• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Strategi Pengendalian Pertumbuhan Penduduk Pada Badan Pemberdayaan Perempuan Dan Keluarga Berencana (Bppkb) Di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Implementasi Strategi Pengendalian Pertumbuhan Penduduk Pada Badan Pemberdayaan Perempuan Dan Keluarga Berencana (Bppkb) Di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

1 IMPLEMENTASI STRATEGI PENGENDALIAN PERTUMBUHAN PENDUDUK PADA BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA (BPPKB) DI KECAMATAN KABANJAHE

KABUPATEN KARO SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana S - 1

Pada Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Disusun Oleh: SRY PRATIWI

110903004

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

i KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat

serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang

berbentuk skripsi ini sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.

Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar

sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini, tentunya banyak pihak yang telah memberikan

bantuan baik moril maupun materil. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan

ucapan terimakasih yang tiada hingganya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, Msi selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Rasudyn Ginting, Msi selaku Ketua Departemen Ilmu

Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Elita Dewi, Msp selaku Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi

Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Kariono, Msi selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

memberikan waktu, tenaga, sumbangan pemikiran, dan yang dengan sabar

membimbing dan mengarahkan penulis dari awal hingga selesainya skripsi

ini.

5. Ibu Dra. Beti Nasution, Msi selaku dosen penguji skripsi yang telah

memberikan masukan dan membantu pengembangan isi skripsi dan

pengetahuan penulis.

6. Seluruh Staff Pegawai Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah

membantu penulis segala urusan administrasi.

7. Buat yang teristimewa kedua orangtuaku, yang telah membesarkan dan

mendidik aku. Terimakasih untuk semua kasih, nasihat, perhatian dan doa

buatku selama ini. Semoga aku bisa membalas semua jasa kalian dan

(3)

ii

8. Buat sahabatku Penti dan Tri, terimakasih atas semua bantuannya yang

selalu setia mendukung dan memberi semangat selama ini. Khususnya

buat adikku Panji, yang udah selalu direpotkan dan membantu

menyelesaikan skripsi ini.

9. Buat semua pihak yang terlibat dalam penulisan skripsi ini, baik secara

langsung maupun tidak langsung.Terimakasih banyak.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka

saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan demi

penyempurnaan selanjutnya. Akhirnya hanya kepada Tuhan kita kembalikan

semua urusan dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak,

khususnya bagi penulis dan para pembaca pada umumnya.

Medan. 17 Juni 2015

Penulis

(4)

iii ABSTRAK

IMPLEMENTASI STRATEGI PENGENDALIAN PERTUMBUHAN PENDUDUK PADA BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA (BPPKB) DI KECAMATAN KABANJAHE

KABUPATEN KARO Nama : Sry Pratiwi

NIM : 110903004

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Dosen Pembimbing : Drs. Kariono, Msi

Melalui Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) diharapkan dapat terwujudnya kesetaraan gender dan keluarga kecil berkualitas. Keluarga Berkualitas adalah meningkatnya wujud nilai rasa kehidupan yang dinikmati sebagian besar keluarga sebagai unit terkecil.

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat dan menggambarkan pelaksanaan strategi maupun program-program Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) kepada masyarakat. Dalam penelitian ini juga akan dilihat realisasi program-program yang diberikan untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan pemerintah juga badan tersebut.

Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode bentuk teknik kualitatif, unit analisis yang terdiri dari informan kunci yaitu Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) Kabupaten Karo, Kepala Bidang Keluarga Berencana Dan Keluarga Sejahtera, Sekretaris Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB). Sedangkan Informan Tambahan adalah pegawai/staff Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) Kabupaten Karo ditambah dengan masyarakat Kabupaten Karo yang berkunjung di lokasi badan tersebut.

(5)

iv

1.2Perumusan Masalah ... 7

1.3Tujuan Penelitian ... 7

1.4Manfaat Penelitian ... 7

1.5Kerangka Teori... 8

1.5.1 Pengertian Implementasi Kebijakan ... 8

1.5.1.2 Model Implementasi Kebijakan Publik ... 10

1.5.2 Strategi ... 15

1.5.3 Implementasi Strategi ... 16

1.5.4 Pengendalian Kependudukan ... 17

1.5.5 Pertumbuhan Penduduk... 19

1.5.6 Pengendalian Pertumbuhan Penduduk ... 20

1.6Defenisi Konsep ... 22

1.7Sistematika Penelitian ... 24

BAB II METODE PENELITIAN 2.1Bentuk Penelitian ... 25

2.2Lokasi Penelitian ... 25

2.3Informan ... 25

2.4Teknik Pengumpulan Data ... 27

2.5Teknik Analisis Data ... 28

BAB III LOKASI PENELITIAN 3.1 Wilayah Kabupaten Karo ... 30

(6)

v

3.2.1 Visi dan misi Badan Pemberdayaan Perempuan dan

Keluarga Berencana BPPKB) ... 34

3.2.2 Tugas pokok dan fungsi ... 35

3.2.3 Struktur organisasi dan pejabat struktural ... 36

BAB IV PENYAJIAN DATA 4.1 Identitas informan ... 39

4.2 Data penelitian... 41

4.2.1 Struktur birokrasi pelaksanaan kebijakan ... 43

4.2.2 Komunikasi ... 52

4.2.3 Sumber daya ... 56

4.2.4 Disposisi ... 58

BAB V ANALISA DATA 5.1 Struktur birokrasi pelaksanaan kebijakan ... 61

5.2 Komunikasi ... 62

5.3 Sumber daya ... 64

5.4 Disposisi ... 66

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan ... 69

6.2 Saran ... 71

(7)

iii ABSTRAK

IMPLEMENTASI STRATEGI PENGENDALIAN PERTUMBUHAN PENDUDUK PADA BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA (BPPKB) DI KECAMATAN KABANJAHE

KABUPATEN KARO Nama : Sry Pratiwi

NIM : 110903004

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Dosen Pembimbing : Drs. Kariono, Msi

Melalui Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) diharapkan dapat terwujudnya kesetaraan gender dan keluarga kecil berkualitas. Keluarga Berkualitas adalah meningkatnya wujud nilai rasa kehidupan yang dinikmati sebagian besar keluarga sebagai unit terkecil.

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat dan menggambarkan pelaksanaan strategi maupun program-program Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) kepada masyarakat. Dalam penelitian ini juga akan dilihat realisasi program-program yang diberikan untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan pemerintah juga badan tersebut.

Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode bentuk teknik kualitatif, unit analisis yang terdiri dari informan kunci yaitu Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) Kabupaten Karo, Kepala Bidang Keluarga Berencana Dan Keluarga Sejahtera, Sekretaris Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB). Sedangkan Informan Tambahan adalah pegawai/staff Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) Kabupaten Karo ditambah dengan masyarakat Kabupaten Karo yang berkunjung di lokasi badan tersebut.

(8)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Pada awal kepemimpinan Presiden Soeharto, Puskesmas dan Posyandu

menjadi ujung tombak sekaligus implementasi program di bidang kesehatan.

Pelayanan kesehatan dan Posyandu yang tersebar sampai ke desa terpencil

berhasil menekan angka kematian bayi, mengendalikan penyebaran penyakit

menular dan memperbaiki kondisi masyarakat secara fisik. Gebrakan lain adalah

pengadaan bidan ketika akseptor dan calon akseptor Keluarga Berencana (KB)

semakin merebak diberbagai pelosok desa dan tidak bisa lagi dilayani dokter,

karena tempat tinggal mereka jauh dari Puskesmas. Memperhatikan kondisi

demikian pemerintah menggelar Inpres Bidan dengan membuka sekolah bidan di

mana-mana dan dalam 3 tahun kebutuhan akan bidan terpenuhi.

Untuk menekan pertumbuhan penduduk sekaligus meningkatkan

kesejahteraan keluarga, pemerintah mengadakan program Keluarga Berencana.

Tahun l968 dibentuk Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN), dengan

status lembaga semi pemerintah dan awal Pembangunan Lima Tahun (PELITA)

pertama, tepatnya tahun 1970 melalui Keppres Nomor 8 pemerintah

mengumumkan pembentukan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional

(BKKBN). Keberhasilan program KB di Indonesia diakui oleh dunia internasional

(9)

2

Pada dasarnya pertumbuhan ekonomi tidak akan berjalan jika tidak

didukung oleh sumberdaya yang memadai. Sebaliknya pembangunan kualitas

sumber daya manusia tidak akan tercapai tanpa dukungan pertumbuhan ekonomi.

Dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia, Program Keluarga

Berencana (KB) yang telah berjalan dan berkembang selama lebih dari tiga

dasawarsa akan semakin memberikan andil cukup besar, apabila para penguasa,

para pejabat pemerintahan dan wakil-wakil rakyat konsisten memprioritaskan

kepeduliannya terhadap masalah kependudukan sebagai indikator serta tolak ukur

dalam menilai keberhasilan pembangunan. Dengan demikian setiap insan

pembangunan khususnya para pengambil keputusan dalam penetapan

kebijaksanaan pembangunan diberbagai tingkatan wilayah akan senantiasa

berorientasi demografis.

Jumlah penduduk yang besar, akan berimplikasi sangat luas terhadap

program pembangunan di Indonesia. Penduduk besar dengan kualitas rendah,

sangat berpotensi menjadi beban pembangunan seperti tercermin dari beratnya

beban pemerintah pusat dan daerah untuk menyediakan berbagai pelayanan publik

seperti pendidikan, kesehatan, perumahan, lapangan kerja, lingkungan hidup dan

lain-lain. Meskipun pemerintah pusat telah memberikan perhatian dan komitmen

yang memadai, program KB nasional di era desentralisasi menghadapi tantangan

cukup berat. Setelah desentralisasi program KB Nasional telah berjalan, belum

semua pemerintah Kabupaten/Kota memiliki persepsi dan pemahaman yang sama

(10)

3

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 tahun

2014 Tentang Urusan Pemerintahan, pada BAB IV pasal 12 ayat 2 diyatakan

tentang “administrasi kependudukan dan pencatatan Sipil”. Penduduk pada

hakekat nya dapat di ibaratkan sebagai pisau bermata dua, disatu sisi penduduk

yang besar dan berkualitas akan menjadi aset yang sangat bermanfaat bagi

pembangunan namun sebaliknya penduduk yang besar tapi kualitasnya rendah

justru akan menjadi beban yang berat bagi pembangunan itu sendiri, oleh karna

itu maka Program Keluarga Berencana perlu segera digalakan kembali.

Berbagai peraturan perundang-undangan yang ada seperti Undang-Undang

Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan

Keluarga, secara umum mengamanatkan bahwa hakikat pembangunan nasional

ditujukan untuk semua dimensi dan aspek kehidupan termasuk perkembangan

kependudukan dan pembangunan keluarga untuk mewujudkan masyarakat adil

dan makmur.Oleh karna itu kebijakan dan program kependudukan, termasuk

program KB tidak semata-mata hanya upaya mempengaruhi pola dan arah

demografi tetapi juga untuk mencapai kesejahteraan masyarakat lahir dan batin

bagi generasi sekarang dan generasi mendatang. Agar pembangunan dapat

berkelanjutan, pembangunan ekonomi – pembangunan kualitas SDM –

pengelolaan kuantitas penduduk harus diintervensi secara bersama sama dan

terintegerasi.

Dan saat ini dengan diberhentikannya Kepala Daerah Kena Ukur Karo

(11)

4 dengan visi nya adalah “Terwujudnya Masyarakat Karo yang Makmur dan

Sejahtera Berbasis Pembangunan Pertanian dan Pariwisata yang berwawasan

lingkungan”. Berdasarkan Visi dan Misi serta program Kepala Daerah tersebut

disusunlah rencana pembangunan jangka menengah (RPJM) yang berisi

kebijakan, program dan Kegiatan Pemerintahan Kabupaten, selanjutnya RPJM ini

dijabarkan menjadi Renstra SKPD dan ini merupakan awal Perencanaan Program

dan Kegiatan 5 (lima) tahun kedepan SKPD Badan Pemberdayaan Perempuan dan

Keluarga Berencana Kabupaten Karo.

Rencana strategi SKPD Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga

Berencana Kabupaten Karo merupakan arah perencanaan Program dan Kegiatan

2010-2015 yang dilaksankan secara bertahap dan berkesinambungan serta

terhindar dari overlapping sehingga kegiatan dapat dilaksanakn secara efektif dan

efisien. Sejalan dengan visi diatas maka ada dua tujuan yang ingin dicapai dalam

kurun 5 tahun kedepan. Pertama, untuk memperkuat kapasitas kelembagaan dan

SDM masyarakat. Dan yang kedua, adalah terbangunnya kembali jaringan

pengelola KB sampai di Tingkat Desa secara aktif dan berkesinambungan

sehingga dengan demikian program KB dapat berjalan untuk membentuk keluarga

kecil berkualitas.

Berdasarkan data Kantor Statistik Kabupaten Karo mulai tahun

(12)

5 KATEGORI

JUMLAH PENDUDUK (JIWA)

2008 2009 2010 2011 2012

Jumlah Pria (jiwa) 342.907 349.046 335.945 339.089 340.302

Jumlah Wanita (jiwa)

345.600 351.560 332.327 335.432 337.574

Total (jiwa) 688.507 700.606 668.272 674.521 677.876

Sumber :Kantor Statistik Kabupaten Karo.

Dapat dilihat terjadinya peningkatan jumlah penduduk wanita

pertahunnya walaupun terjadi dengan tidak stabil. Dari peningkatan tersebut maka

harus adanya pengelolaan KB secara aktif.

Disini penduduk sebagai modal dasar pembangunan adalah titik sentral

dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Jumlah penduduk yang besar

akan menjadi motor penggerak pembangunan jika penduduk tersebut memiliki

kualitas rendah justru akan menjadi beban pembangunan. Sekaitan dengan itu,

upaya mengendalikan dengan berhasil agar pelaksanaan pembangunan dapat

dipercepat dan masyarakat yang sejahtera dapat terwujud.

Selain itu ada beberapa masalah yang juga menjadi pembahasan penting.

Di Kabupaten Karo sendiri masih rendahnya pengetahuan tentang gender dan

perlindungan anak, masih kurangnya dukungan lintas sektor keluarga berencana

(13)

6

Berdasarkan pemaparan di atas, pembangunan harus didukung sepenuhnya

oleh kualitas sumber daya manusia yang ada dan demikian sebaliknya,

peningkatan kualitas sumber daya manusia tidak terlepas dari keberhasilan

pembangunan itu sendiri. Hal ini berlaku juga diseluruh wilayah Indonesia

termasuk Kabupaten Karo. Proses pembangunan di Kabupaten Karo dan

peningkatan kualitas sumber daya manusia di Kabupaten Karo harus berjalan

seimbang dan saling mendukung. Salah satu upaya yang dilakukan oleh

pemerintah daerah Kabupaten Karo adalah dengan pengendalian pertumbuhan

penduduk dengan harapan mampu meningkatkan kualitas sumber daya

manusianya. Hal ini sesuai dengan motto KB yaitu “Dua Anak Lebih Baik” yang

sering kita dengar bahwa dengan program KB maka keluarga akan lebih baik dan

lebih terurus. Dengan kondisi yang demikian maka peluang untuk mendapatkan

sumber daya manusia yang lebih berkualtas akan semakin besar.

Namun yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana pemerintah Kabupaten

Karo dalam pelaksanaan pengendalian pertumbuhan penduduk di Kecamatan

Kabanjahe Kabupaten Karo ? Atau langkah-langkah apakah yang telah dilakukan

pemerintah Kabupaten Karo dalam mengatasi pertumbuhan Penduduk di

Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo ? Dengan demikian, maka penulis merasa

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: ”Implementasi

(14)

7 1.2Perumusan Masalah

Untuk dapat memudahkan dalam penelitian ini dan agar penelitian ini

memiliki arah yang jelas dalam menginterpretasikan fakta dan data ke dalam

penulisan skripsi, maka terlebih dahulu dirumuskan permasalahannya. Adapun

permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana Implementasi StrategiPengendalian Pertumbuhan Penduduk Pada Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) Di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo?”

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi strategi yang

dilakukan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencanadalam

Pengendalian Pertumbuhan Penduduk di KabanjaheKabupaten Karo, untuk

mengetahui keefektifan strategi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga

Berencana di Kabanjahe Kabupaten Karo selama ini seperti strategi yang

dilakukan koordinasi, peningkatan kualitas sumber daya manusia.

1.4Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diharapkan penulis dari penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Bagi penulis, bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan menulis

karya ilmiah dalam menganalisa permasalahan dilapangan. Dan juga

(15)

8

Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana dalam

pelaksanaan pengendalian pertumbuhan penduduk di

KecamatanKabanjaheKabupaten Karo.

2. Bagi Instansi, penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan

ataupun informasi tentang pelayanan jasa yang dapat meningkatkan

kepuasaan pelanggan khususnya pada Badan Pemberdayaan Perempuan

dan Keluarga berencana di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo

3. Bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, penelitian ini sebagai bahan

masukan bagi Fakultas dan menjadi referensi tambahan bagi mahasiswa

dan mahasiswi di masa mendatang.

