• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Dosis Pupuk NPK dan Aplikasi Rhizobium terhadap Produktivitas dan Mutu Benih Koro Pedang (Canavalia ensiformis)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Dosis Pupuk NPK dan Aplikasi Rhizobium terhadap Produktivitas dan Mutu Benih Koro Pedang (Canavalia ensiformis)"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH DOSIS PUPUK NPK DAN APLIKASI RHIZOBIUM

TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN MUTU BENIH

KORO PEDANG (

Canavalia ensiformis)

NUR AINI ALFIAH

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Dosis Pupuk NPK dan Aplikasi Rhizobium terhadap Produktivitas dan Mutu Benih Koro Pedang (Canavalia ensiformis) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2014 Nur Aini Alfiah NIM A24100020

(4)
(5)

ABSTRAK

NUR AINI ALFIAH. Pengaruh Dosis Pupuk NPK dan Aplikasi Rhizobium terhadap Produktivitas dan Mutu Benih Koro Pedang (Canavalia ensiformis). Dibimbing oleh MEMEN SURAHMAN dan ENY WIDAJATI.

Penelitian ini bertujuan memperoleh kombinasi terbaik antara dosis pupuk NPK dengan jenis rhizobium dalam menghasilkan pertumbuhan, produktivitas dan mutu benih terbaik pada tanaman koro pedang (Canavalia ensiformis). Penelitian dilaksanakan di lahan milik Pesantren Al-Barokah, Ciherang Tengah, Dramaga, Bogor, dengan ketinggian tempat 240 meter di atas permukaan laut pada bulan Juli-Desember 2013. Rancangan perlakuan yang digunakan adalah faktorial dua faktor dalam rancangan lingkungan kelompok lengkap teracak dengan tiga ulangan. Faktor pertama adalah dosis pupuk (Urea, SP-36 dan KCl) yang terdiri atas 4 taraf (P0= kontrol ; P1= N 11.5 kg/ha, P2O5 18 kg/ha, K2O 22,5 kg/ha; P2= N 23 kg/ha, P2O5 36 kg/ha, K2O 45 kg/ha; P3= N 34.5 kg/ha, P2O5 54 kg/ha, K2O 67,5 kg/ha) dan faktor kedua adalah jenis rhizobium yang terdiri atas 3 taraf (R0= Kontrol, R1= Nodulin dan R2= Rhizo-plus). Hasil penelitian menunjukkan perlakuan P1 dianggap telah cukup untuk digunakan dalam kegiatan budidaya tanaman koro pedang. Aplikasi rhizobium dan interaksinya dengan dosis pupuk secara umum tidak memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, tetapi meningkatkan mutu benih yang dihasilkan. Kedua jenis rhizobium memberikan hasil yang tidak berbeda nyata terhadap mutu fisik dan fisiologis benih yang dihasilkan.

Kata kunci : kombinasi, nodulin, rhizo-plus, mutu benih.

ABSTRACT

NUR AINI ALFIAH. The Effect of NPK Fertilization Dosage and Rhizobium Aplication on Productivity and Seed Quality of Jackbean (Canavalia ensiformis). Supervised by MEMEN SURAHMAN and ENY WIDAJATI.

This study aims to obtain the best combination of NPK fertilizer dosage with Rhizobium types in generating growth, productivity and high quality seeds of Jackbean (Canavalia ensiformis). The experiment was conducted on land owned by Pesantren Al-Barokah, Ciherang, Dramaga, Bogor, with altitude of 240 meters above sea level in the month of July to December 2013. Research design used was Randomized Complete Block Design with two factors and replications. The first factor was the dose of fertilizer (Urea, SP-36 and KCl) which consists of 4 levels (P0= control; P1= N 11.5 kg/ha, P2O5 18 kg/ha, K2O 22,5 kg/ha; P2= N 23 kg/ha, P2O5 36 kg/ha, K2O 45 kg/ha; P3= N 34.5 kg/ha, P2O5 54 kg/ha, K2O 67,5 kg/ha) and the second factor was the type of rhizobium which consists of 3 levels (R0= Control, R1= Nodulin and R2= Rhizo-plus). The results showed that the P1 treatment seemed sufficient for use in cultivating Jackbean. Generally, rhizobium and its interaction with the application of fertilizers were not give effect to plant growth, but increase the quality of seeds produced. Both types of rhizobium provide results that were not significantly different in physic and physiological quality of the seeds.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

PENGARUH DOSIS PUPUK NPK DAN APLIKASI RHIZOBIUM

TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN MUTU BENIH

KORO PEDANG (

Canavalia ensiformis)

NUR AINI ALFIAH

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Pengaruh Dosis Pupuk NPK dan Aplikasi Rhizobium terhadap Produktivitas dan Mutu Benih Koro Pedang (Canavalia ensiformis) Nama : Nur Aini Alfiah

NIM : A24100020

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Memen Surahman, MScAgr Pembimbing I

Dr Ir Eny Widajati, MS Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MScAgr Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2013 ini adalah tentang pemupukan, dengan judul Pengaruh Dosis Pupuk NPK dan Aplikasi Rhizobium terhadap Produktivitas dan Mutu Benih Koro Pedang (Canavalia ensiformis).

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof Dr Ir Memen Surahman, MScAgr dan Dr Ir Eny Widayati, MS selaku dosen pembimbing skripsi serta Candra Budiman, SP MSi dan Furi Febriyanti, SP yang telah banyak memberikan bantuan dalam perencanaan, pelaksanaan dan penulisan skripsi ini. Terima kasih kepada Dr Ir M Syukur, SP MSi selaku pembimbing akademik, Prof Dr Ir Munif Ghulamahdi, MS selaku penguji skripsi dan seluruh dosen pembimbing mata kuliah Teknik Penulisan Ilmiah yang telah dengan sabar memberikan ilmu, arahan dan saran dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih kepada teman-teman AGH 47 khususnya Rendy Susanto, SP dan Mastha Tarida M, SP, IMJB, JAIKA 4, Mahasiswa Pasca Sarjana Program Studi Ilmu dan Teknologi Benih 2013, Keluarga KUKABUR, SOKIT dan semua pihak yang memberi dukungan dan semangat bagi penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah ini. Ungkapan terima kasih juga dengan tulus penulis berikan kepada keluarga tercinta yaitu ibu Rumtini, bapak Moch Jainuri, Abu Sofyan dan Mirza Idhoful Sufyan atas kasih sayangnya selama ini dan segala bentuk dukungan serta do’a yang mengiringi setiap langkah penulis selama menempuh studi di Institut Pertanian Bogor.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Botani dan Ekologi Koro Pedang (Canavalia ensiformis) 2 Seed Treatment Menggunakan Rhizobium 3

Pemupukan N, P dan K 3

Mutu Benih 4

METODE 4

Tempat dan Waktu Penelitian 4

Bahan dan Alat 5

Pelaksanaan 5

Pengamatan 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Kondisi Umum 8

Pengaruh Dosis Pupuk NPK dan Aplikasi Rhizobium terhadap Variabel

Pertumbuhan Tanaman Fase Vegetatif 9

Pengaruh Dosis Pupuk NPK dan Aplikasi Rhizobium terhadap Variabel

Pertumbuhan Tanaman Fase Generatif 14

Pengaruh Dosis Pupuk NPK dan Aplikasi Rhizobium terhadap Mutu Fisik dan

Fisiologi Benih 18

SIMPULAN DAN SARAN 20

Simpulan 20

Saran 20

DAFTAR PUSTAKA 20

LAMPIRAN 22

(14)
(15)

DAFTAR TABEL

1 Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Pengaruh Dosis Pupuk NPK dan Aplikasi Rhizobium terhadap Variabel Pertumbuhan Tanaman Fase

Vegetatif 9

2 Pengaruh Dosis Pupuk NPK dan Aplikasi Rhizobium terhadap Daya

Tumbuh Tanaman 10

3 Pengaruh Dosis Pupuk NPK dan Aplikasi Rhizobium terhadap

Jumlah Tunas Cabang 11

4 Pengaruh Dosis Pupuk NPK dan Aplikasi Rhizobium terhadap

Tinggi Tanaman 12

5 Pengaruh Dosis Pupuk NPK dan Aplikasi Rhizobium terhadap Lebar

Tajuk Tanaman 13

6 Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Pengaruh Dosis Pupuk NPK dan Aplikasi Rhizobium terhadap Peubah Fase Generatif 14 7 Pengaruh Dosis Pupuk NPK dan Aplikasi Rhizobium terhadap

Jumlah Kuncup Bunga Tanaman 15

8 Pengaruh Dosis Pupuk NPK dan Aplikasi Rhizobium terhadap

Jumlah Polong 16

9 Pengaruh Dosis Pupuk NPK dan Aplikasi Rhizobium terhadap Hasil

Panen 17

10 Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Pengaruh Dosis Pupuk NPK dan Aplikasi Rhizobium terhadap Mutu Fisik dan Fisiologi Benih yang

