• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Penggunaan Zerofly Fence terhadap Populasi Lalat, Perilaku Makan dan Performa Sapi Perah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dampak Penggunaan Zerofly Fence terhadap Populasi Lalat, Perilaku Makan dan Performa Sapi Perah"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK PENGGUNAAN

ZEROFLY FENCE

TERHADAP

POPULASI LALAT, PERILAKU MAKAN DAN

PERFORMA SAPI PERAH

HENRYC FIRMANSYAH

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Dampak Penggunaan Zerofly Fence terhadap Populasi Lalat, Perilaku Makan dan Performa Sapi Perah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

HENRYC FIRMANSYAH. Dampak Penggunaan Zerofly Fence terhadap Populasi Lalat, Perilaku Makan dan Performa Sapi Perah. Dibimbing oleh DESPAL dan IDAT GALIH PERMANA.

Kebutuhan susu nasional semakin meningkat setiap tahun tetapi produksi dalam negeri masih kurang. Produktivitas sapi perah FH masih dapat ditingkatkan dengan perbaikan manajemen serta kualitas dan kuantitas pakan. Selain itu, faktor dari luar juga harus diperhatikan seperti gangguan lalat yang dapat membuat sapi perah menjadi stres. Selain sebagai vektor penyakit, lalat juga dapat menyebabkan miasis. Gangguan lalat ini dapat menimbulkan dampak yang tidak sehat dan tidak nyaman. Penelitian ini dilakukan di peternakan yang menjadi anggota KPSBU Lembang, Jawa Barat, yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan zerofly fence terhadap populasi lalat, produksi susu dan performa sapi. Perlakuan yang diberikan ada 2 yaitu tanpa zerofly fence menggunakan 7 sapi dan dengan zerofly fence menggunakan 15 sapi dengan ulangan yang berbeda (imbalance). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan zerofly fence berpengaruh nyata dalam menurunkan populasi lalat (P<0.05), meningkatkan konsumsi pakan (P<0.05), meningkatkan produksi susu (P<0.05) serta mengurangi gerakan sapi (P<0.05) yang dapat menyebabkan stres dan menurunkan produktivitas sapi. Kata kunci: lalat, net, produktivitas, sapi perah, susu, zerofly fence

ABSTRACT

HENRYC FIRMANSYAH. The Impact of Zerofly Fence on Flies Number, Dairy Cattle’s Eating Behavior and Performance. Supervised by DESPAL and IDAT GALIH PERMANA.

Indonesia national milk demand increase every year but domestic production is remain constant. FH dairy cow productivity could be enhanced by improved management and the quality and quantity of feed. In addition, external nuisance such as flies factors should also be considered because of their impacts on dairy cattle stress. Besides as vectors of disease, flies also can cause a Myiasis. Disruption of these flies can have an impact that is unhealthy and uncomfortable. This research was conducted in KPSBU administrative area, Lembang district, West Bandung regency, West Java province. The study is determining the effect of zerofly fence to flies population, dairy cattle’s eating behavior and performance. Herd without fence (T1) was compare to herd with zerofly fence (T2) with imbalance replication. The results showed that zerofly fence reduced fly population (P<0.05), increased feed intake (P<0.05), milk production (P<0.05), and reduced the movement of cattle (P<0.05), which prevent stress and decreasing productivity of cattle.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

DAMPAK PENGGUNAAN

ZEROFLY FENCE

TERHADAP

POPULASI LALAT, PERILAKU MAKAN DAN

PERFORMA SAPI PERAH

HENRYC FIRMANSYAH

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Dampak Penggunaan Zerofly Fence terhadap Populasi Lalat, Perilaku Makan dan Performa Sapi Perah

Nama : Henryc Firmansyah NIM : D24100055

Disetujui oleh

Dr Despal, SPt MScAgr Pembimbing I

Dr Ir Idat G Permana, MScAgr Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Panca Dewi MHKS, MSi Ketua Departemen

(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian ini adalah Dampak Penggunaan Zerofly Fence terhadap Populasi Lalat, Perilaku Makan dan Performa Sapi Perah.

Tema ini dipilih karena produktivitas sapi perah yang ada di Indonesia masih jauh di bawah produktivitas dari negara asalnya yang disebabkan beberapa faktor seperti lingkungan, pakan dan manajemen. Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan performa sapi perah dengan pemasangan net khusus pada kandang guna mengurangi populasi lalat pengganggu dan untuk mendistribusikan teknologi zerofly fence kepada peternak khususnya di kawasan KPSBU Lembang.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis, serta khususnya peternak kecil.

