• Tidak ada hasil yang ditemukan

INDEKS DIVERSITAS PLANKTON PADA MEDIA UJI SEMI LAPANG BAGI LARVA NYAMUK Aedes aegypti DI SUKARAME BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "INDEKS DIVERSITAS PLANKTON PADA MEDIA UJI SEMI LAPANG BAGI LARVA NYAMUK Aedes aegypti DI SUKARAME BANDAR LAMPUNG"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

INDEKS DIVERSITAS PLANKTON PADA MEDIA UJI SEMI LAPANG BAGI LARVA NYAMUK Aedes aegypti DI SUKARAME BANDAR

LAMPUNG

Oleh

Nanda Herista Saputri

ABSTRAK

Penyakit Demam Berdarah sampai saat ini masih menjadi kasus besar di Asia Tenggara khususnya di Indonesia. Di Propinsi Lampung sendiri pada tahun 2007 kasus Demam Berdarah mencapai status “Kejadian Luar Biasa” (KLB), salah satu vektor dari penyakit ini adalah nyamuk Aedes aegypti.

Nyamuk Ae. aegypti menyukai tempat-tempat penampungan yang berair bersih sebagai tempat perindukannya. Selain larva nyamuk Aedes aegypti yang ada di habitat tersebut juga terdapat organisme lain seperti plankton baik phytoplankton maupun zooplankton.

Untuk itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara Indeks diversitas plankton dengan kepadatan larva nyamuk Ae. aegypti

pada media uji semi lapang di Sukarame Bandar Lampung.

Penelitian telah dilakukan di Sukarame Bandar Lampung pada bulan Mei-Juni 2010. Penelitian ini dilakukan dengan 2 media yaitu air sumur dan air rendaman kangkung dengan pengulangan sebanyak 6 kali dan pengambilan sampel sebanyak 4 kali selama 21 hari.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis plankton yang ditemukan pada kedua media tersebut terdiri dari 46 spesies. Spesies plankton yang sering diketemukan adalah Mesocyclops aspericornis, Synendra sp, Paramaecium sp, Nitzchia sp,

(2)

menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0,05). Kemelimpahan plankton tertinggi didapatkan pada media air rendaman kangkung, sedangkan analisis uji T

kemelimpahan plankton antara air sumur dan air rendaman kangkung juga tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0,05). Kepadatan larva Aedes aegypti

tertinggi didapatkan pada media air rendaman kangkung, dengan hasil analisis uji T tidak ada perbedaan yang signifikan antara media air sumur dan air rendaman kangkung(P>0,05). Hasil analisis korelasi pearson menunjukkan bahwa indeks keanekaragaman plankton yang berkorelasi negatif dan signifikan pada taraf nyata 5% terhadap kepadatan larva Aedes aegypti atau dengan kata lain terdapat

hubungan berbanding terbalik.

(3)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Nyamuk Aedes aegypti merupakan salah satu vektor dari penyakit demam berdarah (DBD) yang sampai saat ini masih menjadi kasus besar di Asia Tenggara karena menyebabkan kematian diatas 30% (WHO, 2006). Menurut Setyaningrum (2007) pada bulan februari 2007 di Propinsi Lampung, kasus demam berdarah mencapai status “Kejadian Luar Biasa” (KLB), wilayah di

kota Bandar Lampung yang menjadi daerah endemik salah satunya adalah wilayah Kecamatan Sukarame.

Hidayat, Santoso dan Suwasono (1997) menyatakan bahwa nyamuk Aedes

aegypti menyukai tempat penampungan yang berair jernih dan terlindung

(4)

sumur, air tersebut sangat cocok untuk tempat hidup larva Aedes aegypti (Kireina, 2009)

Larva nyamuk Aedes aegypti merupakan organisme akuatik yang termasuk dalam golongan meroplankton, yaitu sejenis plankton yang pada saat larva sebagai plankton dan setelah dewasa menjadi benthos (Chandler dan Read dikutip dari Riswana, 2006). Larva nyamuk dalam ekosistem, berperan baik sebagai konsumen primer dan sekunder, sehingga membutuhkan makanan baik phytoplankton maupun zooplankton (Odum, 1993). Selain itu sebagai zooplankton, larva nyamuk juga membutuhkan keseimbangan lingkungan hidupnya baik biotis maupun abiotis (kualitas perairan). Bila keberadaan plankton menurun, maka kualitas perairan di sekitarnya juga akan menurun. Penurunan kualitas air akan menurunkan daya guna, produktivitas, kekayaan sumber daya alam dan keseimbangan ekologis yang ada di sekitarnya (Anonim, 2002). Perubahan tersebut dapat dilihat dengan berubahnya kualitas fisik, kimia dan biologi perairan yang meliputi kandungan oksigen dalam air, pH, kemelimpahan, keanekaragaman, dominansi organisme air (Connell dan Miller, 1995).

