• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Pendahuluan : Perkembangan Jaringan Endosperma dan Induksi Pembentukan Kalus dari Endosperma Jeruk Siam (Citrus nobilis L)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Pendahuluan : Perkembangan Jaringan Endosperma dan Induksi Pembentukan Kalus dari Endosperma Jeruk Siam (Citrus nobilis L)"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

527

Studi Pendahuluan : Perkembangan Jaringan Endosperma dan Induksi

Pembentukan Kalus dari Endosperma Jeruk Siam (Citrus nobilis L)

(Preliminary study: Endosperm development and callus Induction and

formation from Endosperm of Tangerine (Citrus nobilis L.))

M. Kosmiatin1, A. Husni1 dan A. Purwito2 1

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian, Jalan Tentara Pelajar No 3A, Bogor.

2 Departemen Agronomi dan Hortikultutra, Fakultas Pertanian, IPB,Jalan Meranti Raya, Dramaga, Bogor

E-mail: mkosmiatin@yahoo.co.id

Abstrak

Jeruk merupakan salah satu buah yang konsumsi segarnya cukup tinggi. Hingga saat ini, produksi jeruk di Indonesia menurun antara lain disebabkan oleh alih fungsi areal pertanaman jeruk ke komoditas lain yang lebih menguntungkan. Kurangnya minat penanaman jeruk karena kualitas buah jeruk lokal tidak dapat bersaing dengan jeruk impor sehingga harga tidak dapat bersaing. Kriteria jeruk yang berkualitas adalah jeruk dengan rasa manis-segar, warna menarik, mudah dikupas dan tanpa biji. Jeruk Siam Indonesia sebenarnya sudah memiliki rasa dan warna yang baik tetapi hingga saat ini belum ada jeruk Siam tanpa biji. Salah satu pendekatan pembentukan jeruk tanpa biji adalah dengan mengkulturkan endosperma sehingga dapat beregenerasi membentuk tanaman triploid. Tanaman triploid sulit membentuk biji karena ketidakseimbangan perpasangan kromosom saat gametogenesis. Keberhasilan kultur endosperma ditentukan oleh tahapan perkembangan eksplan endosperma yang memiliki kemampuan untuk berproliferasi dan berdiferensisasi, formulasi media dan lingkungan kulturnya. Penelitian pendahuluan ini dilakukan untuk mengetahui tahapan perkembangan endosperma yang berespon baik untuk dikulturkan, formulasi media untuk proliferasi sel-sel endosperma dan lingkungan kultur yang mendukung pertumbuhannya. Penelitian dilakukan dengan mengkulturkan jaringan endosperma yang diisolasi dari berbagai umur buah muda jeruk pada formulasi media induksi kalus jeruk Siam diploid kemudian dioptimasi dengan menambahkan bahan organik dan biotin. Biakan dikulturkan dalam kondisi gelap, kurang terang dan terang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa endosperma dari buah yang berumur 12 dan 13 minggu setelah anthesis dapat diisolasi dan diinduksi pembentukan kalusnya. Penambahan ekstrak malt atau biotin lebih baik untuk menginduksi pembentukan kalus. Inkubasi pada kondisi kurang cahaya lebih baik dalam menginduksi pembentukan kalus.

Kata Kunci: Citrus Nobilis, Kultur Endosperma, Tahapan Perkembangan Endosperma, Kasein Hidrolisat, Ekstrak Malt

Abstract

(2)

528

endosperm cells isolated from young fruit, 12 and 13 weeks after anthesis, can be induced the callus formation. The addition of malt extract or biotin is better to induce the callus formation. Incubation conditions better in medium light induces the formation callus.

Keywords: Citrus Nobilis, Endosperm Culture, Stage of Endosperm Development, Kaseinl Hidrolisat, Malt Extract

Pendahuluan

Jeruk merupakan salah satu komoditas hortikultura nasional yang penting, tetapi hingga saat ini produksi dan daya saingnya terhadap buah jeruk impor masih rendah. Produksi jeruk nasional dibatasi oleh lahan pertanaman yang bersaing dengan komoditas lain yang lebih menguntungkan. Salah satu kendala yang menurunkan daya saing jeruk Siam adalah jumlah biji yang cukup tinggi, sekitar 15 biji/buah, sementara jumlah biji merupakan salah satu kriteria kualitas buah jeruk yang penting dan berdaya saing tinggi (Karp, 2007). Sampai saat ini belum ada jeruk Siam lokal Indonesia yang direkomendasikan buahnya tidak berbiji. Perakitan buah jeruk tanpa biji dapat dilakukan dengan teknik in vitro melalui beberapa pendekatan diantaranya dengan merakit tanaman jeruk yang memiliki tingkat ploidi triploid.

Tanaman triploid sangat berharga karena memberikan nilai tambah ekonomi dalam memperbaiki mutu dan kualitas buah karena buahnya tidak berbiji, lebih besar, dan lebih produktif. Selain keunggulan tersebut, tanaman triploid juga mempunyai kemampuan pertumbuhan yang lebih cepat dan bunganya lebih besar (Gupta, 1982) dan lebih cepat panen serta biomassanya lebih besar (Thomas dan Chaturvedi, 2008).

Fenomena perubahan tingkat poliploidi ini sangat jarang ditemukan pada tanaman jeruk. Ploidi jeruk pada umumnya adalah diploid dengan jumlah kromosom 18 (Lapin, 1937). Tahiti Lime yang merupakan jenis jeruk komersial tanpa biji yang mempunyai ploidi triploid alami (Bachi, 1940).

