• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Hijauan di Lahan Irigasi di Desa Cihideung Udik, Cibitung Tengah, dan Situ Udik, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemanfaatan Hijauan di Lahan Irigasi di Desa Cihideung Udik, Cibitung Tengah, dan Situ Udik, Kabupaten Bogor, Jawa Barat"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN HIJAUAN DI LAHAN IRIGASI DI DESA

CIHIDEUNG UDIK, CIBITUNG TENGAH, DAN SITU

UDIK, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

IKRIMATUL MAKNUN

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pemanfaatan Hijauan di Lahan Irigasi di Desa Cihideung Udik, Cibitung Tengah, dan Situ Udik, Kabupaten Bogor, Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

IKRIMATUL MAKNUN. Pemanfaatan Lahan Irigasi Sebagai Potensi Hijauan Pakan di Desa Cihideung Udik, Cibitung Tengah, dan Situ Udik, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Dibimbing oleh ASEP TATA PERMANA dan MUHAMMAD AGUS SETIANA.

Tanggul irigasi yang ditumbuhi berbagai macam vegetasi tanaman berpotensi sebagai sumber hijauan pakan, namun masih kurang dimanfaatkan oleh peternak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi seberapa besar pemanfaatan lahan irigasi untuk hijauan pakan dan pemetaan potensi hijauan lokal untuk sumber hijauan pakan di Desa Cihideung Udik, Cibitung Tengah, dan Situ Udik. Penelitian ini menggunakan metode pemetaan sistem informasi geografis, komposisi botani, analisis vegetasi, dan kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia. Hasil dari komposisi botani menunjukkan bahwa Wedelia montana var pilosa H., Brachiaria mutica (Forsk.) Stapf., dan Panicum repens L. menempati peringkat utama. Analisis vegetasi menunjukkan bahwa Wedelia montana tumbuh dominan. Kesimpulan dari pengamatan ini adalah lahan sekitar irigasi di Desa Cihideung Udik, Cibitung Tengah, dan Situ Udik mempunyai potensi hijauan yang dapat dimanfaatkan oleh peternak. Terdapat 2 hijauan pakan yang mendominasi ketiga wilayah tersebut yaitu Panicum repens L. dan Brachiaria mutica (Forsk.) Stapf..

Kata kunci: irigasi, komposisi botani, potensi hijauan pakan, sistem informasi geografis

ABSTRACT

IKRIMATUL MAKNUN. Irrigation Area Utilitazion as Forage Potential in Cihideung Udik, Cibitung Tengah, and Situ Udik Village, Bogor Regency, West Java. Supervised by ASEP TATA PERMANA and MUHAMMAD AGUS SETIANA.

Irrigation dike which overgrow with a variety of vegetation potentially as forage source, but still underutilized by farmers. The aim of this research was to evaluate how much irrigation area that is potential for forage source and mapping potential forage source at Cihideung Udik, Cibitung Tengah, and Situ Udik village. This research used geographic information system mapping, botanical composition, vegetation analysis, and capacity improvement of ruminant livestock population. The result of botanical composition showed that Wedelia montana var pilosa H., Brachiaria mutica (Forsk.) Stapf., and Panicum repens L. occupies the main peringkat. The vegetation analysis showed that Wedelia montana is the dominant plant. The conclusion of this research was irrigation area at Cihideung Udik, Cibitung Tengah, and Situ Udik village have forage potential to be used by farmers. The two forages that dominate these villages are Panicum repens L. and Brachiaria mutica (Forsk.) Stapf..

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

PEMANFAATAN HIJAUAN DI LAHAN IRIGASI DI DESA

CIHIDEUNG UDIK, CIBITUNG TENGAH, DAN SITU

UDIK, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

IKRIMATUL MAKNUN

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Pemanfaatan Hijauan di Lahan Irigasi di Desa Cihideung Udik, Cibitung Tengah, dan Situ Udik, Kabupaten Bogor, Jawa Barat Nama : Ikrimatul Maknun

NIM : D24090113

Disetujui oleh

Ir Asep Tata Permana, MSc Pembimbing I

Ir M Agus Setiana, MS Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Panca Dewi MHK, MSi Ketua Departemen

(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Agustus sampai Oktober 2013 ini ialah potensi hijauan pakan, dengan judul Pemanfaatan Hijauan di Lahan Irigasi di Desa Cihideung Udik, Cibitung Tengah, dan Situ Udik, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lahan sekitar irigasi dimanfaatkan oleh peternak sekitar sebagai sumber hijauan pakan. Ternak yang dibudidayakan di sekitar irigasi rata-rata adalah domba dan kambing.

Pembuatan karya ilmiah ini masih terdapat banyak kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu penulis masih mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ii

DAFTAR TABEL iii

DAFTAR GAMBAR iii

DAFTAR LAMPIRAN iii

PENDAHULUAN 1

METODE 2

Bahan dan Alat 2

Lokasi dan Waktu 2

Prosedur Pengamatan 2

Pemetaan Wilayah 2

Pembuatan Herbarium dan Identifikasi Hijauan Pakan 2

Pengumpulan Data 2

Analisis Data 3

Analisis Komposisi Botani Rumput Lapang 3

Analisis Vegetasi 3

Indeks Nilai Penting (INP) 3

Analisis Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Gambaran Umum Wilayah 5

Komposisi Botani di Lahan Irigasi 7

Analisis Vegetasi di Lahan Irigasi 14

Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (KPPTR) 18

SIMPULAN DAN SARAN 19

Simpulan 19

Saran 19

DAFTAR PUSTAKA 20

LAMPIRAN 22

RIWAYAT HIDUP 28

(11)

DAFTAR TABEL

1 Perhitungan Indeks nilai penting (INP) 3

2 Perhitungan analisis vegetasi 4

3 Sumber hijauan makanan ternak dan nilai konversi kesetaraan 5 4 Perhitungan daya dukung dan kapasitas peningkatan populasi ternak 5 5 Karakteristik umur, pendidikan, dan pekerjaan utama peternak 7 6 Komposisi botani di tanggul irigasi Desa Cihideung Udik 9 7 Komposisi botani di tanggul irigasi Desa Cibitung Tengah 9 8 Komposisi botani di tanggul irigasi Desa Situ Udik 11 9 INP vegetasi di tanggul irigasi Desa Cihideung Udik 15 10 INP vegetasi di tanggul irigasi Desa Cibitung Tengah 16 11 INP vegetasi di tanggul irigasi Desa Situ Udik 17 12 Indeks dominansi, keanekaragaman, kekayaan, dan kemerataan jenis 17

13 Analisis kesamaan komunitas 18

14 Hasil kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia 18 15 Potensi hijauan dan kapasitas tampung di lahan tanggul irigasi 19

