i
EFEKTIFITAS TEKNIK PERMAINAN ACAK KATA
BERGAMBAR DALAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN
BERBICARA PADA SISWA KELAS XI SMA N 2 DEMAK
SKRIPSI
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Nama : Annys Alcorina NIM : 2301411015
Progam Studi : Pendidikan Bahasa Prancis Jurusan : Bahasa dan Sastra Asing
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ASING
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
1. Selalu ada kesempatan bagi orang-orang yang ingin berjuang.
2. Masa depan itu ada bagi orang yang percaya akan mimpi-mimpi mereka.
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada: 1. Ibu dan adikku tercinta.
2. Teman-temanku seperjuangan angkatan 2011.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT., atas limpahan karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul ”Efektifitas Teknik Permainan Acak Kata Bergambar dalam Pembelajaran Keterampilan Berbicara pada Siswa keelas XI SMA N 2 Demak” berhasil penulis selesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun dan diajukan dalam rangka penyelesaian studi strata 1 untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa Prancis, Jurusan Bahasa dan Sastra Asing, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang.
Penyusunan skripsi ini tentu tidak mungkin terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada :
1. Prof. Dr. Agus Nuryatin, M. Hum, selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Seni yang telah memberi kesempatan untuk mengadakan penelitian ini.
2. Dr. Sri Rejeki Urip, M. Hum, selaku Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Asing yang telah memberikan kemudahan dalam menyusun skripsi.
3. Tri Eko Agustiningrum, S.Pd., M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Prancis.
vii
5. Para pengajar Jurusan Bahasa dan Sastra Asing yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.
6. Staf perpustakaan maupun TU Jurusan Bahasa dan Sastra Asing yang telah membantu kelancaran proses penyusunan skripsi ini.
7. Guru Bahasa Prancis SMA N 2 Demak dan Siswa kelas XI IPS yang telah menjadi responden dalam penelitian ini.
8. Ibuku yang selalu memberikan kasih sayang melalui dukungan dan doa dalam setiap langkahku. Adikku, Anugrah Bagus Nursukma yang selalu memberikan semangat. Semangat baruku, Mas Bagus Satria yang senantiasa memberi semangat menyelesaikan skripsi ini. Mohammad Abdul Majid yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini. Sahabat-sahabatku Yuli,Sinur, Pibib, Apipi yang senantiasa memberiku semangat dan hiburan.
9. Teman-teman seperjuangan Pendidikan Bahasa Prancis 2011 yang selalu memberikan saran, bantuan, dan hiburan.
10. Semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu dalam lembar ini, yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Tentu saja kekurangan dan kesilapan tersebut hanyalah disebabkan oleh kekurangan penulis. Oleh sebab itu, kritik dan saran penulis butuhkan untuk perbaikan skripsi ini.
viii SARI
Alcorina, Annys. 2016. Efektifitas Teknik Permainan Acak Kata Bergambar dalam Pembelajaran Keterampilan Berbicara pada Siswa kelas XI SMA N 2 Demak. Skripsi. Jurusan Bahasa dan Sastra Asing, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: 1. Dra. Diah Vitri W, DEA, II. Tri Eko Agustiningrum S.pd., M.pd.
Kata Kunci : Berbicara, Media, Kartu.
Keterampilan berbicara merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh pembelajar bahasa Prancis karena berbicara merupakan media atau sarana untuk mengungkapkan isi pikiran lewat lisan. Oleh karena itu guru harus mencari cara agar pembelajar termotivasi dalam pembelajaran berbicara dan dapat mengungkapkan kalimat secara lisan dengan baik dan benar. Ada banyak cara untuk mengajarkan keterampilan berbicara. Salah satunya yaitu dengan menggunakan teknik permainan acak kata bergambar. Penelitan ini bertujuan menguji kefektifan teknik permainan acak kata bergambar dalam pembelajaran keterampilan berbicara pada siswa kelas XI SMA N 2 Demak.
Responden dalam penelitian ini sebanyak 28 siswa, yaitu siswa kelas XI IPS 4. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi dan metode tes. Tes diberikan kepada siswa pada akhir pertemuan setelah diberi pembelajaran menggunakan teknik permainan acak kata bergambar. Validitas tes dalam penelitian ini adalah validitas isi. Guna menguji reliabilitias tes dalam penelitian ini digunakan teknik pengulangan tes (test-retest), yaitu dengan cara memberikan tes yang sama dua kali kepada responden yang sama. Hasil tes pertama dan kedua dikorelasikan dengan menggunakan rumus korelasi product moment.
ix ARTICLE
L’EFFICACITÉ DE LA TECHNIQUE DE JEU AUX CARTES DANS
L’APPRENTISSAGE DE LA PRODUCTION ORALE AU XI DU SMA NEGERI 2 DEMAK
Annys Alcorina,
Diah Vitri Widayanti, DEA, Tri Eko Agustiningrum, S.pd, M.pd.
Programme de la didactique du Français Langue Étrangère (FLE). Département des Langues et des Littératures Étrangères, Faculté des Langues et des Arts,
Université d’État Semarang
ABSTRACT
The purpose of this research is to describe the effectiveness of the flash card game technique. Game represents one of teaching techniques which can be used in learning the french language. This research used the research quasi experimental which has two variables and use the control group one shot case study desain. The subject of the research is the students XI Ips 4 of SMA N 2 Demak. The amount of the subject is about 28 students. The data are collected by the documentation, then the test is used to know the students ability in speaking. Based on the research, the result (test = 75% <KB = 85%) There is significant differences in the ability of speaking among before and after using the flash card game technique. The research results about the implementation of the flash card game technique is not effectively proved. So it can be concluded that the use of the flash card game technique are no more effective in learning the french spoken language.
x Abstrait
La technique de jeu aux cartes dans l’apprentissage de la production orale est une technique d’apprentissage qui a un objectif de motiver des étudiants à parler. C’est une recherche “Quasi Experimentale” ayant deux variables : la variable indépendante (technique du jeux aux cartes) et la variable dépendante (la production orale). Cette recherche utilise la méthode one shot case study design. Les sujets dans cette recherche sont les lycéens du deuxieme du SMA N 2 Demak. XI IPS 4 est la classe d’expérimentale (28 lycéens). J’utilise la méthode de la documentation et le test pour collecter les données de la recherche. La validité est validité de contenu, et j’utilise la formule de Product-moment pour savoir la fiabilité du l’instrument. Le resultat moyen du test est plus petit que “Ketuntasan Belajar(KB) klasikal” (test = 75% < KB = 85%). C’est-à-dire qu’il y a une différences significatives des compétences de la production orale. Alors, on peut conclure que l’utilisation de la technique de jeu aux cartes dans l’aprentissage de la production orale du français est moins efficace.
xi Introduction
L’enseignement de la langue étrangère est important. La langue est un symbole de son qui est produit par l’organe de la parole. Les gens sont besoin de la langue pour communiquer, intéragir et exprimer des opinions et des suggestions. Le français est l’une des langues étrangères enseignées au lycée,
les lycéens devraient apprendre les quatre compétences : 1) la compréhension orale, 2) la compréhension écrite, 3) la production orale, 4) la production écrite.
La production orale est la compétence d’articuler un mots pour exprimer,
prononcer, dire des expressions, des pensées, des idées et des sentiments. Selon Bellenger (1996:110), “l’expression orale est un aiguillon capital de plusieurs enjeux de la vie : la qualité de nos relations humaines, la mise en valeur de notre compétence professionnelle, notre propre développement personnel comme notre équilibre psychique, notre ascendant et notre aptitude à persuader”. Alors, la production orale joue un rôle important pour vivre
dans la société. En réalité, les lycéens ont encore des difficultés à utiliser le vocabulaire pour construire des phrases pour parler. C’est pourquoi, il est
important de trouver un moyen qui facilite les lycéens dans l’apprentissage. Les professeur doivent motiver les lycéens pour qu’ils soient plus actives.
L’utilisation des médias d’apprentissage est nécessaire dans les activités
xii
: 102), le média est toutes les choses qui apportent ou écoulent l’information
entre l’émetteur et le récepteur. Selon Briggs le média d’apprentissage est la facilité physique pour transmettre les matières soit des livres, des films, des video, et des image. Dans ce cas j’utilise le media des images pour amélorer la competence de la production orale.
