• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Campuran Feed Additive Herbal Sebagai Pengganti Anttibiotik Pada Peforma Dan Persentase Karkas Ayam Broiler

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemanfaatan Campuran Feed Additive Herbal Sebagai Pengganti Anttibiotik Pada Peforma Dan Persentase Karkas Ayam Broiler"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN CAMPURAN

FEED ADDITIVE

HERBAL

SEBAGAI PENGGANTI ANTIBIOTIK PADA PEFORMA

DAN PERSENTASE KARKAS AYAM BROILER

MELITA SARI

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pemanfaatan Campuran

Feed Additive Herbal sebagai Pengganti Antibiotik pada Peforma dan Persentase Karkas Ayam Broiler adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2015

Melita Sari

(4)
(5)

ABSTRAK

MELITA SARI. Pemanfaatan Campuran Feed Additive Herbal sebagai Pengganti Anttibiotik pada Peforma dan Persentase Karkas Ayam Broiler. Dibimbing oleh NAHROWI dan HERI AHMAD SUKRIA.

Campuran herbal terdiri dari kunyit dan temulawak digunakan sebagai alternatif antibiotik. Penelitian ini bertujuan untuk menguji penggunaan campuran additive herbal sebagai pengganti antibiotik dalam meningkatkan peforma (konsumsi pakan, konsumsi air minum, bobot badan akhir, pertambahan bobot badan, konversi pakan dan mortalitas) dan persentase karkas ayam broiler. Tiga ratus enam puluh ekor DOC strain RossJumbo dibagi kedalam 4 perlakuan masing-masing perlakuan terdiri dari 9 ulangan. Perlakuan yang diberikan yaitu P0 = Ransum tanpa antibiotik + tanpa additive herbal pada air minum, P1 = Ransum mengandung antibiotik + additive herbal pada air minum, P2 = Ransum mengandung antibiotik + tanpa additive herbal pada air minum, P3 = Ransum tanpa antibiotik + additive herbal pada air minum. Data dari rancangan acak lengkap (RAL) dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA) dan jika didapatkan hasil yang berbeda nyata (P<0.05) dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan additive herbal pada air minum tidak nyata mempengaruhi konsumsi pakan, konsumsi air minum, bobot badan akhir, pertambahan bobot badan, konversi pakan dan persentase karkas. Hal ini menunjukkan bahwa additive herbal yang ditambahkan pada air minum memiliki efek yang sama dengan antibiotik yang ditambahkan kedalam pakan dalam meningkatkan performa dan persentase karkas broiler.

Kata kunci: antibiotik, additive herbal, broiler, karkas, peforma

ABSTRACT

MELITA SARI. Used of Herbs Mix Feed Additive as an Alternative Antibiotic in Broilers Performance and Persentage of Carcass. Supervised by NAHROWI and HERI AHMAD SUKRIA.

Herbal mixture consisting of turmeric and ginger are used as an alternative to antibiotics. This research aim was to study the effect of herb additive as an alternative antibiotic on broiler performance and persentage of carcass. This research used a completely randomized design with 4 treatments and 9 replications. The treatment were P0 = feed without antibiotic + herbs additive in water, P1 = feed containing antibiotic + containing herbs additive in water, P2 = feed containing antibiotic + without herbs (P<0.05), the data were further analysed using Duncan’s multiple range. The results show that addition herbs additive, antibiotic in feed and their combination had no significant effect on feed intake, water intake, body weight, body weight gain and feed conversion ratio. Based on the study, it can be concluded that herb additive could replace antibiotic without affecting performance and carcass of broiler.

(6)
(7)

vii

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

PEMANFAATAN CAMPURAN

FEED ADDITIVE

SEBAGAI

PENGGANTI ANTIBIOTIK PADA PEFORMA DAN

PERSENTASE KARKAS AYAM BROILER

MELITA SARI

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKHNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)
(10)
(11)

xi

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2014 ini ialah peforma dan persentase karkas broiler, dengan judul Pemanfaatan Campuran Feed Additive Herbal sebagai Pengganti Antibiotik pada Peforma dan Persentase Karkas Ayam Broiler.

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh penambahan campuran additive herbal dalam air minum sebagai antibiotik alternatif dalam meningkatkan performa (konsumsi pakan, konsumsi air minum, bobot badan akhir, pertambahan bobot badan, konversi pakan dan mortalitas) dan persentase karkas ayam broiler. Karya ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Bogor, September 2015

(12)
(13)

xiii

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN ix

PENDAHULUAN 1

METODE 2

Materi 2

Lokasi dan Waktu 2

Prosedur 2

Persiapan Kandang 2

Feed Additive Herbal 2

Pakan 2

Pemeliharaan Ayam Penelitian 3

Konsumsi Pakan (g ekor-1) 3

Konsumsi Air Minum (ml ekor-1) 3

Bobot Badan (g ekor-1) 3

Pertambahan Bobot Badan (g ekor-1) 4

Konversi Pakan 4

Mortalitas 4

Persentase Karkas (%) 4

IOFC (Rp ekor-1 periode-1) 4

Rancangan Percobaan dan Analisis Data 4

Perlakuan 4

Rancangan Percobaan 5

Peubah yang Diamati 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Performa Ayam Broiler Periode Starter (1-21 hari) 5 Performa Ayam Broiler Periode Finisher (22-35 hari) 7 Performa Ayam Broiler selama Perlakuan (1-35 hari) 8

