PERAN MUKIM DALAM PENYELENGGARAAN
PEMERINTAHAN DI KECAMATAN RIKIT GAIB
KABUPATEN GAYO LUES PROVINSI
NANGGROE ACEH DARUSSALAM
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
L e r i m a n NIM. 081233110002
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ABSTRAK
Leriman, NIM. 081233110002 Jurusan PP-Kn Fakultas Ilmu Sosial “Peran Mukim Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan di Kecamatan Rikit Gaib Kabupaten Gayo Lues Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Peran Mukim Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan di Kecamatan Rikit Gaib Kabupaten Gayo Lues Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Populasi dalam penelitian ini adalah kepala Mukim di Kecamatan Rikit Gaib Beserta staf dan seluruh anggotanya yang berjumlah 13 orang dan sampel yang digunakan adalah seluruh populasi tersebut, sehingga penelitian ini dinamakan penelitian populasi. Adapun alat pengumpulan data yang digunakan adalah dengan cara observasi, angket, dan wawancara. Angket merupakan alat pengumpul data yang berisi pertanyaan tertulis (quetioner) yang di isi oleh responden (sampel).
Teknik pengolahan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah analisa data deskriptif yang di ujikan dalam tabel frekuensi.
KATA PENGANTAR
Bismillahirohmannirrohim,
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan berkah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan
jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Medan.
Dengan pengetahuan dan pengalaman yang terbatas akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan judul : “Peran Mukim Dalam Penyelenggaraan
Pemerintahan di Kecamatan Rikit Gaib Kabupaten Gayo Lues Provinsi Nanggroe
Aceh Darussalam”.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, mengenai
isi maupun dalam pemakaian bahasa, sehingga penulis mengharapkan saran dan
kritikan yang membangun untuk perbaikan yang lebih baik. Mudah-mudahan
skripsi ini bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi para pembaca.
Skripsi ini juga terselesaikan berkat bantuan dari beberapa pihak. Untuk
itu penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Ibnu Hajar Damanik, M.Si, sebagai Rektor Universitas
Negeri Medan.
2. Bapak Drs. H. Restu, MS, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial
3. Ibu Dra. Yusna Melianti, M.H, sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan dan
4. Bapak Parlaungan Gabriel Siahaan, SH, M.Hum, sebagai Sekretaris Jurusan
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial Universitas
Negeri Medan dan sebagai dosen penguji.
5. Bapak Dr. Denny Setiawan, M.Si Sebagai Kepala Laboratorium Jurusan
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial Universitas
Negeri Medan.
6. Drs. Halking M.Si sebagai Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
membimbing serta memberi banyak masukan dalam menyelesaikan skripsi ini
7. Dra. Rosnah Siregar, M.Si sebagai Pembimbing Akademik dan sebagai Dosen
Penguji atau Pembanding Utama.
8. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan yang telah banyak memberi
bekali ilmu dan etika berperilaku serta membantu penulis.
9. Bapak Sugiono sebagai Pegawai Administrasi yang telah banyak berjasa
dalam membantu penulis.
10.Buat yang tercinta dan tersayang dalam hidup penulis ayahanda Justar dan
Suriati Ibunda yang telah membesarkan penulis dan atas segala bekal ilmu
kehidupan yang sangat bermanfaat serta dukungan yang tidak ternilai
harganya baik berupa materi maupun semangat sehingga penulis dapat
menyelesaikan pendidikan sampai jenjang perguruan tinggi. Dan kepada
adik-adiku tersayang yaitu Arpon Melodi Prima, Khairun Ikwan dan Asnah Nila
yang telah mendoakan dan memberikan semangat kepada penulis sehingga
11.Buat kak Fery dan bang Umar penulis mengucapkan beribu terima kasih
karena telah mendukung, pemberi semangat, dan membantu penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
12.Buat sahabat-sahabat karib tercinta penulis yakni, Enda Paradana, Hamdani
Hakim, Ahmad Suleman, Jumi Lessa Ginting, Iis Hernisya Ginting, Elvi
Novia Prastika, Dedi Sutrisno Madina Qudsia Kasdan Harap, dan semua
teman penulis stambuk 2008 terkuhusus kelas regular “B”, yang telah
mendukung, mendoakan serta membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini, dan atas kenangan indah yang tak akan terlupakan bersama kalian dan
akan selalu penulis kenang dalam hidup.
