• Tidak ada hasil yang ditemukan

Optimasi Salinitas untuk Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Tengadak Barbonymus schwanenfeldii

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Optimasi Salinitas untuk Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Tengadak Barbonymus schwanenfeldii"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

OPT IM A SI SA L INIT A S UNT UK K EL A NGSUNGA N HIDUP

DA N PER T UM BUHA N BENIH IK A N T ENGA DA K

Barbonymus schwanenfeldii

SIT I K A M IL L A NUR JA NA H

DEPA R T EM EN BUDIDA Y A PER A IR A N FA K UL T A S PER IK A NA N DA N IL M U K EL A UT A N

INST IT UT PER T A NIA N BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PER NY A T A A N M ENGENA I SK R IPSI DA N

SUM BER INFOR M A SI SER T A PEL IM PA HA N HA K CIPT A *

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Optimasi Salinitas untuk Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Tengadak Barbonymus schwanenfeldii” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, April 2014

Siti Kamilla Nurjanah

(4)

A BST R A K

SITI KAMILLA NURJANAH. Optimasi Salinitas untuk Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Tengadak Barbonymus schwanenfeldii. Dibimbing oleh EDDY SUPRIYONO dan YOSMANIAR.

Teknik manipulasi lingkungan dibutuhkan untuk meningkatkan kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan, diantaranya dengan manipulasi salinitas. Salinitas secara langsung akan mempengaruhi kehidupan organisme dalam kelangsungan hidup dan laju pertumbuhannya karena berkaitan dengan proses osmoregulasinya. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan salinitas optimum untuk kelangsungan hidup, pertumbuhan, dan keuntungan ekonomi kegiatan pendederan benih ikan tengadak (Barbonymus schwanenfeldii). Penelitian ini terdiri dari perlakuan media bersalinitas: 0 ppt (A), 2 ppt (B), 4 ppt (C), dan 6 ppt (D). Pemeliharaan benih ikan tengadak pada salinitas yang berbeda memberi pengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup. Perlakuan salinitas juga berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan spesifik benih ikan tengadak. Salinitas 4 ppt merupakan salinitas optimum untuk kegiatan pendederan benih ikan tengadak ditunjukkan oleh kelangsungan hidup tertinggi yang mencapai 90%, laju pertumbuhan spesifik yang tinggi yaitu 1,65%, serta nilai keuntungan tertinggi yaitu sebesar Rp 139.002 dengan R/C rasio 1,12.

Kata kunci: ikan tengadak, kelangsungan hidup, laju pertumbuhan spesifik, salinitas.

A BST R A CT

SITI KAMILLA NURJANAH. Salinity Optimization for Survival Rate and Growth of Tinfoil Barb Barbonymus schwanenfeldii. Supervised by EDDY SUPRIYONO and YOSMANIAR.

Environmental manipulation techniques are required to increase survival rate and growth of fishes, salinity manipulation is one of them. Salinity directly affects the living organisms life especially in survival rate and growth rate because it is strongly related with their osmoregulation process. The purpose of this research was to determine the optimum salinity for survival rate, growth, and economic profit for nursery activities of tinfoil barb (Barbonymus schwanenfeldii). This research consisted of four treatments of media salinity: 0 ppt (A), 2 ppt (B), 4 ppt (C), and 6 ppt (D). The rearing of tinfoil barb in different salinities showed significant effects on survival rate. Different salinity treatments also showed significant difference on specific growth rate of tinfoil barb.The optimum salinity for tinfoil barb was 4 ppt showed by the highest survival rate at 90%, highest specific growth rate at 1,65%, and highest profit achieved for nursery activities at Rp 139.002 with R/C ratio at 1,12.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Budidaya Perairan

OPT IM A SI SA L INIT A S UNT UK K EL A NGSUNGA N HIDUP

DA N PER T UM BUHA N BENIH IK A N T ENGA DA K

Barbonymus schwanenfeldii

SIT I K A M IL L A NUR JA NA H

DEPA R T EM EN BUDIDA Y A PER A IR A N FA K UL T A S PER IK A NA N DA N IL M U K EL A UT A N

INST IT UT PER T A NIA N BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Optimasi Salinitas untuk Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Tengadak Barbonymus schwanenfeldii

Nama : Siti Kamilla Nurjanah NIM : C14100058

Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya

Disetujui oleh

Dr Ir Eddy Supriyono, MSc Pembimbing I

Ir Yosmaniar, MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Sukenda, MSc Ketua Departemen

(8)

PR A K A T A

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2013 di Instalasi Riset Lingkungan Perikanan Budidaya dan Toksikologi, Cibalagung, Bogor ini ialah salinitas, dengan judul “Optimasi Salinitas untuk Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Tengadak Barbonymus schwanenfeldii”.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada,

1. Bapak Dr Ir Eddy Supriyono, MSc dan Ibu Ir Yosmaniar, MSi selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis.

2. Balai Penelitian Pengembangan Budidaya Air Tawar, Sempur, Bogor dan Instalasi Riset Lingkungan Budidaya dan Toksikologi, Cibalagung, Bogor yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian.

3. Ibu Dr Sri Nuryati SPi, MSi selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak memberikan bimbingan selama masa perkuliahan.

4. Keluarga tercinta, kedua orang tuaku, Bapak Ramansyah dan Ibu Winarsih, dan adik-adikku Siti Sadida Hafsyah, Azmi Luthfansyah, Fahmi Dzakiansyah, dan Siti Nadia Jatsiah atas cinta, kasih sayang, dukungan, serta doa yang diberikan.

5. Sahabat-sahabat terdekat, Q Muhammad Royhan, atas bantuan, perhatian, serta doa dan dukungan yang telah diberikan, lalu Nita, Zahra, Rere, Cindy, Aslia, Astrid, Indri, Uwi, Ricky, Radit, Oob, Evy, Cyntia dan sahabat-sahabat BDP 47 lainnya atas kebersamaan, dukungan, dan semangatnya.

6. Teman-teman Lab. Lingkungan 47 Sulis, Hasyim, Asih, Ria, dan yang lainnya atas bantuan, dukungan, serta doa yang diberikan.

7. Teman-teman BDP 48, BDP 49, serta kakak-kakak BDP 46 atas dukungan dan doa yang diberikan selama ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, April 2014

(9)

DA FT A R ISI

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR LAMPIRAN... viii

PENDAHULUAN...1

Latar Belakang...1

Tujuan Penelitian... 2

METODE... 2

Rancangan Percobaan...2

Prosedur Penelitian... 2

Parameter Uji dan Analisis Data... 4

HASIL DAN PEMBAHASAN... 6

Hasil...6

Pembahasan... 11

KESIMPULAN DAN SARAN... 16

Kesimpulan... 16

Saran... 16

DAFTAR PUSTAKA... 16

LAMPIRAN... 19

(10)

