• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Tanah Diantara Sungai Kapuas Dan Sungai Mengkatip Di Kalimantan Tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karakteristik Tanah Diantara Sungai Kapuas Dan Sungai Mengkatip Di Kalimantan Tengah"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK TANAH DIANTARA SUNGAI KAPUAS DAN SUNGAI MENGKATIP DI KALIMANTAN TENGAH

YUDHI CASTIO

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Karakteristik Tanah diantara Sungai Kapuas dan Sungai Mengkatip di Kalimantan Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2016

Yudhi Castio

(4)

ABSTRAK

YUDHI CASTIO. Karakteristik Tanah diantara Sungai Kapuas dan Sungai Mengkatip di Kalimantan Tengah. Dibimbing oleh HERMANU WIDJAJA dan

DYAH TJAHYANDARI SURYANINGTYAS.

Dalam rangka perluasan areal pertanian, pada tahun 1995 dikeluarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia (Keppres) No. 82 Tahun 1995 tentang Pengembangan Lahan Gambut Seluas 1 Juta Ha di Kalimantan Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik tanah dan air pada transek lahan diantara Sungai Kapuas dan Sungai Mengkatip setelah tujuh belas tahun pembukaan lahan Pengembangan Lahan Gambut (PLG). Penelitian ini menggunakan data sekunder survei tanah bulan November 2012 dan data tahun 1995. Kelas tekstur tanah di lokasi penelitian berkisar dari klei berdebu hingga klei. Tanah di lokasi penelitian memiliki reaksi tanah sangat masam dengan pH berkisar antara 3.5 dan 4.2 di lapisan atas dan antara 3.4 dan 3.9 di lapisan bawah. Kejenuhan aluminium tergolong sedang sampai sangat tinggi di lapisan atas begitu pula di lapisan bawah. Kapasitas tukar kation (KTK) berkisar antara 21.74 dan 49.22 me/100g, kejenuhan basa 2.08-13.10 %, dan kandungan basa-basa dapat dipertukarkan umumnya sangat rendah sampai rendah. Kadar C-organik tanah, P tersedia, dan nisbah C/N tergolong rendah. Kadar Fe berkisar 4.05-424.05 ppm, dan Al-dd 5.89-24.18 me/100g. Karakteristik air di lokasi penelitian terdiri dari air genangan, air parit primer, dan air parit tersier. Nilai pH air berkisar 3.5 sampai dengan 5.3, kandungan sulfat antara 11.41 dan 69.49ppm, daya hantar listrik berkisar dari 103.00 sampai dengan 418.00 µS/cm, aluminium berkisar antara 1.15-10.36 ppm, dan besi 0.09-23.28 ppm. Karaktersistik tersebut menunjukkan bahwa air dari ketiga sumber tersebut tidak dapat digunakan untuk mengairi tanaman.

(5)

ABSTRACT

YUDHI CASTIO. Soil Characteristics between The Kapuas River and The Mengkatip River in Central Kalimantan. Supervised by HERMANU WIDJAJA

and DYAH TJAHYANDARI SURYANINGTYAS.

In order to agricultural expansion, in 1995 issued the Decree of the President of the Republic of Indonesia No. 82 on Mega Rice Estate Project in Central Kalimantan. This study aims to identify the soil and water characteristics on the transect between the Kapuas and Mengkatip Rivers after seventeen years of land clearing of the Mega Rice Estate Project. This study used secondary data of soil surveys in November 2012 and the data in 1995. Soil texture at the study area ranged from silty clay to clay. Soils in the study area were very acidic with pH ranged between 3.5 and 4.2 in the upper layers and between 3.4 and 3.9 in the lower layers. Aluminium saturation values were medium to very high either in upper layers, or in lower layers. Cation exchange capacity (CEC) ranged between 21.74 and 49.22 me/100g, base saturation were 2.08-13.10%, and the exchangeable bases were mostly very low to low. Soil C-organic, N-total, available P, and C/N ratio were low. Available iron content ranged 4.05-424.05 ppm, and exchangeable Al 5.89-24.18me/100g. The water samples were taken from inundated water, water of primary and tertiary canals. The water pH ranged from 3.5 to 5.3, sulphate ranged between 11.41 and 69.49ppm, electrical conductivity (EC) ranged from 103.00 to 418.00 μS/cm, aluminium ranged 1.15-10.36ppm, and iron ranged 0.09-23.28ppm. These characteristics proved that the water cannot be used for watering crops.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada

Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

KARAKTERISTIK TANAH DIANTARA SUNGAI KAPUAS DAN SUNGAI MENGKATIP DI KALIMANTAN TENGAH

YUDHI CASTIO

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Karakteristik Tanah diantara Sungai Kapuas dan Sungai Mengkatip di Kalimantan Tengah

Nama : Yudhi Castio NIM : A14080093

Disetujui oleh

Ir. Hermanu Wijaya, MSc Pembimbing I

Dr. Ir. Dyah Tjahyandari S, M.Appl.Sc Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr.Ir. Baba Barus, MSc Ketua Departemen

(10)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan karunianya skripsi yang berjudul “Karakteristik Tanah diantara Sungai Kapuas dan Sungai Mengkatip di Kalimantan Tengah” bisa diselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Pertanian di Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, dukungan, nasihat, dan bimbingan dari berbagai pihak. Dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini penulis ingin mengucapkan rasa terimakasih kepada:

1. Ir. Hermanu Widjaja, MSc selaku pembimbing skripsi I, Dr. Ir. Dyah Tjahyandari S, M.Appl.Sc selaku pembimbing skripsi II dan Dr. Ir. Arief Hartono selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran dalam penelitian serta penulisan skripsi ini.