13.Buat yang adinda tersayang Nikita Desayev Rambe beserta keluarga yang
tidak pernah lelah memberikan dukungan kepada penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
14.Dan kepada semua pihak yang telah membantu penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini. Penulis ucapkan banyak terima kasih.
Mengingat keterbatasan kemampuan dan waktu yang ada, penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih belum sempurna, baik dari
segi isi maupun tata bahasanya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca untuk melengkapi skripsi ini.
Medan, Juli 2012
Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setelah reformasi, terjadi beberapa amandemen terhadap UUD 1945.
Salah satu pengaturan penting yang mendapat tempat dalam perubahan tersebut
adalah mengenai pemerintahanan di daerah. Sebagai salah satu negara yang
berkembang Indonesia adalah negara yang demokratis yang selalu mengalami
perubahan di segala bidang meliputi penyediaan pelayanan publik yang ekonomis
efektif, efesien dan transparan. Paradigma baru tersebut merubah masyarakat
sebagai pemegang kedaulatan negara. Dalam Pasal 18 disebutkan, bahwa Negara
Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas Daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota,
yang tiap-tiap Provinsi, Kabupaten, dan Kota itu mempunyai pemerintahan
daerah. Pemerintah Daerah (Pemda) mengatur sendiri urusan rumah tangga
menurut asas otonomi dan perbantuan. Pemerintah daerah (Pemda) menjalankan
otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang
ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat.
Pelaksaanaan otonomi daerah kini memasuki tahapan baru setelah
undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintah daerah yang kini di revisi
menjadi undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah dan
Undang-undang Nomor 33 tahun 2004 tetang perimbangan keuangan antara
Pemerintah pusat dan Daerah. Maka dengan berbagai ketentuan yang telah dibuat
sedemikian rupa kebebasan daerah untuk menjalankan daerah tidak terpengaruh
oleh pemerintah pusat.
2
Seiring di cetuskanya undang-undang Nomor 32 tahun 2004, pemerintah
daerah dengan sangat bebas menjalankan roda pemerintahan sesuai dengan apa
yang telah menjadi visi dan misi daerah tersebut. Berlakunya undang-undang
tetang pemerintah daerah membuat pemerintah daerah menjadi sangat berkuasa di
daerah pemerintahannya, hal demikian membuat pemerintah daerah provinsi
sekarang ini menjadi salah satu alat fasilitator dari pemerintah daerah
Kabupaten/Kota tersebut. Maksud dan tujuan dicetuskannya undang-undang
tersebut adalah tentang pemberian hak dan wewenang khusus dari pemerintah
pusat kepada pemerintah daerah untuk mengatur daerah kekuasaan dan wewenang
untuk mengatur rumah tangganya sendiri.
Terbentuknya bangsa Indonesia yang hendak dicapai yaitu menciptakan
masyarakat yang adil dan makmur dan sejahtera dapat terlaksana. Masyarakat
diharapkan bisa menuju keberhasilan bersama dengan semangat juang guna
membangun bangsa Indonesia pada titik jaya dalam bidang di sektor kehidupan
masyarakat. Pemberian hak otonom tersebut membawa pengaruh yang cukup
berkompeten dalam mengatur pemerintahan Daerah.
Berbagai undang-undang tersebut telah memberi kebebasan dan
kewenangan yang besar kepada Aceh dalam melakukan pengelolaan kekayaan
alam dan juga kebebasan menjalankan sistem pemerintahan menurut
karakteristiknya. Khusus mengenai sistem pemerintahan yang demikian,
sesungguhnya tidak bisa dilepaskan dari bagaimana pengelolaannya. Harus di
3
Jadi dalam hal ini, apa yang tertulis di dalam kitab undang-undang, sesungguhnya
membutuhkan implementasinya dalam kenyataan.