Dihasilkan 18

11 Pengaruh Dosis Pupuk NPK dan Aplikasi Rhizobium terhadap Mutu

Fisik dan Fisiologi Benih yang dihasilkan 19

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil Analisis Tanah 22

2 Data Curah Hujan Bulanan 22

3 Sidik ragam data daya tumbuh tanaman 22

4 Sidik ragam data jumlah tunas cabang pada 1-5 MST 23 5 Sidik ragam data tinggi tanaman pada 1–5 MST 24 6 Sidik ragam data lebar tajuk tanaman pada 4-8 MST 24 7 Sidik ragam data jumlah kuncup bunga pada 7-12 MST 25 8 Sidik ragam data jumlah bunga mekar pada 8-14 MST 27 9 Sidik ragam data jumlah polong pada 9-14 MST 28

10 Sidik ragam data panen 10 tanaman contoh 29

11 Sidik ragam data panjang polong 30

12 Sidik ragam data jumlah benih dalam polong 30

13 Sidik ragam data daya berkecambah 30

14 Sidik ragam data potensi tumbuh maksimum 30

15 Sidik ragam data kecepatan tumbuh 30

16 Sidik ragam data keserempakan mutu benih 31

17 Sidik ragam data bobot kering kecambah normal 31

(16)
(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Produk olahan kedelai seperti tempe, tahu, kecap, keripik dan olahan lainnya sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Hal inilah yang menjadi sebab tingginya permintaan nasional terhadap kedelai. Berdasarkan data BPS tahun 2011 produksi kedelai lokal hanya sebesar 851 286 ton atau 29% dari total kebutuhan kedelai pada tahun tersebut. Sementara itu, impor kedelai di tahun yang sama mencapai 2 088 615 ton atau 71% dari total kebutuhan (Rahman 2012). Tingginya angka impor inilah yang kemudian mendorong dilakukannya berbagai upaya guna meningkatkan produktivitas kedelai dalam negeri baik secara intensifikasi maupun ekstensifikasi. Disamping hal tersebut, upaya lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi kedala kurangnya pasokan kedelai adalah dengan menggali potensi komoditi lain yang dapat dijadikan sebagai pensubtitusi kedelai baik untuk bahan pangan maupun pakan. Salah satu komoditi yang memenuhi kriteria tersebut adalah koro pedang (Canavalia ensiformis).

Tanaman koro pedang termasuk jenis kacang-kacangan (leguminosae) yang secara teknis mudah dibudidayakan baik secara monokultur maupun tumpangsari. Selain itu, tanaman koro pedang juga memiliki peluang yang baik untuk dikembangkan karena cukup toleran terhadap lahan kering, masam, mampu tumbuh di berbagai tipe tanah, bahkan pada lahan marjinal sekalipun. Namun demikian, Puslitbangtan (2007) menyatakan bahwa koro pedang belum banyak dimanfaatkan sebagai bahan pangan karena pengetahuan masyarakat akan kacang ini belum tersebar secara merata. Hal inilah yang kemudian menjadi salah satu penyebab kurang berkembangnya teknik budidaya tanaman koro pedang di masyarakat guna meningkatkan produktivitas tanaman terlebih mutu benihnya. Hingga saat ini belum terdapat varietas koro pedang yang telah dilepas oleh pemerintah.

Upaya peningkatan produktivitas koro pedang yang maksimum dan berkelanjutan sangat perlu dilakukan, disamping perlunya juga pemasyarakatan konsumsi terhadap komoditi ini. Apabila hal ini tercapai maka koro pedang berpeluang besar dalam menekan angka impor kedelai nasional karena sebagian kebutuhan akan konsumsi kedelai dapat tersubtitusikan. Selain itu, beberapa negara seperti Korea, Jepang, Amerika Serikat dan Jerman memiliki minat tinggi terhadap komoditi ini. Negara tersebut pada umumnya selain mengkonsumsi koro pedang sebagai bahan pangan juga menggunakannya dalam industri farmasi dan komsetik. Suatu hal yang baik jika produksi koro pedang nasional mampu mencapai angka yang tinggi sehingga memungkinkan untuk dilakukannya ekspor ke negara-negara tersebut.

(18)

2

ketersediannya langka, ternyata juga memberi efek yang tidak baik bagi lingkungan khususnya bagi tanah jika digunakan secara terus menerus. Oleh karena itu perlu adanya pupuk lain yang bisa meminimalkan kendala tersebut. Salah satu pupuk yang memenuhi kriteria diatas dan telah umum digunakan dalam budidaya tanaman legum adalah rhizobium.

Rhizobium merupakan jenis bakteri penambat nitrogen yang hidup di dalam tanah membentuk asosiasi simbiotik dengan sel akar tanaman. Keberadaan rhizobium dalam tanah dapat meningkatkan jumlah bintil akar dimana bintil akar ini mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas koro pedang serta berimplikasi pula pada mutu benih yang dihasilkan. Kombinasi aplikasi antara dosis pupuk dengan jenis rhizobium yang digunakan dalam budidaya tanaman koro pedang perlu diteliti lebih lanjut guna mendapatkan produktivitas yang maksimum. Selain itu, perolehan mutu benih terbaik juga diharapkan dapat dicapai sehingga benih yang akan ditanam berikutnya mampu memberikan hasil yang baik pula.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh kombinasi terbaik antara dosis pupuk NPK dengan jenis rhizobium yang digunakan dalam menghasilkan pertumbuhan, produktivitas dan mutu benih terbaik pada tanaman koro pedang (Canavalia ensiformis).

Manfaat Penelitian

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat dosis pupuk, jenis rhizobium dan atau kombinasi antar keduanya yang optimum dalam menghasilkan pertumbuhan, produktivitas dan mutu benih terbaik pada tanaman koro pedang (Canavalia ensiformis).

TINJAUAN PUSTAKA

Botani dan Ekologi Koro Pedang (Canavalia ensiformis)

Botani

Tanaman koro pedang merupakan tanaman kacang-kacangan yang secara botani dibagi menjadi dua, yakni koro pedang biji merah dan koro pedang biji putih. Koro pedang biji putih (Canavalia ensiformis (L.) DC.) tumbuhnya tegak, sedangkan koro pedang biji merah (Canavalia gladiata (Jack) DC.) tumbuh merambat.

(19)

3 tua berwarna kuning jerami. Usia panen bervariasi tergantung pada varietas, namun umumnya biji dapat dipanen pada usia 9-12 bulan (Puslitbangtan 2007).

Ekologi

Budidaya tanaman koro pedang secara umum dapat dikatakan mudah. Tanaman ini dapat tumbuh baik di lingkungan suboptimum, bahkan koro pedang tipe merambat dapat tumbuh baik ketika ditanam secara tumpang sari dengan tanaman keras yang bernilai ekonomi tinggi sebagai rambatannya.

Tanaman koro pedang dapat tumbuh baik sampai ketinggian 2000 m dpl pada suhu rata-rata 14º-27ºC di lahan tadah hujan atau 12º-32º C di daerah tropik dataran rendah. Curah hujan yang diperlukan tanaman koro pedang tipe tegak untuk dapat tumbuh baik maksimal adalah 4200 mm/tahun dan minimal 700 mm/tahun.

Pada kondisi lahan yang kering atau pada saat musim kemarau tanaman ini dapat tetap tumbuh dengan baik karena memiliki sistem perakaran yang sangat dalam. Pertumbuhan kedua jenis koro ini akan sangat optimal bila mendapatkan sinar matahari penuh, namun pada kondisi ternaungi juga masih mampu menghasilkan biji dengan baik. Tanaman ini juga mampu tumbuh dan memberikan produksi yang baik meskipun ditanam pada tanah dengan daya pencucian yang tinggi dan miskin hara. Selain itu, koro pedang juga tahan terhadap tanah dengan pH asam samapai dengan netral (4,4 – 6,8) dan juga pada daerah tergenang serta salin (Puslittan 2007).

Seed Treatment Menggunakan Rhizobium

Salah satu cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil produksi suatu tanaman adalah dengan menggunakan benih bermutu tinggi. Peningkatan mutu benih itu sendiri dapat dicapai dengan memberikan perlakuan benih (seed treatment) sebelum benih ditanam. Pahan (2008) menyatakan bahwa pada tanaman legum terdapat beberapa perlakuan benih yang dapat digunakan, salah satunya adalah dengan aplikasi inokulasi bakteri rhizobium.

Rhizobium merupakan salah satu mikroorganisme yang biasa hidup bersimbiosis dengan sistem perakaran tanaman legum. Simbiosis ini merupakan suatu sistem penambatan N2 melalui pembentukan bintil akar yang berperan penting dalam sistem pertanian karena dapat menggantikan sebagian dari penggunaan pupuk N buatan. Ningsih (2004) dalam penelitiannya menyatakan bahwa keberadaan inokulan rhizobium tidak hanya mampu meningkatkan pembentukan bintil akar tetapi juga pertumbuhan dan serapan hara pada tanaman kedelai. Perlakuan benih dengan rhizobium juga berpengaruh langsung dalam meningkatkan mutu fisiologis benih cabai dan hasil panen pada penelitian lainnya.

Pemupukan N, P dan K

(20)

4

satu jenis pupuk anorganik yang seringkali diaplikasikan terhadap tanaman adalah pupuk N, P dan K (Lingga, 1993).

