• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kailan (Brassica oleraceae Var. Acephala DC.) dengan Pemberian Pupuk Organik Cair dan Limbah Kulit Kopi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kailan (Brassica oleraceae Var. Acephala DC.) dengan Pemberian Pupuk Organik Cair dan Limbah Kulit Kopi"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KAILAN

(

Brassica oleraceae

Var. Acephala DC.) DENGAN PEMBERIAN

PUPUK ORGANIK CAIR DAN LIMBAH KULIT KOPI

SKRIPSI

OLEH :

RIMEMBER A. LUBIS 040301014

DEPARTEMEN BUBIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KAILAN

(

Brassica oleraceae

Var. Acephala DC.) DENGAN PEMBERIAN

PUPUK ORGANIK CAIR DAN LIMBAH KULIT KOPI

SKRIPSI

OLEH :

RIMEMBER A. LUBIS 040301014/ BDP - AGR

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN BUBIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul Skripsi : Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kailan (Brassica oleraceae Var. Acephala DC.) dengan

Pemberian Pupuk Organik Cair dan Limbah Kulit Kopi Nama : Rimember A. Lubis

NIM : 040301014 Program Studi : BDP – Agronomi

Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(4)

ABSTRACT

The aim of this experiment was to determine the effect of giving various dose liquid organic fertilizer and coffea pulp compost on the growth and production of cabbage (Brasisca oleraceae Var. Acephala DC.). The experiment was conduted at experimental garden Faculty of Agriculture North Sumatera University Medan, on January 2009 to March 2009 by using a Group Random Design (RAK Factorial) with two treatments factor and three replications. The first factor is giving various dose organic fertilizer by four levels, they are 0 cc/L water, 7.5 cc/L water, 15 cc/L water, 22.5 cc/L water. The second factor is dose of coffea pulp compost with four levels, they are 0 g/plant, 150 g/plant, 300 g/plant, 450 g/plant. The experiment result showed that the dose liquid organic fertilizer and coffea pulp compost that be given were higher to increase all examination parameter. The dose organic fertilizer and coffea pulp compost that be given were higher so interaction between the treatments are increase to parameter crop wet weight.

(5)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk organik cair dan limbah kulit kopi terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kailan (Brasisca oleraceae Var. Acephala DC.). Penelitian dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, dari bulan Januari 2009 sampai Maret 2009 dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan dua faktor perlakuan dan 3 ulangan. Faktor pertama pupuk organik cair dengan 4 taraf : 0 cc/L air, 7.5 cc/L air, 15 cc/L air, 22.5 cc/L air. Faktor kedua limbah kulit kopi dengan 4 taraf : 0 g/tanaman, 150 g/tanaman, 300 g/tanaman, 450 g/tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi pupuk organik cair dan limbah kulit kopi yang diaplikasikan akan dapat meningkatkan semua parameter pengamatan. Semakin tinggi konsentrasi pupuk organik cair dan limbah kulit kopi yang diaplikasikan maka interaksi antara kedua perlakuan dapat meningkatkan parameter bobot basah tajuk.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Rimember Lubis dilahirkan di Lumban Rau pada tanggal 30 Desember 1984, anak kelima dari enam bersaudara, putra dari Ayahanda P. Lubis dan Ibunda N. Br. Sibarani

Tahun 2001- 2004 menempuh pendidikan menengah di SMU Swasta Cahaya, Medan. Tahun 2004 lulus masuk melalui jalur PMP, penulis memilih

program studi Agronomi Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini saya susun berdasarkan hasil penelitian yang berjudul Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kailan (Brassica oleraceae Var.

Acephala DC) dengan Pemberian Pupuk Organik Cair dan Limbah Kulit

Kopi ” yang merupakan salah syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. B.S.J. Damanik, MSc selaku ketua komisi pembimbing dan

Bapak Ir. Asil Barus, MS selaku anggota komisi pembimbing, yang telah meluangkan waktu dan memberikan saran kepada penulis mulai dari persiapan penelitian sampai penyelesaian skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya buat Ayahanda P. Lubis dan Ibunda N. Br. Sibarani yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis baik secara moril dan material.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Februari 2010

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 4

Hipotesis Penelitian ... 4

Kegunaan Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman ... 5

Syarat Tumbuh ... 6

Iklim ... 6

Tanah ... 7

Limbah Kulit Kopi dan Manfaatnya... 7

Pupuk Organik Cair dan Manfaatnya ... 10

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 11

Bahan dan Alat ... 11

Metode Penelitian ... 12

Metode Analisa Data ... 13

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan Penelitian ... 14

Persiapan Areal Persemaian ... 14

Persiapan Media Tanam ... 14

Penyemaian Benih ... 15

Penanaman Bibit ... 15

Pemeliharaan Tanaman ... 15

Penyiraman ... 15

(9)

Pemupukan ... 16

Penyiangan ... 16

Pengendalian Hama dan Penyakit ... 16

Panen ... 16

Pengamatan Parameter... 17

Tinggi Tanaman (cm) ... 17

Jumlah Daun (helai) ... 17

Total Luas Daun (cm 2) ... 17

Bobot Basah Tajuk per sampel (g) ... 18

Bobot Kering Tajuk per Sampel (g) ... 18

Bobot Basah Akar per Sampel (g) ... 18

Bobot Kering Akar per Sampel (g) ... 19

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 20

Pembahasan ... 39

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 43

Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR TABEL

No. Judul

1. Rataan tinggi tanaman (cm) pada umur 40 HSPT dengan pemberian

Hal

pupuk organik cair dan limbah kulit kopi ... 21

2. Rataan jumlah daun (helai) pada umur 40 HSPT dengan pemberian pupuk organik cair dan limbah kulit kopi ... 24

3. Rataan total luas daun (cm2) pada umur 40 HSPT dengan pemberian pupuk organik cair dan limbah kulit kopi ... 26

4. Rataan bobot basah tajuk (g) pada umur 40 HSPT dengan pemberian pupuk organik cair dan limbah kulit kopi ... 29

5. Rataan bobot kering tajuk (g) pada umur 40 HSPT dengan pemberian pupuk organik cair dan limbah kulit kopi ... 31

6. Rataan bobot basah akar (g) pada umur 40 HSPT dengan pemberian pupuk organik cair dan limbah kulit kopi ... 34

7. Rataan bobot kering akar (g) pada umur 40 HSPT dengan pemberian pupuk organik cair dan limbah kulit kopi ... 36

8. Data pengamatan tinggi tanaman umur 10 HSPT (cm) ... 46

9. Daftar sidik ragam tinggi tanaman umur 10 HSPT ... 46

10.Data pengamatan tinggi tanaman umur 20 HSPT (cm) ... 47

11.Daftar sidik ragam tinggi tanaman umur 20 HSPT ... 47

12.Data pengamatan tinggi tanaman umur 30 HSPT (cm) ... 48

13.Daftar sidik ragam tinggi tanaman umur 30 HSPT ... 48

14.Data pengamatan tinggi tanaman umur 40 HSPT (cm) ... 49

15.Daftar sidik ragam tinggi tanaman umur 40 HSPT ... 49

16.Data pengamatan jumlah daun umur 10 HSPT (helai) ... 50

17.Daftar sidik ragam jumlah daun umur 10 HSPT ... 50

(11)

