• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kepuasan Orangtua Terhadap Atraumatic Care Selama Mengalami Hospitalisasi di RSUP H. Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kepuasan Orangtua Terhadap Atraumatic Care Selama Mengalami Hospitalisasi di RSUP H. Adam Malik Medan"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

KEPUASAN ORANGTUA TERHADAP

ATRAUMATIC CARE

SELAMA ANAK MENGALAMI HOSPITALISASI

DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

SKRIPSI

Oleh

Adillah Budyasa 081121056

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Judul : Kepuasan Orangtua Terhadap Atraumatic Care Selama Mengalami Hospitalisasi di RSUP H. Adam Malik Medan Nama Mahasiswa : Adillah Budyasa

NIM : 081121056

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2009

Tanggal lulus : 6 Januari 2009

Pembimbing, Penguji I

Reni Asmara Ariga, S.Kp, MARS Nur Asnah Sitohang, S.Kep, M.Kep Nip : 19750220 2001122001 Nip : 19740505 2002122001

Penguji II

Liberta L.Toruan, S.Kp, M.Kep Nip : 19690816 1997032002

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara telah Menyetujui Skripsi ini sebagai bagian dari persyaratan kelulusan Sarjana keperawatan (S.Kep)

Medan, Januari 2010 Pembantu Dekan I,

Erniyati, S.Kp, MNS

(3)

PRAKATA

Puji dan syukur Penulis ucapkan Kehadirat Allah SWT atas segala berkah dan

rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Kepuasan Orangtua Terhadap Atraumatic care Selama Anak Mengalami Hospitalisasi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

Penulis menyadari sepenuhnya dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan-kekurangan di dalamnya, baik dalam materi maupun dalam penulisan.

Namun besar harapan penulis kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Reni Asmara Ariga, S.Kp, MARS selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan

waktunya untuk memberikan pengarahan dan bimbingan kepada saya dengan penuh kesabaran dalam penyelesaian skripsi ini.

Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ijin penelitian ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh Staf Pengajar di Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.

(4)

penelitian, dan juga saya ucapkan banyak terima kasih kepada Wa.Ka Instalasi Rindu B RSUP H. Adam Malik Medan dan staf instalasi yang telah memberikan ijin

peneltian/bantuan di ruang Instalasi Rindu B.

Secara khusus penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada kedua orangtua yang telah banyak memberikan dukungan bagi penulis, adik-adik, dan seluruh

keluarga.

Buat teman-teman di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara,

khususnya Nurainun, Rosmauli, Mu’is, Jackson, Eni, Rispa, Lisa atas dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Selanjutnya teman-teman angkatan 2008 yang tak dapat disebutkan satu persatu, saya ucapkan terima kasih.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini jauh dari sempurna, untuk itu diharapkan kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan skripsi ini.

Penulis,

(5)

DAFTAR ISI

Halaman Judul...………... i

Halaman Pengesahan ………...ii

Prakata...………...iii

BAB 2. TINJAUAN TEORITIS 1. Kepuasan Pelayanan……….……….…………...8

1.1. Definisi……….…………...8

1.2. Teori Kepuasan...8

2. Hospitalisasi………..……….…………...11

2.1. Definisi………...11

2.2. Reaksi Anak Terhadap Hospitalisasi………….………...13

(6)

BAB 3. KERANGKA PENELITIAN…..………..……….………...25

1. Kerangka Konsep……….……...…25

2.Definisi Operasional………...….………...26

BAB.4 METODE PENELITIAN………..….………...27

Desain Penelitian……….……….…...…….……27

Populasi dan Sampel………….………..……….….……...27

Lokasi dan Waktu Penelitian...……….……...…28

3.1.Lokasi Penelitian...28

3.2.Waktu Penelitian………...………...…...….…………...28

4. Pertimbangan Etik………...………...……...28

5. Instrumen Penelitian...………..………...……...29

6. Pengumpulan Data…………...…………...………...30

7. Analisa Data…...………...31

8. Uji Validitas dan Reliabilitas...31

BAB 5 . HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian...33

2. Pembahasan...36

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan...42

2. Saran...43

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

1. Lembar inform consent 2. Jadwal Tentatif Penelitian 3. Taksasi Dana

4. Instrumen Penelitian

5. Surat pernyataan uji validitas

6. Hasil Uji Reabilitas Instrumen Penelitian 7. Daftar Riwayat Hidup

8. Surat Pernyataan Ijin Penelitian dari Fakultas Keperawatan USU Medan 9. Surat Ijin Penelitian dari RSUP H. Adam Malik Medan

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Data demografi responden...34 Tabel 1.2. Lampiran distribusi frekuensi kepuasan dan ketidakpuasan responden terhadap atraumatic care selama anak mengalami hospitalisasi...35

Tabel 1.3. Lampiran distribusi jawaban responden ...56 Tabel 1.4. Lampiran hasil validasi pernyataan...63

(8)

Daftar Skema

(9)

Judul : Kepuasan Orangtua Terhadap Atraumatic Care

Selama Anak Mengalami Hospitalisasi di RSUP H.AdamMalik Medan

Nama Mahasiswa : Adillah Budyasa

NIM : 081121056

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2008

Abstrak

Hospitalisasi bagi anak dan keluarga adalah suatu pengalaman yang mengancam dan stressor, keduanya dapat menimbulkan krisis bagi anak dan keluarga. Umumnya orangtua yang anaknya mengalami hospitalisasi akan bersikap penolakan, ketidakpercayaan akan penyakit anaknya, marah, dan rasa bersalah karena tidak mampu merawat anaknya, rasa takut,cemas,frustasi, dan depresi. Di samping masalah hospitalisasi juga timbul sikap kepuasan dalam menerima pelayanan dari setiap tindakan perawatan yang diberikan pada anak, pelayanan yang diberikan dapat berupa

atraumatic care atau perawatan yang tidak menimbulkan trauma pada anak.

Atraumatic care mempunyai tujuan mencegah atau menimbulkan perpisahan anak dari orangtua, meningkatkan kontrol diri, dan mencegah atau meminimalkan cedera tubuh. Sikap pelayanan yang diberikan perawat berupa atraumatic care pada anak menimbulkan sikap kepuasan orangtua yang merawat dan menjaga anak selama anak mengalami hospitalisasi. Sikap kepuasan orangtua dapat diwujudkan dalam bentuk penilaian sangat puas, puas, tidak puas, dan sangat tidak puas.

Desain penelitian ini yang digunakan adalah deskriptif dengan jumlah sampel sebesar 86 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari data demografi dan pernyataan berjumlah 30 buah pernyataan.

Hasil penelitian Kepuasan Orangtua Terhadap Atraumatic care Selama Anak Mengalami Hospitalisasi di RSUP H.Adam Malik Medan, menunjukkan pencapaian kepuasan hingga 89%. Dari pencapaian nilai tersebut maka dapat disimpulkan kepuasan orangtua terhadap atraumatic care selama anak mengalami hospitalisasi adalah orangtua mendapat kepuasan terhadap atraumatic care.

(10)

Judul : Kepuasan Orangtua Terhadap Atraumatic Care

Selama Anak Mengalami Hospitalisasi di RSUP H.AdamMalik Medan

Nama Mahasiswa : Adillah Budyasa

NIM : 081121056

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2008

Abstrak

Hospitalisasi bagi anak dan keluarga adalah suatu pengalaman yang mengancam dan stressor, keduanya dapat menimbulkan krisis bagi anak dan keluarga. Umumnya orangtua yang anaknya mengalami hospitalisasi akan bersikap penolakan, ketidakpercayaan akan penyakit anaknya, marah, dan rasa bersalah karena tidak mampu merawat anaknya, rasa takut,cemas,frustasi, dan depresi. Di samping masalah hospitalisasi juga timbul sikap kepuasan dalam menerima pelayanan dari setiap tindakan perawatan yang diberikan pada anak, pelayanan yang diberikan dapat berupa

atraumatic care atau perawatan yang tidak menimbulkan trauma pada anak.

Atraumatic care mempunyai tujuan mencegah atau menimbulkan perpisahan anak dari orangtua, meningkatkan kontrol diri, dan mencegah atau meminimalkan cedera tubuh. Sikap pelayanan yang diberikan perawat berupa atraumatic care pada anak menimbulkan sikap kepuasan orangtua yang merawat dan menjaga anak selama anak mengalami hospitalisasi. Sikap kepuasan orangtua dapat diwujudkan dalam bentuk penilaian sangat puas, puas, tidak puas, dan sangat tidak puas.

Desain penelitian ini yang digunakan adalah deskriptif dengan jumlah sampel sebesar 86 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari data demografi dan pernyataan berjumlah 30 buah pernyataan.

Hasil penelitian Kepuasan Orangtua Terhadap Atraumatic care Selama Anak Mengalami Hospitalisasi di RSUP H.Adam Malik Medan, menunjukkan pencapaian kepuasan hingga 89%. Dari pencapaian nilai tersebut maka dapat disimpulkan kepuasan orangtua terhadap atraumatic care selama anak mengalami hospitalisasi adalah orangtua mendapat kepuasan terhadap atraumatic care.

