KEPUASAN ORANGTUA TERHADAP
ATRAUMATIC CARE
SELAMA ANAK MENGALAMI HOSPITALISASI
DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
SKRIPSI
Oleh
Adillah Budyasa 081121056
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul : Kepuasan Orangtua Terhadap Atraumatic Care Selama Mengalami Hospitalisasi di RSUP H. Adam Malik Medan Nama Mahasiswa : Adillah Budyasa
NIM : 081121056
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Tahun : 2009
Tanggal lulus : 6 Januari 2009
Pembimbing, Penguji I
Reni Asmara Ariga, S.Kp, MARS Nur Asnah Sitohang, S.Kep, M.Kep Nip : 19750220 2001122001 Nip : 19740505 2002122001
Penguji II
Liberta L.Toruan, S.Kp, M.Kep Nip : 19690816 1997032002
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara telah Menyetujui Skripsi ini sebagai bagian dari persyaratan kelulusan Sarjana keperawatan (S.Kep)
Medan, Januari 2010 Pembantu Dekan I,
Erniyati, S.Kp, MNS
PRAKATA
Puji dan syukur Penulis ucapkan Kehadirat Allah SWT atas segala berkah dan
rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Kepuasan Orangtua Terhadap Atraumatic care Selama Anak Mengalami Hospitalisasi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
Penulis menyadari sepenuhnya dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan-kekurangan di dalamnya, baik dalam materi maupun dalam penulisan.
Namun besar harapan penulis kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Reni Asmara Ariga, S.Kp, MARS selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan
waktunya untuk memberikan pengarahan dan bimbingan kepada saya dengan penuh kesabaran dalam penyelesaian skripsi ini.
Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ijin penelitian ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh Staf Pengajar di Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.
penelitian, dan juga saya ucapkan banyak terima kasih kepada Wa.Ka Instalasi Rindu B RSUP H. Adam Malik Medan dan staf instalasi yang telah memberikan ijin
peneltian/bantuan di ruang Instalasi Rindu B.
Secara khusus penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada kedua orangtua yang telah banyak memberikan dukungan bagi penulis, adik-adik, dan seluruh
keluarga.
Buat teman-teman di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara,
khususnya Nurainun, Rosmauli, Mu’is, Jackson, Eni, Rispa, Lisa atas dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Selanjutnya teman-teman angkatan 2008 yang tak dapat disebutkan satu persatu, saya ucapkan terima kasih.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini jauh dari sempurna, untuk itu diharapkan kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan skripsi ini.
Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman Judul...………... i
Halaman Pengesahan ………...ii
Prakata...………...iii
BAB 2. TINJAUAN TEORITIS 1. Kepuasan Pelayanan……….……….…………...8
1.1. Definisi……….…………...8
1.2. Teori Kepuasan...8
2. Hospitalisasi………..……….…………...11
2.1. Definisi………...11
2.2. Reaksi Anak Terhadap Hospitalisasi………….………...13
BAB 3. KERANGKA PENELITIAN…..………..……….………...25
1. Kerangka Konsep……….……...…25
2.Definisi Operasional………...….………...26
BAB.4 METODE PENELITIAN………..….………...27
Desain Penelitian……….……….…...…….……27
Populasi dan Sampel………….………..……….….……...27
Lokasi dan Waktu Penelitian...……….……...…28
3.1.Lokasi Penelitian...28
3.2.Waktu Penelitian………...………...…...….…………...28
4. Pertimbangan Etik………...………...……...28
5. Instrumen Penelitian...………..………...……...29
6. Pengumpulan Data…………...…………...………...30
7. Analisa Data…...………...31
8. Uji Validitas dan Reliabilitas...31
BAB 5 . HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian...33
2. Pembahasan...36
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan...42
2. Saran...43
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Lembar inform consent 2. Jadwal Tentatif Penelitian 3. Taksasi Dana
4. Instrumen Penelitian
5. Surat pernyataan uji validitas
6. Hasil Uji Reabilitas Instrumen Penelitian 7. Daftar Riwayat Hidup
8. Surat Pernyataan Ijin Penelitian dari Fakultas Keperawatan USU Medan 9. Surat Ijin Penelitian dari RSUP H. Adam Malik Medan
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Data demografi responden...34 Tabel 1.2. Lampiran distribusi frekuensi kepuasan dan ketidakpuasan responden terhadap atraumatic care selama anak mengalami hospitalisasi...35
Tabel 1.3. Lampiran distribusi jawaban responden ...56 Tabel 1.4. Lampiran hasil validasi pernyataan...63
Daftar Skema
Judul : Kepuasan Orangtua Terhadap Atraumatic Care
Selama Anak Mengalami Hospitalisasi di RSUP H.AdamMalik Medan
Nama Mahasiswa : Adillah Budyasa
NIM : 081121056
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Tahun : 2008
Abstrak
Hospitalisasi bagi anak dan keluarga adalah suatu pengalaman yang mengancam dan stressor, keduanya dapat menimbulkan krisis bagi anak dan keluarga. Umumnya orangtua yang anaknya mengalami hospitalisasi akan bersikap penolakan, ketidakpercayaan akan penyakit anaknya, marah, dan rasa bersalah karena tidak mampu merawat anaknya, rasa takut,cemas,frustasi, dan depresi. Di samping masalah hospitalisasi juga timbul sikap kepuasan dalam menerima pelayanan dari setiap tindakan perawatan yang diberikan pada anak, pelayanan yang diberikan dapat berupa
atraumatic care atau perawatan yang tidak menimbulkan trauma pada anak.
Atraumatic care mempunyai tujuan mencegah atau menimbulkan perpisahan anak dari orangtua, meningkatkan kontrol diri, dan mencegah atau meminimalkan cedera tubuh. Sikap pelayanan yang diberikan perawat berupa atraumatic care pada anak menimbulkan sikap kepuasan orangtua yang merawat dan menjaga anak selama anak mengalami hospitalisasi. Sikap kepuasan orangtua dapat diwujudkan dalam bentuk penilaian sangat puas, puas, tidak puas, dan sangat tidak puas.
Desain penelitian ini yang digunakan adalah deskriptif dengan jumlah sampel sebesar 86 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari data demografi dan pernyataan berjumlah 30 buah pernyataan.
Hasil penelitian Kepuasan Orangtua Terhadap Atraumatic care Selama Anak Mengalami Hospitalisasi di RSUP H.Adam Malik Medan, menunjukkan pencapaian kepuasan hingga 89%. Dari pencapaian nilai tersebut maka dapat disimpulkan kepuasan orangtua terhadap atraumatic care selama anak mengalami hospitalisasi adalah orangtua mendapat kepuasan terhadap atraumatic care.
Judul : Kepuasan Orangtua Terhadap Atraumatic Care
Selama Anak Mengalami Hospitalisasi di RSUP H.AdamMalik Medan
Nama Mahasiswa : Adillah Budyasa
NIM : 081121056
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Tahun : 2008
Abstrak
Hospitalisasi bagi anak dan keluarga adalah suatu pengalaman yang mengancam dan stressor, keduanya dapat menimbulkan krisis bagi anak dan keluarga. Umumnya orangtua yang anaknya mengalami hospitalisasi akan bersikap penolakan, ketidakpercayaan akan penyakit anaknya, marah, dan rasa bersalah karena tidak mampu merawat anaknya, rasa takut,cemas,frustasi, dan depresi. Di samping masalah hospitalisasi juga timbul sikap kepuasan dalam menerima pelayanan dari setiap tindakan perawatan yang diberikan pada anak, pelayanan yang diberikan dapat berupa
atraumatic care atau perawatan yang tidak menimbulkan trauma pada anak.
Atraumatic care mempunyai tujuan mencegah atau menimbulkan perpisahan anak dari orangtua, meningkatkan kontrol diri, dan mencegah atau meminimalkan cedera tubuh. Sikap pelayanan yang diberikan perawat berupa atraumatic care pada anak menimbulkan sikap kepuasan orangtua yang merawat dan menjaga anak selama anak mengalami hospitalisasi. Sikap kepuasan orangtua dapat diwujudkan dalam bentuk penilaian sangat puas, puas, tidak puas, dan sangat tidak puas.
Desain penelitian ini yang digunakan adalah deskriptif dengan jumlah sampel sebesar 86 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari data demografi dan pernyataan berjumlah 30 buah pernyataan.
Hasil penelitian Kepuasan Orangtua Terhadap Atraumatic care Selama Anak Mengalami Hospitalisasi di RSUP H.Adam Malik Medan, menunjukkan pencapaian kepuasan hingga 89%. Dari pencapaian nilai tersebut maka dapat disimpulkan kepuasan orangtua terhadap atraumatic care selama anak mengalami hospitalisasi adalah orangtua mendapat kepuasan terhadap atraumatic care.
