Lutfah Aminah, 2013
PENGGUNAAN TEKNIK PERMAINAN KOTAK KATA
DALAM UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA
(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Cimahi
Tahun Ajaran 2012/ 2013)
SKRIPSI
diajukan sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
oleh
Lutfah Aminah
NIM 0906339
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
Lutfah Aminah, 2013
Penggunaan Teknik Permainan Kotak Kota Dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2013
Penggunaan Teknik Permainan
Kotak Kata Dalam Upaya
Meningkatkan Keterampilan Berbicara
Oleh Lutfah Aminah
Lutfah Aminah, 2013
© Lutfah Aminah 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Lutfah Aminah, 2013
ABSTRAK
PENGGUNAAN TEKNIK PERMAINAN KOTAK KATA DALAM UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA
(Penelitian Tindakan Kelas terhadap Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Cimahi Tahun Ajaran 2012/2013)
oleh Lutfah Aminah
Skripsi ini berjudul “Penggunaan Teknik Permainan Kotak Kata dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara (Penelitian Tindakan Kelas terhadap Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Cimahi Tahun Ajaran 2012/2013)”. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kemampuan berbicara siswa dalam mengemukakan pendapat dengan menggunakan teknik permainan kotak kata.
Penelitian ini dilaksanakan di kelas X-9 SMA Negeri 3 Cimahi dengan menggunakan metode Classroom Action Research (Penelitian Tindakan Kelas) yaitu suatu penelitian tindakan yang dilakukan di kelas. Penelitian ini merupakan suatu proses mengkaji dan merefleksi suatu pendekatan pembelajaran dengan tujuan meningkatkan proses dan produk pengajaran di kelas.
Metode yang dilakukan peneliti terdiri atas tiga tahap, yaitu perencanaan, tindakan, dan refleksi. Ketiga tahap tersebut merupakan sebuah siklus yang berlangsung secara berulang dan dilakukan dengan langkah yang sama.
Berdasarkan hasil penelitian, data menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat dengan menggunakan Teknik Permainan Kotak Kata mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari skor siswa mulai dari siklus I sampai siklus III. Pada siklus I jumlah siswa yang mengemukakan pendapat sebanyak 20 orang atau 52,63%. Pada siklus II jumlah siswa yang mengemukakan pendapat mengalami peningkatan sebesar 15,94%, yaitu sebanyak 24 orang atau 68,57%. Pada siklus III jumlah siswa yang mengemukakan pendapat mengalami peningkatan sebesar 17,54%, yaitu sebanyak 31 siswa atau 86,11%. Rata-rata aktivitas siswa pada siklus I sebanyak 53,50%, aktivitas siswa pada siklus II mengalami peningkatan 14,11% yaitu sebanyak 67,61%, dan aktivitas siswa pada siklus III sebanyak 81,38%, yaitu mengalami peningkatan sebesar 13,77% dari siklus II.
Lutfah Aminah, 2013 ii Abstract
USE BOX WORD GAMES ENGINEERING EFFORTS TO INCREASE SKILL SPEAK
(Classroom Action Research to Class X Students Cimahi Senior High School 3 Academic Year 2012/2013)
The Use of Word Box Game in Improving 10th Grade Students' Speaking Skill in Cimahi senior high school 3. This research is aimed to know students' speaking skill in delivering their opinion by using box word game. Research method which is used is descriptive method with the Classroom Action Research. Based on the research, the data shows that students' speaking skill in delivering their opinion by using box word game technique has an improvement. The improvement can b seen from students' score from the first cycle up to the third cycle. In the first cycle, the amount of students that deliver their opinion is twenty students or 52,63%. In the second cycle, students who deliver their opinion increase about 15,94%, that is about 24 students or 68,57%. In the third cycle, students who deliver their opinion increase about 17,54%, that is 31 students or 86,11%
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMAKASIH... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GRAFIK ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Masalah ... 6
1. Identifikasi Masalah ... 6
2. Batasan Masalah... 6
3. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian... 7
D. Manfaat Penelitian... 7
1. Manfaat Teoritis ... 7
2. Manfaat Praktis ... 8
E. Definisi Operasional ... 8
F. Anggapan Dasar ... 9
BAB II KETERAMPILAN BERBICARA MENGGUNAKAN TEKNIK PERMAINAN KOTAK KATA A. Hakikat Berbicara ... 10
vii
Lutfah Aminah, 2013
2. Kaitan Keterampilan Berbicara dengan Keterampilan Berbahasa
yang Lain ... 11
3. Bentuk-bentuk Berbicara ... 13
4. Faktor Penunjang Keefektifan Berbicara ... 14
5. Hambatan Berbicara ... 18
B. Keterampilan Mengemukakan Pendapat ... 19
C. Teknik Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 20
D. Teknik Pembelajaran Berbicara ... 22
E. Teknik Permainan Kotak Kata ... 23
1. Pengertian Permainan... 23
2. Permainan Kotak Kata ... 24
3. Keunggulan Permainan Kotak Kata ... 25
F. Evaluasi Keterampilan Berbicara ... 26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 27
B. Subjek Penelitian ... 28
C. Instrumen Penelitian ... 29
1. Tes ... 29
2. Observasi Aktifitas Guru dan Siswa ... 29
3. Jurnal Siswa ... 33
4. Angket ... 34
5. Catatan Lapangan ... 35
D. Prosedur Penelitian ... 35
1. Identifikasi Masalah ... 35
2. Perencanaan Tindakan ... 36
3. Pelaksanaan Tindakan ... 36
4. Pemantauan ... 36
E. Prosedur Pengolahan Data ... 37
1. Pengumpulan Data ... 38
2. Analisis Data ... 39
3. Katageorisasi Data dan Interpretasi Data ... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 43
B. Pelaksanaan Siklus I ... 44
1. Perencanaan Pelaksanaan Tindakan Siklus I ... 44
2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I... 45
3. Analisis Data Hasil Observasi ... 46
4. Refleksi Tindakan Pembelajaran Siklus I ... 58
C. Pelaksanaan Siklus II ... 61
1. Perencanaan Pelaksanaan Tindakan Siklus II ... 61
2. Pelaksanaan Tindakan Siklus II ... 62
3. Analisis Data Hasil Observasi ... 64
4. Refleksi Tindakan Pembelajaran Siklus II ... 75
D. Pelaksanaan Siklus III ... 78
1. Perencanaan Pelaksanaan Tindakan Siklus III ... 78
2. Pelaksanaan Tindakan Siklus III ... 79
3. Analisis Data Hasil Observasi ... 81
4. Refleksi Tindakan Pembelajaran Siklus III... 93
E. Analisis Hasil Angket ... 95
F. Pembahasan Hasil Penelitian ... 99
