Nova Nurmawilis : Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Di RSUD…, 2008 USU Repository © 2008
T E S I S
Oleh
NOVA NURMAWILIS
047012016/AKK
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Nova Nurmawilis : Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Di RSUD…, 2008 USU Repository © 2008
T E S I S
Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Masyarakat (M.Kes)
dalam Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Konsentrasi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
NOVA NURMAWILIS
047012016/AKK
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Nova Nurmawilis : Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Di RSUD…, 2008 USU Repository © 2008
Program Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Menyetujui
Komisi Pembimbing :
(Prof.Dr.Ritha F Dalimunthe, MSi) Ketua
(Dra. Syarifah. MS) (Sri Supriyantini, S Psi, M Si)
Anggota Anggota
Ketua Program Studi, Direktur ,
(Dr. Drs. Surya Utama, MS) (Prof. Dr.Ir. T. Chairun Nisa, B.M.Sc)
Nova Nurmawilis : Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Di RSUD…, 2008 USU Repository © 2008
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr.Ritha F. Dalimunthe, MSi
Anggota : 1. Dra. Syarifah. MS
2. Sri Supriyantini Spsi, MSi.
3. Dr. Dra. Ida Yustina, MSi
Nova Nurmawilis : Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Di RSUD…, 2008 USU Repository © 2008
DI RSUD ROKAN HULU TAHUN 2008
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka
Medan, Agustus 2008
Nova Nurmawilis : Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Di RSUD…, 2008 USU Repository © 2008
Sakit satu-satunya milik pemerintah Rokan Hulu diharapkan mampu memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat. Dengan ini diharapkan kinerja RSUD Rokan Hulu akan semakin baik sehingga diperlukan gaya kepemimpinan yang tepat dan kepuasan yang tinggi dari karyawan.
Masalah yang ada pada saat ini adalah tingkat pemanfaatan RSUD Rokan Hulu masih rendah yang menunjukkan masih rendahnya kinerja RSUD Rokan Hulu. Rendahnya kinerja RSUD Rokan Hulu menunjukkan masih rendahnya kinerja karyawan di RSUD Rokan Hulu. Kinerja yang rendah ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti gaya kepemimpinan dan kepuasan kerja.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan gaya kepemimpinan dan kepuasan kerja dengan kinerja karyawan di Rumah Sakit Daerah Rokan Hulu. Penelitian ini menggunakan metode survey explanatory. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner yang didukung dengan wawancara dan observasi. Populasi adalah seluruh karyawan di RSUD Rokan Hulu yang berada pada level di bawah kepala unit, kepala ruang dan sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 84 orang. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan regresi linier berganda.
Hasil penelitian uji regresi berganda menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan dan kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan di RSUD Rokan Hulu. Variabel yang paling besar pengaruhnya terhadap kinerja karyawan adalah variabel gaya kepemimpinan memprakarsai struktur dengan B= 0,594.
Untuk meningkatkan kinerja karyawan di RSUD Rokan Hulu dianjurkan untuk meningkatkan efektivitas gaya kepemimpinannya terutama pada aspek memberikan perhatian pada karyawan baru, menemukan keinginan karyawan serta memberikan informasi mengenai organisasi dan pihak rumah sakit juga harus lebih memperhatikan faktor kepuasan kerja karyawannya terutama dalam aspek memberikan kebijakan promosi, penghargaan terhadap keberhasilan tugas serta kesempatan untuk pertumbuhan dan pengembangan diri.
Kata Kunci : Gaya kepemimpinan, Kepuasan kerja, Kinerja Karyawan
Nova Nurmawilis : Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Di RSUD…, 2008 USU Repository © 2008
govermenment of Rokan Hulu which is expected to be able to provide the community with a good service. With this study, it is expected that the performance of Rokan Hulu General Hospital will be better that, for this purpose, an appropriate style of leadership and high satisfaction of employees are needed.
The problem currently faced is that the utilization level of Rokan Hulu General Hospital is still low which automatically shows the low performance of its employees. This low performance has resulted from various factors such as style of leadership and satisfaction.
The explanatory survey study is intended to analyze the relationship between style of leadership and work satisfaction and the performance of the employees of Rokan Hulu General Hospital. The data for this study were collected through distributing questionnaires supported by observation and interviews. The population for this study is all of the employees working for Rokan Hulu General Hospital with the level under the head of unit or the head of ward and 84 0f the total population were selected to be the samples for this study. The data obtained were analyzed by means of univariate and multiple linier regression analysis.
The result of multiple linear regression test shows that the style of leadership and work satisfaction has an influence on the performance of the employees of Rokan Hulu General Hospital. The variable with the biggest influence on the performance of employees is the variable of style of leadership initiating the structure with B = 0.594.
To improve the performace of the employees of Rokan Hulu General Hospital, it is suggested that the management improve the effectiveness of their style of leadership especially on the aspects of paying attention to brand –new employees, finding out the employees’ desire and giving information about the organization. The management should also give more attention to the employees’ work satisfaction especially on the aspects of providing promotion policy, reward for doing a good job, and an opportunity of self-growth and development.
Key words: Style of Leeadership, Work Satisfaction, Employees’ Performance
Nova Nurmawilis : Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Di RSUD…, 2008 USU Repository © 2008
rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Penelitian ini
merupakan tugas akhir pada Sekolah Pascasarjana Program Studi Administrasi dan
Kebijakan Kesehatan, yang berjudul ”Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan
Kepuasan Kerja dengan Kinerja karyawan di RSUD Rokan Hulu Tahun 2008”
Penulis menyadari dalam penyelesaian tesis ini banyak pihak yang telah
membantu baik berupa moril maupun material, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Ibu Prof.Dr.Ir.T. Chairun Nisa B.M.Sc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr.Drs.Surya Utama, MS, selaku Ketua Program Studi Administrasi dan
Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Prof.Dr.Ritha F.Dalimunthe, MSi, selaku ketua komisi pembimbing yang
dengan baik dan sabar membimbing dan mengarahkan penulis.
4. Ibu Dra. Syarifah, MS, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah
memberikan banyak saran dan masukan selama penyusunan tesis.
5. Ibu Sri Supriyantini, Spsi, MSi, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah
memberikan banyak saran dan masukan selama penyusunan tesis.
6. Ibu Dr.Dra.Ida Yustina, M Si, selaku komisi penguji yang telah membimbing dan
mengarahkan penulis.
Nova Nurmawilis : Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Di RSUD…, 2008 USU Repository © 2008
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
9. Pemerintah Propinsi Riau yang telah memberi bantuan beasiswa dalam
penyelesaian studi
10.Bapak dr. Wildan Asfan Hasibuan, M.Kes, selaku Direktur RSUD Rokan Hulu
yang telah memberikan izin dan seluruh Staf RSUD Rokan Hulu memberikan
bantuan kepada penulis dalam penyusunan tesis ini.
11.Ayahanda tercinta H.Zaharuddin M Noer dan Ibunda Hj. Nurawan Nst yang telah
memberikan bantuan moril dan materil dalam penyelesaian studi saya.
12.Teman-teman mahasiswa AKK USU 2004 yang selalu memberikan semangat.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penelitian ini masih memiliki
kekurangan untuk itu penulis memohon kritik dan saran demi kesempurnaan
penelitian ini.
Medan, Agustus 2008
Nova Nurmawilis
Nova Nurmawilis : Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Di RSUD…, 2008 USU Repository © 2008
Penulis dilahirkan di Dalu-dalau pada tanggal 6 Maret 1980 dari pasangan
H.Zaharuddin M.Nur dan Hj Nurawan Nst. Penulis merupakan anak pertama dari
lima bersaudara.
Penulis mengikuti pendidikan Dasar pada tahun 1986 di SD Negeri 001
Tambusai Kabupaten Rokan Hulu-Riau dan selesai pada tahun 1992, kemudian
melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Tambusai Kabupaten
Rokan Hulu-Riau dan selesai pada tahun 1995. Kemudian melanjutkan ke Sekolah
Menengah Umum di SMU Negeri 1 Tambusai Kabupaten Rokan Hulu-Riau dan
selesai pada tahun 1998.
Jenjang pendidikan tinggi diperoleh pada Universitas Medan Area, dari tahun
1999 sampai Mei 2004 dengan memperoleh gelar sarjana Psikologi. Kemudian pada
tahun 2004 penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan (AKK).
