• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TGT BERBANTUAN MEDIA PHYSICS CARD BERBASIS EDUTAINMENT PADA TEMA OPTIK SISWA SMP KELAS VIII

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TGT BERBANTUAN MEDIA PHYSICS CARD BERBASIS EDUTAINMENT PADA TEMA OPTIK SISWA SMP KELAS VIII"

Copied!
230
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TGT BERBANTUAN MEDIA

PHYSICS CARD

BERBASIS

EDUTAINMENT

PADA TEMA OPTIK

SISWA SMP KELAS VIII

Skripsi

disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

oleh

Dias Meilinda Arista 4201411100

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)
(3)
(4)
(5)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

1. Build your dreams, or someone else will hire you to build theirs (Farrah Gray). 2. “....Bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya (Muhammad),

niscaya Allah akan memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan cahaya untukmu yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan serta Dia mengampuni kamu.” (QS. Al-Hadid: 29).

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

1. Mama, papa, Dek Vinda, Dek Cikha, Mas Kevin, serta keluarga besarku yang senantiasa mencurahkan doa, kasih sayang serta dukungan baik moril maupun materiil kepadaku.

2. Guru-guru dan siswa SMP Negeri 22 Semarang. 3. Keluarga besar kos KB 3.

(6)

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah yang maha kuasa yang telah melimpahkan rahmat dan kasih sayangNya sehingga tersusunlah skripsi yang berjudul

“Implementasi Pembelajaran Kooperatif TGT Berbantuan Media Physics Card Berbasis Edutainment pada Tema Optik Siswa SMP Kelas VIII”. Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik berupa saran, bimbingan maupun petunjuk dan bantuan dalam bentuk lain sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik, maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dengan tulus hati kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Semarang.

2. Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang.

3. Ketua Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Semarang.

4. Bapak Prof. Dr. Sarwi, M.Si, dosen pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu di sela kesibukan beliau untuk memberikan bimbingan, saran serta masukan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Dra. Langlang Handayani, M.App.Sc, dosen pembimbing II yang telah memberikan pengarahan dan membimbing dengan penuh kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Ibu Dra. Pratiwi Dwijananti, M.Si, dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan yang sangat berguna untuk penyempurnaan skripsi ini.

7. Bapak Prof. Dr. Susilo, dosen wali yang tak henti memberikan motivasi untuk selalu belajar.

(7)

9. Bapak Kusdiono S.Pd, guru IPA kelas VIII SMP Negeri 22 Semarang sekaligus guru mitra penulis yang tak hentinya memberikan masukan dan meluangkan baik waktu maupun tenaga sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian ini dengan baik.

10. Siswa-siswi kelas VIII D, VIII E dan IX C SMP Negeri 22 Semarang yang telah bekerja sama dalam membantu pelaksanaan penelitian.

11. Mama dan papa tercinta yang tak henti mencurahkan do’a, perhatian, dukungan serta kasih sayang.

12. Dek Vinda, Dek Cikha, dan Mas Kevin yang senantiasa selalu memberikan semangat serta motivasi.

13. Sahabat-sahabatku tersayang, Zidni, Dedy, Endah dan Ami yang selalu ada untukku semenjak masih menjadi mahasiswa baru sampai dengan saat ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunann skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan, baik dalam kalimat maupun materi yang disebabkan keterbatasan ilmu pengetahuan yang dimiliki. Oleh karena itu, penulis senantiasa menantikan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi pembaca pada khususnya dan perkembangan penelitian pada umumnya.

Semarang, 24 Agustus 2015

(8)

ABSTRAK

Arista, D. M. 2015. Implementasi Pembelajaran Kooperatif TGT Berbantuan Media Physics Card Berbasis Edutainment Pada Tema Optik Siswa SMP Kelas VIII. Skripsi, Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Utama Prof. Dr. Sarwi, M.Si dan Pembimbing Pendamping Dra. Langlang Handayani, M.App.Sc.

Kata Kunci: TGT, Physics Card, Edutainment, Tema Optik

(9)

ABSTRACT

Arista, D. M. 2015. Implementation of TGT Cooperative Learning Assisted by Edutainment-Based Physics Card Media in Optic Topics of 8th Grade Students. Final Project, Physics Department in Mathematics and Science Faculty of Semarang State University. First Supervisor Prof. Dr. Sarwi, M.Si and Second Supervisor Dra. Langlang Handayani, M. App.Sc.

Keywords : TGT, Physics Card, Edutainment, Optic Topics

Based on the early observation at SMP Negeri 22 Semarang there is a fact that in learning proccess students tend to be passive and less in motivated. Beside that, it is

found that students’ daily test result in optic topics especially on subject matter even

below Minimum Mastery Criteria (KKM). Hence, the author applies implementation of TGT cooperative learning assisted by edutainment-based physics card media in optic topics as a solution of that problem. The purpose of this research is describing

students’ learning activity and motivation after getting implementation of TGT

cooperative learning assisted by edutainment-based physics card media in optic topics to find out the effectiveness of that learning towards the increasing of

students’ cognitive learning result. This research is experimental research using

Non-Equivalent Control Group Design. The instrument that used in this research are pretest-posttest, observation and questionnaires sheet. The data obtained in this research consists of pretest and posttest scores that analyzed by t-test and N-gain

factor test, then scores of students’ learning activity and motivation is analyzed

descriptively. Based on the result of analysis, t hypothesis testing shows that

students’ cognitive learning average result in experiment class is 80,47 which is

higher than control class which the average result is 69,69. Beside that, the students’ cognitive learning result in control class with N-gain factor (<g>) increases for 0,49 with average category and in the other hand, the result of experiment class increases for 0,68 with average category. From the average equality test, it is concluded that implementation of TGT cooperative learning assisted by edutainment-based physics

card media is effective for students’ learning mastery in optic topics. Then, from

observation of students’ learning activity and questionnaire of students’ learning

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Pembatasan Masalah ... 6

1.6 Penegasan Istilah ... 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Pembelajaran Kooperatif ... 9

2.2 Model Pembelajaran Kooperatif TGT ... 10

2.3 Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif TGT ... 12

(11)

2.5 Tema Optik ... 19

2.6 Motivasi Belajar ... 20

2.7 Aktivitas Belajar ... 22

2.8 Hasil Belajar Kognitif ... 22

2.9 Penelitian yang Relevan ... 23

2.10 Kerangka Berpikir ... 24

2.11 Hipotesis Tindakan ... 26

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 27

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 27

3.2 Populasi dan Sampel ... 27

3.3 Desain Penelitian ... 28

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 29

3.5 Instrumen Penelitian ... 31

3.6 Analisis Instrumen ... 32

3.7 Analisis Data ... 37

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45

4.1 Hasil Penelitian ... 45

4.2 Pembahasan ... 52

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN ... 63

5.1 Simpulan ... 63

5.2 Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 65

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Data Ketidaktuntasan Hasil Ulangan Harian Pokok Bahasan Cahaya ... 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tema Optik …………... 3.1 Pola desain penelitian Non-Equivalent Control Group Design ... 3.2 Kriteria Koefisien Korelasi ... 3.3 Hasil Analisis Uji Validitas Soal Uji Coba ... 3.4 Klasifikasi Daya Pembeda Soal …………...………... 3.5 Hasil Analisis Daya Pembeda Soal Uji Coba ... 3.6 Klasifikasi Indeks Taraf Kesukaran ………...………... 3.7 Hasil Analisis Indeks Kesukaran Instrumen Soal Uji Coba ... 3.8 Klasifikasi Faktor N-gain ... 3.9 Kriteria Aktivitas Belajar ………...………..…….... 3.10 Kriteria Motivasi Belajar ………..………..……... 4.1 Hasil Belajar Kognitif Pra Penerapan Pembelajaran (Pretest) ... 4.2 Hasil Belajar Kognitif Paska Penerapan Pembelajaran (Posttest) ... 4.3 Data Uji Hipotesis ... 4.4 Hasil Uji Normalitas Hasil Belajar (Pretest dan Posttest) ... 4.5 Hasil Uji Peningkatan Rata-rata Hasil Belajar Kognitif Siswa ... 4.6 Data Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa ... 4.7 Data Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa ...