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 106
ix
Lutfah Aminah, 2013
DAFTAR PUSTAKA ... 107
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Observasi Aktivitas Guru ... 30
Tabel 3.2 Observasi Aktivitas Siswa ... 32
Tabel 3.3 Angket Siswa ... 34
Tabel 3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 38
Tabel 3.5 Format Penilaian Kemampuan Berbicara dengan Menggunakan Teknik Permainan Kotak Kata ... 40
Tabel 3.6 Klasifikasi Aspek Kognitif ... 41
Tabel 4.1 Observasi Aktivitas Guru ... 46
Tabel 4.2 Observasi Aktivitas Siswa ... 50
Tabel 4.3 Skor Kemampuan Berbicara dengan Menggunakan Teknik Permainan Kotak Kata ... 52
Tabel 4.4 Kemampuan Berbicara dengan Menggunakan Teknik Permainan Kotak Kata ... 53
Tabel 4.5 Jurnal Siswa ... 57
Tabel 4.6 Observasi Aktivitas Guru ... 62
Tabel 4.7 Observasi Aktivitas Siswa ... 66
Tabel 4.8 Skor Kemampuan Berbicara dengan Menggunakan Teknik Permainan Kotak Kata ... 68
Tabel 4.9 Kemampuan Berbicara dengan Menggunakan Teknik Permainan Kotak Kata ... 69
Tabel 4.10 Jurnal Siswa ... 73
Tabel 4.11 Observasi Aktivitas Guru ... 78
Tabel 4.12 Observasi Aktivitas Siswa ... 82
Tabel 4.13 Skor Kemampuan Berbicara dengan Menggunakan Teknik Permainan Kotak Kata ... 84
xi
Lutfah Aminah, 2013
Tabel 4.15 Jurnal Siswa ... 89
Tabel 4.16 Angket Siswa terhadap Pembelajaran Berbicara dengan
Menggunakan Teknik Permainan Kotak Kata ... 92
Tabel 4.17 Rekapitulasi Sikap Siswa terhadap Pembelajaran Berbicara dengan
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Persentase Rata-rata Aktivitas Siswa pada Setiap Siklus ... 100
Grafik 4.2 Persentase Keterampilan Berbicara Siswa dengan
xiii
Lutfah Aminah, 2013
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia diberikan kemampuan berkomunikasi secara lisan yang dikenal
dengan kemampuan berbicara. Kemampuan berkomunikasi tersebut sangat
penting artinya bagi kelangsungan hidup manusia sebagai makhluk sosial.
Berbicara adalah sebuah sarana atau media bagi setiap individu untuk
menuangkan ide, gagasan, dan pemikirannya kepada orang lain.
Mulgrave dalam Tarigan (2008: 15) mengungkapkan bahwa berbicara
bukan hanya pengucapan bunyi-bunyi atau kata-kata. Berbicara adalah suatu alat
untuk mengomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan pendengar atau penyimak. Berbicara merupakan
instrumen yang mengungkapkan kepada penyimak secara langsung apakah sang
pembicara memahami atau tidak, baik bahan pembicaraannya maupun para
penyimaknya, apakah dia bersikap tenang serta dapat menyesuaikan diri atau
tidak, pada saat mengomunikasikan gagasan-gagasannya, dan apakah dia waspada
serta antusias atau tidak.
Berbicara di depan publik, suka atau tidak, merupakan keterampilan yang
harus kita kuasai dalam kehidupan kita. Pastilah kita harus berbicara di hadapan
sejumlah orang untuk menyampaikan pesan, pertanyaan, tanggapan, atau
pendapat tentang suatu hal yang kita yakini kebenarannya (Zuhri, 2010: 5). Tanpa
berbicara, seseorang akan mengucilkan dirinya sendiri dan terkucil dari
lingkungannya. Dengan berbicara pula, seseorang berusaha mengungkapkan
pikiran dan perasaannya kepada orang lain secara lisan.
Setiap orang mempunyai potensi dalam berbicara. Akan tetapi, tidak
semua orang mampu mencapai tahap terampil dalam berbicara. Hal tersebut
terjadi karena tidak semua orang mampu mengasah kemampuan berbicaranya
2
Lutfah Aminah, 2013
tingkat terampil dalam berbicara. Tarigan (2008: 1) mengatakan bahwa
keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan banyak
latihan. Untuk itu, praktik langsung berbicara merupakan cara agar kemampuan
berbicara seseorang dapat terlatih dengan mudah.
Keterampilan berbicara pada hakikatnya merupakan keterampilan
mereproduksi arus sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak,
kebutuhan, perasaan dan keinginan kepada orang lain. Dalam hal ini, kelengkapan
peralatan vokal seseorang (selaput suara, lidah, bibir, hidung dan telinga)
merupakan persyaratan alamiah yang mengizinkannya dapat mereproduksi suatu
ragam yang luas dari bunyi artikulasi, tekanan, nada, kesenyapan dan lagu bicara.
Keterampilan ini juga didasari oleh kepercayaan diri untuk berbicara secara wajar,
jujur, benar dan bertanggung jawab dengan melenyapkan problema kejiwaan,
seperti rasa malu, rendah diri, ketegangan, berat lidah (Mukhsin Ahmadi,
1990:18).
Salah satu tujuan pengajaran bahasa Indonesia adalah siswa memiliki
kemampuan menggunakan Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan
intelektual, kematangan emosional, dan kematangan sosial. Namun, dalam
realitanya tujuan tersebut belum bisa dicapai secara maksimal. Upaya ke arah
pembinaan kemampuan memahami dan mengembangkan gagasan melalui proses
berpikir yang terwujud dalam kegiatan membaca, menyimak, berbicara dan
menulis pun masih sangat memprihatinkan.
Keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis adalah bagian
penting dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dan sudah dipelajari di
berbagai tingkatan pendidikan, mulai dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah
Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK)/ Madrasah Aliyah (MA) maupun di Perguruan Tinggi. Namun,
hal itu tidak menjamin kemampuan peserta didik untuk bisa menguasai meskipun
hanya salah satu di antaranya. Hal ini menjadi pekerjaan rumah bagi seluruh
pendidik khususnya mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia karena empat
keterampilan ini tersusun secara klasikal dan hierarki. Jika salah satu di antaranya
3
Contoh, seseorang tidak akan bisa menulis jika siswa tidak rajin membaca dan
menyimak untuk menemukan inspirasi dan literatur guna mendukung gagasan
yang akan ditulis, ia juga akan sulit berbicara dan bercerita jika ia tidak pernah
menyimak dan membaca, akan sangat mustahil jika tidak membaca dan
menyimak seseorang bisa menulis dan berbicara, karena sumber dan bahan yang
akan ditulis dan dibicarakan hanya bisa ditemukan melalui kegiatan membaca
dan menyimak.
Melihat kenyataan di atas maka dapat peneliti simpulkan bahwa
keterampilan tertinggi dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia adalah
berbicara dan menulis, untuk dapat berbicara dan menulis seseorang secara
kompleks harus benar-benar menguasai dua aspek keterampilan sebelumnya.
