• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM SYAIR ILIR-ILIR KARYA SUNAN KALIJAGA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM SYAIR ILIR-ILIR KARYA SUNAN KALIJAGA SKRIPSI"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM SYAIR ILIR-ILIR

KARYA SUNAN KALIJAGA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

ASKIN ILA HAYATI NIM: 11113043

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

(3)
(4)
(5)
(6)

MOTTO

اًراَن ْمُكيِلْهَأَو ْمُكَسُفْنَأ اوُق

...

(7)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah dengan izin Allah SWT, skripsi ini dapat terselenggara dengan baik. Skripsi ini saya persembahkan kepada orang-orang yang telah membantu mewujudkan mimpiku:

1. Ayahanda Dalail Mustofa dan ibunda Istiqomah (almh) yang telah memberikan mahkota kasih sayangnya kepadaku sejak diriku kecil tidak mengerti apa-apa hingga kini aku mengerti makna hidup. Semoga kalian selalu diberi kesehatan, keberkahan rizqi dan keberkahan usia untuk bekal ibadah, amin.

2. Ibu Dra. Urifatun Anis, M.Pd.I., selaku pembimbing dan sekaligus sebagai motivator serta pengarah sampai selesainya penulisan skripsi ini.

3. Adikku tercinta Kunti Silfi Utami yang senantiasa mendukung dan memberi semangat, semoga apa yang kalian cita-citakan dalam kehidupan ini segera terwujud, amin.

4. Guru-guruku yang telah memberikan dan membagikan ilmunya kepadaku sehingga aku menjadi manusia pembelajar dan semakin mengerti banyak hal. 5. Sahabat-sahabat PAI Angkatan 2013, terima kasih untuk semua kisah yang

(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil‟alamin penulis ucapkan sebagai rasa syukur

kehadirat Allah SWT atas segala nikmat yang tak terhitung dan rahmat-Nya yang tiada henti, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada jujungan kita Nabi Muhammad SAW, beliaulah suri tauladan bagi seluruh umat manusia, penyempurna akhlak mulia, dan pemimpin yang bijaksana bagi seluruh alam semesta.

Penulisan skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan dengan baik tanpa ada bantuan, dorongan, serta bimbingan dari pihak-pihak tertentu yang terkait, yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan informasi-informasi yang dibutuhkan.

Terima kasih juga penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga

2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga

3. Ibu Hj. Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga

4. Ibu Dra. Urifatun Anis, M.Pd.I., selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa memberikan arahan, bimbingan dan motivasi selama pengerjaan penyesesaian skripsi.

(9)
(10)

ABSTRAK

Hayati, Askin Ila. 2017. Nilai Pendidikan Karakter Dalam Syair Ilir-ilir

Karya Sunan Kalijaga. Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Urifatun Anis, M.Pd.I.

Kata Kunci : Pendidikan Karakter, Syair Ilir-ilir.

Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui lebih mendalam tentang nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam syair Ilir-ilir karya Sunan Kalijaga dan kemudian mencari titik relevansi yang relevan dengan pendidikan Islam. Syair ilir-ilir merupakan tembang yang sudah dikenal oleh masyarakat, terutama masyarakat Jawa. Sehingga ketika pemerintah Indonesia mencanangkan tentang pendidikan karakter, sebenarnya dari dulu para tokoh seperti Sunan Kalijaga sudah mengajarkan kepada masyarakat tentang pentingnya pendidikan karakter seperti yang terkandung dalam syair Ilir-ilir.

Dari latar belakang masalah tersebut terdapat permasalaan yang di bahas, diantaranya: (1) Bagaimana nilai Pendidikan karakter dalam syair ilir-ilir karya Sunan Kalijaga?. (2)Bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan karakter dalam syair ilir-ilir karya Sunan Kalijaga dengan pendidikan Islam?. Dengan demikian, tujuan yang hendak di capai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai Pendidikan karakter dalam syair ilir-ilir karya Sunan Kalijaga. Mengetahui relevansi nilai-nilai pendidikan karakter dalam syair ilir-ilir karya Sunan Kalijaga dengan pendidikan Islam.

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research) dengan mengambil latar belakang syair Ilir-ilir karya Sunan Kalijaga. Pendekatan yang digunakan yaitu dengan pendekatan semiotik.yaitu dengan cara mencari data atau informasi riset melalui membaca jurnal ilmiah, buku-buku referensi yang tersedia di perpustakaan. Dengan cara menjajagi buku-buku atau sumber tertulis lainnya yang relevan. Analisis data yang digunakan yaitu dengan content analysis atau analisis isi yaitu dengan cara menganalisis isi yang terkandung di dalam syair Ilir-ilir karya Sunan Kalijaga.

(11)
(12)
(13)
(14)
(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Dengan adanya pendidikan seseorang akan mendapatkan sesuatu yang berharga yang bisa memotivasi dirinya sendiri serta dapat memberikan dampak yang positif untuk orang-orang di sekitarnya. Pendidikan merupakan kumpulan dari semua proses yang memungkinkan seseorang mampu mengembangkan seluruh kemampuan atau potensi yang ada pada dirinya. Selain itu pendidikan juga bisa didapat dari seseorang yang memang patut dijadikan contoh. Misalnya orang tua, kakak, guru, bahkan teman. Didalam figur Islam yang dapat dijadikan teladan yaitu Rasulullah SAW. Beliau merupakan suri tauladan yang baik bagi umat manusia. Seperti dalam firman Allah dalam surat Al-Ahzab ayat 21:

َمْوَ يْلاَو َوَّللا وُجْرَ ي َناَك ْنَمِل ٌةَنَسَح ٌةَوْسُأ ِوَّللا ِلوُسَر ِفِ ْمُكَل َناَك ْدَقَل

اًيرِثَك َوَّللا َرَكَذَو َرِخلآا

”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah (QS: Al-Ahzab ayat 21).

(16)

1). Dari pengertian tersebut dapat dimengerti bahwa pendidikan bertujuan membentuk manusia-manusia yang cerdas dalam berbagai aspek baik intelektual, emosional, maupun spiritual, terampil serta memiliki kepribadian yang mulia.

Pendidikan dapat menjadi tolok ukur bagi kemajuan dan kualitas suatu bangsa. Sehingga dapat dikatakan bahwa kemajuan suatu negara dapat dicapai salah satunya dengan pembaharuan pendidikan yang baik. Jadi pendidikan mempunyai peran penting dalam dalam menciptakan masyarakat yang cerdas, pandai, dan berilmu pengetahuan yang luas, serta berahlakul karimah. Untuk meningkatkan salah satu tujuan pendidikan nasional yang mempunyai peran penting dalam pembentukan manusia yang berkarakter yaitu melalui pendidikan.

Persoalan karakter bangsa pada saat ini bisa dikatakan sudah sangat menurun. Dan salah satu alternatif yang dapat dilakukan salah satunya yaitu dengan menanamkan pendidikan moral dan menanamkan nilai-nilai agama sejak dini. Upaya pembentukan pendidikan karakter yang sesuai dengan bangsa ini tidak hanya teori-teori yang disampaikan di sekolah melalui pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari, seperti halnya kerja keras,toleran, cinta damai, tanggung jawab dan lain sebagainya.

(17)

karakter yang akan dapat dijadikan suatu teladan. Kebudayaan sendiri biasanya menyangkut adanya karya sastra dan seni yang dapat dijadikan suatu sumber pendidikan karakter. Karena biasanya dalam suatu karya sastra maupun seni banyak terkandung berbagai isi yang dapat dijadikan teladan, hikmah, nasihat, pengajaran, maupun hukuman yang berkaitan dengan pembentukan karakter. Melalui karya sastra dan seni seseorang dapat menangkap makna maupun maksud yang terkandung didalamnya yang dapat menjadi sumber dalam membangun karakter diri manusia.

Di Indonesia khususnya di tanah Jawa penanaman pendidikan karakter melalui karya seni sastra dan budaya diperkenalkan oleh wali songo, yakni sembilan wali yang berdakwah menyebarkan agama Islam. Ajaran-ajaran Islam ini disebarkan melalui berbagai media seperti syair, wayang, cerita, dan lain sebagainya yang dapat memberikan pemahaman bagi masyarakat jawa. Setiap wali memiliki karakteristik yang berbeda dalam menyebarkan agama Islam sehingga perbedaan ini menjadikan penyebaran Islam lebih bervariasi dan tidak monoton.