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Contoh Desain Kartu Permainan Media Physics Card ... 2.2 Contoh Desain Kartu Soal Media Physics Card ... 2.3 Contoh Desain Aturan Permainan Media Physics Card ... 2.4 Skema Kerangka Berpikir ... 3.1 Skema Alur Penelitian ... 4.1 Rata-rata Skor Hasil Pretest dan Posttest ... 4.2 Aktivitas Belajar Siswa ... 4.3 Rata-rata Aktivitas Belajar Siswa ... 4.4 Motivasi Belajar Siswa ... 4.5 Rata-rata Motivasi Belajar Siswa ...

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1 Silabus dan RPP ... Lampiran 2 Bahan Ajar ... Lampiran 3 Lembar Diskusi Siswa ... Lampiran 4 Lembar Kegiatan Siswa ... Lampiran 5 Kisi-kisi Soal Tes Uji Coba Tema Optik ... Lampiran 6 Soal Tes Uji Coba Tema Optik ... Lampiran 7 Analisis Tes Uji Coba Soal ... Lampiran 8 Analisis Instrumen ... Lampiran 9 Analisis Realibilitas ... Lampiran 10 Soal Pretest dan Posttest ... Lampiran 11 Kunci Jawaban Soal Pretest dan Posttest ... Lampiran 12 Lembar Jawab Soal Pretest dan Posttest ... Lampiran 13 Analisis Hasil Pretest ... Lampiran 14 Contoh Lembar Jawab Pretest ... Lampiran 15 Analisis Hasil Posttest ... Lampiran 16 Contoh Lembar Jawab Posttest ... Lampiran 17 Uji Normalitas ... Lampiran 18 Uji Kesamaan Dua Varians ... Lampiran 19 Uji Hipotesis ... Lampiran 20 Uji Faktor N-gain (<g>) ... Lampiran 21 Diagram Hasil belajar Kognitif Siswa ... Lampiran 22 Uji Kesamaan Rata-rata ... Lampiran 23 Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Belajar ... Lampiran 24 Lembar Observasi Aktivitas Belajar ... Lampiran 25 Hasil Observasi Aktivitas Belajar ... Lampiran 26 Diagram Aktivitas Belajar ... Lampiran 27 Contoh Lembar Observasi Akivitas Belajar ... Lampiran 28 Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar ... Lampiran 29 Lembar Angket Motivasi Belajar ...

(15)

Lampiran 30 Hasil Angket motivasi Belajar ... Lampiran 31 Diagram Motivasi Belajar ... Lampiran 32 Contoh Lembar Hasil Angket Motivasi Belajar .... Lampiran 33 Perolehan Skor Turnamen ... Lampiran 34 Surat Usulan Dosen Pembimbing ... Lampiran 35 Surat Penetapan Dosen Pembimbing ... Lampiran 36 Surat Ijin Penelitian ... Lampiran 37 Surat Keterangan Melakukan Penelitian ... Lampiran 38 Dokumentasi Penelitian ... Lampiran 39 Desain Media Physics Card ...

(16)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembelajaran menurut Rusman (2013: 116) merupakan proses yang mengintegrasikan berbagai komponen dan kegiatan sesuai dengan tujuan yang diharapkan, dimana siswa belajar untuk memperoleh hasil belajar. Apabila pembelajaran dilaksanakan dengan baik dan tepat, maka akan membantu ketercapaian tujuan belajar, dan sebaliknya pembelajaran yang dilaksanakan dengan kurang tepat akan menjadi kendala untuk mencapai tujuan belajar itu sendiri.

(17)

kurang memuaskan, bahkan masih di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM). Data persentase ketidaktuntasan hasil ulangan harian tema optik pada pokok bahasan cahaya siswa kelas VIII SMP Negeri 22 Semarang pada tahun pelajaran 2011/2012 s.d. 2013/2014 dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Data Ketidaktuntasan Hasil Ulangan Harian Optik Pokok Bahasan Cahaya

No. Kelas Persentase Ketidaktuntasan (%)

1 VIII F (2012) 52

2 VIII G (2012) 16

3 VIII H (2012) 65

4 VIII F (2013) 56

5 VIII G (2013) 47

6 VIII H (2013) 39

7 VIII F (2014) 50

8 VIII G (2014) 100

9 VIII H (2014) 44

Rata-rata Persentase

Ketidaktuntasan 52

(18)

penelitian ini memfokuskan materi pada tema optik khususnya konsep pemantulan cahaya pada cermin dan pembiasan cahaya pada lensa.

Berdasarkan hasil observasi awal yang telah dilakukan di SMP Negeri 22 Semarang juga didapati bahwa media pembelajaran untuk materi optik yang ada masih kurang variatif, yaitu masih berupa Kit Optik. Hal tersebut tentunya kurang dapat memotivasi siswa dalam belajar. Optik merupakan bagian dari materi ilmu IPA Fisika yang dipelajari peserta didik SMP. Materi optik berisi penguasaan konsep dan rumus, sehingga diperlukan penguatan yang lebih intensif agar siswa lebih mudah memahami materi. Fathurrohman & Sobry (2009: 67) menjelaskan bahwa penggunaan media dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan motivasi dan keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut, maka dalam penelitian ini dipilih suatu media bantu berbasis edutainment yang bernama physics card. Physics card adalah media permainan kartu yang didesain semenarik mungkin berdasarkan kajian seni visual (visual art). Media ini merupakan modifikasi dari permainan kartu tepuk nyamuk yang banyak digemari oleh anak-anak, yang nantinya akan digunakan sebagai media game pada sesi tournament dalam pembelajaran kooperatif Teams Games Tournament (TGT). Upaya tersebut diharapkan mampu memotivasi siswa untuk belajar dan dapat menunjukkan pada siswa bahwa ilmu IPA khususnya Fisika itu menyenangkan.

(19)

pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku atau ras yang berbeda. Hasil penelitian Tyasning (2012: 31) menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran TGT dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, dalam penelitian ini pemilihan model pembelajaran kooperatif TGT berbantuan media physics card berbasis edutainment dimaksudkan agar baik aktivitas maupun hasil belajar kognitif siswa dapat meningkat melalui pembelajaran yang lebih bermakna. Pembelajaran bermakna dimaksudkan adalah pembelajaran bermakna menurut Rusman (2013: 252-253) yaitu pembelajaran yang menghasilkan pemahaman yang utuh, sehingga konsep yang dipelajari akan dipahami baik dan tidak mudah dilupakan.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukan penelitian: Implemetasi Pembelajaran Kooperatif TGT Berbantuan Media Physics Card Berbasis Edutainment pada Tema Optik Siswa SMP Kelas VIII.

1.2

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah implementasi pembelajaran kooperatif TGT berbantuan media physics card berbasis edutainment dapat mengembangkan aktivitas belajar siswa? 2. Apakah implementasi pembelajaran kooperatif TGT berbantuan media physics

(20)

3. Apakah implementasi pembelajaran kooperatif TGT berbantuan media physics card berbasis edutainment efektif untuk meningkatan hasil belajar kognitif siswa?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan aktivitas belajar siswa yang mendapatkan implementasi pembelajaran kooperatif TGT berbantuan media physics card berbasis edutainment.

2. Mendeskripsikan motivasi belajar siswa yang mendapatkan implementasi pembelajaran kooperatif TGT berbantuan media physics card berbasis edutainment.

3. Menentukan keefektifan implementasi pembelajaran kooperatif TGT berbantuan media physics card berbasis edutainment dalam meningkatkan hasil belajar kognitif siswa.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan masukan pembelajaran yang efektif dalam mengembangkan aktivitas dan motivasi belajar siswa serta meningkatan hasil belajar kognitif siswa pada mata pelajaran IPA Fisika tema optik.

(21)

Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi peneliti, siswa, guru dan lembaga pendidikan, sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti

Peneliti memperoleh pengalaman langsung dalam mengetahui model dan media pembelajaran yang efektif untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran, sehingga diharapkan dapat bermanfaat ketika kelak menjadi pendidik.

2. Bagi Siswa

Penelitian ini memberikan pengalaman langsung dalam melakukan pembelajaran yang rekreatif, aktif dan efektif. Dengan adanya media pembelajaran yang menarik, diharapkan dapat memotivasi siswa untuk lebih giat belajar dan dapat membantu siswa untuk meningkatkan pemahaman dan penguasaan konsep dari tema Optik.

3. Bagi Guru

Penelitian ini dapat memberi salah satu alternatif pengajaran IPA Fisika dengan strategi pembelajaran yang dapat berdampak positif terhadap aktivitas dan motivasi belajar peserta didik. Penelitian ini juga dapat menjadi referensi yang kemudian dapat dimodifikasi oleh guru agar pembelajaran berlangsung lebih tepat sasaran (efektif).