2. Kedua Orang tuaku tercinta, dan kedua adikku serta seluruh keluarga besar yang selalu memberikan semangat, kasih sayang, kesabaran, perhatian, dukungan moral maupun material selama penulis menjalani masa kuliah sampai terselesaikannya skripsi ini.

3. Seluruh Dosen Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan terutama dosen dan staff Bagian Pengembangan Sumberdaya Fisik Lahan atas seluruh bantuan, dukungan dan bimbingannya selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

4. Soilers 45 terutama Artika Soleha dan Ardli Swardana serta sahabat PANJEN yang tidak pernah lelah memberikan semangat dan membantu dalam penyusunan skripsi.

5. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan moral maupun spiritual dalam penyelesaiaan skripsi ini.

Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Bogor, Maret 2016

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN ix

PENDAHULUAN

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian 2

Bahan dan Alat 2

Metode Penelitian 2

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Tanah 4

Sifat Fisik Tanah 4

Sifat Kimia Tanah 5

Kemasaman Tanah, Pirit, Fe, dan Kejenuhan Al 5 C-organik, N-total, Nisbah C/N, dan P-tersedia 6 Basa-basa (Ca, Mg, K, Na), KTK, dan KB 7 Karakteristik Air Setelah Pembukaan Lahan 9

SIMPULAN Simpulan 11

DAFTAR PUSTAKA 12

LAMPIRAN 13

(12)

DAFTAR TABEL

1 Data Tanah yang Terpilih untuk Penelitian 3

2 Data Air pada Tahun 2012 yang Terpilih untuk Penelitian 3

3 Data Tekstur Tanah di Lokasi Penelitian 4

4 Data pH Tanah, Kandungan Pirit, Fe, Al-dd, dan Kejenuhan Aluminium di Lokasi Penelitian dengan Statusnya menurut PPT (1983)

5

5 Data C-Organik, N-Total, nisbah C/N, dan P Tersedia di Lokasi Penelitian dengan Statusnya menurut PPT (1983)

7 6 Data Basa-Basa Dapat Dipertukarkan di Lokasi

Penelitian dengan Statusnya menurut PPT (1983)

8 7 Data Kapasitas Tukar Kation (KTK) dan Kejenuhan Basa

(KB) di Lokasi Penelitian dengan Statusnya menurut PPT (1983)

9

8 Data Karakteristik Kimia Air Genangan, Parit Tersier, dan Parit Primer di Lokasi Penelitian Tahun 2012 menurut Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001

11

DAFTAR GAMBAR

1 Peta Lokasi Pengambilan Sampel Tanah dan Air Tahun 2012

3 2 Penampang Transek Lahan dan Jarak Relatif Titik

Pengamatan pada Transek Lahan diantara Sungai Kapuas dan Sungai Mengkatip

4

3 Hubungan Kemasaman Tanah dengan Kejenuhan Basa 8

4 Hubungan pH dengan Daya Hantar Listrik 10

5 Hubungan Daya Hantar Listrik dengan Ion Sulfat 10

DAFTAR LAMPIRAN

1 Peta Lokasi Penelitian Tahun 1995 15

2 Data Sifat Kimia Tanah 16

3 Deskripsi Morfologi Tanah tahun 1995 di Kecamatan Dadahup dan Kecamatan Kapuas Murung, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah

17

4 Deskripsi Morfologi Tanah tahun 2012 di Kecamatan Dadahup dan Kecamatan Kapuas Murung, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah

(13)

5 Kriteria Sifat Kimia Tanah 21

(14)
(15)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia, kebutuhan pangan khususnya beras juga semakin meningkat. Dalam rangka perluasan areal pertanian, pada tahun 1995 dikeluarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia (Keppres No. 82 Tahun 1995) tentang Pengembangan Lahan Gambut Seluas 1 Juta Ha untuk Pertanian Tanaman Pangan di Kalimantan Tengah. Pembukaan lahan ini dikhususkan untuk lahan sawah (Mawardi et al. 2001). Pembukaan lahan gambut dan rawa pasang surut memerlukan perencanaan dan kehati-hatian karena lahan gambut dan rawa bersifat rapuh. Proses pembukaan lahan rawa berupa proses drainase genangan air yang mengakibatkan oksidasi pirit, subsiden, dan kering tidak balik tanah gambut, sehingga hal ini harus dipertimbangkan dalam proses perencanaan (Mulyanto dan Sumawinata 2007).

Proyek Pengembangan Lahan Gambut (PLG) satu juta hektar dikerjakan secara bertahap dimulai tahun 1996. Dalam kurun waktu 1996-1997 telah dibuat Saluran Primer Induk (SPI) sepanjang 187 km yang menghubungkan Sungai Kahayan, Sungai Kapuas, dan Sungai Barito serta Saluran Primer Utama (SPU) sepanjang 958.18 km. Salah satu SPU dari PLG satu juta hektar ini bermuara ke Sungai Kapuas dan Sungai Mengkatip di Kecamatan Dadahup dan Kecamatan Kapuas Murung, Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah dan pada tanggal 27 November sampai 24 Desember 2012 Tim Survey Tanah IPB kembali melakukan survey tanah semi detil di areal tersebut. Areal survey terdiri dari tanah mineral yang merupakan daerah depresi berupa dataran aluvial. Dataran aluvial di lokasi ini terdiri dari bahan aluvial yang sebagian besar berpirit, serta sebagian kecil masih tertutup oleh lapisan gambut tipis. Sistem parit yang panjang dan memotong lahan dengan berbagai variasi hidrotopografi, menghubungkan sungai pasang surut satu dengan sungai pasang surut lainnya tanpa adanya pintu air yang mengatur arah air masuk dan keluar menyebabkan proses pembukaan lahan tidak seperti yang diharapkan. Oksidasi pirit terus berlangsung dan menghasilkan air asam yang bersifat toksik. Pencucian air asam dari lahan ke parit, seharusnya diikuti oleh pembilasan kemasaman yang bersifat toksik tersebut keluar dari jaringan parit. Proses pembilasan asam berjalan sangat lambat sehingga menjadikan parit sebagai tempat akumulasi asam (Tim Survey Tanah IPB 2013) .