Nitrogen merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman karena sangat diperlukan untuk pembentukan dan pertumbuhan bagian vegetatif tanaman (Sutedjo, 1994). Fosfor banyak diperlukan untuk pembentukan bunga dan buah, juga berperan dalam sintesis hidrat arang, lemak dan protein serta dalam transfer energi dalam sel tanaman yaitu dalam bentuk ADP dan ATP (Agustina, 1990; Sutedjo 1994). Sedangkan kalium berperan dalam sintesis hidrat arang dan protein, penyusunan protein dan mengatur aktivitas enzim (Lingga, 1993; Prihmantoro, 1996). Silahooy (2008) juga menyatakan bahwa pemupukan kalium pada tanah berpengaruh terhadap pH tanah, kalium tersedia, tinggi tanaman, diameter batang dan berat kering biji kacang tanah.

Mutu Benih

Mutu benih merupakan aspek penting yang berpengaruh terhadap keberhasilan suatu kegiatan produksi tanaman pertanian. Benih dengan mutu yang tinggi akan memberikan hasil yang tinggi pula, demikian juga sebaliknya. Mutu benih dapat dibagi menjadi empat, yaitu mutu genetik, mutu fisiologis, mutu fisik dan mutu patologis. Ilyas (2012) menyatakan bahwa mutu fisiologis benih merujuk pada kemampuan benih untuk berkecambah (memunculkan bagian-bagian penting kecambah) pada periode tertentu pengamatan. Mutu fisiologis benih mencakup viabilitas, karakteristik yang berhubungan dengan dormansi dan vigor. Mutu fisiologis dipengaruhi oleh kondisi tumbuh, metode pemanenan, perlakuan pasca panen dan penyimpanan. Selanjutnya, empat faktor utama yang mempengaruhi mutu benih selama berada di penyimpanan adalah suhu, kelembaban, periode simpan dan faktor abiotik.

METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Percobaan 1. Produksi Benih

Produksi benih dilaksanakan di lahan milik Pesantren Al-Barokah, Ciherang Tengah, Dramaga, Bogor, dengan ketinggian tempat 240 meter di atas permukaan laut.

Percobaan 2. Uji Mutu Fisik dan Fisiologi Benih

Pengujian mutu fisik dan fisiologi benih dilaksanakan di laboratorium dan rumah kaca bagian Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

(21)

5

Bahan dan Alat

Percobaan 1. Produksi Benih

Bahan yang digunakan antara lain adalah benih koro pedang, pupuk Urea (sumber N), SP-36 (sumber P2O5), KCl (Sumber K2O) dua jenis pupuk hayati yang mengandung rhizobium dengan merk dagang yaitu Nodulin (diperkaya dengan bakteri bintil akar Rhizobium japonicum dan bakteri pelarut fosfat Pseudomonas spp) dan Rhizo-plus (diperkaya dengan bakteri bintil akar Bradyrhizobium japonicum, bakteri pelarut fosfat Pseudomonas spp,Micrococcus spp dan bahan pengaktif mikroba yang dapat memenuhi kebutuhan N dan P tanaman). Sedangkan alat yang digunakan adalah timbangan, cangkul, tugal, ajir dan sarana pertanian lainnya.

Percobaan 2. Uji Mutu Fisik dan Fisiologi Benih

Bahan yang digunakan untuk pengujian mutu fisiologis benih adalah pasir sebagai media tumbuh. Sedangkan alat yang digunakan yaitu kotak pengecambah benih yang terbuat dari bahan plastik dengan ukuran sekitar 30 cm x 20 cm x 15 cm, amplop kertas, oven dan timbangan digital (untuk menimbang bobot kering kecambah normal dan bobot 1000 butir benih).

Pelaksanaan

Rancangan perlakuan dalam percobaan ini adalah faktorial dua faktor dalam rancangan lingkungan kelompok lengkap teracak. Faktor pertama yang digunakan adalah dosis pupuk (N, P2O5 dan K2O) yang terdiri atas 4 taraf, yaitu:

P0 = Tanpa pemupukan (kontrol)

P1 = N 11.5 kg/ha, P2O5 18 kg/ha, K2O 22,5 kg/ha P2 = N 23 kg/ha, P2O5 36 kg/ha, K2O 45 kg/ha P3 = N 34.5 kg/ha, P2O5 54 kg/ha, K2O 67,5 kg/ha Faktor keduanya adalah jenis rhizobium, yaitu: R0 = Tanpa rhizobium (kontrol)

R1 = Nodulin dengan dosis 5 g/kg benih R2 = Rhizo-plus dengan dosis 4 g/kg benih

Percobaan 1. Produksi Benih

Pada kegiatan produksi benih kombinasi dari kedua faktor tersebut menghasilkan 12 macam perlakuan dan setiap perlakuannya diulang sebanyak 3 kali, sehingga total perlakuan adalah 36 perlakuan. Ukuran petak lahan untuk setiap perlakuan pada kegiatan produksi benih adalah 4 m x 5 m = 20 m2. Jarak tanam yang digunakan adalah 70 cm x 70 cm, sehingga dalam satu petakan populasinya adalah sebanyak 40 tanaman. Tanaman contoh dari setiap perlakuan adalah sebanyak 10 tanaman, sehingga total tanaman contoh adalah 360 tanaman untuk seluruh perlakuan dalam percobaan.

(22)

6

rhizobium dilakukan dengan cara melarutkan rhizobium ke dalam air. Volume air yang digunakan disesuaikan atau disamakan dengan volume benih dalam wadah sehingga seluruh benih dapat terendam oleh larutan. Penanaman dapat dilakukan setelah larutan rhizobium terserap oleh benih yang ditandai dengan membengkaknya benih dan adanya kerutan pada bagian hylum benih. Sedangkan untuk pemupukan dilakukan bersamaan dengan penanaman yakni dengan cara ditugal. Data iklim di lokasi penelitian diperoleh dari (Badan Meteorologi dan Geofisika) Kabupaten Bogor untuk dijadikan informasi kondisi cuaca selama penelitian.

Percobaan 2. Uji Mutu Fisik dan Fisiologi Benih

Pengujian mutu fisiologi benih dilakukan dengan cara mengecambahkan benih dari masing-masing perlakuan dalam kotak pengecambah. Media tanam yang digunakan adalah pasir dengan ketinggian kira-kira 2/3 dari tinggi kotak pengecambah. Populasi benih dalam setiap kotak sebanyak 25 butir benih dan diulang sebanyak 4 ulangan untuk setiap perlakuan. Sedangkan pengujian mutu fisik benih dilakukan dengan menimbang 100 butir benih hasil produksi sebanyak delapan ulangan untuk tiap perlakuan, kemudian rata-ratanya dikalikan sepuluh.

Pengamatan

Variabel yang diamati antara lain adalah: 1. Daya tumbuh

Tinggi tanaman diukur setiap dua minggu sampai tanaman memasuki fase generatif. Pengukuran dilakukan dari pangkal batang sejajar permukaan tanah hingga titik tumbuh tanaman.

3. Jumlah tunas cabang per tanaman

Jumlah tunas cabang per tanaman dihitung setiap minggu, sampai

Pengamatan terhadap umur berbunga dilakukan pada saat populasi tanaman dalam satu satuan percobaan/petakan berbunga 50%.

6. Jumlah kuncup bunga, bunga mekar dan jumlah polong

Kuncup bunga yang diamati dan dihitung jumlahnya adalah yang berukuran minimal memiliki diameter sekitar ≥ 0,4 mm. Bunga yang sudah mekar dan polong yang terbentuk juga dihitung jumlahnya.

(23)

7 Jumlah biji per polong dihitung dari rata-rata tiga polong yang dipilih secara acak dari setiap tanaman sampel.

8. Panjang polong

Panjang polong diukur dari rata-rata tiga polong yang dipilih secara acak dari setiap tanaman sampel (polong yang diukur sama dengan polong yang dihitung jumlah biji per polongnya).

9. Jumlah polong per tanaman

Jumlah polong per tanaman dihitung dari rata-rata polong yang dipanen dari sepuluh tanaman sampel dalam setiap satuan percobaan/petakan. 10.Umur panen

Umur panen dihitung dari mulai benih ditanam sampai panen pertama. 11.Periode panen

Periode panen dihitung mulai dari panen pertama sampai dengan panen terakhir.