(22)

Penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran sebagai alternatif peningkatan kualitas pendidikan, khususnya kualitas belajar IPA Fisika dan dunia pendidikan pada umumnya.

1.5 Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, batasan permasalahan yang akan diteliti yaitu:

1. Mengevaluasi pengaruh implementasi pembelajaran kooperatif TGT berbantuan media physics card berbasis edutainment dalam mengembangkan aktivitas dan motivasi belajar siswa serta kefektifannya meningkatan hasil belajar kognitif siswa.

2. Materi yang dipelajari dalam penelitian ini hanya pada tema optik SMP kelas VIII yang mencakup materi pemantulan cahaya pada cermin dan pembiasan cahaya pada lensa yang meliputi pemahaman konsep dan juga hitungan.

1.6 Penegasan Istilah

Judul dalam penelitian ini adalah “IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TGT BERBANTUAN MEDIA PHYSICS CARD BERBASIS EDUTAINMENT PADA TEMA OPTIK SISWA SMP KELAS VIII.” Istilah yang perlu ditegaskan untuk menghindari salah penafsiran antara lain sebagai berikut: 1.6.1 Implementasi

(23)

dengan harapan penerapan pembelajaran tersebut efektif terhadap aktivitas dan motivasi belajar serta peningkatan hasil belajar kognitif tema optik siswa.

1.6.2 Pembelajaran Kooperatif TGT

Model pembelajaran kooperatif TGT yang diterapkan dalam penelitian ini, selain mengusung pembelajaran berkelompok juga menekankan kepada persaingan akademik dengan bantuan media permainan edukatif yaitu physics card.

1.6.3 Media Physics Card

Media physics card terdiri atas kartu permainan, kartu soal, kartu refresh area dan kartu jawaban yang memuat materi pemantulan cahaya pada cermin dan pembiasan cahaya pada lensa yang didesain secara menarik, sehingga mampu menumbuhkan daya tarik siswa.

1.6.4 Edutainment

Pembelajaran edutainment (education entertainment) adalah pendekatan pembelajaran yang menghibur dan menyenangkan (Widiyatmoko, 2012: 39). Dalam penelitian ini pendekatan edutainment dipilih karena physics card merupakan salah satu bentuk permainan edukatif yang menghibur dan menyenangkan sehingga siswa menjadi lebih termotivasi dalam belajar.

1.6.5 Tema Optik

(24)
(25)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran kolaboratif dimana siswa

belajar dan bekerja sama dalam kelompok kecil dengan anggota kelompok yang bersifat heterogen. Ketergantungan positif yang terjalin antar siswa dalam pembelajaran kooperatif diyakini mampu mengajarkan siswa akan pentingnya suatu kerjasama dalam mencapai tujuan bersama, dimana dalam pembelajaran ini kesuksesan kelompok bergantung pada kesuksesan tiap anggotanya (Rusman, 2013: 205). Dengan kata lain, dalam pembelajaran ini siswa memiliki peran sebagai pusat pembelajaran (student centered) dan dituntut aktif untuk mencapai keberhasilan kelompoknya.

Pembelajaran kooperatif menurut Akbar (2013: 61) ialah pembelajaran yang: (1) baik skor serta penghargaan turnamen maupun tugas yang diperoleh oleh setiap individu adalah milik kelompok, bukan perorangan; (2) antar anggota berkewajiban untuk saling memotivasi dalam pembelajaran; dan (3) didalamnya guru memberikan feedback untuk kelompok.

(26)

centered pada pembelajaran kooperatif memberikan dampak positif baik terhadap partisipasi profesional (kelompok) maupun individu.

2.2 Model Pembelajaran Kooperatif TGT

STAD merupakan salah satu jenis model pembelajaran kooperatif. STAD adalah pembelajaran yang membagi siswa menjadi kelompok beranggotakan 4 orang yang bersifat heterogen. Saat guru menyampaikan materi, setiap siswa di dalam kelompok saling memastikan agar semua kelompok memahami isi materi tersebut, dan pada akhir pembelajaran siswa akan melaksanakan kuis perseorangan (Rusman, 2013: 213-214).

Slavin (2005: 13) menjelaskan bahwa TGT merupakan metode pembelajaran pertama yang diciptakan oleh Johns Hopkins dan kemudian dikembangkan oleh David DeVries dan Keith Edwards. Proses pembelajaran dalam metode ini hampir sama dengan STAD. Aspek pembeda antara STAD dan TGT adalah adanya sesi turnamen pada TGT. Dalam sesi turnamen pembelajaran TGT, siswa memainkan permainan akademik dengan anggota tim lain untuk menyumbangkan poin bagi timnya.

TGT tersusun atas tiga kata yaitu teams, games dan tournament. Deskripsi dari komponen-komponen TGT menurut Slavin (2005: 166) adalah sebagai berikut. 1. Teams (Tim)

(27)

melibatkan pembahasan permasalahan bersama, membandingkan jawaban, dan mengoreksi tiap kesalahan pemahaman apabila anggota tim ada yang membuat kesalahan. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar dan lebih khususnya lagi adalah untuk mempersiapkan anggotanya dalam turnamen.

2. Games (Permainan)

Games terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevan dan dirancang untuk menguji pengetahuan siswa setelah memperoleh penjelasan materi dan pelaksanaan kerja tim. Kebanyakan game hanya berupa nomor-nomor pertanyaan yang ditulis pada lembar yang sama. Seorang siswa mengambil sebuah kartu bernomor dan harus menjawab pertanyaan sesuai nomor yang tertera pada kartu tersebut.

3. Tournament (Turnamen)

Turnamen adalah sebuah struktur dimana game berlangsung. Turnamen berlangsung pada akhir minggu atau akhir unit, setelah guru memberikan presentasi di kelas dan tim telah melaksanakan kerja kelompok.

(28)

tidak mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota kelompok yang lain bertanggung jawab untuk menjelaskannya, sebelum mengajukan pertanyaan tersebut kepada guru.

Nopiyanita (2013: 139) menjelaskan bahwa model pembelajaran kooperatif TGT merupakan model pembelajaran yang mampu membuat siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran dengan mengusung pembelajaran yang menyenangkan. Wyk (2011: 191) telah membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif TGT mampu memberikan dampak positif terhadap sikap belajar siswa. Perubahan sikap siswa ke arah yang lebih positif tersebut tentunya berpengaruh pada partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran itu sendiri. Sementara itu, dalam penelitian Purwani (2013: 57) didapati bahwa model pembelajaran kooperatif TGT efektif dalam memacu motivasi serta minat siswa dalam belajar dan meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, implementasi pembelajaran kooperatif TGT dalam penelitian ini diharapkan mampu mengembangkan aktivitas dan motivasi belajar siswa serta meningkatkan hasil belajar kognitif mata pelajaran IPA Fisika tema optik siswa SMP kelas VIII SMP Negeri 22 Semarang.

2.3 Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif TGT

Suatu model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kelemahan. Berikut

(29)

2.3.1 Kelebihan Pembelajaran Kooperatif TGT

Kelebihan pembelajaran kooperatif TGT yang dirangkum berdasarkan ulasan dalam penelitian Purwani (2013: 55), antara lain: (1) tutor sebaya dalam pembelajaran kooperatif TGT dikenal lebih efektif dalam membelajarkan untuk mencapai keberhasilan kelompok; (2) dengan menciptakan pembelajaran yang lebih interaktif, pembelajaran kooperatif TGT dapat menanamkan betapa pentingnya kerjasama dalam pencapaian tujuan belajar, baik untuk dirinya maupun seluruh anggota kelompok, serta (3) adanya turnamen sebagai sarana pembangun motivasi belajar siswa.

Berdasarkan kelebihan pembelajaran kooperatif TGT yang telah dijelaskan di atas, ada beberapa hal yang diharapkan dari implementasi pembelajaran tersebut yaitu siswa dapat saling memotivasi melalui tutor sebaya, siswa dapat lebih menyadari pentingnya kerjasama dalam pencapaian tujuan belajar, dan dengan adanya turnamen dalam pembelajaran kooperatif TGT membuat siswa lebih termotivasi dan aktif untuk berusaha lebih baik bagi diri maupun kelompoknya. 2.3.2 Kelemahan Pembelajaran Kooperatif TGT

(30)

yang digunakan kurang tepat, maka akan membuat siswa menjadi kurang aktif dan termotivasi dalam pembelajaran.