(16)

2

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik tanah dan air pada transek lahan diantara Sungai Kapuas dan Sungai Mengkatip setelah tujuh belas tahun pembukaan lahan Pengembangan Lahan Gambut (PLG).

METODE

Waktu dan Lokasi Penelitian

Pelaksanaan penelitian berlangsung dari bulan Juni 2013 sampai Januari 2015 di Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data sekunder berupa data hasil analisis sifat fisik dan kimia tanah pada tahun 1995, data hasil analisis sifat fisik serta kimia tanah dan air pada bulan November 2012, Citra Landsat 31 Oktober 1995 dan Citra Landsat 2012, data jaringan parit lokasi penelitian, peta penggunaan lahan, dan data iklim tahun 2012. Adapun alat digunakan dalam penelitian ini yaitu software aplikasi ArcGIS 9.3, Corel Draw, dan Microsoft Office.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini meliputi beberapa tahapan mulai persiapan, pemilihan data, dan interpretasi data serta analisis data berkaitan dengan hasil analisis sifat fisik dan kimia tanah dan air di lokasi studi. 1. Tahap Persiapan

Tahap ini merupakan tahap pengumpulan data sekunder pada tahun 1995 dan 2012 serta persiapan alat-alat pendukung antara lain ArcGIS 9.3, Corel Draw dan referensi yang berhubungan dengan penelitian ini.

2. Pemilihan data

(17)

3 Tabel 1 Data Tanah yang Terpilih untuk Penelitian.

Tahun Titik Pengamatan Sub-group tanah Data Sifat Fisik dan Kimia Tanah yang Digunakan

1995* THP7 Typic Fluvaquent

Tekstur; pH H2O; pirit; C-organik; N-total; P-tersedia; nisbah C/N; basa-basa dapat dipertukarkan (Ca, Mg, K dan Na); kapasitas tukar kation; kejenuhan basa ; kejenuhan aluminium; Fe; Al-dd

THP4 Sulfic Fluvaquent F14 Histic Sulfaquept

2012** KK1 (2-4 km dari S. Kapuas) Typic Fluvaquent KK2 (4-6 km dari S. Kapuas) Sulfic Endoaquept KK3 (6-8 km dari S. Kapuas) Sulfic Endoaquept KM1 (2-4 km dari S. Mengkatip) Sulfic Fluvaquent KM2 (4-6 km dari S. Mengkatip) Typic Sulfaquept KM3 (6-8 km dari S. Mengkatip) Sulfic Endoaquept

Sumber : *) Laporan Survey Lapang Rekonsiliasi Pengembangan Lahan Gambut Kalimantan Tengah,1995. **) Laporan Survey Tanah dan Evaluasi Lahan untuk Perkebunan Kelapa Sawit Tahun 2012.

Data hasil analisis tanah tahun 1995 dipilih berdasarkan kesesuaian lokasi sampel dengan lokasi sampel tahun 2012 dan klasifikasi tanahnya di lokasi penelitian. Data tahun 1995 ini digunakan sebagai acuan terhadap beberapa karakteristik tanah yang relevan pada tahun 2012 akan tetapi karena keterbatasan data dan informasi tidak diketahui koordinat pastinya. Tabel 1 dan Tabel 2 merupakan daftar data tanah dan air yang digunakan dalam penelitian ini. Sedangkan lokasi pengambilan sampel tanah dan air disajikan pada Gambar 1 dan penampang transek lahan serta jarak relatif titik pengamatan pada lokasi penelitian disajikan pada Gambar 2.

Tabel 2 Data Air pada Tahun 2012 yang Terpilih untuk Penelitian.

Lokasi Contoh Air Titik Data Sifat Kimia Air yang Digunakan

Air Genangan AG1; AG2; AG3; AG4 pHH2O; Al

Air Parit Tersier AT2; AT3; AT4; AT5; AT6; AT7 Air Parit Primer AP1; AP2; AP3; AP4; AP5; AP6; AP7;

AP8

Sumber : Laporan Survey Tanah dan Evaluasi Lahan untuk Perkebunan Kelapa Sawit Tahun 2012

(18)

4

3. Tahap Interpretasi Data

Untuk menunjang interpretasi data tanah, maka pada tahap ini dilakukan analisis jarak relatif lokasi pengamatan tanah terhadap Sungai Kapuas dan Sungai Mengkatip. Jarak relatif titik pengamatan tanah pada transek lahan diantara Sungai Kapuas dan Sungai Mengkatip disajikan pada Gambar 2. Data analisis lapang pada tahun 1995 dan 2012 disajikan dalam lampiran 2.