19.Daftar sidik ragam jumlah daun umur 20 HSPT ... 51

20.Data pengamatan jumlah daun umur 30 HSPT (helai) ... 52

21.Daftar sidik ragam jumlah daun umur 30 HSPT ... 52

22.Data pengamatan jumlah daun umur 40 HSPT (helai) ... 53

23.Daftar sidik ragam jumlah daun umur 40 HSPT ... 53

24.Data pengamatan total luas daun 10 HSPT (cm2) ... 54

25.Daftar sidik ragam total luas daun umur 10 HSPT ... 54

26.Data pengamatan total luas daun 20 HSPT (cm2) ... 55

27.Daftar sidik ragam total luas daun umur 20 HSPT ... 55

28.Data pengamatan total luas daun 30 HSPT (cm2) ... 56

29.Daftar sidik ragam total luas daun umur 30 HSPT ... 56

30.Data pengamatan total luas daun 40 HSPT (cm2) ... 57

31.Daftar sidik ragam total luas daun umur 40 HSPT ... 57

32.Data pengamatan bobot basah tajuk 10 HSPT (g) ... 58

33.Daftar sidik ragam bobot basah tajuk 10 HSPT ... 58

34.Data pengamatan bobot basah tajuk 20 HSPT (g) ... 59

35.Daftar sidik ragam bobot basah tajuk 20 HSPT ... 59

36.Data pengamatan bobot basah tajuk 30 HSPT (g) ... 60

37.Daftar sidik ragam bobot basah tajuk 30 HSPT ... 60

38.Data pengamatan bobot basah tajuk 40 HSPT (g) ... 61

39.Daftar sidik ragam bobot basah tajuk 40 HSPT ... 61

40.Data pengamatan bobot kering tajuk 10 HSPT (g) ... 62

41.Daftar sidik ragam bobot kering tajuk 10 HSPT ... 62

(12)

43.Daftar sidik ragam bobot kering tajuk 20 HSPT ... 63

44.Data pengamatan bobot kering tajuk 30 HSPT (g) ... 64

45.Daftar sidik ragam bobot kering tajuk 30 HSPT ... 64

46.Data pengamatan bobot kering tajuk 40 HSPT (g) ... 65

47.Daftar sidik ragam bobot kering tajuk 40 HSPT ... 65

48.Data pengamatan bobot basah akar 10 HSPT (g) ... 66

49.Daftar sidik ragam bobot basah akar 10 HSPT ... 66

50.Data pengamatan bobot basah akar 20 HSPT (g) ... 67

51.Daftar sidik ragam bobot basah akar 20 HSPT ... 67

52.Data pengamatan bobot basah akar 30 HSPT (g) ... 68

53.Daftar sidik ragam bobot basah akar 30 HSPT ... 68

54.Data pengamatan bobot basah akar 40 HSPT (g) ... 69

55.Daftar sidik ragam bobot basah akar 40 HSPT ... 69

56.Data pengamatan bobot kering akar 10 HSPT (g) ... 70

57.Daftar sidik ragam bobot kering akar 10 HSPT ... 70

58.Data pengamatan bobot kering akar 20 HSPT (g) ... 71

59.Daftar sidik ragam bobot kering akar 20 HSPT ... 71

60.Data pengamatan bobot kering akar 30 HSPT (g) ... 72

61.Daftar sidik ragam bobot kering akar 30 HSPT ... 72

62.Data pengamatan bobot kering akar 40 HSPT (g) ... 73

(13)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul

1. Grafik hubungan antara pemberian pupuk organik cair dengan

Hal

tinggi tanaman 40 HSPT (cm) ... 22 2. Grafik hubungan antara pemberian limbah kulit kopi dengan tinggi

tanaman 40 HSPT (cm) ... 23 3. Grafik hubungan antara pemberian pupuk organik cair dengan

jumlah daun 40 HSPT (helai) ... 24 4. Grafik hubungan antara pemberian limbah kulit kopi dengan

jumlah daun 40 HSPT (cm) ... 25 5. Grafik hubungan antara pemberian pupuk organik cair dengan

total luas daun 40 HSPT (cm2) ... 27 6. Grafik hubungan antara pemberian limbah kulit kopi dengan

total luas daun 40 HSPT (cm2) ... 28 7. Kurva respon antara pemberian pupuk organik cair dengan

bobot basah tajuk 40 HSPT (g) ... 30 8. Kurva respon antara pemberian limbah kulit kopi dengan

bobot basah tajuk 40 HSPT (g) ... 30 9. Grafik hubungan antara pemberian pupuk organik cair dengan

bobot kering tajuk 40 HSPT (cm) ... 32 10.Grafik hubungan antara pemberian limbah kulit kopi dengan

bobot kering tajuk 40 HSPT (cm) ... 33 11.Grafik hubungan antara pemberian pupuk organik cair dengan

bobot basah akar 40 HSPT (cm) ... 34 12.Grafik hubungan antara pemberian limbah kulit kopi dengan

bobot basah akar 40 HSPT (cm) ... 35 13.Grafik hubungan antara pemberian pupuk organik cair dengan

bobot kering akar 40 HSPT (cm) ... 37 14.Grafik hubungan antara pemberian limbah kulit kopi dengan

(14)

ABSTRACT

The aim of this experiment was to determine the effect of giving various dose liquid organic fertilizer and coffea pulp compost on the growth and production of cabbage (Brasisca oleraceae Var. Acephala DC.). The experiment was conduted at experimental garden Faculty of Agriculture North Sumatera University Medan, on January 2009 to March 2009 by using a Group Random Design (RAK Factorial) with two treatments factor and three replications. The first factor is giving various dose organic fertilizer by four levels, they are 0 cc/L water, 7.5 cc/L water, 15 cc/L water, 22.5 cc/L water. The second factor is dose of coffea pulp compost with four levels, they are 0 g/plant, 150 g/plant, 300 g/plant, 450 g/plant. The experiment result showed that the dose liquid organic fertilizer and coffea pulp compost that be given were higher to increase all examination parameter. The dose organic fertilizer and coffea pulp compost that be given were higher so interaction between the treatments are increase to parameter crop wet weight.

(15)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk organik cair dan limbah kulit kopi terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kailan (Brasisca oleraceae Var. Acephala DC.). Penelitian dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, dari bulan Januari 2009 sampai Maret 2009 dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan dua faktor perlakuan dan 3 ulangan. Faktor pertama pupuk organik cair dengan 4 taraf : 0 cc/L air, 7.5 cc/L air, 15 cc/L air, 22.5 cc/L air. Faktor kedua limbah kulit kopi dengan 4 taraf : 0 g/tanaman, 150 g/tanaman, 300 g/tanaman, 450 g/tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi pupuk organik cair dan limbah kulit kopi yang diaplikasikan akan dapat meningkatkan semua parameter pengamatan. Semakin tinggi konsentrasi pupuk organik cair dan limbah kulit kopi yang diaplikasikan maka interaksi antara kedua perlakuan dapat meningkatkan parameter bobot basah tajuk.

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman kailan (Brassica oleraceae Var. Acephala) merupakan salah satu jenis sayuran famili kubis-kubisan (Brassicaceae) yang diduga berasal dari negeri China. Kailan masuk ke Indonesia sekitar abad ke -17, namun sayuran ini sudah cukup populer dan diminati di kalangan masyarakat ( Darmawan, 2009).

Tanaman kailan adalah salah satu jenis sayuran daun, dimana rasanya enak serta mempunyai kandungan gizi yang dibutuhkan tubuh manusia, seperti protein, mineral dan vitamin. Kandungan gizi serta rasanya yang enak, membuat kailan menjadi salah satu produk pertanian yang diminati masyarakat, sehingga mempunyai potensi serta nilai komersial tinggi.

Tabel 1. Kandungan gizi per 100 gram kailan.

Zat gizi Kadar %AKG*

Lutein-zeaksantin (mkg) 912 -

(17)

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2006, produksi tanaman kubis-kubisan khususnya kailan mengalami penurunan dari rata-rata produksi 287,30 kw/ha tahun 2005 menjadi 253,70 kw/ha. Menurunnya produksi sayuran tersebut disebabkan belum adanya penerapan teknik budidaya yang baik khususnya di kalangan petani. Penurunan produksi tersebut juga diikuti dengan terjadinya penurunan luas lahan panen dari 5.897 ha pada tahun 2005 menjadi 5.461 ha pada tahun 2006. Berdasarkan data tersebut perlu dilakukan suatu usaha untuk meningkatkan kembali produksi kailan .

