RESPON PERTUMBUHAN BIBIT AREN ( Arenga pinnata Merr.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR
SKRIPSI
OLEH :
MANAHAN 080307056
BDP – Pemuliaan Tanaman
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
RESPON PERTUMBUHAN BIBIT AREN ( Arenga pinnata Merr.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR
SKRIPSI
OLEH :
MANAHAN 080307056
BDP – Pemuliaan Tanaman
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Penelitian : Respon Pertumbuhan Bibit Aren ( Arenga pinnata Merr.) Terhadap Pemberian Pupuk Organik Cair
Nama : Manahan
Nim : 080307056
Depatemen : Agroekoteknologi Program Studi : Pemuliaan Tanaman
Disetujui Oleh :
Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing
ABSTRAK
MANAHAN: Respons Pertumbuhan Bibit Aren (Arenga pinnata Merr.)
Terhadap Pemberian Pupuk Organik Cair. Dibimbing oleh LOLLIE AGUSTINA P. PUTRI dan YUSUF HUSNI.
Penelitian pemberian pupuk organik cair bertujuan untuk mengetahui
pengaruhnya terhadap pertumbuhan bibit aren. Penelitian ini dilaksanakan di Jl. DR. Sofyan, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ±25 m di atas
permukaan laut pada bulan Agustus sampai Desember 2012 dengan menggunakan rancangan acak kelompok non faktorial. Parameter yang diamati adalah pertambahan tinggi bibit, jumlah daun, diameter batang, total luas daun, berat basah tajuk, berat basah akar, berat kering tajuk dan berat kering akar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik cair belum berpengaruh nyata terhadap semua parameter yaitu tinggi tinggi bibit, jumlah daun, diameter batang, luas daun, berat basah tajuk, berat basah akar, berat kering tajuk dan berat kering akar.
ABSTRACT
MANAHAN : Growth Response of Palm Seed (Arenga pinnata Merr.) on Liquid
Organic Fertilizer Application. Supervised by LOLLIE AGUSTINA P. PUTRI and YUSUF HUSNI.
RIWAYAT HIDUP
Manahan lahir di Duri Pekanbaru pada tanggal 20 Juli 1987 dari ayahanda S.
Sinaga dan Ibunda L. Simanjuntak . Penulis merupakan anak ketiga dari empat
bersaudara.
Adapun pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah SD Santo Yosef
Sebanga-Duri lulus tahun 2000, SMP Santo Yosef Sebanga-Duri lulus tahun 2003,
SMK Cinta Rakyat Pematang Siantar lulus tahun 2006. Penulis terdaftar sebagai
mahasiswa Pemuliaan Tanaman Departemen Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara Pada tahun 2008 melalui jalur SNMPTN.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan
Mahasiswa Budidaya Pertanian (HIMADITA). Penulis melaksanakan Praktek Kerja
Lapangan (PKL) di PT. Perkebunan Nusantara II Kebun Merbau pada bulan Juni - Juli
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkah dan rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian berjudul
“RESPON PERTUMBUHAN BIBIT AREN ( Arenga pinnata Merr.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR” yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pada Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera
Utara, Medan.
Pada Kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri, MSi selaku ketua komisi pembimbing dan kepada
Bapak Ir. Yusuf Husni selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak
memberikan masukan dan bimbingan kepada penulis selama proses penulisan dan
penyelesaian proposal ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi penelitian ini masih jauh dari sempurna dari
segi isi dan penyampaiannya. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari semua pihak.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga skripsi ini bermanfaat
bagi pihak yang membutuhkan.
Medan, April 2012
DAFTAR ISI Tempat dan Waktu Penelitian ... 15
Bahan dan Alat ... 15
Metode Penelitian ... 15
PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan ... 18
Pembuatan Naungan ... 18
Persiapan Media Tanam ... 18
Penanaman Bibit ... 18
Penyiraman ... 18
Penyiangan ... 19
Pemupukan ... 19
Pengendalian Hama dan Penyakit ... 19
Pengamatan Parameter ... 19
Tinggi Bibit (cm) ... 19
Jumlah Daun (helai) ... 19
Diameter Batang (mm) ... 19
Total Luas Daun (cm2) ... 20
Pertambahan Tinggi Bibit ... 17
Jumlah Daun ... 18
Berat Kering Tajuk ... 23
Berat Kering Akar ... 24
Pembahasan ... 24
Pengaruh Pemberian Giberellin Terhadap Pertumbuhan ... 24
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 26
Saran ... 26
DAFTAR TABEL
No. Judul Hal
Tabel 1 Rataan tinggi bibit umur 16 MSPT (data awal berbeda) pada perlakuan pemberian pupuk organik cair (cm) ... 23
Tabel 2 Rataan jumlah daun umur 16 MSPT (data awal berbeda)
pada perlakuan pemberian pupuk organik cair (helai) ... 24
Tabel 3 Rataan diameter batang umur 16 MSPT (data awal berbeda) pada perlakuan pemberian pupuk organik cair (mm) ... 25
Tabel 4 Rataan total luas daun pada perlakuan pupuk organik cair (cm2)26
Tabel 5 Rataan berat basah tajuk pada perlakuan pupuk organik cair (g)27
Tabel 6 Rataan berat basah akar pada perlakuan pupuk organik cair (g) 28
Tabel 7 Rataan berat kering tajuk pada perlakuan pupuk organik cair (g)29
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Hal
Lampiran 1 Bagan Lahan Percobaan ... 1
Lampiran 2 Bagan Tanaman Per Plot ... 2
Lampiran 3 Jadwal Kegiatan ... 3
Lampiran 4 Hasil Analisis Tanah ... 4
Lampiran 5 Data pengamatan tinggi bibit umur 16 MSPT (data awal berbeda) ... 5
Lampiran 6 Data rataan tinggi bibit umur 16 MSPT (data awal berbeda) ... 5
Lampiran 7 Sidik kovarian tinggi bibit umur 16 MSPT (data awal berbeda) ... 6
Lampiran 8 Data pengamatan jumlah daun umur 16 MSPT (data awal berbeda) ... 6
Lampiran 9 Data rataan jumlah daun umur 16 MSPT (data awal berbeda). ... 7
Lampiran 10 Sidik kovarian jumlah daun umur 16 MSPT (data awal berbeda) ... 7
Lampiran 11 Data pengamatan diameter batang umur 16 MSPT (data awal berbeda) ... 8
Lampiran 12 Data rataan diameter batang umur 16 MSPT (data awal berbeda) ... 8
Lampiran 13 Sidik kovarian diameter batang umur 16 MSPT (data awal berbeda) ... 9
Lampiran 14 Data rataan luas daun ... 9
Lampiran 15 Data rataan luas daun di transformasi (x+0,5)1/2 ... 9
Lampiran 16 Sidik ragam data rataan luas daun (cm2) ... 10
Lampiran 17 Sidik ragam data rataan luas daun (cm2) di transformasi (x+0,5)1/2 ... 10
Lampiran 18 Data rataan berat basah tajuk (g) ... 10
Lampiran 19 Data rataan berat basah tajuk (g) di transformasi (x+0,5)1/2 ... 11
Lampiran 20 Sidik ragam data rataan berat basah tajuk (g) ... 11
Lampiran 21 Sidik ragam data rataan berat basah tajuk (g) di transformasi (x+0,5)1/2 ... 11
Lampiran 22 Data rataan berat basah akar (g) ... 12
Lampiran 23 Data rataan berat basah akar (g) di transformasi (x+0,5)1/2 ... 12
Lampiran 24 Sidik ragam data rataan berat basah akar (g) ... 12
Lampiran 25 Sidik ragam data rataan berat basah akar (g) di transformasi (x+0,5)1/2 ... 13
Lampiran 26 Data rataan berat kering tajuk (g) ... 13
Lampiran 27 Data rataan berat kering tajuk (g) di transformasi (x+0,5)1/2 .... 13
Lampiran 30 Data rataan berat kering akar (g) ... 14
Lampiran 31 Data rataan berat kering akar (g) di transformasi (x+0,5)1/2 ... 15
Lampiran 32 Sidik ragam data rataan berat kering akar (g) ... 15
Lampiran 33 Sidik ragam data rataan berat kering akar (g) di transformasi (x+0,5)1/2 ... 15
Lampiran 34 Foto tajuk bibit aren pada saat akhir penelitian ... 16
Lampiran 35 Foto akar bibit aren pada saat akhir penelitian ... 18
ABSTRAK
MANAHAN: Respons Pertumbuhan Bibit Aren (Arenga pinnata Merr.)
Terhadap Pemberian Pupuk Organik Cair. Dibimbing oleh LOLLIE AGUSTINA P. PUTRI dan YUSUF HUSNI.
Penelitian pemberian pupuk organik cair bertujuan untuk mengetahui
pengaruhnya terhadap pertumbuhan bibit aren. Penelitian ini dilaksanakan di Jl. DR. Sofyan, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ±25 m di atas
permukaan laut pada bulan Agustus sampai Desember 2012 dengan menggunakan rancangan acak kelompok non faktorial. Parameter yang diamati adalah pertambahan tinggi bibit, jumlah daun, diameter batang, total luas daun, berat basah tajuk, berat basah akar, berat kering tajuk dan berat kering akar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik cair belum berpengaruh nyata terhadap semua parameter yaitu tinggi tinggi bibit, jumlah daun, diameter batang, luas daun, berat basah tajuk, berat basah akar, berat kering tajuk dan berat kering akar.