Nova Nurmawilis : Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Di RSUD…, 2008 USU Repository © 2008
Nova Nurmawilis : Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Di RSUD…, 2008 USU Repository © 2008
Nova Nurmawilis : Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Di RSUD…, 2008 USU Repository © 2008
3.1. Aspek Pengukuran Variabel Independen dan Variabel Dependen ... 36
4.1. Data Ketenagaan RSUD Rokan Hulu Tahun 2008 ... 39
4.2. Distribusi Respoden Berdasarkan Jenis Kelamin
di RSUD Rokan Hulu Tahun 2008 ... 40
4.3. Distribusi Respoden Berdasarkan Umur di RSUD
Rokan Hulu Tahun 2008 ... 41
4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
di RSUD Rokan Hulu Tahun 2008 ... 41
4.5. Distribusi Respoden Berdasarkan Masa Kerja di RSUD
Rokan Hulu Tahun 2008 ... 42
4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Gaya Kepemimpinan
Memprakarsai Struktur dalam Mengatur dan Mengarahkan ... 43
4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Gaya Kepemimpinan
Memprakarsai Struktur dalam Mengawasi atau memantau ... 44
4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Gaya Kepemimpinan
Memprakarsai Struktur dengan Suasana Formal ... 45
4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Gaya Kepemimpinan
Pertimbangan dalam Memotivasi ... 46
4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Gaya Kepemimpinan
Pertimbangan dalam Memberikan Kesempatan Berprestasi ... 47
4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Gaya Kepemimpinan
Pertimbangan dalam Suasana Kekeluargaan ... 48
4.12. Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Kerja dalam
Penghargaan moneter dan non moneter ... 50
Nova Nurmawilis : Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Di RSUD…, 2008 USU Repository © 2008
4.15. Distribusi Responden Berdasarkan Kinerja dalam Kuantitas Output .. 53
4.16. Distribusi Responden Berdasarkan Kinerja
dalam Kualitas Output ... 54
4.17. Distribusi Responden Berdasarkan Kinerja dalam Jangaka waktu
Output dan Tingkat Kehadiran ... 55
4.18. Distribusi Responden Berdasarkan Kinerja
dalam Sikap Kooperatif... 55
4.19. Hasil Uji Statistik Koefisien Regresi Gaya Kepemimpinan
Memprakarsai Struktur Terhadap Kepuasan Kerja ... 56
4.20. Hasil Uji Statistik Koefisien Regresi Gaya Kepemimpian
Pertimbangan Terhadap Kepuasan Kerja ... 57
4.21. Hasil Uji Regresi Linier berganda Gaya Kepemimpinan dan
Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Karyawan ... 58
4.22. Hasil Uji Statistik Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan
Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Karyawan ... 60
Nova Nurmawilis : Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Di RSUD…, 2008 USU Repository © 2008
2.1. Gaya Kepemimpinan yang dipelajari di Ohio State University... 15
2.2. Kerangka Konsep Penelitian ... 28
4.1. Struktur Organisasi RSUD Rokan Hulu ... 39
Nova Nurmawilis : Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Di RSUD…, 2008 USU Repository © 2008
1. Kuesioner Penelitian ... 74
2. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 88
3. Output Karakteristik Responden ... 95
4. Output Rincian Variabel ... 97
5. Output Analisis Regresi Berganda ... 112
6. Surat Permohonan Izin Penelitian ... 115
7. Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian ... 116
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Terwujudnya keadaan sehat adalah kehendak semua pihak. Untuk dapat
mewujudkan keadaan sehat tersebut banyak hal yang diperlukan, salah satu
diantaranya yang dinilai mempunyai peran yang cukup penting adalah
menyelenggarakan pelayanan kesehatan.
Rumah sakit sebagai salah satu bentuk pelayanan kesehatan memiliki tiga
fungsi yaitu fungsi sosial, fungsi ekonomi dan fungsi ilmu pengetahuan teknologi.
Rumah sakit bertanggungjawab memberikan pelayanan yang cepat, tepat, akurat,
terjangkau dan bermutu sesuai standar dan etika profesi, sehingga dapat menjadi
acuan dan informasi serta memenuhi harapan dan kepuasan masyarakat.
Rumah sakit sebagai organisasi pelayanan kesehatan masyarakat, berfungsi
melayani masyarakat secara luas dalam bentuk jasa. Untuk mencapai sasaran yang
diinginkan manajemen, rumah sakit menuntut karyawan untuk meningkatkan
kinerjanya. Pasien yang datang baik untuk pelayanan rawat inap ataupun rawat jalan
akan memberikan respon yang positif terhadap pelayanan pegawai yang baik,
sehingga mampu meningkatkan kunjungan pasien ke rumah sakit. Hasil akhir dari
keberhasilan pelayanan rumah sakit dapat dilihat dari tingkat Bed Occupancy Rate
(BOR). Semakin tinggi tingkat BOR yang dicapai rumah sakit, dapat dijadikan
indikator untuk menilai kinerja karyawan dalam melaksanakan pengobatan maupun
perawatan pasien.
Rumah Sakit Umum Daerah Rokan Hulu sebagai salah satu sarana pelayanan
kesehatan utama di kabupaten Rokan Hulu, merupakan rumah sakit kelas C.
Berdasarkan data yang diperoleh dari RSUD Rokan Hulu pada tahun 2007, jumlah
tempat tidur 109 TT, jumlah kunjungan rawat jalan di RSUD ini sebanyak 14.867
orang, serta rawat inap 2.900 orang. Sedangkan hasil pelayanan nya dapat di lihat
pada tabel 1.1.
Tabel 1.1. Hasil Pelayanan RSUD Rokan Hulu 2005 S.D. 2007
No Tahun BOR LOS TOI BTO
1 2005 33,39 2,68 2,99 45,43
2 2006 34,30 3,34 3,09 31,37
3 2007 35,42 3,25 5,74 41,09
Sumber : Rekam Medik RSUD Rokan Hulu, 2007
Pada Tabel 1.1. dapat dilihat bahwa tingkat pemanfaatan Rumah Sakit masih
rendah pada tahun 2007 yaitu Bed Occupancy Rate (BOR) yaitu persentase
pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu tertentu yang hanya 35,42 % (Standar
Depkes, > 75%), Length Of Stay (LOS) yaitu rata-rata lama rawatan seorang pasien
3,25 (Standar Depkes 5-12 hari), Turn Over Interval (TOI) yaitu rata-rata hari, tempat
tidur tidak ditempati dari saat terisi ke saat terisi berikutnya 5,74 (Standar Depkes 1-3
hari), Bed Turn Overl (BTO) yaitu frekuensi pemakaian tempat tidur 41,09 (Standar
40-50 kali). Berdasarkan data diatas, diketahui bahwa tingkat pemanfaatan Rumah
didapat fakta bahwa para karyawan sering meninggalkan tugas pada saat jam kerja,
pulang sebelum jam kerja habis, tingkat kehadiran karyawan di rumah sakit yang
hanya rata-rata 75% (bagian kepegawaian RSUD Rokan Hulu) dan beban kerja tidak
merata. Disamping itu didapatkan juga bahwa sebagian karyawan di RSUD Rokan
Hulu saat ini adalah karyawan yang sebelumnya bekerja di Pusat Kesehatan
Masyarakat (Puskesmas) dan sebagian lagi adalah karyawan yang baru diangkat
menjadi pegawai negeri dengan pengalaman bekerja di rumah sakit hampir tidak ada.
Belum lagi sorotan dari masyarakat tentang buruknya pelayanan yang diberikan para
karyawan.
Rumah Sakit untuk mencapai sasaran yang diinginkan yaitu peningkatan
kunjungan pasien , karyawan dituntut untuk meningkatkan kinerjanya. Kinerja adalah
hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya
(Gibson, 1997). Mengingat pentingnya kinerja karyawan dalam mencapai kinerja
organisasi, maka perlu dikaji faktor-faktor yang dapat meningkatkan kinerja
karyawan untuk menunjang keberhasilan Rumah Sakit di kemudian hari.
Upaya peningkatan kinerja karyawan menuntut peran manajemen dalam
melakukan pendekatan kepemimpinan yang efektif, bahwa keberhasilan Rumah Sakit
sangat tergantung pada kemampuan pemimpinnya. Dengan kemampuan yang
dimilikinya pemimpin dapat mempengaruhi karyawannya untuk melakukan pekerjaan
sesuai dengan apa yang diinginkannya. Kemudian dalam mengantisipasi
kebutuhan karyawan (Porte – Lawller, dalam Steers RM, 1996). Dan dibutuhkan
seorang pemimpin yang bisa mengerti perilaku organisasi yang sedang dihadapinya
sehingga ia mampu membawa organisasinya mencapai tujuan yang telah ditetapkan
bersama melalui pencapaian visi organisasi. Menurut Steers (dalam Saribu, 2006)
manajer sebagai seorang pemimpin harus mampu menciptakan budaya organisasi
yang kondusif, saling mendukung satu sama lain, saling menguatkan yang akan
membangkitkan energi organisasi dalam menghadapi era persaingan yang semakin
kompetitif. Dalam mencapai tujuan organisasi, pimpinan menggunakan gaya
kepemimpinannya. Gaya kepemimpinan adalah prilaku dan strategi, sebagai hasil
kombinasi dari falsafah, keterampilan, sifat, sikap, yang sering diterapkan seorang
pemimpin ketika mencoba mempengaruhi kinerja bawahannya (Rivai, 2004).