12.Produktivitas

Produktivitas diukur melalui konversi hasil per petak kedalam hitungan per hektar, yaitu:

Potensi hasil per ha = 13.Bobot 1000 butir benih

Bobot 1000 butir benih dihitung dengan cara menimbang 100 butir benih sebanyak delapan ulangan, kemudian rata-ratanya dikalikan sepuluh. 14.Mutu fisiologis benih yang dihasilkan dievaluasi dengan pengamatan terhadap

potensi tumbuh maksimum, daya berkecambah, berat kering kecambah normal, kecepatan tumbuh, keserempakan tumbuh dan indoks vigor. Metode untuk masing-masing pengamatan tersebut adalah sebagai berikut:

i. Daya berkecambah (% DB)

Daya berkecambah dihitung berdasarkan jumlah kecambah normal (KN) pada pengamatan I (hari ke-5) dan pengamatan II (hari ke-7). Perhitungan DB menggunakan rumus:

DB (%) = ∑ ∑

∑ x 100% ii.Potensi Tumbuh Maksimum (PTM)

Potensi tumbuh maksimum merupakan persentase kecambah normal dan abnormal yang muncul hingga hari ke-7 pengamatan. Perhitungan PTM menggunakan rumus:

PTM (%) = ∑

∑ x 100% iii.Kecepatan Tumbuh (KCT)

Kecepatan tumbuh dihitung berdasarkan akumulasi persentase kecambah normal per etmal selama periode perkecambahan yaitu sampai dengan hari ke-7 pengamatan dengan menggunakan rumus:

(24)

8

Keserempakan tumbuh dihitung berdasarkan persentase kecambah normal kuat yang dihitung pada waktu antara KN I dan KN II (hari ke-6) dengan menggunakan rumus:

KST (%) = ∑

∑ x 100%

v.Berat Kering Kecambah Normal (BKKN)

Berat kering kecambah normal diamati pada hari pengamatan II (hari ke-7) dengan cara memisahkan kecambah normal dari kotiledonnya. Kecambah tersebut kemudian dimasukkan ke dalam amplop dan dioven pada suhu 60oC selama 3x24 jam. Setelah dioven, amplop yang berisi kecambah dimasukkan ke dalam desikator selama 30 menit kemudian ditimbang.

vi.Indeks Vigor

Indeksi vigor ditetapkan berdasarkan persentase kecambah normal (KN) pada saat hitungan I (hari ke-5) dengan menggunakan rumus: IV = ∑

∑ x 100%

Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis sidik ragam menggunakan software SAS versi 9.0 dan perlakuan yang menunjukkan pengaruh nyata diuji lanjut menggunakan DMRT (Duncan Multiple Range Test) taraf 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Penelitian ini terdiri dari dua percobaan, pertama yaitu kegiatan produksi benih dan kedua yaitu pengujian mutu fisiologis dan fisik dari benih yang dihasilkan. Pada masa produksi benih di lapang dilakukan penyulaman yakni pada saat 1 minggu setelah tanam dan pemeliharaan tanaman seperti penyiraman, pengendalian gulma dan pemangkasan. Kuncup bunga mulai muncul pada 6 minggu setelah tanam (MST) dan menghasilkan polong pada 8 MST. Oleh karena munculnya bunga yang tidak serempak maka panen dilakukan selama dua kali yakni pada saat 15 dan 16 MST. Benih hasil panen yang telah diproses (dikeringkan, diekstrak dan dibersihkan) kemudian diuji mutu fisiologisnya.

(25)

9 variasi bulanan yang cukup beragam. Selama penelitian terdapat bulan-bulan dengan curah hujan yang relatif ekstrim (sangat tinggi dan sangat rendah), hal inilah yang kemudian diduga menjadi salah satu faktor penyebab ketidaknormalan pertumbuhan tanaman di lapang.

Pengaruh Dosis Pupuk NPK dan Aplikasi Rhizobium terhadap Variabel Pertumbuhan Tanaman Fase Vegetatif

Variabel yang diamati selama fase vegetatif yakni hingga tanaman berumur 6 MST antara lain adalah daya tumbuh, tinggi tanaman, jumlah tunas cabang dan lebar tajuk. Hasil sidik ragam pengaruh faktor perlakuan terhadap variabel yang diamati disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Pengaruh Dosis Pupuk NPK dan Aplikasi Rhizobium terhadap Variabel Pertumbuhan Tanaman Fase Vegetatif

Variabel Pengamatan Faktor MST

1 2 3 4 5 6 7 8

Keterangan: * = Berpengaruh nyata pada uji F taraf 0,05 ; ** = Berpengaruh sangat nyata pada uji F taraf 0,01 ; tn = Tidak berpengaruh nyata ; P = Dosis pupuk ; R = Aplikasi rhizobium ; P*R = Interaksi antara dosis pupuk dengan aplikasi rhizobium

Daya Tumbuh

(26)

10

Keterangan: Angka yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%

Aplikasi rhizobium pada benih dilakukan dengan cara melembabkan benih dengan air terlebih dahulu, kemudian rhizobium dibalutkan pada permukaannya. Perlakuan ini diduga menjadi sebab adanya daya tumbuh yang lebih baik dibandingkan kontrol. Pelembaban benih dapat menjadi proses awal imbibisi air kedalam benih sehingga ketika benih ditanam di lahan dan kemudian disiram mengakibatkan benih lebih cepat tumbuh atau menghasilkan pertumbuhan yang lebih baik. Peningkatan mutu benih akibat perlakuan ini menurut Hardegree dan Emmerich (1992) dapat disebut sebagai invigorasi benih melalui priming. Penelitian yang dilakukan oleh Munifah (1997) menunjukkan bahwa perlakuan priming dengan air mampu meningkatkan daya berkecambah pada benih kedelai bervigor sedang maupun rendah. Basra et al (2005) dalam penelitiannya menemukan adanya peningkatan perkecambahan pada benih gandum akibat perlakuan priming menggunakan air.

Keberadaan bakteri penambat N diduga belum mampu memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan kecambah karena bakteri belum aktif bekerja yang ditandai dengan belum terbentuknya bintil akar. Salisbury dan Ross (1991) menyatakan bahwa tahap aktif memfiksasi nitrogen oleh bakteri terjadi pada saat ± 23 hari setelah aplikasi. Bintil akar akan terus tumbuh dengan membesarnya sel selama 2 minggu dan merangsang pertumbuhan vegetatif. Penelitian yang dilakukan oleh Plazinski et al (1985) menunjukkan adanya peningkatan jumlah nodul pada hari ke-20 setelah inokulasi. Sutino (2009) menambahkan bahwa waktu antara infeksi sampai dengan bakteri mampu memfiksasi N2 adalah sekitar 3-5 minggu. Faktor tunggal dosis pupuk yang diberikan tidak mempengaruhi daya tumbuh dikarenakan pada awal pertumbuhannya benih masih menggunakan cadangan makanan yang terdapat pada kotiledon untuk berkecambah di lapang.

(27)

11 mampu dicapai oleh benih di lapang bahkan setelah satu tahun penyimpanan. Berdasarkan hal ini dapat dikatakan kondisi ruang simpan benih cukup ideal untuk mempertahankan viabilitas benih dan dapat pula diduga bahwa viabilitas benih memang rendah (kurang dari 80%) sejak awal penyimpanan. Dugaan lain yang dapat diajukan adalah benih yang ditanam mengalami kemunduran lebih lanjut setelah satu tahun penyimpanan sehingga viabilitasnya semakin menurun. Hal ini ditunjukkan oleh rendahnya daya tumbuh pada benih tanpa perlakuan (kontrol).

Adisyahputra et al (2004) juga menambahkan bahwa faktor lingkungan seperti ketersediaan air di sekitar tanaman juga berperan penting dalam mempengaruhi perkecambahan. Data iklim yang diperoleh menginformasikan bahwa curah hujan bulanan pada saat penanaman adalah 360.2 mm. Kondisi tanah yang cukup keras dan curah hujan yang tidak terlalu tinggi kemungkinan juga menjadi sebab rendahnya daya tumbuh benih. Tanah yang keras menyulitkan benih untuk tumbuh ke permukaan dan jumlah air yang terbatas juga menghambat proses imbibisi yang mengawali reaktivasi hormon dan enzim dalam merombak cadangan makanan yang digunakan untuk berkecambah.

Jumlah Tunas Cabang dan Tinggi Tanaman

Tunas cabang mulai muncul pada 2 MST dan faktor perlakuan tidak menunjukkan pengaruhnya hingga akhir pengamatan (Tabel 3). Tunas cabang yang terbentuk pada 5 MST dapat mencapai 5 hingga 6 tunas cabang. Pada setiap tunas cabang umumnya akan tumbuh tiga batang, dua diantaranya merupakan batang daun dan satu batang yang lain adalah batang tempat organ generatif terbentuk.

Tabel 3 Pengaruh Dosis Pupuk NPK dan Aplikasi Rhizobium terhadap Jumlah Tunas Cabang

Perlakuan Jumlah Tunas Cabang

1 MST 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST

Dosis Pupuk

P0 0 2.00 2.01 3.24 4.33

P1 0 2.00 2.26 3.93 3.39

P2 0 2.00 2.11 3.59 4.59

P3 0 2.00 2.18 3.83 5.30

Aplikasi Rhizobium

R0 0 2.00 2.21 3.80 5.19

R1 0 2.00 2.15 3.67 4.94

R2 0 2.00 2.06 3.47 4.57

(28)

12

Tinggi tanaman pada semua perlakuan tidak berbeda nyata pada 1 MST. (Tabel 4). Pada pengamatan berikutnya yakni saat 3 MST interaksi antara dosis pupuk dan aplikasi rhizobium menunjukkan pengaruh yang nyata. Tinggi tanaman pada perlakuan P3R0 adalah yang tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya, sedangkan yang terendah adalah perlakuan P3R2. Terjadinya hal ini diduga karena pada waktu tersebut kondisi lingkungan tumbuh tanaman sedang kering. Bordeleau dan Prevost (1994) menyatakan bahwa cekaman kekeringan akan membatasi infeksi akar oleh rhizobium karena tidak terdapatnya akar rambut yang normal. Bintil akar yang sudah mulai terbentuk dapat terhambat pertumbuhannya jika mengalami kondisi kekeringan dan akan menghasilkan organ-organ yang berkembang tidak sempurna di bagian akar. Hal ini akan berakibat pada terhambatnya serapan hara oleh akar sehingga mempengaruhi pertambahan tinggi tanaman. Namun pada 5 MST pengaruh tersebut tidak lagi nampak dan hanya faktor tunggal dosis pupuk saja yang berpengaruh. Hilangnya pengaruh tersebut dapat diduga dikarenakan air yang tersedia bagi tanaman sudah lebih banyak sehingga sistem perakarannya membaik. Tanaman pada perlakuan P3 memiliki tinggi tanaman tertinggi, sedangkan yang terendah adalah perlakuan P0 (kontrol).