(10)
(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

METODE 2

Alat dan Bahan 2

Prosedur 3

Populasi Lalat 3

Gerakan Sapi 3

Produksi Susu 3

Konsumsi Pakan 3

Perilaku Makan Sapi 3

Rancangan Percobaan 4

Perlakuan 4

Rancangan Percobaan 4

Peubah yang Diamati 4

Analisis Data 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 4

Populasi Lalat dan Gerakan Sapi 4

Populasi Lalat di dalam Kandang 4

Gerakan Sapi dalam Satu Menit Pengamatan 5

Konsumsi Pakan dan Perilaku Makan Sapi 6

Konsumsi Pakan Harian 6

Perilaku Makan Sapi Selama 10 Jam Pengamatan 7

Produksi dan Kandungan Nutrien Susu 8

SIMPULAN DAN SARAN 9

Simpulan 9

Saran 10

DAFTAR PUSTAKA 10

(12)

DAFTAR TABEL

1 Hasil analisis proksimat pakan yang digunakan 3

2 Populasi lalat dalam kandang dan rataan gerakan sapi dalam satu menit

pengamatan 5

3 Konsumsi pakan harian 6

4 Perilaku makan sapi selama pengamatan 8

5 Rataan produksi susu dan kandungan nutrien susu 8

DAFTAR GAMBAR

1 Rataan konsumsi BK selama empat minggu penelitian 7 2 Rataan Produksi susu selama empat minggu penelitian 9

DAFTAR LAMPIRAN

1 Analisis varians populasi lalat 12

2 Analisis varians produksi susu 12

3 Analisis varians konsumsi pakan 12

4 Analisis varians gerakan sapi (kibasan ekor) 12

5 Analisis varians gerakan sapi (injakan kaki) 12

(13)

PENDAHULUAN

Produksi susu tinggi dengan kualitas yang baik merupakan tujuan utama dari peternakan sapi perah yang juga berkorelasi positif terhadap pendapatan peternak. Produksi susu di Indonesia mengalami peningkatan, pada tahun 2012 sebesar 959.7 ribu ton (Kementan 2013), akan tetapi belum mampu mengimbangi permintaan susu yang terus meningkat. Usaha peternakan sapi perah di Indonesia masih didominasi oleh peternakan rakyat dengan segala keterbatasannya menyebabkan turunnya produktivititas sapi perah dan diperparah dengan cekaman iklim tropis. Sapi perah FH (Friesian Holstein) akan menampilkan kinerja produksi yang menurun jika dipelihara pada kondisi budidaya inferior dan iklim panas (Anggraeni 2012). Sapi FH di negara iklim sedang dan dingin seperti di USA berproduksi sekitar 15 075 kg ekor-1 siklus-1 (USA Holstein Association 2011), kemampuan tersebut saat ini hanya sepertiga dari produksi susu sapi FH di Indonesia yang hanya mencapai 5 000 kg ekor-1 siklus-1. Jumlah produksi dan kandungan nutrisi susu sangat tergantung pada konsumsi bahan kering pakan, kualitas pakan, serta jumlah dan frekuensi pemberian pakan. Menurut Saleh (2004) produksi dan komposisi susu sapi perah dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu nutrisi dan lingkungan, genetik dan manajemen. Peternak harus memberikan pakan kualitas baik dan manajemen yang benar untuk memaksimalkan produktivitas sapi perah, serta memperhatikan lingkungan kandang sapi untuk tetap dijaga kebersihan dan kenyamanan ternaknya.

Perilaku makan sapi perah digambarkan sebagai lama waktu berdiri sapi ketika mengambil makan, mengunyah, menelan dan kemudian berbaring di lantai untuk memudahkan ruminasi atau regurgitasi. Semakin lama waktu sapi untuk makan memungkinkan semakin banyak konsumsi bahan kering yang didapatkan dan semakin lama waktu berbaring setelah makan, semakin banyak nutrisi yang dapat dicerna oleh sapi. Faktor yang mempengaruhi tingkah laku makan sapi adalah jenis pakan, umur, suhu lingkungan dan juga gigi sapi itu sendiri (Harlistyo et al. 2010). Akan tetapi perilaku makan sapi ini sering terganggu oleh faktor dari luar seperti serangan lalat. Gangguan lalat ini dapat menimbulkan dampak yang tidak sehat dan tidak nyaman. Pada industri peternakan sapi perah, lalat dapat menurunkan produksi (Sigit et al. 2006). Sebagian besar dari berbagai jenis lalat yang dijumpai di sekitar rumah dan kandang adalah lalat jenis Musca domestica.