DAFTAR GAMBAR

1 Subplot petak pengamatan analisis vegetasi 3

2 Kabupaten Bogor, Jawa Barat 6

3 Peta pengamatan Desa Cihideung Udik 8

4 Peta pengamatan Desa Cibitung Tengah 10

5 Peta pengamatan Desa Situ Udik 12

6 Hijauan dominan di sekitar lahan irigasi (a) Wedelia montana var pilosa H., (b) Brachiaria mutica (Forsk.) Stapf., (c) Panicum repens L. 13 7 Kondisi bendung irigasi (a) Desa Cihideung Udik, (b) Cibitung Tengah,

(c) Situ Udik 14

DAFTAR LAMPIRAN

1 Komposisi botani Desa Cihideung Udik 22

2 Komposisi botani Desa CIbitung Tengah 22

3 Komposisi botani Desa Situ Udik 23

4 Perhitungan komposisi botani 23

5 Perhitungan jumlah ternak (ST) di sekitar bendung irigasi 23

6 Konversi ternak dalam satuan ternak 24

7 Perhitungan jumlah ternak berdasarkan satuan ternak 24 8 Perhitungan potensi hijauan dan kapasitas tampung di lahan tanggul

irigasi 24

(12)

11 Uji-T potensi hijauan dan kapasitas tampung di lahan tanggul irigasi

Desa Cihideung Udik dan Cibitung Tengah 26

12 Uji-T potensi hijauan dan kapasitas tampung di lahan tanggul irigasi

Desa Cihideung Udik dan Situ Udik 27

13 Uji-T potensi hijauan dan kapasitas tampung di lahan tanggul irigasi

(13)

PENDAHULUAN

Pertanian, dalam hal ini adalah sawah, merupakan sektor vital yang membutuhkan pengelolaan sumber daya air yang baik. Akan tetapi tidak selamanya air tersedia secara melimpah terutama saat musim kemarau tiba. Pengelolaan sumber daya air diperlukan untuk menjaga ketersediaan air pertanian dengan cara membangun sarana irigasi atau pengairan. Menurut Kartasapoetra et al. (1991) kebutuhan pengairan pertanian (irigasi) harus memperhatikan debit air pada bendung dan memastikan cukup untuk disalurkan agar penyaluran air ke tanaman diatur dengan baik dan mencukupi kebutuhan air tanaman. Sistem irigasi yang diterapkan dewasa ini umumnya masih bersifat tradisional, yang meliputi pendistribusian dan penggunaan air, serta masih kurang memperhatikan keseimbangan antara jumlah air yang diberikan dengan kebutuhan air tanaman (Haryati 2011). Lahan irigasi tersebar di seluruh daerah di Indonesia tidak terkecuali di Kabupaten Bogor. Jumlah daerah irigasi di Kabupaten Bogor yaitu 603 daerah irigasi dengan total luas areal 41 261 ha. Kota Bogor sendiri memiliki jumlah daerah irigasi sebanyak 21 daerah irigasi dengan total luas areal 598 ha (PSDA 2010). Luasnya lahan irigasi yang tersedia di Kabupaten Bogor menjadi suatu potensi dalam pengembangan bidang pertanian termasuk peternakan.

Masyarakat menggunakan irigasi sebagai pendukung pada pertaniannya. Daerah di sekitar bendung irigasi yang ditumbuhi berbagai macam vegetasi memiliki potensi sebagai sumber hijauan untuk pakan ternak. Menurut Lazardo et al. (1976) proyek-proyek irigasi bertujuan untuk meningkatkan potensi sebuah negara dalam produksi pertanian dengan memanfaatkan sumber air yang baru. Hijauan di lahan sekitar bendung irigasi sering dimanfaatkan oleh para peternak setempat untuk memenuhi kebutuhan hijauan ternak. Semali et al. (1991) menyatakan apabila peternak menggembalakan ternak ruminansia di pinggir jalan atau irigasi sepanjang pagi sampai sore, budidaya tanaman pakan ternak ternyata relatif sangat mudah dan tidak memerlukan tenaga kerja yang banyak. Pemanfaatan hijauan dalam bentuk segar merupakan cara yang banyak dilakukan peternak apabila produksi hijauan mencukupi kebutuhan, terutama pada musim hujan (Rukmana 2005). Peternak memilih mengarit dari lahan tanggul irigasi dikarenakan dekat dengan kandang dan rumah. Kondisi lahan yang dapat digunakan untuk peternakan khususnya ruminansia dapat dilihat dari kombinasi kelerangan, ketinggian tempat, panjang kemarau, kesuburan tanah, genangan air, dan penggunaan lahan (Ardhani 2008). Desa Cihideung Udik, Cibitung Tengah, dan Situ Udik merupakan tiga dari beberapa desa di Kabupaten Bogor yang memanfaatkan lahan sekitar irigasi sebagai sumber hijauan pakan. Hal ini mendorong untuk penelitian lebih lanjut tentang hijauan di daerah sekitar irigasi serta pemanfaatannya untuk sumber hijauan pakan dan untuk memetakan kondisi hijauan dilakukan pemetaan wilayah. Pemetaan wilayah dilakukan menggunakan sistem informasi geografis (SIG). Prahasta (2009) menyatakan bahwa SIG mampu memberikan informasi posisi suatu objek yang ingin diketahui di permukaan bumi dan mempresentasikan dalam suatu model digital.

(14)

2

METODE

Bahan dan Alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah global positioning system (GPS), kuadran 0.5 m x 0.5 m, plot 2 m x 2 m, sabit, gunting, kantong sampel, alat tulis, timbangan, oven 60 °C, koran, kardus, tali, alkohol 70%, kertas buram, isolasi kertas, dan label. Bahan yang digunakan adalah hijauan pakan, kuisioner, responden, dan software ArcGIS 10.

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di lahan tanggul irigasi di Desa Cihideung Udik, Cibitung Tengah, dan Situ Udik, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan pada bulan Agustus sampai Oktober 2013.

Prosedur Pengamatan

Pemetaan Wilayah

Pemetaan wilayah didapatkan dengan melakukan penyusuran jalur penelitian menggunakan global positioning system (GPS). Denah lokasi desa didapatkan dari kantor desa setempat. Data geografis yang telah didapatkan kemudian diolah menggunakan software ArcGIS 10 dan menghasilkan data berupa peta potensi hijauan pakan.

Pembuatan Herbarium dan Identifikasi Hijauan Pakan

Pembuatan herbarium dilakukan dengan menggunakan metode Stone (1983) yaitu eksplorasi koleksi tumbuhan dengan bunga dan buah yang diproses untuk spesimen herbarium. Pembuatan herbarium basah yaitu dengan cara satu helai setiap jenis hijauan diambil lalu disemprotkan alkohol 70% pada seluruh bagian tanaman, kemudian tanaman ditempatkan pada kertas koran yang ditutup secara rapat dan dipadatkan menggunakan kardus, lalu diikat dengan tali. Data yang dicatat berupa nama lokal dan latin hijauan. Identifikasi hijauan pakan dilakukan dengan mengamati jenis hijauan dengan sumber pustaka untuk memperoleh nama latin hijauan.