Dari ketiga kekurangan yang dimiliki oleh kooperatif TGT disimpulkan bahwa dalam pembelajaran ini seorang guru harus dapat menjadi fasilitator dan motivator. Jika guru tidak mampu berperan sebagai fasiltator dan motivator, maka proses pembelajaran kooperatif TGT tidak akan berlangsung seperti yang diharapkan. Selain itu, apabila guru terkesan monoton akan membuat proses belajar yang seharusnya menyenangkan akan menjadi membosankan dan membuat siswa menjadi kurang termotivasi dalam belajar. Pembelajaran kooperatif ini dapat berlangsung dengan baik apabila ditunjang dengan sarana yang lebih memadai dan tidak menghabiskan waktu terlalu lama. Oleh karena itu dalam penelitian ini dipilih media physics card sebagai media bantu yang diharapkan cukup efektif untuk digunakan dalam proses pembelajaran, mengingat waktu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan permainan hanya berkisar 30 menit.

2.4 Media

Physics Card

Berbasis

Edutainment

(31)

Pembelajaran physics edutainment merupakan pembelajaran dengan mengusung suasana belajar yang menyenangkan, namun tetap berpedoman kepada tujuan dari pembelajaran itu sendiri, sehingga dapat menumbuhkan daya tarik siswa akan pelajaran fisika (Widiyatmoko, 2012: 39). Hasil penelitian Ambarwati (2014: 631) menunjukkan bahwa media pembelajaran berbasis edutainment mampu membuat siswa menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran. Disamping itu, dalam penelitian Pakprod & Wannapiroon (2013: 133) diungkapkan bahwa pembelajaran edutainment mampu mengembangkan kecerdasan emosional anak. Jadi, pendekatan edutainment selain mampu menciptakan suatu kondisi pembelajaran yang lebih menyenangkan juga dapat membuat siswa lebih aktif dan cerdas secara emosional. Pendekatan edutainment implementsikan dalam penelitian ini dengan harapan mampu membangun motivasi belajar siswa dengan lebih efektif.

Ditinjau berdasarkan bentuknya, media dibagi menjadi 3 yaitu media audio, visual, dan audio-visual. Media audio adalah media yang dalam penggunaannya hanya mengandalkan indra pendengaran, media visual adalah media yang dalam penggunannya hanya mengandalkan indra penglihatan, dan media audio-visual adalah media yang dalam penggunaannya mengandalkan indra pendengaran dan juga indra penglihatan (Khanifatul, 2013: 31). Jika dikelompokan berdasarkan jenisnya, media physics card ini termasuk jenis media visual, karena hanya mengandalkan indra penglihatan saja.

(32)

pemvisualisasian dan pemahaman konseptual fenomena ilmu alam. Dalam penelitian ini, media physics card dibuat dengan memanfaatkan ilmu visual arts, media physics card didesain berdasarkan karya seni berwujud atau berbentuk dengan maksud menumbuhkan motivasi belajar siswa serta meningkatkan pemahaman konsep siswa yang diukur brdasarkan hasil belajar kognitif setelah menggunakan media tersebut.

(33)

Media Physics card terdiri atas beberapa bagian, yaitu: a) Kartu permainan

Kartu permainan physics card merupakan kartu yang dibagikan kepada tiap pemain. Kartu permainan physics card berjumlah 30 kartu, yang terdiri atas 6 kartu bernomor 1-6 warna merah, 6 kartu bernomor 1-6 warna biru, 6 kartu bernomor 1-6 warna hijau, 6 kartu bernomor 1-6 warna ungu dan 6 kartu bernomor 1-6 warna hitam. Desain tampak depan kartu physics card berupa gambar-gambar yang berhubungan dengan materi optik dan desain tampak belakang berupa gambar berpola bertuliskan physics card.

b) Kartu Soal

Kartu soal merupakan kartu berisi pertanyaan yang merupakan latihan soal dari materi optik, yang meliputi konsep pemantulan cahaya pada cermin dan pembiasan cahaya pada lensa, yang dihubungkan dengan kartu permainan physics card. Pemain memperoleh soal sesuai dengan angka yang tertera pada kartu permainan physics card yang dia peroleh.

c) Kartu Jawaban

Kartu jawaban berisi jawaban dari pertanyaan yang ada di kartu soal, kartu ini digunakan untuk mencocokan jawaban pemain.

d) Refresh Area

(34)

refresh area berperan untuk menyegarkan ingatan pemain agar dapat menjawab pertanyaan saat mengalami kesulitan dalam menjawab.

e) Lembar Aturan Permainan Physics Card

Lembar aturan permainan physics card merupakan lembaran yang berisi aturan permaian dalam memainkan permainan kartu physics card.

Media physics card disusun melalui beberapa tahapan, yaitu: (1) menganalisis kurikulum (meliputi SK, KD, indikator, dan tujuan pembelajaran) yang sesuai dengan KTSP, (2) mengumpulkan materi yang berhubungan dengan tema optik sub materi pemantulan cahaya pada cermin dan pembiasan cahaya pada lensa dari berbagai referensi, (3) mengumpulkan gambar yang berkaitan dengan tema optik melalui penelusuran internet, (4) mendesain kartu menggunakan aplikasi Coreldraw Graphic Suite X4 Software, dan (5) mencetak desain kartu dengan jenis kertas ivory. Contoh desain media physics card dapat dilihat pada Gambar 2.1, 2.2 dan 2.3. Desain media physics card selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 39 halaman 224-230.

[image:34.592.190.449.543.718.2]

Gambar 2.1 Contoh Desain Kartu Permainan Media Physics Card (a) Tampak Depan, (b) Tampak Belakang

(35)
[image:35.592.134.498.91.409.2]

(a) (b)

[image:35.592.126.507.296.413.2]

Gambar 2.2 Contoh Desain Kartu Soal Media Physics Card (a) Tampak Depan, (b) Tampak Belakang

Gambar 2.3 Contoh Desain Aturan Permainan Media Physics Card

2.5 Tema Optik

Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), materi optik terdiri dari konsep cahaya yang memuat materi mengenai macam-macam cermin dan lensa dan mekanisme pembentukan bayangan, konsep mata sebagai alat optik dan alat indera, dan juga konsep alat-alat optik. Standar kompetensi dan kompetensi dasar tema optik berdasarkan KTSP disajikan pada Tabel 2.1.

(36)
[image:36.592.128.496.103.237.2]

Tabel 2.1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tema Optik Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari.

KD 6.3 Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa

KD 6.4 Mendeskripsikan alat-alat optik dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari

2.6 Motivasi Belajar

Khanifatul (2013: 101-102) membagi motivasi belajar menjadi dua berdasarkan sumbernya, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Pada dasarnya motivasi intrinsik dan ekstrinsik adalah sama yaitu sama-sama merupakan faktor yang mempengaruhi kemauan siswa untuk belajar. Aspek pembeda keduanya ialah dimana motivasi intrinsik berasal dari dalam diri individu itu sendiri, sedangkan motivasi ekstrinsik berasal dari luar diri individu.
(37)

siswa itu dinamis, berubah-ubah dan juga masih banyak kemungkinan lain yang terjadi dalam proses pembelajaran. Oleh sebab itulah diperlukan adanya motivasi ekstrinsik.

Motivasi merupakan faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi memiliki fungsi antara lain untuk mendorong dan menggerakkan individu dalam melakukan suatu perbuatan serta memberikan pengarahan dalam mencapai tujuan (Hamalik, 2009: 161). Dengan kata lain, fungsi motivasi ialah untuk mempengaruhi usaha siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Disamping itu, Sardiman (2007: 84-85) juga menyebutkan bahwa keberhasilan suatu pembelajaran ditentukan dari seberapa besar usaha yang dilakukan oleh siswa. Jadi, dalam hal ini intensitas motivasi belajar siswa akan sangat menentukan pencapaian prestasi belajarnya.