Tanaman triploid dapat dirakit dengan berbagai cara pendekatan baik secara konvensional maupun non konvensional. Penggunaan endosperma dalam kultur in vitro akan menghasilkan tanaman triploid. Jaringan endosperma berkembang setelah fertilisasi ganda terjadi dan jaringan ini merupakan hasil fusi antara 2 inti polar dan satu inti generatif sperma sehingga sel yang berkembang merupakan sel yang triploid (Berger, 2003). Jaringan ini dapat dikulturkan pada saat sel-selnya sudah berkembang dengan dinding sel yang tumbuh sempurna. Menurut Hoshino et al., (2011), tanaman triploid yang dihasilkan dari kultur endosperm lebih unggul dari pada tanaman triploid dari hasil persilangan.

(3)

529

Penelitian bertujuan untuk mengetahui tahapan perkembangan endosperma yang respon untuk kultur in vitro dan mengetahui formulasi media untuk menginduksi pembentukan kalus dari endosperma.

Metodologi

Penelitian dilakukan di laboratorium kultur in vitro Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian, Bogor. Bahan tanaman yang digunakan adalah tanaman jeruk Siam yang berumur 5 tahun setelah disambung dari mata tunas sebagai sumber jaringan endosperma. Penelitian dilakukan dalam dua kegiatan berurutan yaitu studi tahapan perkembangan endosperma jeruk Siam dan induksi pembentukan kalus dari jaringan endosperma.

Studi tahapan perkembangan endosperma jeruk Siam

Bahan tanaman yang digunakan adalah buah muda yang berumur 8, 9, 10, 11, 12, 13, dan 14 minggu setelah anthesis. Buah diukur diameternya sebelum disterilisasi. Sterilisasi buah dilakukan dengan merendam buah dalam alkohol 96% kemudian dilalukan pada lampu bunsen. Biji diisolasi kemudian dipotong secara transversal untuk mengamati perkembangan embrio dan endosperma. Pengamatan dilakukan dengan bantuan mikroskop binokuler pada perbesaran 40 kali. Pengamatan dilakukan pada visual ukuran biji, visual endosperma dan embrio.

Induksi pembentukan kalus dari jaringan endosperma

Tahapan perkembangan endosperma

Bahan tanaman yang dikulturkan adalah jaringan endosperma dari berbagai umur buah jeruk, 10, 11,12, 13, 14 minggu setelah anthesis. Sterilisasi buah dilakukan dengan merendam buah dalam alkohol 96% kemudian dilalukan pada lampu bunsen.

Isolasi endosperma dilakukan dalam laminar air flow cabinet dengan bantuan mikroskop binokuler dengan perbesaran 40x. Endosperma diisolasi dari biji yang dikeluarkan dari buah yang sudah disterilkan. Endosperma dikulturkan pada formulasi media induksi pembentukan kalus embriogenik jeruk Siam diploid (Husni, 2010). Biakan kemudian diinkubasi di ruang kultur tanpa cahaya.

Lingkungan Kultur

Bahan tanaman yang digunakan adalah jaringan endosperma yang diisolasi dari buah berumur 13 minggu setelah anthesis. Jaringan endosperma dikulturkan pada media induksi pembentukan kalus embriogenik jeruk Siam diploid (Husni, 2010). Biakan dikulturkan pada lingkungan gelap (tanpa cahaya) dan cahaya rendah ( ±600 lux) selama 16 jam. Temperatur ruang kultur dijaga pada suhu 22-25 oC.

Optimasi media induksi pembentukan kalus dari jaringan endosperma

(4)

530

jaringan endosperma yang diisolasi dari buah muda berumur 13 minggu setelah anthesis. Biakan diinkubasi di ruang kultur dengan cahaya rendah (± 600 lux) selama 16 jam dan suhu ruang kultur dijaga pada suhu 22-25 oC.

Pengamatan pada induksi kalus dari jaringan endosperma dilakukan setiap minggu. Pengamtan dilakukan terhadap persentase pembentukan kalus dan embriosomatik langsung.

Hasil dan Pembahasan

Studi tahapan perkembangan endosperma jeruk Siam

[image:4.595.73.482.334.482.2]

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa buah yang berumur 8 dan 9 minggu setelah anthesis dengan mikroskop binokuler pembesaran 40x belum dapat mengamati embrio dan jaringan endosperma (Tabel 1). Endosperma masih berupa cairan yang diduga merupakan sel induk endosperma dengan multi inti bebas yang belum mengalami selulerisasi. Pada tahapan ini baik embrio zigotik maupun nuselar belum teramati.

Tabel 1. Tahapan perkembangan endosperma pada buah 8-14 minggu setelah anthesis. Umur Buah

(MSA)

Ukuran yang teramati

Buah (cm) Biji (cm) Embrio (m) Endosperma (volume) 8 9 10 11 12 13 14 1,3 1,7 2,0 2,1 2,4 3,0 3,5 0,2 0,3 0,4 0,55 0,6 0,7 0,9 - - < 100 100-150 100-200 >200* >500** - - + ++ ++ + Tidak ada Keterangan : MSA , minggu setelah anthesis

* Embrio nuselar 1-2 buah/biji ** Embrio nuselar >2 buah/biji - Endosperma inti bebas (cair) + Endosperma kental

Embrio dan endoperma mulai teramati pada minggu ke sepuluh setelah anthesis. Embrio zigotik tumbuh di bagian mikrofil kantung embrio (biji) dengan ukuran kurang dari 100 (m) dan endosperma mulai terlihat mengental membentuk jaringan seperti jelly, meskipun masih banyak bagian yang cair.

