisme. Kekurangan zat besi terutama pada remaja dapat menyebabkan anemia gizi besi dan juga menurunkan kinerja fisik, hambatan perkembangan, dan bagi olahragawan dikhawatirkan apabila terjadi kekurangan zat besi secara terus-menerus maka seorang olahragawan akan cepat lelah dan lambat masa pemulihannya (Sumosardjuno 1992).

(35)

23 Pada gambar diatas dapat dilihat tingkat kecukupan besi contoh didapat 52% pada kategori cukup dan 48% pada kategori kurang. Rata-rata konsumsi besi yaitu 9.6 mg. Sumber bahan pangan zat besi yang terbesar berasal dari bahan pangan daging ayam, ikan, tahu dan tempe. Zat besi sangat penting bagi contoh, dimana asupan zat besi yang cukup akan berhubungan langsung dengan rasa lelah dan daya tahan tubuh contoh. Jika contoh kekurangan zat besi akan menyebabkan anemia gizi besi yang ditandai dengan kulit pucat, lemah, letih, dan nafas pendek akibat kekurangan oksigen. Menurut Karyadi dan Muhilal (1990) besi hem yang berasal dari makanan hewani lebih mudah diserap 10-20%, sedangkan besi nonhem yang berasal dari bahan makanan nonhewani lebih sukar diserap 1-5%.

Vitamin A

Vitamin A merupakan salah satu vitamin larut lemak yang mempunyai fungsi penting dalam penglihatan. Selain berperan dalam proses penglihatan, vitamin A juga berperan dalam kekebalan tubuh, pertumbuhan dan perkembangan, reproduksi, dan pencegahan penyakit kanker dan penyakit degeneratif seperti penyakit jantung (Almatsier 2004). Bagi seseorang yang memiliki tingkat aktivitas fisik yang tinggi, vitamin A sangat berperan penting dalam differensiasi sel, oleh sebab itu intik vitamin A yang cukup sangat diperlukan dalam peningkatan performa dan pemulihan latihan.

(36)

24

(2002) vitamin A adalah salah satu vitamin larut lemak, dimana defisiensi vitamin A akan dapat mempengaruhi performa aktivitas fisik.

Vitamin C

Vitamin C merupakan vitamin yang mudah larut dalam air. Vitamin C atau yang biasa dikenal dengan nama asam askorbat berfungsi untuk meningkatkan sistem imunitas tubuh. Vitamin C bekerja sebagai pereduksi kemampuan metal yang diperlukan untuk aktivitas katalik enzim terkait. Kemampuan mereduksi ini juga berperan dalam membantu absorbsi zat besi, menghambat pembentukan nitrosamin, membantu metabolisme obat, respon imun, sintesis steroid anti inflamasi, dan penyembuhan luka. Peran-peran tersebut juga menunjukkan bahwa vitamin C mempunyai fungsi sebagai antioksidan (Setiawan & Rahayuningsih 2004). Angka kecukupan vitamin C bagi remaja yang berumur 16-29 tahun adalah 90 mg menurut WKNPG 2004.

(37)

25

Aktivitas Fisik

Menurut WHO (2010), aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Aktivitas fisik sangat berpengaruh terhadap kebugaran seseorang. Menurut Caspersen et al. (1985) aktivitas fisik yang terencana, terstruktur dan dilakukan berulang-ulang dapat memperbaiki atau memelihara kebugaran fisik. Aktivitas fisik contoh dikelompokkan menjadi 3 kategori menurut FAO/WHO/UNU (2001) yaitu aktivitas aktivitas ringan, aktivitas sedang, dan aktivitas berat.

Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan tingkat aktivitas fisik Kategori PAL Hari Kuliah Hari Libur

n % n %

Aktivitas ringan 9 36 16 64

Aktivitas sedang 16 64 7 28

Aktivitas berat 0 0 2 8

Rata-rata ± SD 1.79 ± 0.2 1.70 ± 0.2

Pada Tabel 6 terlihat adanya perbedaan tingkat aktivitas contoh pada hari kuliah dengan hari libur. Pada hari kuliah aktivitas contoh tergolong dalam kategori aktivitas ringan sebanyak 36%, aktivitas sedang 64% dan tidak ada contoh yang aktivitasnya tergolong aktivitas berat. Sedangkan pada hari kuliah aktivitas contoh tergolong dalam kategori aktivitas ringan sebanyak 64%, aktivitas sedang 28% dan 8% contoh aktivitasnya tergolong aktivitas berat.

