• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS DAN STRATEGI PEMANFAATAN RUANG

DI KABUPATEN GAYO LUES,

NANGGROE ACEH DARUSSALAM

T E S I S

Oleh :

FAUZUL IMAN

057003002/PWD

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(2)

ANALISIS DAN STRATEGI PEMANFAATAN RUANG

DI KABUPATEN GAYO LUES,

N A D

T E S I S

Oleh :

FAUZUL IMAN

057003002/PWD

Komisi Pembimbing

Ketua

(Prof.

. Ir. Zulkifli Nasution, M.Sc, P.hd)

(lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE) (Prof. Drs. Robinson Tarigan, MRP)

Anggota Anggota

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(3)

RINGKASAN

Judul penelitian ini adalah “Analisa dan Strategi Pemanfaatan Ruang di Kabupaten Gayo Lues Nangroe Aceh Darussalam”. dengan tujuan untuk Mengkaji Dan Mengevaluasi Kemungkinan Penyimpangan Pemanfaatan Tat Ruang Dengan Rencana Tata Ruang, dan Merumuskan Arahan Strategi Dalam Perencanaan Tata Ruang.

Lokasi penelitian ini dilakukan di kabupaten Gayo Lues Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dengan luas wilayah 571.967 Ha. Kabupaten Gayo Lues secara administrative meliputi 5 kecamatan yaitu kecamatan Blangkejeren, Pindieng, Kuta Panjang, Rikit Gaib dan kecamatan Terangon.

Data yang digunakan adalah data primer dan data skunder, data primer di peroleh melalui wawancara mendalam dan pertanyaan terstruktur berbentuk kuisioner, kriteria yang digunakan disesuaikan dengan tujuan penelitian.di mana kriteria responden adalah terdiri dari 11 orang diantaranya pemerintah, swasta, masyarakat, akademisi, dan lembaga swadaya masyarakat (LSM), sedangkan data skunder di peroleh dari instansi-instansi terakait seperti BAPPEDA, kantor pertanahan nasional, Bkosurtanal, direktorat geologi tata lingkungan dan sumber daya mineral.

(4)

dan mahluk hidup lainnya. Dalam hal ini kabupaten Gayo Lues tidak ada memberikan batasan optimal/ideal dalam pemanfaatan lahan yang ada hanya berpedoaman pada RTRW yang ada.

Penggunaan lahan saat ini di kabupaten sebagian besar sudah sesuai dengan kesesuaian lahan kecuali terdapat penyimpangan dimana 40.768 ha pemukiman dan 529 ha pertanian lahan basah yang terdapat dikecamatan putrid betong yaitu 9 desa berlokasi pada kawasan lindung 529 TNGL, untuk fungsi hutan sebagian besar sudah sesuai dengan peruntukannya dimana 36.89% hutan lindung saat ini, luasan ini sangat ideal sebagai penyeimbang ekosistem dalam suatu DAS, yang sesuai dengan UU no. 41 tahun 1999 tentang ketentuan-ketentuan pokok kehutanan menyebutkan hanya 30% kawasan hutan yang harus dipertahankan.

Penggunaan lahan saat ini di kabupaten Gayo Lues sebagian besar sudah sesuai rencana tata ruang kesuali terdapat penyimpangan penggunaan lahan dimana tempat pemukiman masyarakat dijadikan kawasan pariwisata dan lahan untuk pertanian lahan basah (sawah) dijadikan untuk pemukiman masyarakat hal ini banyak terjadi di kecamatan Blangkejeren dan kecamatan kota Panjang.

Hasil dari analisis SWOT menunjukkan bahwa kegiatan pemanfaatan ruang di kabupaten Gayo Lues mempunyai kekuatan dan peluang sehingga strategi yang dapat dilaksanakan adalah dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki juga memanfaatkan peluang yang ada.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis penjatkan atas hadirat Allah SWT yang telah menciptakan bumi beserta segala isinya yang memiliki keanekaragaman sumber daya alam dan hayati bagi kemaslahatan ummat manusia, serta rahmat dan karunianya pada penulis dengan diberikan sedikit pengetahuan dari lautan ilmu-Nya yang tak terbatas, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik.

Penelitian ini berjudul “Analisis dan Strategi Pemanfaatan Ruang di Kabupaten Gayo Lues, NAD”. Yang merupakan salah satu syarat menyelesaikan pendidikan di program studi Pengembangan Wilayah dan Pedesaan (PWD) pada sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.

Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ayahanda Drs. H. Ma’at Husin dan Ibunda Hj. Aminah, dan Saudara-saudara ku yang tercinta, Abangda Ir. Tarmihin dan keluarga, Ir. Win Ansharullah dan keluarga, Adinda Istiqomah Spd dan keluarga, serta Istri tersayang Ponisih, A.Mk dan Anakku tercinta Izzul Islam yang selama ini telah memberikan dorongan dan motivasi bagi penulis didalam menyelesaikan studi ini.

2. Ibu Prof. Dr. T. Chairun Nisa, B. M.Sc. selaku Direktur Pasca Sarjana.USU. 3. Bapak Prof. Bachtiar Hassan Miraza selaku ketua program studi PWD.sekolah

Pasca Sarjana USU beserta para dosen pengajar dan staf yang telah membantu berjalannya perkuliahan.

(6)

selaku anggota Komisi Pembimbing yang telah membimbing penulis mulai dari penyusunan proposal, pelaksanaan penelitian sampai pada penyusunan tesis.

5. Pemerintah Daerah Kabupaten Gayo Lues Provinsi NAD yang telah memberikan bantuan biaya pendidikan, dan terima kasih kepada BAPPEDA Kab. Gayo Lues yang telah membantu memfasilitasi penulis.

6. Rekan-rekan mahasiswa Sekolah Pasca Sarjana USU terutama jurusan PWD- PWK.

7. Rekan-rekan seperjuangan PWD (2005 Genap) : terutama Pak Saut Situmeang, Pak Frans Nelson Togatorop, Pak Fa’atulo Zaluchu, Pak Yudi Triyanto, Mbak Meirnasari, Ibu Lurinim Purba. Yang telah bersama-sama dalam suka dan duka menempuh studi di Pasca Sarjana USU, serta rekan mahasiswa lainnya di pasca sarjana USU yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.

Akhir kata, saran dan kritik dari berbagai pihak yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan, karena penulis menyadari bahwa manusia tidak lepas dari segala kekurangan dan kekhilapan.

Medan, 4 Oktober 2007 Terima Kasih

(7)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(8)

DAFTAR ISI

4.1. Deskripsi Wilayah Penelitian... 31

4.2. Penggunaan Lahan ... 32

4.3. Topografi dan Geologi/Fisiologi Lahan... 33

4.4. Jenis Tanah... 34

4.4.1. Kedalaman Efektif ... 35

4.4.2. Tekstur Tanah... 36

4.4.3. Draenase... 37

4.5. Hidrologi ... 38

4.6. Klimatologi/Iklim... 39

4.7. Demografi (penduduk) ... 39

4.7.1. Prakiraan Jumlah Penduduk... 39

4.7.2. Penyebaran dan Kepadatan Penduduk ... 41

4.8. Sosial Ekonomi ... 42

(9)

4.8.2. Pemerintahan ... 42

4.10.1. Kawasan yang memberikan perlindungan di Bawahnya... 46

4.12. Kawasan Budidaya Pertanian... 51

(10)

4.17.1.2.d. Jumlah, kepadatan dan distribusi pen- pemanfaatan lahan... 76

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman 3.1. Jenis, Sumber, cara pengumpulan dan analisa data-

berdasarkan tujuan yang dicapai ... 20

4.7. Luas penggunaan lahan masing-masing kec.di kab.gayo lues... 32

4.8. Luas wilayah kab.gayo lues berdasarkan jenis tanah 35 4.9. Luas wilayah kab.gayo lues berdasarkan kedalaman efektif ... 35

4.10. Luas wilayah kab.gayo lues berdasarkan tekstur tanah ... 37

4.11. Luas wilayah kab.gayo lues berdasarkan keadaan draenase... 38

4.12. Luas wilayah aliran sungai dan debit air di kab.gayo lues... 38

4.13. Rata-rata curah hujan dan hari hujan di kab.gayo lues ... 39

4.14. Jumlah penduduk dan proporsi jlh penduduk di kab.gayo lues thn 1997-2001 ... 40

4.15. Jumlah desa per kecamatan di kab.gayo lues... 42

4.16. Fungsi kawasan lindung dan TNGL tahun 2013 ... 46

4.17. Fungsi hutan pada masing-masing kategori... 49

4.18. Kawasan hutan saat ini menurut kecamatan di kab.gayo lues. ... 50

4.19. Penggunaan lahan tanaman basah... 51

4.20. Penggunaan lahan kering perkecamatan kab.gayo lues tahun 2003-2013 ... 51

4.21. Penggunaan lahan tanaman holtikultura perkecamatan tahun 2013 .. 52

4.22. Pemanbfaatan lahan untuk hutan tanaman industri... 55

4.23. Peubah bersifat strategis unsur kekuatan yang berpengaruh terhadap pemanfaatan ruang dan nilai pengaruhnya (skor) ... 58

4.24. Kabupaten gayo lues di perempat jalur jalan nasional... 61

4.25. Potensi penggunaan lahan perkecamatan kab.gayo lues... 62

4.26. Potensi sumber daya mineral kab.gayo lues ... 63

4.27. Peubah-peubah unsur kelemahan dan nilai pengaruhnya. ... 65

4.28. Peubah-peubah unsur peluang dan nilai pengaruhnya. ... 70

4.29. Peubah-peubah unsur ancaman dan nilai pengaruhnya. ... 73

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman 2.1. Kerangka pemikiran ... 17 3.2. Tumpang susun (overlay) pada evaluasi lahan untuk fungsi ... 25 3.3. Tumpang susun (overlay) pada evaluasi lahan untuk sarana

Tadah Hujan tanpa irigasi. ... 26 3.4. Tumpang susun (overlay) pada evaluasi lahan untuk pemuki-

man... 26 3.5. Diagran SWOT... 29 4.6. Hasil analisis strategi terhadap pemanfaatan ruang di Kab.lues.