(18)

Jawa”. Dan dalam berbagai cerita Sunan Kalijaga selalu dekat dengan rakyat awam dan selalu berpakaian seperti orang awam meski ia sebenarnya berasal dari keluarga pejabat pada masa itu (Khaelany, 2014:8).

Banyaknya ragam warisan seni dan budaya serta peran yang dimainkan beliau sebagai Ulama, Dai, Guru, Penasehat Sultan, Dalang, dan peran-peran lainnya yang belum tergali itu menunjukkan betapa Sunan Kalijaga kaya akan konsep hidup pada umumnya yang masih relevan untuk diimplementasikan di semua zaman termasuk zaman Globalisasi sekarang ini (Hermawan, 2013 : 2).

Dalam kisah kewalian, Sunan Kalijaga dikenal sebagai orang yang

menciptakan “pakaian takwa”, tembang-tembang Jawa, seni memperingati Maulid Nabi yang lebih dikenal dengan sebutan Grebeg Maulud. Upacara

Sekaten (Syahadatain, pengucapan dua kalimat syahadat) yang dilakukan setiap tahun untuk mengajak orang Jawa masuk Islam (Chodjim, 2015: 14).

Salah satu karya besar sunan kalijaga adalah menciptakan suluk atau tembang. Sebenarnya tembang yang diciptakan Sunan Kalijaga merupakan ajaran makrifat, ajaran mistis, dalam agama Islam. Meski banyak tembang yang telah diciptakannya, hanya tembang “ilir-ilir” yang dikenal masyarakat

Jawa. Sehingga, kepopularitasan nama Sunan Kalijaga pula sangat dipengaruhi dengan beberapa karya sastra yang berkaitan dengan eksistensinya. Salah satunya yaitu melalui syair dalam tembang Ilir-ilir (Khaelany, 2014 : 9).

(19)

dilantunkan dalam raga tersebut masih sering dilantunkan dalam pagelaran seni tradisional jawa. Karenanya, popularitas Sunan kalijaga juga dipengaruhi dengan kelestarian syair tembang ilir-ilir yang sampai sekarang masih dikenal oleh masyarakat Jawa (Khaelany, 2014 : 11).

Syair ilir-ilir menggunakan bahasa jawa yang terdiri dari empat bait dengan tiga sampai empat baris disetiap baitnya. Masing-masing baris mengandung suatu pesan yang sangat mendalam yang berkaitan dengan nilai-nilai yang diperlukan untuk menciptakan susunan masyarakat yang baik dan bermartabat. Masing-masing baris tersebut saling sambung menyambung hingga menciptakan pemahaman dalam satu bait syair. Dengan syair ilir-ilir

ini, sunan Kalijaga menyampaikan nilai-nilai kehidupan melalui bentuk permainan yang sudah biasa dilakukan oleh masyarakat. Sehingga ajaran-ajaran kehidupan yang cenderung susah difahami oleh masyarakat bisa menjadi kebiasaan sehari-hari.

Berkaitan dengan hal tersebut penulis tertarik untuk mengkaji nilai-nilai pendidikan karakter yang diwariskan Sunan Kalijaga melalui salah satu karya seni sastranya dengan judul “Nilai Pendidikan Karakter Dalam Syair Ilir-ilir Karya Sunan Kalijaga”.

B.Rumusan Masalah

(20)

1. Bagaimana nilai Pendidikan karakter dalam syair ilir-ilir karya Sunan Kalijaga?

2. Bagaimana relevansinya nilai-nilai pendidikan karakter dalam syair ilir-ilir karya Sunan Kalijaga dengan pendidikan Islam?

C.Tujuan penelitian

Penelitian yang berjudul ”Nilai Pendidikan Karakter Pada Syair Ilir-ilir

karya Sunan Kalijaga” bertujuan:

1. Untuk mengetahui nilai Pendidikan Karakter dalam syair ilir-ilir karya Sunan Kalijaga.

2. Untuk mengetahui relevansi nilai-nilai pendidikan karakter dalam syair ilir-ilir karya Sunan Kalijaga dengan pendidikan Islam.

D.Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritik

a. Memberikan Sumbangan pemikiran untuk pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang pendidikan agama Islam.

b. Menambah dan memberikan wawasan ilmu terhadap para guru pendidikan agama Islam.

2. Kegunaan praktis

a. Sebagai pertimbangan untuk membina dan menanamkan karakter yang baik bagi pendidik dan peserta didik.

(21)

E.Kajian Pustaka

Kajian Pustaka sangat berguna bagi pembahasan skripsi ini. Untuk mengkaji skripsi ini, peneliti melakukan kajian pustaka terhadap penelitian-penelitian sebelumnya. Diantaranya sebagai berikut:

Pertama, Skripsi oleh Putra Arief perdana yang berjudul Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Yang Terkandung Dalam Buku Muhammad Al-Fatih 1453 Karya Felix y. Siauw, Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga 2016. Skripsi ini mengkaji tentang konsep pendidikan karakter yang yang terkandung dalam buku Muhammad Al-Fatih 1453.

Kedua, Skripsi oleh Abdul Majid yang berjudul Pendidikan Karakter

Menurut K.H. Hasyim Asy‟ari Dalam Kitab Adab Al-„Alim Wa-Al Muta‟allim Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga 2016. Skripsi ini mengkaji tentang konsep pendidikan karakter yang yang terkandung dalam kitab

Al-„Alim Wa-Al Muta‟allim.

Ketiga, Skripsi oleh Aisyah Kresnaningtyas Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga 2016. Skripsi ini mengkaji tentang konsep pendidikan karakter Dalam Perspektif K.H. Ahmad Dahlan.

(22)

tentang nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam syair Ilir-ilir karya Sunan Kalijaga.

F.Metode Penelitian

Dalam penulisan ini terdapat beberapa hal pokok yang medasari penelitian yaitu jenis penelitian sumber data, metode pengumpulan data, dan analisis data.

1. Jenis penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian perpustakaan atau penelitian

library research karena dilakukan dengan mencari data atau informasi riset melalui membaca jurnal ilmiah. Buku-buku referensi dan bahan-bahan publikasi yang tersedia di perpustakaan (Ruslan, 2010 : 31).

Pencarian data yang dilakukan adalah dimaksudkan agar mendapatkan data-data sesuai dengan tema penelitian dan termasuk data yang falid serta mendapatkan data mengenai sistematika penulisan yang benar.

2. Sumber data a. Data primer

Data yang ditulis langsung dari sumber penelitian (Dermawan, 2013 :13). Data primer dalam penulisan ini adalah naskah syair Ilir-ilir yang terdapat dalam buku Sunan kalijaga Guru Orang Jawa.

b. Data Sekunder

(23)

adalah penelitian, baik itu teks buku, jurnal,data dari internet dan lain sebagainya.

c. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah mencari data atau informasi riset melalui membaca jurnal ilmiah, buku-buku referensi yang tersedia di perpustakaan. Dengan cara menjajagi buku-buku atau sumber tertulis lainnya yang relevan dengan judul skripsi yang disusun (Dermawan, 2013 : 163). Karena skripsi ini adalah bersifat literatur, sehingga penelitian ini menggunakan kajian terhadap buku-buku yang ada kaitannya dengan judul skripsi.

d. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang pertama digunakan adalah dengan analisis secara induktif dan deduktif. Analisis induktif adalah metode berfikir yang berangkat dari peristiwa khusus ke konkret, kemudian ditarik generalisasi-generalisasi yang bersifat umum (Hadi, 1981: 42).

Metode deduktif adalah dari hal-hal atau teori yang bersifat umum untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus (Hadi, 1981: 42). Sebagai contoh adalah sebagai berikut :

Ilir-ilir ilir-ilir Tandure wis sumilir Tak ijo royo-royo

(24)

Dari empat baris syair pada bait pertama ini haruslah dijabarkan dari yang terkecil berupa kata demi kata. Pemahaman dari kata-kata tersebut digunakan untuk memahami dari setiap makna setiap baris syair tersebut. Sehingga antar baris syair dapat di uraikan secara luas dan berkesinambungan sesuai dengan tema bahasan.