Kebiasaan Olahraga

Olahraga merupakan salah satu contoh dari aktifitas fisik. Olahraga adalah segala aktivitas fisik yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk mendorong, membina, dan mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan sosial (Mutohir & Maksum 2007). Manfaat dari berolahraga yakni menjaga kebugaran dan kesehatan.

Jenis Olahraga

(38)

26

tenis meja dan voli masung-masing sebesar 4%. Menurut Karim (2002) menyebutkan bahwa olahraga sebaiknya dilakukan secara bervariasi, berganti-ganti jenisnya supaya tidak monoton.

Gambar 14 Sebaran contoh berdasarkan jenis olahraga

Frekuensi Olahraga

Frekuensi olahraga adalah berapa kali seminggu olahraga dilakukan agar memberi efek latihan bagi kesehatan (Kusmana 1997). Frekuensi olahraga terbagi menjadi tiga kategori yaitu <3x seminggu, 3-5x seminggu dan >5x seminggu. Sebaran contoh berdasarkan frekuensi olahraga terdapat pada Tabel 7.

Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi olahraga

Frekuensi n %

< 3x seminggu 2 8 3-5x seminggu 16 64

>5x seminggu 7 28 Rata-rata ± SD 4 ± 1.3

Berdasarkan tabel diatas didapat sebagian besar contoh melakukan olahraga 3-5x seminggu sebanyak 64%, contoh yang melakukan olahraga <3x seminggu sebanyak 8% dan yang >5x seminggu sebanyak 4%. Menurut Bernstein (2003), intensitas olahraga akan mempengaruhi kemampuan jantung, paru dan pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal pada waktu kerja dalam mengambil O2 secara maksimal (VO2 max) dan

menyalurkannya keseluruh tubuh terutama jaringan aktif sehingga dapat digunakan untuk proses metabolisme tubuh.

Durasi atau Lama Olahraga

(39)

27 berdasarkan durasi atau lama olahraga. Persentase contoh sebesar 68% melakukan olahraga selama 83-129 menit/hari, 31% melakukan olahraga <83 menit/hari dan tidak ada contoh yang melakukan olahraga >129 menit/hari. Rata-rata durasi olahraga contoh adalah 105.6 ± 23.1 menit/hari.

Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan durasi olahraga

Durasi(menit/hari) n %

<83 8 32

83-129 17 68

>129 0 0

Rata-rata ± SD 105.6 ± 23.1

Tingkat Kebugaran

Menurut Giriwijoyo dan Ali (2005) kebugaran jasmani adalah derajat sehat dinamis tertentu yang dapat menanggulangi tuntutan jasmani dalam menjalankan tugas hidup sehari-hari dengan selalu masih mempunyai cadangan kemampuan untuk melakukan kegiatan aktivitas fisik ekstra serta pulih kembali sebelum menjalani tugasnya sehari-hari. Nilai kebugaran jasmani setiap orang berbeda-beda sesuai dengan tugas atau profesi masing-masing. Tingkat kebugaran jasmani dapat dilihat dari VO2 maksimum yang

diperoleh dari Tes Balke dan denyut jantung.

VO2 Maksimum

Kebuguran dapat diukur dengan cara mengukur volume oksigen yang dikonsumsi selama berolahraga. Kemampuan menggunakan oksigen oleh tubuh merupakan kunci yang menentukan penggunaan bahan bakar tubuh dan keberhasilan berprestasi. Volum oksigen maximum (VO2 max) yaitu

kemampuan maksimum tubuh untuk mengambil oksigen (Depkes 1997). Selain itu, VO2 max juga didefinisikan sebagai laju tertinggi dari konsumsi

oksigen yang dapat dicapai selama latihan yang maksimal (Mackenzie 1997). Nilai VO2 max dapat dikategorikan berdasarkan umur contoh

menjadi 3 kategori yaitu baik, kurang dan cukup. Data sebaran contoh berdasarkan kategori VO2 max disajikan pada Gambar 15.