Lembang merupakan daerah hortikultura yang memanfaatkan kotoran ayam sebagai pupuk untuk kesuburan tanahnya. Pupuk dari kotoran ayam ini merupakan lingkungan yang sesuai untuk lalat sebagai tempat berkembangbiak. Kemampuan reproduksi lalat akan meningkat jika berada pada lingkungan yang sesuai, terutama pada bahan organik yang membusuk seperti sampah, kotoran hewan, dan bangkai (Prabowo 1992). Lalat memiliki kemampuan reproduksi yang cepat. Siklus hidup lalat memerlukan waktu sekitar 15 hari. Dalam hidupnya seekor lalat betina mampu bertelur 5-6 kali dengan 100-150 butir untuk setiap kalinya. Menurut Ishartadiati (2010), lalat akan mendapatkan patogen ketika lalat meletakan telurnya pada tinja hewan dan manusia serta pada bahan organik yang membusuk.

(14)

2

dalam kandang. Zerofly fence ini dapat bertahan selama 2 tahun masa pemakaian. Jaring ini akan mengeluarkan senyawa kimia deltametrin yang dapat membunuh lalat ketika menempel dalam waktu beberapa detik. Insektisida deltametrin juga digunakan pada rumah tangga untuk memberantas nyamuk, lalat, kecoa dan serangga penganggu lainnya. Insektisida deltametrin termasuk dalam golongan piretroid sintetis yang mempunyai toksisitas tinggi terhadap serangga ordo Lepidoptera, Homoptera, Diptera dan Coleoptera. Deltametrin merupakan insektisida yang bersifat lipofilik dan sukar larut dalam air. Insektisida ini mempunyai efek mematikan yang sangat cepat pada serangga, mempunyai toksisitas rendah terhadap mamalia (Efiyatni 2013). Deltametrin dimanfaatkan untuk memberantas serangga rumah tangga dan sering juga digunakan untuk mengontrol penyebaran penyakit yang dibawa oleh caplak terutama pada anjing dan tikus (Sudira 2009).

Bentuk jaring ini juga dapat menghalangi lalat untuk masuk ke kandang, karena lalat terbang hanya sampai ketinggian 2 meter. Jaring ini ramah lingkungan dan juga tahan lama. Pengujian zerofly fence pada daerah ini akan menjadi cara efektif untuk memperkenalkan teknologi ini kepada peternak. Sekaligus mendapatkan data lokal tentang penggunaan zerofly fence yang akan dijadikan referensi dalam sosialisasi teknologi tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan performa sapi perah dengan pemasangan net khusus pada kandang guna mengurangi populasi lalat pengganggu dan untuk mendistribusikan teknologi zerofly fence kepada peternak.

METODE

Penelitian ini dilakukan pada peternakan yang berada di bawah wilayah administrasi KPSBU, yaitu di Desa Manoko dan Cicalung. Pada masing-masing lokasi diamati peternakan tanpa zerofly fence dan dengan zerofly fence. Analisis pakan dilakukan di Laboratorium PAU dan Laboratorium Nutrisi Ternak Perah, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, IPB. Penelitian ini dilakukan dari bulan Juli sampai dengan Oktober 2013.

Alat dan Bahan

Penelitian ini menggunakan ternak sapi perah peranakan Frisien Holstein (FH) yang sedang laktasi sebanyak 22 ekor. Total jumlah sapi perah pada menambahkan silase yang dibuat sendiri oleh peternak. Pemberian pakan dilakukan sebanyak 2 kali sehari.

(15)

3 dapat bertahan kira-kira 2 tahun masa pemakaian. Zerofly fence dipasang pada kandang setinggi 2 m. Bagian bawah (0-1 m) dipasang plastik kemudian di atasnya (1-2 m) baru dipasang zerofly fence.

Prosedur Populasi Lalat

Populasi lalat dihitung pada perangkap yang terletak di dalam kandang. Perangkap lalat menggunakan stik (sedotan) dengan lem yang bisa menjerat lalat apabila menempel. Perangkap lalat ini diproduksi oleh PT Megasari Makmur dengan merk dagang “Gajah”. Perangkap lalat diletakkan di dalam kandang selama 24 jam.

Gerakan Sapi

Gerakan sapi dihitung 1 menit dari video yang telah diambil pada pukul 10.00 dan 12.00 dari masing-masing sapi. Gerakan ini dibedakan menjadi kibasan ekor, injakan kaki dan kedutan kulit.

Produksi Susu

Produksi susu diukur dan dicatat pada setiap hari pengamatan. Kualitas susu (protein, lemak, laktosa, SNF, titik beku dan kadar garam) dianalisis dua hari sekali menggunakan lactoscan milk analyzer.

