• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Perubahan Tujuan Perjalanan Masyarakat Kecamatan Sei Kepayang Pasca Pembangunan Jembatan Sungai Asahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Studi Perubahan Tujuan Perjalanan Masyarakat Kecamatan Sei Kepayang Pasca Pembangunan Jembatan Sungai Asahan"

Copied!
162
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PERUBAHAN TUJUAN PERJALANAN

MASYARAKAT KECAMATAN SEI KEPAYANG

PASCA PEMBANGUNAN JEMBATAN SUNGAI ASAHAN

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk me le ngkapi syarat pe nye le saian pe ndidikan sarjana te knik sipil

Oleh

NURIDARIA BARUS 03 0404 062

BIDANG STUDI TEKNIK TRANSPORTASI

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur yang sebesar-besarnya penulis panjatkan ki Hadirat Allah SWT

atas Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini,

dengan judul : ”Studi Perubahan Tujuan Perjalanan Masyarakat Kecamatan Sei

Kepayang Pasca Pembangunan Jembatan Sungaim Asahan”.

Penulisan Tugas Akhir ini merupakan satu syarat dalam menempuh ujian sarjana

pada Fakultas Teknik Sipil Departemen Teknik Sipil Univtas Sumatera Utara.

Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan

penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. DR. Ir. Bachrian Lubis, M.Sc, selaku ketua Departemen Teknik

Sipil FakultasTeknik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Ir. Perwira A Mulia Tarigan, M.Sc, selaku Sekretaris Departemen

Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Ir. Jeluddin Daud, M.Eng, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak

memberi arahan, masukan, serta bimbingan Tugas Akhir ini selesai dengan baik.

4. Bapak-bapak penguji yang telah memberi masukan dan waktu dalam

penyelesaikan Tugas Akhir saya ini.

5. Seluruh staf pengajar dan pegawai Departemen Sipil Fakultas Teknik

Universitas Sumatera Utara.

6. Khusus untuk kedua orang tua saya Bapak Mhd. Berlin Barus dan Ibu Farida

Harahap yang telah memeberikan dukungan baik moril maupun materil serta

(3)

ketabahan, ketulusan hati memberikan cinta dan kasih sayang serta memberikan

dorongan dan doa semoga mendapat rahmat dan hidayah dari Allah SWT.

7. Untuk adik saya tercinta, Rio Ardiansyah Barus yang selalu memberikan kasih

sayangnya dan dukungannya.

8. Untuk Paman saya Bapak Mukhlis yang turut serta memberikan dukungan

dalam penyelesaian Tugas Akhir.

9. Untuk Uda saya Bapak Hasdari Rangkuti, terima kasih atas dukungan dan

masukan yang selama ini uda berikan dalam penyelesaikan Tugas Akhir ini.

10.Untuk saudara-saudara sepupu saya tersayang K’ Leni Harahap yang telah

membantu saya dalam survey dan terus memberikan dukungannya dari awal

hingga selesainya Tugas Akhir ini.

11.Saudara-saudara sepupu saya lainnya : Kak Ii, Kak Ira, Kak Byute, Kak Nining,

Bang Dudi, Bang Deni, Bang Isaf, Bang Riki, Bang Jack, Bang Dodo yang

selalu memberikan dukungannya.

12.Seluruh teman-teman saya, 3a, Rika, Yenny, Riza, Lisa, Asep, Ilga, Dayul, Fina,

Hamdi, Nova, Kak Tella dan untuk Wira terima kasih atas masukan dan

dukungannya serta rekan-rekan mahasiswa ’03 yang tidak dapat disebutkan satu

persatu, terima kasih atas batuan dan dukungannya.

13.Untuk anak-anak ”Yellow Kost” yang tersayang : Kak Erna, Kaka Rina, dan

adikku Lina, Srik, Nela, Neli, Yaya, Ami dan Dian, terima kasih atas bantuan

dan dukungannya dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

14.Tidak lupa untuk ” Noe_Rental ”, terima kasih atas tempat dan waktunya dalam

(4)

Dengan rendah hati penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan baik dari

segi penulisan maupun pembahasan, karena keterbatasan pengetahuan, pengalaman, dan

refrensi yang dimiliki.

Sebagai penutup, diharapkan kritik dan saran dari pembaca sekalian, agar kiranya

kelak tulisan ini menjadi lebih baik dan semoga bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Februari 2008

Penulis

(5)

ABSTRAK

Didalam sejarah perkembangan manusia kita ketahui bahwa manusia atau

sekelompok manusia selalu berhasrat untuk berpindah-pindah tempat, guna

mendapatkan daerah-daerah yang dianggap sesuai bagi ketentraman dan kesejahteraan

dirinya baik dalam hal mencari nafkah maupun menjalin hubungan dengan kelompok

manusia lainnya. Dalam proses perpindahan tersebut manusia selalu membutuhkan

prasarana jalan. Hampir tidak satupun dari kegiatan manusia yang tidak memerlukan

jalan. Di daerah pedalaman sekalipun jalan merupakan prasarana yang harus ada.

Prasarana tersebut berfungsi sebagai lintasan perlewatan lalu lintas bagi manusia dari

suatu tempat ke tempat lain, dimana lalu lintas bagi manusia diartikan menyangkut

semua benda dan makhluk yang melewati jalan tersebut.

Kebutuhan akan prasarana jalan tersebut dapat kita lihat di Kecamatan Sei Kepayang

yang merupakan kecamatan yang masih terkesan jauh tertinggal dibanding dengan

kecamatan lainnya yang ada di Kebupaten Asahan.

Kecamatan Sei Kepayang yang terdiri dari 17 Desa dan terdapat 7.983 Kepala

Keluarga dengan jumlah penduduk 38.889 jiwa . Kebijaksanaan Pemerintah dalam

membangun Jembatan Sungai Asahan yang menghubungkan Kecamatan Sei Kepayang

dengan Kota Madya Tanjung Balai adalah merupakan tindakan yang sangat tepat.

Karena dengan pembangunan jembatan ini, masyarakat menjadi sangat mudah dalam

melakukan perjalanan sesuai dengan yang mereka inginkan. Untuk keperluan penelitian

ini maka digunakan Metode Sampel Acak Berstrata sehingga diperoleh jumlah sampel

yang mewakili total masyarakat yang melakukan perjalanan keluar dari Kecamatan Sei

Kepayang sebanyak 293 Kepala Keluarga.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembangunan Jembatan Sungai

Asahan sangat berpengaruh terhadap perjalanan masyarakat. Sebelum ada jembatan

masyarakat jarang melakukan perjalanan namun setelah selesainya pembangunan

jembatan masyarakat lebih sering keluar dari kecamatan. Perjalanan masyarakat tidak

hanya ke Tanjung Balai namun masyarakat dapat melakukan perjalanan lebih jauh lagi

seperti ke daerah Kisaran dan Labuhan Batu serta daerah lainnya. Pembangunan

jembatan memberi dampak positif terhadap penggunaan angkutan darat yang semakin

meningkat dan sebaliknya berpengaruh terhadap penggunaan angkutan sungai yang

(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...i

ABSTRAK...iv

DAFTAR ISI...v

DAFTAR TABEL...vii

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang...1

I.2. Maksud Dan Tujuan...4

I.3. Pembatasan Masalah...4

I.4. Manfaat Panelitian...5

I.5. Metodologi Penelitian...5

I.6. Sistematika Penulisan...7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Gambaran Umum Karakteristik Perjalanan...9

II.1.1. Pengertian Karakteristik Perjalanan...9

II.1.2. Karakteristik Perjalanan Non – Spasial...10

II.1.3. Karakteristik Perjalanan Spasial...13

II.1.4. Tujuan Klasifikasi Perjalanan...19

II.2. Perubahan Sosial Umum Masyarakat Desa...24

BAB III DESKRIPSI WILAYAH STUDI III.1. Gambaran Umum Kabuparen Asahan...26

III.2. Gambaran Umum Kecamatan Sei Kepayang...33

(7)

III.2.2. Geografi dan Komposisi Penduduk Kecamatan Sei Kepayang...35

III.2.3. Pengaruh Pembangunan Jembatan Sungai Asahan...42

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN IV.1. Tinjauan Umum...43

IV.2. Pembuatan Daftar Quesioner...44

IV.3. Teknik Pengambilan Sampel...45

IV4. Penentuan Jumlah Sampel...46

IV.5. Pemilihan Lokasi Sampel...50

IV.6. Pelaksanaan Pengumpulan Data...57

VI.6.1. Waktu Pengambilan Sampel...57

VI.6.2. Ruang Lingkup Sampel...58

VI.6.3. Pemilihan Sampel...58

VI.6.4. Langkah-langkah Mewawancarai...60

BAB V ANALISA DATA V.I. Penyusunan Data...64

V.2. Metode Analisa Data...64

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN VI.1. Kesimpulan...76

VI.2. Saran...78

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Kabupaten Asahan………29

Tabel 3.2 Jarak Ibukota Kecamatan Ke Ibukota Kabupaten (Kisaran)………..30

Tabel 3.3 Jumlah Desa Tertinggal Tiap Kecamatan Di Kabupaten Asahan Tahun 2006………..31

Tabel 3.4 Luas Wilayah dan Penduduk Kecamatan Sei Kepayang Menurut Desa Kelurahan Tahun 2006………32

Tabel 3.5 Jumlah Penduduk Kecamatan Sei Kepayang ………..37

Tabel 3.6 Jumlah Penduduk Menurut Pemeluk Agama Tiap Desa Tahun 2006………..38

Tabel 3.7 Jumlah Penduduk Menurut Suku Bangsa Tiap Desa Tahun 2006………..40

Tabel 3.8 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian……….41

Tabel 4.a Bilangan Random (8000 Angka)……….61

Tabel 4.b Bilangan Random (8000 Angka) (Lanjutan 1)……….62

Tabel 4.c Bilangan Random (8000 Angka) (Lanjutan 2)……….63

Tabel 5.1 Tabulasi Perjalanan Masyarakat Kecamatan Sei Kepayang Sebelum Ada Jembatan ………...65