Jaringan endosperma yang mengental bertambah hingga umur 12 minggu setelah anthesis. Volume endosperma mulai berkurang pada minggu ke 13 seiring dengan tumbuhnya embrio nuselar pada dinding mikrofil kantung embrio. Pada minggu ke 14 jaringan endoperma tidak terlihat lagi, pada beberapa biji terlihat jaringan tipis transparan (tembus pandang) yang merupakan sisa dari jaringan endosperma. Pada tahapan ini embrio zigotik sudah mencapai masak morfologis (bentuk torpedo) dan embrio nuselar sudah bertambahan banyak (lebih dari 3) dengan berbagai tahapan perkembangan embrio.

Induksi pembentukan kalus dari jaringan endosperma Tahapan perkembangan endosperma

(5)
[image:5.595.107.525.324.407.2]

531

kemudian dikulturkan pada media induksi pembentukan kalus jeruk Siam diploid (Husni et al, 2010). Setelah 6 minggu dikulturkan, terlihat bahwa hanya endosperma yang berasal dari buah 12 dan 13 minggu setelah anthesis yang dapat diinduksi pembentukan kalusnya dengan persentase yang tidak terlalu tinggi hanya 7,14 dan 3,10% (Tabel 2). Gmitter et al., (1990) melaporkan bahwa kalus terinduksi dari endosperma jeruk manis (C. sinensis), grape fruit (C. paradisiaca) dan Pommelo (C. grandis, sekarang C. maxima) dari endosperma 12-14 minggu setelah anthesis. Persentase yang rendah pada penelitian ini mungkin disebabkan formulasi media dan lingkungan kultur belum mampu menginduksi pembentukan kalus secara maksimal. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun komposisi media untuk induksi pembentukan kalus dengan eksplan embrio zigotik dan nuselar (dengan tingkatan ploidi diploid) cukup baik, ternyata tidak cukup baik untuk menginduksi pembentukan kalus dari jaringan endosperma (triploid).

Tabel 2. Respon jaringan endosperma pada berbagai tahapan perkembangan pada media induksi kalus, 6 minggu setelah dikulturkan pada media induksi kalus (Husni et al., 2010)

Umur endosperma (Minggu Setelah Anthesis)

Respon biakan (%)

Kalus Embriosomatik langsung 10 11 12 13 14 0 0 7,14 3,10 0 0 0 0 0 0 Lingkungan Kultur

Lingkungan kultur terutama cahaya sangat mempengaruhi respon dari eksplan. Beberapa eksplan memerlukan kondisi cahaya terang (± 1000 lux) selama 16 jam, atau cukup dengan cahaya rendah atau bahkan kodisi gelap untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangannya. Induksi pembentukan kalus sering tidak memerlukan cahaya seperti pada tanaman Allium chinense (Yan et al., 2009). Pada beberapa tanaman, cahaya diperlukan untuk menginduksi eksplan dalam pembentukan kalusnnya seperti pada jeruk Siam dengan eksplan embrio nuselar dan embrio zigotik (Husni et al., 2010), tanaman obat Cardiospermum halicacabum (Thomas dan Mseena, 2006), Curcuma soloensis (Zhang et al., 2011).

(6)

532

[image:6.595.68.475.664.750.2]

Hasil yang lebih baik diperoleh dari eksplan yang dikulturkan pada kondisi cahaya rendah, sekitar 600 lux, meskipun masih kurang dari 50%.

Tabel 3. Persentase pembentukan kalus dan embrio somatik langsung pada inkubasi kultur gelap dan cahaya rendah, 6 minggu setelah dikulturkan pada media induksi kalus (Husni et al., 2010).

Lingkungan inkubasi Respon biakan (%)

Kalus Embriosomatik langsung Gelap Cahaya rendah 2,38 23,81 4,76 7,14

Optimasi media induksi pembentukan kalus dari jaringan endosperma

Menurut Yan et al. (2009), untuk keberhasilan induksi kalus pada tanaman A. sinensis selain ditentukan oleh eksplan yang tepat juga sangat ditentukan oleh formulasi media yang tepat. Pada jeruk, umumnya induksi kalus dilakukan dengan menambahkan BA pada media induksi kalusnya (Gmitter et al., 1990; Carimi et al., 1995; Khan et al., 2009). Induksi kalus dari embrio nuselar dan zigotik jeruk Siam berhasil dilakukan dengan baik pada media MS modifikasi dengan penambahan BA 3 mg/l (Husni et al., 2010), tetapi untuk eksplan endosperma hasil belum begitu baik sehingga diupayakan dengan penambahan bahan organik untuk mengoptimalkan pembentukan kalus dari eksplan endosperma.

Optimalisasi pembentukan embrio dicoba dengan menambahkan bahan organik (kasein hidrolisat dan ekstrak malt) kedalam media dan memperkaya vitamin dengan menambahkan biotin kedalam media induksi. Hal ini juga dilakukan Gmitter et al. (1990) dan Yang et al. (2000) yang lebih memperkaya medium induksi kalus untuk endosperma dibanding medium untuk jaringan diploidnya. Pada kultur endosperma jeruk Siam, enam minggu setelah kultur terlihat bahwa induksi pembentukkan kalus terbaik diperoleh dari media dengan penambahan biotin atau ekstrak malt (Tabel 4). Sementara penambahan kasein hidrolisat tidak dapat meningkatkan persentase pembentukan kalus dari jaringan endosperma jeruk meskipun bahan ini banyak digunakan untuk kultur endosperma tanaman dikotil (Hoscino et al., 2011). Kombinasi bahan organik dengan vitamin juga tidak meningkatkan pembentukan kalus dari jaringan endiosperma, berbeda dengan tanaman jambu biji (Rai et al., 2008) penambahan bahan organik yang dikombinasikan dengan vitamin dapat meningkatkan induksi kalus embriogenik. Induksi kalus dari eksplan jeruk Siam medan lebih efektif pada media dengan penambahan ekstrak malt karena bahan ini merupakan bahan organik yang lebih murah dari pada biotin.