Dans cette recherche, j’applique le jeu aux cartes pour enseigner la
production orale. Ce média a le but d’augmenter l’intérêt des lycéens d’apprendre le françis. Ils doivent être plus active dans la classe. Selon
Huizinga, cité par Sopiawati (2010:136), le jeu permet de proposer une grande variété de situations motivantes et familières, de modifier le rythme d’un cours et relancer l’intérêt des apprenants, d’apporter aux apprenant un
moment où ils s’approprient l’action, de faire répéter et réutiliser de façon
naturelle des structures, du vocabulaire, d’améliorer les compétences de
prononciation et de compréhension par une mise de situation, d’obtenir une attention et une implication de l’ensemble des apprenants, et de faire
participer les apprenants timides ou inquiet.
Cette recherche a le but de savoir l’efficacité d’utilisation des cartes dans l’apprentissage de production orale. Avec 15 cartes carrées, sur lesquelles figurent une image des membres de la famille et un mot, dont la mesure est de 6x8 cm, l’enseignant enseigne la production orale. En les utilisant, le
professeur de français peut animer la classe. Les lycéens peuvent apprendre en jouant aussi. Le jeu permet aux lycéens de se concentrer à l’apprentissage.
xiii Le déroulement du jeux :
1. Chaque lycéen doit prendre une carte.
2. Chaque lycéen doit observer bien le dessin et le mot.
3. Chaque lycéen doit faire un dialogue avec leurs amie/amis (faire cinq phrases)pour présenter les membres de famille.
4. Chaque lycéen doit utiliser les informations sur la carte pour demander l’identité (le nom, la profession, l’âge, l’addresse). 5. Chaque lycéen doit utiliser les adjectifs qualificatifs (beau, belle
,petit, grand, mince, etc.).
Par exemple : A : Qui est-ce ? B : C’est mon beau frère A : Comment s’appelle-t-il ? B : Il s’appelle Junaedi A : Quelle est sa profession ? B : Il est jurnaliste A : Quel âge a-t-il ? B : Il a 40 ans A : Où habite-t-il ? B: Il habite à Jakarta A : Est-ce qu’il est beau ? B : Oui, il est beau.
L’objectif majeur de cet article est de savoir l’efficacité de la
xiv Methode de La Recherche
La variable indépendante de cette recherche est le technique d’enseignement de la production orale en utilisent les cartes. La variable
dépendante de cette recherche est la performance des lycéens de la classe XI Ips 4. Comme la population est homogène, cette recherche utilise un échantillon d’une classes. Cette recherche utilise la méthode one shote case study design.
Pour analyse les donnés, j’utilise la méthode de documentation pour obtenir le nom et le nombre des étudiants et la méthode de test pour savoir la compétence de la production orale des lycéens.
Pour examiner la fiabilité, je fais un test pour six lycéens avec le technique
test-retest. Je compte le résultat de test avec la formule product moment.
C’est pour avoir la fiabilité du test. Efficacité de Média
Pour savoir la performance des lycéens XI Ips 4, je teste les 28 lycéens.
xv
xvi
Selon cette recherche, le dialoque entre les étudiants en utilisant le jeu aux cartes, on peut conclure que les étudiants peuvent dialoguer bien qu’il y ait
des petits fautes, par exemple : les erreurs des vocabulaires, les étudiants font des erreurs d’utilisation de verbe être et avoir, par exemple : elle a professeur,
il est vingt ans, elle a jolie, etc. Mais il y a des étudiants qui font des erreurs prononciation des phrases, comme “elle est chanteuse”, prononcé “ elle est
chanteurse”. Alors il faut qu’ils fassent beaucoup des exercices de prononciation.
Conclusion
Selon le résultat, l’utilisation de la technique de jeu aux cartes anime la classe et en plus les lycéens deviennent enthousiastes pour apprendre le français. Cela se voit de la competence de production orale des lycéens de SMAN 2 Demak sont dans la catégorie bien. le résultat moyen du test est de 78.0 grâce à l’utilisation la technique de jeu aux cartes. Mais le résultat de KB est plus petit que KB Klasikal ( 75%<85%) Cela veut dire que le résultat de test montre que l’apprentissage de la production orale avec les cartes des mots est moins efficace.
Remerciement
xvii
de la classe XI Ips 4 du SMA N 2 Demak. Et mes amis du programme de pédagogie du français 2011.
Bibliographie
Arsyad, A (2011). Media Pembelajaran. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.
Bellenger, Lionel. 1996. L’Expression Orale : Une approche nouvelle de la parole expressive. Paris : ESF éditeur.
Eviyanti. 2012. “Peningkatan Kemampuan Berbicara Bahasa Prancisdengan Menggunakan Jeux”.
Mahriyuni. 2008. “Penggunaan Teknik Permainan dalam
pengembangan kosakata untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Bahasa Prancis SMA N 2 Medan”.Universitas Negeri Medan.
Sadiman, Arif. et al 2003. Media Pendidikan (Pengertian, Pengembangan Dan Pemanfaatannya). Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Sopiawati.2010. “Efektifitas Teknik Permainan Ular Tangga dalam Pembelajaran Bahasa Jepang”. Skripsi. Universitas Pendidikan
xviii DAFTAR ISI
JUDUL... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
PRAKATA ... vi
SARI ... viiii
ABSTRAK... ix
ARTICLE... x
DAFTAR ISI... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ... xx
DAFTAR TABEL... xxi
DAFTAR GAMBAR... xxii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang ... 1
1.2Rumusan Masalah …..……… 5
1.3Tujuan Penelitian ...……… 6
1.4Manfaat Penelitian …...……… 6
BAB II LANDASAN TEORI………...…………... 8
2.1Kajian Pustaka………....…………... 8
2.2Media Permainan Kartu Kata Bergambar... 10
xix
2.4Kerangka Pikir...………... 29
2.5Hipotesis ... 30
BAB III METODE PENELITIAN...………...…… 31
3.1Pendekatan Penelitian ...………...….. 31
3.2Variabel Penelitian ...…………...…... 31
3.3Populasi dan sampel ...………... 31
3.4Metode Pengumpulan Data...………...….. 32
3.5Instrumen Penelitian ...………... ... 32
3.6Validitas dan Reliabilitias ...………... 36
3.7Pelaksanaan Penelitian... 38
3.8Sistem penelitian... 39
3.9Kriteria Skor Penilaian... 41
3.10Teknik Analisis Data... 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 46
4.1Subjek Penelitian...……... 46
4.2Hasil Nilai test... 47
4.3Analisis Data... 48
4.4Analisis Media Kartu Bergambar... 50
BAB V PENUTUP... ... 62
5.1Simpulan... 62
5.2Saran... 63
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran-lampiran Lampiran 1 RPP
Lampiran 2 Instrumen Penelitian Lampiran 3 Contoh transkrip berbicara Lampiran 4 Hasil Uji Reliabilitas Lampiran 5 Surat-surat
xxi
DAFTAR TABEL
xxii DAFTAR GAMBAR
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan media komunikasi baik secara formal maupun informal. Dalam era globalisasi saat ini, menguasai bahasa asing sangat penting. Dengan menguasai bahasa asing, seseorang dapat dengan mudah bersosialisasi di berbagai belahan dunia, untuk itu, pembelajaran bahasa asing salah satunya bahasa Prancis sudah semakin diperhitungkan dalam dunia pendidikan. Tidak hanya tingkat Perguruan Tinggi, namun juga tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA/SMK/MA).
berbicara perlu disajikan sedemikian rupa agar dapat menarik dan dapat merangsang siswa untuk aktif berbicara.
Selama ini, pembelajaran bahasa Prancis di Sekolah Menengah Atas (SMA/SMK/MA) masih didominasi metode ceramah dan pemberian tugas. Pada pembelajaran seperti ini, pengetahuan hanya mengalir dari satu arah, yaitu dari guru kepada siswa, oleh karena itu tidak heran jika banyak siswa cenderung tidak aktif dalam pelajaran tersebut.
belakang dengan tujuan kurikulum yang masih digunakan di SMA N 2 Demak, yaitu kurikulum 2013 yang mengutamakan pembelajaran berfokus pada siswa dengan menggunakan langkah 5M yaitu : Mengamati, Menanya, Mengekplorasi, Mengasosiasi, dan Mengkomunikasikan.