Pengumpulan Data

(15)

3

Analisis Data

Analisis Komposisi Botani Rumput Lapang

Analisis komposisi botani yang dilakukan adalah analisis metode Dry Weight Rank menurut Mannetje dan Haydock (1963). Metode ini digunakan untuk melihat komposisi botani padang rumput atas dasar bahan kering tanpa melakukan pemotongan dan pemisahan spesies hijauan.

Bingkai kuadran yang digunakan untuk analisis ini terbuat dari kawat berukuran 0.5 m x 0.5 m. Kuadran dilemparkan secara acak sebanyak 25 kali, kemudian data semua spesies yang ada dicatat dan dilakukan perkiraan perhitungan persentase spesies yang menduduki peringkat pertama, kedua, dan ketiga dengan pengali tetapan koefisien berturut-turut, yaitu 8.04, 2.41, dan 1. Kemudian dari 25 lemparan hanya diambil dari 4 kuadran untuk dijadikan sampel yang selanjutnya dipotong menggunakan sabit lalu ditimbang dan dioven untuk dihitung produksi dan dianalisis daya tampung ternak.

Analisis Vegetasi

Metode analisis vegetasi digunakan untuk pengambilan data berupa jumlah individu tanaman dengan plot berukuran 2 m x 2 m sebanyak 5 subplot di setiap lokasi (Kusmana 1997).

Indeks Nilai Penting (INP)

Nilai INP dihitung pada tingkat tumbuhan bawah. Menurut Kusmana (1997) rumus yang digunakan dalam analisis vegetasi terdapat pada Tabel 1.

Tabel 1 Perhitungan Indeks nilai penting (INP)

Perhitungan Rumus Keterangan

K Jumlah individu suatu jenis Luas petak contoh (ha)

K = Kerapatan suatu jenis

KR Kerapatan suatu jenis

Total kerapatan seluruh jenis x 100%

KR = Kerapatan relatif

F Jumlah plot ditemukan suatu jenis Total seluruh plot

F = Frekuensi suatu jenis

FR Frekuensi suatu jenis

Total frekuensi seluruh jenis x 100%

FR = Frekuensi relatif

INP KR+FR INP = Indeks nilai penting

(16)

4

Tabel 2 Perhitungan analisis vegetasi

Perhitungan Rumus Keterangan

ID

niN

2

n

i=1

ID = Indeks dominansi jenis ni = INP jenis i N = Total indeks nilai penting (Magurran 1988)

R1 (S-1)

( ln N )

R1 = Indeks kekayaan jenis

S = Jumlah jenis yang ditemukan N = Jumlah total individu

(Magurran 1988)

E H'

ln (S )

E = Indeks kemerataan jenis H’ = Indeks

IS = Indeks kesamaan komunitas W = Jumlah jenis yang sama

antara komunitas a dan b a = Jumlah jenis yang terdapat

pada komunitas a

b = Jumlah jenis yang terdapat pada komunitas b

(Soerianegara dan Indrawan 1998)

Analisis Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia

Kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia (KPPTR) merujuk pada metode Nell dan Rollinson (1974) yang merupakan metode komparatif yang membatasi diri hanya pada sumber-sumber hijauan pakan yang tercatat luas atau ukurannya dalam laporan statistik.

(17)

5 Tabel 3 Sumber hijauan makanan ternak dan nilai konversi kesetaraan Sumber hijauan Nilai konversi kesetaraan (sumber pembaku)* Padang rumput permanen (PRP) 15 ton BK ha-1tahun-1

Sawah bera (SB) 20% luas SB setara PRP

Galengan sawah (GS) 3% luas GS setara PRP

Tegalan (TG) 1% luas TG setara PRP

Perkebunan (PK) 5% luas PK setara PRP

*Sumber: Nell dan Rollinson (1974); BK: berat kering

Tabel 4 Perhitungan daya dukung dan kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia

Perhitungan Rumus*

Daya dukung (ST) Potensi hijauan pakan (kg tahun-1)

Konsumsi ternak perhari (kg BK ST-1hari-1) x 365 hari Analisis KPPTR efektif

(ST)

Daya dukung (ST) – Populasi riil (ST)

*Sumber: Nell dan Rollinson (1974); BK: berat kering, KPPTR: kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia, ST: Satuan ternak

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Wilayah

Kabupaten Bogor terletak di antara 6°18’00” sampai 6°47’10” LS dan 106°23’45” sampai 107°13’30” BT memiliki batas wilayah yaitu, sebelah utara adalah Kabupaten Tangerang, Kabupaten dan Kota Bekasi, dan Kota Depok, sebelah timur adalah Kabupaten Karawang, sebelah selatan Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Cianjur, dan sebelah barat Kabupaten Lebak (Provinsi Banten). Kabupaten dengan luas wilayah 298 838 304 ha ini dibagi menjadi tiga wilayah yaitu Wilayah Timur, Wilayah Barat, dan Wilayah Tengah. Wilayah Barat atau yang dikenal dengan Bogor Barat terdiri dari 14 kecamatan dan 166 desa (DisKab Bogor 2012).

Desa Cihideung Udik merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Desa dengan luas wilayah 284 ha, yang terdiri dari 15 RW dan 48 RT ini memiliki batas sebelah utara dengan Desa Cihideung Ilir, sebelah timur Kecamatan Dramaga, sebelah selatan Kecamatan Tenjolaya, dan sebelah barat Desa Bojong Jengkol. Desa ini memiliki total jumlah penduduk mencapai 14 217 jiwa (Pemerintahan Desa Cihideung Udik 2013). Desa ini memiliki salah satu bendung irigasi yaitu Bendung Cihideung Ilir yang terletak di RT 01 RW 10. Bendung dengan luas areal 57 ha dan panjang saluran induk 7 km ini mengaliri 4 desa, yaitu Desa Cihideung Udik, Desa Cihideung Ilir, Desa Cibanteng, dan Desa Benteng (DBMP 2012).

(18)

6

terdiri dari 2 dusun, 5 RW, dan 26 RT ini memiliki batas sebelah utara yaitu Desa Cinangneng dan Desa Cinangka, sebelah selatan Desa Tapos II, sebelah barat Desa Situ Daun, dan sebelah timur Desa Ciampea Udik. Desa ini memiliki total jumlah penduduk 9 692 jiwa (Pemerintahan Desa Cibitung Tengah 2012). Desa ini memiliki salah satu bendung irigasi yaitu Bendung Cinangka yang terletak di RT 04 RW 01. Bendung dengan luas areal 73 ha dan panjang saluran induk 7.5 km ini mengaliri 3 desa, yaitu Desa Cibitung Tengah, Desa Tegal Waru, dan Desa Cinangka (DBMP 2012).