Kedua adalah penggunaan content analysis. Yang dimaksud dengan content analysis adalah suatu teknik untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru dan shahih data dengan memperhatikan konteksnya (Hadi, 1981: 15). Penggunaan dari setiap metode analisis data dengan metode yang sesuai sehingga didapatkan hasil yang maksimal

G.Penegasan Istilah

1. Nilai Pendidikan Karakter a. Nilai

Nilai adalah suatu yang dipandang baik, disukai, dan paling benar menurut keyakinan seseorang atau kelompok orang sehingga preferensinya tercermin dalam perilaku, sikap, dan perbuatan-perbuatannya (Maslikhah, 2009: 106).

(25)

b. Pendidikan

Dalam Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional dikatakan bahwa:

“pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan 1spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, Bangsa, dan

Negara” (UU RI NO.20, 2003:3).

Menurut Ki Hajar Dewantara, sebagaimana yang dikutip oleh Maunah, pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya (Maunah, 2009: 4).

Pendidikan yaitu sebagai bagian atau pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi yang lain (Tirtarahardja dan Lasula, 2000: 36).

Menurut Ahmad D. Marimba, sebagaimana yang dikutip oleh Suwanto, Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama (Maunah, 2009: 3).

Jadi dari pendapat para ahli diatas pendidikan dapat diartikan usaha sadar dan terencana di dalam memberikan bimbingan ataupun bantuan kepada orang lain untuk mendapatkan pengetahuan dalam bentuk formal maupun informal.

(26)

Menurut kamus Bahasa Indonesia kata “karakter” diartikan dengan

tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain, atau watak (Pusat Bahasa Depdiknas, 2008: 682).

Jadi karakter yaitu nilai-nilai perilaku manusia yang universal yang meliputi seluruh aktivitas manusia, baik dalam rangka berhubungan dengan Tuhannya, dengan dirinya, dan dengan sesama manusia, maupun dengan lingkungannya, yang terwujud dalam pikiran, perkataan serta perilaku sehari-hari berdasarkan norma agama, hukum, dan adat istiadat (Zuchdi, 2013: 16).

Jadi karakter dapat diartikan sebagai akhlak atau budi pekerti yang dapat membedakan seseorang dengan orang lain dalam kehidupan sehari-hari.

d. Pendidikan Karakter

(27)

Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang tujuannya mengembangkan kemampun peserta didik untuk mewujudkan kebaikan dalam kehidupan sehari-hari. 2. Pendidikan Islam

Pendidikan Islam adalah pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita dan nilai-nilai Islam yang telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya (Arifin,2016: 7).

Dengan kata lain, manusia yang mendapatkan pendidikan Islam harus mampu hidup didalam kedamaian dan kesejahteraan sebagaimana diharapkan oleh cita-cita Islam. Jadi, Pendidikan Islam adalah suatu sistem kependidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah, sebagaimana Islam telah menjadi pedoman bagi seluruh aspek kehidupan manusia.

H.Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini harus bersifat sistematis, di dalam penulisan skripsi ini pun harus dibangun secara berkesinambungan. Dalam penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab yang isinya adalah sebagai berikut:

(28)

BAB II LANDASAN TEORI. Bab ini memaparkan tentang diskripsi pendidikan karakter, tujuan pendidikan karakter, fungsi pendidikan karakter, media pendidikan karakter, landasan pendidikan karakter, dan macam-macam pendidikan karakter.

BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN SUNAN KALIJAGA. Bab ini menjelaskan tentang biografi Sunan Kalijaga yang meliputi riwayat hidup Sunan Kalijaga, masa muda, masa dewasa, perkawinan, guru-guru Sunan Kalijaga, dan Sunan Kalijaga sebagai seniman dan budayawan. Kemudian juga memaparkan gambaran umum Ilir-ilir, syair Ilir-ilir, dan pemikiran yang terkandung di dalam syair ili-ilir.

BAB IV ANALISIS NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM SYAIR ILIR-ILIR KARYA SUNAN KALIJAGA DAN RELEVANSINYA DALAM PENDIDIKAN ISLAM. Bab ini merupakan bab analisis yang meliputi nilai pendidikan karakter dalam syair Ilir-ilir karya Sunan kalijaga dan relevansi nilai pendidikan karakter dalam syair Ilir-ilir dengan pendidikan Islam .

BAB V PENUTUP. Merupakan rangkaian terakhir dari penulisan skripsi yang memuat kesimpulan, saran, dan penutup.

(29)

BAB II

LANDASAN TEORI A.Pengertian Pendidikan

Dalam arti khusus pendidikan adalah bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya. Sejalan dengan pendapat Ahmad D. Marimba yang dikutip oleh Ahmad Tafsir mendefinisikan pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama (Tafsir, 2014: 24). Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya, dan tidak langsung dapat berdiri sendiri, dapat memelihara dirinya sendiri. Manusia pada saat lahir sepenuhnya memerlukan bantuan orang tuanya. Karena itu pendidikan merupakan bimbingan orang dewasa mutlak diperlukan manusia.

Dalam Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional dikatakan bahwa:

“pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan 1spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, Bangsa, dan Negara” (UU RI NO.20, 2003:3).

(30)

memperhatikan kebudayaan sebagai hasil budi daya cipta, rasa, dan karsa

manusia karena kebudayaan merangkum berbagai hasil karya luhur manusia tersebut (Wibowo, 2012: 18).

Dari beberapa pengertian di atas, dapat dipahami bahwa pendidikan pada intinya ialah suatu bentuk pembimbingan dan pengembangan potensi peserta didik supaya terarah dengan baik dan mampu tertanam menjadi kepribadiannya dalam kehidupan sehari-hari. Bentuk bimbingan dan pengembangan tersebut dilakukan secara sadar, terencana, dan sistematis oleh orang dewasa (pendidik) yang memiliki ilmu dan ketrampilan kepada anak didik guna mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan, sehingga tercipta manusia sempurna yang berkarakter.

(31)

bermanfaat bagi pergaulan-pergaulannya dengan lingkungannya. Dengan kata lain lingkungan keluarga memainkan peranan yang penting dalam perkembangan kepribadiannya sebagai kesatuan kehidupan, yang merupakan modal dasar untuk diperkembangkan lebih lanjut, sehingga manusia sebagai individu dapat mencapai taraf dan mutu kehidupan yang dicapai seseorang dalam kehidupan.

B.Pengertian Karakter

Karakter berasal dari bahasa Inggris, character yang berarti watak, karakter, atau sifat. Dalam bahasa Indonesia, watak diartikan sebagai sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan perbuatannya (Nata, 2013: 163).

Karakter adalah nilai-nilai perilaku manusia yang universal yang meliputi seluruh aktivitas manusia, baik dalam rangka berhubungan dengan Tuhannya, dengan dirinya, dengan sesama manusia, maupun dengan lingkungannya, yang terwujud dalam pikiran, perasaan, dan perkataan serta perilaku sehari-hari berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat isdiadat (Zuchdi, 2013: 16).

(32)

Menurut Suyanto, karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara (Wibowo, 2012: 33).

Karakter tesusun dari tiga bagian yang saling berhubungan, yaitu moral knowing (pengetahuan moral), moral feeling (perasaan moral), dan moral behaviour (perilaku moral). Karakter yang baik terdiri dari pengetahuan kebaikan, keinginan terhadap kebaikan, dan berbuat kebaikan. Dalam hal ini, diperlukan pembiasaan dalam pemikiran, pembiasaan dalam hati, dan pembiasaan dalam tindakan (Fadlillah, 2014: 21).

C.Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter pada peserta didik yang meliputi komponen kesadaran, pemahaman, kepedulian, dan komitmen yang tinggi untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Allah Tuhan yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun, massyarakat dan bangsa secara keseluruhan sehingga menjadi manusia sempurna sesuai kodratnya (Mulyasa, 2012: 69).