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Perawatan anak telah mengalami pergeseran yang sangat mendasar, anak sebagai
klien tidak lagi dipandang sebagai miniatur orang dewasa, melainkan sebagai makhluk unik yang memiliki kebutuhan spesifik dan berbeda dengan orang dewasa
(Supartini, 2009). Walaupun telah dilakukan pelatihan yang baik dan diterapkan dalam perawatan anak, kebanyakan apa yang dilakukan dalam penyembuhan penyakit dan memperpanjang hidup menimbulkan trauma, nyeri, kecewa, dan
ketakutan. Sangat disayangkan, dalam mengurangi trauma karena intervensi medis tidak dibarengi dengan kemampuan teknologi (Wong, 2005). Demikian juga keluarga
tidak lagi dipandang sebagai pengunjung anak yang sakit, melainkan sebagai mitra perawat dalam menentukan kebutuhan anak dan pemenuhannya dalam bentuk pelayanan yang berpusat pada keluarga (Supartini, 2009).
Hospitalisasi bagi keluarga dan anak dapat dianggap sebagai pengalaman yang mengancam dan stressor, keduanya dapat menimbulkan krisis bagi anak dan
keluarga. Bagi anak hal ini mungkin terjadi karena anak tidak memahami mengapa anak dirawat, dan terluka, stress dengan adanya perubahan akan status kesehatan, lingkungan, dan kebiasaan sehari-hari. Juga keterlambatan mekanisme koping. Jika
anaknya mengalami hospitalisasi akan bersikap penolakan, ketidak percayaan akan penyakit anaknya, marah dan rasa bersalah karena tidak mampu merawat anaknya,
rasa takut, cemas, dan frustasi, juga hal tentang prosedur tindakan medis dan ketidaktahuan, depresi yang berhubungan dengan merasa lelah fisik dan mental, khawatir memikirkan anaknya yang lain di rumah, efek samping pengobatan dan
biaya pengobatan.
Disamping masalah hospitalisasi juga timbul sikap kepuasan dalam menerima
pelayanan dari setiap tindakan yang diberikan kepada anak. Pada umumnya indikator yang sering dapat digunakan adalah keluhan pasien, kritik dalam surat pembaca, pengaduan malpraktek, laporan dari staf medik dan perawatan dan lain-lainnya
(Sofian, 2009). Menurut pendapat Budiastuti (2002) mengemukakan bahwa pasien dalam mengevaluasi kepuasan terhadap jasa pelayanan yang diterima mengacu pada
beberapa faktor, antara lain kualitas produk atau jasa, kualitas pelayanan, faktor emosional, harga, dan juga biaya. Tjiptono (1997) kepuasan pasien ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain kinerja (performance), keandalan (reliability), kesesuaian
dengan spesifikasi (comfomance to specification), daya tahan (durability), service ability, estetika, dan kualitas yang dipersepsikan (perceived quality).
Beberapa kasus yang sering dijumpai peneliti di rumah sakit selama peneliti menjadi petugas perawat adalah peristiwa yang dapat menimbulkan trauma pada anak, seperti cemas, marah, nyeri, menangis karena kesakitan, dan hal tersebut akan
dampak psikologis dari tindakan keperawatan, seperti memperhatikan dampak tindakan yang diberikan dengan melihat prosedur tindakan atau aspek lain yang
kemungkinan berdampak adanya trauma (Hidayat, 2005).
Studi pendahuluan yang diambil peneliti di ruang Rindu B4, jumlah pasien dari bulan Mei – Juni 2009 adalah 110 pasien (sumber data buku kunjungan rawat inap
ruang Anak Rindu B4 RS HAM bulan Mei-Juni 2009), dengan kriteria anak yang telah lebih dari 2 hari mengalami hospitalisasi, dengan alasan pasien ataupun
orangtua telah beradaptasi dengan lingkungan rumah sakit. Selama orangtua menjaga anak selama hospitalisasi tentu muncul rasa kepuasan dan ketidakpuasan. Ketidakpuasan orangtua itu disebabkan orangtua tidak diberitahukan peraturan yang
ada di rumah sakit, sebagian orangtua mengatakan perawat jarang sekali memberi pujian pada anak ketika selesai melakukan tindakan, perawat tidak pernah
memberitahukan apakah anak boleh membawa barang kesayangan anak ke rumah sakit, ketika anak mendapat tindakan perawatan orang tua jarang diberitahu tentang prosedur tindakan, perawat tidak pernah mengatakan apakah tindakan perawatan
yang diberi membuat anak kesakitan, perawat kurang hati-hati dan teliti dalam melakukan tindakan perawatan dan lain-lain.
Berdasarkan penjelasan di atas, setiap tindakan perawatan yang diberikan kepada anak didukung oleh sikap orangtua dalam menerima perawatan anak dalam bentuk sikap kepuasan pelayanan. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan
2.Pertanyaan Penelitian
Bagaimana kepuasan orangtua terhadap atraumatic care selama anak
mengalami hospitalisasi di rumah sakit umum pusat Haji Adam Malik Medan?
3.Tujuan Penelitian
3.1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi kepuasan orangtua terhadap atraumatic care selama anak mengalami hospitalisasi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
3.2. Tujuan Khusus
Secara khusus dalam penelitian ini untuk mengetahui kepuasan orangtua terhadap atraumatic care selama anak mengalami hospitalisasi, berupa :
- mengidentifikasi tindakan mencegah atau meminimalkan perpisahan anak terhadap orangtua,
- mengidentifikasi peningkatan kontrol anak,
- mengidentifikasi mencegah atau meminimalkan cedera tubuh.
4. Manfaat Penelitian
4.1. Praktek Keperawatan
Penelitian ini dapat digunakan sebagai penerapan terhadap ilmu yang telah
didapat perawat selama pendidikan, bahan masukan tentang pentingnya meningkatkan pengetahuan atraumatic care, dan hubungan kepuasan orangtua terhadap atraumatic care selama anak mengalami hospitalisasi di ruang Anak Rindu
4.2. Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah pengetahuan
dan sumber data untuk penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan kepuasan orangtua terhadap atraumatic care selama anak mengalami hospitalisasi.
4.3. Bagi Penelitian Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi tambahan yang berguna bagi pengembangan penelitian keperawatan berikutnya terutama yang
berhubungan dengan kepuasan orangtua terhadap atraumatic care selama anak mengalami hospitalisasi di rumah sakit. Penelitian ini dapat juga digunakan sebagai penerapan terhadap ilmu yang telah didapat perawat selama pendidikan, bahan
masukkan tentang pentingnya meningkatkan pengetahuan atraumatic care, dan hubungan kepuasan orangtua terhadap atraumatic care selama anak mengalami
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
Pada bab ini disajikan konsep kepuasan, hospitalisasi, dan atraumatic care..
1.Kepuasan Pelayanan
1.1. Definisi
Kepuasan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah puas, merasa
senang, perihal (hal yang bersifat puas, kesenangan, kelegaan, dan sebagainya). Kotler (1988) kepuasan adalah tingkat kepuasan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dibandingkan dengan harapannya. Nursalam (2003)
juga menyebutkan bahwa kepuasan seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesenangan terhadap aktifitas dari suatu produk dan harapannya. Menurut Philips
Kotler (1997) kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja (atau hasil) suatu produk dengan harapan-harapannya.
1.2. Teori Kepuasan
Abraham Maslow mengemukakan bahwa manusia dimotivasi oleh keinginan
untuk memuaskan sejumlah kebutuhan yang ada dalam dirinya. Teori Maslow ini didasarkan pada tiga asumsi dasar, antara lain bahwa kebutuhan manusia tersusun dalam suatu hirarki, mulai dari hirarki kebutuhan yang paling dasar hingga kebutuhan
mana hanya kebutuhan yang belum terpuaskan yang dapat menggerakkan perilaku. Kebutuhan yang telah terpuaskan tidak dapat berfungsi sebagai motivator. Asumsi
terakhir adalah bahwa kebutuhan yang paling tinggi berfungsi sebagai motivator apabila kebutuhan yang hirarkinya lebih rendah telah terpenuhi atau terpuaskan secara minimal. Atas dasar asumsi di atas, Maslow membagi kebutuhan dasar
manusia secara berturut-turut, mulai yang paling dasar hingga yang paling tinggi tingkatannya adalah kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial,
kebutuhan penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan fisiologis merupakan hirarki kebutuhan yang paling dasar, yang meliputi kebutuhan untuk dapat hidup, seperti makan, minum, bernafas, tidur, kebutuhan seksual, dan lain
sebagainya. Kebutuhan selanjutnya adalah kebutuhan rasa aman, yang menjadi motivator jika kebutuhan fisiologis telah terpenuhi. Kebutuhan rasa aman ini meliputi
keamanan dan perlindungan dari bahaya kecelakaan, infeksi, trauma, dan termasuk pula jaminan hari tua. Jika kebutuhan fisiologis dan rasa aman telah terpenuhi, akan muncul kebutuhan berikutnya, yaitu kebutuhan sosial. Kebutuhan sosial ini meliputi
kebutuhan persahabatan, kebutuhan kasih sayang, dan kebutuhan interaksi dengan orang lain. Selanjutnya yaitu kebutuhan akan penghargaan atau harga diri, meliputi
kebutuhan untuk dihormati, dihargai atas prestasi yang telah diraihnya. Dan untuk kebutuhan yang paling tinggi hirarkinya dan terakhir adalah kebutuhan aktualisasi diri, kebutuhan ini meliputi kebutuhan untuk menunjukkan
potensinya makin meningkat, karena orang mengaktualisasikan perilakunya.
