• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong (Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong (Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang)"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong (Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang), 2010.

ANALISA KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN

USAHA TERNAK SAPI POTONG

(Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

PURNOMO ARBI

030334020

SEP/AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong (Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang), 2010.

ANALISA KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN

USAHA TERNAK SAPI POTONG

(Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

PURNOMO ARBI 030334020 SEP/AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara Medan

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

(Dr.Ir.Satia Negara Lubis, M.Ec) (Ir.Iskandarini, MM

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

) ketua Anggota

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong (Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang), 2010.

Judul Skripsi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong (Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang).

Nama : Purnomo Arbi

Nim : 030334020

Departemen : Sosial Ekonomi Pertanian Program Studi : Agribisnis

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing :

(Dr. Ir. Satia Negara Lbs, M,Ec) (Ir.Iskandarini, MM) Ketua Anggota

Mengetahui :

(4)

Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong (Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang), 2010.

Tanggal Lulus :

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul dari skripsi ini adalah “ANALISA KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI POTONG”. Tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : • Dekan Fakultas Pertanian yang memimpin fakultas pertanian

Dr. Ir. Satia Negara Lubis, Mec selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk mengajari saya dalam menyelesaikan skripsi ini. • Ir. Iskandarini, MM selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak

membantu saya dalam penyempurnaan skripsi ini.

Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP selaku Ketua Departemen SEP, FP- USU/

Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku sekertaris Departemen SEP, FP- USU yang telah memberikan kemudahan dalam hal kuliah.

• Seluruh staf pengajar dan pegawai di Departemen SEP, FP- USU khususnya

(5)

Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong (Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang), 2010.

• Rekan- rekan mahasiswa stambuk 2003 Departemen Sosial Ekonomi Pertanian,

serta sahabat-sahabatku atas kebersamaan, dan canda tawa kalian yang membuat penulis menjadi lebih bersemangat.

• Terima Kasih khusus buat ”Nur Eka Rasmayani” yang tiada henti-hentinya

memberikan doa dan motivasi dari awal hingga penyelesaian skripsi saya. Penghargaan dan ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada para peternak sapi potong di Desa Jati Kesuma dan pihak-pihak instansi yang telah membantu penulis dalam memberikan data dan informasi dalam penelitian ini.

Segala hormat dan terima kasih secara khusus penulis ucapkan kepada Ayahanda H. Syuaib Haryono dan Ibunda Hj. Umi Lestari atas kasih sayang, dan dukungan baik secara materi maupun doa yang diberikan kepada penulis selama menjalani kuliah, tak lupa kepada kakanda Suhendra Eka Putra, Dwi Anggraini dan Salis Hidayat, SE atas doa dan semangat yang telah diberikan.

Medan, Juli 2009 Penulis,

(6)

Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong (Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang), 2010.

ABSTRAK

PURNOMO ARBI ( 030334020/ SEP-AGRIBISNIS ), dengan judul skripsi “ANALISA KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI POTONG”. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec dan Ibu Ir. Iskandarini, MM.

Penelitian ini dilakukan pada bulan juni 2009, penentuan daerah penelitian didasarkan bahwa daerah ini merupakan salah satu daerah yang mengalami peningkatan populasi ternak sapi potong terbesar pada tahun 2008 di Kecamatan Namo Rambe.

Pengambilan sampel peternak dilakukan secara Simple Random Sampling yakni pengambilan sampel secara acak sederhana, dimana pada Desa Jati Kesuma terdapat populasi peternak sapi potong 110 KK dengan populasi ternak sapi potong sebanyak 1150 ekor, dan diambil sampel sebanyak 30 KK untuk dijadikan sampel dalam penelitian.

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data skunder. Data primer diperoleh melalui daftar kuisioner dan wawancara langsung dengan petani, sedangkan data skunder diperoleh dari instansi yang terkait seperti Dinas Peternakan Kabupaten Deli Serdang, Kantor Kepala Desa Jati Kesuma.

Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil yaitu ketersediaan input (bibit, kandang, peralatan, modal, dan tenaga kerja) tersedia di daerah penelitian.

(7)

Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong (Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang), 2010.

potong di Desa Jati Kesuma diperoleh rataan penerimaan per peternak sapi potong selama satu tahun sebesar Rp 42,177,866.66 dan rataan pendapatan per peternak selama satu tahun sebesar Rp. 10,622,123.33 dan rataan nilai ROI yang di peroleh lebih besar dari pada tingkat suku bunga yang berlaku yakni sebesar 36.77% dengan tingkat suku bunga pinjaman sebesar 8.25%.

(8)

Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong (Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang), 2010.

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ...i

ABSTRAK ...iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...iv

DAFTAR ISI...v

DAFTAR TABEL ...viii

DAFTAR GAMBAR ...ix

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ...1

1.2. Identifikasi Masalah ...4

1.3. Tujuan Penelitian ...4

1.4. Kegunaan Penelitian ...5

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka ...6

2.2. Landasan Teori ...12

2.3. Kerangka Pemikiran ...16

2.4. Hipotesis Penelitian ...18

III. METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian ...19

3.2. Metode Penentuan Sampel ...22

3.3. Metode Pengumpulan Data ...22

3.4. Metode Analisis Data ...22

3.5. Definisi dan Batasan Operasional ...23

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETERNAK SAMPEL 4.1. Deskripsi Daerah Penelitian ...26

4.1.1. Letak Dan Kondisi Geografis ...26

4.1.2. Tata Guna Tanah ...26

4.1.3. Keadaan Penduduk ...27

4.2. Karakteristik Peternak Sampel ...29

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Ketersediaan Faktor-Faktor Produksi ...31

5.2. Analisa Kelayakan Usaha Ternak Sapi Potong ...34

(9)

Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong (Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang), 2010.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Saran

(10)

Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong (Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang), 2010.

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Data perkembangan populasi ternak sapi potong

per Kabupaten/ Kotamadya di Sumatera Utara ... 19

2. Data populasi ternak sapi potong per Kecamatan ...20

3. Data populasi ternak sapi potong di Kecamatan Namo Rambe ...21

4. Tata guna lahan di Desa Jati Kesuma tahun 2008 ...27

5. Distribusi penduduk berdasarkan kelompok umur tahun 2008 ...27

6. Distribusi penduduk berdasarkan mata pencaharian tahun 2008 ...28

7. Kualitas tenaga kerja berdasarkan tingkat pendidikan tahun 2008 ...28

8. Distribusi penduduk berdasarkan agama yang dianut tahun 2008 ...29

9. Karakteristik peternak sampel di Desa Jati Kesuma tahun 2008...29

(11)

Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong (Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang), 2010.

DAFTAR GAMBAR

(12)

Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong (Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang), 2010.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara agraris dimana mata pencaharian penduduknya sebahagian besar adalah disektor pertanian. Sektor ini menyediakan pangan bagi sebahagian besar penduduknya dan memberikan lapangan pekerjaan bagi semua angkatan kerja yang ada. Dengan menyempitnya lahan pertanian yang digarap oleh petani mendorong para petani untuk berusaha meningkatkan pendapatan melalui kegiatan lain yang bersifat komplementer. Salah satu kegiatan itu adalah kegiatan usaha ternak yang secara umum memiliki beberapa kelebihan seperti ; sebagai sumber pendapatan untuk memanfaatkan limbah pertanian, sebagai penghasil daging dan susu, kotorannya dapat dimanfaatkan sebagai sumber pupuk organik dan kulitnya juga memiliki nilai ekonomi yang tunggi. Di pedesaan ternak sapi cukup popular sebagai salah satu usaha baik itu usaha sampingan maupun usaha pokok para petani. Bahkan sapi dianggap sebagai tabungan keluarga, Karena dapat dijual setiap saat, khususnya ditengah kebutuhan ekonomi yang mendesak. ( Mosher, A.T. 1987 )

Pembangunan sub-sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

sektor pertanian, dimana sektor memiliki nilai strategis dalam memenuhi kebutuhan

pakan yang terus meningkat atas bertambahnya jumlah penduduk Indonensia, dan

peningkatan rata-rata pendapatan penduduk Indonesia dan taraf hidup pertani dan

nelayan. Keberhasilan pembangunan tersebut ternyata berdampak pada perubahan

(13)

Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong (Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang), 2010.

konsumsi seperti daging, telur, susu. Lebih lanjut dijelaskan bahwa permintaan akan

telur dan daging ayam dalam negeri saat ini telah dapat dipenuhi oleh produksi lokal,

akan tetapi susu dan daging sapi masih memerlukan pasokan dari luar negeri.