(33)

Pendidikan karakter adalah segala upaya yang dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu membentuk watak peserta didik (Zubaedi, 2011: 19).

Selain diatas, pendidikan karakter dapat diartikan sebagai usaha sadar (sengaja) untuk mewujudkan kebajikan, yaitu kualitas kemanusiaan yang baik secara objektif, bukan hanya baik untuk individu perseorangan, melainkan pula untuk masyarakat secara keseluruhan (Fadlillah, 2014: 22).

Dari pemaparan di atas, dapat dipahami bahwa pendidikan karakter ialah suatu bentuk pengarahan dan bimbingan supaya seseorang mempunyai tingkah laku yang baik sesuai dengan nilai-nilai moralitas dan keberagaman. Dengan pendidikan karakter ini diharapkan akan dapat menciptakan generasi-generasi yang berkepribadian baik dan menjunjung asas-asas kebajikan dan kebenaran di setiap langkah kehidupan.

D.Tujuan Pendidikan Karakter

(34)

Tujuan pertama pendidikan karakter menurut Dharma dkk (2011:9) adalah memfasilitasi pengetahuan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam prilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun setelah proses sekolah (setelah lulus dari sekolah) (http://www.definisi-pengertian.com/2015/05/tujuan-pendidikan-karakter.html. Diakses 11 Juli

2017).

Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan Pancasila (file:///C:/Users/Windows 7/Downloads/Tujuan dan Fungsi Pendidikan Karakter _ PENDIDIKAN KARAKTER.htm. Diakses pada 7 Juli 2017).

Pendidikan karakter juga berupaya mengubah sifat, watak, kepribadian dan keadaan batin manusia sesuai dengan nilai-nilai yang dianggap luhur dan terpuji. Melalui pendidikan karakter ini diharapkan dapat dilahirkan manusia yang memiliki kebebasan menentukan pilihannya, tanpa paksaan dan penuh tanggung jawab, yaitu manusia- manusia yang merdeka, dinamis, kreatif, inovatif, dan bertanggung jawab, baik terhadap Tuhan, manusia, masyarakat, maupun dirinya sendiri (Nata, 2013: 165).

(35)

kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan. Melalui pendidikan karakter peserta didik diharapkan mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari. Adanya pendidikan karakter harus diwujudkan dalam tindakan nyata, di sini ada unsur proses pembentukan nilai sikap yang didasari pada pengetahuan (Mulyasa, 2014: 9).

Pada dasarnya, pendidikan sebagai proses alih nilai mempunyai tiga sasaran yaitu:

1. Pendidikan bertujuan untuk membentuk manusia yang mempunyai kesinambungan antara kemampuan kognitif dan psikomotorik di satu pihak serta kemampuan afektif di pihak lain.

Dalam hal ini dapat diartikan bahwa pendidikan akan menghasilkan manusia yang berkepribadian, tetap menjunjung tinggi nilai-nilai budaya yang luhur, serta mempunyai wawasan dan sikap kebangsaan dan menjaga serta memupuk jati dirinya. Dalam hal ini proses alih nilai dalam rangka proses pembudayaan.

(36)

3. Dalam alih nilai juga dapat ditransformasikan tata nilai yang mendukung proses industrialisasi dan penerapan teknologi, seperti penghargaan atas waktu, etos kerja tinggi, disiplin, kemandirian, kewirausahaan dan sebagainya. Dalam hal ini, proses alih nilai merupakan proses pembinaan iptek (Muslich, 2011: 137).

Tujuan pendidikan karakter adalah:

1. Memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun setelah proses sekolah (setelah lulus dari sekolah).

2. Mengoreksi perilaku anak yang tidak sesuai dengan nilai-nilai pendidikan karakter yang diajarkan.

3. Membangun koneksi yang harmonis dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama (Narwanti, 2011: 17).

Zubaedi (2013: 18) berpendapat bahwa pendidikan karakter secara terperinci memiliki lima tujuan, yaitu:

1. Mengembangkan potensi kalbu/ nurani/ afektif peserta didik sebagai manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai karakter bangsa.

2. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius. 3. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai

(37)

4. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif dan berwawasan kebangsaan.

5. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas, persahabatan dan dengan rasa kebangsaan yang tinggi penuh kekuatan.

E.Fungsi Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter memiliki tiga fungsi utama yaitu: 1. Fungsi pembentukan dan pengembangan potensi

Pendidikan karakter berfungsi membentuk dan mengembangkan potensi peserta didik agar berpikiran baik, berhati baik, dan berperilaku baik sesuai dengan falsafah hidup Pancasila.

2. Fungsi perbaikan dan Penguatan

Pendidikan karakter berfungsi memperbaiki dan memperkuat peran keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, dan pemerintah untuk ikut berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam pengembangan potensi warga negara dan pembangunan bangsa menuju bangsa yang maju, mandiri, dan sejahtera.

3. Fungsi penyaring

(38)

Ketiga fungsi diatas dilakukan melalui:

a. Pengukuhan pancasila sebagai sebagai falsafah dan idiologi negara. b. Pengukuhan nilai dan norma konstitusional UUD 45.

c. Penguatan komitmen kebangsaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

d. Penguatan nilai-nilai keberagaman sesuai dengan konsepsi Bhineka Tunggal Ika.

e. Penguatan keunggulan dan daya saing bangsa untuk berkelanjutan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara Indonesia dalam konteks global (Zubaedi, 2011: 18-19).

F.Media Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter dilakukan melalui berbagai media yang mencakup keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, pemerintah, dan media massa. Keluarga merupakan agen sosialisasi pertama bagi seorang individu dimana manusia, sejak usia dini, belajar tentang baik buruk, pantas dan tidak pantas, benar dan salah. Pendidikan di keluarga ini akan menentukan seberapa jauh seseorang anak dalam prosesnya menjadi orang yang lebih dewasa, memiliki komitmen tentang tindakan moral, dan menentukan bagaimana dia melihat dunia di sekitarnya.

(39)

penyebab runtuhnya suatu masyarakat dan bangsa. Oleh karena itu, seorang anak dapat memiliki karakter yang baik atau juga karakter yang buruk, tergantung sumber yang ia pelajari, salah satunya yang paling utama adalah melalui pendidikan karakter pada lingkungan keluarganya.

Setelah keluarga, sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk manusia yang berkarakter. Sekolah tidak hanya mengajarkan pengetahuan dan ketrampilan yang bertujuan mengembangkan intelektual saja, tetapi juga mempengaruhi kemandirian, tanggung jawab dan tata tertib. Melalui sekolah dapat pula memfasilitasi pembentukan kepribadian siswa sesuai norma dan juga mewariskan nilai-nilai budaya. Agar pendidikan karakter dapat berjalan dengan baik, tentunya memerlukan personalia pendidikan yang sesuai dengan perannya masing-masing. Pendidik merupakan teladan bagi siswa dan memiliki peran yang sangat besar dalam pembentukan karakter siswa. Di sekolah seorang pendidik merupakan figur yang diharapkan mampu mendidik menjadi anak-anak yang berkarakter, berbudaya, dan bermoral.

(40)

berpegang oleh orang-orang yang berkarakter kuat. Dengan demikian, kedudukan mereka benar-benar kuat sebagai pejuang bangsa yang selalu ingin membawa bangsa ini pada kemajuan dan kesejahteraan (Zubaedi, 2012: 170).

Upaya lembaga pendidikan dalam mendidik karakter peserta didik juga memerlukan dukungan dari media massa seperti televisi, internet, koran dan majalh. Media massa memiliki peranan penting dalam proses sosialisasi. Kehadiran media massa sangat mempengaruhi tindakan dan sikap anggota masyarakatterutama anak-anak. Nilai dan norma yang disampaikan akan tertanam dalam diri anak melalui penglihatan maupun pendengaranyang dilihat dalam acara. Oleh karena itu, media massa bisa menjadi media yang efektif dan strategis untuk menyampaikan dan menanamkan nilai-nilai positif.