Pengukuran kepuasan pasien pada fasilitas layanan kesehatan tidak mudah, karena layanan kesehatan tidak mengalami semua perlakuan yang dialami oleh pasar biasa. Umumnya kepuasan pasien dipelajari melalui survey lapangan. Suatu masalah
dari survey kepuasan pasien adalah bahwa hasilnya akan menimbulkan sedikit perbedaan jika sebagian besar responden menyatakan benar-benar merasa puas.
Faktor penyebabnya adalah responden merasa segan mengemukakan kritik. Dalam layanan kesehatan, pilihan-pilihan yang ekonomis tidak jelas karena pasien tidak mengetahui atau sulit mengetahui apakah layanan kesehatan yang didapatnya optimal
atau tidak. Layanan kesehatan sebagai produsen suatu layanan kesehatan, akan dijumpai suatu rentetan dari struktur dan proses. Proses menyangkut penyelengaraan
layanan kesehatan itu sendiri. Pengumpulan data survey kepuasan pasien dapat dilakukan dengan berbagai cara, tetapi umumnya dilakukan melalui, lingkungan fisik gedung, peralatan, petugas, obat, kebijaksanaan, prosedur, standar, kesinambungan
layanan kesehatan, rujukan tepat, rekam medik akurat, dan lengkap, hasil layanan kesehatan efektif, konsultasi teliti tidak berulang-ulang, biaya layanan kesehatan,
paling efisien karena sesuai standar layanan kesehatan, hubungan antar manusia, saling menghargai dan mempercayai, tepat waktu, nyaman, bersih dan privasi, ramah, menghargai manusia, penuh perhatian, mau mendengarkan, memberi informasi yang
kesehatan untuk memberi kemudahan pasien, konsistensi terhadap standar layanan kesehatan dan akses fisik, ekonomi/budaya, bahasa, istilah dimengerti pasien.
Kepuasan pelanggan adalah hasil yang dicapai pada saat keistimewaan produk merespon kebutuhan pelanggan. Kepuasan pelanggan di rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain yang berhubungan
dengan pendekatan/perilaku petugas (Suhermin, 2009). Dalam hal ini Muningjaya (2004) menyebutkan juga tentang pemahaman pengguna jasa tentang jenis pelayanan
yang akan diterima pelanggan, seperti empati (sikap perduli) yang ditunjukkan oleh petugas kesehatan, biaya (cost), penampilan fisik/kerapian (tangibility) seperti petugas, kondisi kebersihan dan kenyamanan ruangan, jaminan keamanan
(assurance), dan kecakapan petugas dalam memberikan tanggapan atas keluhan pasien (responsiveness). Penilaian yang diungkapkan pasien dapat berupa sikap
sangat puas, puas, tidak puas, dan sangat tidak puas.
2.Hospitalisasi
2.1. Definisi
Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani
terapi, dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Supartini, 2004). Sakit dan dirawat di rumah sakit merupakan krisis utama yang tampak pada anak. Jika seorang anak dirawat di rumah sakit, maka anak tersebut akan mudah mengalami
sejumlah keterbatasan dalam mekanismme koping untuk mengatasi masalah maupun kejadian-kejadian yang bersifat menekan. Berbagai perasaan yang sering muncul
pada anak, yaitu cemas, marah, sedih, takut, dan rasa bersalah (Wong, 2000).
Hospitalisasi pada pasien anak dapat menyebabkan kecemasan dan stress pada semua tingkat usia. Penyebab dari kecemasan dipengaruhi oleh banyak faktor, baik
dari petugas (perawat, dokter, dan tenaga medis lainnya), lingkungan baru, maupun keluarga yang mendampinginya. Peran perawat dalam meminimalkan stress akibat
hospitalisasi pada anak dan bayi adalah sangat penting. Perawat perlu memahami konsep stress hospitalisasi dan prinsip-prinsip asuhan keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan. Stress yang utama selama mengalami hospitalisasi
adalah perpisahan, kehilangan kontrol, adanya luka di tubuh, dan rasa sakit. Reaksi setiap anak terhadap krisis ini adalah dipengaruhi oleh perkembangan umur,
pengalaman mereka terhadap penyakit, perpisahan ataupun hospitalisasi, kemampuan koping, keseriusan penyakit, dan tersedianya sistem pendukung. Apabila anak stress selama dalam perawatan, orang tua menjadi stress pula, dan stress orang tua akan
membuat tingkat stress anak semakin meningkat (Supartini, 2000). Terutama pada mereka yang baru pertama kali mengalami perawatan anak di rumah sakit, dan orang
tua yang kurang mendapat dukungan emosi dan sosial dari keluarga, kerabat, bahkan petugas kesehatan akan menunjukkan perasaan cemasnya, dan ketakutan akan kehilangan anaknya. Penelitian lain menunjukkan bahwa pada saat mendengarkan
2.2. Reaksi anak terhadap hospitalisasi
1. Cemas Karena Perpisahan
Sebagian besar stress yang terjadi pada bayi di usia pertengahan sampai anak periode prasekolah, khususnya anak yang berumur 16 sampai 30 bulan adalah cemas karena perpisahan.
Respon perilaku anak akibat perpisahan dibagi dalam tiga (3) tahap, antara lain seperti tahap protes, observasi yang dilakukan selama masa usia infant adalah
menangis, berteriak, mencari orangtuanya dengan menggunakan matanya, memanggil orangtuanya, menghindar dan menolak berhubungan dengan orang asing. Perilaku tambahan yang diobservasi selama masa todler adalah secara verbal, anak menyerang
dengan rasa marah seperti mengatakan “pergi”, memaksa orangtuanya untuk tetap tinggal. Perilaku ini dapat berlangsung dari beberapa jam hingga beberapa hari.
Perilaku protes tersebut, seperti menangis, akan terus berlanjut dan hanya akan berhenti bila anak merasa kelelahan. Pendekatan dengan orang asing yang tergesa-gesa akan meningkatkan protes. Tahap putus asa, tahap ini, anak tampak tegang,
tangisnya berkurang, tidak aktif, kurang berminat untuk bermain, tidak ada nafsu makan, menarik diri, tidak mau berkomunikasi, sedih, apatis, dan regresi (misalnya,
mengompol, mengisap jempol jari). Pada tahap ini, kondisi anak mengkhawatirkan karena anak menolak untuk makan, minum, atau bergerak. Tahap menolak, pada tahap ini, secara samar-samar anak menerima perpisahan, mulai tertarik dengan apa
mulai kelihatan gembira, fase ini biasanya terjadi setelah perpisahan yang lama dengan orangtua.
2. Kehilangan Kendali
Balita berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankan otonominya. Hal ini terlihat jelas dalam perilaku mereka dalam hal kemampuan motorik, bermain,
melakukan hubungan interpersonal, melakukan aktivitas hidup sehari-hari (activity of daily living-ADL), dan komunikasi. Balita telah mampu menunjukkan kestabilan
dalam mengendalikan dirinya dengan cara mempertahankan kegiatan-kegiatan rutin seperti tersebut di atas. Akibat sakit dan di rawat di rumah sakit, anak akan kehilangan kebebasan pandangan egosentris dalam mengembangkan otonominya. Hal
ini akan menimbulkan regresi.
3. Luka pada Tubuh dan Rasa Sakit (Rasa Nyeri)
Konsekwensi dari rasa takut dapat dijabarkan secara berbeda, seperti orang dewasa yang memiliki pengalaman lebih banyak dalam hal rasa takut dan nyeri berbeda dengan anak yang berusaha untuk menghindari dari rasa nyeri dalam hal
pengobatan medis.
Reaksi balita terhadap rasa nyeri sama seperti sewaktu masih bayi, namun
jumlah variabel yang mempengaruhi responnya lebih kompleks dan bermacam-macam. Anak akan bereaksi terhadap nyeri dengan menyeringaikan wajah, menangis, mengatupkan gigi, menggigit bibir, membuka mata dengan lebar, atau melakukan
2.3.Reaksi dan Stressor Keluarga yang Anaknya di hospitalisasi
Hospitalisasi dan krisis dari penyakit anak mempengaruhi setiap keluarga dan
dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Faktor-faktor tersebut dapat terjadi pada keluarga, seperti :
2.3.1. Orangtua
Adapun faktor reaksi dan stressor tersebut dapat berupa tingkat keseriusan penyakit anak, pengalaman sebelumnya terhadap sakit dan dirawat di rumah sakit,
prosedur pengobatan, sistem pendukung yang tersedia, kekuatan ego individu, kemampuan dalam penggunaan koping, dukungan dari keluarga, kebudayaan dan kepercayaan, komunikasi dalam keluarga, seperti penolakan/ketidakpercayaan, marah
atau merasa bersalah, ketakutan, kecemasan, dan frustasi, serta depresi. 2.3.2. Reaksi Saudara Kandung
Reaksi saudara kandung terhadap anak yang sakit, seperti merasa kesepian, ketakutan, khawatir, marah, cemburu, benci, dan merasa bersalah. Hal ini disebabkan orangtua lebih mencurahkan perhatian pada anak yang sakit.
