• Tidak ada hasil yang ditemukan

( Abstrak. A adalah amplitudo maksimum (nm) pada gelombang S, dan R adalah jarak hiposenter (km).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "( Abstrak. A adalah amplitudo maksimum (nm) pada gelombang S, dan R adalah jarak hiposenter (km)."

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENENTUAN FORMULA EMPIRIS MAGNITUDO LOKAL UNTUK

WILAYAH NUSA TENGGARA TIMUR

DETERMINATION OF EMPIRICAL LOCAL MAGNITUDE

FORMULA FOR EAST NUSA TENGGARA REGION

Aditya Hanly Ludji Nguru1, Gunawan Ibrahim1, Nova Heryandoko2, Basri Kamaruddin2 1

Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika 2

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (E-mail: adityaludjinguru@gmail.com)

Abstrak

Magnitudo merupakan ukuran logaritmik dari kekuatan gempabumi yang berdasarkan pengukuran instrumen, salah satunya yaitu magnitudo lokal yang digunakan untuk menyatakan kekuatan gempabumi lokal maupun regional. Tujuan penelitian ini untuk menentukan formula empiris magnitudo lokal dan koreksi fungsi jarak (-log A0) di wilayah NTT. Penelitian ini menggunakan 279 data ampitudo maksimum dari 55 kejadian gempabumi yang terekam pada 10 sensor seismometer BMKG di wilayah NTT, dengan kedalaman kurang dari 70 km dan jarak hiposenter 14 – 720 km dari tanggal 1 November 2015 – 31 Desember 2015. Perhitungan menggunakan metode inversi least square. Formula empiris magnitudo lokal untuk wilayah NTT yang dihasilkan dari penelitian ini

𝑀𝐿 = 𝑙𝑜𝑔 𝐴 + 2,0912 𝑙𝑜𝑔 𝑅 − 0,00094𝑅 − 3,6260 Koreksi fungsi jaraknya

−𝑙𝑜𝑔 𝐴0= 2,0192 𝑙𝑜𝑔 𝑅 − 0,00094𝑅 − 3,6260,

A adalah amplitudo maksimum (nm) pada gelombang S, dan R adalah jarak hiposenter (km).

Kata kunci: magnitudo lokal, koreksi fungsi jarak, amplitudo, dan hiposenter

Abstract

Magnitude is a logarithm measurement for the strength of the earthquake that based on measurement instruments, which is a local magnitude that used to reveal the power of local and regional earthquakes. The goal of this research is to determine the empirical formula of local magnitude and distance correction function (-log A0) in East Nusa Tenggara. This research used 279 maximum ampitude data of 55 earthquake events which are recorded by 10 seismometers sensors in BMKG seismic network that located in East Nusa Tenggara, the depth of the earthquakes are less than 70 kilometres and the hypocentral distances about 14 - 720 kilometres, the data started from November 1, 2015 till December 31, 2015. The calculations used least square inversion method. The research obtain an empirical local magnitude formula for East Nusa Tenggara region

𝑀𝐿 = 𝑙𝑜𝑔 𝐴 + 2,0912 𝑙𝑜𝑔 𝑅 − 0,00094𝑅 − 3,6260 Distance correction function

−𝑙𝑜𝑔 𝐴0= 2,0192 𝑙𝑜𝑔 𝑅 − 0,00094𝑅 − 3,6260

A as the maximum amplitude (nm) in the S wave, and R as the distance hypocenter (km).

(2)

I.

PENDAHULUAN

Provinsi Nusa Tenggara Timur merupakan bagian dari Busur Banda, yang berada pada zona tumbukan antara tepi barat laut Benua Australiayang bergerak ke utara dengan lempeng Samudera Indo-Australia ( Pandelisman, 2009). Karena letaknya yang dekat dengan pertemuan lempeng tektonik wilayah NTT menjadi daerah yang tingkat aktivitas seismiknya cukup tinggi terutama gempa-gempa dangkal. Pada tahun 2014 tercatat jumlah penduduk Provinsi Nusa Tenggara Timur sebanyak 4.953.967 jiwa dengan

tingkat pertumbuhan ekonomi dan

pembangunan yang meningkat dari tahun ke tahun (Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Timur, 2014). Dengan tingkat keaktifan gempabumi yang tinggi dan tingkat pertumbuhan

ekonomi dan pembangunan yang

meningkat dari tahun ke tahun maka di wilayah ini diperlukan pengkajian resiko

gempabumi untuk perencanaan

pembangunan terutama infrastrukturnya. Salah satu dari parameter dasar seismologi yang berhubungan dengan pengkajian resiko gempabumi adalah skala magnitudo (Nguyen dkk., 2011).

