• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM SYAIR ILIR-ILIR KARYA SUNAN KALIJAGA DAN RELEVANSINYA

PENDIDIKAN ISLAM

B. RELEVANSI NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM SYAIR ILIR-ILIR DENGAN PENDIDIKAN ISLAM

1. Tujuan Pendidikan Islam

Bila pendidikan diartikan sebagai latihan mental, moral, dan fisik yang bisa menghasilkan manusia yang berbudaya tinggi maka pendidikan berarti menumbuhkan kepribadian serta menanamkan rasa tanggung jawab. Secara umum terdapat dua pandangan teoritis mengenai tujuan pendidikan. Pandangan teoritis yang pertama berorientsi kemasyarakatan, yaitu pandangan yang menganggap bahwa pendidikan sebagai sarana utama dalam menciptakan rakyat yang baik, baik untuk sistem pemerintahan yang demokratis, oligarkis, maupun monarkis. Pandangan teoritis yang kedua berorientasi kepada individu, yang memfokuskan diri pada kebutuhan, daya tampung dan minat belajar .

Pandangan teoritis yang pertama berasumsi bahwa manusia adalah hewan yang bermasyarakat dan ilmu pengetahuan pada dasarnya dibina diatas dasar-dasar kehidupan masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, tujuan dan target pendidikan dengan sendirinya diambil dan diupayakan untuk memperkuat kepercayaan, sikap, ilmu pengetahuan, dan sejumlah keahlian yang sudah diterima dan sangat bermanfaat bagi masyarakat.

Sedangkan pandangan teoritis yang kedua memiliki dua aliran orientasi. Yaitu aliran pertama berpendapat bahwa tujuan utama pendidikan adalah mempersiapkan peserta didik agar bisa meraih kebahagiaan yang optimal melalui pencapaian kesuksesan kehidupan bermasyarakat dan ekonomi, jauh lebih berhasil dari yang pernah dicapai orang tuannya. Aliran kedua lebih menekankan peningkatan intelektual, kekayaan, dan keseimbangan peserta didik (Naquib al-Attas, 2003:163).

Untuk memenuhi kebutuhan manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, maka dibutuhkan pendidikan yang bisa mengakomodasi segala kebutuhan untuk mengantarkan peserta didik menjadi manusia yang bisa berperan sebagai individu, dan memiliki peran sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk individu manusia memiliki potensi, sifat, kebutuhan, cita- cita, keinginan, pemikiran, dan lain sebagainya yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Sebagai makhluk sosial manusia memiliki naluri untuk hidup bersama, berkelompok, hidup bermasyarakat, saling tolong- menolong dengan sesama manusia (Aziz, 2009: 32).

Menurut Hasan Langgulung tujuan pendidkan Islam harus mengakomodasi tiga fungsi utama dari agama Islam, yaitu fungsi spiritual yang berkaitan dengan aqidah dan iman (ketuhanan), fungsi psikologis yang berkaitan dengan tingkah laku manusia (individu), dan fungsi sosial yang berkaitan dengan hubungan antar manusia dengan manusia manusia yang lain atau masyarakat (sosial) (Nata, 1997: 52).

Dalam syair Ilir-ilir karya Sunan Kalijaga juga terdapat beberapa tujuan yang relevan dengan tujuan pendidikan Islam, yaitu:

a. Mengajarkan untuk bersikap Religius

Sikap religius ini menjadi dasar atas ajaran Sunan Kalijaga dalam syair Ilir-ilir. Kesadaran terhadap sikap religius terdapat pada kalimat “tandure wis sumilir” di ibaratkan sebagai benih yang sudah tumbuh. Sunan Kalijaga menjadikan sikap religius sebagai dasar kehidupan seseorang di dalam dunia. Sunan Kalijaga mengajarkan bahwa segala sesuatu yang kita lakukan di dunia kelak akan dimintai pertanggung jawabannya. Sebagaimana iman seseorang yang telah diberikan dari Allah merupakan benih yang harus dijaga karena kelak akan menjadi penunjuk bagi kehidupan seseorang.

Kemudian dalam kalimat “kanggo sebo mengko sore”,di sini di ibaratkan bahwa ajal seseorang akan datang nanti sore. Sehingga manusia yang telah datang ajalnya harus sudah menjalankan segala sesuatu yang berhubungan dengan dirinya sendiri, masyarakat, terutama kepada Tuhannya, sehingga seseorang tersebut telah memiliki bekal

untuk diakhiratnya, karena kelak akan dimintai pertanggung jawaban atas segala perbuatan yang telah dilakukannya ketika di dunia.

b. Mengajarkan tentang pembentukan akhlak atau karakter yang akan menjadikan manusia yang sempurna.

Karakter merupakan watak atau kepribadian yang melekat pada setiap individu. Setiap manusia meliki karakter masing-masing dan juga akhlak yang berbeda. Akhlak atau karakter digambarkan dengan “dodot iro” yang berarti pakaianmu yang dimaknai dengan akhlak seseorang. Sunan Kalijaga menggambarkan bahwa setiap manusia memiliki akhlak masing-masing, ada yang berakhlak baik dan juga berakhlak tercela. Sehingga akhlak yang tercela harus segera dibenahi agar dapat kembali utuh sehingga akan menjadikan kemaslahatan baginya. Karena setiap tingkah laku yang dilakukannya menggambarkan dari pribadi seseorang, apabila akhlaknya tidak baik maka harus segera dibenahi agar tidak menjadikan kerugian terhadap dirinya sendiri.

c. Mengajarkan agar bisa menjadi manusia yang dapat berguna bagi orang lain.