(5)

B. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

1. Mengetahui kemelimpahan dan keanekaragaman plankton sehabitat larva

nyamuk Aedes aegypti pada media air sumur dan air rendaman kangkung pada skala semi lapang.

2. Mengetahui hubungan antara kemelimpahan dan keanekaragaman

plankton dengan kepadatan larva nyamuk Ae. aegypti dan kualitas airpada media uji air sumur dan air rendaman kangkung.

C. Kerangka Pemikiran

Nyamuk Ae. aegypti merupakan vektor penyakit Demam Berdarah Dengue ( DBD ) utama di Indonesia. Penularannya pada manusia terjadi melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi virus dengue. Nyamuk Ae. aegypti

menyukai berada di tempat yang terlindung langsung dari sinar matahari, seperti di dalam rumah ataupun di tanaman. Nyamuk ini bertelur di tempat air yang tergenang dan bersih.

(6)

Air rendaman kangkung memiliki populasi mikroorganisme yang lebih tinggi dibandingkan dengan air sumur, diduga adanya pakan alami tersebut dapat mempengaruhi kemelimpahan dan kepadatan larva nyamuk Aedes aegypti.

Selain larva nyamuk Ae. aegypti, ada organisme lain yang mempunyai habitat yang sama yaitu plankton. Jenis plankton yang sehabitat dengan larva

nyamuk Ae. aegypti tersebut belum banyak diteliti, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang kemelimpahan dan keanekaragaman plankton yang terdapat di tempat perindukan nyamuk Ae. Aegypti pada media uji semi lapang karena diduga kemelimpahan plankton berpengaruh terhadap

kepadatan larva Ae. aegypti di tempat perindukannya.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar dalam upaya

pengendalian penyakit demam berdarah di kelurahan Way Dadi Kecamatan Sukarame Bandar Lampung.

E. Hipotesis

1. Indeks diversitas plankton pada media air rendaman kangkung lebih tinggi daripada media air sumur.

2. Ada hubungan berbanding terbalik antara keanekaragaman plankton

(7)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Plankton

1. Biologi Plankton

Plankton didefinisikan juga sebagai organisme hanyut apapun yang hidup dalam zona pelagik (bagian atas) samudera, laut, dan badan air tawar. Secara luas plankton dianggap sebagai salah satu organisme terpenting di dunia, karena menjadi bekal makanan untuk kehidupan akuatik.

(Wikipedia, 2010 a).

Sedangkan menurut Sachlan (1982), plankton adalah jasad-jasad renik yang melayang dalam arus. Plankton juga merupakan salah satu

(8)

2. Klasifikasi Plankton

Menurut Dobson dan Frid (1998) berdasarkan kemampuan mensintesis bahan organiknya, plankton dibagi menjadi 2, yaitu Fitoplankton dan Zooplankton.

a. Fitoplankton

Phytoplankton atau plankton nabati merupakan golongan plankton yang mempunyai klorofil (zat hijau daun) di dalam tubuhnya.

Phytoplankton dapat membuat makanannya sendiri dengan mengubah bahan an-organik menjadi bahan organic melalui proses fotosintesis dengan bantuan cahaya matahari. Kedudukan phytoplankton sebagai produksi primer/ produsen dengan kandungan nutrisi yang tinggi terdiri dari protein, karbohidrat dan lemak serta asam lemak telah dimanfaatkan untuk berbagai keperluan antara lain dalam bidang perikanan, farmasi dan makanan suplemen (Mulyanto, 1992).

(9)

penggunaan pupuk besi untuk membantu mengatasi karbondioksida akibat aktivitas manusia di atmosfer (Anonim, 2010b).