Pendidikan karakter menjadi tugas dari semua pihak yang terlibat dalam usaha pendidikan. Baik lembaga formal maupun informal. Semua unsur berperan dalam melakukan pendidikan karakter baik guru, orang tua maupun siapapun yang memiliki kepentingan untuk membentuk pribadi peserta didik atau anak.

G.Landasan Pendidikan Karakter di Indonesia

(41)

Landasan berfungsi sebagai titik acuan, berikut merupakan landasan-landasan dalam melaksanakan dan mengembangkan pendidikan karakter di Indonesia.

1. Agama

Agama merupakan sumber kebaikan. Oleh karenanya, pendidikan karakter harus dilaksanakan berdasarkan nilai-nilai ajaran agama. Pendidikan karakter tidak boleh bertentangan dengan agama. Landasan ini sangat tepat bila diterapkan di Indonesia. Sebab, Indonesia merupakan negara yang mayoritas masyarakatnya beragama, yang mana mereka mengakui bahwa kebajikan dan kebaikan bersumber dari agama. Dengan demikian, agama merupakan landasan yang pertama dan utama dalam mengembangkan pendidikan karakter di Indonesia.

2. Pancasila

Negara Kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas prinsip-prinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan. Pancasila merupakan dasar negara Indonesia yang menjadi acuan dalam melaksanakan setiap roda pemerintahan. Koesoema sebagaimana dikutip Fadlillah mengatakan bahwa Pancasila adalah kepribadian, pandangan hidup seluruh bangsa Indonesia, pandangan hidup yang disetujui oleh wakil-wakil rakyat menjelang dan sesudah proklamasi kemerdekaan. Oleh karenanya, Pancasila ialah satu-satunya pandangan hidup yang dapat mempersatukan bangsa.

(42)

tercantum dalam pembukaan UUD 1945, nilai-nilai yang terkandung di dalamnya menjadi nilai-nilai pula dalam mengatur kehidupan politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya, dan seni. Oleh karenannya, konteks pendidikan karakter dimaksudkan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang lebih baik, yaitu warga negara yang memiliki kemampuan, kemauan, dan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sebagai warga negara (Fadlillah, 2014: 33).

3. Budaya

Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki keanekaragaman budaya. Di daerah manapun di Indonesia, pasti mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda. Maka, sudah menjadi keharusan bila pendidikan karakter juga harus berlandaskan pada budaya. Artinya, nilai budaya dijadikan sebagai dasar dalam pemberian makna terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi antar anggota masyarakat. Oleh karena itu, budaya yang ada di Indonesia harus menjadi sumber nilai dalam pendidikan karakter bangsa. Hal ini dimaksudkan supaya pendidikan yang ada tidak tercabut dari akar budaya bangsa Indonesia.

4. Tujuan Pendidikan Nasional

(43)

“Mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (UU RI NO.20, 2003: 6).

H.Macam-macam Pendidikan Karakter

Dari nilai-nilai pendidikan karakter tersebut dikelompokkan menjadi lima, yaitu: (1) nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, (2) nilai-nilai pendidikan karakterdalam hubungannya dengan diri sendiri, (3) nilai-nilai pendidikan karakter yang dalam hubungannya dengan sesama, (4) nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubungannya dengan lingkungan, dan (5) nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubungannya dengan kebangsaan. Rincian nilai-nilai pendidikan karakter tersebut adalah sebagai berikut:

1. Nilai Pendidikan Karakter Yang Berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa

Pendidikan karakter yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa yaitu Religius. Religius merupakan sarana ibadah yang mendekatkan manusia dengan hal di luar jangkauannya, yang memberi jaminan dan keselamatan bagi manusia dalam mempertahankan moralnya.

a. Religius

(44)

berhubungan dengan pergaulan manusia serta lingkungan (Listyarti, 2012: 5). Berkaitan dengan nilai diatas yaitu segala pikiran, perkataan, dan perbuatan seseorang yang diupayakan dan dilakukan selalu berdasarkan pada nilia-nilai ketuhanan atau ajaran agama. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS.Al-Baqarah ayat 21 yang berbunyi:

َ ق ْنِم َنيِذَّلاَو ْمُكَقَلَخ يِذَّلا ُمُكَّبَر اوُدُبْعا ُساَّنلا اَهُّ يَأ اَي

وُقَّ تَ ت ْمُكَّلَعَل ْمُكِلْب

“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa”(QS.Al -Baqarah : 21).

2. Nilai pendidikan karakter Yang Berhubungan dengan Diri Sendiri Nilai pendidikan karakter yang berhubungan dengan diri sendiri terdapat delapan karakter diantarannya sebagai berikut: jujur, tanggung jawab, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, rasa ingin tahu, dan gemar membaca.

a. Jujur

(45)

Jujur adalah berlaku benar dan baik dalam segala perkataan maupun perbuatan. Kejujuran yang harus diterapkan bukanlah suatu hal yang mudah, dibutuhkan kesadaran dan latihan agar sifat tersebut benar-benar menjadi prinsip hidup. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al-Anfaal ayat 58 yang berbunyi:

َيِنِئاَْلْا ُّبُِيُ لا َوَّللا َّنِإ ٍءاَوَس ىَلَع ْمِهْيَلِإ ْذِبْناَف ًةَناَيِخ ٍمْوَ ق ْنِم َّنَفاََتَ اَّمِإَو

“Dan jika kamu khawatir akan (terjadinya) pengkhianatan dari

suatu golongan, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat” (QS. Al-Anfaal:58).

b. Tanggung Jawab

(46)

ةَنيِىَر ْتَبَسَك اَِبِ ٍسْفَ ن ُّلُك

“Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah

diperbuatnya” (Qs.Al- Muddatstsir: 38).

c. Disiplin

Disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan (Listyarti, 2012: 6). Pada dasarnya disiplin muncul dari kebiasaan hidup seseorang itu sendiri. Disiplin adalah sikap mentaati peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan. Disiplin sangat penting dan dibutuhkan setiap orang, karena berfungsi untuk menyesuaikan diri dalam lingkungan yang ada. Disiplin menjadi salah satu sarat dalam membentuk sikap, perilaku, dan tata tertib kehidupan yang suatu saat akan mengantarkan pada kesuksesan.

Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. An Nisaa‟ ayat 59 yang

berbunyi:

ْنِإَف ْمُكْنِم ِرْملأا ِلِوُأَو َلوُسَّرلا اوُعيِطَأَو َوَّللا اوُعيِطَأ اوُنَمآ َنيِذَّلا اَهُّ يَأ اَي

َكِلَذ ِرِخلآا ِمْوَ يْلاَو ِوَّللاِب َنوُنِمْؤُ ت ْمُتْنُك ْنِإ ِلوُسَّرلاَو ِوَّللا َلَِإ ُهوُّدُرَ ف ٍءْيَش ِفِ ْمُتْعَزاَنَ ت

يِوْأَت ُنَسْحَأَو ٌرْ يَخ

لا

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih

(47)

d. Kerja Keras

Kerja keras adalah perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik- baiknya (Listyarti, 2012: 6). Kegiatan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh tanpa mengenal lelah dan selalu mengutamakan kepuasan hasil pada setiap kegiatan yang dilakukan. Bekarja keras memiliki sipat yang bersungguh-sungguh untuk mencapai sasaran yang ingin dicapai, dapat memanfaatkan waktu secara optimal sehingga terkadang tidak mengenal waktu, jarak, dan kesulitan yang dihadapi dengan semangat yang tinggi untuk meraih hasil yang baik dan maksimal. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Az- Zumar ayat 39 yang berbunyi:

ٌلِماَع ينِِّإ ْمُكِتَناَكَم ىَلَع اوُلَمْعا ِمْوَ ق اَي ْلُق

نوُمَلْعَ ت َفْوَسَف

”Katakanlah: "Hai kaumku, bekerjalah sesuai dengan keadaanmu,

sesungguhnya aku akan bekerja (pula), maka kelak kamu akan

mengetahui” (QS. Az-Zumar: 39).

e. Kreatif

(48)

dapat menciptakan ide-ide yang dapat berkembang. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al-Ra‟d ayat 11 yang berbunyi:

َوَّللا َّنِإ ِوَّللا ِرْمَأ ْنِم ُوَنوُظَفَْيُ ِوِفْلَخ ْنِمَو ِوْيَدَي ِْيَ ب ْنِم ٌتاَبيقَعُم ُوَل

اَم ُري يَغُ ي لا

مْوَقِب

ِوِنوُد ْنِم ْمَُلَ اَمَو ُوَل َّدَرَم لاَف اًءوُس ٍمْوَقِب ُوَّللا َداَرَأ اَذِإَو ْمِهِسُفْ نَأِب اَم اوُري يَغُ ي َّتََّح

ٍلاَو نِم

“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia” (QS. Al-Ra‟d: 11).

f. Mandiri

Mandiri adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas (Listyarti, 2012: 6). Kemandiirian merupakan sikap yang memungkinkan seorang untuk bertindak bebas melakukan sesuatu atas dorongan sendiri dan kemampuan mengatur diri sendiri, sesuai dengan hak dan kewajibannya sehingga dapat menyelasaikan sendiri masalah-masalah yang dihadapi tanpa meminta bantuan orang lain dan dapat bertanggung jawab terhadap segala keputusan yang telah di ambil.