Keterangan: Angka yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%

(29)

13 diperkuat dengan berubahnya warna daun menjadi kuning. Prawiranata et al (1992) menyatakan bahwa kekurangan nitrogen menyebabkan tanaman kerdil, perakaran terbatas, daun kuning dan senescens.

Lebar Tajuk

Pengamatan terhadap lebar tajuk tanaman dilakukan sejak tanaman berusia 4 MST hingga 13 MST (fase vegetatif hingga generatif). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa dosis pupuk dan aplikasi rhizobium tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap lebar tajuk tanaman selama fase vegetatif. Rata-rata lebar tajuk tanaman pada 8 MST mencapai 52,29 cm. Pada saat 9 MST hingga akhir pengamatan faktor tunggal dosis pupuk mulai memberikan pengaruhnya. Sama halnya dengan tinggi tanaman dan jumlah tunas cabang yang dihasilkan, pada akhir pengamatan perlakuan P3 memberikan hasil lebar tajuk tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya yakni 65.81 cm dan perlakuan kontrol memiliki lebar tajuk yang terendah yakni 54.49 cm.

Tabel 5 Pengaruh Dosis Pupuk NPK dan Aplikasi Rhizobium terhadap Lebar Tajuk Tanaman

Perlakuan Lebar Tajuk

9 MST 10 MST 11 MST 12 MST 13 MST Dosis Pupuk

P0 53.78b 52.92b 53.19c 53.26c 54.49c

P1 57.45ab 58.74ab 58.41bc 58.22bc 58.72bc

P2 57.57ab 58.93ab 60.32ab 59.76ab 60.89ab

P3 63.62a 63.96a 65.47a 65.17a 65.81a

Aplikasi Rhizobium

R0 57.99 58.52 60.74 60.53 61.54

R1 58.16 58.67 59.19 57.75 58.43

R2 58.16 58.71 58.11 59.02 59.97

Keterangan: Angka yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%

(30)

14

Pengaruh Dosis Pupuk NPK dan Aplikasi Rhizobium terhadap Variabel Pertumbuhan Tanaman Fase Generatif

Umur Berbunga dan Umur Panen

Dosis pupuk dan aplikasi rhizobium tidak memberikan pengaruh terhadap umur berbunga tanaman. Kuncup bunga mulai muncul pada minggu keenam setelah tanam dan umur berbunganya juga serempak terjadi pada 8 MST pada semua perlakuan, yakni pada saat 50% tanaman telah berbunga. Panen polong dilakukan pada saat benih diperkirakan telah mencapai masak fisiologis. Kriteria polong yang telah masak fisiologis yakni pada kulit polong terdapat warna kuning oranye. Saat warna kuning telah merata maka kemudian akan berubah menjadi cokelat muda, pada kriteria inilah polong siap dipanen. Panen polong dilakukan selama dua kali, pertama yakni pada 15 MST dan kedua pada 16 MST.

Jumlah Kuncup Bunga, Bunga Mekar dan Polong

Variabel yang diamati selama masa generatif antara lain adalah jumlah kuncup bunga, bunga mekar dan polong yang terbentuk. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa dosis pupuk dan aplikasi rhizobium tidak memberikan pengaruh terhadap jumlah kuncup bunga yang terbentuk sejak awal hingga akhir pengamatan, kecuali pada saat tanaman berusia 8 dan 9 MST (Tabel 6). Kedua faktor percobaan juga tidak berpengaruh terhadap jumlah bunga mekar. Namun faktor tunggal dosis pupuk nyata memberikan pengaruhnya terhadap jumlah polong yang terbentuk pada 10 dan 11 MST serta sangat nyata pada akhir pengamatan yakni 14 MST.

Tabel 6 Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Pengaruh Dosis Pupuk NPK dan Aplikasi Rhizobium terhadap Peubah Fase Generatif

Keterangan: * = Berpengaruh nyata pada uji F taraf 0,05 ; ** = Berpengaruh sangat nyata pada uji F taraf 0,01 ; tn = Tidak berpengaruh nyata ; P = Dosis pupuk ; R = Aplikasi rhizobium ; P*R = Interaksi antara dosis pupuk dengan aplikasi rhizobium

Variabel Pengamatan Faktor MST

(31)

15

Jumlah kuncup bunga yang terbentuk pada perlakuan P2 adalah yang terbanyak pada saat 8 dan 9 MST (Tabel 7). Namun kemudian pada pengamatan berikutnya jumlahnya tidak berbeda nyata dengan perlakuan lain. Pada saat 7 MST rata-rata jumlah kuncup yang terbentuk dalam satu tanaman contoh dapat mencapai 49 buah dengan ukuran yang bervariasi. Umumnya kuncup bunga dengan ukuran kecil yang berada di bagian paling ujung tandan tidak berhasil mekar karena gugur.

Tabel 7 Pengaruh Dosis Pupuk NPK dan Aplikasi Rhizobium terhadap Jumlah Kuncup Bunga Tanaman

Perlakuan Jumlah Kuncup Bunga

7 MST 8 MST 9 MST 10 MST 11 MST 12 MST Dosis Pupuk

P0 38.82 9.66c 2.66b 1.22 0.55 2.44

P1 44.24 17.22ab 5.88ab 2.77 1.11 0.66

P2 49.81 21.33a 9.44a 2.22 1.11 1.33

P3 46.88 14.33bc 8.44ab 5.77 3.44 2.55

Aplikasi Rhizobium

R0 46.48 17.75 6.83 2.33 1.16 1.41

R1 45.89 14.50 7.08 3.16 1.58 1.00

R2 42.45 14.66 5.91 3.50 1.91 2.83

Keterangan: Angka yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%

(32)

16

Tabel 8 Pengaruh Dosis Pupuk NPK dan Aplikasi Rhizobium terhadap Jumlah Polong

Keterangan: Angka yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%

Prasetya (2013) menyatakan bahwa faktor yang dapat menjadi penyebab gugurnya bunga dan buah antara lain adalah sifat genetik tanaman, lingkungan dan adanya serangan hama dan penyakit. Secara genetik beberapa jenis tanaman mampu menghasilkan bunga dalam jumlah yang cukup banyak namun hanya beberapa saja yang berhasil membentuk buah. Pada tanaman koro pedang semakin ke ujung tandan ukuran kuncup bunga yang terbentuk semakin kecil. Kuncup bunga yang berukuran kecil inilah yang umumnya akan gugur. Kuncup bunga yang berukuran relatif kecil diduga memiliki organ penyerbukan yang belum berkembang dengan sempurna sehingga penyerbukan tidak dapat terjadi dan kemudian gagal membentuk buah. Kuo dan Tsai (1984) menyatakan bahwa suhu tinggi di daerah tropis menyebabkan rendahnya perkembangan polen, berkurangnya proses penyerbukan, hancurnya sel embrio pada putik dan rendahnya kandungan auksin dan giberelin yang dapat menghambat pembetukan buah. Faktor lingkungan seperti curah hujan juga dapat menjadi sebab gugurnya kuncup, bunga dan polong yang baru terbentuk pada tanaman koro. Pada saat tanaman berumur 9-12 MST curah hujan bulanan mencapai 503.2 mm. Hujan yang terjadi terus menerus secara langsung dapat menggugurkan kuncup, bunga dan polong. Secara tidak langsung hara yang terdapat di dalam tanah dapat tercuci sehingga tanaman kurang mampu memenuhi kebutuhan organ generatif untuk berkembang lebih lanjut.

Hasil Panen

(33)

17 lainnya. Polong yang dihasilkan oleh tanaman contoh dalam satu petak perlakuan P3 mencapai 33 buah. Panjang polong yang diukur tidak berbeda nyata pada seluruh perlakuan, demikian juga dengan jumlah benih yang terdapat dalam polong tersebut. Panjang polong rata-rata mencapai 25 cm dengan jumlah benih rata-rata 12 butir per polong.

Tabel 9 Pengaruh Dosis Pupuk NPK dan Aplikasi Rhizobium terhadap Hasil Panen

Keterangan: Angka yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%

Petakan dengan perlakuan dosis pupuk P2 menghasilkan jumlah polong yang relatif lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan lainnya, namun demikian hasilnya tidak berbeda nyata dengan perlakuan P1 maupun P3. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa penggunaan pupuk dengan dosis P1 cukup efisien dalam menghasilkan polong yang dapat dipanen. Selain tidak memberikan hasil yang berbeda signifikan, dosis pupuk yang lebih tinggi juga tidak menghasilkan polong yang lebih panjang dan berisi lebih banyak benih.