Tabel 5.2 Pola Perjalanan Masyarakat……….66

Tabel 5.3 Daerah Tujuan Perjalanan Masyarakat ………...66

Tabel 5.4 Maksud Tujuan Perjalanan………...66

(9)

Tabel 5.6 Frekuensi Pola Perjalanan Masyarakat Menuju Labuhan Batu………67

Tabel 5.7 Tabulasi Pola Perjalanan Masyarakat Kecamatan Sei Kepayang Sesudah ada Jembatan Sungai Asahan………...68

Tabel 5.8 Frekuensi Pola Perjalanan Masyarakat………....68

Tabel 5.9 Daerah Tujuan perjalanan Masyarakat………...69

Tabel 5.10 Maksud Tujuan Perjalanan ………69

Tabel 5.11 Angkutan Yang Digunakan Masyarakat ………...69

Tabel 5.12 Frekuensi Pola Perjalanan Masyarakat Menuju Labuhan Batu………69

Tabel 5.13 Tabulasi Pengaruh Pembangunan Jembatan Sungai Asahan Terhadap Perubahan Fisik………...71

Tabel 5.14 Penggunaan ModaTransportasi Darat ………..71

Tabel 5.15 Penggunaan Moda Transportasi………16

T abel 5.16 Mobilitas Pendatang Menuju Kecamatan Sei Kepayang ……….72

Tabel 5.17 Tabulasi Pengaruh Pembangunan Jematan Sungai Asahan Terhadap Perubahan Masyarakat Kecamatan Sei Kepayang ………....74

Tabel 5.18 Pekerjaan Penduduk ……….74

Tabel 5.19 Penghasilan Penduduk………...74

Tabel 5.20 Masyarakat Yang Beralih Profesi Setelah Dibangunnya Jembatan……….75

Tabel 5.21 Perubahan Penghasilan Setelah Dibangun Jembatan ………...75

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan teknologi di bidang teknik sipil terbukti mampu merealisasi

banyak impian-impian manusia dengan efisien. Walaupun keadaan tersebut relative

telah tercapai tatapi kenyataan pengembangan teknologi dibidang teknik sipil tidak

menemui suatu titik jenuh.

Dalam sejarah perkembangan manusia kita ketahui bahwa manusia atau

sekelompok manusia selalu berhasrat untuk berpindah-pindah tempat, guna

mendapatkan daerah-daerah yang dianggap sesuai bagi ketentraman dan kesejahteraan

dirinya baik dalam hal mencari nafkah maupun menjalin hubungan dengan kelompok

manusia lainnya. Dalam proses perpindahan tersebut manusia selalu membutuhkan

prasarana jalan. Hampir tidak satupun dari kegiatan manusia yang tidak memerlukan

jalan. Di daerah pedalaman sekalipun jalan merupakan prasarana yang harus ada.

Oleh karena kebutuhan hidup dan semakin berkembangnya populasi penduduk

akan menumbuhkan keinginan diberbagai bidang, Hal tersebut dapat dilihat dari

berbagai segi antara lain dalam kebutuhan akan berbagai barang produksi dimana

sebahagian pihak merupakan konsumen, yang mana diantara keduanya terdapat mata

rantai kegiatan yang saling menunjang seperti transportasi, perdagangan, sosial budaya,

jasa dan sebagainya. Dalam menunjang kelancaran kegiatan tersebut di atas, jalan

merupakan prasarana yang paling penting, yang berfungsi sebagai lintasan perlewatan

lalu lintas bagi manusia dari suatu tempat ke tempat lain, dimana lalu lintas bagi

(11)

Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang memiliki beberapa pulau

yang sangat besar yang saat ini sedang mengalami proses pembangunan. Sebahagian

dari wilayah yang sedang dalam proses pembangunan ini terdampar di dataran tinggi

dan dataran rendah. Pembangunan pada suatu jaringan jalan adalah relevansi dari upaya

bangsa Indonesia untuk mencapai cita-citanya, sebab pembangunan jaringan jalan akan

mempengaruhi secara langsung terhadap pertumbuhan perekonomian suatu negara.

Jaringan jalan sudah merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam perkembangan taraf

hidup sosial, dan tingkat kemajuan ekonomi suatu negara.

Sumatera yang secara geografis memiliki kedudukan strategis, memiliki potensi

besar untuk berkembang. Luas Sumatera yang mnduduki peringkat kedua sesudah

Kalimantan, memiliki sumber daya yang memungkinkan Sumatera berkembang pesat

menyusul Pulau Jawa menjadikan Sumatera memiliki daya tarik tersendiri bagi investor

untuk menanamkan investasinya di Pulau ini.

Pulau Sumatera yang masih ditandai oleh terbatasnya prasarana transportasi jalan

terutama yangt membentang dari selatan ke utara dean prasarana transportasi jalan yang

kondisinya masih banyak berupa sungai, telah jauh banyak berubah. Diawalai dengan

selesainya pembangunan jalan trans Sumatera yang membentang dari selatan ke utara,

pembangunan prasarana transportasi jalan secara berangsur-angsur terus dilanju8tkan ke

berbagai daerah.

Dilihat dari peranananya, transportasi jalan merupakan transportasi palig

dominan dan memegang peranan penting. Pembangunan prasarana transportasi jalan

terus dilaksanakan secara berkelanjutan karena disamping untuk mendukung

pertumbuhan ekonomi, dimaksud juga untuk meransang pertumbuhan daerah-daerah

(12)

Sistem transportasi darat dalam pengembangannya diarahkan untuk memenuhi

sarana pembangunan transportasi yang ditargetkan untuk membantu perkembangan

wilayah. Jadi perkembangan jaringan sistem tansportasi erat hubungannya dengan

pengembangan wilayah. Transportasi darat mempunyai tiga transportasi yaitu : moda

transportasi darat, moda transportasi kereta api dan moda transportasi sungai, danau

dan penyebrangan. Disamping transportasi sungai , transportasi melalui air yang juga

termasuk dalam kategori transportasi darat adalah penyeberangan berupa jembatan yang

merupakan perpanjangan jalan.

Sesudah dengan perkembangan jembatan, jembatan dibuat untuk

menghubungkan daerah-daerah yang dipisahkan oleh sungai, danau, bahkan selat.

Jembatan kayu merupakan jembatan sederhana. Namun jembatan ini tidak mampu

bertahan lama karena kualitasnya kurang bagus. Jembatan ini seringkali mengalami

kerusakan seperti patah, lapuk akan hujan dan panas serta mudah terbakar. Namun

sesuai perkembangannya jembatan semakin lama semakin lebih baik.

Bertitik tolak dari penjelasan tersebut, maka banyak lintas penyebrangan yang

telah dikembangan, termasuk lintas-lintas penyebrangan yang menghubungkan pulau

yang satu dengan pulau-pulau kecil lainnya. Disamping itu, dibangun juga lintas

penyebrangan yang menghubungakan kecamatan yang satu dengan kecamatan lainnya

(13)

1.2. Maksud dan Tujuan

Penelitian dimaksudkan untuk mengetahui kondisi dan karakteristik wilayah

studi, terutama kondisi dan karakteristik yang ada hubungannya dengan jaringan

transportasi di wilayah studi.

Tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui tujuan perjalanan masyarakat Kecamatan Sei Kepayang

yang terjadi setelah adanya pembangunan jembatan dalam wilayah studi.

2. Untuk mengetahui perubahan pola kehidupan masyarakat Kecamatan Sei

Kepayang setelah adanya pembangunan jembatan di wilayah studi tersebut.

3. Untuk mengetahui pengaruh pembangunan jalan terhadap perkembangan

wilayah studi.

1.3. Pembatasan Masalah

Untuk mencapai tujuan tersebut diatas, maka perlu adanya batasan masalah,

sebagaimana diutarakan berikut ini :

1. Pengaruh pembangunan Jembatan Sungai Asahan terhadap tujuan perjalanan

masyarakat Kecamatan Sei Kepayang.

2. Variabel-variabel yang dipakai pada penelitian ini adalah :

• Perubahan perjalanan masyarakat sebelum (before) dan sesudah (after)

adanya pembagunan jembatan meliputi :

1. Frekuensi masyarakat melakukan perjalanan.

2. Tujuan daerah perjalanan masyarakat.

3. Maksud masyarakat melakukan perjalanan.

(14)

• Pola kehidupan masyarakat sebelum dan sesudah adanya pembangunan

Jembatan Sungai Asahan.

• Perubahan moda transportasi yang digunakan yaitu berkurangnya

penggunaan transportasi sungai dan bertambahnya penggunaan

transportasi darat.

• Pengaruh pembangunan jembatan terhadap perkembangan wilayah studi.

1.4. Manfaat Penelitian

 Diharapkan penelitian ini bermanfaat sebagai bahan masukan dan pertimbangan

bagi Pemerintah Daerah Asahan untuk mengadakan perbaikan jalan pedesaan

yang masih banyak mengalami kerusakan, karena kondisi jalan sangat

mempengaruhi perjalanan masyarakat. Disamping itu Pemerintah Daerah harus

memperhatikan dan mencari jalan keluar untuk kehidupan masyarakat sebagai

pengelola transportasi sungai di Kota Tanjung Balai.

 Penelitian ini bermanfaat sebagai menambah khasanah penelitian bagi Program

Studi Teknik Sipil Sub Jurusan Transportasi Universitas Sumatera Utara untuk

dapat dipergunakan dan dikembangkan.