Konsep magnitudo pertama kali

diperkenalkan oleh Richter (1935).

Skala magnitudo menggambarkan

besarnya energi yang dilepaskan saat

terjadi gempabumi salah satunya

magnitudo lokal. Skala magnitudo lokal merupakan skala magnitudo yang sangat bermanfaat dalam pengkajian resiko gempabumi untuk wilayah lokal seperti wilayah NTT, karena untuk wilayah lokal skala magnitudo lokal sangat

penting karena dapat memberikan

konsistensi, stabilitas dan pengukuran yang terbaik serta membantu dalam

memberikan informasi kepada

masyarakat mengenai usaha pencegahan darurat bencana seismik, pengkodean bangunan kriteria desain rekayasa, pemantauan ledakan nuklir, asuransi dan aspek keamanan secara umum (Alsaker dkk, 1991).

Penelitian ini bertujuan untuk

menentukan formula empiris magnitudo

lokal dan koreksi fungsi jarak di wilayah NTT. Penelitian formula empiris di Indonesia telah dilakukan, yaitu untuk wilayah Sesar Lembang, Jawa Barat

menggunakan data amplitudo

maksimum dari seismograf broadband

yang tersebar di sekitar wilayah Sesar

Lembang sebanyak 4 seismograf

(Karnaen, 2014). Wilayah Maluku Utara

menggunakan data amplitudo

maksimum dari seismograf broadband

yang tersebar di sekitar wilayah Maluku

Utara sebanyak 6 seismograf

(Kamaruddin, 2015).

Metoda yang diaplikasikan dalam

penelitian ini adalah metoda

rekomendasi dari International

Association of Seismology and Physics of the Earth’s Interior (IASPEI) yaitu

menurunkan formulasi persamaan

amplitudo gelombang S yang digunakan

untuk penentuan formula empiris

magnitudo lokal (Hasvkov dan

Ottemoller, 2010).

Formula empiris magnitudo lokal untuk Nusa Tenggara Timur yang dihasilkan dalam penelitian ini dapat menggambarkan karakteristik secara

umum dari penjalaran gelombang

seismik dan atenuasi yang bergantung pada kondisi lokal wilayah setempat.

II.

DATA DAN METODE

2.1 Data

Penelitian ini menggunakan data kejadian gempabumi lokal dari katalog

seiscomp3 yang terekam pada 10 seismograf BMKG di wilayah NTT selama periode 1 November 2015 – 31 Desember 2015. Terdapat 55 kejadian gempabumi yang tercatat pada 10 seismometer tersebut dengan parameter jarak episenter 10 - 800 km, kedalaman 1 - 70 km. Skala magnitudo dari kejadian gempabumi yang digunakan pada penelitian ini adalah 1 - 6 Skala Richter (SR). Lokasi gempabumi dan posisi seismometer di wilayah NTT dapat dilihat pada gambar 1, sedangkan

data stasiun seismometer jaringan

BMKG di wilayah NTT dapat dilihat pada tabel 1.