Fenomena yang terjadi di lapangan menunjukkan bahwa siswa lebih banyak diam saat pembelajaran dan kurangnya variasi pembelajaran yang digunakan untuk menunjang keaktifan siswa. Oleh karena itu, dalam pembelajaran bahasa Prancis, salah satunya dalam pembelajaran berbicara, diperlukan variasi pembelajaran yang meliputi teknik-teknik pembelajaran agar dalam proses belajar mengajar tidak monoton dan lebih menyenangkan sehingga dapat menunjang keaktifan siswa. Salah satu teknik adalah teknik permainan. Permainan merupakan hal yang menyenangkan dan cenderung lebih diminati oleh anak-anak. Teknik permainan juga melibatkan seluruh siswa dalam kelas untuk ikut bermain sehingga menunjang siswa untuk lebih aktif dalam menerima pembelajaran. Permainan menjadikan alasan untuk berbicara pada setiap kegiatan (Lewis 2012:110). Eviyanti (2012:110-111) dalam penelitiannya yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Berbicara Bahasa Prancis dengan Menggunakan Jeux”
digunakan dalam penelitian ini adalah acak kata bergambar yaitu kata-kata bergambar yang diacak oleh siswa kemudian dikembangkan menjadi suatu kalimat yang sesuai dengan tema yang ditentukan kemudian disampaikan di depan kelas. Teknik permainan dengan kartu kata bergambar dipilih secara acak oleh dua siswa yang masing-masing sebanyak 1 buah kemudian dua siswa tersebut melakukan tanya jawab atau dialog mengenai kartu yang telah dipilih. Misalnya siswa A mendapatkan kartu dengan gambar seorang Ibu dan di bawahnya ditambah dengan kata yang menunjukkan keterangan la mère, siswa A mengajukan pertanyaan kepada siswa B yang memungkinkan terdapat dalam gambar seperti a). Qui est-ce ? b). Comment s’appelle t-elle? c). Quelle est sa profession ? d). Quelle âge a t-elle ?. Kemudian siswa B menjawab pertanyaan siswa A seperti a). C’est ma mère b). Elle s’appelle Saidah c). Elle est chanteuse
d). Elle a 38 ans. Begitupun sebaliknya, siswa B mengajukan pertanyaan yang memungkinkan terdapat dalam gambar yang telah dipilih kemudian siswa A menjawab pertanyaan tersebut. Gambar yang digunakan adalah gambar yang menunjukkan anggota keluarga dan memungkinkan siswa dapat menjawab pertanyaan berkaitan dengan anggota keluarga masing-masing.
visual diam yang digunakan untuk memperjelas pembelajaran. Kartu kata bergambar adalah kartu yang berisi kata-kata dan terdapat gambar (Jaruki, 2008:15). Indriana (2011:69) mengemukakan kelebihan kartu kata bergambar yaitu mudah diingat karena kartu bergambar sangat menarik perhatian. Dari penjelasan tersebut dapat diasumsikan bahwa media kata bergambar secara tidak langsung memberikan rangsangan kepada siswa dalam menyusun kata-kata kedalam kalimat karena media kata bergambar mudah diingat. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Pramestari (2011) dengan judul “ Keefektifan Kartu dan kata Bergambar pada Pembelajaran Menulis Kalimat Sederhana Siswa Kelas X Tunas Patria Ungaran” terbukti bahwa media kartu dan kata bergambar
efektif untuk pembelajaran menulis kalimat sederhana. Dengan demikian, permainan acak kata bergambar dapat dijadikan solusi untuk pembelajaran berbicara karena permainan dengan media visual, yaitu kata bergambar dapat merangsang siswa untuk menyusun kalimat sederhana baik secara tulis maupun lisan sekaligus dapat menunjang keaktifan siswa untuk bertanya jawab mengenai gambar yang telah disediakan. Dengan latar belakang masalah diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian kepada siswa kelas XI SMA N 2 Demak dengan judul :
“Efektifitas Teknik Permainan Acak Kata Bergambar dalam Pembelajaran Keterampilan Berbicara pada Siswa kelas XI SMA N 2 Demak”
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian yang penulis lakukan adalah untuk mengetahui:
Efektif atau tidaknya penggunaan teknik permainan acak kata bergambar dalam pembelajaran keterampilan berbicara siswa kelas XI SMA N 2 Demak.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang penulis harapkan dalam penelitian ini yaitu : Bagi Jurusan Pendidikan Bahasa Prancis UNNES
Mendapatkan informasi mengenai penggunaan teknik permainan acak kata bergambar untuk pembelajaran berbicara.
Bagi Pengajar Bahasa Prancis
Dapat dijadikan alternatif dalam menentukan pilihan dan menetapkan teknik pembelajaran yang digunakan, sehingga dapat mempermudah pembelajaran keterampilan berbicara.
Bagi Siswa
Dapat membantu mengatasi kesulitan dalam pembelajaran berbicara sehingga dapat memotivasi siswa dalam belajar.
Bagi Peneliti
1. Menambah wawasan serta pengalaman mengenai penggunaan teknik permainan acak kata bergambar dalam pembelajaran berbicara.
untuk pembelajaran berbicara bahasa Prancis sehingga dapat penulis aplikasikan untuk menjadi calon pengajar yang akan datang.
Bagi Peneliti Lainnya
8
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS
Pada bab ini dipaparkan sejumlah teori yang terdapat dalam berbagai sumber. Teori-teori tersebut mencakup teori tentang pengertian Media Permainan Kartu Kata Bergambar yang meliputi pengertian Media Pembelajaran, Fungsi Media Pembelajaran, Jenis dan Klasifikasi Media Pembelajaran, Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran, Keunggulan Permainan sebagai Media Pembelajaran, Kartu Acak Kata Bergambar. Teori tentang Keterampilan berbicara yang meliputi Definisi Berbicara, Jenis-jenis tes berbicara dan Materi keterampilan berbicara serta Kerangka Berpikir dan Hipotesis.
2.1 Kajian Pustaka
menggunakan teknik permainan oleh karena itu teknik permainan merupakan salah satu teknik pengajaran yang tepat diterapkan dalam mata pelajaran bahasa Prancis SMA N 2 Medan.
Penelitian kedua yang berjudul “Teknik Acak kata Berbasis Gambar dalam Pembelajaran Berbicara Bahasa Prancis” oleh Yani (2012). Mengemukakan bahwa hasil penelitian menunjukkan peningkatan nilai rata-rata pada siklus I, II, dan III yaitu 75.83 (cukup), 80.00 (baik), dan 89.20 (sangat baik). Dari hasil penelitian tersebut dapat dibuktikan bahwa penerapan teknik acak kata berbasis gambar dapat meningkatkan penguasaan kosakata dalam berbicara bahasa Prancis mahasiswa semester III.
2.2 Media Permainan Kartu Kata Bergambar
Kegiatan belajar mengajar akan lebih meyenangkan jika dilakukan menggunakan bantuan media pembelajaran sebagai penyampai materi. Media permainan kartu acak kata bergambar adalah salah satu media yang dapat dijadikan alat sebagai penyampai materi untuk pembelajaran bahasa Prancis. 2.2.1 Hakikat Media Pembelajaran
Media pembelajaran mempunyai peranan yang penting dalam proses kegiatan belajar mengajar. Dengan adanya media, proses kegiatan belajar mengajar semakn dirasakan manfaatnya. Pemggunaan media diharapkan akan menimbulkan dampak positif, seperti timbulnya proses pembelajaran yang lebih kondusif, terjadi umpan balik dalam proses belajar mengajar, dan mencapai hasil yang optimal. Berbicara mengenai media, tentu memiliki cakupan yang luas. Oleh karena itu, masalah media akan dibatasi ke arah yang relevan dengan pembelajaran yaitu media pembelajaran.
media pembelajaran adalah media pendidikan yang secara khusus digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu yang sudah dirumuskan.
