• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GIZI LEBIH PADA SISWA TAMAN KANAK – KANAK DI KECAMATAN DENPASAR BARAT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GIZI LEBIH PADA SISWA TAMAN KANAK – KANAK DI KECAMATAN DENPASAR BARAT."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GIZI

LEBIH PADA SISWA TAMAN KANAK

KANAK DI

KECAMATAN DENPASAR BARAT

I GDE MADE SWASTIKA DHARMADI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

ii

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GIZI

LEBIH PADA SISWA TAMAN KANAK

KANAK DI

KECAMATAN DENPASAR BARAT

I GDE MADE SWASTIKA DHARMADI

NIM. 1220025083

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

(3)

iii

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GIZI

LEBIH PADA SISWA TAMAN KANAK

KANAK DI

KECAMATAN DENPASAR BARAT

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

I GDE MADE SWASTIKA DHARMADI

NIM. 1220025083

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

(4)

iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah dipresentasikan dan diujikan di hadapan Tim Penguji Skripsi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Denpasar, 15 Juli 2016

Penguji II

(5)

v

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui dan diperiksa di hadapan Tim Penguji Skripsi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Denpasar, 15 Juli 2016

Pembimbing

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

rahmat Beliau, proposal penelitian yang berjudul “Faktor yang Berhubungan

dengan Kejadian Gizi Lebih pada Siswa Taman Kanak - Kanak di Kecamatan Denpasar Barat” dapat saya selesaikan tepat waktu dengan hasil yang jauh dari sempurna.

Dalam penyusunan proposal penelitian ini berbagai bantuan, petunjuk, serta saran dan masukan penulis dapatkan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. dr. I Made Ady Wirawan, MPH., Ph.D selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang memberikan bimbingan dalam penyusunan proposal ini.

2. dr. Ni Wayan Arya Utami, M.App.Bsc., Ph.D. selaku dosen pembimbing akademis yang telah meluangkan waktunya memberikan bimbingan dalam penyusunan proposal ini.

3. Seluruh dosen peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat yang telah banyak berbagi ilmu, saran, dan nasihat sejak peminatan hingga penyusunan proposal penelitian ini.

4. Teman-teman GGS Team (Gizi Kesmas 2012) yang selalu bertukar informasi bermanfaat sejak awal peminatan.

(7)

vii

6. Keluarga peneliti yang tidak henti – hentinya memberi semangat, Ir. I Wayan Sukanata, Ni Wayan Suliasih,S.E , Gek Wulan Novi Utami, S.S, M.Hum, Gede Megantara, S.Pd, Putri Dwintasari, Dwija Putra, S.T, Dede Bhaskara, S.E, Angga Tidi, Aditya Akmal.

7. Rekan yang membantu dalam penelitian Pisca, Lina, Astri, Intan Kusuma Dewi, Artika Dewi Amri, Irma Juliantari, Gek Ratna, Chaca Kusuma, Swandewi, Erma, Dode Rama, Guseka Arya, Edi Putra, Wirabuana, Darma Kusuma, serta semua teman – teman yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Denpasar, 15 Juli 2016

(8)

viii

I Gde Made Swastika Dhamadi

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GIZI LEBIH PADA SISWA TAMAN KANAK – KANAK DI KECAMATAN DENPASAR

BARAT ABSTRAK

Kejadian gizi lebih merupakan salah satu permasalahan gizi di masyarakat pada semua tahap usia terutama masyarakat di negara berkembang. Menurut beberapa penelitian peningkatan gizi lebih cenderung pada siswa TK dan berisiko mengalami gizi lebih dan obesitas pada masa dewasa. Prevalensi gizi lebih pada anak umur 3-6 tahun terus meningkat dari tahun ke tahun. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui gambaran dan faktor yang berhubungan dengan kejadian gizi lebih pada siswa TK.

Penelitian ini menggunakan rancangan cross-sectional dengan sampel penelitian berjumlah 75 siswa TK yang berada di Kecamatan Denpasar Barat yang dipilih secara cluster sampling untuk menentukan sampel TK dan dipilih secara simple

random sampling untuk menentukan sampel siswa TK. Data dikumpulkan melalui

wawancara dan dianalisis secara univariat serta bivariat.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kejadian gizi lebih pada siswa TK di Kecamatan Denpasar Barat sebesar 20%. Faktor yang secara bermakna berpengaruh terhadap kejadian gizi lebih pada siswa TK adalah faktor pola konsumsi fast food

(PR=2,98, p<0,0131), aktivitas fisik ringan (PR= 4,17, P=0,0008), pemberian ASI eksklusif (PR=0.34, p=0,0184), status gizi ibu (PR=4,61, p=0,0013), dan status ibu bekerja (PR=2,68, p=0,0356).