 Penelitian ini juga bermanfaat untuk menambah dan memperluas pengetahuan

bagi peneliti mengenai pola perjalanan masyarakat khususnya mengenai dampak

pembangunan jembatan disuatu wilayah yang berpengaruh terhadap tujuan

perjalanan masyarakat sebelum dan sesudah adanya pembangunan jembatan.

 Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang

(15)

1.5. Metodologi Penelitian

Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah met;ode penelitian

dengan ruang lingkup sebagai berikut :

1. Pengumpulan Data Primer

Data ini diperoleh dengan mengadakan survey langsung di lapangan yang

menjadi wilayah studi dengan menyebarkan quisioner secara random. Stuatu

cara disebut random apabila tidak memilih –milih subjek untuk dijadikan

sampel. Suatu sampel adalah sampel random, jika tiap-tiap subjek dalam suatu

populasi diberi kesepakatan yang sama untuk dijadikan sampel. Pemgumpulan

data dilakukan dengan menentukan jumlah dan distribusi sampel yang sesuai

dengan daerah penelitian.

2. Pengumpulan Data Sekunder

Sebelum dilakukan survey dilokasi penelitian, terlebih dahulu dilakukan

pengumpulan data sekunder berupa data kependudukan dan data wilayah studi.

Pengumpulan data sekunder adalah merupakan data penelitian yang didapat

dari berbagai instansi,antara lain : (Kantor Bappeda,Dinas PUD,BPS,Kantor

Camat dan lain-lain) Kabupaten Asahan.

3. Analisa Data

Analiasa data yang digunakan adalah analisa deskriptif dengan memaparkan

hasil pengolahan data yang telah ditabulasikan. Metode analisis ini digunakan

untuk mendeskriptipkan data yang mencakup seluruh variabel-variabel

penelitian. Melalui analisis ini diupayakn ntuk memperoleh

gambaran-gambaran mengenai kecenderungan-kecenderungan yang terdapat pada

(16)

1.6. Sistematika Penulisan

Penelitian ini akan menggunakan metode penulisan sebagai berikut :

BAB I. PENDAHULUAN

Berisikan tentang latar belakang penelitian ini dibuat, maksud dan tujuan penelitian,

pembatasan masalah,penelitian, manfaat dan metodologi penelitian , serta sistematika

penulisan.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Berisikan tentang uraian berbagai literatur yang relevan terhadap penelitian. Dalam

hal ini menguraikan latar belakang masyarakat melakukan perjalanan.

BAB III. DESKRIPSI WILAYAH STUDI

Berisikan tentang gambaran umum wilayah studi yang masih dalam ruang lingkup

pembahasan.

BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN

Berisikan tentang metode yang dipakai dalam penelitian ini serta proses

pengumpulan data.

BAB V. ANALISA DATA

Berisikan tentang pengolahan data dan sajian data-data penerapan teknis yang

sesuai dengan objek studi untuk mencapai tujuan dan sarana studi yang dimaksud.

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

Berisikan tentang kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan pada bab-bab

sebelumnya dan saran mengenai temuan-temuan penting untuk dijadikan masukan

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Gambaran Umum Karakteristik Perjalanan II.1.1. Pengertian Karakteristik Perjalanan

Karakteristik, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka

1996, adalah sesuatu yang mempunyai sifat khas sesuai dengan perwatakan tertentu.

Perjalanan merupakan pergerakan seseorang atau kendaraan dalam suatu daerah

dengan satu atau beberapa moda, dan dengan asal serta satu tujuan. Dalam perjalanan,

kita memperhatikan lintasan, alat angkut (kendaraan), kecepatan, dan semua yang

terjadi atau kita lihat sepanjang lintasan itu (Alber, dkk, 1972, 236).

Sementara itu, perjalanan dilakukan dengan tujuan menikmati kegiatan

perjalanan itu sendiri atau karena ada maksud tertentu (misalnya kegiatan jasa

angkutan), selain tentu saja ada unsur pepergian didalamnya.

Pada saat kita melakukan perjalanan, misalnya mengendarai mobil bersama

seseorang, maka menikmati apa yang terjadi atau yang kita lakukan sepanjang lintasan

merupakan hal yang utama. Perjalanan adalah proses berpindah dari satu tempat ke

tempat lain.

Pengadaan suatu perjalanan merupakan suatu fungsi dengan tiga faktor dasar,

yaitu :

• Pola tata guna tanah dan pengembangan – pengembangan pada daerah

penelitian.

• Karakteristik sosial ekonomi dari penduduk yang mengadakan perjalanan

(18)

• Sifat, jangkauan dan kemampuan dari sistem pengangkutan didaerah

penelitian.

Deskrifsi dari ketiga faktor tersebut diatas dapat diperlakukan sebagai variabel –

variabel yang memiliki ketergantungan satu dengan yang lainnya, serta dapat pula

berubah berdasarkan letak geografisnya ataupun waktunya pada daerah penelitian.

II.1.2. Karakteristik Pergerakan Non-Spasial

Karakteristik pergerakan ini menyangkut pertanyaan–pertanyaan mengapa orang

melakukan perjalanan, kapan orang melakukan perjalanan dan menggunakan sarana

angkutan apa.

Beberapa karakteristik dasar dari pergerakan yang dapat kita sebut dengan istilah

non-spasial (tanpa batas ruang) yang oleh Ofyar Z.Tamin, 1997, hal 13-15

mengemukakan bahwa pergerakan yang terjadi berkaitan dengan :

II.1.2.1. Sebab terjadinya pergerakan

Biasanya maksud perjalanan dikelompokkan sesuai dengan ciri dasarnya, yaitu

yang berkaitan dengan ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, dan agama. Jika ditinjau

lebih jauh lagi akan dijumpai kenyataan bahwa lebih dari 90% perjalanan berbasis

tempat tinggal artinya : mereka memulai perjalanannya dari tempat tinggal (rumah) dan

mengakhiri perjalanannya kembali kerumah.

II.1.2.2. Waktu terjadinya pergerakan

Waktu terjadinya pergerakan sangat tergantung pada kapan seseorang

melakukan aktifitasnya sehari-harinya. Dengan demikian, waktu perjalanan sangat

tergantung pada maksud perjalanan. Perjalanan ketempat kerja atau perjalanan dengan

(19)

penting diamati secara cermat. Karena pola kerja biasanya dimulai jam 08.00 dan

berakhir pada jam 16.00, maka waktu perjalanan untuk maksud perjalanan kerja

biasanya mengikuti pola kerjanya.

Dalam hal ini kita dapati bahwa pada pagi hari, sekitar jam 06.00 sampai jam

08.00, dijumpai begitu banyak perjalanan untuk tujuan bekerja, dan pada sore hari

sekitar jam 16.00 sampai jam 18.00 dijumpai banyak perjalanan dari tempat kerja ke

rumah masing – masing. Karena jumlah perjalanan dengan maksud bekerja ini

merupakan jumlah yang dominan, maka kita dapatkan bahwa kedua waktu terjadinya

perjalanan dengan tujuan bekerja ini menghasilkan waktu puncak pergerakan.

Disamping kedua puncak tersebut, dijumpai pula waktu puncak lainnya, yaitu

sekitar jam 12.00 sampai 14.00 pada saat itu para pekerja pergi untuk makan siang dan

kembali lagi pada kantornya masing – masing. Tentu saja jumlah perjalanan yang

dilakukan pada siang hari ini tidak sebanyak pada pagi atau sore hari mengingat makan

siang terkadang dapat dilakukan di kantor atau kantin di sekitar kantor.

Perjalanan yang lainnya adalah perjalanan dengan maksud berbelanja. Karena

kegiatan berbelanja ini tidak mempunyai waktu khusus, dan pelakunya bisa

melakukannya kapan pun selama toko atau pasar buka, maka tidak ada pola khusus

untuk perjalanan dengan maksud belanja ini, pada umumnya berupa pola menyebar.

Meskipun terdapat juga puncak pada pagi dan sore hari, puncak ini tidak terlalu nyata.

Jadi, jika ditinjau secara keseluruhan. Pola perjalanan setiap hari di suatu kota

pada dasarnya merupakan gabungan dari pola perjalanan untuk maksud bekerja,

pendidikan, berbelanja dan kegiatan sosial lainnya. Pola perjalanan yang diperoleh dari

(20)

yang menunjukkan tiga waktu puncak, yaitu waktu puncak pagi, waktu puncak siang,

dan waktu puncak sore.

II.1.2.3. Jenis sarana angkutan yang digunakan

Studi-studi transportasi biasanya mengkaji perjalanan dalam bentuk jenis

transportasi yang dipergunakan atau apa yang disebut sebagai “pembagian moda atau

model split”. Dengan membagi data perjalanan kedalam moda –moda yang berbeda,

para perencana dan perekayasa angkutan dapat menaksir kebutuhan jasa angkutan untuk

masing-masing moda dan merencanakannya sesuai dengan permintaan tersebut.

Dalam melakukan perjalanan, orang biasanya dihadapkan pada pilihan jenis

angkutan yakni berjalan kaki, menggunakan angkutan pribadi, ataupun menggunakan

angkutan umum. Dalam menentukan pilihan jenis angkutan, orang mempertimbangkan

berbagai faktor, yaitu maksud perjalanan, jarak tempuh, biaya, dan tingkat kenyamanan.

Meskipun dapat diketahui faktor yang dapat menyebabkan seseorang dapat memilih

jenis moda yang digunakan, pada kenyataannya sangatlah sulit merumuskan mekanisme

pemilihan moda ini.