Gambar 2 Penampang Transek Lahan dan Jarak Relatif Titik Pengamatan pada Transek Lahan diantara Sungai Kapuas dan Sungai Mengkatip

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Tanah Sifat Fisik Tanah

Hasil analisis tekstur tanah berupa persentase fraksi pasir, debu, dan klei di lokasi penelitian disajikan pada Tabel 3. Tanah di area studi sepanjang transek lahan diantara Sungai Kapuas dan Sungai Mengkatip sebagian besar bertekstur halus baik pada lapisan atas maupun pada lapisan bawah. Kelas tekstur tanah di lokasi penelitian berkisar dari klei berdebu hingga klei.

Tabel 3 Data Tekstur Tanah di Lokasi Penelitian

Tahun Titik Lapisan Tekstur (%) Kelas Tekstur

(cm) Pasir Debu Klei

1995*) THP7 0-30 14.31 42.72 42.97 klei berdebu

30-60 8.17 43.52 48.31 klei berdebu

THP4 0-30 3.37 43.32 53.31 klei berdebu

30-60 21.51 23.49 55.00 klei

F14 0-30 - - - -

30-60 0.12 24.43 75.45 klei

2012**) KK1 0-30 2.56 52.97 44.47 klei berdebu

30-60 0.49 33.10 66.41 klei

KK2 0-30 1.74 50.67 47.59 klei berdebu

30-60 1.46 47.42 51.12 klei berdebu

KK3 0-30 2.11 24.54 73.35 klei

30-60 0.93 36.18 62.89 klei

KM1 0-30 6.82 45.15 48.03 klei berdebu

30-60 1.45 33.93 64.62 klei

KM2 0-30 1.46 17.19 81.35 klei

30-60 8.56 18.78 72.66 klei

KM3 0-30 1.79 30.52 67.69 klei

30-60 1.79 30.52 67.69 klei

(19)

5 Tanah-tanah yang memiliki jarak lebih dekat dengan sungai besar yaitu THP7, KK1, KK2, dan KM1 bertekstur lebih kasar (klei berdebu pada lapisan atas, dan klei berdebu hingga klei di lapisan bawah) dibandingkan dengan tanah-tanah yang terletak lebih jauh dari Sungai Kapuas dan Sungai Mengkatip yaitu lokasi THP4, KK3, KM2, dan KM3 (terlihat kadar klei lebih tinggi berkisar 53-81%). Semakin jauh jarak titik sampling dari sungai ke arah rawa belakang maka bahan aluvial yang diendapkan akan semakin halus.

Sifat Kimia Tanah

Kemasaman Tanah, Pirit, Fe, dan Kejenuhan Al

Hasil analisis terhadap pH tanah, kandungan pirit, Fe, Al-dd, dan kejenuhan aluminium disajikan pada Tabel 4. Kemasaman tanah merupakan sifat kimia tanah penting yang dapat mempengaruhi ketersediaan hara, kemungkinan adanya unsur yang bersifat toksik atau dapat meracuni tanaman, dan kehidupan mikroorganisme tanah. Berdasarkan Pusat Penelitian Tanah (1983), setelah proses pembukaan lahan (2012) tanah di lokasi penelitian secara umum mempunyai pH yang tergolong sangat masam (lampiran 5) dengan pH berkisar 3.50-4.20 di lapisan atas dan 3.40-3.90 di lapisan bawah, nilai tersebut lebih rendah bila dibandingkan pH tanah pada awal pembukaan lahan (1995) dengan pH berkisar 4.35-4.80 di lapisan atas dan 4.20-5.20 di lapisan bawah.

Tabel 4 Data pH Tanah, Kandungan Pirit, Fe, Al-dd, dan Kejenuhan Aluminium di Lokasi Penelitian dengan Statusnya menurut Pusat Penelitian Tanah (1983)

Keterangan: ST (Sangat Tinggi), T (Tinggi), S (Sedang), R (Rendah), SR (Sangat Rendah), M (Masam), dan SM (Sangat Masam)

(20)

6

yang bersifat toksik. Setelah tujuh belas tahun pembukaan lahan Pengembangan Lahan Gambut (PLG), tanah lokasi penelitian masih mengandung pirit walaupun dengan kadar yang tergolong rendah yaitu berkisar 0.12-0.16% di lapisan atas dan 0.12-0.30% di lapisan bawah. Menurut Dent dan Pons (1995), oksidasi pirit dapat menghasilkan asam sulfat dalam jumlah yang sangat banyak.

Aluminium dalam bentuk dapat dipertukarkan (Al-dd) umumnya terdapat pada tanah yang masam dengan pH < 5.0. Untuk pengukuran sejauh mana pengaruh Al untuk tanaman, maka perlu ditetapkan kejenuhannya. Kejenuhan aluminium merupakan hasil dari perhitungan Al-dd dibagi KTK lalu dikali seratus persen. Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa kejenuhan Al berkisar antara 27.4% hingga 71.67% (sedang-sangat tinggi) di lapisan atas, dan 25.94% hingga 61.05% (sedang-sangat tinggi) di lapisan bawah, relatif lebih tinggi dari nilai pada awal pembukaan lahan (1995) berkisar antara 7.81% hingga 39.38% (sangat rendah-tinggi) di lapisan atas, dan 7.13% hingga 27.85% (sangat rendah-sedang) di lapisan bawah. Nilai kandungan besi tanah berkisar 4.05-318.67 ppm pada lapisan atas dan 9.38-424.05 ppm pada lapisan bawah. Kemasaman tanah yang tinggi (pH sangat masam) dapat menyebabkan degradasi mineral klei (Van Breemen 1976) dan diikuti kelarutan aluminium (Al), besi (Fe) dan Mangan (Mn) yang tinggi (Dent 1986). Oksidasi pirit melepaskan H+, Fe2+ dan SO42- ke dalam tanah. Hal ini

dapat menyebabkan turunnya pH tanah dan semakin banyaknya ion-ion toksik seperti Al3+, Fe2+ dan SO42- yang berada dalam larutan tanah.

