23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas merupakan
upaya yang dilaksanakan oleh guru untuk memperbaiki proses pembelajaran yang
mencakup aktivitas guru dan siswa, teknik pembelajaran serta evaluasi sehingga
dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Kasbolah (1999, hlm.15) menyatakan
bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian dalam bidang pendidikan yang
dilaksanakan dalam kawasan kelas dengan tujuan memperbaiki atau
meningkatkan kualitas pembelajaran.
Selama tindakan berlangsung, peneliti melakukan pengamatan perubahan
perilaku siswa dan faktor-faktor yang menyebabkan tindakan yang dilakukan
tersebut sukses atau gagal. Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk
mengembangkan strategi pembelajaran yang paling efektif dan efisien pada situasi
yang alamiah (bukan eksperimen) (Mulyatiningsih, 2001, hlm. 60). Dengan
demikian, penelitian tindakan kelas dilakukan oleh guru dalam rangka merefleksi
kinerja mereka khususnya terkait pembelajaran di dalam kelas.
Model atau desain Penelitian tindakan kelas yang digunakan adalah model
spiral yang mengacu pada Kemmis dan Mc. Taggart. Setiap siklusnya terdiri dari
penyusunan rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.
Langkah-langkah pada model penelitian menurut Kemmis dan Mc.Taggart dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. Perencanaan tindakan (planning) yaitu rencana tindakan apa yang akan
dilaksanakan untuk memperbaiki, meningkatkan atau perubahan tingkah
laku dan sikap sosial sebagai solusi.
2. Pelaksanaan tindakan (acting) yaitu apa yang akan dilaksanakan oleh
peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang
3. Pengamatan (observing) yaitu mengamati atas hasil atau dampak dari
tindakan yang dilaksakan.
4. Refleksi (reflecting) yaitu mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil
atau dampak dari tindakan.
Berikut merupakan alur atau skema penelitian tindakan kelas model spiral
menurut Kemmis dan Mc. Taggart.
Gambar 3.1: Desain Penelitian Tindakan Kelas Kemmis dan Mc. Taggart
Perencanaan Kembali Tindakan
Refleksi Perencanaan
Tindakan
Pelaksanaan Tindakan
Siklus I
Observasi
Berlatih menulis huruf, suku kata
dan kata
Pelaksanaan Tindakan
Siklus II
Observasi
Berlatih menulis deskripsi hewan
Kesimpulan Observasi
Refleksi
Pelaksanaan Tindakan Siklus III
Berlatih menulis puisi anak Perencanaan Kembali
B. Partisipan dan Lokasi Penelitian
Partisipan dalam penelitian ini adalah siswa kelas II salah satu SD di kota
Bandung yang terdiri dari 34 siswa, 13 siswa laki-laki dan 21 perempuan.
Karakteristik dari partisipan penelitian ini adalah memiliki keterampilan yang
rendah dalam menulis tegak bersambung. Hal ini ditunjukkan dengan siswa yang
terlihat kesulitan dalam menulis tegak bersambung, kaku dalam menulis dan tidak
memperhatikan kaidah atau aturan-aturan dalam menulis tegak bersambung.
Lokasi penelitian tindakan ini adalah di salah satu SD di kota Bandung yang
memiliki karakteristik bahwa pada umumnya guru di sekolah tersebut menerapkan
metode abjad atau huruf dalam pembelajaran menulis tegak bersambung di kelas
awal. Pada umunya guru di sekolah tersebut telah menggunakan buku menulis
halus sebagai media pembelajaran menulis tegak bersambung.
C. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
Teknik pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas ini terdiri dari
teknik observasi dan tes sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi merupakan metode pengumpulan data yang menggunakan
pengamatan terhadap objek penelitian (Riyanto, 2001, hlm. 96). Instrumen
observasi aktivitas siswa digunakan untuk melihat sejauh mana keterlaksanaan
proses pembelajaran menulis permulaan dengan menerapkan latihan menulis
permulaan dengan metode kata. Pengamatan dilakukan oleh observer
menggunakan lembar observasi yang disertai rubrik penilaian sebagai instrumen
pengamatannya. Lembar observasi berbentuk tertutup yang menggambarkan
kegiatan siswa, daftar cek untuk keterlaksanaan kegiatan, serta kolom keterangan
jika terdapat catatan untuk kegiatan yang belum sepenuhnya terlaksana. Lembar
observasi secara rinci terdapat pada lampiran.