Berbicara dalam hierarki keterampilan Bahasa dan Sastra Indonesia menduduki
posisi ketiga yaitu sebesar 24,25%. Hal ini menandakan bahwa berbicara
merupakan sesuatu yang diangggap paling sulit oleh setiap orang. Berbicara lebih
sulit daripada menyimak dan membaca karena berbicara selain membutuhkan
intelejensi yang tinggi juga kecerdasan dan kreatif memainkan kata-kata agar apa
yang disajikan menjadi nilai seni sehingga tidak membosankan bagi pendengar,
kemudian berbicara juga harus menyesuaikan dengan situasi, kondisi, papan dan
jangkauan dengan tidak lepas dari kaidah-kaidah dalam bahasa Indonesia yaitu
baku dan tidak bakunya kata yang diucapkan berdasarkan Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD) agar apa yang disampaikan benar-benar meyakinkan
pendengar.
Spekulasi pemilihan kata dalam berbicara pun juga harus benar-benar
diperhatikan, berbicara sangat bergantung dengan aspek pragmatisme, estetisme
dan etisme. Ini adalah kaidah yang harus diperhatikan agar apa yang kita
bicarakan memiliki nilai positif bagi pendengarnya. Nilai-nilai dan pesan yang
akan kita sampaikan dalam berbicara sangatlah tidak terfokus dan memiliki arti
jika kita tidak sesuai dengan tiga aspek sebagaimana tersebut.
Berdasarkan hasil observasi di SMA Negeri 3 Cimahi khususnya di kelas
X-9 pada awal bulan Januari, saat ini masih banyak siswa yang kurang terampil
4
Lutfah Aminah, 2013
bercerita di depan kelas atau berdiskusi, mereka seakan enggan, malu, dan kurang
percaya diri, bahkan pembelajaran berbicara menjadi suatu yang sangat
menyebalkan. Selain itu, dalam pembelajaran bahasa Indonesia masih ada yang
menempatkan guru sebagai pusat belajar bagi siswa. Pembelajaran hanya
berlangsung satu arah, siswa hanya sebagai penonton dan pendengar sehingga
siswa tidak mendominasi pembelajaran di kelas. Guru jarang sekali memberikan
tes berbicara pada siswa, guru lebih menekankan pada kegiatan membaca dan
menulis. Publikasi resmi SMAN 3 Cimahi dalam laman www.sman3cmi.sch.id
juga melaporkan bahwa pelajaran bahasa Indonesia dianggap sebagai pelajaran
yang membosankan.
Dalam sebuah pembelajaran berbicara, siswa sering merasa sulit dalam
mengemukakan pendapatnya, baik itu dalam sebuah diskusi, dialog ataupun tanya
jawab. Padahal, seperti yang kita ketahui mengemukakan pendapat merupakan
salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki seorang pembicara sebelum ia
dapat terampil dalam berbagai ragam keterampilan berbicara. Oleh karena itu,
penulis memilih pembelajaran mengemukakan pendapat untuk dapat
meningkatkan keterampilan siswa dalam berbicara.
Dalam menghadapi masalah di atas, harus ada tindakan-tindakan dari
pihak terkait dalam menyikapi permasalahan tersebut. Upaya yang paling
kongkret adalah dengan cara memberikan alternatif pembelajaran yang lebih baik
oleh guru agar siswa dapat lebih mudah memahami teknik, metode atau juga
ragam keterampilan berbicara sehingga akan diperoleh peningkatan kualitas dari
kemampuan berbicara siswa dalam konteks akademik.
Keberanian berbicara siswa di sekolah tidak terlepas dari kondisi guru.
Jadi, guru dituntut untuk mampu memotivasi siswa agar berani dalam berbicara.
Proses belajar mengajar yang menyenangkan merupakan salah satu faktor yang
dapat menunjang keberhasilan pembelajaran. Apabila perasaan siswa saat belajar
dalam keadaan yang asyik dan gembira, pintu masuk untuk informasi baru akan
lebih lebar dan terekam dengan baik. Oleh karena itu, guru dituntut kreatif dan
5
penggunaan teknik yang kreatif dan inovatif bisa menjadi salah satu faktor
pendorong siswa dalam pembelajaran berbicara.
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk memotivasi siswa dalam
kegiatan berbicara adalah menggunakan teknik pembelajaran yang
menyenangkan, yaitu melalui teknik permainan yang digunakan dalam proses
pembelajaran. Permainan merupakan sebuah kegiatan yang memberi peluang
kepada anak untuk dapat berswakarya, melakukan dengan menciptakan sesuatu
dengan permainan itu dengan dengan tangannya sendiri, baik dilakukan di dalam
maupun di luar ruangan.
Berdasarkan kenyataan yang ada, peneliti harus mengadakan penelitian
dengan menerapkan teknik pembelajaran, khususnya untuk meningkatkan
keterampilan berbicara siswa. Salah satu teknik yang diharapkan dapat menjadi
solusi adalah teknik permainan kotak kata.
Melalui permainanan ini siswa diharapkan dapat termotivasi untuk
berbicara di depan publik . Teknik permainan ini dipilih karena akan memberikan
suasana berbeda terhadap pembelajaran berbicara. Dengan permainan,
pembelajaran bahasa Indonesia diharapkan menjadi pembelajaran yang
menyenangkan sehingga siswa dapat menyampaikan pendapatnya tanpa ada
paksaan dari guru. Dengan demikian, suasana belajar diharapkan dapat tercipta
dengan baik dan tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Terdapat beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Sebagai
contoh, penelitian dengan menggunakan teknik permainan pernah diterapkan
dalam pembelajaran menulis puisi oleh Randhiany (2012) dengan judul “Keefektifan Teknik Permainan Kartu Kata dalam Pembelajaran Menulis Puisi Bebas”. Penelitian tersebut menunjukan bahwa teknik permainan yang digunakan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis puisi bebas.
Selain itu, Iskandar (2005) juga melakukan penelitian dengan judul “Kemampuan Bertanya dengan Teknik Permainan Twenty Question sebagai Proses Belajar Mengajar dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara”. Hasil penelitian menunjukan bahwa teknik permainan merupakan salah satu
6
Lutfah Aminah, 2013
tersebut memberikan gagasan kepada peneliti untuk melakukan penelitian
terhadap pembelajaran berbicara menggunakan teknik permainan yang lain.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti terdorong untuk melaksanakan
penelitian yang berjudul “Pengunaan Teknik Permainan Kotak Kata dalam Upaya
Meningkatkan Keterampilan Berbicara (Penelitian Tindakan Kelas terhadap Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Cimahi Tahun Ajaran 2012/2013)”.
B. Masalah
Dalam bagian ini peneliti akan memaparkan masalah yang meliputi (1)
identifikasi masalah, (3) batasan masalah, dan (2) rumusan masalah.
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti mengidentifikasi
permasalah dalam keterampilan berbicara sebagai berikut.
1) Pembelajaran bahasa Indonesia masih berpusat pada guru.
2) Pembelajaran bahasa Indonesia menjadi pembelajaran yang tidak menarik.