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul halaman

1. Kuisioner Penelitian ... 88

2. Tabulasi Daftar responden ... 94

3. Peta wilayah kab.gayo lues 3.1. Peta administrasi ... 103

3.2. Peta pengunaan lahan... 104

3.3. Peta Lereng ... 105

3.4. Peta penyebaran curah hujan... 106

3.5. Peta Kawasan budaya... 107

3.6. Peta Kesesuaian lahan untuk tanaman lahan basah... 108

3.7. Peta rencana kepadatan penduduk per BWK kota blang- kejeren Tahun 2013... 109

3.8. Peta Peta Provinsi Aceh Lauser Antara (ALA)... 110

3.9. Peta Arahan Fungsi Hutan Kabupaten Gayo Lues... 111

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Penggunaan lahan yang layak harus didasarkan pada potensi lahan dan keadaan lingkungan. Disamping itu, peningkatan jumlah penduduk yang sangat cepat dan luas lahan yang relatif terbatas dan tetap, menyadarkan manusia akan keterbatasan sumber daya alam yang tersedia. Eksploitasi suatu jenis sumber daya alam akan berpengaruh terhadap sumber daya alam lain dan keadaan lingkungan sekitarnya. Sumber daya alam terbagi menjadi dua, yaitu sumber daya alam yang berada di permukaan bumi yang biasanya dapat diperbaharui dan dapat dilihat dengan mata secara langsung dan sumber daya alam dibawah permukaan bumi yang jarang mengalami perubahan secara langsung dan tidak dapat dilihat secara langsung oleh mata.

(15)

Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan konstitusional mewajibkan agar sumber daya alam digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat, dimana kemakmuran rakyat tersebut harus dapat dinikmati, baik oleh generasi sekarang maupun generasi yang akan datang. Paradigma baru pembangunan menyepakati bahwa prasyarat tercapainya pembangunan berkelanjutan adalah terjadinya keseimbangan dalam tiga aspek utama, yakni lingkungan, sosial, dan ekonomi. Paradigma pembangunan ini mencoba menyelaraskan pembangunan ekonomi dan konservasi lingkungan yang selama ini bertentangan.

Sebagai kabupaten yang secara otonomi baru terbentuk berdasarkan Undang Undang Republik Indonesia Nomor 04 tahun 2002 tanggal 10 April 2002 tentang pembentukan Kabupaten Gayo Lues, Aceh Jaya, Aceh Barat Daya, Tamiang dan Nagan Raya, maka arah pembangunan daerah yang selama ini masih mengacu kepada Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRWK) Aceh Tenggara tidak dapat lagi digunakan. Karena dalam pelaksanaannya ternyata RTRWK tersebut banyak ditemukan perubahan-perubahan dan ketidaksesuaian sebagai konsekuensi dari perkembangan pembangunan daerah yang pesat. Dengan sendirinya perubahan perubahan yang terjadi tersebut perlu mendapat perhatian yang cukup serius, terutama yang berkenaan dengan perubahan fungsi pemanfaatan ruang wilayah.

(16)

adanya ketidak seimbangan pembangunan dengan kelestarian lingkungan hidup, pemborosan pemanfaatan ruang dan penurunan kualitas ruang. Oleh sebab itu diperlukan penataan ruang untuk mengatur pemanfaatannya berdasarkan besaran kegiatan, jenis kegiatan fungsi lokasi, kualitas ruang, dan estetika.

Berdasarkan data Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kabupaten Gayo Lues (Bappeda Gayo Lues 2003) luas Kabupaten Gayo Lues seluruhnya adalah 571.967 ha, dengan pembagian kawasan lindung 406.457 ha (71,10%) dan kawasan budi daya 165.310 ha (28,91%). Kawasan lindung yang terdiri dari Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), kawasan konservasi dan zona inti konservasi yang luas wilayahnya lebih dari 70% dari luas keseluruhan Kabupaten Gayo Lues. Hal ini bermakna bahwa ada kawasan budidaya yang masuk dalam Kawasan Ekosistem Leuser (KEL).

(17)

Penataan ruang mempunyai tiga tujuan, yaitu optimalisasi pemanfaatan sumber daya (productivity), keberimbangan dan keadilan (equity), dan keberlanjutan (sustainability) (Rustiadi et al. 2004). Penyimpangan pemanfaatan ruang dari rencana tata ruang dikhawatirkan akan menghambat tujuan tersebut. Untuk itu, perlu dilakukan analisis dan arahan strategi pemanfaatan ruang sebagai bahan pertimbangan bagi pengambil keputusan dalam penentuan kebijakan penyempurnaan rencana tata ruang sebagai acuan teknis dalam pemanfaatan ruang dan penetapan kawasan yang optimal.

1.2. Perumusan Masalah

Kabupaten Gayo Lues merupakan salah satu Kabupten yang berada di bawah wewenang adminstrasi Provinsi Naggroe Aceh Darussalam. Kabupaten Gayo Lues terbentuk berdasarkan Undang-undang RI Nomor 4 tahun 2002 tentang pembentukan Kabupten Gayo Lues, Tamiang, Aceh Jaya, Aceh Barat Daya dan Nagan Raya. Kabupaten Gayo Lues memiliki sumber daya alam yang tinggi sehingga dalam pemanfaatanya harus memperhatikan kualitas lingkungan agar tetap lestari. Perkembangan sektor pertanian, perkebunan, pariwisata dan pemukiman dapat memberi tekanan terhadap lingkungan. Bila tidak dikelola dengan baik, maka kemungkinan besar akan timbul masalah lingkungan (fisik, kimia, biologi, sosial, ekonomi dan budaya) yang lebih komplek dan pada akhirnya dapat mengakibatkan degradasi lingkungan yang akan berdampak terhadap kesejahteraan masyarakat.

(18)

berupa kepentingan antar pelestarian sumber daya hutan dan kepentingan produksi, konflik pengguna lahan, pemanfaatan lahan, alih fungsi (konversi lahan) disebakan oleh perkembangan dan pembangunan daerah secara sektoral yang amat pesat, kesulitan utama yang sering dijumpai dalam mengakomodasikan kegiatan pembangunan adalah sulitnya menterjemahkan rencana strategis pembangunan daerah yang masih bersifat umum dan subjektif ke dalam wadah ruang. Dalam upaya mengatasi kesulitan tersebut, perlu adanya penilaian tingkat relevansi tujuan dan sasaran pembangunan dengan rencana tata ruang akan dilakukan dengan pendekatan konsepsi pengembangan, misalnya sejauh mana pola dan struktur tata ruang mampu memacu laju pertumbuhan dan perkembangan daerah di masa yang akan datang, sejauh mana pola dan struktur tata ruang mampu menciptakan fungsi ruang dan azas kelestarian lingkungan dan pemerataan pembangunan dalam wilayah Kabupaten Gayo Lues.

(19)

a. Apakah ada penyimpangan pemanfaatan ruang dari rencana tata ruang ? b. Bagaimanakah mengoptimalkan rencana tata ruang mengikuti pertumbuhan

sektoral dan permintaan pasar ?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari pada penelitian ini adalah untuk :

1. Mengkaji dan mengevaluasi kemungkinan penyimpangan pemanfaatan tata ruang dengan rencana tata ruang.

2. Merumuskan arahan strategi dalam perencanaan tata ruang.

1.4. Manfaat Penelitian

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Evaluasi Kesesuain Lahan

Meningkatnya kebutuhan dan persaingan dalam penggunaan lahan memerlukan pemikiran yang seksama dalam mengambil keputusan dalam pemanfaatan yang paling menguntungkan dari sumber daya lahan yang terbatas, sementara juga melakukan tindakan konserpasinya untuk penggunaan di masa yang datang. Beberapa permasalahan dalam usaha penataan penggunaan lahan lingkungan hidup diantaranya adalah kurangnya informasi tentang potensi lahan, kesesuaian penggunaan lahan dan tindakan pengelolaan yang diperlukan bagi setiap areal lahan yang dapat digunakan sebagai pegangan dalam pemanfaatan areal tersebut (Sitorus, 1998).

Menurut Hardjowigeno, S. 2001, sistem evaluasi kesesuai lahan memiliki beberapa ciri yaitu:

a. Sebagai suatu cara dalam menjadwal permintaan pemakai.

b. Sebagai suatu cara pengumpulan, penyimpanan, analisis, penyajian informasi lahan dan potensi penggunaannya.

c. Sebagai suatu cara pemanggilan kembali dan manipulasi informasi.

2.2. Penataan Ruang

(21)

bawahnya sepanjang manusia masih dapat menjangkaunya. Dengan demikian, ruang adalah lapisan atas permukaan bumi yang berfungsi menopang kehidupan manusia dan mahluk lainnya. (UU No. 24/1992 Bab I pasal 1)

Perencanaan ruang wilayah adalah perencanaan penggunaan/pemanfaatan ruang wilayah yang intinya adalah perencanaan penggunaan lahan (land use planning) dan perencanaan pergerakan pada ruang tersebut. Menurut undang-undang nomor 24 tahun 1992 tentang penataan ruang disebutkan bahwa penataan ruang adalah suatu upaya untuk mewujudkan tata ruang yang terencana melalui suatu proses yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian pemanfaatan ruang yang satu dengan yang lainnya yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Menurut Undang-undang nomor 24 tahun 1992 pasal 9 ayat 1, penataan ruang berazaskan:

a. Pemanfaatan ruang bagi semua kepentingan secara terpadu, berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang, dan berkelanjutan.

b. Keterbukaan, persamaan, keadilan dan perlindungan hukum.

Penataan ruang bertujuan untuk terselenggaranya penataan ruang yang berwawasan lingkungan, terselenggaranya pengaturan pemanfaatan ruang pada kawasan lindung dan budi daya sehingga terciptanya pengaturan pemanfaatan ruang yang berkualitas. Upaya penantaan ruang ini juga dilakukan untuk menciptakan pembangunan yang berkelanjutan dan sangat penting dalam kaitannya dalam pembangunan ekonomi (Darwanto, 2000).

(22)

maka penataan ruang merupakan bagian dari proses pembangunan. Penataan ruang mempunyai tiga urgensi, yakni:

a. Optimalisasi pemanfaatan sumber daya (prinsip produktifitas dan efisiensi). b. Alat dan wujud distribusi sumber daya (prinsip pemerataan, keberimbangan

dan keadilan).

c. Keberlanjutan (prinsip sustainability).