DA FT A R T A BEL

1 Metode dan alat pengukuran parameter kualitas air... 5

2 Nilai kualitas air pada media pemeliharaan benih ikan tengadak...10

3 Perhitungan analisis ekonomi benih ikan tengadak... 11

DA FT A R GA M BA R

1 Kelangsungan hidup penelitian pendahuluan benih ikan tengadak... 6

2 Gradien osmotik benih ikan tengadak... 7

3 Kadar glukosa darah benih ikan tengadak... 7

4 Penurunan kelangsungan hidup benih ikan tengadak... 8

5 Kelangsungan hidupbenihikan tengadak... 8

6 Laju pertumbuhan spesifik benih ikan tengadak... 9

7 Pertumbuhan bobot mutlak benih ikan tengadak... 9

8 Pertumbuhan panjang mutlak benih ikan tengadak... ...10

DA FT A R L A M PIR A N

1 Metode pengambilan cairan tubuh ikan tengadak (Barbonymus schwanenfeldii)... 19

2 Prosedur pengukuran osmolaritas... 19

3 Prosedur pengukuran kadar glukosa darah... 19

4 Kelangsungan hidup (%) benih ikan tengadak... 19

5 Rincian biaya analisis ekonomi benih ikan tengadak... 20

(11)

PENDA HUL UA N

L atar Belak ang

Ikan tengadak (Barbonymus schwanenfeldii) merupakan ikan yang berasal dari Kalimantan Barat. Permintaan ikan air tawar di Kalimantan Barat termasuk ikan tengadak semakin meningkat diiringi dengan tingginya harga ikan tersebut. Adapun harga ikan tengadak sebagai ikan hias ukuran satu inchi dijual Rp 300/ekor dan dua inchi dijual Rp 2.000/ekor, sedangkan harga ikan tengadak untuk konsumsi dijual Rp 40.000–75.000/kg (300-350 g/ekor). Umumnya ikan tengadak ekonomis untuk dijadikan sebagai komoditas ikan hias, namun belakangan ikan ini sering dicoba untuk dibudidayakan sebagai ikan konsumsi.

Keberadaan ikan tengadak mulai berkurang, selain karena tingginya permintaan, tingginya tingkat penangkapan yang tidak memperhatikan kelestarian di alam pun menjadi penyebabnya. Maka, untuk mendukung produksi ikan tengadak agar tetap kontinu dibutuhkan pasokan benih ikan yang kontinu pula. Salah satu upayanya yaitu dengan melakukan usaha budidaya dengan teknologi produksi benih yang berkesinambungan. Akan tetapi, menurut hasil penelitian Huwoyon et al. 2010, kelangsungan hidup benih ikan tengadak yang dipelihara di kolam yaitu 30-50% dan pertumbuhan ikan tengadak relatif lambat, ukuran awal 5-6 cm (3-5 g) dengan padat tebar 20 ekor/m3 dan dipelihara selama 150 hari hanya menghasilkan laju pertumbuhan spesifik 0,57±0,02%. Pertumbuhan yang lambat dapat dipengaruhi oleh faktor internal (genetik dan kondisi fisiologis) dan faktor eksternal (pakan dan fisikia kimia perairan) (Effendi 2004).

Teknik manipulasi lingkungan dengan manipulasi salinitas dibutuhkan untuk meningkatkan kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan. Agustin (2001) menyebutkan bahwa salinitas secara langsung akan mempengaruhi kehidupan organisme dalam kelangsungan hidup dan laju pertumbuhan karena berkaitan dengan proses osmoregulasinya. Dengan memberikan perlakuan salinitas diharapkan mampu meningkatkan efisiensi penggunaan energi dalam proses osmoregulasi pada benih ikan tengadak yang diharapkan mampu meningkatkan kelangsungan hidup dan pertumbuhannya. Osmoregulasi merupakan upaya hewan air untuk mengontrol keseimbangan air dan ion antara di dalam tubuh dan lingkungannya melalui mekanisme pengaturan tekanan osmotik (Setyadi et al.

(12)

2

T ujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan salinitas optimum untuk kelangsungan hidup, pertumbuhan, dan keuntungan ekonomi kegiatan pendederan benih ikan tengadak (Barbonymus schwanenfeldii).

M ET ODE

R ancangan Percobaan

Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas 4 perlakuan dan masing-masing 2 ulangan. Perlakuan terdiri atas:

Perlakuan A: ikan tengadak dipelihara pada media bersalinitas 0 ppt Perlakuan B: ikan tengadak dipelihara pada media bersalinitas 2 ppt Perlakuan C: ikan tengadak dipelihara pada media bersalinitas 4 ppt Perlakuan D: ikan tengadak dipelihara pada media bersalinitas 6 ppt

Prosedur Penelitian

Persiapan Ik an Uji

Hewan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah benih ikan tengadak (Barbonymus schwanenfeldii) dengan ukuran panjang awal 2,02±0,13 cm dan bobot awal 0,73±0,22 g sebanyak 480 ekor untuk semua perlakuan dan ulangan yang berasal Instalasi Riset Lingkungan Perikanan Budidaya dan Toksikologi Cibalagung, Bogor. Ikan tengadak ditempatkan dalam wadah penampungan berupa akuarium berukuran 70x45x45 cmselama 7 hari dengan salinitas 0 ppt untuk adaptasi sebelum memulai penelitian. Benih ikan tengadak yang digunakan pada penelitian utama sebanyak 60 ekor/ulangan.

Persiapan M edia Uji

Media yang digunakan dalam penelitian adalah air tawar serta air laut yang dimasukkan ke dalam masing-masing akuarium (kecuali akuarium kontrol 0 ppt) hingga menghasilkan salinitas 2, 4, dan 6 ppt. Total volume air tawar dan air laut yang dicampurkan pada penelitian utama yaitu 60 liter/ulangan. Air tawar yang digunakan berasal dari air sumur Instalasi Riset Lingkungan Perikanan Budidaya dan Toksikologi Cibalagung, Bogor, sedangkan air laut didatangkan dari Toko Ikan di Sukasari, Bogor. Akuarium yang digunakan untuk penelitian utama adalah akuarium berukuran 70x45x45 cm sebanyak 8 buah, sedangkan untuk penelitian pendahuluan digunakan akuarium berukuran 40x30x30 cm sebanyak 3 buah. Akuarium juga dilengkapi dengan aerasi. Untuk mendapatkan salinitas yang diinginkan sesuai dengan perlakuan yang akan diuji cobakan maka dilakukan pengenceran dengan rumus (Hukom 2007):

V a.Na = V1.N1 +V2.N2

Keterangan:

Va : Volume akhir air yang dikehendaki (L)

(13)

3

N1 : Tingkat salinitas air laut yang diencerkan (ppt) V2 : Volume air tawar yang ditambahkan (L)

N2 : Tingkat salinitas air tawar yang ditambahkan (ppt)

Penelitian Pendahuluan

Penelitian pendahuluan menggunakan benih ikan tengadak berukuran panjang 2,00±0,21 cm dan bobot 1,00±0,28 g. Penelitian pendahuluan dilakukan dengan tujuan menentukan kisaran salinitas yang akan digunakan dalam penelitian utama. Pada penelitian pendahuluan ini, salinitas yang diujicobakan adalah 5, 6,5, 8, 9,5, 10, dan 15 ppt, dengan menggunakan wadah akuarium berukuran 40x30x30 cm. Jumlah ikan yang digunakan adalah 10 ekor/akuarium dalam volume air sebanyak 10 liter.