Dari hasil survey yang pernah dilakukan di Jakarta pada tahun 1987 terlihat

bahwa moda yang paling umum dugunakan dalam perjalanan di dalam kota adalah

berjalan kaki, becak, sepeda motor, kendaraan pribadi taksi dan bus kota. Dari semua

jenis moda angkutan umum tersebut terlihat bahwa yang paling dominan adalah

perjalanan dengan moda angkutan bus, disusul oleh taksi dan paratransit. Jika kita

bandingkan dengan salah satu kota di Amerika Serikat, akan didapatkan pola yang

hampir sama. Dari hasil penelitian di Chicago diperoleh kenyataan bahwa perjalanan

dengan maksud pendidikan merupakan 10 % dari seluruh jumlah perjalanan, sekitar 70

(21)

dengan mobil atau sepeda motor. Perjalanan ke tempat kerja mencakup 20 % dari

jumlah seluruh perjalanan, 80 % dilakukan dengan mobil pribadi, sepeda motor dan bus,

dan hanya 20 % dengan berjalan kaki.

Dari data tersebut jelas terlihat bahwa ditinjau dari maksud perjalanan,

sebahagian besar perjalanan dengan maksud bekerja dilakukan oleh orang dewasa yang

memiliki kendaraan dan mengemudikannya sendiri ke tempat kerja. Karena anak – anak

tidak memiliki dan tidak dapat mengemudi sendiri, mereka berjalan kaki atau naik bus

ke sekolah.

II.1.3. Karakteristik Pergerakan Spasial

Konsep yang paling mendasar dari studi-studi transportasi adalah berupa

hubungan antara distribusi ruang (spasial) dari perjalanan dan distribusi spasial dari tata

guna lahan yang terdapat dalam suatu daerah perkotaan. Perjalan-perjalanan dilakukan

untuk melakukan suatu kegiatan tertentu, sedangkan lokasi kegiatan tersebut ditentukan

oleh pola tata guna lahan tersebut.

II.1.3.1. Ciri Pergerakan

Seperti yang dijelaskan, perjalanan terjadi karena manusia melakukan aktifitas

ditempat yang berbeda dengan daerah tempat mereka tinggal. Artinya, keterkaitan antar

wilayah ruang sangat berperan dalam menciptakan perjalanan. Jika suatu daerah

sepenuhnya terdiri dari lahan tandus tanpa tumbuhan dan sumber daya alam, dapat

diduga bahwa pada daerah tersebut tidak akan timbul perjalanan mengingat di daerah

tersebut tidak mungkin timbul aktivitas. Juga, tidak akan pernah ada keterkaitan ruang

(22)

Konsep paling mendasar yang menjelaskan terjadinya perjalanan selalu

dikaitkan dengan pola hubungan antara perjalanan dengan tata guna lahan yang terdapat

dalam suatu wilayah. Dalam hal ini, konsep dasarnya adalah bahwa suatu perjalanan

dilakukan untuk melakukan kegiatan tertentu di lokasi yang dituju, dan lokasi kegiatan

tersebut ditentukan oleh pola tata guna lahan kota terseb

II.1.3.2. Pola Perjalanan Orang

Perjalanan terbentuk karana adanya aktifitas yang dilakukan, bukan ditempat

tinggal sehingga pola sebaran tata guna lahan suatu kota akan sangat mempengaruhi

pola perjalanan orang. Dalam hal ini pola penyebaran yang sangat berperan adalah

sebaran dari daerah industri, perkantoran dan permukiman.

Pola sebaran dari ketiga jenis tata guna lahan ini sangat berperan dalam menentukan

pola perjalanan orang, terutama peralanan daengan maksud bekerja. Tentu saja sebaran

untuk pertokoan dan areal pandidikan juga berperan. Tetapi, mengingat keduanya tidak

signifikan, pola sebaran pertamalah yang sagat mempengaruhi pola parjalanan orang.

Jika ditinjau lebih jauh terlihat bahwa makin jauh dari pusat kota, kesempatan

kerja lebih rendah, dan sebaliknya kapadatan perumahan makin tinggi. Tingkat

perjalanan yang muncul dari setiap daerah kearah pusat kota sebenarnya menunjukkan

hubungan antara kapadatan penduduk dengan kesempatan kerja, yang kondisinya sangat

tergantung pada jarak lokasi daerh yang bersangkutan kepusat kota.

Pada lokasi yang kepadatan penduduknya lebih tinggi daripada kesempatan

kerja yang tersedia, terjadi surplus penduduk, dan mereka harus melakukan perjalanan

ke pusat kota untuk bekerja. Di sini terlihat sedikit kesempatan kerja yang berakibat

(23)

Dari penelitian di London memperlihatkan bahwa pusat kesempatan kerja

tertinggi dipusat kota dan disepanjang koridor-koridor jalan uatama yang mengarahkan

keluar darti pusat perdagangan. Disekeliling daerah yang tinggi jumlah kesempatan

kerja ini adalah berupa daerah-daerah perumahan utama kota yang tingkat kesempatan

kerjanya jauh lebih rendah.

II.1.3.3. Pola Perjalanan Barang

Berbeda dangan pola perjalanan orang, pola perjalanan barang sangat

dipengaruhi oleh aktifitas produksi dan konsumsi, yang sangat tergantung pada sebaran

pola tata guna lahan permukiman (konsumsi), serta undustri dan pertanian. Selain itu,

pola perjalanan barang sangat dipengaruhi oleh pola rantai distribusi yang

menghubungkan pusat produksi ke daerah konsumsi.

Beberapa kajian menunjukkan bahwa 80 % dari perjalanan barang yang

dilakukan di kota menuju ke daerah perumahan, ini menunjukkan bahwa perumahan

merupakan daerah konsumsi yang dominan.

Meskipun demikian perlu dicatat bahwa jumlah perjalanan yang besar itu hanya

merupakan 20 % dari total jumlah kilometer perjalanan. Hal ini menunjukkan bahwa

pola perjalanan barang lebih didominasi oleh perjalanan menuju daerah lainnya, yaitu

daerah pusat distribusi ( pusat pasar ) atau ke daerah industri.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa di tinjau dari jumlah kilometer perjalanan,

perjalanan barang menuju daerah dari daerah industri merupakan yang terbesar, yaitu

perjalanan yang cukup panjang. Jadi, sangatlah jelas bahwa pola menyeluruh dari

perjalanan barang sangat tergantung pada sebaran tata guna lahan yang berkaitan

(24)

II.1.4. Tinjauan Klasifikasi Perjalanan

Adapun klasifikasi dari perjalanan yaitu :

1. Berdasarkan tujuan perjalanan : Perjalanan ketempat kerja

Untuk perjalanan jenis ini, pelayanan angkutan umum hendaknya memenuhi

sejumlah syarat, yaitu dapat meminimumkan waktu jadi angkutan umum tersebut harus

cepat dan tepat waktu, menjamin martabat yaitu mampu menjaga harkat dan martabat

pengguna angkutan umum perkotaan, khususnya untuk perjalanan jarak jauh mampu

menyediakan pelayanan makanan dan ruang kerja yang layak.

Oleh karena orang-orang mulai bekerja pada waktu yang hampir bersamaan

(mayoritas sama), kebutuhan milai bekerja pada waktu itu tinggi. Di kebanyakan kota

Central Bussines Distrik ( CBD )

yang merupakan tempat kerja bagi banyak orang dan semua jenis angkutan umum

penuh sekali mengangkut oaring - orang yang bekerja dipagi hari akan memuncak.

Disiang hari dan sore hari masalah yang timbul karena orang perlu pulang ke

rumah setelah orang pulang bekerja. Bagaimanapun puncak kebutuhan ini biasanya

tidak begitu tinggi karena :

• Orang – orang mengakhiri pekerjaan pada waktu yang berbeda.

• Orang – orang dapat memilih waktu jika pulang kerja (sedang mereka dapat

memilih sewaktu masuk kerja).

Pada sore hari orang – orang dapat menunda pulang kerumah dengan demikian

mereka dapat menggunakan alat angkut yang paling murah. Yang sering terjadi adalah

pelayanan dengan menggunakan bis. Hasilnya adalah pelayanan bis mungkin

(25)

waktu pagi hari, tetapi waktu angkutan pulang yang memuncak ini terpancar pada

waktu periode yang lebih lama.

Perjalanan untuk berbelanja

Perkembangan pusat – pusat perbelanjaan, membangkitkan kebutuhan angkutan,

terlebih jika orang berbelanja jauh dari tempat tinggalnya. Bagaimanapun orang babas

untuk memilih apakah mereka mangadakan perjalanan atau tidak dan kapan mereka

melakukan perjalanan

Perjalanan untuk rekreasi

Masing – masing orang yang tidak mempunyai angkutan sendiri akan

memerlukan angkutan umum untuk mengadakan rekreasi seperti mengunjungi teman

dan sanak keluarga, pergi menonton pertandingan olah raga dan sebagainya. Orang

bebas memilih apakah mereka pergi atau tidak. Bagaimanapun jika mereka

menghendaki menonton pertandingan, mereka harus pergi pada waktu yang ditetukan

sering menimbulkan kebutuhan angkutan umum yang memuncak.

Perjalanan dengan alasan sosial

Beberapa perjalanan penumpang adalah untuk alas an sosial. Misalnya

mengunjungi teman atau sanak keluarga di rumah sakit, menghadiri pemakaman dan

sebagainya. Walaupun jumlah perjalanan demikian biasanya hanya merupakan bagian

yang kecil dari seluruh perjalanan yang menggunakan angkutan penumpang umum,

untuk masing – masing orang hal ini adalah sangat penting.