Konsumsi Pakan

Konsumsi pakan dihitung dari jumlah pakan yang diberikan dikurangi dengan pakan yang tersisa atas dasar bahan kering (dry matter). Kandungan nutrisi pakan dianalisis di laboratorium untuk mengetahui kandungan BK, abu, PK, LK, SK, Beta-N, Ca dan P.

Tabel 1 Hasil analisis proksimat pakan yang digunakan Jenis Pakan Beta-N: bahan ekstrak tanpa nitrogen) dilakukan di Laboratorium PAU IPB; Analisis Ca: kalsium dan P: fosfor dilakukan di Laboratorium Nutrisi Ternak Perah INTP IPB.

Perilaku Makan Sapi

(16)

4

Rancangan Percobaan Perlakuan

Penelitian ini akan menggunakan 2 perlakuan dengan ulangan yang berbeda

(imbalance), sebanyak 7 ekor sapi perah menggunakan perlakuan tanpa zerofly fence

dan 15 ekor untuk perlakuan dengan zerofly fence.

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 2 perlakuan ulangan imbalance. Model matematik yang

digunakan adalah sebagai berikut :

Yij = μ + τi + εij

Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah populasi lalat, gerakan sapi, perilaku makan sapi, konsumsi pakan, produksi dan kualitas susu.

Analisis Data

Data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan analisis varians (ANOVA). Hasil yang signifikan akan diuji lanjut Duncan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Populasi Lalat dan Gerakan Sapi Populasi Lalat di dalam Kandang

(17)

5 Berdasarkan uji statistik, pemasangan zerofly fence berpengaruh nyata dalam menurunkan populasi lalat (P<0.05). Hal ini disebabkan adanya net yang menghalangi masuknya lalat dan juga membunuh lalat yang sudah ada di dalam kandang sehingga tidak menyerang sapi. Zerofly fence mengandung senyawa kimia aktif deltametrin yang mempunyai efek mematikan pada serangga dan mempunyai toksisitas rendah terhadap mamalia (Efiyatni 2013). Sehingga ketika lalat mencoba masuk kemudian terhalang dan menempel pada net akan mengalami kematian. Lalat memiliki sifat fototrofik yaitu tertarik pada cahaya sehingga beraktivitas pada siang hari, dan beristirahat pada malam hari (Prabowo 1992). Siang hari tersebut merupakan waktu dimana peternak sering keluar masuk kandang untuk memberi pakan, membersihkan kandang, dan memerah susu. Sehingga meskipun telah menggunakan zerofly fence masih terdapat lalat pada kandang tersebut, akan tetapi jumlahnya jauh lebih sedikit dibandingkan kandang tanpa menggunakan zerofly fence. Populasi lalat pada setiap kandang dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Populasi lalat dalam kandang dan rataan gerakan sapi dalam satu menit pengamatan

Variabel Tanpa Fence Dengan Fence

Populasi lalat (ekor stik-1 hari-1) 80 ± 1.89 a 9.83 ± 4.01 b

Gerakan sapi (kali menit-1)

Kibasan ekor 20.76 ± 9.11 a 4.07 ± 1.82 b

Injakan kaki 11.86 ± 3.58 a 5.69 ± 2.51 b

Kedutan kulit 15.57 ± 6.43 a 0.87 ± 0.73 b

Huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0.05).

Gerakan Sapi dalam Satu Menit Pengamatan

Sistem perkandangan di Indonesia belum mendapatkan banyak perhatian khususunya pada peternak berskala kecil. Menurut SK Dirjenak No. 776/kpts/DJP/Deptan/1982 Bab 3 tentang Kebersihan dan Peralatan, penataan kandang harus memperhatikan aliran air dan udara sehingga dapat dijamin tidak terjadi pencemaran. Kandang dan bangunan lain seperti gudang pakan, gudang peralatan serta kantor harus terpisah minimal 15 meter atau dibatasi dinding 2 meter, serta lalu lintas orang dan kendaraaan diatur agar tidak mencemari kandang secara langsung. Peralatan kandang harus dapat memenuhi keperluan untuk penempatan sapi pada tempatnya, pembersihan kandang, tempat pakan dan minum ternak.

(18)

6

penggunaan zerofly fence pada kandang berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap kibasan ekor, injakan kaki dan kedutan kulit. Gerakan sapi pada kandang dengan penggunaan zerofly fence lebih sedikit dibandingkan dengan kandang tanpa penggunaan zerofly fence. Gerakan kaki dalam satu menit pengamatan dapat dilihat pada Tabel 2.

