• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR- FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA DI SMK “RADEN PATAH” KECAMATAN MOJOSARI KABUPATEN MOJOKERTO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "FAKTOR- FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA DI SMK “RADEN PATAH” KECAMATAN MOJOSARI KABUPATEN MOJOKERTO"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

100

FAKTOR- FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA DI SMK “RADEN PATAH” KECAMATAN MOJOSARI

KABUPATEN MOJOKERTO

Nurul Aini

Mahasiswa Poltekkes Majapahit

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang

melatarbelakangi perilaku merokok pada remaja. Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi kepada pembaca tentang faktor-faktor yang melatarbelakangi perilaku merokok pada remaja. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan teknik non probability yaitu consequtive sampling. Populasi pada penelitian ini adalah semua siswa yang bersekolah di SMK “Raden Patah” Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto, dengan jumlah sampel 96 orang yang sesuai dengan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 9-16 Agustus 2007 di SMK “Raden Patah” Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa faktor-faktor yang melatarbelakangi perilaku merokok di SMK “Raden Patah” Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto. antara lain: faktor pengetahuan responden sebagian besar pada kategori pengetahuan kurang sebanyak 91 orang dengan prosentase 94,8% dan tidak ada responden pada kategori pengetahuan baik, faktor psikologi responden sebagian besar pada kategori mendukung sebanyak 72 orang dengan prosentase 75% dan sebagian kecil pada kategori tidak mendukung sebanyak 24 orang dengan prosentase 25%, faktor lingkungan responden sebagian besar pada kategori tidak mendukung sebanyak 52 orang dengan prosentase 54,2% dan sebagian kecil pada kategori mendukung sebanyak 44 orang dengan prosentase 45,8%. Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa faktor yang melatarbelakangi perilaku merokok pada remaja di SMK “Raden Patah” Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto. adalah faktor psikologi. Oleh karena itu petugas kesehatan mempunyai peranan yang sangat penting untuk dapat memberikan penyuluhan tentang bahaya perilaku merokok sehingga remaja dapat lebih waspada terhadap bahaya perilaku merokok.

Kata kunci : faktor perilaku, merokok, remaja.

A. PENDAHULUAN.

Merokok dapat menjadi cara bagi remaja agar tampak bebas dan dewasa. Masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat–sifat masa transisi atau peralihan. Suatu sifat yang khas dari remaja adalah bahwa mereka tidak menentang orang dewasa, melainkan justru meniru perilaku orang dewasa (Haditono, 2002). Kebimbangan identitas (identity confusion) berdampak kurang baik bagi remaja, hal ini akan menyebabkan penarikan diri individu, mengisolasi diri dari teman sebaya dan keluarga atau meleburkan diri dengan dunia teman sebayanya dan kehilangan identitas dirinya (Yusuf, 2005).

(2)

101

karena dalam rokok terdapat 4000 zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan, dua diantaranya nikotin yang yang bersifat adiktif dan Tar yang bersifat karsiogenik. Zat kimia yang berbahaya tersebut dapat memicu timbulnya kanker dan meningkatkan serotonin yang dapat menimbulkan rangsangan senang untuk mencari rokok lagi. Hal ini menyebabkan perokok sangat sulit meninggalkan rokok karena sudah ketergantungan pada nikotin (Firdaus, 2005).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Escobedo, jumlah remaja yang mulai merokok meningkat tajam setelah usia 10 tahun dan mencapai puncaknya pada usia 13–14 tahun. Ketika siswa duduk dikelas 2 SMP, 15% remaja mengatakan bahwa mereka sudah merokok gambaran ini meningkat menjadi 28% pada siswa kelas 3 SLTA. Siswa yang mulai merokok pada usia 12 tahun atau lebih muda, lebih cenderung menjadi perokok berat dan merokok secara teratur dari pada siswa yang mulai merokok pada usia yang lebih tua (Santrock, 2003). Padahal efek merugikan dari merokok adalah kematian sebesar 25%, kanker paru- paru sebesar 80%, kanker mulut dan tenggorokan sebesar 60%, jantung dan stroke 16% (Jaken, 2002). Komisi Nasional perlindungan anak mengatakan bahwa tiap tahun jumlah perokok pada remaja meningkat hingga 20% (Seto Mulyadi, 2006).

Menurut perkiraan WHO, kenaikan perokok di Indonesia khususnya anak usia muda diantaranya karena pengaruh ingin mencoba–coba, pengaruh teman sebaya, pengaruh iklan rokok melalui berbagai media atau karena mempunyai orang tua perokok (Burhan, 2003). Merokok pada remaja dapat dipengaruhi juga oleh beberapa faktor diantaranya : 1. faktor psikologik, yaitu a) faktor perkembangan sosial, b) faktor pskiatrik ; 2. faktor biologik, yaitu : a) faktor kognitif, b) faktor jenis kelamin, c) faktor etnik, d) faktor genetik ; 3. faktor lingkungan (Soetjiningsih, 2004).

Upaya untuk mengurangi perilaku merokok pada remaja saat ini telah dilaksanakan program anti merokok yang dilakukan di sekolah, terutama memfokuskan pemberian informasi tentang bahaya merokok. Program ini efektif dalam meningkatkan pengetahuan tentang akibat negatif merokok dan kadang-kadang efektif dalam merubah sikap terhadap merokok tetapi kenyataanya punya manfaat yang sedikit dalam merubah perilaku merokok (Soetjiningsih, 2004). Pada intinya, pencegahan merokok adalah upaya pendidikan dan politis yang lebih kuat untuk mencegah anak–anak dan remaja mulai mencoba rokok (Santrock, 2003).

Berdasarkan penelitian diatas maka petugas kesehatan mempunyai peranan yang sangat penting untuk mencegah perilaku merokok pada remaja. Petugas kesehatan dapat memberikan penyuluhan dengan cara membekali remaja dengan informasi yang memadai sehingga remaja dapat lebih waspada terhadap bahaya perilaku merokok.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di SMK “Raden Patah“ Kecamatan

Mojosari Kabupaten Mojokerto selama dua minggu di mulai tanggal 15–27 Juni 2007 dengan cara observasi, didapatkan bahwa sebanyak 15 siswa SMK “Raden

Patah“ Kecamaan Mojosari Kabupaten Mojokerto yang merokok didepan sekolah

pada saat masuk sekolah dan pulang sekolah. Berdasarkan hasil observasi didapatkan bahwa sebanyak 12 siswa mengatakan mereka merokok karena diajak teman dan sebanyak 3 siswa mengatakan mereka merokok karena ingin mencoba-coba. Dari uraian diatas peneliti tertarik untuk mengetahui faktor–faktor apa yang

melatarbelakangi perilaku meokok pada remaja di SMK “Raden Patah“ Kecamatan

(3)

102 B. TINJAUAN PUSTAKA.

1. Konsep Perilaku. a. Pengertian perilaku.

Perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme baik yang dapat diamati langsung ataupun tidak langsung (Notoatmodjo, 2002) atau merupakan respon dari reaksi individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dalam dirinya (Sarwono, 1997). Menurut Purwanto (1998) perilaku manusia berasal dari dorongan yang ada dalam diri manusia, sedangkan dorongan merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan yang ada dalam diri manusia.

b. Faktor terbentuknya perilaku dibedakan menjadi 2, yaitu :

1) Faktor intern, mencakup pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi dan sebagainya yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar.

2) Faktor ekstern, mencakup lingkungan sekitar baik fisik maupun non fisik seperti iklim, manusia, sosial–ekonomi, kedudayaan dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).

c. Faktor – faktor yang melatarbelakangi perilaku :

Menurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2003) faktor yang melatarbelakangi perilaku adalah :

1) Faktor predisposisi (Predisposition Factor) yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan dan sebagainya.

2) Faktor pendukung (Enabling Factor) yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas–fasilitas ataupun sarana-sarana kesehatan.

3) Faktor pendorong (Reinforcing Factor) yang terwujud dalam perilaku petugas kesehatan maupun keluarga yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

d. Respon perilaku.

Skiner (1938) seorang ahli perilaku mengemukakan bahwa perilaku adalah merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan (respon) dan respon. Menurut Skiner ada 2 macam respon yaitu :

1) Respondent respon atau reflexive respon ialah respon yang ditimbulkan oleh rangsangan–rangsangan tertentu. Perangsangan–perangangan yang semacam ini disebut eliciting stimuli, karena menimbulkan respon–respon yang relatif tetap.

2) Respondent respon (respondent behavior) ini mencakup juga emosi atau emotional behavior. Emotional respon ini timbul karena hal yang kurang mengenakkan organisme yang bersangkutan.

3) Operant respons atau instrumental respons adalah respons yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu. Perangsang semacam ini disebut reinforcing stimuli atau reinforcer, karena perangsang tersebut memperkuat respons yang telah dilakukan oleh organisme. Oleh sebab itu, perangsang yang demikian itu mengikuti atau memperkuat sesuatu perilaku yang telah dilakukan.