Desa pengamatan yang terakhir yaitu Desa Situ Udik, yang terletak di Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Desa dengan luas 370.15 ha, yang terdiri dari 3 dusun, 12 RW, dan 43 RT, memiliki batas sebelah utara yaitu Desa Situ Ilir, sebelah timur Desa Cimayang dan Desa Gunung Menyan, sebelah selatan Desa Pasarean, dan sebelah barat Desa Karacak dan Desa Karya Sari. Desa ini memiliki total jumlah penduduk 14 352 jiwa (Pemerintahan Desa Situ Udik 2012). Desa ini memiliki salah satu bendung irigasi yaitu Bendung Cigamea yang terletak di RT 02 RW 05. Bendung dengan luas areal 50 ha dan panjang saluran induk 7 km ini mengaliri 5 desa, yaitu Desa Situ Udik, Desa Situ Ilir, Desa Cemplang, Desa Suka Maju, dan Desa Gunung Galuga (DBMP 2012).

Gambar 2 Kabupaten Bogor, Jawa Barat

Bogor Bekasi

Sukabumi

Cianjur Garut Bandung

Tasikmalaya Karawang

Indramayu

Ciampea Tenjolaya Cibungbulang

Tenjo Jasinga

Sukajaya Nanggung

Cariu Cisarua Bojong

Gede Jonggol

Jawa Barat Kabupaten Bogor

(19)

7

Kondisi Umum Peternak

Peternak yang dijadikan responden adalah yang berada di sekitar bendung irigasi yaitu peternak dari RT 01 RW 10 di Desa Cihideung Udik, RT 04 RW 01 di Desa Cibitung Tengah, dan RT 02 RW 05 di Desa Situ Udik. Data yang didapatkan dari hasil wawancara terhadap responden dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Karakteristik umur, pendidikan, dan pekerjaan utama peternak Parameter Jumlah responden di desa (%)

Cihideung Udik* Cibitung Tengah** Situ Udik***

Umur

30-50 tahun 80 75 90

>50 tahun 20 25 10

Pendidikan

SD 80 100 80

SMP 20 0 20

Pekerjaan utama

Petani 100 100 80

PNS 0 0 20

*Jumlah responden: 5 orang, **jumlah responden: 4 orang, ***jumlah responden: 20 orang; SD: sekolah dasar, SMP: sekolah menegah pertama, PNS: Pegawai negeri sipil

Hasil wawancara mendapatkan bahwa umur rata-rata peternak berkisar di antara umur 30 sampai 50 tahun dan 10-25% peternak yang berumur lebih dari 50 tahun. Hal ini juga mempengaruhi produktivitas peternak dalam mencari hijauan pakan untuk ternak. Tabel 5 menunjukkan peternak lulusan SD mendominasi dengan persentase sebesar 80-100% dan hanya 0-20% yang tingkat pendidikannya hingga SMP. Hal ini menandakan rendahnya tingkat pendidikan peternak. Tabel 5 juga menyatakan 80-100% peternak bekerja sebagai petani. Hal ini menunjukkan jika mereka beternak hanya sebagai pekerjaan sampingan tidak untuk pekerjaan utama. Peternak rakyat beternak secara turun temurun. Mereka beternak hanya untuk pemeliharaan menjelang Idul Adha namun ada pula yang memelihara untuk pekerjaan sampingan namun tidak dengan jumlah ternak yang besar. Peternak yang dijadikan responden sangat memanfaatkan lahan tanggul irigasi untuk mengambil hijauan pakan untuk ternak.

Komposisi Botani di Lahan Irigasi

(20)

8

Gambar 3 Peta pengamatan Desa Cihideung Udik

36

’0

S

35

3

0”

S

6

°3

5

’0

S

6

°3

4

’0

S

6

°3

4

3

0”

S

106°41’30”E 106°42’0”E 106°42’30”E 106°43’0”E 106°43’30”E 106°44’0”E

(21)

9 Tabel 6 Komposisi botani di tanggul irigasi Desa Cihideung Udik

No Nama latin Nama lokal Golongan

hijauan % Jenis* 1 Wedelia montana var

pilosa H.

Jotang liar Rb 28.24 2 Brachiaria mutica (Forsk.)

Stapf.

Lamata R 26.25 3 Eleusine indica (L.) Gaertn. Ki pait R 20.26 4 Nephrolepis exaltata var

bostoniensis (L.) Schott.

*Berdasarkan perhitungan metode Dry Weight Rank (Mannetje dan Haydock 1963); R: rumputan, Rb: rumbah, K: kacangan

Tabel 6 menunjukkan terdapat 11 jenis hijauan yang terdapat di Bendung Cihideung Ilir, Desa Cihideung Udik, yang terdiri dari 4 rumput, 6 rumbah, dan 1 kacangan. Peringkat pertama terdapat Wedelia montana var pilosa H. sebanyak 28.24%, peringkat kedua terdapat Brachiaria mutica (Forsk.) Stapf. sebanyak 26.25%, dan peringkat ketiga terdapat Eleusine indica (L.) Gaertn. sebanyak 20.26%.

Tabel 7 Komposisi botani di tanggul irigasi Desa Cibitung Tengah

No Nama latin Nama lokal Golongan

hijauan % Jenis* 1 Brachiaria mutica (Forsk.)

Stapf.

Lamata R 26.55 2 Panicum repens L. Jajahean R 24.39 3 Eleusine indica (L.) Gaertn. Ki pait R 17.97 4 Nephrolepis exaltata var

bostoniensis (L.) Schott.

Pakis Rb 14.27 5 Wedelia montana var pilosa H. Jotang liar Rb 9.33 6 Axonopus compressus (Swartz.)

Beauv.

Lelempeng R 6.17 7 Ludwigia perennis L. Momotoran Rb 0.93 8 Mimosa pudica L. Putri malu K 0.38

(22)

10

Gambar 4 Peta pengamatan Desa Cibitung Tengah

6

°3

7

3

0”

S

6

°3

7

’0

S

36

3

0”

S

106°42’30”E

106°42’0”E

106°41’30”E

106°41’0”E

106°42’30”E

106°42’0”E

106°41’30”E

(23)

11 Jenis hijauan yang terdapat di Bendung Cinangka, Desa Cibitung Tengah yaitu terdiri dari 4 rumput, 3 rumbah, dan 1 kacangan dengan peringkat pertama yaitu Brachiaria mutica (Forsk.) Stapf. sebanyak 26.55%, peringkat kedua terdapat Panicum repens L. sebanyak 24.39%, dan peringkat ketiga terdapat Eleusine indica (L.) Gaertn. sebanyak 17.97%. Pada desa Cihideung Udik dan Cibitung Tengah terdapat rumput lelempeng atau Axonopus compressus (Swartz.) Beauv. yang merupakan jenis rumput lapang. Menurut Hasan (2012) rumput yang terkenal dengan rumput karpet ini mempunyai palatabilitas rendah untuk ternak ruminansia besar namun sangat disenangi oleh ternak ruminasia kecil.