Konsep penataan ruang dapat menjadi aktifitas yang mengarahkan kegiatan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat termasuk dunia usaha. Penataan ruang bukanlah suatu tujuan melainkan alat untuk mencapai tujuan, dengan demikian kegiatan penataan ruang tidak boleh berhenti dengan diperdakannya rencana tata ruang kabupaten, tetapi penataan ruang harus merupakan aktifitas yang terus menerus dilakukan untuk mengarahkan masyarakat suatu wilayah guna mencapai tujuan-tujuan pokoknya (Darwanto, 2000).

(23)

jangka menengah dengan horizontal waktu 15 tahun pada skala ketelitian 1 : 250.000, sementara RTRW kabupaten dan kota merupakan perencanaan mikro

operasional jangka menengah (5-10 tahun) dengan skala ketelitian dengan 1 : 20.000 hingga 1 : 10.000, yang kemudian diikuti dengan rencana-rencana rinci

yang bersifat mikro operasional jangka pendek dengan skala ketelitian di bawah 1: 5.000 (Departemen Perikanan dan Kelautan, 2002).

Dalam kerangka penataan ruang secara nasional, ada beberapa permasalahan diantaranya adalah terjadinya tumpang tindih penanganan pemanfaatan sumber daya alam yang memicu terjadi berbagai persoalan lainnya, tingginya alih fungsi (konversi) lahan pertanian produktif menjadi lahan non pertanian. Permasalahan tersebut timbul karena masih kurangnya perhatian atau program pembanguan yang mengarah pada pemanfaatan ruang secara benar dan konsisten serta sesuai dengan kondisi kehidupan masyarakat, potensi sumber daya alam dan lingkungan. (Undang-undang nomor 24 tahun 1992).

(24)

pemanfaatan tanah kondisi pengelolaan tanah melalui pengaturan kelembagaan yang terkait dengan pemanfaatan tanah sebagai satu kesatuan sistem untuk kepentingan masyarakat secara adil. Penatagunaan tanah diselenggarakan berdasarkan rencana tata ruang wilayah Kabupaten/Kota dengan jangka waktu yang ditetapkan dalam rencara tata ruang wilayah Kabupaten/Kota.

Perencanaan tata ruang merupakan perumusan tata ruang secara optimal dengan orientasi produksi dan konservasi bagi kelestarian lingkungan. Perencanaan tata ruang wilayah mengarah dan mengatur alokasi pemanfaatan ruang, mengatur alokasi kegiatan, keterkaitan antar fungsi kegiatan serta indikasi program dan kegiatan pembangunan. Hasil perencanaan tata ruang yang disebut rencana tata ruang sesungguhnya adalah konsep, ide dan merupakan instrumen pengendalian pembangunan suatu wilayah pemerintahan yang menjadi pegangan bersama segenap aktor pembangunan baik pemerintah, masyarakat maupun swasta (Darwanto, 2000)

Idealnya suatu wilayah tata ruang disusun berdasarkan aspirasi kebutuhan masyarakat yang dirumuskan dan dianalisis dengan metode dan teknik perencanaan. Rencana tata ruang pada dasarnya merupakan bentuk intervensi yang dilakukan agar interaksi manusia/makhluk hidup dengan lingkungannya dapat berjalan serasi, selaras, seimbang untuk terncapainya kesejahteraan manusia/makhluk hidup, kelestarian lingkungan dan keberlanjutan pembangunan

(sustainability of development), jadi tata ruang merupakan suatu bentuk instrumen

(25)

Pemanfaatan ruang merupakan wujud operasionalisasi rencana tata ruang atau pelaksanaan pembangunan dan pengendalian pemanfaatan ruang terdiri atas mekanisme perizinan dan penertiban terhadap pelaksanaan pembangunan agar tetap sesuai dengan RTRW baik nasional, provinsi, kabupaten dan kota. Selain merupakan proses, penataan ruang sekaligus juga merupakan instrumen yang memiliki landasan hukum untuk mewujudkan sasaran pengembangan wilayah ( Zainuddin. 2004).

Rencana pemanfaatan dan pengendalian ruang, merupakan suatu perencanaan tata ruang yang disusun suatu saat tertentu (waktu tertentu pula). Landasan hukum dalam pelaksanaan tata ruang adalah Undang-undang nomor 24 tahun 2002 tentang penataan ruang, undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-undang nomor 25 tahun 1999 tentang pertimbangan keuangan antara pusat dan daerah PP nomor 32 tahun 1990 tentang pengelolaan kawasan lindung, dan PP nomor 69 tahun 1966 tentang pelaksanaan hak dan kewajiban serta bentuk dan tata cara peran serta masyarakat dalam penataan ruang.

(26)

pembangunan secara konsisten dapat terwujud jika konsep dan penataan ruang dapat di wujudkan dalam struktur yang menggambarkan ikatan pemanfaatan ruang yang terpadu dari berbagai sektor pembangunan (Budi Harsono, 2001).

Fungsi penataan ruang dalam kebijakan pembangunan daerah adalah sebagai mata ruang dari kebijakan pembangunan daerah, merupakan pedoman untuk menetapkan lokasi bagi kegiatan pembangunan dalam pemanfaatan ruang yang dituangkan dalam rencana tata ruang, dan sebagai alat untuk mengkoordinasikan perencanaan, pelaksanaan pemanfaatan ruang bagi kegiatan yang memerlukan ruang, sehingga dapat menyelaraskan setiap program antar sektor yang terlibat. Pada tahap pemanfataan ruang khususnya di tingkat Provinsi masih di temui berbagai kendala yang diantaranya di sebabkan oleh belum adanya persamaan persepsi dalam memahami kebijakan penataan ruang sehingga kebijakan penataan ruang belum sepenuhnya dapat di tindak lanjuti dalam kebijaksanaan institusi masing-masing. Hal lain adalah ketidakpastian alokasi anggaran daerah dalam mewujudkan apa yang telah direncanakan dari rencana tata ruang (Saromi 2004).

2.3. Analisa SWOT

(27)

Dalam analisa SWOT terdapat dua faktor yang harus dipertimbangkan , yaitu lingkungan Internal kekuatan (strengths) dan kelemahan (weakness) serta lingkungan eksternal peluang (opportunities) dan ancaman (threats). Menurut Pearce II dan Robinson (1991), kekuatan (strengths) adalah sumberdaya, keterampilan atau keunggulan lain relatif terhadap pesaing dan kebutuhan pasar, kelemahan (weakness) merupakan keterbatasan dalam sumber daya, keterampilan dan kemampuan yang secara serius menghalangi kinerja; Peluang (opportunities) merupakan situasi yang menguntungkan, berbagai kecendrungan, peraturan-peraturan dan perubahan teknologi. sedangkan ancaman (threats) adalah situasi yang tidak menguntungkan atau rintangan. Dalam melakukan analisis SWOT dapat ditemukan masalah-masalah yang menyebabkan terjadinya kegagalan dalam mempersentasikan hasil analisis SWOT. Menurut Salusu ( 1996 ) , masalah tersebut adalah sebagai berikut

- The missing link problem, atau masalah hilangnya unsur keterkaitan , yang

merujuk pada kegagalan dalam menghubungkan eveluasi terhadap faktor eksternal dengan evaluasi terhadap faktor internal.

- The blue sky problem , atau masalah langit biru. Para pengambil keputusan

bersikap terlalu optimistis dalam melihat peluang , yang berakibat munculnya penilaian atas faktor-faktor internal dan eksternal yang tidak cocok.

- The silver lining problem , para pengambil keputusan memandang remeh

(28)

- The all things to all people problem , Para pengambil keputusan cendrung

memusatkan perhatiannya pada kelemahan-kelemahan organisasinya dan kurang melihat potensi kekuatan yang dimilikinya.

- The putting the car before the horse problem , menempatan kereta di depan

kuda adalah suatu aktifitas terbalik. Para pengambil keputusan langsung mengembangkan strategi dan rencana tindak lanjut sebelum menentukan kebijaksanaan strategi yang akan di jalankan organisasinya.

2.4. Kerangka Pemikiran

Bapeda Kabupaten Gayo Lues ( 2004-2014 ) , menyebutkan bahwa sejalan dengan terbentuknya Kabupaten Gayo Lues , maka produk RTRWK Aceh Tenggara yang hingga saat ini masih digunakan didalam pelaksanaannya banyak ditemukan ketidak sesuaian antara rencana dengan kenyataan di lapangan. Hal ini menyebabkan adanya indikasi penyimpangan pemanfaatan ruang dari rencana tata ruang Kabupaten Gayo Lues.

Berdasarkan hal tersebut kemudian dilakukan analisis kesesuaian lahan dilakukan untuk mengetahui kesesuaian penggunaan lahan saat ini berdasarkan kesesuaian lahannya. Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa terjadinya penyimpangan pemanfaatan ruang dari rencana tata ruang RTRW Kab Gayo Lues di antaranya disebabkan oleh belum dipertimbangkannya kondisi alam seperti ketersediaan lahan , daya dukung lahan, dan lingkungan serta kondisi sosial budaya masyarakat setempat ( respon masyarakat, tradisi dan kebiasaan yang sudah turun temurun dan lain-lain ).

(29)

sedangkan analisis strategi terpadu menggunakan pendekatan system SWOT, agar proses dan hasil model strateginya memiliki tingkat integritas keilmuan lintas disiplin yang konprehensif.

Pendekatan system yang ada dengan system analisis strategis dilakuakan dengan menggunakan analisis SWOT, yang akan menghasilkan :

a. Peubah-peubah bersifat strategis unsur Internal (kekuatan dan kelemahan), dan eksternal (peluang dan ancaman) yang berpengaruh dalam pemanfaatan ruang.

(30)

Diagram Kerangka Pemikiran Disajikan Pada Gambar 2.1.