(11)

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Perawatan anak telah mengalami pergeseran yang sangat mendasar, anak sebagai

klien tidak lagi dipandang sebagai miniatur orang dewasa, melainkan sebagai makhluk unik yang memiliki kebutuhan spesifik dan berbeda dengan orang dewasa

(Supartini, 2009). Walaupun telah dilakukan pelatihan yang baik dan diterapkan dalam perawatan anak, kebanyakan apa yang dilakukan dalam penyembuhan penyakit dan memperpanjang hidup menimbulkan trauma, nyeri, kecewa, dan

ketakutan. Sangat disayangkan, dalam mengurangi trauma karena intervensi medis tidak dibarengi dengan kemampuan teknologi (Wong, 2005). Demikian juga keluarga

tidak lagi dipandang sebagai pengunjung anak yang sakit, melainkan sebagai mitra perawat dalam menentukan kebutuhan anak dan pemenuhannya dalam bentuk pelayanan yang berpusat pada keluarga (Supartini, 2009).

Hospitalisasi bagi keluarga dan anak dapat dianggap sebagai pengalaman yang mengancam dan stressor, keduanya dapat menimbulkan krisis bagi anak dan

keluarga. Bagi anak hal ini mungkin terjadi karena anak tidak memahami mengapa anak dirawat, dan terluka, stress dengan adanya perubahan akan status kesehatan, lingkungan, dan kebiasaan sehari-hari. Juga keterlambatan mekanisme koping. Jika

(12)

anaknya mengalami hospitalisasi akan bersikap penolakan, ketidak percayaan akan penyakit anaknya, marah dan rasa bersalah karena tidak mampu merawat anaknya,

rasa takut, cemas, dan frustasi, juga hal tentang prosedur tindakan medis dan ketidaktahuan, depresi yang berhubungan dengan merasa lelah fisik dan mental, khawatir memikirkan anaknya yang lain di rumah, efek samping pengobatan dan

biaya pengobatan.

Disamping masalah hospitalisasi juga timbul sikap kepuasan dalam menerima

pelayanan dari setiap tindakan yang diberikan kepada anak. Pada umumnya indikator yang sering dapat digunakan adalah keluhan pasien, kritik dalam surat pembaca, pengaduan malpraktek, laporan dari staf medik dan perawatan dan lain-lainnya

(Sofian, 2009). Menurut pendapat Budiastuti (2002) mengemukakan bahwa pasien dalam mengevaluasi kepuasan terhadap jasa pelayanan yang diterima mengacu pada

beberapa faktor, antara lain kualitas produk atau jasa, kualitas pelayanan, faktor emosional, harga, dan juga biaya. Tjiptono (1997) kepuasan pasien ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain kinerja (performance), keandalan (reliability), kesesuaian

dengan spesifikasi (comfomance to specification), daya tahan (durability), service ability, estetika, dan kualitas yang dipersepsikan (perceived quality).

Beberapa kasus yang sering dijumpai peneliti di rumah sakit selama peneliti menjadi petugas perawat adalah peristiwa yang dapat menimbulkan trauma pada anak, seperti cemas, marah, nyeri, menangis karena kesakitan, dan hal tersebut akan

(13)

dampak psikologis dari tindakan keperawatan, seperti memperhatikan dampak tindakan yang diberikan dengan melihat prosedur tindakan atau aspek lain yang

kemungkinan berdampak adanya trauma (Hidayat, 2005).

Studi pendahuluan yang diambil peneliti di ruang Rindu B4, jumlah pasien dari bulan Mei – Juni 2009 adalah 110 pasien (sumber data buku kunjungan rawat inap

ruang Anak Rindu B4 RS HAM bulan Mei-Juni 2009), dengan kriteria anak yang telah lebih dari 2 hari mengalami hospitalisasi, dengan alasan pasien ataupun

orangtua telah beradaptasi dengan lingkungan rumah sakit. Selama orangtua menjaga anak selama hospitalisasi tentu muncul rasa kepuasan dan ketidakpuasan. Ketidakpuasan orangtua itu disebabkan orangtua tidak diberitahukan peraturan yang

ada di rumah sakit, sebagian orangtua mengatakan perawat jarang sekali memberi pujian pada anak ketika selesai melakukan tindakan, perawat tidak pernah

memberitahukan apakah anak boleh membawa barang kesayangan anak ke rumah sakit, ketika anak mendapat tindakan perawatan orang tua jarang diberitahu tentang prosedur tindakan, perawat tidak pernah mengatakan apakah tindakan perawatan

yang diberi membuat anak kesakitan, perawat kurang hati-hati dan teliti dalam melakukan tindakan perawatan dan lain-lain.

Berdasarkan penjelasan di atas, setiap tindakan perawatan yang diberikan kepada anak didukung oleh sikap orangtua dalam menerima perawatan anak dalam bentuk sikap kepuasan pelayanan. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan

(14)

2.Pertanyaan Penelitian

Bagaimana kepuasan orangtua terhadap atraumatic care selama anak

mengalami hospitalisasi di rumah sakit umum pusat Haji Adam Malik Medan?

3.Tujuan Penelitian

3.1. Tujuan Umum

Mengidentifikasi kepuasan orangtua terhadap atraumatic care selama anak mengalami hospitalisasi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

3.2. Tujuan Khusus

Secara khusus dalam penelitian ini untuk mengetahui kepuasan orangtua terhadap atraumatic care selama anak mengalami hospitalisasi, berupa :

- mengidentifikasi tindakan mencegah atau meminimalkan perpisahan anak terhadap orangtua,

- mengidentifikasi peningkatan kontrol anak,

- mengidentifikasi mencegah atau meminimalkan cedera tubuh.

4. Manfaat Penelitian

4.1. Praktek Keperawatan

Penelitian ini dapat digunakan sebagai penerapan terhadap ilmu yang telah

didapat perawat selama pendidikan, bahan masukan tentang pentingnya meningkatkan pengetahuan atraumatic care, dan hubungan kepuasan orangtua terhadap atraumatic care selama anak mengalami hospitalisasi di ruang Anak Rindu

(15)

4.2. Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah pengetahuan

dan sumber data untuk penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan kepuasan orangtua terhadap atraumatic care selama anak mengalami hospitalisasi.

4.3. Bagi Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi tambahan yang berguna bagi pengembangan penelitian keperawatan berikutnya terutama yang

berhubungan dengan kepuasan orangtua terhadap atraumatic care selama anak mengalami hospitalisasi di rumah sakit. Penelitian ini dapat juga digunakan sebagai penerapan terhadap ilmu yang telah didapat perawat selama pendidikan, bahan

masukkan tentang pentingnya meningkatkan pengetahuan atraumatic care, dan hubungan kepuasan orangtua terhadap atraumatic care selama anak mengalami

(16)

BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

Pada bab ini disajikan konsep kepuasan, hospitalisasi, dan atraumatic care..

1.Kepuasan Pelayanan

1.1. Definisi

Kepuasan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah puas, merasa

senang, perihal (hal yang bersifat puas, kesenangan, kelegaan, dan sebagainya). Kotler (1988) kepuasan adalah tingkat kepuasan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dibandingkan dengan harapannya. Nursalam (2003)

juga menyebutkan bahwa kepuasan seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesenangan terhadap aktifitas dari suatu produk dan harapannya. Menurut Philips

Kotler (1997) kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja (atau hasil) suatu produk dengan harapan-harapannya.

1.2. Teori Kepuasan

Abraham Maslow mengemukakan bahwa manusia dimotivasi oleh keinginan

untuk memuaskan sejumlah kebutuhan yang ada dalam dirinya. Teori Maslow ini didasarkan pada tiga asumsi dasar, antara lain bahwa kebutuhan manusia tersusun dalam suatu hirarki, mulai dari hirarki kebutuhan yang paling dasar hingga kebutuhan

(17)

mana hanya kebutuhan yang belum terpuaskan yang dapat menggerakkan perilaku. Kebutuhan yang telah terpuaskan tidak dapat berfungsi sebagai motivator. Asumsi

terakhir adalah bahwa kebutuhan yang paling tinggi berfungsi sebagai motivator apabila kebutuhan yang hirarkinya lebih rendah telah terpenuhi atau terpuaskan secara minimal. Atas dasar asumsi di atas, Maslow membagi kebutuhan dasar

manusia secara berturut-turut, mulai yang paling dasar hingga yang paling tinggi tingkatannya adalah kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial,

kebutuhan penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan fisiologis merupakan hirarki kebutuhan yang paling dasar, yang meliputi kebutuhan untuk dapat hidup, seperti makan, minum, bernafas, tidur, kebutuhan seksual, dan lain

sebagainya. Kebutuhan selanjutnya adalah kebutuhan rasa aman, yang menjadi motivator jika kebutuhan fisiologis telah terpenuhi. Kebutuhan rasa aman ini meliputi

keamanan dan perlindungan dari bahaya kecelakaan, infeksi, trauma, dan termasuk pula jaminan hari tua. Jika kebutuhan fisiologis dan rasa aman telah terpenuhi, akan muncul kebutuhan berikutnya, yaitu kebutuhan sosial. Kebutuhan sosial ini meliputi

kebutuhan persahabatan, kebutuhan kasih sayang, dan kebutuhan interaksi dengan orang lain. Selanjutnya yaitu kebutuhan akan penghargaan atau harga diri, meliputi

kebutuhan untuk dihormati, dihargai atas prestasi yang telah diraihnya. Dan untuk kebutuhan yang paling tinggi hirarkinya dan terakhir adalah kebutuhan aktualisasi diri, kebutuhan ini meliputi kebutuhan untuk menunjukkan

(18)

potensinya makin meningkat, karena orang mengaktualisasikan perilakunya.