(4)

103

dan respons kemungkinan untuk memodifikasikannya adalah sangat kecil. Sebaliknya operant respons atau instrumental respons merupakan bagian terbesar dari perilaku manusia, dan kemungkinan untuk memodifikasi sangat besar (Notoatmodjo, 2003).

e. Bentuk perilaku.

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi 2 :

1) Perilaku tertutup (covert behavior)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung. Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

2) Perilaku terbuka (overt behavior)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain (Notoatmodjo, 2007).

f. Proses perubahan perilaku.

Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :

1) Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

2) Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Di sini sikap subjek sudah mulai timbul.

3) Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

4) Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa

yang dikehendaki oleh stimulus.

5) Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap–tahap tersebut di atas. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopasi perilaku melalui proses seperti ini, dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama (Notoatmodjo, 2003).

g. Bentuk – bentuk perubahan perilaku.

Bentuk perubahan perilaku sangat bervariasi, sesuai dengan konsep yang digunakan oleh para ahli dalam pemahamannya terhadap perilaku. Menurut WHO, perubahan perilaku itu dikelompokkan menjadi 3, yakni :

1) Perubahan alamiah (natural change).

(5)

104

Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh subjek.

3) Kesediaan untuk berubah (readiness to change).

Setiap orang di dalam suatu masyarakat mempunyai kesediaan untuk berubah yang berbeda–beda (Notoatmodjo, 2003).

2. Konsep Merokok. a. Pengertian rokok.

Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman nicotiona tabacuni, nicotiana rustica dan spesies lain atau sintesisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan (Anonim, 2006).

b. Pengertian merokok.

1) Merokok termasuk salah satu perbuatan yang mengarah pada pekerjaan membinasahkan.

2) Merokok adalah simbol persahabatan dan keakraban.

3) Merokok adalah bagian dari sisi hidup dan kehidupan buat para perokok. 4) Merokok adalah perbuatan mubazir, maka hal tersebut dilarang dalam

agama islam (Anonim, 2006).

c. Faktor–faktor resiko bagi remaja untuk merokok.

Seperti penggunaan zat-zat (suntances) lainnya, terdapat beberapa faktor risiko bagi remaja sehingga mereka menjadi perokok. Faktor–faktor tersebut antara lain faktor psikologik, faktor biologik, dan faktor lingkungan serta regulasi atau peraturan penjualan rokok.

1) Faktor psikologik.

a) Faktor perkembangan sosial.

Aspek perkembangan pada remaja antara lain : (1) Menetapkan kebebasan otonomi,

(2) Membentuk identitas diri,

(3) Penyesuaian perubahan psikososial berhubungan dengan maturasi fisik.

(6)

105

objek tertentu. Mencoba – coba merupakan keputusan seseorang untuk melakukan sesuatu akibat tertarik terhadap stimulus (Notoatmodjo, 2003). Teman sebaya (peer) adalah individu yang tingkat dan kematangannya dan umurnya kurang lebih sama. Dalam perkembangan sosial remaja maka remaja mulai memisahkan diri dari orang tua dan mulai memperluas hubungan dengan teman sebaya. Besarnya peranan teman sebaya dalam kehidupan sosial remaja mendorong remaja untuk membentuk kelompok – kelompok (Soetjiningsih, 2004). Kelompok remaja dapat memenuhi kebutuhan pribadi remaja, memberi penghargaan kepada mereka, memberikan informasi, menaikkan harga diri dan memberikan remaja identitas. Hubungan teman sebaya yang baik mungkin perlu bagi perkembangan sosial yang normal pada masa remaja. Isolasi sosial atau ketidakmampuan untuk masuk kedalam suatu jaringan sosial, berkaitan dengan berbagai bentuk masalah dan gangguan, dimulai dari kenakalan dan masalah minum alkohol, obat–obatan hingga depresi. Jadi pengaruh teman sebaya dapat positif maupun negatif (Santrock, 2003).

b) Faktor psikiatrik.

Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak–kanak dan masa dewasa. Remaja tidak memiliki tempat yang jelas, yaitu bahwa mereka tidak termasuk golongan anak–anak tetapi tidak juga termasuk pada golongan dewasa. Erikson mengatakan bahwa untuk menemukan jati dirinya peran remaja harus mempunyai dalam kehidupan sosialnya sehingga dapat mengembangkan dirinya (Soetjiningsih, 2004).

Sumber–sumber yang dapat mempengaruhi pembentukan identitas diri adalah lingkungan sosial, dimana remaja tumbuh dan berkembang, seperti keluarga dan tetangga yang merupakan lingkungan masa kecil. Dalam proses perkembangan identitas diri, sering dijumpai bahwa remaja mempunyai seseorang yang sangat berarti, seperti sahabat, guru, kakak, bintang olah raga atau bintang film yang dikagumi. Orang–orang tersebut menjadi tokoh idola karena memiliki nilai–nilai ideal bagi remaja dan mempunyai pengaruh yang cukup besar bagi perkembangan identitas diri. Sehingga remaja sering berperilaku seperti idolanya dengan meniru sikap maupun perilakunya dan seolah-olah menjadi seperti mereka. Status dalam pembentukan identitas diri tersebut sangat berpengaruh terhadap harapan–harapan, pandangan terhadap diri maupun reaksi terhadap stres. Kecemasan adalah perasaan yang paling dominan dialami remaja karena persoalan yang sulit untuk dipecahkan. Maka remaja cenderung akan melakukan hal– hal yang tidak dapat diterima oleh masyarakat, seperti mabuk– mabukan, penyalahgunaan obat atau zat sebagai cara untuk menghindari tanggung jawab (Santrock, 2003).

(7)

106

kejadian depresi mayor dan penyalahgunaan zat tertentu. Remaja yang memperlihatkan gejala depresi dan cemas mempunyai risiko lebih tinggi untuk memulai rokok dari pada remaja yang asimtomatik. Remaja dengan gangguan cemas bisa menggunakan rokok untuk menghilangkan kecemasan dan stres yang mereka alami (Soetjiningsih, 2004). Stress adalah respon individu terhadap keadaan atau kejadian yang memicu stres, yang mengancam dan mengganggu kemampuan seseorang untuk menaganinya (coping). Status dalam pembentukan identitas tersebut sangat berpengaruh terhadap harapan– harapan, pandangan terhadap diri maupun reaksi terhadap stres dan kecemasan (Santrock, 2003). Sampai saat ini masih terjadi perdebatan tentang hubungan antara merokok dengan penyakit psikiatrik. Gejala psikiatrik dapat muncul selama gejala putus nikotin (nikotin withdrawal) seperti cemas, depresi, bingung (Soetjiningsih, 2004). 9) Faktor biologik.

a) Faktor kognitif.

Menurut David Wechsler (1958) kognitif didefinisikan sebagai

“keseluruhan kemampuan individu untuk berfikir dan bertindak secara

terarah serta mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif”.

Jadi, kognitif memang mengandung unsur pikiran atau rasio. Semakin banyak unsur rasio yang harus digunakan dalam suatu tindakan atau tingkah laku, semakin baik tingkah laku tersebut (Sarwono, 2005). Pada masa remaja belum menyadari adanya bermacam – macam penyebab penyakit pada kesehatan remaja. Remaja lebih cenderung menggambarkan kesehatan dengan menggunakan faktor psikologi, emosional dan sosial serta menganggap bahwa perilaku mereka adalah hal yang penting bagi mereka sendiri (Santrock, 2003). Faktor lain yang menyebabkan perkembangan kecanduan nikotin adalah merasakan adanya efek bermanfaat dari nikotin. Sebagai contoh, beberapa dewasa perokok melaporkan bahwa Merokok memperbaiki konsentrasi. Telah dibuktikan bahwa nikotin mengganggu perhatian dan kemampuan kognitif, tetapi hal ini akan berkurang bila mereka diberi nikotin atau rokok. Studi yang dilakukan pada dewasa perokok dan tidak merokok memperlihatkan bahwa nikotin dapat

meningkatkan “finger-tapping rate”, respon motorik dalam tes fokus perhatian, perhatian terus-menerus dan pengenalan memori.

b) Faktor jenis kelamin.

Patut diperhatikan bahwa belakangan ini kejadian merokok meningkat pada remaja wanita. Remaja wanita perokok melaporkan bahwa dengan merokok mereka menjadi lebih percaya diri, suka menentang, dan secara sosial cakap. Keadaan ini berbeda dengan laki-laki perokok yang secara sosial tidak aman.

c) Faktor etnik.

(8)

107

substansial. Ini dapat membedakan risiko pada beberapa etnik dalam hal penyakit yang berhubungan dengan merokok.

d) Faktor genetik.