2.3.3. Penurunan Peran Anggota Keluarga
Dampak dari perpisahan mempengaruhi peran dari orangtua, karena orangtua
mencurahkan perhatian pada anak yang sakit, dan ini mengembangkan sikap tidak adil. Respon itu biasanya tidak disadari dan tidak disengaja. Orangtua sering menyalahkan perilaku saudara kandung sebagai antisosial karena sikap cemburu dan
pengalaman sebelumnya terhadap sakit, sistem pendukung yang tersedia, dan kemampuan koping yang dimilikinya.
1. Masa Bayi (0 sampai 1 tahun)
Masalah yang utama terjadi adalah dampak dari perpisahan dengan orangtua sehingga ada gangguan pembentukan rasa percaya dan kasih sayang. Pada anak usia
lebih dari enam bulan terjadi stranger anxiety atau cemas apabila berhadapan dengan orang yang tidak dikenalnya dan cemas karena perpisahan. Reaksi yang sering
muncul pada anak usia ini adalah menangis, marah, dan banyak melakukan gerakan sebagai sikap stranger anxiety. Bila ditinggalkan ibunya, bayi akan merasa cemas karena perpisahan dan perilaku yang ditunjukkan adalah dengan menangis keras.
Respon terhadap nyeri atau adanya perlukaan biasanya menangis keras, pergerakan tubuh yang banyak, dan ekspresi wajah yang tidak menyenangkan.
2. Masa Todler (2 tahun sampai 3 tahun)
Usia todler bereaksi terhadap hospitalisasi sesuai dengan sumber stressnya. Sumber stress yang utama adalah cemas akibat perpisahan. Respon perilaku anak
sesuai dengan tahapannya, yaitu tahap protes, perilaku yang ditunjukkan adalah menagis kuat, menjerit memanggil orangtua atau menolak perhatian yang diberikan
orang lain. Pada tahap putus asa, perilaku yang ditunjukkan adalah menangis berkurang, anak tidak aktif, kurang menunjukkan minat untuk bermain dan makan, sedih, dan apatis. Pada tahap pengingkaran, perilaku yang ditunjukkan adalah secara
Adanya pembatasan terhadap pergerakkannya, anak akan kehilangan kemampuannya untuk mengontrol diri dan anak menjadi tergantung pada
lingkungannya. Akhirnya, anak akan kembali mundur pada kemampuan sebelumnya atau regeresi. Terhadap perlukaan yang dialami atau nyeri yang dirasakan karena mendapatkan tindakan invasif, seperti injeksi, infus, pengambilan darah, anak akan
meringis, menggigit bibirnya, dan memukul. Walaupun demikian, anak dapat menunjukkan lokasi rasa nyeri dan mengomunikasikan rasa nyeri.
3. Masa prasekolah (3 tahun sampai 6 tahun)
Perawatan anak di rumah sakit memaksa anak untuk berpisah dari lingkungan yang dirasakannya aman, penuh kasih sayang, dan menyenangkan, yaitu lingkungan
rumah, permainan, dan teman sepermainannya. Reaksi terhadap perpisahan yang ditunjukkan anak usia prasekolah adalah dengan menolak makan, sering bertanya,
menangis walaupun secara perlahan, dan tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan. Perawatan di rumah sakit juga membuat anak kehilangan kontrol terhadap dirinya. Perawatan di rumah sakit mengharuskan adanya pembatasan aktivitas anak sehingga
anak merasa kehilangan kekuatan diri. Perawatan di rumah sakit sering kali dipersepsikan anak prasekolah sebagai hukuman sehingga anak akan merasa malu,
bersalah, atau takut. Ketakutan anak terhadap perlukaan muncul karena anak menganggap tindakan dan prosedurnya mengancam integritas tubuhnya. Hal ini menimbulkan reaksi agresif dengan marah dan berontak, ekspresi verbal dengan
4. Masa Sekolah (6 tahun sampai 12 tahun)
Perawatan anak di rumah sakit memaksa anak untuk berpisah dengan
lingkungan yang dicintainya, yaitu keluarga dan terutama kelompok sosialnya dan menimbulkan kecemasan. Kehilangan kontrol juga terjadi akibat dirawat di rumah sakit karena adanya pembatasan aktivitas. Kehilangan kontrol tersebut berdampak
pada perubahan peran dalam keluarga, anak kehilangan kelompok sosialnya karena ia biasa melakukan kegiatan bermain atau pergaulan sosial, perasaan takut mati, dan
adanya kelemahan fisik. Reaksi terhadap perlukaan atau rasa nyeri akan ditunjukkan dengan ekspresi baik secara verbal maupun nonverbal karena anak sudah mampu mengomunikasikannya. Anak usia sekolah sudah mampu mengontrol perilakunya
jika merasa nyeri, yaitu dengan menggigit bibir dan/atau menggigit dan memegang sesuatu dengan erat.
5. Masa Remaja (12 tahun sampai 18 tahun)
Anak usia remaja mempersepsikan perawatan di rumah sakit menyebabkan timbulnya perasaan cemas karena harus berpisah dengan teman sebayanya. Telah
diuraikan pada kegiatan belajar sebelumnya bahwa anak remaja begitu percaya dan sering kali terpengaruh oleh kelompok sebayanya (geng). Apabila harus dirawat di
rumah sakit, anak akan merasa kehilangan dan timbul perasaan cemas karena perpisahan tersebut. Pembatasan aktivitas di rumah sakit membuat anak kehilangan kontrol terhadap dirinya dan menjadi bergantung pada keluarga atau petugas
anak tidak mau kooperatif dengan petugas kesehatan atau menarik diri dari keluarga, sesama pasien, dan petugas kesehatan (isolasi). Perasaan sakit karena perlukaan atau
pembedahan menimbulkan respon anak bertanya-tanya, menarik diri dari lingkungan, dan/atau menolak kehadiran orang lain.
3.Atraumatic Care
3.1. Definisi
Atraumatic care adalah suatu tindakan perawatan terapetik yang dilakukan
oleh seseorang dengan menggunakan intervensi melalui cara mengeliminasi atau meminimalisasi stress psikologi dan fisik yang dialami oleh anak dan keluarganya dalam sistem pelayanan kesehatan. Dalam Wong (1989) menyebutkan bahwa
atraumatic care berhubungan dengan siapa, apa, kapan, dimana, mengapa, bagaimana dari setiap prosedur tindakan yang ditujukan pada anak bertujuan untuk
mencegah atau mengurangi stress psikologi dan fisik.
Prosedur perawatan/setting menyangkut tempat pemberian perawatan, misal di rumah, rumah sakit, ataupun tempat kesehatan yang lain. Personel menyangkut hal
orang yang terlibat langsung dalam pemberian terapi. Intervensi melingkupi cakupan psikologi seperti intervensi kejiwaan, yang mengijinkan orangtua dan anak dalam
satu ruangan. Tekanan psikologi menyangkut kecemasan, takut, marah, rasa kecewa, sedih, malu, dan rasa bersalah. Adapun rentang tekanan psikologi yang lain adalah tidak bisa tidur dan immobilisasi hingga terganggu ransangan sensori seperti rasa
3.2. Prinsip Atraumatic Care
Azis, A (2005) mengatakan untuk mencapai perawatan tersebut beberapa
prinsip yang dapat dilakukan perawat antara lain, menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dari keluarga, meningkatkan kemampuan orangtua dalam mengontrol perawatan anak, mencegah atau mengurangi cedera (injury) dan nyeri
(dampak psikologis), tidak melakukan kekerasan pada anak, dan modifikasi lingkungan fisik. Dalam Wong (2003) tujuan mencapai perawatan atraumatic care
adalah pertama, jangan menyakiti. Sehingga terdapat tiga prinsip kerangka kerja untuk mencapai tujuan tersebut, yaitu, mencegah atau meminimalkan perpisahan anak dari orangtua, meningkatkan kontrol diri, mencegah atau meminimalkan cedera
tubuh. Contoh dari peningkatan tindakan atraumatic care menyangkut mengorganisir hubungan orangtua dengan anak selama hospitalisasi, persiapan anak sebelum
tindakan atau prosedur yang tidak menyenangkan, mengontrol rasa nyeri, mengijinkan privasi anak, alihkan dengan bermain untuk menghindarkan rasa takut. Karena anak stress dan gelisah serta tidak tenang berada di rumah sakit tanpa
orangtua di sampingnya, orangtua pun merasa semakin stress. Stress psikologi pada orangtua dapat berupa perhatian terhadap nasib anak mereka, lamanya tinggal di
rumah sakit, ketidak mampuan berkomunikasi secara efektif dengan profesional kesehatan, dan tidak adekuatnya pengetahuan dan pemahaman tentang situasi kondisi penyakit.