(49)

Sikap orang tua yang tidak memanjakan anak akan menyebabkan anak berkembang secara wajar dan sebaliknya jika anak yang dimanjakan akan mengalami kesukaran dalam kemandiriannya. Sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam QS. Al- Mu‟minuun ayat 62 yang berbunyi:

َنوُمَلْظُي لا ْمُىَو يقَْلْاِب ُقِطْنَ ي ٌباَتِك اَنْ يَدَلَو اَهَعْسُو لاِإ اًسْفَ ن ُفيلَكُن لاَو

“Kami tiada membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya, dan pada sisi Kami ada suatu kitab yang

membicarakan kebenaran, dan mereka tidak dianiaya” (QS. Al-

Mu‟minuun: 62).

g. Rasa Ingin Tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar (Listyarti, 2012: 6). Sudah menjadi kodrat dari manusia memiliki rasa ingin tahu, menyebabkan manusia selalu berfikir dalam rangka mempertahankan kehidupannya. Manusia merupakan mahluk yang dapat berfikir, sehingga manusia akan selalu memiliki hasrat rasa ingin tahu. Nilai rasa ingin tahu merupakan cerminan keaktifan seseorang dalam mempelajari sesuatu untuk menambah pengetahuan atau pemahaman seseorang. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Ali Imron ayat 190 yang berbunyi:

ِلِولأ ٍتاَيلآ ِراَهَّ نلاَو ِلْيَّللا ِفلاِتْخاَو ِضْرلأاَو ِتاَواَمَّسلا ِقْلَخ ِفِ َّنِإ

(50)

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal”(QS. Ali Imron: 190).

h. Gemar Membaca

Gemar membaca adalah kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya (listyarti, 2012: 7). Seseorang yang gemar membaca akan banyak mendapatkan pengetahuan dalam berbagai bidang, baik dalam ilmu pengetahuan, perekonomian, maupun sejarah sosial. Dengan membaca segala sesuatu yang awalnya belum kita ketahui, maka lambat laun kita akan mengetahuinya. Membaca akan membuka cakrawala kita mengenai segala sesuatu yang ada diluar sana. Karena dengan membaca kita akan mendapatkan informasi-informasi yang nantinya akan sangat berguna bagi kehidupan kita pribadi khususnya, dan umumnya juga akan memberikan manfaat bagi orang banyak. Sebagaimana firman

Allah SWT dalam QS.Al „Alaq ayat 1-4 yang berbunyi:

(51)

3. Nilai pendidikan karakter yang Berhubungan Dengan Sesama

Nilai pendidikan karakter yang berhubungan dengan sesama terdapat empat karakter yaitu: menghargai prestasi, demokratis, peduli sosial, dan bersahabat. Penjabarannya adalah sebagai berikut:

a. Menghargai Prestasi

Menghargai prestasi adalah sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat dan mengakui serta menghormati keberhasilan orang lain (Listyarti, 2012: 7). Nilai ini perlu diterapkan dalam kehidupan, karena dengan menghargai prestasi dapat memotivasi diri sendiri dan orang lain agar dapat maju dan berkembang. Sebagaimana firman Allah SWt dalam QS.Ali- „Imran ayat 148 yang berbunyi:

َيِنِسْحُمْلا ُّبُِيُ ُوَّللاَو ِةَرِخلآا ِباَوَ ث َنْسُحَو اَيْ نُّدلا َباَوَ ث ُوَّللا ُمُىاَتآَف

“Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan” (QS.Ali- „Imran:148).

b. Demokratis

(52)

ِناَدِلاَوْلا َكَرَ ت اَِّمِ ٌبيِصَن ِءاَسينلِلَو َنوُبَرْ قلأاَو ِناَدِلاَوْلا َكَرَ ت اَِّمِ ٌبيِصَن ِلاَجيرلِل

اًضوُرْفَم اًبيِصَن َرُ ثَك ْوَأ ُوْنِم َّلَق اَِّمِ َنوُبَرْ قلأاَو

“Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya, dan bagi wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bagian yang telah ditetapkan”.

c. Peduli sosial

Peduli sosial adalah sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan (Listyarti, 2012: 7). Manusia diciptakan Allah sebagai makhluk sosial, yaitu mahluk yang senantiasa mengadakan hubungan dengan sesamanya. Kerja sama antara orang lain dapat terbina dengan baik apabila masing-masing pihak memiliki kepedulian sosial. Sebagai mahluk sosial sudah menjadi kewajibannya untuk memberi bantuan dan perhatian pada orang lain.

Sebagaimana firman Allah dalam QS.Ali „Imran ayat 110 yang berbunyi:

وُرُمْأَت ِساَّنلِل ْتَجِرْخُأ ٍةَّمُأ َرْ يَخ ْمُتْنُك

ِرَكْنُمْلا ِنَع َنْوَهْ نَ تَو ِفوُرْعَمْلاِب َن

ُمُىُرَ ثْكَأَو َنوُنِمْؤُمْلا ُمُهْ نِم ْمَُلَ اًرْ يَخ َناَكَل ِباَتِكْلا ُلْىَأ َنَمآ ْوَلَو ِوَّللاِب َنوُنِمْؤُ تَو

َنوُقِساَفْلا

(53)

d. Bersahabat

Bersahabat adalah tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain (Listyarti, 2012: 7). Nilai ini perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, karena sahabat merupakan seseorang yang selalu menemani dan membantu dalam keadaan apapun, sahabat juga termasuk teman dekat yang selalu menemani disaat seseorang senang ataupun susah. Sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam QS. Asy-Syura ayat 38 yang berbunyi:

َّصلا اوُماَقَأَو ْمِيبَِّرِل اوُباَجَتْسا َنيِذَّلاَو

ْمُىاَنْ قَزَر اَِّمَِو ْمُهَ نْ يَ ب ىَروُش ْمُىُرْمَأَو َةلا

َنوُقِفْنُ ي

“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan salat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka(QS. Asy-Syura: 38).

4. Nilai pendidikan karakter Yang Berhubungan dengan Lingkungan. Nilai pendidikan karakter yang berhubungan dengan lingkungan terdapat dua karakter, yaitu: peduli lingkungan, dan toleransi.

a. Peduli Lingkungan

(54)

terhadap lingkungan yang diwujudkan dalam kesediaan diri untuk menyatakan aksi yang dapat meningkatkan dan memelihara kualitas lingkungan dalam setiap perilaku yang berhubungan dengan lingkungan. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah ayat 11 yang berbunyi:

َنوُحِلْصُم ُنَْنَ اََّنَِّإ اوُلاَق ِضْرلأا ِفِ اوُدِسْفُ ت لا ْمَُلَ َليِق اَذِإَو

“Dan bila dikatakan kepada mereka: Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan".

b. Toleransi

Toleransi adalah sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya (Listyarti, 2012: 6). Nilai toleransi ini menjunjung tinggi rasa tenggang rasa antar sesama agama, suku, etnis dan lainnya demi keberlangsungan hidup yang harmonis dan rukun. Toleransi juga membiarkan orang lain berpendapat lain, melakukan hal yang tidak sependapat dengan seseorang tanpa diganggu. Agama juga mengajarkan agar toleransi terhadap kepercayan lain. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah ayat 256 yang berbunyi:

ْنِمْؤُ يَو ِتوُغاَّطلاِب ْرُفْكَي ْنَمَف ييَغْلا َنِم ُدْشُّرلا ََّيَ بَ ت ْدَق ِنييدلا ِفِ َهاَرْكِإ لا

َّللاَو اََلَ َماَصِفْنا لا ىَقْ ثُوْلا ِةَوْرُعْلاِب َكَسْمَتْسا ِدَقَ ف ِوَّللاِب

ٌميِلَع ٌعيَِسَ ُو

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam);

(55)

Karena itu barang siapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”( QS. Al-Baqarah: 256).