(40)

28

Pada gambar diatas didapat bahwa sebagian besar VO2 max contoh

berada pada kategori cukup sebesar 64%, kategori kurang 28% dan kategori baik 8%. Banyak hal yang dapat mempengaruhi hasil tes ini diantaranya suhu, tingkat kebisingan dan kelembaban, waktu tidur contoh sebelum melaksanakan tes, emosi, obat-obatan yang sedang dikonsumsi, waktu pelaksanaan tes, asupan kafein atlet, waktu makan terakhir contoh, lingkungan pelaksanaan tes (rumput, track, jalanan, gym), pengetahuan, akurasi pengukuran, apakah contoh benar benar menggunakan usaha maksimal untuk melakukan tes, kepribadian, pengetahuan dan kemampuan penguji (Mackenzie 1997). Keberhasilan pengukuran VO2 max dipengaruhi berbagai faktor diantaranya waktu tidur, emosi, dan kesungguhan contoh untuk menggunakan usaha maksimal dalam tes (Mackenzie 1997).

Denyut Jantung

Denyut jantung dapat diartikan sebagai jumlah detak jantung setiap satu menit. Jumlah denyut jantung pada orang normal berkisar antara 60-80 kali per menit. Pada olahragawan seperti atlet jumlah denyut jantung per menit nya lebih rendah dari pada orang normal.

(41)

29

Uji Hubungan Antar Variabel

Uji statistik yang digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel pada penelitian ini adalah uji korelasi Pearson dan Spearman. Hubungan antar variabel yang akan dilihat pada contoh adalah hubungan antara pengetahuan gizi dengan kebiasaan olahraga, hubungan antara pengetahuan gizi dengan keanekaragaman konsumsi pangan, hubungan antara keanekaragaman konsumsi pangan dengan tingkat kecukupan gizi, hubungan tingkat kecukupan gizi dengan kebugaran, hubungan antara aktivitas fisik dengan kebugaran, serta hubungan antara kebiasaan olahraga dengan kebugaran.

Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Keanekaragaman Konsumsi Pangan

Hasil uji korelasi Pearson antara variabel pengetahuan gizi dengan keanekaragaman konsumsi pangan menunjukkan tidak memiliki hubungan (p>0.05). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pengetahuan gizi atlet belum tentu beranekaragam konsumsi pangannya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Tina (2000) yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan gizi dengan keanekaragaman konsumsi pangan. Dalam penelitian ini, hubungan antara pengetahuan gizi dengan keanekargaman konsumsi belum dapat menunjukan bahwa pengetahuan gizi yang tinggi akan menyebabkan konsumsi pangan yang lebih beragam. Hal ini diduga dikarenakan terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi keanekaragaman konsumsi pangan seseorang. Menurut Hardinsyah (2007), Keanekaragaman pangan seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh pengetahuan gizi, namun juga daya beli dan preferensi pangan.

Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Kebiasaan Olahraga

Hasil uji korelasi Pearson antara variabel pengetahuan gizi dengan kebiasaan olahraga menunjukkan adanya hubungan signifikan (p<0.05). Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan gizi berhubungan dengan kebiasaan olahraga. Pengetahuan gizi sangatlah penting bagi atlet, dimana dengan pengetahuan gizi yang baik maka kebiasaan olahraga contoh juga semakin baik.

Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Tingkat Kecukupan Zat Gizi

(42)

30

individu menurut Pranadji (1988) adalah merupakan hasil akhir yang diharapkan akibat meningkatnya pengetahuan, sikap dan keterampilan gizi.

Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Kebugaran

Hasil uji korelasi Pearson untuk variabel pengetahuan gizi dengan kebugaran contoh menunjukkan adanya hubungan (p<0.05). Hal ini menunjukkan adanya hubungan pengetahuan gizi dengan kebugaran contoh. Pengetahuan gizi sangatlah penting bagi contoh karena dengan pengetahuan gizi yang baik maka contoh dapat mengetahui mana yang baik bagi dirinya sehingga dapat menjaga maupun meningkatkan kebugarannya seperti berolahraga dan mengkonsumsi pangan sesuai kebutuhannya.