Persentase Karkas 11

Income Over Feed Cost (IOFC) 12

SIMPULAN DAN SARAN 13

Simpulan 13

Saran 13

DAFTAR PUSTAKA 13

LAMPIRAN 15

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

1 Kandungan nutrien ransum 3

2 Jadwal pemberian ransum 3

3 Perlakuan penelitian 4

4 Performa broiler periode starter (1-21 hari) 5 5 Performa broiler periode finisher (22-35 hari) 7 6 Performa broiler selama perlakuan (1-35 hari) 8

7 Rataan persentase karkas 11

8 IOFC selama perlakuan (1-35 hari) 12

DAFTAR GAMBAR

1 Konsumsi ransum selama penelitian (1-35 hari) 9 2 Pertambahan bobot badan selama penelitian (1-35 hari) 10 3 Konversi pakan selama penelitian (1-35 hari) 10

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil sidik ragam bobot badan akhir periode starter (1-22 hari) 15 2 Hasil sidik ragam bobot badan akhir periode finisher (23-35 hari) 15 3 Hasil sidik ragam bobot badan akhir selama perlakuan (1-35 hari) 15 4 Hasil sidik ragam pertambahan bobot badan akhir periode starter (1-22

hari) 15

5 Hasil sidik ragam pertambahan bobot badan periode finisher (23-35

hari) 15

6 Hasil sidik ragam pertambahan bobot badan akhir selama perlakuan

(1-35 hari) 15

7 Hasil sidik ragam konsumsi pakan periode starter (1-22 hari) 16 8 Hasil sidik ragam konsumsi pakan periode finisher (22-35 hari) 16 9 Hasil sidik ragam konsumsi pakan selama perlakuan (1-35 hari) 16 10 Hasil sidik ragam konsumsi air minum periode starter (1-22 hari) 16 11 Hasil sidik ragam konsumsi air minum periode finisher (22-35 hari) 16 12 Uji lanjut Duncan konsumsi air minum periode finisher (22-35) 16 13 Hasil sidik ragam konsumsi air minum selama perlakuan (1-35 hari) 16 14 Uji lanjut Duncan konsumsi air minum selama perlakuan (1-35) 17 15 Hasil sidik ragam konversi pakan periode starter (1-22 hari) 17 16 Hasil sidik ragam konversi pakan periode finisher (22-35 hari) 17 17 Hasil sidik ragam konversi pakan selama perlakuan (1-35 hari) 17

18 Hasil sidik ragam bobot badan akhir 17

19 Hasil sidik ragam bobot karkas 17

(15)

PENDAHULUAN

Antibiotik merupakan senyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme seperti jamur, yang memiliki kemampuan dalam menekan mikroorganisme lain. Antibiotik dalam pakan ayam broiler berfungsi sebagai

growth promotor (pemicu pertumbuhan ternak) sehingga penggunaanya diharapkan dapat menghentikan pertumbuhan bakteri patogen. Penggunaan antibiotik biasa ditambahkan kedalam ransum. Menurut Keirs et al. (2002) penambahan feed additive kedalam ransum dapat meningkatkan pertumbuhan dan daya tahan tubuh ayam broiler. Antibiotik pada masa yang akan datang sudah tidak trend dan tidak digunakan kembali. Pada era globalisasi, produk pangan yang mengandung antibiotik akan ditolak, karena adanya persyaratan bebas residu antibiotik dan pestisida.

Penggunaan antibiotik secara berlebihan akan menimbulkan alergi pada konsumen, gangguan keseimbangan mikroorganisme dalam saluran pencernaan serta resistensi mikroorganisme terhadap antibiotika akibat residu antibiotik didalam daging atau telur (Sinurat et al. 2009). Salah satu cara mengantisipasi masalah tersebut adalah dengan mengurangi atau menghentikan penggunaan antibiotik dalam ransum dan terus mengupayakan menelusuri bahan-bahan yang sifatnya alami tanpa meninggalkan residu tetapi memiliki fungsi yang sama dengan antibiotik. Chowdhurry et al. (2009) menyatakan beberapa alternatif antibiotik telah diusulkan yakni menggunakan bahan-bahan alami seperti asam organik, probiotik, jamu dan produk herbal, enzim, dan minyak esensial. Ahmad dan Elfawati (2008) juga mengungkapkan bahwa penggunaan feed additive alami merupakan alternatif untuk mengurangi akumulasi residu feed additive dalam daging. Hasil penelitian Buchanan et al. (2006) menunjukkan penggunaan bahan pertumbuhan alami sebagai feed additive yang mengandung minyak essensial dapat meningkatkan performa dan kualitas ayam broiler.

Bahan alami yang dapat digunakan sebagai alternatif penggunaan antibiotik adalah campuran additive herbal yang terdiri dari temulawak dan kunyit. Kunyit dan temulawak mengandung zat aktif kurkumin yang dapat berfungsi sebagai antibakteri. Kurkumin juga berperan sebagai antioksidan, antistres, antiinflamasi, dan imunomodulator. Sementara itu temulawak juga mengandung zat aktif xanthorrhizol yang dapat menghambat pertumbuhan jamur (Purwanti 2008). Berbagai kandungan yang terdapat pada kedua tanaman tersebut diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif antibiotik dalam meningkatkan performa dan persentase karkas ayam broiler. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menguji penggunaan ramuan feed additive herbal yang terdiri dari kunyit dan temulawak yang diramu menjadi satu dalam meningkatkan performa dan karkas ayam broiler.

(16)

2

METODE

Materi

Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayam broiler strain Ross Jumbo sebanyak 360 ekor. Ayam broiler tersebut dipelihara dari umur satu hari sampai umur 35 hari. Kandang yang digunakan berupa kandang dengan sistem litter yang beralaskan sekam padi sebanyak 36 petak (100 x 100 cm). Setiap petak kandang dilengkapi dengan tempat pakan, tempat air minum, dan lampu pijar 60 watt sebagai pemanas. Peralatan yang digunakan adalah timbangan digital, karung, plastik ransum, gelas ukur, termometer, dan kipas angin.