ABSTRACT
MANAHAN : Growth Response of Palm Seed (Arenga pinnata Merr.) on Liquid
Organic Fertilizer Application. Supervised by LOLLIE AGUSTINA P. PUTRI and YUSUF HUSNI.
PENDAHULUAN Latar Belakang
Pohon aren atau enau (Arenga pinnata) merupakan pohon yang menghasilkan bahan-bahan industri sudah sejak lama kita kenal. Hampir semua bagian atau produk
tanaman ini dapat dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomi. Semua bagian pohon aren
dapat diambil manfaatnya, mulai dari bagian-bagian fisik pohon maupun dari hasil-hasil
produksinya. Hampir semua dari bagian fisik pohon ini dapat dimanfaatkan, misalnya:
akar (untuk obat tradisional dan peralatan), batang (untuk berbagai macam peralatan dan
bangunan), daun muda atau janur (untuk pembungkus atau pengganti kertas rokok yang
disebut dengan kawung) (Iswanto, 2009).
Komoditas aren pada 2010 sudah harus diperluas budidaya aren 100.000 ha dan
rekabilitas seluas 15.000 ha, untuk membantu memenuhi kekurangan gula dari tebu. Ini
berarti aspek budidaya dan rehabilitasi tanaman aren mendapat perhatian yang serius
untuk pengembangan aren menjadi komoditas agribisnis (Polii dan Maliangkay, 2007).
Kawasan Sibolangit hingga Berastagi (sebelah barat Kota Medan, Kabupaten
Deli Serdang dan Kabupaten Tanah Karo), dengan ketinggian 500– 1200 meter di atas
permukaan air laut, merupakan kawasan potensial untuk pengembangan pangan (gula)
dan pemanfaatan energi terbarukan (panas bumi dan biomassa) untuk biofuel,
khususnya bioetanol (Deputi Program Riset dan IPTEK, 2007). Berdasarkan hasil
survei di Kecamatan Sibolangit, produktivitas nira aren dapat menghasilkan 20-50
liter/hari/pohon memiliki kadar gula 12-16% dan etanol 70-90%. Belum semua tanaman
aren termanfaatkan, hal ini disebabkan faktor distribusi dan populasi tanaman aren yang
Pemanfaatan dan pemahaman masyarakat tentang produksi tanaman aren masih
sangat terbatas. Tanaman aren belum dibudidayakan dan sebagian besar diusahakan
dengan menerapkan teknologi yang minim (tradisional). Pengembangan tanaman aren
ke depan harus diusahakan dalam bentuk agribisnis tanaman aren. Sehingga salah satu
komponen produksi yang mutlak diperhatikan dan dikelola dengan baik ke depan, yaitu
budidaya tanaman aren, termasuk penyediaan benih bermutu dan pembibitan tanaman
aren sebagai bahan tanaman (Balai Penelitian Kelapa dan Palma Lain, 2007).
Meskipun tanaman aren cukup berpotensi, namun perlu diambil
langkah-langkah untuk usaha pembudidayaannya, karena pada umumnya petani hanya
memanfaatkan tanaman yang tumbuh alami. Pemanfaatan aren sebagai sumber
karbohidrat, gula, alkohol, dan bioful telah meluas, dikhawatirkan akan terjadi
kelangkaan tanaman, mengingat umur panennya cukup panjang yaitu sekitar 7-12 tahun
(Manaroinsong dkk, 2006).
Permasalahan pokok pengembangan tanaman aren yaitu pada umumnya aren
belum dibudidayakan secara massal. Petani masih mengandalkan tanaman yang tumbuh
secara alami, dimana aren tumbuh bergerombol dengan jarak tanam yang tidak
beraturan sehingga terjadi pemborosan lahan. Hal ini menyebabkan tingkat
produktivitas lahan maupun tanaman aren rendah sehingga menyebabkan pendapatan
petani makin menurun (Maliangkay, 2007).
Pengembangan dan budidaya tanaman aren di masa depan akan mempunyai
prospek yang baik, tetapi sejak dini sudah harus diprogramkan secara baik dan
terencana. Salah satu masalah yang dihadapi dalam pengembangan tanaman aren adalah
tanaman selanjutnya. Untuk memperoleh bibit yang baik maka usaha pemeliharan
selama pembibitan harus cukup intensif, terutama dalam hal penyiraman (jumlah dan
frekuensi), media tumbuh (pemberian bahan organik), naungan, dan pemupukan.
Penyiraman cukup penting dilakukan, mengingat bibit aren relatif peka terhadap
tekanan lengas tanah. Cekaman lengas tanah mengakibatkan turunnya kandungan air
dalam daun, dan berwarna kekuningan (klorofil menjadi rendah) dan pertumbuhan bibit
terhambat sehingga menurunnya mutu bibit, akibatnya akan memperlambat masa
pindah ke lapangan. Untuk meningkatkan kemampuan tanah menyangga lengas tanah
adalah dengan cara pemberian bahan organik (Fathurrahman, dkk., 2010).
Kandungan bahan organik di dalam tanah perlu dipertahankan. Salah satunya
adalah dengan penambahan pupuk organik. Kandungan unsur hara yang terdapat di
dalam pupuk organik jauh lebih kecil daripada yang terdapat di dalam pupuk buatan.
Namun hingga sekarang pupuk organik tetap juga digunakan karena fungsinya tidak
dapat tergantikan oleh pupuk buatan seperti memperbaiki granulasi tanah sehingga
dapat meningkatkan kualitas aerase, memperbaiki draenase tanah dan meningkatkan
kemampuan tanah dalam menyimpan air. Penambahan pupuk organik dapat
meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah dan tidak menyebabkan polusi tanah
maupun air (Novizan, 2005).
Bahan organik dapat meningkatkan kemampuan tanah menyimpan air,
memperbaiki aerasi, dan meningkatkan granulasi serta agregasi. Disamping itu bahan
organik juga berperan dalam memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah sehingga
sesuai bagi pertumbuhan tanaman (Buckman dan Brady, 1982).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian beberapa
pupuk organik cair pada pembibitan aren (Arenga pinnata Merr).
Hipotesa Penelitian
Ada perbedaan pertumbuhan aren (Arenga pinnata Merr) terhadap pemberian beberapa pupuk organik cair pada konsentrasi yang berbeda.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data penyusunan skripsi sebagai salah
satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas
Sumatera Utara, Medan dan berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Tanaman aren menurut klasifikasi tanaman dimasukkan dalam divisi
Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Monocotyledonae, bangsa Spadicitlorae,
suku Palmae, marga Arenga dan jenis Arenga pinnata Merr. Tanaman ini tumbuh pada
beberapa daerah dengan nama yang berbeda. Di Aceh diberi nama Bakjuk, Batak Karo
dinamai Paula, Nias diberi nama Peto, Minangkabau nama Biluluk, Lampung nama
Hanau, Jawa Tengah diberi nama Aren, Madura nama Are dan di Bali nama Hano.
Untuk NusaTenggara diberi nama : Jenaka, Pola, Nao, Karodi, Moka, Make, Bale dan
Bone. Pemberian nama tanaman ini untuk Sulawesi: Apele, Naola, Puarin, Onau, dan
Inau. Sedang untuk kepulauan Maluku diberi nama: Seko, Siho, Tuna, Nawa dan Roni.
(Rindengan dan Manaroinsong, 2009 ).
Akar pohon aren berbentuk serabut, menyebar dan cukup dalam dapat mencapai
> 5 m sehingga tanaman ini dapat diandalkan sebagai vegetasi pencegah erosi, terutama
untuk daerah yang tanahnya mempunyai kemiringan lebih dari 20 % (Sunanto, 1993).
Batang pohon aren padat, berambut, dan berwarna hitam (Mc Currach, 1970;
dan Keng, 1969). Secara morfologi tanaman atau pohon aren itu hampir mirip dengan
pohon kelapa (Cocos nucifera), perbedaannya adalah tanaman kelapa batang bawahnya bersih (pelepah daun dan tapasnya mudah diambil), sedangkan batang aren terbalut ijuk
yang warnanya hitam dan sangat kuat. Perakaran pohon aren menyebar dan cukup
terutama untuk daerah yang tanahnya mempunyai kemiringan lebih dari 20%
(Djajasupena, 1994 dan Sunanto, 1993).
Batang tanaman aren tidak mempunyai lapisan kambium, sehingga tidak dapat
tumbuh semakin besar lagi (Sunanto, 1993). Selanjutnya Soeseno (2000) menambahkan
bahwa pohon aren memang bisa tinggi besar. Garis tengah batangnya mencapai 65 cm,
sedang tingginya 15 m. Jika ditambah dengan tajuk daun yang menjulang di atas batang,
tinggi keseluruhannya bisa mencapai 20 m. Batang aren yang sudah tua dan turun
produksi niranya, biasanya ditebang untuk diremajakan dengan tanaman muda yang
lebih produktif.