C-Organik, N-Total, Nisbah C/N, dan P Tersedia

Data analisis C-organik, N-total, nisbah C/N, dan P-tersedia tanah disajikan dalam Tabel 5. C-organik tanah menunjukkan kadar bahan organik yang terkandung dalam tanah. Nilai C-organik tanah yang dekat Sungai Kapuas (KK1, KK2, KK3) berkisar 0.64-2.31% (sangat rendah-sedang). Adapun kadar bahan organik yang mendekati Sungai Mengkatip (KM1, KM2, KM3) menunjukkan kandungan C-organik yang lebih tinggi di lapisan atas yaitu 3.11-4.14% (tinggi). Nilai N-total tanah yang dekat Sungai Kapuas (KK1, KK2, KK3) berkisar 0.17-0.31% (rendah-sedang) di lapisan atas dan 0.15-0.32% (rendah-sedang) di lapisan bawah. Adapun yang mendekati Sungai Mengkatip (KM1, KM2, KM3) menunjukkan kandungan N-total yang lebih tinggi di lapisan atas yaitu 0.37-0.57% (sedang-tinggi).

(21)

7

Tabel 5 Data C-Organik, N-Total, Nisbah C/N, dan P Tersedia di Lokasi Penelitian dengan Statusnya menurut Pusat Penelitian Tanah (1983) Tahun Nomor Lapisan C-Org Kriteria N-Total Kriteria C/N Kriteria P Kriteria

Keterangan: ST (Sangat Tinggi), T (Tinggi), S (Sedang), R (Rendah), SR (Sangat Rendah)

Kadar P tersedia di lokasi penelitian setelah tujuh belas tahun pembukaan lahan Pengembangan Lahan Gambut (PLG) menunjukkan kadar yang tergolong sangat rendah hingga rendah dibandingkan pada awal pembukaan lahan tahun 1995. Kadar P-tersedia sebelum pembukaan lahan proyek PLG sebesar 1.97-278.20 ppm kemudian turun menjadi 6.00-14.20 ppm P setelah pembukaan lahan. Reaksi tanah yang sangat masam dengan kadar Aluminium dan Fe yang tinggi menyebabkan ketersediaan P tertekan karena P terikat baik membentuk Al-P maupun Fe-P.

Basa-Basa Dapat Dipertukarkan (Ca, Mg, K, Na), KTK, dan KB

Data analisis basa-basa dapat dipertukarkan (Ca, Mg, K, Na) disajikan dalam Tabel 6. Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa Ca-dd, K-dd, dan Na-dd di THP7, THP4, dan F14 tergolong rendah sampai sangat rendah, kecuali Mg-dd pada THP7 yang tergolong tinggi. Menurut Tim Tanah IPB (1995) tingginya kandungan Mg-dd pada tanah-tanah di pinggir Sungai Kapuas diantaranya titik THP7 diduga air luapannya mengandung unsur hara yang lebih baik.

(22)

8

Tabel 6 Data Basa-Basa Dapat Dipertukarkan di Lokasi Penelitian dengan Statusnya menurut Pusat Penelitian Tanah (1983)

Tahun Titik Lapisan Ca-dd Status Mg-dd Status K-dd Status Na-dd Status (cm) (me/100g) (me/100g) (me/100g) (me/100g)

1995 THP7 0-30 5.36 R 2.87 T 0.17 R 0.07 SR

Keterangan: T (Tinggi), S (Sedang), R (Rendah), SR (Sangat Rendah)

Gambar 3 menunjukkan bahwa setelah tujuh belas tahun pembukaan lahan, terjadi penurunan persentase kejenuhan basa dalam tanah. Hal ini terjadi karena oksidasi pirit melepaskan H+ yang menyebabkan turunnya pH tanah. Ion H+ yang dihasilkan menggantikan kedudukan K+, Na+, Ca2+, dan Mg2+ yang dijerap pada permukaan koloid tanah. Basa-basa yang digantikan ini, masuk ke dalam larutan tanah dan akhirnya tercuci.

Gambar 3 Hubungan Kemasaman Tanah dengan Kejenuhan Basa

(23)

9 tanah, dan kandungan bahan organik. Semakin tinggi kadar klei atau tekstur semakin halus maka KTK tanah akan semakin besar. Demikian pula pada kandungan bahan organik tanah, semakin tinggi bahan organik tanah maka KTK akan semakin tinggi. Hal ini terlihat pada titik KM1 pada lapisan atas dan lapisan bawah, KM2 pada lapisan atas, dan KM3 pada lapisan bawah dengan nilai KTK sangat tinggi (Tabel 7) memiliki kandungan C-organik sedang sampai tinggi (Tabel 5) yang besarannya secara berurut 3.11% (tinggi), 2.07% (sedang), 4.14% (tinggi), dan 2.58% (sedang) dan memiliki kandungan klei yang tinggi (Tabel 3) kecuali KM1 pada lapisan atas dengan nilai secara berurut 48.03%, 64.62%, 81.35%, 67.69% klei.