Menurut Goldman dan Horne (1983) terdapat 2 faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dari fitoplankton, yaitu :

1. Rata-rata pertumbuhan secara maksimum ditentukan oleh temperatur

2. Kemampuan untuk mencapai cahaya optimum dan nutrisi

Sedangkan menurut Odum (1993) kemelimpahan fitoplankton dalam suatu perairan sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, yang meliputi faktor fisik, kimia dan biologi.

b. Zooplankton

Menurut Mulyanto (1992) zooplankton merupakan golongan plankton yang tidak mempunyai zat hijau daun (klorofil) didalam tubuhnya. Zooplankton tidak dapat melakukan fotosintesis atau disebut juga dengan heterotrof . Zooplankton juga umumya mempunyai sifat fototaksis negatif atau menjauhi sinar matahari. Oleh sebab itu zooplankton dapat bertahan hidup di lapisan perairan yang tidak mendapat cahaya matahari.

(10)

fitoplankton.. Zooplankton juga berperan sebagai salah satu pakan alami bagi ikan dalam usaha budidaya ikan.

Menurut Sachlan (1982) berdasarkan daur hidupnya, plankton dibagi menjadi 2, yaitu :

a. Holoplankton (plankton permanen)

Organisme akuatik yang hidup sebagai plankton selama hidupnya. Misalnya Cyanophyta,Chlorophyta, Diatomae, Euglenophyta dsb. b. Meroplankton (plankton temporer)

Organisme akuatik yang hidup sebagai plankton hanya sebagian dari siklus hidupnya, misalnya selama masa telur atau fase larva yang jika sudah dewasa tidak menjadi plankton lagi. Misalnya Foraminifera, radiolaria, cacing annelida, dan crustacea yaitu udang, copepoda dan cladocera.

(11)

Menurut Nybakken (1992) dan Arinardi (1997), berdasarkan habitatnya plankton digolongkan menjadi :

a. Plankton Laut (Haliplankton)

1. Plankton Oceanik : Plankton yang hidup di luar paparan benua 2. Plankton Neritik : Plankton yang hidup di dalam paparan

benua (100 km).

3. Hypalmyroplankton : Plankton yang hidup di air payau (Estuaria) b. Plankton Air Tawar (Limnoplankton)

Pankton yang hidup di air tawar ( sungai, danau dll ) atau di perairan yang mempunyai salinitas rendah kurang dari 0,5 ‰.

Berdasarkan distribusi ke dalam, plankton dibagi menjadi :

a. Pleuston, organisme yang hidup di laut, sebagian tubuhnya mencul di

permukaan air. Mereka kadang dipisahkan sebagai plankton karena distribusinya lebih banyak disebabkan oleh angin dari pada arus, misalnya : Physalia dan Vetella (Cnidania).

b. Neuston, organisme yang hidup beberapa sampai 10 m pada lapisan permukaan air (serangga dipermukaan air)

c. Plankton Epipelagis, plankton yang hidup kurang dari 100 m di bawah permukaan air pada siang hari

d. Plankton Mesopelagis, plankton yang hidup antara 300 -1 000 m di bawah permukaan air pada siang hari

e. Plankton Bathypelagis, plankton yang hidup antara 1000 m dan 3000 -

(12)

f. Plankton abyssopelagis, plankton yang hidup lebih dalam dari antara 3000 – 4000 m

g. Plankton Epibentik (plankton demersal atau palnkton dasar), plankton

yang hidup dekat dasar dan kadang-kadang kontak dengan dasar perairan ( Purnama, 2009)

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kehidupan Plankton

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kehidupan plankton, yaitu antara lain : cahaya, suhu, kecerahan dan kekeruhan, pH, kadar oksigen terlarut dan unsur hara.

a. Suhu

Suhu suatu bahan air dipengaruhi oleh musim, lintang (latitude), ketinggian dari permukaan laut (altitude), waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan awan dan aliran serta kedalaman badan air.

Perubahan suhu suatu badan air berpengaruh terhadap proses fisika, kimia dan biologi badan air. Suhu juga berpengaruh terhadap pengendalian kondisi ekosistem suatu perairan. Organisme akuatik memiliki kisaran suhu tertentu (batas atas dan bawah) yang disukai bagi pertumbuhannya (Effendi, 2003).