Variasi genetik mempengaruhi fungsi reseptor dopamin dan enzim hati yang memetabolisme nikotin. Konsekuensinya adalah meningkatnya risiko kecanduan nikotin pada beberapa individu. Variasi efek nikotin dapat diperantarai oleh polimorfisme gen reseptor dopamin yang mengakibatkan lebih besar atau lebih kecilnya ganjaran (reward) dan mudah kecaduan obat. Kecanduan nikotin melibatkan faktor lingkungan dan genetik yang multipel. Faktor genetik dapat menjelaskan banyaknya variasi penggunaan tembakau pada remaja, serta tampak mempengaruhi reaksi farmakologik terhadap nikotin, beberapa darinya tampak berkaitan dengan gen yang mempengaruhi ekspresi alkoholisme.

10)Faktor lingkungan.

Lingkungan menyangkut segala sesuatu yang ada di sekitar individu baik fisik, biologi dan sosial. Lingkungan sangat mempengaruhi terhadap perilaku individu dan dari faktor lingkungan dapat menyebabkan seseorang memiliki perilaku merokok. Pada umumnya remaja membentuk kelompok ketika mereka memasuki masa remaja dan mereka akan menjadi anggota kelompok usia sebaya. Kelompok itu disebut reference group dan melalui kelompok tersebut remaja dapat memperoleh nilai dan peran yang dapat menjadi acuan bagi dirinya, sehingga remaja menjadi begitu berarti dan sangat berpengaruh adalah kehidupan sosial remaja. Keluarga mempunyai pengaruh yang cukup besar bagi perkembangan remaja karena keluarga merupakan lingkungan sosial pertama, yang meletakkan dasar–dasar kepribadian remaja. Pengaruh kelompok teman sebaya juga sangatlah besar dalam melakukan penyimpangan perilaku merokok. Faktor - faktor yang berkaitan dengan penggunaan tembakau antara lain: orang tua, saudara kandung, teman sebaya yang merokok, terpapar reklame tembakau, artis pada reklame di media. Orang tua memegang peranan terpenting. Dari remaja yang merokok, didapatkan 75%. Salah satu atau kedua orang tuanya merokok. Sebuah studi kohort pada anak – anak SMU mendapatkan bahwa penyebab yang bermakna dalam peralihan dari kadang – kadang merokok menjadi merokok secara teratur adalah orang tua merokok dan konflik keluarga.

(9)

108 d. Jenis–jenis rokok.

Secara garis besar, rokok terbagi atas 4 jenis yaitu : 1) Rokok putih.

Rokok putih adalah rokok yang tembakaunya berasal dari luar indonesia. Rokok jenis ini rasanya pahit dan tidak padat. Contoh rokok untuk jenis ini antara lain Marlboro, Lucky Strike, 555, Ardath, dll.

2) Rokok kretek.

Ini adalah rokok produksi dalam negeri. Istilah kretek kemungkinan besar diambil dari bunyinya yang kretek – kretek jika dibakar. Rokok jenis ini tembakuanya sudah dicampur dengan cengkeh dan rempah – rempah lain sehingga ada rasa manisnya. Karakteristik lainnya adalah tembakau yang padat. Konon, beberapa rokok kretek jika disimpan lebih lama cita rasanya akan semakin baik. Rokok jenis ini antara lain Sampoerna Mild, Dji Sam Soe, Gudang Garan Filter, dll.

3) Cerutu.

Yang membedakan cerutu dengan rokok adalah ukurannya. Ukuran cerutu pada umumnya lebih besar dari rokok yang dibalut tembakau juga, bukan kertas seperti rokok.Cerutu memiliki kandungan tembakau yang sangat padat sehingga biasanya satu batang cerutu bisa dihisap secara bertahap. 4) Rokok rasta.

Rokok ini juga merupakan campuran antara tembakau dan sayur–sayuran dari hutan di aceh yang sudah dikeringkan. Bau rokok ini sangat menusuk hidung dan membuat mulut kering. Rokok jenis ini juga mengeluarkan suara kretek–kretek jika dibakar. Biasanya dibalut dengan papir (Wahyutan, 2003).

e. Zat kimia yang terkandung dalam rokok.

Menurut R. A. Nainggolan ada 15 zat kimia, yaitu : 1) Aerolin.

Merupakan zat cair yang tidak berwarna seperti Adechdte. Zat ini diperoleh dengan mengambil cairan Glyseril atau dengan mengeringkannya. Zat ini juga mengandung akohol dengan kata lain heroin adalah alkohol.

2) Karbonmonoksida (CO).

Merupakan gas beracun yang mampu mengakibatkan kemampuan darah membawa oksigen berkurang.

3) Nikotin.

Merupakan cairan minyak yang tidak berwarna dan dapat menyebabkan rasa perih, zat ini bersifat adiktif dan karsinogen yang mempengaruhi saraf dan peredaran darah.

4) Tar.

(10)

109 5) Amonia.

Merupakan gas berwarna terdiri dari Nitrogen dan Melrogen. Zat ini berbau sangat tajam dan merangsang amonia dapat memasuki sel-sel tubuh.

6) Fermid Acid.

Sejenis cairan tidak berwarna dapat menyebabkan kelumpuhan dan dalam peredaran darah dapat meningkatkan kecepatan pernapasan.

7) Hidrogen Cyanide.

Sejenis gas tidak beracun dan tidak berbau. Zat ini sangat efektif dalam menghalangi masuknya oksigen, Cyanid juga mengandung racun yang sangat berbahaya dan menyebabkan kematian.

8) Nifraus Oxide.

Merupakan zat berwarna, bila dihisap dapat mengakibatkan hilangnya keseimbangan, Zat ini biasa digunakan sebagai obat anastesi.

9) Formal Dehyde.

Merupakan sejenis gas tidak berwarna dan berbau tajam. Gas ini tergolong zat pengawet dan pembasmi hama.

10) Phenol.

Merupakan zat beracun yang dapat membahayakan dan mampu berikatan serta menghalangi kerja enzim.

11) Achetol.

Sejenis zat tidak berwarna, tidak berbau dan dapat bergerak bebas serta mudah menguap dengan alkohol.

12) Hydrogen Sulfide.

Sejenis gas beracun yang mudah terbakar. Zat ini menghalangi kerja enzim.

13) Pyridine.

Sejenis cairan berwarna yang berbau tajam. Zat ini biasa digunakan untuk pembunuh hama.

14) Methyl Cloride.

Zat ini merupakan zat yang sangat beracun biasanya digunakan sebagai obat anastesi.

15) Methanol.

Adalah campuran bahan yang dapat menguap dan terbakar. Zat ini bila dihirup akan mengakibatkan kematian (Tjandra, 1998).

16) Ada 2 macam asap rokok yang mengganggu kesehatan :

a) Asap rokok utama (mainstream), adalah asap yang dihisap oleh si perokok.

b) Asap sampingan (sidestream), adalah asap yang merupakan pembakaran dari ujung rokok, kemudian menyebar ke udara.

(11)

110 f. Dampak merokok.

1) Menyebabkan mata mengeluarkan air tangis dan rambut berbau

2) Mininggikan tekanan darah dan menyebabkan denyut nadi semakin cepat 3) Meningkatkan risiko kelemahan karena sirkulasi darah kurang baik 4) Mengurangi upaya mengecap dan menghidu

5) Mewarnai gigi dan jari

6) Dapat menyebabkan kulit semakin tua secara prematur, kulit kering dan berkerut

7) Meningkatkan risiko serangan jantung dan otak

8) Dapat menimbulkan serangan asma dan menyebabkan asma lebih parah lagi

9) Menyebabkan sesak napas, batuk, pilek, radang paru – paru, bronkitis kronis.

10) Mungkin menyebabkan kanker paru – paru, kerongkongan. Laring dan tenggorokan.

11) Pada wanita dapat menyebabkan nyeri haid, menopause lebih awal dan infertilisasai.

12) Pada pria dapat menyebabkan impotensi, infertilisasai, dan gangguan sperma.

13) Pada wanita hamil rokok atau asap rokok dapat meningkatkan resiko pada janin, yaitu keguguran, pertumbuhan terhambat, komplikasi selama pertumbuhan, lahir prematur, berat badan rendah, kesulitan bernapas saat lahir, sakit dalam hari–hari pertama setelah lahir dan meninggal (Aditama, 1997).

g. Bahaya penggunaan tembakau dan terpapar asap tembakau.

(12)

111 d. Penatalaksanaan remaja perokok.

Program penghentian merokok pada remaja kurang berhasil. Beberapa tipe intervensi pengobatan melalui beberapa studi disebarkan untuk remaja. Kelemahan utama studi tersebut adalah dalam hal desain dan laporan yang kurang terhadap penurunan penggunaan tembakau.

1) Riwayat remaja perokok.