Peranan gaya kepemimpinan, dalam mempengaruhi kinerja karyawannya
adalah pentingnya kepuasan kerja. Robbin (2003) menyatakan Kepuasan Kerja
merupakan sikap umum yang merupakan hasil dari beberapa sikap khusus terhadap
faktor-faktor pekerjaan, penyesuaian diri dan hubungan sosial individu di luar kerja.
Menurut Sunarto (2004) kepentingan para manajer pada kepuasan kerja cenderung
berpusat pada efeknya terhadap kinerjanya. Rumah Sakit perlu memperhatikan dan
menciptakan kondisi adanya keseimbangan antara pencapaian tujuan individual
karyawannya dimana salah satu tujauan individu karyawan adalah tercapainya
kepuasan dalam bekerja. Pihak manajemen perlu mengetahui yang diinginkan oleh
karyawan untuk meningkatkan kontribusi mereka dalam bekerja. Seorang karyawan
terhadap pekerjaannya, dan seorang karyawan yang tidak puas akan menunjukkan
sikap yang negatif terhadap pekerjaannya. Jika karyawan merasa puas terhadap
perlakuan yang diterimanya di tempat kerja, maka mereka akan bersemangat untuk
bekerja sebagaimana yang diharapkan sehingga akan meningkatkan kinerja mereka
dan selanjutnya akan meningkatkan kinerja organisasi (Nursiah, 2004).
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah penelitian diajukan adalah:
1. Apakah gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kepuasan kerja di RSUD
Rokan Hulu.
2. Apakah gaya kepemimpinan dan kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja
karyawan di RSUD Rokan Hulu.
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Menganalisis pengaruh antara gaya kepemimpinan memprakarsai struktur dan
gaya kepemimpinan pertimbangan terhadap kepuasan kerja di RSUD Rokan
Hulu.
2. Menganalisis pengaruh antara gaya kepemimpinan memprakarsaia struktur,
gaya kepemimpinan pertimbangan dan kepuasan kerja terhadap kinerja
3. Menganalisis faktor dominan yang mempengaruhi gaya kepemimpinan
memprakarasai struktur, gaya kepemimpinan pertimbangan dan kepuasan
kerja terhadap kinerja karyawan di RSUD Rokan Hulu.
1.4 Hipotesis
Ha 1: Terdapat pengaruh antara variabel gaya kepemimpinan memprakarsai struktur,
gaya kepemimpinan pertimbangan terhadap variabel kepuasan kerja.
Ha 2: Terdapat pengaruh antara variabel gaya kepemimpinan memprakarsai
struktur, gaya kepemimpinan pertimbangan dan kepuasan kerja terhadap
variabel kinerja karyawan.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
Bagi Pihak Manajemen RSUD Rokan Hulu :
Sebagai informasi bagi pihak manajemen mengenai gaya kepemimpinan yang
diterapkan di Rumah Sakit berdasarkan persepsi bawahan, kepuasan kerja dan
kinerja karyawan, sehingga diharapkan dapat digunakan dalam program
pembinaan karyawan dalam rangka peningkatan kinerja karyawan.
2. Manfaat Teoritis
a. Menambah wawasan ilmu pengetahuan, terutama di bidang manajemen
sumber daya manusia khususnya tentang pengaruh gaya kepemimpinan
b. Sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya yang memfokuskan studi
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Gaya Kepemimpinan
2.1.1. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan pada sebuah organisasi, menjadi salah satu pusat perhatian.
Organisasi yang berhasil memiliki sebuah ciri utama yang membedakannya dengan
organisasi yang tidak berhasil, yaitu kepemimpinan yang dinamis dan efektif. Kotter
(2003) menyatakan bahwa dalam perubahan yang besar, kita perlu lebih berdaya
tahan dan bersaing secara efektif dalam lingkungan yang baru. Perubahan yang
semakin banyak selalu menuntut kepemimpinan yang lebih kuat.
Kepemimpinan dapat diartikan sebagai proses mempengaruhi dan
mengarahkan para pegawai dalam melakukan pekerjaan yang telah ditugaskan kepada
mereka, Sebagai mana didefinisikan oleh Stoner, dkk (dalam Saefullah, dkk, 2005)
bahwa kepemimpinan adalah “The process of directing and influencing the task
related activities of group members”.
Griffin (dalam Saefullah, dkk., 2005) membagi pengertian kepemimpinan
menjadi 2 (dua) konsep, yaitu sebagai proses dan sebagai atribut. Sebagai proses
kepemimpinan difokuskan kepada apa yang dilakukan oleh para pemimpin yaitu
proses dimana para pemimpin menggunakan pengaruhnya untuk memperjelas tujuan
organisasi bagi para pegawai, bawahan atau yang dipimpinnya, memotivasi mereka
untuk mencapai tujuan tersebut, serta membantu menciptakan suatu budaya produktif
dalam organisasi. Adapun dari sisi atribut, kepemimpinan adalah kumpulan
karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Oleh karena itu, pemimpin
dapat didefinisikan sebagai sesorang yang memiliki kemampuan untuk
mempengaruhi perilaku orang lain tanpa menggunakan kekuatan, sehingga
orang-orang yang dipimpinnya menerima dirinya sebagai sosok yang layak memimpin
mereka.
House (dalam Yukl, 2005) mendefinisikan kepemimpinan sebagai
kemampuan individu untuk mempengaruhi, memotivasi, dan membuat orang lain
mampu memberikan kontribusinya demi efektivitas dan keberhasilan organisasi.
Menurut Rivai (2003), Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi dalam
menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan
untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Selain itu juga mempengaruhi
interpretasi mengenai peristiwa-peristiwa para pengikutnya, pengorganisasian dan
aktivitas-aktivitas untuk mencapai sasaran, memelihara hubungan kerja sama dengan
kelompoknya. Hal ini juga didukung oleh Robbins (2003) yang menyatakan bahwa
kepemimpinan merupakan kemampuan untuk mempengaruhi dan menggerakkan
sekelompok orang bukan dengan paksa untuk mencapai tujuan tertentu.
Berdasarkan definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kepemimpinan
merupakan kemampuan individu untuk mempengaruhi, memotivasi dan
2.1.2. Gaya Kepemimpinan
Menurut Rivai (2004), gaya kepemimpinan adalah perilaku dan strategi
sebagai hasil kombinasi dari falsafah, keterampilan, sifat, sikap yang sering
diterapkan seorang pemimpin ketika sedang mempengaruhi bawahannya.
Hersey dan Blanchard (1994), menyatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah
perilaku yang dilakukan oleh pimpinan pada saat berupaya mempengaruhi aktivitas
orang lain untuk mencapai tujuan. Selain itu juga menyatakan Bahwa tidak ada cara
terbaik untuk mempengaruhi perilaku orang-orang, gaya kepemimpinan yang harus
diterapkan bergantung pada tingkat kematangan dari orang-orang yang akan
dipengaruhi. Ada empat gaya kepemimpinan berkaitan dengan kesiapan bawahan
dalam melaksanakan tugas yaitu:
a. Gaya kepemimpinan direktif, ditandai dengan adanya komunikasi satu arah.
Pimpinan membatasi peranan bawahan, apa, bagaimana, kapan, dimana, dan
bagaimana sesuatu tugas dilaksanakan. Pemecahan masalah dan pengambilan
keputusan semata-mata menjadi tanggung jawab pemimpin.
b. Gaya kepemimpinan konsultatif, masih memberikan direktif yang cukup besar
serta menetapkan keputusan-keputusan. Bedanya dengan tipe direktif, pada
tipe konsultatif mempergunakan konsultasi dua arah dan memberikan support
terhadap bawahan. Pemimpin mau mendengarkan keluhan dan perasaan
bawahan mengenai keputusan yang diambil. Sementara bantuan terhadap
c. Gaya kepemimpinan partisipatif, kontrol atas pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan antara pemimpinan dan bawahan dalam keadaan
seimbang. Pemimpin dan bawahan sama-sama terlibat dalam pemecahan
masalah dan pengambilan keputusan. Komunikasi dua arah makin meningkat.
Pemimpin makin mendengarkan secara intensif terhadap bawahannya.
Keikutsertaan bawahan dalam memecahkan masalah dan pengambilan
keputusan makin bertambah, sebab pemimpin berpendapat bahwa bawahan
memiliki kecakapan dan pengetahuan yang luas untuk menyelesaikan tugas.
d. Gaya kepemimpinan delegatif, pemimpin mendiskusikan masalah-masalah
yang dihadapi dengan bawahan dan selanjutnya mendelegasikan pengambilan
keputusan seluruhnya kepada bawahan. Selanjutnya hak bawahan untuk
menentukan langkah-langkah bagaimana keputusan dilaksanakan. Bawahan
diberikan wewenang untuk menyelesaikan tugas-tugas sesuai dengan
keputusan sendiri, sebab mereka dianggap telah memiliki kecakapan dan
dipercaya untuk memikul tanggung jawab untuk mengarahkan dan mengelola
dirinya sendiri.
