• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN/KOTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 3 RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN/KOTA"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH

KABUPATEN/KOTA

3.1. Strategi/Skenario Pengembangan Wilayah Kabupaten/Kota Berdasarkan Rencana Penataan Tata Ruang (RTRW) Kabupaten Sarolangun

3.1.1. Rencana Struktur Dan Pola Pemanfaatan Ruang

Rencana struktur dan pola pemanfaatan ruang merupakan rencana pengaturan, pemanfaatan, dan pengembangan sistem perwilayahan yang dijabarkan dalam bentuk pengembangan kegiatan yang meliputi pengaturan pemanfaatan ruang yang sesuai pada tiap-tiap kecamatan secara terpadu dan optimal yang dibentuk oleh pusat-pusat kegiatan secara struktural menurut hirarki pelayanan. Penyusunan rencana struktur ruang tersebut didasarkan melalui pendekatan-pendekatan berikut:

a) Mengintegrasikan semua kegiatan di setiap wilayah

b) Pemerataan pertumbuhan kegiatan di setiap wilayah, sehingga terbentuk keseimbangan perkembangan kota.

c) Penetapan fungsi kecamatan dan peranannya.

Selain itu dalam menyusun rencana struktur ruang Kabupaten Sarolangun, juga harus didasarkan pada hubungan dengan konstelasi ruang di tingkat regional (Propinsi Jambi) sehingga tidak saja tercipta suatu hubungan yang serasi baik di tingkat Kabupaten maupun di tingkat propinsi.

Di dalam hubungannya dengan struktur tata ruang regional, Kabupaten Sarolangun fungsi utama Kabupaten Sarolangun adalah sebagai kawasan perkebunan. Wilayah ini juga merupakan wilayah aksesibilitas pergerakan regional jalur barat dan timur. Sehingga pengembangan struktur tata ruang yang dituju pada akhir tahun perencanaan adalah adanya keseimbangan fungsi kota-kota di wilayah Kabupaten Sarolangun sebagai pusat pelayanan regional (regional service centre) maupun lokal. Kota dipandang sebagai pusat perekonomian/pasar mengingat terjadinya proses

(2)

distribusi produk industri, ditunjang dengan tingginya tingkat aksesibilitas yang berupa prasarana dan sarana transportasi yang menghubungkan pusat pengembangan dengan seluruh wilayah pengembangan.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka secara struktural, tata ruang wilayah Kabupaten Sarolangun dibagi kedalam 3 (tiga) sub sistem yang disebut sebagai wilayah pengembangan yang terdiri dari :

1) Sub sistem 1

Terdiri atas pusat-pusat permukiman, baik yang bersifat desa urban dan desa rural yang terletak di wilayah bagian timur Kabupaten Sarolangun, yang akan berorientasi ke kota Pauh sebagai pusat pelayanan lokal sosial dan ekonomi. Wilayah yang termasuk sub sistem 1 ini adalah Kecamatan Mandiangin, Air Hitam dan Pauh, dan desa-desa di kecamatan yang berbatasan dengannya. Wilayah Pelayanan dalam sub sistem ini disebut dengan Wilayah Pengembangan Sarolangun Utara. Fungsi utama Wilayah Pengembangan Sarolangun Utara ini diarahkan bagi pengembangan perkebunan dan tanaman keras.

2) Sub sistem 2

Terdiri atas pusat-pusat permukiman, baik yang bersifat desa urban dan desa ruralyang terletak di wilayah bagian tengah Kabupaten Sarolangun, yang akan berorientasi ke Kota Sarolangun sebagai pusat pelayanan regional sosial dan ekonomi. Wilayah yang dipengaruhi oleh sub sistem 2 ini adalah kecamatan; Sarolangun dan Pelawan Singkut serta desa-desa

di kecamatan sekitar yang berbatasan dengannya. Wilayah

Pengembangan dalam sub sistem ini disebut dengan Wilayah

Pengembangan Sarolangun Tengah.

Fungsi Utama Wilayah Pengembangan Sarolangun Tengah ini diarahkan bagi pengembangan perdagangan dan jasa.

(3)

3) Sub sistem 3

Terdiri atas pusat-pusat permukiman baik yang bersifat desa urban dan desa rural yang terletak di wilayah bagian barat Kabupaten Sarolangun, yang akan berorientasi ke kota Pekan Gedang sebagai pusat pelayanan sub-regional sosial dan ekonomi. Wilayah yang dipengaruhi oleh sub sistem 3 ini adalah kecamatan Limun dan Batang Asai dan desa-desa di kecamatan sekitar yang berbatasan dengannya. Wilayah pelayanan

dalam sub sistem ini disebut dengan Wilayah Pengembangan

Sarolangun Selatan.

Fungsi utama Wilayah Pengembangan Sarolangun Sealtan ini adalah sebagai wilayah lindung dan produksi hasil hutan, serta pengembangan pertanian tanaman pangan padi sawah.

Dari struktur tata ruang tersebut, fungsi masing-masing kecamatan pada setiap wilayah pengembangan terbagi atas hirarki pusat pelayanan sehingga keterkaitan antar wilayah maupun antar kecamatan dapat saling

mendukung satu dengan yang lainnya. Pengembangan pusat-pusat

pelayanan diatur berdasarkan hirarki kota-kota yang disusun berdasarkan penyediaan pelayanan umum. Berdasarkan wilayah pengembangan, Kabupaten Sarolangun dibagi atas Wilayah Pengembangan Utara, Wilayah Pengembangan Tengah dan Wilayah Pengembangan Selatan. Tingkatan pusat-pusat pelayanan disusun berdasarkan hirarki kota-kota.