Perlu kerjasama dalam pencegahan gizi lebih pada siswa TK antara orang tua, sekolah, dan lingkungan banjar sehingga dapat berperan aktif dalam mencegah anak memiliki gizi lebih sejak usia dini, peneliti selanjutnya apabila ingin membuat penelitian yang serupa dengan penelitian ini, diharapkan agar dapat lebih baik dalam mengukur aktivitas fisik serta asupan gizi dari responden

.

Kata kunci: gizi lebih, siswa TK, ASI ekslusif, status gizi ibu, pola konsumsi fast food

(9)

ix

FACULTY OF MEDICINE UDAYANA UNIVERSITY PUBLIC HEALTH NUTRITION

MINI THESIS JUNE 2016

I Gde Made Swastika Dharmadi

INFLUENCE FACTORS OF PRESCHOOL CHILDREN OVERWEIGHT IN KINDERGARTEN OF WEST DENPASAR DISTRICT

ABSTRACT

Overweight case is one of nutritional problems toward society for all ages especially society in developed country. According to several researches, increasing numbers of overnutrient case tend to be experienced by preschool children and they risk becoming overweight and obese adults. Prevalence of overweight children ages 3-6 years old which is more increasing year by year. The aim of this research is to know the representation and the factors which relate with overweight preschool children case.

This research used cross-sectional analysis with 75 children as sample size who are students in west Denpasar Kindergarten; which are took in cluster sampling for determining kindergarten sample and simple random sampling for determining kindergarten sample size. The data is collected by interview method and is analysed in univariate and bivariate.

The result showed that representation of overweight kindergarten children case in west Denpasar kindergarten is 20%. Value factors which influence the overweight kindergarten children case were fast food consumption (PR=2,98; p<0,0131), light physical activities (PR= 4,17, P=0,0008), exclusive breastfeeding (PR=0.34;

p=0,0184), mother’s nutritional status (PR=4,61; p=0,0013), , mother’s working status

(PR=2,68; p=0,0356).

Collaboration of parents, school participation, and banjar environment are needed in prevention of overweight so that they can play active role in preventing children since early stage. Furthermore, if the researcher wants to do similar with this research, is expected could be better in measuring physical activities and respondents’ nutrient intake.

Keywords: overweight, kindergarten, exclusive breastfeeding, mother’s nutritional status, fast food consumption

(10)

x

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN JUDUL DENGAN SPESIFIKASI ... 3

HALAMAN PERNYATAAN UJIAN SKRIPSI ... iv

HALAMAN PERNYATAAN PERBAIKAN SKRIPSI ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Pertanyaan Penelitian ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

1.4.1 Tujuan Umum ... 5

1.4.2 Tujuan Khusus ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 6

1.5.1 Manfaat Teoritis ... 6

1.5.2 Manfaat Praktis ... 6

1.6 Ruang Lingkup Penelitian... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Status Gizi ... 7

2.2 Pengukuran Status Gizi ... 7

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Gizi Lebih ... 11

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 16

(11)