Konsumsi Pakan dan Perilaku Makan Sapi Konsumsi Pakan Harian

Hijauan yang digunakan peternak umumnya jenis rumput gajah. Hijauan dimanfaatkan sebagai sumber serat yang juga berpengaruh terhadap produktivitas sapi perah. Kandungan SK yang ideal untuk ransum sapi perah adalah 18-22% (Soetarno dan Adiarto 2002). Konsentrat yang digunakan peternak untuk memberi pakan sapi perahnya adalah konsentrat produk KPSBU. Penggunaan konsentrat disesuaikan dengan kondisi hijauan, apabila hijauan berkualitas baik maka konsentrat diberikan dalam jumlah sedikit. Sebaliknya, konsentrat diperlukan dalam jumlah banyak apabila kualitas hijauan yang diberikan rendah untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok dan kebutuhan untuk berproduksi susu.

Tabel 3 Konsumsi pakan harian

Variabel Tanpa Fence Dengan Fence

Konsumsi Pakan (kg BK ekor-1) 5.945 ± 1.009 a 10.711 ± 3.988 b

Huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0.05).

(19)

7

Menurut NRC (2001), sapi dengan produksi susu 10 liter dan kadar lemak 4%, memiliki kebutuhan BK 12.4 kg dan PK 13.4 kg. Konsumsi BK pada kandang di daerah Cicalung masih belum memenuhi kebutuhan ternak, sedangkan di daerah Manoko hanya kandang yang menggunakan zerofly fence yang memenuhi kebutuhan ternak. Gambar 1 menunjukkan bahwa konsumsi BK pada kandang dengan fence di daerah Manoko maupun Cicalung lebih tinggi dibandingkan dengan kandang tanpa menggunakan fence.

Perilaku Makan Sapi Selama 10 Jam Pengamatan

Peternak mempunyai kontrol tinggi terhadap pakan yang akan diberikan terhadap sapi pada sistem pemeliharaan intensif. Memotong pakan menjadi pendek lebih efisien untuk menghindari terbuangnya pakan. Pada penelitian ini semua peternak memberikan hijauan segar pada sapi tanpa dilakukan pemotongan terlebih dahulu sehingga banyak tercecer, sedangkan air minum diberikan secara ad libitum. Peternak memberikan konsentrat terlebih dahulu baru diikuti pemberian hijauan untuk memaksimalkan konsumsi konsentratnya supaya nutrisi untuk hidup pokok dan produksi sapi perah dapat terpenuhi. Penambahan ampas tahu juga dilakukan untuk menjaga produksi susu tetap tinggi. Dalam jumlah yang sama, pakan berkualitas tinggi akan memberikan aktivitas makan dan ruminansi yang lebih cepat dibandingkan dengan pakan berkualitas rendah.

Perilaku sapi seperti berdiri diam, berdiri makan, berbaring diam dan berbaring regurgitasi berpengaruh terhadap produktivitas sapi. Tingkah laku makan pada sapi dipengaruhi oleh jenis pakan, umur sapi dan lingkungann (Ensminger1993). Kenyamanan kandang merupakan salah satu faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap perilaku sapi. Pengamatan perilaku makan sapi pada penelitian ini dihitung dari jam 7 pagi sampai jam 5 sore. Kandang dengan zerofly fence memiliki waktu berdiri makan lebih lama dibandingkan dengan kandang tanpa zerofly fence. Populasi lalat pada kandang dengan zerofly fence lebih terkendali sehingga membuat sapi lebih tenang dan banyak mengkonsumsi pakan, ketika sudah kenyang sapi akan berbaring santai kemudian melakukan regurgitasi. Lama waktu berdiri makan, berdiri diam, berbaring dan regurgitasi pada penelitian ini ditampilkan dalam Tabel 4.

0.000

(20)

8

Tabel 4 Perilaku makan sapi selama pengamatan

Variabel Tanpa Fence Dengan Fence

Perilaku Sapi (menit . 10 jam-1)

Berdiri Makan 252 (4 jam 12 menit) 299 (4 jam 59 menit)

Berdiri Diam 229 (3 jam 49 menit) 131 (2 jam 11 menit)

Berbaring Diam 80 (1 jam 20 menit) 135 (2 jam 15 menit)

Berbaring Regurgitasi 39 menit 35 menit

Hafez (1975) menyatakan bahwa ternak lebih suka melakukan aktivitas ruminasi dalam keadaan berbaring, sekitar 65–80%, dari total waktu ruminasi. Waktu kunyah regurgitasi berkaitan dengan aktivitas berdiri dan berbaring sedangkan waktu kunyah makan berkaitan dengan aktivitas berdiri. Ternak lebih banyak melakukan aktivitas regurgitasi dalam keadaan berbaring karena waktu regurgitasi pada malam hari lebih panjang dibandingkan pada siang hari (Harlistyo et al. 2010).