Penataan ruang

Perencanaan Tata Ruang Pemanfaatan Ruang Pengendalian Pemanfaatan Ruang

Rencana Tata Ruang Kabupaten Gayo Lues 2003-2013

Penyimpangan

Pendekatan Sistem

Ya

Analisis Strategis Analisis SWOT- Peubah

Diagram dan Matrik SWOT

Arahan Strategi Pemanfaatan Ruang

Kebijakan Pemanfaatan Ruang

Pemanfaatan Ruang sudah optimal Strategi

Pemanfaatan Ruang

Peubah Unsur SWOT Nilai Pengaruh

Tidak Ya

Keterangan : : ruang lingkup penelitian

(31)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Gayo Lues provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dengan luas wilayah, 571.967 Ha. Kabupaten Gayo Lues secara administratif meliputi 5 Kecamatan yaitu Kecamatan Blangkejeren, Pindieng, Kuta Panjang, Rikit Gaib dan Kecamatan Terangon. Dengan batas-batas wilayah :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Aceh timur, aceh tengan dan Nagan Raya.

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tenggara Dan Aceh Barat Daya.

- Sebelah Timur berbatasan dengan Aceh Tamiang dan Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara.

- Sebelah Barat berbatasan dengan Aceh Barat Daya.

Waktu penelitian dilaksanakan selama 2 bulan mulai Oktober 2006 sampai dengan Desember 2006, sedangkan analisis data dan penyusunan tesis selama 3 bulan dari Oktober sampai Januari 2007.

3.2. Jenis dan Sumber Data

(32)

survey dan informasi yang didapat. Pertimbangan responden adalah aktor atau pengguna lahan (stakeholders) yang terdiri dari 11 orang yaitu, pemerintah/ Birokrat, Swasta, masyarakat, akademisi, dan lembaga swadaya masyarakat (LSM).

Responden yang dimaksud adalah responden yang terlibat langsung atau yang dianggap mempunyai kemampuan dan mengerti dengan baik pemasalahan yang terkait dengan pemanfaatan wilayah. Menurut David 1997, dalam analisis ini untuk menentukan responden tidak ada jumlah minimal yang harus dipenuhi, sepanjang responden yang dipilih adalah orang-orang yang memahami bidang yang dijalaninya. Namun demikian semakin banyak responden yang dilibatkan akan semakin baik untuk mengurangi subjektipitas.dalam penelitian ini jumlah responden

Data primer digunakan untuk perumusan strategi dalam penyempurnaan rencana tata ruang. Sedangkan data skunder meliputi peta penggunaan lahan (saat ini), RTRW Kabupaten Gayo Lues, peta jenis tanah, peta jenis kelerengan, peta ketinggian, peta kedalaman tanah, peta draenase, peta curah hujan yang dikumpulkan instansi terkait seperti Bappeda, kantor pertanahan nasional, Bakosurtanal, direktorat giologi tata lingkungan dan sumber daya mineral, dsb.

(33)

Tabel 3.1. Jenis, Sumber, Cara Pengumpulan Dan Analisis Data Berdasarkan

Peta jenis tanah, peta lereng, peta

(34)

Tabel 3.2. Jenis Data Dan Sumber Data Yang Digunakan

Peta rupa bumi indonesia - peta kontur

(kelrengan,ketinggian) - peta garis pantai - peta sungai - peta sebaran

danau/Situ

Peta Hidrogeologi

Peta dan Dokumen RTRW tahun 1999 sampai dengan 2009

Peta penguanaan lahan 2003

Data dan peta curah hujan

Peta kawasan hutan saat ini

Ada dua analisis yang digunakan, yakni analisis kesesuaian lahan menggunakan SIG (Sistem Informasi Geografis), analisis strategi menggunakan SWOT (Strength, Weakneess, Opportunity, Threats.

(35)

Penentuan kawasan lindung menggunakan kepres no 32 tahun 1990 dan penentuan fungsi hutan menggunakan SK Mentri Pertanian no.837/kpts/ UM/II/1980.

1. Kriteria penentuan kawasan lindung (Kepres No.32 thn 1990)

- Kawasan Hutan Lindung.

a. kawasan hutan dengan faktaor-faktor lereng, jenis tanah, curah hujan dengan skor > 175.

b. Kawasan hutan yang mempunyai lereng lapangan > 40% c. Kawasan hutan yang mempunyai ketinggian > 2000 M diatas

permukaan laut.

- Sempadan Pantai

a. Daratan sepanjang tepian yang lebarnya propesional dengan bentuk dan konsisi pisik pantai minimal 100M dari titik pasang tertinggi kearah darat.

- Sempadan Sungai

a. Sekurang-kurangnya 100M dari kiri kanan sungai besar dan 50 m di kiri kanan anak sungai yang berada diluar pemukinan. b. Untuk sungai dikawasan pemukiman berupa sempadan sungai

yang diperkirakan cukup untuk dibangun jalan inspeksi aantara 10-15 M.

- Sempadan Situ

(36)

- Sempadan Mata Air

a. Sekurang-kurangnya radius 200 M sekitar mata air. 2. Kriteria penentuan kawasan budidaya

- Hutan produksi terbatas dan hutan produksi tetap.

a. Kawasan hutan dengan faktor lereng, jenis tanah, curah hujan dengan skor 124- 175 untuk hutan produksi terbatas dan jumlah skor < 124 untuk hutan prosduksi tetap.

- Sawah tadah hujan tanpa irigasi.

a. terletak pada keimiringan/ kelerengan < 3%. b. terletak pada ketinggian < 500M.

c. Draionase terhambat.

d. kedalaman efektif tanah > 75 cm.

- Pemukiman.

a. Terletak pada kemiringan / kelerengan 0-15 %. b. Drainase baik- agak baik.

c. kedalaman efektif tanah sangat dangkal ( <25cm) – dangkal (25-50 cm).

(37)

kondisi fisiknya seragam dan sempadan mata air dibuat dengan buffer jari-jari 200 M sekitar mata air.

Analisis kesesuaian lahan untuk pungsi hutan menggunakan scorring, tumpang susun ( Overlay), sedangkan untuk sawah tadah hujan tanpa irigasi dan pemukiman menggunakan tehnik tumpang susun (overlay). Perpangkatan

(scooring) untuk pungsi hutan dan perkerasan untuk sawah hujan tambah, irigasi

dan pemukinan berturut-turut tertera pada gambar 3.2, 3.3, 3.4.

Dalam penelitian ini kelas kesesuaian dibagi kedalam 5 kelas (untuk sawah tadah hujan tampa irigasi dan pemukiman), yakni :

a. Kelas S1 : sangat sesuai (highlysutable)

Lahan tidak mempunyai pembatasa yang bereat untuk suatau penggunaan tertentu secara lestari, atau hanya mempunyai pembatas yang kurang berarti dan tidak baerpengaruh secara nyata terhadap produksinya serta tidak akan menaikkan masukan dari apa yang telah biasa deberikan.

b. Kelas S2. Sesuai (suitaible)

Lahan yang mempunyai pembatas agak berat untuk suatu penggunaan yang lestari. Pembatas tersebut akan mengurangi produkstivitas lahan dan keuntungan yang diperoleh serta meningkantkan masukan untuk mengusahakan arahan tersebut.

c. Kelas S3 : sesuai marginal (marginally suitable)

Lahan yang mempunyai pembatas dengan tingkat cukup berat untuk suatu penggunaan yang lestari. Pembatas akan mengurangi produktivitas atau keuntungan dan perlu menaikkan masukan yang diperlukan.

(38)

Lahan yang batas sangat berat tetapi masih memungkinkan untuk diatasi, hanya tidak dapat diperbaiki dengan tingkat pengetahuan sekarang ini dengan biaya yang rasional.

e. Kelas N2 : tidak sesuai permanen (permanently nots suitable)

Lahan yang mempunyai pembatas yang sangat berat sehingga tidak mungkin untuk digunakan bagi suatu peggunaan yang lestari.

Penkelasan tersebut ( sawah tadah hujan tanpa irigasi dan pemukiman ) kemudian dibagi 2 kelas yakni kelas sesuai dan kelas tidak sesuai dimana kelas S1, kelas S2, dan kelas S3 dikelompokkan menjadi kelas sesuai dan kelas N1/N2/dikelompokkan menjadi kelas tidak sesuai.

Tumpang susun (overlay) pada evaluasi lahan untuk pungsi hutan adalah sebagai berikut :

Peta kesesuaian lahan untuk pungsi hutan

Kelerengan

Jenis tanah

Intensitas Curah Hujan

(39)

Tumpang susun (overlay) pada evaluasi lahan untuk sawah tadah hujan tanpa irigasi adalah sebagai berikut :

Kelerengan

Peta kesesuaian lahan untuk sawah tadah hujan tanpa irigasi

Gambar 3.3. Tumpang susun (overlay) pada evaluasi lahan untuk sawah tadah hujan tanpa irigasi

Gambar 3.4. Peta Kesesuai Lahan Untuk Pemukiman

Ketinggian

Kedalaman efektif

Drainase

Kelerengan

Kedalaman efektif

Drainase

(40)

3.3.1. Analisa Strategi.

Perangkat analisa data yang digunakan adalah Interval Factor

Evaluation Matrix dan External Factor Evaluation Matrix, diagram SWOT dan

Matrixs SWOT.

a. Internal Factor Evaluation Matrix dan External Factor Evaluation

Matrix

Matrix IFE (tabel 3.3) dan Matrix EFE (tabel 3.4) digunkan untuk menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal serta mengklasifikasikannya menjadi kekuatan dan kelemahan, peluang dan ancaman kemudian dilakukan pembobotan.

Tabel 3.3 Matrix Internal Factor Evaluation (IFE)

Faktor strategi internal Bobot Rating Skor=bobot x Rating Kekuatan Sumber : David (1997)

Tabel 3.4. Matrix Eksternal Factor Evaluation (EFE)

(41)

Menurut Rangkuti (2000), tahap-tahap untuk mengidentifikasikan peubah-peubah internal dan eksternal dalam matriks IFE dan EFE adalah sebagai berikut :

1. Menentukan faktor-faktor strategis internal yangt menjadi kekuatan dan kelemahan serta faktor-faktor strategis eksternal yang menjadi peluang dan ancaman (pada kolkom 1).

2. Memberikan bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,0 (paling penting) sampai 0,0 (tidak penting) berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut (pada kolom 2).