Tabel 4. Respon jaringan endosperma pada berbagai formulasi media untuk induksi pembentukan kalus, pada media induksi kalus (Husni et al., 2010).

Media induksi (Minggu Setelah Anthesis)

Respon biakan (%)

Kalus Embriosomatik langsung Biotin

Ekstrak malt Kasein hidrolisat Ekstrak malt +Biotin Kaseinl hidrolisat+ Biotin

(7)

533

Kesimpulan

Dari rangkaian penelitian pendahuluan ini dapat disimpulkan bahwa :

- Jaringan endosperma jeruk dapat diisolasi dari buah muda 10-14 minggu setelah anthesis

- Jaringan endosperma yang respon untuk diinduksi pembentukan kalusnya adalah endosperma yang diisolasi dari buah 12-13 minggu setelah anthesis

- Inkubasi pada lingkungan cahaya rendah (± 600 lux) lebih baik dibandingkan pada kondisi gelap

- Penambahan ekstrak malt atau biotin baik untuk menginduksi pembentukan kalus, tetapi secara ekonomis penambahan ekstrak malt lebih menguntungkan.

- Ucapan Terima Kasih

- Penelitian ini didanai oleh program Hibah Pasca Sarjana atas nama Dr. Agus Purwito (FAPERTA, IPB) Tahun Anggaran 2011 dan Balitjestro yang sudah menyedikan bahan tanaman jeruk Siam Medan.

-- Daftar Pustaka

- Bachi, O. 1943. Cytological observations in citrus, III Megasporogenesis, fertilization and polyembryony. Bot. Gaz. 105: 221-225

- Carimi, F, F De Pasquale, F G Crescimanno. 1995. Somatic embryogenesis in Citrus from styles culture . Plant Science 105: 81-86

- Chen, Z G, S Q Lin and Q L Lin. 1988. The development of plantlets from the endosperm of loquat. Pp 363-364. In Genetic Manipulation in Crops. Proc. Int. Symp. Genetic Manipulation in Crops, Beijing.

- Hoshino,T, Y Miyashita, And TD Thomas. 2011. In vitro culture of endosperm and its application in plant breeding: Approaches to polyploidy breeding. Scientia Horticulture. 130 (1):1-8

- Husni A, Purwito A, Mariska I, Sudarsono. 2010. Regenerasi tanaman jeruk Siam melalui embryogenesis somatic. J Agrobiogen 6(2): 79-83

- Lapin, W.K. 1937. Investigation of polyploidy in citrus work. All-Unian Sci. Res. Inst. Humid Subtrop.I:1-68

- Gmitter, F G Jr., X B Ling, and X X Deng. 1990. Induction of triploid Citrus plants from endosperm calli in vitro. Theor. Appl. Gen. 80: 785-790

- Khan, E U, X Z Fu, J Wang, Q J Fan, X S Huang, G N Zhang, J Shi, J H Liu. 2009. Regeneration and characterization of plants derived from leaf in vitro culture of two sweet orange (Citrus sinensis (L.) Osbeck) cultivars. Sci Hortic. 120: 70-76

- Karp, D. 2007. Mandarins growing nears Bakersfield, Calif. Marisorpa, Calif

- Thomas, T D, and R Chaturverdi. 2008. Endosperm cultura: A novel method for triploid plant. Plant Cell. Tiss. Org. Cult. 93 (1):1-14

- Tao, R, K Ozawa, M Tamura and A Sugiura. 2009. Dodecaploid plant regeneration from endosperm cultura of Persimmon (Diospyros kaki L.).

(8)

534

- Yang, X, A Kitajima and K Hasegawa. 2000. Callus induction and embryoid

regeneration from the endosperm culture of “Tossa-Buntan” pummel (Citrus grandis

[L.]). Environment Control Biol. 38 (4): 241-246

- Yan, MM, C Xu, C-H Kim, Y-C Um, A Bah, D-P Guo. 2009. Effects of explant type, culture media and growth regulators on callus induction and plant regeneration of Chinese jiaotou (Allium chinense). Sci Hortic. 123:124-128

- Zhang, S, N Liu, A Sheng, G Ma, G Wu. 2011. Direct and callus-mediated regeneration of Curcuma soloensis Valeton (Zingiberaceae) and ex vitro performance of regenerated plants. Sci Hortic. 130: 899-

Diskusi

1. Nama Penanya : Pertanyaan/saran/komentar :

(9)
(10)
(11)

Bukittinggi 23-25 September 2014

Tema

:

Dukungan Teknologi dan Hasil Penelitian dalam

Membangun Pertanian Bio-industri Buah Tropika

Berkelanjutan

Diselenggarakan Oleh:

BALAI PENELITIAN TANAMAN BUAH TROPIKA

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

(12)

ISBN : 978-979-1465-43-4

PROSIDING

Seminar Nasional Buah Tropika Nusantara II

Bukittinggi, 23 – 25 September 2014

X, 1270 halaman, 2015

Penyunting Pelaksana : Dr. A. Soemargono Dr. Muryati, MP. Ir. Sri Hadiati, MP. Dr. Martias, MP. Dr. Agus Sutanto, MSc. Ir. NLP. Indriyani, MP. Dra. Jumjunidang, M.Si