5. Nilai Pendidikan Karakter Yang Berhubungan Dengan Kebangsaan Nilai pendidikan karakter yang berhubungan dengan kebangsaan terdapat tiga karakter, yaitu: semangat kebangsaan, cinta tanah air, dan cinta damai.

a. Semangat Kebangsaan

Semangat kebangsaan adalah cara berpikir, bertindak dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan diri dan kelompoknya (Listyarti, 2012: 7). Nilai ini sangat menjunjung tinggi rasa semangat kebangsaan serta menempatkan kepentingan negara diatas kepentingan pribadi atau kelompok. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Hujuraat ayat 13 yang berbunyi:

ِإ ُساَّنلا اَهُّ يَأ اَي

اوُفَراَعَ تِل َلِئاَبَ قَو اًبوُعُش ْمُكاَنْلَعَجَو ىَثْ نُأَو ٍرَكَذ ْنِم ْمُكاَنْقَلَخ اَّن

ٌيرِبَخ ٌميِلَع َوَّللا َّنِإ ْمُكاَقْ تَأ ِوَّللا َدْنِع ْمُكَمَرْكَأ َّنِإ

(56)

b. Cinta Tanah Air

Cinta tanah air adalah cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik Bangsa (Listyarti, 2012: 7). Nilai ini tidak jauh berbeda dengan nilai semangat kebangsaan, yang membedakan yaitu lebih mementingkan negara dibandingkan dengan kepentingan pribadi atau kelompok. Rasa mencintai tanah air berarti rela berkorban untuk tanah air dan membela dari segala macam ancaman dan gangguan yang datang dari bangsa manapun. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Baqarah ayat 126 yang berbunyi:

َنَمآ ْنَم ِتاَرَمَّثلا َنِم ُوَلْىَأ ْقُزْراَو اًنِمآ اًدَلَ ب اَذَى ْلَعْجا يبَر ُميِىاَرْ بِإ َلاَق ْذِإَو

ِراَّنلا ِباَذَع َلَِإ ُهُّرَطْضَأ َُّثُ لايِلَق ُوُعي تَمُأَف َرَفَك ْنَمَو َلاَق ِرِخلآا ِمْوَ يْلاَو ِوَّللاِب ْمُهْ نِم

ُيرِصَمْلا َسْئِبَو

“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: "Dan kepada orang yang kafir pun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali"(QS. Al-Baqarah ayat 126).

c. Cinta Damai

(57)

diri sendiri, masyarakar, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), serta negara (Listyarti, 2012: 7). Seseorang yang bisa menghargai perbedaan dengan tidak menghina atau melakukan kekerasan terhadap orang lain, cinta damai itu ketika seseorang mendapatkan suatu masalah dan tidak menanggapinya dengan emosi, orang yang cinta damai akan menanggapi suatu masalah dengan kepala dingin tidak membuat masalah semakin besar, karena kedamaian itu lebih penting dari pada membuat masalah semakin besar. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS.Al-Hasyr ayat 23 yang berbunyi:

ُزيِزَعْلا ُنِمْيَهُمْلا ُنِمْؤُمْلا ُملاَّسلا ُسوُّدُقْلا ُكِلَمْلا َوُى لاِإ َوَلِإ لا يِذَّلا ُوَّللا َوُى

َنوُكِرْشُي اَّمَع ِوَّللا َناَحْبُس ُري بَكَتُمْلا ُراَّبَْلْا

(58)

BAB III

DESKRIPSI PEMIKIRAN SUNAN KALIJAGA

A.Riwayat Hidup Sunan Kalijaga 1. Kelahiran

(59)

Said tetap membantu kalangan masyarakat kecil dengan menjadi “Robin Hood” sehingga dikenal sebagai “Lokajaya” (Hermawan, 2013: 3).

Semasih kecil, Sunan Kalijaga dikenal dengan nama Raden Mas Syahid (Raden mas Said atau Oei Sam Ik), Pangeran Tuban, atau Raden Abdurrahaman. Sunan Kalijaga yang pernah menjadi begal di hutan Jatiwangi dengan nama samaran Brandal Lokajaya, dikenal pula dengan Syekh Malaya dikarenakan beliau sebagai Mubaligh yang mengajarkan agama Islam sambil mengembara ke berbagai tempat. Disamping juga dikenal sebagai Ki Dalang Kumendung di Purbalingga, ki Sida Brangati di Jawa Barat, dan Ki Dalang Bengkok di daerah Tegal (Hermawan, 2013: 4).

Dalam khazanah makrifat Jawa, gelar Syekh “Malaya” itu berasal dari Jawa. Kata “Malaya” berasal dari “ma-laya” yang artinya mematikan diri.

Dia telah mengalami “mati sajroning urip”, merasakan mati dalam hidup

ini. Dengan menghayati kematian dalam hidup, kita hanya bisa mencicipi kulit alam semesta ini.

Setelah beberapa tahun berguru di Pasai dan berdakwah di wilayah Malaya dan patani, Raden Syahid kembali ke Jawa. Sekembalinya di tanah

Jawa, Raden Syahid atau syekh Sa‟id atau Syekh Malaya, diangkat menjadi Anggota Wali sanga, sembilan pemuka dan penyebar agama di Jawa. Dalam

beberapa kepustakaan, Wali Sanga juga di kenal “Wali Sana”, para penguasa wilayah dalam menyebarkan agama Islam di Jawa. Berdasarkan

(60)

tersebut diartikan sebagai kumpulan orang-orang yang mendapat pengajaran langsung dari Allah untuk mengajarkan Islam dengan benar. Ada juga yang mengartikan “wali sangha” sebagai kumpulan (majelis) ulama penyebar agama Islam di Jawa, dan mereka itu amat tinggi ilmunya (Chodjim, 2015: 11).

Nama Sunan Kalijaga berasal dari Desa Kalijaga (Cirebon). Menurut cerita, sewaktu Sunan Kalijaga tinggal di sana sangat suka berendam atau berlama-lama duduk di tepian sungai. Di samping itu, terdapat sumber yang menyatakan bahwa nama Sunan Kalijaga dikarenakan ia pernah bertapa di sungai sampai semak belukar tumbuh merambati raganya. Di dalam kepercayaan masyarakat, bahwa nama Sunan Kalijaga memiliki makna harfiah dan sekaligus makna simbolik. Secara harfiah, nama Kalijaga menunjukkan bahwa sang Sunan senantiasa menjaga semua aliran (kepercayaan) yang ada di dalam masyarakat (Khaelany, 2014 : 19).

Menurut beberapa sumber gelar Sunan Kalijaga berasal dari perilaku Raden Mas Said yang diminta menjaga tongkat yang ditancapkan oleh Sunan Bonang di tepi sungai atau kali sehingga beliau akhirnya disebut Kalijaga. Gelar Sunan Kalijaga berasal dari kata Qadli yang berarti hakim dan Zakka yang berarti bersih, artinya beliau yang memang saat itu menjadi hakim atau penghulu kerajaan yang membersihkan segala penyimpangan agama. Ada juga yang mengartikan kalijaga dari kata kaleh (dua;

(61)

2. Silsilah

Terdapat tiga pendapat berbeda yang menyatakan mengenai silsilah Sunan Kalijaga. Pendapat pertama mengatakan bahwa Sunan Kalijaga merupakan keturunan dari orang Arab. Pendapat kedua mengatakan bahwa Sunan Kalijaga merupakan keturunan dari orang China. Sementara pendapat terakhir mengatakan bahwa Sunan Kalijaga merupakan keturunan dari orang Jawa asli.

a. Keturunan Arab

Bila merujuk pada buku De Hadramaut et eis Colonies Arabes

Dan‟s „I Archipel Indien yang ditulis oleh Mr. C. L. N. Van De Berg

yang dikutip oleh Munawar J. Khaelany dalam buku Sunan Kalijaga Guru orang Jawa, Sunan Kalijaga merupakan keturunan Arab asli. Bahkan dalam buku itu menyebutkan bahwa tidak hanya Sunan Kalijaga, namun semua wali di Jawa adalah keturunan Arab.