3. Menghitung rating baik pada matrix IFE dan EFE untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai

dengan 1 (porr) guna mengidentifikasikan kelemahan utama, kekuatan

uatama, peluang dan ancaman beserta nilai pengaruhnya. (pada kolom 3) 4. Mengalikan bobot kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk

memperoleh faktor pembobotan yang menunjukkan nilai pengaruh faktor (pada kolom 4)

5. Menjumlahkan bobot skor pada kolom 4 untuk memperoleh total skor pembonbotan.

b. Diagram SWOT

(42)

menempatkan selisih nilai anatara peluang (O) – ancaman (T) pada sumbu (y), maka ordinat (x,y) akan menempati salah satu sel dari diagram SWOT. Letak nilai S – W dan O – T dalam diagram SWOT akan menentukan arahan strategi pemanfaatan ruang.

Peluang (O)

Sel 3 Sel 1

Kelemahan (W) Kekuatan (S) Sel 4 Sel 2

Ancaman (T)

Gambar 3.5. Diagram SWOT.

Setiap sel pada diagram SWOT memperlihatkan ciri yang berbeda, sehingga diperlukan strategi yang berbeda dalam penggunaanya. Dengan diagram SWOT yang dibuat berdasarkan nilai pengaruh unsur SWOT akan dapat dirumuskan bentuk strategi tepat (Pearce & Robinson 1991).

c. Matrix SWOT

(43)

Tabel 3.5. Matrix SWOT

Strategths (S)

Tentukan 1-10 keakuatan internal

Weakness (W)

Sumber : Rangkuti (2000)

(44)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Wilayah Penelitian

Secara geografis Kabupaten Gayo Lues Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), yang terletak pada posisi 030 40’ 32”-040 16’ 37” LU dan 960 48’ 31”-970 56’ 08” Bujur Timur. Kabupaten Gayo Lues dengan ibu kota Blangkejeren merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh Tenggara. Kabupaten Gayo Lues secara administratif meliputi 5 (lima) kecamatan, yaitu Blangkejeren, Pining, Kuta Panjang, Rikit Gaib, Terangun, dengan luas keseluruhan 5.719,580 Km2 atau 571.958 Ha. Lebih jelasnya data luas setiap kecamatan di Kabupaten Gayo Lues dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6. Data Luas Setiap Kecamatan di Kabupaten Gayo Lues Luas

No Kecamatan

Km2 Ha (%) 1 Blangkejeren 1.694,180 169.718,0 29,62 2 Pining 1.167,140 161.714,0 28,27 3 Kuta Panjang 705,480 70.548,0 12,33 4 Rikit Gaib 595,375 59.537,5 10,40 5 Terangun 1.107,425 110.742,5 19,36

Jumlah 5.719,580 571.958,0 100,00

Sumber : Gayo Lues dalam angka 2004

(45)

dan karakteristik sosial dan ekonomi masing-masing daerah. Hal ini akan dapat dilaksanakan jika didukung oleh aksesibilitas yang memadai.

4.2. Penggunaan Lahan

Berdasarkan data dari Bappeda Kabupaten Gayo Lues tahun 2002, diketahui Kabupaten Gayo Lues memilki luas wilayah sekitar 571.967 Ha. Sebagian besar 441.935 Ha (77,27%) merupakan kawasan lindung dan hanya sekitar 130.032 Ha (22,73%) merupakan kawasan budidaya. Luas penggunaan lahan masing-masing kecamatan (Ha) dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7. Luas Penggunaan Lahan Masing-Masing Kecamatan Di Kabupaten Gayo Lues

Penggunaan Terangun Rikit Gaib

Sumber : BPS Kab.Gayo Lues 2000

(46)

seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Gayo Lues, dengan cadangan lahan yang paling luas berada pada kecamatan pining diikuti Blangkejeren, Terangun, Kuta Panjang, Rikit Gaib. Sementara itu, saat ini yang menjadi kendala dalam pembangunan pertanian Kabupaten Gayo Lues adalah lahan yang tersedia tidak berada dalam satu hamparan dan pertanian yang berskala besar hanya bisa dilakukan di kecamatan Pindieng, Blangkejeren, dan Terangun.

Kesesuaian lahan sangat diperlukan dalam mempertimbangkan penggunaan lahan. Kesesuaian lahan yang dimaksud adalah suatu wilayah yang secara fisik, kimia, agroekologis dan sosial ekonomi layak untuk dikembangkan menjadi suatu jenis pemanfaatan ruang scara ekonomis. Sebagai gambaran, di Kabupaten Gayo Lues pada tahun 1993 memiliki kondisi sebagai berikut:

1. Kebun rakyat/tanaman berpotensi seluas 66.496 Ha, sudah dimanfaatkan 1.131 Ha (1,70%) atau masih sesuai untuk dikembangkan seluas 65.365 Ha (98,30%)

2. Lahan kering/tanaman semusim berpotensi seluas 30.112 Ha, telah terpakai 2.027 Ha (6,73%) dan masih sesuai untuk dikembangkan seluas 28.085 Ha (93,27%).

3. Lahan basah/sawah berpotensi seluas 20.017 Ha, telah dimanfaatkan seluas 10.234 Ha (51,13%) dan masih sesuai untuk di kembangkan dengan luas 9.783 Ha (48,87%)

4.3. Topografi dan Geologi/Fisiografi Lahan

(47)

• Daerah perlembahan merupakan wilayah datar yang diapit oleh daerah pegunungan. Bentuk fisiografi yang dijumpai berupa datar sampai berombak. Daerah ini merupakan daerah yang telah berkembang untuk daerah pemukiman dan pertanian. Fisiografi lahan pada daerah ini umumnya ditempati oleh endapan/Allivial Quartier.

• Daerah perbukitan terhampar pada daerah yang mengelilingi daerah pemukiman dan pertanian. Daerah ini memiliki lereng dengan kemiringan 15-40% dengan bentuk wilayah (fisiografi berbukit). Sungai yang mengalir membentuk pola aliran dentrit dan sejajar. Kawasan ini bayak dibudidayakan untuk kawasan budidaya pertanian.

• Daerah pegunungan, terdapat dibagian pinggir yang mengelilingi wilayah Kabupaten Gayo Lues yang berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tengah, Aceh Timur, Aceh Tenggara dan Aceh Barat Daya. Didaerah di jumpai lereng-lereng yang terjal dengan lembah-lembah yang sempit. Kawasan ini umumnya kawasan hutan, baik hutan primer maupun hutan pinus.

4.4. Jenis Tanah

Jenis tanah yang dijumpai di Kabupaten Gayo Lues secara umum terdiri dari berbagai jenis tanah yaitu tanah, entisol, ultisol, inseptisol,enfisol, oxisol.jenis tanah entisol terdapat di wilayah sungai dan persawahan, ultisol terdapat di komplek perumahan Pemda, inceptisol terdapat di daerah Blangtenggulung, dan

oxisol terdapat di daerah-daerah pegunungan seperti leme dan kalapinang. Jenis

(48)

Tabel 4.8. Luas Wilayah Kabupaten Gayo Lues Bedasarkan Jenis Tanah

Luas

No Jenis Tanah

Ha %

1 Aluvial Hidromorf (entisol) 1.025 1,79

2 Hidromorf Kelabu (entisol) 6.760 1,18

3 Kambisol (ultisol) 99.659 17,42

4 oxisol 13.671 2,39

5 PMK(alfisol) 401.242 70,15

6 Podsolik Coklat (inceptisol) 40.374 7,06

Total 571.958 100,00

Sumber : BPN Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

4.4.1. Kedalaman Efektif

Kedalaman efektif tanah mempunyai pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan tanaman karena berhubungan dengan kemungkinan akar tanaman menembus lapisan tanah. Tanah dengan solum yang dalam mempunyai kualitas tanah baik. Secara rinci luas wilayah di Kabupaten Gayo Lues berdasarkan kedalaman efektif tanah disajikan pada tabel 4.9.

Tabel 4.9. Luas Wilayah Kabupaten Gayo Lues Berdasarkan Kedalaman Efektif.

Luas Wilayah Kedalaman Efektif

30-60 cm 60-90 cm Luas Wilayah

Jumlah 446.125 77,99 125.883 22,01 571.958 100,00

Sumber : BPN Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

(49)

30-60 cm, sekitar 77,99% dari luas kabupaten yaitu 446.125 Ha. Kedalaman efektif ini umumnya dijumpai didaerah pegunungan yang telah mengalami erosi. Sedangkan kedalaman efektif tanah 30-60 cm terletak pada lereng 15-40% yang luasnya 22,01% dari luas keseluruhan Kabupaten Gayo Lues.

4.4.2. Tekstur Tanah

Tekstur tanah merupakan perbandingan relatif jumlah bahan mineral yang terbentuk dari fraksi pasir, debu dan liat. Penyusunan tektur tanah berkaitan erat dengan kemampuan memberikan zat hara untuk tanaman, kelengasan tanah, perambatan panas, perambatan akar tanaman dan pengolahan tanah (BPN Provinsi NAD, 2003).

Berdasarkan perbandingan fraksi liat, pasir dan debu, tekstur tanah dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu halus, sedang dan kasar. Tekstur halus merupakan tekstur tanah yang mempunyai liat yang tinggi. Tekstur sedang merupakan tanah yang mengandung lempung, sedangkan tekstur kasar merupakan tanah yang mengandung banyak pasir. Makin besar atau makin halus tekstur tanah, maka kualitasnya makin menurun, karena kemampuannya meresap air menjadi kurang baik (BPN Provinsi NAD, 2003).

(50)

Tabel 4.10. Luas Wilayah Kabupaten Gayo Lues Berdasarkan Tekstur Tanah

Sumber : BPN Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

4.4.3. Drainase

Drainase menunjukkan kecepatan meresapnya air pada tanah atau keadaan yang menunjukkan lama atau seringnya air mengalami kejenuhan. Drainase yang dimaksud yaitu drainase permukaan berdasarkan perbandingan relatif lamanya air tergenang di permukaan tanah. Berdasarkan perbandingan relatif lamanya air tergenang di permukaan tanah, maka drainase dibedakan menjadi 3 (tiga) macam yaitu tergenang, kadang-kadang tergenang dan tidak pernah tergenang. (RTRWK Kab.Gayo Lues, 2004).

Hampir 98,21% wilayah Kabupaten Gayo Lues tidak pernah tergenang (drainase baik), yaitu seluas 561.706 Ha, sedangkan drainase dengan kondisi kadang-kadang terdapat pada pinggir sepanjang sungai dengan penggunaan lahan sawah. Secara rinci kondisi drainase di wilayah Kabupaten Gayo Lues disajikan pada tabel 4.11.