Tabel 7 Data Kapasitas Tukar Kation (KTK) dan Kejenuhan Basa (KB) di Lokasi Penelitian dengan Statusnya menurut Pusat Penelitian Tanah (1983)

Tahun Nomor Lapisan KTK Status KB Status Keterangan: ST (Sangat Tinggi), T (Tinggi), S (Sedang), R (Rendah), SR (Sangat Rendah)

Karakteristik Air Setelah Pembukaan Lahan

Hasil analisis air yang diambil pada musim hujan yaitu tanggal 27 November hingga 23 Desember 2012 disajikan pada Tabel 8. Hasil pengukuran pH untuk air genangan, parit primer, dan parit tersier menunjukkan bahwa pH pada parit primer (3.50-4.00) maupun tersier (3.60-3.80) terlihat lebih rendah dibandingkan dengan pH pada air genangan (4.30-5.30). Kemasaman air di parit yang berada di lahan tanah sulfat masam berkaitan dengan bilasan air asam dari tanah akibat oksidasi pirit menghasilkan asam sulfat yang sangat banyak (Dent dan Pons 1995).

(24)

10

peningkatan DHL berkaitan dengan peningkatan ion sulfat (SO42-). Beberapa air

parit menunjukkan nilai pH masam (3.50-4.50) dengan nilai DHL atau EC yang relatif rendah (<400 µS/cm).

Gambar 4 Hubungan pH dengan Daya Hantar Listrik

Kandungan aluminium hasil pengukuran pada air genangan, parit primer dan tersier menunjukkan angka yang hampir sama. Berdasarkan Tabel 8 kandungan Al3+ pada air genangan (1.34-5.95 ppm) terukur lebih rendah daripada kandungan Al3+ pada parit primer (1.15-6.90 ppm) maupun tersier (4.80-10.36 ppm). Air genangan, air parit primer dan air parit tersier yang mempunyai pH masam dengan kandungan Al3+ yang relatif tinggi menunjukkan proses pembilasan air asam di sebagian besar areal studi tidak berjalan dengan baik.

Kandungan Fe2+ terlarut menghasilkan data yang mirip dengan kandungan Al3+, yaitu nilai kandungan Fe2+ terlarut pada air genangan (0.09-9.16 ppm) lebih rendah daripada kandungan Fe2+ terlarut pada air parit primer (0.45-21.37 ppm) maupun parit tersier (0.45-21.37 ppm). Kandungan SO42- pada air genangan dan

air parit tidak begitu berbeda konsentrasinya, yaitu berkisar 32.39-64.30 ppm pada air genangan, 47.36-69.49 ppm pada parit tersier, dan 11.41-68.79 ppm pada air parit primer.

(25)

11 Tabel 8 Data Karakteristik Kimia Air Genangan, Parit Tersier, dan Parit Primer

di Lokasi Penelitian Tahun 2012 dan Kelasnya menurut Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001

Nomor pH Kelas Al

Keterangan: *) tidak termasuk parameter kriteria mutu air

(-) menyatakan bahwa untuk kelas termaksud, parameter tersebut tidak dipersyaratkan

Tabel 8. menunjukkan bahwa nilai pH air yaitu titik AG1, AG2, AG3, dan AG4 dengan nilai pH 5.10-5.30 menurut PP Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001 termasuk ke dalam kelas IV (kriteria air yang hanya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman) sedangkan seluruh kriteria air pada parit tersier dan primer tidak memenuhi persyaratan sebagai air irigasi (lampiran 6). Titik AG1, AG2, AG3, dan AG4 merupakan air genangan sehingga tidak dapat digunakan untuk mengairi tanaman pada saat musim kemarau. Kandungan Al3+,Fe2+, DHL, dan SO42- tidak menjadi parameter yang dipersyaratkan dalam kualifikasi air yang

digunakan untuk mengairi tanaman (Kelas II, Kelas III, dan Kelas IV).

SIMPULAN

Karakteristik tanah dan air pada transek lahan diantara Sungai Kapuas dan Sungai Mengkatip setelah tujuh belas tahun pembukaan lahan Proyek Pengembangan Lahan Gambut (PLG) sebagai berikut :

1. Memiliki sifat fisik tanah bertekstur klei hingga klei berdebu.

2. Memiliki sifat kimia tanah dengan kemasaman tanah tergolong sangat masam; P tersedia, kejenuhan basa, dan basa-basa dapat dipertukarkan tergolong sangat rendah; kandungan pirit dan nisbah C/N tergolong rendah; kandungan C-organik dan N-total tergolong sedang; kejenuhan Aluminium dan KTK tanah tergolong tinggi.

(26)

12

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor. 82, Tahun 2001, Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air [internet].[diunduh 2015 November 30]. Tersedia pada : http://www.minerba. esdm.go.id/library/sijh/PP8201_KualitasAir.pdf.

Dent DL. 1986. Acid Sulphate Soils: A baseline for research and development. Wageningen: ILRI Publ. 39.

Dent DL, Pons LJ. 1995. Acid sulphate soils. A world view. Geoderma 67:263-276.

Heal OW, Anderson JM, Swift MJ.1997. Plant litter quality and decomposition: An historical overview. In Cadisch G, Giller K, editor. Driven by Nature : Plant Litter Quality and Decomposition. Wey College University of London (UK): Department of Biological Sciences.

Mawardi E, Azwar, Tambidjo A. 2001. Potensi dan Peluang Pemanfaatan Harzeburgite sebagai Amelioran Lahan Gambut. Prosiding Seminar Nasional Memantapkan Rekayasa Paket Teknologi Pertanian dan Ketahanan Pangan dalam Era Otonomi Daerah, 31 Oktober – 1 November 2001. Bengkulu.

Muklis. 2007. Analisis Tanah dan Tanaman. Universitas Sumatera Utara Press. Medan.