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium lapang blok C Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor dan Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober hingga Desember 2014.

Prosedur Persiapan Kandang

Persiapan kandang dilakukan dua minggu sebelum pelaksanaan penelitian. Persiapan kandang dimulai dari pencucian kandang dan peralatannya dengan menggunakan detergen. Selanjutnya dilakukan pengapuran kandang. Dilanjutkan dengan pemberian litter dan dilakukan fumigasi. Langkah berikutnya penempatan tempat pakan, tempat minum, memasang lampu pemanas, dan pemberian nomor kandang. Kandang yang digunakan berukuran 1x1 m perpetak dengan dilengkapi masing-masing satu tempat pakan dan air minum ditempatkan sejajar serta lampu pemanas.

Feed Additive Herbal

Feed additive yang digunakan adalah dalam bentuk cair berasal dari

perusahaan “X” yang berupa ramuan herbal yang terdiri dari kunyit, temulawak

dan pemanis buatan yaitu sodium suklamat. Ramuan additive herbal diberikan setelah anak ayam berumur satu hari yang dicampurkan ke dalam air minum ternak sesuai dengan perlakuan. Ramuan additive herbal diberikan dengan kosentrasi 5 ml ekor-1.

Pakan

(17)

3 Tabel 1 Kandungan nutrien ransum *

Zat Makanan

Periode Starter Periode Finisher

Antibiotik Tanpa

*Hasil analisa di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, IPB (2014)

Pemeliharaan Ayam Penelitian

Tiga ratus enam puluh ekor DOC dibagi secara acak dan ditempatkan ke dalam 36 kandang perlakuan. Masing-masing perlakuan terdiri dari 9 ulangan. Setiap ulangan terdiri dari 10 ekor ayam. Perlakuan diberikan pada umur 1 hari hingga umur 35 hari.

Pemberian pakan dilakukan sesuai dengan umur ternak (Tabel 2) yang mengacu pada manajemen brooding medion (2010) dan setelah umur 14 hari pakan diberikan tiga kali sehari pada pukul 07.00 WIB, 13.00 WIB dan 19.00 WIB. Penimbangan bobot badan dan perhitungan konsumsi dilakukan setiap satu kali dalam seminggu. Pengukuran dan pergantian konsumsi air minum dilakukan setiap pagi hari. Jumlah pemberian air minum disesuaikan dengan peningkatan konsumsi air minum. Lama pemeliharaan 35 hari.

Tabel 2 Jadwal pemberian ransum

Umur

Konsumsi ransum diperoleh dengan menghitung selisih jumlah pakan yang diberikan selama pemeliharaan dengan pakan yang tersisa. Pengukuran dan penambahan diukur setiap minggu dengan menggunakan timbangan digital. Konsumsi Air Minum (ml ekor-1)

Konsumsi air minum dihitung dari selisih jumlah air minum yang diberikan dengan air minum yang tersisa. Pengukuran dan penambahan air minum dilakukan setiap pagi hari dengan menggunakan gelas ukur.

Bobot Badan (g ekor-1)

(18)

4

Pertambahan Bobot Badan (g ekor-1)

Pertambahan bobot badan diperoleh dengan menghitung selisih bobot badan broiler dari awal pemeliharaan hingga akhir pemeliharaan

Konversi Pakan

Konversi ransum diperoleh dengan membagi jumlah konsumsi pakan dengan pertambahan bobot badan yang dihasilkan.

Mortalitas

Ayam yang mati ditimbang bobot badan akhirnya, bobot sisa pakan nya menggunakan timbangan digital dan sisa air minum nya diukur menggunakan gelas ukur. Mortalitas diperoleh dengan membandingkan jumlah boiler yang mati selama pemeliharaan dengan jumlah broiler pada awal pemeliharaan dikali dengan 100%.

Persentase Karkas (%)

Lima ekor ayam diambil dari setiap perlakuan. Jumlah ayam yang digunakan sebanyak 20 ekor. Ayam disembelih lalu dibersihkan dari darah, kepala, bulu, kaki dan organ dalam lalu ditimbang. Persentase karkas didapatkan dari bobot karkas (bobot daging tanpa kepala, bulu, kaki, organ dalam dan darah) dibagi dengan bobot hidup ayam dikali 100%

IOFC (Rp ekor-1 periode-1)

IOFC diperoleh dari selisih total pemasukan dengan biaya pakan ditambah dengan biaya herbal yang digunakan selama satu periode. Biaya pakan diperoleh dari jumlah pakan yang dikonsumsi dikali demgam harga pakan Kg-1. Biaya

additive herbal didapat dari jumlah additive herbal yang dikonsumsi setiap ekor ternak dikalikan dengan harga additive herbal Rp ml-1. Total pemasukan didapatkan dari berat akhir ayam dikalikan dengan harga ayam Kg ekor-1.

Rancangan Percobaan dan Analisis Data Perlakuan

Penelitian ini menggunakan 4 perlakuan dengan masing-masing perlakuan terdiri atas 9 ulangan, yaitu:

Tabel 3. Perlakuan penelitian

Perlakuan Penambahan antibiotik Penambahan Additive herbal

Pakan Air Minum

(19)

5 Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 9 kali ulangan, dengan model matematik sebagai berikut (Steel dan Torrie 1993):

Yij = μ + τi + εij

Keterangan:

Yij = Nilai pengaruh perlakuan

μ = Rataan umum

τi = Pengaruh perlakuan ke-i

εij = Pengaruh perlakuan pada perlakuan ke-i ulangan ke-j Data yang terkumpul di analisis ragam analysis of variance (ANOVA) dan jika didapatkan hasil berbeda nyata (P<0.05) dilanjutkan dengan uji Duncan (Steel dan Torrie 1993).