Hubungan Keanekaragaman Konsumsi Pangan dengan Tingkat Kecukupan Zat Gizi

Hasil uji korelasi Pearson untuk keanekaragaman konsumsi pangan dengan tingkat kecukupan energi, protein, lemak, karbohidrat, kalsium besi, vitamin A, dan vitamin C contoh menunjukkan tidak ada hubungan (p>0.05). Hal ini menunjukkan tidak adanya hubungan antara keanekaragaman konsumsi pangan dengan tingkat kecukupan energi dan zat gizi contoh. Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Tina (2000) dan Suhardjo (1998), bahwa keanekaragaman konsumsi berhubungan dengan tingkat kecukupan zat gizi karena semakin beragam konsumsi maka semakin baik tingkat kecukupannya. Pangan yang beragam umumnya memiliki mutu yang lebih tinggi daripada mutu masing-masing bahan penyusunnya. Hal ini terjadi karena adanya saling melengkapi antara pangan yang dikonsumsi, dimana kekurangan zat gizi dalam suatu pangan dapat ditutupi oleh kelebihan zat gizi yg bersangkutan yang tekandung dalam pangan lainnya.

Hubungan Keanekaragaman Konsumsi Pangan dengan Kebugaran

Hasil uji korelasi Pearson untuk variabel keanekaragaman konsumsi pangan dengan kebugaran contoh menunjukkan adanya hubungan yang signifikan (p<0.05). Hal ini menunjukkan adanya hubungan antara keanekaragaman konsumsi pangan contoh dengan kebugaran. Hal ini terjadi karena adanya saling melengkapi antara pangan yang dikonsumsi, dimana kekurangan zat gizi dalam suatu pangan dapat ditutupi oleh kelebihan zat gizi yg bersangkutan yang tekandung dalam pangan lainnya sehingga dapat memenuhi kebutuhannya sehingga dapat melakukan aktivitas sehari-hari yang pada akhirnya dapat meningkatkan kebugarannya.

Hubungan Tingkat Kecukupan Zat Gizi dengan Kebugaran

(43)

31 sejalan dengan Kartika (2006) salah satu upaya untuk mendapatkan kebugaran jasmani yang baik diperlukan tingkat konsumsi yang cukup. Konsumsi zat gizi yang baik sesuai dengan kebutuhan gizi akan membuat kebugaran atlet menjadi baik sehingga menjadi tidak cepat lelah dan mampu melakukan aktivitasnya dengan baik pula sehingga mampu mencapai prestasi olahraga yang maksimal.

Namun Hasil uji korelasi Pearson untuk variabel tingkat kecukupan kalsium, besi, vitamin A dan vitamin C dengan kebugaran contoh menunjukkan tidak adanya hubungan (p>0.05). Hal ini menunjukkan tidak adanya hubungan antara tingkat kecukupan kalsium, vitamin A dan vitamin C contoh dengan kebugaran.

Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan Kebugaran

Hasil uji korelasi Pearson antara frekuensi dan durasi olahraga dengan kebugaran menunjukkan adanya hubungan yang signifikan (p<0.05). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara frekuensi dan durasi olahraga contoh dengan kebugaran. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Nonly (2011) yang menyatakan ada hubungan yang signifikan, hal ini ditunjukan dengan semakin lama dan sering contoh melakukan olahraga akan semakin baik daya tahan paru-jantung contoh. Hasil ini juga sejalan dengan penelitian Isriati (2004) yaitu terdapat perbedaan tingkat kebugaran jasmani berdasarkan kebiasaan olahraga pada siswa SMA, yang menyatakan terdapat hubungan antara kebiasaan olahraga dengan kebugaran. Menurut Bernstein (2003), intensitas olahraga akan mempengaruhi kemampuan jantung, paru dan pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal pada waktu kerja dalam mengambil O2 secara maksimal (VO2 max) dan

menyalurkannya keseluruh tubuh terutama jaringan aktif sehingga dapat digunakan untuk proses metabolisme tubuh.

Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kebugran

(44)

32

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pada penelitian dengan judul Hubungan Pengetahuan Gizi, Keanekaragaman Konsumsi Pangan dan Kebiasaan Olahraga dengan Kebugaran Anggota UKM Sepakbola IPB menggunakan contoh keseluruhan berjenis kelamin laki-laki. Kisaran Umur contoh berkisar antara 19 sampai 24 tahun. Berat badan contoh berkisar antara 45-65 kg. Tinggi badan contoh berkisar antara 156-179 cm. Seluruh contoh berstatus gizi normal yang dihitung menggunakan indikator IMT/U.

Hasil yang didapat yaitu 8% contoh berpengatahuan gizi baik, 80% contoh berpengatahuan gizi sedang dan 12% contoh berpengetahuan gizi kurang. Keanekaragaman konsumsi pangan diukur menggunakan skor PPH, dikatakan beragam apabila skor diatas 90. Berdasarkan hasil yang didapat sebanyak 16% tergolong beragam dan 84% tidak beragam.

Tingkat kecukupan energi hampir seluruh contoh yang telah dikategorikan menunjukkan bahwa terdapat 44% contoh dalam kategori defisit ringan dan 56% dalam kategori normal. Tingkat kecukupan protein yang telah dikategorikan menunjukkan bahwa terdapat 8% contoh dalam kategori defisit berat, 28% dalam kategori defisit sedang dan normal, 20% dalam kategori defisit ringan dan 16% dalam kategori lebih. Tingkat kecukupan lemak yang telah dikategorikan menunjukkan bahwa terdapat 16% contoh dalam kategori defisit berat dan kategori defisit ringan, 12% dalam kategori defisit sedang dan lebih serta 44% dalam kategori normal. Tingkat kecukupan karbohidrat yang telah dikategorikan menunjukkan bahwa terdapat 20% contoh dalam kategori defisit berat, 28% contoh dalam kategori defisit ringan, 44% dalam kategori defisit sedang dan 8% dalam kategori normal serta tidak terdapat contoh pada kategori lebih. Tingkat kecukupan kalsium dan besi contoh didapat 52% pada kategori cukup dan 48% pada kategori kurang. Tingkat kecukupan vitamin A contoh didapat hampir seluruhnya dalam kategori cukup (80%). Tingkat kecukupan vitamin C contoh didapat 8% pada kategori cukup dan 92% pada kategori kurang.

Pada hari kuliah sebagian besar aktivitas contoh tergolong dalam kategori aktivitas sedang 64%. Sedangkan pada hari libur sebagian besar aktivitas contoh tergolong dalam kategori aktivitas ringan sebanyak 64%.

Jenis olahraga yang sering dilakukan contoh yaitu sepakbola, futsal, badminton, basket, joging, bersepeda, tenis meja dan voli. Frekuensi olahraga sebagian besar contoh melakukan olahraga tigasampai lima kali seminggu dan durasi atau lamanya berolahraga contoh selama 83-129 menit/hari.

Sebagian besar VO2 max contoh berada pada kategori cukup sebesar

64%, kategori kurang 28% dan kategori baik 8%. Hasil ini didapat sesuai berapa putaran mengelilingi lapangan selama 15 menit

(45)

33 aktivitas fisik dengan kebugaran, tingkat kecukupan gizi dengan kebugaran, kebiasaan olahraga dengan kebugaran, keanekaragaman dengan kebugaran. Tidak terdapat hubungan (p>0.05) antara pengetahuan gizi dengan keanekaragaman konsumsi pangan dan keanekaragaman konsumsi pangan dengan tingkat kecukupan gizi

Saran

Penyuluhan dan konsultasi gizi merupakan hal penting yang sebaiknya diberikan kepada anggota UKM sepakbola IPB, hal ini dilakukan untuk menambah pengetahuan tentang gizi dan bagaimana cara memperbaiki konsumsi energi dan zat gizi yang dianjurkan untuk pemain sepakbola, sehingga kegiatan kemahasiswaan ini dapat memberikan prestasi kepada mahasiswa maupun IPB dan tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar.