Pengukuran kepuasan pasien pada fasilitas layanan kesehatan tidak mudah, karena layanan kesehatan tidak mengalami semua perlakuan yang dialami oleh pasar biasa. Umumnya kepuasan pasien dipelajari melalui survey lapangan. Suatu masalah

dari survey kepuasan pasien adalah bahwa hasilnya akan menimbulkan sedikit perbedaan jika sebagian besar responden menyatakan benar-benar merasa puas.

Faktor penyebabnya adalah responden merasa segan mengemukakan kritik. Dalam layanan kesehatan, pilihan-pilihan yang ekonomis tidak jelas karena pasien tidak mengetahui atau sulit mengetahui apakah layanan kesehatan yang didapatnya optimal

atau tidak. Layanan kesehatan sebagai produsen suatu layanan kesehatan, akan dijumpai suatu rentetan dari struktur dan proses. Proses menyangkut penyelengaraan

layanan kesehatan itu sendiri. Pengumpulan data survey kepuasan pasien dapat dilakukan dengan berbagai cara, tetapi umumnya dilakukan melalui, lingkungan fisik gedung, peralatan, petugas, obat, kebijaksanaan, prosedur, standar, kesinambungan

layanan kesehatan, rujukan tepat, rekam medik akurat, dan lengkap, hasil layanan kesehatan efektif, konsultasi teliti tidak berulang-ulang, biaya layanan kesehatan,

paling efisien karena sesuai standar layanan kesehatan, hubungan antar manusia, saling menghargai dan mempercayai, tepat waktu, nyaman, bersih dan privasi, ramah, menghargai manusia, penuh perhatian, mau mendengarkan, memberi informasi yang

(19)

kesehatan untuk memberi kemudahan pasien, konsistensi terhadap standar layanan kesehatan dan akses fisik, ekonomi/budaya, bahasa, istilah dimengerti pasien.

Kepuasan pelanggan adalah hasil yang dicapai pada saat keistimewaan produk merespon kebutuhan pelanggan. Kepuasan pelanggan di rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain yang berhubungan

dengan pendekatan/perilaku petugas (Suhermin, 2009). Dalam hal ini Muningjaya (2004) menyebutkan juga tentang pemahaman pengguna jasa tentang jenis pelayanan

yang akan diterima pelanggan, seperti empati (sikap perduli) yang ditunjukkan oleh petugas kesehatan, biaya (cost), penampilan fisik/kerapian (tangibility) seperti petugas, kondisi kebersihan dan kenyamanan ruangan, jaminan keamanan

(assurance), dan kecakapan petugas dalam memberikan tanggapan atas keluhan pasien (responsiveness). Penilaian yang diungkapkan pasien dapat berupa sikap

sangat puas, puas, tidak puas, dan sangat tidak puas.

2.Hospitalisasi

2.1. Definisi

Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani

terapi, dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Supartini, 2004). Sakit dan dirawat di rumah sakit merupakan krisis utama yang tampak pada anak. Jika seorang anak dirawat di rumah sakit, maka anak tersebut akan mudah mengalami

(20)

sejumlah keterbatasan dalam mekanismme koping untuk mengatasi masalah maupun kejadian-kejadian yang bersifat menekan. Berbagai perasaan yang sering muncul

pada anak, yaitu cemas, marah, sedih, takut, dan rasa bersalah (Wong, 2000).

Hospitalisasi pada pasien anak dapat menyebabkan kecemasan dan stress pada semua tingkat usia. Penyebab dari kecemasan dipengaruhi oleh banyak faktor, baik

dari petugas (perawat, dokter, dan tenaga medis lainnya), lingkungan baru, maupun keluarga yang mendampinginya. Peran perawat dalam meminimalkan stress akibat

hospitalisasi pada anak dan bayi adalah sangat penting. Perawat perlu memahami konsep stress hospitalisasi dan prinsip-prinsip asuhan keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan. Stress yang utama selama mengalami hospitalisasi

adalah perpisahan, kehilangan kontrol, adanya luka di tubuh, dan rasa sakit. Reaksi setiap anak terhadap krisis ini adalah dipengaruhi oleh perkembangan umur,

pengalaman mereka terhadap penyakit, perpisahan ataupun hospitalisasi, kemampuan koping, keseriusan penyakit, dan tersedianya sistem pendukung. Apabila anak stress selama dalam perawatan, orang tua menjadi stress pula, dan stress orang tua akan

membuat tingkat stress anak semakin meningkat (Supartini, 2000). Terutama pada mereka yang baru pertama kali mengalami perawatan anak di rumah sakit, dan orang

tua yang kurang mendapat dukungan emosi dan sosial dari keluarga, kerabat, bahkan petugas kesehatan akan menunjukkan perasaan cemasnya, dan ketakutan akan kehilangan anaknya. Penelitian lain menunjukkan bahwa pada saat mendengarkan

(21)

2.2. Reaksi anak terhadap hospitalisasi

1. Cemas Karena Perpisahan

Sebagian besar stress yang terjadi pada bayi di usia pertengahan sampai anak periode prasekolah, khususnya anak yang berumur 16 sampai 30 bulan adalah cemas karena perpisahan.

Respon perilaku anak akibat perpisahan dibagi dalam tiga (3) tahap, antara lain seperti tahap protes, observasi yang dilakukan selama masa usia infant adalah

menangis, berteriak, mencari orangtuanya dengan menggunakan matanya, memanggil orangtuanya, menghindar dan menolak berhubungan dengan orang asing. Perilaku tambahan yang diobservasi selama masa todler adalah secara verbal, anak menyerang

dengan rasa marah seperti mengatakan “pergi”, memaksa orangtuanya untuk tetap tinggal. Perilaku ini dapat berlangsung dari beberapa jam hingga beberapa hari.

Perilaku protes tersebut, seperti menangis, akan terus berlanjut dan hanya akan berhenti bila anak merasa kelelahan. Pendekatan dengan orang asing yang tergesa-gesa akan meningkatkan protes. Tahap putus asa, tahap ini, anak tampak tegang,

tangisnya berkurang, tidak aktif, kurang berminat untuk bermain, tidak ada nafsu makan, menarik diri, tidak mau berkomunikasi, sedih, apatis, dan regresi (misalnya,

mengompol, mengisap jempol jari). Pada tahap ini, kondisi anak mengkhawatirkan karena anak menolak untuk makan, minum, atau bergerak. Tahap menolak, pada tahap ini, secara samar-samar anak menerima perpisahan, mulai tertarik dengan apa

(22)

mulai kelihatan gembira, fase ini biasanya terjadi setelah perpisahan yang lama dengan orangtua.

2. Kehilangan Kendali

Balita berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankan otonominya. Hal ini terlihat jelas dalam perilaku mereka dalam hal kemampuan motorik, bermain,

melakukan hubungan interpersonal, melakukan aktivitas hidup sehari-hari (activity of daily living-ADL), dan komunikasi. Balita telah mampu menunjukkan kestabilan

dalam mengendalikan dirinya dengan cara mempertahankan kegiatan-kegiatan rutin seperti tersebut di atas. Akibat sakit dan di rawat di rumah sakit, anak akan kehilangan kebebasan pandangan egosentris dalam mengembangkan otonominya. Hal

ini akan menimbulkan regresi.

3. Luka pada Tubuh dan Rasa Sakit (Rasa Nyeri)

Konsekwensi dari rasa takut dapat dijabarkan secara berbeda, seperti orang dewasa yang memiliki pengalaman lebih banyak dalam hal rasa takut dan nyeri berbeda dengan anak yang berusaha untuk menghindari dari rasa nyeri dalam hal

pengobatan medis.

Reaksi balita terhadap rasa nyeri sama seperti sewaktu masih bayi, namun

jumlah variabel yang mempengaruhi responnya lebih kompleks dan bermacam-macam. Anak akan bereaksi terhadap nyeri dengan menyeringaikan wajah, menangis, mengatupkan gigi, menggigit bibir, membuka mata dengan lebar, atau melakukan

(23)

2.3.Reaksi dan Stressor Keluarga yang Anaknya di hospitalisasi

Hospitalisasi dan krisis dari penyakit anak mempengaruhi setiap keluarga dan

dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Faktor-faktor tersebut dapat terjadi pada keluarga, seperti :

2.3.1. Orangtua

Adapun faktor reaksi dan stressor tersebut dapat berupa tingkat keseriusan penyakit anak, pengalaman sebelumnya terhadap sakit dan dirawat di rumah sakit,

prosedur pengobatan, sistem pendukung yang tersedia, kekuatan ego individu, kemampuan dalam penggunaan koping, dukungan dari keluarga, kebudayaan dan kepercayaan, komunikasi dalam keluarga, seperti penolakan/ketidakpercayaan, marah

atau merasa bersalah, ketakutan, kecemasan, dan frustasi, serta depresi. 2.3.2. Reaksi Saudara Kandung

Reaksi saudara kandung terhadap anak yang sakit, seperti merasa kesepian, ketakutan, khawatir, marah, cemburu, benci, dan merasa bersalah. Hal ini disebabkan orangtua lebih mencurahkan perhatian pada anak yang sakit.