Mulyanto B, Sumawinata B. 2007. Pengelolaan Lahan Gambut Secara Ekologis Untuk Kesejahteraan Masyarakat. Center for Wetlands Studies. Departement of Soil Science-Faculty of Agriculture Bogor Agricultural University. Bogor. Pusat Penelitian Tanah. 1983. Terms Of Reference Tipe A: Jenis dan Macam Tanah

di Indonesia Untuk Keperluan Survei dan Pemetaan Tanah Daerah Transmigrasi.

Proyek Penelitian Tanah Menunjang Transmigrasi (P3MT). Departemen

Pertanian, Badan Pusat dan Pengembangan Pertanian. Bogor.

Soil Survey Staff. 2010. Keys to Soil Taxonomy 11th Ed. USDA. Natural Resources Conservation Service.

Stevenson, FJ. 1982. Humus Chemistry: Genesis, Composition, and Reactions. New York (USA): John Wiley and Sons.

Tim Tanah IPB. 1995. Laporan Survey Lapang Rekonsiliasi Pengembangan Lahan Gambut Kalimantan Tengah. IPB: Bogor.

Tim Survey Tanah IPB. 2013. Laporan Survey Tanah dan Evaluasi Lahan untuk Perkebunan Kelapa Sawit Tahun 2012. IPB: Bogor.

(27)

13

(28)
(29)

15 Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian Tahun 1995

(30)

16 Lampiran 2 Data Sifat Kimia Tanah

(31)

17 Lampiran 3 Deskripsi Morfologi Tanah tahun 1995 di Kecamatan Dadahup dan

Kecamatan Kapuas Murung, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah (Tim Tanah IPB, 1995)

Titik : THP7

Tanah : Typic Fluvaquent Drainase : Agak baik

Topografi : Datar/tanggul alami

Vegetasi : Pisang, rambutan, kelapa,dsb Tata guna lahan : Kebun campuran

Permukaan air tanah : -120cm Horison Kedalaman

(cm)

Uraian

A 0-9 Klei berdebu; coklat gelap (10 YR 3/3); agak lekat. AC 9-18 Klei; coklat kekuningan (10 YR 5/4) dan coklat gelap

(10 YR 3/3); lekat

C 18-31 Klei; colat kekuningan (10 YR 5/8) dengan karat merah kekuningan (5 YR 5/6); lekat

Cg1 31-65 Klei; coklat kelabu (10 YR 5/2) dengan karat coklat kemerahan gelap (5 YR 3/3-2.5/2); lekat

Cg2 65-120 Klei; Abu-abu terang kecoklatan (10YR 6/2) dengan karat coklat kuat (7/5 YR 5/6); lekat

Titik : THP 4

Tanah : Sulfic Fluvaquent Drainase : Agak buruk

Topografi : Datar Tata guna lahan : Sawah Permukaan air tanah : -26cm

Horison Kedalaman (cm)

Uraian

Ag 0-28 Klei berdebu; kelabu sangat gelap sampai coklat kemerahan gelap (5 YR 3/1-3/2); agak lekat

Cg1 28-60 Klei; kelabu hingga coklat kelabu (10 YR 5/1-5/2); lekat dan agak plastis; hampir matang,

Cg2 60-80 Klei; kelabu gelap hingga coklat kelabu (10 YR 4/1-4/2); agak lekat,; setengah matang,

(32)

18

Titik : F14

Tanah : Histic Sulfaquept Satuan lahan : Belakang tanggul Topografi : Datar

Permeabilitas : Lambat Drainase : Sangat lambat

Vegetasi : Padi (sawah) sekelilingnya gelam Horison Kedalaman

(cm)

Uraian

O 0-25 Coklat sangat gelap (10 YR 2/2); bahan hemik

Ag 25-50 Coklat kelabu sampai coklat (10 YR 5/2-5/3); klei; agak lekat sampai lekat; plastis sampai sangat plastis

Bg 50-80 Kelabu (10 YR 5/1); klei; agak lekat sampai lekat; agak plastis sampai plastis

Cg 80-120 Kelabu sampai coklat kekelabuan (10 YR 5/1-5/2); klei; agak lekat sampai lekat; agak plastis sampai plastis

Lampiran 4 Deskripsi Morfologi Tanah tahun 2012 di Kecamatan Dadahup dan Kecamatan Kapuas Murung, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah (Tim Survey Tanah IPB, 2013)

Titik : KK1

Lereng : Datar (0-3%)

Elevasi : 4 m

Penutupan lahan : Semak belukar, gelam Kedalaman muka air tanah : 5 cm

A 15-50 Coklat (10YR 5/3); klei; lekat dan plastis

Cg1 50-95 Coklat kekelabuan (10YR 5/2); klei; sangat lekat dan sangat plastis

(33)

19

Titik : KK2

Lereng : Datar (0-3%)

Elevasi : 11 m

Penutupan lahan : Semak belukar, gelam Kedalaman muka air tanah : 25 cm

Ag 0-15 Coklat gelap kekelabuan (10YR 4/2); klei berdebu; bercampur bahan organic

Bg1 15-35 Coklat kekelabuan (10YR 5/2); klei berdebu; sangat lekat

Bg2 35-70 Coklat pucat (10YR 6/3); klei berdebu; sangat lekat Cg1 70-90 Abu-abu terang kecoklatan (10YR 6/2); klei berdebu;

sangat lekat

Cg2 90-120 Abu-abu (10YR 5/1); klei; sangat lekat

Titik : KK3

Lereng : Datar (0-3%)