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier. 2004. Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Amelia F. 2008. Konsumsi pangan, pengetahuan gizi, aktivitas fisik, dan status gizi pada remaja di kota sungai penuh kabupaten kerinci propinsi jambi [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Aggel-Leijssen DPC, Saris WHM, Hul GB, Baak MA. 2001. Short-Term Effects of Weight Loss With or Without Low-Intensity Exercise Training on Fat Metabolism in Obese Men. Am J Clin Nutr 73: 523-531.

Arisman. 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Basir. 2008. Tingkat pengetahuan gizi, kesesuaian diet dan status gizi anggota UKM sepakbola IPB [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Bernstein D. 2003. Exercise assesment of transgenic models of human cardiovascular disease. Physiol Genomics 3: 217-226(2003).

(46)

34

Clark N. 1996. Petunjuk Gizi untuk Setiap Cabang Olahraga. Jakarta: Rajagrafindo. Hal 3-68.

Departemen Kesehatan. 1996. Pedoman Praktik Pemantauan Gizi Orang Dewasa. Jakarta: Departemen Kesehatan.

__________. 1997. Unsur-unsur Kesegaran Jasmani. Jakarta: Departemen Kesehatan.

__________. 2002. Gizi Atlet Sepakbola. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Depkes RI.

Departemen Pertanian. 2002. Pedoman Umum Penyusunan Program

Pengembangan Konsumsi Pangan.

www.deptan.go.id/pesantren/bkp/PKP/pedoman_umum .htm. [29 Agustus 2013].

__________. 2003. Pengkajian Tentang Analisis Permintaan Rorumah Tangga Terhadap Keanekargaman Pangan Untuk Menunjang Kebijaksanaan Diversifikasi Konsumsi. Kerja sama Departemen Pertanian-IPB. Bogor.

[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series. 2001. Human Energy Requirements. Rome: FAO/WHO/UNU.

Fatmah. 2011. Gizi Kebugaran dan Olahraga. Bandung: Lubuk Agung. Fikawati S, Syafiq A, dan Puspasari P. 2005. Faktor-faktor yang

berhubungan dengan asupan kalsium pada remaja di Kota Bandung. Universa Medicina. Jurnal Kedokteran Trisakti 24(1).

Gibson RS. 2005. Principles of Nutrition Assesment. New York: Oxford University Press.

Gutin B, Barbeau P, Owens S, Lemmon C, Bauman M, Allison J, Kang HS, Litaker MS. 2002. Effects of Exercise Intensity on Cardiovascular Fitness, Total Body Composition, and Visceral Adiposity of Obese Adolescents. Am J Clin Nutr 75: 818-826.

Gutin B, Yin Z, Humphries MC, Barbeau P. 2005. Relations of moderate and vigorous physical activity to fitness and fatness in adolescents. Am J Clin Nutr 81: 746-750.

Gambar

Gambar 1
Tabel 2 Nilai Physical Activity Ratio
Tabel 3 Berat badan anggota UKM sepakbola IPB
Gambar 4 Sebaran pengetahuan gizi anggota UKM sepakbola IPB
+7

Referensi

Dokumen terkait

Terdiri atas pusat-pusat permukiman, baik yang bersifat desa urban dan desa rural yang terletak di wilayah bagian timur Kabupaten Sarolangun, yang akan berorientasi ke kota Pauh

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara

coli dilakukan dengan metode difusi menggunakan kertas cakram, adanya zona hambat ditandai dengan daerah bening di sekitar cakram.. Hasil penelitian menunjukan

Jika dibandingkan dengan nilai standar deviasi dari beberapa formula empiris seperti pada tabel 3, maka nilai standar deviasi untuk formula empiris magnitudo

Adik ipar adalah adik karena adanya hubungan perkawinan, yaitu suami dari saudara perempuan yang usianya lebih muda dari Ego.Sapaan yang digunakan oleh masyarakat

[r]

sebagai Pribadi yang berbeda dengan manusia akan senatiasa berada dalam hubungan

Peran dan keberadaan pengawas semakin diperlukan tidak hanya untuk memberikan bimbingan, bantuan dan pembinaan kepada guru untuk meningkatkan kinerja dalam