(38)

2.7 Aktivitas Belajar

Aktivitas yang tergolong ke dalam aktivitas belajar yaitu mendengarkan, memandang, meraba, membau dan mencicipi/ mencecap, menulis atau mencatat, membaca, membuat ikhtisar atau ringkasan dan menggarisbawahi, mengamati tabel-tabel, diagram-diagram dan bagan-bagan, menyusun paper atau kertas kerja, mengingat, berpikir, dan latihan atau praktek. Aktivitas-aktivitas tersebut tidak secara serta-merta dapat dikatakan sebagai aktivitas belajar. Aktivitas-aktivitas tersebut dapat dikatakan belajar apabila didorong oleh kebutuhan dan motivasi untuk mencapai tujuan dengan menggunakan sikap tertentu untuk memperoleh perubahan tingkah laku. Motivasi sangat berpengaruh terhadap aktivitas belajar siswa di kelas (Dalyono, 2009: 219-224).

Dalam penelitian Tyasning (2012: 31) didapati bahwa penerapan pembelajaran kooperatif TGT efektif terhadap peningkatan aktivitas belajar siswa. Dalam penelitian ini, implementasi pembelajaran kooperatif TGT berbantuan media physics card berbasis edutainment diharapkan dapat menjadi metode pembelajaran alternatif untuk mengembangkan aktivitas belajar siswa.

2.8 Hasil Belajar Kognitif

Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Menurut

Rifa’i & Chatarina (2012: 69), hasil belajar merupakan output yang diperoleh

(39)

Benyamin S. Bloom (dalam Rifa’i & Chatarina, 2012: 70) menjelaskan bahwa hasil belajar dibagi menjadi tiga taksonomi yang disebut dengan ranah belajar, yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Ranah kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual. Ranah kognitif mencakup kategori pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian. Hasil belajar kognitif ini biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian terhadap siswa yang ditunjukkan dengan tes hasil belajar setelah siswa mengikuti kegiatan pembelajaran.

Slavin (2005: 41) menjelaskan bahwa peningkatan prestasi siswa dapat dicapai melalui tujuan kelompok dan tanggung jawab individual dalam pembelajaran kooperatif. Dalam penelitian ini, peningkatan prestasi belajar siswa diukur berdasarkan hasil belajar kognitif dari hasil pretest dan posttest yang diujikan kepada siswa. Dari hasil pretest dan posttest tersebut akan terlihat bagaimana keefektifan pembelajaran kooperatif TGT berbantuan media physics card berbasis edutainment dalam meningkatan hasil belajar kognitif siswa.

2.9 Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian Purwati (2013) yang berjudul “Implementasi Teams Games

Tournament Berbasis Percobaan Fisika Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif dan

Hasil Belajar Peserta Didik” membuktikan bahwa model pembelajaran TGT

(40)

Hasil Penelitian Soegiartono (2011) yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Bagi Siswa Kelas X SMK Negeri 2 Manado” menunjukkan bahwa model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar kognitif Fisika siswa kelas X, dimana pada akhir siklus III peningkatan kemampuan C2 (pemahaman) mencapai 80%, C1 (ingatan) mencapai 83,33%, dan C3 (aplikasi) mencapai 66,67%.

Hasil penelitian Muldayanti (2013) yang berjudul “Pembelajaran Biologi

Model STAD dan TGT Ditinjau dari Keingintahuan dan Minat Belajar Siswa” juga

menunjukkan bahwa model pembelajaran TGT lebih efektif dalam mengaktifkan dan memotivasi siswa untuk belajar dibandingkan dengan model pembelajaran STAD.

Berdasarkan beberapa hasil penelitian yang ada di atas, maka dalam penelitian ini penulis mengimplementasikan pembelajaran kooperatif TGT berbantuan media physics card berbasis edutainment pada tema optik siswa SMP kelas VIII. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh implementasi model pembelajaran tersebut terhadap aktivitas dan motivasi belajar siswa, serta keefektifanya dalam meningkatkan hasil belajar kognitif siswa pada aspek C1 (pengetahuan), C2 (pemahaman), C3 (aplikasi) dan C4 (analisis).

2.10 Kerangka Berpikir

(41)
[image:41.592.112.511.186.602.2]

serta pemusatan perhatian terhadap pelajaran yang kurang, membuat sebagian besar siswa cenderung pasif pada saat pembelajaran berlangsung. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dibutuhkan suatu inovasi pembelajaran.

Gambar 2.4 Skema Kerangka Berpikir

Pada pembelajaran kooperatif dengan tipe TGT, siswa belajar dari sesama teman, bekerja sama dan saling membantu dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar bisa terbantu karena bisa belajar kepada teman sekelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota yang lain

Indikator yang ingin dicapai:

1.Siswa lebih aktif dalam pembelajaran 2.Siswa lebih termotivasi dalam belajar 3.Hasil belajar kognitif siswa meningkat

- Siswa kurang termotivasi dan kurang aktif dalam belajar - Hasil belajar kognitif siswa kurang memuaskan

- Perlunya inovasi dalam pembelajaran

Masalah dapat diselesaikan

Inovasi pembelajaran apakah yang dapat dilakukan untuk mengembangkan aktivitas dan motivasi belajar siswa serta

meningkatkan hasil belajar kognitif siswa?

didukung

Jika indikator tercapai Solusi:

Implementasi pembelajaran kooperatif TGT berbantuan media physics card berbasis edutainment

Landasan Teoritis:

− Kooperatif TGT

− Media Physics Card

(42)

bertanggungjawab untuk memberikan penjelasan. Proses pembelajaran ini akan sangat mendukung peningkatan ranah kognitif. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam model pembelajaran kooperatif TGT berbantuan media physics card berbasis edutainment memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks dengan suasana kelas yang lebih bermakna dan menyenangkan. Dengan demikian, melalui pembelajaran kooperatif tipe TGT berbantuan media physics card berbasis edutainment, diharapkan dapat mengembangkan baik aktivitas belajar maupun motivasi belajar siswa, dan juga dapat meningkatkan hasil belajar kognitif tema optik siswa kelas VIII SMP N 22 Semarang. Skema kerangka berpikir penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.4.

2.11 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berpikir yang telah diuraikan, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Hasil belajar kognitif siswa yang mendapat model pembelajaran kooperatif TGT berbantuan media physics card berbasis edutainment lebih rendah atau sama dengan siswa yang mendapat model pembelajaran direct instruction dilengkapi praktikum.

(43)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2014/2015 dan berlokasi di SMP Negeri 22 Semarang yang terletak di Jl. Raya Gunungpati, Kecamatan Gunungpati, Semarang.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu, yang ditetapkan penulis untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010: 117). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP N 22 Semarang tahun pelajaran 2014/2015.

3.2.2 Sampel

(44)

sama. Oleh karena itu, pada penelitian ini diambil 2 kelas sampel yaitu kelas VIII D dan VIII E. Kelas VIII E sebagai kelas eksperimen dikenai model pembelajaran kooperatif TGT berbantu media physics card berbasis edutainment dilengkapi praktikum, sedangkan kelas VIII D sebagai kelas kontrol dikenai model pembelajaran direct instruction dilengkapi praktikum.

3.3 Desain Penelitian

Pada penelitian ini, desain penelitian yang digunakan adalah desain Quasi-Experimental tipe Non-Equivalent Control Group Design. Pola Quasi-Experimental dipilih karena kesulitan untuk mengontrol sepenuhnya variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Pola desain penelitian Quasi-Experimental tipe Non-Equivalent Control Group Design disajikan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Pola desain penelitian Quasi-Experimental tipe Non-Equivalent Control Group Design

Group Pretest Treatment Posttest

Experiment Group T0 X T

Control Group T0 Y T

Keterangan:

X : pembelajaran kooperatif TGT dilengkapi media physics card berbasis edutainment dilengkapi praktikum.

Y : pembelajaran direct instruction dilengkapi praktikum.

[image:44.592.158.468.497.558.2]
(45)
[image:45.592.110.524.99.616.2]

Gambar 3.1 Skema Alur Penelitian

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Metode Tes

Metode tes dipilih karena dianggap sebagai metode yang paling tepat dalam mencari pemecahan masalah dalam penelitian yang menjadi dasar penulisan skripsi

Menentukan Populasi

Menentukan Sampel

Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol

Pretest Pretest

Analisis tahap awal Analisis tahap awal

Posttest Angket motivasi

belajar siswa

Observasi aktivitas belajar siswa

Analisis tahap akhir

Data hasil penelitian Pembelajaran kooperatif TGT berbantuan

media physics card berbasis Edutainment dilengkapi praktikum.

Pembelajaran direct instruction dilengkapi praktikum.