3) Pembelajaran berbicara merupakan pembelajaran yang kurang disukai oleh
siswa.
4) Motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran belum dikembangkan secara
optimal.
5) Guru jarang memberikan praktik dalam pembelajaran berbicara.
6) Teknik pembelajaran yang digunakan guru di sekolah kurang bervariasi.
2. Batasan Masalah
Peneliti membatasi masalah penelitian pada kemampuan berbicara siswa
agar mengungkapkan apa yang sebenarnya menjadi tujuan penelitian. Jadi,
masalah penelitian ini dibatasi pada penggunaan teknik permainan kotak kata
7
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah-masalah yang diidentifikasi di atas, masalah
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.
1) Bagaimana perencanaan pembelajaran berbicara dengan menggunakan teknik
permainan kotak kata?
2) Bagaimana pelaksanaan pembelajaran berbicara dengan menggunakan teknik
permainan kotak kata?
3) Bagaimana hasil pembelajaran berbicara dengan menggunakan teknik
permainan kotak kata?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut.
1) Memeroleh deskripsi perencanaan pembelajaran berbicara dengan
menggunakan teknik permainan kotak kata.
2) Memeroleh deskripsi pelaksanaan pembelajaran berbicara dengan
menggunakan teknik permainan kotak kata.
3) Memeroleh deskripsi kendala dan hasil pembelajaran berbicara dengan
menggunakan teknik permainan kotak kata.
D. Manfaat Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan seseorang pasti memiliki manfaat yang
dapat dirasakan orang lain. Manfaat penelitian yang digunakan oleh peneliti di
antaranya adalah sebagai berikut.
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan pengetahuan dalam
teori pembelajaran bahasa, khususnya pembelajaran berbicara agar lebih aktif,
inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan sehingga memudahkan siswa
8
Lutfah Aminah, 2013
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini bermanfaat baik bagi siswa, guru, peneliti, dan pembelajaran
bahasa dan sastra Indonesia dalam hal-hal sebagai berikut.
1) Bagi siswa, penelitian ini dapat bermanfaat karena dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam pembelajaran berbicara.
2) Bagi guru, penelitian ini bermanfaat karena penelitian ini memberikan
alternatif teknik dalam pembelajaran berbicara yang menyenangkan.
3) Bagi sekolah, penelitian ini akan bermanfaat karena dengan kualitas
pembelajaran yang baik akan mencerminkan kualitas pendidikan di sekolah
tersebut .
E. Definisi Operasional
Pembelajaran berbicara mengandung arti pembelajaran yang menuntut
siswa mampu menyampaikan, mengekspresikan, menyatakan pesan atau gagasan
dan perasaaan melalui bahasa lisan kepada lawan bicara. Dalam hal ini,
pembelajaran berbicara juga merupakan kesanggupan atau kecakapan berbicara
siswa dalam menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan pendapat.
Siswa dituntut untuk mampu mengungkapkan pendapatnya ketika pembelajaran
sedang berlangsung.
Teknik permainan kotak kata merupakan permainan dalam kegiatan
belajar mengajar di dalam kelas yang bertujuan menguji kemampuan berbicara
siswa dengan cara yang menyenangkan tanpa ada tekanan dari guru atau pihak
manapun. Permainan kotak kata ini menggunakan kubus dengan sebuah kata
kunci, di dalam kubus tersebut berisi sebuah artikel. Artikel tersebut akan
9
F. Anggapan Dasar
Dari penelitian ini, peneliti merumuskan beberapa anggapan dasar yang
menjadi landasan peneliti di antaranya sebagai berikut.
1) Kemampuan berbicara merupakan salah satu kemampuan bahasa yang harus
dimiliki oleh siswa.
2) Keterampilan berbicara membutuhkan latihan, keberanian, dan kepercayaan
diri.
3) Penggunaan teknik yang tepat dapat meningkatkan keikutsertaan siswa dalam
27
Lutfah Aminah, 2013
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode penelitian
tindakan kelas (classroom action research) yang berusaha mengkaji dan
merefleksi suatu pendekatan pembelajaran dengan tujuan meningkatkan proses
produk pengajaran di kelas. Proses pembelajaran ini tidak terlepas dari adanya
interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan siswa,
materi dan sumber belajar yang digunakan sehingga dalam penelitian ini yang
diteliti adalah hasil dan proses belajar siswa.
Penelitian ini dilakukan dalam rangka upaya mengatasi permasalahan yang
muncul di dalam kelas, yakni pembelajaran dalam menerapkan semua
keterampilan berbahasa, khususnya keterampilan berbicara siswa. Kompetensi
berbicara yang akan diambil adalah mengemukakan pendapat.
Mengenai kegiatan pembelajaran yang akan diambil di kelas, akan
disesuaikan dengan materi pembelajaran. Kegiatan tiap siklusnya terdiri atas
perumusan kembali permasalahan yang dihadapi; memformulasikan alternatif
pemecahan, perencanaan, dan persiapan tindakan, pelaksanaan tindakan, dan
observasi pembelajaran serta evaluasi kegiatan dan refleksi.
Proses penelitian tindakan kelas ini terdiri dari empat tahap yaitu, (1)
perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Keempat tahapan
tersebut merupakan sebuah siklus sehingga tahap akan berulang kembali. Hasil
28
Gambar 3.1
Model Visualisasi Bagan PTK, (dikutip dari Arikunto2007: 16)
B. Subjek Penelitian
Sekolah yang dijadikan tempat penelitian ini adalah SMA Negeri 3
Cimahi. Sekolah ini dipilih karena pada saat ini peneliti sedang melaksanakan
Program Pengalaman Lapangan (PPL). Subjek penelitiannya yaitu siswa kelas
X-9 semester 2 tahun ajaran 2012/2013. Jumlah siswa yang menjadi subjek
penelitian adalah sebanyak 38 orang yang terdiri atas 21 siswa perempuan dan 17
siswa laki-laki. Alasan peneliti memilih kelas ini berdasarkan rekomendasi dari
Perencanaan
SIKLUS I
Pengamatan
Perencanaan
SIKLUS II
Pengamatan
Pelaksanaan
Refleksi
Refleksi
Pelaksanaan
29
Lutfah Aminah, 2013
guru pamong tentang pembelajaran berbicara siswa di kelas X-9 yang kurang
memuaskan.
C. Instrumen Penelitian
Untuk mengumpulkan data-data dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan beberapa instrumen, yaitu tes, lembar observasi aktivitas guru dan
siswa, jurnal siswa, angket, sikap siswa, dan catatan lapangan.
1. Tes
Tes yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data
hasil belajar kognitif siswa setelah dilaksanakannya pembelajaran dengan
menggunakan Teknik Permainan Kotak Kata. Prosedur tes yang digunakan adalah
tes akhir yang dilaksanakan setiap akhir siklus. Sementara itu, hasil belajar siswa
pada aspek afektif dan psikomotor diukur melalui observasi dengan menggunakan
lembar observasi.