1.5Kerangka Teori

Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, defenisi dan proposisi untuk

menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan

hubungan antar konsep. Sebagai landasan berpikir dalam menyelesaikan atau

memecahkan masalah yang ada, perlu adanya pedoman teoritis yang dapat

membantu dan sebagai bahan referensi dalam penelitian. Kerangka teori ini

diharapkan dapat memberikan pemahaman yang jelas dan tepat bagi peneliti

dalam memahami masalah yang diteliti (Singarimbun, 2008:37).

1.5.1 Pengertian Implementasi Kebijakan

Kata implementasi dalam Kamus Webster (Wahab, 1991:50), secara

(16)

9 carrying out; to give practical effect to”, yaitu menyajikan sarana untuk

melaksanakan sesuatu; menimbulkan dampak/ berakibat sesuatu.

Patton dan Sawicki (dalam Tangkilisan, 2003 : 78) bahwa implementasi

berkaitan dengan berbagai kegiatan yang diarahkan untuk merealisasikan

program, dimana pada posisi ini eksekutif mengatur cara untuk mengorganisir,

menginterpretasikan dan menerapkan kebijakan yang telah diseleksi. Sehingga

dengan mengorganisir, seorang eksekutif mampu mengatur secara efektif dan

efisien sumber daya, unit-unit dan teknik yang dapat mendukung pelaksanaan

program, serta melakukan interpretasi terhadap perencanaan yang dibuat, dan

petunjuk yang dapat diikuti dengan mudah bagi realisasi program yang

dilaksanakan.

Pressman dan Wildavsky (Syaukani, Gaffar dan Rasyid, 2002: 295),

merumuskan implementasi sebagai proses interaksi diantara perangkat tujuan dan

tindakan yang mampu untuk meraihnya, serta serangkaian aktifitas langsung yang

diarahkan untuk menjadikan program berjalan, dimana aktifitas tersebut

mencakup:

a. Organisasi (Organization): pembentukan atau penataan kembali sumber

daya, unit-unit serta metode untuk menjadikan program berjalan;

b. Interpretasi (Interpretation); menafsirkan agar program menjadi rencana

(17)

10

c. Penerapan (Application); ketentuan rutin dari pelayanan, pembayaran, atau

lainnya yang dapat disesuaikan dengan tujuan atau perlengkapan

program”.

Grindle (Wahab, 1991: 45), berpendapat bahwa implementsi kebijakan

sesungguhnya bukanlah sekedar bersangkut paut dengan mekanisme penjabaran

keputusan-keputusan politik dalam prosedur-prosedur rutin lewat saluran-saluran

birokrasi, melainkan lebih dari itu, ia menyangkut masalah konflik, keputusan dan

siapa yang memperoleh apa dari suatu kebijakan. Oleh sebab itu tidak terlalu

salah jika dikatakan implementasi kebijakan merupakan aspek yang penting dari

keseluruhan proses kebijakan.

Dari berbagai pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

implementasi kebijakan adalah suatu tahap yang berlangsung setelah suatu

kebijakan ditetapkan, di mana kebijakan dioperasionalisasikan dalam

kegiatankegiatan yang terencana dan terorganisir, untuk dapat mencapai standar

dan sasaran kebijakan, dengan memperhatikan lingkungan serta dampak di

berbagai bentuk kegiatannya, sebagai bahan dalam perbaikan perencanaan

kebijakan publik ke depannya.

1.5.1.2 Model Implementasi Kebijakan Publik

Dalam rangka mengimplementasikan kebijakan publik, dikenal beberapa

(18)

11

a. Model Gogin

Untuk mengimplementasikan kebijakan dengan model Gogin ini dapat

mengidentifikasikan variabel-variabel yang mempengaruhi tujuan-tujuan formal

pada keseluruhan implementasi, yakni: 1) bentuk dan isi kebijakan, termasuk

didalamnya kemampuan kebijakan untuk menstrukturkan proses implementasi, 2)

kemampuan organisasi dengan segala sumber daya berupa dana maupun insentif

lainnya yang akan mendukung implementasi secara efektif, dan 3) pengaruh

lingkungan dari masyarakat dapat berupa karakteristik, motivasi, kecenderungan

hubungan antara warga masyarakat, termasuk pola komunikasinya.

b. Model Grindle

Grindle menciptakan menciptakan model implementasi sebagai kaitan

antara tujuan kebijakan dan hasil-hasilnya, selanjutnya pada model ini hasil

kebijakan yang dicapai akan dipengaruhi oleh isi kebijakan yang terdiri dari:

1. Kepentingan-kepentingan yang dipengaruhi

2. Tipe-tipe manfaat

3. Derajat perubahan yang diharapkan

4. Letak pengambilan keputusan

5. Pelaksanaan program

6. Sumber daya yang dilibatkan

Karenanya setiap kebijakan perlu mempertimbangkan konteks atau lingkaran

dimana tindakan administrasi dilakukan. Intensitas keterlibatan para perencana,

politisi, pengusaha, kelompok sasaran dan para pelaksana kebijakan akan

(19)

12

c. Model Van Meter dan Van Horn

Model implementasi kebijakan ini dipengaruhi oleh 6 faktor, yaitu:

1. Standar kebijakan dan sasaran yang menjelaskan rincian tujuan keputusan

kebijakan secara menyeluruh

2. Sumber daya kebijakan berupa dana pendukung implementasi

3. Komunikasi inter organisasi dan kegiatan pengukuran digunakan oleh

pelaksana untuk memakai tujuan yang hendak dicapai

4. Karakteristik pelaksana, artinya karakteristik organisasi merupakan faktor

krusial yang menentukan berhasil tidaknya suatu program

5. Kondisi sosial ekonomi dan politik yang dapat mempengaruhi hasil

kebijakan

6. Sikap pelaksanaan dalam memahami kebijakan yang akan ditetapkan

Van Meter dan Van Horn (Samodra, Yuyun dan Agus, 1994: 19) menegaskan

bahwa pada dasarnya kinerja dari implementasi kebijakan adalah penilaian atas

tingkat ketercapaian standar dan sasaran kebijakan tersebut.

d. Model Edward III

Menurut George C. Edward III (Subarsono 2005:90) ada empat faktor

yang berpengaruh terhadap keberhasilan atau kegagalan implementasi suatu

kebijakan, yaitu faktor struktur birokrasi, komunikasi, sumber daya, , dan

disposisi.

1) Struktur Birokrasi

Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan

(20)

13

dari aspek struktur yang paling penting dari setiap organisasi adalah adanya

rincian tugas dan prosedur pelayanan yang telah disusun oleh organisasi.

2) Komunikasi

Persyaratan pertama bagi implementasi kebijakan yang efektif adalah

bahwa mereka yang melaksanakan keputusan harus mengetahui apa yang harus

mereka lakukan. Keputusan-keputusan kebijakan dan perintah-perintah harus

diteruskan kepada personil yang tepat sebelum keputusan dan perintah-perintah

tersebut dapat diikuti. Tentu saja, komunikasi harus akurat dan harus dimengeti

dengan cermat. Secara umum Edwards membahas tiga indikator penting dalam

proses komunikasi kebijakan yakni:

1. Transmisi.

Penyaluran komunikasi yang baik akan dapat menghasilkan suatu

implementasi yang baik pula. Seringkali terjadi masalah dalam

penyaluran komunikasi yaitu adanya salah pengertian

(miskomunikasi) yang disebabkan banyaknya tingkatan birokrasi

yang harus dilalui dalam proses komunikasi, sehingga apa yang

diharapkan terdirtorsi di tengah jalan.

2. Kejelasan.

Komunikasi yang diterima oleh pelaksana kebijakan

(street-level-bureaucrats) harus jelas dan tidak membingungkan atau tidak

(21)

14

3. Konsistensi.

Perintah yang diberikan dalam pelaksanaan suatu komunikasi

harus konsisten dan jelas untuk ditetapkan atau dijalankan. Jika

perintah yang diberikan sering berubah-ubah, maka dapat

menimbulkan kebingungan bagi pelaksana di lapangan.

3) Sumber Daya

Sumber daya adalah faktor paling penting dalam implementasi kebijakan

agar efektif. Sumber daya tersebut dapat berwujud sumber daya manusia, yakni

kompetensi implementor, dan sumber daya financial. Tanpa adanya sumber daya,

kebijakan hanya tinggal di kertas menjadi dokumen saja.