xi

3.2 Variabel Penelitian ... 16

3.2.1 Variabel Tergantung ... 18

3.2.2 Variabel Bebas ... 18

3.3 Definisi Operasional Variabel ... 19

3.4 Hipotesis Penelitian ... 22

BAB IV METODE PENELITIAN ... 23

4.1 Desain Penelitian ... 23

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian ... 23

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 23

4.3.1 Populasi Penelitian ... 23

4.3.2 Sampel Penelitian ... 23

4.3.3 Perhitungan Besar Sampel ... 24

4.3.4 Teknik Sampling ... 24

4.4 Teknik Pengumpulan Data ... 24

4.4.1 Data ... 24

4.4.2 Persiapan Pengumpulan Data ... 25

4.4.3 Cara Pengumpulan Data ... 25

4.4.4 Alat Pengumpulan Data ... 26

4.5 Pengolahan dan Teknik Analisis Data ... 26

4.5.1 Pengolahan Data ... 26

4.5.2 Teknik Analisis Data ... 27

BAB V HASIL PENELITIAN ... 29

5.1 Gambaran Lokasi Penelitian ... 29

5.2 Gambaran Karakteristik Responden Penelitian ... 29

5.3 Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Lebih ... 30

BAB VI PEMBAHASAN ... 35

6.1 Gambaran Kejadian Gizi Lebih di Kota Denpasar ... 35

6.2 Pengaruh Jenis Kelamin terhadap Kejadian Gizi Lebih pada Siswa Taman Kanak - kanak ... 35

6.3 Pengaruh Pemberian ASI Eksklusif ... 36

6.4 Pengaruh Status Gizi Ibu ... 38

6.5 Pengaruh Pola Konsumsi Fast Food... 39

(12)

xii

6.7 Pengaruh Pola Konsumsi Soft Drink... 40

6.8 Pengaruh Aktivitas Fisik ... 41

6.9 Pengaruh Sosial Ekonomi ... 41

BAB VII PENUTUP ... 44

7.1 Simpulan ... 44

7.2 Saran ... 45

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

(15)

xv

APARQ : Adolecent Physical Activity Recall Questionairs

BB : Berat Badan

Depkes : Departemen Kesehatan Dinkes : Dinas Kesehatan IMT : Indeks Masa Tubuh

IMT/U : Indeks Masa Tubuh dibandingkan Umur KEP : Kurang Energi Protein

Kepmenkes : Keputusan Kementerian Kesehatan Kemenkes : Kementerian Kesehatan

TB : Tinggi Badan

Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar

S.d : Sampai Dengan

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Penelitian

2. Lembar Persetujuan Menjadi Responden (Informed Consent)

3. Kuesioner Penelitian

4. Ethical Clearance Penelitian

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Permasalahan gizi lebih dapat terjadi pada semua tahap usia mulai dari anak - anak, remaja, hingga dewasa. Sebagian masyarakat masih berpandangan bahwa kelebihan berat pada anak bukan merupakan suatu permasalahan, padahal hal tersebut berisiko tinggi terhadap anak untuk terserang penyakit serta mengurangi rasa percaya diri pada anak (Hapisah, 2015). Ancaman terburuk untuk anak atau balita yang mengalami gizi lebih dan obesitas akan tetap mengalami gizi lebih dan obesitas pada masa dewasa yang berisiko menderita penyakit tidak menular seperti diabetes mellitus

tipe 2, dan penyakit kardiovaskular di usia lebih muda (WHO, 2012).

Kejadian gizi lebih pada kelompok usia dewasa lebih tinggi dibanding pada kelompok anak–anak, namun pada beberapa negara telah terlihat peningkatan kejadian gizi lebih yang sangat cepat terjadi pada kelompok anak - anak dibandingkan kelompok usia dewasa (Popkin et al, 2006). Bahkan WHO menyebut gizi lebih dan obesitas pada anak adalah salah satu tantangan kesehatan masyarakat paling serius di abad 21.

(18)

2

kejadian gizi lebih tersebut, gizi lebih pada anak usia prasekolah sangat perlu mendapatkan perhatian terutama pada negara berkembang. Beberapa penelitian mengungkapkan kejadian gizi lebih dan obesitas pada anak prasekolah cenderung terjadi peningkatan kejadian yang cukup besar yaitu sebesar 31% (Sartika ,2011; Yussac,2007).

Peningkatan derajat pendapatan pada negara miskin mempengaruhi perubahan diet dari makanan tradisional ke makanan barat dan menyebabkan meningkatnya obesitas (Popkin et al., 2012). Meskipun kelaparan masih menjadi masalah dari sebagian negara di Asia, namun peningkatan kejadian gizi lebih pada anak prasekolah secara dramatis juga terjadi bersamaan dengan itu. Sebesar 17,7 juta anak usia prasekolah di Asia mengalami obesitas pada tahun 2010 yang meningkat sebesar 53% sejak tahun 1990 (de Onis, 2010).

Indonesia sendiri tentu mengalami masalah yang sama terkait dengan obesitas pada anak usia prasekolah. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), prevalensi nasional anak yang mengalami obesitas mengalami peningkatan yang cukup berarti dari tahun ke tahun. Tahun 2007 sebesar 4,3%, kemudian meningkat 5,8% pada tahun 2010 dan menjadi 8,8% pada tahun 2013.

(19)

3

gizi lebih sebesar 7,6%. Pada tahun 2014 dikatakan gizi lebih pada balita perlu mendapatkan perhatian khusus.