Peubah yang Diamati

Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah performan ayam broiler dan persentase karkas ayam broiler yaitu: Konsumsi pakan (g ekor-1), konsumsi air minum (ml ekor-1), bobot badan (g ekor-1), pertambahan bobot badan (g ekor

-1

), konversi pakan, mortalitas, dan persentase karkas.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Performa Ayam Broiler Periode Starter (1-21 hari)

Perlakuan tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap konsumsi pakan, konsumsi air minum, bobot badan akhir, pertambahan bobot badan dan konversi pakan periode starter (Tabel 4).

Tabel 4 Performa broiler periode starter (1-21 hari)

Peubah Perlakuan

814.4±52.3 847.4±97.5 875.3±47.3 904.2±89.4

Pertambahan bobot badan (g ekor-1)

777.4±52.3 810.4±97.5 838.3 ±47.3 867.2±89.4

Konversi Pakan 1.27±0.07 1.26±0.15 1.21±0.08 1.17±0.13 Mortalitas (%) 1.1 0 0 0

(20)

6

Pakan dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan zat-zat makanan yang diperlukan baik untuk hidup pokok, produksi maupun pertumbuhan ayam. Selama perlakuan pakan diberi secara ad libitum. Fanani et al. (2015) menyatakan bahwa unggas akan mengkonsumsi pakan sampai kebutuhan energinya terpenuhi. Konsumsi pakan pada periode starter berkisar antara 1 032.6 g ekor-1-1 062.2 g ekor-1. Besarnya konsumsi pakan dipengaruhi oleh besarnya konsumsi energi (Fanani et al. 2015). Nilai energi metabolis ransum berdasarkan analis laboratorium berkisar antara 3 025.44 kkal kg-1-3 180.96 kkal kg-1. Nilai energi ransum ini lebih besar dari standar kebutuhan ayam broiler periode starter. Menurut Leeson dan Summer (2000) standar energi metabolisme broiler stain

Ross pada periode starter adalah sebesar 2 860 kkal kg-1. Selain konsumsi energi, suhu kandang juga mempengaruhi konsumsi pakan ayam broiler. Suhu rata-rata kandang pada periode starter adalah berkisar antara 25.2°C-28.4°C, suhu kandang ini lebih tinggi dari standar suhu optimal pertumbuhan ayam broiler. Standar suhu kandang ayam broiler berkisar antara 22°C-24°C (Leeson dan Summer 2000)

Bobot badan akhir dan pertambahan bobot badan periode starter tidak memberikan pengaruh yang nyata (P>0.05) tetapi perlakuan pemberian additive

herbal pada air minum (P3) cenderung (P<0.1) menghasilkan bobot badan dan pertambahan bobot badan yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan P0, P1 dan P2 selama periode starter (Tabel 3). Bobot badan akhir pada periode

starter berkisar antara 814.3 g ekor-1-904.2 g ekor-1 dan pertambahan bobot badan periode starter berkisar antara 777.3 g ekor-1-810.4 g ekor-1. Bobot badan akhir periode starter ini telah memenuhi bobot badan broiler strain Ross Jumbo yang dikeluarkan oleh PT Cibadak Indah Sari Farm (2005) yaitu sebesar 820 g ekor-1.

Perlakuan yang diberikan menghasilkan konsumsi air minum berkisar antara 2 330.5 ml ekor-1-2 335.6 ml ekor-1. Additive herbal yang ditambahkan pada air minum terdiri dari temulawak dan kunyit. Temulawak dan kunyit merupakan tanaman herbal yang memiliki rasa yang pahit. Menurut ocktaviani (2011) pemberian ekstrak herbal pada peternakan skala besar dapat dicampurkan dengan minuman atau makanan, tetapi terdapat kendala rasa dari herbal tersebut yang pahit sehingga perlu dilakukan perbaikan rasa agar tingkat konsumsi pakan ternak tidak berkurang.

Konversi pakan pada perlakuan yang diberikan additive herbal saja pada air minum (P3) yaitu sebesar 1.17, konversi pakan ternak kombinasi antara

additive herbal pada air minum dengan pakan yang mengandung antibiotik (P1) yaitu 1.26 sedangkan pemberian pakan yang mengandung antibiotik (P2) adalah sebesar 1.26 dan konversi pakan pada perlakuan kontrol yakni tanpa penambahan apapun (P0) yaitu sebesar 1.27. Berdasarkan hasil tersebut ransum P0 dan P1 kurang efisien diberikan pada ayam broiler periode starter, karena untuk menaikkan bobot badan 1 kg membutuhkan pakan yang lebih banyak. Selain itu pada perlakuan P1 kemungkinan lainnya dikarenakan karena adaptasi pencernaan ternak terhadap pemberian air minum yang ditambahkan additive herbal bersamaan dengan pemberian pakan yang mengandung antibiotik sehingga kecernaan pakan kurang efisien. Patterson dan Burkholder (2003) menyatakan penambahan berbagai additive pada ternak akan mempengaruhi respon ayam pedaging yang dapat menyebabkan stress.

