• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai pendidikan karakter Yang Berhubungan dengan Diri Sendiri Nilai pendidikan karakter yang berhubungan dengan diri sendir

BAB IV ANALISIS NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM SYAIR ILIR-ILIR KARYA SUNAN KALIJAGA DAN RELEVANSINYA

LANDASAN TEORI A Pengertian Pendidikan

H. Macam-macam Pendidikan Karakter

2. Nilai pendidikan karakter Yang Berhubungan dengan Diri Sendiri Nilai pendidikan karakter yang berhubungan dengan diri sendir

terdapat delapan karakter diantarannya sebagai berikut: jujur, tanggung jawab, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, rasa ingin tahu, dan gemar membaca.

a. Jujur

Jujur adalah perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan (Listyarti, 2012:6). Jujur merupakan sifat dan sikap yang paling berharga dalam diri seseorang. Kesadaran akan pentingnya sikap jujur dalam hidup seseorang harus ditumbuhkan sejak kecil. Pendidikan dari keluarga dan sekolah harus mementingkan kejujuran dari seorang anak. Sebisa mungkin diupayakan agar anak senantiasa selalu berbuat jujur.

Jujur adalah berlaku benar dan baik dalam segala perkataan maupun perbuatan. Kejujuran yang harus diterapkan bukanlah suatu hal yang mudah, dibutuhkan kesadaran dan latihan agar sifat tersebut benar- benar menjadi prinsip hidup. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al-Anfaal ayat 58 yang berbunyi:

َيِنِئاَْلْا ُّبُِيُ لا َوَّللا َّنِإ ٍءاَوَس ىَلَع ْمِهْيَلِإ ْذِبْناَف ًةَناَيِخ ٍمْوَ ق ْنِم َّنَفاََتَ اَّمِإَو

“Dan jika kamu khawatir akan (terjadinya) pengkhianatan dari suatu golongan, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang- orang yang berkhianat” (QS. Al-Anfaal:58).

b. Tanggung Jawab

Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan terhadap dirinya maupun orang lain dan lingkungan (Listyarti, 2012: 8). Tanggung jawab merupakan kesadaran manusia akan tindakan yang dilakukannya baik disengaja maupun tidak disengaja, dan sudah menjadi kodrat manusia dibebani dengan tanggung jawab. Karena ia menyadari akibat baik dan buruk perbuatan yang dilakukannya. Maka dari itu seseorang harus bertanggung jawab terhadap apa yang sudah dibebankan kepadanya, dan melaksanakan kewajibannya itu dengan baik dan benar. Sebagaimana firman Allah SWt dalam QS Al- Muddatstsir ayat 38 yang berbunyi:

ةَنيِىَر ْتَبَسَك اَِبِ ٍسْفَ ن ُّلُك

“Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah

diperbuatnya” (Qs.Al- Muddatstsir: 38).

c. Disiplin

Disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan (Listyarti, 2012: 6). Pada dasarnya disiplin muncul dari kebiasaan hidup seseorang itu sendiri. Disiplin adalah sikap mentaati peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan. Disiplin sangat penting dan dibutuhkan setiap orang, karena berfungsi untuk menyesuaikan diri dalam lingkungan yang ada. Disiplin menjadi salah satu sarat dalam membentuk sikap, perilaku, dan tata tertib kehidupan yang suatu saat akan mengantarkan pada kesuksesan.

Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. An Nisaa‟ ayat 59 yang

berbunyi:

ْنِإَف ْمُكْنِم ِرْملأا ِلِوُأَو َلوُسَّرلا اوُعيِطَأَو َوَّللا اوُعيِطَأ اوُنَمآ َنيِذَّلا اَهُّ يَأ اَي

َكِلَذ ِرِخلآا ِمْوَ يْلاَو ِوَّللاِب َنوُنِمْؤُ ت ْمُتْنُك ْنِإ ِلوُسَّرلاَو ِوَّللا َلَِإ ُهوُّدُرَ ف ٍءْيَش ِفِ ْمُتْعَزاَنَ ت

يِوْأَت ُنَسْحَأَو ٌرْ يَخ

لا

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih

d. Kerja Keras

Kerja keras adalah perilaku yang menunjukkan upaya sungguh- sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik- baiknya (Listyarti, 2012: 6). Kegiatan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh tanpa mengenal lelah dan selalu mengutamakan kepuasan hasil pada setiap kegiatan yang dilakukan. Bekarja keras memiliki sipat yang bersungguh-sungguh untuk mencapai sasaran yang ingin dicapai, dapat memanfaatkan waktu secara optimal sehingga terkadang tidak mengenal waktu, jarak, dan kesulitan yang dihadapi dengan semangat yang tinggi untuk meraih hasil yang baik dan maksimal. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Az- Zumar ayat 39 yang berbunyi:

ٌلِماَع ينِِّإ ْمُكِتَناَكَم ىَلَع اوُلَمْعا ِمْوَ ق اَي ْلُق

نوُمَلْعَ ت َفْوَسَف

”Katakanlah: "Hai kaumku, bekerjalah sesuai dengan keadaanmu,

sesungguhnya aku akan bekerja (pula), maka kelak kamu akan

mengetahui” (QS. Az-Zumar: 39).