2.3.3. Penurunan Peran Anggota Keluarga

Dampak dari perpisahan mempengaruhi peran dari orangtua, karena orangtua

mencurahkan perhatian pada anak yang sakit, dan ini mengembangkan sikap tidak adil. Respon itu biasanya tidak disadari dan tidak disengaja. Orangtua sering menyalahkan perilaku saudara kandung sebagai antisosial karena sikap cemburu dan

(24)

pengalaman sebelumnya terhadap sakit, sistem pendukung yang tersedia, dan kemampuan koping yang dimilikinya.

1. Masa Bayi (0 sampai 1 tahun)

Masalah yang utama terjadi adalah dampak dari perpisahan dengan orangtua sehingga ada gangguan pembentukan rasa percaya dan kasih sayang. Pada anak usia

lebih dari enam bulan terjadi stranger anxiety atau cemas apabila berhadapan dengan orang yang tidak dikenalnya dan cemas karena perpisahan. Reaksi yang sering

muncul pada anak usia ini adalah menangis, marah, dan banyak melakukan gerakan sebagai sikap stranger anxiety. Bila ditinggalkan ibunya, bayi akan merasa cemas karena perpisahan dan perilaku yang ditunjukkan adalah dengan menangis keras.

Respon terhadap nyeri atau adanya perlukaan biasanya menangis keras, pergerakan tubuh yang banyak, dan ekspresi wajah yang tidak menyenangkan.

2. Masa Todler (2 tahun sampai 3 tahun)

Usia todler bereaksi terhadap hospitalisasi sesuai dengan sumber stressnya. Sumber stress yang utama adalah cemas akibat perpisahan. Respon perilaku anak

sesuai dengan tahapannya, yaitu tahap protes, perilaku yang ditunjukkan adalah menagis kuat, menjerit memanggil orangtua atau menolak perhatian yang diberikan

orang lain. Pada tahap putus asa, perilaku yang ditunjukkan adalah menangis berkurang, anak tidak aktif, kurang menunjukkan minat untuk bermain dan makan, sedih, dan apatis. Pada tahap pengingkaran, perilaku yang ditunjukkan adalah secara

(25)

Adanya pembatasan terhadap pergerakkannya, anak akan kehilangan kemampuannya untuk mengontrol diri dan anak menjadi tergantung pada

lingkungannya. Akhirnya, anak akan kembali mundur pada kemampuan sebelumnya atau regeresi. Terhadap perlukaan yang dialami atau nyeri yang dirasakan karena mendapatkan tindakan invasif, seperti injeksi, infus, pengambilan darah, anak akan

meringis, menggigit bibirnya, dan memukul. Walaupun demikian, anak dapat menunjukkan lokasi rasa nyeri dan mengomunikasikan rasa nyeri.

3. Masa prasekolah (3 tahun sampai 6 tahun)

Perawatan anak di rumah sakit memaksa anak untuk berpisah dari lingkungan yang dirasakannya aman, penuh kasih sayang, dan menyenangkan, yaitu lingkungan

rumah, permainan, dan teman sepermainannya. Reaksi terhadap perpisahan yang ditunjukkan anak usia prasekolah adalah dengan menolak makan, sering bertanya,

menangis walaupun secara perlahan, dan tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan. Perawatan di rumah sakit juga membuat anak kehilangan kontrol terhadap dirinya. Perawatan di rumah sakit mengharuskan adanya pembatasan aktivitas anak sehingga

anak merasa kehilangan kekuatan diri. Perawatan di rumah sakit sering kali dipersepsikan anak prasekolah sebagai hukuman sehingga anak akan merasa malu,

bersalah, atau takut. Ketakutan anak terhadap perlukaan muncul karena anak menganggap tindakan dan prosedurnya mengancam integritas tubuhnya. Hal ini menimbulkan reaksi agresif dengan marah dan berontak, ekspresi verbal dengan

(26)

4. Masa Sekolah (6 tahun sampai 12 tahun)

Perawatan anak di rumah sakit memaksa anak untuk berpisah dengan

lingkungan yang dicintainya, yaitu keluarga dan terutama kelompok sosialnya dan menimbulkan kecemasan. Kehilangan kontrol juga terjadi akibat dirawat di rumah sakit karena adanya pembatasan aktivitas. Kehilangan kontrol tersebut berdampak

pada perubahan peran dalam keluarga, anak kehilangan kelompok sosialnya karena ia biasa melakukan kegiatan bermain atau pergaulan sosial, perasaan takut mati, dan

adanya kelemahan fisik. Reaksi terhadap perlukaan atau rasa nyeri akan ditunjukkan dengan ekspresi baik secara verbal maupun nonverbal karena anak sudah mampu mengomunikasikannya. Anak usia sekolah sudah mampu mengontrol perilakunya

jika merasa nyeri, yaitu dengan menggigit bibir dan/atau menggigit dan memegang sesuatu dengan erat.

5. Masa Remaja (12 tahun sampai 18 tahun)

Anak usia remaja mempersepsikan perawatan di rumah sakit menyebabkan timbulnya perasaan cemas karena harus berpisah dengan teman sebayanya. Telah

diuraikan pada kegiatan belajar sebelumnya bahwa anak remaja begitu percaya dan sering kali terpengaruh oleh kelompok sebayanya (geng). Apabila harus dirawat di

rumah sakit, anak akan merasa kehilangan dan timbul perasaan cemas karena perpisahan tersebut. Pembatasan aktivitas di rumah sakit membuat anak kehilangan kontrol terhadap dirinya dan menjadi bergantung pada keluarga atau petugas

(27)

anak tidak mau kooperatif dengan petugas kesehatan atau menarik diri dari keluarga, sesama pasien, dan petugas kesehatan (isolasi). Perasaan sakit karena perlukaan atau

pembedahan menimbulkan respon anak bertanya-tanya, menarik diri dari lingkungan, dan/atau menolak kehadiran orang lain.

3.Atraumatic Care

3.1. Definisi

Atraumatic care adalah suatu tindakan perawatan terapetik yang dilakukan

oleh seseorang dengan menggunakan intervensi melalui cara mengeliminasi atau meminimalisasi stress psikologi dan fisik yang dialami oleh anak dan keluarganya dalam sistem pelayanan kesehatan. Dalam Wong (1989) menyebutkan bahwa

atraumatic care berhubungan dengan siapa, apa, kapan, dimana, mengapa, bagaimana dari setiap prosedur tindakan yang ditujukan pada anak bertujuan untuk

mencegah atau mengurangi stress psikologi dan fisik.

Prosedur perawatan/setting menyangkut tempat pemberian perawatan, misal di rumah, rumah sakit, ataupun tempat kesehatan yang lain. Personel menyangkut hal

orang yang terlibat langsung dalam pemberian terapi. Intervensi melingkupi cakupan psikologi seperti intervensi kejiwaan, yang mengijinkan orangtua dan anak dalam

satu ruangan. Tekanan psikologi menyangkut kecemasan, takut, marah, rasa kecewa, sedih, malu, dan rasa bersalah. Adapun rentang tekanan psikologi yang lain adalah tidak bisa tidur dan immobilisasi hingga terganggu ransangan sensori seperti rasa

(28)

3.2. Prinsip Atraumatic Care

Azis, A (2005) mengatakan untuk mencapai perawatan tersebut beberapa

prinsip yang dapat dilakukan perawat antara lain, menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dari keluarga, meningkatkan kemampuan orangtua dalam mengontrol perawatan anak, mencegah atau mengurangi cedera (injury) dan nyeri

(dampak psikologis), tidak melakukan kekerasan pada anak, dan modifikasi lingkungan fisik. Dalam Wong (2003) tujuan mencapai perawatan atraumatic care

adalah pertama, jangan menyakiti. Sehingga terdapat tiga prinsip kerangka kerja untuk mencapai tujuan tersebut, yaitu, mencegah atau meminimalkan perpisahan anak dari orangtua, meningkatkan kontrol diri, mencegah atau meminimalkan cedera

tubuh. Contoh dari peningkatan tindakan atraumatic care menyangkut mengorganisir hubungan orangtua dengan anak selama hospitalisasi, persiapan anak sebelum

tindakan atau prosedur yang tidak menyenangkan, mengontrol rasa nyeri, mengijinkan privasi anak, alihkan dengan bermain untuk menghindarkan rasa takut. Karena anak stress dan gelisah serta tidak tenang berada di rumah sakit tanpa

orangtua di sampingnya, orangtua pun merasa semakin stress. Stress psikologi pada orangtua dapat berupa perhatian terhadap nasib anak mereka, lamanya tinggal di

rumah sakit, ketidak mampuan berkomunikasi secara efektif dengan profesional kesehatan, dan tidak adekuatnya pengetahuan dan pemahaman tentang situasi kondisi penyakit.