Menurut Samingan (1974) bahwa bagian-bagian daun aren bergerigi renggang,
dan pada ujungnya bergerigi banyak dan letaknya berkelompok. Sunanto (1993)
mengemukakan bahwa daun tanaman aren pada tanaman bibit (sampai umur 3 tahun),
bentuk daunnya belum menyirip (berbentuk kipas). Daun tanaman aren yang sudah
dewasa dan tua bersirip ganjil seperti daun tanaman kelapa, namun ukuran daun dan
pelepah daunnya lebih besar dan lebih kuat jika dibandingkan dengan daun tanaman
kelapa. Warna daun tanaman aren adalah hijau gelap. Tanaman aren memiliki tajuk
(kumpulan daun) yang rimbun, di mana daun-daun muda yang terikat erat pada
pelepahnya berposisi agak tegak. Daun tanaman aren makin tua tidak akan melengkung
ke bawah tapi tetap kaku ke atas atau menempel agak miring ke samping pada
batangnya. Kalau sudah tua benar, helaian daunnya rontok, tetapi pangkal pelepahnya
yang menyisa masih lama menempel pada batang, sebelum akhirnya terlepas. Pelepah
itu melebar di bagian pangkalnya, tapi makin ke pucuk makin menyempit, dan
(atau poros) berikut helaian daun yang sebenarnya, helaian daun ini memanjang seperti
pita, yang terpanjang bisa mencapai 1.5 m (Soeseno, 2000).
Karangan bunga yang pertama dari ruas batang yang berada di pucuk pohon
akan keluar saat aren sudah berumur 8 tahun, kira-kira letaknya sedikit di bawah tempat
tumbuh daun muda (muncul dari daerah puncak saja), tetapi makin tua pohon itu,
keluarnya bunga juga bisa dari ketiak daun di daerah bawah. Kira-kira 2 bulan
kemudian, muncul tandan bunga jantan yang disebut ubas, Selanjutnya disusul oleh
bunga -bunga jantan lainnya, yang disebut adik ubas, penyadapan nira sudah bisa
dilakukan ketika itu. Bunga jantannya muncul bergantian dengan bunga betina di ketiak
daun daerah bawah (Sastrapradja dkk, 1980; dan Soeseno, 2000). Menurut Sunanto
(1993) bunga aren jantan duduk berpasangan pada untaian yang berjumlah sekitar 25,
pangkalnya melekat pada sebuah tandan. Jika bunga betina berbentuk butiran (bulat)
berwarna hijau dan duduk sendiri-sendiri pada untaian, sedangkan bunga jantan
berbentuk bulat panjang 1.2 – 1.5 cm berwarna ungu. Bunga jantan setelah dewasa
kulitnya pecah dan kelihatan banyak benang sari dan tepung sari berwarna kuning.
Selanjutnya Soeseno (2000) menambahkan bahwa bila pohon aren sudah berumur 12
tahun, dan makin banyak membentuk tongkol bunga betina, biasanya pemiliknya
membiarkannya membentuk buah, dan niranya tidak disadap lagi.
Buah aren terbentuk setelah terjadinya proses penyerbukan dengan perantaraan
angin atau serangga. Buah aren berbentuk bulat, berdiameter 4 – 5 cm, di dalamnya
berisi biji 3 buah, masing-masing berbentuk seperti satu siung bawang putih.
Bagian-bagian dari buah aren terdiri dari: 1). Kulit luar, halus berwarna hijau pada waktu masih
kekuning-kuningan. 3) Kulit biji, berwarna kuning dan tipis pada waktu masih muda,
dan berwarna hitam yang keras setelah buah masak. 4). Endosperm, berbentuk lonjong
agak pipih berwarna putih agak bening dan lunak pada waktu buah masih muda; dan
berwarna putih, padat atau keras pada waktu buah sudah masak.
(Sunanto, 1993).
Syarat Tumbuh Iklim
Dalam pertumbuhan tanaman aren yang optimal membutuhkan suhu 20 -
250C. Pada kisaran suhu yang demikian membantu tanaman aren untuk berbuah. Kelembaban tanah dan ketersediaan air sangat perlu dengan curah hujan yang cukup
tinggi diantara 1.200 - 3.500 mm/tahun berpengaruh dalam pembentukan mahkota pada
tanaman aren (Polnaja, 2000).
Tanaman aren menghendaki curah hujan yang merata sepanjang tahun, yaitu
minimum sebanyak 1200 mm setahun. Jika diperhitungkan dengan perumusan Schmidt
dan Fergusson, iklim yang paling cocok untuk tanaman ini adalah iklim sedang sampai
iklim agak basah. Tanaman aren tidak membutuhkan sinar matahari yang terik
sepanjang hari, sehingga dapat tumbuh dengan subur di daerah-daerah perbukitan yang
lembab yang banyak ditumbuhi oleh berbagai tanaman keras (Sunanto, 1993).
Tanah
Jenis tanah yang dipilih untuk berkebun aren harus jenis tanah-tanah yang yang
cukup sarang (mudah meneruskan kelebihan air), seperti misalnya tanah beranjangan
yang gembur, tanah vulkanis di lereng gunung, dan tanah liat berpasir di sepanjang
menggenang (berhenti mengalir) di lapisan dangkal yang kurang dari 1 m, karena dapat
menghambat pertumbuhan akar (Soeseno, 2000).
Tanaman aren dapat tumbuh di dekat pantai sampai pada ketinggian 1.400 m
dpl. Pertumbuhan yang baik adalah pada ketinggian sekitar 500-1.200 m dpl karena
pada kisaran lahan tersebut tidak kekurangan air tanah dan tidak tergenang oleh banjir
permukaan (Akuba, 1993).
Pembibitan
Pembibitan bertujuan untuk mendapatkan bibit dengan pertumbuhan yang baik,
maka mulai dari waktu pemindahan kecambah sampai pemeliharaan bibitperlu
perhatian yang serius. Media yang digunakan untuk pembibitan dalam kantong plastik
(polybag) adalah tanah-tanah lapisan atas yang di campur dengan pupuk kandangdengan
perbandingan 1 : 1 (Goenadi, dkk, 1993).
Bibit yang telah ditanam dalam polybag memerlukan penyiraman dan naungan
agar terhindar dari cahaya matahari secara langsung. Bibit aren dapat dipindahkan ke
lapangan setelah berumur 8 - 10 bulan sejak daun pertanam terbentuk atau telah
memiliki 4 - 5 daun terbuka penuh. (Bernhard, 2007).
Pupuk Organik Cair
Pupuk adalah setiap bahan organik atau anorganik, alam atau butan,
mengandung satu atau lebih unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan Tiap jenis
tanah berbeda tingkat kesuburan tanahnya, sehingga dalam program pemupukan
haruslah diketahui sifat-sifat tanah baik sifat fisik maupun kimianya terutama tingkat
pupuk cair. Pupuk cair umumnya diaplikasikan melalui daun tanaman, tetapi dapat juga
diaplikasikan melalui bagian-bagian tanaman (Damanik, dkk, 2010).
Pupuk organik cair adalah pupuk organik berbentuk cairan. Pupuk cair
umumnya hasil ekstrak bahan organik yang sudah dilarutkan dengan pelarut seperti air,
alkohol atau minyak. Senyawa organik mengadung karbon, vitamin atau metabolik
sekunder dapat berasal dari ekstrak tanaman, tepung ikan, tepung tulang dan enzim
(Musnawar, 2006).
Pupuk organik mempunyai fungsi yang penting yaitu untuk menggemburkan
lapisan tanah permukaan (top soil), meningkatkan populasi jasad renik, mempertinggi
daya serap dan daya simpan air yang keseluruhannya dapat meningkatkan kesuburan
tanah pula. Kadar mineralnya memang rendah dan masih memerlukan pelapukan
terlebih dahulu sebelum dapat diserap oleh tanaman. Telah dikemukakan bahwa
unsur-unsur hara diserap oleh tanaman dari dalam tanah yaitu dalam bentuk kation dan anion
yang larut dalam air. Dengan demikian unsur hara tersebut dapat kemungkinan diserap
oleh akar-akar tanaman karena sudah jelas air sangat diperlukan untuk melarutkan
unsur-unsur hara atau zat mineral, sehingga cairannya dapat diserap dengan mudah
(Sutejo, 2002).
Keunggulan dari penggunaan pupuk organik dan anorganik secara seimbang
sudah lama dipahami dan telah dilaksanakan dalam praktek pertanian. Pemupukan
dengan cara ini akan memberikan keunggulan, antara lain: a) menambah kandungan
hara yang tersedia dan siap diserap tanaman selama periode pertumbuhan tanaman; b)
menyediakan semua unsur hara dalam jumlah yang seimbang dengan demikian akan
pupuk; c) mencegah kehilangan hara karena bahan organik mempunyai kapasitas
pertukaran ion yang tinggi; d) membantu dalam mempertahankan kandungan bahan
organik tanah pada aras tertentu sehingga mempunyai pengaruh yang baik terhadap sifat
fisik tanah dan status kesuburan tanah; e) residu bahan organik akan berpengaruh baik
pada pertanaman berikutnya maupun dalam mempertahankan produktivitas tanah; f)
lebih ekonomis apabila diangkut dalam jarak yang lebih jauh karena setiap unit volume
banyak mengandung nitrogen, fosfat dan kalium serta mengandung hara tanaman yang
lebih banyak; g) membantu dalam mempertahankan keseimbangan ekologi tanah
sehingga kesehatan tanah dan kesehatan tanaman dapat lebih baik (Sutanto, 2002).