(21)

7 menunjukkan hasil yang paling baik terhadap performa ayam broiler periode

starter terlihat bahwa perlakuan P3 cenderung (P<0.1) meningkatkan bobot badan dan pertambahan bobot badan ayam broiler periode starter, yakni sebesar 867.2 g ekor-1 dan 904.2 g ekor-1. Konversi pakan pada perlakuan air minum yang mengandung additive herbal (P3) menghasilkan konversi pakan sebesar 1.17. Aviagen (2009) menyatakan konversi pakan yang lebih rendah dapat menghasilkan efisiensi produksi yang lebih besar.

Performa Ayam Broiler Periode Finisher (22 - 35 hari)

Perlakuan tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap konsumsi pakan, bobot badan akhir, pertambahan bobot badan dan konversi pakan tetapi berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap konsumsi air minum periode finisher.

Tabel 5 Performa broiler periode finisher (22-35 hari)

Peubah Perlakuan

3 575.6±248.5c 4 460.0±178.4a 3 529.7±195.0c 4 186.3±107.7b

Rasio konsumsi

814.3±52.3 847.4±97.5 875.2±47.3 904.2±89.4

Bobot badan akhir (hari ke-35)(g ekor-1)

1 713.5±61.2 1 832.4±35.0 1 826.1±122.9 1 829.7±87.5

Pertambahan bobot badan (g ekor-1)

910.3±80.6 974.6±92.7 954.0±110.1 911.7±107.3

Konversi Pakan 1.89±0.14 1.89±0.18 1.92±0.12 2.02±0.19 Mortalitas (%) 3.3 2.2 3.3 7.7

P0 = Ransum tanpa antibiotik + air minum tanpa additive herbal, P1 = Ransum mengandung antibiotik + air minum mengandung additive herbal, P2 = Ransum mengandung antibiotik + air minum tanpa additive herbal, P3 = Ransum tanpa antibiotik + air minum mengandung additive herbal ; Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada P<0.05.

Perlakuan yang diberikan menghasilkan konsumsi pakan periode finisher

berkisar antara 1 763.1 g ekor-1-1 838.4 g ekor-1. Konsumsi pakan ini telah sesuai dengan konsumsi pakan standar broiler strain Ross Jumbo yang dikeluarkan oleh PT Cibadak Indah Sari Farm (2005) yakni sebesar 1 863 g ekor-1. Menurut Tantalo (2009) konsumsi ransum merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap konsumsi air minum. Konsumsi air minum periode finisher

berkisar antara 3 529.6 ml ekor-1-4 460.0 ml ekor-1. Pemberian additive herbal nyata (P<0.05) mempengaruhi konsumsi air minum pada periode finisher. Konsumsi air minum broiler yang diberi additive herbal pada air minum dan pakan yang mengandung antibiotik (P1) lebih tinggi dari konsumsi air minum perlakuan lain. Artinya pemberian additive herbal berupa temulawak dan kunyit dapat direspons lebih baik oleh broiler pada perlakuan P1.

(22)

8

pertumbuhan broiler yakni berkisar antara 22°C -24°C. Namun, berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bobot badan akhir periode finisher (22-35 hari) berkisar antara 1 713.5 g ekor-1-1 832.8 g ekor-1. Hal ini sesuai dengan pernyataan Daud (2005) bahwa ayam yang secara rutin diberi additive growth promotor akan merangsang pertumbuhan dan memperbaiki efisiensi pakan. Bobot badan ini sesuai dengan standar bobot badan broiler strain Ross Jumbo yang dikeluarkan oleh PT. Cibadak Indah Sari Farm (2005) yang mencapai 1 822 g ekor-1.

Konversi pakan yang dihasilkan pada periode finisher adalah berkisar antara 1.89-2.02. Tinggi rendahnya konversi pakan disebabkan adanya selisih yang besar atau kecil pada perbandingan antara pakan yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan yang dicapai (Wijayanti 2011). Konversi pakan periode finisher

menunjukkan bahwa kombinasi antara pakan yang mengandung antibiotik dan penambahan feed additive pada air minum (P1) lebih efisien dibandingkan P0, P2 dan P3. Pada periode finisher mortalitas mengalami peningkatan dengan jumlah keseluruhan ayam yang mati yakni sebanyak 16 ekor. Suhu lingkungan menjadi fakor utama tingginya kematian. Suhu lingkungan mengalami fluktuasi selama periode fiinisher yang dapat menyebabkan daya tahan ayam menurun (Amrullah 2004). Suhu lingkungan yang berfluktuasi akan menyebabkan ternak sulit untuk beradaptasi.

Performa Ayam Broiler selama Perlakuan (1-35 hari)

Perlakuan yang diberikan selama 35 hari tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap konsumsi pakan, konsumsi air minum, bobot badan akhir, pertambahan bobot badan dan konversi pakan periode lima minggu pemeliharaan (Tabel. 6).

Tabel 6 Performa broiler selama perlakuan (1-35 hari)

Peubah Perlakuan

5 883.9±297.1c 6781.4±231.2a 5 862.1±228.0c 6 523.9±136.0b

Rasio konsumsi

Konversi Pakan 1.63 ±0.07 1.58±0.07 1.59±0.09 1.54±0.06 Mortalitas (%) 4.4 2.2 3.3 7.7

(23)

9 Nilai konsumsi ransum sangat menentukan dalam analisis ekonomi pemeliharaan ayam broiler. Ransum yang dikonsumsi digunakan untuk memenuhi kebutuhan zat-zat makanan yang diperlukan untuk hidup pokok, produksi dan pertumbuhan. Konsumsi pakan broiler selama perlakuan rata-rata sebesar 2 793.1 g ekor-1-2 901.8 g ekor-1. Tabel 6 memperlihatkan bahwa perlakuan P0, P1, P2, dan P3 tidak mempengaruhi (P>0.05) konsumsi ransum. Hal ini mengindikasikan bahwa penambahan antibiotik dan additive herbal serta kombinasi keduanya tidak memperbaiki dan juga tidak menurunkan konsumsi ransum ayam selama penelitian.