Produksi dan Kandungan Nutrien Susu

Sapi yang digunakan pada penelitian ini adalah sapi FH (Frisien Holstein). Produksi susu yang dihasilkan bangsa sapi perah FH tertinggi jika dibandingkan dengan bangsa sapi perah lain. Sapi FH memiliki kemampuan adaptasi yang baik terhadap lingkungan sehingga tidak terlalu bermasalah ketika dipelihara di Indonesia yang memiliki iklim tropis. Tetapi, permasalahan produktivitas ini muncul disebabkan oleh faktor pengetahuan tentang manajemen pemeliharaan yang masih kurang oleh peternak. Menurut Baba (2008) produktivitas sapi yang rendah disebabkan pengetahuan teknologi pakan yang rendah serta manajemen pemeliharaan yang masih tradisional.

Talib et al (2000) menyatakan bahwa rata-rata kapasitas produksi susu sapi perah dalam negeri hanya menghasilkan susu sekitar 10 liter ekor-1 hari-1. Rataan produksi susu sapi pada kandang tanpa fence adalah 8.48 liter ekor-1 sedangkan rataan produksi susu sapi pada kandang dengan fence adalah 13.19 liter ekor-1. Rataan produksi susu dan kandungan nutrien susu disajikan dalah Tabel 5.

Tabel 5 Rataan produksi susu dan kandungan nutrien susu

Variabel Tanpa Fence Dengan Fence

Produksi rata-rata (liter ekor-1) 8.48 ± 1.99 a 13.19 ± 4.04 b

Huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0.05).

(21)

9 dan hewan. Menurut Hastutik dan Loeki (2007), lalat yang terdapat dalam kandang dapat menurunkan produksi susu sapi. Berdasarkan uji statistik, penggunaan zerofly fence berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap produksi susu sapi. Penggunaan zerofly fence yang dapat mengurangi jumlah lalat dalam kandang berpengaruh terhadap konsumsi pakan sehingga produktivitas sapi lebih baik dibandingkan dengan kandang tanpa fence.

Pada Gambar 2 dapat terlihat bahwa produksi susu sapi pada kandang dengan fence lebih tinggi dibandingkan dengan sapi pada kandang tanpa fence. Bahkan produksi susu pada kandang yang menggunakan fence di Manoko dapat mencapai 14.42 liter ekor-1 hari-1. Tetapi ketiga kandang yang lain memiliki rataan produksi yang lumayan jauh berbeda dari kandang Manoko dengan fence.

Berdasarkan uji statistik, penggunaan zerofly fence tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap kandungan nutrien susu. Kandungan protein, lemak dan laktosa susu dapat dilihat pada Tabel 4. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu kandungan protein, lemak, laktosa dan SNF dari kedua perlakuan memiliki nilai yang hampir sama. Menurut penelitian Siregar (2001), apabila pakan yang diberikan mengandung konsentrat lebih banyak, maka produksi susu akan meningkat. Sebaliknya apabila pakan yang diberikan mengandung hijauan tinggi, maka kandungan lemak susu yang akan mengalami peningkatan. Kandungan nutrien susu pada kandang dengan zerofly fence masih cukup bagus karena pada produksi yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kandang tanpa zerofly fence, nilaikandungan nutrien susunya tidak jauh berbeda.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Penggunaan zerofly fence pada penelitian ini memberikan pengaruh nyata menurunkan populasi lalat di dalam kandang, meningkatkan konsumsi pakan dan produksi susu.

(22)

10

Saran

Penelitian serupa harus dilakukan lebih detail lagi dengan menggunakan peternakan yang sama sebelum dan sesudah pemasangan zerofly fence ini. Karena dengan kandang yang berbeda bisa saja dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti manajemen pemeliharaan, lingkungan, serta kualitas dan kuantitas pakan.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad RZ. 2008. Beberapa penyakit parasitik dan mikotik pada sapi perah yang harus diwaspadai. Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas 2020.Bogor (ID): Balai Besar Penelitian Veteriner. Anggraeni A. 2012. Perbaikan genetik sifat produksi susu dan kualitas susu sapi

Friesian Holstein melalui seleksi. Wartazoa. 22 (1) : 1-11.

Baba S. 2008. Analisis tingkat adopsi usaha ternak sapi perah di Kabupaten Enrekang. JV. 2 : 14-19.

Byrd JH dan Castner JL. 2001. Insects of forensic importance. In Forensic Entomology : the utility of arthropods in legal investigation. New York (US): CRC press.