Tabel 8 Komposisi botani di tanggul irigasi Desa Situ Udik

No Nama latin Nama lokal Golongan

hijauan % Jenis* 1 Wedelia montana var pilosa H. Jotang liar Rb 36.22 2 Brachiaria mutica (Forsk.)

Stapf. 10 Nephrolepis exaltata var

bostoniensis (L.) Schott.

Pakis Rb 0.92 11 Bidens vulgata E. Greene. Susuukan Rb 0.38

*Berdasarkan perhitungan metode Dry Weight Rank (Mannetje dan Haydock 1963); R: rumputan, Rb: rumbah, K: kacangan

Tabel 8 menunjukkan bahwa di Bendung Cigamea, Desa Situ Udik terdapat 11 jenis hijauan diantaranya 3 rumput, 7 rumbah, dan 1 kacangan. Peringkat pertama terdapat Wedelia montana var pilosa H. sebanyak 36.22%, peringkat kedua terdapat Brachiaria mutica (Forsk.) Stapf. sebanyak 21.54%, dan peringkat ketiga terdapat Panicum repens L. sebanyak 12.53%.

(24)

12

Gambar 5 Peta pengamatan Desa Situ Udik

6

°3

7

3

0”

S

106°39’30”E

6

°3

7

’0

S

6

°3

6

3

0”

S

106°39’0”E

106°38’30”E

106°38’0”E

106°39’30”E

106°39’0”E

106°38’30”E

(25)

13 Menurut Traverner (2009) Panicum repens L. merupakan rumput yang biasa digunakan untuk menutupi tanah lempeng atau kering di Amerika Serikat. Tumbuhan ini dapat tumbuh dan tahan pada tanah yang kurang mengandung nitrogen.

Gambar 6 Hijauan dominan di sekitar lahan irigasi (a) Wedelia montana var pilosa H., (b) Brachiaria mutica (Forsk.) Stapf., (c) Panicum repens L. Peternak sekitar sering memanfaatkan daerah tanggul irigasi untuk mencari hijauan pakan. Pengaritan yang dilakukan peternak tidak melihat jenis tanaman yang diambil, hanya sekedar mengarit untuk mendapat hijauan. Menurut Hasan (2012) hijauan pakan merupakan semua jenis tanaman hijau yang dapat dikonsumsi oleh ternak ruminansia, tidak meracuni tubuh ternak, dan zat gizinya dapat memenuhi kebutuhan hidup ternak. Jenis hijauan yang terdapat di lokasi pengamatan yaitu rumput, rumbah, dan kacangan. Rumput merupakan jenis tanaman yang bijinya hanya memiliki satu keping karena embrionya memiliki satu kotiledon (Hasan 2012). Rumbah merupakan tanaman hijauan selain rumput dan kacangan. Rumput yang digunakan oleh peternak sebagai hijauan pakan di kandang yaitu Brachiaria mutica (Forsk.) Stapf., Pennisetum purpureum Schumaker., Eleusine indica (L.) Gaertn., dan Panicum repens L.. Menurut Tetteh (1974) kambing dan domba lebih menyukai Cenchrus ciliaris L., Eleusine indica (L.) Gaertn., dan Axonopus compressus (Swartz.) Beauv. dibandingkan dengan sapi. Nilai dari komposisi botani yang menempati peringkat pertama bisa menunjukkan bahwa hijauan tersebut tidak dimanfaatkan oleh peternak sebagai hijaun pakan, sehingga mendominasi wilayah lahan irigasi dan hijauan yang dimanfaatkan peternak sedikit bahkan sudah tidak terdapat lagi di lahan sehingga tidak teridentifikasi. Sehingga lahan irigasi tidak termanfaatkan secara penuh oleh peternak, karena dari total jenis hijauan yang ada, yang dimanfaatkan oleh peternak hanya 4 jenis hijauan.

Peternak biasa mengarit sekali dalam sehari yaitu ketika siang hari setelah mereka menyelesaikan pekerjaannya di sawah. Hasil aritan dimanfaatkan untuk pakan ternak saat sore hari dan keesokkan paginya. Jika peternak mulai kekurangan hijauan di tanggul irigasi, peternak beralih ke sisisaluran induk dan sawah sekitar bendung irigasi. Terdapat satu jenis tanaman kacangan yaitu Mimosa pudica L. Atau putri malu yang termasuk dalam famili Fabacceae. Menurut Hasan (2012) kacangan adalah hijauan yang memiliki biji berkeping dua, mengandung protein yang lebih tinggi dibandingkan Gramineae. Putri malu

(26)

14

merupakan gulma untuk tanaman hijauan pakan. Tanaman gulma akan menghambat pertumbuhan hijauan pakan utama karena gulma akan mengambil beberapa nutrisi yang dibutuhkan oleh hijauan pakan. Sehingga kualitas dari hijauan pakan akan berkurang (Hasan 2012).

Peternak di ketiga desa ini memiliki tipe pemeliharaan yang sama, yaitu memelihara untuk dijual kembali pada saat Idul Adha atau musim kurban. Saat musim pemeliharaan, peternak bisa 2 sampai 3 kali mengambil hijauan di lahan untuk tetap memenuhi kebutuhan pakan ternaknya.

Analisis Vegetasi di Lahan Irigasi

Analisis vegetasi dilakukan di salah satu sisi saluran induk irigasi dengan panjang yang berbeda-beda. Soerianegara dan Indrawan (1998) menyatakan bahwa analisis vegetasi adalah suatu metode untuk mempelajari susunan dan bentuk vegetasi tumbuh-tumbuhan. Analisis vegetasi di saluran irigasi dilakukan secara sistematis dengan jarak yang berbeda setiap desanya disesuaikan pada panjang saluran irigasi yang dapat dilalui. Analisis vegetasi dinilai dengan sebuah indeks yang dikenal dengan indeks nilai penting (INP). INP didapatkan dari penjumlahan kerapatan relatif (KR) dan frekuensi relatif (FR). Indriyanto (2006) mengatakan bahwa kerapatan adalah suatu jumlah individu organisme per satuan ruang. Sedangkan frekuensi dipergunakan untuk menyatakan proporsi antara jumlah sampel yang berisi suatu spesies terhadap jumlah total sampel. Indriyanto (2006) menerangkan pula bahwa spesies-spesies yang dominan dalam suatu komunitas tumbuhan akan memiliki INP yang tinggi, sehingga spesies yang paling dominan tentu memiliki nilai INP yang paling besar.