Berikut ini adalah lembar kerja siswa.
Lembar Kerja Siswa
1) Buatlah data informasi dari artikel tersebut. Anda dapat mencatat
informasi-informasi yang diperoleh dari artikel tersebut. Jangan lupa, catat sumbernya!
2) Rumuskan pokok persoalan yang menjadi bahan perdebatan umum dalam
masyarakat dari artikel tersebut!
3) Berikanlah kritik terhadap informasi dalam artikel tersebut sesuai dengan
peran yang didapatkan disertai alasan!
4) Kemukakan pendapat anda dengan bahasa yang baik dan benar!
2. Observasi Aktivitas Guru dan Siswa
Secara umum observasi adalah upaya menelusuri segala peristiwa dan
kegiatan yang terjadi selama tindakan perbaikan berlangsung dengan atau pun
tanpa alat bantu. Hal yang dilakukan dalam observasi ini adalah melihat,
mendengar, dan mencatat segala sesuatu yang terjadi selama pelaksanaan tindakan
30
Observasi dilakukan untuk memperoleh data mengenai aktivitas siswa dan
aktivitas guru selama proses pembelajaran berlangsung. Setiap observer
mengamati setiap perilaku siswa dan guru di kelas dalam menjalankan teknik
permainan kotak kata dalam pembelajaran berbicara.
Hal-hal yang diamati dari aktivitas guru selama proses pembelajaran,
yaitu:
1) kemampuan membuka pelajaran;
2) sikap guru dalam proses pembelajaran;
3) proses pembelajaran;
4) kemampuan menggunakan media;
5) evaluasi;
6) kemampuan menutup pelajaran.
Berikut adalah lembar observasi aktivitas guru.
Tabel 3.1
Observasi Aktivitas Guru
No Hal yang Diamati Penilaian
1 2 3 4
1 Kemampuan membuka pelajaran
a. Menarik perhatian siswa
b. Menimbulkan motivasi berkaitan dengan materi
yang akan diajarkan
c. Memberi acuan bahan yang akan disajikan
d. Membuat kaitan bahan ajar lama dengan yang
baru
2 Sikap guru dalam proses pembelajaran
a. Kejelasan suara dalam berkomunikasi dengan
siswa
b. Antusiasme penampilan/mimik
c. Tidak melakukan gerakan yang mengganggu
31
Lutfah Aminah, 2013
d. Mobilitas posisi dalam penampilan di depan kelas
3 Penguasaan materi pembelajaran
a. Kejelasan memberikan materi pada siswa tentang
pentingnya pembelajaran mengemukakan
pendapat
b. Kejelasan dalam menjelaskan hal-hal yang perlu
diperhatikan saat mengemukakan pendapat
c. Kejelasan dalam menjelaskan langkah-langkah
pembelajaran menggunakan Teknik Permainan
Kotak Kata
4 Skenario pembelajaran
a. Penyajian materi ajar sudah sesuai dengan
langkah-langkah yang tertuang dalam RPP
b. Proses pembelajaran mencerminkan komunikasi
guru dan siswa yang berpusat pada siswa
c. Antusias dalam menanggapi dan menggunakan
respons dari siswa
d. Cermat dalam memanfaatkan waktu sesuai
dengan alokasi waktu yang direncanakan
5 Kemampuan menggunakan media
a. Memperhatikan prinsip penggunaan jenis media
kotak kata
b. Ketepatan saat penggunaan media kotak kata
c. Media kotak kata dapat membantu kelancaran
proses pembelajaran
d. Keterampilan dalam memimpin jalannya
permainan
6 Evaluasi
a. Melakukan evaluasi berdasarkan tuntutan aspek
32
b. Melakukan evaluasi sesuai butir soal yang
direncanakan dalam RPP
c. Melakukan evaluasi sesuai dengan alokasi waktu
yang direncanakan dalam RPP
d. Melakukan evaluasi sesuai dengan jenis dan
bentuk yang dirancang
7 Kemampuan menutup pelajaran
a. Meninjau kembali materi yang diajarkan
b. Memberikan kesempatan bertanya pada siswa
atau memngungkapkan perasaannya pada saat
KBM berlangsung
c. Memberikan tugas ko-kurikuler
d. Menginformasikan bahan atau materi selanjutnya
TOTAL
Hal-hal yang harus diamati terhadap aktivitas siswa selama proses
pembelajaran, yaitu:
1) aktivitas siswa;
2) keseriusan siswa dalam mengikuti pelajaran;
3) perilaku siswa yang tidak sesuai;
4) keseriusan siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru.
Berikut ini adalah lembar observasi aktivitas siswa.
Tabel 3.2
Observasi Aktivitas Siswa
No Aspek yang diamati Jumlah siswa
1 Aktivitas siswa selama mengikuti PBM:
33
Lutfah Aminah, 2013
a. Siswa memperhatikan penjelasan dari guru
b. Siswa serius menjalankan permainan kotak kata
c. Siswa merumuskan pendapat setelah membaca artikel
d. Siswa mengemukakan pendapat secara lisan
e. Siswa menanggapi pendapat yang telah dikemukakan
temannya
f. Siswa mengajukan pertanyaan mengenai materi yang
telah disampaikan.
2 Perilaku siswa yang tidak sesuai dengan PBM:
a. Melamun
b. Mengobrol dengan teman
c. Melakukan pekerjaan lain
3 Respons siswa terhadap PBM
a. Melaksanakan tugas yang diberikan dengan
sungguh-sungguh
b. Menunjukan sikap/perasaan senang
Dalam melaksanakan observasi ini, peneliti bekerja sama dengan beberapa
orang guru pada sekolah yang menjadi tempat penelitian sebagai kolaborator atau
peneliti mitra.
3. Jurnal Siswa
Jurnal siswa diberikan kepada siswa setelah mendapatkan pembelajaran.
Jurnal ini bertujuan untuk mengetahui respon serta gambaran siswa setelah
mendapatkan proses pembelajaran, kemudian data tersebut digunakan dalam
upaya perbaikan-perbaikan dalam pembelajaran berikutnya. Jurnal yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Jurnal Siswa
1) Apa yang kamu dapatkan dari pembelajaran hari ini?
34
3) Kesulitan apa yang kamu temukan dengan pembelajaran seperti ini?
4) Apa saran kamu untuk pembelajaran yang akan datang?
4. Angket
Angket merupakan teknik mengoleksi data yang digunakan oleh peneliti,
kemudian dikembangkan berdasarkan teori yang digunakan. Butir pernyataan
dalam angket dikembangkan berdasarkan kisi-kisi yang disusun oleh peneliti.
Angket yaitu cara pengumpulan data melalui sejumlah pernyataan yang
disampaikan kepada siswa secara tertulis. Tujuan angket ini adalah untuk
mengetahui sejauh mana respon dan perkembangan siswa terhadap penggunaan
Teknik Permainan Kotak Kata yang difokuskan untuk meningkatkan keterampilan
berbicara siswa.