Penelitian Utam a

Penelitian dilakukan setelah mendapat kisaran salinitas yang didapat dari penelitian pendahuluan, didapatkan kisaran salinitas 0, 2, 4, dan 6 ppt. Kisaran salinitas tersebut akan digunakan pada penelitian utama dengan 4 perlakuan (0, 2, 4, dan 6 ppt) masing-masing 2 ulangan. Penempatan akuarium dilakukan secara acak. Wadah akuarium yang akan digunakan dicuci terlebih dahulu dengan sabun dan air bersih, lalu dibilas hingga bersih setelah itu dikeringkan. Setelah itu dilakukan sterilisasi wadah dengan menggunakan PK. Kemudian setelah wadah siap untuk digunakan, ikan dimasukkan ke dalam akuarium untuk adaptasi dengan volume air sebanyak 60 liter/ulangan lalu diisi ikan sebanyak 60 ekor/ulangan. Proses adaptasi dilakukan selama 7 hari dalam air bersalinitas 0 ppt. Kemudian setelah 7 hari, dilakukan perlakuan dengan menaikkan salinitas sebanyak 2 ppt setiap 1 jam.

Pengelolaan K ualitas A ir

Pengelolaan kualitas air dilakukan dengan cara menyipon air sebanyak 20% setiap hari untuk membuang sisa pakan dan feses dan dilakukan juga pergantian air sebanyak 50% setiap dua hari sekali. Setiap air yang dikeluarkan, ditambah kembali sesuai dengan volume air awal sesuai dengan perlakuan salinitas masing-masing. Pengukuran salinitas dilakukan setiap hari, sedangkan untuk pengukuran suhu, pH, DO, amonia, nitrit, nitrat, alkalinitas, dan kesadahan dilakukan setiap 7 hari sekali.

Pem berian Pak an

Pakan yang diberikan adalah pakan komersil dengan frekuensi tiga kali sehari pada pukul 08.00, 12.00, dan 16.00 WIB dengan metode pemberian pakan secara restricted yaitu jumlah pakan yang diberikan 5% dari biomassa per sampling mingguan.

Sam pling

(14)

4

Param eter Uji dan A nalisis Data

Gradien Osm otik

Pengukuran gradien osmotik benih ikan tengadak dilakukan dengan mengukur osmolaritas cairan tubuh ikan dan air media yang dilakukan pada akhir percobaan di Laboratorium Embriologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Pengukuran osmolaritas cairan tubuh ikan menggunakan 1 ekor sampel ikan/ulangan. Cara pengambilan cairan tubuh ikan (Marlina 2011) dapat dilihat pada Lampiran 1, sedangkan cara pengukuran osmolaritas dengan Alat Osmometer (SOP OSMOMAT 30) dapat dilihat pada Lampiran 2. Kemudian, perhitungan gradien osmotik dilakukan dengan cara menghitung selisih antara osmolaritas cairan tubuh ikan dengan osmolaritas air media. Untuk menentukan kondisi isoosmotik, dilakukan dengan melihat nilai gradien osmotik yang rendah dari semua perlakuan. Perhitungan gradien osmotik dapat dihitung dengan menggunakan rumus yang digunakan Marlina (2011) yaitu:

Gradien Osm otik = [Osm olaritas cairan tubuh ik an (Osm ol/k g H2O) Osm olaritas m edia (Osm ol/k g H2O)]

K adar Gluk osa Darah

Pengukuran kadar glukosa darah yang menggambarkan tingkatan stres pada ikan tengadak yang dipelihara pada salinitas media yang berbeda-beda. Pengukuran kadar glukosa darah ikan tengadak dilakukan pada akhir percobaan dengan menggunakan alat Blood Glucose Test Meter (Eames et al. 2010). Pengukuran kadar glukosa darah menggunakan 2 ekor sampel ikan/ulangan. Prosedur lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 3.

K elangsungan Hidup (K H)

Kelangsungan hidup merupakan presentase jumlah ikan yang hidup pada akhir perlakuan dibandingkan dengan jumlah ikan pada awal perlakuan. KH dapat dihitung dengan rumus (Effendie 1997):

K H =

Keterangan:

KH = Kelangsungan hidup (%)

Nt = Jumlah populasi ikan akhir perlakuan (ekor) No = Jumlah populasi ikan awal perlakuan (ekor)

L aju Pertum buhan Spesifik (L PS)

Laju pertumbuhan spesifik merupakan persentase pertambahan bobot tiap harinya selama pemeliharaan.LPS dapat dihitung dengan rumus (Huisman 1987):

L PS =

Keterangan:

LPS = Laju pertumbuhan spesifik (%)

(15)

5

Tabel 1 Metode dan alat pengukuran parameter kualitas air

No. Parameter M etode A lat

1. Salinitas (ppt) Insitu Refraktometer

2. Suhu (0C) Insitu Termometer

3. pH Insitu pH-meter

4. DO (mg/l) Insitu DO-meter

5. Amonia (mg/l) Spektrofotometri Spektrofotometer 630 nm 6. Nitrit (mg/l) Spektrofotometri Spektofotometer 543 nm 7. Nitrat (mg/l) Spektrofotometri Spektofotometer 410 nm 8. Alkalinitas (mg/l CaCO3) Titrasi Alat Titrasi

9. Kesadahan (mg/l CaCO3) Titrasi Alat Titrasi Pertum buhan Bobot M utlak

Pertumbuhan bobot mutlak merupakan pertambahan bobot (selisih bobot akhir dan bobot awal) selama waktu pemeliharaan. Pertumbuhan bobot mutlak dapat dihitung dengan rumus (Zonneveld et al. 1991):

W = W t - W o

Keterangan:

W = Pertumbuhan bobot mutlak (gram)

Wt = Bobot rata-rata ikan pada akhir perlakuan (gram) Wo = Bobot rata-rata ikan pada awal perlakuan (gram

Pertum buhan Panjang M utlak

Pertumbuhan panjang mutlak merupakan pertambahan panjang (selisih panjang akhir dan panjang awal) selama waktu pemeliharaan. Pertumbuhan panjang mutlak dapat dihitung dengan rumus (Zonneveld et al. 1991):

L = L t - L o

Keterangan:

L = Pertumbuhan panjang mutlak (cm)

Lt = Panjang rata-rata ikan pada akhir perlakuan (cm) Lo = Panjang rata-rata ikan pada awal perlakuan (cm)

Param eter K ualitas A ir

Pengukuran salinitas dilakukan setiap hari, sedangkan parameter suhu, pH, DO, TAN, nitrit, nitrat, alkalinitas, dan kesadahan, dilakukan setiap 7 hari sekali. Metode dan alat untuk pengukuran parameter kualitas air terdapat pada Tabel 1.

A nalisis Ek onom i

Perhitungan biaya keuntungan benih ikan tengadak yang dipelihara pada salinitas 0, 2, 4, dan 6 ppt dapat dihitung berdasarkan rumus biaya keuntungan Lipsey RG et al. (1995), yaitu sebagai berikut:

π = T R - T C

Keterangan:

(16)

6

A nalisis Data

Data yang diperoleh diolah dan dianalisis menggunakan Microsoft Excel 2007 dan SPSS 21 yang meliputi Analisis Ragam (ANOVA) pada selang kepercayaan 95%, untuk menentukan ada atau tidaknya pengaruh perlakuan yang diberikan terhadap gradien osmotik, kelangsungan hidup, laju pertumbuhan spesifik, pertumbuhan bobot mutlak, dan pertumbuhan panjang mutlak. Apabila berpengaruh nyata, dilakukan uji lanjut Duncan. Sedangkan untuk data kadar glukosa darah, kualitas air, dan analisis ekonomi dianalisis secara deskriptif.