e. Kreatif

Kreatif adalah berpikir dan melekukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimilikinya (Listyarti, 2012: 6). Nilai kreatif ini mengandung arti pengungkapan ide-ide seseorang terhadap suatu cara atau suatu pekerjaan yang menghasilkan inovasi baru. Kreatif merupakan suatu kemampuan untuk memahami, mengintrepasi pengalaman dan memecahkan masalah dengan cara yang baru sehingga

dapat menciptakan ide-ide yang dapat berkembang. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al-Ra‟d ayat 11 yang berbunyi:

َوَّللا َّنِإ ِوَّللا ِرْمَأ ْنِم ُوَنوُظَفَْيُ ِوِفْلَخ ْنِمَو ِوْيَدَي ِْيَ ب ْنِم ٌتاَبيقَعُم ُوَل

اَم ُري يَغُ ي لا

مْوَقِب

ِوِنوُد ْنِم ْمَُلَ اَمَو ُوَل َّدَرَم لاَف اًءوُس ٍمْوَقِب ُوَّللا َداَرَأ اَذِإَو ْمِهِسُفْ نَأِب اَم اوُري يَغُ ي َّتََّح

ٍلاَو نِم

“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia” (QS. Al-Ra‟d: 11).

f. Mandiri

Mandiri adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas (Listyarti, 2012: 6). Kemandiirian merupakan sikap yang memungkinkan seorang untuk bertindak bebas melakukan sesuatu atas dorongan sendiri dan kemampuan mengatur diri sendiri, sesuai dengan hak dan kewajibannya sehingga dapat menyelasaikan sendiri masalah-masalah yang dihadapi tanpa meminta bantuan orang lain dan dapat bertanggung jawab terhadap segala keputusan yang telah di ambil.

Lingkungan kehidupan yang dihadapi individu sangat mempengaruhi kepribadian seseorang, lingkungan keluarga dan masyarakat yang baik akan membentuk kepribadian yang baik pula.

Sikap orang tua yang tidak memanjakan anak akan menyebabkan anak berkembang secara wajar dan sebaliknya jika anak yang dimanjakan akan mengalami kesukaran dalam kemandiriannya. Sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam QS. Al- Mu‟minuun ayat 62 yang berbunyi:

َنوُمَلْظُي لا ْمُىَو يقَْلْاِب ُقِطْنَ ي ٌباَتِك اَنْ يَدَلَو اَهَعْسُو لاِإ اًسْفَ ن ُفيلَكُن لاَو

“Kami tiada membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya, dan pada sisi Kami ada suatu kitab yang

membicarakan kebenaran, dan mereka tidak dianiaya” (QS. Al-

Mu‟minuun: 62). g. Rasa Ingin Tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar (Listyarti, 2012: 6). Sudah menjadi kodrat dari manusia memiliki rasa ingin tahu, menyebabkan manusia selalu berfikir dalam rangka mempertahankan kehidupannya. Manusia merupakan mahluk yang dapat berfikir, sehingga manusia akan selalu memiliki hasrat rasa ingin tahu. Nilai rasa ingin tahu merupakan cerminan keaktifan seseorang dalam mempelajari sesuatu untuk menambah pengetahuan atau pemahaman seseorang. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Ali Imron ayat 190 yang berbunyi:

ِلِولأ ٍتاَيلآ ِراَهَّ نلاَو ِلْيَّللا ِفلاِتْخاَو ِضْرلأاَو ِتاَواَمَّسلا ِقْلَخ ِفِ َّنِإ

باَبْللأا

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal”(QS. Ali Imron: 190).

h. Gemar Membaca

Gemar membaca adalah kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya (listyarti, 2012: 7). Seseorang yang gemar membaca akan banyak mendapatkan pengetahuan dalam berbagai bidang, baik dalam ilmu pengetahuan, perekonomian, maupun sejarah sosial. Dengan membaca segala sesuatu yang awalnya belum kita ketahui, maka lambat laun kita akan mengetahuinya. Membaca akan membuka cakrawala kita mengenai segala sesuatu yang ada diluar sana. Karena dengan membaca kita akan mendapatkan informasi-informasi yang nantinya akan sangat berguna bagi kehidupan kita pribadi khususnya, dan umumnya juga akan memberikan manfaat bagi orang banyak. Sebagaimana firman

Allah SWT dalam QS.Al „Alaq ayat 1-4 yang berbunyi:

َقَلَخ يِذَّلا َكيبَر ِمْساِب ْأَرْ قا

(

1

)

ٍقَلَع ْنِم َناَسْنلإا َقَلَخ

(

2

)

َكُّبَرَو ْأَرْ قا

ُمَرْكلأا

(

3

)

ِمَلَقْلاِب َمَّلَع يِذَّلا

(

4

)

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan(1). Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah(2). Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah(3). Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam(4)” (QS.Al „Alaq: 1- 4).