Jika menilai hasil guna angkutan umum penumpang yang ada di suatu kota atau daerah,

(26)

Perjalanan untuk ke sekolah atau kuliah

Seperti orang pergi ke kantor, sekolah dan mahasiswa tidak mempunyai pilihan

apakah mereka pergi ke sekolah dan kapan. Jika semua sekolah dan perguruan tinggi

mulai dan mengakhiri pelajarannya pada waktu yang sama, akan terdapat kebutuhan

angkutan umum yang memuncak.

Dua tujuan pertama (bekerja dan pendidikan) disebut tujuan pergerakan utama

yang merupakan keharusan untuk dilakukan oleh setiap orang setiap hari, sedangkan

tujuan perjalanan lain sifatnya hanya pilihan dan tidak rutin dilakukan. Perjalanan

berbasis bukan rumah tidak selalu harus dipisahkan, ini dikarenakan jumlahnya kecil,

15 – 20 % dari total perjalanan yang terjadi.

2. Berdasarkan waktu

Perjalanan biasanya dikelompokkan menjadi perjalanan pada jam sibuk dan perjalanan pada jam tidak sibuk. Proporsi perjalanan yang dilakukan oleh setiap tujuan

perjalanan sangat berfruktasi atau bervariasi sepanjang hari.

3. Berdasarkan jenis barang

Hal ini merupakn salah satu jenis pengelompokan yang paling penting karena

perilaku pergerakan individu sangat dipengaruhi oleh atribut sosial ekonomi.

Atribut yang dimaksud adalah :

a. Tingkat pendapatan : biasanya terdapat tiga tingkat pendapatan di

Indonesia yaitu : tinggi, menengah, dan rendah.

b. Tingkat pemilikan kendaraan : biasanya terdapat empat tingkat yaitu

: 0, 1, 2, atau lebih dari dua kendaraanper rumah tangga.

(27)

II.1.5. Faktor – faktor Utama Yang Mempengaruhi Perjalanan II.1.5. 1. Faktor Pola Tata Guna Lahan

Tata guna lahan merupakan faktor yang penting dalam penentuan karakteristik

penduduk suatu daerah. Pemakaian tanah yang berlainan akan menghasilkan jumlah

perjalanan yang berlainan pula, yang pada akhirnya akan memberikan karakteristik

yang berbeda. Karena penelitian ini difokuskan kepada pergerakan orang yang bekerja ,

dimana rumah merupakan awal pelaksanaan perjalanan, maka tata guna tanah untuk

kawasan perumahan yaitu luasan kawasan perumahan adalah faktor yang harus

dipertimbangkan dapat meningkatkan perjalanan atau malah menjadi penghambat

pengadaan suatu perjalanan.

Kawasan perumahan diharapkan akan menghasilkan lebih banyak perjalanan

daripada kawasan terbuka yang mana tingkat kepadatan rumahnya jarang. Sebaliknya,

daerah dengan kepadatan rendah mungkin merupakan daerah pemukiman dari

msyarakat dengan kelas ekonomi yang tinggi, yang dapat menghasilkan sejumlah besar

perjalanan mobil pribadi. Nilai tingkatan penghuni dan jenis unit perumahan akan

mempengaruhi perjalanan. Asumsi yang paling penting dilkukan dalam perencanaan

transportasi adalah bahwa jumlah perjalanan tergantung pada tata guna tanah.

Demikian pula untuk daerah kegiatan - kegiatan komersil (pusat perdagangan)

dalam hubungannya dengan tata guna tanah, dapat meningkatkan minat (destinasi)

untuk mengadakan perjalanan.

Dengan tata guna tanah yang berlainan akan menghasilkan kegiatan berbeda

pula sesuai dengan tata guna tanah tersebut. Untuk kegiatan yang berbeda ini, diduga

mengakibatkan karakteristik perjalanan dari dan ke daerah tersebut berbeda dengan

(28)

II.1.5.2. Faktor Ukuran dan Komposisi Keluarga

Perjalanan merupakan fungsi dari kegiatan manusia,karena tentu ada hubungan

antara jumlah anggota keluaraga dengan frekuensi perjalanan yang terjadi. Keterkaitan

antara seorang anggota keluarga dengan ynag lainnya akan menghasilkan frekuensi

perjalanan yang ada.

Penelitian yang pernah dalakukan di California mengenai distribusi jumlah

perjalanan, menyatakan bahwa rata – rata frekuensi perjalanan seseorang akan

bertambahnya jumlah anggota keluarga yang tinmggal di rumahnya.

Demikian pula halnya dengan factor komposisi keluarga merupakan hal yang

penting menjadi bhan pertimbangan. Misalnya bila suami dan istri bekerja, maka

perjalanan akan lebih banyak dibandingkan bila hanya suami atau istri saja yang

bekerja. Bila jumlah anggota keluarga yaitu anak – anak banyak yang masih sekolah

atau kuliah, maka jumlah perjalanan dengan tujuan sekolah akan semakin besar.

Demikian pula bila jumlah anggota keluarga yang bekerja lebih besar maka trip dengan

tujuan bekerja akan menjadi besar pula.

II.1.5.3. Kepemilikan Kendaraan Bermotor

Dalam memenuhi kebutuhan dalam melakukan perjalanan, dipengaruhi juga

oleh tersedianya fasilitas atau sarana untuk itu. Kepemilikan kendaraan bermotor atau

jumlah kendaraan yang tersedia untuk digunakan anggota keluarga menjadi faktor

pendorong dalam pengadaan perjalanan.

Keluarga yang memiliki lebih dari satu kendaraan bermotor cenderung lebih

banyak mengadakan perjalanan daripada keluarga yang hanya memiliki satu kendaraan

bermotor saja. Kendaraan bermotor merupakan suatu sarana yang mudah, maka satu

(29)

daripada suatu keluarga yang tidak memilikinya. Dengan alasan yang sama maka

diasumsikan bahwa semakin banyak jumlah kendaran bermotor dalam satu keluarga

akan meningkatkan perjalanan.

Faktor jaringan transportasi umum juga terkait dengan faktor kepemilikan

kendaraan bermotor ini, dalam pengertian bahwa kekurangan dalam faktor kepemilikan

kendaraan bermotor dalam keluarga umumnya ditanggulangi dengan menggunakan

transportasi umum. Masalahnya dalam karakteristik perjalanan adalah jangkauan (

dalam hal ini jarak dan waktu ) terhadap lintasan transportasi umum tersebut dari

rumah.

II.1.5.4. Pekerjaan Anggota Keluarga

Jumlah anggota keluarga yang bekerja penting bagi analisa terjadinya

perjalanan, karena ada hubungannya dengan pergerakan ketempat pekerjaannya

tersebut. Pekerjaan merupakan sumber penghidupan keluarga dan untuk menuju ke

tempat pekerjaan tersebut akan terjadi perjalanan. Bagaimanapun faktor pekerjaan

merupakan salah satu indikator terciptanya perjalanan bagi orang yang tidak bekerja (

misalnya yang masih dalam pendidikan).

II.1.5.5. Pendapatan Keluarga

Kemampuan untuk membayar suatu perjalanan mempengaruhi jumlah

perjalanan dalam keluarga. Harus disadari bahwa bagaimana sederhananya bentuk suatu

pengadaan perjalanan akan tetap memerlukan biaya, atau dapat diorientasikan terhadap

ada tidaknya biaya untuk itu.

Secara teoritis, semakin besar tingkat pendapatan keluarga maka akan semakin

(30)

keluarga ini cendrung berbanding lurus dengan tingkat kepemilikan kendaraan

bermotor.

II.1.5.6. Faktor Lain yang Mempengaruhi Perjalanan

Tingkat usia di kelompokkan dari objek penelitian di maksudkan untuk

menganalisa terjadinya perjalanan atas dasar pertimbangan bahwa kelompok umur yang

berlainan akan menghasilkan kebutuhan dan karakteristik yang berbeda pula. Misalnya,

kelompok umur dibawah 27 tahun lebih banyak melakukan perjalanan dengan tujuan

pendidikan dan rekreasi. Sementara orang dengan usia lanjut tidak dapat diharapkan

menghasilkan perjalanan sebanyak yang dihasilkan oleh mereka yang masih muda.

Demikian pula tingkat pendidikan dipertimbangkan menjadi faktor yang mempengaruhi

perjalanan karena pada tingkat penddikan yang berbeda diduga jumlah perjalanan yang

terjadi juga akan berbeda.

II.1.5.7. Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Moda

Memilih moda angkutan di daerah perkotaan bukanlah proses acak, melainkan

dipengaruhi oleh faktor kecepatan, jarak perjalanan, kenyamanan, kesenangan, biaya,

keandalan, ketersediaan moda, ukuran kota, serta usia, komposisi, dan status

sosial-ekonomi pelaku perjalanan. Semua faktor ini dapat berdiri sendiri – sendiri atau saling

bergabung ( Bruton, 1975,170 ). Beberapa faktor yang dapat dikuantifikasikan

cenderung diabaikan dalam analisis pilihan moda, dengan pengertian pengaruhnya kecil

(31)

Berdasarkan ciri perjalanan ada dua faktor pokok yang termasuk dalam kategori ini

yakni jarak perjalanan dan tujuan perjalanan.

1. Jarak Perjalanan

Jarak perjalanan mempengaruhi orang dalam menentukan pilihan moda. Hal ini

dapat diukur dengan tiga cara popular, yaitu jarak fisik udara, jarak fisik yang diukur

sepanjang lintasan yang dilalui, dan jarak yang diukur dengan waktu perjalanan. Untuk

perjalanan jarak pendek, orang mungkin dapat memilih menggunakan sepeda,

sedangkan untuk perjalanan jauh menguinakan bus.

Lama waktu tempuh dari pintu ke pintu ( tempat asal sebenarnya ke tempat

tujuan akhir ) adalah ukuran waktu yang lebih banyak dipilih, karena dapat merangkum

seluruh waktu yang bersangkut – paut dengan perjalanan tersebut. (Bruton, 1975, 171).