Beberapa remaja ada dalam proses perkembangan kecanduan tembakau, sebaliknya mayoritas dewasa telah kecanduan selama beberapa tahun. Pada remaja, pola merokok juga lebih bervariasi dalam jumlah maupun frekuensinya dibanding dewasa. Sebuah studi kohort yang dilakukan di sekolah pada 276 perokok dengan umur 12 sampai 18 tahun, angka kejadian penghentian merokok adalah 46% pada perokok jarang, 12% pada perokok 1- 9 batang perhari, dan 6,8% pada perokok 10 batang perhari. Kaum muda tidak merasa kebutuhan menurunkan mata rantai yang membahayakan terhadap paparan tembakau. Beberapa remaja, kecanduan nikotinnya ada dalam tahap bulan madu (hooney moon phase). Keberhasilan pengobatan tergantung pada penyesuaian secara individu dan cara yang tepat yang dapat meningkatkan motivasi.

Pada remaja, sekali penghentian merokok dimulai, sedikit diketahui alasan untuk merokok kembali. Godaan untuk merokok kembali dihubungkan dengan keadaan afektif dan gejala putus nikotin.

Untuk membantu program penghentian merokok pada kaum muda, telah diperiksa beberapa faktor yang dapat memfasilitasi berhenti. pada sebuah studi kohort (n=321) remaja usia 18 tahun, alasan untuk meninggalkan rokok antara lain masalah harga (52%), kebugaran (27%), penampilan gang jelek (16%), tekanan sosial (11%), meninggalkan kebiasaan (10%), dan tanpa alasan (5%).

2) Intervensi psikososial.

Anak–anak yang dalam kesehariannya terpapar rokok lebih sedikit dapat memelihara penurunan merokok sampai 1 bulan setelah melengkapi program, tidak dilaporkan adanya efikasi jangka panjang. Keberhasilan Penghentian merokok dapat dihindari oleh faktor-faktor sosial seperti adanya perokok lain di dalam rumah tangga. Tingkah laku remaja mengikuti pola yang kompleks dari teman sebaya, pemimpin gang atau kelompok, orang tua dan model–model lain yang berperanan.

3) Pendekatan farmakologi.

(13)

112

perokok. Penelitian akhir–akhir ini memberi kesan bahwa farmakoterapi bermanfaat dan aman pada remaja pengguna tembakau.

4) Pendekatan kombinasi

Kombinasi intervensi biopsikososial dan farmakoterapi yang telah sukses pada dewasa, bisa juga dilakukan pada remaja.

e. Pencegahan merokok.

Program anti merokok yang dilakukan disekolah terutama memfokuskan pemberian informasi tentang bahaya merokok bagi kesehatan. Program tesebut berdasarkan asumsi bahwa jika kaum muda tahu mengapa merokok itu tidak sehat, maka mereka tidak akan memilih menjadi perokok. Program ini efektif dalam meningkatkan pengetahuan tentang akibat negatif merokok dan kadang–kadang efektif dalam merubah sikap terhadap merokok, tetapi kenyataannya punya pengaruh yang sedikit pada perilaku merokok. Akhir– akhir ini kebanyakan program pencegahan merokok berdasarkan satu dari dua pendekatan psikososial, yaitu : (1) pendekatan pengaruh sosial dan (2) pendekatan melatih cara menghadapi kehidupan. Pendekatan pengaruh sosial didasarkan pada asumsi bahwa model tersebut adalah faktor utama dalam memulai perilaku merokok. Kebanyakan tekanan sosial terhadap merokok datang dari orang tua, saudara kandung, teman dan media. Pendekatan melatih cara menghadapi kehidupan didasarkan pada asumsi bahwa yang menyebabkan merokok dan bentuk lain penggunaan zat–zat tertentu adalah kurangnya intelegensi personal dan sosial. Program berdasarkan pendekatan ini biasanya memberikan pelatihan pada bidang : peningkatan rasa rendah diri, ketegasan, cara berkomunikasi, interaksi sosial, santai dalam mengatasi stres, pemecahan masalah dan membuat keputusan. Program pencegahan yang akan datang perlu lebih komprehensif serta memasukkan dalam pendekatan mereka untuk mencegah bukan hanya individu tersebut, tetapi juga keluarga, sekolah, masyarakat dan media. Letak pelayanan kesehatan adalah tempat penting lainnya untuk pencegahan merokok. Pendidikan perindividu dan intervensi berkelompok oleh dokter, perawat, pekerja sosial dan tema sebaya (Soetjiningsih, 2004).

f. Peran tenaga kesehatan di masyarakat.

Dokter atau tenaga medis lainnya hendaknya mempersiapkan diskusi persoalan penghentian tembakau pada setiap kesempatan. Dengan cara melakukan identifikasi penggunaan tembakau selama kontrol kesehatan rutin atau penyembuhan penyakit yang disebabkan penggunaan tembakau, terpapar tembakau, nasehat penghentian, pengobatan dan rujukan.

Lebih rendahnya angka penggunaan tembakau terutama pada kaum muda tergantung pada usaha yang komprehensif, tersebar luas dan terus–menerus untuk mengurangi ketersediaan produk. Usaha tersebut antara lain :

1) Menaikkan bea cukai tembakau.

2) Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang bahaya menggunakan tembakau dan terpapar tembakau.

3) Kurangi reklame dan promosi produk tembakau dan mendorong perkembangan reklame anti tembakau.

4) Meningkatkan kewaspadaan dari kenyataan bahwa kebanyakan masyarakat (75% populasi) tidak menggunakan produk tembakau.

(14)

113

6) Mempromosikan media yang memberitakan tentang bahaya tembakau

(Soetjiningsih, 2004). g. Cara berhenti merokok.

Pikirkan alasan–alasan kenapa kita mau berhenti merokok. Misalnya, karena dengan tidak merokok kita bisa :

1) Berpenampilan lebih rapi dan wangi. 2) Menu makanan sehat dan seimbang. 3) Menghemat uang jajan.

4) Mengurangi resiko terkena kanker, sakit jantung dan stroke. 5) Hidup lebih lama dari pada teman yang merokok.

6) Kenali hal – hal yang menjadi pemicu membuat kita ingin merokok. 7) Minta dukungan keluarga dan teman.

8) Mulai berolahraga atau melakukan aktivitas yang menyenangkan untuk menghilangkan stres dan meningkatkan kesehatan.

9) Cukup istirahat (Guntoro Utamadi, 2002).

C. METODE PENELITIAN. 1. Desain Penelitian.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan desain Penelitian Deskriptif dengan pendekatan survey.

KERANGKA KERJA

Gambar 1. Kerangka Kerja Faktor- Faktor Yang Melatarbelakangi Perilaku

Merokok Pada Remaja Di SMK “Raden Patah” Kecamatan Mojosari Kabupaten

Mojokerto Keterangan :

: Diteliti

: Tidak Diteliti Faktor Predisposisi : 1. Faktor Psikologik

a. Faktor perkembangan sosial b. Fakor psikiatrik

2. Faktor biologik

a. Faktor jenis kelamin b. Faktor kognitif c. Faktor etnik d. Faktor genetika 3. Faktor lingkungan

Faktor regulatori

Faktor Pendukung Sarana/Informasi

Faktor Pendorong 1. Teman Sebaya 2. Keluarga 3. Media Iklan

(15)

114

2. Populasi, Sampel, Variabel dan Definisi Operasional.

Pada penelitian ini populasinya adalah semua siswa yang bersekolah di

SMK “Raden Patah” Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto pada tanggal 09 –

15 Agustus 2007 yang berjumlah 1319 siswa, dengan teknik pengambilan sampel non probability yaitu consequtive sampling. Teknik consequtive sampling adalah suatu cara pengambilan sampel dengan memilih sampel yang memenuhi kriteria penelitian sampai kurun waktu tertentu sehingga jumlah sampel terpenuhi (Alimul, 2003). Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian siswa SMK “Raden Patah” Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto dengan jumlah sampel 96 orang yang memenuhi kriteria :

a. Kriteria Inklusi.

Kriteria Inklusi dalam penelitian ini adalah :

1) Semua siswa yang bersekolah di SMK “Raden Patah” Mojosari Mojokerto kelas 1 , 2 dan 3.

2) Bersedia menjadi responden. 3) Siswa yang merokok.

b. Kriteria Eksklusi.

Kriteria Eksklusi dalam penelitian ini adalah :

1) Bukan siswa yang bersekolah di SMK “Raden Patah” Kecamatan Mojosari

Kabupaten Mojokerto.

2) Menolak untuk menjadi responden. 3) Siswa yang tidak merokok.