Seiring waktu berlalu, orientasi pelayanan keperawatan anak berubah menjadi
jam. Selain itu, mainan boleh dibawa ke rumah sakit, dan penting untuk perawat atau tenaga kesehatan mempersiapkan anak dan orangtuanya sebelum dirawat di rumah
sakit. Dengan demikian, pendidikan kesehatan untuk orangtua menjadi sangat penting untuk dilakukan perawat. Kerja sama antara orangtua dan tim kesehatan dirasakan besar manfaatnya dan orangtua tidak hanya sekedar pengunjung bagi anaknya.
Beberapa bukti ilmiah menunjukkan pentingnya keterlibatan orangtua dalam perawatan anaknya di rumah sakit (Darbyshire, 1992 dan Carter & Dearmun, 1995).
Begitu juga keberadaan orangtua terutama kelompok orangtua yang anaknya mempunyai jenis penyakit yang sama ternyata dapat membuat orang tua lebih percaya diri dalam merawat anaknya dan merasa ada dukungan psikologis sehingga
diharapkan dapat bekerja sama sebagai mitra tim kesehatan.
The American Pain Society (2000) menyebutkan “nyeri : lima tanda vital”
yang berarti harus mendapat perhatian dari pada perawat kesehatan profesional. Rasionalisasinya karena nyeri akan berhubungan dengan peningkatan tanda-tanda vital sehingga prinsip dari tindakan perawatan nyeri adalah memeriksa tanda-tanda
vital pasien setiap saat, misalnya nadi, tekanan darah, suhu, dan pernafasan (Federwisch, 1999). Karena nyeri berhubungan dengan sensori dan emosional, maka
digunakanlah strategi penilaian kualitatif dan kuantitatif.. Istilah yang digunakan untuk menanyakan nyeri pada anak dengan menggunakan pertanyaan, seperti menanyakan anak, gunakan skala nyeri, evaluasi perubahan psikologi dan tingkah
Ucapan yang keluar secara verbal dari anak adalah indikator dari nyeri (Acute Pain Management Guideline Panel, 1992). Anak tidak mengenal arti kata nyeri dan
sering mengungkapkan dengan kata-kata yang biasa diucapkan, seperti “owie”, ”boo-boo”, “aduh”, “ouh”. Ketika menanyakan rasa nyeri pada anak, perawat harus ingat bahwa anak mempercayai bahwa ketika mereka mendapat suntikan adalah suatu
hukuman sehingga mereka membutuhkan orangtua untuk menemaninya.
Menggunakan skala nyeri adalah suatu manajemen pengukuran kuantitatif dari
pasien. Evaluasi perubahan psikologi dan tingkah laku adalah indikator dan reaksi nonverval dari anak. Respon perubahan perubahan nyeri pada anak diikuti sesuai umur dan perkembangan. Pada anak infan reaksi itu berupa gerakan reflek pada
daerah yang teransang, menangis kuat, ekspresi wajah marah, dan gerakan yang tidak berhubungan dengan rasa ransangan nyeri. Pada anak selalu menangis kuat, berteriak,
ungkapan verbal seperti, “ow”, “ouch”, “aduh”, mengayunkan tangan dan lengannya, menolak dengan mendorong, tak kooperatif, permintaan penundaan tindakan, memohon pada orangtua, perawat, atau orang yang dikenal. Pada masa usia sekolah
biasanya anak akan mengungkapkan tingkah laku bertahan, dan mengucapkan kata “tunggu sebentar” atau “saya belum siap”, juga menunjukkan kekakuan otot seperti
gigi ditutup rapat, mata ditutup dan kening berkerut. Pada masa remaja sikap adanya protes dan gerakan berkurang, dan sering mengungkapan kata “sakit”, “kamu menyakitiku” dan meningkatnya kontrol otot dan tubuh. Evaluasi perubahan
arah perut yang sakit dan menolak menggerakkan badan. Respon psikologi termasuk hipertensi, takikardi, kurangnya saturasi oksigen dan dilatasi pupil. Skala yang sering
digunakan adalah ekspresi wajah, menangis, denyut jantung, pernapasan, saturasi oksigen, dan pergerakan tubuh. Melibatkan orangtua adalah penting karena mereka sumber utama informasi bagaimana keadaan nyeri anak mereka dan memegang kunci
perawatan anak mereka. Orangtua sangat sensitif terhadap perubahan yang terjadi pada anak mereka dan seringkali ingin ikut terlibat bila anak mereka sakit. Anak-anak
akan merasa nyaman dengan kehadiran orangtua apabila mereka merasa sakit (Broome, 2000). Mencari penyebab nyeri pada anak adalah dengan menggunakan pathologi, karena pathologi dapat memberikan kunci penyebab intensitas dan tipe
nyeri. Ambil tindakan dan evaluasi hasil adalah menyembuhkan nyeri, hal yang utama menghilangkan nyeri adalah tindakan pharmakologi atau dengan
non-pharmakologi.
4. Manajemen Nyeri
Manajemen nyeri yang efektif dilakukan seorang perawat profesional adalah
berusaha mencoba sejumlah intervensi utnuk mendapatkan hasil yang maksimal. Metode mengurangi rasa nyeri dibagi dalam 2 kategori yaitu, non-pharmakologi, dan
pharmakologi.
4.1. Manajemen non-pharmakologi
Nyeri sering dihubungkan dengan rasa takut, cemas, dan stress. Teknik
rasa penerimaan nyeri, membuat rasa nyeri lebih berkurang, mengurangi rasa cemas, dan meningkatkan efektifitas dari obat analgetik dengan mengurangi dosis yang
dianjurkan (Rusy dan Weisman, 2000). Teknik mengurangi rasa nyeri juga dapat dilakukan dengan meningkatkan rasa kontrol, rasa nyaman, istirahat dan tidur (McCaffery dan Pasero, 1999). Jika anak tidak dapat mengidentifikasi rasa nyeri,
perawat dapat membantu dengan beberapa strategi dan membiarkan anak untuk memilihnya. Orangtua juga dilibatkan dalam proses pemilihan karena orangtua
terbiasa dengan koping anak sehingga dapat membantu mengenal strategi yang diinginkan anak. Anak harus mempelajari strategi yang spesifik sebelum nyeri bertambah parah, untuk mengurangi nyeri, instruksi dari strategi itu dapat berupa
relaksasi dan bermain selama periode rasa nyaman.
4.2. Manajemen pharmakologi
Metode penggunaan pharmakologi untuk mengontrol rasa nyeri menyangkut empat hal, seperti benar obat, benar dosis, benar pemberian, dan benar waktu. Walaupun perawat tidak dapat mengintervensi terlalu jauh dalam hal pengobatan tapi
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
1. Kerangka Konsep
Kerangka konseptual penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan kepuasan orangtua terhadap atraumatic care selama anak mengalami hospitalisasi di RSUP H.
Adam Malik Medan.
Adapun kerangka konsep dapat digambarkan dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 3.1 Kerangka penelitian
Keterangan: Variabel yang diteliti. Orangtua yang anaknya
mengalami hospitalisasi hospitalisasi
Atraumatic care :
- mencegah atau meminimalkan perpisahan anak dari orang tua
- meningkatkan kontrol diri - mencegah atau meminimalkan cedera tubuh
( variabel independen)
Skala kepuasan layanan : - sangat puas
- puas - tidak puas
2. Definisi Operasional
Tabel 3.2. Definisi Operasional
VARIABEL DEFENISI
Kepuasan Kepuasan adalah
BAB 4
METODE PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Metode penelitian ini deskriptif, dengan tujuan untuk mengetahui kepuasan orangtua terhadap atraumatic care selama anak mengalami hospitalisasi di Rumah
Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. 2. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh orangtua yang mempunyai anak dan sedang dirawat inap pada bulan Mei 2009- Juni 2009 dengan populasi 110 orang di ruang (Rindu B4) di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan
(diperoleh dari buku rawatan ruang rawat inap rindu B4), pengambilan sample dengan menggunakan metode total sampling, yaitu seluruh populasi menjadi anggota
yang akan diamati (Arikunto, 2006)
Sampel penelitian populasi diperoleh dengan menggunakan rumus : N
n=
1 + N(d²) 110 n=
1 + 110 (0,05²) n= 86,274
N= Jumlah populasi n= Jumlah sampel
Jadi jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 86 orang, dan untuk kelompok reabilitasnya di ruang Rindu B2 berjumlah 10 orang, sedangkan
sampel diambil di ruang Rindu B4 RSUP H.Adam Malik Medan.