Berdasarkan hirarki kota-kota, terbagi atas 4 tingkatan pelayanan kota yang berbeda-beda. Berikut hirarki kota-kota di Kabupaten Sarolangun: Orde 1 : Kecamatan Sarolangun

Orde 2 : Kecamatan Pelawan Singkut

Orde 3 : Kecamatan Limun, Kecamatan Pauh dan Kecamatan Bathin VIII Orde 4 : Kecamatan Mandiangin, Kecamatan Batang Asai, Kecamatan Air

Hitam

Hirarki dan fungsi Kota-kota tersebut beserta wilayah pelayanannya adalah sebagai berikut:

(4)

Tabel 3.1.

Hirarkhi dan Potensi Kota di Kabupaten Sarolangun

Kota Orde Wilayah Pelayanan Fungsi Kota

Sarolangun I  Kecamatan Sarolangun

 Sebagian desa-desa di Kecamatan Pauh

 Sebagian desa-desa di Kecamatan Limun

 Pusat Pemerintahan Kabupaten

 Pusat Pelayanan Ekonomi dan Sosial skala regional

 Simpul Transportasi

 Pengembangan Industri hasil pengolahan pertanian  Permukiman Perkotaan Pelawan Singkut II  Kecamatan Pelawan Singkut  Sebagian desa-desa di Kecamtan Limun

 Pusat Pelayanan Ekonomi Dan Sosial Skala Sub Regional

 Simpul Transportasi

 Permukiman Semi Perkotaan (Semi Urban)

Pauh III  Kecamatan Pauh

 Sebagian desa-desa di Kecamtan Mandiangin

 Pusat Pelayanan Ekonomi Dan Sosial Skala Lokal.

 Pengembangan Industri pengolahan hasil pertanian

 Permukiman Semi Perkotaan (Semi Urban)

Mandiangin IV  Kecamtan Mandiangin

 Sebagian desa-desa di Kecamatan Pauh

 Pusat Pelayanan Ekonomi Dan Sosial Skala Sub Regional

 Pengembangan Industri pengolahan hasil pertanian

 Permukiman Semi Perkotaan (Semi Urban)

Pekan Gadang

III  Kecamatan Batang Asai

 Sebagian desa-desa di Kecamtan Limun

 Sebagian desa-desa di Kecamtan Jangkat (Kab Merangin)

 Pusat Pelayanan Ekonomi Dan Sosial Skala sub regional

 Pengembangan Industri pengolahan hasil pertanian

 Permukiman Perdesaan (Rural)

 Pelayanan Transportasi Pulau Pandan IV  Kecamatan Limun  Sebagian desa-desa di Kecamatan Pelawan Singkut

 Pusat Pelayanan Ekonomi Dan Sosial Skala sub regional

 Pengembangan Industri pengolahan hasil pertanian

 Permukiman Perdesaan (Rural) Sumber: RTRW Kabupaten Sarolangun

3.1.2. Rencana Pengelolaan Kawasan Lindung

Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan. Dalam menetapkan kawasan lindung, didasarkan pada analisis berdasarkan kriteria keputusan presiden No. 32 yahun 1990 tentang pedoman pengelolaan kawasan lindung. Sebgai sumber daya alam lainnya, kawasan lindung dimaksudkan untuk kesejahteraan masyarakat, maka dalam kaitan penetapan kawasan Lindung di wilayah Kab. Sarolangun lebih dititikberatkan kepada mempertahankan, memantapkan, dan mengembangkan fungsi kawasan lindung.

(5)

Kawasan Lindung terbagi atas penggunaan lahan untuk kawasan hutan lindung, kawasan cagar alam bukit duabelas dan kawasan sempadan sungai. Untuk kawasan hutan lindung dialokasikan seluas 69.673 Ha dengan fungsi sebagai daerah tangkapan air dan perlindungan kawasan di bawahnya. Sebagian besar kawasan ini berada di Kecamatan Batang Asai dan bagian barat Kecamatan Limun yang secara fisiografis banyak memiliki daerah dengan kemiringan lereng diatas 40 %. Kawasan hutan lindung masih merupakan hutan alami yang cukup baik dan disarankan tetap dipertahankan kawasan hutannya. Untuk Kecamatan Batang Asai, sebagian besar wilayahnya tergolong sebagai arahan hutan lindung sehingga untuk meningkatkan pendapatan asli daerah dan menunjang budidaya diperlukan suatu program pembangunan dan konservasi terpadu. Program Integrated Conservation and Development Program di Taman Nasional Kerinci Seblat dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif program.

Kawasan sempadan sungai adalah kawasan di sepanjang sungai yang dipertahankan kondisinya untuk menjaga kualitas dan kuantitas sumber daya sungai yang ada dari guna lahan yang mengganggu keseimbangan lingkungan sungai. Kawasan sempadan sungai adalah kawasan yang berada dalam 100 meter kiri dan kanan sungai besar (lebar > 30 meter) dan 50 meter kiri dan kanan sungai kecil (lebar < 30 meter). Secara fisiografi kawasan sempadan sungai ini adalah juga daerah meander belt, lembah aluvial, dan dataran aluvial yang sangat cocok untuk pengembangan pertanian tanaman pangan atau lahan basah.

Kawasan taman nasional bukit dua belas juga termasuk dalam pemanfaatan lahan untuk kawasan lindung. Taman Nasional Bukit Dua Belas ini ditetapkan melalui SK Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 258/Kpts-II/2000 tanggal 23 Agustus 2000. Kawasan ini berasal dari Cagar Biosfer Bukit 12 seluas 27.300 Ha, Hutan Produksi Terbatas Serengam Hulu 20.700 Ha, sebagian Hutan Produksi Tetap Serengam Hilir 11.400 Ha, dan Areal Penggunaan Lain 1.200 Ha. Luas Area taman nasional bukit dua belas di Kabupaten Sarolangun ini adalah seluas 16.734 Ha yang berada di Kecamatan Pauh dan Kecamatan Mandiangin. Taman nasional tersebut

(6)

berfungsi untuk menjaga kelestarian flora dan fauna langka secara alami. Bahkan untuk menjaga kehidupan suku anak dalam yang biasa hidup pada daerah tersebut.