Tabel 1. Definisi Operasional Faktor- Faktor Yang Melatarbelakangi Perilaku

Merokok Pada Remaja Di SMK “Raden Patah” Kecamatan Mojosari

Kabupaten Mojokerto

Variabel Definisi

operasional Parameter Skala Skoring Alat ukur Pengetahuan Sesuatu yang

diketahui oleh responden tentang perilaku merokok Kemampuan respoden menjawab :

1. Zat-zat yang terkandung pada merokok. 2. Bahaya merokok. 3. Jenis-jenis rokok.

Ordinal benar = 1 salah = 0 keriteria Baik : 76-100% cukup : 56-75%

Kurang : ≤ 56% (Arikunto, 1998)

Kuesioner

Psikologis Sesuatu dalam diri seseorang yang melatar-belakangi untuk melakukan perilaku merokok Kemampuan responden dalam menyesuaikan diri meliputi : 1. Identitas diri 2. Menghilangkan

stres

3. Percaya diri

Ordinal SS = 4, S = 3,

(16)

115 Variabel Definisi

operasional Parameter Skala Skoring Alat ukur Lingkungan Sesuatu dari

luar diri seseorang yang melatar- belakangi untuk melakukan perilaku merokok

Faktor yang

mendukung perilaku merokok meliputi : 1. Teman sebaya 2. Anggota keluarga 3. Media

Ordinal SS = 4, S = 3,

KS = 2, TS = 1 Kriteria

Mendukung :

≥ 50%

Tidak

mendukung : < 50%

(Arikunto, 2002)

Kuesione r

3. Teknik Analisis Data.

Analisa data dilakukan dengan teknik analisis kulalitatif, teknik ini digunakan untuk pengolahan data yang berbentuk kategorisasi, karakteristik atau sifat variabel (Notoatmodjo, 2002). Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan tabel distribusi frekuensi. Rumus yang dipakai adalah sebagai berikut :

% 100  

Sm Sp N

Keterangan : N = Prosentase.

Sp = Nilai yang didapat responden. Sm = Nilai tertinggi yang diharapkan.

Dimana jawaban responden akan diprosentase, dan digolongkan sebagai berikut : 1) Pengetahuan

Baik : 76 – 100 % Cukup : 56 – 75 %

Kurang : ≤ 56 % (Arikunto, 1998). 2) Psikologi

Mendukung : ≥ 50 %

Tidak Mendukung : < 50 % 3) Lingkungan

Mendukung : ≥ 50 %

Tidak Mendukung : < 50 % (Arikunto, 2002).

D. HASIL PENELITIAN. 1. Data Umum.

a. Karakteristik responden berdasarkan usia.

No. Karakteristik Usia Frekuensi Prosentase (%)

1 15 – 16 tahun 34 35,4

2 17 – 18 tahun 56 58,3

3 19 – 20 tahun 6 6,3

(17)

116

Tabel diatas menunjukkan bahwa lebih dari 50% responden berumur 17–18 tahun dan responden yang berumur 19-20 tahun mempunyai proporsi yang paling kecil.

b. Karakteristik responden berdasarkan kelas.

No. Karakteristik Kelas Frekuensi Prosentase (%)

1 1 28 29,2

2 2 30 31,3

3 3 38 39,6

Total 96 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa paling banyak responden berada dikelas 3 dan responden yang berada di kelas 1 mempunyai proporsi yang paling kecil.

2. Data Khusus.

a. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pengetahuan.

No. Tingkat Pengetahuan Frekuensi Prosentase (%)

1 Baik 0 0

2 Cukup 5 5,2

3 Kurang 91 94,8

Total 96 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden mempunyai pengetahuan kurang dan tidak ada responden yang mempunyai pengetahuan baik.

b. Karakteristik responden berdasarkan faktor psikologi.

No. Faktor Psikologi Frekuensi Prosentase (%)

1 Mendukung 72 75

2 Tidak Mendukung 24 25

Total 96 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden mendukung dalam faktor psikologi untuk melakukan merokok dan sisanya tidak mendukung.

Berikut ini adalah uraian data tentang faktor psikologi yang melatarbelakangi perilaku merokok pada remaja.

a. Karakteristik responden berdasarkan berdasarkan item pertanyaan, merokok karena ingin mencoba - coba atau ingin tahu.

No. Ingin Mencoba-Coba Atau

Ingin Tahu Frekuensi Prosentase (%)

1 Sangat setuju 18 18,18

2 Setuju 39 40,6

3 Kurang setuju 28 29,2

4 Tidak setuju 11 11,5

Total 96 100

(18)

117

b. Karakteristik responden berdasarkan berdasarkan item pertanyaan, merokok agar tampil lebih dewasa dan keren.

No. Tampil Lebih Dewasa Dan

Keren Frekuensi Prosentase (%)

1 Sangat setuju 17 17,7

2 Setuju 24 25

3 Kurang setuju 27 28,1

4 Tidak setuju 28 29,2

Total 96 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa paling banyak responden tidak setuju bahwa perilaku merokok agar tampil lebih dewasa dan keren sedangkan sangat setuju mempunyai proporsi paling kecil.

c. Karakteristik responden berdasarkan berdasarkan item pertanyaan, merokok agar lebih percaya diri.

No. Lebih Percaya Diri Frekuensi Prosentase (%)

1 Sangat setuju 22 22,9

2 Setuju 27 28,1

3 Kurang setuju 27 28,1

4 Tidak setuju 20 20,8

Total 96 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa paling banyak responden setuju dan kurang setuju melakukan perilaku merokok agar lebih percaya diri sedangkan tidak setuju mempunyai proporsi paling kecil.

d. Karakteristik responden berdasarkan berdasarkan item pertanyaan, jika tidak merokok akan sulit konsentrasi.

No. Sulit Konsentrasi Frekuensi Prosentase (%)

1 Sangat setuju 15 15,6

2 Setuju 21 21,9

3 Kurang setuju 30 31,3

4 Tidak setuju 29 30,2

5 Absen 1 1

Total 96 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa paling banyak responden kurang setuju jika tidak melakukan perilaku merokok akan sulit konsentrasi sedangkan sangat setuju mempunyai proporsi paling kecil.

e. Karakteristik responden berdasarkan berdasarkan item pertanyaan, merokok dapat menghilangkan stres.

No. Menghilangkan Stres Frekuensi Prosentase (%)

1 Sangat setuju 24 25

2 Setuju 45 46,9

3 Kurang setuju 15 15,6

4 Tidak setuju 12 12,5

Total 96 100

(19)

118

f. Karakteristik responden berdasarkan berdasarkan item pertanyaan, merokok dapat memiliki banyak teman.

No. Memiliki Banyak Teman Frekuensi Prosentase (%)

1 Sangat setuju 22 22,9

2 Setuju 27 28,1

3 Kurang setuju 23 24

4 Tidak setuju 23 24

5 Absen 1 1

Total 96 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa paling banyak responden setuju jika melakukan perilaku merokok dapat memiliki banyak teman sedangkan sangat setuju mempunyai proporsi paling kecil.

g. Karakteristik responden berdasarkan berdasarkan item pertanyaan, merokok akan menjadi nyaman.

No. Merokok Lebih Nyaman Frekuensi Prosentase (%)

1 Sangat setuju 15 15,6

2 Setuju 39 40,6

3 Kurang setuju 23 24

4 Tidak setuju 19 19,8

Total 96 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa paling banyak responden setuju jika melakukan perilaku merokok akan menjadi nyaman sedangkan sangat setuju mempunyai proporsi paling kecil.

h. Karakteristik responden berdasarkan berdasarkan item pertanyaan, jika tidak melakukan perilaku merokok merasa sulit bergaul.

No. Sulit Bergaul Frekuensi Prosentase (%)

1 Sangat setuju 10 10,4

2 Setuju 19 19,8

3 Kurang setuju 32 33,3

4 Tidak setuju 35 36,5

Total 96 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa paling banyak responden tidak setuju jika tidak melakukan perilaku merokok merasa sulit bergaul sedangkan sangat setuju mempunyai proporsi paling kecil.

b. Karakteristik responden berdasarkan faktor lingkungan.

No. Faktor Lingkungan Frekuensi Prosentase (%)

1 Mendukung 44 45,8

2 Tidak Mendukung 52 54,2

Total 96 100

(20)

119

Berikut ini adalah uraian data tentang faktor lingkungan yang melatarbelakangi perilaku merokok pada remaja.

a. Karakteristik responden berdasarkan berdasarkan item pertanyaan, merokok karena ajakan teman di sekolah.

No. Ajakan Teman di Sekolah Frekuensi Prosentase (%)

1 Sangat setuju 12 12,5

2 Setuju 27 28,1

3 Kurang setuju 30 31,3

4 Tidak setuju 27 28,1

Total 96 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa paling banyak responden kurang setuju ingin melakukan perilaku merokok karena ajakan teman disekolah dan sangat setuju mempunyai proporsi paling kecil.

b. Karakteristik responden berdasarkan berdasarkan item pertanyaan, merokok karena ajakan teman di rumah.

No. Ajakan Teman di Rumah Frekuensi Prosentase (%)

1 Sangat setuju 10 10,4

2 Setuju 44 45,8

3 Kurang setuju 18 18,8

4 Tidak setuju 24 25

Total 96 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa paling banyak responden setuju ingin melakukan perilaku merokok karena ajakan teman dirumah dan sangat setuju mempunyai proporsi paling kecil.

c. Karakteristik responden berdasarkan berdasarkan item pertanyaan, merokok karena orang tua juga merokok.