Gambar 7 Kondisi bendung irigasi (a) Desa Cihideung Udik, (b) Cibitung Tengah, (c) Situ Udik

(a) (b)

(27)

15 Bendung Cihideung Ilir di Desa Cihideung Udik dan Bendung Cigamea di Desa Situ Udik memiliki arus yang deras walaupun pada saat musim kemarau, sedangkan Bendung Cinangka di Desa Cibitung Tengah memiliki arus yang sangat kecil. Terlihat pada Gambar 7(b) bahwa Bendung Cinangka mengalami kekeringan disaat musim kemarau tiba berbeda dengan kedua bendung lainnya yang tetap deras aliran airnya walaupun pada saat musim kemarau. Ketinggian dari lokasi pengamatan pada Desa Cihideung Udik, Cibitung Tengah, dan Situ Udik berturut-turut adalah 231 mdpl, 397 mdpl, dan 355 mdpl.

Tabel 9 INP vegetasi di tanggul irigasi Desa Cihideung Udik

No Nama latin Nama lokal Golongan

*Berdasarkan perhitungan INP (Kusmana 1997); FR: frekuensi relatif, INP: indeks nilai penting, KR: kerapatan relatif, R: rumputan, Rb: rumbah, K: kacangan

Bendung Cihideung Ilir mempunyai saluran induk yang dapat dijangkau sepanjang 200 m sehingga jarak antar petak pengamatan sejauh 40 m. Panjang saluran irigasi yang dapat ditempuh di bendung ini merupakan saluran irigasi yang terpanjang. Berdasarkan hasil analisis didapatkan jenis hijauan yang dominan di bendung ini adalah Panicum repens L. dengan nilai INP sebesar 34.07% sedangkan kodominannya adalah Wedelia montana var pilosa H. dengan nilai 32.16%.

(28)

16

mempengaruhi jumlah jenis hijauan yang ada. Hijauan yang dominan di bendung ini adalah Wedelia montana var pilosa H. dan kodominannya adalah Pennisetum pupureum Schumaker. dengan masing-masing nilai INP yaitu 49.26% dan 46.99%.

Tabel 10 INP vegetasi di tanggul irigasi Desa Cibitung Tengah

No Nama latin Nama lokal Golongan

*Berdasarkan perhitungan INP (Kusmana 1997); FR: frekuensi relatif, INP: indeks nilai penting, KR: kerapatan relatif, R: rumputan, Rb: rumbah, K: kacangan

Panjang saluran induk irigasi di Bendung Cigamea yaitu 125 m sehingga jarak antar petak pengamatan yaitu 25 m. Berdasarkan analisis (Tabel 11), jenis hijauan yang dominan di bendung ini adalah Wedelia montana var pilosa H. dengan nilai INP sebesar 85.10% dan dengan kodominan yaitu Brachiaria mutica (Forsk.) Stapf. dengan nilai 27.68%. Brachiaria mutica (Forsk.) Stapf. merupakan salah satu hijauan yang digunakan untuk memberi makan ternak yang dipelihara secara intensif selain Pennisetum purpureum Schumaker., Panicum maximum Jacq., dan Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit. (Fukumoto et al. 2001).

(29)

17 Tabel 11 INP vegetasi di tanggul irigasi Desa Situ Udik

No Nama latin Nama lokal Golongan

*Berdasarkan perhitungan INP (Kusmana 1997); FR: frekuensi relatif, INP: indeks nilai penting, KR: kerapatan relatif, R: rumputan, Rb: rumbah, K: kacangan

Berdasarkan hasil pengamatan nilai indeks keanekaragaman jenis (H’) di tanggul irigasi Desa Cihideung Udik dan Cibitung Tengah sebesar 2.39 dan 2.13 menunjukkan bahwa keanekaragaman jenis di desa tersebut masuk dalam kisaran nilai sedang. Sedangkan di tanggul irigasi Desa Situ Udik dengan nilai 1.93 berada dalam nilai rendah. Menurut Magurran (1988) nilai H’ dinyatakan rendah jika H’<2.0, sedang jika H’ di antara 2.0 dan 3.0, dan tinggi jika H’>3.0. Suatu komunitas dikatakan memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi jika komunitas disusun oleh banyak spesies (Indriyanto 2006).

Tabel 12 Indeks dominansi, keanekaragaman, kekayaan, dan kemerataan jenis*

Tanggul irigasi di desa ID H’ R1 E

Cihideung Udik 0.11 2.39 2.20 0.91

Cibitung Tengah 0.15 2.13 1.71 0.89

Situ Udik 0.22 1.93 1.52 0.80

*Berdasarkan perhitungan dengan metode Magurran (1988); E: indeks kemerataan jenis, H’: indeks keanekaragaman jenis, ID: indeks dominansi jenis, R1: indeks kekayaan jenis

Nilai indeks kekayaan jenis (R1) tertinggi terdapat pada tanggul irigasi Desa

Cihideung Udik sebesar 2.20. Namun pada ketiga wilayah tersebut nilai kekayaan jenis tergolong rendah karena menurut Magurran (1988) R1<3.5 dinyatakan

rendah, sedang jika R1 di antara 3.5 dan 5.0, dan tinggi jika R1>5.0. Ketiga desa

(30)

18

E<0.3, E di antara 0.3 dan 0.6 dinyatakan sedang, dan tinggi jika E>0.6 (Magurran 1988).

Tabel 13 Analisis kesamaan komunitas

Tanggul irigasi di desa yang dibandingkan IS (%)*

Cihideung Udik dan Cibitung Tengah 56.00

Cihideung Udik dan Situ Udik 32.00

Cibitung Tengah dan Situ Udik 36.36

*Berdasarkan perhitungan dengan metode Soerianegara dan Indrawan (1998); IS: indeks kesamaan komunitas

Indeks kesamaan (IS) digunakan untuk mengetahui tingkat kesamaan antara beberapa tegakan, unit sampling, atau komunitas. Besar kecilnya IS menggambarkan tingkat kesamaan komposisi spesies dan struktur dari dua komunitas (Indriyanto 2006), dalam hal ini adalah komposisi spesies antara dua tanggul irigasi di dua desa. Berdasarkan hasil pengamatan nilai IS dari tiga lokasi tersebut membuktikan bahwa terdapat perbedaan vegetasi yang cukup tinggi dari setiap wilayah yang dibandingkan, karena menurut Istomo dan Kusmana (1997) nilai IS menunjukkan perbedaan vegetasi kedua tempat jika IS<75%. Soerianegara dan Indrawan (1998) mengatakan nilai IS yang mendekati 100% menunjukkan tingkat kesamaan vegetasi yang tinggi di antara dua komunitas.

Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (KPPTR)

Kapasitas peningkatan populasi ternak (KPPTR) dilakukan untuk melihat potensi suatu wilayah dalam menampung ternak dari segi kemampuan lahan. Menurut Ardhani (2008) daya dukung wilayah merupakan kemampuan suatu wilayah untuk menampung sejumlah populasi ternak secara optimal dan bersifat spesifik antar agroekosistem.