Kehadiran media pembelajaran dalam proses pengajaran diharapkan dapat menyentuh aspek-aspek psikologis sehingga terjadi proses belajar mengajar dalam diri siswa tersebut. Seperti pendapat Sadiman (2003:102), media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim pesan ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran perasaan, serta perhatian siswa agar proses belajar terjadi.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan suatu bentuk peralatan, metode, atau teknik yang digunakan untuk menyalurkan pesan, membantu mempertegas bahan pelajaran, sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa dalam proses belajar. Dalam hal ini penerima pesan adalah siswa, jadi sebaiknya dalam pembelajaran bahasa asing khususnya bahasa Prancis tidak lepas dari penggunaan media.
2.2.2 Fungsi Media Pembelajaran
Media pembelajaran sebenarnya alat bantu yang berguna bagi pendidik dalam membantu menyampaikan isi materi. Secara umum, media pembelajaran berfungsi mengarahkan siswa untuk memperoleh berbagai pengalaman belajar. Pengalaman belajar tergantung adanya interaksi siswa dengan media. Dengan penggunaan media yang tepat dan sesuai dengan tujuan pembelajaran, tentunya akan mempertinggi hasil belajar.
1) Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih mencapai standar. 2) Pembelajaran menjadi lebih menarik.
3) Pembelajaran menjadi lebih interaktif.
4) Dengan menerapkan teori belajar, waktu pembelajaran dapat dipersingkat.
5) Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan.
6) Proses pembelajaran dapat berlangsung kapan dan dimanapun diperlukan.
7) Sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses pembelajaran dapat ditingkatkan.
Dengan demikian media pembelajaran dapat dijadikan sarana untuk menyampaikan isi materi.
2.2.3 Jenis dan Klasifikasi Media Pembelajaran
Media pembelajaran merupakan komponen instruksional yang meliputi pesan, teknik latar, dan peralatan. Dengan masuknya berbagai pengaruh kedalam dunia pendidikan ini, laju perkembangan teknologi yang maju, media pembelajaran tampil dalam berbagai jenis. Dari sinilah timbul klasifikasi dan pengelompokkan media pembelajaran.
Menurut Rudy Brezt dalam (Indriana 2011:55), media pengajaran itu mempunyai bentuk informasi yaitu suara, gambar, cetakan, grafik, garis, dan gerakan. menurut Briggs (Arsyad 2002) le média d’apprentissage est la facilité physique pour transmettre les matières soit des livres, des films, des video, et des image.
1) Gambar diam seperti foto, gambar, majalah, lukisan. 2) Gambar seri.
3) Wall cart seperti gambar, denah atau bagan yang biasa digantungkan didinding.
4) Flash chard berisi kata-kata bergambar untuk mengembangkan kosakata.
Klasifikasi media melalui bentuk dan cara penyajiannya, maka format klasifikasi media pengajaran secara umum adalah:
1) Media visual yang meliputi media grafis, bahan cetak, dan gambar diam.
2) Media proyeksi diam yang meliputi OHP/OHT, opaque projector, slide, dan filmstrip.
3) Media audio yang meliputi media radio, media alat perekam pita magnetik.
4) Media audio visual diam yang meliputi media sound slide (slide suara), film strip bersuara, dan halaman bersuara.
5) Media film, televisi, dan multimedia.
Menurut Harjanto (2005:243-244) ada dua alasan media pendidikan dapat berkenaan dengan manfaat media pendidikan, dalam proses belajar siswa, yang pertama yaitu :
1) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik.
3) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar. Sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktifitas lain seperti mengamati, melakukan latihan, mendemonstrasikan, dll. 4) Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar.
Alasan kedua adalah taraf berfikir manusia mengikuti perkembangan, dimulai dan berfikir sederhana menuju berfikir kompleks. Penggunaan media erat kaitannya dengan tahapan berfikir tersebut, sebab melalui media pendidikan hal-hal yang abstrak dapat dikonkretkan, dan hal-hal-hal-hal yang kompleks dapat disederhanakan.
Media pembelajaran dapat dibagi menjadi :
1) Media yang didengar (auditory), misalnya radio dan tape recorder;
2) Media yang dapat dilihat (visual), misalnya kartu dan gambar; 3) Media yang didengar dan dilihat (auditory dan visual), misalnya
film, video, dll;
4) Media permainan (games) misalnya teka-teki, scrabble, acak kata.
Berdasarkan beberapa klasifikasi di atas maka dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggabungkan antara media permainan (games) dengan media yang dapat dilihat (visual) yaitu teknik permainan acak kata bergambar .
2.2.4 Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran
membingungkan bagi para pendidik, tetapi di sisi lain juga merupakan moment untuk penilaian kreatifitas mereka. Connel dalam (Indriana 2011:27) menyatakan dengan tegas agar menggunakan media yang memiliki kesuaian dengan kebutuhan belajar. Dengan demikian, secara sederhana media apa pun dapat digunakan dalam aktivitas belajar mengajar asalkan sesuai dengan tujuan pembelajaran dan pengajaran itu sendiri.
Sudjana (2009:103) mengemukakan beberapa kriteria dalam memilih media pembelajaran, sebagai berikut :
1) Ketepatan dengan tujuan pembelajaran.
2) Dukungan terhadap isi bahan pembelajaran. Adanya media pembelajaran akan lebih mudah dipahami siswa.
3) Media yang digunakan mudah diperoleh, murah, sederhana dan praktis penggunaannya.
4) Keterampilan guru dalam menggunakan media dalam proses pembelajaran.
5) Tersedia waktu untuk menggunakannya, sehingga media tersebut dapat bermanfaat bagi siswa selama pembelajaran berlangsung. 6) Sesuai dengan taraf berpikir siswa
Hafni (Hairudin 2008:7) mengemukakan bahwa media yang akan dipilih hendaknya memiliki karakteristik yaitu relevan dengan tujuan, sederhana, esensial, menarik dan menantang. Jadi secara umum kriteria pemilihan media pembelajaran dapat dikelompokkan:
1) Kesesuaian dengan tujuan pengajaran. 2) Kesesuaian dengan materi yang diajarkan.
4) Kesesuaian dengan karakteristik siswa. 5) Kesesuaian dengan gaya belajar siswa.
Dari beberapa penjelasan mengenai kriteria media pembelajaran tersebut dapat disimpulkan bahwa permainan acak kata bergambar sesuai untuk pembelajaran berbicara bahasa Prancis. Hal ini dapat dilihat dari kesesuaian dengan tujuan pembelajaran yang didalamnya disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan. Alat yang digunakan pun sangat sederhana yaitu hanya dengan kartu persegi yang didalamnya terdapat gambar dan kata-kata yang digunakan untuk memperjelas gambar. Teknik permainan yang digunakan juga sangat sederhana yaitu siswa secara berpasangan mengambil kartu kata masing-masing kemudian dilakukan tanya jawab secara bergantian mengenai gambar yang terdapat dalam kartu. 2.2.5 Keunggulan Permainan Sebagai Media Pembelajaran
Permainan sebagai salah satu media pendidikan sangat dianjurkan oleh para ahli psikologi karena sangat bermanfaat bagi perkembangan kognitif dan kreatif anak didik.
Menurut Huizinga dalam Sopiawati (2010:135) menyebutkan bahwa :
“ Le jeu est une action ou une activité volontaire, accomplie dans certaines limites fixées de temps et de lieu, suivant une règle librement consentie mais
complètement impérieuse, pourvue d’une fin de soi, accompagnée d’un sentiment de tension ou de joie, et d’une conscience d’être”.
http://www.bahasaarabsdit.com/2009/07/inovasi-pembelajaran-dengan-metode.html sebagai media pendidikan, permainan mempunyai beberapa
kelebihan, yaitu :
1) Permainan adalah sesuatu yang menyenangkan untuk dilakukan, sesuatu yang menghibur dan menarik.
2) Permainan memungkinkan adanya partisipasi aktif dari siswa untuk belajar.
3) Permainan dapat memberikan umpan balik langsung.
4) Permainan memungkinkan siswa untuk memecahkan masalah-masalah yang nyata.
5) Membantu siswa meningkatkan kemampuan komunikatifnya. 6) Membantu siswa yang sulit belajar dengan metode tradisional. 7) Mainan bersifat luwes, dapat dipakai untuk berbagai tujuan
pendidikan. Permainan dapat dengan mudah dibuat dan diperbanyak.