(34)

18

Pengaruh Dosis Pupuk NPK dan Aplikasi Rhizobium terhadap Mutu Fisik dan Fisiologi Benih

Rekapitulasi hasil sidik ragam (Tabel 10) secara umum menunjukkan bahwa dosis pupuk dan aplikasi rhizobium serta interaksi antar keduanya memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap bobot 1000 butir benih dan DB. Faktor tunggal dosis pupuk nyata memberikan pengaruh terhadap PTM dan KCT serta sangat nyata terhadap KST. Faktor tunggal aplikasi rhizobium berpengaruh nyata terhadap PTM dan sangat nyata terhadap KCT. Interaksi antara kedua faktor perlakuan sangat nyata memberikan pengaruh terhadap PTM, KCT dan KST. Sedangkan untuk variabel pengamatan BKKN dan IV tidak dipengaruhi oleh kedua faktor perlakuan maupun interaksinya.

Tabel 10 Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Pengaruh Dosis Pupuk NPK dan Aplikasi Rhizobium terhadap Mutu Fisik dan Fisiologi Benih yang Dihasilkan Keterangan: * = Berpengaruh nyata pada uji F taraf 0,05 ; ** = Berpengaruh sangat nyata pada uji F taraf 0,01 ; tn = Tidak berpengaruh nyata.

Aplikasi rhizobium tidak memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman selama fase vegetatif maupun generatif. Hasil panen yang berbeda nyata hanya dipengaruhi oleh faktor tunggal dosis pupuk. Berdasarkan hal ini dapat diduga bahwa rhizobium yang diaplikasikan tidak kompatibel dengan tanaman koro pedang. Akibatnya, tidak terdapat simbiosis mutualisme antara bakteri rhizobium dengan akar tanaman koro pedang sehingga penambatan N dari udara tidak terjadi. Menakaadnyana (2012) menyatakan bahwa simbiosis antara spesies bakteri rhizobium dengan tanaman legume sebagai inang bersifat spesifik, artinya setiap jenis tanaman legum memiliki pasangan spesies bakteri penambat nitrogennya masing-masing.

(35)

19 kontrol, namun tidak berpengaruh terhadap jumlah polong yang dihasilkan. Tidak bertambahnya jumlah polong kemungkinan diakibatkan oleh kuncup bunga dan bunga mekar yang telah berkurang jumlahnya dan translokasi fotosintesis yang lebih terkonsentrasi pada perkembangan polong yang sudah terbentuk.

Tabel 11 Pengaruh Dosis Pupuk NPK dan Aplikasi Rhizobium terhadap Mutu Fisik dan Fisiologi Benih yang dihasilkan

Perlakuan

Variabel Pengamatan Bobot 1000

Butir (kg) DB PTM KCT KST IV BKKN

Dosis Pupuk

P0 1.034ab 81.33a 90.67a 14.95a 67.67a 35.33a 11.34a P1 1.023ab 75.67a 86.67a 12.99ab 55.00b 16.67a 10.44a P2 1.064a 64.33c 74.67b 12.00b 51.33bc 32.00a 15.40a P3 0.945b 67.33bc 87.00a 10.76b 41.67c 15.33a 9.73a

Aplikasi Rhizobium

R0 1.027ab 63.00b 77.50b 11.49a 47.75a 24.75a 9.53a R1 1.026ab 75.50a 88.25a 13.55a 60.50a 25.25a 14.35a R2 1.083a 78.00a 88.50a 12.98a 53.50a 24.50a 11.30a Keterangan: Angka yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%

(36)

20

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Produksi benih koro pedang dengan menggunakan dosis pupuk NPK yang lebih tinggi memberikan hasil yang relatif lebih tinggi pula. Namun demikian dosis pupuk pada perlakuan P1 yakni N 25 kg/ha, P2O5 50 kg/ha dan K2O 37,5 kg/ha dapat dianggap telah cukup untuk digunakan dalam kegiatan budidaya tanaman koro pedang. Faktor tunggal aplikasi rhizobium dan interaksinya dengan dosis pupuk secara umum tidak memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman selama fase vegetatif maupun generatif, hal ini diduga karena jenis bakteri rhizobium yang digunakan tidak kompatibel dengan tanaman koro pedang. Namun demikian bakteri tambahan lainnya yang terkandung dalam pupuk hayati Nodulin dan Rhizo-plus diduga menjadi faktor yang menyebabkan diperolehnya mutu benih yang lebih baik dibanding kontrol tetapi keduanya memberikan hasil yang tidak berbeda nyata terhadap mutu fisik dan fisiologis benih.

Saran

Kuncup Bunga yang dihasilkan memiliki ukuran yang bervariasi dan berjumlah relatif banyak. Namun demikian hanya sedikit yang mampu mekar dan berhasil membentuk polong. Bunga mekar dan polong yang terbentuk mudah sekali mengalami gugur. Berdasarkan hal ini perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor penyebabnya dan cara untuk mengatasinya agar produksi benih koro dapat ditingkatkan.

Rhizobium yang diaplikasikan pada penelitian diduga mulai memberikan pengaruhnya pada tanaman ketika polong sudah terbentuk dan berada pada masa pengisian dan pemasakan benih. Hal inilah yang mengakibatkan mutu benih meningkat namun jumlah benih dalam polong yang dihasilkan tidak bertambah karena bunga tidak lagi terbentuk dan suplai hara lebih terkonsentrasi pada perkembangan polong. Perlu dipelajari lebih lanjut mengenai jenis dan waktu aplikasi rhizobium yang tepat sehingga bakteri yang berada di dalamnya dapat aktif pada masa yang tepat pula sesuai dengan kebutuhan tanaman.

DAFTAR PUSTAKA

Adisyahputra, Indrayanti R, Eldina D. 2004. Karakterisasi sifat toleransi terhadap cekaman kering kacang tanah (Arachis hypogaea L.) varietas nasional pada tahap perkecambahan. J Matematika, Sains dan Teknologi. 5(1):1-16

Agustina L. 1990. Dasar nutrisi tanaman. Jakarta (ID): Rineka Cipta.

Basra SMA, M Farooq, Tabassam R and Ahmad N. 2005. Physiological and biochemical aspects of pre-sowing seed treatmens in fine rice (Oryza sativa L.). J. Seed Sci.And Technol, (33):623-628 p.

(37)

21 Febriyanti F. 2013. Viabilitas benih koro pedang putih (Canavalia ensiformis (L.) DC.) yang disimpan pada beberapa jenis kemasan dan periode simpan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Hardegree P and WF Emmerich.1992. Effect of matric-priming duration adn priming water potential on germination of four grasses. J.Exp.Bot 43:233-238

Ilyas S. 1986. Pengaruh faktor induced dan enforced terhadap vigor benih kedelai (Glycine max L.Merrill) dan hubungannya dengan produksi per hektar [tesis]. Bogor (ID):Institut Pertanian Bogor.

Ilyas S. 2012. Ilmu dan Teknologi Benih. Jakarta (ID): IPB Press.

Kuo LC, Cheng WY, Wu RY, Huang CJ, Lee KT. 2006. Hydrolysis of black soybean isoflavone glycosides by Bacillus subtilis natto. J.Apll Microbiol Biotechnol 73:314-320.

Lingga P. 1993. Petunjuk penggunaan pupuk. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Menakaadnyana G. 2012. Mekanisme penambatan nitrogen udara oleh bakteri

Rhizobium menginspirasi perkembangan teknologi pemupukan organik yang ramah lingkungan. J Agrotrop. 2(2):145-149

Munifah S. 1997. Pengaruh vigor awal benih dan perlakuan priming terhadap viabilitas, produksi dan mutu benih kedelai (Glycine max (L.) Merr.) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Ningsih R. dan Anas I. 2004. Tanggap tanaman kedelai terhadap inokulasi rhizobium dan asam indol asetat (IAA) pada ultisol darmaga. Bul Agron.32(2):25-32.

Pahan I. 2008. Panduan lengkap kelapa sawit. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Prawiranata W, S Harran dan P Tjondronegoro. 1992. Dasar-dasar Fisiologi

Tanaman. Jurusan Bilogi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 532 hal.

Prihmantoro H. 1996. Memupuk tanaman sayur. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Puslittan 2007. Kelayakan dan teknologi budidaya koro pedang (Canavalia sp.).

http://www.puslittan.bogor.net. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (Diakses tanggal 13 April 2013)

Rahman A. 2007. Peningkatan Produksi Kedelai Harus Menjadi Prioritas. http://jaringnews.com/ekonomi/sektor-riil/19561/mendag-peningkatan-produksi-kedelai-harus-menjadi-prioritas. (Diakses tanggal 19 Mei 2013) Salisbury FB, CW Ross. 1991. Fisiologi Tumbuhan. Lukman dan Surmayono,

penerjemah. Institut Teknologi Bandung. Bandung.

Silahooy C. 2008. Efek P K2O dan P2O5 terhadap kalium tersedia, serapan kalium dan hasil kacang tanah (Arachis hypogaea L.) pada tanah brunizem. J Agron.36(2):126-132.

Soepardi G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogot. 591 hal.