Menurut House (dalam Thoha, 2006) dengan teori path-goal berusaha
menjelaskan pengaruh gaya kepemimpinan terhadap motivasi, kepuasan dan
pelaksanaan pekerjaan bawahannya. Teori House memasukkan empat gaya
kepemimpinan yaitu :
a. Gaya kepemimpinan direktif, gaya ini sama dengan gaya kepemimpinan
dan pengarahan yang khusus diberikan oleh pimpinan. Dalam model ini tidak
ada partisipasi bawahan.
b. Gaya kepemimpinan yang mendukung (supportive leadership) kepemimpinan
ini mempunyai kesediaan untuk menjelaskan sendiri, bersahabat, mudah
didekati, dan mempunyai perhatian kemanusiaan yang murni terhadap para
bawahannya.
c. Gaya kepemimpinan partisipasif, pemimpin berusaha meminta dan
menggunakan saran-saran dari bawahannya. Namun pengambilan keputusan
masih tetap berada padanya.
d. Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada prestasi, kepemimpinan yang
menetapkan serangkaian tujuan yang menantang para bawahannya untuk
berpartisipasi, mencari perbaikan kinerja, menekankan kinerja yang luar biasa,
dan memperlihatkan keyakinan bahwa bawahan akan mencapai standar yang
tinggi.
Diantara beberapa program penelitian yang luas mengenai kepemimpinan
yang berkembang setelah perang dunia II, salah satu yang paling penting adalah
penelitian yang dilakukan oleh Fleishman dan rekan-rekannya di Ohio State
University (dalam Robbin, 2006). Penelitian menghasilkan suatu teori yang
dinamakan teori kepemimpinan dua faktor yang disebut initiating structure dan
consideration.
Initiating structure (memprakarsai struktur) menyangkut perilaku pemimpin
dan saluran komunikasi yang jelas dan menguraikan secara terinci cara
menyelesaikan tugas. Jadi struktur ini mencakup perilaku yang berupaya
mengorganisasi kerja, hubungan kerja dan tujuan. Sedangkan consideration
(pertimbangan) menyangkut perilaku yang menunjukkan persahabatan, saling
mempercayai, rasa hormat, kehangatan, dan hubungan antara pemimpin dan pengikut.
Gaya kepemimpinan yang menekankan pada initiating structure merupakan
task oriented (berorientasi tugas). Sedangkan gaya kepemimpinan yang menekankan
pada consideration adalah employee oriented (berorientasi karyawan).
Kedua dimensi perilaku / gaya kepemimpinan di atas dapat diukur dari
pimpinan sendiri dan dari orang lain (bawahan, atasan atau rekan sejawat). Instrumen
yang mengukur gaya kepemimpinan berdasarkan persepsi pimpinan sendiri
dinamakan LOQ (Leader Opini Questionnaire), yang menilai bagaimana pikiran
pimpinan mengenai perilaku mereka sendiri dalam menjalankan peranan
kepemimpinan. Instrumen yang mengukur gaya kepemimpinan berdasarkan persepsi
bawahan, atasan atau rekan sejawat dinamakan LBDQ (Leader Behavior Description
Questionnaire).
LBDQ adalah sebuah instrument yang dirancang untuk menggambarkan bagai
mana cara pemimpin melaksanakan aktivasi mereka. LBDQ berisi lima belas hal
yang berkenaan dengan orientasi konsiderasi dan jumlah yang sama bagi orientasi
struktur inisiatif. Para responden menentukan frekuensi perilaku yang diperlihatkan
pemimpin dalam masing-masing orientasi dengan memberi tanda pada satu dari lima
orientasi konsiderasi dan struktur inisiatif adalah dimensi-dimensi perilaku yang
diamati oleh orang lain. LBDQ diisi oleh bawahan pemimpin, atasan atau rekan
sejawat mereka (Hersey dan Blancahard, 1998).
LBDQ digunakan untuk menganalisis gaya kepemimpinan berbagai kelompok
pemimpin dan dalam berbagai situasi. Studi telah dilaksanakan pada angkatan
bersenjata, pengawas produksi, pegawai administrasi perguruan tinggi, guru, kepala
sekolah, pemimpin kelompok pelajar, dan kelompok sipil lainnya (Luthans, 1998).
Studi yang telah dilaksanakan oleh Universitas Ohio dengan menggunakan LBDQ
tersebut sangat berarti dan bernilai bagi studi kepemimpinan. Studi mereka
merupakan studi yang pertama yang menunjuk dan menetapkan dua hal, tugas dan
sifat manusiawi dalam menilai kepemimpinan. Kedua hal ini mencakup orientasi
tugas atau tujuan dan mengenai kebutuhan individu dan persahabatan dimana kedua
dimensi tersebut saling melengkapi satu sama lain (Luthan, 1998).
Berdasarkan kombinasi gaya kepemimpinan tersebut para peneliti di Ohio
State University menemukan adanya empat kemungkinan kombinasi gaya
kepemimpinan dari seorang pemimpin yaitu : (1) pertimbangan yang tinggi dan
memprakarsai struktur tinggi; (2) pertimbangan yang tinggi dan memprakarsai
struktur yang rendah; (3) pertimbangan yang rendah dan memprakarsai struktur yang
tinggi; (4) pertimbangan yang rendah memprakarsai struktur yang rendah.
Berkaitan dengan kombinasi gaya kepemimpinan memprakarsai struktur dan
perilaku kepemimpinan yang dikenal dengan kwadran kepemimpinan seperti terlihat
pada Gambar 2.1 berikut ini:
Tinggi
Struktur Rendah Dan Pertimbangan Tinggi
Struktur Tinggi Dan Pertimbangan Tinggi
Struktur Rendah Dan Pertimbangan Rendah
Struktur Tinggi Dan Pertimbangan Rendah Pertimbangan
Memprakarsai Struktur
Rendah Tinggi
Sumber : Rivai (2004)
Gambar 2.1. Gaya Kepemimpinan yang Dipelajari di Ohio State University
Kedua perilaku initiating structure dan Consideration menurut penelitian
Universitas Ohio merupakan perilaku kepemimpinan yang tidak saling
mempengaruhi atau tidak memiliki saling ketergantungan, tetapi masing-masing
berdiri sendiri. Realisasinya oleh seorang pemimpin secara serentak memiliki
beberapa kemungkinan. Kemungkinan pertama initiating structure tinggi dan
consideration juga tinggi atau sama-sama rendah, salah satu tinggi dan yang lain
2.2. Kepuasan Kerja
2.2.1 Pengertian Kepuasan Kerja
Locke (dalam Luthans, 2006) menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah
keadaan emosi yang senang atau emosi positif yang berasal dari penilaian pekerjaan
atau pengalaman kerja seseorang. Kemudian Robbins (2003) mengemukakan
kepuasan kerja merujuk pada sikap umum seorang individu terhadap pekerjaannya.
Seorang dengan tingkat kepuasan kerja tinggi menunjukkan sikap yang positif
terhadap pekerjaan itu, seseorang yang tak puas dengan pekerjaannya menunjukkan
sikap yang negatif terhadap pekerjaan itu.
Mathis dan Jackson (2001) mengemukakan bahwa kepuasan kerja adalah
keadaan emosi yang positif dari mengevaluasi pengalaman kerja seseorang.
Sedangkan Siagian (2002) mengemukakan bahwa kepuasan kerja merupakan suatu
cara pandang seseorang baik yang bersikap positif maupun bersikap negatif tentang
pekerjaannya. Lebih lanjut Gibson (1997) menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah
sikap seseorang terhadap pekerjaannya, sikap tersebut berasal dari persepsi mereka
mengenai pekerjaannya. Hal itu tergantung pada tingkat outcome intrinsik maupun
ekstrinsik dan bagaimana pekerja memandang outcome tersebut. Kepuasan kerja akan
mencerminkan perasaan mereka terhadap pekerjaannya.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Kepuasan
kerja merupakan penilaian dari pekerja tentang seberapa jauh pekerjaannya secara
2.2.2 Teori Kepuasan Kerja
Wexley dan Yukl (dalam As,ad, 2001) mengemukakan beberapa teori tentang
kepuasan kerja, yaitu two factors theory, discrepancy theory dan equity theory.
a. Teori Dua Faktor (Two Factor theory)
Teori dua faktor yang dikemukakan oleh Herzberg menyatakan bahwa
kepuasan dan ketidak puasan dalam bekerja merupakan dua hal yang berbeda.