Berbagai usaha pembangunan peternakan telah diupayakan oleh pemerintah sampai ke

pelosok daerah namun masih terdapat kekurangan produksi yang akan mensuplay

kebutuhan penduduk Indonesia akan protein hewani. ( Budiarto, A. 1991 )

Kondisi peternakan sapi potong saat ini masih mengalami kekurangan pasokan

sapi bakalan lokal karena pertambahan populasi tidak seimbang dengan kebutuhan

nasional, sehingga terjadi impor sapi potong bakalan dan daging. Kebutuhan daging

sapi di Indonesia saat ini dipasok dari tiga pemasok yaitu ; peternakan rakyat (ternak

lokal), industri peternakan rakyat (hasil penggemukan sapi ex-import) dan impor

daging. Selanjutnya dijelaskan bahwa untuk tetap menjaga keseimbangan antara

penawaran dan permintaan ternak potong, usaha peternakan rakyat tetap menjadi

tumpuan utama, namun tetap menjaga kelestarian sumberdaya ternak sehingga setiap

tahun mendapat tambahan akhir positif. ( Anonimus. 1993 )

(14)

Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong (Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang), 2010.

Salah satu kebijakan pemerintah dalam pembangunan subsektor peternakan di Indonesia adalah upaya untuk mencukupi kebutuhan protein hewani. Pada gilirannya, upaya ini akan berpengaruh pada peningkatan kecerdasan bangsa. (Santosa, U, 1997)

Ternak sapi, khususnya sapi potong merupakan salah satu sumber daya penghasil bahan makanan berupa daging yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi, dan penting artinya di dalam kehidupan masyarakat. Sebab seekor atau sekelompok ternak sapi dapat menghasilkan berbagai macam kebutuhan, terutama sebagai bahan makanan berupa daging, susu, disamping ikutan lainnya seperti pupuk kandang, kulit, tulang, dan lain sebagainya. Daging sangat besar manfaatnya bagi pemenuhan gizi berupa protein hewani. Sapi merupakan hewan pemakan rumput yang sangat berperan sebagai pengumpul bahan bergizi rendah yang diubah menjadi bahan bergizi tinggi, kemudian diteruskan kepada manusia dalam bentuk daging. (Sugeng, Y.B, 1992)

Memelihara sapi sangat menguntungkan, karena tidak hanya menghasilkan daging atau susu, tetapi juga menghasilkan pupuk kandang dan sebagai potensi tenaga kerja. Sebagai penghasil daging, persentase karkas (bagian yang dapat di makan) cukup tinggi, yaitu 45%-55%. (Siregar Djarijah, 1996)

(15)

Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong (Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang), 2010.

Manfaat sapi yang luas dan nilai ekonominya yang tinggi dapat dilihat dari Mutu dan harga daging atau kulit menduduki peringkat atas bila dibandingkan dengan daging atau kulit kerbau atau kuda. Sapi juga merupakan salah satu ternak yang berhubungan dengan kebudayaan masyarakat, misalnya sapi untuk keperluan sesaji, sebagai ternak karapan di madura, dan sebagai ukuran martabat manusia dalam masyarakat (sosial standing). Sapi juga biasa digunakan sebagai tabungan para petani di desa-desa, yang pada umumnya telah terbiasa bahwa pada saat-saat panen mereka menjual hasil panenan, kemudian membeli beberapa ekor sapi, sapi-sapi tersebut pada masa panceklik atau pada berbagai keperluan bisa di lepas atau di jual lagi. Hasil ikutannya masih sangat berguna, seperti kotoran bagi usaha pertanian, tulang-tulang bisa digiling untuk tepung tulang sebagai bahan baku mineral atau dibuat lem, darah bisa direbus, dikeringkan, dan digiling menjadi tepung darah yang sangat bermanfaat bagi hewan unggas dan lain-lain, serta kulit bisa dipergunakan dalam berbagai produk di bidang kesenian, pabrik, dan lain-lain. Memberikan kesempatan kerja, banyak usaha ternak sapi di Indonesia dan mampu menampung tenaga kerja cukup banyak sehingga dapat menghidupi banyak keluarga. (Suharsono, B. 1994)

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

(16)

Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong (Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang), 2010.

2. Apakah usaha ternak sapi potong layak dikembangkan secara ekonomis di daerah penelitian ?

3. Bagaimana strategi ternak sapi potong di masa depan ?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi ketersediaan input (bibit, kandang, pakan, modal, tenaga kerja) untuk usaha ternak sapi potong didaerah penelitian.

2. Mengetahui apakah usaha ternak sapi potong tersebut layak atau tidak untuk dikembangkan secara ekonomis di daerah penelitian.

3. Menentukan strategi usaha ternak sapi potong di masa depan.

1.4. Kegunaan Penalitian

Adapun kegunaan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang mengembangkan ternak sapi potong di Kecamatan Namorambe untuk mengembangkan usahanya.

(17)

Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong (Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang), 2010.

II.TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Tinjauan Pustaka

(18)

Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong (Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang), 2010.

Dalam sistematika ( taksonomi ) hewan, kedudukan sapi diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Mammalia Ordo : Artiodactyla Famili : Bovidae Sub famili : Bovinae Genus : Bos Sub Genus : Bos Bibos

Sapi sebagai salah satu hewan piaraan, disetiap daerah atau Negara berbeda sejarah penjinakkannya, di Mesir, India, Mesopotamia 8000 tahun SM telah mengenal sapi piaraan. Akan tetapi, di daratan Eropa dan Cina baru dikenal pada sekitar 6000 tahun SM. Hal ini disebabkan karena disetiap daerah atau Negara perkembangannya berbeda-beda. Pada umumnya bangsa sapi yang tersebar di seluruh penjuru belahan dunia berasal dari bangsa sapi primitive yang telah mengalami domestikasi (penjinakkan). Pada garis besarnya sapi dapat digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu :

1. Bos indicus ( zebu/ sapi berponok )

Bos indicus berkembang di India dan akhirnya menyebar ke berbagai Negara,

(19)

Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong (Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang), 2010.

2. Bos Taurus

Bos Taurus adalah bangsa sapi yang menurunkan bangsa-bangsa sapi potong

dan perah di Eropa. Golongan ini akhirnya menyebar ke seluruh penjuru dunia, terlebih Amerika, Australia, dan Selandia Baru. Belakangan ini keturunan Bos Taurus telah banyak diternakkan dan dikembangkan di Indonesia.

3. Bos sondaicus ( Bos bibos )

Golongan sapi ini merupakan sumber asli bangsa-bangsa sapi di Indonesia. Sapi yang kini ada merupakan keturunan banteng ( Bos bibos ), dewasa ini kita kenal dengan nama sapi Bali, sapi Madura, sapi Jawa, sapi Sumatera, dan sapi lokal lainnya.

( Wariyanto, A. 1986 )

Bedasarkan iklimnya, sapi dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu sapi tropis dan subtropis, setiap kelompok sapi berbeda satu dengan yang lainnya kelompok sapi tropis secara umum memiliki ciri-ciri mencolok yang sangat mudah dibedakan dengan kelompok sapi yang lain.