Konsumsi air minum selama perlakuan rata – rata berkisar antara 5 862.0 ml ekor-1-6 781.4 ml ekor-1. Rasio konsumsi pakan dan air minum berkisar antara 1:2.0-1:2.3. Rasio konsumsi pakan terhadap konsumsi air minum ini mengindikasikan bahwa konsumsi air minum selama perlakuan lebih banyak daripada konsumsi pakan. Rasio konsumsi pakan dan konsumsi ransum selama perlakuan tidak jauh berbeda dari standar normal rasio konsumsi pakan dan konsumsi ransum. Daniel (2011) menyatakan standar normal rasio konsumsi pakan dan konsumsi air minum yaitu sebesar 1:2.4.

Bobot badan akhir selama perlakuan rata-rata 1 713.5 g ekor-1-1 832.4 g ekor-1. Dengan pertambahan bobot badan rata-rata sebesar 1 676.5 g ekor-1-1 795.4 g ekor-1. Nilai konversi ransum merupakan suatu ukuran untuk menilai efisiensi dalam penggunaan ransum, semakin rendah konversi ransum maka akan semakin efisien karena semakin sedikit jumlah ransum yang dibutuhkan untuk menghasilkan pertambahan bobot badan dalam jangka waktu tertentu (Lacy dan Vest 2004).

(24)

10

Gambar 2 Pertambahan bobot badan selama penelitian (1-35 hari). P0 = (Ransum tanpa antibiotik + air minum tanpa additive herbal), P1 = (Ransum mengandung antibiotik + air minum mengandung additive herbal), P2 = (Ransum mengandung antibiotik + air minum tanpa additive herbal), P3 = (Ransum tanpa antibiotik + air minum mengandung additive herbal)

Gambar 3 Konversi pakan selama penelitian (1-35 hari). P0 = (Ransum tanpa antibiotik + air minum tanpa additive herbal), P1 = (Ransum mengandung antibiotik + air minum mengandung additive herbal), P2 = (Ransum mengandung antibiotik + air minum tanpa additive herbal), P3 = (Ransum tanpa antibiotik + air minum mengandung additive herbal

(25)

11 ransum ayam broiler dapat memperbaiki pertumbuhan dan efisiensi pakan serta bisa digunakan sebagai alternatif penggunaan antibiotik.

Mortalitas selama perlakuan (35 hari) mencapai 17 ekor (Tabel 6). Tingginya angka kematian dapat dipengaruhi oleh stres lingkungan. Suhu kandang selama perlakuan rata-rata berkisar antara 25.1°C-28.9°C. Menurut

Amrullah (2004) suhu 28°C merupakan suhu kritis atas dimana angka kematian dan

sakit meningkat. Jika dihitung secara keseluruhan tingkat kematian ternak masih dibawah kenormalan yaitu 4.7 %. Menurut Petrawati (2003) standar angka kematian ayam broiler selama periode pertumbuhan adalah 5 %.

Setiap perlakuan P0, P1, P2 dan P3 menghasilkan persentase mortalitas yakni berkisar antara 2.2%-7.7% selama pemeliharaan. Perlakuan P3 menghasilkan persentase mortalitas sebesar 7.7%. Ini kemungkinan diakibatkan oleh kandungan bioaktif pada kunyit dan temulawak yang terdapat pada ramuan

additive herbal yang diberikan pada perlakuan P3. Kunyit mengandung zat aktif yang disebut kurkumin yang dapat berfungsi sebagai antibakteri (Sinurat et al.

2009). Menurut Ocktaviani (2011) setiap senyawa kimia pada dasarnya bersifat racun. Keracunan dapat terjadi akibat dosis yang berlebihan ataupun cara pemberian atau aplikasi yang kurang tepat. Hasil penelitian Poerwanto (2003) pemberian ekstrak kunyit pada ulat dengan kosentrasi 50% menghasilkan mortalitas paling tinggi, dikarenakan adanya zat aktif kurkuminoid dan minyak atsiri yang terdapat pada kunyit.

Persentase Karkas

Perlakuan tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap bobot dan persentase karkas yang dihasilkan. (Tabel 7). Ini artinya perlakuan yang diberikan tidak menunjukkan pengaruh yang berbeda terhadap bobot dan persentase karkas yang dihasilkan. Bobot karkas yang dihasilkan adalah berkisar antara 1 317.6 g ekor-1-1 485.2 g ekor-1 dengan persentase karkas berkisar antara 66.1%-69.7%. Persentase karkas yang dihasilkan pada penelitian ini masih berada dalam kisaran normal. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Bell dan Weaver (2002) yang melaporkan bahwa persentase karkas ayam pedaging bervariasi antara 65%-75% dari bobot hidup.

Tabel 7 Rataan persentase karkas

Peubah Perlakuan

(26)

12

Rataan bobot hidup ayam broiler yang diberi perlakuan selama 35 hari menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda yaitu 1 913.4 g ekor-1-2 060.0 g ekor

-1

. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian additive herbal dalam air minum memberikan pengaruh positif terhadap nilai rataan bobot hidup broiler.