Menurut teori ini, karakteristik pekerjaan dapat dikelompokkan menjadi dua kategori,
yaitu kelompok disatisfiers atau hygiene factors dan kelompok satisfiers atau
motivator.
Disatisfiers atau hygiene factors meliputi hal-hal seperti gaji atau upah,
pengawasan, hubungan antar pribadi, kondisi kerja dan memenuhi dorongan biologis
serta kebutuhan dasar seseorang seperti kebutuhan keamanan dan kelompok. Jika
kebutuhan- kebutuhan ini terpenuhi, seseorang tidak akan merasa puas. Namun jika
besarnya hygiene factors memadai untuk memenuhi kebutuhan tertentu, maka
seseorang tidak lagi merasa kecewa tetapi mereka belum merasa terpuaskan, dengan
kata lain faktor ini terbukti menjadi sumber ketidak puasan seseorang. Perbaikan
terhadap gaji atau kondisi kerja tidak akan menimbulkan kepuasan tetapi hanya
mengurangi ketidak puasan.
b. Teori Kesenjangan (Discrepancy Theory)
Seseorang akan terpuaskan jika tidak ada selisih antara kondisi yang
diinginkan dengan kondisi actual. Semakin besar kekurangan dan semakin banyak
Apabila kenyataan yang didapat ternyata lebih besar apa yang diinginkan, maka
orang akan merasa puas, walaupun terdapat discrepancy, tetapi ini merupakan
discrepancy yang positif.
Locke (dalam As,ad, 2001) menyatakan bahwa kepuasan atau tidak puasan
dengan sejumlah aspek pekerjaan tergantung pada selisih (discrepancy) antara yang
telah dianggap telah didapatkan dengan yang diinginkan.
c. Teori Keadilan(Equity Theory)
Teori keadilan ini memiliki implikasi terhadap pelaksanaan kerja para
bawahan disamping terhadap kepuasan kerja. Teori ini meramalkan bahwa seorang
pekerja akan mengubah input usahanya bila tindakan ini lebih layak dari reaksi
lainnya terhadap ketidak adilan. Jadi komponen utama dari teori keadilan yang
dikembangkan oleh Adam (dalam As,ad) adalah input, hasil, orang bandingan serta
keadilan dan ketidak adilan. Input adalah sesuatu yang bernilai bagi seseorang yang
dianggap mendukung pekerjaannya seperti pendidikan, pengalaman, kecakapan,
banyaknya usaha yang dicurahkan, jumlah dan kerja dengan peralatan atau
perlengkapan pribadi yang dipergunakan untuk pekerjaannya. Hasil adalah sesuatu
yang dianggap bernilai oleh seseorang pekerja yang diperoleh dari pekerjaannya
seperti upah atau gaji, keuntungan sampingan, symbol status, penghargaan serta
kesempatan untuk berhasil atau ekspresi diri, orang bandingan orang yang bekerja
dalam organisasi itu sendiri ataupun organisasi lain menyangkut dengan
pekerjaan-pekerjaan terdahulu. Keadilan dan ketidak adilan dimana, jika rasio input seorang
keadaan adil dianggap oleh pekerja. Jika para pekerja menganggap perbandingan
tersebut tidak adil, maka keadaan ketidak adilanlah dianggap ada.
2.2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja
Desantis dan Durst (dalam Emelisa, 2001) mengemukakan bahwa kepuasan
kerja dipengaruhi oleh faktor-faktor yang dapat dikelompokkan ke dalam empat
kelompok yaitu: monetary and nonmonetary reward, job characteristics,
work-environment characteristics, personal characteristics.
Monetary dan nonmonetary reward merupakan penghargaan finansil,
kesempatan promosi dan fasilitas lain yang diberikan. Job characteristics terdiri dari
keanekaragaman tugas/keterampilan, signifikansi/keberartian pekerjaan, otonomi, dan
umpan balik pekerjaan. Work-environment characteristics adalah faktor-faktor yang
diduga dapat membantu atau menghalangi karyawan dalam pelaksanaan tugasnya,
terdiri dari keadaan fisik dan lingkungan kerja, hubungan dengan rekan sekerja dan
hubungan dengan atasan. Personal characteristics adalah karakteristik pribadi
karyawan, antara lain jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan dan sebagainya.
Menurut Luthans (2006) ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepuasan
kerja, pengaruh yang utama terdiri dari lima dimensi yaitu: pertama pekerjaan itu
sendiri, kedua gaji, ketiga kesempatan promosi, keempat pengawasan dan kelima
rekan kerja. Mathis dan Jackson (2001) mengemukakan bahwa kepuasan kerja
mempunyai banyak dimensi. Secara umum tahap yang diamati adalah kepuasan
kerja, dan kesempatan untuk maju. Setiap dimensi menghasilkan perasaan puas
secara keseluruhan dengan pekerjaan itu sendiri, namun pekerjaan mempunyai
defenisi yang berbeda bagi orang lain.
Kreitner dan Kinicki (2005) mengemukakan aspek-aspek kepuasan kerja yang
relevan terdiri dari kepuasan terhadap pekerjaan, gaji, promosi, rekan sekerja, dan
penyelia. Robbins (2001) mengatakan faktor-faktor yang lazim yang akan dicakup
dalam mengukur kepuasan kerja adalah sifat dasar pekerjaan, penyelia, upah
sekarang, kesempatan promosi, dan hubungan dengan rekan sekerja.
Rivai (2004) menyatakan bahwa kepuasan kerja itu adalah rasa aman dan
mempunyai segi-segi : segi sosial ekonomi terdiri dari gaji dan jaminan sosial, segi
sosial psikologi terdiri dari kesempatan untuk maju, kesempatan untuk mendapatkan
penghargaan, berhubungan dengan masalah pengawasan, berhubungan dengan
pergaulan antara karyawan dengan karyawan dan antara karyawan dengan atasan.
Sedangkan Newstroom dan Davis (1997) menyatakan bahwa beberapa studi
memisahkan faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan kedalam
dua bagian yaitu: pertama faktor yang berhubungan langsung dengan jenis pekerjaan
(job content), dan kedua faktor yang berhubungan dengan pengawasan, rekan sekerja
serta organisasi (job context).
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja adalah penghargaan finansial,
pekerjaan, linkungan kerja (kondisi fisik, hubungan dengan sekerja dan hubungan
dengan atasan)
2.3. Kinerja Karyawan
2.3.1. Pengertian Kinerja
Mathis dan Jackson (2002) berpendapat bahwa kinerja pada dasarnya adalah
apa yang dilakukan atau tidak dilakukan karyawan. Kinerja karyawan adalah yang
mempengaruhi seberapa banyak mereka memberi kontribusi kepada organisasi yang
antara lain termasuk: kuantitas output, kualitas output, jangka waktu output,
kehadiran di tempat kerja, dan sikap kooperatif.
Kemudian Gibson, dkk (1997) menyatakan Kinerja adalah hasil kerja secara
kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Selanjutnya Alwi
(2001) menyatakan bahwa kinerja adalah hasil kerja baik secara kualitatif maupun
kuantitatif.
Lebih lanjut Bernardin dan Russel (dalam Achmad 2004) menyatakan bahwa
kinerja adalah sebagai pencatatan hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi
pekerjaan atau kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu.
Prihadi S.F (2004) mengatakan kinerja bukanlah hanya merupakan hasil
kualitas spesifik moneter, produktivitas, atau kualitas yang dicapai di masa lampau,
yang mereka tunjukkan yang memprediksikan kinerja superior dalam jabatan mereka
di masa kini atau jabatan mereka di masa datang.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kinerja
karyawan merupakan hasil yang dicapai karyawan dalam pelaksanaan suatu
pekerjaan baik secara kuantitas maupun kualitas.
2.3.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja
Mathis dan Jackson (2002) menyatakan bahwa banyak faktor yang dapat
mempengaruhi kinerja tenaga kerja yaitu kemampuan, motivasi, dukungan yang
diterima, keberadaan pekerjaan yang mereka lukukan dan hubungan mereka dengan
organisasi.
Bernadin (1993) menambahkan bahwa kinerja karyawan dipengaruhi oleh
pengetahuan, keterampilan, kapabilitas, sikap dan prilaku karyawan. Sedangkan
Suprihanto (2000) mengemukakan sejumlah faktor yang mempengaruhi kinerja
karyawan yaitu bakat, pendidikan dan pelatihan, lingkungan dan fasilitas, iklim kerja,
motivasi dan kemampuan hubungan industrial, teknologi, manajemen, kesempatan
berprestasi dan lain sebagainya.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa faktor yang
mempengaruhi kinerja adalah pendidikan dan pelatihan, keterampilan, motivasi,
manajemen, keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan, kesempatan berprestasi,
sikap dan perilaku karyawan, bakat, lingkungan dan fasilitas, iklim kerja dan
teknologi.