Usaha untuk meningkatkan produksi kailan dapat dilakukan dengan memperluas areal penanaman, penerapan teknik budidaya yang baik, serta menjaga kesuburan lahan pertanian supaya kesinambungan usaha pertanian tetap terlaksana. Pertanian berkesinambungan adalah suatu teknik budidaya pertanian yang menitik beratkan adanya pelestarian hubungan timbal balik antara organisme dengan sekitarnya. Sistem pertanian ini tidak menghendaki penggunaan produk berupa bahan-bahan kimia yang dapat merusak ekosistem alam. Pertanian berkesinambungan identik dengan penggunaan pupuk organik yang berasal dari limbah-limbah pertanian, pupuk kandang, pupuk hijau, kotoran-kotoran manusia, serta kompos. Penerapan pertanian organik diharapkan keseimbangan antara organisme dengan lingkungan tetap terjaga (Djojosuwito, 2000).

(18)

mikro organisme, sehingga meningkatkan kecepatan dekomposisi bahan organik dan mempercepat pelepasan hara (Sutanto, 2004).

Pupuk organik cair adalah salah satu jenis pupuk organik yang mengandung unsur hara makro dan mikro. Pupuk organik cair dapat melengkapi dan menambah ketersediaan bahan organik dalam tanah. Bahan organik tersebut memberikan beberapa manfaat yaitu menyediakan unsur hara makro dan mikro bagi tanaman, menggemburkan tanah, memperbaiki tekstur dan struktur tanah. Bahan organik juga dapat meningkatkan porositas, aerase dan komposisi mikroorganisme tanah, membantu pertumbuhan akar tanaman, meningkatkan daya serap air yang lebih lama oleh tanah (Murbandono, 2000).

Limbah kulit kopi (pulpa kopi) merupakan salah satu jenis limbah pertanian. Limbah ini mengandung bahan organik yang dapat digunakan untuk menambah unsur hara bagi tanah dan tanaman. Limbah kulit kopi akan mengalami proses pelapukan karena adanya interaksi antara mikro organisme yang bekerja di dalamnya. Proses pelapukan limbah kopi membutuhkan waktu sekitar 4 minggu untuk dapat digunakan sebagai pupuk organik.

(19)

Tujuan Penelitian

Untuk menguji pupuk organik cair dan limbah kulit kopi terhadap pertumbuhan dan produksi kailan (Brassica oleraceae Var. Acephala DC).

Hipotesis Penelitian

Pemberian pupuk organik cair dan limbah kulit kopi serta interaksi keduanya berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi kailan.

Kegunaan Penelitian

Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, dan kiranya hasil penelitian ini

(20)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Tanaman kailan adalah salah satu jenis sayuran yang termasuk dalam kelas dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan cabang-cabang akar yang kokoh. Cabang akar (akar sekunder) tumbuh dan menghasilkan akar tertier yang akan berfungsi menyerap unsur hara dari dalam tanah (Darmawan, 2009).

Tanaman kailan mempunyai batang berwarna hijau kebiruan, bersifat tunggal dan bercabang pada bagian atas. Warna batangnya mirip dengan kembang kol. Batang kailan dilapisi oleh zat lilin, sehingga tampak mengkilap, pada batang tersebut akan muncul daun yang letaknya berselang seling (

Tanaman kailan adalah keras, berwarna hijau kebiruan, dan letaknya berselang. Daunnya panjang dan melebar seperti caisim, sedangkan warna daun mirip dengan kembang kol berbentuk bujur telur (Widaryanto, Herlina dan Putra, 2003).

(21)

Syarat Tumbuh

Iklim

Tanaman kailan sesuai ditanam di kawasan yang mempunyai suhu antara 23 – 35 °C . Kelembapan udara yang sesuai bagi pertumbuhan kailan berkisar antara 80 – 90 % (Sunarjono, 2004).

Pada umumnya tanaman kailan baik ditanam di dataran tinggi dengan ketinggian antara 1.000 - 3.000 meter di atas permukaan laut, seperti halnya kubis tunas yang hanya baik ditanam pada ketinggian lebih dari 800 m di atas permukaan laut. Beberapa varietas kubis-kubisan (Brassicaceae) ada yang dapat ditanam di dataran rendah, seperti kailan mampu beradaptasi dengan baik pada dataran rendah (Sunarjono, 2004).

(22)

Tanah

Tanaman kailan menghendaki keadaan tanah yang gembur dan subur. Kailan tumbuh baik pada berbagai jenis tanah dengan pH berkisar diantara 5.0 - 6.5. Tanah yang memiliki pH di bawah nilai 5.0, perlu dilakukan pengapuran untuk meningkatkan nilai pH yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman kailan (Hakim, Nyakpa, Lubis, Nugroho, Saul, Diha, Go Ban Hong dan Bailey, 1986).

Jenis tanah yang baik digunakan untuk membudidayakan kailan adalah jenis tanah regosol, tanah aluvial, tanah latosol, tanah mediteran ataupun tanah andosol (Cahyono, 2001).

Pupuk Organik Cair dan Manfaatnya

Pupuk organik cair merupakan salah satu jenis pupuk organik yang ramah lingkungan. Keunggulan daripada pupuk organik adalah memperbaiki dan menjaga struktur tanah tetap gembur, sehingga pertumbuhan akar tanaman lebih baik, meningkatkan daya serap dan daya pegang tanah terhadap air, sehingga ketersediaan air yang dibutuhkan tanaman memadai (Purwanto, 2008).

Pupuk organik cair “ Super Biota Plus” adalah salah satu jenis pupuk organik yang diformulasi untuk tanaman semusim termasuk sayur - sayuran. Beberapa keunggulan dari pupuk ini adalah dapat meningkatkan produksi tanaman, mengurangi resiko gugur bunga dan buah, dapat memperkuat jaringan pada akar dan batang, dapat berfungsi sebagai katalisator, sehingga akar dapat lebih mudah menyerap unsur hara dari dalam tanah.

(23)

Tabel 2. Kandungan hara yang terdapat dalam pupuk organik “super biota plus”

Unsur Hara Keterangan

N 16,64 %

Pupuk ini dapat diaplikasikan dengan cara disemprotkan ke daun atau disiramkan ke area perakaran tanaman (Tri harmoni abadi, 2007).

Kebutuhan tanaman akan bermacam-macam pupuk selama pertumbuhan dan perkembangannya (terutama dalam hal penyerapannya) adalah tidak sama. Tanaman membutuhkan waktu (fase) berbeda dan jumlah unsur hara yang dibutuhkan. Selama pertumbuhan dan perkembangannya (sejak kecambah hingga tanaman tersebut dipanen) terdapat berbagai proses pertumbuhan yang intensitasnya berbeda-beda. Pada setiap fase pertumbuhannya, tanaman membutuhkan pemupukan (penambahan unsur hara) yang sesuai dengan kebutuhan tanaman tersebut. Pemupukan tidak boleh dilakukan sembarangan, harus memperhatikan waktu dan jumlah yang dibutuhkannya (Sutedjo, 2001).

(24)

nitrogen, maka tanaman banyak memerlukan unsur nitrogen pada masa vegetatifnya. Tanaman membutuhkan pupuk nitrogen atau pupuk berkadar N yang tinggi (Redaksi Agromedia, 2007).

Limbah Kulit Kopi dan Manfaatnya

Pengolahan kopi secara basah akan menghasilkan limbah padat berupa kulit buah pada proses pengupasan buah (pulping) dan kulit tanduk pada saat penggerbusan (hulling). Limbah kulit kopi (pulpa) belum dimanfaatkan secara optimal, umumnya ditumpuk di sekitar lokasi pengolahan selama beberapa bulan, sehingga dapat menimbulkan bau busuk dan cairan yang mencemari lingkungan. Salah satu upaya untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan adalah

pemanfaatan secara optimal limbah proses produksi kopi tersebut (Ditjen Perkebunan, 2006).

Limbah kulit buah kopi memiliki kadar bahan organik dan unsur hara yang memungkinkan untuk memperbaiki sifat tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar C-organik kulit buah kopi adalah 45,3 %, kadar nitrogen 2,98 %, fosfor 0,18 % dan kalium 2,26 %. Selain itu kulit buah kopi juga mengandung unsur Ca, Mg, Mn, Fe, Cu dan Zn. Dalam 1 ha areal pertanaman kopi akan memproduksi limbah segar sekitar 1,8 ton setara dengan produksi limbah kering 630 kg (Ditjen Perkebunan, 2006).