Bahan/pupuk organik dapat berperan sebagai “pengikat” butiran primer menjadi
butir sekunder tanah dalam pembentukan agregat yang mantap. Keadaan ini besar
pengaruhnya pada porositas, penyimpanan dan penyediaan air, aerasi tanah, dan suhu
tanah. Pupuk organik/bahan organik memiliki fungsi kimia yang penting seperti:
penyediaan hara makro (N, P, K, Ca, Mg, dan S) dan mikro seperti Zn, Cu, Mo, Co, B,
Mn, dan Fe, meskipun jumlahnya relatif sedikit. Penggunaan bahan organik (1) dapat
mencegah kahat unsur mikro pada tanah marginal atau tanah yang telah diusahakan
secara intensif dengan pemupukan yang kurang seimbang; (2) meningkatkan kapasitas
tukar kation (KTK) tanah; dan (3) dapat membentuk senyawa kompleks dengan ion
logam yang meracuni tanaman seperti Al, Fe, dan Mn (Suriadikarta dan Simanungkalit,
2006).
Agrobio adalah pupuk organik multiguna yang diformulasikan khusus untuk
tanaman pertanian maupun perkebunan, diproses dari bahan-bahan organik pilihan yang
untuk meningkatkan produksi dan hasil tanaman pertanian maupun perkebunan karena
mengandung mikro organisme penghasil enzim pengurai yang sangat menguntungkan
tanaman serta mengandung unsur hara makro & mikro yang dapat diserap langsung
oleh tanaman pertanian maupun perkebunan. Agrobio berfungsi untuk memperbaiki
sifat fisik, kimia dan biologi tanah, merangsang (stimulan) pertumbuhan perakaran,
menjaga/meningkatkan hasil produksi. Komposisi : N : < 2%, P2O5 : < 2%, K2O : < 2%.
Untuk tanaman aren dosis anjuran pupuk organik cair agrobio adalah 50 cc/bibit. Cara
pengaplikasiannya adalah dengan mencampurkan pupuk dengan air secukupnya, lalu
disiram di atas permukaan pangkal batang diatas tanah atau dapat juga diaplikasikan
dengan menyiram pupuk sesuai dosis anjuran lalu disiram dengan air. Pengaplikasian
dilakukan 2 minggu setelah tanam (Hermawan, 2009).
Jago Tani menjadikan tanaman mempunyai daya tahan dan melebihi
perkembangan standar. Terutama pada daun jadi lebar, padat berisim tunas akan
bermunculan, bunga akan muncul dari semua pori-pori pohon, buah akan padat berisi,
batang akan mengalami pemekaran sel-selnya, akar akan berkembang pesat. Jago tani
terbuat dari sari tumbuhan alami (herbal) berbentuk cream cair/pekat berwarna putih
kelabu. Digunakan dengan cara penyemprotan. Manfaat jago tani antara lain:
Mempercepat pertumbuahan Daun jadi lebat, keras, padat, lebar, tebal, berisi,
mengkilap, muncul warna asli dam tidak mudah rontok. mempercepat perkembangan
batang dalam melakukan pembelahan sel dan tidak mudah gugur, mempercepat
keluarnya bunga, kuncup disetiap pori pembungaan dan tidak mudah gugur,
mempercepat pertumbuhan akar baru dan kokoh, mempercepat tumbuhnya tunas-tunas
rusak.Kandungan yang terdapat dalam jago tani adalah N 0,011%, P 6,26mg/100 ml, K
72,13 mg/100ml, auksin IAA 0,066 g/l, Giberelin GA3 0,093 g/l (Jimmy, 2011).
Pupuk yang mengandung unsur hara makro dan mikro sangat cocok untuk
berbagai jenis tanaman antara lain sayuran, tanaman hias, padi, palawija, tanaman
perkebunan, dan lain-lain. Manfaat dari pupuk ini adalah meningkatkan daya tahan
tanaman terhadap serangan hama dan penyakit tanaman, merangsang pertumbuhan akar,
batang, daun, bunga, dan buah, mencegah kelayuan dan kerontokan daun dan buah,
aman digunakan karena bersahabat dengan lingkungan dan tidak membunuh musuh
alami, dapat digunakan bersamaan dengan cairan jenis lain, dapat diaplikasikan pada
METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Jl. DR. Sofian Universitas Sumatera Utara, Medan
dengan ketinggian tempat ±25 m dpl, yang dilakukan pada bulan Agustus 2012 hingga
bulan Desember 2012.
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit aren yang
berumur 4 bulan berasal dari Dinas Kehutanan UPT Pengelolaan Tanaman Hutan Raya
Bukit Barisan Berastagi, Desa Dolat Rayat, Kabupaten Karo dan tiga pupuk organik
cair.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, polybeg, gembor,
parang, handsprayer, meteran, gelas ukur, pacak sampel, alat tulis, kalkulator dan
alat-alat lain yang mendukung penelitian.
Metode Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok
Nonfaktorial, yaitu : Pemberian beberapa pupuk organik cair dengan jenis perlakuan.
Xo : Kontrol (tanpa pupuk cair organik)
A1 : pupuk organik cair N : < 2%, P2O5 : < 2%, K2O : < 2%
(50 cc/bibit)
A2 : pupuk organik cair N : < 2%, P2O5 : < 2%, K2O : < 2%
(75 cc/bibit)
B1 : pupuk organik cair P2O5 : < 2%, K2O : < 2% (4,5cc/bibit)
C1 : pupuk organik cair N 0,011%, P 6,26mg/100 ml, K 72,13 `mg/100ml,
auksin IAA 0,066 g/l, Giberelin GA3 0,093 g/l (6cc/bibit)
C2 : pupuk organik cair N 0,011%, P 6,26mg/100 ml, K 72,13 `
mg/100ml, auksin IAA 0,066 g/l, Giberelin GA3 0,093 g/l (8,5cc/bibit)
Jumlah ulangan : 4
Jumlah plot penelitian : 28
Jumlah bibit per polibag : 1
Jumlah bibit per plot : 4
Jumlah sampel per plot : 3 tanaman
Jumlah seluruh sampel : 84 tanaman
Jumlah bibit seluruhnya : 112 tanaman
Data yang diperoleh dianalisis dengan metode linear berikut :
Yij = µ + Ti+ β(Xij - Ẋ) +Bj + εij
i = 1, 2, 3, 4 j = 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Dimana :
Yij : Hasil pengamatan pada blok ke-i dengan perlakuan pupuk organik cair pada
taraf ke- j
µ : Rataan umum
Ti : Pengaruh perlakuan ke-i
β : Koefisien regresi Y terhadap X
εij : Pengaruh galat percobaan yang disebabkan oleh blok ke- i, pemberian pupuk
organik cair pada taraf ke- j
Bj : pengaruh blok ke-j
Hasil data kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis kovarian atau
ankova untuk membandingkan antara jenis pupuk yang di gunakan dalam penelitian
Tabel 1. Model Sidik Ragam dan Nilai Kuadrat Tengah
reg(P+E) 1 JK(P+E)terkoreksi DB(P+E)terkoreksi KT(P + E) terkoreksi
P terkoreksi JKPterkoreksi DBPterkoreksi KTPterkoreksi
Ulangan + Errror r-1+(r-1)(p-1)
JK(B+E)
reg(B+E) 1 JK(B+E)terkoreksi DB(B+E)terkoreksi
PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan
Lahan penelitian dibersihkan dari gulma dan dibuat plot sebagai tempat
peletakan polybag dengan ukuran 100 cm x 100 cm dengan jarak antar plot
masing-masing 30 cm dan jarak antar ulangan 50 cm.
Pembuatan Naungan
Naungan dibuat dengan ukuran 10 x 7 m untuk seluruh plot dengan tinggi
2 m. Naungan dibuat dari bambu dengan atap dari pelepah daun kelapa sawit.
Naungan berfungsi untuk mencegah bibit aren terkena sinar matahari secara
langsung.
Persiapan Media Tanam
Media tanam yang digunakan adalah top soil, pasir dan kompos (3 : 1 : 1)
dicampur kemudian dimasukkan ke dalam polibag berukuran 10 kg.
Penanaman Bibit
Bibit yang telah berumur 4 bulan ditanam dalam polybag berukuran 10
kg. Setiap polibag diisi satu bibit dengan membenamkannya sedalam jari telunjuk
lalu ditutup dengan campuran media tanam. Polybag disusun dalam plot
percobaan sesuai dengan perlakuan. Jarak antar polybag 20 x 20 cm, jarak antar
plot 30 cm, jarak antar ulangan 50 cm dan diberi label.
Pemeliharaan Tanaman Penyiraman
Penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari tergantung
dengan kondisi kelembaban permukaan media tanam. Penyiraman dilakukan
Penyiangan
Penyiangan dilakukan dengan cara manual ataupun dengan menggunakan
cangkul untuk menekan pertumbuhan gulma di polybag dan di areal pembibitan.
Interval penyiangan disesuaikan dengan keadaan gulma di pembibitan.