(3)

Gambar 1. Peta daerah penelitian, kejadian gempabumi dan stasiun seismometer Tabel 1. Parameter stasiun seismometer jaringan BMKG

No Kode Stasiun Nama Stasiun Lintang Bujur Elevasi (m)

1 BATI Baumata -10,2065 123,6633 344,81 2 SOEI Soe -9,755265 124,267243 1047 3 ATNI Atambua -9,0835 124,8644 413,03 4 ALKI Alor -8,1445 124,5903 82,93 5 MMRI Maumere -8,635715 122,237605 2 6 EDFI Ende -8,7497 121,6903 914,34

7 LBFI Labuan Bajo -8,48 119,8921 75

8 WBSI Waikabubak -9,6411 119,3911 456,67

9 WSI Waingapu -9,66897 120,29767 48

10 BASI Baing -10,2189 120,5777 80,84

2.2 Metode Analisis

Penelitian tentang formula empiris

magnitudo lokal memerlukan data

amplitudo maksimum seismogram dan data jarak hiposenter. Data amplitudo maksimum diambil dari data katalog

gempabumi seiscomp3. Untuk data

jarak hiposenter dihitung dengan

menggunakan perangkat lunak TauP

Toolkit (Crotwell dkk, 1999). Sebanyak

279 data amplitudo maksimum

digunakan dalam penelitian ini.

Konsep magnitudo lokal pertama kali diperkenalkan oleh Richter (1935).

Dengan mendefinisikan gempabumi

dengan magnitudo 3 dihasilkan oleh 1 mm amplitudo maksimum seismometer

(4)

Wood-Anderson pada jarak episenter 100 km. Persamaan umum magnitudo lokal adalah sebagai berikut (Richter, 1935):

𝑀𝐿 = log 𝐴 − log(𝐴0) (1)

A adalah amplitudo maksimum

komponen horizontal (mm) dan log(A0)

adalah fungsi koreksi jarak.

Dalam penentuan formula empiris

magnitudo lokal, persamaan umum yang digunakan adalah (Nguyen dkk., 2011; Saunders dkk., 2012; Karnaen, 2014):

𝑀𝐿 = log 𝐴 + 𝑎 𝑙𝑜𝑔 𝑟 + 𝑏 𝑟 + 𝑐 (2)

Parameter a, b, dan c adalah konstanta

yang menggambarkan propagasi

gelombang seismik, atenuasi dan

referensi lokal yang berdasarkan

referensi dari Richter (1935). Dari persamaan (1) dan (2) diperoleh fungsi koreksi jarak (-log A0) yaitu:

−log 𝐴0 = 𝑎 𝑙𝑜𝑔 𝑟 + 𝑏 𝑟 + 𝑐 (3) Havskov dan Ottemoller (2010)

mengatakan bahwa koefisien dari

persamaan (2) yaitu a, b, dan c bisa didapatkan dengan cara melakukan inversi secara simultan dari sejumlah kejadian gempabumi dengan melibatkan

koreksi stasiun (sj) berdasarkan

persamaan-persamaan berikut:

log 𝐴𝑖𝑗 = 𝑀𝐿𝑖 − 𝑎 log(𝑟𝑖𝑗) − 𝑏 𝑟𝑖𝑗 −

𝑠𝑗𝑐 (4)

dengan i adalah kejadian gempa bumi ke-i, s adalah koreksi stasiun dan j

adalah staiun ke-j.

Untuk mendapatkan koefisien c yang

merupakan koreksi level dasar, kita dapat menggunakan referensi dari salah

satu gempabumi sebagai acuan.

Koefisien c dapat dinyatakan dengan:

𝑐 = 𝑀𝐿𝑟𝑒𝑓 − log 𝐴𝑟𝑒𝑓 − 𝑎 log ( 𝑟𝑟𝑒𝑓) −

𝑏𝑟𝑟𝑒𝑓 (5)

MLref adalah magnitudo referensi, Aref

merupakan amplitudo referensi dan rref

adalah jarak hiposenter yang digunakan sebagai referensi.

Havskov dan Ottemoller (2010)

mengajukan dua referensi yang

digunakan sebagai acuan dalam

penentuan formula empiris magnitudo lokal yang berdasarkan pada referensi

yang diberikan Richter (1935).

Referensi yang pertama, apabila

amplitudo yang tercatat sebesar 480 nm pada jarak hiposenter 17 km maka

gempabumi tersebut menghasilkan

magnitudo sebesar 2,0 ML dan yang

kedua, apabila amplitudo yang tercatat sebesar 480 nm pada jarak hiposenter 100 km maka gempabumi tersebut menghasilkan magnitudo sebesar 3,0

ML. Dalam penelitian ini menggunakan referensi kedua yang diberikan oleh

Havskov dan Ottemoller (2010)

tersebut. Referensi ini digunakan karena data yang digunakan bervariasi pada kedalaman 10 – 67 Km dengan rentang jarak hiposenter 14 – 720 Km.