Setting Layout : M. Nufur, AM.d Ismuharti, AM.d

Diterbitkan oleh : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika

Jl. Raya Solok–Aripan Km 8, Kotak Pos 5 Solok Sumatera Barat 27301

(13)

i

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan

yang Maha Kuasa, Prosiding Seminar Nasional Buah Tropika

Nusantara II telah dapat diselesaikan dengan baik. Seminar

Nasional yang diselenggarakan pada tanggal 23-25 September

2014 di hotel The Hills Bukittingi dengan tema:

Dukungan

Teknologi dan Hasil Penelitian dalam Membangun

Pertanian Bio-industri Buah Tropika Berkelanjutan

bertujuan untuk: (1)

Menginformasikan

hasil-hasil

penelitian

tanaman

buah

tropika,

(2)

Mensosialisasikan dan mengkomunikasikan isu-isu terbaru dalam perbuahan

nasional, (3) Mengidentifikasi peluang konservasi, perbenihan, pengolahan dan

pemasaran buah tropika dalam mewujudkan pertanian bio-industri berkelanjutan, (4)

Mendapatkan umpan balik, masukan, tindak lanjut dari pengguna terhadap

penerapan

science, innovation

, and

networks

dalam pengembangan buah tropika

dan (5) Meningkatkan kualitas dan kuantitas Karya Tulis Ilmiah (KTI) komoditas

tanaman buah pada jurnal Nasional dan Internasional.

Beberapa rumusan yang telah dihasilkan dalam Seminar Nasional tersebut, berupa

rangkuman inovasi dan teknologi buah-buahan yang dihasilkan oleh berbagai

lembaga penelitian, dapat ditingkatkan aplikasinya guna membangun pertanian

Bio-industri buah tropika secara berkelanjutan.

Makalah yang disampaikan dalam seminar ini disusun dalam Prosiding Seminar

Nasional Buah Tropika Nusantara II yang terdiri dari dua bundel. Semua naskah

dalam prosiding telah dipresentasikan dalam seminar tersebut, baik secara oral

maupun poster dan telah melalui proses evaluasi dan editing oleh tim penyunting.

Pada kesempatan ini saya menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada

semua pihak yang telah membantu penyusunan Prosiding Seminar Nasional Buah

Tropika Nusantara II ini. Semoga prosiding ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak

yang membutuhkan.

Jakarta, April 2015

Kepala Pusat,

(14)
(15)

iii

SAMBUTAN

KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

Dalam

SEMINAR BUAH TROPIKA NUSANTARA KEDUA

BUKITTINGGI, 23-25 SEPTEMBER 2014

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua, Yang saya hormati,

 Direktur Jenderal Hortikultura,

 Para pejabat yang mewakili eselon I lingkup Kementan,

 Kepala Dinas Propinsi Sumatera Barat

 Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Agam

 Dekan Fakultas Pertanian UNAND, UMMY, Politani

 Para Narasumber

 Kepala Pusat/Puslitbang dan Balai Besar lingkup Badan Litbang Pertanian;

 Serta Para Kepala BPTP, Balai Penelitian, Peneliti, Perekayasa, Penyuluh dan Hadirin yang berbahagia,

Pertama tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan kesehatan kepada kita semua sehingga dapat berkumpul pada acara “Seminar Nasional Buah Tropika Nusantara II” dengan tema “Dukungan teknologi dan hasil penelitian dalam membangun pertanian bio-industri buah tropika berkelanjutan”. Juga tidak lupa disampaikan salawat dan salam kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membimbing umat manusia menuju jalan yang terang.

Hadirin yang saya hormati,

Pada pagi hari ini kita menghadiri seminar buah tropika nusantara yang kedua yang merupakan salah satu rangkaian dari Pekan Bakti Agroinovasi dalam rangka hari ulang tahun Badan Litbang Pertanian ke 40. Topik Bio-industri pertanian memang sengaja diangkat pada seminar ini dengan tujuan untuk menghimpun informasi sejauh mana hasil-hasil penelitian bio industri tanaman buah tropika telah dilakukan. Hal ini penting untuk dilakukan guna mendukung program Kementerian Pertanian tahun-tahun berikutnya yang menekankan pada pertanian bio-industri berkelanjutan.

Para hadirin sekalian,

(16)

iv

produktivitas pertanian harus dua kali lipat pada tahun 2025 untuk memenuhi peningkatan permintaan pangan akibat pertumbuhan populasi penduduk dan penurunan sumberdaya pertanian. Oleh karena itu tantangan terbesar adalah bagaimana menghasilkan pangan dengan efisiensi tinggi namun dengan dampak lingkungan minimal.

Para hadirin sekalian,

Terkait dengan buah-buahan, daya saing buah tropika Indonesia masih rendah terutama untuk pasar ekspor. Hal ini dikarenakan belum optimalnya (1) kuantitas produksi sehingga berpengaruh pada pemenuhan kuota permintaan dan kontinyuitas suplai, (2) kualitas produksi yang berpengaruh pada tingkat kesukaan konsumen, (3) penanganan pascapanen yang terutama berkaitan dengan daya simpan buah. Kesemua ini terjadi karena sebagian besar buah tropika Indonesia dihasilkan dari lahan pekarangan atau hutan yang umumnya belum menerapkan teknologi rekomendasi. Tanaman biasanya dirawat dengan teknologi sekedarnya dan beragam sehingga menghasilkan kuantitas dan kualitas produksi yang beragam pula. Sehingga bila dihubungkan dengan persyaratan pasar biasanya hanya sedikit yang memenuhi syarat terutama untuk pasar ekspor, yaitu hanya sekitar 10-15%. Rendahnya daya saing buah tropika terlihat dari data ekspor impor tahun 2012, dimana volume ekspor sebesar 216.752 ton dengan nilai U$ 227.403.266 sedangkan volume impor sebesar 885.174 ton dengan nilai U$ 963.684.451. Kondisi ini menjadi tantangan bagi kita semua untuk meningkatkan daya saing buah tropika Indonesia sehingga mampu bersaing dengan buah dari negara lain.