Menurut Edward III (Tangkilisan, 2003: 66), sumberdaya merupakan hal

penting dalam implementasi kebijakan yang baik. Indikatorindikator yang

digunakan untuk melihat sejauh mana sumberdaya mempengaruhi implementasi

kebijakan terdiri dari:

1. Staf.

2. Informasi.

3. Fasilitas.

4) Disposisi (Kecenderungan atau Tingkah Laku)

Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor

seperti komitmen, kejujuran dan sifat demokratis. Apabila implementor memiliki

disposisi yang baik, maka dia akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik

seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Ketika implemetor memiliki

(22)

15

implementasi kebijakan juga menjadi tidak efektif. Faktor-faktor yang menjadi

perhatian Edward III (Tangkilisan, 2003: 127) mengenai disposisi dalam

implementasi kebijakan terdiri dari:

1. Pengangkatan birokrasi.

2. Insentif.

1.5.2 Strategi

Pada awalnya kata strategi dipergunakan untuk kepentingan militer saja

tetapi kemudian berkembang ke berbagai bidang yang berbeda seperti

strategibisnis, olahraga (misalnya sepak bola dan tenis), catur, ekonomi,

pemasaran, perdagangan, manajemen strategi, dll.

Menurut Chandler (Kuncoro, 2005: 1) strategi adalah penentuan tujuan

dan sasaran jangka panjang perusahaan, diterapkannya aksi dan alokasi sumber

daya yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Menurut Andrews (Kuncoro, 2005: 2) strategi dapat diartikan sebagai pola

sasaran, tujuan, dan kebijakan/rencana umum untuk meraih tujuan yang telah

ditetapkan, yang dinyatakan dengan mendefenisikan apa bisnis yang dijalankan

oleh perusahaa, atau yang seharusnya dijalankan oleh perusahaan.

Akhirnya tidak terlupa keberadaan strategi pun harus konsisten dengan

lingkungan, mempunyai alternatif strategi, fokus keunggulan dan menyeluruh,

(23)

16

Strategi yang ditetapkan juga tidak boleh mengabaikan tujuan, kemampuan,

sumber daya dan lingkungan.

1.5.3 Implementasi strategi

Implementasi strategi (strategy implementation) mensyaratkan perusahaan

untuk menetapkan tujuan tahunan, membuat kebijakan, memotivasi karyawan,

dan mengalokasikan sumberdaya sehingga strategi yang telah diformulasikan

dapat dijalankan.

Implementasi strategi termasuk mengembangkan budaya yang

mendukung strategi, menciptakan struktur organisasi yang efektif dan

mengarahkan usaha pemasaran, menyiapkan anggaran, mengembangkan dan

memberdayakan system informasi, dan menghubungkan kinerja karyawan dengan

kinerja organisasi. Implementasi strategi sering kali disebut tahap pelaksanaan

dalam manajemen strategis. Melaksanakan strategi yang telah diformulasikan

menjadi tindakan.

Evaluasi strategi (strategy evaluation) adalah tahap final dalam

manajemen strategis. Manajer sangat ingin mengetahui kapan strategi tidak dapat

berjalan seperti diharapkan; evaluasi strategi adalah alat utama untuk

mendapatkan informasi ini. Semua strategi dapat dimodifikasi di masa datang

karma factor internal dan eksternal secara konstan berubah. Tiga aktivitas dasar

evaluasi strategi adalah:

1) Meninjau ulang faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar

(24)

17

2) Mengukur kinerja, dan

3) Mengambil tindakan korektif. Evaluasi dibutuhkan karena

kesuksesan hari ini tidak menjamin kesuksesan di hari esok. Sukses

selalu membawa masalah baru yang berbeda; perusahaan yang

puas diri akan mengalami kegagalan.

Dengan demikian, pengimplementasian strategi dalam program-program

termasuk proyek-proyek untuk mencapai sasarannya masing-masing dilakukan

melalaui fungsi-fungsi manajeman lainnya yang mencakup pengorganisasian,

pelaksanaan, penganggaran dan kontrol.

1.5.4 Pengendalian Kependudukan

Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 10 tahun 1992, yang dimaksud

dengan penduduk adalah orang-orang dalam matranya sebagai pribadi, anggota

keluarga, anggota masyarakat, warga negara, dan himpunan kuantitas yang

bertempat tinggal di suatu tempat dalam batas wilayah negara pada waktu

tertentu.

Membicarakan kependudukan tidak terlepas dengan pengkajian

angka-angka; dalam bentuk tabel, daftar, grafik, atau gambar. Pengkajian tersebut sangat

berguna dalam perencanaan nasional suatu negara, baik dalam jangka pendek dan

jangka panjang. Bahkan diluar itu setiap negara perlu mengkaji kependudukan ini,

bukan hanya dalam ruang lingkup nasional namun juga harus mengkajinya secara

(25)

18

Pengendalian kependudukan adalah usaha mempengaruhi pola kembang

biak penduduk ke arah angka pertumbuhan penduduk yang diinginkan, biasanya

ditempuh melalui suatu kebijakan pemerintah di bidang kependudukan. Secara

umum masalah berat yang diperkirakan para pengkaji masalah kependudukan dan

lingkup dewasa ini adalah terjadinya ledakan penduduk yang dimulai dalam tahun

1950, dimana jumlah penduduk dunia baru diperkirakan 2,5 miliar orang, dan

pada tahun 2000 melonjak menjadi 6,5 miliar orang (Ritonga, 2001:149).

Pada tahun 1798, Malthus menggambarkan dua kategori pengendalian

penduduk, yaitu pengendalian positif yang ada hubungannya dengan sebab-sebab

kematian dan naiknya kematian dalam hitungan tahun. Ini meliputi kemiskinan,

penyakit, kelaparan dan perang. Kedua adalah pengendalian preventif terhadap

tingkat kelahiran.

Pengendalian penduduk adalah kegiatan membatasi pertumbuhan

penduduk, umumnya dengan mengurangi jumlah kelahiran. Dokumen dari Yunani

Kuno telah membuktikan adanya upaya pengendalian jumlah penduduk sejak

zaman dahulu kala. Salah satu contoh pengendalian penduduk yang dipaksakan

terjadi di Republik Rakyat Cina yang terkenal dengan kebijakannya “satu anak

cukup” kebijakan ini diduga banyak menyebabkan terjadinya aksi pembunuhan

bayi, pengguguran kandungan yang dipaksakan, serta sterilisasi wajib.

Indonesia juga menerapkan pengendalian penduduk, yang dikenal

(26)

19

persuasif ketimbang dipaksakan. Program ini dinilai berhasil menekan tingkat

pertumbuhan penduduk Indonesia.

1.5.5 Pertumbuhan Penduduk

Seperti diketahui setiap perubahan jumlah pernduduk (baik pertambahan

atau pengurangan) disebut “pertumbuhan”, dapat positif atau negative. Pada

hakikatnya suatu pertumbuhan penduduk hanya berpangkal pada tiga sumber,

yaitu : Kelahiran, Kematian dan Migrasi. Pertumbuhan tersebut sama sekali bukan

merupakan aspek yang terpisah daripada eksistensi penduduk, tetapi justru

merupakan akibat berbagai faktor khusus.

Sampai sebegitu jauh pertumbuhan penduduk telah menarik perhatian

para ahli, sering kali di kaitkan dengan “kelangsungan hidup” sesuatu bangsa.

Mengenai masalah ini sudah banyak dikemukakan teori dan hampir semuanya

mengaitkan pertumbuhan penduduk dengan perkembangan sosial dan ekonomi.

Walaupun demikian apabila ditinjau dari segi pengukuran, permasalahannya

ternyata menyangkut beberapa sasaran yang pada hakikatnya lebih sederhana.

Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu

wilayah tertentu pada waktu tertentu dibandingkan waktu sebelumnya. Indikator

tingkat pertumbuhan penduduk sangat berguna untuk memprediksi jumlah

penduduk di suatu wilayah atau negara dimasa yang akan datang. Dengan

diketahuinya jumlah penduduk yang akan datang, diketahui pula kebutuhan dasar

penduduk ini, tidak hanya di bidang sosial dan ekonomi tetapi juga di bidang

(27)

20

prediksi jumlah penduduk dengan cara seperti ini belum dapat menunjukkan

karakteristik penduduk dimasa yang akan datang. Untuk itu diperlukan proyeksi

penduduk menurut umur dan jenis kelamin yang membutuhkan data yang lebih

rinci yakni mengenai tren fertilitas, mortalitas dan migrasi.

Pertumbuhan penduduk adalah perubahan populasi sewaktu-waktu, dan

dapat dihitung sebagai perubahan dalam jumlah individu dalam sebuah populasi

menggunakan “per waktu unit” untuk pengukuran. Sebutan pertumbuhan

penduduk merujuk pada semua spesies, tapi selalu mengarah pada manusia, dan

sering digunakan secara informal untuk sebutan demografi nilai pertumbuhan

penduduk, dan digunakan untuk merujuk pada pertumbuhan penduduk dunia.