(38)

22

LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil analisis tanah

Parameter Tanah Nilai

Angka Keterangan

Tekstur Tanah

Pasir (%) 14

Liat

Debu (%) 36

Liat (%) 50

pH

H2O 6.6

Netral

KCl 5.2

Bahan Organik

C (%) 2.49 Sedang

N (%) 0.27 Sedang

C/N 9 Rendah

P2O5 Olsen (ppm) 69 Sangat tinggi

K2O HCl 25% (mg/100g) 39 Sedang

KTK/CEC (me/100 g tanah) 13.35 Rendah

Susunan Kation

Ca (me/100 g tanah) 9.62 Sedang

Mg (me/100 g tanah) 1.63 Sedang

K (me/100 g tanah) 0.66 Tinggi

Na (me/100 g tanah) 3.68 Sedang

Kejenuhan Basa (%) >100 Sangat tinggi

Kejenuhan Alumunium (%) 0 Sangat rendah

Sumber: Balai Penelitian Tanah, Bogor. Lampiran 2 Data curah hujan bulanan

Bulan Juli 2013 Agr Sep Okt Nov Des 2013

Curah Hujan (mm) 360.2 258.3 503.2 393.6 186.9 410.7

Jumlah Hari Hujan 30 19 29 29 22 25

Sumber: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Dramaga, Bogor. Lampiran 3 Sidik ragam data daya tumbuh tanaman

Sumber keragaman db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-hit Pr>F

P 3 1097.636322 365.878774 1.49 0.2416

R 2 4377.852106 2188.926053 8.93 0.0013

P*R 6 1692.402694 282.067116 1.15 0.3642

Galat 24 5880.18773 245.00782

(39)

23

Lampiran 4 Sidik ragam data jumlah tunas cabang pada 1-5 MST 1 MST

2 MST

3 MST

4 MST

5 MST

Sumber keragaman db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-hit Pr>F

P 3 0,10333333 0,03444444 1,06 0,3852

R 2 0,02166667 0,01083333 0,33 0,7195

P*R 6 0,23166667 0,03861111 1,19 0,3474

Galat 22 0,71333333 0,03242424

Total Terkoreksi 35 41,57000000

Sumber keragaman db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-hit Pr>F

P 3 0,10333333 0,03444444 1,06 0,3852

R 2 0,02166667 0,01083333 0,33 0,7195

P*R 6 0,23166667 0,03861111 1,19 0,3474

Galat 22 0,71333333 0,03242424

Total Terkoreksi 35 13,57000000

Sumber keragaman db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-hit Pr>F

P 3 0,57555556 0,19185185 3,12 0,0467

R 2 0,02888889 0,01444444 0,23 0,7926

P*R 6 0,48444444 0,08074074 1,31 0,2928

Galat 22 1,35277778 0,06148990

Total Terkoreksi 35 3,30888889

Sumber keragaman db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-hit Pr>F

P 3 3,95000000 1,31666667 3,82 0,0241

R 2 0,02166667 0,01083333 0,03 0,9691

P*R 6 3,89833333 0,64972222 1,89 0,1286

Galat 22 7,58000000 0,34454545

Total Terkoreksi 35 19,95000000

Sumber keragaman db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-hit Pr>F

P 3 9,18750000 3,06250000 3,79 0,0248

R 2 0,15388889 0,07694444 0,10 0,9095

P*R 6 9,16166667 1,52694444 1,89 0,1279

Galat 22 17,77611111 0,80800505

(40)

24

Lampiran 5 Sidik ragam data tinggi tanaman pada 1–5 MST 1 MST

3 MST

5 MST

Lampiran 6 Sidik ragam data lebar tajuk tanaman pada 4-8 MST 4 MST

5 MST

Sumber keragaman db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-hit Pr>F

P 3 0,95833333 0,31944444 1,17 0,3424

R 2 0,58291667 0,29145833 1,07 0,3599

P*R 6 0,76375000 0,12729167 0,47 0,8248

Galat 22 5,98833333 0,27219697

Total Terkoreksi 35 8,34500000

Sumber keragaman db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-hit Pr>F

P 3 4,77798611 1,59266204 1,02 0,4045

R 2 0,12097222 0,06048611 0,04 0,9622

P*R 6 26,03347222 26,03347222 2,77 0,0369

Galat 22 34,48611111 1,56755051

Total Terkoreksi 35 79,03576389

Sumber keragaman db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-hit Pr>F

P 3 9,18750000 3,06250000 3,79 0,0248

R 2 0,15388889 0,07694444 0,10 0,9095

P*R 6 9,16166667 1,52694444 1,89 0,1279

Galat 22 17,77611111 0,80800505

Total Terkoreksi 35 46,96972222

Sumber keragaman db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-hit Pr>F

P 3 26,3244444 8,7748148 0,65 0,5932

R 2 4,3772222 2,1886111 0,16 0,8520

P*R 6 213,2605556 35,5434259 2,62 0,0453

Galat 22 298,4094444 13,5640657

Total Terkoreksi 35 672,5555556

Sumber keragaman db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-hit Pr>F

P 3 15,0900000 5,0300000 0,22 0,8784

R 2 1,3005556 0,6502778 0,03 0,9714

P*R 6 330,3416667 55,0569444 2,46 0,0569

Galat 22 493,1161111 22,4143687

(41)

25 6 MST

7 MST

8 MST

Lampiran 7 Sidik ragam data jumlah kuncup bunga pada 7-12 MST 7 MST

Sumber keragaman DB Jumlah kuadrat Kuadrat tengah F-hit Pr > F

P 3 588.71445 196.23815 0.57 0.6414

R 2 114.30266 57.15133 0.17 0.8484

P*R 6 1982.63370 330.43895 0.96 0.4757

Galat 22 7589.93883 344.99722

Total terkoreksi 35 21738.25341 8 MST

Sumber keragaman DB Jumlah kuadrat Kuadrat tengah F-hit Pr > F

P 3 631.8647928 210.6215976 5.07 0.0081

R 2 76.0131558 38.0065779 0.91 0.4156

P*R 6 497.9805453 82.9967575 2.00 0.1097

Galat 22 914.828492 41.583113

Total terkoreksi 35 2436.756134

Sumber keragaman db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-hit Pr>F

P 3 122,4763889 40,8254630 1,77 0,1826

R 2 19,7088889 9,8544444 0,43 0,6579

P*R 6 337,2911111 56,2151852 2,43 0,0587

Galat 22 507,971111 23,089596

Total Terkoreksi 35 1107,143056

Sumber keragaman db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-hit Pr>F

P 3 71,0119444 23,6706481 1,04 0,3924

R 2 31,1466667 15,5733333 0,69 0,5134

P*R 6 251,3955556 41,8992593 1,85 0,1355

Galat 22 498,4216667 22,6555303

Total Terkoreksi 35 890,5075000

Sumber keragaman db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-hit Pr>F

P 3 230,9722222 76,9907407 1,62 0,2131

R 2 14,7466667 7,3733333 0,16 0,8571

P*R 6 528,0777778 88,0129630 1,85 0,1347

Galat 22 1044,641667 47,483712

(42)

26 9 MST

Sumber keragaman DB Jumlah kuadrat Kuadrat tengah F-hit Pr > F

P 3 245.6129219 81.8709740 2.29 0.1062

R 2 11.4883059 5.7441530 0.16 0.8524

P*R 6 166.2776103 27.7129351 0.78 0.5974

Galat 22 785.857409 35.720791

Total terkoreksi 35 1275.717651 10 MST

Sumber keragaman DB Jumlah kuadrat Kuadrat tengah F-hit Pr > F

P 3 99.8293988 33.2764663 1.09 0.3743

R 2 7.9840539 3.9920270 0.13 0.8782

P*R 6 201.8663182 33.6443864 1.10 0.3928

Galat 22 671.982181 30.544645

Total terkoreksi 35 1093.848274 11 MST

Sumber keragaman DB Jumlah kuadrat Kuadrat tengah F-hit Pr > F

P 3 42.08657986 14.02885995 1.15 0.3514

R 2 3.79880701 1.89940351 0.16 0.8569

P*R 6 71.84010417 11.97335069 0.98 0.4617

Galat 22 268.6067614 12.2093982

Total terkoreksi 35 420.2088295 12 MST

Sumber keragaman DB Jumlah kuadrat Kuadrat tengah F-hit Pr > F

P 3 23.0256120 7.6752040 0.45 0.7195

R 2 22.5299853 11.2649926 0.66 0.5262

P*R 6 143.6817878 23.9469646 1.41 0.2568

Galat 22 374.8370716 17.0380487

(43)

27 Lampiran 8 Sidik ragam data jumlah bunga mekar pada 8-14 MST

8 MST

Sumber DB Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-hit Pr > F

P 3 95571.5362 31857.1787 0.99 0.4152

R 2 63397.7209 31698.8605 0.99 0.3889

P*R 6 193629.1177 32271.5196 1.00 0.4476

Galat 22 707075.515 32139.796

Total terkoreksi 35 1124092.131 9 MST

Sumber DB Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-hit Pr > F

P 3 95571.5362 31857.1787 0.99 0.4152

R 2 63397.7209 31698.8605 0.99 0.3889

P*R 6 193629.1177 32271.5196 1.00 0.4476

Galat 22 707075.515 32139.796

Total terkoreksi 35 1124092.131 10 MST

Sumber DB Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-hit Pr > F

P 3 1.40809722 0.46936574 0.46 0.7103

R 2 1.73557222 0.86778611 0.86 0.4378

P*R 6 4.19902778 0.69983796 0.69 0.6586

Galat 22 22.25637778 1.01165354

Total terkoreksi 35 43.14776389 11 MST

Sumber DB Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-hit Pr > F

P 3 4.62505278 1.54168426 1.39 0.2722

R 2 2.18261667 1.09130833 0.98 0.3897

P*R 6 5.39680556 0.89946759 0.81 0.5726

Galat 22 24.40033333 1.10910606

Total terkoreksi 35 37.01887500 12 MST

Sumber DB Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-hit Pr > F

P 3 0.22696667 0.07565556 1.34 0.2861

R 2 0.09735556 0.04867778 0.86 0.4353

P*R 6 0.59340000 0.09890000 1.76 0.1553

Galat 22 1.23944444 0.05633838

(44)