HA SIL DA N PEM BA HA SA N

Hasil

Penelitian Pendahuluan

Hasil pengamatan kelangsungan hidup benih ikan tengadak pada media pemeliharaan bersalinitas dalam penelitian pendahuluan selama 6 hari dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Kelangsungan hiduppenelitian pendahuluan benih ikan tengadak

Penelitan Utam a

Gradien Osm otik

Pengukuran gradien osmotik semua perlakuan pada hari ke-0 (sebelum perlakuan) menghasilkan nilai 0,245 osmol/kg H2O. Sedangkan nilai gradien osmotik benih ikan tengadak setelah dipelihara selama 28 hari dapat dilihat pada Gambar 2. Berdasarkan uji statistik, nilai gradien osmotik pada semua perlakuan menunjukkan hasil yang berbeda nyata (p<0,05). Semakin rendah nilai gradien osmotik maka semakin mendekati keadaan isoosmotik. Berdasarkan hasil penelitian, perlakuan C (4 ppt) dan D (6 ppt) memiliki nilai gradien osmotik yang lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan salinitas A (0 ppt) dan B (2 ppt).

(17)

7

Gambar 2 Gradien osmotik benih ikan tengadak

K adar Gluk osa Darah

Pengukuran kadar glukosa darah semua perlakuan pada hari ke-0 (sebelum perlakuan) menghasilkan nilai 67 mg/dl. Sedangkan nilai kadar glukosa darah benih ikan tengadak setelah dipelihara selama 28 hari dapat dilihat pada Gambar 3. Semakin tinggi nilai kadar glukosa darah maka semakin tinggi pula tingkat stres ikan. Berdasarkan hasil penelitian, ikan pada perlakuan C (4 ppt) memiliki tingkat stres terendah karena memiliki nilai kadar glukosa darah yang terendah juga dibandingkan dengan perlakuan A (0 ppt), B (2 ppt), dan D (6 ppt) yaitu 79 mg/dl.

(18)

8

K elangsungan Hidup

Kelangsungan hidup benih ikan tengadak setelah dipelihara selama 28 hari pada perlakuan bersalinitas 0, 2, 4, dan 6 ppt terus menurun selama pemeliharaan (Lampiran 4). Benih ikan tengadak yang paling banyak mengalami kematian yaitu pada minggu ke-3 pada perlakuan A (0 ppt) (Gambar 4).

Gambar 4 Penurunan kelangsungan hidup benih ikan tengadak

Kelangsungan hidup benih ikan tengadak setelah dipelihara selama 28 hari dapat dilihat pada Gambar 5. Berdasarkan uji statistik, nilai kelangsungan hidup pada semua perlakuan menunjukkan hasil yang berbeda nyata (p<0,05).

Gambar 5 Kelangsungan hidup benih ikan tengadak

L aju Pertum buhan Spesifik

Laju pertumbuhan spesifik benih ikan tengadak setelah dipelihara selama 28 hari dapat dilihat pada Gambar 6. Berdasarkan uji statistik, nilai laju pertumbuhan spesifik pada semua perlakuan menunjukkan hasil yang berbeda nyata (p<0,05).

(19)

9

Gambar 6 Laju pertumbuhan spesifik benih ikan tengadak

Pertum buhan Bobot M utlak

Pertumbuhan bobot mutlak benih ikan tengadak setelah dipelihara selama 28 hari dapat dilihat pada Gambar 7. Berdasarkan uji statistik, nilai pertumbuhan bobot mutlak pada semua perlakuan menunjukkan hasil yang berbeda nyata (p<0,05).

Gambar 7 Pertumbuhan bobot mutlak benih ikan tengadak

Pertum buhan Panjang M utlak

(20)

10

Gambar 8 Pertumbuhan panjang mutlak benih ikan tengadak

Param eter K ualitas A ir

Hasil pengukuran parameter kualitas air pada media pemeliharaan benih ikan tengadak bersalinitas 0, 2, 4, dan 6 ppt selama pemeliharaan 28 hari dapat

Tabel 2 Nilai kualitas air pada media pemeliharaan benih ikan tengadak

Parameter Perlakuan Salinitas Standar

Baku Amonia (mg/l) 0,001-0,024 0,000-0,033 0,001-0,033 0,001-0,023 <0,02

(PP 82/2001) Nitrit (mg/l) 2,030-2,623 1,215-2,538 1,121-1,530 0,607-1,401 0,5-5

(Boyd 1982) Nitrat (mg/l) 0,480-1,030 0,151-0,423 0,121-0,509 0,088-0,636 <3

(PP 82/2001) Alkalinitas

(mg/l CaCO3)

85,1-120,1 110,1-140,2 110,1-170,2 110,1-160,2 72,6-108,8 (Nurdin

2014) Kesadahan

(mg/l CaCO3)

134,5-442,9 448,5-992,2 639,1-947,4 896,9-1238,9 70,4-137,6 (Nurdin

(21)

11

Tabel 3 Perhitungan analisis ekonomi benih ikan tengadak

Komponen A (0 ppt) B (2 ppt) C (4 ppt) D (6 ppt)

Biaya Investasi (Rp) 2.765.000 2.765.000 2.765.000 2.765.000 Biaya Tetap (Rp) 911.250 911.250 911.250 911.250 Biaya Variabel (Rp) 236.196 238.920 245.748 248.580 Biaya Total (Rp) 1.147.446 1.150.170 1.156.998 1.159.830 Penerimaan (Rp) 1.094.400 1.152.000 1.296.000 1.224.000 Keuntungan (Rp) -53.046 1.830 139.002 64.170

R/C rasio 0,95 1,00 1,12 1,06

Berdasarkan pengukuran parameter kualitas air pada media pemeliharaan benih ikan tengadak bersalinitas 0, 2, 4, dan 6 ppt selama pemeliharaan 28 hari, Tabel 2 menunjukkan bahwa kisaran nilai kualitas air yang terukur masih layak untuk mendukung kehidupan ikan tengadak tersebut.

A nalisis Ek onom i

Perhitungan analisis ekonomi benih ikan tengadak yang dipelihara pada salinitas 0, 2, 4, dan 6 ppt dapat dilihat pada Tabel 3. Analisis ekonomi dilakukan berdasarkan hasil produksi benih ikan tengadak dengan asumsi:

 6 siklus/tahun.

 Bangunan hatchery sudah disediakan oleh balai, luas keseluruhan lahan bangunan hatchery 18 m2 tetapi hanya 4 m2 yang digunakan untuk kegiatan pendederan ini.

 Blower dengan asumsi untuk kebutuhan keseluruhan satu hatchery tetapi hanya dihitung biaya untuk kebutuhan 8 akuarium saja.

Rincian biaya dapat dilihat pada Lampiran 5.

Berdasarkan Tabel 3, hasil keuntungan tertinggi yaitu pada perlakuan C (4 ppt) sebesar Rp 139.002, serta menghasilkan R/C yang paling tinggi yaitu sebesar 1,12. Sedangkan perlakuan A (0 ppt) memiliki hasil terburuk yaitu mengalami kerugian yang mencapai Rp 53.046 dengan R/C yang rendah juga yaitu 0,95.