Analisis lembar angket motivasi belajar siswa

(46)

ini, karena menurut Arikunto (2007: 53) metode tes merupakan alat yang dapat digunakan untuk mengukur sesuatu dengan aturan yang telah ditentukan. Dalam penelitian ini metode tes digunakan sebagai alat untuk mengukur prestasi belajar kognitif siswa. Metode tes dilakukan pada awal pembelajaran (pretest) dan akhir pembelajaran (posttest) untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa. Jenis tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes pilihan ganda yang telah memenuhi syarat validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran. Tes pilihan ganda dipilih karena Arikunto (2007: 61) menjelaskan bahwa jenis tes tersebut dapat digunakan sebagai solusi untuk menghindari masuknya unsur subjektivitas dalam penilaian.

3.4.2 Metode Non-Tes 3.4.2.1 Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi digunakan sebagai bukti pelaksanaan tindakan yaitu melalui pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik pada saat proses pembelajaran berlangsung.

3.4.2.2 Metode Observasi

(47)

3.4.2.3 Metode Angket

Angket dalam penelitian ini diberikan baik kepada siswa yang berasal dari kelas eksperimen maupun kelas kontrol pada akhir pembelajaran, yang bertujuan untuk mengetahui motivasi belajar siswa setelah penerapan model pembelajaran. Lembar angket merupakan angket terbuka dengan 4 indikator yaitu perhatian, kegunaan, percaya diri, dan kepuasan yang merupakan karya John Keller dan dikenal sebagai model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction).

3.5 Instrumen Penelitian

3.5.1 Soal Tes

Instrumen ini digunakan untuk menguji peningkatan hasil belajar kognitif siswa yang terdiri dari soal pretest (soal tes yang diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum model pembelajaran diterapkan) dan soal posttest (soal tes yang diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah model pembelajaran diterapkan). Soal tes berupa soal pilihan ganda yang meliputi 4 aspek kognitif, yaitu aspek C1 (pengetahuan), aspek C2 (pemahaman), aspek C3 (aplikasi), dan aspek C4 (analisis). Pemberian skor tes untuk jawaban benar adalah 1 dan jawaban salah adalah 0.

3.5.2 Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa

(48)

menjadi 6 unsur aktivitas belajar setelah disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran yang akan berlangsung di kelas. Unsur-unsur aktivitas belajar tersebut adalah mendengarkan dan memandang (memperhatikan), menulis atau mencatat, membaca, mengamati, mengingat dan berpikir, dan latihan atau praktek. Skor penilaian yang digunakan dalam lembar observasi ini adalah sistem grading score.Marzano (2006: 116) merekomendasikan, dalam penilaian dengan sistem grading score sebaiknya digunakan 4 tingkatan penilaian untuk setiap topik atau indikator yang akan dinilai. Oleh karena itu, dalam penelitian ini ditetapkan 4 tingkatan skor dengan skala 1 sampai dengan 4 untuk penilaian setiap aktivitas belajar dengan 4 kriteria penilaian yaitu sangat aktif, aktif, cukup aktif, dan kurang aktif.

3.5.3 Lembar Angket Motivasi Belajar Siswa

Lembar angket digunakan untuk mengukur motivasi belajar siswa setelah penerapan model pembelajaran. Angket motivasi belajar siswa dalam penelitian ini merupakan angket terbuka dan terdiri dari 2 jenis pertanyaan, yaitu pertanyaan positif dan pertanyaan negatif. Kriteria penilaian motivasi belajar siswa dalam penelitian ini ditentukan dalam 4 kriteria yaitu sangat termotivasi, termotivasi, kurang termotivasi, dan tidak termotivasi.

3.6 Analisis Instrumen

Analisis instrumen dilakukan untuk menguji kelayakan instrumen penelitian.

(49)

2 2



2 2

) ( ) ( ) )( (

 

    y y N x x N y x xy N rxy

belajar siswa dilakukan oleh dosen pembimbing. Data instrumen tes yang dianalisis dalam penelitian ini merupakan data yang diperoleh dari hasil tes uji coba soal. Tes uji coba soal dilakukan pada kelas IX C SMP Negeri 22 Semarang yang berjumlah 30 siswa.

3.6.1 Validitas

Soal dapat dikatakan valid menurut validitas isi bila soal telah merupakan representasi dari keseluruhan hal yang hendak diukur. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik korelasi product moment yang dikemukakan oleh Arikunto (2007: 72-75) dengan rumus sebagai berikut:

(3.1)

Keterangan:

rxy : koefisien korelasi skor item dengan skor total N : jumlah peserta

x: jumlah skor item

y: jumlah skor total

xy: jumlah perkalian skor item dengan skor total

x2: jumlah kuadrat skor item

y2: jumlah kuadrat skor total.

(50)

Tabel 3.2. Kriteria Koefisien Korelasi Korelasi Kriteria Penilaian 0,00 – 0,20 Sangat rendah 0,21 – 0,40 Rendah 0,41 – 0,60 Cukup 0,61 – 0,80 Tinggi 0,81 – 1,00 Sangat Tinggi

[image:50.592.117.520.297.395.2]

Berdasarkan hasil analisis uji validitas tes yang telah dilakukan, diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 3.3 Hasil Analisis Uji Validitas Soal Uji Coba

3.6.2 Reliabilitas

Reliabilitas suatu tes merupakan taraf sampai dimana suatu tes mampu menunjukkan konsistensi hasil pengukurannya yang diperlihatkan dalam taraf ketepatan dan ketelitian hasil. Untuk menguji reliabilitas soal pilihan ganda digunakan rumus K-R.21 sebagai berikut:

             2 11 ) ( 1

1 nSt

M n M n

n

r (3.2)

Keterangan:

r11 : reliabilitas instrumen n : banyaknya butir soal M : skor rata-rata/ mean

St2 : varians total yaitu skor total (Arikunto, 2007: 103).

Kriteria No. Butir Soal Jumlah Soal

Valid 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 11, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 20, 22, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30

23

Tidak Valid 5, 9, 10, 12, 19, 21, 23 7

(51)

Setelah hasil r11diketahui, kemudian dibandingkan dengan harga r tabel

dengan taraf signifikansi α = 5%. Apabila r11 > rtabel maka dikatakan instrumen

tersebut reliabel. Jika sebaliknya, maka instrumen tersebut dikatakan tidak reliabel. Berdasarkan hasil analisis uji reliabilitas soal uji coba tipe pilihan ganda yang telah dilakukan dengan menggunakan rumus K-R. 21, diperoleh nilai r11 sebesar 0,847. Kemudian nilai r11 dibandingkan dengan nilai rtabel. Berdasarkan rtabel pada n=30 dengan taraf signifikansi 5% didapatkan nilai rtabel sebesar 0,361. Dari hasil perhitungan didapati bahwa nilai r11 > rtabel, maka dapat disimpulkan bahwa soal pilihan ganda tersebut reliabel.

3.6.3 Daya Pembeda

Seluruh perangkat tes diurutkan menurut besarnya skor total yang diperoleh, mulai dari skor tertinggi dan dikelompokkan menjadi dua yaitu 50% kelompok atas (kelompok dengan skor tinggi), dan 50% kelompok bawah (kelompok dengan skor bawah).

Untuk menghitung daya beda digunakan rumus:

B A B B A

A P P

J B J B

D    (3.3)

Keterangan:

JA : Banyaknya peserta kelompok atas JB : Banyaknya peserta kelompok bawah

(52)
[image:52.592.185.441.137.232.2]

PB : Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar. Tabel 3.4. Klasifikasi Daya Pembeda Soal Daya Pembeda Kriteria

0,00 – 0,20 Jelek 0,21 – 0,40 Cukup 0,41 – 0,70 Baik 0,71 – 1,00 Baik Sekali

Soal yang direkomendasikan untuk digunakan adalah soal yang mempunyai D 0,41 sampai 0,70 atau berkriteria baik (Arikunto, 2007: 211-218). Hasil hasil analisis data pembeda soal uji coba dapat dilihat pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5 Hasil Analisis Daya Pembeda Soal Uji Coba

Kriteria No.Butir Soal Jumlah Soal

Jelek 1, 10, 12, 19, 21, 23 6

Cukup 1, 2, 5, 6, 9, 14, 22, 27, 29, 30 9 Baik 3, 4, 7, 8, 11, 13, 15, 16, 17, 18, 20, 24, 25, 26,

28

15

Jumlah 30

3.6.4 Taraf Kesukaran

Bilangan yang menunjukkan taraf kesukaran suatu soal diisebut indeks kesukaran (difficulty index). Indeks ini biasanya dinyatakan dengan proporsi yang besarnya 0,00 sampai dengan 1,00. Semakin besar tingkat indeks kesukaran, berarti soal tersebut semakin mudah. Taraf kesukaran menurut Arikunto (2007:208-210) dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

(3.4)

Keterangan:

[image:52.592.115.514.353.469.2]
(53)

  k

i Ei

Ei Oi x

1

2

2 ( )

B : banyaknya testee yang menjawab soal dengan benar JS : jumlah seluruh testee.