Berdasarkan data profil kesehatan provinsi Bali 2014, prevalensi gizi lebih balita di provinsi Bali sebesar 5,5% yang lebih besar dari nasional yaitu, 4,5%. Kejadian gizi lebih akan terus meningkat seiring dengan pola hidup yang semakin tidak sehat. Pencegahan sejak usia dini perlu dilakukan agar pada fase usia selanjutnya tidak semakin memburuk.

Penelitian Suastiti pada tahun 2011 menyebutkan status gizi lebih pada anak baru masuk sekolah sebesar 26,70% lebih besar dari status gizi kurus pada anak baru sekolah yaitu sebesar 14,00%. Melihat prevalensi gizi lebih pada anak yang terus meningkat dari tahun ke tahun maka penulis tertarik untuk meneliti gambaran dan faktor yang berhubungan dengan kejadian gizi lebih pada siswa Taman Kanak – kanak. Penelitian dilakukan di Kecamatan Denpasar Barat karena jumlah Taman Kanak – kanak di kecamatan tersebut paling banyak yaitu sejumlah 81 Taman Kanak – kanak.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, adapun masalah utama yang terdapat dalam penelitian ini yaitu gambaran kejadian gizi lebih pada siswa Taman Kanak - kanak dan faktor yang mempengaruhi kejadian gizi lebih pada siswa Taman Kanak - kanak di kecamatan Denpasar Barat.

(20)

4

Pertanyaan penelitian berdasarkan rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut

1. Bagaimana gambaran kejadian gizi lebih pada siswa Taman Kanak - kanak di kecamatan Denpasar Barat?

2. Apakah jenis kelamin berhubungan dengan kejadian gizi lebih pada siswa Taman Kanak - kanak?

3. Apakah pemberian ASI ekslusif berhubungan dengan kejadian gizi lebih pada siswa Taman Kanak - kanak?

4. Apakah status gizi ibu berhubungan dengan kejadian gizi lebih pada siswa Taman Kanak - kanak?

5. Apakah pola konsumsi fast food berhubungan dengan kejadian gizi lebih pada siswa Taman Kanak - kanak?

6. Apakah pola konsumsi makanan kaleng berhubungan dengan kejadian gizi lebih pada siswa Taman Kanak - kanak?

7. Apakah pola konsumsi soft drink berhubungan dengan kejadian gizi lebih pada siswa Taman Kanak - kanak?

8. Apakah aktivitas fisik berhubungan dengan kejadian gizi lebih pada siswa Taman Kanak - kanak?

9. Apakah sosial ekonomi berhubungan dengan kejadian gizi lebih pada siswa Taman Kanak - kanak?

(21)

5

1.4.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini yaitu untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kejadian gizi lebih pada siswa Taman Kanak - kanak di Kecamatan Denpasar Barat.

1.4.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini yaitu sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui gambaran kejadian gizi lebih pada siswa Taman Kanak - kanak

2. Untuk mengetahui hubungan jenis kelamin terhadap kejadian gizi lebih pada siswa Taman Kanak - kanak

3. Untuk mengetahui hubungan pemberian ASI ekslusif terhadap kejadian gizi lebih pada siswa Taman Kanak - kanak

4. Untuk mengetahui hubungan status gizi ibu terhadap kejadian gizi lebih pada siswa Taman Kanak - kanak

5. Untuk mengetahui hubungan pola konsumsi fast food terhadap kejadian gizi lebih pada siswa Taman Kanak – kanak

6. Untuk mengetahui hubungan pola konsumsi makanan kaleng terhadap kejadian gizi lebih pada siswa taman kanak – kanak

7. Untuk mengetahui hubungan pola konsumsi soft drink terhadap kejadian gizi lebih pada siswa Taman Kanak - kanak

8. Untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik terhadap kejadian gizi lebih pada siswa Taman Kanak – kanak

(22)

6

Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmiah yang menyangkut bidang kesehatan masyarakat khususnya mengenai gambaran kejadian gizi lebih pada siswa Taman Kanak - kanak serta faktor yang mempengaruhinya. Selain itu, hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan awal bagi penelitian selanjutnya yang lebih mendalam.