Income Over Feed Cost (IOFC)

Income Over Feed Cost adalah IOFC adalah pendapatan yang diterima

setelah dikurangi biaya pakan selama pemeliharaan (Setyowati 2005). Pendapatan

yang diperoleh selama perlakuan (1-35 hari) berturut-turut untuk P0, P1, P2 dan P3 yaitu Rp 8 918, Rp 2 774, Rp 10 181, dan Rp 3 541 (Tabel 8).

Tabel 8 IOFC selama perlakuan (1-35 hari)

Uraian Perlakuan

(27)

13 (P2) saja ini dikarenakan pada total pengeluaran terdapat harga additive herbal yang meningkatkan total pengeluaran sehingga, income over feed cost (IOFC) yang dihasilkan peternak sedikit.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Penambahan additive herbal dalam air minum mampu menghasilkan : konsumsi pakan (gr ekor-1), konsumsi air minum (ml ekor-1), bobot badan (gr ekor-1), pertambahan bobot badan (gr ekor-1), konversi pakan, mortalitas, dan persentase karkas (%) ayam broiler sebanding dengan ayam yang diberikan ransum yang mengandung antibiotik tetapi belum mampu menurunkan angka mortalitas yang disebabkan oleh stres lingkungan.

Saran

Penggunakan herbal 2.5% dapat digunakan sebagai pengganti antibiotik.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Elfawati. 2008. Performan ayam broiler yang diberi sari buah mengkudu (Morinda citrifolia). Jurnal Petern. 5:10-13

Amrullah. 2004. Nutrisi Ayam Broiler. Bogor (ID): Penerbit Lembaga Satu Gunung Budi.

Aviagen. 2009. Ross Broiler Management Manual. Alabama (US): Aviagen Bell DD, Weaver WD. 2002. Commercial Chickhen Meat and Egg Production.

Amerika (US): Kluwer Academic.

Buchanan NP, Hott JM, Cutlip SE, Rack AL, Asamer A, Moritz JS. 2008. The effects of a natural antibiotic alternative and a natural growth promoter feed additive on broiler performance and carcass quality. J. Appl. Poult. Res. 17: 202–210. doi: 10.3382/japi.2007-00038

Chowdhury R, Islam KMS, Khan MJ, Karim MR, Haque MN, Khatun M and Pesti GM. 2009. Effect of citric acid, avilamycin, and their combination on the performance, tibia ash, and immune status of broilers. Poult Sci. 88: 1616-1622. doi: 10.3382/ps.2009.00119

Cibadak Indah Sari Farm. 2005. Standar broiler jumbo [Internet]. [diunduh 2014 Januari]. Tersedia pada: http://www.cibadak.com/main.php?q=prdl.

Daniel. 2011. Pengaruh supplementasi metionin cair dalam air minum terhadap performa persentase karkas dan organ dalam ayam broiler periode finisher [skripsi]. Bogor (ID): IPB.

(28)

14

Fanani AF, Suthama N, Sukamto B. 2015. Retensi nitrogen dan efisiensi protein ayam lokal persilangan dengan pemberian inulin dari umbi bunga dahlia (dahlia variabillis). J Agromedia. 33(1):33-39

Keirs R. Peebles WED, Hubbard SA, Whitmarsh SK. 2002. Effect of supportive gluconeogenic substance on the early performance of broiler under adequate brooding conditions. J. Appl. Poult. Res. 11: 367-372.

Lacy M, Vest LR. 2000. Improving Feed Conversion in Broiler: A Guide for Growers. Springer Science and Business Media Inc. New York.

Leeson S and Summers JD. 2000. Broiler Breeder Production. England (ENG): Nottingham University Press.

Medion. 2010. Manajemen brooding [internet]. [diunduh 2015 Januari 10]. Tersedia pada: http://info.medion.co.id.

North MO, Bell DD. 1990. Commercial Chicken Production Manual. New York (US).

Ocktaviani A. 2011. Pengaruh pemberian ekstrak tanaman obat terhadap performan dan gambaran histopatologi hati ayam broiler. [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor

Patterson JA, Burkholder KM. 2003. Application of prebiotics and probiotics in poultry production. Poultry Sci. 82:627– 631.

Petrawati. 2003. Pengaruh unsur mikro kandang terhadap jumlah konsumsi pakan dan bobot badan ayam broiler di dua ketinggian tempat berbeda. [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor.

Poerwanto ME. 2003. Uji pengaruh aplikasi ekstrak rimpang kutnyitterhadap mortalitas ulat kobis plutella xylostuaa l. (lepidoptera: pyralidae). J Agrivet

7(2):132-139

Purwanti S. 2008. Kajian efektifitas pemberian kunyit, bawang putih dan mineral zink terhadap performa, kadar lemak, kolesterol dan status kesehatan broiler. [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor

Setyowati AD. 2005. Pengaruh limbah media produksi jamur pelapuk kayu isolat hs terhadap konsumsi, produksi dan efisiensi pakan pada ternak domba.. [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Sinurat AP, Purwadaria T, Bintang IAK, Ketaren PP, Bermawie N, Raharjo M

And Rizal M. 2009. The utilization of turmeric and curcuma xanthorrhiza as feed additive for broilers. JITV 14(2): 90-96. Steel RGD, Torrie JHT. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. Jakarta (ID): PT

Gramedia Pustaka

Sumarasinghe K, Wenk C, Silva KFST, Gunasekera JMDM. 2003. Turmeric (Curcuma longa) root powder and mannanoligosaccharides as alternatives to antibiotics in broiler chicken diets. J Anim Sci 16(10): 1495-1499. Tantalo S. Perbandingan performans dua strain broiler yang mengonsumsi air

kunyit. JIP 12(3):146-152

(29)