Dalam mengelola kawasan lindung, hal yang dapat dilakukan di kawasan lindung adalah:

a. Dengan tetap memperhatikan fungsi lindung kawasan yang

bersangkutan, di dalam kawasan lindung dapat dilakukan penelitian eksplorasi mineral dan air tanah, serta kegiatan lain seperti pariwisata, transportasi dan lain-lain yang berhubungan dengan pencegahan bencana alam.

b. Apabila ternyata di kawasan lindung sebagaimana dimaksud terdapat indikasi adanya deposit mineral atau air tanah, kekayaan alam lainnya yang diusahakan dinilai sangat berharga bagi negara, atau dikawasan lindung dibutuhkan bangunan atau dilewati jaringan prasarana dasar yang sangat bermanfaat bagi negara, maka kegiatan budidaya atau pengembangan bangunan atau jaringan prasarana dasar di kawasan lindung tersebut dapat diijinkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

c. Pengelolaan kegiatan budidaya sebagaimana dimaksud pada butir b diatas dilakukan dengan tetap memelihara fungsi lindung kawasan yang bersangkutan.

d. Apabila penambangan bahan galian dilakukan, penambangan bahan galian tersebut wajib melaksanakan upaya perlindungan terhadap lingkungan hidup dan melaksanakan rehabilitasi daerah, bekas penambangannya, sehingga kawasan tersebut dapat berfungsi kembali sesuai dengan UU No. 41/1999 pasal 45 ayat 2.

e. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam butir a, b, c, dan d diatas mengacu pada peraturan perundangan yang berlaku.

Adapun larangan yang harus dijalankan di dalam kawasan lindung adalah bahwa di dalam kawasan lindung dilarang melakukan kegiatan budidaya, kecuali yang tidak mengganggu fungsi lindung, di dalam kawasan suaka alam dan kawasan cagar budaya dilarang melakukan kegiatan budidaya

(7)

apapun, kecuali kegiatan yang berkaitan dengan fungsi kawasan tersebut dan tidak mengubah bentang alam, kondisi penggunaan lahan, serta ekosistem alam yang ada. Selain itu kegiatan budidaya yang sudah ada di kawasan lindung dikenakan ketentuan-ketentuan yang berlaku sesuai dengan analisis mengenai dampak lingkungan. Apabila menurut analisis mengenai dampak lingkungan kegiatan budidaya mengganggu fungsi lindung, harus dicegah perkembangannya, dan fungsi sebagai kawasan lindung dikembalikan secara bertahap.

3.1.3. Rencana Pengembangan Kawasan Hutan

Kawasan Hutan Produksi terbagi atas Hutan Produksi Terbatas, Hutan Produksi Tetap dan Hutan Produksi Konversi. kawsan hutan produksi terbatas adalah hutan yang dapat dieksploitasi dengan metoda tebang pilih dan tanam. kawasan hutan produksi tetap adalah hutan yang dapat dieksploitasi dengan metode tebang pilih atau tebang habis dan tanam. Kawasan Hutan Produksi Konversi adalah hutan yang dapat dialihgunakan.

Arahan kawasan hutan produksi meliputi 99.851 Ha atau sekitar 16,17% hutan produksi tetap dan 144.892 Ha atau sekitar 23,47% hutan produksi terbatas. Pengembangan kawasan hutan diarahkan di daerah Limun dan Batang Asai pada SPT 16, 18, 19, 23, dan 27. Adapun jenis tanaman yang diarahkan untuk dikembangkan berdasarkan kesesuaian lahannya adalah mangium, damar, puli, Kruing, Merban, Sungkai, Meranti, Mahoni, Jati, Jabon, Kaliandra, Garu, Binuang dan Tusam. Selain itu dalam mengoptimalkan hasil produksi tanaman hutan pada kawasan hutan yang ada perlu dilakukan upaya perbaikan lahan berupa penanaman menurut kontur dan pembuatan teras individu.

Selain itu perlu dilakukan pula upaya pengelolaan kawasan hutan secara baik untuk menjaga kelestarian jumlah areal hutan yang cenderung berkurang tiap tahunnya. Untuk itu maka arahan untuk pengelolaan kawasan hutan di Kabupaten Sarolangun adalah sebagai berikut:

 Penataan kembali kawasan hutan produksi/pengukuran batas dalam (enclavepenggunaan non hutan)

(8)

 Reboisasi/rehabilitasi kawasan hutan yang telah rusak.

 Pembangunan HTI serta budidaya campuran di areal yang sudah tidak berhutan dan tergolong lahan kurang produktif

 Pengendalian dan perambahan.

 Melakukan pembinaan dan pengembangan hutan rakyat.

 Pembinaan dan pengembangan ekonomi masyarakat yang berada di

sekitar kawasan hutan.

3.1.4. Rencana Pengembangan Kawasan Perkebunan

Perkebunan adalah salah satu penggunaan lahan yang paling dominan di Kabupaten Sarolangun. Oleh karena itu arah pengembangan kawasan perkebunan dilakukan di setiap kecamatan di Kabupaten Sarolangun. Kawasan perkebunan ini secara umum didominasi oleh penggunaan untuk produksi karet rakyat dan kelapa sawit yang diusahakan oleh perusahaan perkebunan. Walaupun demikian pengembangan produksi perkebunan tidak hanya dibatasi untuk kedua komoditas tersebut. Tetapi juga untuk kelapa, kopi robusta, kakao, cengkeh, vanilli, pala, nilam dan kayu manis.