28 13 MST

Sumber DB Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-hit Pr > F

P 3 0.03028889 0.01009630 0.80 0.5087

R 2 0.00508889 0.00254444 0.20 0.8195

P*R 6 0.07291111 0.01215185 0.96 0.4747

Galat 22 0.27866111 0.01266641

Total terkoreksi 35 0.41428889

Lampiran 9 Sidik ragam data jumlah polong pada 9-14 MST 9 MST

Sumber DB Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-hit Pr > F

P 3 14.75682501 4.91894167 1.72 0.1928

R 2 2.82658988 1.41329494 0.49 0.6172

P*R 6 37.03286023 6.17214337 2.15 0.0874

Galat 22 63.0357265 2.8652603

Total terkoreksi 35 138.8516272

10 MST

Sumber DB Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-hit Pr > F

P 3 18.26819369 6.08939790 3.94 0.0217

R 2 3.08845704 1.54422852 1.00 0.3845

P*R 6 19.96426279 3.32737713 2.15 0.0877

Galat 22 34.01764925 1.54625678

Total terkoreksi 35 93.62860858

11 MST

Sumber DB Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-hit Pr > F

P 3 12.55323439 4.18441146 3.23 0.0418

R 2 1.12818061 0.56409031 0.44 0.6520

P*R 6 11.72226426 1.95371071 1.51 0.2211

Galat 22 28.45803128 1.29354688

Total terkoreksi 35 66.66342951

12 MST

Sumber DB Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-hit Pr > F

P 3 9.02716523 3.00905508 2.69 0.0714

R 2 0.77738443 0.38869221 0.35 0.7106

P*R 6 6.64273571 1.10712262 0.99 0.4570

Galat 22 24.64329391 1.12014972

(45)

29 13 MST

Sumber DB Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-hit Pr > F

P 3 9.77269003 3.25756334 2.93 0.0561

R 2 0.86296937 0.43148468 0.39 0.6828

P*R 6 6.53075715 1.08845953 0.98 0.4625

Galat 22 24.45376289 1.11153468

Total terkoreksi 35 45.84564359

14 MST

Sumber DB Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-hit Pr > F

P 3 9.99382181 3.33127394 6.12 0.0034

R 2 0.46854185 0.23427093 0.43 0.6554

P*R 6 2.42056813 0.40342802 0.74 0.6220

Galat 22 11.96695956 0.54395271

Total terkoreksi 35 28.22156683

Lampiran 10 Sidik ragam data panen 10 tanaman contoh Panen ke-1

Sumber DB Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-hit Pr > F

P 3 1230.000000 410.000000 5.24 0.0070

R 2 42.722222 21.361111 0.27 0.7635

P*R 6 32.833333 55.472222 0.71 0.6457

Galat 22 1720.611111 78.209596 Total terkoreksi 35 4084.888889

Panen ke-2

Sumber DB Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-hit Pr > F P 3 17.1944444 5.7314815 0.26 0.8522

R 2 42.3888889 21.1944444 0.97 0.3956

P*R 6 133.3888889 22.2314815 1.01 0.4413

Galat 2 2 481.9444444 21.9065657

Total terkoreksi 35 737.6388889 Panen Total

Sumber DB Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-hit Pr > F

P 3 1159.861111 386.620370 5.87 0.0042

R 2 163.722222 81.861111 1.24 0.3082

P*R 6 413.388889 68.898148 1.05 0.4235

(46)

30

Lampiran 11 Sidik ragam data panjang polong

Sumber DB Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-hit Pr > F

P 3 6.14629722 2.04876574 0.96 0.4288

R 2 20.16150556 10.08075278 4.73 0.0196

P*R 6 21.53876111 3.58979352 1.68 0.1724

Galat 22 46.9234278 2.1328831

Total terkoreksi 35 111.7873639

Lampiran 12 Sidik ragam data jumlah benih dalam polong

Sumber DB Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-hit Pr > F

P 3 5.50260000 1.83420000 0.69 0.5682

R 2 3.55555556 1.77777778 0.67 0.5227

P*R 6 6.42446667 1.07074444 0.40 0.8694

Galat 22 58.53326111 2.66060278

Total terkoreksi 35 85.18128889

Lampiran 13 Sidik ragam data daya berkecambah

Sumber DB Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-hit Pr > F P 3 2172.00000 724.00000 4.81 0.0064

R 2 2066.66667 1033.3333 6.87 0.0030

P*R 6 12104.00000 2017.33333 13.41 <.0001

Galat 36 5416.00000 150.44444 Total terkoreksi 47 21758.66667

Lampiran 14 Sidik ragam data potensi tumbuh maksimum

Sumber DB Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-hit Pr > F P 3 1745.000000 581.666667 4.05 0.0140

R 2 1262.000000 631.000000 4.40 0.0195

P*R 6 8330.000000 1388.333333 9.68 <.0001

Galat 36 5164.00000 143.44444

Total terkoreksi 47 16501.00000

Lampiran 15 Sidik ragam data kecepatan tumbuh

Sumber DB Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-hit Pr > F

P 3 1937.33333 645.77778 4.02 0.0145

R 2 1976.00000 988.00000 6.15 0.0050

P*R 6 11794.66667 1965.77778 12.24 <.0001

Galat 36 5784.00000 160.66667

(47)

31 Lampiran 16 Sidik ragam data keserempakan mutu benih

Sumber DB Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-hit Pr > F P 3 4163.666667 1387.888889 6.76 0.0010

R 2 1304.666667 652.333333 3.18 0.0537

P*R 6 6975.333333 1162.555556 5.66 0.0003

Galat 36 7396.00000 205.44444

Total terkoreksi 47 19839.66667

Lampiran 17 Sidik ragam data bobot kering kecambah normal

Sumber DB Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-hit Pr > F

P 3 1.91205000 0.63735000 0.50 0.6847

R 2 2.96592917 1.48296458 1.16 0.3240

P*R 6 13.38738750 2.23123125 1.75 0.1376

Galat 36 45.89720000 1.27492222

Total terkoreksi 47 64.16256667 Lampiran 18 Sidik ragam data indeks vigor

Sumber DB Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-hit Pr > F

P 3 29.66416667 9.88805556 1.12 0.3554

R 2 5.60166667 2.80083333 0.32 0.7310

P*R 6 78.48833333 13.08138889 1.48 0.2140

(48)

32

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jember pada tanggal 11 Juni 1992 dan merupakan anak tunggal dari pasangan Moch Jainuri dan Rumtini. Tahun 2007 penulis lulus dari SMP Negeri 1 Balung, tahun 2010 lulus dari SMA Negeri 1 Jember dan pada tahun yang sama lolos seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian. Tahun 2013 penulis mengikuti Program Sinergi (Fast Track) pada program studi Ilmu dan Teknologi Benih, Sekolah Pasca Sarjana, IPB.

Gambar

Tabel 3 Pengaruh Dosis Pupuk NPK dan Aplikasi Rhizobium terhadap Jumlah
Tabel 5 Pengaruh Dosis Pupuk NPK dan Aplikasi Rhizobium terhadap Lebar
Tabel 7  Pengaruh Dosis Pupuk NPK dan Aplikasi Rhizobium terhadap Jumlah  Kuncup Bunga Tanaman
Tabel 9 Pengaruh Dosis Pupuk NPK dan Aplikasi Rhizobium terhadap Hasil
+2

Referensi

Dokumen terkait

thoracicus pada tanaman kakao yang digunakan dalam penelitian dengan menggunakan plastik nener, mengikat sarang buatan yang berisi semut hitam pada cabang tanaman

Jadi dapat disimpulkan workflow adalah urutan aliran dari suatu proses kerja yang dibuat secara lengkap mencakup actor yang terlibat dan aktivitas yang terjadi untuk

Akan tetapi di sisi lain sapi silangan juga mempunyai beberapa kekurangan (HARDJOSUBROTO, 2002) antara lain: (i) reproduktivitas sapi silangan cenderung lebih rendah dibandingkan

Meskipun dengan demikian dari beberapa alasan yang telah dikemukakan diatas rriengenai alasan tertariknya mereka menjadi nasabah pada Bank Syariah Mandiri, perbandingan

Bangunan 3 (tiga) unit rumah yang ditempati oleh ibu Sutrijon dan adik- adik Sutrijon. Sutrijon Cs tersebut merupakan kemenakan dari penggugat objek perkara

Untuk melihat kinerja dan keandalan dari potongan program dalam penelitian yang telah dibuat, maka dilakukan beberapa uji coba yaitu uji coba kebenaran/validasi, uji

Perbaikan telah dilakukan pada kerusakan komponen utama tungku dan alat timbang dengan penggantian dan pemasangan komponen pemanas dan termokopel, sedang untuk

Seperti anting Runi pada periode sebelumnya, desainnya kali ini menghadirkan kesan klasik moderen yang sederhana, kendati pada sampel kedua menggunakan desain yang lebih