Tabel 4.11. Luas Wilayah Kabupaten Gayo Lues Berdasarkan Keadaan Drainase.

Luas

(51)

4.5. Hidrologi

Secara umum sumber daya air yang dimanfaatkan di Kabupaten Gayo Lues dapat dibagi kedalam dua kelompok, yaitu perairan terbuka dan air tanah. Perairan terbuka yang dapat di manfaatkan adalah sungai. Di Kabupaten Gayo Lues terdapat 7 (tujuh) wilayah daerah aliran sungai (DAS) yang terdiri dari 3 (tiga) DAS yang cukup besar, yaitu DAS Krueng Tripa, DAS Alas, dan DAS Krueng Tamiang. Sedangkan 4 (empat) DAS lainnya berada diantara kedua DAS diatas yaitu, Krueng Jamboaye dan Krueng Seumayam Batee, Krueng Baru-baru dan DAS Krueng Klut. Adapun luasan DAS yang terdapat di Kabupaten Gayo Lues dapat dilihat pada tabel 4.12.

Tabel 4.12. Luas Wilayah Aliran Sungai dan Debit Air di Kabupaten Gayo Lues

No Nama DAS Luas DAS (Ha)

1 Kr. Tripa 227.239

2 Kr. Jamboaye 9.094

3 Kr. Seumayam Bantee 15.386

4 Kr. Baru-baru 5.491

5 Kr. Kluet 26.939

6 Kr. Alas 105.583

7 Kr. Tamiang 182.226

Jumlah 571.958

Sumber: RTRWK Kabupaten Gayo Lues (2003)

4.6. Klimatologi/Iklim

(52)

Tabel 4.13. Rata-Rata Curah Hujan dan Hari Hujan di Kabupaten Gayo Lues No Bulan Rata-rata Curah Hujan (mm) Rata-rata Hari Hujan (hari) 1 Januari 177 14

2 Februari 149 14

3 Maret 201 17

4 April 455 13

5 Mei 320 19

6 Juni 240 13

7 Juli 71 7

8 Agustus 188 12 9 September 384 14 10 Oktober 498 22 11 November 145 7 12 Desember 423 20

Rata-rata 270 14

Sumber : BMG Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

4.7. Demografi (Penduduk)

4.7.1 Prakiraan Jumlah Penduduk

(53)

Tabel 4.14. Jumlah dan Proporsi Jumlah Penduduk di Kabupaten Gayo Lues Tahun 1997-2001.

Jumlah Penduduk (Jiwa) pada tahun No Kecamatan

1997 1998 1999 2000 2001

Proporsi

(%)-2000

1 Blangkejeren 26.363 25.564 26.798 26.910 27.271 42,87

2 Pining 3.392 3.417 3.448 3.462 3.058 5,52

3 Kuta Panjang 13.109 13.154 13.153 13.169 13.181 20,98

4 Rikit Gaib 6.105 6.162 6.258 6.284 6.403 10,01

5 Terangon 12.061 12.656 12.888 12.961 13.699 20,64

Kab. Gayo Lues 61.030 61.953 62.545 62.766 64.032 100,00

Sumber: BPS kab.Gayo Lues, 2000

Jumlah penduduk Kabupaten Gayo Lues pada tahun 2001 sebanyak 64.032 jiwa, sedangkan jumlah penduduk pada tahun 1997 sebanyak 61.031 jiwa. Pada tahun 1997 jumlah penduduk Kabupaten Gayo Lues sebanyak 61.031 jiwa, dan meningkat menjadi 64.032 jiwa pada tahun 2000 dengan rata-rata laju pertumbuhan penduduk 1,20%. Jumlah penduduk Kabupaten Gayo Lues yang mempunyai kegiatan tetap pada tahun 2001 adalah sebesar 21.266 jiwa atau 33,21% dari jumlah penduduk keseluruhan, atau 77,61% dari keseluruhan angkatan kerja (27.400 jiwa) di kabupaten tersebut.

(54)

tetap. Sedangkan sektor angkutan merupakan yang terkecil yaitu 524 jiwa (2,46%) (Gayo Lues dalam angka, 2001).

4.7.2. Penyebaran dan Kepadatan Penduduk

Berdasarkan data penduduk diperkirakan konsentrasi penduduk wilayah Kabupaten Gayo Lues pada tahun 2004-2014 yang paling tinggi terdapat di kecamatan Blangkejeren, yakni sebesar 37,78%. Tingginya konsentrasi jumlah penduduk di kecamatan tersebut, karena pada umumnya masyarakat cenderung mendekati daerah yang memiliki saran dan prasarana yang lebih lengkap serta kemudahan dalam memenuhi kebutuhan hidup baik segi sosial, ekonomi, politik maupun budaya (RTRWK, 2003).

Pertambahan penduduk menyebabkan meningkatnya kepadatan penduduk. Berdasarkan jumlah proyeksi jumlah penduduk dari beberapa kecamatan pada tahun 2014. Kecamatan terangon diperkirakan mempunyai kepadatan bersih (jiwa/luas pemukiman) sebesar 25 jiwa/Km2, sedangkan yang terendah adalah Kecamatan Pining dengan kepadatan jiwa/km2 (RTRWK, 2003).

(55)

4.8. Sosial Ekonomi

4.8.1. Kondisi Sosial Ekonomi

Kondisi sosial ekonomi yang dibahas pada bagian ini mencakup pemerintahan, penduduk, dan tenaga kerja, infra struktur wilayah serta kontribusi wilayah terhadap perekonomian Kabupaten Gayo Lues.

4.8.2. Pemerintahan

Kabupaten Gayo Lues terdiri dari 5 (lima) kecamatan dengan jumlah desa sebanyak 66 desa. Menurut data terbaru, dalam waktu dekat Kabupaten Gayo Lues akan melakukan pemekaran kecamatan dan desa guna pemerataan pembangunan. Perincian jumlah desa untuk setiap kecamatan disajikan pada Tabel 4.15.

Tabel 4.15. Jumlah Desa per Kecamatan di Kabupaten Gayo Lues

No Nama Kecamatan Jumlah Desa 1 Blangkejeren 19 2 Kuta panjang 12

3 Rikit Gaib 13

4 Terangun 13

5 Pinding 9

Jumlah 66

Sumber: BPS kab.Gayo Lues, 2000

4.8.3. Fasilitas Pendidikan

(56)

SLTP dan SLTA atau sederajat. Fasilitas tersebut perlu disediakan, mengingat jarak antar kecamatan tidak memungkinkan untuk sekolah di kecamatan lain. Jumlah fasilitas pendidikan tahun 2001 di kabupaten ini adalah 107 unit yang terdiri dari TK banyak 3 unit, SD sebanyak 78 unit, MI sebanyak 2 unit, SLTP sebanyak 10 unit, MTs sebanyak 2 unit, SLTA sebanyak 3 unit dan MAN sebanyak 1 unit. Sedangkan perguruan tinggi terdapat 2 unit, yang masih merupakan perwakilan dari Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.

4.8.4. Fasilitas Peribadatan

Penduduk Kabupaten Gayo Lues mayoritas beragama islam. Untuk pemeluk agama islam, fasilitas peribadatan yang terdapat di Kabupaten Gayo Lues ini terdiri dari masjid, musholla, dan meunasah. Fasilitas ini telah menyebar merata di setiap kecamatan, namun secara kualitas perlu adanya renovasi fisik bangunan dan penambahan sarana prasarana pelengkap lainnya.

4.8.5. Fasilitas Kesehatan

Fasilitas kesahatan yang terdapat di Kabupaten Gayo Lues berupa Rumah Sakit. Puskesmas yang telah ada sebanyak 7 unit, puskesmas pembantu ada sebanyak 29 unit dan puskesmas keliling sebanyak 4 unit. Mengingat luas kabupaten ini cukup besar, dirasakan jumlah sarana kesehatan yang ada kurang memadai. Demikian juga dengan tenaga kesehatan seperti dokter hanya ada 7 orang dan bidan ada 26 orang. Jumlah ini jika dibandingkan dengan jumlah penduduk dirasakan masih sangat kurang.

4.8.6. Fasilitas Pemerintahan

(57)

lembaga-lembaga tingkat kabupaten. Fasilitas tersebut pada umumnya adalah fasilitas tingkat kecamatan dan pembantu bupati sebelum Gayo Laues menjadi kabupaten. Pada umumnya fasilitas yang telah ada tidak memenuhi persyaratan sebagai kantor pemerintahan kabupaten. Sementara itu sebagian besar kantor baik untuk dinas maupun badan/lembaga lainnya masih menggunakan sekolah-sekolah. Pemanfaatan gedung sekolah sangat tidak bijaksana karena sangat mengganggu pendidikan di Kabupaten Gayo Lues.

4.9. Analisis Kesesuaian Lahan

Analisis kesesuaian lahan dilakukan pada dua kawasan yakni kawasan lindung dan kawasan budidaya. Setiap jenis penggunaan lahan dianalisis kesesuaiannya berdasarkan kriteria dan persyaratan penggunaan lahan. Kawasan lindung yang di analisis adalah hutan lindung, sempadan pantai, sempadan sungai, sempadan mata air, dan sempadan situ/danau. Sedangkan kawasan budidaya yang dianalisis adalah hutan produksi terbatas, hutan produksi tetap, sawah tadah hujan tanpa irigasi, dan pemukiman.

Penetapan alokasi ruang dalam perencanaan tata ruang dibangun berdasarkan metode dan kriteria dimana kriteria-kriteria tersebut belum secara tajam digariskan berdasarkan ketentuan hukum. Sejauh ini belum dapat diidentifikasi persyaratan teknis pemanfaatan ruang yang bersifat umum kecuali penetapan kawasan lindung yang diatur dalam Keppres No. 32 Tahun 1990 dan secara parsial tentang penetapan hutan lindung berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 837/kpts/UM/II/1980.

(58)

kawasan budidaya, penetapan lahan untuk hutan produksi tetap dan terbatas menggunakan SK Menteri Pertanian No. 837/kpts/UM/II/1980, sedangkan sawah dan pemukiman diidentifikasikan secara terpisah dengan mempertimbangkan masing-masing faktor pembatas.