(25)

Secara umum pengomposan dengan sistem aerobik termasuk pengomposan limbah kulit kopi adalah modifikasi yang terjadi secara biologis pada struktur kimia atau biologi dengan kehadiran oksigen. Dalam proses ini banyak koloni bakteri yang berperan, yang ditandai dengan adanya perubahan temperatur. Hasil dari dekomposisi bahan organik secara aerobik adalah CO2,

H2O, humus dan energi yang dapat disajikan dengan reaksi sebagai berikut:

Bahan organik CO2 + H2O + Humus + Hara + Energi

(Djuardani, Kristian, dan Budi, 2005).

Pada saat limbah kopi mengalami proses dekomposisi, nitrogen dibebaskan dalam bentuk kation NH4+ (amonium). Kecepatan proses ini

tergantung kepada ratio antara unsur karbon – nitrogen (C/N). Apabila rasio C/N rendah, proses perombakan akan berjalan lebih cepat. Bentuk ion NH4+ yang

dibebaskan dapat secara langsung diserap oleh tanaman, dimanfaatkan oleh mikroorganisme tanah, atau diubah menjadi bentuk anion NO3- (nitrat), sehingga

di dalam tanah ditemukan nitrogen berbentuk nitrat lebih banyak dibandingkan dengan bentuk amonium. Pada umumnya tanaman lebih banyak menyerap nitrogen dalam bentuk nitrat (Sudiarto dan Gusmani, 2004).

(26)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di lahan penelitian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, dengan ketinggian tempat ± 25 meter di atas permukaan laut. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan, yaitu pada bulan Januari hingga Maret 2009.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kailan varietas Acephala, pupuk organik cair dan limbah kulit kopi, tanah andisol sebagai media tanam, fungisida Antracol 70 WP untuk mengendalikan serangan jamur dan penyakit, insektisida Lannate 25 WP untuk mengendalikan serangan hama pada tanaman, dan bahan-bahan lain yang mendukung penelitian ini.

(27)

Metode Penelitian

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial yang terdiri dari 2 faktor perlakuan dan 3 ulangan, yaitu:

Faktor I : Pupuk organik cair (P) dengan 4 taraf perlakuan yaitu : P0 = 0 cc/ liter air

P1 = 7,5 cc/ liter air P2 = 15 cc/ liter air P3 = 22,5 cc/ liter air

Faktor II : Limbah kulit kopi (K) dengan 4 taraf perlakuan yaitu : K0 = 32 g/ tanaman

K1 = 64 g/ tanaman K2 = 96 g/ tanaman K3 = 128 g/ tanaman

Sehingga diperoleh kombinasi perlakuan sebanyak 16 kombinasi yaitu :

(28)

Jumlah seluruh tanaman sampel = 384 tanaman

Jarak antar plot = 30 cm

Jarak antar blok = 50 cm

Metode Analisa Data

Data hasil penelitian dianalisis dengan sidik ragam model linier sebagai berikut :

Yijk = µ + ρi + αj + βk + (αβ) jk +

ε

ijk

Dimana :

Yijk = Hasil pengamatan blok ke-i dengan perlakuan pupuk organik cair pada taraf ke- j dan limbah kulit kopi pada taraf ke-k.

µ = Nilai tengah perlakuan.

ρi = Pengaruh blok ke- i.

αj = Pengaruh pupuk organik cair pada taraf ke- j.

βk = Pengaruh limbah kulit kopi pada taraf ke- k.

(αβ)jk = Pengaruh interaksi antara pupuk organik cair pada taraf ke-j dan limbah kulit kopi pada taraf ke- k.

ε

ijk = Pengaruh galat percobaan blok ke-i yang mendapat perlakuan

pupuk organik cair j dengan limbah kulit kopi pada taraf ke-k.

(29)

PELAKSANAAN PENELITIAN

Persiapan Lahan Penelitian

Lahan penelitian yang digunakan terlebih dahulu dibersihkan dari gulma dan sampah yang ada di sekitar lahan tersebut. Lahan penelitian dibagi dalam 3 blok, kemudian dibuat plot penelitian dengan ukuran 150 cm x 100 cm, jarak antar blok 50 cm dan jarak antar plot 30 cm.

Persiapan Areal Persemaian

Tempat persemaian benih kailan disiapkan dengan cara membuat kotak persemaian dengan ukuran 1 m x 1 m, kemudian ditempatkan di bedengan sesuai ukuran kotak persemaian. Dibuat naungan dengan bambu sebagai tiang dan pelepah sawit sebagai atapnya. Tinggi naungan 120 cm ke arah timur dan 100 cm ke arah barat. Media persemaian yang digunakan adalah tanah andisol dan pasir dengan perbandingan 1 : 1.

Persiapan Media Tanam

(30)

Penyemaian Benih Kailan

Benih diatur dalam barisan dengan jarak 10 cm. Sebelum benih disemai, terlebih dahulu direndam selama 15 menit di dalam air untuk mempercepat perkecambahan. Bibit siap dipindah tanam setelah berumur 14 hari di persemaian, tujuannya adalah agar bibit lebih tahan terhadap cekaman lingkungan.

Penanaman Bibit

(31)

Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman kailan terdiri dari: penyiraman, penyulaman, pemupukan, penyiangan, serta pengendalian hama dan penyakit.

Penyiraman

Penyiraman tanaman dilakukan 2 kali dalam sehari dengan menggunakan gembor yaitu pagi dan sore hari. Penyiraman disesuaikan dengan kondisi media tanam dan tanaman di lahan penelitian.

Penyulaman

Penyulaman dilakukan bila ada tanaman yang mati atau pertumbuhannya kurang baik, dan bibit tanaman pengganti harus subur pertumbuhannya serta masih seumur dengan tanaman yang diganti atau sisa dari tanaman yang disemaikan di bedeng persemaian. Penyulaman dilakukan 4 hari setelah pindah tanam.

Pemupukan

(32)

Penyiangan

Penyiangan dilakukan dengan membersihkan gulma yang ada di dalam media tanam dan di sekitar plot penelitian. Penyiangan disesuaikan dengan kondisi gulma di sekitar lahan penelitian.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian Hama dan Penyakit dilakukan dengan menggunakan insektisida Lannate 25 WP dengan konsetrasi 2 g/liter air dan fungisida Antracol 70 WP dengan konsentrasi 2 g/ liter air. Pengaplikasian insektisida dan fungisida dilakukan 10 hari setelah pindah tanam dan dilanjutkan dengan interval setiap 10 hari sekali. Insektisida maupun fungisida diplikasikan secara terpisah, pengaplikasian insektisida dan fungisida dilakukan dengan menggunakan hansprayer.

Panen

(33)

Pengamatan Parameter

Parameter yang diamati dalam penelitan ini adalah : tinggi tanaman, jumlah daun, total luas daun, bobot basah tajuk, bobot kering tajuk, bobot basah akar, dan bobot kering akar.

Tinggi Tanaman (cm)

Pengamatan parameter tinggi tanaman dilakukan dengan cara mengukur tinggi tanaman dari permukaan tanah yang sudah diberi patok standar sampai pucuk tanaman (titik tumbuh) dengan menggunakan meteran. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan sejak tanaman berumur 10 hari setelah pindah tanam (hspt) dengan interval pengukuran 10 hari sekali. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan sebanyak 4 kali yaitu: 10 hspt, 20 hspt, 30 hspt, dan 40 hspt.

Jumlah Daun (helai)

(34)

Total Luas Daun (cm2)

Pengamatan parameter total luas daun dilakukan dengan mengukur luas daun satu persatu, setelah dipisahkan dari batang. Pengukuran total luas daun dilakukan dengan menggunakan metoda LAM (Leaf Area Meter). Penukuran luas daun dilakukan sejak tanaman berumur 10 hari setelah pindah tanam (hspt) dengan interval pengukuran 10 hari sekali. Pengukuran total luas daun dilakukan sebanyak 4 kali yaitu: 10 hspt, 20 hspt, 30 hspt, dan 40 hspt.