Dewan Standarisasi Nasional. 1998. SNI 01-3141-1998. Susu Segar. Jakarta (ID): Standar Nasional Indonesia.

Efiyatni G, Loekman U, Yefrida. 2013. Penentuan residu pestisida sipermetrin dan deltametrin dalam sayuran sawi secara HPLC. JKU. 2 (1) : 128-132 Ensminger. 1993. Dairy Cattle Science. 3rd Ed. Danville (US): Interstate

Publishers, Inc.

Hafez ESE. 1975. The Behaviour of Domestic Animals. 3rd Ed. Baltimore (US): The Williams and Wilkinds Company.

Harlistyo MF, Paryanto, Nugroho KA, Dartosukarno S, Adiwinarti R, Purbowati E, Arifin M, Purnomoadi A. 2010. Pemanfaatan energi pakan tercerna dan tingkah laku makan pada sapi Peranakan Ongole yang diberi pakan jerami padi dan konsentrat yang mengandung ampas teh. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Semarang (ID): Universitas Diponegoro.

Hastutik P dan Loeki EF. 2007. Potensi Musca domestica Linn. sebagai Vektor Beberapa Penyakit. JKB. 23 (3) : 125-126

Ishartadiati K. 2010. Peranan lalat non biting flies (Famili Muscidae, Calliphoridae, Sarcophagidae) sebagai vektor mekanik protozoa dan bakteri penyebab diare dan hubungannya dengan diare di kota Surabaya [tesis]. Surabaya (ID): Universitas Airlangga.

[Kementan] Kementrian Pertanian. 2013. Produksi Susu Menurut Provinsi. Jakarta (ID): Direktorat Jendral Peternakan.

[NRC] National Research Council. 2001. Nutrient Requirement of Dairy Cattle.Washington DC (US): National Academy Press.

(23)

11 Saleh E. 2004. Dasar Pengolahan Susu dan Hasil Ikutan Ternak. Medan (ID):

Universitas Sumatera Utara.

Santi DN. 2001. Manajemen pengendalian lalat [skripsi]. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara.

Sigit HS, Koesharto FX, Hadi UK, Gunandini DJ dan Soviana S. 2006. Hama pemukiman Indonesia, pengenalan, biologi dan pengendalian. Unit Kajian Pengendalian Hama Permukiman (UKPHP). Bogor (ID): Fakultas Kedokteran Hewan IPB.

Siregar SB. 2000. Sapi Potong. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Siregar SB. 2000. Aspek ekonomis suplementasi pakan konsentrat pada sapi perah laktasi. Med Pet. 1: 25-30.

Siregar SB. 2001. Peningkatan kemampuan berproduksi susu sapi perah laktasi melalui perbaikan pakan dan frekuensi pemberiannya. JITV. 6 (2) : 76-82 Soetarno T, Adiarto. 2002. Pengendalian mutu konsentrat sapi perah secara

terpadu. Seminar Pengawasan Mutu Ternak. Surabaya (ID): Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur.

Sudira IW. 2009. Evaluasi insektisida deltametrin 0,6% ec terhadap Rhipicephalus sanguineus. BVU. 1 (1) : 35-40.

Talib C, Anggraeni A, Diwyanto K. 2000. Evaluasi genetik sapi perah FH sebagai ternak penghasil bibit. I. Evaluasi pejantan. JIP. 6 (2) : 149-155

(24)

12

LAMPIRAN

Lampiran 1 Analisis varians populasi lalat

Sumber keragaman JK db KT F Sig

Perlakuan 4923.127 1 4923.127 502.046 0.002

Eror 19.612 2 9.806

Total 4942.739 3

JK: jumlah kuadrat, db: derajat bebas, KT: kuadrat tengah, Sig: signifikansi (P<0.05)

Lampiran 2 Analisis varians produksi susu

Sumber keragaman JK db KT F Sig

Perlakuan 105.917 1 105.917 8.409 0.009

Eror 215.903 20 12.595

Total 357.820 21

JK: jumlah kuadrat, db: derajat bebas, KT: kuadrat tengah, Sig: signifikansi (P<0.05)

Lampiran 3 Analisis varians konsumsi pakan

Sumber keragaman JK db KT F Sig

Perlakuan 22.724 1 22.724 1.637 0.329

Eror 27.764 2 13.882

Total 50.488 3

JK: jumlah kuadrat, db: derajat bebas, KT: kuadrat tengah, Sig: signifikansi (P<0.05)

Lampiran 4 Analisis varians gerakan sapi (kibasan ekor)