Pem bahasan

(22)

12

dengan cara meminimalkan gradien osmotik antara cairan tubuh dengan lingkungannya sehingga mendekati kondisi isoosmotik. Proses pengaturan tekanan osmotik cairan tubuh agar proses-proses fisiologis dalam tubuhnya berjalan normal disebut osmoregulasi. Besarnya tingkat kerja osmotik sebanding dengan selisih antara osmolaritas media dengan osmolaritas cairan tubuh ikan (Anggoro 1992). Pembelanjaan energi untuk osmoregulasi menjadi minimum apabila gradien (beban) osmotik rendah (Syakirin 1999). Terjadinya perubahan kondisi lingkungan terutama salinitas akan mempengaruhi jumlah energi yang digunakan terutama untuk keperluan osmoregulasi, kemudian akan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan (Safrina 2013).

Hasil pengamatan kelangsungan hidup benih ikan tengadak pada media pemeliharaan bersalinitas dalam penelitian pendahuluan selama 6 hari dapat dilihat pada Gambar 1. Berdasarkan nilai kelangsungan hidup, Gambar 1 menunjukkan bahwa media yang dapat ditoleransi dengan baik oleh benih ikan tengadak tersebut yaitu media bersalinitas 5 dan 6,5 ppt ditunjukkan dengan hasil kelangsungan hidup terbaik yaitu 100%. Selanjutnya, perlakuan salinitas 0, 2, 4, dan 6 ppt pada media pemeliharaan benih ikan tengadak memberi pengaruh yang berbeda nyata (p<0,05) terhadap nilai gradien osmotik ikan tengadak (Gambar 2). Pada berbagai salinitas yang berbeda, kemampuan osmoregulasi pada setiap organisme akuatik dapat ditentukan dengan cara mengukur nilai osmolaritas cairan tubuh ikan dan membandingkannya dengan nilai osmolaritas medianya (Marlina 2011). Pengukuran gradien osmotik semua perlakuan pada hari ke-0 (sebelum perlakuan) menghasilkan nilai 0,245 osmol/kg H2O. Sedangkan untuk pengukuran gradien osmotik hingga akhir perlakuan menunjukkan hasil 0,461 osmol/kg H2O untuk perlakuan A (0 ppt), 0,340 osmol/kg H2O untuk perlakuan B (2 ppt), 0,316 osmol/kg H2O untuk perlakuan C (4 ppt), dan 0,304 osmol/kg H2O untuk perlakuan D (6 ppt). Semakin kecil nilai gradien osmotik ikan, berarti semakin mendekati kondisi isoosmotiknya dan semakin kecil pula jumlah energi yang dibutuhkan untuk proses osmoregulasi (Safrina 2013). Berdasarkan hasil penelitian, perlakuan C (4 ppt) dan D (6 ppt) merupakan salinitas yang paling mendekati isoosmotik ikan tengadak, karena nilai gradien osmotik yang kecil dibandingkan dengan perlakuan salinitas A (0 ppt) dan B (2 ppt). Hal ini sesuai dengan pernyataan Karim (2007) bahwa semakin kecil nilai gradien osmotik, semakin kecil pula energi yang dibutuhkan untuk proses osmoregulasi sehingga mendekati keadaan isoosmotiknya.

(23)

13

ikan tengadak memberi pengaruh terhadap kadar glukosa darah ikan tersebut (Gambar 3). Nilai kadar glukosa darah benih ikan tengadak hingga akhir perlakuan menunjukkan hasil 82 mg/dl untuk perlakuan A (0 ppt), 82 mg/dl untuk perlakuan B (2 ppt), 79 mg/dl untuk perlakuan C (4 ppt), dan 83 mg/dl untuk perlakuan D (6 ppt). Lingkungan yang tidak sesuai menyebabkan ikan stres, pada saat ikan stres, nilai kadar glukosa darah ikan cukup tinggi karena diperlukan untuk mengatasi homeostasis. Homeostasis merupakan keadaan stabil yang dipertahankan melalui proses aktif yang melawan perubahan (Affandi dan Tang 2002). Rendahnya tingkat stres ikan tengadak pada salinitas 4 ppt tergambar pada kadar glukosa darah dan gradien osmotik yang rendah, sehingga salinitas 4 ppt dapat dikatakan merupakan kondisi yang optimum bagi benih ikan tengadak tersebut.

Selanjutnya, untuk kelangsungan hidup, perlakuan A (0 ppt) menghasilkan nilai terendah yaitu 76% dan pada minggu ke-3 terjadi penurunan kelangsungan hidup secara drastis (Gambar 4). Hal ini menunjukkan bahwa media yang tidak diberi salinitas dapat lebih rentan memberikan stresor kepada ikan, ditunjukkan pada perlakuan A (0 ppt) mendapatkan nilai kadar glukosa darah yang cukup tinggi dibandingkan dengan perlakuan C (4 ppt) yang memiliki kelangsungan hidup paling tinggi yaitu 90%. Hal ini diduga disebabkan oleh munculnya jamur pada ikan yang diduga berasal dari air akuarium. Media bersalinitas juga dapat berperan dalam pencegahan jamur, bakteri, maupun parasit dan patogen sehingga menyebabkan kelangsungan hidup pada ikan tengadak tinggi, begitu pun sebaliknya. Kematian ikan pada perlakuan A (0 ppt) juga dapat disebabkan oleh jamur yang menyerang ikan-ikan yang berasal dari air akuarium A (0 ppt) yang tidak diberi garam atau perlakuan salinitas. Jamur tersebut dapat tumbuh di media pemeliharaan karena media pemeliharaan perlakuan A (0 ppt) tersebut sama sekali tidak mengandung garam. Sesuai dengan pernyataan Wulandari (2006), bahwa pada kondisi tertentu garam juga dapat berfungsi untuk mematikan bakteri air tawar, parasit, dan jamur ikan tertentu. Nilai kelangsungan hidup merupakan kunci utama dalam kegiatan budidaya ikan karena jumlah ikan yang hidup dapat mempengaruhi nilai produksi budidaya. Berdasarkan Gambar 5, dari uji statistik menunjukkan bahwa pada setiap perlakuan memiliki nilai kelangsungan hidup yang berbeda nyata (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan salinitas berbeda mulai dari kisaran 0, 2, 4, dan 6 ppt berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan tengadak. Dapat dilihat bahwa perlakuan yang memiliki nilai gradien osmotik rendah memiliki kelangsungan hidup yang paling tinggi yaitu perlakuan C (4 ppt) dengan SR 90% dan perlakuan D (6 ppt) dengan SR 85%. Sedangkan untuk perlakuan lainnya yaitu 76% pada perlakuan A (0 ppt) dan 80% pada perlakuan B (2 ppt). Sesuai dengan pernyataan Porchase et al. (2009) bahwa apabila gradien osmotik antara cairan tubuh dengan media lingkungannya tinggi, akan menyebabkan proses fisiologis terganggu, stres, bahkan dapat menyebabkan kematian tinggi.