Makin dekat jarak tempuh, pada umumnya orang akan cenderung memilih moda

yang paling praktis, bahkan mungkin memilih berjalan saja. Gambaran berikut ini,

walau pun didasarkan penelitian di Zurich (Overgaard, 1966, 93), dapat terjadi dimana

saja.

2. Tujuan Perjalanan

Tujuan perjalanan juga mempengaruhi pemilihan moda. Pengalaman

menunjukkan adanya keterkaitan antara jumlah pemakai angkutan umum dan tujuan

perjalanan. Untuk tujuan tertentu, ada yang memilih menggunakan kereta ulang–alik

meski pun memiliki kendaraan sendiri. Dengan alasan lain, sejumlah orang lain memilih

(32)

II.2. Perubahan Sosial Umum Masyarakat Desa II.2.1. Teori Evolusioner

Semua masyarakat mengalami perubahan terus menerus. Teori evolusioner

berpandangan bahwa semua masyarakat mengalami tahap-tahap perkembangan yang

sama dan menuju ke tahap perkembangan akhir (mungkin juga ideal), yakni tahap

dimana evolusi sosial berakhir. Teori siklus berpandangan bahwa semua masyarakat

melalaui siklus perubahan, yan g akhirnya kembali ke titik awal, lalu mengulangi siklus

yang sama.

Perubahan geografis dapat melahirkan perubahan sosial yang besar. Migrasi

kesuatu lingkungan baru sangat sering menimbulkan perubahan dalam segi kehidupan

sosial. Perubahan dalam segi jumlah dan komposisi penduduk selalu menimblkan

perubahan sosial. Karena keterpencilan (isolation) menghalangi perubahan dan kontak

lintas budaya (cross-clutural contacts) mendorong lahirnya perubahan, maka tentu saja

kelompok-kelompokyang secara fisik dan secara sosial terpencil akan mengalami

perubahan yang lebih sedikit. Stuktur masyarakat juga mempengaruhi perubahan :

masyarakat tradisional yang sangat konformis atau masyarakat yang kebudayaannya

sangat terintegrasi lebih mudah mengalami perubahan daripada masyarakat

individualistis yang permisif dan berkebudayaan kurang terintegrasi.

II.2.2. Perubahan Penduduk

Perubahan penduduk merupakan suatu perubahan sosial. Masyarakat yang

terletak di persimpangan jalan lalu-lintas dunia selalu merupakan pusat perubahan.

Karena kebanyakan unsur budaya masuk melalui difusi, maka masyarakat yang terdekat

hubungannya dengan masyarakat lain cenderung mengalami perubahan tercepat pula.

(33)

dilewati jalur darat yang menghubungkan Asia, Afrika, dan Eropa merupakan pusar

perubahan peradapan. Kemudian keberadaan kapal layar mengalihkan pusat peradapan

itu ke daerah di sekitar laut Mediterania, dan selanjutnya meyebar kepesisir barat laut

Eropa. Daerah-daerah yang memiliki kontak budaya terbanyak meruoakan pusat-pusat

perubahan.

Sebaliknya, daerah yang terisolasi merupakan pusat kestabilan, konservatisme, dan

penolakan terhadap perubahan. Hampir semua suku yang sangat primitip juga

(34)

BAB III

DESKRIPSI WILAYAH STUDI

III.1. Gambaran Umum Kabupaten Asahan

Kabupaten Asahan merupakan salah satu kabupaten yang berada di kawasan

Pantai Timur Sumatera Utara. Ibu kotanya berada di Kisaran. Kabupaten ini memiliki

wilayah seluas 462.441 Ha (4.624,41 Km2 ) yang terdiri dari 20 kecamatan dan 276

Desa/Kelurahan dengan jumlah penduduk pada Tahun 2006 adalah sebesar 1.024.752

jiwa.

Secara geografis Kabupaten Asahan terletak pada 2003’00”–3026’00” Lintang

Utara (LU) dan 90001’00”–100000’00” Bujur Timur (BT).

Secara administrasi Kabupaten Asahan dibatasi oleh :

• Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagei.

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir dan Labuhan

Batu.

• Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Simalungun.

• Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Malaka.

III.1.1. Topografi

Topografi Kabupaten Asahan terletak pada ketinggian 0-200 m diatas

permukaan laut, terdiri dari daerah pesisir pantai sampai kawasan perbukitan.

Berdasarkan data BPS Kabupaten Asahan dalam angka tahun 2006, jumlah hari hujan

(35)

Di daerah Kabupaten Asahan mengalir beberapa sungai yang diantaranya :

Sungai Serdang, Sungai Gambus, Sungai Tanjung, Sungai Pare-pare dan Sungai

Asahan. Keberadaan sungai tersebut merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan

sebagai sumber air untuk irigasi dan budidaya ikan tawar.

Seperti umumnya daerah-daerah lainnya yang berada di kawasan Sumatera

Utara, daerah Asahan termasuk daerah yang beriklim tropis. Sesuai dengan iklim tropis,

maka daerah ini memiliki 2 (dua) musim yaitu : musim kemarau dan musim hujan.

Musim kemarau dan musim hujan biasanya ditandai dengan sedikit banyaknya hari

hujan dan volume curah hujan pada bulan terjadinya musim.

Kabupaten Asahan memiliki 20 Kecamatan, diantaranya terdapat Kecamatan

yang paling luas wilayahnya yaitu : Kecamatan Bandar Pulau, dengan luas wilayah 735

Km2, sementara jumlah penduduk yang paling besar adalah di Kecamatan Lima Puluh

yakni : 84.818 jiwa.

Berikut nama-nama Kecamatan yang ada di Kabupaten Asahan :

1. Kecamatan B.P.Mandoge

2. Kecamatan Bandar Pulau

3. Kecamatan Pulau Rakyat

4. Kecamatan Aek Kuasan

5. Kecamatan Sei Kepayang

6. Kecamatan Tanjung Balai

7. Kecamatan Simpang Empat

8. Kecamatan Air Batu

(36)

10.Kecamatan Meranti

11.Kecamatan Air Joman

12.Kecamatan Tanjung Tiram

13.Kecamatan Sei Balai

14.Kecamatan Talawi

15.Kecamatan Lima Puluh

16.Kecamatan Air Putih

17.Kecamatan Sei Suka

18.Kecamatan Medang Deras

19.Kecamatan Kisaran Barat

(37)

Kecamatan-kecamatan yang ada di Kabupaten Asahan beserta luas wilayah dan jumlah

penduduknya diberikan dalam Tabel 3.1 sebagai berikut :

Tabel 3.1

Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Kabupaten Asahan Menurut Kecamatan Tahun 2006

No. Kecamatan Luas/Area

(38)

Disamping itu penduduk Kabupaten Asahan lebih banyak tinggal di pedesaan

daripada di daerah perkotaan. Untuk lebih jelasnya jarak masing-masing Ibukota

Kecamatan ke Ibukota Kabupaten Asahan (Kisaran) dapat dilihat pada Tabel 3.2

sebagai berikut :

Tabel 3.2

Jarak Ibukota Kecamatan ke Ibukota Kabupaten (Kisaran) No. Kota

Kabupaten

Kota Kecamatan

Ibukota Kecamatan Jarak

1. Kisaran

B.P.Mandoge B.P.Mandoge 46

2. Bandar Pulau Aek Songsongan 60

(39)

Kabupaten Asahan memiliki 20 (dua puluh) Kecamatan yang terdiri dari 276

Desa/Kelurahan, 13 (tiga belas) desa diantaranya adalah desa tertinggal. Untuk lebih

jelasnya data jumlah desa tertinggal tiap kecamatan di Kabupaten Asahan dapat di lihat

pada Tabel 3.3 sebagai berikut :

Tabel 3.3

Jumlah Desa Tertinggal Tiap Kecamatan di Kabupaten Asahan Tahun 2006 No. Kecamatan Desa/Kelurahan Desa Tertiggal

1. B.P.Mandoge 8 0

2. Bandar Pulau 18 2

3. Pulau Rakyat 13 0

4. Aek Kuasan 11 0

5. Sei Kepayang 17 2

6. Tanjung Balai 8 1

7. Simpang Empat 12 0

8. Air Batu 17 0

9. Buntu Pane 15 0

10. Meranti 18 0

11. Air Joman 11 0

12. Tanjung Tiram 12 3

13. Sei Balai 11 0

14. Talawi 13 0

15. Lima Puluh 27 0

16. Air Putih 13 2

17. Sei Suka 13 0

18. Medang Deras 14 3

19. Kisaran Barat 13 0

20. Kusaran Timur 12 0

(40)

Dari data tersebut dapat dilihat bahwa masih banyak desa-desa yang perlu

mendapatkan perhatian pemerintah. Desa-desa tertinggal tersebut tersebar di beberapa

kecamatan diantaranya : Kecamatan Bandar Pulau, Kecamatan Sei Kepayang,

Kecamatan Tanjung Balai, Kecamatan Tanjung Tiram, Kecamatan Air Putih dan

Kecamatan Medang Deras dsb.

Dalam hal ini pembangunan jaringan jalan sangat berperan dalam mengatasi

masalah tersebut. Kecamatan Sei Kepayang yang merupakan salah satu kecamatan

yang masih terisolir dibanding dengan kecamatan lainnya yang ada di Kabupaten

Asahan, terdiri dari 17 (tujuh belas) desa, 2 (dua) desa diantaranya masih termasuk desa

tertinggal.

Sehubungan dengan maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah : untuk

mengetahui sejauh mana pengaruh pembangunan jaringan jalan berupa jembatan yang

menghubungkan Kecamatan Sei Kepayang dengan Kota Madya Tanjung Balai.