Pemupukan
Pemupukan dilakukan sesuai dosis masing-masing perlakuan, dan sesuai
dengan waktu aplikasi masing-masing perlakuan. Untuk aplikasi pupuk A1
dengan dosis 50 cc/bibit di tambahkan dengan air sebanyak 50 cc dan A2 dengan
dosis 75 cc/bibit di tambahkan dengan air sebanyak 75 cc, pemupukan
diaplikasikan sebanyak 2 kali, pemupukan pertama dilakukan pada 2 MSPT
(Minggu Setelah Pindah Tanam) dan diaplikasikan kembali pada minggu 14
MSPT. Kemudian untuk pupuk B1 dengan dosis 0,50 cc/bibit di tambahkan
dengan air sebanyak 100 cc dan B2 dengan dosis 0,75 cc/bibit di tambahkan
dengan air sebanyak 100 cc. Pemupukan diaplikasikan sebanyak 4 kali,
pemupukan pertama dilakukan pada 2 MSPT, pemupukan kedua dilakukan pada 6
MSPT, pemupukan ketiga dilakukan pada 10 MSPT, dan pemupukan ke empat
dilakukan pada 14 MSPT. Kemudian untuk pupuk C1 dengan dosis 0,60 cc/bibit
di tambahkan dengan air sebanyak 100 cc dan C2 dengan dosis 0,90 cc/bibit di
tambahkan dengan air sebanyak 100 cc. Pemupukan diaplikasikan sebanyak
empat kali, pemupukan pertama dilakukan pada 2 MSPT, pemupukan kedua
dilakukan pada 6 MSPT, pemupukan ketiga dilakukan pada 10 MSPT, dan
pemupukan ke empat dilakukan pada 14 MSPT. Pemupukan di aplikasikan
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menggunakan
insektisida Matador 25 EC dan fungisida Dithane M-45 dengan konsentrasi
2 gr/l air. Aplikasi dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan.
Pengamatan Parameter Tinggi Bibit (cm)
Pengamatan tinggi bibit dilakukan awal (0MSPT) dan akhir (16MSPT)
penelitian. Tinggi bibit ini diukur mulai dari pangkal batang atau dasar batang
sampai ke ujung daun tertinggi. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan
meteran.
Jumlah Daun (helai)
Jumlah daun yang dihitung adalah daun yang telah membuka sempurna.
Perhitungan jumlah daun dilakukan pada awal (0MSPT) dan akhir penelitian
(16MSPT).
Diameter Batang (mm)
Diameter batang diukur tepat di atas permukaan tanah dengan
menggunakan jangka sorong. Pengukuran dilakukan pada dua bagian sisi batang
yang diukur diameternya yang kemudian dirata-ratakan. Pengukuran diameter
batang dilakukan pada awal (0MSPT) dan akhir penelitian (16MSPT).
Total Luas Daun (cm2)
Pengukuran luas daun dilakukan pada akhir penelitian yaitu setelah bibit
berumur 16 MSPT. Pengukuran luas daun dilakukan dengan menggunakan alat
Berat Basah Tajuk (g)
Tajuk tanaman adalah bagian atas tanaman yang terdiri dari batang serta
daun-daun pada tanaman aren. Berat basah tajuk diukur pada akhir penelitian
yaitu setelah bibit berumur 16 MSPT. Pengukuran dilakukan dengan cara
membersihkan bibit dengan air, kemudian dikering anginkan terlebih dahulu lalu
ditimbang dengan timbangan analitik. Dilakukan pada seluruh tanaman yang
menjadi tanaman sampel.
Berat Basah Akar (g)
Berat basah akar diukur pada akhir penelitian yaitu setelah bibit berumur
16 MSPT. Pengukuran dilakukan dengan cara membersihkan bibit dengan air,
kemudian dikering anginkan terlebih dahulu lalu ditimbang dengan timbangan
analitik. Dilakukan pada seluruh tanaman yang menjadi tanaman sampel.
Berat Kering Tajuk (g)
Berat kering tajuk diukur pada akhir penelitian yaitu setelah bibit berumur
16 MSPT. Setelah bahan dibersihkan, bahan kemudian dimasukkan ke dalam
amplop coklat yang telah dilubangi, kemudian dikeringkan pada suhu 750C di dalam oven hingga bobot keringnya konstan saat penimbangan. Pengamatan
dilakukan pada seluruh tanaman yang menjadi tanaman sampel.
Berat Kering Akar (gr)
Berat kering akar diukur pada akhir penelitian yaitu setelah bibit berumur
16 MSPT. Setelah bahan dibersihkan, bahan kemudian dimasukkan ke dalam
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Dari analisa data secara statistik, diperoleh bahwa perlakuan pupuk
organik cair tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter yaitu tinggi bibit,
diameter batang, jumlah daun, luas daun, berat basah tajuk, berat basah akar, berat
kering tajuk, dan berat kering akar.
Pertambahan Tinggi Bibit (cm)
Hasil pengamatan pertambahan tinggi bibit pada awal (0 MSPT) dan akhir
penelitian (16 MSPT) pada perlakuan pupuk organik cair dapat dilihat pada
Lampiran 5 dan rataan tinggi bibit dapat dilihat pada Lampiran 6 serta daftar sidik
kovarian tinggi bibit dapat dilihat pada Lampiran 7.
Dari hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan pupuk organik
cair belum berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit pada awal (0 MSPT) dan akhir
penelitian (16 MSPT).
Data rataan tinggi bibit pada umur 16 MSPT (data awal berbeda) pada
Tabel 1. Rataan tinggi bibit umur 16 MSPT (data awal berbeda) pada perlakuan pupuk organik cair (cm)
Perlakuan Ẋi. Ẋ-Ẋ..
Koreksi Rata-rata Rata-rata
bxy(Ẋ-Ẋ..)
Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa pertambahan tinggi tanaman
dengan pemberian pupuk organik cair yang tertinggi yaitu pada perlakuan A2
(48,46) belum berpengaruh nyata dengan perlakuan lainnya.
Jumlah Daun (helai)
Hasil pengamatan jumlah daun pada umur 16 MSPT (data awal berbeda)
pada perlakuan pupuk organik cair dapat dilihat pada Lampiran 8 dan rataan
tinggi bibit dapat dilihat pada Lampiran 9 serta daftar sidik kovarian jumlah daun
dapat dilihat pada Lampiran 10.
Dari hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan pupuk organik
cair belum berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada awal (0 MSPT) dan
akhir penelitian (16 MSPT).
Data rataan jumlah daun pada umur 16 MSPT (data awal berbeda) pada
Tabel 2. Rataan jumlah daun umur 16 MSPT (data awal berbeda) pada perlakuan pupuk organik cair (helai)
Perlakuan Ẋi. Ẋ-Ẋ..
Koreksi Rata-rata Rata-rata
bxy(Ẋ-Ẋ..)
Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa jumlah daun dengan pemberian
pupuk organik cair yang tertinggi yaitu pada perlakuan C1 (2,35) belum
berpengaruh nyata dengan perlakuan lainnya.
Diameter Batang (mm)
Hasil pengamatan diameter batang pada perlakuan pupuk organik cair
dapat dilihat pada Lampiran 11 dan rataan tinggi bibit dapat dilihat pada Lampiran
12 dan daftar sidik kovarian diameter batang dapat dilihat pada Lampiran 13.
Dari hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan pupuk organik
cair belum berpengaruh nyata terhadap diameter batang.
Data rataan diameter batang pada perlakuan pupuk organik cair dapat
Tabel 3. Rataan diameter batang umur 16 MSPT (data awal berbeda) pada perlakuan pupuk organik cair (mm)
Perlakuan Ẋi. Ẋ-Ẋ..
Koreksi Rata-rata Rata-rata
bxy(Ẋ-Ẋ..)
Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa diameter batang dengan
pemberian pupuk organik cair yang tertinggi yaitu pada perlakuan C2 (2,05)
belum berpengaruh nyata dengan perlakuan lainnya.
Total Luas Daun (cm2)
Hasil pengamatan total luas daun pada perlakuan pupuk organik cair dapat
dilihat pada Lampiran 14 dan 15 dan daftar sidik ragam total luas daun dapat
dilihat pada Lampiran 16 dan 17.
Dari hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan pupuk organik
cair belum berpengaruh nyata terhadap luas daun.
Data rataan total luas daun pada perlakuan pupuk organik cair dapat dilihat
Tabel 4. Rataan total luas daun pada perlakuan pupuk organik cair (cm2)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
1 2 3 4
X0 29,37 11,69 6,68 4,30 52,05 13,01
A1 15,07 9,92 10,13 6,15 41,28 10,32
A2 11,67 11,80 9,88 5,57 38,92 9,73
B1 12,92 7,76 8,09 8,29 37,07 9,27
B2 11,09 8,96 8,67 6,30 35,02 8,76
C1 16,75 12,60 7,60 7,91 44,85 11,21
C2 16,51 7,53 8,71 9,20 41,94 10,49
Total 113,38 70,26 59,77 47,73 291,14
Rataan 16,20 10,04 8,54 6,82 10,40
Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa total luas daun dengan pemberian
pupuk organik cair yang tertinggi yaitu pada perlakuan X0 (13,01) belum
berpengaruh nyata dengan perlakuan lainnya.
Berat Basah Tajuk (g)
Hasil pengamatan berat basah tajuk pada perlakuan pupuk organik cair
dapat dilihat pada Lampiran 18 dan 19 dan daftar sidik ragam berat basah tajuk
dapat dilihat pada Lampiran 20 dan 21.
Dari hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan pupuk organik
cair belum berpengaruh nyata terhadap berat basah tajuk.