1.5.6 Pengendalian Pertumbuhan Penduduk

Sebelum membicarakan masalah ini lebih lanjut, terlebih dahulu perlu

dijelaskan beberapa ciri pertumbuhan penduduk. Pertama, keseimbangan antara

faktor kelahiran, kematian dan migrasi yang merupakan suatu keadaan yang unik.

Segala sesuatunya ternyata tidak hanya ditentukan oleh salah satu diantara ketiga

faktor tersebut. Dalam keadaan tertentu dapat kemungkinan adanya perbedaan

yang cukup besar antara kombinasi faktor-faktor tersebut, sehingga

keseimbangannya dari waktu ke waktu bisa berubah. Dalam sejarahnya jumlah

penduduk senantiasa mengalami fluktuasi antara pertambahan dan pengurangan.

Kecenderungan yang tampak pada zaman modern adalah jumlah

penduduk yang selalu bertambah. Hal ini terjadi dimana-mana sehingga

(28)

21

pengurangan jumlah penduduk malah dianggap tidak normal. Tahap modern ini

pada hakikatnya secara relative boleh dikatakan terjadi belum begitu lama.

Pertumbuhan sejak tahun 1600 yang barangkali sudah lima kali lipat merupakan

peristiwa yang belum pernah terjadi selama ini. Ciri umum pertumbuhan tersebut

tidak sesuai dengan konsep umum yang menyangkut masalah tesebut.

Pertumbuhan penduduk merupakan salah satu faktor yang penting dalam

masalah sosial ekonomi umumnya dan masalah penduduk pada khususnya.

Karena di samping berpengaruh terhadap jumlah dan komposisi penduduk juga

akan berpengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi suatu daerah atau negara

maupun dunia. Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk baik

pertambahan maupun penurunannya.

Pengendalian pertumbuhan penduduk juga merupakan faktor penting

dalam peningkatan keluarga kecil yang berkualitas. Demikian pula, aspek

penataan administrasi kependudukan merupakan hal yang penting dalam

mendukung perencanaan pembangunan baik di tingkat nasional maupun daerah.

Sedangkan, pemuda sebagai bagian dari penduduk merupakan aset pembangunan

dan mempunyai kontribusi dalam pembangunan perekonomian bangsa.

Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 52 tahun 2009

tentang Perkembangan Kependudukan Dan Pembangunan Keluarga,

Pengendalian pertumbuhan penduduk bertujuan untuk mewujudkan keserasian,

(29)

22

baik yang berupa daya dukung alam maupun daya tamping lingkungan serta

kondisi perkembangan sosial ekonomi dan budaya.

Masalah pengendalian pertumbuhan penduduk di Indonesia

dikategorikan sebagai suatu masalah nasional yang besar dan memerlukan

pemecahan segera. Ia mencakup lima masalah pokok yang kait mengait satu sama

lainnya, yakni:

1) Jumlah penduduk yang besar

2) Tingkat pertumbuhan yang tinggi

3) Penyebaran penduduk yang tidak merata

4) Komposisi umur penduduk yang timpang

5) Dan masalah mobilitas penduduk (Widiyanti, 1987:66)

1.6 Definisi Konsep

Konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan untuk

menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang

menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1995 :37). Tujuannya adalah

untuk memudahkan pemahaman dan menghindari terjadinya interpretasi ganda

dari variabel yang diteliti. Adapun defenisi yang dipergunakan untuk

mendapatkan gambaran yang jelas mengenai Strategi Badan Pemberdayaan

Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Karo dalam Pelaksanaan

Pengendalian Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Karo ini adalah:

1) Implementasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk menguji data dan

(30)

23

2) Strategi adalah rencana jangka panjang dengan diikuti tindakan-tindakan

yang ditujukan untuk mencapai tujuan tertentu dengan memperhatikan

empat unsur penting yaitu, kemampuan, sumber daya, lingkungan, tujuan.

3) Penduduk adalah orang-orang dalam matranya sebagai pribadi, anggota

keluarga, anggota masyarakat, warga negara, dan himpunan kuantitas yang

bertempat tinggal di suatu tempat dalam batas wilayah negara pada waktu

tertentu.

4) Pengendalian Kependudukan adalah usaha mempengaruhi pola kembang

biak penduduk ke arah angka pertumbuhan penduduk yang diinginkan,

biasanya ditempuh melalui suatu kebijakan pemerintah di bidang

kependudukan.

5) Pertumbuhan Penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu

wilayah tertentu pada waktu tertentu dibandingkan waktu sebelumnya.

6) Pengendalian Pertumbuhan Penduduk adalah kegiatan membatasi

(31)

24 1.7 Sistematika Penelitian

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari uraian tentang Latar belakang, Perumusan Masalah,

Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka Teori, Defenisi Konsep,

dan Sistematika Penulisan.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang Bentuk Penelitian, Lokasi Penelitian, Teknik

Pengumpulan Data, dan Teknik Analisa Data yang diterapkan dalam

penelitian ini.

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini menguraikan gambaran umum dan karakteristik lokasi penelitian

yang relevan dengan topik penelitian.

BAB IV PENYAJIAN DATA

Bab ini berisikan penyajian data-data yang diperoleh selama penelitian dan

menganalisanya berdasarkan metode yang penulis gunakan.

BAB V ANALISA DATA

Bab ini memuat pembahasan atau interpretasi dari data-data yang disajikan

pada bab IV

BAB VI PENUTUP

Bab ini memuat tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan

(32)

25 BAB II

METODE PENELITIAN

2.1 Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode

deskriptif dengan analisis data kualitatif, maka dari deskriptif adalah penelitian

yang memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang pada saat penelitian

dilakukan (saat sekarang) atau masalah-masalah yang bersifat aktual.

Menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya

diiringi dengan intervensi yang rasional dan akurat (Suryanto 2005: 17).

Jadi pemecahan masalah yang dilakukan dengan cara menggambarkan

suatu keadaan dan status fenomena berdasakan fakta-fakta yang tampak

sebagaimana adanya.

2.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga

Berencana (BPPKB) di JL.Jamin GintingNo.108 Kabanjahe Kabupaten Karo.

2.3Informan

Menurut Burhan Bungin, informan merupakan orang yang menguasai dan

memahami data, informasi, ataupun fakta dari suatu objek penelitian. Dalam

(33)

26

1) Informan Kunci

Merupakan mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi

pokok yang diperlukan oleh peneliti. Adapun yang menjadi informan

kunci penelitian ini adalah :

a. Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana

(BPPKB) Kabupaten Karo,

b. Kepala Bidang Keluarga Berencana Dan Keluarga Sejahtera.

c. Sekretaris Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana

(BPPKB)

2) Informan Tambahan

Merupakan mereka yang memberikan informasi walaupun tidak langsung

terlibat dalam interaksi sosial dan politik. Adapun yang menjadi informan

tambahan dalam penelitian ini adalah pegawai/staff Badan Pemberdayaan

Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) Kabupaten Karo ditambah

dengan masyarakat Kabupaten Karo yang penentuannya dilakukan dengan

menggunakan teknik sampling accident, yaitu teknik pengambilan

informan secara kebetulan. Informan tersebut adalah orang-orang yang

ditemui peneliti dan dianggap mengetahui permasalahan penelitian

(34)

27 2.4Teknik Pengumpulan Data

Data adalah rekaman atau gambaran atau keterangan suatu hal atau fakta.

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dapat dilakukan melalui data

primer dan data sekunder.

1. Data Primer adalah data yang diperoleh si peneliti langsung dari

objek yang diteliti. Data primer diperoleh melalui wawancara.

Wawancara adalah proses komunikasi atau interaksi untuk

mengumpulkan data informasi dengan cara tanya jawab antara

peneliti dengan informan atau subjek penelitian.

2. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari dokumen, publikasi

yang sudah dalam bentuk jadi. Data sekunder diperoleh melalui :

a. Studi Kepustakaan, yaitu pengumpulan data yang

diperoleh dengan menggunakan berbagai literature seperti

buku, majalah, dan berbagai bahan yang berhubungan

dengan objek penelitian.

b. Dokumentasi, yaitu pengumpulan data yang diperoleh

melalui pengkajian dan penelaahan terhadap catatan

tertulis maupun dokumen-dokumen yang berhubungan

(35)

28 2.5Teknik Analisis Data

Teknik analisa data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan

teknikkualitatif,yaitu suatu teknik yang dilakukan dengan melakukan suatu

penggolongan ataupun suatu pengklasifikasian data dan menganalisa data yang

diperoleh, sehingga dapat digambarkan dengan jelas tentang objek yang diteliti

dan kemudian dilakukan penarikan kesimpulan.

Ada beberapa aktifitas dalam analisis data yaitu :

1. Reduksi data

Reduksi dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan

perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi

data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan.