Seiring waktu berlalu, orientasi pelayanan keperawatan anak berubah menjadi

(29)

jam. Selain itu, mainan boleh dibawa ke rumah sakit, dan penting untuk perawat atau tenaga kesehatan mempersiapkan anak dan orangtuanya sebelum dirawat di rumah

sakit. Dengan demikian, pendidikan kesehatan untuk orangtua menjadi sangat penting untuk dilakukan perawat. Kerja sama antara orangtua dan tim kesehatan dirasakan besar manfaatnya dan orangtua tidak hanya sekedar pengunjung bagi anaknya.

Beberapa bukti ilmiah menunjukkan pentingnya keterlibatan orangtua dalam perawatan anaknya di rumah sakit (Darbyshire, 1992 dan Carter & Dearmun, 1995).

Begitu juga keberadaan orangtua terutama kelompok orangtua yang anaknya mempunyai jenis penyakit yang sama ternyata dapat membuat orang tua lebih percaya diri dalam merawat anaknya dan merasa ada dukungan psikologis sehingga

diharapkan dapat bekerja sama sebagai mitra tim kesehatan.

The American Pain Society (2000) menyebutkan “nyeri : lima tanda vital”

yang berarti harus mendapat perhatian dari pada perawat kesehatan profesional. Rasionalisasinya karena nyeri akan berhubungan dengan peningkatan tanda-tanda vital sehingga prinsip dari tindakan perawatan nyeri adalah memeriksa tanda-tanda

vital pasien setiap saat, misalnya nadi, tekanan darah, suhu, dan pernafasan (Federwisch, 1999). Karena nyeri berhubungan dengan sensori dan emosional, maka

digunakanlah strategi penilaian kualitatif dan kuantitatif.. Istilah yang digunakan untuk menanyakan nyeri pada anak dengan menggunakan pertanyaan, seperti menanyakan anak, gunakan skala nyeri, evaluasi perubahan psikologi dan tingkah

(30)

Ucapan yang keluar secara verbal dari anak adalah indikator dari nyeri (Acute Pain Management Guideline Panel, 1992). Anak tidak mengenal arti kata nyeri dan

sering mengungkapkan dengan kata-kata yang biasa diucapkan, seperti “owie”, ”boo-boo”, “aduh”, “ouh”. Ketika menanyakan rasa nyeri pada anak, perawat harus ingat bahwa anak mempercayai bahwa ketika mereka mendapat suntikan adalah suatu

hukuman sehingga mereka membutuhkan orangtua untuk menemaninya.

Menggunakan skala nyeri adalah suatu manajemen pengukuran kuantitatif dari

pasien. Evaluasi perubahan psikologi dan tingkah laku adalah indikator dan reaksi nonverval dari anak. Respon perubahan perubahan nyeri pada anak diikuti sesuai umur dan perkembangan. Pada anak infan reaksi itu berupa gerakan reflek pada

daerah yang teransang, menangis kuat, ekspresi wajah marah, dan gerakan yang tidak berhubungan dengan rasa ransangan nyeri. Pada anak selalu menangis kuat, berteriak,

ungkapan verbal seperti, “ow”, “ouch”, “aduh”, mengayunkan tangan dan lengannya, menolak dengan mendorong, tak kooperatif, permintaan penundaan tindakan, memohon pada orangtua, perawat, atau orang yang dikenal. Pada masa usia sekolah

biasanya anak akan mengungkapkan tingkah laku bertahan, dan mengucapkan kata “tunggu sebentar” atau “saya belum siap”, juga menunjukkan kekakuan otot seperti

gigi ditutup rapat, mata ditutup dan kening berkerut. Pada masa remaja sikap adanya protes dan gerakan berkurang, dan sering mengungkapan kata “sakit”, “kamu menyakitiku” dan meningkatnya kontrol otot dan tubuh. Evaluasi perubahan

(31)

arah perut yang sakit dan menolak menggerakkan badan. Respon psikologi termasuk hipertensi, takikardi, kurangnya saturasi oksigen dan dilatasi pupil. Skala yang sering

digunakan adalah ekspresi wajah, menangis, denyut jantung, pernapasan, saturasi oksigen, dan pergerakan tubuh. Melibatkan orangtua adalah penting karena mereka sumber utama informasi bagaimana keadaan nyeri anak mereka dan memegang kunci

perawatan anak mereka. Orangtua sangat sensitif terhadap perubahan yang terjadi pada anak mereka dan seringkali ingin ikut terlibat bila anak mereka sakit. Anak-anak

akan merasa nyaman dengan kehadiran orangtua apabila mereka merasa sakit (Broome, 2000). Mencari penyebab nyeri pada anak adalah dengan menggunakan pathologi, karena pathologi dapat memberikan kunci penyebab intensitas dan tipe

nyeri. Ambil tindakan dan evaluasi hasil adalah menyembuhkan nyeri, hal yang utama menghilangkan nyeri adalah tindakan pharmakologi atau dengan

non-pharmakologi.

4. Manajemen Nyeri

Manajemen nyeri yang efektif dilakukan seorang perawat profesional adalah

berusaha mencoba sejumlah intervensi utnuk mendapatkan hasil yang maksimal. Metode mengurangi rasa nyeri dibagi dalam 2 kategori yaitu, non-pharmakologi, dan

pharmakologi.

4.1. Manajemen non-pharmakologi

Nyeri sering dihubungkan dengan rasa takut, cemas, dan stress. Teknik

(32)

rasa penerimaan nyeri, membuat rasa nyeri lebih berkurang, mengurangi rasa cemas, dan meningkatkan efektifitas dari obat analgetik dengan mengurangi dosis yang

dianjurkan (Rusy dan Weisman, 2000). Teknik mengurangi rasa nyeri juga dapat dilakukan dengan meningkatkan rasa kontrol, rasa nyaman, istirahat dan tidur (McCaffery dan Pasero, 1999). Jika anak tidak dapat mengidentifikasi rasa nyeri,

perawat dapat membantu dengan beberapa strategi dan membiarkan anak untuk memilihnya. Orangtua juga dilibatkan dalam proses pemilihan karena orangtua

terbiasa dengan koping anak sehingga dapat membantu mengenal strategi yang diinginkan anak. Anak harus mempelajari strategi yang spesifik sebelum nyeri bertambah parah, untuk mengurangi nyeri, instruksi dari strategi itu dapat berupa

relaksasi dan bermain selama periode rasa nyaman.

4.2. Manajemen pharmakologi

Metode penggunaan pharmakologi untuk mengontrol rasa nyeri menyangkut empat hal, seperti benar obat, benar dosis, benar pemberian, dan benar waktu. Walaupun perawat tidak dapat mengintervensi terlalu jauh dalam hal pengobatan tapi

(33)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konsep

Kerangka konseptual penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan kepuasan orangtua terhadap atraumatic care selama anak mengalami hospitalisasi di RSUP H.

Adam Malik Medan.

Adapun kerangka konsep dapat digambarkan dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 3.1 Kerangka penelitian

Keterangan: Variabel yang diteliti. Orangtua yang anaknya

mengalami hospitalisasi hospitalisasi

Atraumatic care :

- mencegah atau meminimalkan perpisahan anak dari orang tua

- meningkatkan kontrol diri - mencegah atau meminimalkan cedera tubuh

( variabel independen)

Skala kepuasan layanan : - sangat puas

- puas - tidak puas

(34)

2. Definisi Operasional

Tabel 3.2. Definisi Operasional

VARIABEL DEFENISI

Kepuasan Kepuasan adalah

(35)

BAB 4

METODE PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Metode penelitian ini deskriptif, dengan tujuan untuk mengetahui kepuasan orangtua terhadap atraumatic care selama anak mengalami hospitalisasi di Rumah

Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. 2. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh orangtua yang mempunyai anak dan sedang dirawat inap pada bulan Mei 2009- Juni 2009 dengan populasi 110 orang di ruang (Rindu B4) di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

(diperoleh dari buku rawatan ruang rawat inap rindu B4), pengambilan sample dengan menggunakan metode total sampling, yaitu seluruh populasi menjadi anggota

yang akan diamati (Arikunto, 2006)

Sampel penelitian populasi diperoleh dengan menggunakan rumus : N

n=

1 + N(d²) 110 n=

1 + 110 (0,05²) n= 86,274

N= Jumlah populasi n= Jumlah sampel

(36)

Jadi jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 86 orang, dan untuk kelompok reabilitasnya di ruang Rindu B2 berjumlah 10 orang, sedangkan

sampel diambil di ruang Rindu B4 RSUP H.Adam Malik Medan.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.1. Lokasi penelitian

Penelitian dilaksanakan di ruang Rindu B4 RSUP H Adam Malik Medan. Untuk kelompok sampel diambil di ruang Rindu B4 dan untuk kelompok

pembanding di ruang Rindu B2 RSUP H Adam Malik Medan. RSUP H Adam Malik Medan dipilih sebagai lokais penelitian karena rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit type A rujukan wilayah Sumatera Bagian Utara.

3.2.Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan 15 November-15 Desember 2009.

4. Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilaksanakan setelah mendapat rekomendasi dari Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan dan ijin dari Rumah Sakit Umum

Haji Adam Malik Medan, setelah mendapat ijin dari kepala ruangan, kemudian peneliti menuju ke responden. Peneliti memulai pengumpulan data dengan

memberikan lembar persetujuan kepada responden yang akan diteliti. Sebelum mengisi responden dijelaskan maksud dan tujuan, manfaat, efek serta prosedur penelitian. selanjutnya peneliti menanyakan kesediaan menjadi responden, jika para

(37)

maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-haknya. Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan nama orangtua dalam

pengumpulan data tetapi dengan memberi kode pada masing-masing lembaran tersebut, kerahasiaan informasi orangtua dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok tertentu saja yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.

5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang

dikembangkan berdasarkan kerangka penelitian yang disusun (Notoatmodjo, 2005). Instrumen ini terbagi dari dua bagian. Bagian pertama adalah berisi data demografi yang terdiri dari umur orang tua, jenis kelamin, pendidikan terakhir, agama, dan

pekerjaan. Bagian kedua dari instrument ini adalah pertanyaan terhadap kepuasan orangtua terhadap atraumatic care selama anak mengalami hospitalisasi di Rumah

Sakit Haji Adam Malik Medan. Kuesioner ini menggunakan skala likert dan berisi pertanyaan dengan jawaban sangat puas, puas, tidak puas dan sangat tidak puas. Jika responden menjawab dengan sangat puas maka diberi nilai 3, responden menjawab

dengan puas diberi nilai 2, responden menjawab dengan tidak puas diberi nilai 1, dan apabila responden menjawab dengan sangat tidak puas diberi nilai 0. Pertanyaan

terdiri dari 30 pertanyaan yang terdiri dari 10 pertanyaan yang mewakili mencegah atau meminimalkan perpisahan anak dari orangtua (no 1-10), 10 pertanyaan mewakili meningkatkan kontrol diri (no 11-21), dan 10 pertanyaan mewakili mencegah atau

(38)

diterima dalam atraumatic care. Menurut Sudjana (1992), untuk menghitung jumlah total skore digunakan rumus statistik :

Rentang

P = ______________ Banyak kelas

Dimana P merupakan panjang kelas dengan nilai tertinggi dikurang nilai terendah

sehingga didapat nilai rentang kelas dan banyak kelas adalah 4. Dari hasil perhitungan, maka rentang kepuasan orangtua terhadap tindakan atraumatic care

selama anak mengalami hospitalisasi menurut skala ordinal (Arikunto, 2006) untuk kategori : sangat puas nilainya (71-90), puas nilainya (47-70), tidak puas nilainya (24-46), dan sangat tidak puas nilainya (0-23).

6. Pengumpulan Data

Prosedur yang dilakukan dalam pengumpulan data, yaitu mengajukan

permohonan ijin kepada dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan, kemudian mengajukan permohonan ijin kepada direktur RSUP H Adam Malik Medan, setelah mendapat ijin dari direktur RSUP H Adam Malik Medan

melalui Badan Diklat dan Litbang peneliti menuju ruangan, dari Kepala Ruangan selanjutnya dilaksanakan pengumpulan data peneliti.

Peneliti menentukan kelompok perbandingan di ruang rawat Rindu B2 dan kelompok sampel di ruang Rindu B4. Peneliti juga menentukan responden sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan peneliti. Kemudian menjelaskan kepada calon

(39)

mengisi pernyataan yang telah disiapkan oleh peneliti. Pernyataan yang telah disiapkan berisi 30 buah pernyataan tentang kepuasan orangtua terhadap atraumatic care selama anak mengalami hospitalisasi di RSUP H Adam Malik Medan, jadi

jumlah seluruh data responden selama 15 November- 15 Desember 2009.

7. Analisa Data

Setelah data terkumpul, dilakukan pengolahan data dengan perhitungan statistik deskriptif. Data dianalisa dengan cara diperiksa terlebih dahulu atau editing,

yaitu dengan memeriksa dan meneliti apakah semua data telah terkumpul dan seluruh pertanyaan telah diisi oleh responden , setelah itu skoring, data yang telah terkumpul dihitung jumlahnya dengan memberikan skor yang telah ditentukan.

Kemudian dilanjut dengan coding, memberikan kode pada aspek-aspek variabel penelitian agar memudahkan dalam penghitungan setiap variabel. Setelah itu

tabulating, data yang telah diperiksa dimasukkan ke dalam bentuk table distribusi

selanjutnya dilakukan persentase dari setiap kategori penilaian.

8. Uji Validitas

Uji validitas adalah suatu instrumen akan dikatakan valid bila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang

diteliti secara tepat. Untuk mengetahui validitas kuesioner kepuasan orangtua terhadap atraumatic care selama anak mengalami hospitalisasi, peneliti menggunakan tehnik content validity yang membuktikan instrumen lebih sahih yang akan dilakukan

(40)

menggambarkan sejauh mana instrumen mampu mengukur apa yang akan diukur. Validitas instrumen penelitian diuji oleh Ibu Liberta L.Toruan, Skp, M.Kep dengan

nilai CVI = 0,833.

9. Uji Reabilitas

Reabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat

dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas bila dilakukan pengukuran dua kali

atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoadmodjo, 2005).

Uji reabilitas telah dilakukan kepada 10 orang subjek yang sesuai dengan

kriteria yang ditentukan sebagai subjek studi, yaitu ruang Rindu B2 RSUP H Adam Malik Medan pada 15 November 2009 – 15 Desember 2009 sehingga diperoleh hasil

(41)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian setelah pengumpulan data dilakukan

sejak tanggal 15 November 2009 – 15 Desember 2009 di RSUP H. Adam Malik Medan. Jumlah sampel yang digunakan peneliti adalah sebanyak 86 responden. Hasil

penelitian ini untuk mengetahui kepuasan orangtua terhadap atraumatic care selama anak mengalami hospitalisasi di RSUP H.Adam Malik Medan tahun 2009.

Hasil penelitian ini dibagi dalam 2 bagian yaitu karakteristik responden dan

kepuasan orangtua terhadap atraumatic care selama anak mengalami hospitalisasi di RSUP H. Adam Malik Medan.

1. 1. Karakterisitk responden

Berdasarkan usia, responden terbanyak berada dalam kelompok usia 31-40 tahun yaitu sebanyak 33 responden (33,4%), dengan usia termuda adalah 20 tahun

dan usia tertua adalah 55 tahun, sedangkan jenis kelamin yang terbanyak adalah perempuan sebanyak 47 responden (54,7%) diikuti dengan jenis kelamin laki-laki

sebanyak 39 responden (45,3%), sedangkan pendidikan responden yang terbanyak adalah SMA dengan jumlah 31 (36%), SMP 29 responden (33,7%), SD sebanyak 23 responden (26,7%), dan yang berpendidikan Perguruan Tinggi sebanyak 3 responden

(42)

Untuk kelompok jenis pekerjaan yang terbanyak adalah responden tidak mempunyai pekerjaan tetap atau disebut dengan dan lain-lain sebanyak 43 responden

(50%), wiraswasta sebanyak 22 (25,6%), petani 17 responden (19,8%), pegawai swasta sebanyak 3 responden (3,5%), dan PNS sebanyak 1 responden (1,2%), dan untuk kelompok jaminan pasien terbanyak adalah jamkesmas sebanyak 81 (94,2%).

Tabel 1.1. Data demografi responden

Karakteristik Frekuensi Persentase Umur

- Perguruan tinggi

(43)

Tabel 1.2. Distribusi frekuensi dan persentase kepuasan orangtua terhadap atraumatic

Dari tabel di atas dapat dilihat dan disimpulkan adanya kriteria kepuasan dan

ketidakpuasan pasien, maka dari keseluruhan responden yang berjumlah 86 orang, sejumlah 77 responden (89%) menjawab mendapat kepuasan dari setiap pernyataan

(44)

2. Pembahasan

Dalam pembahasan ini peneliti mencoba menjawab pertanyaan penelitian

yaitu bagaimana kepuasan orangtua terhadap atraumatic care selama anak mengalami hospitalisasi di rumah sakit umum pusat Haji Adam Malik Medan.

2.1 Mencegah atau meminimalkan perpisahan anak dengan orangtua

Darbyshire (1994) dalam Wong (2003) mengatakan, orangtua akan selalu berada diluar rumah sakit dan meninggalkan anaknya yang sakit dan orangtua akan

meminta perawat untuk menjaga anak mereka. Tindakan ini telah membuat orangtua merasa bahwa orangtua ikut menjaga anaknya walaupun melalui perantara perawat oleh sebab itu perawat harus memahami kegiatan rutin anak setiap hari, mengenal

kesukaan makanan anak, dan pemberian perawatan yang paripurna (Wong, 2003), sehingga perpisahan dengan orangtua akan dapat diminimalkan seperti yang dijawab

orangtua melalui kuesioner.