Bobot Basah Tajuk (g)

Pengamatam parameter bobot basah tajuk dilakukan dengan cara menimbang semua tajuk tanaman yang sudah dipanen dari setiap plot. Tajuk terlebih dahulu dipisahkan dari akar, kemudian ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik. Tajuk yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam amplop lalu diovenkan. Pengukuran bobot basah tajuk dilakukan sejak tanaman berumur 10 hari setelah pindah tanam (hspt) dengan interval pengukuran 10 hari sekali. Pengukuran bobot basah tajuk dilakukan sebanyak 4 kali yaitu: 10 hspt, 20 hspt, 30 hspt, dan 40 hspt.

Bobot Kering Tajuk (g)

(35)

10 hari sekali. Pengukuran bobot kering dilakukan sebanyak 4 kali yaitu: 10 hspt, 20 hspt, 30 hspt, dan 40 hspt.

Bobot Basah Akar (g)

Pengamatan parameter bobot basah akar dilakukan dengan cara terlebih dahulu membongkar akar tanaman, lalu akar tersebut dimasukkan dalam ember yang berisi air, kemudian akar dipisahkan dari tajuk dengan memotong pangkal batang. Akar yang telah dipotong lalu dikering anginkan, kemudian ditimbang bobot basahnya dengan menggunakan timbangan analitik. Pengukuran bobot basah akar dilakukan sejak tanaman berumur 10 hari setelah pindah tanam (hspt) dengan interval pengukuran 10 hari sekali. Pengukuran bobot basah akar dilakukan sebanyak 4 kali yaitu: 10 hspt, 20 hspt, 30 hspt, dan 40 hspt.

Bobot Kering Akar (g)

(36)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tinggi Tanaman

Hasil pengamatan tinggi tanaman 10 - 40 hspt dapat dilihat pada tabel lampiran 1,3,5,7 dan daftar sidik ragam pada lampiran 2,4,6,8 menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman 10 hspt dan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 20 - 40 hspt. Pemberian limbah kulit kopi berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 10 hspt dan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 20 - 40 hspt. Interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman 10 - 40 hspt.

Data rataan tinggi tanaman (cm) pada pengamatan 40 hspt dengan pemberian pupuk organik cair dan limbah kulit kopi dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Rataan tinggi tanaman (g) pada pengamatan 40 hspt dengan pemberian

pupuk organik cair dan limbah kulit kopi POC

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada kolom dan baris yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf uji 5 %

(37)

cair secara berturut juga mengakibatkan tinggi tanaman menjadi menurun, sehingga diperoleh tinggi tanaman terendah pada perlakuan 0 cc/ liter air (P0) yaitu 9,69 cm. P0 berbeda nyata dengan P1, P2, dan P3. P1 berbeda nyata dengan P2 dan P3. P2 berbeda nyata dengan P3.

Pengamatan tinggi tanaman dari tabel 3 dapat dilihat bahwa pemberian limbah kulit kopi tertinggi 450 g/tanaman (K3) dihasilkan tinggi tanaman tertinggi yaitu 13,09 cm. Penurunan dosis limbah kulit kopi secara berturut juga mengakibatkan tinggi tanaman menjadi menurun, sehingga diperoleh tinggi tanaman terendah pada perlakuan 0 g/tanaman (K0) yaitu 9,96 cm. K0 berbeda nyata dengan K1, K2, dan K3. K1 berbeda nyata dengan K2 dan K3. K2 berbeda nyata dengan K3.

Hubungan antara tinggi tanaman dengan pemberian pupuk organik cair dalam bentuk grafik dapat dilihat pada gambar 1.

Ỳ = 0.1551x + 9.923

Pupuk Organik Cair (cc/L air

T

(38)

Hubungan antara tinggi tanaman dengan pemberian limbah kulit kopi dalam bentuk grafik dapat dilihat pada gambar 2.

y = 0.0071x + 10.073

Gambar 2. Hubungan antara tinggi tanaman dengan pemberian limbah kulit kopi pada 40 hspt

Jumlah Daun

(39)

Data rataan jumlah daun (helai) pada pengamatan 40 hspt dengan pemberian pupuk organik cair dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Rataan jumlah daun (helai) pada pengamatan 40 hspt dengan pemberian pupuk organik cair dan limbah kulit kopi

POC

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada kolom dan baris yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf uji 5 %

Pengamatan jumlah daun dari tabel 4 dapat dilihat bahwa perlakuan dengan pemberian pupuk organik cair tertinggi 22,5 cc/ liter air (P3) diperoleh jumlah daun tertinggi yaitu 8,54 helai. Penurunan konsentrasi pupuk organik cair secara berturut juga mengakibatkan jumlah daun menjadi menurun, sehingga diperoleh jumlah daun terendah pada perlakuan 0 cc/ liter air (P0) yaitu 7,54 helai. P0 berbeda nyata dengan P1, P2, dan P3. P1 berbeda nyata dengan P2 dan P3. P2 berbeda nyata dengan P3.

(40)

Hubungan antara jumlah daun dengan pemberian pupuk organik cair pada 40 HSPT dalam bentuk grafik dapat dilihat pada gambar 3.

ŷ = 0,0467x + 7,4958

Pupuk Organik Cair (cc/Liter Air)

J

Gambar 3. Hubungan antara jumlah daun dengan pemberian pupuk organik cair pada 40 hspt

Hubungan antara jumlah daun dengan pemberian limbah kulit kopi dalam bentuk grafik dapat dilihat pada gambar 4.

ŷ = 0,0024x + 7,4833

Gambar 4. Hubungan antara jumlah daun dengan pemberian limbah kulit kopi pada 40 hspt

Total Luas Daun

(41)

pupuk organik cair berpengaruh nyata terhadap pengamatan total luas daun 10 - 40 hspt. Aplikasi limbah kulit kopi juga berpengaruh nyata terhadap pengamatan total luas daun 10 – 40 hspt. Interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata pada pengamatan 10 hspt, 40 hspt dan berpengaruh nyata pada pengamatan 20- 30 hspt.

Data rataan total luas daun (cm2) pada pengamatan 40 hspt dengan pemberian pupuk organik cair dan limbah kulit kopi dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Rataan total luas daun (cm2) pada pengamatan 40 hspt dengan pemberian

pupuk organik cair Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada kolom dan baris

yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf uji 5 %

Pengamatan total luas daun dari tabel 5 dapat dilihat bahwa perlakuan dengan pemberian pupuk organik cair tertinggi 22,5 cc/ liter air (P3) diperoleh total luas daun tertinggi yaitu 741,68 cm2. Penurunan konsentrasi pupuk organik cair secara berturut juga mengakibatkan total luas daun menjadi menurun, sehingga diperoleh total luas daun terendah pada perlakuan 0 cc/ liter air (P0) yaitu 382,09 cm2. P0 berbeda nyata dengan P1, P2, dan P3. P1 berbeda nyata dengan P2 dan P3. P2 berbeda nyata dengan P3.

(42)

berturut juga mengakibat total luas daun menjadi menurun, sehingga diperoleh total luas daun terendah pada perlakuan 0 g/tanaman (K0) yaitu 263,92 cm2. K0 berbeda nyata dengan K1, K2, dan K3. K1 berbeda nyata dengan K2 dan K3. K2 berbeda nyata dengan K3.