Arah pengembangan kawasan perkebunan dialokasikan pada setiap kecamatan khususnya pada lahan spt 1, 9, 10, 12, 13, 15, 16, 18, 19, 23,

dan 27. Walaupun lahan tersebut sudah cukup sesuai, untuk

mengoptimalkan hasil produksi perkebunan upaya perbaikan lahan yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut :

1) Pengaturan Tata Air atau Perbaikan drainase tanah 2) Pemupukan

3) Pengapuran 4) Pembuatan Teras

Arahan dalam pemanfaaatan ruang kawasan perkebunan ialah:

 Pemanfaatan lahan untuk perkebunan besar (khususnya kelapa sawit) maksimal mencapai luasan lahan yang sudah dicadangkan (sudah diberi ijin pengarahan lokasi) serta batasan luas maksimum.

(9)

 Menyusun pembentukan sentra-sentra pengembangan kawasan perkebunan sebagai suatu kawasan agro-industri yang berintegrasi antar sistem produksi, pengolahan dan pemasaran hasil.

 Merumuskan mekanisme pengelolaan sentra pengembangan dalam

bentuk master plan dan action plan kawasan sentra pengembangan.

 Penataan lebih rinci dari semua sentra pengembangan untuk

menetapkan tapak masing-masing kegiatan yang terkait dengan kegiatan perkebunan (lahan kebun, pabrik pengolahan dan permukiman)

 Menata dan mengembangkan infrastruktur khususnya yang berkaitan dengan pengembangan pusat kawasan sentra pengembangan.

 Memberdayakan kelembagaan sosial ekonomi masyarakat/koperasi

untuk dapat menjadi investor/pengelolan setiap tapak kegiatan perkebunan baik secara swadaya maupun bermitra dengan perusahaan swasta untuk pola perkebunan besar. Sedangkan untuk perkebunan rakyat, kemitraan dapat dilakukan pada sektor pengolahan hasil dan

pemasaran. Dengan demikian keterlibatan masyarakat dalam

pembangunan berkisar antara 65-70 %

 Peningkatan kualitas dan kuantitaaas usaha tani perkebunan rakyat melalui pendekatan agribisnis.

 Menata kelancaran/kemudahan mendapatkan sarana produksi dan

modal.

3.1.5. Rencana Pengembangan Kawasan Pertanian

Rencana pengembangan kawasan pertanian terbagi atas rencana

pengembangan kawasan pertanian lahan basah dan rencana

pengembangan pertanian lahan kering. Kawasan pertanian lahan basah merupakan kawasan yang dapat dijadikan kawasan pertanian tanaman pangan khususnya padi sawah oleh karena adanya faktor air dan jenis tanah aluvium yang cocok untuk tanaman padi. Kawasan ini terbentang di sepanjang Sungai Tambesi (Kecamatan Sarolangun, Pauh, dan Mandiangin) yaitu pada spt 2, 3, dan 5 dengan cakupan area 65.938,32 ha atau sekitar

(10)

10,67% luas kabupaten. Kawasan ini berpotensi dikembangkan sebagai kawasan utama Sentra Produksi Pertanian Tanaman Pangan.

Sedangkan kawasan pertanian lahan kering merupakan kawasan yang dapat ditanami tanaman padi gogo dan tanaman palawija yang membutuhkan pengairan yang tidak terlalu besar. Komoditi tanaman pangan lahan kering yang disarankan meliputi : padi gogo, kedelai jagung, kacang tanah, ubi, kayu dan ubi jalar. Lokasi lahan yang diarahkan untuk pengembangan tanaman pangan lahan kering adalah pada setiap kecamatan khususnya pada areal spt 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14 dan 15 dengan luas 329.012,46 ha atau sekitar 53,39% dari luas kabupaten. Areal yang sesuai untuk pengembangan kawasan pertanian lahan kering ini tersebar di wilayah Kecamatan Pauh, Mandiangin, Sarolangun, Limun dan Pelawan Singkat.

3.1.6. Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman

Kawasan permukiman baik di wilayah perkotaan (urban area) maupun di wilayah perdesaan (rural area) yang akan terbentuk tidak akan terlepas dari permukiman yang ada saat ini. Akan tetapi terjadi perluasan dan atau pemadatan (in-fill) dari permukiman yang ada. Perluasan kawasan permukiman berkembang berdasarkan peningkatan jumlah kepala keluarga. Berdasarkan asumsi tersebut dapat diperkirakan bahwa kebutuhan ruang untuk kawasan permukiman mencapai sebesar 1541 Ha atau sekitar 11,51 % pada tahun 2010. Sehingga jumlah kebutuhan ruang bagi kawasan permukiman adalah seluas 13.321 Ha (2,16%). Penyebaran kawasan permukiman diarahkan pada pusat-pusat kecamatan atau di sepanjang jaringan jalan. Kawasan permukiman ini difungsikan untuk menampung kegiatan permukiman beserta fasilitasnya.

3.1.7. Rencana Sistem Transportasi Wilayah

Pengembangan sistem transportasi wilayah didasarkan pada upaya agar semua wilayah dalam Kabupaten Sarolangun memiliki aksesibilitas yang baik dan merata. Kondisi saat ini pada dasarnya hampir semua wilayah

(11)

atau pusat-pusat kecamatan sudah dapat dicapai. Masalahnya adalah kemudahan pencapaian karena faktor kondisi jalan serta keberadaan alat angkut.