Tabel 3.3
Angket Siswa
No Pernyataan Sangat
Setuju Setuju
Tidak
Setuju
1 Pembelajaran berbicara dengan Teknik Permainan
Kotak Kata ini menarik bagi saya
2 Saya merasa senang dengan pembelajaran seperti
ini
3 Pembelajaran seperti ini tidak membosankan
4 Pembelajaran seperti ini memotivasi saya untuk
berani berbicara
5 Pembelajaran ini membantu saya mengeluarkan
ide
6 Saya memahami materi dengan pembelajaran
seperti ini
7 Saya berharap topik lain diajarkan dengan teknik
seperti ini
35
Lutfah Aminah, 2013
pembelajaran berbicara dengan Teknik Permainan
Kotak Kata
9 Pembelajaran berbicara dengan Teknik Permainan
Kotak Kata ini membantu saya dalam
meningkatkan kemampuan berbicara
5. Catatan Lapangan
Catatan lapangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk
mengungkapkan aktivitas siswa dalam berbicara dan mengemukakan pendapat
selama proses pembelajaran berlangsung. Catatan ini dibuat guru segera setelah
proses pembelajaran berakhir. Dengan catatan lapangan ini, guru bisa mencatat
peristiwa-peristiwa yang terjadi di kelas selama pembelajaran berlangsung.
D. Prosedur Penelitian
Penelitian mengenai pembelajaran berbicara melalui Teknik Permainan
Kotak Kata ini dilakukan melalui penelitian tindakan kelas yang terdiri atas
beberapa siklus. Terdapat beberapa tahap yang akan dilakukan dalam prosedur
penelitian ini diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan hasil pengamatan bahwa pembelajaran yang berhubungan
dengan keterampilan berbicara belum terlaksana dengan baik di sekolah. Hal ini
terlihat bahwa masih terdapat beberapa siswa khususnya di kelas X-9 yang
keterampilan berbicaranya rendah, baik dilihat dari segi kebahasaan maupun dari
segi nonkebahasaannya. Kelemahan pun tidak hanya disebabkan oleh kemampuan
siswa saja, melainkan dengan melihat cara guru mengajar yang kurang menarik,
tidak merancang, kurang bervariasi, sehingga cenderung monoton dan kurang
efektif.
Guru menyambut baik alternatif pemecahan masalah yang diajukan
36
pemecahan masalah tersebut berupa Teknik Permainan Kotak Kata yang akan
dilaksanakan dalam pembelajaran berbicara.
2. Perencanaan atau Persiapan Tindakan
Peneliti berkolaborasi dengan guru melakukan perencanaan dan persiapan
tindakan sebelum penelitian dilakukan. Perencanaan dan persiapan tersebut
diantaranya adalah sebagai berikut
a. Menetapkan kelas yang akan digunakan sebagai kelas penelitian, yaitu kelas
X-9.
b. Membuat Satuan Pelajaran dan Rencana Pengajaran.
c. Membuat pedoman observasi yang digunakan untuk mengamati aktivitas guru
dan siswa selama proses belajar mengajar berlangsung serta menyusun angket,
sikap siswa dan jurnal siswa yang akan diberikan kepada siswa pada setiap
akhir pembelajaran.
d. Menentukan alat evaluasi untuk melihat kemampuan berbicara siswa melalui
teknik permainan kotak kata.
3. Pelaksanan Tindakan
Pada pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini, ada beberapa hal yang
dilakukan diantaranya adalah sebagai berikut.
a. Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan Teknik Permainan Kotak Kata
untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa khususnya dalam
mengemukakan pendapat.
b. Observer mengobservasi pada waktu proses belajar mengajar berlangsung.
c. Menyebarkan jurnal siswa dan angket pada akhir pembelajaran.
4. Pemantauan
Pemantauan dilakukan selama proses pelaksanaan tindakan dilaksanakan
37
Lutfah Aminah, 2013
dilakukan dalam satu siklus memberikan pengaruh pada penyusunan tindakan
yang dilakukan pada siklus berikutnya. Hasil pemantauan ini didiskusikan
bersama guru sehingga menghasilkan refleksi yang berpengaruh pada pelaksanaan
selanjutnya. Pemantauan terhadap pelaksanaan tindakan ini menggunakan
instrumen pengumpulan data yang telah ditetapkan.
5. Refleksi
Pada bagian refleksi dilakukan analisis data mengenai proses, masalah,
dan hambatan yang dijumpai dan dilanjutkan dengan refleksi terhadap dampak
pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan.
Merefleksi adalah proses berpikir untuk melihat kembali aktifitas yang
sudah dilakukan untuk mencari solusinya berdasarkan hasil observasi dan temuan
di kelas pada saat pembelajaran berlangsung. Berdasarkan kajian ini disusun
rancangan baru untuk diterapkan pada proses pembelajaran berikutnya di kelas.
Adapun langkah-langkah dalam merefleksi tindakan diantaranya adalah
sebagai berikut.
a. Mengidentifikasi kembali aktivitas yang telah dilakukan selama proses
pembelajaran berlangsung pada setiap siklus.
b. Menganalisis menganalisis pengolahan data hasil evaluasi dan merinci
tindakan pembelajaran yang telah dilaksanakan.
c. Mencari solusi untuk tindakan selanjutnya berdasarkan hasil analisis
kegiatan.
E. Prosedur Pengolahan Data
Data-data yang diperoleh peneliti dalam penelitian diolah dengan
mengungkap teknik pengolahan data deskriptif yakni mengolah data dari hasil
observasi, wawancara, lembar aktivitas siswa, lembar penilaian dan catatan
lapangan. Data tersebut dianalisis dan hasilnya digunakan untuk menggambarkan
38
1. Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini diperoleh melalui kegiatan pembelajaran
berbicara, yaitu setiap aktivitas yang dilakukan selama penelitian berlangsung.
Secara garis besar hasil pengumpulan data dapat diuraikan, yaitu:
1) studi pendahuluan sampai teridentifikasi permasalahan;
2) pelaksanaan analisis dan refleksi terhadap siklus I;
3) pelaksanaan analisis dan refleksi terhadap siklus II;
4) pelaksanaan analisis dan refleksi terhadap siklus III;
5) pelaksanaan analisis dan refleksi sampai siklus yang benar-benar stabil dan
berhasil;
6) observasi aktivitas siswa berdasarkan kategori pengamatan yang telah
ditetapkan selama siklus I sampai siklus yang benar-benar dianggap berhasil;
7) menganalisis tingkat keterampilan siswa dalam berbicara dengan
menggunakan Teknik Permainan Kotak Kata.
Adapun jenis data yang diperoleh adalah data kuantitatif dan data
kualitatif. Data kuantitatif meliputi data kemampuan berbicara pada saat siswa
mengemukakan pendapatnya setelah membaca artikel yang diperoleh dari
penilaian selama pembelajaran berlangsung, sedangkan data kualitatif meliputi
aktivitas siswa dan kegiatan guru selama pembelajaran berlangsung.