Tabel 14 Hasil kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia Desa Daya dukung (ST)* Jumlah ternak

(ST)*

KPPTR efektif (ST)*

Cihideung Udik 42.14 47.77 -5.63

Cibitung Tengah 22.08 38.80 -16.72

Situ Udik 51.85 630.90 -579.05

*Berdasarkan perhitungan dengan metode Nell dan Rollinson (1974); ST: satuan ternak, KPPTR: kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia

(31)

19 merupakan kawasan usaha peternakan (KUNAK) sapi perah di Kabupaten Bogor. Kekurangan hijauan mengharuskan peternak memperoleh hijauan dari luar desa.

Tabel 15 Potensi hijauan dan kapasitas tampung di lahan tanggul irigasi*

Tanggul

*Berdasarkan perhitungan dari data primer, **angka-angka pada kolom yang sama diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (Uji-T); BK: bahan kering, ST: Satuan ternak

Data yang disajikan pada Tabel 15 menunjukkan bahwa tanggul dan saluran induk irigasi di Desa Cihideung Udik mampu menampung ternak sebanyak 0.98 ST, di Cibitung Tengah sebanyak 0.61 ST, dan di Situ Udik mampu menampung ternak sebanyak 0.53 ST. Ternak yang berada di sekitar tanggul irigasi di Desa Cihideung Udik sebanyak 1.28 ST, di Cibitung Tengah sebanyak 2.79 ST, dan di Situ Udik sebanyak 3.26 ST. Hal ini menunjukkan bahwa hijauan yang dihasilkan dari tanggul irigasi belum mampu mencukupi kebutuhan hijauan ternak, sehingga peternak perlu mengarit hijauan dari tempat lain.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Lahan sekitar irigasi di Desa Cihideung Udik, Cibitung Tengah, dan Situ Udik mempunyai keanekaragaman vegetasi sedang sehingga dapat dijadikan potensi hijauan dengan pemanfaatan sedang yang dapat dimanfaatkan oleh ternak kambing dan domba. Terdapat 2 hijauan pakan yang mendominasi ketiga wilayah tersebut yaitu Panicum repens L. dan Brachiaria mutica (Forsk.) Stapf..

Saran

(32)

20

DAFTAR PUSTAKA

Ardhani F. 2008. Wilayah potensial untuk penyebaran dan pengembangan peternakan di Kabupaten Bulungan. Provinsi Kalimantan Timur. EPP. Vol 5 No 1. 36-43.

[DBMP] Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Bogor. 2012. Daftar inventaris daerah irigasi Kabupaten Bogor 2011. Bogor (ID): Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Bogor.

[DisKab Bogor] Dinas Kabupaten Bogor. 2012. Profil wilayah Kabupaten Bogor 2011. Bogor (ID): Dinas Kabupaten Bogor.

Fukumoto GK, Smith BJ, DuPonte MW. 2001. Parasite control options for cattle in Hawai. CTAHR. 61-65.

Haryati U. 2011. Irigasi suplemen dan strategi implementasinya pada pertanian lahan kering. Agroinovasi. Badan Litbang Pertanian. Edisi 6-12 Juli (3413):2-11.

Hasan S. 2012. Hijauan Pakan Tropik. Bogor (ID): IPB Pr. Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta (ID): Bumi Aksara.

Istomo, Kusmana C. 1997. Penuntun Praktikum Ekologi Hutan. Bogor (ID): IPB Pr.

Kusmana C. 1997. Metode Survey Vegetasi. Bogor (ID): IPB Pr.

Kartasapoetra AG, Sutedjo MM, Pollein E. 1991. Teknologi Pengairan Pertanian (Irigasi). Jakarta (ID): Bumi Aksara.

Lazardo RC, Taylor DC, Wickham TH. 1976. Irrigation policy an management issues: an impretive seminar summary. Di dalam: Donald C Taylor dan Thomas H Wickham. editor. Irrigation Policy and The Management Of Irrigation Systems In Southeas Asia. Bangkok (TH): Agricultural Development Council.

Magurran AE. 1988. Ecological Diversity and Its Measurenment. Princeton NJ (US): Princeton Univ Pr.

Mannetje L, Haydock KP. 1963. The dry weight rank method for the botanical analysis of pasture. J British Grassland Soc. 18(4):268-275.

Nell AJ, Rollinson DHL. 1974. The Requirement and Availability of Livestock Feed in Indonesia. Jakarta (ID).

Nomani I, Mazumder A, Chakraborthy GS. 2013. Wedelia cinensis (Asteraceae) an overview of a potent medicinal herb international. J Pharm Res. 5(3):957-964.

Orchard AE. 2013. The Wollastonia/Melanthera/Wedelia generic complex (Asteraceae: Ecliptinae). with particular reference to Australia and Malesia. Nuytsia. 23:337-466.

Pemerintahan Desa Cibitung Tengah. 2012. Profil dan monografi Desa Cibitung Tengah 2012. Bogor (ID): Kantor Pemerintahan Desa Cibitung Tengah.

Pemerintahan Desa Cihideung Udik. 2013. Profil dan monografi Desa Cihideung Udik 2013. Bogor (ID): Kantor Pemerintahan Desa Cihideung Udik.

Pemerintahan Desa Situ Udik. 2012. Profil dan monografi Desa Situ Udik 2012. Bogor (ID): Kantor Pemerintahan Desa Situ Udik.

(33)

21 [PSDA] Pusat Sumber Daya Air Jawa Barat. 2010. Rekapitulasi daerah irigasi

Jawa Barat. Bogor (ID).

Rukmana HR. 2005. Budi Daya Rumput Unggul Hijauan Makanan Ternak. Yogyakarta (ID): Kanisius.

Semali A, Setiadi B, Togartorop MH. 1991. Prospek pengembangan hijauan pakan ternak di lahan pasang surut dan rawa. WARTAZOA. 2(1-2):11-14. Soerianegara I, Indrawan A. 1998. Ekologi Hutan Indonesia. Bogor (ID): IPB Pr. Stone BC. 1983. A guide to collecting Pandanceae (Pandanus, Freycinetia,

Sararanga). Ann Missouri Bot Gard. 70:137-140.

Tetteh A. 1974. Preliminary observation on preference of herbage species by cattle, sheep, and goats grazing on range on the Achimota Experimental Farm. Ghana J. Agric Sci. 7:191-194.