4.10. Kawasan Lindung

Deliniasi kawasan lindung di wilayah Kabupaten Gayo Lues dilakukan bedasarkan Keppres nomor: 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, dengan tujuan untuk mengurangi resiko kerusakan lingkungan hidup sebagai dampak dari pembangunan itu sendiri. Luas kawasan lindung di Kabupaten Gayo Lues adalah seluas 210.971 Hektar atau 36,89 % dari luas wilayah secara keseluruhan. Luas kawasan lindung tersebut mempunyai proporsi 10,02 % dari kawasan lindung yang ditetapkan dalam RTRWK Provinsi Nanggro Aceh Darussalam.

(59)

4.10.1. Kawasan yang memberikan perlindungan dibawahnya.

Hutan lindung adalah kawasan yang memiliki sifat khas yang mampu memberikan perlindungan kepada kawasan sekitar maupun bawahnya sebagai pengatur tata air , pencegahan banjir, erosi dan kesuburan tanah.

Kawasan lindung ini termasuk dalam kawasan taman nasional gunung Louser dengan luas 195.677 ha atau 34,21% dari luas wilayah kabupaten Gayo Lues dari luas tersebut. Terlihat Kecamatan Blangkejeren yang paling luas TNGL nya yaitu mencapai 127.527 ha atau 65,17 % sedangkan Kecamatan Rikit Gait tidak terdapat kawasan TNGL:.

Secara keseluruhan bila dilihat dari luasan dari kedua jenis kawasan yang dilindungi yaitu kawasan lindung dan TNGL, maka sebagian besar kabupaten gayo lues tidak dapat diusahakan dengan bebas, artinya keterkaitan dengan lingkungan sangat perlu mendapat perhatian yang serius. Berdasarkan uraian diatas luas kawasan lindung secara keseluruhan adalah 406.648 ha atau 71,10% dari luas wilayah Kabupaten Gayo Lues.

Untuk lebih jelas mengenai luasan dan penyebaran kawasan lindung dan taman nasional gunung louser dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.

Tabel 4.16. Fungsi Kawasan Lindung dan TNGL tahun 2013. Luas Lahan

No Kawasan

Hutan Lindung TNGL Total

Ha % Ha % Ha % 1 Blangkejeren 31.537 14.45 127.523 65.17 159.064 39.12

2 Pinding 68.853 32.64 31.398 16.05 100.251 24.65

3 Kuta Panjang 12.313 5.84 36.425 18.61 48.738 11.99

4 Rikit Gaib 31.832 15.09 0 0.00 31.832 7.83

5 Trangon 66.436 31.49 327 0.17 66.763 16.42

Kab.Gayo Lues 210.971 100.0 195.677 100.0 406.648 100.00

(60)

Kabijakan pemanfaatan ruang di kawasan ini ditentukan berdasarkan tujuan pemanfatannya yaitu mencegah terjadinya bencana dan menjaga kelestarian kawasan. Kebijakan pengembangan kawasan ini antara lain :

1. Pengendalian kegiatan budi daya yang telah ada dengan menetapkan kembali kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat Gayo Lues yaitu yang di kenal dengan “Sarak Opat”.

2. Pengendalian fungsi kawasan hutan yang mengalami kerusakan terutama dengan sistem reboisasi atau penghijauan kembali hutan yang telah punah.

3. Pemantauan terhadap kegiatan yang diperbolehkan kepada kawasan hutan lindung (seperti penelitian, eksplorasi mineral dan air tanah, pencegahan bencana alam) agar tidak mengganggu fungsi lindung. 4.10.2. Kawasan yang memberikan perlindungan setempat

4.10.2.a. Kawasan sepadan sungai.

Kawasan sempadan sungai adalah kawasan kawasan sepanjang kiri kanan sungai yang berfungsi mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Luas kawasan sempadan sungai diwilayah Kabupaten gayo lues adalah sebesar 7.25 ha atau 1.78 % dari luas kawasan lindung keseluruhan luas sempadan sungai yang dimaksudkan diatas hanya sungai-sungai besar saja.

4.10.3. Kawasan Cagar Budaya

(61)

cukup banyak untuk dapat dikembangkan menjadi objek wisata dan hal ini merupakan aset daerah diantaranya adalah kawasan danau marpunge, sumber air panas, air terjun, hutan wisata kedal dll. Kawasan ini tidak ada dalam peta yang tidak meningkatkan untuk dicantumkan, untuk itu diperlukan kajian khusus terdapat objek-objek yang dikembanghkan sebagai kawasan cagar budaya, terutama pada rencana tata ruang yang lebih detail, yang mengacu pada UU no.5 tahun 1992 tentang budaya cagar budaya.

4.10.4. Kawasan Rawan Bencana Alam. 4.10.4.a. Rawan Longsor

Kawasan rawan beancana tanah longsor umumnya terjadi akibat proses perpindahan masa tanah oleh air pada wilayah yang mempunyai topograpi yang curam. Rawan longsor ini terjadi disepanjang jalan antara Gayo Lues ke Aceh Tenggara. Longsor ini terjadi apabila hujan turun dengan derasnya. (musim Penghujan).

4.10.4.b. Rawan Banjir.

Wilayah rawan banjir ditemui diwilayah dataran sepanjang Kerueng Tripe. Banjir ini terjadi akibat penggundulan hutan dihulu sungai. Selain itu, bentuk sungai yang tidak lurus sehingga terhanbatnya aliran air, sehingga diwaktu hujan sering air meluap keatas permukaan sungai. Dengan kejadian banjir ini sering daerah pertanian terendam gagal panen. Analisis kesesuaian lahanpada daerah rawam banjir ini meliputi :

(62)

- Pengelolaan kawasan kritis mengadakan penghijauan kembali (Reboisasi).

- Perlu adanya penerapan sepadan sungai secara tegas dan penentuan jenis tanaman disepadan sungai.

4.11. Kawasan Budidaya

Kawasan budidaya adalah kawasan yang kondisi fisik dan potensi sumber daya alamnya dapat dan perlu dimanfaatkan guna kepentingan produksi dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia dan pembangunan. Kawasan budi daya yang dianalisis terdiri dari kawasan hutan produksi, kawasan pertanian, kawasan tanaman industri, kawasan pariwisaata dan kawasan permukiman. Hasil analisis untuk pungsi hutan dengan menggunakan sistem tumpang susun disajikan pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.17. Tabel Fungsi Hutan Pada Masing-Masing Kategori.

LUAS PENGGUNAAN LAHAN (Ha) DI KECAMATAN

23.182 21.410 7.411 20.906 23.956 96.865 16.94

9 Hutan llindung 31.537 68.853 12.313 31.832 66.436 210.971 36.89 10 TNGL 127.527 31.398 36.425 0 327 195.677 34.21 Luas kecamatan 198.143 132.989 70.547 59.537 110.742 571.958 100.00

Sumber : Bappeda Kab. Gayo Lues. 2003.

(63)

berbagai pungsi hutan dapat dipertahankan secara lestari. Agar dapat memenuhi fungsi utamanya keberadaan hutan harus pada tingkat luasan yang cukup dan letaknya pada tempat yang tepat, serta dikelola secara baik dan benar.

Dalam rencana tata ruang wilayah kabupaten Gayo lues kawasan dibagi tiga yakni kawasan lindung, kawasan budi daya pertanian, dan kawasan budi daya non pertanian. TNGL. Kawasan hutan berada pada kawasan lindung dan kawasan TNGL, Luas kawasan hutan di wilayah Kabupaten Gayo Lues mencakup + 106.994 ha atau 18.71 %. Dari luas wilayah kab. Gayo lues, termasuk kedalam hutan produksi dan hutan tanman industri yang dikelola oleh perhutani. Luasan ini masih belum ideal sebagai penyeimbang ekosistem dalam suatu DAS, dimana UU no.41 thn 1999 tentang ketentuan-ketentuan pokok kehutanan menyebutkan bahwa luas kawasan hutan yang harus dipertahankan minimal 30% dari luas daerah aliran sungai.dengan sebaran yang profesional.

Tabel. 4.18. Kawasan Hutan Saat Ini Menurut Kecamatan Di Kabupaten Gayo Lues.

Kawasan hutan No Kecamatan

Hutan t.industri Hutan prod.terbatas

Jumlah

(64)

4.12. Kawasan Budi Daya Pertanian

4.12.1. Analisis peruntukan lahan basah

Usaha pengembangan lahan sawah dikabupaten gayo lues merupakan pengembangan dari lahan ayang telah ada. Luas areal perusahaan hasil analisis adalah 14.222 ha atau 2.49 % dari luas Kabupaten Gayo Lues.

Untuk lebih jelas mengenai peruntukan lahan pertanian tanaman basah atau sawah sampai tahun 2013 di Kabupaten Gayo Lues dapat dilihat pada tabel 19 dan gambar

Penggunaan lahan untuk tanaman pangan lahan basah perkecamatan di Kabupaten Gayo Lues sampai dengan tahun 2013.

Tabel. 4.19. Pengunaan Lahan Tanaman Basah

No Kecamatan Luas lahan (Ha) Persentase 1 Kec.Blangkejeren 4.973 34.97

2 Pindieng 713 5.01 3 Kuta Panjang 4.082 28.70 4 Rikit Gaib 1.554 10.93 5 Terangon 2.900 20.33 Jumlah 14.222 100.0

Sumber Bappeda Kab. Gayo Lues, 2003.

Penggunaan lahan kering untuk Kabupaten Gayo Lues disajikan pada tabel 4.20 dan petanya .

Tabel 4.20. Penggunaan Lahan Kering Perkecamatan Kabupaten Gayo Lues Tahun 2003 – 2013.

(65)

4.12.2. Analisis Peruntukan Tanaman Holtikultura.

Secara analisis kesesuaian lahan hampir semua kecamatan dapat sesuai untuk pengembangan tanaman holtikultura . Khusus untuk kecamatan rikit akan dikembangkan tanaman holtikultura dataran tinggi seperti, Kol,wortel dll, dengan demikian secara keseluruhan tanaman holtikultura direncanakan sebesar 9.251 ha atau 1,62 % dari luas wilayah Kabupaten.