2.3.3. Mengukur Kinerja Karyawan
Nawawi (2003) mengemukakan penilaian kinerja diartikan sebagai proses
pengamatan (observasi) terhadap pelaksanaan pekerjaan seorang karyawan atau tim
kerja. Pelaksanaannya selain menggunakan observasi juga dapat menggunakan
interviu angket/kuesioner atau cara lain.
Menurut Mathis dan Jackson (2002) penilaian kinerja dapat dilaksanakan oleh
siapa saja yang paham benar tentang penilaian karyawan secara individual.
Kemungkinannya antara lain adalah para atasan yang menilai karyawannya,
karyawan yang menilai atasannya, anggota kelompok yang menilai satu sama lain,
sumber-sumber dari luar, penilaian karyawan sendiri dan penilaian dengan multi
sumber (3600).
Swanburg (dalam Nursalam, 2002) mengemukakan bahwa Penilaian kinerja
merupakan alat yang paling dapat dipercaya oleh manajer perawat dalam mengontrol
sumber daya manusia dan produktivitas. Proses penilaian kinerja dapat digunakan
secara efektif dalam mengarahkan perilaku pegawai dalam rangka menghasilkan jasa
keperawatan dalam kualitas dan volume yang tinggi.
Robbins (2001) mengatakan bahwa yang dapat melakukan penilaian adalah
menyeluruh: evaluasi 360 derajat. Sedangkan Dessler (2000) menyatakan bahwa
yang dapat melakukan penilaian adalah atasan langsung, penilaian rekan sekerja,
penilaian oleh panitia, penilaian sendiri dan penilaian oleh bawahan.
2.4. Hubungan antara Gaya Kepemimpinan dengan Kinerja karyawan
Upaya peningkatan kinerja karyawan menuntut peran manajemen dalam
melakukakan pendekatan kepemimpinan yang efisien, efektih dan produktif. Dengan
kemampuan yang dimilikinya pemimpin dapat mempengaruhi karyawannya untuk
melakukan pekerjaan sesuai dengan apa yang diinginkan. Dalam mencapai tujuan
organisasi, pimpinan menggunakan gaya kepemimpinannya (Rivai, 2008).
Kepemimpinan merupakan kemampuan untuk mempengaruhi dan menggerakkan
sekelompok orang bukan dengan paksa untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan
kemampuan yang dimilikinya, pimpinan dapat mempengaruhi dan mendorong
karyawannya untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan apa yang diarahkannya dan
diinginkannya agar dapat mencapai tingkat kinerja yang diharapkan sehingga tujuan
dan keberhasilan organisasi dapat dicapai.
2.5. Hubungan antara Kepuasan Kerja dengan Kinerja Karyawan
Dalam mempengaruhi kinerja karyawannya adalah penting kepuasan kerja.
Kepuasan kerja merupakan sikap umum yang merupakan hasil dari beberapa sikap
individu di luar kerja. Menurut Sunarto (2004) kepentingan para manajer pada
kepuasan kerja cenderung berpusat pada efeknya terhadap kinerjanya.
Menurut Robbins (2001) efek kepuasan kerja cenderung berpuasat pada
kinerja karyawan. Lebih lanjut dijelaskannya bahwa hubungan kepuasan kerja dan
kinerja pada hakikatnya dapat diringkaskan dalam pernyataan seorang pekerja yang
bahagia adalah seorang pekerja yang produktif. Kepuasan kerja berpengaruh terhadap
kinerja organisasi, artinya kinerja seseorang akan meningkat ketika kepuasan kerja
dari individu berada pada posisi yang tinggi (Utomo, 2002).
2.6. Landasan Teori
Pada saat ini pentingnya peranan sumber daya manusia tercermin dari
kebutuhan organisasi untuk membuat strategi sumber daya manusianya sendiri.
Sumber daya manusia merupakan tulang punggung kehidupan organisasi.
Keberhasilan organisasi sangat bergantung pada kualitas sumber daya manusia yang
bersangkutan, sehingga perlu memiliki karyawan yang berkemampuan tinggi dan
berkembang dengan baik untuk meningkatkan kinerja yang tinggi.
Menurut Mathis dan Jackson (2002) kinerja karyawan adalah yang
mempengaruhi seberapa banyak mereka memberi kontribusi kepada organisasi yang
antara lain termasuk kuantitas output, kualitas output, jangka waktu output, kehadiran
di tempat kerja dan sikap kooperatif. Kuantitas output mengacu pada jumlah hasil
yang dicapai. Kualitas output mengacu pada akurasi dan margin kesalahan. Jangka
Kehadiran di tempat kerja mengacu pada ketaatan pada jadwal kerja sebagaimana
ditugaskan, dan sikap kooperatif mengacu pada kerja sama dan komunikasi dengan
penyelia dan rekan kerja.
Kemampuan karyawan mencapai tingkat kinerja yang tinggi penting untuk
peningkatan kinerja organisasi yang efisien, efektif dan produktif. Upaya peningkatan
kinerja karyawan menuntut peran manajemen dalam melakukan pendekatan
kepemimpinan yang efektif. Robbins (2003) yang menyatakan bahwa Kepemimpinan
merupakan kemampuan untuk mempengaruhi dan menggerakkan sekelompok orang
bukan dengan paksa untuk mencapai tujuan tertentu.
Pimpinan dengan kemampuan yang dimilikinya dapat mempengaruhi dan
mendorong karyawannya untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan yang
diarahkannya dan dinginkannya agar dapat mencapai tingkat kinerja yang diharapkan
sehingga tujuan dan keberhasilan organisasi dapat dicapai. Perilaku kepemimpinan
manajer akan tercermin dari gaya kepemimpinannya yang muncul pada saat
memimpin bawahannya. Robbin (2001) mengemukakan bahwa berdasarkan studi
yang dilakukan oleh Fleishman dan rekan-rekannya di Universitas Ohio, gaya
kepemimpinan dibagi dalam dua dimensi yaitu intiating structure, dan consideration.
Intiating Structure (memprakarsai struktur) mengacu pada sejauh mana
seorang pemimpin berkemungkinan menetapkan dan menstruktur peranannya dan
peran bawahannya dalam mengusahakan tercapainya tujuan. Struktur ini mencakup
perilaku yang berupaya mengorganisasi kerja, hubungan kerja, dan tujuan. Sedangkan
oleh saling percaya, menghargai gagasan bawahan, dan memperhatikan perasaan
karyawan.
Disamping faktor kepemimpinan yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan
dalam mencapai keberhasilan perusahaan, tingkat kepuasan kerja karyawan. Menurut
Fathoni (2006) kepuasan kerja merupakan kunci pendorong moral kerja, kedisplinan,
dan prestasi kerja karyawan dalam mendukung terwujudnya tujuan perusahaan.
Desantis dan Durst dalam Emelisa (2001) mengemukakan bahwa kepuasan
kerja dipengaruhi oleh faktor-faktor yang dapat dikelompokkan ke dalam empat
kelompok yaitu: monetary and nonmonetary reward, job characteristics,
work-environment characteristics, personal characteristics. Monetary dan nonmonetary
reward merupakan penghargaan finansil, kesempatan promosi dan fasilitas lain. Job
characteristics terdiri dari kenekaragaman keterampilan/tugas,
signifikansi/keberartian pekerjaan, otonomi, dan umpan balik pekerjaan.
Work-environment characteristics terdiri dari keadaan fisik dan lingkungan kerja, hubungan
dengan rekan sekerja dan hubungan dengan atasan. Personal characteristics adalah
karakteristik pribadi karyawan, antara lain jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan dan
sebagainya.
The cornell studies (Winardi, 2004) menunjukkan bahwa kepuasan kerja
terdiri dari 5 aspek yaitu pekerjaan itu sendiri, pembayaran (upah-gaji), supervisi,
kesempatan untuk promosi, dan ciri-ciri/ sifat rekan sekerja.
Menurut Robbins (2001) efek kepuasan kerja cenderung berpusat pada kinerja
pada hakikatnya dapat diringkaskan dalam pernyataan seorang pekerja yang bahagia
adalah seorang pekerja yang produktif. Utomo (2002) menyatakan bahwa kepuasan
kerja berpengaruh terhadap kinerja organisasi, artinya kinerja seseorang akan
meningkat ketika kepuasan kerja dari individu berada pada posisi yang tinggi.
2.7. Kerangka Konsep
Keterkaitan antara suatu variabel bebas (independent) yaitu gaya
kepemimpinan dan kepuasan kerja tehadap variabel terikat (dependent) yaitu kinerja
kerja, dapat dilihat sebagai berikut :
Independen Variabel Dependen Variabel
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Peneliti Gaya Kepemimpinan
Memprakarsai Struktur (X1)
Gaya Kepemimpinan Pertimbangan (X2)
Kepuasan Kerja (X3) 1. Penghargaan moneter
dan nonmoneter 2. Karakteristik pekerjaan 3. Karakteristik lingkungan
Kinerja Karyawan (Y) 1. Kuantitas output 2. Kualitas output 3. Jangka waktu output 4. Kehadiran di tempat
kerja
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini termasuk penelitian survei dengan menggunakan tipe
explanatory. Penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu
populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data pokok.