Sedangkan menurut Ruswandi (2004:7) dalam buku games for islamic mentoring, teknik permainan memiliki beberapa keunggulan:
1) Singkat karena waktu yang digunakan bisa di minimalisasikan. 2) Tidak membutuhkan biaya yang besar.
3) Partisipatif, games melibatkan siswa baik secara fisik (termasuk pergerakan) maupaun fisiologis (seperti perhatian secara mental dan
visual). Games membantu perhatian siswa dan membuat mereka berfikir, bereaksi, dan tertawa.
4) Menggunakan alat bantu (media), games melibatkan penggunaan alat-alat sederhana untuk menambah kesan realistis pada kegiatan. 5) Beresiko rendah, tingkat keberhasilan games cukup tinggi bila
6) Adaptasi yang mudah, games dapat disesuaikan dengan beragam situasi dan penekanan pada poin-poin yang berbeda. Bahkan games juga dapat dimodifikasi tanpa menghilangkan kesan dan karakter aslinya.
Huizinga dalam (Sopiawati 2010:136) juga mengemukakan keunggulan permainan dalam pembelajaran yaitu :
“Le jeu permet de proposer une grande variété de situations motivantes et familières, de modifier le rythme d’un cours et de relancer l’intérêt des apprenants, d’apporter aux apprenants un moment où ils s’approprient l’action,
de faire répéter et réutiliser de façon naturelle des structures, du vocabulaire,
d’améliorer les compétences de prononciation et de compréhension par une mise de situation, d’obtenir une attention et une implication de l’ensemble des
apprenants, et de faire participer les apprenants timides ou anxieux.”
(Permainan memberikan berbagai macam situasi yang memotivasi dan nyaman, mengubah ritme pembelajaran dan memberikan ketertarikan bagi para pembelajar, membawa pembelajar ke dalam situasi di mana mereka beraksi, mengulangi dan mempelajari kembali cara alami bentuk, kosakata, meningkatkan kemampuan pelafalan dan pemahaman dalam sebuah situasi, meraih perhatian dan keterlibatan pembelajar, serta mengikutsertakan pembelajar yang pemalu atau pembelajar yang merasa cemas).
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam proses belajar mengajar, permainan untuk meningkatkan pembelajaran adalah bersifat positif. Dengan media permainan dalam pembelajaran siswa merasa tertarik dan tertantang untuk lebih mengetahui materi pembelajaran.
keefektifan media permainan yang akan peneliti lakukan dalam pembelajaran berbicara bahasa Prancis.
2.2.6 Kartu Kata Bergambar
Kartu yang dalam aplikasinya memiliki berbagai variasi dan ukuran merupakan alat bantu ajar yang praktis, selembar kartu dapat dibuat dari kertas biasa (HVS), karton manila, atau kertas cover Soetopo (2009:25).
Kartu kata bergambar menurut Wibawa dan Mukti dalam (Wahyuningsih 2014:9) adalah kartu yang berisi kata-kata, gambar atau kombinasi dan dapat digunakan untuk mengembangkan perbendaharaan kata-kata dalam mata pelajaran bahasa pada umumnya dan bahasa asing pada khususnya. Begitu pula menurut House dalam (Wahyuningsih 2014:10) juga mengemukakan bahwa kartu kata bergambar adalah kartu yang berukuran 12x8cm, yang berisi kata, gambar atau kombinasinya.
Susanto (2011:108), mengemukakan bahwa kartu kata bergambar adalah kartu-kartu bergambar yang dilengkapi kata-kata. Arsyad (2011:119-120), mengemukakan bahwa kartu kata bergambar adalah kartu kecil yang berisi gambar, teks, atau tanda simbol yang mengingatkan dan menuntun siswa kepada sesuatu yang berhubungan dengan gambar itu.
Adapun kelebihan dalam kartu kata bergambar menurut Indriana (2011:69), yaitu:
1) Mudah dibawa ke mana-mana.
3) Gampang diingat karena karakteristik media flashcard adalah menyajikan pesan-pesan pendek pada setiap kartu yang disajikan. Sajian pendek ini akan memudahkan siswa untuk mengingat pesan-pesan tersebut. Kombinasi antara gambar dan teks cukup memudahkan siswa untuk mengenali suatu konsep.
4) Menyenangkan sebagai media pembelajaran, bahkan bisa digunakan dalam permainan.
Dalam penelitian ini, kartu kata yang digunakan adalah kartu persegi panjang dengan bahan kertas karton yang didalamnya terdapat gambar dan kata-kata untuk memperjelas gambar.
2. 3 Keterampilan Berbicara
Dalam pembelajaran bahasa, ada empat keterampilan yaitu Berbicara, Menulis, Menyimak, dan Membaca. Salah satu keterampilan yang harus dikuasai adalah keterampilan berbicara.
2.3.1 Definisi Berbicara
Berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang lebih sering memilih berbicara untuk berkomunikasi, karena komunikasi lebih efektif jika dilakukan dengan berbicara. Berbicara memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa ahli bahasa telah mendefinisikan pengertian berbicara, diantaranya sebagai berikut.
bertujuan untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan orang tersebut.
Bellenger (1996:110) bahwa “l’expression orale est un aiguillon capital de
plusieurs enjeux de la vie : la qualité de nos relations humaines, la mise en valeur de notre compétence professionnelle, notre propre développement personnel
comme notre équilibre psychique, notre ascendant et notre aptitude à persuader”. (Menurut Bellenger, ungkapan lisan adalah suatu yang sangat pokok di dalam kehidupan : mutu hubungan antarmanusia, peningkatan tentang keahlian profesional kita, pengembangan pribadi kita sendiri sebagai pertimbangan kekuatan batin kita, yang mempengaruhi kita dan pancaindera yang kita miliki. Berdasarkan beberapa pengertian yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa berbicara adalah sesuatu yang sangat pokok yang berupa kemampuan seseorang untuk bercakap-cakap dengan mengujarkan bunyi-bunyi bahasa untuk menyampaikan pesan berupa ide, gagasan, maksud, atau perasaan, untuk melahirkan interaksi dengan orang lain.
2.3.2 Tes Keterampilan Berbicara
Tes atau evaluasi tak pernah luput dari kegiatan belajar mengajar. Tes dilakukan untuk mengukur kemampuan siswa setelah dilakukan pembelajaran. Masing-masing tes yang dilakukan disesuaikan dengan ketentuan dan jenis-jenis tes, termasuk dalam tes berbicara.
Jenis-jenis tes berbicara menurut Nurgiyantoro (2012:401) adalah : 1. Berbicara berdasarkan gambar
pembelajar bahasa asing pada tahap awal. Rangsang gambar yang dipakai sebagai rangsang berbicara dikelompokkan kedalam gambar objek dan gambar cerita. Gambar objek merupakan gambar tentang objek tertentu yang berdiri sendiri seperti binatang, kendaraan, pakaian, alam, dan lain-lain. Sedangkan gambar cerita adalah gambar susun yang terdiri dari sejumlah panel gambar yang saling berkaitan yang secara keseluruhan membentuk sebuah cerita.
2. Berbicara berdasarkan rangsangan suara
Tugas berbicara berdasarkan rangsang suara yang lazim dipergunakan adalah suara yang berasal dari siaran radio atau rekaman yang disengaja dibuat untuk maksud itu.
3. Berbicara berdasarkan rangsang suara visual dan suara
Berbicara berdasarkan rangsang visual dan suara merupakan gabungan antara berbicara berdasarkan gabungan gambar dan suara di atas. Namun, wujud visual yang dimaksud sebenarnya lebih dari sekedar gambar. Contoh rangsang yang dimaksud yang paling banyak dikenal adalah siaran televisi, video, dll.
4. Bercerita
Tugas cerita yang dimaksud disini ada kemiripan dengan tugas bercerita berdasarkan rangsang diatas, namun lebih luas cakupannya. Rangsang yang dijadikan bahan untuk bercerita dapat berupa buku yang sudah dibaca, berbagai cerita (fiksi dan cerita lama), berbagai pengalaman dll.