No. Orang Tua Merokok Frekuensi Prosentase (%)

1 Sangat setuju 12 12,5

2 Setuju 11 11,5

3 Kurang setuju 28 29,2

4 Tidak setuju 43 44,8

5 Absen 2 2,1

Total 96 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa paling banyak responden tidak setuju melakukan perilaku merokok karena orang tua juga merokok dan setuju mempunyai proporsi paling kecil.

d. Karakteristik responden berdasarkan berdasarkan item pertanyaan, merokok karena terpengaruh iklan rokok.

No. Terpengaruh Iklan Rokok Frekuensi Prosentase (%)

1 Sangat setuju 7 7,3

2 Setuju 12 12,5

3 Kurang setuju 28 29,2

4 Tidak setuju 49 51

Total 96 100

(21)

120

e. Karakteristik responden berdasarkan berdasarkan item pertanyaan, merokok disekolah merupakan tempat yang nyaman.

No. Sekolah Tempat Yang

Nyaman Frekuensi Prosentase (%)

1 Sangat setuju 5 5,2

2 Setuju 13 13,5

3 Kurang setuju 29 30,2

4 Tidak setuju 47 49

5 Absen 2 2,1

Total 96 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa paling banyak responden tidak setuju bahwa merokok disekolah merupakan tempat yang nyaman dan sangat setuju mempunyai proporsi paling kecil.

f. Karakteristik responden berdasarkan berdasarkan item pertanyaan, merokok merupakan simbol persahabatan dan keakraban.

No. Simbol Persahabatan Dan

Keakraban Frekuensi Prosentase (%)

1 Sangat setuju 17 17,7

2 Setuju 21 21,9

3 Kurang setuju 38 39,6

4 Tidak setuju 20 20,8

Total 96 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa paling banyak responden kurang setuju bahwa merokok merupakan simbol persahabatan dan keakraban dan sangat setuju mempunyai proporsi paling kecil.

g. Karakteristik responden berdasarkan berdasarkan item pertanyaan, lebih memilih teman yang merokok.

No. Lebih Memilih Teman

Yang Merokok Frekuensi Prosentase (%)

1 Sangat setuju 11 11,5

2 Setuju 12 12,5

3 Kurang setuju 43 44,8

4 Tidak setuju 30 31,3

Total 96 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa paling banyak responden kurang setuju lebih memilih teman yang merokok dan sangat setuju mempunyai proporsi paling kecil.

c. Kesimpulan uraian item pertanyaan pada faktor psikologi.

No. Pertanyaan

Sangat

Setuju Setuju

Kurang Setuju

Tidak

Setuju Total

F % F % F % F % F %

1. Ingin mencoba – coba atau ingin tahu

18 18,8 39 40,6 28 29,2 11 11,5 96 100

(22)

121 dewasa dan keren

3. Agar lebih

percaya diri 22 22,9 27 28,1 27 28,1 20 20,8 96 100 4. Jika tidak

merokok sulit konsentrasi

15 15,6 21 21,9 30 31,3 29 30,2 96 100

5. Merokok dapat menghilangkan stres

24 25 45 46,9 15 15,6 12 12,5 96 100

6. Jika merokok akan memiliki banyak teman

22 22,9 27 28,1 23 24 23 24 96 100

7. Jika merokok akan merasa lebih nyaman

15 15,6 39 40,6 23 24 19 19,8 96 100

8. Jika tidak merokok akan sulit bergaul

10 10,4 19 19,8 32 33,3 35 36,5 96 100

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui sebagian besar uraian item pertanyaan faktor psikologi yang melatarbelakangi perilaku merokok remaja, merokok dapat menghilangkan stres dengan kategori setuju sebanyak 45 orang (46,9%) dan sebagian kecil pada item pertanyaan, jika tidak merokok akan sulit bergaul dengan kategori sangat setuju sebanyak 10 orang (10,4%).

d. Kesimpulan uraian item pertanyaan pada faktor lingkungan.

No. Pertanyaan

Sangat

Setuju Setuju

Kurang Setuju

Tidak

Setuju Total

F % F % F % F % F %

1. Merokok karena diajak teman di

sekolah 12 12,5 27 28,1 30 31,3 27 28,1 96 100

2. Merokok karena diajak teman di sekitar rumah

10 10,4 44 45,8 18 18,8 24 25 96 100

3. Merokok karena orang tua juga merokok

12 12,5 11 11,5 28 29,2 43 44,8 96 100

4. Merokok karena terpengaruh iklan rokok

7 7,3 12 12,5 28 29,2 49 51 96 100

5. Sekolah tempat merokok yang nyaman

5 5,2 13 13,5 29 30,2 47 49 96 100

6. Merokok merupakan simbol

(23)

122 No. Pertanyaan

Sangat

Setuju Setuju

Kurang Setuju

Tidak

Setuju Total

F % F % F % F % F %

persahabatan 7. Lebih memilih

teman yang merokok

11 11,5 12 12,5 43 44,8 30 31,3 96 100

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui sebagian besar uraian item pertanyaan faktor lingkungan yang melatarbelakangi perilaku merokok remaja, merokok karena terpengaruh iklan rokok dengan kategori tidak setuju sebanyak 49 orang (51%) dan sebagian kecil pada item pertanyaan, sekolah merupakan tempat merokok yang nyaman dengan kategori sangat setuju sebanyak 5 orang (5,2%).

E. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN.

1. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pengetahuan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai pengetahuan kurang sebanyak 91 orang (94,8%) dan tidak ada responden yang mempunyai pengetahuan baik.Menurut David Wechsler (1958) kognitif didefinisikan sebagai “keseluruhan kemampuan individu untuk berfikir dan

bertindak secara terarah serta mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif”.

Jadi, kognitif memang mengandung unsur pikiran atau rasio. Semakin banyak unsur rasio yang harus digunakan dalam suatu tindakan atau tingkah laku, semakin baik tingkah laku tersebut (Sarwono, 2005).

Pada masa remaja belum menyadari adanya bermacam–macam penyebab penyakit pada kesehatan remaja. Remaja lebih cenderung menggambarkan kesehatan dengan menggunakan faktor psikologi, emosional dan sosial serta menganggap bahwa perilaku mereka adalah hal yang penting bagi mereka sendiri (Santrock, 2003).

Program pencegahan merokok adalah upaya pendidikan dan politis yang lebih kuat untuk mencegah remaja mulai mencoba rokok. Program anti merokok yang dilakukan di sekolah terutama memfokuskan pemberian informasi tentang bahaya merokok bagi kesehatan. Program tersebut berdasarkan asumsi bahwa jika kaum muda tahu mengapa merokok itu tidak sehat, maka mereka tidak akan memilih menjadi perokok. Program ini efektif dalam meningkatkan pengetahuan tentang akibat negatif merokok dan kadang – kadang efektif dalam merubah perilaku terhadap merokok, tetapi pada kenyataannya punya pengaruh yang sedikit pada perilaku merokok. Telah dibuktikan pula bahwa nikotin dapat mengganggu perhatian dan kemampuan kognitif (Soetjiningsih, 2004).

2. Karakteristik responden berdasarkan faktor psikologi.

(24)

123

menemukan jati dirinya peran remaja harus mempunyai dalam kehidupan sosialnya sehingga dapat mengembangkan dirinya (Soetjiningsih, 2004).

Sumber–sumber yang dapat mempengaruhi pembentukan identitas diri adalah lingkungan sosial, dimana remaja tumbuh dan berkembang, seperti keluarga dan tetangga yang merupakan lingkungan masa kecil. Dalam proses perkembangan identitas diri, sering dijumpai bahwa remaja mempunyai seseorang yang sangat berarti, seperti sahabat, guru, kakak, bintang olah raga atau bintang film yang dikagumi. Orang–orang tersebut menjadi tokoh idola karena memiliki nilai–nilai ideal bagi remaja dan mempunyai pengaruh yang cukup besar bagi perkembangan identitas diri. Sehingga remaja sering berperilaku seperti idolanya dengan meniru sikap maupun perilakunya dan seolah-olah menjadi seperti mereka (Santrock, 2003).

Status dalam pembentukan identitas diri tersebut sangat berpengaruh terhadap harapan–harapan, pandangan terhadap diri maupun reaksi terhadap stres. Kecemasan adalah perasaan yang paling dominan dialami remaja karena persoalan yang sulit untuk dipecahkan. Maka remaja cenderung akan melakukan hal – hal yang tidak dapat diterima oleh masyarakat, seperti mabuk–mabukan, penyalahgunaan obat atau zat sebagai cara untuk menghindari tanggung jawab (Santrock, 2003). Untuk itu merokok dapat menjadi sebuah cara bagi remaja agar mereka tampak bebas dan dewasa saat menyesuaikan diri dengan teman sebaya yang merokok, dengan merokok remaja akan tampak lebih keren dan percaya diri serta merokok juga dapat menghilangkan stres. Merokok berhubungan dengan meningkatnya kejadian depresi dan cemas. Remaja yang memperlihatkan gejala cemas dan depresi mempunyai resiko lebih tinggi untuk memulai merokok (Soetjiningsih, 2004).