Adapun ciri-ciri dari bangsa sapi tropis sebagai berikut : a. Pada umumnya sapi memiliki ponok.

b. Pada bagian ujung telinga meruncing.

c. Kepalanya longgar dan tipis, kurang lebih 5-6 mm.

d. Timbunan lemak terdapat di bawah maupun dalam kulitnya dan otot-ototnya rendah.

(20)

Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong (Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang), 2010.

g. Kakinya panjang sehingga gerakannya lincah.

h. Pertumbuhannya lambat sehingga pada umur 5 tahun baru bisa dicapai berat maksimal.

i. Bentuk tubuh sempit dan kecil serta berat timbangan sekitar 250-650 kg. j. Ambingnya kecil sehingga produksi susu rendah.

k. Tahan terhadap suhu tinggi dan kehausan.

l. Pada umumnya badannya tahan terhadap gigitan nyamuk dan serangga lainnya. Bangsa sapi tropis memiliki ciri-ciri yang sangat berbeda dengan sapi subtropis hal tersebut disebabkan karena adanya pengaruh genetik. Adapun ciri-ciri dari bangsa sapi subtropis adalah sebagai berikut :

a. Sapi subtropis tidak memiliki ponok. b. Ujung telinga berbentuk tumpul atau bulat. c. Kepala pendek dan berdahi lebar.

d. Kulit tebal yang rata-ratanya 7-8 mm. e. Garis punggung lurus dan rata.

f. Tulang pinggang lebar dan menonjol keluar, serta rongga dada berkembang baik.

g. Memiliki bulu panjang dan kasar.

h. Kaki pendek sehingga gerakannya lambat.

i. Sapi ini cepat tumbuh dewasa kerena umur 4 tahun bisa dicapai pertumbuhan maksimal.

(21)

Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong (Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang), 2010.

k. Sapi dewasa bisa mencapai 800-900 kg. ( Sosroamidjojo, S. 1986 )

Di Indonesia terdapat beberapa jenis sapi dari bangsa tropis, beberapa jenis sapi tropis yang sudah cukup popular dan banyak berkembangbiak di Indonesia adalah sebagai berikut :

1. Sapi Bali

Sapi Bali merupakan keturunan dari sapi liar yang disebut banteng ( Bos Bibos

Bos atau sondaicus ) yang telah mengalami proses penjinakkan ( domestikasi )

berabad-abad lamanya. Sapi Bali termasuk tipe sapi pedaging dan pekerja. Sapi Bali memiliki bentuk tubuh menterupai banteng, tetapi ukuran tubuh lebih kecil akibat proses domestikasi, dadanya dalam, dan badannya padat. warna tubuh pada masih pedet sawo matang atau merah bata. Akan tetapi, setelah dewasa warna pada bulu berubah menjadi kehitaman. Tanduk pada jantan tumbuh ke bagian luar kepala, sedangkan pada betina tumbuh kebagian dalam kepala. Tinggi sapi dewasa mencapai 130 cm dan berat rata-rata sapi jantan 450 kg, sedangkan pada betina beratnya mencapai 300-400 kg.

2. Sapi Madura.

Sapi Madura merupakan hasil persilanngan antara Bos Sondaicus dan Bos

Indicus. Daerah atau lokasi penyebaran terutama di pulau Madura dan Jawa Timur.

(22)

Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong (Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang), 2010.

dan pendek lebih kurang 10 cm. Panjang badan mirip sapi Bali tetapi berponok kecil, dengan tinggi badan kira-kira 118 cm dan berat 350 kg.

3. Sapi Ongole

Bangsa sapi ini berasal dari India ( Madras ) yang beriklim tropis dan bercurah hujan rendah. Sapi ongole ini di Eropa disebut zebu, sedangkan di Jawa sapi ini disebut sapi benggala. Sapi ini termasuk tipe sapi pedaging dan pekerja, sapi ongole memiliki tubuh besar dan panjang, ponoknya besar, leher pendek, dan kaki panjang. Warna putih, tetapi yang jantan pada leher dan ponok sampai kepala berwarna putih keabu-abuan, sedangkan lututnya hitam. Ukuran kepala panjang dan ukuran telinga sedang. Tanduk pendek dan tumpul yang pada bagian pangkal berukuran besar, tumbuh ke arah luar belakang. Berat sapi jantan sekitar 550 kg, sedangkan yang betina sekitar 350 kg.

4. Sapi American Brahman

(23)

Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong (Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang), 2010.

dengan ketebalan sedang.Ukuran ponok pada jantan besar, sedangkan pada betina kecil.

Sapi ini tahan terhadap panas dan tahan terhadap gigitan nyamuk atau caplak. ( Wariyanto, A. 1986 )

Tujuan utama pemeliharaan sapi potong adalah untuk menghasilkan daging. Sapi dipelihara dengan baik, setelah tumbuh besar dan gemuk dapat langsung dijual atau disembelih terlebih dahulu kemudian dijual dalam bentuk daging. Oleh karena itu, keberhasilan pemeliharaan sapi ini sangat ditentukan oleh kualitas sapi bakalan yang dipilih.

Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih sapi bakalan untuk sapi potong adalah :

1. Jenis Sapi

Sapi bakalan lokal yang cocok untuk sapi potong adalah sapi Bali. Jenis sapi ini selain pertumbuhannya cepat juga efisien dalam penggunaan pakan, karena mempunyai kemampuan yang tinggi menyerap semua pakan yang masuk dalam perut dan ususnya. Karena itu, sapi ini sering kali dijuluki sebagai sapi produktif. Jenis sapi lain yang cocok untuk sapi potong adalah PO ( peranakan Ongole ), Brahman, Simental, dan Brangus.

2. Jenis Kelamin

Untuk sapi potong sebaiknya dipilih sapi jantan, karena pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan sapi betina. Alasan lainnya adalah untuk menghindari penyusutan populasi sapi betina yang masih produktif.

(24)

Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong (Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang), 2010.

Untuk sapi potong sebaiknya dipilih sapi yang sehat dan tidak terlalu kurus.

4. Umur

Dipilih sapi yang berumur antara 1-4 tahun. Sapi yang terlalu muda atau sudah tua kurang menguntugkan kerena pertumbuhan atau penambahan berat dagingnya relatif lambat.

5. Postur Tubuh

Postur tubuh sapi bakalan yang baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Badannya panjang, bulat silindris, dan bila dilihat dari samping tampak membentuk segi empat.

b. Dada depan lebar, dalam, dan menonjol. c. Kepala pendek dan dahinya relatif lebar.

d. Kulit hallus, bersih, supel, tidak kering, dan tidak kendor. e. Kaki relatif besar dan kuat.

f. Tinggi badan, panjang, dan proporsi bagian-bagian tubuh lainnya serasi serta seimbang. ( Siregar Djarijah, 1996 )

Landasan Teori

(25)

Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong (Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang), 2010.

( Santosa. U, 1997 )

Salah satu gejala ekonomi yang sangat penting bagi petani baik sebagai produsen maupun sebagi konsumen adalah harga. Suatu barang mempunyai harga karena dua sebab yaitu barang itu berguna dan jumlahnya terbatas. Suatu barang merupakan barang ekonomi dalam ilmu ekonomi dinyatakan barang tersebut mempunyai permintaan dan penawaran. Suatu barang mempunyai permintaan karena barang tersebut berguna, sedangkan barang tersebut mempunyai penawaran karena jumlahnya terbatas

Untuk dapat merencanakan proyek yang efektif harus mempertimbangkan banyak aspek yang secara bersama-sama menentukan berbagai keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman investasi tertentu. Seluruh aspek-aspek ini saling berhubungan, suatu putusan mengenai suatu aspek akan mempengaruhi putusan-putusan terhadap aspek-aspek lainnya. ( Siregar, A.R. Dkk, 2000 )

Return Of Investment ( ROI ) merupakan analisa untuk mengetahui tingkat

keuntungan usaha sehubungan dengan modal yang digunakan. Besar kecilnya ROI ditentukan oleh tingkat perputaran modal dan keuntungan bersih yang dicapai.