Dalam artian reduksi data adalah merangkum dan memfokuskan

hal-hal yang penting dalam penelitian dengan mencari tema dan

pola hingga memberikan gambaran jelas, dan mempermudah

peneliti untuk mencari data selanjutnya dan mencarinya bila

diperlukan.

2. Penyajian data

Penyajian data bermakna sebagai sekumpulan informasi tersusun

yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

penarikan tindakan. Penyajian data dilakukan untuk mempermudah

(36)

29

dalam bentuk uraian atau teks yang bersifat naratif, bagan atau

bentuk tabel.

3. Penarikan kesimpulan

Kesimpulan ini sebagai hipotesis, dan bila didukung oleh data

(37)

30 BAB III

DESKRIPSI LIKASI PENELITIAN

3.1Wilayah Kabupaten Karo

Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi Tanah Karo dengan

ibukota Kabanjahe yang terletak 77 km dari Kota Medan. Kabupaten Karo

secara administratif terdiri dari 13 Kecamatan, 14 Kelurahan dan 248

Desa. Luas daerah Kabupaten Karo sekitar 2.127,25 ��2 yang terbentang

di datran tinggi dengan ketinggian 600 - 1400 � diatas permukaan laut.

Karena berada diketinggian tersebut Tanah Karo mempunyai iklim yang

sejuk dengan suhu berkisar antara 16−17 ℃.

Kota yang terkenal di wilayah ini adalah Berastagi dan Kabanjahe.

Berastagi merupakan salah satu kota turis di Sumatera Utara yang sangat

terkenal dengan produk pertanian yang unggul. Salah satunya adalah buah

jeruk dan produk minuman yang terkenal yaitu sebagai penghasil Markisa.

Didataran tunggi Tanah Karo inilah bisa kita temukan indahnya nuansa

alam pegunungan dengan udara yang sejuk dengan ciri khas daerah buah

dan sayur. Di daerah ini juga bisa kita nikmati keindahan Gunung Sibayak

dalam keadaan aktif berlokasi diatas ketinggian 2.172 � dari permukaan

laut. Arti kata Sibayak adalah Raja. Berarti Gunung Sibayak adalah

Gunung Raja menurut pengertian nenek moyang suku Karo.

Dilihat dari Geografi Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi

(38)

31

Kabupaten Karo adalah 2.127,25 ��2atau 212.725 Ha atau 2,97% dari

luas Provinsi Daerah Tinggi I Sumatera Utara, dan secara geografis

terletak diantara

2° 50 ������� − 3° 19 ���������� 97° 55 ������� −

98° 26 �������.

Batas - batas wilayah Kabupaten Karo adalah :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Deli

Serdang

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Tapanuli

Utara

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan

Kabupaten Simalungun

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tenggara

Kabupaten Karo terletak pada ketinggian 140 sampai dengan 1400

� diatas permukaan laut dengan perbandingan luas sebagai berikut :

1. Daerah ketinggian 140 sampai dengan 200 � diatas permukaan

laut seluas 9.550 Ha (4,49%)

2. Daerah ketinggian 200 sampai dengan 500 � diatas permukaan

laut seluas 11.373 Ha (5.35%)

3. Daerah ketinggian 500 sampai dengan 1000 � diatas permukaan

(39)

32

4. Daerah ketinggian 1000 sampai dengan 1400 � diatas permukaan

laut seluas 112.587 Ha (52.92%)

Penduduk asli yang mendiami wilayah Kabupaten Karo disebut

Suku Bangsa Karo. Suku Bangsa Karo ini mempunyai adat istiadat yang

sampai saat ini terpelihara dengan baik dan sangat mengikat bagi Suku

Bangsa Karo sendiri. Penduduk Kabupaten Karo kuat berpegang kepada

adat istiadat yang luhur, merupakan modal yang dapat dimanfaatkan dalam

proses pembangunan. Dalam kehidupan masyarakat Karo, idaman dan

harapan yang ingin diwujudkan adalah pencapaian 3(tiga) hal pokok yang

disebut Tuah, Sangap dan Mejuah-Juah.

Tuah berarti menerima berkah dari Tuhan Yang Maha Esa,

mendapat keturunan, banyak kawan dan sahabat, cerdas, gigih, disiplin

dan menjaga kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup untuk

generasi yang akan datang. Sangap berarti mendapat rejeki, kemakmuran

bagi pribadi, bagi anggota keluarga, bagi masyarakat serta bagi generasi

yang akan datang. Mejuah-juah berarti sehat sejahtera lahir batin, aman,

damai, bersemangat serta keseimbangan dan keselarasan antara manusia

dan manusia, antara manusia dan lingkungan dan antara manusia dengan

Tuhannya. Ketiga hal tersebut adalah merupakan satu kesatuan yang bulat

yang tidak dapat dipisah-pisahkan satu sama lain.

(40)

33

Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana

(BPPKB) adalah merupakan unsur-unsur pendukung tugas Kepala Daerah.

Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB)

mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan

daerah dibidang Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana yang

bersifat spesifik. Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga

Berencana dipimpin oleh Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan

Keluarga Berencana berkedudukan dibawah dan bertanggungjawab

kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana

Kabupaten Karo berada di Jl. Djamin Ginting No.108 Kabanjahe Telp.

(0628) 20484. Organisasi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga

Berencana terdiri dari :

a. Kepala Badan

b. Sekretariat

c. Bidang

d. Sub Bagian

e. Sub Bidang

f. UPT Badan

g. Jabatan Fungisional pada UPT

Sekretariat membawahi :

a. Sub Bagian Keuangan

(41)

34

Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera membawahi :

a. Sub Bidang Keluarga Berencana

b. Sub Bidang Keluarga Sejahtera

c. Sub Bidang Advokasi KIE

Bidang Pemberdayaan Perempuan membawahi :

a. Sub Bidang Pemberdayaan Perempuan

b. Sub Bidang Pengembangan Partisipasi Peranan Perempuan

Bidang Perencanaan membawahi :

a. Sub Bidang Perencanaan Program dan Pengendalian

b.Sub Bidang Pengumpulan Data, Pengolahan dan Pelaporan

Pada Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana

dapat dibentuk Unit Pelaksana Teknis (UPT) untuk melaksanakan

sebagian kegiatan teknis operasional dan kegiatan teknis penunjang yang

mempunyai wilayah kerja satu atau beberapa Kecamatan dan Kelompok

Jabatan Fungisional. Kelompok Jabatan Fungisional pada UPT terdiri dari

sejumlah tenaga terampil dalam jenjang jabatan fungsional yang terbagi

dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang keahliannya.

3.2.1. Visi dan Misi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB)

Adapun visi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga

Berencana Kabupaten Karo Tahun 2010 - 2015 adalah :

(42)

35

Untuk mewujudkan visi tersebut, Badan Pemberdayaan Perempuan

dan Keluarga Berencana Kabupaten Karo mempunyai misi yang

merupakan serangkaian tindakan nyata yang harus diemban dan

dilaksanakan. Untuk mencapai visi yang dimaksud Badan Pemberdayaan

Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Karo mempunyai misi

sebagai berikut :

a. Mewujudkan Kesetaraan dan Keadilan Gender

b. Meningkatkan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

c. Mewujudkan Keluarga Kecil Berkualitas

d. Meningkatkan Sarana dan Prasarana KB

e. Meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) Aparatur dan

Masyarakat

f. Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga

g. Meningkatkan Peran Serta Masyarakat dalam Program KB

3.2.2. Tugas Pokok dan Fungsi

Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana

mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan

daerah dibidang Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana

yang bersifat spesifik. Dalam melaksanakan tugas pokoknya, Badan

Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana menyelenggarakan

fungsi sebagai berikut :

(43)

36

b. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan Pemerintah Daerah

sesuai dengan lingkup tugasnya

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang Pemberdayaan

Perempuan dan Keluarga Berencana sesuai dengan lingkup

tugasnya

d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan

bidang tugas dan fungsinya

3.2.3. Struktur Organisasi dan Pejabat Struktural

Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana

Kabupaten Karo dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Karo

No. 19 tahun 2008 Susunan Organisasi Badan Pemberdayaan Perempuan

dan Keluarga Berencana terdiri dari :

1. Kepala Badan

2. Sekretaris

3. Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan

4. Kepala Bidang Data dan Perencanaan

5. Kepala Bidang Keluarga Berencana

6. Kasubbag Keuangan

7. Kasubbag Umum dan Kepegawaian

8. Kasubbag Pemberdayaan Perempuan

9. Kasubbag Partisipasi Perempuan

10.Kasubbag Pengumpulan, Pengelolaan dan Pelaporan Data

(44)

37

12.Kasubbid Keluarga Berencana

13.Kasubbid Keluarga Sejahtera

(45)

38

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA KABUPATEN KARO

Kepala Badan

Dr.Hartawaty

Sekretaris

Drs.R.Ebeneser Ginting

Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

Darwanta Tarigan SE

Bidang Data dan Perencanaan

Dra.Pestaria

Bidang KB dan Keluarga Sejahtera

Evi Arni Vera Tarigan SE

Sub Bidang Advokasi dan KIE

Drs.Pilemon Barus

Sub Bid Pemberdayaan Perempuan

(46)

39

BAB IV

PENYAJIAN DATA

Setelah melakukan penelitian dan pengumpulan data di lapangan melalui

wawancara, dan observasi atau pengamatan secara langsung, maka diperoleh data

dari informan penelitian dalam kaitannya dengan Implementasi Strategi

Pengendalian Pertumbuhan Penduduk Pada Badan Pemberdayaan Perempuan dan

Keluarga Berencana (BPPKB) di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo.