Persamaan (4) dan (5) disusun ulang dan dimasukkan nilai referensi maka diperoleh persamaan baru yaitu:

log( 𝐴𝑖𝑗) + 3 − log 480 = 𝑀𝐿𝑖− 𝑎 log(𝑟𝑖𝑗/100) − 𝑏(𝑟𝑖𝑗 − 100) − 𝑠𝑗 (6)

Nilai MLi, a, b, dan sjdari persamaan

(6) dapat diperoleh dengan

menggunakan metode inversi least

square dengan rumus sebagai berikut

(Alsaker dkk., 1991; Miao dan

Langston, 2007; Havskov dan

Ottemoller, 2010; Karnaen, 2014):

𝑑 = 𝐺 𝑚 (7) dimana

(5)

𝐺 = −log(r1/100) −log(r2/100) −log(r3/100) −log(r4/100) −log(r5/100) ⋮ ⋮ ⋮ −log(rn/100) −(r1 − 100) −(r2 − 100) −(r3 − 100) −(r4 − 100) −(r5 − 100) ⋮ ⋮ ⋮ −(rn − 100) 1 1 1 1 1 1 ⋮ ⋮ ⋮ 0 0 0 0 0 0 0 ⋮ ⋮ ⋮ 0 0 0 0 0 0 0 ⋮ ⋮ ⋮ 0 ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ −1 0 0 0 0 0 ⋮ ⋮ ⋮. ⋮ 0 −1 0 0 0 0 ⋮ ⋮ ⋮. ⋮ 0 0 −1 0 0 0 ⋮ ⋮ ⋮. ⋮ 0 0 0 −1 0 0 ⋮ ⋮ ⋮. ⋮ m = 𝑀𝐿𝑖 𝑎 𝑏 𝑠𝑗 𝑇

n adalah jumlah data, i adalah kejadian gempa bumi ke-i, s adalah koreksi stasiun dan j adalah staiun ke-j. Nilai m

yang merupakan parameter model yang

diperlukan dapat dicari dengan

menggunakan persamaan:

𝑚 = 𝐺𝑇𝐺 −1𝐺𝑇𝑑 (8)

III.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan perhitungan inversi

least square, diperoleh hasil formula empiris magnitudo lokal dan fungsi koreksi jarak (-log A0) untuk wilayah NTT adalah sebagai berikut:

𝑀𝐿 = log 𝐴 + 2,0192𝑙𝑜𝑔𝑅 − 0,00094𝑅 − 3,6260 (9) −𝑙𝑜𝑔 𝐴0= 2,0192𝑙𝑜𝑔𝑅 − 0,00094𝑅 − 3,6260 (10)

Persamaan (9) merupakan formula empiris magnitudo lokal untuk wilayah

NTT yang selanjutnya disebut ML NTT.

ML adalah magnitudo lokal, A adalah

amplitudo maksimum (nm) pada

gelombang S, dan R adalah jarak

hiposenter (km). Nilai a, b, dan c

masing-masing adalah 2,0192,

- 0,00094, -3,6260. Fungsi koreksi jarak untuk wilayah NTT ditunjukkan pada persamaan (10).

Untuk menguji keakuratan formula empiris magnitudo lokal NTT maka akan dibandingkan formula empiris penelitian ini terhadap beberapa formula empiris magnitudo lokal yang pernah

dilakukan menggunakan data

gempabumi wilayah NTT dan dihitung standar deviasinya. Tabel 2 akan menampilkan nilai parameter a,b, dan c

wilayah penelitian dan wilayah lainnya dan tabel 3 akan menampilkan nilai standar deviasi dari residual magnitudo lokal beberapa formula empiris

Tabel 2. Nilai parameter a,b, dan c wilayah penelitian dan wilayah lainnya

Daerah penelitian a b c Referensi

California Selatan 1,11 0,00189 -2,09 Hutton dan Boore (1987)