ROI = Pendapatan Bersih (Net Income) Total Aset (Modal)

x 100%

(26)

Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong (Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang), 2010.

Proses penyusunan perencanaan strategis melalui tiga tahap, yaitu : 1. Tahap pengumpulan data.

2. Tahap analisis.

3. Tahap pengambilan keputusan.

Tahap pengumpulan data ini pada dasarnya tidak hanya sekedar kegiatan pengumpulan data, tetapi juga suatu kegiatan pengklasifikasian dan pra analisis. Data dibedakan menjadi dua yaitu data eksternal dan data internal yang diperoleh dari dalam perusahaan, model yang dapat digunakan pada tahap ini yaitu :

- Matriks faktor strategi eksternal.

- Matriks faktor strategi internal. ( Soepeno, B. 1997 )

Tahap selanjutnya adalah memanfaatkan semua informasi tersebut dalam model-model kuantitatif perumusan strategi. Model yang digunakan adalah matriks

SWOT (Strength, weakness, opportunity, treaths ). Matriks ini menggambarkan dengan

jelas peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi oleh perusahaan dan disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini menghasilkan empat sel alternative strategis, yaitu :

1. Strategi SO ( Strength-Opportunity )

Strategi berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

2. Strategi ST ( Strength-Treaths )

(27)

Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong (Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang), 2010.

3. Strategi WO ( Weakness-Opportunity )

strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

4. Strategi WT ( Weakness-Treaths )

Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensive ( bertahan ) dan meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

Gambar 1 : diagram matriks SWOT IFAS

(28)

Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong (Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang), 2010.

Strength (S) : Tentukan 5-10 faktor-faktor kekuatan eksternal Weakness (W) : Tentukan 5-10 faktor-faktor kekuatan internal

Tahap akhir analisis kasus adalah memformulasikan keputusan yang akan diambil. Keputusan didasarkan atas justifikasi yang dibuat secara kualitatif maupun kuantitatif, terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dengan penggunaan model tercanggih maupun tradisional. Keputusan yang berbobot hanya dapat dibuktikan oleh waktu. Artinya keputusan yang akan diambil akan benar-benar terbukti setelah periode waktu tertentu.

Beberapa hal yang ikut membantu kemungkinan perbaikan periode prospek suatu produk antara lain : kamampuan produsen untuk memenuhi permintaan pasar, jenis komoditi yang sesuai dengan keinginan konsumen, kemapuan memenuhi mutu sesuai keinginan pasar, menyadiakan komoditi yang sesuai dengan permintaan, ketetapan dalam pengiriman dan tingkat harga yang sesuai ( Soekartawi, 1993 )

2.3. Kerangka Pemikiran

Usaha ternak sapi potong merupakan usaha yang dilakukan oleh peternak di Desa jati Kesuma dengan mengelola input produksi yang tersedia dengan segala pengetahuan dan kemampuan untuk memperoleh hasil (produksi).

(29)

Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong (Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang), 2010.

oleh produktivitas usaha ternak. Penerimaan juga dipengaruhi oleh harga jual produk, dimana penerimaan adalah jumlah produksi dikalikan dengan harga jual.

Pendapatan yang diterima peternak dari usaha ternak sapi potong merupakan jumlah penerimaan dari usaha ternak sapi potong yang dikurangi oleh total biaya produksi. Usaha ternak sapi potong dikatakan layak diusahakan bila dari analisis ekonomi memberikan hasil layak. Adapun analisis yang digunakan untuk menilai kelayakan usaha ternak sapi potong adalah Return Of Invesment (ROI).

Selain dipengaruhi oleh input produksi, usaha ternak sapi potong juga dipengaruhi oleh faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) yang dianalisis dengan satu model analisis yaitu model matriks

SWOT untuk menciptakan strategi pengembangan usaha ternak sapi potong,

(30)

Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong (Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang), 2010.

Keterangan :

= Mempengaruhi

(31)

Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong (Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang), 2010.

2.4. Hipotesis Penelitian

Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian, maka hipotesis dirumuskan sebagai berikut :

1. Input produksi ( bibit, kandang, pakan, modal, tenaga kerja ) untuk usaha tenak sapi potong tersedia di daerah penelitian.

(32)

Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong (Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang), 2010.

III. METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Jati Kesuma Kecamatan Namorambe Kabupaten Deli Serdang yang ditentukan secara sengaja (purposive sampling). Berdasarkan pertimbangan bahwa Kabupaten Deli Serdang dan Kecamatan Namo Rambe mengalami peningkatan jumlah populasi terbesar pada tahun 2008.

Data populasi ternak sapi potong disetiap Kabupaten/Kotamadya dapat dilihat pada Table 1 berikut ini :

Tabel 1. Perkembangan populasi ternak sapi potong perkabupaten/Kotamadya di Sumatera Utara

No Kabupaten/Kotamadya

(33)

Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong (Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang), 2010.

JUMLAH 247728 308191 337903

Sumber : Data Skunder Dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2008

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa Kabupaten Deli Serdang menunjukkan peningkatan populasi terbesar pada tahun 2008 dalam pengembangan ternak sapi potong, dan data perkembangan populasi ternak sapi potong di setiap Kecamatan di Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada Table 2 berikut ini :

Tabel 2. Perkembangan populasi ternak sapi potong perkecamatan di Kabupaten Deli Serdang

Sumber : Data Skunder Dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2008

(34)

Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong (Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang), 2010.

(35)

Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong (Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang), 2010.

Sumber : Data Skunder Dari Kantor Camat Kecamatan Namo Rambe

Dari Table 3 dapat dilihat bahwa populasi terbesar ternak sapi potong di Kecamatan Namo Rambe terdapat di Desa Jati Kesuma. Untuk mengetahui kelayakan dan strategi pengembangan usaha pengolahan ternak sapi potong di daerah tersebut maka perlu dilakukan penelitian.

3.2. Metode Penentuan Sampel

Sampel dari penelitian adalah peternak sapi potong yang berada di Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe Kabupaten Deli Serdang. Jumlah peternak sapi potong di Desa Jati Kesuma adalah 110 KK dan untuk populasi ternak sapi potong di Desa Jati Kesuma sebanyak 1150 ekor. Sample ditentukan dengan metode Simple

Random Sampling yaitu pengambilan sample secara acak sederhana. Sample dalam

penelitian ini adalah peternak sapi potong di Desa Jati Kesuma Kecamatan Namo Rambe dengan jumlah 30 responden.

3.3. Metode Pengumpulan Data

(36)

Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong (Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang), 2010.

3.4. Metode Analisis Data

Hipotesis 1 diuji dengan menggunakan analisis deskriptif, yaitu dengan mengamati sejauh mana ketersediaan input ( lahan pengembalaan, kandang, pakan, tenaga kerja, dan modal ) di daerah penelitian.

Hipotesis 2 diuji dengan Return Of Investmen ( ROI ) yang merupakan suatu ukuran rasio untuk mengetahui tingkat pengembalian modal usaha. Komponen pada analisis ini adalah pendapatan bersih dan jumlah pendapatan modal.

Dengan rumus sebagai berikut :

Pendapatan Besih ( Net Income )

ROI = _______________________________ x 100 % Total Aset ( Modal )

Keterangan :

- Jika ROI > tingkat suku bunga bank yang berlaku, maka usaha ini layak untuk dilaksanakan.

- Jika ROI ≤ tingkat suku bunga bank yang berlaku, maka usaha ini tidak layak untuk dilaksanakan.

(37)

Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong (Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang), 2010.

potong di daerah penelitian dan disesuaikan dengan kelemahan yang dimilikinya. Berdasarkan gambaran tersebut kita akan dapat melihat bagaimana strategi pengembangan usaha ternak sapi potong di daerah penelitian.