Elevasi : 10 m

Penutupan lahan : Semak belukar Kedalaman muka air tanah : 25 cm

A 0-10 Coklat sangat gelap (10YR 2/2); lom; tidak lekat dan tidak plastis

AB 10-20 Coklat (7,5YR 4/4); lom klei berdebu; tidak lekat dan tidak plastis

Bw 20-48 Coklat (10YR 5/3); klei; agak lekat dan tidak plastis Bwg 48-80 Coklat gelap kekelabuan (10YR 4/2); klei; lekat dan

plastis; terdapat sedikit karat kuning (5Y 4/1

(34)

20

Titik : KM1

Lereng : Datar (0-3%)

Elevasi : 5 m

Penutupan lahan : Semak belukar Kedalaman muka air tanah : 7 cm

A 0-20 Coklat gelap (10YR 3/3); lom klei berdebu; lekat dan plastis

AC 20-45 Coklat (10YR 4/3); lom klei berdebu; lekat dan plastis Cg1 45-80 Coklat gelap kekelabuan(10YR 4/2); klei berdebu;

sangat lekat dan sangat plastis

Cg2 80-120 Abu-abu gelap (10YR 4/1); klei berdebu; sangat lekat dan sangat plastis

Titik : KM2

Lereng : Datar (0-3%)

Elevasi : 9 m

Penutupan lahan : Semak belukar Kedalaman muka air tanah : 4 cm

A 0-18 Hitam (10YR 2/1); klei bercampur bahan hemik; Bw1 18-50 Kuning (10YR 7/8); klei; tidak lekat dan tidak plastis; Bw2 50-65 Coklat gelap kekuningan (10YR 3/4); klei; lekat dan

plastis

Bwg1 65-90 Coklat kekelabuan (10YR 5/2); klei; sangat lekat dan sangat plastis;

(35)

21

Titik : KM3

Lereng : Datar (0-3%)

Elevasi : 10 m

Penutupan lahan : Semak belukar Kedalaman muka air tanah : 20 cm

A 0-20 Coklat sangat gelap (10YR 2/2); klei; agak lekat dan agak plastis

AB 20-40 Coklat sangat gelap kekelabuan (10YR 3/2); klei; lekat dan plastis

Bg1 40-60 Coklat gelap (10YR 3/3); klei; lekat dan plastis

Cg 60-120 Coklat gelap kekuningan (10YR 3/4); klei; lekat dan plastis

Lampiran 5Kriteria Sifat Kimia Tanah (Pusat Penelitian Tanah 1983)

Sifat Tanah Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

(36)

22

Lampiran 6Kriteria Baku Mutu Badan Air

NO. Parameter Satuan

Baku Mutu

1 Total Coliform MPN/100mL 1000 5000 10000 10000 (Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.[diunduh 2015 November 30]. Tersedia pada : http://www.minerba.esdm.go.id/library/sijh/ PP8201 _KualitasAir.pdf)

Keterangan:

mg : miligram

L : liter

Logam berat merupakan logam terlarut

Nilai di atas merupakan batas maksimum, kecuali untuk pH

Bagi pH merupakan nilai rentang yang tidak kurang atau lebih dari nilai tercantum

(37)

23

RIWAYAT HIDUP

Penulis ini dilahirkan pada tanggal 22 Oktober 1989 di Jakarta. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Tjastro dan Ibu Suyati. Penulis memiliki tiga orang adik bernama Indah Megawati Putri, dan Tri Ovi Setyaningrum. Penulis mengawali pendidikan formal di TK Baiturrahman Tangerang yang diselesaikan pada tahun 1996, kemudian melanjutkan ke SDN Serdang 13 Pagi Jakarta Pusat yang diselesaikan pada tahun 2002, pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikannya di SMP Negeri 10 DKI Jakarta dan selesai pada tahun 2005. Penulis meneruskan pendidikan di SMA Negeri 5 DKI Jakarta dan selesai pada tahun 2008 dan pada tahun yang sama diterima di Institut Pertanian Bogor dengan program studi Manajemen Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian.

Gambar

Tabel 1 Data Tanah yang Terpilih untuk Penelitian.
Tabel 3 Data Tekstur Tanah di Lokasi Penelitian
Tabel 4 Data pH Tanah, Kandungan Pirit, Fe, Al-dd, dan Kejenuhan  Aluminium
Tabel 5 Data C-Organik, N-Total, Nisbah C/N, dan P Tersedia di Lokasi
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dari penelusuran pustaka dan observasi lapangan, ternyata lampion telah menjadi produk industri yang cukup menjanjikan.Bentuk dan fungsi lampion sudah tidak terpaku pada

Hasil penelitian ini adalah: pertama, kekuasaan dalam konsep dasar etika politik berorientasi kepada kebaikan dan kesejahteraan sosial; kedua, konsep kekuasaan yang dikemukakan

Hasil uji statistik chi square dengan nilai α = 0,05 menunjukkan nilai p = 1,000 &gt; 0,05 yang artinya tidak ada hubungan antara usia pertama pemberian MP-ASI dengan status

Dari beberapa pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pada dasarnya bank merupakan suatu lembaga keuangan yang mempunyai fungsi sebagai mediator

Beberapa parameter, se- perti ukuran domain, jumlah elemen mesh, dan jenis kondisi batas juga diselidiki untuk mengetahui sebera- pa besar pengaruhnya terhadap hasil

Perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana saham (IPO), Right Issue, Penawaran Umum Obligasi, Obligasi Subordinasi, Obligasi Syariah, Obligasi Berkelanjutan

Mata kuliah IBD adalah salah satu mata kuliah yang membicarakan tentang nilai-nilai tentang kebudayaan tentang berbagai macam masalah yang dihadapi manusia dalam hidupnya

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 4 ayat (2) huruf e dan Pasal 17 ayat (7) Undang-Undang Nomor