Terwujudnya otonomi khusus yang di tuangkan dalam undang-undang
Nomor 18 Tahun 2001 tentang otonomi khusus Provinsi Daerah Istimewa Aceh
sebagai provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), yang paling mendasar dari
undang-undang tersebut adalah pemberian kesempatan yang lebih luas untuk
mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri termasuk sumber ekonomi,
menggali dan memberdayakan sumber daya alam (SDA) dan juga sumber daya
manusia (SDM), menumbuh kembangkan prakarsa, kreativitas dan demokrasi,
menggalikan dan mengimplementasikan tata masyarakat yang sesuai dengan
nilai-nilai luhur Aceh.
Dalam penataan pemerintahan di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
(NAD) berbeda dengan Daerah lain di Indonesia, dimana Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam terdiri dari lima strata pemerintahan yaitu Provinsi, Kabupaten,
Kecamatan. Dalam mengimplementasikan otonomi khusus dalam menata susunan
pemerintahan daerah bersama DPRD Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam telah
menetapkan beberapa Qanun, di antaranya Qanun nomor 4 dan 5 Tahun 2003
tentang pemerintahan Mukim dan Gampong (Desa)
Pemerintah Mukim merupakan lembaga yang masih di akui dan menjadi
lembaga pemeritahan di masyarakat Aceh dalam menyelenggarakan berbagai
permasalah masyarakat, oleh karena itu Mukim mempunyai peranan penting
dalam kehidupan dan penghidupan masyarakat di provinsi Nanggroe Aceh
4
ayat 3 Mukim adalah kesatuan masyarakat hukum dalam Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam yang terdiri atas gabungan beberapa Gampong (Desa) yang
mempunyai batas wilayah tertentu dan harta kekakyaan sendiri, berkedudukan
langsung dibawah camat atau nama lain yang dipimpin oleh Mukim atau nama
lain.
Seperti pelaksanaan pemerintahan Mukim dibeberapa kabupaten di
Nanggroe Aceh Darussalam, penyelengaraan pemerintahan Mukim di Kabupaten
Gayo Lues khususnya di Kecamatan Rikit Gaib memberi sedikit ruang
permasalahan. Hal ini di dasari dengan bagaimana lembaga pemerintahan Mukim
melakukan perannya di tangah masyarakat.
Pemerintahan Mukim merupakan pemerintahan yang diakui secara hukum
yang pelaksanaan disesuaikan dengan undang-undang yang berlaku . Hal ini
termaktub di dalam Qanun Aceh Nomor 4 Tahun 2003 pasal 3 yang menyebutkan
Mukim mempunyai tugas menyelengarakan pemerintahan, pelaksanaan
pembangunan, pembinaan masyrakat dan peningkatan pelaksanaan syari’at Islam.
Otonomi khusus yang diberikan pemerintah pusat kepada Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam untuk memngurus dan mengelola pemerintahannya
sendiri, hal ini tentu memberi ruang kepada provinsi ini membentuk pemerintah
Mukim di dalam suatu kecamatan yang membawahi bebepara Gampong (Desa).
Adanya pemerintahan Mukim tentunya dapat mengurangi tugas yang di
emban oleh Camat selaku pimpinan kecamatan. Dalam hal ini Mukim mempunyai
5
pembinanaan masyarakat, sengketa adat, pelayanan masyarakat dan pembangunan
secara fisik dan spiritual sekaligus efektifnya pelaksanaan syari’at islam.
Penyelenggaraan pemerintahan Mukim yang bisa mengayomi dan
memihak untuk kepentingan sangat diharapkan. Secara faktual, pemerintah
Mukim masih mengalami kevakukam, hal ini karena belum adanya kejelasan
fungsi dan kewenangan Mukim dalam melakukan pemerintahan, karena sejauh ini
Mukim masih terpokus dalam hal-hal yang adat-istiadat dan syari’at Islam saja. Mengaktifkan Mukim kembali terkait dengan ketegasan menganai
wewenang dan fungsi yang hendak dilekatkan kepada Mukim. Hal ini membuat
penyelenggaraan pemerintahan Mukim menjadi rancu atau sering berbarengan
dengan pemerintahan camat, seperti pelayanan masyarakat, pembangunan
masyarakat dan lain-lain
Berdasarkan analisa penulis yang menjadi pokok permasalahan dalam
lembaga Mukim adalah penyelenggraan pemerintahan Mukim dalam menjalan
fungsi dan kewenangan ditengah masyarakat, sehingga lembaga Mukim dapat
memberikan pelayanan kepada masyakat dalam menyelesaiakn persoalan yang
dihadapi masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas, Maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian ini dengan judul Peran Mukim Dalam Penyelenggaraan
Pemerintahan di Kecamatan Rikit Gaib Kabupaten Gayo Lues Provinsi
6
B. Identifikasi Masalah
Tahapan Identifikasi masalah adalah kegiatan yang berupa mencari
sebanyak-banyaknya masalah dari penelitian yang dilakukan, maka penulis dapat
mengidentifikasi masalah pada penelitian adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana penyelenggaraan pemerintahan Mukim.