California Tengah 1,00 0,00301 -1,99 Bakun dan Joyner (1984)

Turki Barat Laut 1,00 0,00152 -1,61 Baumbach dkk (2003)

Vietnam Utara 1,74 0,00048 -0,522 Nguyen dkk (2011)

Sesar Lembang 6,4267 -0,0360 -7,9770 Karnaen (2014)

Maluku Utara 0,651 0,00370 -1,3568 Kamaruddin (2015)

(6)

Tabel 3. Nilai standar deviasi dari residual magnitudo lokal beberapa formula empiris

Formulasi Standar Deviasi

Bakun dan Joyner (1984) 0,03404

Hutton dan Boore (1987) 0,02983

Baumbach dkk (2003) 0,02892

Kamarudin (2015) 0,03556

Penelitian ini 0,0208

Dari hasil perhitungan, diperoleh nilai standar deviasi sebesar 0,0208 untuk formula empiris magnitudo lokal NTT. Jika dibandingkan dengan nilai standar deviasi dari beberapa formula empiris seperti pada tabel 3, maka nilai standar deviasi untuk formula empiris magnitudo lokal NTT lebih kecil dari yang lain dengan menggunakan data

yang sama. Nilai standar deviasi yang semakin kecil menunjukkan bahwa formula empiris magnitudo lokal NTT bisa digunakan untuk wilayah Nusa

Tenggara Timur karena mewakili

kondisi lokalnya. Gambar 2 dibawah menunjukkan perbedaan standar deviasi dari beberapa formula empiris yang di plot dalam bentuk diagram batang.

Gambar 2 Perbedaan nilai standar deviasi dari beberapa formula empiris, yaitu Bakun dan Joyner (1984), Hutton dan Boore (1987), Baumbach dkk (2003), Kamaruddin (2015), dan penelitian ini (NTT)

0 0.005 0.01 0.015 0.02 0.025 0.03 0.035 0.04

Standar Deviasi

Standar Deviasi

(7)

Gambar 3 menunjukkan distribusi residual magnitudo lokal terhadap jarak hiposenter. Distribusi dari residual magnitudo lokal NTT cenderung berada pada rentang -0,6 – 0,5 atau mendekati 0 dengan nilai standar deviasi 0,0208. Sementara distribusi residual magnitudo dari formula empiris yang lain, lebih menyebar dengan rentang -1 – 1. Hal ini semakin membuktikan bahwa formula empiris magnitudo lokal NTT lebih cocok diterapkan di wilayah NTT.

Berdasarkan gambar 4 terlihat bahwa kurva koreksi fungsi jarak meningkat terhadap jarak. Semakin jauh jarak suatu gempa terhadap stasiun pencatat maka semakin banyak lapisan bumi yang

dilewati gelombang gempa. Efek

atenuasi gelombang seismik formula empiris magnitudo wilayah NTT kecil pada jarak dekat dan menjadi besar pada jarak yang jauh. Hal ini membuktikan bahwa formula empiris magnitudo lokal NTT dapat diterapkan di wilayah NTT.

Nilai fungsi koreksi jarak wilayah NTT berkisar antara -1,305 – 1,466. Jika dibandingkan dengan 4 kurva lainnya pada gambar 4.3 fungsi koreksi jarak (-log A0) untuk wilayah NTT sangat berbeda dengan wilayah yang lain. Hal ini menunjukan bahwa kondisi bawah

permukaan atau karakteristik

atenuasinya unik atau berbeda, tetapi

pada jarak hiposenter 300 km

karakteristik atenuasinya memiliki

kesamaan dengan kurva Hutton dan Boore (1987) dan Baumbach (2003). Perbedaan kelima kurva ini menunjukan bahwa formulasi empiris magnitudo lokal hanya cocok diterapkan pada wilayah setempat. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai karakter sumber radiasi dan propagasi gelombang gempa lokal dan regional untuk mendapatkan model fisis yang merujuk pada koreksi atenuasi yang kecil (Bockholt dkk, 2015)