Untuk ini rencana pengembangan jaringan jalan menyangkut pada peningkatan kondisi jalan yaitu :

 Peningkatan jalan Pauh-Pematang Kabau dari jalan kolektor sekunder menjadi jalan kolektor primer. Jalan ini berfungsi strategis karena merupakan jalan pengumpul utama produksi perkebunan dan produksi masyarakat lainnya di kawasan ini menuju Kota Sarolangun maupun kota lainnya di sekitar Kabupaten Sarolangun. Dengan demikian maka berdasarkan kewenangan pengelolaan, jalan ini direkomendasikan juga untuk ditingkatkan menjadi jalan propinsi. Jalan ini merupakan jalan pengumpul produksi masyarakat tidak hanya di kecamatan Pauh tapi juga termasuk kolektor untuk wilayah Kabupaten Bungo.

 Peningkatan kondisi fisik jalan hampir semua jalan menuju pusat-pusat kecamatan. Dengan jaringan jalan yang ada saat ini, semua pusat kecamatan dan hasil produksi masyarakat dapat dilayani, tetapi kondisi fisik jalan masih cukup menyulitkan untuk pencapaian ini.

 Regularisasi angkutan umum menuju pusat-pusat kecamatan. Saat ini angkutan umum yang ada tidak tersedia secara regular.

3.1.8. Rencana Sistem Prasarana Wilayah

Prasarana wilayah yang dikembangkan dalam rangka mendukung rencana struktur tata ruang wilayah adalah pengembangan prasarana air bersih, prasarana energi listrik, prasarana telekomunikasi serta pengelolaan persampahan.

1) Rencana Pengembangan Prasarana Air Bersih

Pengembangan prasarana air bersih ditujukan untuk melayani kebutuhan air bersih di wilayah perkotaan (urban area), khususnya di seluruh ibukota kecamatan (IKK), dengan sistem perpipaan atau dengan sistem hidran umum (HU). Sumber air baku berasal dari Sungai Batang Tambesi

(12)

akan dijernihkan terlebih dahulu sebelum didistribusikan ke pelanggan. Dimana tingkat higienitas airnya dalam batas layak dikonsumsi.

Pengembangan prasarana dan sarana air bersih ditujukan untuk dapat melayani minimal 70 % penduduk di wilayah Kabupaten Sarolangun. Prakiraan air bersih sampai tahun 2010 di Kabupaten Sarolangun dapat dilihat lebih rinci pada tabel berikut ini.

Tabel 3.2.

Prakiraan Kebutuhan Air Bersih di Wilayah Kabupaten Sarolangun Tahun 2010 No. Kecamatan

Proyeksi Penduduk

2010

Kebutuhan Air Bersih (m3)

Total Kebutuhan Air Bersih (m3) Domestik Non Domestik Kebocoran 1 Batang Asai 18.036 2.435 730 365 3.530 2 Limun 23.620 3.189 957 478 4.624 3 Pelawan Singkut 58.546 7.904 2.371 1.186 11.460 4 Sarolangun 35.221 4.755 1.426 713 6.894 5 Pauh 18.569 2.507 752 376 3.635 6 Mandiangin 31.390 4.238 1.271 636 6.145 7 Air Hitam 18.631 2.515 755 377 3.647 8 Bathin VIII 21.290 2.874 862 431 4.167 Jumlah 225.302 30.416 9.125 4.562 44.103

Sumber : Hasil Analisis

Asumsi : Domestik =135 lt/jiwa/hari Non domestik = 30% domestik Tingkat Kebocoran = 15 %

2) Rencana Pengembangan Prasarana Listrik

Distribusi listrik kepada konsumen dilakukan dengan menggunakan sistem grid atau sistem isolated, mengingat tersebarnya lokasi PLTD. Pengembangan energi listrik diarahkan untuk melayani konsumen di wilayah perdesaan (rural area) yang saat ini belum mendapat aliran listrik, serta penambahan kapasitas terpasang PLTD yang ada. Untuk pengembangan kelistrikan di Kabupaten Sarolangun jangka panjang, akan dipasok dari PLTA yang di bangun di Kabupaten Kerinci dengan memanfaatkan Batang Herangin. Hingga tahun 2010 kebutuhan listrik Kabupaten Sarolangun diperkirakan sebesar 114.623 KW.

Arahan pengembangan prasarana energi listrik adalah penyediaan energi listrik untuk dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga, perkantoran,

(13)

penyediaan energi listrik yang kontinyu selama 24 jam sehari; penyediaan listrik bagi konsumen di wilayah perdesaan yang belum terjangkau jaringan listrik.

Tabel 3.3.

Perkiraan Kebutuhan Daya Listrik di Wilayah Kabupaten Sarolangun Th 2010 No. Kecamatan Proyeksi Penduduk 2010 Jumlah Rumah Tangga 2010

Kebutuhan Daya Listrik (KW) Total Kebutuhan Daya (KW) Hunian Komersial Sosial Industri

1 Batang Asai 18.036 4.509 4.058 405,81 202,905 9.176 2 Limun 23.620 4.724 4.252 425,16 212,58 9.613 3 Pelawan Singkut 58.546 14.637 13.173 1317,33 658,665 29.786 4 Sarolangun 35.221 8.805 7.925 792,45 396,225 17.918 5 Pauh 18.569 4.642 4.178 417,78 208,89 9.446 6 Mandiangin 31.390 7.848 7.063 706,32 353,16 15.971 7 Air Hitam 18.631 4.658 4.192 419,22 209,61 9.479 8 Bathin VIII 21.290 5.322 4.790 478,98 239,49 10.830 Jumlah 225.302 56.326 50.693 5.069 2.535 114.623

Sumber : Hasil Analisis

Asumsi : Jumlah Anggota Keluarga dalam satu keluarga konstan. Hunian (1 RT) = 900 VA

Komersial = 10 % dari kebutuhan hunian (RT) Sosial = 5 % dari kebutuhan hunian (RT) Industri = 175,69 KVA/Ha

3) Rencana Prasarana Telepon

Pengembangan prasarana telekomunikasi ditujukan untuk melayani kebutuhan jasa telekomunikasi berupa telepon, faxsimile, telegram dan lainnya di wilayah perkotaan (urban area), khususnya di seluruh ibukota kecamatan (IKK), dengan sistem jaringan kabel atau dengan sistem Ultraphone(Wireless Local Loop), untuk wilayah yang sulit dijangkau dengan jaringan kabel.