2. Tes
Purwanti (2008, hlm. 32) menyatakan bahwa tes merupakan seperangkat
siswa untuk mengukur tingkat pemahaman dan penguasaannya terhadap
cakupan materi yang dipersyaratkan dan sesuai dengan tujuan pengajaran
tertentu. Tes dalam penelitian ini berupa tugas menulis tegak bersambung untuk
mengetahui kemampuan siswa dalam menulis tegak bersambung. Dalam tes
tersebut, siswa diminta untuk menulis kalimat sederhana dengan menggunakan
huruf tegak bersambung yang didiktekan guru. Soal tes yang diberikan pada saat
pra-tindakan dan diakhir setiap siklus bentuknya sama. Soal tes tersebut dinilai
dengan menggunakan pedoman penilaian menulis tegak bersambung. Rofi’uddin
dan Zuchdi (1999) menyatakan bahwa aspek penilaian dalam menulis beserta
pembobotannya dapat disajikan seperti berikut ini. Aspek penilaian tersebut
tersaji pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1.
Pedoman Penilaian Kemampuan Menulis Tegak Bersambung
No. Aspek yang Dinilai Skor Maksimum
1 Bentuk huruf 30
2 Ukuran Huruf 25
3 Tebal-tipisnya penulisan huruf 20
4 Tanda baca 15
5 Kerapian penulisan 10
Jumlah 100
Depdiknas (2009) menyatakan bahwa aspek penilaian dalam menulis
tegak bersambung beserta pembobotannya yang tersaji pada Tabel 3.2 berikut
ini.
Tabel 3.2.
Pedoman Penilaian Kemampuan Menulis Tegak Bersambung
No. Aspek yang Dinilai Skor Maksimum
1 Kesesuaian ukuran tulisan 30
2 Kerapian 25
3 Penggunaan huruf kapital 15
4 Penggunaan tanda baca 15
5 Kelengkapan huruf 15
Tompkins & Hoskinsson (1995) menyatakan bahwa aspek penilaian
menulis tegak bersambung beserta pembobotannya disajikan pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3.
Pedoman Penilaian Kemampuan Menulis Tegak Bersambung
No. Aspek yang Dinilai Skor Maksimum
1 Komponen huruf 30
2 Bentuk dan ukuran huruf 25
3 Jarak 20
4 Kemiringan 15
5 Kesejajaran dan kualitas tulisan 10
Jumlah 100
Berdasarkan tiga pendapat tentang penilaian menulis tegak bersambung di
atas. Pedoman penilaian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan hasil
modifikasi antara pedoman penilaian menurut Depdiknas dan Tompkins.
Pedoman penilaian beserta pembobotannya seperti pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4.
Pedoman Penilaian Kemampuan Menulis Huruf Tegak Bersambung
No. Aspek Penilaian Kriteria Penilaian Skor
1 Komponen huruf
Rangkaian huruf tidak menyambung
satu sama lain 1
2 Bentuk dan ukuran huruf
(1 – 3)
Bentuk huruf tegak bersambung, ukuran huruf sedang dan dapat terbaca
3
Bentuk huruf tegak bersambung, ukuran huruf tidak terlalu besar atau kecil dan masih dapat terbaca
2
Bentuk huruf lepas dan tegak bersambung, ukuran huruf terlalu besar atau kecil dan agak sulit untuk dibaca
No. Aspek Penilaian Kriteria Penilaian Skor sedikit renggang dan jarak antar kata dalam kalimat kurang jelas
Setiap hurufnya ditulis dengan
sejajar satu sama lain 3
Beberapa hurufnya ditulis tidak
sejajar satu sama lain 2
Setiap hurufnya ditulis tidak sejajar
satu sama lain 1
6 Kualitas Barisan (1 – 2)
Setiap kata atau kalimat ditulis sesuai dengan barisan yang tersedia dan tidak ada ketebalan tulisan yang berbeda
2
Setiap kata atau kalimat ditulis tidak sesuai dengan barisan yang tersedia dan ada ketebalan tulisan yang
Menggunakan huruf kapital pada awal kalimat, nama orang dan nama tempat
2
Tidak menggunakan huruf kapital di awal kalimat, nama orang atau nama tempat
1
8 Penggunaan Tanda Baca
Menggunakan tanda titik pada akhir
No. Aspek Penilaian Kriteria Penilaian Skor
Hasil tulisan siswa rapi 2
Hasil tulisan siswa tidak rapi
1
Jumlah Skor Maksimal 23
Nilai = � � �� � �� �
� � � � ×
D. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian dilakukan dalam tiga tahap sesuai dengan tahapan
pada model spiral menurut Kemmis dan Mc. Taggart, yaitu:
1. Tahap Persiapan
a. Menentukan sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian.