Data yang telah diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan
perhitungan persentase. Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian
ini dijelaskan dalam tabel berikut.
39
Data yang terkumpul dianalisis melalui beberapa tahap diantaranya adalah
sebagai berikut.
a. Aktivitas Guru
Pengolahan untuk mengukur tingkat relevansi aktivitas guru dalam
pembelajaran diolah secara kualitatif langsung melalui penskoran dalam skala
ordinal. Tingkat keberhasilan akan dibagi menjadi empat kategori, yaitu kurang,
cukup, baik, dan baik sekali.
b. Aktivitas Siswa
Pengolahan data untuk mengukur keefektifan siswa selama pembelajaran
diolah secara kualitatif dikonversi ke dalam bentuk penskoran kuantitatif.
Penskoran kuantitatif dibagi menjadi lima kategori skala ordinal, yaitu baik sekali,
baik, cukup, kurang, dan sangat kurang. Data untuk mengukur aktivitas siswa
selama pembelajaran diolah setelah pengumpulan data yang dilakukan melalui
pedoman observasi aktivitas siswa.
c. Hasil Belajar
Pengolahan data untuk aspek kognitif siswa diolah secara kuantitatif
langsung melalui penskoran dalam skala ordinal. Tingkat keberhasilan akan
dibagi menjadi lima kategori skala ordinal, yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang,
40
diolah secara kualitatif, kemudian dikonversi ke dalam bentuk penskoran
kuantitatif. Penskoran kuantitatif untuk aspek afektif siswa dibagi menjadi lima
kategori skala ordinal, yaitu sangat baik, baik, cukup, kurang, dan sangat kurang.
Adapun kriteria penilaian yang diberikan adalah sebagai berikut.
Tabel 3.5
Format Penilaian Kemampuan Berbicara
dengan Menggunakan Teknik Permainan Kotak Kata
No Kategori Kriteria Nilai √
1 Ketepatan struktur Sangat tepat 5
Tepat 4
Agak tepat 3
Tidak tepat 2
Sangat tidak tepat 1
2 Ketepatan kosakata Sangat tepat 5
Tepat 4
Sangat tidak lancar 1
4 Kualitas pendapat yang
41
Lutfah Aminah, 2013
5 Kemampuan menanggapi
pendapat
Sangat kritis 5
Kritis 4
Agak kritis 3
Tidak kritis 2
Sangat tidak kritis 1
Petunjuk penilaian
Penilaian skor untuk masing-masing komponen dilakukan dengan memberikan
tanda () pada tingkatan skala yang dianggap cocok.
Data untuk mengukur aktivitas siswa selama pembelajaran diolah setelah
pengumpulan data yang dilakukan melalui pedoman observasi aktivitas siswa.
Tabel 3.6
Pengolahan data untuk aspek kognitif siswa diolah secara kuantitatif
langsung melalui penskoran skala ordinal. Tingkat keberhasilan akan dibagi
menjadi lima kategori skala ordinal, yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah,
dan sangat rendah. Beberapa klasifikasi aspek kognitif siswa sebagai berikut.
3. Kategorisasi Data dan Interpretasi Data
Semua data yang diperoleh terlebih dahulu dikategorisasikan berdasarkan
fokus penelitian. Kemudian peneliti menginterpretasikan data yang telah
dikumpulkan. Ada beberapa hal yang dilakukan peneliti, yaitu:
1) mendeskripsikan perencanaan pelaksanaan tindakan;
42
3) menganalisis data berupa hasil belajar siswa dari setiap tindakan untuk
mengetahui keberhasilan penelitian yang telah dilakukan;
4) menganalisis hasil observasi aktivitas guru dan siswa dengan cara menghitung
persentase tiap kategori untuk setiap tindakan yang dilakukan oleh observer
dan menghitung persentase dari pengamat.
Presentase Aktivitas Guru
Persentase Aktivitas Siswa
5) menganalisis jurnal kesan dengan mengelompokkan kesan pendapat siswa ke
dalam kelompok komentar sangat setuju, setuju dan tidak setuju. Kemudian
dihitung jumlah frekuensinya dan langkah selanjutnya dipersentasekan.
Presentase
106
Lutfah Aminah, 2013
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu jenis metode penelitian
yang tepat untuk mengantisipasi permasalahan yang terjadi dalam proses belajar
mengajar. Melalui metode penelitian ini, guru dapat membuat inovasi baru dalam
mengatasi proses pembelajaran di kelas. Setiap penemuan tersebut dikembangkan
menjadi suatu pemecahan masalah yang tidak hanya dihadapi oleh guru yang
bersangkutan, tetapi menjadi suatu penawaran pemecahan masalah yang dihadapi
para pengajar lainnya. Begitu pula dengan permasalahan yang dihadapi guru dan
siswa di SMA Negeri 3 Cimahi. Penelitian ini pun berusaha memberikan jalan
pemecahan pembelajaran mengemukakan pendapat dengan menggunakan Teknik
Permainan Kotak Kata.
Perencanaan pembelajaran berbicara dengan menggunakan Teknik
Permainan Kotak Kata dilaksanakan dalam tiga siklus. Pada tahap perencanaan
Teknik Permainan Kotak Kata, guru menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) berdasarkan kondisi kebutuhan siswa dengan memperhatikan
alokasi waktu yang tepat. Selain itu menyiapkan materi ajar yang dapat
menunnjang pengetahuan dan peningkatan kemampuan siswa dalam berbicara
yaitu cara mengemukakan pendapat. Guru juga menyiapkan artikel sebagai bahan
diskusi yang berisi informasi yang menarik dan dikuasai siswa agar dapat
memudahkan dan memotivasi siswa untuk mengemukakan pendapat.
Pelaksanaan pembelajaran berbicara dengan menggunakan Teknik
Permainan Kotak Kata terhadap siswa kelas X-9 SMA Negeri 3 Cimahi berjalan
dengan baik dan mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Hal ini terbukti
dengan adanya peningkatan pada skor dan dari penilaian observer yang
mengamati kegiatan pembelajaran di kelas. Adapun langkah-langkah pelaksanaan
pembelajaran berbicara dengan menggunakan Teknik Permainan Kotak Kata
107
a. siswa bertanya jawab tentang materi mengemukakan pendapat berupa
kritikan terhadap artikel;
b. siswa menyimak penjelasan konsep Teknik Permainan Kotak Kata, serta
aturan mainnya;
c. kelas dibagi menjadi 6 kelompok yang heterogen;
d. perwakilan kelompok mengambil sebuah kotak kata di depan kelas;
e. di dalam kotak kata tersebut terdapat sebuah artikel dan 12 kupon pendapat;
f. di luar kotak kata tersebut terdapat sebuah peran yang akan diperankan oleh
siswa ketika mengemukakan pendapatnya;
g. setiap anggota kelompok mendapat dua kupon pendapat dan sebisa mungkin
harus menggunakan kupon tersebut untuk berpendapat;
h. setiap anggota kelompok mengidentifikasi isi dari artikel tersebut;
i. setelah waktu yang ditentukan untuk berdiskusi habis maka setiap anggota
kelompok bersiap untuk mengemukakan pendapatnya masing-masing;
j. setiap anggota kelompok yang memberikan pendapatnya dan menyimpan
kupon di tengah-tengah meja diskusi;
k. anggota kelompok lain boleh menanggapi setiap pendapat yang ada di kelas
dengan ketentuan yang sama;
l. setelah semua siswa selesai menyampaikan pendapatnya, guru memberikan
hadiah untuk pemenang yang menghabiskan kupon pendapat paling banyak;
m. guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran hari ini.