Pengembangan prasarana telekomunikasi ditujukan untuk dapat melayani minimal 70 % penduduk di wilayah Kabupaten Sarolangun. Prakiraan kebutuhan sambungan telepon sampai tahun 2010 di Kabupaten Sarolangun sebanyak 6.759 SST.

(14)

Tabel 3.4.

Prakiraan Kebutuhan Sambungan Telepon di Wilayah Kabupaten Sarolangun Tahun 2010

No. Kecamatan Proyeksi Penduduk

2010

Total Kebutuhan Telepon (SST) 1 Batang Asai 18.036 541 2 Limun 23.620 709 3 Pelawan Singkut 58.546 1.756 4 Sarolangun 35.221 1.057 5 Pauh 18.569 557 6 Mandiangin 31.390 942 7 Air Hitam 18.631 559 8 Bathin VIII 21.290 639 Jumlah 225.302 6.759

Sumber : Hasil Analisis

4) Rencana Pengelolaan Persampahan

Secara umum rencana yang dikembangkan dalam hal pengelolaan

persampahan meliputi 5 aspek, yaitu manajemen, operasioanal,

pembiayaan, pengaturan dan peran serta masyarakat.

3.1.9. Kawasan Prioritas Pembangunan

Mengacu pada pedoman peninjauan kembali dan penyusunan RTRW Kabupaten, serta RTRW Propinsi Jambi, maka di wilayah Kabupaten Sarolangun perlu dirumuskan kawasan yang penanganannya perlu mendapat prioritas. Tipologi kawasan yang penanganannya diprioritaskan adalah; kawasan yang berpotensi tumbuh cepat, kawasan yang relative tertinggal perkembangannya, kawasan kritis dan rawan lingkungan, kawasan yang berpotensi menunjang pertumbuhan ekonomi.

Berdasarkan pertimbangan seperti dijelaskan dalam sub bab diatas, maka kawasan perlu mendapat penanganan prioritas di wilayah Kabupaten Sarolangun dideliniasi secara administrative, dengan menggunakan batas wilayah desa/kelurahan.

(15)

Tabel 3.5.

Kawasan Prioritas Penanganan di Kabupaten Sarolangun No. Kecamatan Tumbuh

Cepat Tertinggal Kritis

Penunjang Ekonomi Sektor Prioritas 1 2 3 4 5 1 Sarolangun Pasar Sarolangun, Dusun Sarolangun, Sukasari Tanjung Gagak, Teluk Kecibung, Panti, Pulau Buayo, Rantau Gedang, Pulau Lintang

Tanah Gambut

Perdagangan

2 Pauh Pauh Kasang Melintang, Pangkal Bulian, Mentawak Baru, Bukit Suban, Lubuk Jering, Semurung, Dusun Baru, Lubuk Kepayang, Pematang Kabau, Jernih

Taman Nasional Bukit Dua Belas dan daerah penyangganya

-3 Mandiangin Mandiangin Pemusiran, Lamban Sigatai, Sepintun, Simpang Gurun Tuo, Gurun Baru, Butang Baru, Kerto Pati, Rangkiling, Muara Ketalo Wilayah di sebelah timur terdapat beberapa sesar -4 Pelawan Singkut Pelawan, Pasar Singkut

Sei Gedang, Muara Danau, Bukit, Pulau Aro, Penegah, Sei Merah, Batu Putih, Pematang Kulim, Lubuk Sepuh

Tanah Gambut

UPT Singkut

5 Limun Pulau Pandan Mersip, Berkun, Maribung, Napal Melintang, Lubuk Bedorong Kawasan Hutan Limun

-6 Batang Asai Pekan Gadang Batu Empang, Sungai Keradak, Simpang Narso, Batin Pengambang, Tambak Ratu, Muara Air Dua, Rantau Panjang, Lubuk Bangkar, Pemuat, Datuk Nan Duo, Kasiro Ilir, Sei Bemban

Hutan Lindung Batang Asai

-3.2. Skenario Pengembangan Sektor/Bidang PU/Cipta Karya

Rencana Stretegis Bidang Cipta Karya secara Nasional meliputi Kebijakan Program :

1) Penanggulangan Dampak Konflik Sosial dan Bencana dalam rangka tanggap darurat dan peningkatan pelayanan infrastruktur di pulau-pulau, daerah terisolir, dan perbatasan

(16)

Tujuan : Memberikan bantuan prasarana dan sarana permukiman dalam rangka penanggulangan dampak bencana dan kerusuhan, dan peningkatan pelayanan infrastruktur kawasan perbatasan, pulau kecil, dan daerah terisolir;

Sasaran : Terfasilitasinya kegiatan penanganan pasca bencana serta

kerusuhan sosial di berbagai wilayah di Indonesia, sebanyak 22.000 unit rumah, penanganan tanggap darurat sebanyak 8.300 unit rumah, peningkatan infrastruktur kawasan perbatasan dan pulau-pulau kecil di 20 provinsi.

Program:

 Program pengembangan perumahan dengan kegiatan penanganan

pasca bencana alam dan kerusuhan social, serta penanganan tanggap darurat,

 Program Pengembangan system persampahan dan drainase dengan kegiatan pengembangan PSDPP, kawasan perbatasan dan pulau-pulau kecil di 330 kawasan perdesaan:

 Program Pengembangan Sistem Pelayanan Air Minum dan Air Limbah,

 Program Pembangunan Jalan dan Jembatan Perkotaan dengan

kegiatan pembangunan jalan dan jembatan alternative maupun pembangunan PSDPP jalan desa;

2) Mewujudkan organsiasi yang efisien, tata laksana yang efektif, SDM yang professional dengan menerapkan prinsip-prinsipgood

gorvenance.