(34)

22

Lampiran 1 Komposisi botani Desa Cihideung Udik

No Jenis hijauan Peringkat Konversi Jumlah %

Lampiran 2 Komposisi botani Desa CIbitung Tengah

(35)

23 Lampiran 3 Komposisi botani Desa Situ Udik

No Jenis hijauan Peringkat Konversi Jumlah % Lampiran 4 Perhitungan komposisi botani

Perhitungan :

a. Konversi peringkat 1 = peringkat 1 x 8.04 b. Konversi peringkat 2 = peringkat 2 x 2.41 c. Konversi peringkat 3 = peringkat 3 x 1

d. Jumlah = konversi peringkat 1 + konversi peringkat 2 + konversi peringkat 3

e. % Jenis = jumlah Jenis hijauan

total jumlah jenis hijauan

x 100%

Lampiran 5 Perhitungan jumlah ternak (ST) di sekitar bendung irigasi

Desa Jenis

(36)

24

Lampiran 6 Konversi ternak dalam satuan ternak

A: anak, D: dewasa, M: muda, ST: satuan ternak

Lampiran 7 Perhitungan jumlah ternak berdasarkan satuan ternak Perhitungan :

Jumlah ternak (ST) =a (dewasa/

muda/anak)

100 x jumlah ternak (ekor) x b

Lampiran 8 Perhitungan potensi hijauan dan kapasitas tampung di lahan tanggul irigasi

Perhitungan :

a. Produksi hijauan (kg ha-1) = rataan berat kering g m-3 ×10 000 1000

b. Produksi hijauan tersedia (kg ha-1 tahun-1)

= produksi hijauan (kg ha-1) x 0.5

c. Luas saluran induk (m2) = panjang saluran (m) x lebar saluran (m) d. Luas lahan potensial di tanggul

(ha)

= panjang sisi tanggul (ha) x lebar sisi tanggul (ha)

e. Total produksi hijauan (kg tahun-1)

= luas lahan potensial (ha) x produksi hijauan tersedia (kg ha-1 tahun-1)

f. Jumlah ternak yang dapat dipelihara (ST)

= total produksi hijauan (kg tahun-1

) 6.95 ×365 hari

g. Kapasitas tampung (ST ha-1) = jumlah ternak yang dapat dipelihara (ST) luas lahan potensial di tanggul (ha)

Lampiran 9 Golongan hijauan rumput yang ada di lokasi pengamatan

(37)

25

Eleusine indica (L.) Gaertn.

Pennisetum purpureum Schumaker. x Pennisetum

thypoides (Burm. f.)

Panicum repens L.

Lampiran 10 Golongan hijauan rumbah dan kacangan yang ada di lokasi penelitian

Hyptis capitata Jacq. Hewittia sublobata Druce.

Commelina difusa (Burm.) F.

Colocasia esculenta (L.) Schott.

Bidens vulgata E. Greene.

Eupatorium odoratum L.f.

(38)

26

Ageratum conyzoides L. Nephrolepis exaltatabostoniensis (L.) Schott. var Colocasia sp.

Solanum jamaicense

Mill. Wedelia montana pilosa H. var

Carica papaya L. dan

Manihot utilissima Pohl.

Rhus vernix L. Mimosa pudica L. (Kacangan)

Lampiran 11 Uji-T potensi hijauan dan kapasitas tampung di lahan tanggul irigasi Desa Cihideung Udik dan Cibitung Tengah

Variable 1 Variable 2

Mean 0.35718797 0.739508243 Variance 0.006960477 0.019532442

Observations 4 4

Hypothesized mean difference 0

Df 5

(39)

27 Lampiran 12 Uji-T potensi hijauan dan kapasitas tampung di lahan tanggul irigasi

Desa Cihideung Udik dan Situ Udik

Variable 1 Variable 2

Mean 0.35718797 0.43924908 Variance 0.006960477 0.16091479

Observations 4 4

Hypothesized mean difference 0

Df 3

T Stat -0.400565946 P(T<=t) one-tail 0.357780121 T Critical one-tail 2.353363435 P(T<=t) two-tail 0.715560241 T Critical two-tail 3.182446305

Lampiran 13 Uji-T potensi hijauan dan kapasitas tampung di lahan tanggul irigasi Desa Cibitung Tengah dan Situ Udik

Variable 1 Variable 2

Mean 0.739508243 0.43924908 Variance 0.019532442 0.16091479

Observations 4 4

Hypothesized mean difference 0

Df 4

(40)

28 menempuh pendidikan di SDN Jaka Setia IV Bekasi dan pada tahun 2006 penulis lulus dari SMPN 117 Jakarta Timur. Penulis melanjutkan pendidikan di SMAN 103 Jakarta Timur dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan.

Selama menjalani pendidikan akademik di IPB, penulis pernah menjadi sekretaris Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Gentra Kaheman pada tahun 2010-2012 dan staf Pengembangan Sumberdaya Mahasiswa Himpunan Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak (HIMASITER) Fakultas Peternakan pada tahun yang sama. Penulis juga merupakan salah satu penerima Beasiswa Bantuan Mahasiswa (BBM) pada tahun 2010-2013. Penulis juga pernah mengikuti kegiatan pekan karya ilmiah mahasiswa (PKM) 1 kali dibidang kewirausahaan (2010) dan 2 kali dibidang penelitian (2011 dan 2012) dan ketiganya didanai oleh Dikti.

UCAPAN TERIMA KASIH

Gambar

Tabel 1  Perhitungan Indeks nilai penting (INP)
Tabel 2  Perhitungan analisis vegetasi
Gambar 2  Kabupaten Bogor, Jawa Barat
Tabel 5  Karakteristik umur, pendidikan, dan pekerjaan utama peternak
+7

Referensi

Dokumen terkait

Luh Putu Mirah Kusuma Dewi SF., M.Sc.,Apt., selaku dosen pembimbing I yang dengan penuh perhatian telah memberikan motivasi, semangat, bimbingan dan saran

Data kualitatif digunakan untuk mengumpulkan data tentang gambaran mengenai lokasi penelitian dan proses belajar mengajar yang nantinya akan diolah dengan

Penulis mengajukan sebuah kasus longitudinal dengan diagnosis thalassemia dengan hemosiderosis, epilepsi, penyakit jantung rematik, gizi kurang, severely stunted , dan

Di atas kesedaran ini, maka penyelidik berminat untuk melihat persepsi pelajar terhadap jadual waktu kuliah yang diadakan di luar waktu rasmi pelajar Ijazah Sarjana Muda

Sistem Pakar adalah program komputer yang berfungsi dengan cara yang sama seperti ahli manusia, yaitu dengan memberi advis pemakai mengenai cara pemecahan masalah. Pembuatan

subjek penelitian dengan instrumen yang sama dalam kondisi yang berbeda. Derajat konsistensi diperoleh sebagai proporsi varians skor perolehan subjek. Metode yang

menampung hasil tangkapan pada hari itu. Menurut informasi yang didapatkan dari beberapa kolektor, dari hasil tangkapan yang dilakukan semalam saja, seorang kolektor

Pabrik Es yang berfungsi sebagai tempat penghasil es untuk mengawetkan hasil tangkapan. Pabrik es ini sangat penting untuk menjamin tepeliharanya kualitas ikan tangkapan