Berdasarkan jawaban setiap item pertanyaan pada faktor psikologi maka dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Hasil penelitian menunjukkan bahwa paling banyak responden setuju ingin coba-coba atau ingin tahu untuk melakukan perilaku merokok sebanyak 39 orang (40,6%) dan tidak setuju mempunyai proporsi paling kecil sebanyak 11 orang (11,5%). Hal ini disebabkan karena tingkah laku individu juga dipengaruhi oleh pengetahuan, pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah individu melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Mencoba – coba merupakan keputusan seseorang untuk melakukan sesuatu akibat tertarik terhadap stimulus (Notoatmodjo, 2003).

b. Hasil penelitian menunjukkan bahwa paling banyak responden bahwa paling banyak responden tidak setuju bahwa perilaku merokok agar tampil lebih dewasa dan keren sebanyak 28 orang (29,2%) sedangkan sangat setuju mempunyai proporsi paling kecil sebanyak 17 orang (17,7%). Pada masa remaja, remaja berusaha melepaskan diri dari lingkungan dan ikatan dengan keluarga karena mereka ingin mencari identitas diri. Merokok dapat menjadi sebuah cara bagi remaja agar mereka tampak bebas dan dewasa saat menyesuaikan diri dengan teman sebaya (Soetjiningsih, 2004).

(25)

124

hubungan dengan teman sebaya. Suatu penelitian menunjukkan bahwa dukungan dari teman sebaya lebih berpengaruh terhadap tingkat rasa percaya diri. Ada 4 cara untuk meningkatkan rasa percaya diri pada remaja, yaitu (1) mengidentifikasi penyebab dari rendahnya percaya diri dan dominan kompetensi diri yang penting, (2) dukungan emosional dan penerimaan sosial, (3) prestasi, (4) cara mengatasi masalah (Soetjiningsih, 2004).

d. Hasil penelitian menunjukkan bahwa paling banyak responden kurang setuju jika tidak melakukan perilaku merokok akan sulit konsentrasi sebanyak 30 orang (31,3%) sedangkan sangat setuju mempunyai proporsi paling kecil 15 orang (15,6%). Faktor yang mungkin mempengaruhi perkembangan kecanduan nikotin adalah merasakan adanya efek bermanfaat dari nikotin. Beberapa orang melaporkan bahwa merokok dapat memperbaiki konsentrasi (Soetjiningsih, 2004).

e. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden setuju jika melakukan perilaku merokok dapat menghilangkan stres sebanyak 45 orang (46,9%) sedangkan tidak setuju mempunyai proporsi paling kecil sebanyak 12 orang (12,5%). Stress adalah respon individu terhadap keadaan atau kejadian yang memicu stres, yang mengancam dan mengganggu kemampuan seseorang untuk menanganinya (coping) (Santrock, 2003). Status dalam pembentukan identitas tersebut sangat berpengaruh terhadap harapan–harapan, pandangan terhadap diri maupun reaksi terhadap stres dan kecemasan.

Merokok berhubungan dengan meningkatnya kejadian depresi dan penyalahgunaan zat–zat tertentu. Remaja yang memperlihatkan gejala depresi dan cemas mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk memulai merokok. Remaja dengan gangguan cemas dan depresi bisa menggunakan rokok untuk menghilangkan cemas dan depresi yang mereka alami hal ini dapat mempengaruhi perkembangan remaja dalam menghadapi stres dan dalam mengambil keputusan yang bertanggung jawab (Soetjiningsih, 2004).

f. Hasil penelitian menunjukkan bahwa paling banyak responden setuju jika melakukan perilaku merokok dapat memiliki banyak teman sebanyak 27 orang dengan prosentase 28,1% sedangkan sangat setuju mempunyai proporsi paling kecil 22 orang (22,9%). Teman adalah kawan, sahabat, orang–orang yang sama–sama bekerja (Kamus besar bahasa Indonesia). Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok maka semakin besar kemungkinan teman–temannya adalah perokok juga. Dari fakta tersebut ada 2 kemungkinan yang terjadi, (1) remaja tersebut terpengaruh oleh teman – temannya, (2) remaja tersebut dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang akhirnya mereka menjadi perokok (Atkitson, 1999).Pengaruh teman sangatlah besar dalam melakukan penyimpangan perilaku merokok. Oleh karena itu perlu adanya kesadaran dari dalam diri individu itu sendiri untuk menghentikan perilaku merokok (Santrock, 2003).

(26)

125

memungkinkan remaja untuk menjadi lebih nyaman dan menikmati pertemanannya dengan orang lain (Santrock, 2003).

h. Hasil penelitian menunjukkan bahwa paling banyak responden tidak setuju jika tidak melakukan perilaku merokok merasa sulit bergaul 35 orang (36,5%) sedangkan sangat setuju mempunyai proporsi paling kecil sebanyak 10 orang (10,4%). Merokok dapat menjadi sebuah cara bagi remaja agar tampak bebas dan dewasa saat menyesuaikan diri dengan teman sebaya. Banyak remaja menganggap bahwa dengan merokok mereka akan mudah untuk bergaul dengan orang lain (Soetjiningsih, 2004).

3. Karakteristik responden berdasarkan faktor lingkungan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak mendukung sebanyak 52 orang (54,2%) dalam faktor lingkungan untuk melakukan merokok dan sisanya mendukung sebanyak 44 orang (45,8%). Lingkungan menyangkut segala sesuatu yang ada di sekitar individu baik fisik, biologi dan sosial. Lingkungan sangat mempengaruhi terhadap perilaku individu dan dari faktor lingkungan dapat menyebabkan seseorang memiliki perilaku merokok.

Pada penelitian ini sebagian besar responden faktor lingkungan pada kategori tidak mendukung. Hal ini sesuai sesuai dengan teori Erikson yang disebut dengan krisis identitas, Apabila remaja memperoleh peran dalam masyarakat maka remaja tersebut akan mencapai sense of identity yaitu menemukan identitas diri. Sebaliknya apabila remaja tidak dapat menyelesaikan krisis identitas maka akan remaja tersebut mencapai identity confusion. Merokok dapat menjadi sebuah cara bagi remaja untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan (Soetjiningsih, 2004).

Pada umumnya remaja membentuk kelompok ketika mereka memasuki masa remaja dan mereka akan menjadi anggota kelompok usia sebaya. Kelompok itu disebut reference group dan melalui kelompok tersebut remaja dapat memperoleh nilai dan peran yang dapat menjadi acuan bagi dirinya, sehingga remaja menjadi begitu berarti dan sangat berpengaruh adalah kehidupan sosial remaja.

Pengaruh kelompok teman sebaya sangatlah besar dalam melakukan penyimpangan perilaku merokok. Faktor-faktor yang berkaitan dengan penggunaan tembakau antara lain: orang tua, saudara kandung, teman sebaya yang merokok, terpapar reklame tembakau, artis pada reklame di media. Orang tua memegang peranan terpenting. Dari remaja yang merokok, didapatkan 75% salah satu atau kedua orang tuanya merokok.

Reklame tembakau diperkirakan mempunyai pengaruh yang lebih kuat daripada pengaruh orang tua atau teman sebaya, mungkin karena mempengaruhi persepsi remaja terhadap penampilan manfaat rokok. Memulai menggunakan tembakau lebih erat hubungannya dengan faktor lingkungan, sedangkan peningkatan dari merokok pertama ke kecanduan rokok tampaknya dipengaruhi oleh faktor pesonal dan farmakologik (Soetjiningsih, 2004).

Berdasarkan jawaban setiap item pertanyaan pada faktor lingkungan maka dapat dijelaskan sebagai berikut:

(27)

126

12 orang (12,5%). Sedangkan setuju ingin melakukan perilaku merokok karena ajakan teman dirumah sebanyak 44 orang (45,8%) dan sangat setuju mempunyai proporsi paling kecil sebanyak 10 orang (10,4%).

Teman sebaya (peer) adalah individu yang tingkat kematangannya dan umurnya kurang lebih sama. Dalam perkembangan sosial remaja maka remaja mulai memisahkan diri dari orang tua dan mulai memperluas hubungan dengan teman sebaya. Besarnya peranan teman sebaya dalam kehidupan sosial remaja mendorong remaja untuk membentuk kelompok – kelompok (Soetjiningsih, 2004). Kelompok remaja dapat memenuhi kebutuhan pribadi remaja, memberi penghargaan kepada mereka, memberikan informasi, menaikkan harga diri dan memberikan remaja identitas.