2. Peran pemerintahan Mukim melakukan fungsinya.
3. Hal-hal yang perlu dibenahi oleh pemerintahan Mukim.
4. Peran Mukim Dalam melaksanakan pemerintahan.
5. pelaksanaan fungsi dan wewenang Mukim.
C. Pembatasan Masalah
Mengingat keterbatasan waktu, ruang, materi dan tempat maka penelitian
ini perlu dibatasi agar pembahasan tetap terfokus pada objek masalah yang akan
diteliti dan tidak melebar sehingga diperoleh pemecahan masalah yang jelas serta
terarah. Adapun yang menjadi pembatasan masalah penulis adalah peran Mukim
dalam menyelenggraan Pemerintahan.
D. Rumusan Masalah
Dari Identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka penulis
dapat merumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah apa saja peranan
Mukim dalam Penyelenggraan Pemerintahan di Kecamatan Rikit Gaib.
E. Tujuan Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan pasti mempunyai tujuan tertentu yang
hendak dicapai, karena tujuan akan memberikan arah yang jelas, tolak ukur dalam
7
Mengetahui peranan Mukim dalam penyelenggaraan pemerintahannya Kecamatan
Rikit Gaib .
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah :
1. Bagi Instansi, penelitian ini diharapkan akan bisa menambah bahan
masukan terhadap Pemerintah Daerah Kabupaten Gayo Lues
mengenai terutama kepada seluruh Mukim. Penelitian ini juga
diharapkan bisa menjadi bahan panduan kepada Pemerintah Mukim
dalam penyelenggraan pemerintahan
2. Bagi penulis, demikian juga penelitian ini diharapkan dapat
menambah wawasan, cakrawala dan sebagai bekal ilmu pengetahuan
penulis dalam mengembangkan dan melaksanakan tugas dilapangan
nantinya serta diharapkan sebagai input bagi Pemerintah serta
instansi-inansist lain yang terkait di dalamnya.
3. Bagi masyarakat, di harapkan penelitan ini bisa memberikan sedikit
pencerahan sejauh mana Mukim dapat melakukan pemerintahannya di
dalam masyarakat.
61
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah kita melihat hasil dari pengambilan data, dari jawaban responden,
dapat kita simpulkan bahwasanya Mukim beperan dalam menyelenggarakan
pemerintahan di Kecamatan Rikit Gaib. Di mana Mukim harus menjalankan
Fungsi selaku lembaga pemerintah. Adapun penyelenggraan pemerintahan Mukim
yaitu :
1. Mukim yang merupakan salah satu lembaga pemerintahan perpanjangan
tangan dari pemerintah daerah yang berkedudukan di bawah camat dengan
mempunyai Anggaran Rumah Tangga (ART) sendiri serta Mukim
mempunyai hak Preogratif dalam menentukan dan menjalankan roda
pemerintahan dengan sendiri tanpa campur tangan pihak lain Selama
masih dalam aturan yang berlaku.
2. Mukim mempunyai peranan penting dalam membangun dan membina
kecamatan desa-desa yang berada dibawah naungannya dengan
memberikan berbagai program yang yang diperuntukan untuk
mensejahterakan masyarakat.
3. Mukim juga berperan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat
dalam menanggulangi kesenjangan sosial, Sekaligus dapat menjadi jebatan
antara masyarakat dengan Camat dalam menyalurkan aspirasi mereka.
4. Penyelenggaraan pemerintahan Mukim tidak terlepas dari penguatan
sistem adat dan keikut sertaan dalam penanganan sengketa adat sehingga
62
tidak menimbulkan permasalahan yang berlanjut, dengan membuat sebuah
keputusan adat berdasarkan kesepatan bersama.