Sumber keragaman JK db KT F Sig

Perlakuan 1330.56 1 1330.56 48.918 0.000

Eror 543.997 20 27.200

Total 1874.562 21

JK: jumlah kuadrat, db: derajat bebas, KT: kuadrat tengah, Sig: signifikansi (P<0.05)

Lampiran 5 Analisis varians gerakan sapi (injakan kaki)

Sumber keragaman JK db KT F Sig

Perlakuan 181.878 1 181.878 21.987 0.000

Eror 165.444 20 8.272

Total 34.322 21

(25)

13 Lampiran 6 Analisis varians gerakan sapi (kedutan kulit)

Sumber keragaman JK db KT F Sig

Perlakuan 1032.007 1 1032.007 80.698 0.000

Eror 255.770 20 12.789

Total 1287.777 21

(26)

14

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Rembang pada tanggal 27 Juni 1992 dan merupakan putra pertama dari pasangan Bapak Subaiki dan Ibu Patimah, SPdAUD. Penulis diterima sebagai mahasiswa IPB pada tahun 2010 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan (INTP), Fakultas Peternakan. Selama menjalani pendidikan, penulis aktif dalam Himpunan Keluarga Rembang di Bogor (HKRB) periode 2011-2013 sebagai Kepala Biro Olahraga.

Penulis aktif dalam UKM Futsal IPB, menjadi juara 2 Kejurnas Futsal Fapet di UNS Surakarta 2012, juara 3 futsal dan juara 2 sepak bola pada OMI 2012. Penulis juga aktif dalam beberapa kepanitiaan yaitu Kanvasing IPB di Rembang sebagai Wakil Ketua, Dekan Cup dan International Feed Seminar. Penulis merupakan penerima beasiswa Bidikmisi tahun 2010-2014 dan penerima dana penelitian untuk program kreatifitas mahasiswa tahun 2013 dengan judul Pengaruh Pemberian Ekstrak Petai (Parkia Speciosa) sebagai Antioksidan Alami untuk Meningkatkan Kualitas Karkas Ayam Broiler.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada Dr Despal, SPt MScAgr dan Dr Ir Idat Galih Permana, MScAgr selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan banyak saran dan masukan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ir Asep Tata Permana, MSc sebagai dosen penguji seminar dan Dr Iwan Prihantoro, SPt Msi selaku panitia seminar pada tanggal 17 Juli 2014, dosen penguji sidang Ir Anita S. Tjakradidjaja MrurSc dan Dr Irma Isnafia Arif SPt MSi serta Dr Ir Lilis Khotijah MSi selaku dosen panitia sidang pada tanggal 15 Oktober 2014. Terima kasih kepada seluruh staf dosen yang telah memberikan banyak ilmu yang bermanfaat dan staf administrasi Departemen INTP yang telah membantu dalam proses administrasi, peternak Demo Farm wilayah KPSBU Lembang yang telah membantu dalam proses penelitian.

Gambar

Tabel 3  Konsumsi pakan harian
Gambar 1 Rataan konsumsi BK selama empat minggu penelitian
Tabel 4  Perilaku makan sapi selama pengamatan
Gambar 2 Rataan produksi susu selama empat minggu penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini peneliti membatasi permasalahan yang diteliti yaitu hanya pada anak kelas IV SD 70 Banda Aceh dengan menggunakan model pengembangan RPP

Titer antibodi pada ayam minggu ke-2 setelah vaksinasi menunjukkan rataan titer antibodi sebesar 2 6.6 untuk kelompok vaksin dan 2 5.3 untuk kelompok tidak divaksin

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan kontribusi positif terhadap ilmu pengetahuan di bidang sastra, khususnya pada interdisiplin ilmu sosiologi sastra dalam

dengan: I usahatani (Rp) TR total penerimaan (Rp) TCe total biaya ekspisit (Rp) Untuk mengetahui tujuan yang ketiga yaitu perbedaan pendapatan sistem pengolahan bahan

Alasannya, selama ini KIA telah melakukan proses mediasi dan ajudikasi terhadap pemohon sengketa dan badan publik yang disengketakan, sehingga pemohon memperoleh informasi yang

 Siswa menggunakan informasi serta data untuk membuat teks nonfiksi tentang penggolongan hewan berdasarkan jenis makanannya. Informasi dan data ini pun dapat pula diperoleh

Menanggapi isu diatas maka perlunya media anak-anak bermain karakter selayaknya usia anak-anak lebih suka dengan bercita-cita, maka dengan gagasan wahana rekreasi anak yang

Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi keragaman gen Diacylglycerol O-acyltransferase 1 (DGAT1) menggunakan enzim restriksi Eae I dengan metode PCR-RFLP pada sapi