(24)

14

terhadap LPS ikan tengadak. Laju pertumbuhan tertinggi pada perlakuan A (0 ppt) yaitu 2,18%, diikuti oleh perlakuan C (4 ppt) yang memiliki kelangsungan hidup tertinggi yaitu 1,65%. Sedangkan laju pertumbuhan perlakuan lainnya yaitu 1,43% untuk perlakuan B (2 ppt) dan 1,57% untuk perlakuan D (6 ppt). LPS yang tinggi pada perlakuan A (0 ppt) dan C (4 ppt), menunjukkan bahwa pada salinitas 4 ppt kondisi osmotik internal (cairan tubuh ikan) diduga isoosmotik dengan kondisi osmotik eksternal (lingkungan) sebab energi ikan dapat dipakai lebih banyak untuk pertumbuhan dibandingkan osmoregulasi, didukung oleh hasil gradien osmotik dan kadar glukosa darah perlakuan C (4 ppt) yang didapat cukup rendah dan hasil nilai kelangsungan hidup yang didapat juga tertinggi yaitu 90%. Meskipun laju pertumbuhannya tidak paling tinggi melainkan tertinggi kedua, disebabkan karena ikan tengadak yang berasal dari perairan air tawar (0 ppt) ini membutuhkan kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan barunya yang bersalinitas, pada perlakuan C (4 ppt) terdapat respon fisiologis dari ikan tengadak ini yang terjadi saat ikan mempertahankan homeostasis. Homeostasis merupakan keadaan yang stabil yang dipertahankan melalui proses aktif, di dalam melawan perubahan tersebut yang terjadi di dalam sel dengan cara pengontrolan permeabilitas membran sel, pembuangan sisa metabolisme, dan lain-lain (Affandi dan Tang 2002). Arjona et al. (2009) mengemukakan bahwa terjadinya respon akibat perubahan lingkungan dan akibat banyaknya energi yang digunakan untuk mempertahankan kondisi homeostatis menyebabkan menurunnya nafsu makan ikan.

Selanjutnya Gambar 7 menunjukkan hasil pertumbuhan bobot mutlak. Hasil dari uji statistik menunjukkan bahwa setiap perlakuan memiliki nilai pertumbuhan bobot mutlak yang berbeda nyata yaitu (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan salinitas berbeda mulai dari kisaran 0, 2, 4, dan 6 ppt berpengaruh terhadap pertumbuhan bobot mutlak ikan tengadak. Hasil pengolahan data pertumbuhan bobot mutlak menunjukkan bahwa perlakuan A (0 ppt) dan C (4 ppt) memiliki pertumbuhan bobot mutlak tertinggi yaitu 0,65 g dan 0,48 g. Sedangkan untuk perlakuan lainnya yaitu, 0,38 g untuk perlakuan B (2 ppt) dan 0,31 g untuk perlakuan D (6 ppt). Hal ini menunjukkan bahwa nilai pertumbuhan bobot mutlak sejalan dengan nilai laju pertumbuhan spesifik (LPS) yang dihasilkan. Gambar 8 menunjukkan hasil pertumbuhan panjang mutlak. Hasil dari uji statistik menunjukkan bahwa setiap perlakuan memiliki nilai pertumbuhan panjang mutlak yang tidak berbeda nyata yaitu (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan salinitas berbeda mulai dari kisaran 0, 2, 4, dan 6 ppt tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan panjang mutlak ikan tengadak. Pengolahan data pertumbuhan panjang mutlak menunjukkan hasil 2,6 cm untuk perlakuan A (0 ppt), 2,6 cm untuk perlakuan B (2 ppt), 2,6 cm untuk perlakuan C (4 ppt), dan 2,6 cm untuk perlakuan D (6 ppt).

(25)

15

28 hari yaitu berkisar antara 6,33-7,75 (Tabel 2). Nilai pH tersebut masih dalam batas yang baik untuk budidaya menurut PP 82/2001 yang menyebutkan kisaran pH yang baik adalah 6-9. Oksigen terlarut ikan tengadak bersalinitas 0, 2, 4, dan 6 ppt selama 28 hari yaitu berkisar antara 2,95-5,66 ppm (Tabel 2). Nilai kisaran perairan selayaknya kadar oksigennya yaitu 3-6 ppm (PP 82/2001). Namun rendahnya kadar oksigen terlarut pada perlakuan A (0 ppt) yaitu 2,95 pada data Tabel 2 dapat disebabkan oleh meningkatnya partikel-partikel organik akibat dari buangan sisa metabolisme ikan dan sisa pakan yang terakumulasi di kolam (Boyd 1982) dan juga disebabkan oleh aerasi yang kecil.

Amonia yang terukur pada media pemeliharaan ikan tengadak berkisar antara 0,000-0,033 mg/l (Tabel 2). Peningkatan amonia yang terjadi masih dalam batas yang dapat ditoleransi oleh ikan. Silaban et al. (2012) dalam penelitiannya mengatakan bahwa amonia selama masa pemeliharaan ikan mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya waktu pemeliharaan. Hal tersebut dikarenakan adanya limbah organik yang semakin meningkat, baik daribuangan metabolit, feses ikan dan sisa pakan yang terakumulasi di perairan. Pada akhir pemeliharaan, kadar amonia tertinggi terdapat pada kolam dengan perlakuan A (0 ppt) yang memiliki nilai sintasan paling rendah. Hal ini diduga disebabkan kadar amonia yang tinggi sebab kadar amonia tinggi dapat mengakibatkan kematian pada ikan, oleh karena itu dalam pemeliharaannya harus diperhatikan secara intensif agar dapat mencegah kematian pada ikan. Pada penelitian ini, kandungan amonia pada masing-masing perlakuan tidak jauh dalam kisaran yang layak bagi kehidupan ikan, yaitu kurang dari <0,02 mg/l (PP 82/2001).

Kadar nitrit yang terukur dari tiap perlakuan pada pemeliharaan benih ikan tengadak yaitu berada pada kisaran 0,607-2,623 mg/l (Tabel 2). Nilai nitrit tersebut tidak jauh dari kisaran nilai nitrit yang layak di perairan untuk kehidupan ikan, hal ini sesuai dari pernyataan Boyd (1982) yang menyatakan bahwa konsentrasi nitrit yang aman di perairan adalah 0,5-5 mg/l. Sedangkan untuk nitrat, kadar nitrat yang terukur dari tiap perlakuan pada pemeliharaan benih ikan tengadak yaitu berada pada kisaran 0,088-1,030 mg/l (Tabel 2). Nilai nitrat tersebut juga masih termasuk dalam kisaran nilai nitrat yang layak untuk di perairan tempat kehidupan ikan sebab menurut PP 82/2001, batas nitrat yang baik untuk perikanan adalah <3 mg/l.

(26)

16

Kesadahan total biasanya berhubungan dengan alkalinitas total, karena anion dari alkalinitas dan kation dari kesadahan biasanya berasal dari larutan mineral karbonat (Boyd 1982). Berdasarkan hasil pengukuran kesadahan selama pemeliharaan benih ikan tengadak, diperoleh kisaran 134,5-1238,9 mg/l CaCO3 (Tabel 2). Nilai kisaran kesadahan yang baik untuk ikan air tawar adalah 70,4-137,6 mg/l CaCO3 (Nurdin 2014).. Nilai yang didapat melebihi kisaran karena air diberi perlakuan salinitas sehingga kesadahannya pun semakin tinggi. Berdasarkan Tabel 2, diketahui bahwa nilai kesadahan pada media pemeliharaan berada pada dua kisaran, yaitu kesadahan menengah dan sangat sadah (Boyd 1982).

Perhitungan analisis ekonomi biaya keuntungan diperoleh dengan cara menghitung selisih antara penerimaan dengan biaya total (Lipsey RG et al. 1995). Berdasarkan Tabel 3 yaitu perhitungan biaya pada benih ikan tengadak yang dipelihara pada salinitas 0, 2, 4, dan 6 ppt diperoleh hasil keuntungan tertinggi yaitu pada perlakuan C (4 ppt) sebesar Rp 139.002, serta menghasilkan R/C yang paling tinggi yaitu sebesar 1,12. Hal ini menunjukkan selain menghasilkan keadaan media optimum untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan, media bersalinitas 4 ppt pun menghasilkan keuntungan yang paling tinggi. Sedangkan perlakuan A (0 ppt) memiliki hasil terburuk yaitu mengalami kerugian yang mencapai Rp 53.046 dengan R/C yang rendah juga yaitu 0,95.