Orangtua merasa cemas dan khawatir terhadap mencegah atau meminimalkan perpisahan anak dengan orangtua seperti perawat tidak membantu atau perawat

tidak menangani anak mereka dengan segera, orangtua tidak ikut dilibatkan dalam perawatan anak, perawat tidak memberitahu peraturan rumah sakit, perawat tidak

memberi ijin anak untuk membawa barang permainannya, perawat tidak mengontrol anak mereka semasa dalam perawatan, perawat tidak memberi ijin anak untuk bermain dengan teman sebaya ataupun semasa dalam perawatan anak merasa bosan

(45)

protes yang meliputi anak menangis kuat, menjerit pada orangtua, menolak perhatian dari orang, merasa kecewa yang diungkapkan dalam bentuk seperti anak tidak aktif

dan kurang melakukan aktifitas, tidak mau makan dan bermain, juga menghindar dari orang sehingga proses hospitalisasi dapat berjalan sesuai dengan prosedur yang diinginkan baik dari pihak orangtua tetapi juga dari pihak perawat. Apabila proses ini

dapat berlangsung dengan baik, dapat mempersingkat proses penyembuhan dan anak tidak merasa berpisah dari orangtua.

Data menunjukkan 77 responden (89%) puas terhadap atraumatic care

terutama dalam hal dimensi mencegah atau meminimalkan perpisahan anak dengan orangtua. Hal ini dapat terlaksana apabila adanya kerjasama antara perawat yang

merawat dan orangtua yang selalu mendampingi dengan tidak mengenyampingkan pendekatan perawat pada anak yang dibantu oleh orangtua selama orangtua tidak

selalu ada mendampingi anak dihospitalisasi.

2.2 Meningkatkan kontrol diri

Rasa kehilangan kontrol diri dapat berasal dari perpisahan dengan orangtua,

tekanan jiwa, perubahan dalam kegiatan sehari-hari, tidak ada rasa kebebasan, pikiran-pikiran yang menakutkan, ataupun tidak ada mobilisasi selama dalam

perawatan (Wong, 2003). Walaupun hal-hal tersebut tidak bisa dihindari, tapi setidaknya dapat dikurangi selama anak dalam perawatan. Wong (2003) menyebutkan kehilangan kontrol juga disebabkan oleh perasaan tertekan atas adanya

(46)

kebebasan dalam hal seperti, memakai baju kesukaan, memilih makanan kesukaan, kumpul dengan teman-teman, dan melanjutkan sekolah.

Adapun hal-hal yang dapat meningkatkan kontrol diri dapat dilihat dari dimensi kuesioner yang diberikan kepada responden, Data menunjukkan 79 responden (92%) puas terhadap perawat memberi pujian pada anak ketika mau

bekerjasama dalam melakukan tindakan perawatan, perawat berusaha melakukan pendekatan pada anak, mengijinkan bermain dengan barang kesukaannya, perawat

selalu berusaha mendengar setiap keluhan, perawat selalu menenangkan orangtua ketika cemas akan penyakit anak, pelayanan yang diberikan perawat membuat orangtua merasa tenang dan nyaman, perawat merespon keluhan yang diajukan anak,

perawat memberi ijin pada anak untuk memilih makanan yang disukai atau membawa dari rumah, perawat memberi ijin pada orangtua untuk membawa anaknya berjalan

diseputar rumah sakit ketika anak meraa bosan. Berkurangnya tingkat kontrol diri akan mempengaruhi persepsi dan kemampuan koping anak, ini dapat terjadi apabila perawat tidak mendengar atau merespon setiap keluhan yang disampaikan oleh anak,

karena setiap kebutuhan anak akan berbeda pada setiap tingkat usia sehingga membutuhkan perhatian dari perawat dan juga orangtua dalam mengontrol tekanan

fisik dan mental.

2.3 Mencegah atau meminimalkan cedera tubuh

Selama anak dalam masa hospitalisasi, anak akan merasa cemas dan takut

(47)

dengan mengurangi rasa takut. Rasa takut anak tersebut dapat disebabkan oleh adanya beberapa faktor, misalnya alat rongent, penggunaan dari alat-alat kedokteran

yang tentunya asing dan belum pernah terlihat, ruangan yang tidak mendukung, dan pembedahan (wong, 2003).

Berdasarkan data dari hasil penelitian yang dilakukan, terdapat 74 responden

(86%) puas terhadap mencegah atau meminimalkan cedera tubuh pada anak, ini dapat dilihat dari dimensi pernyataan seperti, persetujuan tindakan perawatan telah

mendapat persetujuan dari orangtua, prosedur tindakan perawatan telah dijelaskan pada orangtua, perawat mempunyai sikap terampil dalam melakukan tindakan perawatan, perawat mengatakan pada anak apakah prosedur tindakan perawatan

membuat anak kesakitan, perawat bekerja dengan hati-hati dan teliti, perawat mengatakan pada anak apakah tindakan yang diberikan tela membuat anak merasa

nyaman, perawat memasang alat pengaman infus agar tidak terjadi pemasangan ulang, perawat memasang pagar tempat tidur agar anak tidak terjatuh, perawat menyarankan orangtua agar menjauhkan benda-benda tajam agar tidak menimbulkan

(48)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Penelitian yang dilakukan mengenai kepuasan orangtua terhadap tindakan atraumatic care selama anak mengalami hospitalisasi di RSUP H.Adam Malik

Medan, menghasilkan kesimpulan dan saran sebagai berikut : 1. Kesimpulan

Hasil penelitian dari jawaban yang diperoleh melalui kuesioner menunjukkan bahwa orangtua sebagai responden mengaku mendapat kepuasan dari pelayanan perawat terhadap atraumatic care, seperti dimaksud dalam variabel mencegah atau

meminimalkan perpisahan anak dengan orangtua, meningkatkan kontrol diri, mencegah atau meminimalkan cedera tubuh, dan dituangkan dalam bentuk

pernyataan, seperti perawat segera menangani anak ketika tiba di rumah sakit, orangtua ikut dilibatkan dalam perawatan anak, perawat membantu anak beradaptasi dengan lingkungan rumah sakit, perawat memberitahukan hal-hal peraturan rumah

sakit, perawat mengijinkan anak untuk membawa barang kesukaannya, orangtua diijinkan tinggal dalam satu ruangan, perawat mengontrol anak selama dalam

perawatan, ijinkan anak bermain dengan teman sebayanya, perawat mendampingi anak ketika diminta, tidak memadamkan lampu ruang perawatan, memberi pujian pada anak, perawat berusaha melakukan pendekatan pada anak, mengijinkan anak

(49)

rasa nyaman pada orangtua, merespon keluhan, memberi ijin membawa makanan dari rumah, adanya kerjasama perawat dan anak ketika melakukan tindakan, memberi ijin

anak bermain di luar ruangan keetika anak merasa bosan, ketika melakukan tindakan perawat meminta ijin pada orangtua dan menjelaskannya, perawat terampil, selalu menanyakan anak ketika tindakan terasa menyakitkan, perawat selalu hati-hati ketika

melakukan tindakan, dan memasang alat pengaman pada setiap melakukan tindakan perawatan misal pemasangan infus.

Orangtua mendapat kepuasan terhadap atraumatic care, pada dimensi mencegah atau meminimalkan perpisahan anak dengan orangtua adalah 77 responden (89%), pada dimensi meningkatkan kontrol diri 79 (92%) responden menyatakan

puas, dan pada dimensi mencegah atau meminimalkan cedera tubuh, ada 74 responden (86%) responden merasa puas. Dari keseluruhan responden terhadap 3

variabel yang dijawab dan mendapat kepuasan orangtua terhadap atraumatic care

selama anak mengalami hospitalisasi adalah ada 77 responden (89%), dan sebanyak 9 responden (11%) merasa tidak mendapat kepuasan.

2. Saran

2.1. Bagi praktek keperawatan

Penelitian ini menyangkut atraumatic care sehingga peneliti sebagai perawat dapat memanfaatkan pengetahuan yang didapat dengan mengaplikasikannya di lingkungan pekerjaan sehingga tidak anak sebagai pasien tidak merasa cemas, takut,

(50)

cara pemasangan infus, pemasangan verban pada pasien trauma, pelatihan kepribadian, dimana kepribadian perawat menentukan dalam hal penerimaan pasien

sebagai manusia seperti dirinya, bagaimana kita berbicara pada anak sebagai pasien karena anak adalah makhluk unik yang tentu saja berbeda dengan orang dewasa, juga dengan tidak mengenyampingkan konsep-konsep pelayanan perawatan anak

khususnya atraumatic care. Dengan penelitian ini diharapkan perawat dapat mengaplikasikannya dalam lahan praktek.

2.2. Bagi peneliti selanjutnya

Berdasarkan hasil penelitian disarankan untuk melakukan penelitian lebih mendalam lagi terhadap atraumatic care di tempat yang berbeda atau di rumah sakit

kabupaten ataupun bukan daerah perkotaan untuk melihat perbedaan terhadap pelayanan atraumatic care yang diberikan perawat.