Lebih jauh buku tersebut mengatakan bahwa silsilah Sunan Kalijaga adalah sebagai berikut, Abdul Muthallib (Kakek Nabi Muhammad), berputra Abbas, berputra Abdul Wakhid, berputra Mudzakkir, berputra Adullah, berputra Khasmia, berputra Abdullah,

berputra Madro‟uf, berputra „Arifin, berputra Hasanuddin, berputra

(62)

berputra Tumenggung Wilakita (Bupati Tuban), berputra Raden Mas Syahid (Sunan Kalijaga) (Khaelany, 2015 : 20).

b. Keturunan China

Bila menurut buku Kumpulan Ceritera Lama dari Kotawali (Demak) yang merupakan karya S. Wardi dan diterbitkan oleh Wahyu yang dikuti oleh Munawar J. Khaelany dalam buku Sunan Kalijaga Guru orang Jawa, menuturkan bahwa Sunan Kalijaga sewaktu kecil bernma Said. Beliau merupakan anak orang China yang bernama Oei Tik Too (Bupati Tuban yang bernama Wiratikta dan bukan Wilatika). Bupati Wiratikta inilah yang memiliki anak laki-laki bernama Oei sam Ik, dan kemudian dikenal dengan nama Said.

Sementara catatan-catatan yang diketemukan oleh Residen Poortman dari Klentheng Sam Poo Kong (1928) mengatakan bahwa banyak raja Jawa pada jaman Demak dan para Wali dari keturunan China. Salah seorang Wali keturunan China tersebut adalah Gang Si Cang inilah yang turut membuat atau mendirikan Masjid Demak (Khaelany, 2015 : 21).

c. Keturunan Jawa

(63)

berputra Ario Teja I (Bupati Tuban), berputra Aria Teja II (Bupati Tuban), berputra Ario Teja III (Bupati Tuban), berputra raden Tumenggung Wilatikta (bupati Tuban), berputra Raden Mas Said (Sunan kalijaga).

Darmosugito juga menjelaskan bahwa Ario Teja I dan II masih memeluk agama Syiwa. Hal ini dapat dibuktikan melalui makamnya di Tuban yang menggunakan tanda Syiwa. Sementara, Ario Teja III telah memeluk agama Islam. Fakta ini dapat disaksikan melalui tanda di makmnya (Khaelany, 2015 : 21).

3. Masa Muda

Sewaktu Tuban berada di bawah kekuasaan Majapahit, Sunan Kalijaga (Raden Mas Syahid) tidak sepakat atas kebijakan Adipati Wilatikta ayahnya yang selalu mengirimkan pajak (upeti) ke Majapahit. Mengingat kehidupan rakyat Tuban sendiri masih hidup dalam kesengsaraan.

Karenannya sebagai orang yang sangat menaruh perhatian besar terhadap kehidupan rakyat Tuban, Sunan Kalijaga selalu merampok upeti di dalam gudang Kadipaten Tuban yang akan disetor ke Majapahit. Upeti itu kemudian dibagi-bagikan oleh Sunan Kalijaga kepada orang-orang miskin di Tuban.

(64)

puteranya sendiri. Karena perbuatannya itu, Sunan Kalijaga diusir dari Kadipaten Tuban.

Adipati Wilatikta akan menerima kedatangan Sunan Kalijaga kembali ke Kadipaten Tuban sesudah mampu menggetarkan dinding- dinding Kadipaten Tuban dengan bacaan kitab suci al-Qur‟an (Khaelany, 2015: 22- 24).

4. Masa Dewasa

Saat Raden Said meninggalkan Kadipaten Tuban, ia terus berjalan hingga sampailah di sebuah hutan bernama hutan Jatiwangi, kawasan Lasem, Rembang, Jawa Tengah. Di hutan ini Raden Said bertemu seorang lelaki tua berbaju putih yang membawa tongkat emas. Raden Said hanya mengincar bekal dan tongkat emas yang dibawa lelaki tua itu untuk dirampok. Saat Sunan Kalijaga meminta dengan paksa tongkatnya, lelaki tua itu bersikap tenang. Setelah menerima nasehat dari Sunan Bonang, Raden Said menjadi sadar bahwa yang selama ini dianggapnya baik dan benar ternyata salah. Raden Said menyadari kepeduliannya untuk membantu fakir miskin adalah sikap mulia, namun karena caranya dengan mencuri dan merampok orang lain, perbuatannya menjadi keliru dan berdosa.

(65)

di pinggir sebuah sungai hingga Sunan Bonang kembali lagi menemuinya. Sekembalinya Sunan Bonang untuk menemui Sunan Kalijaga, kemudian ia membangunkan Sunan Kalijaga dalam tapanya dengan mengumandangkan adzan dan Sunan Kalijaga perlahan-lahan membuka matanya. Oleh Sunan Bonang, Sunan Kalijaga dibersihkan dengan air sungai dan diberi pakaian baru. Dan kemudian memberi pelajaran secara mendalam mengenai agama.

Setelah berguru kepada Sunan Bonang, Raden Said juga pernah berguru kepada Sunan Ampel dan Sunan Gunung Giri bahkan sempat pergi ke Pasai untuk berguru serta berdakwah di Semenanjung Malaya hingga wilayah Patani di Thailand Selatan. Lebih-lebih ia juga dikenal sebagi seorang Tabib yang hebat yang salah satu pasiennya adalah Raja Patani.

Maka dengan kepopulerannya itu, ia mendapat julukan Syekh Sa‟id atau

Syekh Malaya. Disamping itu Raden Said juga dikenal sebagai Ki Dalang Kumendung di Purbalingga, Ki Sida Brangti di Jawa Barat, dan Ki dalang Bengkok di daerah Tegal (Hermawan, 2015: 4).

Raden Said duduk dalam ajaran Walisongo atau sembilan wali sebagai penyebar agama Islam di Jawa serta mempunyai gelar Sunan Kalijaga. Kata Sunan Kalijaga ini menurut beberapa sumber berasal dari perilaku Raden Mas Said yang telah diminta bertapa menjaga tongkat oleh Sunan Bonang di tepi Sungai atau kali sehingga beliau akhirnya disebut Kalijaga. Namun ada juga yang menyebut istilah Kalijaga berasal dari bahasa Arab “Qadli”, dan nama aslinya “Joko Said”, jadi frase asalnya

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas rahmat dan lindungan-Nya, sehingga skripsi dengan judul “Pengaruh Ekstrak Air Herba Putri Malu Terhadap LD50, Aktivitas

Dari uraian di atas penelitian ini bertujuan untuk membuat dan menerapkan data clustering yang efektif pada weblog untuk mendapatkan pola penjelajahan dari pengguna sehingga

(dilihat pada Tabel 10).Untuk dapat menguji signifikansi koefisien korelasi antara variabel gaya kepemimpinan dan komunikasi budaya organisasi, dengan pengujian

Kompetensi Keahlian : Teknik Konstruksi Kapal

Masalah yang sering terjadi adalah banyaknya hotel bintang lima di kota Medan dengan berbagai fasilitas dan keunggulannya masing-masing, membuat wisatawan bingung

Tingginya persentase serangan di dataran rendah maupun tinggi diduga karena letak galur G4 di dataran rendah dan G7 di dataran tinggi berada di bagian tepi pada

luas. 21 Metode PQ4R merupakan metode yang digunakan untuk membantu siswa mengingat apa yang mereka baca dan dapat.. membantu proses belajar mengajar di kelas