Berdasarkan hasil penelitian, data menunjukkan bahwa kemampuan
berbicara siswa dalam mengemukakan pendapat dengan menggunakan Teknik
Permainan Kotak Kata mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dapat dilihat
dari skor yang diperoleh siswa mulai dari siklus I sampai siklus III. Peningkatan
ini dapat diketahui berdasarkan nilai rata-rata yang diperoleh ketika siswa
melakukan proses pembelajaran mengemukakan pendapat dengan menggunakan
media artikel. Pada siklus I jumlah siswa yang mau mengemukakan pendapatnya
secara lisan di depan kelas sebanyak 20 siswa atau 52,63%. Pada siklus II jumlah
siswa yang mau mengemukakan pendapatnya secara lisan di depan kelas
Lutfah Aminah, 2013
108
persentase 68,57%. Namun peningkatan ini masih belum maksimal, maka
dilaksanakan tindakan siklus III. Pada siklus III jumlah siswa yang
mengemukakan pendapat secara lisan di depan kelas mengalami peningkatan
sebesar 17,54%, yaitu sebanyak 31 siswa dengan persentase 86,11%. Peningkatan
kemampuan mengemukakan pendapat juga diikuti dengan peningkatan rata-rata
aktivitas siswa selama pembelajaran. Rata-rata aktivitas siswa pada siklus I
sebesar 53,50%, aktivitas siswa pada siklus II mengalami peningkatan sebesar
14,11%, dengan rata-rata persentase yang diperoleh pada siklus II sebesar
67,61%, dan pada siklus III, rata-rata aktivitas siswa meningkat sebesar 13,77%
dari siklus II, yaitu 81,38%.
Berdasarkan data hasil observasi pada setiap siklus, mulai dari siklus I
sampai siklus III terjadi peningkatan yang cukup berarti dalam proses
pembelajaran. Respon dan motivasi siswa untuk belajar mengemukakan pendapat
di depan umum menunjukkan respon positif. Hal ini ditunjukkan dengan
keseriusan siswa dalam memperbaiki kesalahan dan kekurangan pada setiap siklus
pembelajaran. Mereka berusaha mengeluarkan pendapat dan gagasannya ketika
mengemukakan pendapat dengan menggunakan bahasa yang komunikatif dan
memperhatikan unsur-unsur kebahasaan dan nonkebahasaan.
Peneliti selalu mengevaluasi setiap pembelajaran yang telah dilaksanakan
dengan melakukan refleksi. Dari hasil refleksi ini diperoleh gambaran mengenai
kekurangan-kekurangan yang harus diperbaiki dan ditingkatkan untuk
keberhasilan siswa. Keberhasilan siswa tersebut diperoleh berdasarkan data
kuantitatif hasil kemampuan siswa mengemukakan pendapat selama
pembelajaran.
Berdasarkan uraian data di atas, penelitian mengenai pembelajaran
mengemukakan pendapat dengan menggunakan Teknik Permainan Kotak Kata
terhadap siswa kelas X-9 SMA Negeri 3 Cimahi telah menimbulkan beberapa
perubahan berikut ini.
1) Siswa lebih termotivasi untuk mengikuti pembelajaran berbicara dan belajar
109
Kata. Hal ini terlihat dari terus meningkatnya kemampuan siswa dalam
mengemukakan pendapat pada setiap siklusnya.
2) Kemampuan berbicara siswa dalam menggunakakan bahasa yang efektif
mulai dapat diperbaiki dengan melakukan pengoreksian oleh guru ketika siswa
mengemukakan pendapat secara lisan. Pada siklus III guru sudah dapat
memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I dan siklus II.
3) Siswa menjadi lebih berani untuk berbicara, khususnya mengemukakan
pendapat di depan umum. Dengan Teknik Permainan Kotak Kata ini siswa
lebih berani mengemukakan pendapatnya karena tidak ada paksaan dari guru
atau pihak manapun, sehingga siswa yang tadinya tidak mau berpendapat
akhirnya bisa mengemukakan pendapatnya dengan baik.
4) Pembelajaran dengan Teknik Permainan Kotak Kata ini membuat
pembelajaran di kelas menjadi lebih menyenangkan hal ini ditunjukan dengan
keseriusan dan smangat siswa dalam mengemukakan pendapat.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian pembelajaran berbicara menggunakan Teknik
Permainan Kotak Kata, peneliti ingin memberikan saran sebagai berikut.
1) Teknik Permainan Kotak Kata telah terbukti dapat meningkatkan kemampuan
berbicara siswa. Oleh karena itu, guru Bahasa dan Sastra Indonesia dapat
menggunakan teknik ini sebagai salah satu alternatif dalam melaksanakan
pembelajaran berbicara khususnya mengemukakan pendapat.
2) Penelitian ini dapat menjadi referensi untuk penelitian lebih lanjut terutama
pada penelitian pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Penulis menyarankan
untuk dilakukan penelitian pada aspek kebahasaan lainnya, misalnya pada
aspek menulis dengan memvariasikan Teknik Permainan Kotak Kata dengan
110
Lutfah Aminah, 2013
Penggunaan Teknik Permainan Kotak Kota Dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Arsjad, Maidar G dan Mukti U. S, (1988), Pembinaan Kemampuan Berbicara
Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Dananjaya, Utomo. (2010). Media Pembelajaran Aktif. Bandung: Nuansa.
Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Iskandar. (2005). Kemampuan Bertanya dengan Teknik Permainan Twenty
Question Sebagai Proses Belajar Mengajar dalam Upaya Meningkatkan
Keterampilan Berbicara. FPBS UPI. Tidak Diterbitkan.
Nurgiyantoro, Burhan. (1998). Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.
Parera, Jos Daniel. (2008). Belajar Mengemukakan Pendapat Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga.
Randhiany, Nurfitry. (2012). Keefektifan Teknik Permainan Kartu Kata dalam Pembelajaran Menulis Puisi Bebas. FPBS UPI. Tidak Diterbitkan.
Subana dan Sunarti. (2009). Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia
Berbagai Pendekatan, Metode, Teknik, dan Media Pengajaran. Bandung:
Pustaka Setia.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suparjono, Agus. (2009). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tarigan, Henry Guntur. (2008). Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa. Bandung: Angkasa.