Gambar 3 Distribusi residual magnitudo lokal beberapa formula empiris terhadap jarak hiposenter (R) dan frekuensinya, (a) Penelitian ini (NTT), (b) Kamaruddin (2015), (c) Hutton dan Boore (1987), dan (d) Bakun

(8)

Gambar 4 Kurva perbandingan fungsi koreksi jarak (-Log A0) antara wilayah penelitian dengan

beberapa penelitian sebelumnya

Gambar 5, menunjukan plot

perbedaan antara logaritma amplitudo

observasi (log Aobs) dengan logaritma

amplitudo hasil perhitungan (log Acal)

terhadap jarak hiposenter (R). Pola

penyebaran data cenderung mengumpul pada titik nol dengan rentang antara -0,6 sampai

0,5 pada jarak antara 10 – 400 km, namun ada beberapa data yang berada pada jarak antara 400 – 720 km. Pada gambar 5 dapat dilihat bahwa formula empiris ini bagus untuk digunakan pada jaraka hiposenter 10 -720 km.

(9)

IV.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, kesimpulan penelitian ini adalah :

1. Formula empiris magnitudo lokal

untuk wilayah Nusa Tenggara Timur adalah sebagai berikut:

𝑴𝑳= 𝐥𝐨𝐠 𝑨 + 𝟐, 𝟎𝟏𝟗𝟐𝒍𝒐𝒈𝑹 − 𝟎, 𝟎𝟎𝟎𝟗𝟒𝑹 − 𝟑, 𝟔𝟐𝟔𝟎

A adalah amplitudo maksimum

(nm) pada gelombang S, dan R

adalah jarak hiposenter (km) 2. Fungsi koreksi jarak (-Log A0)

wilayah Nusa Tenggara Timur adalah :

−𝑳𝒐𝒈 𝑨𝟎= 𝟐, 𝟎𝟏𝟗𝟐𝒍𝒐𝒈𝑹 − 𝟎, 𝟎𝟎𝟎𝟗𝟒𝑹 − 𝟑, 𝟔𝟐𝟔𝟎

3. Berdasarkan distribusi residual

magnitudo lokal terhadap jarak hiposenter, magnitudo lokal NTT cenderung berada pada rentang -0,6 – 0,5 dengan nilai standar deviasi 0,0208 yang lebih kecil dari

formula empiris. Hal ini

menunjukkan bahwa formula

empiris ML NTT lebih cocok diterapkan di wilayah NTT karena mewakili kondisi lokal wilayah setempat

V.

DAFTAR PUSTAKA

Alsaker, A., Kvame, L. B, Hansen, R. A., Dahle, A., dan Bungum, H., 1991, The ML scale in Norway, Bulletin of the Seismological Society of America, No 2, Vol 81, hal 379-398 Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi Nusa

Tenggara Timur., 2014, Nusa

Tenggara Timur Dalam Angka 2014, BPS Propinsi Nusa Tenggara Timur, Kupang

Bakun, W.H., dan Joyner, W.B., 1984, The ML Scale in Central California,

Bulletin of the Seismological Society of America, Vol 74, No. 5, pp 1827-1843

Baumbach, M., Bindi, D., Groser, H., Milkereit, C., Parolai, S., Wang, R., Karakisa, S., Zünbül, S., dan Zschau, J., 2003, Calibration of an ML Scale in Northwestern Turkey

from 1999 Izmit Aftershock,

Bulletin of the Seismological Society of America, Vol 93, No. 5, pp 2289-2295

Bockholt, B.M, Langston, C.A, Witchers, M.,

2015, Local Magnitude and

Anomalous Amplitude Distance Decay in the Eatern Tennessee

Seismic Zone, Seismologicla

Research Letters, Vol 86, No 3 Crotwell, H.P., Owens, T.J., dan Ritsema, J.,

1999, The TauP Toolkit: Flexible Seismic Travel-Time and Raypath Utilities, Seismological Research Letters (For Submittal), Vol 5, Januari 1999