K ESIM PUL A N DA N SA R A N

K esim pulan

Salinitas 4 ppt merupakan salinitas optimum untuk kegiatan pendederan benih ikan tengadak ditunjukkan oleh kelangsungan hidup tertinggi yaitu 90%, laju pertumbuhan spesifik yang tinggi yaitu 1,65%, serta keuntungan ekonomi tertinggi yaitu sebesar Rp 139.002 dengan R/C rasio 1,12.

Saran

Saran untuk kegiatan pendederan benih ikan tengadak disarankan menggunakan media bersalinitas 4 ppt agar mendapatkan hasil produksi yang tinggi yaitu kelangsungan hidup, laju pertumbuhan, dan keuntungan ekonomi yang tinggi. Untuk meningkatkan salinitas air, selain menggunakan air laut, dapat juga menggunakan garam krosok yang harganya lebih murah dan mudah didapat.

DA FT A R PUST A K A

Affandi R, Tang UM. 2002. Fisiologi Hewan Air. UNRI Pers. 217 hlm.

(27)

17

Anggoro S. 1992. Efek osmotik berbagai tingkat salinitas media terhadap daya tetas telur dan vitalitas larva udang windu (Penaeus monodon FAB) [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Arjona JF, Chacoff LV, Jarabo IR, Gonçalves O, Páscoa I, María P, Río MD and Mancera JM. 2009. Tertiary stress responses in Senegalese sole (Solea senegalensis Kamp.1858) to osmotic challenge: implication for osmoregulation, energy metabolism, and growth. Aquaculture 287 (2009): 419-426.

Baldiserroto B, Miguel J, and Kapoor BG. 2007. Fish Osmoregulation. USA: Science Publisher.

Boyd CE. 1982. Water Quality Management for Pond Fish Culture. Amsterdam (NL): Elsavier Science Publisher B.V. 318 p.

Dewi ES. 2006. Pengaruh salinitas 0, 3, 6, 9, dan 12 ppt terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan gurame (Osphronemus gouramy) ukuran 3-6 cm [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Eames SC, Philipson LH, Prince VE, Kinker MD. 2010. Blood sugar measurement in zebrafish reveals dynamics of glucose homeostasis.

Molecular Metabolism and Nutrition 7 (2): 205-213. DOI: 10.1089/zeb.2009.0640.

Effendi I. 2004. Pengantar Akuakultur. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Effendie MI. 1997. Biologi Perikanan. Yogyakarta (ID): Yayasan Pustaka Nusantara. 163 hlm.

Fitrani M. 2009. Rekayasa lingkungan budidaya untuk meningkatkan kualitas ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus): peran salinitas [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Fitria AS. 2012. Analisis kelulushidupan dan pertumbuhan benih ikan nila larasati (Oreochromis niloticus) F5 D30-D70 pada berbagai salinitas. Journal of Aquaculture Management and Technology 1(1): 18-34.

Gustino RT. 2011. Kinerja pertumbuhan ikan sinodontis (Synodontis eupterus) pada media pemeliharaan bersalinitas [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Huisman EA. 1987. The Principles of Fish Culture Production. Netherland (NL): Departemen of Aquaculture. Wageningen University.

Hukom V. 2007. Pengaruh salinitas dan kesadahan terhadap tingkat kelangsungan hidup, tingkat konsumsi oksigen, dan osmolaritas udang vanname (Litopenaeus vannamei) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Huwoyon GH, Kusmini II, Kristanto AH. 2010. Keragaan pertumbuhan ikan

tengadak alam (hitam) dan tengadak budidaya (merah) (Barbonymus schwanenfeldii) dalam pemeliharaan bersama pada kolam beton. Di dalam: Sudrajat A, Rachmansyah, Hanafi A, Azwar ZI, Imron, Kristanto AH, Insan I, editor. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur; 2010 April 20-23; Bandar Lampung, Indonesia. Jakarta (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya. hlm 501-505.

(28)

18

Lipsey RG, Courant PN, Purvis DD, dan Steiner PO. 1995. Pengantar Mikroekonomi. Edisi Kesepuluh, Diterjemahkan oleh A. Jaka Wasana & Kirbrandoko. Jakarta: Binarupa Aksara.

Marlina E. 2011. Optimasi osmolaritas media dan hubungannya dengan respon fisiologis benih ikan baung (Hemibagrus nemurus) [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Natalia KR. 2013. Pengaruh salinitas terhadap kadar glukosa darah dan laju metabolisme pada pendederan ikan kakap putih (Lates calcalifer, Bloch) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Nurdin M. 2014. Perbedaan lama penyinaran dan intensitas cahaya terhadap pertumbuhan serta sintasan benih ikan tengadak (Barbonymus schwanenfeldii) [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Jakarta (ID): Sekretaris Negara Republik Indonesia.

Porchase MM, Luis R, Martines C, Ramos R. 2009. Cortisol and glucose reliable indicator of fish. American Journal of Aquatic Sciences 4(2): 157 -178. Safrina MD. 2013. Penentuan salinitas optimum untuk pertumbuhan benih

kepiting bakau Scylla serrata dalam sistem resirkulasi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Setyadi I, Azwar ZI, Yunus, Kasprijo. 1997. Penggunaan jenis pakan alami dan pakan buatan dalam pemeliharaan larva kepiting bakau (Scylla serrata). J. Pen. Perik. Indonesia. hlm 73-77. ISSN: 0853-6384.

Silaban TF, Santoso L, Suparmono. 2012. Pengaruh penambahan zeolit untuk menurunkan konsentrasi amonia pada budidaya ikan mas (Cyprinus carpio).

E-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan 1(1). ISSN: 2302-3600.

Syakirin MB. 1999. Pengaruh tingkat kerja osmotik media terhadap pertumbuhan dan efisiensi pemanfaatan pakan pada ikan nila merah (Oreochromis sp.) [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Wulandari AR. 2006. Peran salinitas terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(29)

19

L A M PIR A N

L am piran 1. M etode pengam bilan cairan tubuh ik an tengadak (Barbonymus

schwanenfeldii)

Ikan tengadak yang akan diambil cairan tubuhnya dimasukan ke dalam wadah penggerus lalu ditambahkan larutan antikoagulan 3,8% (3,5 gram Na- sitrat dalam 100 ml akuades) dengan perbandingan 1 : 3 (1 gram benih ikan : 3 ml larutan antikoagulan). Hasil gerusan dimasukkan ke dalam tabung eppendorf 1,5 ml kemudian disentrifuge dengan kecepatan 3.000 rpm selama 5 menit. Dengan menggunakan syringe 1 ml, ambil cairan tubuhnya tersebut (terletak pada lapisan atas) lalu masukan ke tabung eppendorf yang lainnya untuk dianalisa lebih lanjut.