5. Wawancara
dipelajarinya. Wawancara biasanya dilakukan terhadap seorang pembelajar yang kompetensi bahasa lisannya, bahasa target yang sedang dipelajarinya, sudah cukup memenuhi sehingga memungkinkan untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya dalam bahasa itu.
6. Berdiskusi dan debat
Tugas berbicara yang dimasukkan dalam bagian ini adalah berdiskusi, berdebat, berdialog, dan seminar.
7. Berpidato
Dilihat dari segi kebebasan peserta didik memilih bahasa untuk mengungkapkan gagasan, berpidato, mempunyai persamaan tugas dengan bercerita. Dalam kaitannya dengan pembelajaran (dan tes ) bahasa di sekolah, tugas berpidato dapat berwujud permainan simulasi.
Dalam penelitian ini, menggunakan jenis berbicara pada poin yang pertama yaitu Berbicara berdasarkan gambar, karena metode yang digunakan adalah teknik acak kata bergambar. Siswa dapat berbicara menggunakan rangsangan gambar. 2.3.3 Kriteria Penilaian Keterampilan Berbicara
Evaluasi atau penilaian keterampilan berbicara juga tak lepas dari berbagai aspek atau kriteria penilaian.
Menurut tagliante (2005:65-66), ada beberapa aspek yang dapat dinilai dalam keterampilan berbicara, yaitu :
1. Le fond (dasar)
1) Les idées, les informations, l’argumentation (isinya jelas, gagasan-gagasannya menarik)
2) La structure, l’organisation du message (pesan yang disampaikan logis) 3) Le langage (kebenaran atau ketepatan kata)
2.La forme (bentuk)
Bagian inilah yang paling sulit untuk dievaluasi. Penguji harus menghargainya. Bagian ini meliputi :
1) L’attitude générale, la gestuelle
Sikap tidak kaku, tenang atau santai, wajah expressif
2) La voix, le volume, l’articulation, le débit, la fluidité, la spontanité Suara, volume, artikulasi, cara mengucapkan (jelas), kelancaran 3) Le regard, les pauses, les silences
Pandangan mata, jeda, keadaan diam 4) d. La capacité à interagir
Aspek ini menilai kemampuan untuk berinteraksi secara lisan dalam pembentukan makna
3.La prononciation (pengucapan)
concrètes).
Dari kriteria penilaian keterampilan berbicara diatas, peneliti menggunakan kriteria penilain berdasarkan tingkataan (niveau) A1 karena sebagian besar kriteria penilaian yang terdapat dalam rubrik penilaian A1 juga terdapat dalam kriteria penilaian kterampilan berbicara yang sebelumnya dikemukakan oleh Tagliante. Peneliti menggunakan penilaian berbicara tingkatan A1 karena siswa SMA termasuk dalam kategori pembelajar bahasa asing tingkat pemula yang masuk dalam tingkatan (niveau) A1.
2.3.4 Materi keterampilan berbicara
Pada penelitian ini, teknik permainan dilakukan untuk pembelajaran berbicara. Tema kelas XI semester 1 adalah kehidupan keluarga dengan Kompetensi dasar 4.2 yaitu :
“Menyusun teks lisan dan tulis sederhana untuk mengungkapkan cara
dan kehidupan sehari-hari (la vie quotidienne) dengan memperhatikan unsur kebahasaan dan struktur dalam teks secara benar dan sesuai konteks.”
Materi yang digunakan adalah memperkenalkan anggota keluarga (Présenter les membres de famille) yang meliputi :
1. Tâche (tugas/pekerjaan)
Siswa melakukan dialog atau tanya jawab mengenai kehidupan keluarga ( la vie familiale) dengan menggunakan media acak kata bergambar.
2. Alat atau media
Menggunakan permainan acak kata bergambar yaitu kartu kata bergambar yang diacak dipilih dan dijadikan bahan untuk pembelajaran. 3. Kegiatan yang dilakukan
Melakukan dialog atau tanya jawab mengenai gambar yang terdapat dalam kartu yang dilengkapi dengan kata untuk mempertegas gambar. Verba yang digunakan untuk bertanya jawab meliputi :
1) Nom (nama) Menggunakan kata kerja S’appeler 2) Âge (umur) Menggunakan kata kerja Avoir
3) Profession (pekerjaan) Menggunakan kata kerja Être
4) Adresse (alamat) Menggunakan kata kerja Habiter
4. Materi pembelajaran
1) Susunan dalam membuat kalimat
3) Penggunaan kata ganti orang (pronom sujet) dan adjectiv possesif
Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan adalah teknik permainan dengan konsep tanya jawab. Dua orang siswa maju kedepan kelas kemudian memilih kartu yang sudah diacak, kartu tersebut menjadi bahan untuk bertanya jawab. Misalnya seorang siswa mendapat sebuah kartu bergambar
LE PÈRE
Siswa A yang mendapat kartu tersebut dapat bertanya kepada siswa B seputar isi gambar tersebut begitu juga sebaliknya, siswa B mengajukan pertanyaan kepada siswa A seputar gambar yang di dapat. Seperti :
A : Qui est-ce ?
B : C’est mon père
A : Comment s’appelle-t-il ?
B : Il s’appelle Junaedi
A : Quelle est sa profession ?
B : Il est jurnaliste
B : Il a 40 ans
A : Où habite-t-il ?
B : Il habite à Jakarta
Gambar yang digunakan adalah gambar yang menunjukkan anggota keluarga dan memungkinkan siswa dapat menjawab pertanyaan berkaitan dengan anggota keluarga masing-masing.
2.4 Kerangka Pikir
Keterampilan berbicara merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh para pembelajar bahasa Prancis karena berbicara juga merupakan suatu media atau sarana untuk mengungkapkan isi pikiran lewat lisan. Mengingat pentingnya peranan berbicara, maka dalam pengajaran bahasa asing, khususnya bahasa Prancis, pengajaran berbicara perlu disajikan sedemikian rupa agar dapat menarik dan dapat merangsang siswa untuk aktif berbicara.
Misalnya siswa A mendapatkan kartu dengan gambar seorang Ibu dan di bawahnya ditambah dengan kata yang menunjukkan keterangan la mère, siswa A mengajukan pertanyaan kepada siswa B yang memungkinkan terdapat dalam gambar seperti a). Qui est-ce ? b). Comment s’appelle t-elle? c). Quelle est sa profession ? d). Quelle âge a t-elle ?. Kemudian siswa B menjawab pertanyaan siswa A seperti a). C’est ma mère b). Elle s’appelle Saidah c). Elle est chanteuse
d). Elle a 38 ans. Begitupun sebaliknya, siswa B mengajukan pertanyaan yang memungkinkan terdapat dalam gambar yang telah dipilih kemudian siswa A menjawab pertanyaan tersebut. Gambar yang digunakan adalah gambar yang menunjukkan anggota keluarga dan memungkinkan siswa dapat menjawab pertanyaan berkaitan dengan anggota keluarga masing-masing.
Dalam penelitian ini, teknik permainan acak kata sangat memungkinkan untuk dijadikan media pembelajaran keterampilan berbicara karena didalam kartu kata tersebut terdapat kata yang diperjelas dengan gambar sehingga siswa mampu mengimajinasikan dan mengkonsep apa yang ada dalam pikiran sebelum menuangkan menjadi kalimat lisan. Dengan adanya gambar, siswa bisa lebih mudah mengungkapkan apa yang terkonsep didalam pikiran.
2.5 hipotesis
Berdasarkan uraian di atas, hipotesis penelitian ini adalah : “Teknik Permainan Acak Kata Bergambar efektif dalam pembelajaran berbicara
31 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan penelitian kuantitatif dengan metode eksperimen. Penelitian ini berdesain “One Shot Case Study” yaitu desain yang terdapat suatu kelompok diberi treatment/
perlakuan, dan selanjutnya diobservasi hasilnya. Menurut Sugiono (2011:94) pengujian hipotesis deskriptif (satu sampel) pada dasarnya merupakan proses pengujian generalisasi hasil penelitian yang didasarkan satu sampel. Dalam Penelitian ini variabel penelitiannya bersifat mandiri, oleh karena itu hipotesis penelitian tidak terbentuk perbandingan ataupun hubungan antar dua variabel atau lebih. Nilai tes siswa menggunakan patokan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh sekolah yaitu 75.