Hubungan antara total luas daun dengan pemberian pupuk organik cair pada 40 hspt dalam bentuk grafik dapat dilihat pada gambar 5.

y = 15.011x + 385.97

Pupuk Organik Cair (cc/ L air)

T

Gambar 5. Hubungan antara total luas daun dengan pemberian pupuk organik cair pada 40 hspt

(43)

y = 1.4266x + 233.87

Limbah Kulit Kopi (g/ tanaman)

T

Gambar 6. Hubungan antara total luas daun dengan pemberian limbah kulit kopi pada 40 hspt

Bobot Basah Tajuk

Hasil pengamatan bobot basah tanaman dapat dilihat pada tabel lampiran 25, 27,29,31 dan daftar sidik ragam pada tabel lampiran 26, 28, 30, 32 menunjukkan bahwa Pemberian pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah tanaman 10 hspt, dan berpengaruh nyata pada 20 – 40 hspt. Pemberian limbah kulit kopi berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah tanaman 10 hspt dan berpengaruh nyata pada 20 – 40 hspt. Interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah tanaman pada 10 – 20 hspt, dan berpengaruh nyata pada 30 – 40 hspt.

(44)

Tabel 6. Bobot basah tanaman (g) pada 40 hspt dengan pemberian pupuk organik cair dan limbah kulit kopi

POC

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf uji 5 %

Pengamatan bobot basah tajuk dari tabel 6 dapat dilihat bahwa interaksi antara pemberian pupuk organik cair dan limbah kulit kopi berpengaruh nyata terhadap bobot basah tanaman 40 HSPT. Semakin besar konsentrasi pupuk organik cair dan limbah kopi yang diaplikasikan, maka akan dapat meningkatkan bobot basah tanaman. Bobot basah tanaman tertinggi terdapat pada P3K3 sebesar 84,18 g dan terendah pada perlakuan P0K0 yaitu 11,61 g.

Hubungan interaksi antara bobot basah tanaman dengan pemberian pupuk organik cair dalam bentuk grafik dapat dilihat pada gambar 7.

y3 = 1.416x + 51.863

Pupuk Organik Cair (cc/L air)

B

(45)

Hubungan interaksi antara bobot basah tanaman dengan pemberian limbah kulit kopi dalam bentuk grafik dapat dilihat pada gambar 8.

y3 = 0.1459x + 17.562

Limbah Kulit Kopi (g/ tanaman)

B

Gambar 8. Kurva respon interaksi bobot basah tanaman dengan pemberian limbah kulit kopi

Bobot Kering Tajuk

Hasil pengamatan bobot kering tajuk dapat dilihat pada tabel lampiran 33, 35, 37, 39 dan daftar sidik ragam pada tabel lampiran 34, 36, 38, 40 menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik cair berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk 10 – 40 hspt, dan pemberian berbagai limbah kulit kopi berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk 10 – 40 hspt. Interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering tajuk pada 10 hspt dan 40 hspt, tetapi berpengaruh nyata pada pengamatan 20 hspt dan 30 hspt.

(46)

Tabel 7. Bobot kering tajuk (g) pengamatan 40 hspt pada pemberian pupuk organik cair dan limbah kulit kopi

POC

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf uji 5 %

Pengamatan bobot kering tajuk dari tabel 7 dapat dilihat bahwa perlakuan dengan pemberian pupuk organik cair tertinggi 22,5 cc/ liter air (P3) diperoleh bobot kering tajuk tertinggi yaitu 5,80 g. Penurunan konsentrasi pupuk organik cair secara berturut juga mengakibatkan bobot kering tajuk menjadi menurun, sehingga diperoleh bobot kering tajuk terendah pada perlakuan 0 cc/ liter air (P0) yaitu 3,46 g. P0 berbeda nyata dengan P1, P2, dan P3. P1 berbeda nyata dengan P2 dan P3. P2 berbeda nyata dengan P3.

Pengamatan bobot kering tajuk dari tabel 7 dapat dilihat bahwa perlakuan dengan pemberian limbah kulit kopi tertinggi 450 g/tanaman diperoleh bobot kering tajuk tertinggi yaitu 5,80 g. Penurunan dosis limbah kopi secara berturut juga mengakibatkan bobot kering tajuk menjadi menurun, sehingga diperoleh bobot kering tajuk terendah pada perlakuan 0 g/tanaman (K0) yaitu 3,19 g. K0 berbeda nyata dengan k1, K2, dan K3. K1 berbeda nyata dengan K2 dan K3. K2 berbeda nyata dengan K3.

(47)

y = 0.1029x + 3.3138

Pupuk Organik Cair (cc/L air)

B

Gambar 9. Hubungan antara bobot kering tajuk dengan pemberian pupuk organik cair pada 40 hspt

Hubungan antara jumlah daun dengan pemberian limbah kulit kopi dalam bentuk grafik dapat dilihat pada gambar 10.

y = 0.0055x + 3.2321

(48)

Bobot Basah Akar

Hasil pengamatan bobot basah akar dapat dilihat pada tabel lampiran 41, 43, 45, 47 dan daftar sidik ragam pada tabel lampiran 42, 44, 46, 48, menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik cair berpengaruh nyata terhadap bobot basah akar 10 – 40 hspt, demikian juga dengan pemberian limbah kulit kopi berpengaruh nyata terhadap bobot basah akar 10 – 40 hspt. Interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh nyata terhadap bobot basah akar 10 – 30 hspt dan berpengaruh tidak nyata pada 40 hspt.

Data rataan bobot basah akar (g) pada 40 hspt dengan pemberian pupuk organik cair dan limbah kulit kopi dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8. Bobot basah akar (g) pada 40 hspt dengan pemberian pupuk organik cair dan limbah kulit kopi

POC

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada kolom dan baris yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf uji 5 %

(49)

Pengamatan bobot basah akar dari tabel 8 dapat dilihat bahwa perlakuan dengan pemberian limbah kulit kopi tertinggi 450 g/tanaman) diperoleh bobot basah akar tertinggi yaitu 9,75 g. Penurunan dosis limbah kulit kopi secara berturut juga mengakibatkan bobot basah akar menjadi menurun, sehingga diperoleh bobot basah akar tendah pada perlakuan 0 g/tanaman (K0) yaitu 3,82 g. K0 berbeda nyata dengan k1, K2, dan K3. K1 berbeda nyata dengan K2 dan K3. K2 berbeda nyata dengan K3.

Hubungan antara bobot basah akar dengan pemberian pupuk organik cair pada 40 hspt dalam bentuk grafik dapat dilihat pada gambar 11.

y = 0.3496x + 2.8113

Pupuk Organik Cair (cc/L air)

B

Gambar 11. Hubungan antara bobot basah akar dengan pemberian Pupuk Organik Cair pada 40 hspt

(50)

y = 0.0128x + 3.8558

Limbah Kulit Kopi (g/ tanaman)

B

Gambar 12. Hubungan antara bobot basah akar dengan pemberian limbah kulit kopi pada 40 hspt

Bobot Kering Akar

Hasil pengamatan bobot kering akar (g) dapat dilihat pada tabel lampiran 49, 51, 53, 55 dan daftar sidik ragam pada tabel lampiran 50, 52, 54, 56 menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik cair berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar 10 – 40 hspt, demikian juga dengan pemberian limbah kulit kopi berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar 10 – 40 hspt. Interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering akar 10 hspt dan 40 hspt, dan berpengaruh nyata pada 20 hspt dan 30 hspt.

(51)

Tabel 9. Bobot kering akar (g) pada 40 hspt dengan pemberian pupuk organik cair dan limbah kulit kopi

POC

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada kolom dan baris yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf uji 5 %.

Pengamatan bobot kering akar dari tabel 9 dapat dilihat bahwa perlakuan dengan pemberian pupuk organik cair tertinggi 22,5 cc/ liter air (P3) diperoleh bobot kering akar tertinggi yaitu 1,00 g. Penurunan konsentrasi pupuk organik cair secara berturut juga mengakibatkan bobot kering akar menjadi menurun, sehingga diperoleh bobot kering akar terendah pada perlakuan 0 cc/ liter air) yaitu 0,61 g. P0 berbeda nyata dengan P1, P2, dan P3. P1 berbeda nyata dengan P2 dan P3. P2 berbeda nyata dengan P3.

Pengamatan bobot kering akar dari tabel 9 dapat dilihat bahwa perlakuan dengan pemberian limbah kulit kopi tertinggi 450 g/tanaman (K3) yaitu 1,02 g. Penurunan dosis limbah kulit kopi secara berturut juga mengakibatkan bobot kering akar menjadi menurun, sehingga diperoleh bobot kering akar terendah pada perlakuan 0 g/tanaman (K0) yaitu 0,63 g. K0 berbeda nyata dengan k1, K2, dan K3. K1 berbeda nyata dengan K2 dan K3. K2 berbeda nyata dengan K3.

(52)

y = 0.0182x + 0.6046

Pupuk Organik Cair (cc/L air)

B

Gambar 13. Hubungan antara bobot kering akar dengan pemberian pupuk organik cair pada 40 hspt.

Hubungan antara bobot kering akar dengan pemberian limbah kulit kopi pada 40 hspt dalam bentuk grafik dapat dilihat pada gambar 14.

y = 0.0008x + 0.6206

Limbah Kulit Kopi (g/ tanaman)

B

(53)

Pembahasan

Pemberian pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kailan (Brassica oleraceae Var. Acephala DC).

Aplikasi pupuk organik cair menunjukkan pengaruh yang tidak nyata pada pengamatan parameter tinggi tanaman umur 10 hspt, jumlah daun 10 hspt, serta bobot basah tajuk 10 hspt. Hal ini diduga karena pupuk organik cair tersebut belum terserap secara sempurna oleh tanaman. Hal ini diduga karena umur tanaman masih relatif muda dan sistem perakaran tanaman yang belum optimal pertumbuhannya, sehingga akar tanaman belum mampu menyerap unsur hara di sekitarnya secara optimal. Menurut Sutedjo (2001), kemampuan tanaman menyerap bermacam-macam unsur hara selama pertumbuhan dan perkembangannya (terutama dalam hal pengambilan atau penyerapannya) adalah tidak sama. Tanaman membutuhkan waktu dan jumlah unsur hara yang berbeda. Selama pertumbuhan dan perkembangannya terdapat berbagai proses pertumbuhan yang intensitasnya berbeda-beda.

(54)

Pemberian limbah kulit kopi terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kailan (Brassica oleraceae Var. Acephala DC).

Aplikasi limbah kulit kopi menunjukkan pengaruh yang tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 10 hspt, jumlah daun 10 hspt, serta bobot basah tajuk 10 hspt. Hal ini diduga karena limbah kulit kopi yang diaplikasikan belum terdekomposisi secara sempurna, sehingga belum mempengaruhi sifat fisik dan kimia tanah tersebut. Selain itu, kandungan unsur hara dalam limbah kulit kopi tersebut belum tersedia bagi tanaman. Dengan demikian, pertumbuhan akar tanaman dan kemampuannya dalam menyerap unsur hara belum optimal. Apabila pertumbuhan akar semakin baik, maka unsur hara akan diserap tanaman untuk mendukung proses fotosintesis dan pembentukan sel atau pembesaran sel tanaman yang secara langsung berpengaruh meningkatkan pertumbuhan tanaman. Menurut Agromedia (2007) bahwa tanaman dalam proses pertumbuhannya, khususnya pertumbuhan vegetatifnya (pembentukan akar, batang, dan daun) memerlukan nutrisi tepat baik jumlah dan jenis unsur hara yang dibutuhkan.

(55)

unsur-unsur hara yang bermanfaat bagi tanaman. Bahan organik membantu membebaskan unsur-unsur yang terikat, sehingga mudah diserap oleh tanaman.

Interaksi pemberian pupuk organik cair dan limbah kulit kopi terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kailan (Brassica oleraceae Var.

Acephala DC)

Hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa interaksi antara pemberian pupuk organik cair dan limbah kulit kopi berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 10 – 40 hspt, jumlah daun 10 - 40 hspt, total luas daun 10 hspt dan 40 hspt, bobot basah tajuk 10 – 20 hspt dan bobot kering tajuk 10 hspt dan 40 hspt, bobot basah akar 40 hspt, bobot kering akar 10 hspt dan 40 hspt. Hal ini terjadi karena pemberian pupuk organik dan limbah kulit kopi belum atau tidak saling mempengaruhi pertumbuhan dan produksi pada awal dan juga diakhir penelitian yaitu umur 10 hspt dan juga 40 hspt. Pupuk organik dan limbah kulit kopi yang diapliksikan ke dalam tanah belum dapat diserap oleh akar secara sempurna pada awal perumbuhan, sedangkan pada akhir penelitian atau pada umur 40 hspt ketersediaan unsur hara tidak cukup tersedia lagi untuk diserap oleh tanaman, sehingga pemberian pupuk organik dan limbah kulit kopi berpengaruh tidak nyata bagi pertumbuhan dan produksi tanaman.

(56)
(57)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pemberian pupuk organik cair dapat meningkatkan tinggi tanaman 26,97 %, jumlah daun 11,70 %, total luas daun 48,48 %, bobot basah tajuk 80,88 %, bobot kering tajuk 40,34 %, bobot basah akar 72,53 %, dan bobot kering akar 39,00 %

2. Pemberian limbah kulit kopi dapat meningkatkan tinggi tanaman 23,91 %, jumlah daun 12.70 %, total luas daun 71.47 %, bobot basah tajuk 38,67 %, bobot basah kering 45,00 %, bobot basah akar 60,82 %, dan bobot kering akar 38,23 %

3. Interaksi antara pemberian pupuk organik cair dan limbah kulit kopi meningkatkan bobot basah tajuk 86,20 %.

Saran

(58)

DAFTAR PUSTAKA

Ashari, S., 2006. Hortikultura, Aspek dan Budidaya. Universitas Indonesia Press, Jakarta. Halaman 225 – 229.

Badan Pusat Statistik., 2007. Sumatera Utara Dalam Angka. BPS. Sumatera Utara, Medan.

Cahyono, B., 2001. Kubis Bunga dan Brokoli, Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Kanisius, Yogyakarta. Halaman 146 – 149.

Darmawan, 2004. Pertumbuhan Kailan di Tanah Gambut. Dikutip dari Ditjen Perkebunan, 2006. Pemanfaatan Limbah Perkebunan. Dikutip dari;

http://ditjenbun.deptan.go.id/perbenpro/images/stories/Pdf/pedomanlimba hbuku-nop.pdf. Diakses 15 Desember 2009.

Djojosuwito, S., 2000. Pertanian Organik dan Multiguna. Kanisius, Yogyakarta. Halaman 38, 41, 44.

Djuardani, N., Kristian, dan Budi, S. S ., 2005. Cara Cepat Membuat Kompos., Agromedia Pustaka, Jakarta. Halaman 32 - 37

Hakim, N., M.Y. Nyakpa, A.M. Lubis, S.G. Nugroho, M.R. Saul, M.A. Diha, Go Ban Hong dan H. H. Bailey., 1986. Dasar- Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung- Press, Lampung. Halaman 128 – 136.

Murbandono, H., 2000. Membuat Kompos . Penebar Swadaya , Jakarta. Halaman 24 - 26.

Purwanto, 2008. Pupuk Organik Cair. Dikutip dari

Redaksi Agromedia., 2007. Petunjuk Pemupukan. Agromedia pustaka, Jakarta. Halaman 67, 69,70.

Sudiarto dan Gusmani, 2004. Pemanfaatan Limbah Kopi. Jurnal Litbang BPTP Bogor. Volume 23. (2). 2004

Sunarjono, H.H., 2004. Bertanam 30 Jenis Sayur. Penebar Swadaya. Jakarta. Halaman 38 - 47

(59)

Sutedjo, M.M., 2001. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta, Jakarta, Hlm 60 dan 61.

Tri Harmoni Abadi, 2007. Super Biota Plus. Dikutip dari http// tha.co.id. diakses 18 Maret 2008.