3.3. Bagi peneliti sendiri

Dalam pengembangan penelitian selanjutnya diharapkan dan disarankan pada pernyataan kuesioner dibuat pernyataan negatif dan responden diperbanyak untuk

melihat perbedaan kepuasan orangtua terhadap atraumatic care selama anak mengalami hospitalisasi, dan melakukan penelitian lebih teliti dan lebih baik lagi

(51)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta, Rineka Cipta

Arikunto, S. (2005). Manajemen Penelitian, Edisi Revisi, Jakarta, PT Rineka Cipta Endif (2009), Falsafah Keperawatan Anak, diambil tanggal 22 April 2009 dari

Hidayat, A.A. (2007) Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah, Salemba Medika, Jakarta

Hidayat, A.A. (2005), Pengantar Ilmu Keperawatan, Jakarta, Salemba Medika

Supartini Y, (2009), Konsep Dasar Keperawatan Anak, diambil tanggal 17 maret 2009 dari

Sofyan (2009), Hubungan Quality Assurance dengan Kepuasan Pasien Rumah Sakit.

diambil tanggal 2 April 2009 dari Muningjaya, (2004), Manajemen Kesehatan, Jakarta, EGC

Notoatmojo, S. (2005), Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta, Rineka Cipta

Nursalam, (2008), Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Jakarta, Salemba Medika

Nursalam, (2007), Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak, Jakarta, Salemba Medika Pohan Imbalo, S. (2002), Jaminan Mutu Layanan Kesehatan, Jakarta, EGC

Wahyuni S.A, (tidak ada), Statisitka Kedokteran, Bamboedoea Communication, Jakarta

Satroasmoro, S,dkk.(2002), Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, Jakarta, Sagung Seto

Susan F.A (1998), Pediatric Nursing- Operatinalizing Donna Wong’s principle of

(52)

Sudjana, (2005), Metoda Statitiska, Bandung, Penerbitan Tarsito

Supartini, (2004) Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak, Jakarta, EGC Wong, L. Donna (2003), Wong’s Nursing Care of Infant and Children, St.Louis

(53)

Tabel 1.3. Lampiran Distribusi frekuensi Kepuasan orangtua terhadap atraumatic perpisahan anak dengan orangtua

Ketika tiba di rumah sakit, perawat segera menangani anak anda

19

2 Orangtua ikut dilibatkan dalam perawatan anak

3 Perawat membantu anak saya dalam beradaptasi dengan dengan ruang perawatan di rumah sakit

14

4 Perawat memberitahukan peraturan ruang perawatan tentang hal-hal yang harus dipatuhi

5 Perawat mengijinkan saya membawa barang-barang kesukaan anak saya selama dirawat

6 Perawat mengijinkan saya untuk tinggal dalam satu ruangan

27

7 Perawat mengontrol perawatan anak saya selama anak saya dirawat dalam ruang perawatan

8 Perawat mengijinkan anak saya bermain selama tidak membahayakan kondisi penyakitnya dan dalam pengawasan saya

9 Ketika anak saya sendiri dalam ruang perawatan dan butuh pendamping, perawat bersedia mendampingi

10 Saat menjelang tidur malam anak saya meminta pada perawat agar tidak memadamkan lampu karena anak saya takut kegelapan

(54)

12 Perawat berusaha melakukan pendekatan pada anak saya dengan cara membujuk sebelum dilakukan tindakan perawatan

13 Perawat mengijinkan anak saya bermain dengan barang kesayangannya selama dalam pengawasan orangtua dan perawat

14 Perawat berusaha mendengar setiap keluhan anak saya atas penyakit yang dideritanya

15 Perawat berusaha menenangkan saya ketika saya cemas tentang penyakit anak saya

16 Pelayanan yang diberikan perawat membuat keluhan saya semakin berkurang dan saya merasa nyaman

21

17 Perawat merespon setiap keluhan yang diajukan anak saya

18 Perawat memberi ijin kepada saya untuk memilih makanan yang disukai atau membawa makanan dari rumah sendiri

19 Ketika tindakan perawatan dilakukan, ada kerja sama antara perawat dan anak saya

20 Ketika anak saya merasa bosan di dalam ruang perawatan, perawat memberi ijin kepada saya untuk membawa anak saya berjalan di seputar taman rumah sakit

19

Prosedur tindakan perawatan telah mendapat persetujuan anda sebagai orangtua

22 Prosedur tindakan perawatan telah dijelaskan perawat kepada anda sebagai orangtua

23 Perawat mempunyai sikap terampil ketika melakukan tindakan perawatan

(55)

24 Perawat senantiasa mengatakan pada anak saya apakah prosedur tindakan membuat anak saya kesakitan

14

25 Dalam melakukan tindakan perawatan, perawat bekerja dengan hati-hati dan teliti

26 Setelah melakukan tindakan

perawatan, perawat mengatakan pada anak saya apakah sudah merasa nyaman

27 Perawat memasang alat pengaman infus pada tempat pemasangan infus agar tidak terjadi pemasangan ulang

17

28 Perawat memasang pagar tempat tidudr agar anak saya tidak terjatuh karena anak saya kelihatannya sangat suka bergerak/hiperaktif

29 Perawat menyarankan pada saya agar menjauhkan benda-benda tajam dari anak saya agar terhindar timbulnya cedera

(56)

FREQUENCIES

VARIABLES=Umur_Bapak_Ibu Jenis_kelamin Pendidikan_terakhir Pekerjaan Status_jaminan_pasien

Bapak/Ibu Jenis kelamin

(57)

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid PNS 1 1,2 1,2 1,2

Pegawai Swasta 3 3,5 3,5 4,7

Wiraswasta 22 25,6 25,6 30,2

Petani 17 19,8 19,8 50,0

Dan lain-lain 43 50,0 50,0 100,0

Total 86 100,0 100,0

Status jaminan pasien

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ASKES 1 1,2 1,2 1,2

Umum 2 2,3 2,3 3,5

Jamsostek 1 1,2 1,2 4,7

Perusahaan 1 1,2 1,2 5,8

Jamkesmas 81 94,2 94,2 100,0

(58)

SURAT KETERANGAN UJI VALIDITAS

Judul : Kepuasan Orangtua Terhadap Tindakan Atraumatic Care

Selama Anak Mengalami Hospitalisasi di RSUP H.AdamMalik Medan

Nama Mahasiswa : Adillah Budyasa

NIM : 081121056

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2008

Telah memenuhi syarat dan telah melakukan validitas instrumen kuesioner sejumlah 30 butir pernyataan, pengujian instrumen kuesioner oleh Ibu Liberta L.Toruan, S.Kp. M.Kep.

Medan, November 2009

... ( Liberta L.Toruan, S.Kp, M.Kep)

(59)

1.4. Tabel Nilai Validitas N

O

PERNYATAAN NILAI

0,5 0,6 0.7 0,8 0,9 1 Ketika tiba di rumah sakit, perawat segera

menangani anak saya

2 Orangtua ikut dilibatkan dalam perawatan anak √ 3 Perawat membantu anak saya untuk

beradaptasi dengan ruangan perawatan di rumah sakit

4 Perawat memberitahukan peraturan ruang perawatan tentang hal-hal yang harus dipatuhi

5 Perawat mengijinkan saya membawa barang-barang kesukaan anak saya selama dirawat

6 Perawat mengijinkan saya untuk tinggal dalam satu ruangan

7 Perawat mengontrol perawatan anak saya selama anak saya dirawat dalam ruang perawatan

8 Perawat mengijinkan anak saya bermain selama tidak membahayakan kondisi penyakitnya dan dalam pengawasan saya

9 Ketika anak saya sendiri dalam ruang perawatan dan butuh pendamping, perawat bersedia mendampingi

10 Saat menjelang tidur malam, anak saya

meminta pada perawat agar tidak memadamkan lampu karena anak saya takut kegelapan

11 Perawat memberi pujian pada anak saya ketika mau bekerjasama saat dilakukan tindakan perawatan

12 Perawat berusaha melakukan pendekatan pada anak saya dengan cara membujuk sebelum dilakukan tindakan perawatn

13 Perawat mengijinkan anak saya bermain dengan barang kesayangannya selama dalam pengawasan orangtua dan perawat

14 Perawat berusaha mendengar setiap keluhan anak saya atas penyakit yang dideritanya

15 Perawat berusaha menenangkan saya ketika saya cemas tentang penyakit anak saya

Gambar

Tabel 3.1 Kerangka penelitian
Tabel 3.2. Definisi Operasional
Tabel 1.1. Data demografi responden
Tabel 1.2. Distribusi frekuensi dan persentase kepuasan orangtua terhadap atraumatic                   care

Referensi

Dokumen terkait

Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha, yang

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN

TRUST FUND adalah sejumlah aset finansial yang dapat berupa properti, uang, sekuritas (Trust) yang oleh orang atau lembaga (Trustor/Donor/Grantor) dititipkan atau

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN

Kepada Peserta Lelang 244234170, Untuk alat berat boleh menggunakan bacholoader, dengan catatan biaya operasional alat berat tersebut menyesuaikan dengan alat yang akan

The purposed of this research was to investigate whether or not teaching vocabulary by using hangman game was effective to increase students’ vocabulary to

UNDERSTANDING IDEA OF CURRICULUM 2013 AND ITS CONSISTENCY ON DEVELOPING CURRICULUM DOCUMENT AT LEVEL OF EDUCATION UNIT (KTSP) AT PRIMARY SCHOOL LEVEL.

Aplikasi multimedia merupakan bentuk baru untuk penggambaran program komputer yang menggunakan dan menggabungkan lebih dari satu media, didalamnya terdapat elemen gambar, teks,