3.2 Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian. Penelitian ini memiliki dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel lainnya. Variabel bebas adalah model pembelajaran Teknik Permainan Acak Kata Bergambar, sedangkan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikatnya adalah kemampuan berbicara bahasa Prancis.
3.3 Populasi dan Sampel
berjumlah 28 siswa karena di SMA N 2 Demak hanya kelas XI IPS 4 yang mendapat mata pelajaran bahasa Prancis.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah suatu cara untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan dalam sebuah penelitian. Metode yang digunakan ini berupa metode dokumentasi dan metode tes.
3.4.1 Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data mengenai daftar siswa kelas XI IPS 4 SMA N 2 Demak, yang akan diperlukan dalam penelitian.
3.4.2 Metode Tes
Metode tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengambil data tentang kemampuan berbicara kelas XI IPS 4 SMA N 2 Demak setelah menggunakan model pembelajaran Teknik Permainan Acak Kata Bergambar. Tes akan dilakukan sebelum dan sesudah model pembelajaran Teknik Permainan Acak Kata Bergambar digunakan dalam pembelajaran.
3.5 Instrumen Penelitian
Tes hanya dilakukan satu kali yaitu berupa test yang digunakan untuk mengetahui kemampuan berbicara siswa sesudah pembelajaran penggunakan model Teknik Permainan Acak Kata Bergambar.
Adapun tes yang digunakan tertuang dalam kisi-kisi berikut : Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrumen
Variabel Sub-variabel Jenis tes
Kemampuan berbicara habiter, avoir,Adjectif possesif (votre, notre, vos, nos, leur, leurs) .ne.... pas.
mince, gros) Acte de parole :
1. présenter la famille 2. poser des questions sur
les membres de famille,
la profession, l’age, les
adjectifs qualificatifs 3. parler de la profession,
l’âge, l’addresse, les
3. Faites un dialogue avec votre amie/amis (faites cinq phrases)pour présenter les membres de famille !
4. Demandez l’identité (le nom, la profession, l’âge, l’addresse)!
5. Utilisez les adjectifs qualificatifs (beau, belle ,petit, grand, mince, etc.)!
3. Les cartes
Tes keterampilan berbicara ini hanya terdiri dari satu tema yaitu La Vie Familiale dengan sub tema Présenter Les Membres de Famille. Tema tersebut akan dibuat dalam 15 kartu kata bergambar dengan masing-masing kartu terdiri dari satu gambar yang mewakili satu anggota keluarga, jumlah kartu disesuaikan dengan jumlah anggota keluarga yang umum terdapat dalam keluarga di Indonesia agar mudah diketahui oleh siswa. Masing-masing siswa mendapatkan satu kartu yang akan di presentasikan dengan model dialog sehingga memungkinkan siswa menjawab pertanyaan yang diajukan.
3.6 Validitas dan Reliabilitas
Untuk memperoleh data yang akurat dalam sebuah penelitian, maka diperlukan alat pengumpul data yang dapat dipertanggungjawabkan, yaitu alat-alat ukur yang harus memiliki tingkat kevalidan dan reliabel.
3.6.1 Validitas
Dalam penelitian ini uji validitas yang digunakan adalah validitas isi. Validitas isi diperoleh dengan menyesuaikan materi tes dengan materi yang diajarkan pada kelas XI IPS dalam silabus.
3.6.2 Reliabilitas
Reliabilitas instrumen merupakan syarat untuk mendapatkan hasil penelitian yang reliabel. Menurut Sugiyono (2008:110) instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Hasil nilai siswa diuji reliabilitasnya dengan menggunakan rumus product-moment sebagai berikut :
Tabel data uji reliabilitas :
untuk N = 6 = 0,811 dengan taraf kepercayaan 95%
= 0,832 > 0,811
Dapat disimpulkan bahwa hasil dari uji reliabilitas adalah reliabel. 3.7 Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan pembelajaran berbicara menggunakan model pembelajaran Teknik Permainan Acak Kata Bergambar dilakukan dalam dua kali pertemuan. Dan dalam pertemuan terakhir akan diadakan pengambilan data berupa tes.
Adapun langkah-langkah dalam penelitian pembelajaran berbicara menggunakan Teknik Permainan Acak Kata Bergambar adalah sebagai berikut :
menunjukkan kartu yang telah diambil sembari mengajukan pertanyaan kepada siswa B seputar gambar tersebut. (pertanyaan yang diajukan sesuai dengan tema yang dipelajari yaitu Présenter les membres de famille yang meliputi : le nom, la profession, l’addresse ,etc. ). 5). Siswa B menjawab pertanyaan siswa A dengan acuan gambar yang terdapat dalam kartu tersebut. 6). Kemudian gantian siswa B yang mengajukan pertanyaan dan dijawab oleh siswa A .
Kartu tersebut berisi gambar anggota keluarga dengan ditambah keterangan kata untuk memperjelas gambar. Dialog tersebut berisi tentang memperkenalkan anggota keluarga. Setelah itu, diadakan
treatment/perlakuan dengan menggunakan teknik permainan acak kata bergambar.
2. Pertemuan kedua, mengulang kosakata dan pola kalimat yang akan dipelajari sesuai tema dalam silabus yaitu Kehidupan Keluarga ( La vie Familiale) dengan sub tema Memperkenalkan Anggota Keluarga (
Présenter les membres de famille). Kemudian melakukan tes berbicara dengan berdialog menggunakan permainan acak kata bergambar seperti yang dilakukan pada perlakuan atau treatment pada pertemuan pertama.
3.8 Sistem Penelitian
Untuk mengetahui kemampuan berbicara masing-masing siswa dan dengan menyesuaikan keadaan siswa, maka penilaian berbicara menggunakan penilaian sebagai berikut :
(peut
prononcer de manière comprèhensib
le un
répertoire limité
d’expression
mémoirisées.
Penilaian ini menggunakan kriteria penilaian keterampilan berbicara (la production orale) berdasarkan tingkatan (niveau) A1 menurut Tagliante (2005:68).
Setelah skor ditentukan, dalam menghitung nilai masing-masing siswa
menggunakan rumus x 100.
3.9 Kriteria Skor Penilaian
Tabel 3.9.1 Compréhension de la consigne (pemahaman, mencakup isi dan kemampuan memahami bahasa maupun perintah)
Nilai Kriteria penilaian
1 Mampu memasukkan semua unsur yang diminta dalam perintah soal.
0,5 Memahami perintah dengan lambat namun dapat melakukan percakapan meskipun kadang-kadang perlu penjelasan.
Tabel 3.9.2Performance globale (mencakup keseluruhan)
Nilai Kriteria Penilaian
2 Dapat melakukan dialog, bertanya dan menjawab dengan lancar dan benar.
1,5 Pembicaraan kurang lancar namun dapat melakukan dialog, kalimat kurang lengkap.