3.5. Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi

Untuk menghindari kekeliruan dalam pembahasan hasil penelitian ini maka dibuat beberapa defenisi dengan batasan operasional sebagai berikut :

1. Peternak sample adalah peternak yang mengusahakan ternak sapi potong.

2. Produksi adalah semua hasil panen berupa daging untuk di jual maupun di konsumsi sendiri.

3. Input produksi adalah faktor-faktor yang mendukung perkembangan usaha ternak sapi potong di daerah penelitian seperti lahan/kandang, modal, bibit, pakan, tenaga kerja, dan peralatan.

4. Penerimaan usaha ternak sapi potong adalah total produksi yang dihasilkan usaha ternak sapi potong selama masa produksi yang dihitung dalam bentuk rupiah.

5. Biaya produksi usaha ternak sapi potong adalah jumlah biaya yang harus dikeluarkan selama masa produksi hingga menghasilkan produk.

6. Pendapatan usaha ternak sapi potong adalah selisih antara penerimaan dengan total biaya produksi.

(38)

Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong (Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang), 2010.

8. Faktor eksternal adalah faktor yang mempengaruhi pengembangan usaha ternak sapi potong yang berasal dari luar perusahaan seperti : peluang dan ancaman. 9. Faktor internal adalah faktor yang mempengaruhi pengembangan usaha ternak

sapi potong yang berasal dari dalam perusahaan seperti kekuatan dan kelemahan.

10.Strategi pengembangan adalah sebuah rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan keunggulan faktor internal pada perusahaan dengan tantangan dari berbagai faktor eksternal yang ada, kemudian dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan.

Batasan Operasional

1. Daerah penelitian adalah Desa Jati Kesuma Kecamatan Namo Rambe Kabupaten Deli Serdang.

(39)

Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong (Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang), 2010.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETERNAK SAMPEL

4.1. Deskripsi Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang.

(40)

Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong (Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang), 2010.

Desa Jati Kesuma terletak 2 Km dari ibukota Kecamatan dan 58 Km dari ibukota Kabupaten yaitu Lubuk Pakam. Secara administratif, Desa Jati Kesuma mempunyai batas-batas sebagai berikut :

• Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Batu Penjemuran.

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Kuta Tengah.

• Sebelah Timur berbatasan dengan Sungai Deli. • Sebelah Barat berbatasan dengan Sungai Babura.

Luas Desa penelitian secara keseluruhan adalah 276 Km², dimana sebagian besar lahan digunakan untuk pertanian dan peternakan. Jenis tanaman yang banyak dibudidayakan adalah jenis tanaman palawija dan Jenis ternak yang banyak dibudidayakan adalah ternak sapi, kambing, marmut, dan beberapa jenis unggas seperti ayam, itik, burung puyuh dan jenis unggas lainnya.

4.1.2. Tata Guna Tanah

Desa Jati Kesuma terletak di daerah landai dengan ketinggian 51-200 DPL, beriklim sedang dan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Agustus sampai Desember sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan Mei sampai bulan Juli. Gambaran luas lahan didesa penelitian menurut penggunaanya dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini. Tabel 4. Tata Guna Lahan di Desa Jati Kesuma Tahun 2008

No Jenis Luas ( Km² ) Persentase ( %)

(41)

Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong (Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang), 2010.

Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa penggunaan lahan terbesar di daerah penelitian adalah untuk sawah yaitu sebanyak 43.49 % Dari keseluruhan lahan. Penggunaan lahan lainnya untuk bangunan sebanyak 10.14%, dan ladang sebanyak 43.11%, dan lainnya sebanyak 3.26%.

Dari keterangan diatas dapat kita ketahui bahwa mata pencaharian utama di Desa Jati kesuma adalah dari sektor pertanian.

4.1.3. Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk di desa Jati Kesuma pada tahun 2008 tercatat sebanyak 3337 jiwa atau 800 KK yang terdiri dari 1632 laki-laki dan 1705 perempuan dan dengan kepadatan penduduk sebesar 1209 jiwa/Km². Keadaan penduduk berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Desa Jati Kesuma Tahun 2008.

Sumber : Data Skunder (Balai Desa Jati Kesuma), 2008

Berdasarkan tabel 5 diketahui jumlah penduduk terbesar yaitu pada kelompok usia produktif ( kelompok umur 16-60 ) sebesar 65.74% dari jumlah penduduk, sedangkan yang paling rendah adalah umur 60+ sebesar 4.85%.

(42)

Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong (Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang), 2010.

Distribusi penduduk menurut mata pencarian di Desa Jati Kesuma dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencarian Di Desa Jati Kesuma Tahun 2008

Sumber : Data Skunder (Balai Desa Jati Kesuma), 2008

Berdasarkan Tabel 6 diketahui bahwa mata pencarian utama penduduk Jati Kesuma adalah sebagai petani dan peternak dengan persentase untuk petani sebesar 23.62% dan untuk peternak sebesar 22.37% dari sejumlah penduduk yang berkerja. Kualitas tenaga kerja yang ada di Desa Jati Kesuma dapat dilihat dari Tabel berikut : Tabel 7. Kualitas Tenaga Kerja Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Jati

Kesuma Tahun 2008.

Sumber : Data Skunder (Balai Desa Jati Kesuma), 2008

(43)

Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong (Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang), 2010.

sebesar 5.93%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk kurang memiliki pandangan yang baik pada teknologi yang ada.

Distribusi penduduk di Desa Jati Kesuma menurut agama yang dianut dapat dilihat pada Tabel berikut :

Tabel 8. Distribusi Penduduk Menurut Agama yang Dianut Di Desa Jati Kesuma Tahun 2008

No Agama yang Dianut Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 1

Sumber : Data skunder (Balai Desa Jati Kesuma), 2008

Dari Tabel 8 diketahui penduduk Desa Jati Kesuma mayoritas beragama Islam dengan persentase sebesar 94.24%, dan Katolik sebesar 0.89%, Protestan sebesar 4.29%, Hindu sebesar 0.26%, dan Budha sebesar 0.32%.

4.2. Karakteristik Peternak Sampel

Karakteristik peternak sampel yang dimaksud adalah mengenai jumlah ternak yang di usahakan oleh peternak, umur, pendidikan formal yang dimiliki, pengalaman bertani, dan jumlah tanggungan keluarga peternak. Adapun karakteristik peternak sampel di Desa Jati Kesuma adalah sebagai berikut :

Tabel 9. Karakteristik Peternak Sampel di Desa Jati Kesuma

(44)

Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong (Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang), 2010.

1. Jumlah Tanggungan ( Orang )

435.00 Sumber : Analisis Data Primer ( Lampiran 1 ) tahun 2009

Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah ternak yang diusahakan peternak sampel adalah 14 ekor. Hal ini menunjukkan bahwa peternak sampel memiliki jumlah ternak yang cukup banyak untuk dapat mengembangkan usaha ternak sapi potong dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga.

Umur rata-rata peternak sampel adalah 34 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa peternak sampel tergolong pada usia produktif sehingga dapat dikatakan masih memiliki tenaga kerja potensial untuk usaha ternak sapi potong.

Pendidikan yang dimiliki peternak sampel adalah rata-rata 11 tahun yang menunjukkan bahwa rata-rata pendidikan peternak sampel setingkat dengan SLTA.

Pengalaman berternak peternak sampel rata-rata adalah 12 tahun. Lama usaha ternak bagi peternak sapi potong berpengaruh terhadap pengetahuan dan keahlian mereka dalam mengatasi permasalahan yang timbul sehingga kemungkinan dapat meningkatkan produksi dimasa yang akan datang.

(45)

Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong (Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang), 2010.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Ketersediaan Faktor-Faktor Produksi 5.1.2. Ketersediaan Bibit

Para peternak sapi potong di daerah penelitian lebih sering menggunakan metode kawin suntik dari pada perkawinan alami, hal tersebut disebabkan karena metode kawin suntik prosesnya lebih mudah dan sederhana dibandingkan dengan perkawinan alami, selain itu bibit kawin suntik lebih terjamin dan mudah diperoleh. Para peternak sapi di Desa Jati Kesuma memperoleh bibit untuk kawin suntik dari Dinas Peternakan dengan harga bibit sapi per ampul sebesar Rp. 80.000, pada lampiran 5 dapat dilihat rataan penggunaaan bibit kawin suntik selama satu tahun adalah 3 ampul per peternak dan untuk bibit perkawinan alami peternak mendapatkannya dari peternak lain dengan cara meminjam atau menyewa sapi pejantan dari peternak sapi yang lain.