Data rataan berat basah tajuk pada perlakuan pupuk organik cair dapat
Tabel 5. Rataan berat basah tajuk pada perlakuan pupuk organik cair (g)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
1 2 3 4
X0 61,80 29,67 17,03 12,63 121,13 30,28 A1 30,70 23,23 22,10 19,97 96,00 24,00 A2 29,37 29,83 25,20 19,80 104,20 26,05 B1 27,70 19,97 20,53 22,23 90,43 22,61 B2 28,40 26,07 25,47 20,93 100,87 25,22 C1 37,37 33,97 20,73 21,87 113,93 28,48 C2 37,67 17,93 26,97 33,90 116,47 29,12 Total 253,00 180,67 158,03 151,33 743,03
Rataan 36,14 25,81 22,58 21,62 26,54
Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa berat basah tajuk dengan
pemberian pupuk organik cair yang tertinggi yaitu pada perlakuan X0 (30,28)
belum berpengaruh nyata dengan perlakuan lainnya.
Berat Basah Akar (g)
Hasil pengamatan berat basah akar pada perlakuan pupuk organik cair
dapat dilihat pada Lampiran 22 dan 23 dan daftar sidik ragam berat basah akar
dapat dilihat pada Lampiran 24 dan 25.
Dari hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan pupuk organik
cair belum berpengaruh nyata terhadap berat basah akar.
Data rataan berat basah akar pada perlakuan pupuk organik cair dapat
Tabel 6. Rataan berat basah akar pada perlakuan pupuk organik cair (g)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
1 2 3 4
X0 14,00 4,83 5,07 3,87 27,77 6,94
A1 6,87 8,37 7,53 5,67 28,43 7,11
A2 8,03 7,87 5,53 6,37 27,80 6,95
B1 6,63 5,20 3,87 6,33 22,03 5,51
B2 8,97 6,87 5,70 5,73 27,27 6,82
C1 7,43 9,17 6,60 5,83 29,03 7,26
C2 6,17 3,00 7,10 11,70 27,97 6,99
Total 58,10 45,30 41,40 45,50 190,30
Rataan 8,30 6,47 5,91 6,50 6,80
Berdasarkan Tabel 6 diketahui bahwa berat basah akar dengan
pemberian pupuk organik cair yang tertinggi yaitu pada perlakuan C1 (7,26)
belum berpengaruh nyata dengan perlakuan lainnya.
Berat Kering Tajuk (g)
Hasil pengamatan berat kering tajuk pada perlakuan pupuk organik cair
dapat dilihat pada Lampiran 26 dan 27 dan daftar sidik ragam berat kering tajuk
dapat dilihat pada Lampiran 28 dan 29.
Dari hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan pupuk organik
cair belum berpengaruh nyata terhadap berat kering tajuk.
Data rataan berat kering tajuk pada perlakuan pupuk organik cair dapat
Tabel 7. Rataan berat kering tajuk pada perlakuan pupuk organik cair (g)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
1 2 3 4
X0 21,12 9,07 5,67 4,38 40,24 10,06
A1 9,60 7,69 7,12 7,27 31,68 7,92
A2 9,68 8,82 7,86 9,63 35,99 9,00
B1 8,40 6,46 7,16 9,53 31,54 7,88
B2 9,71 7,46 11,36 9,05 37,58 9,39
C1 11,26 9,87 7,14 8,91 37,19 9,30
C2 12,32 6,45 10,25 11,83 40,85 10,21 Total 82,08 55,82 56,56 60,61 255,06
Rataan 11,73 7,97 8,08 8,66 9,11
Berdasarkan Tabel 7 diketahui bahwa berat kering tajuk dengan
pemberian pupuk organik cair yang tertinggi yaitu pada perlakuan C2 (10,21)
belum berpengaruh nyata dengan perlakuan lainnya.
Berat Kering Akar (g)
Hasil pengamatan berat kering akar pada perlakuan pupuk organik cair
dapat dilihat pada Lampiran 30 dan 31 dan daftar sidik ragam berat kering akar
dapat dilihat pada Lampiran 32 dan 33.
Dari hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan pupuk organik
cair belum berpengaruh nyata terhadap berat kering akar.
Data rataan berat kering akar pada perlakuan pupuk organik cair dapat
Tabel 8. Rataan berat kering akar pada perlakuan pupuk organik cair (g)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
1 2 3 4
Berdasarkan Tabel 8 diketahui bahwa berat kering akar dengan
pemberian pupuk organik cair yang tertinggi yaitu pada perlakuan A2 (1,82)
belum berpengaruh nyata dengan perlakuan lainnya.
Pembahasan
Dari hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan pupuk organik
cair belum berpengaruh nyata terhadap semua parameter. Kondisi ini disebabkan
karena pengaruh oleh faktor yang lain seperti faktor genetik, unsur hara, sinar
matahari, kelembaban dan lain–lain. Hal ini sesuai literatur Damanik, dkk (2010)
menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh dua faktor penting
yaitu faktor genetis dan faktor lingkungan. Faktor genetis sangat menentukan
kemampuan tanaman untuk memberikan produksi yang tinggi serta sifat penting
lainnya seperti kualitas hasil, ketahanan terhadap serangan hama dan penyakit,
kekeringan dan lain-lain. Faktor lingkungan yang mempengaruhi kehidupan dan
perkembangan tanaman antara lain : temperatur, kelembaban, sinar matahari,
Penyemprotan pupuk organik cair ini belum berpengaruh nyata terhadap
semua parameter. Dijelaskan oleh Sutejo dan Kartasapoetra (1995) bahwa
kebutuhan tanaman akan bermacam-macam unsur hara selama pertumbuhan dan
perkembangannya adalah tidak sama, membutuhkan waktu yang berbeda dan
tidak sama banyaknya. Sehingga dalam hal pemupukan, sebaiknya diberikan pada
waktu/saat tanaman memerlukan unsur hara secara intensif agar pertumbuhan dan
perkembangannnya berlangsung dengan baik.
Pemberian pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata terhadap semua
parameter. Hal ini diduga karena kondisi lingkungan yang tidak sesuai.
Penyerapan unsur hara yang diberikan melalui daun lebih cepat namun jika waktu
pemberiannya tidak sesuai maka unsur hara yang terdapat dalam pupuk organik
cair tidak dapat diserap sehingga menjadi tidak tersedia untuk tanaman. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Rosmarkam dan Yuwono (2002) beberapa kesukaran
dalam penggunaan pupuk secara disemprotkan melalui daun yaitu hara yang dapat
diberikan pada setiap pemberian rendah sehingga perlu diberikan beberapa kali
untuk dosis pupuk sedang dan tinggi.
Pemberian pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi
tanaman diduga dipengaruhi oleh sifat dari pupuk organik, jenis tanaman dan
ketersediaan hara dalam tanah untuk diserap tanaman. Salah satu sifat pupuk
organik cair adalah diperlukan dalam jumlah yang sangat banyak untuk dapat
memenuhi kebutuhan unsur hara. Jenis tanaman dalam penelitian ini adalah
tanaman aren yang dipanen pada umur maksimal 25 tahun. Penelitian
pada penelitian ini diduga pengaruh dari pupuk organik cair belum terlihat optimal
karena pupuk organik tidak dapat berpengaruh seketika itu juga untuk mendukung
pertumbuhan dan produksi tanaman.
Keadaan ini menjelaskan bahwa banyaknya unsur hara yang tersedia bagi
tanaman lebih lanjut mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman walaupun
pengaruhnya belum terlihat secara nyata untuk tiap dosis pemupukan yang
digunakan. Apabila selama pertumbuhan tanaman lingkungan tanah sebagai
media tumbuh berada dalam keadaan yang menguntungkan maka tanaman akan
dapat mengadakan proses fotosintesis dengan optimal dan berpengaruh pada
tanaman secara keseluruhan termasuk tinggi tanaman. Sebab macam dan jumlah
unsur hara serta air yang dapat diserap tanaman sangat tergantung pada
kesempatan tanaman tersebut untuk mendapatkannya dari tanah (S.M. Sitompul
dan Bambang Guritno, 1995). Artinya bahwa tinggi rendahnya kadar unsur hara
pada suatu tempat secara potensial akan menentukan jumlah hara yang diserap
akar dan berpengaruh pada tingkat pertumbuhan dan perkembangan tanaman
seperti penambahan tinggi tanaman.
Pemberian pupuk organik cair belum berpengaruh nyata pada parameter
diameter batang. Hal ini diduga pemberian pupuk dosis tersebut memberikan
unsur hara yang diterima oleh tanaman aren untuk diameter batang belum
mencukupi kebutuhan.
Tanaman aren merupakan tanaman tahunan yang pengaruh dari setiap
perlakuan pupuk, zat pengatur tumbuh, media tanam dan lain-lain pengaruhnya
dapat kita lihat dari penelitian kelapa sawit yang dilakukan oleh Khaswarina
(2001) bahwa pengaruh pemberian pupuk pada kelapa sawit belum berpengaruh
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
1. Perlakuan pemberian pupuk organik cair belum berpengaruh nyata
terhadap pertambahan tinggi bibit, jumlah daun, diameter batang, luas
daun, berat basah tajuk, berat basah akar, berat kering tajuk dan berat
kering akar.