Pendekatan yang digunakan adalah explanatory research yang bertujuan untuk
menjelaskan pengaruh variabel gaya kepemimpinan dan kepuasan kerja karyawan
terhadap kinerja karyawan melalui pengujian hipotesis.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Rokan Hulu, yang
terletak di Jalan Syekh Ismail, Pasir Pengarayan Kecamatan Rambah Kabupaten
Rokan Hulu Propinsi Riau. Adapun alasan pemilihan tempat penelitian ini karena
RSUD Rokan Hulu adalah satu-satunya Rumah Sakit Umum Daerah yang diharapkan
mampu memberikan pelayanan bermutu. Penelitian tentang pengaruh gaya
kepemimpinan dan kepuasan kerja terhadap kinerja kerja karyawan, belum pernah
dilakukan. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 (enam) bulan dimulai dari
penelusuran pustaka, konsultasi judul, pengumpulan data, penyusunan hasil
penelitian, seminar hasil dan ujian komprehensif.
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan yang berada dibawah
kepala ruangan atau kepala unit yang ada di RSUD Rokan Hulu meliputi Para medis
(Perawat, Bidan) tenaga penunjang medis (tenaga Laboratorium, tenaga
Radiodiagnostik, tenaga Fisioterafi, tenaga Farmasi) dan tenaga non medis yaitu
sebanyak 84 orang. Mengingat populasi yang hanya 84 orang dan dapat dijangkau
oleh peneliti maka dalam metode pengambilan data. Seluruh karyawan akan dijadikan
subjek dalam penelitian ini.
3.4. Metode Pengumpulan Data
3.4.1. Data primer
Data primer berupa gaya kepemimpinan, kepuasan kerja dan kinerja diperoleh
dari responden melalui kuesioner penelitian.
3.4.2. Data sekunder
Data sekunder berupa data-data administratif yang mendukung data primer yang
diperoleh dari dokumen di bagian rekam medik dan bagian kepegawaian.
3.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Pada penelitian ini instrumen yang dirancang untuk memperoleh data tentang
subyek penelitian dengan menggunakan kuesioner. Butir-butir dalam kuesioner akan
dipakai sebagai data untuk dianalisis. Pengukuran validitas dimaksudkan untuk
mengetahui sejauhmana ketepatan dan kecermatan alat ukur dalam melakukan fungsi
alat ukurnya. Sedangkan pengukuran reliabilitas dimaksudkan untuk melihat
konsistensi suatu alat ukur didalam mengukur gejala yang sama. Suatu kuesioner
dikatakan reliabel atau handal jika jawaban dari responden terhadap pertanyaan yang
sama adalah tetap atau konsisten dari waktu ke waktu. (Azwar, 2004)
Pengujian instrumen dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah
instrumen yang akan digunakan dalam mengumpulkan data cukup memenuhi syarat
sebagai alat pengumpul data. Menurut Azwar (2004) instrumen dapat dikatakan
memenuhi persyaratan sebagai alat pengumpulan data apabila instrumen tersebut
valid dan reliabel.
Validitas adalah seberapa cermat suatu alat tes melakukan fungsi ukur
(Azwar, 2004), atau suatu alat ukur yang dapat mengukur yang ingin diukur
(Singarimbun, 1989).
Pengukuran uji daya beda instrumen pada penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan teknik korelasi Product Moment. Teknik ini bertujuan untuk menguji
apakah tiap item atau butir pernyataan benar-benar mampu mengungkap faktor yang
akan diukur atau konsistensi internal tiap item alat ukur, dalam mengungkap faktor
yang akan diukur. Untuk menguji daya beda kuesioner digunakan rumus statistik
=
Berdasarkan hasil pengujian daya beda instrumen yang dilakukan terhadap 20
responden diperoleh bahwa : (1) untuk instrument gaya kepemimpinan yang terdiri
dari 30 item pertanyaan didapatkan nilai r minimum 0,450 dan r maksimum 0,978;
(2) untuk instrument kepuasan kerja yang terdiri dari 16 item pertanyaan didapatkan r
minimum 0,555 dan r maksimum 0,848; (3) untuk instrumen kinerja kerja yang
terdiri dari 15 item pertanyaan didapatkan r minimum 0,503 dan r maksimum 0, 923.
Menurut tabel nilai r dengan taraf signifikan 5% diperoleh nilai r tabel = 0,44
dan dalam uji instrument didapat r hitung > r tabel. Dengan demikian instrumen
Uji reliabilitas dimaksudkan untuk melihat hasil suatu pengukuran dapat
dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali
pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang
relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek belum pernah diukur.
Formula statistika yang dapat digunakan untuk menguji reliabilitas adalah Alpha
Cronbach, dengan rumus sebagai berikut :
( )
(
)
Hasil uji memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,44, maka variabel tersebut
dikatakan reliabel. Uji reabilitas yang dilakukan terhadap 20 responden didapat
bahwa : (1) gaya kepemimpinan memiliki nilai alpha cronbach = 0,948; (2) instrumen
kepuasan kerja memiliki nilai alpha cronbach = 0,949; (3) instrumen kinerja kerja
memiliki nilai alpha cronbach = 0,963. Dengan demikian hasil uji coba instrumen
3.5 Variabel dan Definisi Operasional
Dalam penelitian ini terdapat empat variabel yang diukur yaitu:
1. Variabel Independen : a. Gaya kepemimpinan memprakarsai struktur
( )
Χ1b. Gaya kepemimpinan pertimbangan
( )
Χ2c. Kepuasan kerja
( )
Χ32. Variabel dependen : kinerja karyawan
( )
Υ1. Variabel gaya kepemimpinan
Gaya kepemimpinan adalah perilaku pemimpin yang dilakukan oleh pimpinan
dalam berinteraksi dengan bawahannya. Gaya kepemimpinan dalam penelitian ini
adalah gaya kepemimpinan kepala ruang atau kepala unit yang menjadi atasan
langsung karyawan di RSUD Rokan Hulu.
Gaya kepemimpinan diukur dengan menggunakan The Leadership Behaviour
Description Questionnaire (LBDQ) yang disusun oleh Staf Universitas Ohio (dalam
Sugiharsono, 2002). Gaya kepemimpinan dalam penelitian ini diungkap melalui
persepsi karyawan dengan mengacu pada indikator gaya kepemimpinan sebagai
berikut :
a. Gaya kepemimpinan memprakarsai struktur : perilaku pemimpin yang mengacu
pada tugas terdiri dari indikator mengatur dan mengarahkan,
b. Gaya kepemimpinan pertimbangan : Perilaku pemimpin yang mengacu pada
hubungan pekerjaan terdiri dari indicator motivasi, kesempatan berprestasi dan
suasana kekeluargaan.
c. Kepuasan kerja adalah penilaian dari pekerja tentang seberapa jauh pekerjaan
secara keseluruhan memuaskan kebutuhannya. Pengukuran variabel ini
menggunakan skala kepuasan kerja. Dimensi kepuasan kerja terdiri dari
penghargaan moneter dan nonmoneter (gaji, promosi, fasilitas dan keamanan
kerja), karakteristik pekerjaan (keanekaragaman tugas, signifikansi pekerjaan,
otonomi, dan umpan balik), dan karakteristik lingkungan kerja (kondisi
lingkungan kerja, dan kerja sama).
2. Variabel kinerja karyawan
Kinerja karyawan adalah hasil kerja yang dicapai karyawan dalam
melaksanakan tugasnya sesuai tanggung jawab yang diberikan kepadanya dalam
upaya mencapai tujuan organisasi, yang meliputi kuantitas output, kualitas output,
jangka waktu output, kehadiran di tempat kerja dan sikap kooperatif. Skala
pengukuran yang digunakan untuk mengukur kinerja karyawan adalah skala kinerja.