Berdasarkan keterangan tersebut dapat dikatakan bahwa ketersediaan bibit sapi potong di daerah penelitian cukup tesedia.

(46)

Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong (Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang), 2010.

Di daerah penelitian kandang dibangun dengan menggunakan bahan yang sederhana yang banyak terdapat di daerah penelitian, yaitu dengan pondasi kandang terbuat dari batu bata semen dengan tiang terbuat dari kayu atau bambu, atap terbuat dari rumbia dan lantai terbuat dari tanah yang dipadatkan atau semen yang dibuat sedikit miring dengan tujuan agar kotoran sapi lebih mudah mengalir saat melakukan pembersihan kandang. Kandang pada umumnya tidak memakai dinding dengan tujuan agar sirkulasi udara kandang tetap terjaga, selain itu agar sinar matahari pada waktu pagi hari tetap masuk dan tidak begitu panas.

Berdasarkan keterangan diatas dan data dari lampiran 13 yaitu data biaya penyusutan kandang, dapat dilihat setiap peternak masing-masing memiliki satu kandang, oleh karena itu ketersediaan kandang di Desa Jati Kesuma cukup tersedia.

5.1.3. Ketersediaan Pakan

(47)

Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong (Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang), 2010.

atau hijauan dengan membelinya dari para petani yang ada di Desa Jati Kesuma, dimana harga hijauan per ikat sebesar Rp. 7000,00.

Berdasarkan keterangan diatas maka dapat dikatakan bahwa ketersediaan pakan untuk ternak sapi potong di Desa Jati Kesuma cukup tersedia.

5.1.4. Ketersediaan Modal

Di daerah penelitian usaha ternak sapi potong sudah berjalan sangat lama, dan berternak sapi sudah merupakan kebiasaan turun temurun yang diturunkan oleh orang tua peternak sebelumnya. Untuk menjalankan usaha ternak sapi potong, para peternak di daerah penelitian pada umumnya menggunakan modal sendiri. Peternak sapi potong di Desa Jati Kesuma memperoleh modal dari hasil penjualan sapi yang mereka pelihara sebelumnya, Hal tersebut dapat kita lihat pada lampiran 2.

Berdasarkan keterangan diatas, dapat dikatakan bahwa ketersediaan modal pada peternak sampel di Desa Jati Kesuma cukup tersedia.

5.1.5. Ketersediaan Tenaga Kerja

(48)

Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong (Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang), 2010.

yakni sebesar 5.96 HKP maka dapat dikatakan ketersediaan tenaga kerja di Desa Jati Kesuma cukup tersedia.

5.1.6. Ketersediaan Peralatan

Peralatan yang digunakan usaha ternak sapi potong di daerah penelitian cukup sederhana seperti ember, sabit, sekop, kereta sorong (beko). Ember digunakan untuk mengangkat air untuk minuman ternak atau untuk membersihkan kandang, sabit digunakan untuk memotong pakan hijauan, sekop untuk mengambil kotoran sapi dari lantai saat membersihkan kandang, kereta sorong (beko) untuk mengangkat pakan hijauan dan kotoran ternak. Peralatan-peralatan tersebut dapat diperoleh di toko alat pertanian atau pajak yang ada di sekitar daerah penelitian dengan harga yang terjangkau.

Berdasarkan penjelasan dan keterangan diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa faktor produksi/input untuk ternak sapi potong tersedia di daerah penelitian. Dengan demikian hipoteisis 1 yang mengatakan bahwa “ Input untuk usaha ternak sapi potong tersedia di daerah penelitian “ dapat diterima.

5.2. Analisis Kelayakan Usaha Ternak Sapi potong

Adapun analisis usaha ternak sapi potong dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 10. Rataan Analisis Ekonomi Usaha Ternak Sapi Potong Per Tahun

Uraian Analisis Ekonomi Usaha Ternak

Sapi Potong Per Tahun Bibit (Rp)

Upah tenaga Kerja (Rp) Biaya Pakan Tambahan (Rp)

(49)

Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong (Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang), 2010.

Biaya Obat-Obatan (Rp) Penyusutan Peralatan (Rp) Penyusutan Kandang (Rp) Total Biaya (Rp)

Penerimaan (Rp) Pendapatan (Rp) ROI (%)

1,010,666.66 108,167.00 906,000.00 31,542,726.00 42,177,866.66 10,622,123.33 36.77 Sumber : Analisa Data Primer ( Lampiran 16 ) tahun 2009

Berdasarkan Tabel 10 dapat dijelaskan rataan biaya produksi yang dikeluarkan, penerimaan, pendapatan, dan Return Of Investment (ROI) pada usaha ternak sapi potong sebagai berikut :

5.2.1. Biaya Produksi

Biaya produksi merupakan input yang dikeluarkan oleh peternak selama kegiatan usaha ternak berlangsung hingga menghasilkan produk.

Komponen-komponen biaya produksi yang dikeluarkan oleh peternak sapi potong adalah biaya bibit, upah tenaga kerja, biaya pakan, biaya obat-obatan, biaya penyusutan peralatan, dan biaya penyusutan kandang.

a. Biaya bibit

Pembelian bibit kawin suntik di sesuaikan dengan jumlah indukan siap kawin yang dimiliki oleh peternak, selain itu pembeliaan bibit disesuaikan dengan keadaan ekonomi para peternak di daerah penelitian, adapun total rataan penggunaan bibit kawin suntik dalam satu tahun di daerah penelitian sebesar Rp. 224,000.00.

(50)

Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong (Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang), 2010.

Penggunaan tenaga kerja terdiri dari 3 kegiatan yaitu perbaikan kandang yang dilakukan 6 bulan sekali, pembersihan kandang yang dilakukan 2 kali sehari, dan penyediaan/ pengambilan pakan yang dilakukan 2-3 kali sehari. Upah yang diberikan pada masing-masing tenaga kerja di dasarkan pada upah harian. Biaya yang dikeluarkan tergantung dari jumlah tenaga kerja luar keluarga dan jenis kegiatan yang dilakukan oleh tenaga kerja.

Upah tenaga kerja untuk kegiatan perbaikan/pembuatan kandang per hari sebesar Rp. 50,000.00/orang, untuk kegiatan pembersihan kandang per hari sebesar Rp. 25,000.00/orang, dan untuk upah kegiatan pengambilan /penyediaan pakan perhari sebesar Rp. 30,000.00/orang.

Rataan biaya upah tenaga kerja yang dikeluarkan untuk tenaga kerja selama satu tahun per peternak adalah sebesar Rp. 29,043,333.33

c. Biaya pakan tambahan

Di daerah penelitian para peternak tidak memberikan pakan tambahan berupa konsentrat pada ternaknya, para peternak hanya memberikan pakan tambahan berupa mineral yang diberikan 1-2 kali sehari, rataan biaya yang dikeluarkan oleh peternak untuk pemberian mineral pada ternak dalam satu tahun adalah sebesar Rp. 250,560.00.

d. Biaya Obat-Obatan.

(51)

Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong (Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang), 2010.

dan rataan total biaya yang dikeluarkan oleh peternak untuk pengunaan obat cacing selama satu tahun adalah sebesar Rp. 464,000.00. pemberian obat kutu dilakukan setiap hari yakni 1-2 kali sehari dengan cara disemprotkan ke ternak adapun rataan total biaya yang dikeluarkan oleh peternak untuk penggunaan obat kutu selama satu tahun sebesar Rp. 532,000.00, dan rataan total biaya penggunaan obat-obatan selama satu tahun sebesar Rp. 1,010,666.66.

e. Biaya penyusutan peralatan dan kandang

Peralatan yang digunakan dalam setiap tahap kegiatan usaha ternak sapi potong adalah sekop, sabit (arit), kereta sorong (beko), dan ember.