Tabel 4.21. Penggunaan Lahan Tanaman Holtikultura perkecamatan Tahun 2013 NO KECAMATAN LUAS LAHAN

( ha )

( % ) 1. Blangkejeren 3.438 37,16 2. Pinding 3.215 34,75 3. Kutapanjang 1.519 16,42 4. Rikit Gaib 720 7,78 5. Terangon 359 3,88

Kabupaten Gayo Lues 9.251 100.00

Sumber: Bappeda Kab. Gayo Lues, 2003.

4.13. Kawasan Pariwisata

Pemanfaatan potensi sumber daya alam dengan mengembangkan objek wisata dikabupaten gayo lues, selain dapat meningkatkan perekonomian masyarakat juga dapat meningkatkan aset daerah untuk meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) objek wisata dikelompokkan memnjadi objek wisata alam dan objek wisata budaya diantaranya adalah :

1) Objek wisata alam berupa, danau marpunge, blang tasik, kuala tripe, air panas, air terjun, lung kapi, blang beke, hutan wisata kadal, dan kawasan taman nasional gunung louser (TNGL).

(66)

4.14. Kawasan Permukiman

Sistem permukiman perkotaan yang disebut juga dengan sistem-sistem kota pada dasarnya merupakan paktor pembentukan perkembangan wilayah atau sebagai pusat pengembangan sistem kota-kota lebih ditekankan pada pungsi dan peranan yang akan diemban serta hirarki kota-kota tersebut.

Hirarki kota terbentuk karena terdapatnya dua aspek utama, yaitu

1) Kemapuan pelayanan suatu kota, yang diperlihatkan oleh ukuran besarnya kota (Masa kota).

2) Kemudahan pelayanan yang diperlihatkan oleh tingkat aksesbilitas terhadap kota-kota yang ada. Atas dasar itu, maka dalam pengarahan sistem hirarki kota-kota di wilayah kabupaten gayo lues ada beberapa pertimbangan seperti :

- Kebijakan yang telah ditetapkan oleh struktur tata ruang Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

- Kota sebagai pusat permukiman (pusat pelayanan/ simpul) harus berorientasi pasar atau mempunyai kelengkapan fasilitas sosial ekonomi dalam jumlah yang banyak dan jumlah penduduk yang memadai.

Berdasarkan hal tersebut maka hirarki kota-kota dikabupaten gayo lues. Sesuai analisis pemanfaatana ruang sampai akhir 2013 adalah

a. Peringkat/orde I : Kota Blangkejeren sebagai pusat ibukota kabupaten. b. Peringkat II : Kota Panjang dan Rikit Gaib.

(67)

4.15. Analisis Peruntukan Lahan Hutan Produksi

Sesuai dengan UU no.41 thn 1999 tentang kehutanan, maka hutan dibagi dalam 3 jenis yaitu hutan lindung, hutan produksi dan hutan konservasi, dalam analisis apasial ini dibahas hanya hutan produksi yaitu hutan produksi terbatas (HPT) dan hutan tanaman industri (HTI).

4.15.1. Hutan Produksi Terbatas

Pengembangan hutan produksi terbatas adalah penjabaran lebih lanjut tentang kawasan penyangga seperti yang termuat dalam kepper no 32 thn 1990 bentuk komoditas yang dikembangkan adalah jenis tanaman tahunan, hal ini perlu dilakukan agar fungsi penyangga yang ada dalam kepper tsb dapat terwujud. Luas keseluruhan adalah 94.459 ha atau 16.51 % dari luas wilayah kab.gayo lues. Hal penting yang dapat dilakukan adalah

1. Pengusahaan hutan produksi melalui pemberian ijin HPH dengan menerapkan pola tebang pilih

2. Pengembangan zona penyanggah pada kawasan hutan produksi yang berbatasan dengan hutan lindug.

3. Pemantauan dan pengendalian pengrusakan hutan dan ladang berpindah.

4.15.2. Hutan Tanaman Industri

Berdasarkan pengenalan karakteristik wilayah terdapat kawasan yang secara fungsional masih dapat dibudidayakan, akan tetapi secara teknis pemanfaatannya terhadap kerusakan lingkungan. Atas dasar itu kawasan tersebut diarahkan peruntukannya bagi pengembangan hutan tanaman industri (HTI).

(68)

adalah sekitar 10.129 Ha atau 1,77 % dari luas wilayah Kab Gayo Lues. Kecamatan Trangon merupakan yang paling dominan arahan pemanfaatan lahan untuk HTI yaitu 5.023 ha atau 49,59 % dari luas HTI yang direncanakan di Kabupaten Gayo Lues sampai Tahun 2013. Untuk lebih jelas luas dan penyebaran kawasan HTI dapat dilihat di Tabel dibawah ini.

Tabel 4. 22 : Pemanfaatan Lahan Untuk Hutan Tanaman Industri No Kecamatan Luas lahan

Sumber : Bappeda Kab. Gayo Lues, 2003.

4.16. Kawasan Budidaya Non Pertanian

Pengambangan kawasan Budidaya non pertanian diarahkan pada kawasan budidaya yang memiliki potensi potensi sumberdaya untuk dikembangkan di luar kegiatan pertanian dan kehutanan. Kawasan ini dialokasikan untuk pengembangan kawasan industri dan pertambangan/ penggalian, kawasan permukiman, kawasan transmigrasi, serta kawasan pariwisata.

4.16.1. Kawasan Industri dan Pertambangan / Penggalian.

(69)

4.16.2. Kawasan Pariwisata

Pemanpaatan potensi sumber daya alam dengan pengembangan objek wisata di kab gayo lues , selain dapat meningkatkan perekonomian masyarakat juga dapat meningkatkan pendapatan asli daerah.

4.17. Analisa Strategi (SWOT)

Analisa Strategi mengunkan Analisa SWOT menghasilkan dua hal, yaitu : 1) Peubah bersifat strategis unsur Internal ( Kekuatan dan Kelemahan ), dan

external ( Peluang dan Ancaman ) yang berpengaruh terhadap pemanfaatan ruang.

2) Nilai pengaruh peubah – peubah bersifat strategis terhadap pemanfaatan ruang.

(70)

Unsur Internal

Gambar 4.6. Hasil Analisis Strategis Terhadap Pemanfaatan Ruang di Kabupaten Gayo Lues

Pemanfaatan Ruang di Kabupaten

Gayo lues Kekuatan

1.Adanya dukungan pemerintah dan masyarakat ( 0,226 )

2.Tersedianya sarana transportasi / perhubungan terkait dgn pariwisata ( 0,214 )

3.Letak kabupaten gayo lues di

pertengahan kota kota dari lima kab di calon Provinsi ALA ( 0,202 )

4.Kekayaan Sumber daya Alam ( 0,200 )

5.Kabupaten Gayo lues merupakan kab terluas dari Lima Kab di calon Provinsi ALA ( 0,174 )

Kelemahan

1. Koordinasi antar Instansi Pemerinrtah dan keterpaduan program yang lemah ( 0,246 ). 2. Belum meratanya Infrastruktur

dan kegiatan Investasi bagi suatu kabupaten baru ( 0,232 )

3. Ketimpangan ekonomi antar unit wilayah ( 0,190

4. Jumlah, Kepadatan dan

Distribusi penduduk yang rendah ( 0,172 )

5. Kab Gayo lues tidak memiliki laut, sehingga tidak mungkin ada pelabuhan ( 0,140 )

Peluang :

1. adanya komitmen pemerintah daerah tentang pentingnya penataan ruang. (0.425)

2. telah disusun RTRW kabupaten, RUTR kota Blangkejeren dan RTBL sehingga memudahkan perencanaan mengembangkan wilayah.

3. UU No.32 thn 2004 tentang otonomi daerah (0.210)

4. permintaan terhadap pemanfaatan lahan yang tinggi (0.192)

5. peningkatan pendapatan masyarakat melalui kegiatan pariwisata (0.170)

Ancaman

1. kesulitan mengoptimalkan rencanan tata ruang mengikuti pertumbuhan sektoral dan permintaan pasar.(0.234) 2. sifat dinamika wilayah yang tinggi

sebagai kabupaten yang berada dalam kawasan taman gunung louser (TNGL) (0.204)

3. Konflik antar kegiatan/sektor dalam pemanfaatan lahan . (0.198).

4. tekanan terhadap sumber daya alam dan lingkungan (0.166)

5. Ego sektoral dan daerah semakin kuat terkait dengan otonomi daerah.(0.166).

Unsur Eksternal

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Tabel 3.1. Jenis, Sumber, Cara Pengumpulan Dan Analisis Data Berdasarkan Tujuan Yang Dicapai
Tabel 3.2. Jenis Data Dan Sumber Data Yang Digunakan
Gambar 3.2. Tumpang Susun (Overlay) Pada Evaluasi Lahan Untuk Fungsi           Hutan.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kabupaten gayo lues merupakan salah satu kabupaten yang dimekarkan dari kabupaten induk Aceh Tenggara,berdasarkan UU No.4 Tahun 2002,yang secara geografis,terletak dibagian

PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PROVINSI ACEH SERTA BUPATI DAN WAKIL BUPATI KABUPATEN GAYO LUES TAHUN 2017. PROVINSI KECAMATAN

PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PROVINSI ACEH SERTA BUPATI DAN WAKIL BUPATI KABUPATEN GAYO LUES TAHUN 2017. PROVINSI KECAMATAN

PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PROVINSI ACEH SERTA BUPATI DAN WAKIL BUPATI KABUPATEN GAYO LUES TAHUN 2017. PROVINSI KECAMATAN

PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PROVINSI ACEH SERTA BUPATI DAN WAKIL BUPATI KABUPATEN GAYO LUES TAHUN 2017. PROVINSI KECAMATAN

Diketahui bahwa IRR yang dihasilkan sebesar 21.2% artinya usahatani serai wangi di Kecamatan Dabun Gelang Kabupaten Gayo Lues dapat mengembalikan modal usaha yang

PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PROVINSI ACEH SERTA BUPATI DAN WAKIL BUPATI KABUPATEN GAYO LUES TAHUN 2017. PROVINSI KECAMATAN :

Undang – undang Nomor 3 tahun 2002 Tentang pembentukan Kabupaten Aceh Nagan Raya, Kabupaten Aceh Barat Daya,Kabupaten Aceh Jaya, Kabupaten Gayo Lues, dan Kabupaten