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.1. Lokasi penelitian
Penelitian dilaksanakan di ruang Rindu B4 RSUP H Adam Malik Medan. Untuk kelompok sampel diambil di ruang Rindu B4 dan untuk kelompok
pembanding di ruang Rindu B2 RSUP H Adam Malik Medan. RSUP H Adam Malik Medan dipilih sebagai lokais penelitian karena rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit type A rujukan wilayah Sumatera Bagian Utara.
3.2.Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan 15 November-15 Desember 2009.
4. Pertimbangan Etik
Penelitian ini dilaksanakan setelah mendapat rekomendasi dari Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan dan ijin dari Rumah Sakit Umum
Haji Adam Malik Medan, setelah mendapat ijin dari kepala ruangan, kemudian peneliti menuju ke responden. Peneliti memulai pengumpulan data dengan
memberikan lembar persetujuan kepada responden yang akan diteliti. Sebelum mengisi responden dijelaskan maksud dan tujuan, manfaat, efek serta prosedur penelitian. selanjutnya peneliti menanyakan kesediaan menjadi responden, jika para
maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-haknya. Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan nama orangtua dalam
pengumpulan data tetapi dengan memberi kode pada masing-masing lembaran tersebut, kerahasiaan informasi orangtua dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok tertentu saja yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.
5. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang
dikembangkan berdasarkan kerangka penelitian yang disusun (Notoatmodjo, 2005). Instrumen ini terbagi dari dua bagian. Bagian pertama adalah berisi data demografi yang terdiri dari umur orang tua, jenis kelamin, pendidikan terakhir, agama, dan
pekerjaan. Bagian kedua dari instrument ini adalah pertanyaan terhadap kepuasan orangtua terhadap atraumatic care selama anak mengalami hospitalisasi di Rumah
Sakit Haji Adam Malik Medan. Kuesioner ini menggunakan skala likert dan berisi pertanyaan dengan jawaban sangat puas, puas, tidak puas dan sangat tidak puas. Jika responden menjawab dengan sangat puas maka diberi nilai 3, responden menjawab
dengan puas diberi nilai 2, responden menjawab dengan tidak puas diberi nilai 1, dan apabila responden menjawab dengan sangat tidak puas diberi nilai 0. Pertanyaan
terdiri dari 30 pertanyaan yang terdiri dari 10 pertanyaan yang mewakili mencegah atau meminimalkan perpisahan anak dari orangtua (no 1-10), 10 pertanyaan mewakili meningkatkan kontrol diri (no 11-21), dan 10 pertanyaan mewakili mencegah atau
diterima dalam atraumatic care. Menurut Sudjana (1992), untuk menghitung jumlah total skore digunakan rumus statistik :
Rentang
P = ______________ Banyak kelas
Dimana P merupakan panjang kelas dengan nilai tertinggi dikurang nilai terendah
sehingga didapat nilai rentang kelas dan banyak kelas adalah 4. Dari hasil perhitungan, maka rentang kepuasan orangtua terhadap tindakan atraumatic care
selama anak mengalami hospitalisasi menurut skala ordinal (Arikunto, 2006) untuk kategori : sangat puas nilainya (71-90), puas nilainya (47-70), tidak puas nilainya (24-46), dan sangat tidak puas nilainya (0-23).
6. Pengumpulan Data
Prosedur yang dilakukan dalam pengumpulan data, yaitu mengajukan
permohonan ijin kepada dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan, kemudian mengajukan permohonan ijin kepada direktur RSUP H Adam Malik Medan, setelah mendapat ijin dari direktur RSUP H Adam Malik Medan
melalui Badan Diklat dan Litbang peneliti menuju ruangan, dari Kepala Ruangan selanjutnya dilaksanakan pengumpulan data peneliti.
Peneliti menentukan kelompok perbandingan di ruang rawat Rindu B2 dan kelompok sampel di ruang Rindu B4. Peneliti juga menentukan responden sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan peneliti. Kemudian menjelaskan kepada calon
mengisi pernyataan yang telah disiapkan oleh peneliti. Pernyataan yang telah disiapkan berisi 30 buah pernyataan tentang kepuasan orangtua terhadap atraumatic care selama anak mengalami hospitalisasi di RSUP H Adam Malik Medan, jadi
jumlah seluruh data responden selama 15 November- 15 Desember 2009.
7. Analisa Data
Setelah data terkumpul, dilakukan pengolahan data dengan perhitungan statistik deskriptif. Data dianalisa dengan cara diperiksa terlebih dahulu atau editing,
yaitu dengan memeriksa dan meneliti apakah semua data telah terkumpul dan seluruh pertanyaan telah diisi oleh responden , setelah itu skoring, data yang telah terkumpul dihitung jumlahnya dengan memberikan skor yang telah ditentukan.
Kemudian dilanjut dengan coding, memberikan kode pada aspek-aspek variabel penelitian agar memudahkan dalam penghitungan setiap variabel. Setelah itu
tabulating, data yang telah diperiksa dimasukkan ke dalam bentuk table distribusi
selanjutnya dilakukan persentase dari setiap kategori penilaian.
8. Uji Validitas
Uji validitas adalah suatu instrumen akan dikatakan valid bila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang
diteliti secara tepat. Untuk mengetahui validitas kuesioner kepuasan orangtua terhadap atraumatic care selama anak mengalami hospitalisasi, peneliti menggunakan tehnik content validity yang membuktikan instrumen lebih sahih yang akan dilakukan
menggambarkan sejauh mana instrumen mampu mengukur apa yang akan diukur. Validitas instrumen penelitian diuji oleh Ibu Liberta L.Toruan, Skp, M.Kep dengan
nilai CVI = 0,833.
9. Uji Reabilitas
Reabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat
dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas bila dilakukan pengukuran dua kali
atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoadmodjo, 2005).
Uji reabilitas telah dilakukan kepada 10 orang subjek yang sesuai dengan
kriteria yang ditentukan sebagai subjek studi, yaitu ruang Rindu B2 RSUP H Adam Malik Medan pada 15 November 2009 – 15 Desember 2009 sehingga diperoleh hasil
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian
Pada bab ini diuraikan hasil penelitian setelah pengumpulan data dilakukan
sejak tanggal 15 November 2009 – 15 Desember 2009 di RSUP H. Adam Malik Medan. Jumlah sampel yang digunakan peneliti adalah sebanyak 86 responden. Hasil
penelitian ini untuk mengetahui kepuasan orangtua terhadap atraumatic care selama anak mengalami hospitalisasi di RSUP H.Adam Malik Medan tahun 2009.
Hasil penelitian ini dibagi dalam 2 bagian yaitu karakteristik responden dan
kepuasan orangtua terhadap atraumatic care selama anak mengalami hospitalisasi di RSUP H. Adam Malik Medan.
1. 1. Karakterisitk responden
Berdasarkan usia, responden terbanyak berada dalam kelompok usia 31-40 tahun yaitu sebanyak 33 responden (33,4%), dengan usia termuda adalah 20 tahun
dan usia tertua adalah 55 tahun, sedangkan jenis kelamin yang terbanyak adalah perempuan sebanyak 47 responden (54,7%) diikuti dengan jenis kelamin laki-laki
sebanyak 39 responden (45,3%), sedangkan pendidikan responden yang terbanyak adalah SMA dengan jumlah 31 (36%), SMP 29 responden (33,7%), SD sebanyak 23 responden (26,7%), dan yang berpendidikan Perguruan Tinggi sebanyak 3 responden
Untuk kelompok jenis pekerjaan yang terbanyak adalah responden tidak mempunyai pekerjaan tetap atau disebut dengan dan lain-lain sebanyak 43 responden
(50%), wiraswasta sebanyak 22 (25,6%), petani 17 responden (19,8%), pegawai swasta sebanyak 3 responden (3,5%), dan PNS sebanyak 1 responden (1,2%), dan untuk kelompok jaminan pasien terbanyak adalah jamkesmas sebanyak 81 (94,2%).
Tabel 1.1. Data demografi responden
Karakteristik Frekuensi Persentase Umur
- Perguruan tinggi
Tabel 1.2. Distribusi frekuensi dan persentase kepuasan orangtua terhadap atraumatic
Dari tabel di atas dapat dilihat dan disimpulkan adanya kriteria kepuasan dan
ketidakpuasan pasien, maka dari keseluruhan responden yang berjumlah 86 orang, sejumlah 77 responden (89%) menjawab mendapat kepuasan dari setiap pernyataan
2. Pembahasan
Dalam pembahasan ini peneliti mencoba menjawab pertanyaan penelitian
yaitu bagaimana kepuasan orangtua terhadap atraumatic care selama anak mengalami hospitalisasi di rumah sakit umum pusat Haji Adam Malik Medan.