B. Saran
Pada bagian ini penulis memberikan saran yang kiranya perlu mendapat
perhatian sebagai berikut :
1. Mukim selaku lembaga pemerintahan sebaiknya dapat membenahi diri
dalam mencari solusi dalam mengurangi kendala-kendala yang dihadapi
agar tidak terus-terusan berlanjut.
2. Masyarakat juga sangat berperan penting dalam mendukung
terlaksanakannya program dengan baik, karena tanpa anya dukungan dari
masyarakat setempat maka apapapun yang dilakukan akan percuma dan
sia-sia saja.
3. Pemerintah daerah baik tingkat I (satu) ataupun tinggkat II (dua) juga
mempunyai andil dalam mewujudkan pemerintahan Mukim baik dengan
membuat Qanun yang lebih jelas guna menghindari penyalahgunaan
kewenangan dalam sesama pemerintahan.
4. Membina keharmonisan sesama pemerintahan agar dapat mebangun
63
DAFTAR PUSTAKA
Akbar,Purnomo.2008. Pengantar Statistik. Jakarta : Bumi Aksara
Arikunto,Suharsimi.2006.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta:Rineka Cipta
2007. Manajemen Penelitin.Jakarta :Rineka Cipta
Biro Pemerintahan Sektariat Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.2004. Petunjuk Tekni Penyelenggaraan Pemerintahan Mukim Dalam Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
Pedoman Penulisan Skripsil. 2005. Buku pedoman Penulisan Skripsi. Medan : Fakultas Ilmu Sosial. Unimed
Gayatri. Irine H dkk. 2008. Dinamika Kelembagaan Mukim Era Otonomi Khusus Aceh. Jakarta : LIPI Pres, Anggota Ikapi.
Huda, Ni’matul .2007 Hukum Tata Negara Indonesiaj.Jakarta:Raja Grafindo Persada
Juanda. 2004. Hukum Pemerintahan Daerah Pasang Surut Hubungan Kewenanganan Anatar Dan Kepala Daerah. Bandung : P.T Allumni.
Ndraha, Talizidu. 2003. Kybernology Ilmu Pemerintahan Baru. Jakarta: Rineka Cipta
Sarundajang.2002. Arus Balik Kekuasaan Pusat Ke Daerah. Jakarta:Pustaka Sinar Harapan.
Suhartono,Irawan.2008.Metode Penelitain Sosial. Bandung. Remaja Rosdakarya
Syarief,Sanusi M.2005.Gampong Dan Mukim di Aceh Menuju Rekontruksi Pasca Tsunami.Bogor : Pustaka Latin.
Syafiie, Inu Kencana. 2005. Pengantar Ilmu Pemerintahan. Bandung : PT Refika Adiatam.
Widjaja, H.AW.2003. Pemerintahan Desa dan Administrasi Desa Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 (sebuah Tinjauan). Jakarta:Raja Grafindo Persada
Undang-Undang
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945
64
Qanun Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 4 tahun 2003 tentang Pemerintahan Mukim Dalam Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
Qanun Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 5 tahun 2003 tentang Pemerintahan Gampong Dalam Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh
Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Jurnal
Rico, Handiman . 2007. Vol. 13 No. 17 Tata Guna Tanah Dan Tata Ruang
Mukim
. JKPP ( jaringan Kerja Pemetaan Partisipan partisipatif)
Modul
Fadhlullah.2006. Kedudukan dan Kewenangan Pemerintah Gampong Dna Mukim Dalam sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia. BRR (Badan Rehabilitasi dan Rekontruksi): Modul
Ismail.2006. Strategi Umum Pengembangan Adat Budaya Gampong dan Mukim. BRR (Badan Rehabilitasi
Kamaruddin.2006.Manajemen Pembinaan Dan Pengembangan Mukim Dan Gampong Dalam Rangka Meningkatkan. BRR (Badan Rehabilitasi dan Rekontruksi): Modul
Poniri. 2006. Peningkatan Kinerja Pemerintahan Gamong dan Mukim Dalam Pemberdayaan Masyarakat. BRR (Badan Rehabilitasi dan Rekontruksi):Modul