Biaya penyusutan peralatan per peternak per tahun adalah sebesar Rp.108,166.66 dan biaya penyusutan kandang per tahun adalah sebesar Rp. 906,000.00. Biaya penyusutan dari masing peralatan ditentukan oleh banyaknya masing-masing alat yang digunakan dan umur ekonomisnya.

5.2.2. Penerimaan

Penerimaan adalah total hasil produksi yang dihasilkan dan total hasil kotoran ternak yang dinilai dengan rupiah dengan kata lain merupakan perkalian antara total produksi dan hasil kotoran ternak yang diperoleh dengan harga jual.

(52)

Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong (Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang), 2010.

5.2.3. Pendapatan

Pendapatan dari usaha ternak sapi potong adalah penerimaan yang diperoleh peternak dikurangi dengan total biaya. Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui rataan pendapatan per peternak sapi potong di Desa Jati Kesuma selama satu tahun adalah sebesar Rp. 10,622,123.33

5.2.4. Return Of Investment ( ROI )

Berdasarkan nilai ROI (tingkat pengembalian modal) dapat diketahui kelayakan usaha ternak sapi potong di Desa Jati Kesuma.

Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui nilai ROI yang diperoleh dari usaha ternak sapi potong di Desa Jati Kesuma sebesar 36.77% dan dengan tingkat suku bunga deposito sebesar 8.25 % maka dapat diketahui bahwa nilai ROI lebih besar dari pada nilai suku bunga, sehingga ini menunjukkan bahwa usaha ternak sapi potong di Desa Jati Kesuma secara ekonomi layak untuk dikembangkan.

Dengan demikian hipotesis 2 yang menyatakan bahwa “usaha ternak sapi potong layak di kembangkan secara ekonomi di daerah penelitian” diterima.

5.3. Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong 5.3.1. Menentukan Faktor-Faktor Eksternal

Adapun faktor-faktor eksternal dalam pengembangan usaha ternak sapi potong di Desa Jati Kesuma adalah sebagai berikut :

(53)

Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong (Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang), 2010.

1. Permintaan pasar terhadap daging sapi tinggi.

Dari hasil wawancara terhadap peternak sampel di lapangan, diketahui bahwa mereka selalu mendapat permintaan dari agen-agen atau dari konsumen yang datang langsung ke peternak sapi di daerah penelitian. Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa permintaan pasar terhadap daging sapi tinggi. 2. Harga daging sapi relatif tinggi.

Daging sapi merupakan salah satu jenis bahan makanan yang banyak dikonsumsi oleh lapisan masyarakat menengah keatas, selain memiliki rasa yang enak daging sapi juga merupakan salah satu sumber bahan makanan berprotein tinggi, hal tersebut salah satu faktor yang menyebabkan harga sapi di pasaran relatif tinggi.

3. Hubungan yang baik antara peternak dengan agen.

Peternak sadar akan pentingnya pasar dan pentingnya membina hubungan baik dengan agen, karena dengan adanya hubungan baik harga yang di tawarkan oleh agen tidak terlalu rendah dari harga jual. Hubungan baik ini dapat dibuktikan dengan adanya peternak yang menjual hasil ternaknya dengan agen tetap (berlangganan).

(54)

Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong (Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang), 2010.

Sapi adalah merupakan hewan memamahbiak yang dalam sehari membutuhkan 10 % makanan dari berat tubuhnya, musim hujan dapat menghambat peternak untuk mengambil pakan hijauan yang sangat dibutuhkan oleh sapi yang mengakibatkan porsi pemberian pakan terhadap ternak sapi tersebut berkurang, selain itu pada saat musim hujan sapi juga mudah terserang penyakit. Hal ini merupakan ancaman bagi peternak, karena dapat menghambat pertumbuhan sapi dan menurunkan kualitas hasil ternak.

2. Tidak adanya penyuluhan

Tidak adanya penyuluhan pada peternak mengakibatkan peternak sering melakukan kesalahan dalam mengaplikasikan input produksi dan peternak tidak mengetahui informasi tentang inovasi-inovasi dibidang peternakan.

3. Persaingan

(55)

Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong (Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang), 2010.

5.3.2. Menentukan Faktor Internal

Adapun faktor-faktor internal dalam pengembangan usaha ternak sapi potong di Desa Jati Kesuma adalah sebagai berikut :

5.3.2.1. Kekuatan 1. Modal sendiri

Modal usaha ternak merupakan modal sendiri (pribadi) yang dikeluarkan peternak sapi untuk menjalankan usaha ternaknya, modal diperoleh dari hasil-hasil penjualan ternak yang dilakukan sebelumnya selain itu mereka juga mendapatkan dari warisan orang tua mereka sebelumnya. Dengan menggunakan modal sendiri maka peternak sapi potong memperoleh pendapatan yang lebih besar.

2. Bibit mudah diperoleh

Di daerah penelitian para peternak sapi potong mendapatkan bibit untuk kawin suntik dari dinas peternakan, dan untuk bibit perkawinan alami para peternak mendapatkannya dari sesama peternak sapi yang ada di daerah penelitian.

3. Tenaga kerja tersedia

Dengan tersedianya tenaga kerja maka pekerjaan dilakukan dengan lebih cepat dan lebih baik.

4. Pengalaman peternak cukup tinggi

(56)

Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong (Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang), 2010.

5. Pakan mudah diperoleh

Didaerah penelitian masih banyak terdapat lahan yang ditumbuhi rumput yang menjadi sumber pakan untuk ternak, dengan demikian peternak tidak mengalami kesulitan dalam hal penyediaan pakan untuk ternak mereka.

6. Tidak terdapat serangan virus penyakit yang mematikan

Tidak terdapatnya virus penyakit yang mematikan terhadap ternak sapi potong di daerah penelitian menyebabkan peternak memperoleh pendapatan yang lebih besar, karena tidak mengeluarkan biaya untuk menanggulangi serangan virus yang mematikan tersebut.

7. Pemasaran yang mudah

Di daerah penelitian para peternak menjual hasil ternaknya dalam keadaan hidup kepada agen maupun konsumen langsung dengan demikian peternak tidak perlu mengeluarkan biaya untuk melakukan pemotongan. Selain itu para peternak tidak memerlukan biaya transportasi untuk memasarkan hasil ternaknya karena para agen atau konsumen yang menjemput langsung dari peternakan.

5.3.2.2. Kelemahan

(57)

Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong (Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang), 2010.

Perawatan terhadap ternak merupakan salah satu faktor penting dalam meningkatkan kualitas dan meningkatkan hasil ternak. didaerah penelitian, perawatan terhadap ternak masih jarang dilakukan oleh peternak, dapat dilihat dari pemberian pakan tambahan dan konsentrat serta pembersihan sapi yang masih jarang dilakukan oleh peternak.

2. Teknologi budidaya masih tradisional

Teknologi merupakan faktor penting dalam upaya meningkatkan produksi usaha ternak sapi potong, suatu pekerjaan yang dilakukan akan lebih efisien dari segi waktu dan tenaga kerja. Di daerah penelitian, teknologi budidaya masih dilaksanakan secara sederhana (tradisional), dapat dilihat dari saprodi yang mereka gunakan seperti sekop, sabit, beko, dan ember yang belum tergantikan.

5.3.3. Penetuan Strategi

Penetuan strategi yang sesuai bagi pengembangan usaha ternak sapi potong adalah dengan cara membuat matriks SWOT. matriks SWOT ini dibangun berdasarkan faktor-faktor eksternal maupun internal yang terdiri dari peluang, ancaman, kekuatan, dan kelemahan.

Berdasrkan matriks SWOT maka dapat disusun empat strategi utama yaitu SO,

WO, ST, dan WT. Strategi bagi pengembangan usaha ternak sapi potong dapat dilihat

(58)

Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong (Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang), 2010.