III.2. Gambaran Umum Kecamatan Sei Kepayang III.2.1. Sejarah Singkat Kecamatan Sei Kepayang

Menurut sejarah, asal mula nama Kecamatan Sei Kepayang adalah berawal dari

perjalanan Raja Margolang dari Tapanuli Utara menuju Kerajaan Sultan Asahan melalui

Sungai Nantalu dan Persembahan sekitar pada tahun 1916. Dalam perjalanan tersebut

rombongan Raja Margolang beristirahat dikawasan hilir Sungai Asahan tepatnya di

kuala menemukan beberapa tumbuhan hutan rawa yang pohonnya berdaun lebar, serta

mempunyai buah yang sangat elok rasanya pahit dan dapat memabukkan bila dimakan.

Kemudian rombongan Raja Margolang memberi nama tumbuhan hutan tersebut pohon

(41)

Dalam perkembangan daerah ini dapat dikatakan Kecamatan Sei Kepayang tak obahnya

bak seperti buah Kepayang, rasanya pahit dibuang sayang.

{Dikutip Dari : Tugas Akhir (Studi Kasus Kec. Sei Kepayang), Mhd.Sitorus,

Universitas Asahan Tahun 2004}

III.2.1.1. Zaman Penjajahan Belanda

Pada masa penjajahan Belanda wilayah Kecamatan Sei Kepayang termasuk

dalam wilayah kekuasaan Sultan Asahan yang bernama Abdul Jalil yang berkedudukan

di Indra Sakti Tanjung Balai, dan kekuasaannya tersebar sampai kewilayah Batu Bara.

Berdasarkan data yang ada pada Kantor Camat Sei Kepayang bahwa pada tahun

1931 dibentuk Pemerintahan yang kedudukannya sama dengan Bupati sekarang yang

disebut Regent Asahan, dimana pelaksanaan Pemerintahannya di pegang oleh Sultan

Asahan. Pada masa Pemerintahan Regent T. H. Alang Yahya wilayah Regent Asahan

dibagi atas beberapa Distrik, dimana Kecamatan Sei Kepayang dan Kecamatan

Simpang Empat termasuk di dalam wilayah Tanjung Balai yang dipimpin oleh keluarga

Sultan Asahan yaitu :

1. Tengku Abdul Majid ( 1931-1935 )

2. Tengku Adnan ( 1935-1942 )

III.2.1.2. Zaman Penjajahan Jepang

Pada masa penjajahan Jepang Kondisi Pemerintah di kecamatan Sei Kepayang

hampir sama dengan pada masa Penjajahan Belanda, yang mana Distrik Tanjung Balai

merupakan perpanjangan tangan penguasa Militer Jepang untuk melaksanakan

(42)

III.2.1.3. Setelah Kemerdekaan

Sampai pada tahun 1946 Distrik Tanjung Balai masih ada, tetapi tidak lagi

berfungsi sebagai penggerak roda Pemerintahan. Disebabkan terjadinya revolusi fisik

total yang banyak menelan korban jiwa., dimana seluruh keluarga yang ada

hubungannya dengan Sultan Asahan menjadi sasaran massa.

Pada tahun 1947 Distrik Tanjung Balai berobah menjadi Kewedaan Tanjung

Balai yang membawahi Asisten Wedana Air Zoman, Asisten Wedana Simpang Empat

dan Asisten Wedana Sei Kepayang. Kemudian sampai pada tahun 1973 Asisten Wedana

Sei Kepayang berobah menjadi Kecamatan Sei Kepayang sampai saat ini.

III.2.2. Geografi dan Komposisi Penduduk Kecamatan Sei Kepayang

Kecamatan Sei Kepayang merupakan salah satu dari 20 (dua puluh) Kecamatan

yang ada di Kabupaten Asahan, dan berada pada Asahan bawah dengan jarak tempuh 34

Km dari Kisaran, dengan Luas Wilayah ± 46.400 Ha (464 km) melintang dari Utara ke

Selatan terdiri dari 17 Desa, 161 Dusun, 220 RT, 105 RW. Secara geografis Kecamatan

Sei Kepayang terletak pada ketinggian 3,85 dari permukaan laut, dengan temperatur

240-350 C.

Letak Kecamatan Sei Kepayang yang diapit oleh Sungai Asahan dan Kabupaten

Labuhan Batu secara administrasi di batasi oleh :

• Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka.

• Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Malaka.

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Labuhan Batu.

• Sebelah Barat berbatasan dengan Kota Tanjung Balai dan Kecamatan

(43)

Kecamatan Sei Kepayang terdiri dari 17 desa diantaranya sebagai berikut :

1. Desa Perbangunan

2. Desa Pertahanan

3. Desa Bangun Baru

4. Desa Sei Sembilang

5. Desa Sei Paham

6. Desa Sei Kepayang Kanan

7. Desa Sei Kepayang Tengah

8. Desa Sei Kepayang Kiri

9. Desa Sei Lendir

10.Desa Sei Tualang Pandau

11.Desa Sei Serindan

12.Desa Sei Jawi-jawi

13.Desa Sei Nangka

14.Desa Sei Lunang

15.Desa Sei Pasir

16.Desa Sarang Helang

(44)

Untuk lebih jelasnya nama-nama desa di Kecamatan Sei Kepayang beserta luas wilayah

dan jumlah penduduknya dapat di lihat pada Tabel 3.4 sebagai berikut :

Tabel 3.4

Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Kecamatan Sei Kepayang Menurut Desa/Kelurahan Tahun 2006

No. Desa/Kelurahan Luas/Area (HA)

Penduduk/ Jiwa

1 Perbangunan 5.987 3.647

2 Pertahanan 2.982 2.174

3 Bangun Baru 3.482 1.391

4 Sei Sembilang 3.732 3.263

5 Sei Paham 4.062 4.312

6 Sei Kepayang Kanan 4.482 2.154

7 Sei Kepayang Tengah 2.833 3.160

8 Sei Kepayang Kiri 1.657 1.303

9 Sei Lendir 1.432 327

10 Sei Tualang Pandau 1.532 2.131

11 Sei Serindan 1.232 1.906

12 Sei Jawi-jawi 1.182 3.262

13 Sei Nangka 1.257 4.347

14 Sei Lunang 1.902 1.582

15 Sei Pasir 3.382 1.568

16 Sarang Helang 2.182 1.111

17 Sei Tempurung 3.082 1.259

(45)

Jumlah penduduk Kecamatan Sei Kepayang pada Tahun 2006 berjumlah 38.899

jiwa dengan jumlah kepala keluarga 7983 KK terdiri dari Laki-laki 19.311 jiwa,

Perempuan 19.588 jiwa.

Untuk lebih jelasnya data jumlah penduduk Kecamatan Sei Kepayang menurut usia

dapat dilihat pada Tabel 3.5 sebagai berikut :

Tabel 3.5

Jumlah Penduduk Kecamatan Sei Kepayang Menurut Usia Tahun 2006

No. Usia Jumlah Penduduk (Jiwa)

1. 0-4 5.212

2. 5-9 4.494

3. 10-14 4.646

4. 15-19 3.752

5. 20-24 3.358

6. 25-29 3.076

7. 30-34 2.535

8. 35-39 2.499

9. 40-44 1.919

10. 45-49 1.569

11. 50-54 1.155

12. 55-59 999

13. 60-64 967

14. 65+ 2.935

(46)

Adapun komposisi penduduk menurut Agama dan Kepercayaan yang dianut

oleh Masyarakat Kecamatan Sei Kepayang bermacam-macam, tetapi pada umumnya

adalah penganut Agama Islam. Sedangkan penganut aliran kepercayaan tidak ada

dijumpai dan dalam pelaksanaan kehidupan dan kerukunan antar sesama agama

terpelihara dengan baik.

Dalam kehidupan bermasyarakat masih terasa adanya adat dan kebiasaan dari

setiap suku dan agama namun tidaklah dominan. Hal tersebut hanya berlaku dalam

kelompok masyarakat pada upacara-upacara tertentu seperti : perkawinan, kematian dan

upacara adat lainnya. Maka untuk lebih jelasnya data jumlah pemeluk agama tiap desa

di Kecamatan Sei Kepayang dapat kita lihat pada Tabel 3.6 sebagai berikut :

Tabel 3.6

Jumlah Penduduk Menurut Pemeluk Agama Tiap Desa Tahun 2006

N

o Desa Islam Protestan Khatolik Budha Hindu Jumlah

1 Perbangunan 636 1.827 1.166 4 14 3.647

2 Pertahanan 1.050 598 526 - - 2.174

3 Bangun Baru 1.110 72 209 - - 1.391

4 Sei Sembilang 3.259 4 - - - 3.263

5 Sei Paham 4.262 15 35 - - 4.312

6 Sei Kep.Kanan 2.152 - - 2 - 2.154

7 Sei Kep.Tengah 3.160 - - - - 3.160

8 Sei Kep.Kiri 1.303 - - - - 1.303

9 Sei Lendir 327 - - - 327

10 Sei T.Pandau 2.131 - - - - 2.131

11 Sei Serindan 1.906 - - - - 1.906

12 Sei Jawi-jawi 3.259 - 3 3 - 3.262

13 Sei Nangka 4.240 30 57 57 6 4.347

(47)

N

o

Desa Islam Protestan Khatolik Budha Hindu Jumlah

15 Sei Pasir 1.568 - - - - 1.568

16 Sarang Helang 1.113 - - - - 1.113

17 SeiTempurung 1.259 - - - - 1.259

JUMLAH 34.317 2.546 1.950 66 20 38.899 Sumber : Kantor Desa se Kecamatan Sei Kepayang

Begitu juga halnya dengan etnis dan suku yang terdapat di daerah ini, terdiri

dari berbagai suku bangsa. Namun yang paling banyak adalah suku batak, sebab

rata-rata penduduk Kecamatan Sei Kepayang adalah keturunan orang pendatang atau

merantau dari Tapanuli Utara dan Tapanuli Selatan yang sudah dapat dipastikan

memiliki Marga dan telah cukup lama berdomisili di daerah ini.