15 Lampiran 1 Hasil sidik ragam bobot badan akhir periode starter (1-22 hari)

Sumber

Lampiran 2 Hasil sidik ragam bobot badan akhir periode finisher (23-35 hari) Sumber

Galat 32 434096.624 13565.520

Total 35 435350.600

Lampiran 3 Hasil sidik ragam bobot badan akhir selama perlakuan (1-35 hari) Sumber

Galat 32 434096.624 13565.520

Total 35 435350.600

Lampiran 4 Hasil sidik ragam pertambahan bobot badan akhir periode starter (1-22 hari)

Lampiran 5 Hasil sidik ragam pertambahan bobot badan periode finisher (23-35 hari)

Galat 32 452469.311 14139.666

Total 35 507127.722

Lampiran 6 Hasil sidik ragam pertambahan bobot badan akhir selama perlakuan (1-35 hari)

Galat 32 434096.624 13565.520

Total 35 435350.600

(30)

16

Lampiran 8 Hasil sidik ragam konsumsi pakan periode finisher (22-35 hari) Sumber

Lampiran 9 Hasil sidik ragam konsumsi pakan selama perlakuan (1-35 hari) Sumber

Lampiran 10 Hasil sidik ragam konsumsi air minum periode starter (1-22 hari) Sumber

Lampiran 11 Hasil sidik ragam konsumsi air minum periode finisher (22-35 hari) Sumber

Perlakuan 3 5366783.430 1788927.810 44.603 0.000 Galat 32 1283441.760 40107.555

Total 35 6650225.190

Lampiran 12 Uji lanjut Duncan konsumsi air minum periode finisher (22-35)

Perlakuan Jumlah

Signifikansi 0.655 1.000 1.000

Lampiran 13 Hasil sidik ragam konsumsi air minum selama perlakuan (1-35 hari) Sumber

Perlakuan 3 5401894.496 1800631.499 34.388 0.000 Galat 32 1675596.004 52362.375

(31)

17 Lampiran 14 Uji lanjut Duncan konsumsi air minum selama perlakuan (1-35) Perlakuan Jumlah

Signifikansi 0.861 1.000 1.000

Lampiran 15 Hasil sidik ragam konversi pakan periode starter (1-22 hari) Sumber

Lampiran 16 Hasil sidik ragam konversi pakan periode finisher (22-35 hari) Sumber

Lampiran 17 Hasil sidik ragam konversi pakan selama perlakuan (1-35 hari) Sumber

Lampiran 18 Hasil sidik ragam bobot badan akhir Sumber

Galat 16 570148.400 35634.275

Total 19 689878.200

Lampiran 19 Hasil sidik ragam bobot karkas Sumber

Galat 16 326355.200 20397.200

Total 19 418112.800

(32)

18

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Curup, Bengkulu pada tanggal 27 Mei 1993. Penulis merupakan anak ke tiga dari tiga orang bersaudara dari Bapak Sapawi dan Ibu (almh) Misnaini. Penulis lulus dari SMA 1 Kota Bengkulu pada tahun 2011 dan ditahun yang sama penulis diterima di IPB melalui jalur SNMPTN Tulis di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan. Selama mengikuti perkuliahan. Penulis aktif di BEM KM IPB kabinet Bekarya sebagai staff pada biro kebijakan publik tahun 2012, dan HIMASITER (Himpunan Mahasiswa Nutrisi Ternak) sebagai sekretaris tahun 2013 dan pada bidang kepanitiaan sebagai Seketaris

pada MUBES (Musyawarah Besar) BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) Se-Bogor dan diberbagai kepanitian lainnya. Penulis juga pernah mengikuti kegiatan

Student Exchange tingkat ASIA yang diselenggarakan selama 6 minggu pada bulan Juni hingga Agustus pada tahun 2015 di Maejo University, Thailand.

UCAPAN TERIMA KASIH

Gambar

Tabel 1 Kandungan nutrien ransum *
Tabel 4 Performa broiler periode starter (1-21 hari)
Tabel 5 Performa broiler periode finisher (22-35 hari)
Tabel 6 Performa broiler selama perlakuan (1-35 hari)
+5

Referensi

Dokumen terkait

Setelah diberikan penyuluhan dan pelatihan fortifikasi konsentrat ikan dan pewarna alami dalam pengolahan mi sagu pada Usaha mikro yang menjadi mitra di kabupaten Kepulauan

Komponen materi naskah buku merupakan bagian yang sangat penting. Mengingat jenis naskah buku ini sangat beragam, minimal terdapat lima aspek penting yang

Prosiding Seminar Nasional &amp; Diseminasi Hasil Penelitian Update Evidence-Based Practice in Cardiovascular Nursing Peran edukator perawat dalam mencegah komplikasi dm

Berdasarkan kajian terhadap kebijakan fiskal pada masa awal Islam, terlihat bahwa zakat me- mainkan peranan yang sangat pen- ting untuk mencapai tujuan kebijak- an

Motivasi mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan. Pengaruh yang positif ini menunjukkan bahwa semakin baik persepsi responden

Maria menjelaskan dalam jurnalnya yang berjudul Representasi Sensualitas Perempuan dalam Video Game, disadari atau tidak pandangan terhadap perempuan memang tengah

Tujuan: Menganalisis pengaruh penambahan kayu manis terhadap pH, tingkat kecerahan (L*), aktivitas antioksidan, gula total dan organoleptik yang meliputi warna,

menyiapakan perlengkapan belajarnya masing-masing. b) Pada saat guru memberikan apersepsi, tidak semua siswa memperhatikan karena masih terdapat empat siswa yang tidak bisa