b. Mengurus surat izin penelitian dan menghubungi pihak tempat penelitian
akan dilaksanakan.
c. Studi pendahuluan, meliputi pengamatan langsung pembelajaran di kelas,
wawancara dengan guru dan siswa, dilakukan untuk mengetahui kondisi
kelas, kondisi kemampuan menulis huruf tegak bersambung siswa dan
pembelajaran yang biasa dilaksanakan.
d. Perumusan masalah penelitian.
e. Studi literatur terhadap jurnal, buku, artikel dan laporan penelitian
mengenai menulis permulaan menggunakan metode kata dan kemampuan
menulis huruf tegak bersambung.
f. Telaah kurikulum SD dan silabus mata pelajaran Bahasa Indonesia.
g. Menentukan materi yang dijadikan materi pembelajaran dalam penelitian.
h. Membuat instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.
i. Melakukan judgement instrumen (tes). Instrumen ini digunakan untuk tes
awal dan tes akhir.
j. Melakukan konsultasiperangkat pembelajaran kepada pembimbing.
k. Merevisi/memperbaiki instrumen dan perangkat pembelajaran.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Penentuan subjek penelitian yang terdiri dari satu kelas.
c. Memberikan perlakuan berupa pembelajaran menggunakan latihan
menulis permulaan dengan metode kata dengan desain penelitian tindakan
kelas (Tiga Siklus).
d. Observasi keterlaksanaan pembelajaran.
e. Pelaksanaan tes akhir.
3. Tahap Akhir
a. Mengolah data hasil tes awal, tes akhir serta instrumen lainnya.
b. Menganalisis dan membahas temuan penelitian.
c. Menarik kesimpulan.
d. Menyusun skripsi.
E. Teknik Analisis Data
Data dalam penelitian ini terdiri dari data kualitatif berupa data proses
pembelajaran menulis tegak bersambung dan data kuantitatif berupa keterampilan
siswa dalam menulis tegak bersambung. Analisis data dalam penelitian dilakukan
secara kualitatif dan kuantitatif. Teknik analisis data kualitatif yang digunakan
adalah teknik analisis menurut Miles and Huberman (1984) yang mengemukakan
bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus menerus sampai tuntas. Aktivitas dalam analisis data,
yaitu data reduction, data display dan conclusion drawing/verification.
a. Data Reduction (Reduksi Data)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu
perlu dicatat secara teliti dan rinci. Makin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah
data akan makin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan
analisis dara melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih
hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah di
reduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti
untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.
Reduksi data dapat dibantu dengan perlatan elektronik seperti komputer mini,
Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan
dicapai. Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah pada temuan. Oleh karena
itu, kalau peneliti dalam melakukan penelitian, menemukan segala sesuatu yang
dipandang asing, tidak dikenal, belum memiliki pola, justru itulah yang harus
dijadikan perhatian peneliti dalam melakukan reduksi data.