Manusia yang baik yaitu manusia yang dapat bermanfaat bagi orang lain. Disini digambarkan dalam kalimat “cah angon”, cah angon dalam kehidupannya harus bisa menjadikan contoh ataupun teladan terhadap orang lain, karena diibaratkan sebagai penggembala yang harus bisa mengendalikan makmumnya menuju jalan yang benar sesuai syariat Allah sehingga dapat mendatangkan kemashlahatan terhadap orang lain.

2. Pendidik

Pendidik memiliki peran yang sangat penting dalam pendidikan. Secara umum pendidik adalah orang yang memiliki tanggung jawab untuk mendidik. Sedangkan pendidik dalam perspektif Islam yaitu orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif, kognitif, maupun psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam (Nizar, 2002: 41). Jadi, pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksannan pendidikan dengan sasarannya adalah anak didik.

Dari beberapa pendapat diatas dapat kita temukan dua macam pengertian pendidikan yaitu pendidikan dalam arti umum sdan pendidikan dalam arti khusus. Pendidik secara umum adalah orang-orang yang memberikan pengetahuan, ketrampilan, pendidikan, pengalaman dan sebagainya yang bisa memberikan inormasi terhadap orang lain yang belum mengetahuinya. Kegiatan dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja. Atas dasar ini yang bisa dikategorikan sebagai pendidik yaitu bisa orang tua, guru, tokoh masyarakat, organisasi, dan lain sebagainya. Jadi pengertian disini pendidik tidak mengategorikan sebagai profesi melainkan menekankan sebagai aspek untuk mencerdaskan bangsa.

Kemudian pengertian pendidik secara khusus yaitu mengarah terhadap profesi sesuai seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas):

“seperti guru, dosen, fasilitator, dan profesi pendidik yang lainnnya. Pendidik sebagai profesi memiliki aturan, sistem kerja, tujuan, dan kualifikasi-kualifikasi yang sudah ditentukan oleh sistem pendidikan” (UU RI NOMOR 20, 2003: 3).

Pendidik dalam artian disini memiliki ikatan terhadap suatu instansi terkait, dan juga memiliki ketentuan-ketentuan yang diberlakukan terhadap setiap pendidik seperti halnya mengenai latar belakang pendidikan yang telah ditempuh minimal dalam jenjang strata satu, berseragam sesuai ketentuan, lan ketentuan lain yang diberlakukan dalam instansi tersebut. Karena pendidik sebagai profesi sehingga juga akan mendapat timbal balik seperti fasilitas mengajar, gaji, tunjangan dan lain sebagainya.

Dalam syair ilir-ilir disini pendidik disebut dalam arti umum, sehingga tidak mengacu terhadap artian profesi. Sunan Kalijaga lebih menekankan pendidik dapat dilakukan oleh siapa saja, dimana saja, dan kapan saja yang tidak terikat oleh suatu instansi, karena pada dasarnya pendidikan pada waktu itu tidak sama seperti zaman sekarang. Sunan Kalijaga menggambarkan sosok pendidik dengan gambaran “cah angon”, menjadi cah angon bisa dilakukan oleh siapapun, kapanpun, dan dimanapun. Disebutkan bahwa cah angon ketika memanjat pohon blimbing yang licin harus memikirkan metode dan strategi yang tepat dan sesuai kondisi agar bisa memanjat pohon yang licin tersebut. Dan dalam pendidikan juga ditekankan bahwa seorang pendidik harus tepat dan sesuai dalam menggunakan metode dan strategi yang digunakan agar materi yang disampaikan kepada peserta didik bisa diterima dengan baik.

Kemudian tugas “cah angon” yaitu sebagai penggembala yang bisa membawa makmumnya menuju jalan yang baik dan benar. Sehingga seorang cah angon juga harus memiliki sifat yang baik dan benar. Karena seorang cah angon tentunya akan menjadi acuan dan contoh bagi makmum- makmumnya. Oleh karena itu kepribadian cah angon harus bisa menggambarkan sikap-sikap yang baik yang bisa ditiru oleh gembalaanya. Kepribadian pendidik sebagaimana cah angon juga harus bisa menjadi teladan bagi peserta didik.

Selanjutnya Sunan Kalijaga juga menggambarkan cah angon yang memiliki tanggung jawab yang besar terhadap gembalanya. Seorang cah angon harus benar-benar mengetahui tugas yang sedang dilaksanakannya, yaitu untuk mengajak orang lain menuju jalan yang benar dan diridhoi Allah. Tugas cah angon yang sedemikian berat mengharuskan cah angon benar- benar memahami arah jalan yang membawa manusia agar tidak terjebak kearah jalan yang sesat. Seorang cah angon tidak akan bisa menyelesaikan suatu masalah yang dihadapi oleh masyarakat apabila tidak memiliki kompetensi yang mapan. Oleh karena itu kemampuan profesional menjadi salah satu syarat yang harus dimiliki cah angon untuk mencapai kesuksesannya.

Seorang cah angon juga harus bisa melakukan interaksi sosial dengan baik. Interaksi dan komunikasi yang baik disini dimaksudkan agar gembalanya mampu memahami apa yang diinginkan atau diarahkan oleh pemimpinya. Dengan komunikasi yang baik maka akan mempermudah cah

angon melaksanakn tugasnya untuk membawa siapapun menuju jalan yang benar, dan membawa menuju kehidupan yang lebih baik. Oleh karena itu kompetensi sosial juga harus dimiliki oleh setiap pemimpin.