Sementara daerah ini adalah terdiri dari pesisir pantai yang berbatasan langsung

dengan Selat Malaka. Sudah barang tentu sebahagian orang menganggap penduduknya

dihuni oleh mayoritas suku melayu.

Sementara ada juga suku lain yakni : Suku Jawa, Suku Aceh, Suku Banjar, Suku

Minang dan lain-lain. Untuk lebih jelasnya suku –suku yang ada di Kecamatan Sei

(48)

Tabel 3.7

Jumah Penduduk Menurut Suku Bangsa Tiap Desa Tahun 2006

N

o.

Desa Melayu Jawa Batak Minang Ban

jar

Aceh dll Jmlh

1 Perbangunan - 518 3082 2 22 - 23 3647

2 Pertahanan - 457 1679 - 21 - 17 2174

3 BangunBaru 217 938 191 - 12 20 13 1391

4 SeiSembilang 283 603 2318 20 27 12 - 3263

5 Sei Paham 466 776 2807 61 157 17 28 4312

6 Sei Kep.Kanan 623 522 861 - 92 27 29 2154

7 SeiKep.tengah 283 98 2779 - - - - 3160

8 Sei Kep.Kiri 258 63 931 46 - 5 - 1303

9 Sei Lendir 123 41 94 69 - - - 327

10 Sei T.Pandau 662 695 669 - 80 13 12 2131

11 Sei Serindan 656 346 892 - 9 1 2 1906

12 Sei Jawi-jawi 1048 887 1184 37 72 10 24 3262

13 Sei Nangka 10 981 2671 331 257 8 89 4347

14 Sei Lunang 694 377 291 87 76 20 37 1582

15 Sei Pasir 548 321 563 69 36 - 31 1568

16 Sarang Helang - 529 484 - 64 22 34 1113

17 SeiTempurung 264 191 645 49 77 10 23 1259

(49)

Berikutnya mengenai sumber mata pencaharian penduduk Kecamatan Sei

Kepayang, terdiri dari Petani, Nelayan, Pedagang, Buruh Industri, Pengrajin, Pegawai

Negeri/ABRI dan lain-lain.

Untuk lebih jelasnya mari kita lihat pada Tabel 3.8 sebagai berikut :

Tabel 3.8

Jumlah Penduduk Menurut Matapencaharian

No. Pekerjaan Rumah Tangga Jumlah Orang

1 Bertani 4.453 14.780

2 Nelayan 1258 4264

3 Wiraswasta

 Pedagang/Berniaga

 Listrik/Air Gas

 Penggalian

 Industri Kerajinan

275

3

1

117

354

3

1

197

4 Angkutan 189 352

5 Pegawai Negeri 296 329

6 ABRI/POLRI 2 4

7 Pegawai Swasta 4 60

8 Jasa Lainnya/Buruh 174 299

9 Pangangguran 8 22

Jumlah 6.780 20.665

(50)

Tabel 3.9

Luas Lahan dan Jumlah Hasil Pertanian Berdasarkan Jenis Tanaman Tahun 2006

No Desa Luas

(Ha)

Peruntukan Lahan Pertanian

Coklat Karet Kelapa

Sawit

Kelapa

(Kopra)

Pinang Padi

1 Perbangunan 5.987 5 - 396 260 - 1.707

2 Pertahanan 2.982 - 2 36 644 - 853

3 Bangun Baru 3.482 347 2 1.604 686 - 120

4 Sei Sembilang 3.732 - - 4 466 - -

5 Sei Paham 4.062 6 - 241 218 - 50

6 Sei Kep Kanan 4.482 2 - 16 2.206 - -

7 Sei Kep Tengah 2.833 - - 18 1.841 - -

8 Sei Kep Kiri 1.657 - - - 508 - -

9 Sei Lendir 1.432 - - 28 428 - -

10 Sei T Pandau 1.532 - - - 351 - -

11 Sei Serindan 1.232 - - - 166 - -

12 Sei Jawi-jawi 1.182 - - - 735 - -

13 Sei Nangka 1.257 - - - 157 - -

14 Sei Lunang 1.902 - - - 1.167 - -

15 Sei Pasir 3.382 - - 4 673 - -

16 Sarang Helang 2.182 - - 122 1.061 - -

17 Sei Tempurung 3.082 - - 15 828 17 -

(51)

III.2.3. Pengaruh Pembangunan Jembatan Sungai Asahan Terhadap Masyarakat Kecamatan Sei Kepayang

Masyarakat Kecamatan Sei Kepayang, Kabupaten Asahan merasa lega

menyusul selesainya pekerjaan pembangunan Jembatan Sungai Asahan meskipun dalam

proses pengerjaannya sempat menimbulkan polemik. Jembatan Sungai Asahan

sepanjang 520 meter, dimana 230 meter milik Kota Tanjung Balai dan 290 meter milik

Kabupaten Asahan. Pembangunan ini kerjasama antara Pemerintah Pusat, Pemerintah

Propinsi, Pemerintah Kabupaten Asahan dan Pemko Tanjung Balai.

Setelah selesainya pembangunan jembatan, masyarakat sudah dapat

memanfaatkannya terutama untuk memasarkan hasil taninya ke Tanjung Balai,

sekaligus membebaskan wilayah Kecamatan Sei Kepayang dari keterisoliran karena

hanya dapat dijangkau menggunakan transportasi sampan tambang. Kecamatan Sei

Kepayang yang terdiri dari 17 (tujuh belas) desa ini mayoritas masyarakatnya bekerja

sebagai petani dan nelayan. Namun kecamatan ini terkesan jauh tertinggal dibanding

dengan kehidupan masyarakat kecamatan lainnya yang ada di Asahan karena mereka

dipisahkan oleh Sungai Asahan.

Tujuan perjalanan masyarakat juga mengalami perkembangan, sebelum ada

jembatan masyarakat jarang melakukan perjalanan keluar dari kecamatan. Hal ini terjadi

karena sulitnya sarana transportasi. Masyarakat harus menggunakan sampan kotak,

yang merupakan sarana satu-satunya karena tidak adanya jaringan jalan darat. Namun

setelah dibangunnya Jembatan Sungai Asahan, tujuan perjalanan masyarakat semakin

berkembang. Masyarakat tidak hanya malakukan perjalanan ke daerah Tanjung Balai

melainkan ke Kisaran bahkan Kabupaten Labuhan Batu. Keberadaan jembatan sangat

(52)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

IV.1. Tinjauan Umum

Dalam mencapai tujuan dari penelitian ini dilakukan beberapa tahapan yang

dianggap perlu. Pelaksanaannya secara garis besar dapat diberikan sebagai berikut :

1. Tahapan pertama adalah melakukan studi literatur dalam usaha memperoleh

teori-teori yang berhubungan dengan penyelesaian tugas akhir ini.

2. Tahap kedua adalah menemukan jumlah dan distribusi sampel yang sesuai pada

daerah penelitian. Sampel adalah sebahagian dari obyek atau individu-individu

yang mewakili suatu sampel. Keterbatasan waktu, biaya, tenaga mendorong

seorang peneliti untuk menggunakan sampel dalam penelitiannya.

3. Tahap ketiga adalah pengorganisasian data yang dibutuhkan, metode

penggumpulan data dan penyajian data yang diperoleh dari survey. Berdasarkan

sumbernya data dapat di golongkan menjadi data primer dan data sekunder. Data

primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden atau obyek yang

diteliti. Data primer sangat berperan dalam mendukung tujuan penelitian.

Sedangkan data sekunder adalah data yang lebih dulu dikumpulkan dan

dilaporkan oleh orang atau instansi-instansi terkait. Dalam penelitian ini data

sekunder diperoleh dari Bappeda dan BPS Kabupaten Asahan, Kantor Camat

dan Kantor Lurah di Kecamtan Sei Kepayang.

4. Tahap akhir adalah analisa data hasil survey untuk mengambil kesimpulan dari

(53)

VI.2. Pembuatan Daftar Quesioner

Daftar yang akan digunakan dalam penelitian ini dibuat sedemikian rupa

sehingga memudahkan pewawancara dalam melakukan pendataan dan mempermudah

tiap anggota keluarga dalam mengisinya dan juga mempermudah pengisian tabel. Daftar

yang dibuat berdasarkan variable-variabel yang terdiri dari :

A. Daftar karakteristik responden yang melakukan perjalanan, yang berisi :

1. Nama

2. Usia

3. Pekerjaan

4. Desa/Kelurahan Tempat Tinggal

5. Penghasilan

6. Jumlah Anggota Keluarga

B. Daftar variabel-variabel yang mempengaruhi masyarakat melakukan perjalanan,

dengan meninjau apakah ada perubahan sebelum (before) dan sesudah (after)

adanya pembangunan jembatan, hal ini dapat dilihat dari segi :

1. Frekuensi masyarakat melakukan perjalanan

2. Tujuan perjalanan masyarakat

3. Maksud masyarakat melakukan perjalanan

4. Moda transportasi yang digunakan masyarakat

C. Dari tujuan perjalanan masyarakat dapat dilihat pengaruhnya terhadap pola

kehidupan masyarakat meliputi :

• Setelah adanya jembatan, akses keluar dari wilayah Kecamatan Sei

Gambar

Tabel 3.1 Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Kabupaten Asahan
Tabel 3.2
Tabel 3.3
Tabel 3.4
+7

Referensi

Dokumen terkait