1.5.2 Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis penelitian ini yaitu sebagai berikut. 1. Bagi Institusi Kesehatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan bagi dinas kesehatan atau puskesmas dalam pengembangan program penanggulangan gizi lebih pada siswa Taman Kanak - kanak, sehingga dapat menjadi pencegahan sejak dini untuk obesitas di fase usia selanjutnya.

2. Bagi Masyarakat

Sebagai sumber informasi bagi masyarakat mengenai risiko kejadian gizi lebih pada siswa Taman Kanak - kanak sehingga dapat dilakukan upaya-upaya pencegahan, agar berprilaku sehat sejak usia dini.

Ruang Lingkup Penelitian

(23)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Status Gizi

Gizi lebih adalah suatu keadaan berat badan yang lebih atau diatas normal. Anak tergolong overweight (berat badan lebih) dan risk of overweight (risiko untuk berat badan lebih) jika berat badan anak diatas normal. Hal tersebut terjadi karena akumulasi lemak yang abnormal yang disebabkan kalori berlebih dan rentan mengalami gangguan kesehatan. Penelitian menyatakan usia prasekolah cenderung terjadi peningkatan obesitas sebesar 31% (Sartika ,2011; Yussac,2007).

Dilanjutkan penelitian Freedman et al (1999) menyebutkan bahwa anak yang mengalami obesitas pada usia prasekolah akan tetap mengalami obesitas sebanyak 62,5% pada usia selanjutnya. Dampak obesitas pada usia prasekolah berlanjut sampai dewasa karena anak akan memiliki paling sedikit satu faktor risiko penyakit kardiovaskuler seperti peningkatan tekanan darah, peningkatan kolesterol dan peningkatan kadar insulin dan 15% diantaranya memiliki dua faktor risiko penyakit tersebut.

2.2 Pengukuran Status Gizi

(24)

8

Status gizi bisa didapatkan dengan melakukan pengukuran pada dimensi tubuh. Pengukuran dilakukan menggunakan parameter umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak bawah kulit (Anggraeni, 2012). Menurut standar antropometri WHO 2005 dalam Kepmenkes 2010, umur dihitung dalam bulan penuh. Contoh : umur 2 bulan 29 hari dihitung sebagai umur 2 bulan.

Berat badan merupakan parameter terpenting dalam antopometri. Berat badan digunakan untuk menggambarkan jumlah protein, lemak, air dan mineral pada tulang. Parameter tinggi badan penting untuk mengetahui gizi masa lalu dan masa sekarang jika umur tidak diketahui secara tepat. Lingkar lengan atas dapat digunakan sebagai salah satu pilihan untuk menilai status gizi. Namun parameter ini tidak bisa dijadikan sebagai pilihan tunggal untuk menilai status gizi seseorang karena tidak dapat mewakili perubahan status gizi seseorang dalam jangka pendek (Supariasa dkk, 2001). Dalam kondisi normal, pengukuran berat badan, tinggi badan dan parameter lain berbeda pelaksanaannya pada bayi, balita, remaja hingga dewasa. Pengukuran berat badan pada anak, remaja ataupun orang dewasa disesuaikan dengan alat dan cara masing –masing. Berat badan diukur menggunakan timbangan bayi, balita menggunakan timbangan dacin, remaja hingga dewasa menggunakan timbangan injak. Pengukuran tinggi badan dan parameter lain juga menyesuaikan dengan kondisi yang ada (Anggraeni, 2012).

a. Indeks Antopometri 1. BB/U

(25)

9

ataupun lebih cepat (Anggraeni, 2012). Kelebihan dari parameter ini adalah mudah diterima oleh masyarakat. Namun, parameter ini juga memiliki beberapa kekurangan diantaranya sangat sensitif terhadap perubahan, menimbulkan interpretasi status gizi yang salah jika yang diukur mengalami edema, pencatatan umur yang kurang baik misalnya di daerah pedesaan, serta kesalahan pengukuran karena gerakan anak saat penimbangan (Supariasa, dkk 2001).

2. TB/U

Tinggi badan adalah parameter yang dapat melihat status gizi sekarang dan masa lampau. Pertumbuhan tinggi badan tidak sesignifikan berat badan serta relative kurang sensitif untuk menilai masalah kekurangan gizi dalam waktu singkat (Anggraeni, 2012). Beberapa kelebihan dalam indeks TB/U ini antara lain baik untuk menilai status gizi masa lampau dan pengukurannya bisa dibuat sendiri dengan biaya yang murah. Sedangkan kelamhannya adalah kesulitan melakukan pengukuran pada anak afar bisa berdiri tegak dengan tidak banyak gerakan, selain itu pencatatan umur juga sulit didapat (Supariasa dkk, 2001).