L am piran 2. Prosedur penguk uran osm olaritas

Pengukuran tingkat kerja osmotik dilakukan dengan menggunakan Osmometer (SOP OSMOMAT 30):

1. Main power dinyalakan 2. Posisi handle sample di atas

3. Zero set dengan menggunakan akuades sebanyak 50 µm, tekan tombol zero 4. Kaliberasi dengan cairan standar sebanyak 50 µm, tekan Cal sampai 0,300 5. Ukur cairan sampel dengan memasukkan sampel sebanyak 50 µm

6. Bersihkan sensor dengan tisu dan matikan main power

L am piran 3. Prosedur penguk uran k adar gluk osa darah

Pengecekan kadar glukosa darah dilakukan dengan menggunakan alat uji glukosa untuk manusia. Alat uji glukosa yang digunakan adalah Blood Glucose Test Meter merk GlucoDr dengan range 20-600 mg/dl. Pengambilan ikan sampel dilakukan secara perlahan dan pada saat ikan diangkat dari air bagian kepala ikan ditutup menggunakan tisu basah, bertujuan untuk menghindari pengaruh stres dari luar. Kemudian, ikan dipotong pada bagian pangkal ekor dengan menggunakan gunting. Ikan yang digunakan sebanyak 2 ekor/akuarium. Setelah itu, darah ikan yang keluar diambil sebanyak 4 µl dan dimasukkan ke dalam kit/strip uji yang sudah dipasang berdasarkan aturan pemakaian alat. Setelah 11 detik, layar pada alat akan segera menunjukkan nilai kadar glukosa darah yang terkandung dalam darah ikan tengadak tersebut.

L am piran 4. K elangsungan hidup (% ) benih ik an tengadak

Perlakuan Minggu ke-0 Minggu ke-1 Minggu ke-2 Minggu ke-3 Minggu ke-4

(30)

20

L am piran 5. R incian biaya analisis ek onom i benih ik an tegadak

Biaya investasi:

TOTAL 2.765.000 191.250

(31)

21 Penerimaan (Rp) 1.094.400 1.152.000 1.296.000 1.224.000

L am piran 6. Hasil uji A NOV A

Keterangan:

GO : Gradien Osmotik KH : Kelangsungan Hidup

(32)

22

GO

Duncana

Perlakuan N Subset for alpha = 0.05

1 2

D (6 ppt) 2 ,30350

C (4 ppt) 2 ,31550

B (2 ppt) 2 ,34000

A (0 ppt) 2 ,46050

Sig. ,382 1,000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000.

K elangsungan hidup (K H):

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: KH

Source Type III Sum of

Squares

df Mean Square F Sig.

Corrected Model 2054,225a 7 293,461 8,699 ,000

Intercept 325261,225 1 325261,225 9641,387 ,000

Waktu 1640,150 4 410,037 12,154 ,000

Perlakuan 414,075 3 138,025 4,091 ,014

Error 1079,550 32 33,736

Total 328395,000 40

Corrected Total 3133,775 39

a. R Squared = ,656 (Adjusted R Squared = ,580)

KH (Perlakuan)

Duncana,b

Perlakuan N Subset

1 2

A (0 ppt) 10 86,4000

B (2 ppt) 10 88,8000

D (6 ppt) 10 90,3000 90,3000

C (4 ppt) 10 95,2000

Sig. ,166 ,068

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on observed means.

(33)

23

Pertum buhan panjang m utlak (PPM ), pertum buhan bobot m utlak (PBM ), dan laju pertum buhan spesifik (L PS):

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

PPM Between Groups ,089 3 ,030 ,272 ,845

Within Groups 8,233 76 ,108

Total 8,322 79

PBM

Between Groups ,817 3 ,272 3,395 ,022

Within Groups 6,099 76 ,080

Total 6,916 79

LPS

Between Groups 6,377 3 2,126 3,245 ,027

Within Groups 49,785 76 ,655

Total 56,162 79

PBM

Duncana

Perlakuan N Subset for alpha = 0.05

1 2

B (2 ppt) 20 ,3830

D (6 ppt) 20 ,4150

C (4 ppt) 20 ,4850 ,4850

A (0 ppt) 20 ,6450

Sig. ,288 ,078

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 20,000.

LPS

Duncana

Perlakuan N Subset for alpha = 0.05

1 2

B (2 ppt) 20 1,4355

D (6 ppt) 20 1,5780

C (4 ppt) 20 1,6525

A (0 ppt) 20 2,1820

Sig. ,430 1,000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

(34)

24

R IW A Y A T HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 11 Januari 1992 dari Bapak Ramansyah dan Ibu Winarsih. Penulis merupakan anak pertama dari lima bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan formal di SDN Polisi 1 Bogor (2004), SMPN 1 Bogor (2007), SMAN 5 Bogor (2010), dan pada tahun yang sama (2010) diterima di IPB melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Selama masa perkuliahan, penulis aktif mengikuti kegiatan di berbagai organisasi diantanya, dalam divisi EO (Event Organizer) UKM MAX!! IPB sebagai Anggota (periode 2010/2011) dan dalam divisi PR (Public Relation) Himpunan Mahasiswa Akuakultur sebagai Bendahara (periode 2011/2012) serta sebagai Sekretaris (periode 2012/2013). Penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Manajemen Kualitas Air (2013), Fisika Kimia Perairan (2014), dan Engineering Akuakultur (2014). Penulis juga pernah mengikuti kegiatan magang di Riser Ikan Hias, Cibinong, Bogor (2012) dan Balai Pengembangan Benih Ikan Air Tawar (BPBIAT), Wanayasa (2013). Tahun 2013 penulis juga melakukan praktik lapang akuakultur di Balai Budidaya Laut (BBL) Lombok dengan komoditas tiram mutiara.

Gambar

Gambar 2 Gradien osmotik benih ikan tengadak
Gambar 4 Penurunan kelangsungan hidup benih ikan tengadak
Gambar 6 Laju pertumbuhan spesifik benih ikan tengadak
Tabel 2 Nilai kualitas air pada media pemeliharaan benih ikan tengadak

Referensi

Dokumen terkait

Analisis Data Menggunakan Uji F Dan Uji Lanjut Duncan Untuk Mengetahui Pengaruh Salinitas Terhadap Pertumbuhan Bobot Mutlak Pada Benih Ikan Nila Nirwana. Tabel

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keadaan isoosmotik ikan air tawar pada stadia benih tidak selalu pada kondisi salinitas yang relatif tinggi yaitu 3 hingga

Benih ikan nila merah yang hidup pada perairan dengan salinitas 0 ppt bersifat hypertonik terhadap lingkungannya, yaitu tekanan osmotik dalam jeringan tubuhnya lebih

Po- pulasi benih tengadak yang memiliki panjang tubuh 8 3,6 cm; terbanyak pada perlakuan A2B3 (lama pe- nyinaran 12 jam dan intensitas cahaya 550 lux) yaitu 37,48% dan paling

Dengan demikian dari ketiga jenis ikan patin yang dipelihara di tambak dengan salinitas 3,9–7 ppt diduga tekanan osmotik media pemeliharaan mendekati tekanan osmotik tubuh ikan

Uji lanjut Duncan pada selang keperca- yaan 95% menunjukkan hasil yang berbeda nyata antara kontrol 0 mg L -1 dengan penambahan kal- sium 10, 20 dan 30 mg L -1 terhadap kadar

Benih ikan nila merah yang hidup pada perairan dengan salinitas 0 ppt bersifat hypertonik terhadap lingkungannya, yaitu tekanan osmotik dalam jeringan tubuhnya lebih

Pada media pemeliharaan dengan salinitas yang berbeda memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan Nila