Widadi., 2003. Pengaruh Inokulasi Ganda Cendawan Akar Ganda Plasmodiophora meloidogyne spp. Terhadap Pertumbuhan Kailan. Dikutip dari:

(60)

Lampiran 1. Data Tinggi Tanaman (cm) 10 HSPT

Lampiran 2. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 10 HSPT

(61)

Lampiran 3. Data Tinggi Tanaman (cm) 20 HSPT

Lampiran 4. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 20 HSPT

(62)

Lampiran 5. Data Tinggi Tanaman (cm) 30 HSPT

Lampiran 6. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 30 HSPT

(63)

Lampiran 7. Data Tinggi Tanaman (cm) 40 HSPT

Lampiran 8. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 40 HSPT

(64)

Lampiran 9. Data Jumlah Daun (helai) 10 HSPT

Lampiran 10. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 10 HSPT

(65)

Lampiran 11. Data Jumlah Daun (helai) 20 HSPT

Lampiran 12. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 20 HSPT

(66)

Lampiran 13. Data Jumlah Daun (helai) 30 HSPT

Lampiran 14. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 30 HSPT

(67)

Lampiran 15. Data Jumlah Daun (helai) 40 HSPT

Lampiran 16. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 40 HSPT

(68)

Lampiran 17. Data Luas Daun (cm2) 10 HSPT

Lampiran 18. Daftar Sidik Ragam Luas Daun (cm2)10 HSPT

(69)

Lampiran 19. Data Luas Daun (cm2) 20 HSPT

Lampiran 20. Daftar Sidik Ragam Luas Daun (cm2) 20 HSPT

(70)

Lampiran 21. Data Luas Daun (cm2) 30 HSPT

Lampiran 22. Daftar Sidik Ragam Luas Daun (cm2) 30 HSPT

(71)

Lampiran 23. Data Luas Daun (cm2) 40 HSPT

Total 10318.18 7686.41 8628.35 26632.94 8877.65

Rataan 644.89 480.40 539.27 1664.56 554.85

Lampiran 24. Daftar Sidik Ragam Luas Daun (cm2)40 HSPT

(72)

Lampiran 25. Data Bobot Basah Tajuk ( g ) 10 HSPT

Lampiran 26. Daftar Sidik Ragam Bobot Basah Tajuk ( g ) 10 HSPT

(73)

Lampiran 27. Data Bobot Basah Tajuk ( g ) 20 HSPT

Lampiran 28. Daftar Sidik Ragam Bobot Basah Tajuk ( g ) 20 HSPT

(74)

Lampiran 29. Data Bobot Basah Tajuk ( g ) 30 HSPT

Lampiran 30. Daftar Sidik Ragam Bobot Basah Tajuk ( g ) 30 HSPT

(75)

Lampiran 31. Data Bobot Basah Tajuk ( g ) 40 HSPT

Lampiran 32. Daftar Sidik Ragam Bobot Basah Tajuk ( g ) 40 HSPT

(76)

Lampiran 33. Data Bobot Kering Tajuk ( g ) 10 HSPT

Lampiran 34. Daftar Sidik Ragam Bobot Kering Tajuk 10 HSPT

(77)

Lampiran 35. Data Bobot Kering Tajuk ( g ) 20 HSPT

Lampiran 36. Daftar Sidik Ragam Bobot Kering tajuk 20 HSPT

(78)

Lampiran 37. Data Bobot Kering Tajuk 30 HSPT

Lampiran 38. Daftar Sidik Ragam Bobot Kering Tajuk 30 HSPT

(79)

Lampiran 39. Data Bobot Kering Tajuk ( g ) 40 HSPT

Lampiran 40. Daftar Sidik Ragam Bobot Kering Tajuk 40 HSPT

(80)

Lampiran 41. Data Bobot Basah Akar (g) 10 HSPT

Lampiran 42. Daftar Sidik Ragam Bobot Basah Akar 10 HSPT

(81)

Lampiran 43. Data Bobot Basah Akar (g) 20 HSPT

Lampiran 44. Daftar Sidik Ragam Bobot Basah Akar 20 HSPT

(82)

Lampiran 45. Data Bobot Basah Akar (g) 30 HSPT

Lampiran 46. Daftar Sidik Ragam Bobot Basah Akar 30 HSPT

(83)

Lampiran 47. Data Bobot Basah Akar (g) 40 HSPT

Lampiran 48. Daftar Sidik Ragam Bobot Basah Akar 40 HSPT

(84)

Lampiran 49. Data Bobot Kering Akar (g) 10 HSPT

Lampiran 50. Daftar Sidik Ragam Bobot Kering Akar 10 HSPT

(85)

Lampiran 51. Data Bobot Kering Akar (g) 20 HSPT

Lampiran 52. Daftar Sidik Ragam Bobot Kering Akar 20 HSPT

(86)

Lampiran 53. Data Bobot Basah Akar (g) 30 HSPT

Lampiran 54. Daftar Sidik Ragam Bobot Basah Akar 30 HSPT

(87)

Lampiran 55. Data Bobot Kering Akar (g) 40 HSPT

Lampiran 56. Daftar Sidik Ragam Bobot Kering Akar 40 HSPT

(88)
(89)

Bagan Plot Penelitian

I II

150 cm

a 100 cm

b c

d

Keterangan

Luas Plot = 150 cm X 100 cm

a = Jarak polibag dalam barisan ( 10 cm) b = Jarak polibag antar barisan ( 10 cm) c = Jarak antar blok (50 cm)

d = Jarak antar plot ( 30 cm)

(90)

Rencana kegiatan penelitian

No Kegiatan Minggu

1 2 3 4 5 6 7 8

1 Persiapan lahan penelitian

x 2 Persiapan areal

persemaian

x 3 Persiapan media tanam x 4 Penyemaian benih x

5 Penanaman bibit x

6 Pemeliharaan tanaman

Penyiraman Disesuaikan dengan kondisi lahan

Penyulaman x

Pemupukan x

Penyiangan gulma Disesuaikan dengan kondisi lahan Pengendalian hama

dan penyakit

Disesuaikan dengan kondisi lahan

Pemanenan x

7 Pengamatan parameter

(91)
(92)
(93)

Lampiran

(94)
(95)

Keterangan : Perlakuan P1K1

(96)

Keterangan : Perlakuan P1K2

(97)

Keterangan : Perlakuan P0K3

(98)

Keterangan : Perlakuan P2K1

(99)

Keterangan : Perlakuan P3K3

(100)

Keterangan : Perlakuan P3K1

(101)

Keterangan : Perlakuan P1K3

(102)

Gambar

Tabel 1. Kandungan  gizi  per 100 gram kailan.
Tabel 3. Rataan tinggi tanaman (g) pada pengamatan 40 hspt dengan pemberian pupuk organik cair dan limbah kulit kopi
Gambar 1. Hubungan antara tinggi tanaman dengan pemberian pupuk organik cair pada 40 hspt
Gambar 2. Hubungan antara tinggi tanaman dengan pemberian limbah kulit kopi pada 40 hspt
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik cair dengan dosis 30 ml/l air memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap tinggi tanaman,

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang ayam memberikan pengaruh nyata pada tinggi tanaman 20 dan 30 HST, jumlah daun umur 20 dan 30 HST, berat segar per

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang ayam memberikan pengaruh nyata pada tinggi tanaman 20 dan 30 HST, jumlah daun umur 20 dan 30 HST, berat segar per

Hasil analisis ragam menunjukan bahwa luas daun pada pertumbuhan bibit kakao terhadap pemberian pupuk organik cair kulit nanas dan pupuk kandang sapi pada umur

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian tambahan pupuk organik kotoran kambing menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap jumlah daun dan bobot segar tanaman

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang ayam memberikan pengaruh nyata pada tinggi tanaman 20 dan 30 HST, jumlah daun umur 20 dan 30 HST, berat segar per

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam dan hasil uji beda rata-rata menunjukkan bahwa pemberian pupuk SP-36 dengan empat level dosis berpengaruh tidak nyata

Hasil sidik ragam bobot basah tanaman dengan perlakuan frekuensi pemberian air dan pemberian pupuk kotoran ayam secara mandiri berpengaruh nyata, sedangkan dan