Adapun data-data yang disajikan terdiri dari dua bagian, yaitu data

identitas informan dan data penelitian. Penyajian data mengenai karakteristik

informan adalah untuk mengetahui spesifikasi (ciri-ciri khusus) yang dimiliki oleh

informan yaitu meliputi jenis kelamin, dan pendidikan terakhir, seta

pekerjaan/jabatan. Sedangkan penyajian data penelitian adalah data-data yang

diperlukan untuk menjawab permasalahan penelitian.

4.1Identitas Informan

Informan yang ditentukan dalam penelitian ini adalah beberapa pegawai di

Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) dan

beberapa masyarakat yang datang ke badan terkait. Adapun karakter informan

(47)

40

Tabel 3: Karakter Informan Berdasarkan Jenis Kelamin

NO. Jenis Kelamin Frekuensi Persentasi

1 Laki-laki 4 66,6%

2 Perempuan 2 23,4%

Jumlah 6 100%

Sumber: Wawancara 2015

Dari tabel diatas dapat dilihat identitas informan berdasarkan jenis kelamin yaitu

laki-laki 4 orang, dan perempuan 2 orang.

Tabel 4: Karakter Informan Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No. Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentasi

1 SD - -

2 SMP - -

3 SMA 1 16,6%

4 DIPLOMA/Sarjana 5 83,4%

Jumlah 6 100%

Sumber: Wawancara 2015

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa identitas informan berdasarkan

pendidikan terakhir yaitu tingkat Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah

Pertama (SMP) tidak ada, sedangkan Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 1

orang dan pada tingkat Diploma dan Sarjana sebanyak 5 orang.

(48)

41 Pada bab ini penulis akan menyajikan deskripsi data yang diperoleh

melalui penelitian dilapangan melalui metode-metode pengumpulan data yang

disebutkan pada bab terdahulu, yakni observasi wawancara. Demikian juga

halnya, permasalahan utama yang hendak dijawab dalam bab ini adalah

bagaimana implementasi strategi pengendalian pertumbuhan penduduk pada

Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) di

Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo.

Dalam mengumpulkan data yang diperlukan untuk menjawab

permasalahan secara mendalam, penulis pertama-tama mengawalinya dengan

mengumpulkan berbagai dokumen dari Badan Pemberdayaan Perempuan dan

Keluarga Berencana (BPPKB) Kabupaten Karo, dan kemudian melakukan

sejumlah wawancara yang berhubungan dengan permasalahan penelitian skripsi

ini.

Berikut ini akan disajikan hasil penelitian dilapangan, penelahaan

dokumen-dokumen dari instansi terkait dan hasil wawancara yang dilakukan

dengan beberapa informan, yang disusun berdasarkan penggunaan indikator

implementasi strategi yang digunakan dalam penelitian ini.

Telah dikemukakan sebelumnya bahwa implementasi strategi

mensyaratkan untuk menetapkan tujuan tahunan, membuat kebijakan, memotivasi

karyawan, dan mengalokasikan sumberdaya sehingga strategi yang telah

diformulasikan dapat dijalankan. Oleh karena itu, penulis melakukan wawancara

tentang pemahaman strategi pengendalian pertumbuhan penduduk pada BPPKB

(49)

42 Pemahaman mengenai strategi pertama yang dilakukan oleh Ibu Dr.

Hartawaty selaku Kepala BPPKB Kabupaten Karo;

"strategi pertama adalah Koordinasi, Keterpaduan, dan Kemitraan"

Strategi ini dilakukan dengan meningkatkan koordinasi, keterpaduan dan

kemitraan dengan berbagai instansi pemerintahan, organisasi kemasyarakatan,

LSM, dan swasta sejak tahap perencanaan sampai dengan evaluasi akhir.

Koordinasi dan keterpaduan ini dimaksudkan untuk mengatur keseimbangan dan

keselarasan bersama agar mempunyai sifat sinergetik dan daya ungkit yang luas

kepada pelaksanaan Gerakan Keluarga Berencana Nasional. Koordinasi dan

keterpaduan bersama dilakukan antara lain melalui forum rapat koordinasi pada

setiap wilayah secara teratur, sehingga dapat saling tukar informasi bagi

keterpaduan program yang dilakukan bersama.

Berikut pernyataan Ibu Dr. Hartawaty mengenai landasan hukum yang

digunakan pada BPPKN Kabupaten Karo;

"Pada dasarnya BPPKB ini sendiri diadakan karena adanya

Undang-Undang No. 52 tahun 2009 tentang perkembangan kependudukan

dan pembangunan keluarga. Peraturan Presiden No. 62 tahun 2010

tentang Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional.

Kemudian dipertegas lewat Peraturan Daerah No. 7 tahun 2012."

Untuk mendapat gambaran yang lebih mendalam mengenai implementasi

strategi pengendalian pertumbuhan penduduk di Kecamatan Kabanjahe, peneliti

mengumpulkan data-data penelitiian berdasarkan indikator-indikator yang telah

(50)

43

4.2.1. Struktur Birokrasi Pelaksanaan Kebijakan

Struktur birokrasi pelaksanaan kebijakan diukur dengan melihat rincian

tugas dan prosedur yang ditetapkan untuk pelaksanaan tugas pegawai di Badan

Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana. Berikut adalah data-data

yang dikumpulkan terkait rincian tugas di Badan Pemberdayaan Perempuan dan

Keluarga Berencana:

Rincian Tugas Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana

dikutip dari Rencana Strategi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga

Berencana Kabupaten Karo periode 2011-2015:

1. Kepala Badan Perempuan dan Keluarga Berencana:

a. Mengumpulkan bahan dalam rangka penyusunan laporan atas

pelaksanaan program kerja

b. Mengolah data dan bahan penyusunan laporan atas pelaksanaan

program kerja

c. Menyusun laporan pelaksanaan program kerja dalam hal prosedur,

mekanisme dan sistem kerja, capaian program dan kegiatan serta

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah sesuai dengan program

d. Mempersiapkan penyajian dan informasi yang berkaitan dengan

kegiatan tugas untuk tujuan pelaporan dan bahan rapat koordinasi

e. Menghimpun dan mempersiapkan bahan peraturan

perundang-undangan yang berhubungan dengan tugas pokok dan fungsi

f. Melakukan penyebarluasan informasi pelaksanaan kegiatan terkait

(51)

44 g. Mengkoordinasikan tugas kedinasan kepada bawahan sesuai

dengan bidang tugasnya masing-masing

h. Memberikan petunjuk dan bimbingan teknis serta melakukan

pengawasan melekat pada bawahan

2. Sekretariat Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana:

a. Merencanakan, mengatur, membina, mengelola,

mengkoordinasikan, dan mengendalikan pelaksanaan tugas

kesekretariatan meliputi urusan keuangan, umum, dan

perlengkapan serta milik daerah pada SKPD maupun kepegawaian

b. Melakukan koordinasi dan singkronisasi perencanaan dan

perumusan program kerja Badan Berdasarkan program dan

kegiatan masing-masing bidang, sub bidang dan sub bagian

c. Memberikan pelayanan teknis operasional dan pelayanan

administrasi sesuai dengan petunjuk atasan kepada seluruh bidang,

sub bidang, dan sub bagian dalam lingkungan badan

d. Mengkoordinasikan pelaporan akuntabilitas kinerja program

kegiatan masing-masing bidang dan sub bidang

e. Bertindak selaku Pejabat Pelaksanaan Teknis Kegiatan (PPTK)

pada bidang tugasnya

f. Mengendalikan pendistribusian pelayanan naskah dinas dan

mengkoordinasikan tugas-tugas bidang, sub bagian sesuai dengan

(52)

45 g. Memberikan petunjuk dan bimbingan teknis serta pengawasan

dalam rangka kelancaran penyelesaian pengelolaan naskah dinas

h. Menyelenggarakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan

2.1 Kepala Sub Bagian Keuangan:

a. Mempelajari Peraturan Perundang-Undangan yang berkaitan

dengan pengelolaan keuangan

b. Melakukan koordinasi, singkronisasi, dan memverifikasi usulan

Rencana Kerja Anggaran masing-masing Bidang dan mengacu

kepada Prioritas Plafon Anggaran (PPA)

c. Menghimpun dan memverifikasikan usulan Dokumen Pelaksanaan

Anggaran (DPA) masing-masing Bidang berdasarkan Rencana

Kerja dan Anggaran

d. Menyiapkan dan menyampaikan usulan penerbitan Surat

Penyediaan Dana Satuan Kerja Perangkat Daerah (SPD-SKPD)

berdasarkan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) kepada

Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD)

e. Menghimpun dan menatausahakan Surat Penyedia Dana (SPD)

yang diterbitkan Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD)

2.2 Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian:

a. Melaksanakan Penerimaan dan Pendistribusian naskah Dinas

melalui pengelolaan kearsipan

b. Melaksanakan rencana pengadaan alat tulis kantor dan

(53)

46

c. Melaksanakan pengelolaan dan penyipan bahan pembinaan

kearsipan kepada Unit Kerja dilingkungan Badan

d. Melaksanakan penyiapan dan pengendalian dan penyiapan

administrasi perjalanan dinas pegawai

e. Melaksanakan urusan protokolan dan penyiapan rapat dinas

f. Melaksanakan pengelolaan perpustakaan, hubungan masyarakat

dan pengdokumentasian kegiatan Badan

g. Melaksanakan pengurusan rumah tangga Dinas dan ketertipan dan

keamanan kantor

h. Melaksanakan penyiapan bahan pembinaan kelembagaan dan

ketatalaksanaan di lingkungan Badan

i. Melaksanakan pendokumentasian Peraturan Perundang-undangan

j. Melaksanakan penyusunan bahan evaluasi dan laporan kegiatan

sub bagian Umum dan Kepegawaian

k. Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh atasan

3. Kepala Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera:

a. Merencanakan, mengatur, membina, mengkoordinasikan dan

mengendalikan pelaksanaan tugas bidang Keluarga Berencana dan

Bidang Advokasi KIE

b. Mengkoordinasikan tugas-tugas kedinasan kepada bawahan sesuai

(54)

47 c. Memberikan petunjuk dan bimbingan teknis serta melakukan

pengawasan melekat kepada bawahan

d. Menilai prestasi kerja bawahan sebagai bahan peritmbangan dalam

meningkatkan perkembangan karier DP3

e. Menyusun dan memberikan laporan pertanggungjawaban tugas

bidang kepada Kepala Badan melalui Sekretaris

3.1 Kepala Sub Bidang Keluarga Berencana:

a. Menyiapkan bahan penetapan kebijakan jaminan dan pelayanan

Keluarga Berencana (KB), peningkatan partisipasi Pria,

penanggulangan masalah kesehatan reproduksi, serta kesehatan Ibu

dan anak

b. Penetapan dan pengembangan jaringan pelayanan Keluarga

Berencana (KB) dan kesehatan reproduksi, termasuk pelayanan

Keluarga Berencana (KB) Di Rumah Sakit

c. Menyiapkan bahan penetapan perkiraan sarana pelayanan Keluarga

Berencana (KB), sasaran peningkatan perencanaan kehamilan,

sasaran peningkatan partisipasi pria, sasaran Unmet Need, sasaran

penanggulangan kesehatan reproduksi, serta sasaran kelangsungan

hidup ibu, bayi dan anak

d. Memberikan petunjuk dan bimbingan teknis serta pengawasan

melekat pada bawahan

e. Menilai prestasi kerja bawahan sebagai bahan pertimbangan dalam

(55)

48 f. Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan Sub Bidang berdasarkan

realisasi Program Kerja untuk bahan penyemprnaan program

berikutnya

g. Menyelenggarakan tugas lain yang diberikan kepada Kepala

Bidang

3.2 Kepala Sub Bidang Keluarga Berencana:

a. Melaksanakan kemitraan untuk aksebilitas permodalan, teknologi

dan manajemen serta pemasaran guna peningkatan Usaha

Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS)

b. Melaksanakan peningkatan kualitas lingkungan keluarga

c. Menyiapkan bahan penetapan kebijakan dan pengembangan

penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas dan jejaring

program

d. Menyelenggarakan dukungan operasional penguatan pelembagaan

keluarga kecil berkualitas dan jejaring program

e. Melaksanakan pedoman pelaksanaan penilaian angka kredit

jabatan funsional penyuluhan Keluarga Berencana

f. Mendayagunakan bahan pelatihan sesuai dengan kebutuhan

program peningkatan kinerja Sumber Daya Manusia

g. Mengkoordinasikan tugas-tugas kedinasan kepada bawahan sesuai

dengan bidang tugasnya masing-masing

h. Memberikan petunjuk dan bimbingan teknis serta melakukan

(56)

49 i. Menyelenggarakan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang

3.3 Kepala Sub Bidang Advokasi KIE:

a. Menyiapkan bahan penetapan kebijakan dan pengembangan

Advokasi dan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)

b. Menyelenggarakan operasional advokasi Komunikasi, Informasi

dan Edukasi (KIE)

c. Menyiapkan bahan penetapan perkiraan sasaran Advokasi dan

Komunikasi, Informasi, Informasi dan Edukasi (KIE)

d. Melakukan penyerasian dan penetapan kriteria advokasi dan

komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)

e. Melaksanakan advokasi, Komunikasi, Informasi dan Edukasi

(KIE) serta konseling program Keluarga Berencana dan Kesehatan

Reproduksi Remaja (KRR)

f. Menyelenggarakan tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang

4. Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan:

a. Merencanakan, mengatur, membina, mengkoordinasikan, dan

mengendalikan pelaksanaan tugas bidang Pemberdayaan

Perempuan, Pengembangan Partisipasi Peranan Perempuan

b. Mengkoordinasikan tugas-tugas kedinasan kepada bawahan sesuai

dengan bidang tugasnya masing-masing

c. Memberikan petunjuk dan bimbingan teknis serta melakukan

(57)

50 d. Menilai prestasi kerja bawahan sebagai pertimbangan dalam

meningkatkan perkembangan karier dan penilaian DP3

e. Menyelenggarakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas

4.1 Kepala Sub Bidang Pemberdayaan Perempuan:

a. Menyusun model informasi data (meditasi dan advokasi)

b. Mengkoordinasikan tugas-tugas kedinasan kepada bawahan

sesuai dengan tugasnya masing-masing

c. Memberikan petunjuk dan bimbingan sebagai teknis serta

melakukan pengawasan melekat kepada bawahan

d. Menilai prestasi kerja bawahan sebagai bahan pertimbangan dalam

meningkatkan perkembangan karier dan penilaian DP3

e. Menyelenggarakan tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang

4.2 Kepala Sub Bidang Pengembangan Partisipasi Peranan

Perempuan:

a. Melaksanakan pengumpulan, pengelolaan dan analisis

pemanfaatan dan penyebarluasan sistem gender

b. Melakukan analisis, pemanfaatan, penyebarluasan dan

pendokumentasian data terpilih menurut jenis kelamin, khusus

perempuan

c. Melakukan pemantauan dan evaluasi serta pelaporan pelaksanaan

pendataan dan sistem informasi gender

d. Mengkoordinasikan tugas-tugas kedinasan kepada bawahan sesuai

Gambar

Tabel 4: Karakter Informan Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel 5: Sarana dan Prasarana

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan penyuluhan program KB Badan Pemberdayaan perempuan, perlindungan anak dan keluarga berencana Karanganyar harus diupayakan secara intensif dengan melakukan

- BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT, PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA Ringkasan Anggaran Pendapatan dan Belanja.. Kode Rekening Uraian

- BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT, PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA Ringkasan Anggaran Pendapatan dan Belanja.. Kode Rekening Uraian

Upaya yang dilakukan pemerintah daerah khususnya Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Keluarga Berencana yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan Program

Upaya yang dilakukan pemerintah daerah khususnya Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Keluarga Berencana yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan Program

1958121 2200810 2 001 SUMINI YULIASTUTI, SE., MM Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan, Keluarga Berencana dan Perlindungan

“Peranan Badan Pemberdayaan Perempuan Dan Keluarga Berencana Kota Medan Dalam Pengendalian Laju Pertumbuhan Penduduk Kota

Konseling tentang KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) dapat dilayani di Kantor BPPAKB (Badan Pemberdayaan Perempuan, Anak dan Keluarga Berencana) Kabupaten Toba