1 Umumnya agak ragu-ragu dalam berdialog, bertanya atau membuat kalimat, sering terpaksa berdiam diri karena penguasaan bahasanya terbatas
0 Tidak dapat melakukan pembicaraan sehingga dialog benar-benar tidak berlangsung
Tabel 3.9.3Structures simples correctes (tata bahasa)
Nilai Kriteria Penilaian
3 Semua pola kalimat benar, dapat menggunakan kala waktu dan konjugasi kata kerja dengan benar
2,5 Hampir semua kalimat benar, cukup dapat menggunakan kala waktu dan konjugasi kata kerja hampir benar semua
terdapat beberapa kesalahan
1,5 Terdapat ½ bagian kesalahan dalam pola kalimat, menggunakan kala waktu dan konjugasi kata kerja
1 Terdapat ¾ bagian kesalahan dalam pola kalimat, menggunakan kala waktu dan konjugasi kata kerja
0,5 Hampir semua pola kalimat salah, tidak menguasai dalam menggunakan kala waktu dan konjugasi kata kerja
0 Semua pola kalimat salah, tidak menguasai dalam menggunakan kala waktu dan konjugasi kata kerja
Tabel 3.9.4Lexique approprié (kosakata)
Nilai Kriteria Penilaian
2 pemilihan verba sesuai, diksi tepat, mampu mencari alternatif kata
1,5 pemilihan verba sesuai, hampir semua diksi tepat, mampu mencari alternatif kata
0,5 Pemilihan verba cukup sesuai, diksi kurang tepat dan tidak mampu mencari alternatif kata
0 Pemilihan verba tidak sesuai, semua disi tidak tepat dan tidak mampu mencari alternatif kata
Tabel 3.9.5Correction phonetique (pelafalan)
Nilai Kriteria Penilaian
2 Ucapan sudah jelas dan lancar
1,5 Tidak terjadi salah ucapan yang mencolok, mendekati ucapan standar
1 Sering terjadi kesalahan pengucapan namun tidak menyebabkan kesalahpahaman
0,5 Sering terjadi kesalahan besar dan aksen yang kuat menylitkan pemahaman, menghendaki untuk selalu diulang
3.10Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, menggunakan sampel satu kelas 37 siswa. Pada analisis data tahap akhir ini, akan diuji kebenaran hipotesis yang menyatakan efektivitas teknik permainan acak kata bergambar dalam pembelajaran keterampilan berbicara siswa elas XI SMA N 2 Demak. Untuk itu data yang dianalisis adalah hasil belajar berbicara bahasa prancis dalam materi memperkenalkan anggota keluarga dengan menggunakan teknik prmainan acak kata bergambar. Dalam penelitian ini, pembelajaran dikatakan efektif apabila memenuhi indikator keberhasilan yakni nilai ketuntasan belajar kelas eksperimen lebih besar dari standar kriteria ketuntasan klasikal yaitu 85%.
Untuk mencari nilai ketuntasan belajar kelas eksperimen menggunakan rumus sebagai berikut :
Ketuntasan belajar klasikal= x 100%
Untuk menentukan ketuntasan belajar siswa (individual) dapat dihitung dengan menggunkan persamaan sebagai berikut (Trianto, 2010:241) :
Ketuntasan belajar individu = x 100%
46
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini diuraikan hasil penelitian berupa hasil pengumpulan data dan pembahasan hasil penelitian yang mencakup analisis hasil penelitian dan pembahasannya.
4.1 Subjek Penelitian
4.2 Hasil Nilai Siswa Berdasarkan tes
Tes dilakukan dalam satu kali pertemuan yaitu pertemuan kedua. Mengulas kembali materi yang telah diajarkan yaitu memperkenalkan anggota keluarga (Présenter les membres de famille) kemudian, melakukan kegiatan berbicara menggunakan model pembelajaran Teknik Permainan Acak Kata Bergambar yaitu siswa secara berpasangan mengambil masing-masing satu kartu yang berisi gambar yang telah diacak sebelumnya kemudian melakukan dialog secara bergantian dan melakukan tes berbicara.
Berikut adalah hasil nilai siswa berdasarkan tes berbicara:
19 Miftakhah 7,5 75 mengalami kesalahan dalam membuat kalimat. Siswa lebih banyak menemukan ide untuk bertanya dan menjawab berdasarkan gambar.
4.4 Analisis Data
Untuk mengetahui apakah metode pembelajaran dengan menggunakan teknik permainan acak kata bergambar efektif digunakan dalam pembelajaran berbicara Bahasa Prancis, maka perlu adanya pengujian. Dalam penelitian ini, pembelajaran dikatakan efektif apabila memenuhi indikator keberhasilan yaitu nilai rata-rata hasil belajar kelas eksperimen lebih besar dari KKM (kriteria ketuntasan minimal) yaitu 75%. KKM tersebut berdasarkan intake, daya dukung, dan kompleksitas. Dan berdasarkan standar nilai ketuntasan klasikal yang telah ditentukan Depdikbud yaitu 85%.
Rekapitulasi nilai tes siswa :
Untuk mencari nilai ketuntasan belajar kelas eksperimen menggunakan rumus sebagai berikut :
Ketuntasan belajar = x 100 %
Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini kurang efektif dilakukan dalam pembelajaran berbicara. Hal tersebut dapat dilihat dari persentase nilai yang didapat oleh siswa berdasarkan ketuntasan nilai belajar yaitu sebesar 75% yang kurang dari standar ketuntasan nilai berdasarkan dikbud yaitu 85%, ada 21 siswa (75%) yang memenuhi KKM dan 7 siswa (25%) yang tidak memenuhi KKM atau memperoleh nilai dibawah KKM dengan perolehan skor paling rendah yaitu 6.0. Siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM rata-rata tidak menguasai struktur kalimat dengan baik, pelafalan kalimat yang tidak jelas dan kurang tepat dalam memilih kata atau bisa dikatakan kemampuan setiap individu berbeda-beda. Namun demikian, nilai rata-rata siswa yang mencapai 78.0 lebih besar dari nilai KKM yaitu 75 yang dapat dikategorikan Baik.
Dari hasil rekapitulasi nilai tersebut, dapat disimpulkan bahwa rata-rata siswa kurang dapat melafalkan kalimat dalam bahasa Prancis dengan baik, hal tersebut dapat dilihat dari rata-rata perolehan skor pada pelafalan yaitu skor = 1. Untuk itu, perlua adanya pelatihan dalam melafalkan kalimat dalam bahasa Prancis.
4.5 Analisis Media Kartu Kata Bergambar
Soal yang diberikan adalah sebagai berikut :
Consigne
1. Prenez une carte !
2. Observez bien cette image !
3. Faites un dialogue avec votre amie/amis (faites cinq phrases)pour présenter les membres de famille !
4. Demandez l’identité (le nom, laprofession, l’âge, l’addresse)!
5. Utilisez les adjectifs qualificatifs (beau, belle ,petit, grand, mince, etc.)!
Media kartu kata bergambar :
1.
Gambar 4.1 gambar media pembelajaran Ayah
Media dengan gambar yang menyatakan seorang Ayah dengan Profesi sebagai Pilot, dipilih oleh 2 siswa. Rata-rata dapat membuat kalimat dan berdialog dengan benar sesuai perintah soal. Mereka dapat bertanya dan menjawab mengenai le
qualificatifs meskipun ada beberapa kata kerja dan penggunaan subjek yang tidak sesuai dengan konteks kalimat, misalnya elle est pilote, il a pilote.
2.
Gambar 4.2 gambar media pembelajaran Ibu
Media gambar seorang wanita dengan dilengkapi kata la mère dipilih oleh 4 siswa. Dari keempat siswa tersebut, rata-rata dapat membuat kalimat dengan benar sesuai perintah soal dan semuanya dapat menyebutkan profesi la professeur sesuai dengan gambar yang dilihat. Mereka juga dapat menyebutkan kata sifat seperti elle est jolie, elle est belle, etc.
Gambar 4.3 gambar media pembelajaran saudara laki-laki
Media yang menggambarkan seorang lelaki dengan dilengkapi kata le frère
dipilih oleh 1 siswa. Siswa tersebut dapat membuat kalimat dengan benar sesuai perintah soal dan dapat mengungkapkan le nom, l’âge, l’adresse, la profession meskipun ada beberapa kalimat yang kurang jelas tetapi masih bisa dipahami. Misalnya saat menyebutkan kalimat il a policier, il est 25 ans.
4.
Gambar 4.4 gambar media pembelajaran saudara perempuan
Media gambar tersebut menggambarkan seorang wanita yang memegang
5.
Gambar 4.5 gambar media pembelajaran ipar perempuan
Media yang menggambarkan seorang wanita dilengkapi dengan keterangan kata la belle-soeur dipilih oleh 2 siswa. Rata-rata dari kedua siswa tersebut dapat berdialog dengan benar sesuai konteks dan perintah soal, mereka dapat mengungkapkan semua komponen dalam memperkenalkan orang lain seperti le
nom, l’âge, l’adresse, la profession.
6.
Media tersebut mengambarkan seorang gadis yang sedang berlenggok lengkap dengan kostum tari dan dilengkapi dengan kata la nièce dipilih oleh 2 siswa. Dari kedua siswa tersebut rata-rata dapat membuat kalimat dan berdialog sesuai perintah soal meskipun masih terdapat kesalahan atau kurang tepat dalam menyebutkan umur yang sesuai dengan gambar misalnya elle a trente ans.
7.
Gambar 4.7 gambar media pembelajaran Kakek