Havskov, J., dan Ottemoller, L., 2010,

Routine Data Processing in Earthquake Seismology,

Department of Earth Science

University of Bergen, Norway Hutton, L. K., dan Boore, D. M., 1987, The

ML scale in Southern California, Bulletin of the Seismological Society of America, Vol. 77, No. 6, pp. 2074-2094

Kamarrudin, B., 2015, Penentuan Formula Empiris Magnitudo Lokal Untuk

Wilayah Maluku Utara, Skripsi,

Program Studi Geofisika, Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Tangerang Selatan Karnaen, M., 2014, Penentuan Formula

Empiris Magnitudo Lokal (ML)

pada Wilayah Sesar Lembang,

Tesis, Program Studi Sains

Kebumian, Institut Teknologi

Bandung, Bandung

Miao, Q., dan Langston, C. A., 2007, Empirical Distance Attenuation and the Local Magnitude Scale for the Central United States, Bulletin of the Seismological Society of America, Vol. 97, No. 6, pp. 2137-2151

Nguyen, L. M., Ling, Tin-Li., Wu, Yih-Min., Huang, Bor-Shouh., Chang, Chien-Hsin., Huang, Win-Gee., Le, T. S., dan Dinh, V. T., 2011, The First ML

Scale for North of Vietnam, Jurnal of Asian Earth Sciences, Vol. 40, pp. 279-286

(10)

Pandelisman, H. F., 2014, Studi Struktur

Geologi Dan Litologi

Menggunakan Metode Pemetaan

Geologi Berbasis Penginderaan

Jauh Pada Blok Kolbano, Pulau

Timor, Nusa Tenggara Timur,

Tesis, Program Studi Teknik

Geologi, Universitas Diponegoro,

Semarang

Richter, C. F., 1935, An Instrumental

Earthquake Magnitude Scale,

Bulletin of the Seismological Society of America, Vol. 25, No. 1 Saunders, I., Ottemoller, L., Brandt, B. C.

M., dan Fourie, J. S. C., 2012, Calibration of an ML scale for

South Africa using tectonic

earthquake data recorded by the

South African National

Seismograph Network: 2006 to

2009, Springer-Journal of

Gambar

Gambar 1. Peta daerah penelitian, kejadian gempabumi dan stasiun seismometer  Tabel 1
Tabel 2. Nilai parameter a,b, dan c wilayah penelitian dan wilayah lainnya
Gambar 2 Perbedaan nilai standar deviasi dari beberapa formula empiris, yaitu Bakun dan Joyner (1984),  Hutton dan Boore (1987), Baumbach dkk (2003), Kamaruddin (2015), dan penelitian ini (NTT)
Gambar  3  menunjukkan  distribusi  residual  magnitudo  lokal  terhadap  jarak  hiposenter
+2

Referensi

Dokumen terkait

- Melakukan entry data rencana studi yang sudah diisikan pada FPRS ke dalam komputer sesuai dengan jadwal dan ruang yang tercantum padaa. KETENTUAN UMUM

Terdapat perbedaan dari hasil penelitian ini dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Himaniar Triasdini (2010) yang menyatakan bahwa CAR berpengaruh

Menurut Pramudiarja, (2011) upaya pengobatan penderita diare non spesifik sebagian besar adalah dengan terapi rehidrasi atau dengan pemberian oralit untuk mengganti cairan tubuh

Materi yang disajikan sesuai dengan RPP yang ada. Guru menyampaikan materi dengan sangat komunikatif dan di sisipi dengan lelucon sehingga membuat siswa tidak terlalu kaku

Profit Margin), Ukuran Perusahaan (Firm Size), Leverage (Debt To Equity Ratio), dan Likuiditas (Cash Ratio)berpengaruh dan signifikan terhadap Kebijakan Dividen

(2) Wajib Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum adalah orang pribadi atau Badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan Retribusi diwajibkan

Setelah mendapatkan konsep rancangan mesin perajang singkong, selanjutnya dibuat gambar mesin secara detail dengan tujuan untuk mengkomunikasikan pada tahapan

Ayat dan ungkapan di atas mengindikasikan akan peran dan tanggung jawab yang begitu besar bagi para pendidik (orangtua) secara khusus, karena anak sebagai "titipan"