3. BB/TB

Berat badan mempunyai hubungan yang linier dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan tinggi badan. Selain itu indeks BB/TB merupakan indeks yang independen terhadap umur (Anggraeni, 2012). Menurut Supariasa dkk tahun 2001, indeks BB/TB tidak memerlukan data umur dan bisa dijadikan proporsi badan. Namun, indeks ini tidak dapat memberikan gambaran apakah anak tersebut memiliki tinggi badan sesuai umur. Selain itu, sering terjadi kesalahan pengukuran jika dilakukan oleh tenaga non profesional.

(26)

10

Lingkar Lengan Atas (LLA) dapat memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot di lapisan bawah kulit. LLA biasanya digunakan untuk mengidentifikasi adanya malnutrisi pada anak – anak. (Anggraeni, 2012). Indeks LLA/U mempunyai beberapa keuntungan karena indeks ini merupakan indicator yang baik untuk menilai KEP berat, alat dan digunakan pun murah dan dapat dibuat sendiri. Akan tetapi LLA/U hanya dapat digunakan untuk mendeteksi KEP berat saja (Supariasa dkk, 2001) 5. IMT

Batasan berat badan orang dewasa ditentukan berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) (Anggraeni, 2012). Indeks Massa Tubuh digunakan untuk memantau status gizi orang dewasa namun tidak bisa digunakan unutk mengukur status gizi anak – anak dan remaja. Oleh karena itu anak dan remaja saat ini menggunakan indeks IMT/U. Keputusan Menteri Kesehatan tahun 2010 memmustuskan bahwa klasifikasi status gizi Balita dicabut dan dinyatakan tidak berlaku, sehingga yang digunakan adalah indeks IMT/U.

6. Tebal Lemak Bawah Kulit Menurut Umur

Tebal lemak bawah kulit merupakan salah satu parameter yang digunakan dalam pengukuran status indeks antopometri untuk mengukur status gizi. Parameter ini digunakan untuk memperkirakan jumlah lemak dalam tubuh. Pengukuran ini disebut juga dengan skinfold (Anggraeni,2012). Pengukuran lemak bawah kulit dilakukan pada beberapa bagian tubuh dan hasilnya dinayatakan dalam persen terhadap tubuh total (Supariasa dkk,2001).

(27)

11

Rasio lingkar pinggang dan pinggul adalah cara penilaian obesitas terbaik untuk mengukur risiko serangan jantung. Tujuan pengukuran ini adalah untuk mengetahui seberapa besar risikp seseorang terhadap penyakit seperti diabetes, hipertensi dan penyakit jantung (Anggraeni, 2012). Rasio lingkar pinggang dan pinggul untuk perempuan adalah 0,77 dan 0,90 untuk laki – laki. Penyakit kardiovaskular adalah penyakit yang berhubungan dengan lingkar pinggang dan pinggul (Supariasa dkk,2001).

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Gizi Lebih

Seperti paparan sebelumnya gizi lebih biasa dialami anak-anak siswa Taman Kanak - kanak yang dipengaruhi beberapa faktor baik faktor internal anak yang mengalami kelebihan gizi maupun eksternal yaitu faktor pemengaruh di luar anak tersebut misalnya faktor orang tua. Adapun faktor yang dimaksud adalah jenis kelamin anak, pemberian ASI ekslusif, status gizi ibu, pola konsumsi fastfood pada anak, pola konsumsi makanan kaleng pada anak, pola konsumsi softdrink pada anak, aktivitas fisik anak, sosial ekonomi. Faktor tersebut dijelaskan secara rinci sebagai berikut.

1. Faktor karakteristik

Karakteristik seseorang sangat mempengaruhi status gizinya. Karena terkait dengan kondisi tubuh untuk melalui proses pertumbuhan dan perkembangan. Dalam proses ini juga dipengaruhi oleh asupan gizi yang dikonsumsi. Sehingga jika kondisi karakteristik bermasalah, maka berpengaruh pada proses konsumsi gizi.

a. Jenis kelamin

Penelitian Anggraini (2008) pada Taman Kanak – Kanak di kota Bogor

(28)

12

perempuan dengan perbandingan angka laki – laki 58,7%, perempuan 38,9%. Sedangkan pernyataan lain menyebutkan perempuan lebih berkemungkinan untuk memiliki gizi lebih, karena cenderung mengalami peningkatan penyimpanan lemak, karena cenderung mengkonsumsi karbohidrat sebelum masa pubertas. Laki – laki cenderung mengkonsumsi makanan kaya protein (WHO, 2000).

b. ASI eklusif

Hasil penelitian Saputri (2013) yang dilakukan di TK IT Bina Amal dan TK Negeri Semarang menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara riwayat pemberian ASI eksklusif dengan kejadian obesitas ada anak.