Reduksi data merupakan proses berpikir sensitif yang memerlukan
kecerdasan, keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi. Bagi peneliti yang
masih baru, dalam melakukan reduksi data dapat didiskusikan pada teman atau
orang lain yang dipandang ahli. Melalui diskusi itu, maka wawasan peneliti akan
berkembang, sehingga dapat mereduksi data-data yang memiliki nilai temuan dan
pengembangan teori yang signifikan.
b. Data Display (Penyajian Data)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan
data. Kalau dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan melalui
bentuk tabel, grafik, phie chard, pictogram dan sejenisnya. Melalui penyajian data
tersebut, maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga
akan semakin mudah dipahami.
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam
hal ini Miles and Huberman (1984) menyatakan “the most frequent form of
display data for qualitative research data in the past has been narrative text’.
Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif
adalah dengan teks yang bersifat naratif.
Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami
apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah
dipahami tersebut. “Looking at displays help us to understand what is happening
and to do some thing further analysis or caution on that understanding”, Miles and Huberman (1984). Selanjutnya, disarankan dalam melakukan display data,
selain dengan teks yang naratif, juga dapat berupa grafik, matrik, network
(jejaring kerja) dan chart.
Dalam prakteknya tidak semudah ilustrasi yang diberikan, karena
pada saat memasuki lapangan dan setelah berlangsung agak lama di lapangan
akan memiliki perkembangan data. Untuk itu maka peneliti harus selalu menguji
apa yang telah ditemukan pada saat memasuki lapangan yang masih bersifat
hipotetik itu berkembang atau tidak. Bila setelah lama memasuki lapangan
ternyata hipotesis yang dirumuskan selalu didukung oleh data pada saat
dikumpulkan di lapangan, maka hipotesis tersebut terbukti dan akan berkembang
menjadi teori grounded. Teori grounded adalah teori yang ditemukan secara
induktif, berdasarkan data-data yang ditemukan di lapangan dan selanjutnya diuji
melalui pengumpulan data yang terus menerus. Bila pola-pola yang ditemukan
telah didukung oleh data selama penelitian, maka pola tersebut sudah menjadi
pola yang baku yang tidak lagi berubah. Pola tersebut selanjutnya didisplaykan
pada laporan akhir penelitian.
c. Conclusion Drawing (Verification)
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and
Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang
dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan
bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.
Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh
bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan
mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan
yang kredibel.
Analisis data kuantitatif dilakukan dengan cara menganalisis data yang
terdapat dalam instrumen tes dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Penyekoran Hasil Tes
Pengolahan data hasil belajar siswa berupa keterampilan menulis tegak
bersambung dilakukan pada setiap siklus. Untuk mengolah data hasil tes
individu menggunakan skala 10-100 dengan skor maksimum atau ideal 100.
Penyekoran hasil tes dilakukan oleh guru dalam hal ini adalah peneliti sendiri
2. Menghitung Skor Siswa
Skor siswa dihitung dari skor perolehan setiap indikator siswa. Nilai skor
ini didapat dengan menggunakan rumus:
M = I1 + I2 + I3 + In
Keterangan:
M = Nilai Siswa
I1 = Indikator 1
I2 = Indikator 2
I3 = Indikator 3
In = Indikator 4
3. Menghitung Nilai Rata-rata Kelas
Peneliti menjumlahkan nilai yang diperoleh siswa, selanjutnya dibagi
dengan jumlah siswa kelas tersebut sehingga diperoleh nilai rata-rata. Nilai
rata-rata ini didapat dengan menggunakan rumus:
� = ∑×�
Keterangan:
� = nilai rata - rata
Σx = jumlah semua nilai siswa n = jumlah siswa
4. Menghitung Persentase Ketuntasan Siswa
Untuk menghitung persentase ketuntasan minimal siswa didapat dari
jumlah siswa tuntas dibagi total siswa dikali 100%, sehingga di dapat rumus:
Keterangan:
K = Persentase ketuntasan
ST = Siswa tuntas
N = Jumlah semua siswa
5. Menghitung persentase pencapaian indikator membaca pemahaman
Untuk menghitung persentase pencapaian indikator membaca
pemahaman menggunakan rumus:
Keterangan:
K = persentase pencapaian suatu indikator membaca pemahaman
∑ Km = jumlah skor yang dicapai pada indikator membaca pemahaman
M = skor total indikator dikali jumlah siswa