Tabel 3.6 Klasifikasi Indeks Taraf Kesukaran Indeks P Kriteria

0,00 ≤ P < 0,30 Sukar

0,30 ≤ P < 0,70 Sedang 0,70 ≤ P ≤ 1,00 Mudah

Hasil analisis indeks kesukaran soal uji coba dapat dilihat pada Tabel 3.7. Tabel 3.7 Hasil Analisis Indeks Kesukaran Instrumen Soal Uji Coba

Kriteria Soal No. Butir Soal Jumlah Soal

Mudah 1, 13, 22, 25, 29 5

Sedang 3, 4, 5, 7, 9, 11, 15, 16, 17, 18, 20, 21, 24, 26, 27, 30 16 Sukar 2, 6, 7, 8, 10, 12, 14, 19, 23, 28 9

Jumlah 30

3.7 Analisis Data

3.7.1 Analisis Tahap Awal

Analisis tahap awal digunakan untuk mengetahui kedua kelompok mempunyai keadaan awal yang sama atau tidak. Uji yang dilakukan adalah uji kesamaan dua varian. Sebelum uji kesamaan dua varian dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas untuk mengetahui data berdistribusi normal atau tidak. Data yang digunakan pada analisis tahap awal adalah skor pretest.

3.7.1.1 Uji Normalitas Data Pretest

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data yang dianalisis berdistribusi normal atau tidak. Rumus yang digunakan adalah rumus Chi Kuadrat.

(54)

kecil varian ter

besar varian ter F

Keterangan: χ2

: Chi kuadrat

Ei : frekuensi yang diharapkan Oi : frekuensi pengamatan.

Komponen penyusun rumus tersebut didapatkan dari hasil transformasi data distribusi frekuensi yang diuji normalitasnya.

Hipotesis:

Ho: data berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Ha: data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.

Jika χ2

hitung < χ2tabel pada taraf signifikansi 5% dengan derajat kebebasan dk =

k-3, maka Ho diterima. Apabila Ho diterima, maka artinya data berdistribusi normal (Sudjana, 2005: 273).

3.7.1.2. Uji Kesamaan Dua Varians

Uji kesamaan dua varian bertujuan untuk mengetahui kedua kelompok mempunyai tingkat homogenitas yang sama atau tidak. Dengan kata lain, mempunyai awal yang sama atau berbeda. Rumus yang digunakan adalah:

(3.6)

Nilai F yang diperoleh dari perhitungan dikonsultasikan dengan F tabel

dengan peluang 1/2α dengan α adalah taraf nyata. Untuk Ho: Error! Reference

(55)
(56)

  k

i Ei

Ei Oi x

1

2

2 ( )

3.7.2 Analisis Tahap Akhir

Analisis tahap akhir digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Data yang digunakan dalam analisis tahap akhir ini adalah data posttest yang diperoleh setelah perlakuan diberikan kepada kedua kelompok. Tahapan analisis tahap akhir adalah sebagai berikut:

3.7.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data yang dianalisis berdistribusi normal atau tidak. Rumus yang digunakan adalah rumus Chi Kuadrat.

(3.7)

Keterangan: χ2

: Chi kuadrat

Ei : frekuensi yang diharapkan Oi : frekuensi pengamatan.

Komponen penyusun rumus tersebut didapatkan dari hasil transformasi data distribusi frekuensi yang diuji normalitasnya.

Hipotesis:

Ho: data berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Ha : data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.

Jika χ2

hitung< χ2tabel pada taraf signifikansi 5% dengan derajat kebebasan dk =

(57)

n s x

t o

1

2 2

 

n n

x x

n

s i i

3.7.2.2 Uji Kesamaan Rata-Rata

Uji kesamaan rata-rata dilakukan untuk menguji keefektifan penggunaan pembelajaran kooperatif TGT berbantuan media physics card berbasis edutainment terhadap ketuntasan belajar siswa kelas eksperimen. Uji hipotesis ketuntasan belajar untuk ketuntasan individual menggunakan uji t pihak kanan (Sugiyono, 2011: 103).

(3.8)

dengan,

(3.9)

Keterangan:

t : nilai t yang dihitung.

x

: rata-rata nilai.

o

: nilai KKM.

s : simpangan baku. n : jumlah anggota sampel.

Untuk uji t satu pihak, yaitu uji pihak kanan, hipotesis yang diajukan adalah

sebagai berikut: Ho :

0

Ha :

0
(58)

                    2 2 1 1 2 2 2 1 2 1 2 1 2 n s n s r n s n s x x t

yang memperoleh pembelajaran dengan model kooperatif TGT berbantuan media physics card berbasis edutainment telah mencapai ketuntasan belajar.

3.7.2.3 Uji Hipotesis

Uji hipotesis menggunakan uji t yaitu pihak kanan untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel yang saling berkorelasi. Menurut Sugiyono (2011: 122), rumus uji t yang digunakan adalah:

(3.10)

Keterangan: 1

x : nilai rata-rata kelompok eksperimen.

2

x : nilai rata-rata kelompok kontrol.

2 1

s : varian data pada kelompok eksperimen.

2 2

s : varian data pada kelompok kontrol.

s1 : standart deviasi pada kelompok eksperimen. s2 : standart deviasi pada kelompok kontrol.

1

n : banyaknya subyek pada kelompok eksperimen.

2

n : banyaknya subyek pada kelompok kontrol. r : korelasi antara dua sampel.

Hipotesis: Ho :

1

2
(59)

          i i f S S S g % 100 % % 0 0

Dari thitung kemudian dikonsultasikan dengan dk = n1+n2-2 dan taraf signifikan 5%. Kriteria pengujian adalah H0 ditolak jika t hitung > t(1-α)(n1+ n2 -2). Jika H0 ditolak maka artinya rata-rata hasil belajar kognitif siswa yang mendapat model pembelajaran kooperatif TGT berbantuan media physics card berbasis edutainment lebih tinggi dari siswa yang mendapat model pembelajaran direct instruction dilengkapi praktikum.

3.7.2.4 Uji peningkatan rata-rata hasil belajar kognitif

Peningkatan hasil belajar kognitif siswa dianalisis dengan rumus indeks gain ternormalisasi menurut Hake (1998).

(3.11) Keterangan:

<g> : besarnya faktor N-gain <Si> : skor rata-rata pretest (%) <Sf> : skor rata-rata posttest (%).

Tabel 3.8 Klasifikasi Faktor Gain

Besar Faktor Gain Kriteria Penilaian <g> ≥ 0,7 Rendah 0,3 ≤ <g> < 0,7 Sedang <g> < 0,3 Tinggi

(60)

3.7.3 Analisis Lembar Observasi Aktivitas Belajar

Lembar observasi aktivitas belajar siswa dianalisis dengan menggunakan

analisis deskriptif dengan rumusan sebagai berikut:

(3.12) Skor yang diperoleh disesuaikan dengan kriteria sangat aktif, aktif, kurang aktif, dan tidak aktif. Menurut Sugiyono (2011: 36-37), kriteria tersebut dapat ditentukan dengan cara:

1. Menentukan persentase skor ideal (skor maksimal), yaitu: 100% 100% 4

4

2. Menentukan persentase skor terendah (skor minimal), yaitu: 100% 25% 4

1

3. Menetapkan kelas interval, yaitu = 4 (sangat aktif, aktif, kurang aktif, dan tidak aktif)

4. Menentukan panjang interval, yaitu:

% 75 , 18 4 : % 75 4 : %) 25 % 100 ( interval kelas banyak : range kelas interval panjang     

Berdasarkan rumus tersebut, kriteria yang dipakai dapat dilihat pada Tabel 3.9. Tabel 3.9 Kriteria Aktivitas Belajar

Interval Kriteria

81,25 % ≤ x ≤ 100 % Sangat Aktif 62,5 % ≤ x < 81,25 % Aktif

43,7 % ≤ x < 62,5 % Cukup Aktif 25 % ≤ x < 43,7 % Kurang Aktif

Hasil analisis data kedua kelas dibandingkan. Apabila kriteria penilaian aktivitas belajar siswa pada kelas eksperimen dalam mengikuti pembelajaran aktif

% 100 maksimal skor Jumlah Skor total belajar aktivitas

(61)

% 100 maksimal skor

Jumlah

Skor total belajar

motivasi

Skor  

atau sangat aktif dan lebih tinggi daripada kelas kontrol, maka artinya aktivitas belajar siswa yang mendapat model pembelajaran kooperatif TGT berbantuan media physics card berbasis edutainment lebih tinggi dari siswa yang mendapat model pembelajaran direct instruction dilengkapi praktikum.