Pada penelitian tersebut didapatkan kelompok obesitas sebesar 78,6% tidak ASI eksklusif dan sebesar 21,4% mendapat ASI eksklusif. sedangkan pada kelompok tidak obesitas sebesar 53,6% ASI eksklusif dan 46,4% tidak ASI eksklusif. Sehingga dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara riwayat pemberian ASI eksklusif dengan kejadian obesitas. Nilai OR (Odds Ratio) dapat diartikan bahwa anak yang tidak mendapatkan ASI eksklusif berisiko 4,23 kali lebih besar mengalami obesitas dibandingkan anak yang mendapatkan ASI eksklusif.

c. Keturunan

Penelitian di Amerika Serikat menemukan bahwa anak-anak dari orang tua normal mempunyai peluang 10% menjadi obesitas. Peluang tersebut akan meningkat menjadi 40 – 50%, bila salah satu orangtuanya menderita obesitas

(29)

13

Menurut hasil penelitian Simatupang (2008), didapatkan bahwa dari 77 siswa yang memiliki ayah obesitas terdapat 53 (54,1%) siswa yang mengalami obesitas dan 24 (24,5%) siswa yang tidak obesitas. Sedangkang dari 119 siswa yang memiliki ayah tidak obesitas, terdapat 45 (45,9%) siswa mengalami obesitas dan 74 (75,5%) siswa tidak mengalami obesitas. Uji statistik riwayat obesits ibu dan ayah sama – sama memperoleh p < 0,05 artinya ada pengaruh yang bermakna antara siswa yang memiliki ayah/ibu obesitas dengan kejadian obesitas anak.

2. Pola makan

Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran berbagai macam dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi setiap harinya oleh seseorang serta merupakan ciri khas dari kelompok masyarakat tertentu yang dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya kebiasaan, kesenangan, budaya, taraf ekonomi, dan lingkungan alam. Fungsi makanan sendiri selain untuk pertumbuhan dan pemenuhan rasa lapar juga dapat dijadikan sebagai lambing kemakmuran, ketentraman dan persahabatan. Pernyataan ini disampaiakan oleh Lie Goan Hong yang dikutip oleh Sri Kardjati, et al. (1985).

Menurut Suhardjo (1996), makanan dianggap memenuhi selera maupun tidak bukan hanya dipengaruhi oleh sosial budaya tapi juga dari sifat fisik makanan tersebut. Reaksi indera perasa pada setiap orang berbeda – beda sehingga pola makan setiap orang akan berbeda karena dipengaruhi oleh selera. Selain itu pengaruh media massa juga bisa mengubah kebiasaan makan.

(30)

14

dan obesitas. Karena alasan kesibukan biasanya masyarakat perkotaan lebih memilih mengkonsumsi makanan yang siap saji dengan alasan lebih praktis (Wahyu, 2007)

Dewasa ini anak-anak lebih banyak mengkonsumsi makanan instan, makanan cepat saji, camilan tinggi kalori dan minuman yang mengandung gula tinggi. Pola makanan yang menyebabkan kegemukan adalah pola makan yang tetap makan saat tidak lapar dan makan ketika menonton televisi, membaca dan mengerjakan pekerjaan rumah (Anonymous, 2008).

Mudahnya didapat dan diolah membuat makanan cepat saji (fast food) menjadi pilihan asupan dan berkembang menjadi kebiasaan anak-anak mengonsumsi makanan cepat saji (fast food). Menurut penelitian Muliani (2014), perilaku konsumsi makanan cepat saji (fast food) berpengaruh terhadap kejadian obesitas anak-anak Sekolah Dasar Santo Yoseph Denpasar (p=0.001, OR: 7.51).