Tujuan: Meningkatkan kapasitas penyelenggaraan pembangunan

infrastruktur serta mewujudkan institusi/organisasi yang handal dengan menerapkan prinsip-prinsipgood gorvenance.

(17)

Sasaran: Tersedianya berbagai perangkat kebijakan, pedoman, prosedur petunjuk serta bantek pemberdayaan komunitas, serta pengembangan NSPM;

Program:

 Program Pengembangan Sistem Pelayanan Air Minum dan Air Limbah dengan kegiatan penyusunan kebijakan dan NSPM.

 Program Pengembangan Sistem Persampahan dan Drainase dengan kegiatan penyusunan kebijakan dan NSPM.

 Program Pengembangan Perumahan dengan kegiatan penyusunan

kebijakan dan NSPM serta bantek pengembangan perumahan.

 Program Pengembangan Komunitas Perumahan dengan kegiatan

penyusunan kebijakan dan NSPM serta bantek pemberdayaan komunitas perumahan sebanyak 130 paket.

 Program Pengembangan Perkotaan dan Perdesaan dengan kegiatan piranti lunak peraturan perundang-undangan, peningkatan fungsi

kawasan, pengembangan perdesaan terpadu, pengembangan

perkotaan, NSPM, kebijakan, bantek, bintek pengembangan perkotaan dan perdesaan.

3) Meningkatkan Kapasitas Pemerintah Daerah, Masyarakat, dan Dunia Usaha dalam penyelenggaraan pembangunan infrastruktur

PU (capacity Building)

Tujuan: Meningkatkan kapasitas pemerintah daerah, masyarakat, dan dunia usaha dalam berbagai aspek penyelenggaraan pembangunan infrastruktur

Sasaran: Meningkatkan kelembagaan pengawasan, konstruksi dan keselematan bangunan gedung serta peningkatan kapasitas Pemerintah Daerah dan masyarakat dalam penataan lingkungan permukiman,

(18)

pembinaan kapasitas daerah, serta meningkatkan peran dunia usaha dalam pengelolaan pembangunan PS.

Program:

 Program pengembangan perumahan dengan kegiatan penguatan

kelembagaan pengawasan konstruksi dan keselamatan bangunan gedung

 Program pemberdayaan komunitas perumahan dengan kegiatan

peningkatan kapasitas pemda dan masyarakat dalam penataan lingkungan permukiman

4. Penyusunan Norma, Standar, Pedoman dan Manual (NSPM) penyelenggaraan Infrastruktur perumahan permukiman

Tujuan: Meningkatkan kelengkapan norma, standar, pedoman dan manual untuk menunjang penyelenggaraan infrastruktur dan permukiman

Sasaran: Tersedianya berbagai perangkat kebijakan, pedoman, prosedur petunjuk sebanyak 300 paket serta pengembangan SDM

Program :

 Program Pengembangan Sistem Pelayanan Air Minum dan Air Limbah dengan kegiatan penyusunan kebiajkan dan NSPM;

 Program pengembangan sistem persampahan dan drainase dengan kegiatan penyusunan kebijakan dan NSPM;

 Program pengembangan perumahan, dengan kegiatan penguatan

kelembagaan pengawasan konstruksi dan keselamatan bangunan gedung

 Program pemberdayaan komunitas perumahan dengan kegiatan

peningkatan kapasitas pemda dan masyarakat dalam penataan lingkungan permukiman

(19)

 Program Pengembangan Sistem Pelayanan Air Minum dan Air Limbah, dengan kegiatan Program Pembinaan Kapasitas Daerah, Masyarakat, dan Dunia Usaha

 Program Pengembangan Sistem Persampahan dan Drainase, dengan kegiatan Program Pembinaan Kapasitas Daerah, masyarakat, dan dunia usaha

5) Penyelenggaraan Pembangunan Infrastruktur PU dalam

mewujudkan perumahan dan permukiman yang berkelanjutan

Tujuan : Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat permukiman di perkotaan dan perdesaan terutama di kawasan kumuh;

Sasaran : Dukungan penyediaan prasarana dan sarana permukiman di kawasan lingkungan siap bangun dan penanggulangan kemiskinan perkotaan serta peningkatan kualitas permukiman kumuh

Program:

a. Dukungan pengembangan perumahan, dengan kegiatan :

 Dukungan PSD perumahan dan permukiman pada Kasiba/Lasiba

 Dukungan PSD perumahan dan permukiman pada Rusunami

 Fasilitasi pengembangan Rusunawa dan PSD Perkim

b. Program Pemberayaan Komunitas Perumahan, dengan kegiatan:

 Fasilitasi Penyediaan perumahan dan PSD Perkim yang bertumpu pada pemberdayaan masyarakat, penataan dan rehabilitasi lingkungan kumuh

 Penanggulangan Kemiskinan di perkotaan (P2KP)

6) Peningkatan Penyehatan Lingkungan Permukiman baik di perkotaan maupun di perdesaan dan peningkatan kualitas

lingkungan permukiman kumuh dan nelayan untukmenanggulangi kemiskinan

(20)

Tujuan: Meningkatkan derajad kesehatan masyarakat melalui peningkatan pelayanan air minum dan sanitasi di perkotaan dan perdesaan (kota/kab);

Sasaran: Pelayan air bersih di perkotaan dan perdesaan dan sanitasi terutama di kawasan rawan air bersih perkotaan dan perdesaan