Hubungan teman sebaya yang baik mungkin perlu bagi perkembangan sosial yang normal pada masa remaja. Isolasi sosial atau ketidakmampuan untuk masuk kedalam suatu jaringan sosial, berkaitan dengan berbagai bentuk masalah dan gangguan, dimulai dari kenakalan dan masalah minum alkohol, obat – obatan hingga depresi. Jadi pengaruh teman sebaya dapat positif maupun negatif (Santrock, 2003).

b. Hasil penelitian menunjukkan bahwa paling banyak responden tidak setuju melakukan perilaku merokok karena orang tua juga merokok sebanyak 43 orang (44,8) dan setuju mempunyai proporsi paling kecil sebanyak 11 orang (11,5%). Keluarga mempunyai pengaruh yang cukup besar bagi perkembangan remaja karena keluarga merupakan lingkungan sosial pertama, yang meletakkan dasar–dasar kepribadian remaja.

Faktor lingkungan yang berkaitan dengan penggunaan tembakau antara lain orang tua, saudara kandung maupun teman sebaya yang merokok. Orang tua memegang peranan terpenting. Dari remaja yang merokok, didapatkan 75 % salah satu atau kedua orang tuanya merokok. Studi kohort pada anak – anak SMU mendapatkan bahwa penyebab yang bermakna dalam peralihan dari kadang merokok menjadi merokok secara teratur adalah orang tua merokok dan konflik keluarga (Soetjiningsih, 2004).

c. Hasil penelitian menunjukkan bahwa paling banyak responden tidak setuju melakukan perilaku merokok karena terpengaruh iklan rokok sebanyak 49 orang (51%) dan sangat setuju mempunyai proporsi paling kecil sebanyak 7 orang (7,3%). Fungsi media bagi remaja mencakup hiburan, informasi, sensasi, membantu menanggulangi kesulitan, sebagai model peran berdasarkan jenis kelamin, sebagai jati diri budaya remaja. Media dapat mendidik remaja menjadi pasif dan mengadopsi gaya hidup yang pasif. Reklame atau iklan diperkirakan mempunyai pengaruh yang lebih kuat dari pada orang tua atau teman sebaya. Pengaruh media pada perilaku remaja sangat berbeda – beda, sebagian tergantung pada kebutuhan, kemampuan, ketertarikan dan kedewasaan remaja (Santrock, 2003).

(28)

127

2003). Pada penelitian ini remaja kurang menyadari bahwa sekolah merupakan suatu tempat sosial sehingga mereka dapat melakukan perilaku merokok di sembarang tempat.

e. Hasil penelitian menunjukkan bahwa paling banyak responden kurang setuju bahwa merokok merupakan simbol persahabatan dan keakraban sebanyak 38 orang (39,6%) dan sangat setuju mempunyai proporsi paling kecil sebanyak 17 orang (17,7%). Persahabatan diartikan secara sempit sebagai pengungkapan diri atau membagi hal–hal yang pribadi. Persahabatan remaja memiliki 6 fungsi : stimulasi, dukungan fisik, dukungan ego, perbandingan sosial, keakraban dan perhatian. Menurut Sullivan (1963) ada peningkatan kepentingan secara psikologi dan keakraban antar teman dekat pada masa awal remaja (Santrock, 2003).

f. Hasil penelitian menunjukkan bahwa paling banyak responden kurang setuju lebih memilih teman yang merokok sebanyak 43 orang (44,8%) dan sangat setuju mempunyai proporsi paling kecil sebanyak 11 orang (11,5%). Teman sebaya dan teman lainnya juga memainkan peranan penting dalam tingkah laku sehat remaja. Perhatian khusus dalam tingkah laku remaja diberikan pada tekanan dari teman sebaya contoh, remaja bisa saja memilih teman yang mendukung tingkah laku yang tidak sehat. Remaja yang memiliki kemampuan terbatas untuk menahan diri dari tantangan sering kali akhirnya melakukan tingkah laku beresiko karena desakan teman – teman sebayanya (Santrock, 2003).

F. PENUTUP.

Hasil penelitian menunjukkan Faktor- Faktor Yang Melatarbelakangi

Perilaku Merokok Pada Remaja Di SMK “Raden Patah” Kecamatan Mojosari

Kabupaten Mojokerto adalah Sebagian besar faktor pengetahuan responden pada kategori pengetahuan kurang sebanyak 91 orang (94,8%) dan tidak ada responden pada kategori pengetahuan baik. Sebagian besar faktor psikologi responden pada kategori mendukung untuk melakukan perilaku merokok pada remaja sebanyak 72 orang (75%) dan sebagian kecil responden pada kategori tidak mendukung untuk melakukan perilaku merokok pada remaja sebanyak 24 orang (25%). Sebagian besar faktor lingkungan responden pada kategori tidak mendukung untuk melakukan perilaku merokok pada remaja sebanyak 52 orang (54,2%) dan sebagian kecil responden pada kategori mendukung perilaku merokok pada remaja sebanyak 44 orang (45,8%).

(29)

128 DAFTAR PUSTAKA.

Aditama, Tjandro Yoga. 1997. Rokok dan Kesehatan. Jakarta: UI

Alimul, A. Azis. 2003. Reset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika.

Anonim, 2006. http://www.antirokok.com. (Sitasi 5 September 2006). Arikunto, Suharsini. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. Atkinson. 1999. http://www.bahayamerokok.com (Sitasi 15 Juli 2006). Dayan Pramana. 2006. http://www.dayanpramana.com (Sitasi 25 Mei 2006). Fauzi. 2004. Psikologi Umum. Jakarta: Medika.

Firdaus, Alif. 2005. Detak-detak Generasi Merah Jambu Cetakan I. Jakarta : SMART Media.

Guntoro Utamadi. 2002. http://www.kompas.com (Sitasi 25 Mei 2006). Hans Tjandra. 2003. www.kompas.com (Sitasi 30 Juni 2003).

Hurlock, Elizabeth. 1980. Psikologi Anak. Jakarta : Erlangga. Jaken. 2002. Bye-bye Smoke. Jakarta : Media MC.

John, W. Santrock, 2003. adolescence. Perkembangan Remaja. Jakarta : Erlangga. Kaplan, Hanold I. 1997. Sinopsis Psikiatri Edisi Tujuh Jilid I. Jakarta : Bina Rupa

Aksara.

Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Nursalam & Pariani. 2001. Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta : CV. Infomedika. Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. jakarta : Rineka Cipta. Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka

Cipta.

Mansjoer, Arif .2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius. Purwanto, Heri. 1998. Pengantar Perilaku Manusia. Jakarta : EGC.

Ruslani, Burhan. 2003. http://www.kompas.com.

Sarwono, Sarlito Wirawan 2005. Psikologi Remaja. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Silalahi, Gabries Amin. 2003. Metodologi Penelitian dan Studi Kasus. Sidoarjo : Cipta

Medika.

Soetjiningsih. 1997. ASI : Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta : EGC.

Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta : Sagung Seto.

Gambar

Gambar   1.     Kerangka Kerja Faktor- Faktor Yang Melatarbelakangi Perilaku  Merokok Pada Remaja Di SMK “Raden Patah” Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto
Tabel 1. Definisi Operasional Faktor- Faktor Yang Melatarbelakangi Perilaku Merokok Pada Remaja Di SMK “Raden Patah” Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden mendukung dalam faktor psikologi untuk melakukan merokok dan sisanya tidak mendukung
Tabel diatas menunjukkan bahwa paling banyak responden setuju jika melakukan perilaku merokok dapat menghilangkan stres sedangkan tidak setuju mempunyai proporsi paling kecil
+4

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan perbedaannya terletak pada fokus penelitian, jika Yulis Purnomowati fokus mengkaji bimbingan dan konseling untuk remaja dari perspektif Islam, berbeda dengan

Bagi Daerah Batu Pahat, Muar, Tangkak Mersing dan Pulau-Pulau yang berdekatan Segamat dan Gemas Johor.. Maghrib Isyak

Pelaksanaan evaluasi ini tidak hanya ditujukan untuk siswa saja, akan tetapi juga pada guru yaitu bagaimana pelaksanaan proses belajar mengajar dikelas apakah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Unclang-Undang No.38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat dan Undang-Undang Pajak penghasilan No.17 tahun 2000

kualitas pelayanan yang telah diberikan kepada konsumen dalam upaya untuk. memberikan jaminan kepuasan

Faktor lingkungan yang mempengaruhi kejadian filariasis seperti adanya tempat pertumbuhan larva nyamuk Culex quinquefasciatusyaitu keberadaan air menggenang disaluran

Menurut Chai dan Liu (2010), jika nominal pajak yang dibayar telalu tinggi biasanya akan memaksa perusahaan untuk melakukan penggelapan pajak, maka semakin berkualitas audit suatu

Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Kim dan Shi (2011) dan Santana, dkk (2013) yang menunjukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif