1 IMPLEMENTASI STRATEGI PENGENDALIAN PERTUMBUHAN PENDUDUK PADA BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA (BPPKB) DI KECAMATAN KABANJAHE
KABUPATEN KARO SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana S - 1
Pada Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Disusun Oleh: SRY PRATIWI
110903004
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
i KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat
serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang
berbentuk skripsi ini sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.
Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan skripsi ini, tentunya banyak pihak yang telah memberikan
bantuan baik moril maupun materil. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan
ucapan terimakasih yang tiada hingganya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, Msi selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Rasudyn Ginting, Msi selaku Ketua Departemen Ilmu
Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Elita Dewi, Msp selaku Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi
Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. Kariono, Msi selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan waktu, tenaga, sumbangan pemikiran, dan yang dengan sabar
membimbing dan mengarahkan penulis dari awal hingga selesainya skripsi
ini.
5. Ibu Dra. Beti Nasution, Msi selaku dosen penguji skripsi yang telah
memberikan masukan dan membantu pengembangan isi skripsi dan
pengetahuan penulis.
6. Seluruh Staff Pegawai Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah
membantu penulis segala urusan administrasi.
7. Buat yang teristimewa kedua orangtuaku, yang telah membesarkan dan
mendidik aku. Terimakasih untuk semua kasih, nasihat, perhatian dan doa
buatku selama ini. Semoga aku bisa membalas semua jasa kalian dan
ii
8. Buat sahabatku Penti dan Tri, terimakasih atas semua bantuannya yang
selalu setia mendukung dan memberi semangat selama ini. Khususnya
buat adikku Panji, yang udah selalu direpotkan dan membantu
menyelesaikan skripsi ini.
9. Buat semua pihak yang terlibat dalam penulisan skripsi ini, baik secara
langsung maupun tidak langsung.Terimakasih banyak.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka
saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan demi
penyempurnaan selanjutnya. Akhirnya hanya kepada Tuhan kita kembalikan
semua urusan dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak,
khususnya bagi penulis dan para pembaca pada umumnya.
Medan. 17 Juni 2015
Penulis
iii ABSTRAK
IMPLEMENTASI STRATEGI PENGENDALIAN PERTUMBUHAN PENDUDUK PADA BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA (BPPKB) DI KECAMATAN KABANJAHE
KABUPATEN KARO Nama : Sry Pratiwi
NIM : 110903004
Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Dosen Pembimbing : Drs. Kariono, Msi
Melalui Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) diharapkan dapat terwujudnya kesetaraan gender dan keluarga kecil berkualitas. Keluarga Berkualitas adalah meningkatnya wujud nilai rasa kehidupan yang dinikmati sebagian besar keluarga sebagai unit terkecil.
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat dan menggambarkan pelaksanaan strategi maupun program-program Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) kepada masyarakat. Dalam penelitian ini juga akan dilihat realisasi program-program yang diberikan untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan pemerintah juga badan tersebut.
Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode bentuk teknik kualitatif, unit analisis yang terdiri dari informan kunci yaitu Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) Kabupaten Karo, Kepala Bidang Keluarga Berencana Dan Keluarga Sejahtera, Sekretaris Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB). Sedangkan Informan Tambahan adalah pegawai/staff Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) Kabupaten Karo ditambah dengan masyarakat Kabupaten Karo yang berkunjung di lokasi badan tersebut.
iv
1.2Perumusan Masalah ... 7
1.3Tujuan Penelitian ... 7
1.4Manfaat Penelitian ... 7
1.5Kerangka Teori... 8
1.5.1 Pengertian Implementasi Kebijakan ... 8
1.5.1.2 Model Implementasi Kebijakan Publik ... 10
1.5.2 Strategi ... 15
1.5.3 Implementasi Strategi ... 16
1.5.4 Pengendalian Kependudukan ... 17
1.5.5 Pertumbuhan Penduduk... 19
1.5.6 Pengendalian Pertumbuhan Penduduk ... 20
1.6Defenisi Konsep ... 22
1.7Sistematika Penelitian ... 24
BAB II METODE PENELITIAN 2.1Bentuk Penelitian ... 25
2.2Lokasi Penelitian ... 25
2.3Informan ... 25
2.4Teknik Pengumpulan Data ... 27
2.5Teknik Analisis Data ... 28
BAB III LOKASI PENELITIAN 3.1 Wilayah Kabupaten Karo ... 30
v
3.2.1 Visi dan misi Badan Pemberdayaan Perempuan dan
Keluarga Berencana BPPKB) ... 34
3.2.2 Tugas pokok dan fungsi ... 35
3.2.3 Struktur organisasi dan pejabat struktural ... 36
BAB IV PENYAJIAN DATA 4.1 Identitas informan ... 39
4.2 Data penelitian... 41
4.2.1 Struktur birokrasi pelaksanaan kebijakan ... 43
4.2.2 Komunikasi ... 52
4.2.3 Sumber daya ... 56
4.2.4 Disposisi ... 58
BAB V ANALISA DATA 5.1 Struktur birokrasi pelaksanaan kebijakan ... 61
5.2 Komunikasi ... 62
5.3 Sumber daya ... 64
5.4 Disposisi ... 66
BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan ... 69
6.2 Saran ... 71
iii ABSTRAK
IMPLEMENTASI STRATEGI PENGENDALIAN PERTUMBUHAN PENDUDUK PADA BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA (BPPKB) DI KECAMATAN KABANJAHE
KABUPATEN KARO Nama : Sry Pratiwi
NIM : 110903004
Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Dosen Pembimbing : Drs. Kariono, Msi
Melalui Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) diharapkan dapat terwujudnya kesetaraan gender dan keluarga kecil berkualitas. Keluarga Berkualitas adalah meningkatnya wujud nilai rasa kehidupan yang dinikmati sebagian besar keluarga sebagai unit terkecil.
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat dan menggambarkan pelaksanaan strategi maupun program-program Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) kepada masyarakat. Dalam penelitian ini juga akan dilihat realisasi program-program yang diberikan untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan pemerintah juga badan tersebut.
Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode bentuk teknik kualitatif, unit analisis yang terdiri dari informan kunci yaitu Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) Kabupaten Karo, Kepala Bidang Keluarga Berencana Dan Keluarga Sejahtera, Sekretaris Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB). Sedangkan Informan Tambahan adalah pegawai/staff Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) Kabupaten Karo ditambah dengan masyarakat Kabupaten Karo yang berkunjung di lokasi badan tersebut.
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Pada awal kepemimpinan Presiden Soeharto, Puskesmas dan Posyandu
menjadi ujung tombak sekaligus implementasi program di bidang kesehatan.
Pelayanan kesehatan dan Posyandu yang tersebar sampai ke desa terpencil
berhasil menekan angka kematian bayi, mengendalikan penyebaran penyakit
menular dan memperbaiki kondisi masyarakat secara fisik. Gebrakan lain adalah
pengadaan bidan ketika akseptor dan calon akseptor Keluarga Berencana (KB)
semakin merebak diberbagai pelosok desa dan tidak bisa lagi dilayani dokter,
karena tempat tinggal mereka jauh dari Puskesmas. Memperhatikan kondisi
demikian pemerintah menggelar Inpres Bidan dengan membuka sekolah bidan di
mana-mana dan dalam 3 tahun kebutuhan akan bidan terpenuhi.
Untuk menekan pertumbuhan penduduk sekaligus meningkatkan
kesejahteraan keluarga, pemerintah mengadakan program Keluarga Berencana.
Tahun l968 dibentuk Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN), dengan
status lembaga semi pemerintah dan awal Pembangunan Lima Tahun (PELITA)
pertama, tepatnya tahun 1970 melalui Keppres Nomor 8 pemerintah
mengumumkan pembentukan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN). Keberhasilan program KB di Indonesia diakui oleh dunia internasional
2
Pada dasarnya pertumbuhan ekonomi tidak akan berjalan jika tidak
didukung oleh sumberdaya yang memadai. Sebaliknya pembangunan kualitas
sumber daya manusia tidak akan tercapai tanpa dukungan pertumbuhan ekonomi.
Dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia, Program Keluarga
Berencana (KB) yang telah berjalan dan berkembang selama lebih dari tiga
dasawarsa akan semakin memberikan andil cukup besar, apabila para penguasa,
para pejabat pemerintahan dan wakil-wakil rakyat konsisten memprioritaskan
kepeduliannya terhadap masalah kependudukan sebagai indikator serta tolak ukur
dalam menilai keberhasilan pembangunan. Dengan demikian setiap insan
pembangunan khususnya para pengambil keputusan dalam penetapan
kebijaksanaan pembangunan diberbagai tingkatan wilayah akan senantiasa
berorientasi demografis.
Jumlah penduduk yang besar, akan berimplikasi sangat luas terhadap
program pembangunan di Indonesia. Penduduk besar dengan kualitas rendah,
sangat berpotensi menjadi beban pembangunan seperti tercermin dari beratnya
beban pemerintah pusat dan daerah untuk menyediakan berbagai pelayanan publik
seperti pendidikan, kesehatan, perumahan, lapangan kerja, lingkungan hidup dan
lain-lain. Meskipun pemerintah pusat telah memberikan perhatian dan komitmen
yang memadai, program KB nasional di era desentralisasi menghadapi tantangan
cukup berat. Setelah desentralisasi program KB Nasional telah berjalan, belum
semua pemerintah Kabupaten/Kota memiliki persepsi dan pemahaman yang sama
3
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 tahun
2014 Tentang Urusan Pemerintahan, pada BAB IV pasal 12 ayat 2 diyatakan
tentang “administrasi kependudukan dan pencatatan Sipil”. Penduduk pada
hakekat nya dapat di ibaratkan sebagai pisau bermata dua, disatu sisi penduduk
yang besar dan berkualitas akan menjadi aset yang sangat bermanfaat bagi
pembangunan namun sebaliknya penduduk yang besar tapi kualitasnya rendah
justru akan menjadi beban yang berat bagi pembangunan itu sendiri, oleh karna
itu maka Program Keluarga Berencana perlu segera digalakan kembali.
Berbagai peraturan perundang-undangan yang ada seperti Undang-Undang
Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga, secara umum mengamanatkan bahwa hakikat pembangunan nasional
ditujukan untuk semua dimensi dan aspek kehidupan termasuk perkembangan
kependudukan dan pembangunan keluarga untuk mewujudkan masyarakat adil
dan makmur.Oleh karna itu kebijakan dan program kependudukan, termasuk
program KB tidak semata-mata hanya upaya mempengaruhi pola dan arah
demografi tetapi juga untuk mencapai kesejahteraan masyarakat lahir dan batin
bagi generasi sekarang dan generasi mendatang. Agar pembangunan dapat
berkelanjutan, pembangunan ekonomi – pembangunan kualitas SDM –
pengelolaan kuantitas penduduk harus diintervensi secara bersama sama dan
terintegerasi.
Dan saat ini dengan diberhentikannya Kepala Daerah Kena Ukur Karo
4 dengan visi nya adalah “Terwujudnya Masyarakat Karo yang Makmur dan
Sejahtera Berbasis Pembangunan Pertanian dan Pariwisata yang berwawasan
lingkungan”. Berdasarkan Visi dan Misi serta program Kepala Daerah tersebut
disusunlah rencana pembangunan jangka menengah (RPJM) yang berisi
kebijakan, program dan Kegiatan Pemerintahan Kabupaten, selanjutnya RPJM ini
dijabarkan menjadi Renstra SKPD dan ini merupakan awal Perencanaan Program
dan Kegiatan 5 (lima) tahun kedepan SKPD Badan Pemberdayaan Perempuan dan
Keluarga Berencana Kabupaten Karo.
Rencana strategi SKPD Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga
Berencana Kabupaten Karo merupakan arah perencanaan Program dan Kegiatan
2010-2015 yang dilaksankan secara bertahap dan berkesinambungan serta
terhindar dari overlapping sehingga kegiatan dapat dilaksanakn secara efektif dan
efisien. Sejalan dengan visi diatas maka ada dua tujuan yang ingin dicapai dalam
kurun 5 tahun kedepan. Pertama, untuk memperkuat kapasitas kelembagaan dan
SDM masyarakat. Dan yang kedua, adalah terbangunnya kembali jaringan
pengelola KB sampai di Tingkat Desa secara aktif dan berkesinambungan
sehingga dengan demikian program KB dapat berjalan untuk membentuk keluarga
kecil berkualitas.
Berdasarkan data Kantor Statistik Kabupaten Karo mulai tahun
5 KATEGORI
JUMLAH PENDUDUK (JIWA)
2008 2009 2010 2011 2012
Jumlah Pria (jiwa) 342.907 349.046 335.945 339.089 340.302
Jumlah Wanita (jiwa)
345.600 351.560 332.327 335.432 337.574
Total (jiwa) 688.507 700.606 668.272 674.521 677.876
Sumber :Kantor Statistik Kabupaten Karo.
Dapat dilihat terjadinya peningkatan jumlah penduduk wanita
pertahunnya walaupun terjadi dengan tidak stabil. Dari peningkatan tersebut maka
harus adanya pengelolaan KB secara aktif.
Disini penduduk sebagai modal dasar pembangunan adalah titik sentral
dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Jumlah penduduk yang besar
akan menjadi motor penggerak pembangunan jika penduduk tersebut memiliki
kualitas rendah justru akan menjadi beban pembangunan. Sekaitan dengan itu,
upaya mengendalikan dengan berhasil agar pelaksanaan pembangunan dapat
dipercepat dan masyarakat yang sejahtera dapat terwujud.
Selain itu ada beberapa masalah yang juga menjadi pembahasan penting.
Di Kabupaten Karo sendiri masih rendahnya pengetahuan tentang gender dan
perlindungan anak, masih kurangnya dukungan lintas sektor keluarga berencana
6
Berdasarkan pemaparan di atas, pembangunan harus didukung sepenuhnya
oleh kualitas sumber daya manusia yang ada dan demikian sebaliknya,
peningkatan kualitas sumber daya manusia tidak terlepas dari keberhasilan
pembangunan itu sendiri. Hal ini berlaku juga diseluruh wilayah Indonesia
termasuk Kabupaten Karo. Proses pembangunan di Kabupaten Karo dan
peningkatan kualitas sumber daya manusia di Kabupaten Karo harus berjalan
seimbang dan saling mendukung. Salah satu upaya yang dilakukan oleh
pemerintah daerah Kabupaten Karo adalah dengan pengendalian pertumbuhan
penduduk dengan harapan mampu meningkatkan kualitas sumber daya
manusianya. Hal ini sesuai dengan motto KB yaitu “Dua Anak Lebih Baik” yang
sering kita dengar bahwa dengan program KB maka keluarga akan lebih baik dan
lebih terurus. Dengan kondisi yang demikian maka peluang untuk mendapatkan
sumber daya manusia yang lebih berkualtas akan semakin besar.
Namun yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana pemerintah Kabupaten
Karo dalam pelaksanaan pengendalian pertumbuhan penduduk di Kecamatan
Kabanjahe Kabupaten Karo ? Atau langkah-langkah apakah yang telah dilakukan
pemerintah Kabupaten Karo dalam mengatasi pertumbuhan Penduduk di
Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo ? Dengan demikian, maka penulis merasa
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: ”Implementasi
7 1.2Perumusan Masalah
Untuk dapat memudahkan dalam penelitian ini dan agar penelitian ini
memiliki arah yang jelas dalam menginterpretasikan fakta dan data ke dalam
penulisan skripsi, maka terlebih dahulu dirumuskan permasalahannya. Adapun
permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana Implementasi StrategiPengendalian Pertumbuhan Penduduk Pada Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) Di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo?”
1.3Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi strategi yang
dilakukan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencanadalam
Pengendalian Pertumbuhan Penduduk di KabanjaheKabupaten Karo, untuk
mengetahui keefektifan strategi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga
Berencana di Kabanjahe Kabupaten Karo selama ini seperti strategi yang
dilakukan koordinasi, peningkatan kualitas sumber daya manusia.
1.4Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang diharapkan penulis dari penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Bagi penulis, bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan menulis
karya ilmiah dalam menganalisa permasalahan dilapangan. Dan juga
8
Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana dalam
pelaksanaan pengendalian pertumbuhan penduduk di
KecamatanKabanjaheKabupaten Karo.
2. Bagi Instansi, penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan
ataupun informasi tentang pelayanan jasa yang dapat meningkatkan
kepuasaan pelanggan khususnya pada Badan Pemberdayaan Perempuan
dan Keluarga berencana di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo
3. Bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, penelitian ini sebagai bahan
masukan bagi Fakultas dan menjadi referensi tambahan bagi mahasiswa
dan mahasiswi di masa mendatang.
1.5Kerangka Teori
Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, defenisi dan proposisi untuk
menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan
hubungan antar konsep. Sebagai landasan berpikir dalam menyelesaikan atau
memecahkan masalah yang ada, perlu adanya pedoman teoritis yang dapat
membantu dan sebagai bahan referensi dalam penelitian. Kerangka teori ini
diharapkan dapat memberikan pemahaman yang jelas dan tepat bagi peneliti
dalam memahami masalah yang diteliti (Singarimbun, 2008:37).
1.5.1 Pengertian Implementasi Kebijakan
Kata implementasi dalam Kamus Webster (Wahab, 1991:50), secara
9 carrying out; to give practical effect to”, yaitu menyajikan sarana untuk
melaksanakan sesuatu; menimbulkan dampak/ berakibat sesuatu.
Patton dan Sawicki (dalam Tangkilisan, 2003 : 78) bahwa implementasi
berkaitan dengan berbagai kegiatan yang diarahkan untuk merealisasikan
program, dimana pada posisi ini eksekutif mengatur cara untuk mengorganisir,
menginterpretasikan dan menerapkan kebijakan yang telah diseleksi. Sehingga
dengan mengorganisir, seorang eksekutif mampu mengatur secara efektif dan
efisien sumber daya, unit-unit dan teknik yang dapat mendukung pelaksanaan
program, serta melakukan interpretasi terhadap perencanaan yang dibuat, dan
petunjuk yang dapat diikuti dengan mudah bagi realisasi program yang
dilaksanakan.
Pressman dan Wildavsky (Syaukani, Gaffar dan Rasyid, 2002: 295),
merumuskan implementasi sebagai proses interaksi diantara perangkat tujuan dan
tindakan yang mampu untuk meraihnya, serta serangkaian aktifitas langsung yang
diarahkan untuk menjadikan program berjalan, dimana aktifitas tersebut
mencakup:
a. Organisasi (Organization): pembentukan atau penataan kembali sumber
daya, unit-unit serta metode untuk menjadikan program berjalan;
b. Interpretasi (Interpretation); menafsirkan agar program menjadi rencana
10
c. Penerapan (Application); ketentuan rutin dari pelayanan, pembayaran, atau
lainnya yang dapat disesuaikan dengan tujuan atau perlengkapan
program”.
Grindle (Wahab, 1991: 45), berpendapat bahwa implementsi kebijakan
sesungguhnya bukanlah sekedar bersangkut paut dengan mekanisme penjabaran
keputusan-keputusan politik dalam prosedur-prosedur rutin lewat saluran-saluran
birokrasi, melainkan lebih dari itu, ia menyangkut masalah konflik, keputusan dan
siapa yang memperoleh apa dari suatu kebijakan. Oleh sebab itu tidak terlalu
salah jika dikatakan implementasi kebijakan merupakan aspek yang penting dari
keseluruhan proses kebijakan.
Dari berbagai pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
implementasi kebijakan adalah suatu tahap yang berlangsung setelah suatu
kebijakan ditetapkan, di mana kebijakan dioperasionalisasikan dalam
kegiatankegiatan yang terencana dan terorganisir, untuk dapat mencapai standar
dan sasaran kebijakan, dengan memperhatikan lingkungan serta dampak di
berbagai bentuk kegiatannya, sebagai bahan dalam perbaikan perencanaan
kebijakan publik ke depannya.
1.5.1.2 Model Implementasi Kebijakan Publik
Dalam rangka mengimplementasikan kebijakan publik, dikenal beberapa
11
a. Model Gogin
Untuk mengimplementasikan kebijakan dengan model Gogin ini dapat
mengidentifikasikan variabel-variabel yang mempengaruhi tujuan-tujuan formal
pada keseluruhan implementasi, yakni: 1) bentuk dan isi kebijakan, termasuk
didalamnya kemampuan kebijakan untuk menstrukturkan proses implementasi, 2)
kemampuan organisasi dengan segala sumber daya berupa dana maupun insentif
lainnya yang akan mendukung implementasi secara efektif, dan 3) pengaruh
lingkungan dari masyarakat dapat berupa karakteristik, motivasi, kecenderungan
hubungan antara warga masyarakat, termasuk pola komunikasinya.
b. Model Grindle
Grindle menciptakan menciptakan model implementasi sebagai kaitan
antara tujuan kebijakan dan hasil-hasilnya, selanjutnya pada model ini hasil
kebijakan yang dicapai akan dipengaruhi oleh isi kebijakan yang terdiri dari:
1. Kepentingan-kepentingan yang dipengaruhi
2. Tipe-tipe manfaat
3. Derajat perubahan yang diharapkan
4. Letak pengambilan keputusan
5. Pelaksanaan program
6. Sumber daya yang dilibatkan
Karenanya setiap kebijakan perlu mempertimbangkan konteks atau lingkaran
dimana tindakan administrasi dilakukan. Intensitas keterlibatan para perencana,
politisi, pengusaha, kelompok sasaran dan para pelaksana kebijakan akan
12
c. Model Van Meter dan Van Horn
Model implementasi kebijakan ini dipengaruhi oleh 6 faktor, yaitu:
1. Standar kebijakan dan sasaran yang menjelaskan rincian tujuan keputusan
kebijakan secara menyeluruh
2. Sumber daya kebijakan berupa dana pendukung implementasi
3. Komunikasi inter organisasi dan kegiatan pengukuran digunakan oleh
pelaksana untuk memakai tujuan yang hendak dicapai
4. Karakteristik pelaksana, artinya karakteristik organisasi merupakan faktor
krusial yang menentukan berhasil tidaknya suatu program
5. Kondisi sosial ekonomi dan politik yang dapat mempengaruhi hasil
kebijakan
6. Sikap pelaksanaan dalam memahami kebijakan yang akan ditetapkan
Van Meter dan Van Horn (Samodra, Yuyun dan Agus, 1994: 19) menegaskan
bahwa pada dasarnya kinerja dari implementasi kebijakan adalah penilaian atas
tingkat ketercapaian standar dan sasaran kebijakan tersebut.
d. Model Edward III
Menurut George C. Edward III (Subarsono 2005:90) ada empat faktor
yang berpengaruh terhadap keberhasilan atau kegagalan implementasi suatu
kebijakan, yaitu faktor struktur birokrasi, komunikasi, sumber daya, , dan
disposisi.
1) Struktur Birokrasi
Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan
13
dari aspek struktur yang paling penting dari setiap organisasi adalah adanya
rincian tugas dan prosedur pelayanan yang telah disusun oleh organisasi.
2) Komunikasi
Persyaratan pertama bagi implementasi kebijakan yang efektif adalah
bahwa mereka yang melaksanakan keputusan harus mengetahui apa yang harus
mereka lakukan. Keputusan-keputusan kebijakan dan perintah-perintah harus
diteruskan kepada personil yang tepat sebelum keputusan dan perintah-perintah
tersebut dapat diikuti. Tentu saja, komunikasi harus akurat dan harus dimengeti
dengan cermat. Secara umum Edwards membahas tiga indikator penting dalam
proses komunikasi kebijakan yakni:
1. Transmisi.
Penyaluran komunikasi yang baik akan dapat menghasilkan suatu
implementasi yang baik pula. Seringkali terjadi masalah dalam
penyaluran komunikasi yaitu adanya salah pengertian
(miskomunikasi) yang disebabkan banyaknya tingkatan birokrasi
yang harus dilalui dalam proses komunikasi, sehingga apa yang
diharapkan terdirtorsi di tengah jalan.
2. Kejelasan.
Komunikasi yang diterima oleh pelaksana kebijakan
(street-level-bureaucrats) harus jelas dan tidak membingungkan atau tidak
14
3. Konsistensi.
Perintah yang diberikan dalam pelaksanaan suatu komunikasi
harus konsisten dan jelas untuk ditetapkan atau dijalankan. Jika
perintah yang diberikan sering berubah-ubah, maka dapat
menimbulkan kebingungan bagi pelaksana di lapangan.
3) Sumber Daya
Sumber daya adalah faktor paling penting dalam implementasi kebijakan
agar efektif. Sumber daya tersebut dapat berwujud sumber daya manusia, yakni
kompetensi implementor, dan sumber daya financial. Tanpa adanya sumber daya,
kebijakan hanya tinggal di kertas menjadi dokumen saja.
Menurut Edward III (Tangkilisan, 2003: 66), sumberdaya merupakan hal
penting dalam implementasi kebijakan yang baik. Indikatorindikator yang
digunakan untuk melihat sejauh mana sumberdaya mempengaruhi implementasi
kebijakan terdiri dari:
1. Staf.
2. Informasi.
3. Fasilitas.
4) Disposisi (Kecenderungan atau Tingkah Laku)
Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor
seperti komitmen, kejujuran dan sifat demokratis. Apabila implementor memiliki
disposisi yang baik, maka dia akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik
seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Ketika implemetor memiliki
15
implementasi kebijakan juga menjadi tidak efektif. Faktor-faktor yang menjadi
perhatian Edward III (Tangkilisan, 2003: 127) mengenai disposisi dalam
implementasi kebijakan terdiri dari:
1. Pengangkatan birokrasi.
2. Insentif.
1.5.2 Strategi
Pada awalnya kata strategi dipergunakan untuk kepentingan militer saja
tetapi kemudian berkembang ke berbagai bidang yang berbeda seperti
strategibisnis, olahraga (misalnya sepak bola dan tenis), catur, ekonomi,
pemasaran, perdagangan, manajemen strategi, dll.
Menurut Chandler (Kuncoro, 2005: 1) strategi adalah penentuan tujuan
dan sasaran jangka panjang perusahaan, diterapkannya aksi dan alokasi sumber
daya yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut Andrews (Kuncoro, 2005: 2) strategi dapat diartikan sebagai pola
sasaran, tujuan, dan kebijakan/rencana umum untuk meraih tujuan yang telah
ditetapkan, yang dinyatakan dengan mendefenisikan apa bisnis yang dijalankan
oleh perusahaa, atau yang seharusnya dijalankan oleh perusahaan.
Akhirnya tidak terlupa keberadaan strategi pun harus konsisten dengan
lingkungan, mempunyai alternatif strategi, fokus keunggulan dan menyeluruh,
16
Strategi yang ditetapkan juga tidak boleh mengabaikan tujuan, kemampuan,
sumber daya dan lingkungan.
1.5.3 Implementasi strategi
Implementasi strategi (strategy implementation) mensyaratkan perusahaan
untuk menetapkan tujuan tahunan, membuat kebijakan, memotivasi karyawan,
dan mengalokasikan sumberdaya sehingga strategi yang telah diformulasikan
dapat dijalankan.
Implementasi strategi termasuk mengembangkan budaya yang
mendukung strategi, menciptakan struktur organisasi yang efektif dan
mengarahkan usaha pemasaran, menyiapkan anggaran, mengembangkan dan
memberdayakan system informasi, dan menghubungkan kinerja karyawan dengan
kinerja organisasi. Implementasi strategi sering kali disebut tahap pelaksanaan
dalam manajemen strategis. Melaksanakan strategi yang telah diformulasikan
menjadi tindakan.
Evaluasi strategi (strategy evaluation) adalah tahap final dalam
manajemen strategis. Manajer sangat ingin mengetahui kapan strategi tidak dapat
berjalan seperti diharapkan; evaluasi strategi adalah alat utama untuk
mendapatkan informasi ini. Semua strategi dapat dimodifikasi di masa datang
karma factor internal dan eksternal secara konstan berubah. Tiga aktivitas dasar
evaluasi strategi adalah:
1) Meninjau ulang faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar
17
2) Mengukur kinerja, dan
3) Mengambil tindakan korektif. Evaluasi dibutuhkan karena
kesuksesan hari ini tidak menjamin kesuksesan di hari esok. Sukses
selalu membawa masalah baru yang berbeda; perusahaan yang
puas diri akan mengalami kegagalan.
Dengan demikian, pengimplementasian strategi dalam program-program
termasuk proyek-proyek untuk mencapai sasarannya masing-masing dilakukan
melalaui fungsi-fungsi manajeman lainnya yang mencakup pengorganisasian,
pelaksanaan, penganggaran dan kontrol.
1.5.4 Pengendalian Kependudukan
Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 10 tahun 1992, yang dimaksud
dengan penduduk adalah orang-orang dalam matranya sebagai pribadi, anggota
keluarga, anggota masyarakat, warga negara, dan himpunan kuantitas yang
bertempat tinggal di suatu tempat dalam batas wilayah negara pada waktu
tertentu.
Membicarakan kependudukan tidak terlepas dengan pengkajian
angka-angka; dalam bentuk tabel, daftar, grafik, atau gambar. Pengkajian tersebut sangat
berguna dalam perencanaan nasional suatu negara, baik dalam jangka pendek dan
jangka panjang. Bahkan diluar itu setiap negara perlu mengkaji kependudukan ini,
bukan hanya dalam ruang lingkup nasional namun juga harus mengkajinya secara
18
Pengendalian kependudukan adalah usaha mempengaruhi pola kembang
biak penduduk ke arah angka pertumbuhan penduduk yang diinginkan, biasanya
ditempuh melalui suatu kebijakan pemerintah di bidang kependudukan. Secara
umum masalah berat yang diperkirakan para pengkaji masalah kependudukan dan
lingkup dewasa ini adalah terjadinya ledakan penduduk yang dimulai dalam tahun
1950, dimana jumlah penduduk dunia baru diperkirakan 2,5 miliar orang, dan
pada tahun 2000 melonjak menjadi 6,5 miliar orang (Ritonga, 2001:149).
Pada tahun 1798, Malthus menggambarkan dua kategori pengendalian
penduduk, yaitu pengendalian positif yang ada hubungannya dengan sebab-sebab
kematian dan naiknya kematian dalam hitungan tahun. Ini meliputi kemiskinan,
penyakit, kelaparan dan perang. Kedua adalah pengendalian preventif terhadap
tingkat kelahiran.
Pengendalian penduduk adalah kegiatan membatasi pertumbuhan
penduduk, umumnya dengan mengurangi jumlah kelahiran. Dokumen dari Yunani
Kuno telah membuktikan adanya upaya pengendalian jumlah penduduk sejak
zaman dahulu kala. Salah satu contoh pengendalian penduduk yang dipaksakan
terjadi di Republik Rakyat Cina yang terkenal dengan kebijakannya “satu anak
cukup” kebijakan ini diduga banyak menyebabkan terjadinya aksi pembunuhan
bayi, pengguguran kandungan yang dipaksakan, serta sterilisasi wajib.
Indonesia juga menerapkan pengendalian penduduk, yang dikenal
19
persuasif ketimbang dipaksakan. Program ini dinilai berhasil menekan tingkat
pertumbuhan penduduk Indonesia.
1.5.5 Pertumbuhan Penduduk
Seperti diketahui setiap perubahan jumlah pernduduk (baik pertambahan
atau pengurangan) disebut “pertumbuhan”, dapat positif atau negative. Pada
hakikatnya suatu pertumbuhan penduduk hanya berpangkal pada tiga sumber,
yaitu : Kelahiran, Kematian dan Migrasi. Pertumbuhan tersebut sama sekali bukan
merupakan aspek yang terpisah daripada eksistensi penduduk, tetapi justru
merupakan akibat berbagai faktor khusus.
Sampai sebegitu jauh pertumbuhan penduduk telah menarik perhatian
para ahli, sering kali di kaitkan dengan “kelangsungan hidup” sesuatu bangsa.
Mengenai masalah ini sudah banyak dikemukakan teori dan hampir semuanya
mengaitkan pertumbuhan penduduk dengan perkembangan sosial dan ekonomi.
Walaupun demikian apabila ditinjau dari segi pengukuran, permasalahannya
ternyata menyangkut beberapa sasaran yang pada hakikatnya lebih sederhana.
Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu
wilayah tertentu pada waktu tertentu dibandingkan waktu sebelumnya. Indikator
tingkat pertumbuhan penduduk sangat berguna untuk memprediksi jumlah
penduduk di suatu wilayah atau negara dimasa yang akan datang. Dengan
diketahuinya jumlah penduduk yang akan datang, diketahui pula kebutuhan dasar
penduduk ini, tidak hanya di bidang sosial dan ekonomi tetapi juga di bidang
20
prediksi jumlah penduduk dengan cara seperti ini belum dapat menunjukkan
karakteristik penduduk dimasa yang akan datang. Untuk itu diperlukan proyeksi
penduduk menurut umur dan jenis kelamin yang membutuhkan data yang lebih
rinci yakni mengenai tren fertilitas, mortalitas dan migrasi.
Pertumbuhan penduduk adalah perubahan populasi sewaktu-waktu, dan
dapat dihitung sebagai perubahan dalam jumlah individu dalam sebuah populasi
menggunakan “per waktu unit” untuk pengukuran. Sebutan pertumbuhan
penduduk merujuk pada semua spesies, tapi selalu mengarah pada manusia, dan
sering digunakan secara informal untuk sebutan demografi nilai pertumbuhan
penduduk, dan digunakan untuk merujuk pada pertumbuhan penduduk dunia.
1.5.6 Pengendalian Pertumbuhan Penduduk
Sebelum membicarakan masalah ini lebih lanjut, terlebih dahulu perlu
dijelaskan beberapa ciri pertumbuhan penduduk. Pertama, keseimbangan antara
faktor kelahiran, kematian dan migrasi yang merupakan suatu keadaan yang unik.
Segala sesuatunya ternyata tidak hanya ditentukan oleh salah satu diantara ketiga
faktor tersebut. Dalam keadaan tertentu dapat kemungkinan adanya perbedaan
yang cukup besar antara kombinasi faktor-faktor tersebut, sehingga
keseimbangannya dari waktu ke waktu bisa berubah. Dalam sejarahnya jumlah
penduduk senantiasa mengalami fluktuasi antara pertambahan dan pengurangan.
Kecenderungan yang tampak pada zaman modern adalah jumlah
penduduk yang selalu bertambah. Hal ini terjadi dimana-mana sehingga
21
pengurangan jumlah penduduk malah dianggap tidak normal. Tahap modern ini
pada hakikatnya secara relative boleh dikatakan terjadi belum begitu lama.
Pertumbuhan sejak tahun 1600 yang barangkali sudah lima kali lipat merupakan
peristiwa yang belum pernah terjadi selama ini. Ciri umum pertumbuhan tersebut
tidak sesuai dengan konsep umum yang menyangkut masalah tesebut.
Pertumbuhan penduduk merupakan salah satu faktor yang penting dalam
masalah sosial ekonomi umumnya dan masalah penduduk pada khususnya.
Karena di samping berpengaruh terhadap jumlah dan komposisi penduduk juga
akan berpengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi suatu daerah atau negara
maupun dunia. Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk baik
pertambahan maupun penurunannya.
Pengendalian pertumbuhan penduduk juga merupakan faktor penting
dalam peningkatan keluarga kecil yang berkualitas. Demikian pula, aspek
penataan administrasi kependudukan merupakan hal yang penting dalam
mendukung perencanaan pembangunan baik di tingkat nasional maupun daerah.
Sedangkan, pemuda sebagai bagian dari penduduk merupakan aset pembangunan
dan mempunyai kontribusi dalam pembangunan perekonomian bangsa.
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 52 tahun 2009
tentang Perkembangan Kependudukan Dan Pembangunan Keluarga,
Pengendalian pertumbuhan penduduk bertujuan untuk mewujudkan keserasian,
22
baik yang berupa daya dukung alam maupun daya tamping lingkungan serta
kondisi perkembangan sosial ekonomi dan budaya.
Masalah pengendalian pertumbuhan penduduk di Indonesia
dikategorikan sebagai suatu masalah nasional yang besar dan memerlukan
pemecahan segera. Ia mencakup lima masalah pokok yang kait mengait satu sama
lainnya, yakni:
1) Jumlah penduduk yang besar
2) Tingkat pertumbuhan yang tinggi
3) Penyebaran penduduk yang tidak merata
4) Komposisi umur penduduk yang timpang
5) Dan masalah mobilitas penduduk (Widiyanti, 1987:66)
1.6 Definisi Konsep
Konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan untuk
menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang
menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1995 :37). Tujuannya adalah
untuk memudahkan pemahaman dan menghindari terjadinya interpretasi ganda
dari variabel yang diteliti. Adapun defenisi yang dipergunakan untuk
mendapatkan gambaran yang jelas mengenai Strategi Badan Pemberdayaan
Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Karo dalam Pelaksanaan
Pengendalian Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Karo ini adalah:
1) Implementasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk menguji data dan
23
2) Strategi adalah rencana jangka panjang dengan diikuti tindakan-tindakan
yang ditujukan untuk mencapai tujuan tertentu dengan memperhatikan
empat unsur penting yaitu, kemampuan, sumber daya, lingkungan, tujuan.
3) Penduduk adalah orang-orang dalam matranya sebagai pribadi, anggota
keluarga, anggota masyarakat, warga negara, dan himpunan kuantitas yang
bertempat tinggal di suatu tempat dalam batas wilayah negara pada waktu
tertentu.
4) Pengendalian Kependudukan adalah usaha mempengaruhi pola kembang
biak penduduk ke arah angka pertumbuhan penduduk yang diinginkan,
biasanya ditempuh melalui suatu kebijakan pemerintah di bidang
kependudukan.
5) Pertumbuhan Penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu
wilayah tertentu pada waktu tertentu dibandingkan waktu sebelumnya.
6) Pengendalian Pertumbuhan Penduduk adalah kegiatan membatasi
24 1.7 Sistematika Penelitian
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari uraian tentang Latar belakang, Perumusan Masalah,
Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka Teori, Defenisi Konsep,
dan Sistematika Penulisan.
BAB II METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menguraikan tentang Bentuk Penelitian, Lokasi Penelitian, Teknik
Pengumpulan Data, dan Teknik Analisa Data yang diterapkan dalam
penelitian ini.
BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini menguraikan gambaran umum dan karakteristik lokasi penelitian
yang relevan dengan topik penelitian.
BAB IV PENYAJIAN DATA
Bab ini berisikan penyajian data-data yang diperoleh selama penelitian dan
menganalisanya berdasarkan metode yang penulis gunakan.
BAB V ANALISA DATA
Bab ini memuat pembahasan atau interpretasi dari data-data yang disajikan
pada bab IV
BAB VI PENUTUP
Bab ini memuat tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan
25 BAB II
METODE PENELITIAN
2.1 Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode
deskriptif dengan analisis data kualitatif, maka dari deskriptif adalah penelitian
yang memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang pada saat penelitian
dilakukan (saat sekarang) atau masalah-masalah yang bersifat aktual.
Menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya
diiringi dengan intervensi yang rasional dan akurat (Suryanto 2005: 17).
Jadi pemecahan masalah yang dilakukan dengan cara menggambarkan
suatu keadaan dan status fenomena berdasakan fakta-fakta yang tampak
sebagaimana adanya.
2.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga
Berencana (BPPKB) di JL.Jamin GintingNo.108 Kabanjahe Kabupaten Karo.
2.3Informan
Menurut Burhan Bungin, informan merupakan orang yang menguasai dan
memahami data, informasi, ataupun fakta dari suatu objek penelitian. Dalam
26
1) Informan Kunci
Merupakan mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi
pokok yang diperlukan oleh peneliti. Adapun yang menjadi informan
kunci penelitian ini adalah :
a. Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana
(BPPKB) Kabupaten Karo,
b. Kepala Bidang Keluarga Berencana Dan Keluarga Sejahtera.
c. Sekretaris Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana
(BPPKB)
2) Informan Tambahan
Merupakan mereka yang memberikan informasi walaupun tidak langsung
terlibat dalam interaksi sosial dan politik. Adapun yang menjadi informan
tambahan dalam penelitian ini adalah pegawai/staff Badan Pemberdayaan
Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) Kabupaten Karo ditambah
dengan masyarakat Kabupaten Karo yang penentuannya dilakukan dengan
menggunakan teknik sampling accident, yaitu teknik pengambilan
informan secara kebetulan. Informan tersebut adalah orang-orang yang
ditemui peneliti dan dianggap mengetahui permasalahan penelitian
27 2.4Teknik Pengumpulan Data
Data adalah rekaman atau gambaran atau keterangan suatu hal atau fakta.
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dapat dilakukan melalui data
primer dan data sekunder.
1. Data Primer adalah data yang diperoleh si peneliti langsung dari
objek yang diteliti. Data primer diperoleh melalui wawancara.
Wawancara adalah proses komunikasi atau interaksi untuk
mengumpulkan data informasi dengan cara tanya jawab antara
peneliti dengan informan atau subjek penelitian.
2. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari dokumen, publikasi
yang sudah dalam bentuk jadi. Data sekunder diperoleh melalui :
a. Studi Kepustakaan, yaitu pengumpulan data yang
diperoleh dengan menggunakan berbagai literature seperti
buku, majalah, dan berbagai bahan yang berhubungan
dengan objek penelitian.
b. Dokumentasi, yaitu pengumpulan data yang diperoleh
melalui pengkajian dan penelaahan terhadap catatan
tertulis maupun dokumen-dokumen yang berhubungan
28 2.5Teknik Analisis Data
Teknik analisa data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
teknikkualitatif,yaitu suatu teknik yang dilakukan dengan melakukan suatu
penggolongan ataupun suatu pengklasifikasian data dan menganalisa data yang
diperoleh, sehingga dapat digambarkan dengan jelas tentang objek yang diteliti
dan kemudian dilakukan penarikan kesimpulan.
Ada beberapa aktifitas dalam analisis data yaitu :
1. Reduksi data
Reduksi dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi
data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan.
Dalam artian reduksi data adalah merangkum dan memfokuskan
hal-hal yang penting dalam penelitian dengan mencari tema dan
pola hingga memberikan gambaran jelas, dan mempermudah
peneliti untuk mencari data selanjutnya dan mencarinya bila
diperlukan.
2. Penyajian data
Penyajian data bermakna sebagai sekumpulan informasi tersusun
yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
penarikan tindakan. Penyajian data dilakukan untuk mempermudah
29
dalam bentuk uraian atau teks yang bersifat naratif, bagan atau
bentuk tabel.
3. Penarikan kesimpulan
Kesimpulan ini sebagai hipotesis, dan bila didukung oleh data
30 BAB III
DESKRIPSI LIKASI PENELITIAN
3.1Wilayah Kabupaten Karo
Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi Tanah Karo dengan
ibukota Kabanjahe yang terletak 77 km dari Kota Medan. Kabupaten Karo
secara administratif terdiri dari 13 Kecamatan, 14 Kelurahan dan 248
Desa. Luas daerah Kabupaten Karo sekitar 2.127,25 ��2 yang terbentang
di datran tinggi dengan ketinggian 600 - 1400 � diatas permukaan laut.
Karena berada diketinggian tersebut Tanah Karo mempunyai iklim yang
sejuk dengan suhu berkisar antara 16−17 ℃.
Kota yang terkenal di wilayah ini adalah Berastagi dan Kabanjahe.
Berastagi merupakan salah satu kota turis di Sumatera Utara yang sangat
terkenal dengan produk pertanian yang unggul. Salah satunya adalah buah
jeruk dan produk minuman yang terkenal yaitu sebagai penghasil Markisa.
Didataran tunggi Tanah Karo inilah bisa kita temukan indahnya nuansa
alam pegunungan dengan udara yang sejuk dengan ciri khas daerah buah
dan sayur. Di daerah ini juga bisa kita nikmati keindahan Gunung Sibayak
dalam keadaan aktif berlokasi diatas ketinggian 2.172 � dari permukaan
laut. Arti kata Sibayak adalah Raja. Berarti Gunung Sibayak adalah
Gunung Raja menurut pengertian nenek moyang suku Karo.
Dilihat dari Geografi Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi
31
Kabupaten Karo adalah 2.127,25 ��2atau 212.725 Ha atau 2,97% dari
luas Provinsi Daerah Tinggi I Sumatera Utara, dan secara geografis
terletak diantara
2° 50 ������� − 3° 19 ���������� 97° 55 ������� −
98° 26 �������.
Batas - batas wilayah Kabupaten Karo adalah :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Deli
Serdang
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Tapanuli
Utara
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan
Kabupaten Simalungun
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tenggara
Kabupaten Karo terletak pada ketinggian 140 sampai dengan 1400
� diatas permukaan laut dengan perbandingan luas sebagai berikut :
1. Daerah ketinggian 140 sampai dengan 200 � diatas permukaan
laut seluas 9.550 Ha (4,49%)
2. Daerah ketinggian 200 sampai dengan 500 � diatas permukaan
laut seluas 11.373 Ha (5.35%)
3. Daerah ketinggian 500 sampai dengan 1000 � diatas permukaan
32
4. Daerah ketinggian 1000 sampai dengan 1400 � diatas permukaan
laut seluas 112.587 Ha (52.92%)
Penduduk asli yang mendiami wilayah Kabupaten Karo disebut
Suku Bangsa Karo. Suku Bangsa Karo ini mempunyai adat istiadat yang
sampai saat ini terpelihara dengan baik dan sangat mengikat bagi Suku
Bangsa Karo sendiri. Penduduk Kabupaten Karo kuat berpegang kepada
adat istiadat yang luhur, merupakan modal yang dapat dimanfaatkan dalam
proses pembangunan. Dalam kehidupan masyarakat Karo, idaman dan
harapan yang ingin diwujudkan adalah pencapaian 3(tiga) hal pokok yang
disebut Tuah, Sangap dan Mejuah-Juah.
Tuah berarti menerima berkah dari Tuhan Yang Maha Esa,
mendapat keturunan, banyak kawan dan sahabat, cerdas, gigih, disiplin
dan menjaga kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup untuk
generasi yang akan datang. Sangap berarti mendapat rejeki, kemakmuran
bagi pribadi, bagi anggota keluarga, bagi masyarakat serta bagi generasi
yang akan datang. Mejuah-juah berarti sehat sejahtera lahir batin, aman,
damai, bersemangat serta keseimbangan dan keselarasan antara manusia
dan manusia, antara manusia dan lingkungan dan antara manusia dengan
Tuhannya. Ketiga hal tersebut adalah merupakan satu kesatuan yang bulat
yang tidak dapat dipisah-pisahkan satu sama lain.
33
Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana
(BPPKB) adalah merupakan unsur-unsur pendukung tugas Kepala Daerah.
Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB)
mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan
daerah dibidang Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana yang
bersifat spesifik. Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga
Berencana dipimpin oleh Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan
Keluarga Berencana berkedudukan dibawah dan bertanggungjawab
kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.
Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana
Kabupaten Karo berada di Jl. Djamin Ginting No.108 Kabanjahe Telp.
(0628) 20484. Organisasi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga
Berencana terdiri dari :
a. Kepala Badan
b. Sekretariat
c. Bidang
d. Sub Bagian
e. Sub Bidang
f. UPT Badan
g. Jabatan Fungisional pada UPT
Sekretariat membawahi :
a. Sub Bagian Keuangan
34
Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera membawahi :
a. Sub Bidang Keluarga Berencana
b. Sub Bidang Keluarga Sejahtera
c. Sub Bidang Advokasi KIE
Bidang Pemberdayaan Perempuan membawahi :
a. Sub Bidang Pemberdayaan Perempuan
b. Sub Bidang Pengembangan Partisipasi Peranan Perempuan
Bidang Perencanaan membawahi :
a. Sub Bidang Perencanaan Program dan Pengendalian
b.Sub Bidang Pengumpulan Data, Pengolahan dan Pelaporan
Pada Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana
dapat dibentuk Unit Pelaksana Teknis (UPT) untuk melaksanakan
sebagian kegiatan teknis operasional dan kegiatan teknis penunjang yang
mempunyai wilayah kerja satu atau beberapa Kecamatan dan Kelompok
Jabatan Fungisional. Kelompok Jabatan Fungisional pada UPT terdiri dari
sejumlah tenaga terampil dalam jenjang jabatan fungsional yang terbagi
dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang keahliannya.
3.2.1. Visi dan Misi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB)
Adapun visi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga
Berencana Kabupaten Karo Tahun 2010 - 2015 adalah :
35
Untuk mewujudkan visi tersebut, Badan Pemberdayaan Perempuan
dan Keluarga Berencana Kabupaten Karo mempunyai misi yang
merupakan serangkaian tindakan nyata yang harus diemban dan
dilaksanakan. Untuk mencapai visi yang dimaksud Badan Pemberdayaan
Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Karo mempunyai misi
sebagai berikut :
a. Mewujudkan Kesetaraan dan Keadilan Gender
b. Meningkatkan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
c. Mewujudkan Keluarga Kecil Berkualitas
d. Meningkatkan Sarana dan Prasarana KB
e. Meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) Aparatur dan
Masyarakat
f. Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga
g. Meningkatkan Peran Serta Masyarakat dalam Program KB
3.2.2. Tugas Pokok dan Fungsi
Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana
mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan
daerah dibidang Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana
yang bersifat spesifik. Dalam melaksanakan tugas pokoknya, Badan
Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana menyelenggarakan
fungsi sebagai berikut :
36
b. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan Pemerintah Daerah
sesuai dengan lingkup tugasnya
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang Pemberdayaan
Perempuan dan Keluarga Berencana sesuai dengan lingkup
tugasnya
d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan
bidang tugas dan fungsinya
3.2.3. Struktur Organisasi dan Pejabat Struktural
Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana
Kabupaten Karo dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Karo
No. 19 tahun 2008 Susunan Organisasi Badan Pemberdayaan Perempuan
dan Keluarga Berencana terdiri dari :
1. Kepala Badan
2. Sekretaris
3. Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan
4. Kepala Bidang Data dan Perencanaan
5. Kepala Bidang Keluarga Berencana
6. Kasubbag Keuangan
7. Kasubbag Umum dan Kepegawaian
8. Kasubbag Pemberdayaan Perempuan
9. Kasubbag Partisipasi Perempuan
10.Kasubbag Pengumpulan, Pengelolaan dan Pelaporan Data
37
12.Kasubbid Keluarga Berencana
13.Kasubbid Keluarga Sejahtera
38
BAGAN STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA KABUPATEN KARO
Kepala Badan
Dr.Hartawaty
Sekretaris
Drs.R.Ebeneser Ginting
Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
Darwanta Tarigan SE
Bidang Data dan Perencanaan
Dra.Pestaria
Bidang KB dan Keluarga Sejahtera
Evi Arni Vera Tarigan SE
Sub Bidang Advokasi dan KIE
Drs.Pilemon Barus
Sub Bid Pemberdayaan Perempuan
39
BAB IV
PENYAJIAN DATA
Setelah melakukan penelitian dan pengumpulan data di lapangan melalui
wawancara, dan observasi atau pengamatan secara langsung, maka diperoleh data
dari informan penelitian dalam kaitannya dengan Implementasi Strategi
Pengendalian Pertumbuhan Penduduk Pada Badan Pemberdayaan Perempuan dan
Keluarga Berencana (BPPKB) di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo.
Adapun data-data yang disajikan terdiri dari dua bagian, yaitu data
identitas informan dan data penelitian. Penyajian data mengenai karakteristik
informan adalah untuk mengetahui spesifikasi (ciri-ciri khusus) yang dimiliki oleh
informan yaitu meliputi jenis kelamin, dan pendidikan terakhir, seta
pekerjaan/jabatan. Sedangkan penyajian data penelitian adalah data-data yang
diperlukan untuk menjawab permasalahan penelitian.
4.1Identitas Informan
Informan yang ditentukan dalam penelitian ini adalah beberapa pegawai di
Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) dan
beberapa masyarakat yang datang ke badan terkait. Adapun karakter informan
40
Tabel 3: Karakter Informan Berdasarkan Jenis Kelamin
NO. Jenis Kelamin Frekuensi Persentasi
1 Laki-laki 4 66,6%
2 Perempuan 2 23,4%
Jumlah 6 100%
Sumber: Wawancara 2015
Dari tabel diatas dapat dilihat identitas informan berdasarkan jenis kelamin yaitu
laki-laki 4 orang, dan perempuan 2 orang.
Tabel 4: Karakter Informan Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No. Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentasi
1 SD - -
2 SMP - -
3 SMA 1 16,6%
4 DIPLOMA/Sarjana 5 83,4%
Jumlah 6 100%
Sumber: Wawancara 2015
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa identitas informan berdasarkan
pendidikan terakhir yaitu tingkat Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah
Pertama (SMP) tidak ada, sedangkan Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 1
orang dan pada tingkat Diploma dan Sarjana sebanyak 5 orang.
41 Pada bab ini penulis akan menyajikan deskripsi data yang diperoleh
melalui penelitian dilapangan melalui metode-metode pengumpulan data yang
disebutkan pada bab terdahulu, yakni observasi wawancara. Demikian juga
halnya, permasalahan utama yang hendak dijawab dalam bab ini adalah
bagaimana implementasi strategi pengendalian pertumbuhan penduduk pada
Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) di
Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo.
Dalam mengumpulkan data yang diperlukan untuk menjawab
permasalahan secara mendalam, penulis pertama-tama mengawalinya dengan
mengumpulkan berbagai dokumen dari Badan Pemberdayaan Perempuan dan
Keluarga Berencana (BPPKB) Kabupaten Karo, dan kemudian melakukan
sejumlah wawancara yang berhubungan dengan permasalahan penelitian skripsi
ini.
Berikut ini akan disajikan hasil penelitian dilapangan, penelahaan
dokumen-dokumen dari instansi terkait dan hasil wawancara yang dilakukan
dengan beberapa informan, yang disusun berdasarkan penggunaan indikator
implementasi strategi yang digunakan dalam penelitian ini.
Telah dikemukakan sebelumnya bahwa implementasi strategi
mensyaratkan untuk menetapkan tujuan tahunan, membuat kebijakan, memotivasi
karyawan, dan mengalokasikan sumberdaya sehingga strategi yang telah
diformulasikan dapat dijalankan. Oleh karena itu, penulis melakukan wawancara
tentang pemahaman strategi pengendalian pertumbuhan penduduk pada BPPKB
42 Pemahaman mengenai strategi pertama yang dilakukan oleh Ibu Dr.
Hartawaty selaku Kepala BPPKB Kabupaten Karo;
"strategi pertama adalah Koordinasi, Keterpaduan, dan Kemitraan"
Strategi ini dilakukan dengan meningkatkan koordinasi, keterpaduan dan
kemitraan dengan berbagai instansi pemerintahan, organisasi kemasyarakatan,
LSM, dan swasta sejak tahap perencanaan sampai dengan evaluasi akhir.
Koordinasi dan keterpaduan ini dimaksudkan untuk mengatur keseimbangan dan
keselarasan bersama agar mempunyai sifat sinergetik dan daya ungkit yang luas
kepada pelaksanaan Gerakan Keluarga Berencana Nasional. Koordinasi dan
keterpaduan bersama dilakukan antara lain melalui forum rapat koordinasi pada
setiap wilayah secara teratur, sehingga dapat saling tukar informasi bagi
keterpaduan program yang dilakukan bersama.
Berikut pernyataan Ibu Dr. Hartawaty mengenai landasan hukum yang
digunakan pada BPPKN Kabupaten Karo;
"Pada dasarnya BPPKB ini sendiri diadakan karena adanya
Undang-Undang No. 52 tahun 2009 tentang perkembangan kependudukan
dan pembangunan keluarga. Peraturan Presiden No. 62 tahun 2010
tentang Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional.
Kemudian dipertegas lewat Peraturan Daerah No. 7 tahun 2012."
Untuk mendapat gambaran yang lebih mendalam mengenai implementasi
strategi pengendalian pertumbuhan penduduk di Kecamatan Kabanjahe, peneliti
mengumpulkan data-data penelitiian berdasarkan indikator-indikator yang telah
43
4.2.1. Struktur Birokrasi Pelaksanaan Kebijakan
Struktur birokrasi pelaksanaan kebijakan diukur dengan melihat rincian
tugas dan prosedur yang ditetapkan untuk pelaksanaan tugas pegawai di Badan
Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana. Berikut adalah data-data
yang dikumpulkan terkait rincian tugas di Badan Pemberdayaan Perempuan dan
Keluarga Berencana:
Rincian Tugas Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana
dikutip dari Rencana Strategi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga
Berencana Kabupaten Karo periode 2011-2015:
1. Kepala Badan Perempuan dan Keluarga Berencana:
a. Mengumpulkan bahan dalam rangka penyusunan laporan atas
pelaksanaan program kerja
b. Mengolah data dan bahan penyusunan laporan atas pelaksanaan
program kerja
c. Menyusun laporan pelaksanaan program kerja dalam hal prosedur,
mekanisme dan sistem kerja, capaian program dan kegiatan serta
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah sesuai dengan program
d. Mempersiapkan penyajian dan informasi yang berkaitan dengan
kegiatan tugas untuk tujuan pelaporan dan bahan rapat koordinasi
e. Menghimpun dan mempersiapkan bahan peraturan
perundang-undangan yang berhubungan dengan tugas pokok dan fungsi
f. Melakukan penyebarluasan informasi pelaksanaan kegiatan terkait
44 g. Mengkoordinasikan tugas kedinasan kepada bawahan sesuai
dengan bidang tugasnya masing-masing
h. Memberikan petunjuk dan bimbingan teknis serta melakukan
pengawasan melekat pada bawahan
2. Sekretariat Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana:
a. Merencanakan, mengatur, membina, mengelola,
mengkoordinasikan, dan mengendalikan pelaksanaan tugas
kesekretariatan meliputi urusan keuangan, umum, dan
perlengkapan serta milik daerah pada SKPD maupun kepegawaian
b. Melakukan koordinasi dan singkronisasi perencanaan dan
perumusan program kerja Badan Berdasarkan program dan
kegiatan masing-masing bidang, sub bidang dan sub bagian
c. Memberikan pelayanan teknis operasional dan pelayanan
administrasi sesuai dengan petunjuk atasan kepada seluruh bidang,
sub bidang, dan sub bagian dalam lingkungan badan
d. Mengkoordinasikan pelaporan akuntabilitas kinerja program
kegiatan masing-masing bidang dan sub bidang
e. Bertindak selaku Pejabat Pelaksanaan Teknis Kegiatan (PPTK)
pada bidang tugasnya
f. Mengendalikan pendistribusian pelayanan naskah dinas dan
mengkoordinasikan tugas-tugas bidang, sub bagian sesuai dengan
45 g. Memberikan petunjuk dan bimbingan teknis serta pengawasan
dalam rangka kelancaran penyelesaian pengelolaan naskah dinas
h. Menyelenggarakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan
2.1 Kepala Sub Bagian Keuangan:
a. Mempelajari Peraturan Perundang-Undangan yang berkaitan
dengan pengelolaan keuangan
b. Melakukan koordinasi, singkronisasi, dan memverifikasi usulan
Rencana Kerja Anggaran masing-masing Bidang dan mengacu
kepada Prioritas Plafon Anggaran (PPA)
c. Menghimpun dan memverifikasikan usulan Dokumen Pelaksanaan
Anggaran (DPA) masing-masing Bidang berdasarkan Rencana
Kerja dan Anggaran
d. Menyiapkan dan menyampaikan usulan penerbitan Surat
Penyediaan Dana Satuan Kerja Perangkat Daerah (SPD-SKPD)
berdasarkan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) kepada
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD)
e. Menghimpun dan menatausahakan Surat Penyedia Dana (SPD)
yang diterbitkan Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD)
2.2 Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian:
a. Melaksanakan Penerimaan dan Pendistribusian naskah Dinas
melalui pengelolaan kearsipan
b. Melaksanakan rencana pengadaan alat tulis kantor dan
46
c. Melaksanakan pengelolaan dan penyipan bahan pembinaan
kearsipan kepada Unit Kerja dilingkungan Badan
d. Melaksanakan penyiapan dan pengendalian dan penyiapan
administrasi perjalanan dinas pegawai
e. Melaksanakan urusan protokolan dan penyiapan rapat dinas
f. Melaksanakan pengelolaan perpustakaan, hubungan masyarakat
dan pengdokumentasian kegiatan Badan
g. Melaksanakan pengurusan rumah tangga Dinas dan ketertipan dan
keamanan kantor
h. Melaksanakan penyiapan bahan pembinaan kelembagaan dan
ketatalaksanaan di lingkungan Badan
i. Melaksanakan pendokumentasian Peraturan Perundang-undangan
j. Melaksanakan penyusunan bahan evaluasi dan laporan kegiatan
sub bagian Umum dan Kepegawaian
k. Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh atasan
3. Kepala Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera:
a. Merencanakan, mengatur, membina, mengkoordinasikan dan
mengendalikan pelaksanaan tugas bidang Keluarga Berencana dan
Bidang Advokasi KIE
b. Mengkoordinasikan tugas-tugas kedinasan kepada bawahan sesuai
47 c. Memberikan petunjuk dan bimbingan teknis serta melakukan
pengawasan melekat kepada bawahan
d. Menilai prestasi kerja bawahan sebagai bahan peritmbangan dalam
meningkatkan perkembangan karier DP3
e. Menyusun dan memberikan laporan pertanggungjawaban tugas
bidang kepada Kepala Badan melalui Sekretaris
3.1 Kepala Sub Bidang Keluarga Berencana:
a. Menyiapkan bahan penetapan kebijakan jaminan dan pelayanan
Keluarga Berencana (KB), peningkatan partisipasi Pria,
penanggulangan masalah kesehatan reproduksi, serta kesehatan Ibu
dan anak
b. Penetapan dan pengembangan jaringan pelayanan Keluarga
Berencana (KB) dan kesehatan reproduksi, termasuk pelayanan
Keluarga Berencana (KB) Di Rumah Sakit
c. Menyiapkan bahan penetapan perkiraan sarana pelayanan Keluarga
Berencana (KB), sasaran peningkatan perencanaan kehamilan,
sasaran peningkatan partisipasi pria, sasaran Unmet Need, sasaran
penanggulangan kesehatan reproduksi, serta sasaran kelangsungan
hidup ibu, bayi dan anak
d. Memberikan petunjuk dan bimbingan teknis serta pengawasan
melekat pada bawahan
e. Menilai prestasi kerja bawahan sebagai bahan pertimbangan dalam
48 f. Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan Sub Bidang berdasarkan
realisasi Program Kerja untuk bahan penyemprnaan program
berikutnya
g. Menyelenggarakan tugas lain yang diberikan kepada Kepala
Bidang
3.2 Kepala Sub Bidang Keluarga Berencana:
a. Melaksanakan kemitraan untuk aksebilitas permodalan, teknologi
dan manajemen serta pemasaran guna peningkatan Usaha
Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS)
b. Melaksanakan peningkatan kualitas lingkungan keluarga
c. Menyiapkan bahan penetapan kebijakan dan pengembangan
penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas dan jejaring
program
d. Menyelenggarakan dukungan operasional penguatan pelembagaan
keluarga kecil berkualitas dan jejaring program
e. Melaksanakan pedoman pelaksanaan penilaian angka kredit
jabatan funsional penyuluhan Keluarga Berencana
f. Mendayagunakan bahan pelatihan sesuai dengan kebutuhan
program peningkatan kinerja Sumber Daya Manusia
g. Mengkoordinasikan tugas-tugas kedinasan kepada bawahan sesuai
dengan bidang tugasnya masing-masing
h. Memberikan petunjuk dan bimbingan teknis serta melakukan
49 i. Menyelenggarakan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang
3.3 Kepala Sub Bidang Advokasi KIE:
a. Menyiapkan bahan penetapan kebijakan dan pengembangan
Advokasi dan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
b. Menyelenggarakan operasional advokasi Komunikasi, Informasi
dan Edukasi (KIE)
c. Menyiapkan bahan penetapan perkiraan sasaran Advokasi dan
Komunikasi, Informasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
d. Melakukan penyerasian dan penetapan kriteria advokasi dan
komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
e. Melaksanakan advokasi, Komunikasi, Informasi dan Edukasi
(KIE) serta konseling program Keluarga Berencana dan Kesehatan
Reproduksi Remaja (KRR)
f. Menyelenggarakan tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang
4. Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan:
a. Merencanakan, mengatur, membina, mengkoordinasikan, dan
mengendalikan pelaksanaan tugas bidang Pemberdayaan
Perempuan, Pengembangan Partisipasi Peranan Perempuan
b. Mengkoordinasikan tugas-tugas kedinasan kepada bawahan sesuai
dengan bidang tugasnya masing-masing
c. Memberikan petunjuk dan bimbingan teknis serta melakukan
50 d. Menilai prestasi kerja bawahan sebagai pertimbangan dalam
meningkatkan perkembangan karier dan penilaian DP3
e. Menyelenggarakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas
4.1 Kepala Sub Bidang Pemberdayaan Perempuan:
a. Menyusun model informasi data (meditasi dan advokasi)
b. Mengkoordinasikan tugas-tugas kedinasan kepada bawahan
sesuai dengan tugasnya masing-masing
c. Memberikan petunjuk dan bimbingan sebagai teknis serta
melakukan pengawasan melekat kepada bawahan
d. Menilai prestasi kerja bawahan sebagai bahan pertimbangan dalam
meningkatkan perkembangan karier dan penilaian DP3
e. Menyelenggarakan tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang
4.2 Kepala Sub Bidang Pengembangan Partisipasi Peranan
Perempuan:
a. Melaksanakan pengumpulan, pengelolaan dan analisis
pemanfaatan dan penyebarluasan sistem gender
b. Melakukan analisis, pemanfaatan, penyebarluasan dan
pendokumentasian data terpilih menurut jenis kelamin, khusus
perempuan
c. Melakukan pemantauan dan evaluasi serta pelaporan pelaksanaan
pendataan dan sistem informasi gender
d. Mengkoordinasikan tugas-tugas kedinasan kepada bawahan sesuai