2.1 Mencegah atau meminimalkan perpisahan anak dengan orangtua
Darbyshire (1994) dalam Wong (2003) mengatakan, orangtua akan selalu berada diluar rumah sakit dan meninggalkan anaknya yang sakit dan orangtua akan
meminta perawat untuk menjaga anak mereka. Tindakan ini telah membuat orangtua merasa bahwa orangtua ikut menjaga anaknya walaupun melalui perantara perawat oleh sebab itu perawat harus memahami kegiatan rutin anak setiap hari, mengenal
kesukaan makanan anak, dan pemberian perawatan yang paripurna (Wong, 2003), sehingga perpisahan dengan orangtua akan dapat diminimalkan seperti yang dijawab
orangtua melalui kuesioner.
Orangtua merasa cemas dan khawatir terhadap mencegah atau meminimalkan perpisahan anak dengan orangtua seperti perawat tidak membantu atau perawat
tidak menangani anak mereka dengan segera, orangtua tidak ikut dilibatkan dalam perawatan anak, perawat tidak memberitahu peraturan rumah sakit, perawat tidak
memberi ijin anak untuk membawa barang permainannya, perawat tidak mengontrol anak mereka semasa dalam perawatan, perawat tidak memberi ijin anak untuk bermain dengan teman sebaya ataupun semasa dalam perawatan anak merasa bosan
protes yang meliputi anak menangis kuat, menjerit pada orangtua, menolak perhatian dari orang, merasa kecewa yang diungkapkan dalam bentuk seperti anak tidak aktif
dan kurang melakukan aktifitas, tidak mau makan dan bermain, juga menghindar dari orang sehingga proses hospitalisasi dapat berjalan sesuai dengan prosedur yang diinginkan baik dari pihak orangtua tetapi juga dari pihak perawat. Apabila proses ini
dapat berlangsung dengan baik, dapat mempersingkat proses penyembuhan dan anak tidak merasa berpisah dari orangtua.
Data menunjukkan 77 responden (89%) puas terhadap atraumatic care
terutama dalam hal dimensi mencegah atau meminimalkan perpisahan anak dengan orangtua. Hal ini dapat terlaksana apabila adanya kerjasama antara perawat yang
merawat dan orangtua yang selalu mendampingi dengan tidak mengenyampingkan pendekatan perawat pada anak yang dibantu oleh orangtua selama orangtua tidak
selalu ada mendampingi anak dihospitalisasi.
2.2 Meningkatkan kontrol diri
Rasa kehilangan kontrol diri dapat berasal dari perpisahan dengan orangtua,
tekanan jiwa, perubahan dalam kegiatan sehari-hari, tidak ada rasa kebebasan, pikiran-pikiran yang menakutkan, ataupun tidak ada mobilisasi selama dalam
perawatan (Wong, 2003). Walaupun hal-hal tersebut tidak bisa dihindari, tapi setidaknya dapat dikurangi selama anak dalam perawatan. Wong (2003) menyebutkan kehilangan kontrol juga disebabkan oleh perasaan tertekan atas adanya
kebebasan dalam hal seperti, memakai baju kesukaan, memilih makanan kesukaan, kumpul dengan teman-teman, dan melanjutkan sekolah.
Adapun hal-hal yang dapat meningkatkan kontrol diri dapat dilihat dari dimensi kuesioner yang diberikan kepada responden, Data menunjukkan 79 responden (92%) puas terhadap perawat memberi pujian pada anak ketika mau
bekerjasama dalam melakukan tindakan perawatan, perawat berusaha melakukan pendekatan pada anak, mengijinkan bermain dengan barang kesukaannya, perawat
selalu berusaha mendengar setiap keluhan, perawat selalu menenangkan orangtua ketika cemas akan penyakit anak, pelayanan yang diberikan perawat membuat orangtua merasa tenang dan nyaman, perawat merespon keluhan yang diajukan anak,
perawat memberi ijin pada anak untuk memilih makanan yang disukai atau membawa dari rumah, perawat memberi ijin pada orangtua untuk membawa anaknya berjalan
diseputar rumah sakit ketika anak meraa bosan. Berkurangnya tingkat kontrol diri akan mempengaruhi persepsi dan kemampuan koping anak, ini dapat terjadi apabila perawat tidak mendengar atau merespon setiap keluhan yang disampaikan oleh anak,
karena setiap kebutuhan anak akan berbeda pada setiap tingkat usia sehingga membutuhkan perhatian dari perawat dan juga orangtua dalam mengontrol tekanan
fisik dan mental.
2.3 Mencegah atau meminimalkan cedera tubuh
Selama anak dalam masa hospitalisasi, anak akan merasa cemas dan takut
dengan mengurangi rasa takut. Rasa takut anak tersebut dapat disebabkan oleh adanya beberapa faktor, misalnya alat rongent, penggunaan dari alat-alat kedokteran
yang tentunya asing dan belum pernah terlihat, ruangan yang tidak mendukung, dan pembedahan (wong, 2003).
Berdasarkan data dari hasil penelitian yang dilakukan, terdapat 74 responden
(86%) puas terhadap mencegah atau meminimalkan cedera tubuh pada anak, ini dapat dilihat dari dimensi pernyataan seperti, persetujuan tindakan perawatan telah
mendapat persetujuan dari orangtua, prosedur tindakan perawatan telah dijelaskan pada orangtua, perawat mempunyai sikap terampil dalam melakukan tindakan perawatan, perawat mengatakan pada anak apakah prosedur tindakan perawatan
membuat anak kesakitan, perawat bekerja dengan hati-hati dan teliti, perawat mengatakan pada anak apakah tindakan yang diberikan tela membuat anak merasa
nyaman, perawat memasang alat pengaman infus agar tidak terjadi pemasangan ulang, perawat memasang pagar tempat tidur agar anak tidak terjatuh, perawat menyarankan orangtua agar menjauhkan benda-benda tajam agar tidak menimbulkan
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
Penelitian yang dilakukan mengenai kepuasan orangtua terhadap tindakan atraumatic care selama anak mengalami hospitalisasi di RSUP H.Adam Malik
Medan, menghasilkan kesimpulan dan saran sebagai berikut : 1. Kesimpulan
Hasil penelitian dari jawaban yang diperoleh melalui kuesioner menunjukkan bahwa orangtua sebagai responden mengaku mendapat kepuasan dari pelayanan perawat terhadap atraumatic care, seperti dimaksud dalam variabel mencegah atau
meminimalkan perpisahan anak dengan orangtua, meningkatkan kontrol diri, mencegah atau meminimalkan cedera tubuh, dan dituangkan dalam bentuk
pernyataan, seperti perawat segera menangani anak ketika tiba di rumah sakit, orangtua ikut dilibatkan dalam perawatan anak, perawat membantu anak beradaptasi dengan lingkungan rumah sakit, perawat memberitahukan hal-hal peraturan rumah
sakit, perawat mengijinkan anak untuk membawa barang kesukaannya, orangtua diijinkan tinggal dalam satu ruangan, perawat mengontrol anak selama dalam
perawatan, ijinkan anak bermain dengan teman sebayanya, perawat mendampingi anak ketika diminta, tidak memadamkan lampu ruang perawatan, memberi pujian pada anak, perawat berusaha melakukan pendekatan pada anak, mengijinkan anak
rasa nyaman pada orangtua, merespon keluhan, memberi ijin membawa makanan dari rumah, adanya kerjasama perawat dan anak ketika melakukan tindakan, memberi ijin
anak bermain di luar ruangan keetika anak merasa bosan, ketika melakukan tindakan perawat meminta ijin pada orangtua dan menjelaskannya, perawat terampil, selalu menanyakan anak ketika tindakan terasa menyakitkan, perawat selalu hati-hati ketika
melakukan tindakan, dan memasang alat pengaman pada setiap melakukan tindakan perawatan misal pemasangan infus.
Orangtua mendapat kepuasan terhadap atraumatic care, pada dimensi mencegah atau meminimalkan perpisahan anak dengan orangtua adalah 77 responden (89%), pada dimensi meningkatkan kontrol diri 79 (92%) responden menyatakan
puas, dan pada dimensi mencegah atau meminimalkan cedera tubuh, ada 74 responden (86%) responden merasa puas. Dari keseluruhan responden terhadap 3
variabel yang dijawab dan mendapat kepuasan orangtua terhadap atraumatic care
selama anak mengalami hospitalisasi adalah ada 77 responden (89%), dan sebanyak 9 responden (11%) merasa tidak mendapat kepuasan.
2. Saran
2.1. Bagi praktek keperawatan
Penelitian ini menyangkut atraumatic care sehingga peneliti sebagai perawat dapat memanfaatkan pengetahuan yang didapat dengan mengaplikasikannya di lingkungan pekerjaan sehingga tidak anak sebagai pasien tidak merasa cemas, takut,
cara pemasangan infus, pemasangan verban pada pasien trauma, pelatihan kepribadian, dimana kepribadian perawat menentukan dalam hal penerimaan pasien
sebagai manusia seperti dirinya, bagaimana kita berbicara pada anak sebagai pasien karena anak adalah makhluk unik yang tentu saja berbeda dengan orang dewasa, juga dengan tidak mengenyampingkan konsep-konsep pelayanan perawatan anak
khususnya atraumatic care. Dengan penelitian ini diharapkan perawat dapat mengaplikasikannya dalam lahan praktek.