2. Pada parameter pertambahan tinggi bibit hasil tertinggi cederung
diperoleh pada perlakuan A2 (48,46), jumlah daun tertinggi cenderung
pada perlakuan C1 (2,35), diameter batang tertinggi cenderung pada
perlakuan C2 (2,05), total luas daun tertinggi cenderung pada perlakuan
X0 (13,01), berat basah tajuk tertinggi cenderung pada perlakuan X0
(30,28), berat basah akar tertinggi cenderung pada C1 (7,26), berat
kering tajuk tertinggi cenderung pada perlakuan C2 (10,21), berat
kering akar tertinggi cenderung pada perlakuan A2 dan (1,82). Saran
Pada penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah dosis dan dengan
Daftar Pustaka
Akuba, R. H., 1993. Prospek dan Perwilayahan Pengembangan Aren di Maluku dan Irian Jaya. Makalah disajikan dalam Forum Temu Aplikasi Paket Teknologi di Irian Jaya, 22-24 Pebruari 1993.
Balai Penelitian Kelapa dan Palma Lain. 2007. Sumber Benih dan Teknologi Pembibitan Aren. http://
Becker, W.A., 1992. Manual of Quantitative Genetics (Fifth Edition).Academic Enterprises.Pulman, W.A., U.S.A.
Bernhard, M. R., 2007. Teknik Budidaya dan Rehabilitasi Tanaman Aren. Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain.
Buckman, H.O and N.C. Brady, 1982. The Nature and Properties of Soil
(Terjemahan: Soegiman). Bhrata Karya Aksara. Jakarta.
Damanik, M.M.B, Hasibuan, B.E., Fauzi, Sarifuddin, dan hanum, H., 2010. Kesuburan tanah dan Pemupukan . USU Press, Medan.
Djajasupena, R.W. 1994. Menyiasati Lahan dan Iklim dalam Pengusahaan Petumbuhan Jenis-jenis Tanaman Terpilih. Yayasan PROSEA. Bogor. 83 hal.
Dwidjoseputro, 1994. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Fathurrahman, Saleh, M. S. dan Somba, B. E. Vigor Kekuatan Tumbuh Bibit Aren Terhadap Kekeringan Pada Media Tumbuh Campuran Tanah dan Bahan Organik. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako. Sulawesi Tengah.
Goenadi, D.H. R. Saraswati dan Y. Lestari, 1993.Kemampuan Melarutkan Fosfat dari beberapa isolatbakteri , asal tanah dan pupuk kandang sapi. Menara Perkebunan. No.2.
Hanafiah, K.A, 2010. Rancangan Percobaan Edisi Ketiga. Rajawali Press. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Hermawan, 2009. Pupuk Organik Multi Guna AGRO BI. ORGANIK/ DEPTAN-PPI.XI/2009. Jambi.
Kaunang, M. H dan Martini, E., 2011. Menanam Aren Bukan Mitos Lagi. Staff Dinas Kehutanan dan LingkunganHidup Kota Tomohon, Sulawesi Utara
Keng, H. 1969. Orders and Families of Malayan Seed Plants. University of Malaya Press. Kuala Lumpur. 429 p.
Khaswarina, S., 2001. Keragaan Bibit Kelapa Sawit Terhadap Pemberian Berbagai Kombinasi Pupuk di Pembibitan Utama. Jurnal Natur Indonesia
III (2) : 138-150.
Mangoendidjojo, 2003. Dasar-dasar Pemuliaan Tanaman. Kanisius, Yogyakarta.
Malau, S., 1995. Biometrika Genetik Dalam Pemuliaan Tanaman. Universitas HKBP Nomensen, Medan.
Manaroinsong, E., R.B. Maliangkay dan Y.R. Matana, 2006. Observasi produksi nilai aren di Kecamatan Lawongan, Kabupaten Minahasa Induk, Provinsi Sulawesi Utara. Buletin Palma No. 31. Pesat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Perkebunan, Bogor
Maliangkay, R, B. 2007. Teknik budidaya dan rehabilitasi tanaman aren. Buletin Palma No.33, 67-77.
Mc Currach, J.C. 1970. Palms of The World. Horticultural Books, Inc. Florida. 290 p.
McWhirter., 1993. Breeding of Crops. In Knight (ed). P.79-121. PlantBreeding. Australian Vice-ChancellorsCommitee. Osman dan Brinkman.
Musnawar, E.I., 2006. Pupuk Organik. Penebar Swadaya. Jakarta.
Novizan. 2005. Petunjuk Pemupukan yang Efektif Agromedia Pustaka. Jakarta.
Polii Mandang, J. Dan R.B. Maliangkay, 2007. Budidaya tanaman aren. Prosiding Seminar Nasional Bioful. Tim Nasional Pengembangan Bahan Bakar Nabati, Grond Puri Hotel Manado (30 Juli 2007).
Polnaja, M., 2000. Potensi Aren Sebagai Tanaman Konservasi dan Ekonomi dalam Pengusahaan Hutan Rakyat. Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri. Vol. 5 No. 4
Rindengan, B dan E.Manaroinsong. 2009. Aren. Tanaman Perkebunan Penghasil Bahan Bakar Nabati (BBM). Pusat penelitian dan Pengembangan
Perkebunan. hlm.1-22.
Sale, M. S dan Alam, N., 2009. Karakteristik Pati Dari Batang Pohon Aren Pada Berbagai Fase Pertumbuhan. Sulawesi Tengah.
Samingan, T. 1974. Penuntun ke arah keluarga tumbuh-tumbuhan di Indonesia. Proyek Peningkatan Pengembangan Perguruan Tinggi. IPB. Bogor. 168 hal.
Sastrapradja , S., J.P. Mogea., H.M. Sangat., J.J. Afriastini. 1980. Palem Indonesia. Balai Pustaka. Lembaga Biologi Nasional. LIPI. 120 hal.
Setyamidjaja, D., 1996. Budidaya Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta.
Siregar. 2007. Petani Sumut Belum Jadikan Aren sebagai Komoditas Ungulan. http://www.medanbisnisonline.com/2009/01/21/petani-sumut-belum-jadikan-aren-sebagai-komoditas-ungulan/.
Sitompul dan Bambang Guritno, 1995. Ilmu Tanah. Akademika Presindo. Jakarta. 95 Hal.
Soeseno, S. 2000. Bertanam Aren. Penebar Swadaya. Jakarta. 63 hal.
Somba, B. E. Saleh, M. S. dan Fathurrahman, 2010. Vigor Kekuatan Tumbuh Bibit Aren Terhadap Kekeringan Pada Media Tumbuh Campuran Tanah dan Bahan Organik. Sulawesi Tengah.
Sunanto, H. 1993. Aren – Budidaya dan Multigunanya. Kanisius. Yogyakarta. 78 hal.
Suriadikarta dan Simanungkalit, 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor.
Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik Pemasyarakatan dan Pengembangannya. Kanisius. Jakarta.
Sutejo, M.M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.
Lampiran 2. Bagan Tanaman per Plot
100 cm
20 cm 100 cm
Lampiran 3. Jadwal Kegiatan
Kegiatan Minggu Setelah Pindah Tanam
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Persiapan Lahan X
Pembuatan Naungan X
Persiapan Media Tanam X
Penanaman Bibit X
Penyiraman Disesuaikan Dengan Kondisi Lapangan
Penyiangan Disesuaikan Dengan Kondisi Lapangan
Lampiran 5. Data Pengamatan Tinggi Bibit Umur 16 MSPT
Lampiran 6. Data Rataan Tinggi Bibit Umur 16 MSPT (data awal berbeda)
Perlakuan Ẋi. Ẋ-Ẋ..
Koreksi Rata-rata Rata-rata
Lampiran 7. Sidik Kovarian Tinggi Bibit Umur16 MSPT
Lampiran 9. Data Rataan Jumlah Daun Umur 16 MSPT (data awal berbeda)
Perlakuan Ẋi. Ẋ-Ẋ..
Koreksi Rata-rata Rata-rata
bxy(Ẋ-Ẋ..)
Lampiran 10. Sidik Kovarian Jumlah Daun Umur 16 MSPT
Lampiran 11. Data Pengamatan Diameter Batang Umur 16 MSPT
Lampiran 12. Data Rataan Diameter Batang Umur 16 MSPT (data awal berbeda)
Perlakuan Ẋi. Ẋ-Ẋ..