Para hadirin yang berbahagia,

(17)

v

ekspor dan mendorong berkembangnya pusat pertumbuhan ekonomi berbasis bioindustri di daerah.

Para hadirin sekalian,

Memasuki periode pembangunan tahun 2015 – 2019, Badan Litbang Pertanian menempuh pendekatan 9 sistem inovasi sesuai dengan segmentasi sistem agribisnis, yaitu (1) Pengelolaan Sumber Daya, (2) Sistem Produksi, (3) Pasca Panen/Pengolahan, (4) Logistik/Distribusi, (5) Pengelolaan Lingkungan, (6) Pemasaran hasil, (7) Inovasi Kelembagaan, (8) Dukungan Manajemen, dan (9) Blok Program. Sistem inovasi tersebut diselaraskan dengan konsep bioekonomi yang bertumpu pada bidang bioteknologi dan bioenjinering. Di dalam menerapkan 9 sistem inovasi tersebut, Badan Litbang Pertanian mengembangkan jaringan kerjasama dengan berbagai instansi terkait di dalam maupun luar negeri. Hal ini sejalan dengan tagline Badan Litbang Pertanian yaitu Science, Innovation, dan Network yang mengimplementasikan keterpaduan hulu – hilir dalam penciptaan invensi dan pengembangan inovasi melalui sinergi sistem litkajibangdiklatluhrap.

Para hadirin yang saya hormati,

Demikian sambutan yang bisa saya sampaikan pada hari ini. Mudah-mudahan dari kegiatan seminar dapat dihimpun semua teknologi inovasi mendukung pertanian bio-industri sekaligus masukan/saran/pendapat agar pertanian bio-industri berkelanjutan terutama untuk perbuahan dapat diwujudkan. Dengan mengucap Bismilahirrohmanirrohim seminar

“Dukungan teknologi dan hasil penelitian dalam membangun pertanian bio-industri buah

tropika berkelanjutan” dengan ini secara resmi dibuka.

Wabillahi taufiq Walhidayah,

Wassalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh,

Bukittinggi, 23 September 2014

Kepala Badan Litbang Pertanian

(18)
(19)

vii

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR i

SAMBUTAN KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

PERTANIAN iii

DAFTAR ISI vii

MAKALAH UTAMA

1. System Approach Pertanian Bio-industri Buah Tropika Berkelanjutan

Sekretaris Badan Badan Penelitian dan Pengambangan Pertanian

Dr. Agung Hendriadi 1

2. Konsep Dan Penerapan Sistem Pertanian-bioindustri Berkelanjutan

Prof. Dr. Pantjar Simatupang 9

3. Penelitian Tanaman Buah Menuju Pertanian Bio-Industri Berkelanjutan Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura

Dr. Ir. M. Prama Yufdy, MSc. 37

4. Status Dan Arah Pengembangan Kawasan Buah-buahan Di Indonesia

Direktur Budidaya dan Pasca Panen Buah

Ir. Rahman Pinem, MM 71

5. Inovasi Alat dan Mesin Pertanian Dalam Meningkatkan Mutu dan Nilai

Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian

Dr. Astu Unadi, M.Eng 83

6. Dukungan Teknologi Pascapanen Dalam Meningkatkan Nilai Tambah Produk Buah Tropika Dan Pertanian Bio-industri

Balai Besar Pasca PanenPertanian

Ir. Rudy Tjahjohutomo, MT 103

7. Peranan PKHT-IPB dalam Pengembangan Tanaman Buah Pusat Kajian Hortikultura Tropika

Dr. Darda Efendi 137

8. Peluang, Tantangan dan Upaya Mendorong Pengembangan Bio-Industri Tanaman Buah Indonesia Memasuki Masyarakat Ekonomi ASEAN

Prof. Dr. Roedhy Poerwanto 165

9. Model Pembangunan Pertanian Bio-industri Berbasis Pertanian PT. Great Giant Pineapple

Ruslan Krisno dan Supriyono Loekito 183

10. Potensi Pasar dan Daya Saing Buah Indonesia pada Era Pasar Global

ASEIBSSINDO 191

SDG dan Pemuliaan

11. Konservasi Jangka Pendek Secara In Vitro Sumber Daya Genetik Pisang Menggunakan Media dengan Berbagai Tekanan Osmotik dan Penyimapanan Suhu Rendah

Wiwik Hardaningsihdan Muzakkir 199

12. Diversitas Tanaman Buah di Lahan Pekarangan Sumatera Barat (Diversity of Fruit Crops in Home Garden of West Sumatera)

Hardiyanto dan Nirmala Friyanti Devy 209

13. Penerapan Konsep Community Based Biodiversity Management (CBM) dalam Konservasi Sumber Daya Genetik Garcinia sp Mendukung Pertanian

Bioindustri

Idha Widi Arsanti dan Ellina Mansyah 221

14. Karakterisasi 25 Klon Mangga untuk Perbaikan Varietas Mangga Gedong Gincu

Karsinah, Rebin, Sri Hadiati, Kusrini Setyowati, dan M. Jawal Anwaruddin Syah 231

15. Aegle marmelos (L.) Corr.: Peningkatan Potensi Buah Lokal Indonesia

Fitri Fatma Wardani, Frisca Damayanti, dan Inggit Puji Astuti 239

16. Mangifera pajang Kostermann: Mangga Liar Endemik Borneo yang Kritis di Alam dan Persebarannya di Kalimantan

(20)

viii

17. Inventarisasi dan Karakterisasi Morfologi Tanaman Durian (Durio zibethinus) di Langkahan dan Sawang Kabupaten Aceh Utara.