2.2. Bagi peneliti selanjutnya
Berdasarkan hasil penelitian disarankan untuk melakukan penelitian lebih mendalam lagi terhadap atraumatic care di tempat yang berbeda atau di rumah sakit
kabupaten ataupun bukan daerah perkotaan untuk melihat perbedaan terhadap pelayanan atraumatic care yang diberikan perawat.
3.3. Bagi peneliti sendiri
Dalam pengembangan penelitian selanjutnya diharapkan dan disarankan pada pernyataan kuesioner dibuat pernyataan negatif dan responden diperbanyak untuk
melihat perbedaan kepuasan orangtua terhadap atraumatic care selama anak mengalami hospitalisasi, dan melakukan penelitian lebih teliti dan lebih baik lagi
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta, Rineka Cipta
Arikunto, S. (2005). Manajemen Penelitian, Edisi Revisi, Jakarta, PT Rineka Cipta Endif (2009), Falsafah Keperawatan Anak, diambil tanggal 22 April 2009 dari
Hidayat, A.A. (2007) Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah, Salemba Medika, Jakarta
Hidayat, A.A. (2005), Pengantar Ilmu Keperawatan, Jakarta, Salemba Medika
Supartini Y, (2009), Konsep Dasar Keperawatan Anak, diambil tanggal 17 maret 2009 dari
Sofyan (2009), Hubungan Quality Assurance dengan Kepuasan Pasien Rumah Sakit.
diambil tanggal 2 April 2009 dari Muningjaya, (2004), Manajemen Kesehatan, Jakarta, EGC
Notoatmojo, S. (2005), Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta, Rineka Cipta
Nursalam, (2008), Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Jakarta, Salemba Medika
Nursalam, (2007), Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak, Jakarta, Salemba Medika Pohan Imbalo, S. (2002), Jaminan Mutu Layanan Kesehatan, Jakarta, EGC
Wahyuni S.A, (tidak ada), Statisitka Kedokteran, Bamboedoea Communication, Jakarta
Satroasmoro, S,dkk.(2002), Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, Jakarta, Sagung Seto
Susan F.A (1998), Pediatric Nursing- Operatinalizing Donna Wong’s principle of
Sudjana, (2005), Metoda Statitiska, Bandung, Penerbitan Tarsito
Supartini, (2004) Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak, Jakarta, EGC Wong, L. Donna (2003), Wong’s Nursing Care of Infant and Children, St.Louis
Tabel 1.3. Lampiran Distribusi frekuensi Kepuasan orangtua terhadap atraumatic perpisahan anak dengan orangtua
Ketika tiba di rumah sakit, perawat segera menangani anak anda
19
2 Orangtua ikut dilibatkan dalam perawatan anak
3 Perawat membantu anak saya dalam beradaptasi dengan dengan ruang perawatan di rumah sakit
14
4 Perawat memberitahukan peraturan ruang perawatan tentang hal-hal yang harus dipatuhi
5 Perawat mengijinkan saya membawa barang-barang kesukaan anak saya selama dirawat
6 Perawat mengijinkan saya untuk tinggal dalam satu ruangan
27
7 Perawat mengontrol perawatan anak saya selama anak saya dirawat dalam ruang perawatan
8 Perawat mengijinkan anak saya bermain selama tidak membahayakan kondisi penyakitnya dan dalam pengawasan saya
9 Ketika anak saya sendiri dalam ruang perawatan dan butuh pendamping, perawat bersedia mendampingi
10 Saat menjelang tidur malam anak saya meminta pada perawat agar tidak memadamkan lampu karena anak saya takut kegelapan
12 Perawat berusaha melakukan pendekatan pada anak saya dengan cara membujuk sebelum dilakukan tindakan perawatan
13 Perawat mengijinkan anak saya bermain dengan barang kesayangannya selama dalam pengawasan orangtua dan perawat
14 Perawat berusaha mendengar setiap keluhan anak saya atas penyakit yang dideritanya
15 Perawat berusaha menenangkan saya ketika saya cemas tentang penyakit anak saya
16 Pelayanan yang diberikan perawat membuat keluhan saya semakin berkurang dan saya merasa nyaman
21
17 Perawat merespon setiap keluhan yang diajukan anak saya
18 Perawat memberi ijin kepada saya untuk memilih makanan yang disukai atau membawa makanan dari rumah sendiri
19 Ketika tindakan perawatan dilakukan, ada kerja sama antara perawat dan anak saya
20 Ketika anak saya merasa bosan di dalam ruang perawatan, perawat memberi ijin kepada saya untuk membawa anak saya berjalan di seputar taman rumah sakit
19
Prosedur tindakan perawatan telah mendapat persetujuan anda sebagai orangtua
22 Prosedur tindakan perawatan telah dijelaskan perawat kepada anda sebagai orangtua
23 Perawat mempunyai sikap terampil ketika melakukan tindakan perawatan
24 Perawat senantiasa mengatakan pada anak saya apakah prosedur tindakan membuat anak saya kesakitan
14
25 Dalam melakukan tindakan perawatan, perawat bekerja dengan hati-hati dan teliti
26 Setelah melakukan tindakan
perawatan, perawat mengatakan pada anak saya apakah sudah merasa nyaman
27 Perawat memasang alat pengaman infus pada tempat pemasangan infus agar tidak terjadi pemasangan ulang
17
28 Perawat memasang pagar tempat tidudr agar anak saya tidak terjatuh karena anak saya kelihatannya sangat suka bergerak/hiperaktif
29 Perawat menyarankan pada saya agar menjauhkan benda-benda tajam dari anak saya agar terhindar timbulnya cedera
FREQUENCIES
VARIABLES=Umur_Bapak_Ibu Jenis_kelamin Pendidikan_terakhir Pekerjaan Status_jaminan_pasien
Bapak/Ibu Jenis kelamin
Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid PNS 1 1,2 1,2 1,2
Pegawai Swasta 3 3,5 3,5 4,7
Wiraswasta 22 25,6 25,6 30,2
Petani 17 19,8 19,8 50,0
Dan lain-lain 43 50,0 50,0 100,0
Total 86 100,0 100,0
Status jaminan pasien
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid ASKES 1 1,2 1,2 1,2
Umum 2 2,3 2,3 3,5
Jamsostek 1 1,2 1,2 4,7
Perusahaan 1 1,2 1,2 5,8
Jamkesmas 81 94,2 94,2 100,0
SURAT KETERANGAN UJI VALIDITAS
Judul : Kepuasan Orangtua Terhadap Tindakan Atraumatic Care
Selama Anak Mengalami Hospitalisasi di RSUP H.AdamMalik Medan
Nama Mahasiswa : Adillah Budyasa
NIM : 081121056
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Tahun : 2008
Telah memenuhi syarat dan telah melakukan validitas instrumen kuesioner sejumlah 30 butir pernyataan, pengujian instrumen kuesioner oleh Ibu Liberta L.Toruan, S.Kp. M.Kep.
Medan, November 2009
... ( Liberta L.Toruan, S.Kp, M.Kep)
1.4. Tabel Nilai Validitas N
O
PERNYATAAN NILAI
0,5 0,6 0.7 0,8 0,9 1 Ketika tiba di rumah sakit, perawat segera
menangani anak saya
√
2 Orangtua ikut dilibatkan dalam perawatan anak √ 3 Perawat membantu anak saya untuk
beradaptasi dengan ruangan perawatan di rumah sakit
√
4 Perawat memberitahukan peraturan ruang perawatan tentang hal-hal yang harus dipatuhi
√
5 Perawat mengijinkan saya membawa barang-barang kesukaan anak saya selama dirawat
√
6 Perawat mengijinkan saya untuk tinggal dalam satu ruangan
√
7 Perawat mengontrol perawatan anak saya selama anak saya dirawat dalam ruang perawatan
√
8 Perawat mengijinkan anak saya bermain selama tidak membahayakan kondisi penyakitnya dan dalam pengawasan saya
√
9 Ketika anak saya sendiri dalam ruang perawatan dan butuh pendamping, perawat bersedia mendampingi
√
10 Saat menjelang tidur malam, anak saya
meminta pada perawat agar tidak memadamkan lampu karena anak saya takut kegelapan
√
11 Perawat memberi pujian pada anak saya ketika mau bekerjasama saat dilakukan tindakan perawatan
√
12 Perawat berusaha melakukan pendekatan pada anak saya dengan cara membujuk sebelum dilakukan tindakan perawatn
√
13 Perawat mengijinkan anak saya bermain dengan barang kesayangannya selama dalam pengawasan orangtua dan perawat
√
14 Perawat berusaha mendengar setiap keluhan anak saya atas penyakit yang dideritanya
√
15 Perawat berusaha menenangkan saya ketika saya cemas tentang penyakit anak saya