Hasil serupa juga didapatkan dalam penelitian yang menyatakan perilaku konsumsi minuman ringan (soft drink) berpengaruh terhadap kejadian obesitas. Hasil penelitian Muliani (2014) menyatakan perilaku konsumsi minuman ringan oleh anak-anak Sekolah Dasar Santo Yoseph memengaruhi kejadian obesitas dengan hasil perhitungan (p=0.04, OR: 3.24).

3. Faktor aktivitas fisik anak

(31)

15

banyak dan bergizi sedangkan pada masa tersebut juga rentan terhadap penimbunan lemak adiposa yang memengaruhi gizi berlebih jika tidak diimbangi dengan aktivitas fisik. Dewasa ini, aktivitas anak yang cenderung pasif seperti menonton tv, duduk di depan komputer dan bermain permainan virtual berjam-jam meningkatkan resiko penimbunan lemak dan memengaruhi pertumbuhan anak dengan gizi berlebih. Menurut penelitian (Putri, 2013) nilai Physical Activity Level

(PAL) pada anak usia prasekolah (3-5 tahun) tergolong rendah karena kurangnya aktivitas fisik dan cenderung menghabiskan waktu dengan menonton tv, bermain

gadget, berjalan-jalan ke pusat perbelanjaan, berbeda dengan anak-anak prasekolah

yang mengambil kegiatan renang dan futsal yang memanfaatkan pergerakan otot dan membantu pembakaran kalori dan energi sehingga anak-anak tersebut memiliki nilai PAL tinggi.

4. Faktor sosial ekonomi

(32)

16

Jika dikatakan pendidikan saja, ketertarikan akan mengkhusus pada orang tua lulusan fakultas kedokteran, kesehatan mayarakat, atau instansi kesehatan terkait saja, tetapi jika ditambah dengan faktor pengetahuan maka semua orang tua yang memiliki keinginan untuk mengetahui informasi-informasi kesehatan khususnya tentang gizi anak maka pengetahuan tersebut bisa menjadi faktor pemengaruh status gizi anak.

Faktor pendapatan orang tua merupakan faktor di luar anak tetapi berpengaruh dalam memenuhi asupan gizi pada masa tumbuh kembang anak. Kebutuhan gizi anak salah satunya dipengaruhi asupan makanan dan minuman baik primer maupun sekunder. Kebutuhan tersebut dapat dipenuhi jika pendapatan orang tua bisa memadai. Dengan pendapatan yang memadai maka orang tua akan memfokuskan juga pada asupan anak selain terfokus pada kebutuhan rumah tangga yang memiliki porsi besar dalam pembagian pengeluaran. Dalam penelitian Febrianto (2012) menunjukkan sumbangan tingkat penghasilan orangtua adalah sebesar 42,105% dan nilai korelasi sebesar 0,649 terhadap pemenuhan kebutuhan makanan dan minuman bergizi anak yang memengaruhi status gizi anak. Penelitian tersebut mengatakan semakin tinggi penghasilan orangtua, maka semakin baik pula status gizi anak, begitu sebaliknya.

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, maka disusunlah kerangka konsep

sebagai berikut : Karakteristik

Anak :

-Jenis kelamin anak -Pemberian ASI eksklusif Orang tua :

Referensi

Dokumen terkait

Bahan baku yang digunakan pada pabrik NaOCl adalah air

Tidak menutup kemungkinan seorang pelaku akan melakukan beberapa tindak pidana, tidak hanya satu, dua atau bahkan lebih dan, seperti halnya kasus yang terdapat

Berita penetapan Anas Urbaningrum sebagai tersangka kasus dugaan korupsi hingga pengunduran diri sebagai Ketua Umum Partai Demokrat ternyata mendapat perhatian dari

GAMBAR PETA JARINGAN JALAN DAN PETA KOTA PADANGSIDIMPUAN...

fluorescens PG01, baik yang diintegr asikan dengan teknik invigor asi menggunakan matriconditioning ser buk bata mer ah atau ser buk ar ang sekam dapat dir ekomendasikan

Berdasarkan gejala klinis berupa adanya sesak, batuk, riwayat merokok, riwayat PPOK, serta pemeriksaan dapat disimpulkan bahwa pasien ini merupakan pasien dengan penyakit paru

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) apakah pencapaian hasil belajar siswa aspek kognitif yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan kontekstual lebih

Mencakup berbagai aspek: isi, metode, proses, subjek, evaluasi.. 1) Isi pendidikan moral harus komprehensif, meliputi semua permasalahan yang berkaitan dengan pilihan