Rd. Selvy Handayani dan Ismadi 253

18. Analisis Keragaman Sumber daya Genetik Buah-Buahan di Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau melalui Pendekatan Indeks Shanon dan Koofisien Sorenson

Dahono, Yayu Zurriyati dan Lutfi Izhar 263

19. Keanekaragaman Gandaria (Bouea oppositifolia (Roxb.) Adelb., Anacardiaceae) Asal Sumatra dan Kebun Raya Bogor

Tri Harsono, Nursahara Pasaribu, Sobir, Fitmawati, Yusron E. Ritonga 271

20. Karakterisasi dan evaluasi Koleksi Plasma Nutfah Durian Berdasarkan Karakter Morfologi Buah

Sri Hadiati, S., F. Nasution dan D. Sunarwati 279

21. Pendugaan Keragaman Garcinia sp dan Nephelium sp di Propinsi Sumatera Barat dan Jambi serta Potensi Pemanfaatannya dalam Pertanian Bioindustri,

Ellina Mansyah dan Edison Hs 289

22. Karakterisasi Beberapa Aksesi Indigenous Durian di Kabupaten Katingan Provinsi Kalimantan Tengah

Ni Luh Putu Indriyani dan Sri Hadiati 301

23. Seleksi Karakter Agronomis beberapa Hasil Persilangan Pepaya,

Sunyoto, Tri Budiyanti, Liza Octriana, dan Dewi Fatria 307

24. Karakterisasi Buah Galur Melon Generasi Lanjut

Makful, Hendri, Sunyoto dan Sahlan 319

25. Performa Beberapa Galur Harapan Melon Serta Prospeknya Sebagai Calon Kultivar Unggul Baru

Suharyon Mayunardan Busyra 331

26. Teknologi Genomika Untuk Akselerasi Pemuliaan Tanaman Buah Tahunan

I Made Tasma dan Puji Lestari 341

27. Analisis Sidik Jari DNA pada Mangga (Mangifera indica L.)

Puji Lestari, Reflinur dan I Made Tasma 351

28. Konservasi In Vitro Tanaman Jeruk (Citrus sp.) dan Pengaruhnya Terhadap Stabilitas Genetik

Farida Yulianti, F. Devy 361

29. Sebaran dan Keragaman Plasma Nutfah Jenis Buah-buahan di Kalimantan Selatan

Aidi Noor dan Rina Dirgahayu Ningsih 367

30. Keragaan Morfologi dan Kualitas Buah Pepaya Di Empat Lokasi di Wilayah Bogor pada Dua Musim

Siti Noorrohmah, Sobir, Sriani Sujiprihati 377

31. Morfogenesis Aksis Bunga Pisang Kepok Kuning dan Kluthuk Awu

Ika Roostika, Suci Rahayu, Edison, Agus Sutanto 385

32. Kajian Konservasi dan Pemanfaatan Sumber Daya Genetik Lokal Tanaman Buah-Buahan di Bali

I Gusti Komang Dana Arsana 393

33. Eksplorasi dan Karakterisasi Duku (Lansium sp.) Unggulan Lokal Kabupaten Dharmasraya

Edison, HS, Catur Hermanto, dan Titin Purnama 401

34. Pemanfaatan SNP berbasis Gen Spesifik sebagai Marka Molekuler yang Menunjang Program Pemuliaan Tanaman Buah Tropika

Agus Sutanto 407

35. Studi Keragaman Genetik Nangka (Artocarpus heterophyllus Lam.) Berdasarkan Marka Morfologi

Sulassih, Sobir, Santosa E, Tirtawinata MR 417

36. Keanekaragaman Spesies Tanaman Pekarangan di Wilayah Pedesaan di Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur)

Noor Roufiq Ahmadi dan Farid R. Abadi 425

37. Potensi dan Konservasi Durian Hutan Kalimantan (Durio kutejensis)

(21)

ix

38. Inventarisasi dan Prospek pengembangan Sumber Daya Genetik Tanaman Buah spesifik Kabupaten Muaro Jambi Propinsi Jambi

Julistia B, Desi Hernita dan Endrizal 449

39. Kajian Dampak Deforestasi terhadap Ancaman Kepunahan Sumber Daya Genetik Buah-Buahan Tropika Nasional

Dian Kurniasih 457

40. Pendugaan Nilai Heterosis dan Heterobeltiosis Pepaya Koleksi Balitbu Tropika di Kebun Percobaan Subang

Noflindawati dan Dewi Fatria 465

BUDIDAYA

41. Pengaruh Sumber Eksplan dan Teknik Sterilisasi pada Perbanyakan Tin (Ficus carica) melalui Kultur Jaringan

Agustina E. Marpaung , Rina C. Hutabarat dan Liza Octriana 471

42. Pengaruh Kombinasi Benzil Amino Purin (BAP) dan Napthalene Acetic Acid (NAA) terhadap Pertumbuhan Kultur Tunas Manggis (Garcinia mangostana L.)

Andre Sparta dan Rahayu Triatminingsih 479

43. Induksi dan Pendewasaan Embrio Somatik Asal Eksplan Tangkai Benang Sari Durian

Rahayu Triatminingsih, Yosi Zendra Joni dan Ida Fitrianingsih 487

44. Regenerasi Manggis (Garcinia mangostana L.) Melalui Embriogenesis Somatik

Yosi Zendra Joni, Darda Efendi, dan Ika Roostika 495

45. Evaluasi Aplikasi Perbanyakan Bibit Jeruk Melalui Embriogenesis Somatik (SE) Secara In Vitro

Nirmala Friyanti Devy dan Hardiyanto 505

46. Induksi Kalus Embriogenik Jeruk Siam Medan Triploid Sebagai Eksplan dalam Transformasi Gen Ap1 dan Lfy untuk Memperpendek Fase Juvenil

Mia Kosmiatin, Diani Damayanti, Ali Husni 517

47. Studi Pendahuluan : Perkembangan Jaringan Endosperma dan Induksi Pembentukan Kalus dari Endosperma Jeruk Siam (Citrus nobilis L)

M. Kosmiatin, A. Husni dan A. Purwito 527

48. Efek Pemberian Kapur Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pisang pada Lahan Marjinal di Kalimantan Timur

Irwan Muas, Jumjunidang, Hendri, D.Emilda dan D. Fatria 535

49. Keragaman Pertumbuhan Beberapa Varietas Manggis (Garcinia mangostana L.)

Djoko Mulyono, M. Jawal Anwarudin Syah, Adhitya Marendra Kiloes 555

50. Perencanaan Kebun Buah Tropika di Kawasan Pusat Inovasi Agroteknologi (Piat) Ugm Mangunan Girirejo Kabupaten Bantul Yogyakarta

Siti Nurul Rofiqo Irwan, Taryono, Susilo, ErlinaAmbarwati, Sri Trisnowati, Rohlan

Rogomulyo, Dyah Wenny Respatie 563

51. Status Budidaya dan Harapan Pelaku Usaha Durian Terhadap Idiotipe Durian Nasional

Panca J. Santoso dan Fitriana Nasution 571

52. Pengaruh Jenis Pembungkus dan Saat Pembungkusan Terhadap Kehilangan Hasil dan Kualitas Buah Mangga Arumanis

Rebin, Karsinah, A. Soemargono, Djoko Sudarso dan Kusrini Setyowati 579

53. Aktivitas Fotosintesis Bibit Durian (Durio zibethinus Murr.) ’Monthong’ yang disemprot Giberelin

Nursuhud, Liferdi, dan Andina Sukmabudiarto 587

54. Induksi Pembungaan Hylocereus undatus di Luar Musim dengan Penyinaran

Palupi, ER, dan Farida, S 593

55. Kalender Budidaya Durian TM: Panduan Budidaya Durian Masa Produksi Selama Satu Tahun

Panca Jarot Santoso 601

56. Efek Pembungkusan terhadap Kandungan Nutrisi Buah Mangga Hibrida

Syarif Husen, Kuswanto, Rebin 609

57. Pengaruh Dosis Iradiasi Sinar Gamma terhadap Pertumbuhan Benih Sambungan Mangga (Mangifera indica L.)

(22)

x

58. Pengaruh Panjang Entris Terhadap Keberhasilan Penyambungan Benih Sirsak var. Ratu

Sudjijo 625

59. Studi Komparasi Struktur Anatomi Perikarp Durian (Durio zibethinus Murr.) Tahan Simpan dan Tidak Tahan Simpan Asal Pulau Bengkalis Provinsi Riau

Gambar

Tabel 1. Tahapan perkembangan endosperma pada buah 8-14 minggu setelah anthesis.
Tabel 2.  Respon jaringan endosperma pada berbagai tahapan perkembangan pada media induksi kalus, 6 minggu setelah dikulturkan pada media induksi kalus (Husni et al., 2010)
Tabel 3.  Persentase pembentukan kalus dan embrio somatik langsung pada inkubasi kultur gelap dan cahaya rendah, 6 minggu setelah dikulturkan pada media induksi kalus (Husni et al., 2010)

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah meningkatkan keragaman genetik jeruk Siam melalui iradiasi sinar Gamma pada kalus hasil kultur protoplas.. Dosis

Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan konsentrasi sukrosa dan kombinasi konsentrasi sukrosa dengan NAA terbaik terhadap induksi akar jeruk siam asal Kampar

Pengaruh komposisi udara ruang penyimpanan terhadap total padatan terlarut buah jeruk siam .... Pengaruh lama penyimpanan terhadap total padatan terlarut buah jeruk

Induksi tetraploid menggunakan kolkisin dapat menurunkan pertumbuhan tunas jeruk Siam Simadu, tunas yang diberi perlakuan kolkisin menghasilkan pertambahan tinggi, jumlah

Berdasarkan hasil penelitian mengenai keberadaan dan keanekaragaman serangga pada tanaman jeruk siam (Citrus nobilis L.), maka dapat ditarik kesimpulan bahwa, Serangga yang

Analisis Proses degreening pada buah jeruk siam (citrus nobilis.) menggunakan image processing bertujuan untuk menganalisis perubahan warna buah jeruk

Hasil penelitian mengenai induksi tunas in vitro jeruk siam asal Kampar dengan eksplan tunas apeks dan nodus in vitro , dapat disimpulkan bahwa konsentrasi BAP

Untuk mendapatkan kualitas buah optimal secara fisik dan kimia pada buah jeruk siam selama penyimpanan, maka pra panen yang harus dilakukan adalah: Umur petik