Gambar 3. Penentuan Strategi dengan Matriks SWOT

Internal (IFAS)

Eksternal (EFAS)

Kekuatan (S) Kelemahan (W)

1. Modal tersedia.

2. Saprodi mudah diperoleh.

3. Tenaga kerja tersedia.

4. Pengalaman peternak cukup

tinggi.

5. Pemasaran yang mudah

6. Tidak ada terdapat virus

penyakit yang mematikan.

1. Kurangnya perawatan

terhadap ternak.

2. Teknologi budidaya masih

tradisional.

Peluang (O) Strategi ‘SO’ Strategi ‘WO’

1. Permintaan tinggi

2. Harga relatif tinggi

3. Hubungan yang baik

dengan agen

1. Memperbanyak jumlah

populasi ternak sapi

potong (S1,S2,S3, S4, S5,

O1, O2)

2. Menjaga hubungan baik

dengan agen (S5, O3)

1. Meningkatkan perawatan

terhadap ternak (W1, O1,

O2)

2. Mengganti alat-alat

produksi yang lama

dengan berteknologi

(W2,O1,O2)

Ancaman (T) Strategi ‘ST’ Strategi ‘WT’

1. Musim hujan

2. Tidak adanya

penyuluhan

3. Adanya persaingan

1. Meningkatkan mutu ternak

(S1, S3, S5, T3 )

2. Menghidupkan penyuluhan

(S4, T3)

1. Meminta pemerintah untuk

menghidupkan penyuluhan

(59)

Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong (Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang), 2010.

3. Menyediakan atau menanam

sumber pakan hijauan di

sekitar kandang (S2, S3, T1)

Strategi ‘SO (Strength-Opportunity)’

Strategi pengembangan usaha ternak sapi potong di Desa Jati Kesuma dengan menggunakan seluruh kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada, yaitu :

1. Memperbanyak jumlah populasi ternak sapi potong (S1, S2, S3, S4, S5, O1, O2)

Bertujuan untuk meningkatkan hasil produksi ternak sapi potong untuk memenuhi permintaan pasar yang tinggi terhadap daging sapi dan dengan didukung oleh harga yang relatif tinggi dan sarana produksi yang tersedia sehingga memungkinkan untuk diadakannya penambahan jumlah populasi ternak yang bertujuan meningkatkan pendapatan peternak.

2. Menjaga hubungan yang baik dengan agen (S5, O3)

Bertujuan agar agen memberikan tawaran harga yang layak pada peternak sapi sehingga saling menguntungkan antara kedua belah pihak.

(60)

Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong (Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang), 2010.

Strategi pengembangan usaha ternak sapi potong di Desa Jati Kesuma dapat meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang yang ada, yaitu :

1. Meningkatkan perawatan terhadap ternak (W1, O1, O2)

Dengan meningkatkan perawatan terhadap ternak maka mutu ternak akan menjadi lebih baik sehingga dapat menjaga penawaran dan harga yang relatif tinggi. 2. Mengganti alat-alat produksi yang lama dengan berteknologi (W2, O1, O2)

Permintaan yang tinggi dan harga yang tinggi perlu diimbangi dengan adanya teknologi yang baik untuk memperlancar proses produksi yang nantinya akan menambah pendapatan peternak sapi potong.

Strategi ‘ST (Strength-Treaths)’

Strategi pengembangan usaha ternak sapi potong di Desa Jati Kesuma dapat mengatasi ancaman yang ada dengan menggunakan seluruh kekuatan.

1. Meningkatkan mutu ternak (S1, S3, S5, T3, )

Bertujuan agar permintaan akan daging sapi semakin meningkat, sehingga usaha ternak dapat berkembang baik.

2. Menghidupkan penyuluhan (S4, T3)

Bertujuan agar peternak memperoleh informasi, inovasi dalam peternakan, sehingga peternak bisa lebih terampil lagi dalam menjalankan usaha ternak sapi potong dan mendapatkan hasil yang maksimal, oleh karena itu dibutuhkan penyuluhan.

(61)

Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong (Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang), 2010.

Bertujuan untuk mempermudah peternak mengambil pakan hijauan yang dibutuhkan ternak, dengan kata lain menjaga persediaan pakan ternak disaat terjadi musim hujan agar tidak terjadi pengurangan pemberian porsi pakan terhadap ternak.

Startegi ‘WT (Weakness-Treaths)’

Strategi pengembangan usaha ternak sapi potong di Desa Jati Kesuma dengan meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman yang ada, yaitu :

1. Meminta pemerintah mengaktifkan Penyuluhan (W1, T3)

Dengan adanya campur tangan pemerintah untuk mengaktifkan PPL di Desa Jati Kesuma maka peternak sapi potong akan dapat mengetahui informasi yang berkembang tentang tata cara perawatan serta pemeliharaan ternak sapi potong yang baik dan benar yang sangat berguna bagi para peternak.

Berdasarkan strategi matriks SWOT maka dapat di ketahui strategi yang sangat dibutuhkan untuk dapat meminimalisir kelemahan dan ancaman yang dihadapi, yaitu : 1. Meningkatkan produksi dan mutu ternak, untuk menjaga harga dan permintaan

tetap tinggi.

(62)

Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong (Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang), 2010.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Faktor-faktor produksi (bibit, kandang, pakan, modal, tenaga kerja) tersedia di daerah penelitian.

(63)

Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong (Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang), 2010.

3. Strategi yang sangat dibutuhkan di daerah penelitian adalah meningkatkan produksi dan mutu ternak serta menjalin kerja sama dengan pemerintah Kabupaten Deli Serdang dalam mengaktifkan PPL.

Saran

1. Kepada Peternak

Sebaiknya peternak sapi potong di daerah penelitian meningkatkan produksi dan mutu ternak, untuk menjaga harga dan permintaan tetap tinggi dan menjalin hubungan baik dengan agen serta menjalin kerja sama dengan pemerintah kabupaten Deli Serdang.

2. Kepada Pemerintah

Pemerintah sebaiknya memberikan pengembangan, pemberdayaan dan pembinaan kelembagaan kelompok ternak melalui petugas penyuluh dalam upaya meningkatkan produktifitas dan pendapatan peternak.

.

3. Kepada Peneliti Selanjutnya

(64)

Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong (Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang), 2010.

DAFTAR PUSTAKA

Gambar

Gambar                                                                                                        Halaman
Gambar 1 : diagram matriks SWOT
Gambar 2 : skema kerangka pemikiran
Tabel 2. Perkembangan populasi ternak sapi potong perkecamatan di Kabupaten Deli Serdang
+7

Referensi

Dokumen terkait

In Petra Christian University’s Visual Communication Design Department, this studio learning method is not only applied to its core subject but also to its skill subject..

No individual manufacturing quota may be issued unless a completed application form has been received, 21 CFR 1303.22.. OMB Approval

Aplikasi validasi kata ini dapat memeriksa setiap kata dan dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah pengetikannya, dari setiap kata yang terdapat pada file dokumen

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, untuk memecahkan masalah tersebut dapat diadakan penelitian tindakan kelas dengan judul : “ Peningkatan Hasil Belajar

[2] Kijima K (2009), Service System Science, Presentation, Graduate School of Decision Science and Technology, Tokyo Institute of Technology. (2007), Service Science, IBM Research,

Kesimpulan pada pemaknaan lirik lagu “Mobil Bergoyang” yang dinyanyikan oleh Lia MJ feat Asep Rumpi ini adalah makna tentang pornografi yang mengarah pada hubungan

Berdasar kajian pustaka bahwa ion logam positif Gd 3+ mengikat muatan negatif reseptor 10,20 dan komponen molekul anion pada permukaan bakteri Gram positif yang berperan

Persepsi masyarakat yang masih menganggap Perkumpulan Masyarakat Surakarta (PMS) adalah suatu organisasi keturunan tionghoa merupakan kendala dari faktor eksternal