3.7.4 Analisis Lembar Angket Motivasi Belajar

Data dari lembar angket dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif

dengan rumusan sebagai berikut:

(3.13)

Hasil yang diperoleh disesuaikan dengan kriteria sangat termotivasi, termotivasi, cukup termotivasi, dan kurang termotivasi. Kriteria tersebut ditentukan dengan menggunakan perumusan yang dijelaskan oleh Sugiyono (2011: 36-37). Kriteria motivasi belajar yang diterapkan dapat dilihat pada Tabel 3.10.

Tabel 3.10 Kriteria Motivasi Belajar

Interval Kriteria

75 % ≤ x ≤ 100 % Sangat Termotivasi 50 % ≤ x < 75 % Termotivasi 25 % ≤ x < 50 % Kurang Termotivasi

0 % ≤ x < 25 % Tidak Termotivasi

(62)

BAB 5

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dalam penelitian ini disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Implementasi pembelajaran kooperatif TGT berbantuan media physics card berbasis edutainment dapat mengembangkan aktivitas belajar tema optik siswa dengan rata-rata aktivitas belajar sebesar 87% dengan kategori sangat aktif. 2. Implementasi pembelajaran kooperatif TGT berbantuan media physics card

berbasis edutainment dapat mengembangkan motivasi belajar tema optik siswa dengan rata-rata motivasi belajar sebesar 81% dengan kategori sangat termotivasi.

3. Implementasi pembelajaran kooperatif TGT berbantuan media physics card berbasis edutainment efektif dalam meningkatkan hasil belajar kognitif tema optik siswa dengan faktor N-gain (<g>) sebesar 0,68 dalam kategori sedang.

5.2 Saran

Berdasarkan kendala-kendala yang dihadapi penulis dalam penelitian, maka saran yang dapat diberikan adalah:

(63)
(64)

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, S. 2013. Instrumen Perangkat Pembelajaran. Bandung: Rosda.

Ambarwati, N. 2014. Pengembangan CD Interaktif IPA Terpadu Tema Kalor Berbasis Science Edutainment untuk Siswa SMP. Unnes Science Education Journal, 3(3): 631-640. Tersedia di http://journal.unnes.ac.id/ [diakses 22 Juni 2015]

Arapaki, X. & Demitris, K. 2010. Popularization and Teaching of the Relationship Between Visual Arts and Natural Sciences: Historical, Philosophical and Didactical Dimensions of the Problem. Sci & Educ, 20(7-8): 797-803. Tersedia di http://link.springer.com/ [diakses 09 Januari 2015]

Arikunto, S. 2007. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi VII). Jakarta: Bumi Aksara.

Dalyono, M. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, S. B. & Aswan, Z. 2009. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Fathurrohman, P. & Sobry, S. 2009. Strategi Belajar Mengajar (Melalui Penanaman Konsep Umun & Konsep Islami). Bandung: PT Refika Aditama. Hake, R. R. 1998. Interactive-engangement VS Traditional Methods: A Six-

Thousand-Student-Survey of Mechanics Test Data for Introductory Physics Courses. American Journal of Physics, 66(1): 64-74.

Hamalik, O. 2009. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

KBBI. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi 3. Jakarta: Balai Pustaka.

Khanifatul. 2013. Pembelajaran Inovatif: Strategi Mengelola Kelas Secara Efektif dan Menyenangkan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Kupczynski, L. 2012. Cooperative Learning In Distance Learning: A Mixed Methods Study. International Journal of Instruction, 2(5): 81-90. Tersedia di http://e-iji.net/dosyalar/iji_2012_2_5.pdf [diakses 05 Februari 2015]

(65)

2(1): 12-17. Tersedia di http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jpii [diakses 22 Juni 2015]

Marzano, R. J. 2006. Classroom Assessment & Grading that Work. USA: ASCD Nopiyanita, T. 2013. Penerapan Model Pembe lajaran Kooperatif Tipe Teams

Games Tournament (TGT) untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Kimia dan Kreativitas Siswa pada Materi Reaksi Redoks Kelas X Semester Genap SMA Negeri 3 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2012/2013. Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), 2(4): 135-141. Tersedia di http://jurnal.fkip.uns.ac.id/ [diakses 8 Juni 2015]

Pakprod, N. & Wannapiroon, P. 2013. Development of an Edutainment Instructional Model Using Learning Object for Electronic Book on boardt Computer to Develop Emotional Quotient. International Journal of e-Education, e-Business, e-Management and e-Learning, 3(2): 131-134.

Pratama, E. H. 2014. Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Menggunakan Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) disertai Teka – teki Silang (Crossword Puzzles) pada Siswa Kelas VII (SMP Mitra Jember Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013). Jurnal Pendidikan Biologi FKIP UNEJ, 3(2): 93-102. Tersedia di http://jurnal.unej.ac.id/ [diakses 8 Juni 2015]

Purwani, E. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) dalam Meningkatkan Prestasi Belajar SKI pada Siswa Kelas VIII D MTsN Ngawi Tahun Pelajaran 2012/2013. Jurnal Ilmiah STKIP PGRI Ngawi, 11(1): 53-58. Tersedia di http://jurnal.stkipngawi.ac.id/ [diakses 8 Juni 2015]

Purwati. 2013. Implementasi Teams Games Tournament Berbasis Percobaan Fisika Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif dan Hasil Belajar Peserta Didik. Unnes Physics Education Journal, 2(1): 45-53. Tersedia di http://journal.unnes.ac.id/ [diakses 28 Juli 2015]

Rifa’i, A. & Catharina, T. A. 2012. Psikologi Pendidikan. Semarang: UNNES Press.

Rusman. 2013. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru Edisi Kedua. Jakarta: Rajawali Pers.

(66)

Saputra, J. O. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif dengan Metode Teams Games Tournament (TGT) u

Gambar

Gambar 2.1 Contoh Desain Kartu Permainan Media Physics Card (a) Tampak Depan, (b) Tampak Belakang
Gambar 2.2 Contoh Desain Kartu Soal Media Physics Card (a)
Tabel 2.1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tema Optik
Gambar 2.4 Skema Kerangka Berpikir
+7

Referensi

Dokumen terkait

12 Sehingga yang dimaksud atas dampak perilaku kecenderungan disini adalah suatu akibat yang ditimbulkan dari keinginan atau kesukaan individu terhadap drama

Perbedaan potensi pada kedua ekstrak ini dikarenakan bahwa ekstrak etanol yang dapat melarutkan bahan aktif antibakteri yang bersifat polar dan non polar

Dalam izin operasi LINAC, persyaratan perizinan yang harus dipenuhi Pemegang Izin (PI) adalah melakukan pengukuran output dan diverifikasi oleh laboratorium

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui (1) Macam-macam perawatan tubuh calon pengantin dengan ramuan tradisional Madura di rumah SPA Keraton Sumenep (2) khasiat

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan tentang dampak kebijakan HDPP terhadap penawaran dan permintaan beras di Indonesia dapat ditarik kesimpulan bahwa

Pada era teknologi saat ini, permintaan bahan bakar fosil telah meningkat secara pesat yang mengakibatkan pemanasan global dan efek rumah kaca. Oleh karena itu,

Negara peserta CEDAW (Indonesia) tidak saja harus memastikan ketentuan keadilan dan kesetaraan gender dalam setiap pembentukan (termasuk revisi) Peraturan

3 Persoalan penting yang perlu dikaji tentang body image bukan terdapat pada puas dan tidak puasnya seseorang terhadap bentuk tubuh ideal yang diidamkan, akan tetapi