3.6. Aspek pengukuran
Aspek pengukuran dalam hal ini adalah gaya kepemimpinan (gaya
kepemimpinan memprakarsai struktur dan gaya kepemimpinan pertimbangan),
lingkungan kerja) sebagai variabel independent dan kinerja kerja karyawan sebagai
variabel dependen. Secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 3.1. berikut :
Tabel 3.1. Aspek Pengukuran Variabel Independen dan Variabel Dependen
Variabel Indikator Kategori Bobot
nilai
Kepuasan Kerja 16 Tidak Baik Kurang Baik
Kinerja 15 Kurang
Kurang Sekali
Data yang sudah terkumpul akan dianalisis dengan memakai bantuan
perangkat lunak komputer. Analisa data yang dilakukan adalah analisis univariat
untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel yaitu gaya
kepemimpinan, kepuasan kerja, kinerja. Analisa Multivariat menggunakan analisis
linier berganda untuk melihat seberapa kuat pengaruh gaya kepemimpinan dan
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum RSUD Rokan Hulu
Rumah Sakit Umum Daerah Rokan Hulu adalah satu-satunya Rumah Sakit
Umum Daerah milik pemerintah Kabupaten Daerah Rokan Hulu, merupakan rumah
sakit pengembangan dari sebuah puskesmas rawat inap dan menjadi rumah sakit di
resmikan pada tahun 2003 oleh Bupati Rokan Hulu dengan tipe C. Rumah Sakit ini
terletak di Pasir Pengarayan, Kec Rambah, Kabupaten Rokan Hulu, kira-kira 175 km
dari Ibukota Propinsi Riau.
Rumah Sakit Daerah Rokan Hulu memiliki visi, misi dan nilai sebagai berikut :
Visi RSUD Rokan Hulu :
“Menjadi pusat rujukan kesehatan untuk wilayah kabupaten Rokan Hulu dan
sekitarnya”.
Misi RSUD Rokan Hulu :
1. Menyelenggarakan pelayanan prima yang bermutu tinggi sesuai dengan
standar pelayanan rumah sakit.
2. Memberikan pelayanan kesehatan menyeluruh dan terpadu yang memandang
manusia secara utuh, fisik, mental, sosial dan spiritual.
3. Mengutamakan pelayanan yang cepat, tepat, aman, nyaman dan terjangkau.
4. Menciptakan suasana kerja yang mendukung kebersamaan, rasa memiliki
serta disiplin untuk kemajuan rumah sakit umum daerah kabupaten Rokan
Hulu.
Nilai- Nilai Dasar RSUD Rokan Hulu :
1. Pelayanan sepenuh hati
2. Bertindak cepat dan tepat
3. Kerjasama tim
4. Integritas tinggi
5. Transparansi dan akuntabel
Rumah sakit ini dibangun diatas lahan 5 Ha dengan kapasitas 109 tempat tidur
yang terdiri dari : VIP sebanyak 6 tempat tidur, ICU sebanyak 4 tempat tidur, kelas I
sebanyak 19 tempat tidur, kelas II sebanyak 26 tempat tidur, kelas III sebanyak 53
tempat tidur dan Perinatologi 4 tempat tidur.
Jenis pelayanan yang ada di RSUD Rokan Hulu: pelayanan rawat jalan,
pelayanan rawat inap, pelayanan penunjang dianostik (Pelayanan laboratorium
kesehatan, pelayanan radio diagnostik), pelayanan gawat darurat selama 24 jam,
pelayanan pembedahan (pembedahan umum, pembedahan kebidanan, pembedahan
mata), pelayanan kefarmasian, pelayanan rehabilitas medik, pelayanan kesehatan
gigi. Berdasarkan survey pendahuluan (Tabel 1.1.) didapat bahwa tingkat
pemanfaatan RSUD Pandan (BOR) untuk tahun 2005 dan 2007 berturut-turut
33,39%, 34,30% dan 35,42 %, hal ini menunjukkan masih rendahnya kinerja RSUD
RSUD Rokan Hulu dilayani mulai dari dokter ahli sampai staf pendukung
berjumlah 136 orang, secara rinci data ketenagaan dapat dilihat pada Tabel 4.1
berikut:
Tabel 4.1. Data Ketenagaan RSUD Rokan Hulu Tahun 2008
No Jenis Jumlah
1 Medis : Dokter Ahli 8 Orang
Dokter Umum 10 Orang
Dokter Gigi 4 Orang
2 Para medis : Perawat 54 Orang
Bidan 15 Orang
3 Penunjang Medis : Laboratorium 5 Orang
Radiodiagnostik 3 Orang Fisiotherapi 3 Orang
Farmasi 5 Orang
4 Tenaga non Medis 30 Orang
Total 136 Orang
Sumber : Rumah Sakit Umum Daerah Rokan Hulu, 2008
Rumah sakit ini melayani masyarakat Rokan Hulu yang berjumlah 353.520
jiwa. Diwilayah ini dijumpai instalasi kesehatan lain berupa 1 unit Rumah Sakit
Swasta milik PTPN V, 16 unit Puskesmas induk yang 3 diantaranya merupakan
puskesmas perawatan, 65 unit puskesmas pembantu, 14 unit puskesmas keliling.
4.2. Karakteristik Responden
Karakteristik responden meliputi jenis kelamin, umur, masa kerja dan tingkat
pendidikan. Hasil penelitian berdasarkan jenis kelamin (Tabel 4.2) menunjukkan
sebagian besar responden (55 orang; 65%) adalah perempuan.
Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di RSUD Rokan Hulu Tahun 2008
Karakteristik Frekuensi Persentase (%)
Laki-laki 29 34,5
Perempuan 55 65,5
Total 84 100
Hasil penelitian berdasarkan umur menunjukkan bahwa sebagian besar
responden berumur 25-29 (57 orang;67,9%), sedangkan yang berumur > 35 tahun
hanya 7 orang (8,3 %). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan di
RSUD Rokan Hulu berusia produktif. Komposisi responden berdasarkan usia dapat
Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Umur di RSUD Rokan Hulu Tahun 2008
Umur Frekuensi Persentase (%)
20-24 15 17,9
25-29 57 67,9
30-34 5 6,0
>35 7 8,3
Total 84 100
Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan (Tabel 4.4)
menunjukkan bahwa sebagian besar responden berpendidikan D3 (50 orang;59,5%)
sedangkan yang berpendidikan S1 hanya 18 orang (21,4%), sehingga karyawan
diharapkan mampu melaksanakan tugas di RSUD Rokan Hulu.
Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di RSUD Rokan Hulu Tahun 2008
Karakterstik Frekuensi Persentase (%)
SLTA 16 19,0
D3 50 59,5
S1 18 21,4
Jumlah 84 100
Hasil penelitian berdasarkan masa kerja menunjuk bahwa sebagian responden
bekerja 3-4 tahun (46 orang; 54,8%), sedangkan karyawan yang bekerja > 4 tahun
hanya 10 orang (11,9 %). Komposisi responden berdasarkan masa kerja dapat dilihat
Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja di RSUD Rokan Hulu Tahun 2008
Masa Kerja Frekuensi Persentase (%)
1-2 Tahun 28 33,3
3-4 Tahun 46 54,8
>4 Tahun 10 11,9
Total 84 100
4.3. Hasil Penelitian
Hasil penelitian dimulai dari analisis univariat meliputi distribusi frekwensi
variabel independen (gaya kepemimpinan dan kepuasan kerja) serta variabel
dependen (kinerja karyawan) dan analisis multivariat untuk mengetahui pengaruh
variabel independen (gaya kepemimpinan dan kepuasan kerja) dengan dependen
(kinerja karyawan)
4.3.1. Analisis univariat
1. Gaya kepemimpinan
Gaya kepemimpinan diukur berdasarkan persepsi karyawan terhadap dimensi
memprakarsai struktur dan pertimbangan.
a. Gaya Kepemimpinan Memprakarsai Struktur
Gaya kepemimpinan memprakarsai struktur terdiri dari indikator mengatur
responden mengenai gaya kepemimpinan dalam mengatur dan mengawasi dapat
dilihat pada Tabel 4.6 berikut :
Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Gaya Kepemimpinan Memprakarsai Struktur dalam Mengatur dan Mengarahkan
Tidak Pernah
Jarang Sering Sangat Sering No Indikator
F % F % F % F %
1 Merencanakan langkah-langkah yang tegas
- - 15 17,9 59 70,2 10 11,9
2 Menyampaikan tujuan dengan jelas
- - 18 21,4 56 66,7 10 11,9
3 Menunjukkan cara kerja yang baku
6 7,1 29 34,5 44 52,4 5 6,0
4 Mencari cara kerja yang lebih baik
4 4,8 18 21,4 56 66,7 6 7,1
5 Menetapkan tujuan yang harus dicapai
4 4,8 19 22,6 56 66,7 5 6,0
Jumlah 14 3,3 99 23,6 271 64,5 36 8,6
Pada indikator mengatur dan mengarahkan mayoritas responden 70% sering
pimpinan merencanakan langkah-langkah yang tegas kemudian pimpinan sering
menyampaikan tujuan dengan jelas, pimpinan sering mencari cara kerja yang lebih
baik dan menetapkan tujuan yang harus dicapai, masing-masing sebesar 66,7%. Hal
ini menunjukkan pimpinan selalu mengatur dan mengarahkan karyawan agar dapat
melaksanakan tugas-tugas yang diberikan.
Tanggapan responden mengenai gaya kepemimpinan dalam mengawasi atau