Program:

a. Program Pengembangan Sistem Pelayan Air Minum (AM) dan Air Limbah (AL), dengan kegiatan:

 Pengembangan kapasitas air minum sebanyak 15 ribu l/dt dan dukungan PS air minum untuk kawasan rawan air

 Pengembangan sistem air limbah dan fasilitasi pengembangan sistem air limbah terpusat di kota Metropolitan/Besar serta percontohan sistem air limbah di kota sedang dan kecil

b. Pengembangan Sistem Persampahan dan Drainase, dengan kegiatan:

 Pengembangan persampahan dan Tempat Pembuangan Akhir

(TPA)

 Stimulasi pengembangan prasarana drainase untuk

penanggulangan genangan di perkotaan dan kawasan strategis

7) Pembinaan bangunan gedung dalam rangka menuju standar

keselamatan dan keamanan bangunan sesuai standar yang berlaku dan pengelolaan Gedung dan Rumah Negara

Tujuan: Meningkatkan kepedulian publik untuk menerapkan standar keselamatan dan keamanan bangunan sesuai standar yang berlaku dan pengelolaan rumah negara yang efisien;

Sasaran: Meningkatkan keselamatan dan keamanan gedung negara di 15 profinsi, peningkatan gedung dan pengelolaan rumah negara di 32 provinsi

(21)

serta tersedianya berbagai pedoman, standar keselamatan bangunan, serta petunjuk teknis keselamatan bangunan lainnya;

Program:

 Pengembangan perumahan dengan kegiatan rehabilitasi gedung negara di 15 provinsi, pembinaan gedung dan rumah negara di 32 provinsi, dan peningkatan kebun raya istana presiden;

8) Peningkatan Produktivitas fungsi kawasan perkotaan dan

revitalisasi kawasan bersejarah, pariwisata, dan kawasan lainnya yang menurun kualitasnya serta pembinaan ruang terbuka hijau.

Tujuan: Meningkatkan produktivitas kegiatan perkotaan pada

kawasan-kawasan yang mengalami penurunan kualitas lingkungan dan

insfrastrukturnya;

Sasaran : Peningkatan kualitas lingkungan dengan dukungan infrastrukturnya di kawasan bersejarah, pariwisata, dan kawasan lainnya dengan penataan dan revitaliasasi serta pembinaan ruang terbuka hijau;

Program:

 Program pengembangan sistem persampahan dan drainase dengan kegiatan penataan dan revitalisasi kawasan di kawasan strategis, potensial, kota lama yang mengalami degradasi ekonomi sosial dan budaya

 Program pemberdayaan komunitas perumahan dengan kegiatan

fasilitasi perbaikan, dan penataan kembali lingkungan permukiman tradisional dan bersejarah

9) Peningkatan pelayan infrastruktur perdesaan, kawasan agropolitan, daerah tertinggal dan dalam rangka keterkaitan

(22)

kota-Tujuan: Meningkatkan akses pergerakan di kawasan cepat berkembang, pinggiran kota (city as engines of rural development dan pengendalian urban sprawl), agropolitan dan daerah tertinggal dalam rangka keterkaitan kota-desa;

Sasaran: Tersedianya PS jalan yang memadai di kawasan yang berkembang pesat, serta rencana sistem jaringan jalan yang dapat mengarahkan perkembangan kawasan sesuai dengan tata ruang;

Program:

 Rehabilitasi dan pemeliharaan jalan dan jembatan perkotaan dengan kegiatan : Optimalisasi fungsi jaringan jalan primer perkotaan dan pemeliharaan rutin berkala ruas jaringan jalan nasional di perkotaan

 Pembangunan jalan dan jembatan perkotaan, dengan kegiatan Optimalisasi fungsi jaringan jalan primer dan pembangunan ruas jalan nasional

10) Mendorong keterlibatan swasta dalam pembangunan prasarana dan sarana air minum

Tujuan: Meningkatkan keterlibatan swasta dalam pembangunan prasarana dan sarana air minum

Sasaran: Meningkatkan keikutsertaan swasta dalam investasi pembangunan prasarana dan sarana air minum di berbagai kota;

Program:

 Pengembangan Sistem Air Minum dan Pengelolaan Air Limbah dengan kegiatan fasilitasi penyediaan air minum mendukung perumahan, penyediaan air minum di perkotaan dan perdesaaan.

Referensi

Dokumen terkait

bahwa kokohnya ketahanan pilar-pilar pembangunan dan daya saing yang tinggi baik dalam bidang ekonomi, sosial budaya, dan politik, maupun kualitas sumberdaya manusia agar

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengembangkan media pembelajaran modul elektronik animasi interaktif yang memenuhi kriteria baik dari aspek materi, bahasa Indonesia dan

Tabel 4.13 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Guru Pada Siklus 2 Pertemuan 2 ...79 Tabel 4.14 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Siswa Pada Siklus 2 Pertemuan 2...82 Tabel

Rumah sakit mengelola data dan informasi klinis serta manajerial. Terdapat regulasi tentang pengelolaan data dan informasi. Data serta informasi klinis dan manajerial

Muhammad Yamin, SH, M.S, CN, selaku ketua program studi Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, sekaligus sebagai dosen pembimbing II, yang telah memberikan

Pada PES 2013, akan lebih mudah dalam melakukan dribbling untuk melewati pemain lawan, namun lebih susah dalam melakukan umpan 1-2 jika dibandingkan PES 20121. Trik dalam

Untuk melengkapi informasi tentang antenna Shorty Dipole, Penulis pernah membuat antenna Shorty Dipole untuk Band 80 m dengan dimensi A hanya sekitar 9,25 meter

Berdasarkan hasil temuan penelitian tersebut, dapat disimpulkan jika hasil penelitian mengenai pengaruh variabel komunikasi kepemimpinan terhadap motivasi kerja