Koreksi Rata-rata Rata-rata
-Lampiran 13. Sidik Kovarian Diameter Batang Umur 16 MSPT
(data awal berbeda)
Lampiran 14. Data Rataan Luas Daun
Perlakuan Ulangan Total Rataan
1 2 3 4
Lampiran 15. Data Rataan Luas Daun Setelah di Transformasi (x+0,5)1/2
Perlakuan Ulangan Total Rataan
Total 28,25 22,63 21,00 18,82 90,70
Rataan 4,04 3,23 3,00 2,69 3,24
Lampiran 16. Sidik ragam Data Rataan Luas Daun Setelah di Transformasi (cm2) (x+0,5)1/2
Lampiran 17. Data Rataan Berat Basah Tajuk
Perlakuan Ulangan Total Rataan
1 2 3 4
Lampiran 18. Data Rataan Berat Basah Tajuk Setelah di Transformasi (x+0,5)1/2
Perlakuan Ulangan Total Rataan
Lampiran 19. Sidik ragam Data Rataan Berat Basah Tajuk Setelah di
Lampiran 20. Data Rataan Berat Basah Akar
Perlakuan Ulangan Total Rataan
1 2 3 4
Lampiran 21. Data Rataan Berat Basah Akar Setelah di Tranformasi (x+0,5)1/2
Perlakuan Ulangan Total Rataan
Lampiran 22. Sidik ragam Data Rataan Berat Basah Akar Setelah di
Lampiran 23. Data Rataan Berat Kering Tajuk
Perlakuan Ulangan Total Rataan
1 2 3 4
Lampiran 24. Data Rataan Berat Kering Tajuk Setelah di Transformasi (x+0,5)1/2
Perlakuan Ulangan Total Rataan
Lampiran 25. Sidik ragam Data Rataan Berat Kering Tajuk Setelah di
Lampiran 26. Data Rataan Berat Kering Akar
Perlakuan Ulangan Total Rataan
1 2 3 4
Lampiran 27. Data Rataan Berat Kering Akar Setelah di Transformasi (x+0,5)1/2
Perlakuan Ulangan Total Rataan
Lampiran 28. Sidik ragam Data Rataan Berat Kering Akar Setelah di Transformasi (x+0,5)1/2
Sk db JK KT Fh F.05
Blok 3 0,29 0,10 2,82 3,16
Perlakuan 6 0,06 0,01 0,27 2,66
Galat 18 0,62 0,03
Total 27 0,97
FK 61,07
Lampiran 29. Contoh Perhitungan Analisis Kovarian Pada Parameter Diameter Batang
PERLAKUAN
Ulangan
ΣX ΣY Ẋ Ȳ
I II III IV
X Y X Y X Y X Y
X0 1,43 2,79 1,44 1,98 1,38 1,83 1,37 1,54 5,62 8,15 1,40 2,04
A1 1,48 1,84 1,50 1,86 1,22 1,91 1,38 1,74 5,57 7,35 1,39 1,84
A2 1,58 2,10 1,36 2,13 1,37 1,78 1,35 1,64 5,66 7,64 1,41 1,91
B1 1,43 1,76 1,32 1,76 1,18 1,58 1,23 1,67 5,16 6,76 1,29 1,69
B2 1,38 2,03 1,68 1,95 1,45 1,94 1,55 1,86 6,06 7,78 1,51 1,95
C1 1,55 2,18 1,63 2,08 1,27 1,77 1,48 1,78 5,93 7,81 1,48 1,95
C2 1,46 2,14 1,46 1,83 1,43 2,02 1,40 2,18 5,75 8,18 1,44 2,04
Total 10,30 14,85 10,38 13,58 9,29 12,82 9,76 12,42 39,73 53,67 1,92
FK XY= 76,16 FK XX= 56,38 FK YY= 102,86
Keterangan:
X: Data diameter batang pada awal penelitian
Tabel Analisis Kovarian
Error (r-1)(p-1) JKExx JKExy JKEyy JK rege 1 JKEterkoreksi DBEterkoreksi KTEterkoreksi
Total pr-1 JKTxx JKTxy JKTyy
P+Error (p-1)+((r-1)(p-1)) JK(P+E)xx JK(P+E)xy JK(P+E)yy JK reg(P+E) 1 JK(P+E)terkoreksi DB(P+E)terkoreksi KT(P + E) terkoreksi
P terkoreksi JKPterkoreksi DBPterkoreksi KTPterkoreksi
Ulangan + Errror r-1+(r-1)(p-1) JK(B+E)xx JK(B+E)xy JK(B+E)yy JK reg(B+E) 1 JK(B+E)terkoreksi DB(B+E)terkoreksi
DBError = (r – 1) (p – 1) = 3 × 6 = 18
JKTotalxy = ΣXiYi2 – FKxy = (1,43×2,79)+(1,48×1,84)+(1,58×2,10)+(1,43×1,76)+ (1,38×2,03)+ (1,55×2,18)+ (1,46×2,14)+(1,44×1,98)+
(1,50×1,86)+ (1,36×2,13)+ (1,32×1,76)+ (1,68×1,95)+ (1,63×2,08)+ (1,38×1,83)+ (1,22×1,91)+(1,37×1,78)+ (1,18×1,58)+ (1,45×1,94)+ (1,27×1,77)+ (1,43×2,02)+ (1,37×1,54)+ (1,38×1,74)+ (1,35×1,64)+(1,23×1,67)+ (1,55×1,86)+ (1,48×1,78)+ (1,40×2,18) - 76,16
JKPerlakuanyy =
JKP+Errorxx = JKPerlakuanxx + JKErrorxx
= 0,12 + 0,14 = 0,27
JKP+Erroryy = JKPerlakuanyy + JKErroryy
JKP+Errorxy = JKPerlakuanxy + JKErrorxy
= 0,15 + (-0,01) = 0,14
JKUlangan+Errorxx = JKBlokxx + JKErrorxx
= 0,11 + 0,14
= 0,25
JKUlangan+Erroryy = JKBlokyy + JKErroryy
= 0,49 + 0,80 = 1,29
JKUlangan+Errorxy = JKBlokxy + JKErrorxy
= 0,17 + (-0,01)
JKErrorTerkoreksi = JKErroryy – JKError regresi
JKP+Error Terkoreksi = JKP+Erroryy – JKP+Error Regresi
= 1,16 - 0,07
= 1,09
JKP Terkoreksi = JKP+Error Terkoreksi – JKError Terkoreksi = 1,09 - 0,80
= 0,29
JKUlangan+Error Terkoreksi = JKUlangan+Erroryy – JKUlangan+Error Regresi
= 1,29 - 0,10 = 1,19
JKUlangan Terkoreksi = JKUlangan+Error Terkoreksi - JKError Terkoreksi = 1,19 - 0,80
= 0,40
DBError Terkoreksi = DBError – DB = 18 – 1
= 17
DBP+Error Terkoreksi = DBP+Error – DB = 24 – 1
= 23
DBPTerkoreksi = DBP+Error Terkoreksi – DBError Terkoreksi = 23 – 17
= 6
DBUlangan+Error Terkoreksi = DBUlangan+Error – DB = 21 – 1
= 20
DBBlok Terkoreksi = DBP+Error Terkoreksi – DBBlok+Error Terkoreksi = 23 – 20
KTError Terkoreksi = JKErrorTerkoreksi
�����������������
= 0,80
17
= 0,05
KTP+Error = JKP+ErrorTerkoreksi
���+���������������
= 1,09
23
= 0,05
KTP Terkoreksi = JKPTerkoreksi
�������������
= 0,29
6
= 0,05
KTUlangan Terkoreksi = JKUlanganTerkoreksi
�������������������
= 0,40
3
FHitung P Terkoreksi =
FHitung Blok Terkoreksi =
KTBlokTerkoreksi
(jika nilai regresi yang diperoleh = 0, maka tidak perlu dilakukan pengujian dengan analisis kovarian/ANCOVA cukup dengan menggunakan analisis varians/ANOVA).
• Jika FHitung < F0,5 = 1. H0 Terima = �1 = �2 =⋯ =�7
2. H1 Tolak = Minimal 1 Perlakuan berbeda
• Jika FHitung > F0,5 = 1. H0 Tolak = Minimal 1 Perlakuan berbeda
2. H1 Terima = �1 = �2 =⋯ =�7
Nilai Koefisien Keragaman (KK) = √�������������
Data Rataan Diameter Batang diperoleh dari :
Perlakuan Ẋi. Ẋ-Ẋ..
Koreksi Rata-rata Rata-rata
bxy(Ẋ-Ẋ..)
Pupuk Cair Terkoreksi
Ȳi. Ȳi.-koreksi
X0 1,40 Ẋi.-1,42= -0,01 β- Ẋ-Ẋ..= 0,00 ȲX0 ȲX0 – 0,00
A1 1,39 Ẋi.-1,42= -0,03 β- Ẋ-Ẋ..= 0,00 ȲA1 ȲA1 – 0,00
A2 1,41 Ẋi.-1,42= 0,00 β- Ẋ-Ẋ..= 0,00 ȲA2 ȲA2 – 0,00
B1 1,29 Ẋi.-1,42= -0,13 β- Ẋ-Ẋ..= 0,01 ȲB1 ȲB1 – 0,01
B2 1,51 Ẋi.-1,42= 0,10 β- Ẋ-Ẋ..= -0,01 ȲB2 ȲB2− -0,01
C1 1,48 Ẋi.-1,42= 0,06 β- Ẋ-Ẋ..= 0,00 ȲC1 ȲC1 – 0,00
C2 1,44 Ẋi -.1,42= 0,02 β- Ẋ-Ẋ..= 0,00 ȲC2 ȲC2 – 0,00
Lampiran 30. Foto tajuk bibit aren pada saat akhir penelitian
Foto sampel tajuk bibit aren Foto sampel tajuk bibit aren pada perlakuan X0 pada perlakuan A1
Foto sampel tajuk bibit aren Foto sampel tajuk bibit aren pada perlakuan B2 pada perlakuan C1
Lampiran 31. Foto akar bibit aren pada saat akhir penelitian
Foto sampel akar bibit aren Foto sampel akar bibit aren pada perlakuan X0 pada perlakuan A1
Foto sampel akar bibit aren Foto sampel akar bibit aren pada perlakuan B2 pada perlakuan C1