Peningkatan suhu dapat menyebabkan penurunan kelarutan gas dalam air, misalnya gas O2, CO2, N2, CH4 dan sebagainya (Haslam, 1995

(13)

meningkatnya kecepatan metabolisme dan respirasi organisme air dan kemudian dapat mengakibatkan peningkatan jumlah konsumsi

oksigen. Peningkatan suhu perairan sebesar 100 C dapat menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi oksigen oleh organisme akuatik sebesar sekitar 2 – 3 kali lipat dari sebelumnya. Namun, peningkatan suhu ini disertai dengan penurunan kadar

oksigen terlarut sehingga keberadaan oksigen sering kali tidak mampu memenuhi kebutuhan oksigen bagi organisme akuatik untuk

melakukan proses metabolisme dan respirasi. Peningkatan suhu juga menyebabkan terjadinya peningkatan dekomposisi bahan organik oleh mikroba. Kisaran optimum bagi pertumbuhan fitoplankton di perairan adalah 200– 300 C.

b. pH

(14)

Menurut Hidayat, Santoso dan Suwasono (1997) larva nyamuk Ae.

aegypti lebih menyukai air tempat perindukan dengan pH 7 dibanding

pada air dengan pH asam atau basa. Semakin rendah pH air perindukan (asam), penurunan perolehan nyamuk lebih nyata disbanding pada pH basa.

c. Kadar Oksigen Terlarut

Kadar oksigen yang terlarut dalam suatu perairan alami sangat bervariasi dan tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi air dan tekanan atmosfer. Semakin besar suhu dan ketinggian (altitude) suatu perairan serta semakin kecil tekanan atmosfer, maka kadar oksigen terlarut semakin kecil (Jeffries dan Mills, 1996)

Kadar oksigen terlarut juga selalu berfluktuasi secara harian (diurnal) dan musiman, tergantung pada percampuran (mixing) dan pergerakan (turbulence) massa air, aktivitas fotosintesis, respirasi dan limbah

(effluent) yang masuk ke badan air. Diperairan air tawar, kadar

(15)

terdapat di atmosfer (sekitar 35%) dan hasil aktifitas dari fotosintesis oleh tumbuhan air dan fitoplankton (Novotny dan Olem, 1994)

B. Nyamuk Aedes aegypti

1. Biologi Aedes aegypti

Ae. aegypti merupakan jenis nyamuk pembawa virus dengue, penyebab

penyakit demam berdarah. Selain dengue, Ae. aegypti juga membawa virus demam kuning (yellow fever) dan chikungunya. Wilayah penyebaran nyamuk itu sangat luas, meliputi hampir semua daerah tropis di seluruh dunia. Sebagai pembawa virus dengue, Ae. aegypti bersama

Ae. albopictus merupakan pembawa utama (primary vector) siklus

penyebaran dengue di wilayah pedesaan dan perkotaan. Nyamuk ini senang berkembang biak di genangan air jernih dan bersih, seperti bak mandi, vas bunga, tempayan, atau tempat minum hewan peliharaan ( Singgih dan Upik, 2006 ).

(16)

Di belahan bumi bagian timur, di perkirakan terdapat 16 spesies dari sub genus stegonya, dan di indonesia yang menjadi vektor utama penyakit DBD adalah Ae. aegypti, Ae. albopictus, dan Ae. scutellaris ( Departemen Kesehatan RI, 1990 ). Berdasarkan penelitian Smith pada tahun 1958, di buktikan bahwa Ae. aegypti secara progresif telah menggantikan Ae.

albopictus di daerah-daerah asia tenggara ( Sumarmo, 1980 ).

Nyamuk Ae. aegypti mula-mula banyak di temukan di kota-kota pelabuhan dan dataran rendah, lalu menyebar ke pedalaman. Penyebaran Nyamuk Ae. aegypti terutama dengan bantuan manusia, mengingat jarak terbang rata-rata yang tidak terlalu jauh yaitu sekitar 40 – 100 m. Meskipun jarak terbangnya bisa jauh hingga mencapai 2 km, tetapi sangat jarang untuk dapat terbang sejauh itu, karena hal penting yang di butuhkan untuk berkembang biak terdapat dalam satu rumah, yaitu : tempat perindukan, tempat mendapatkan darah, dan tempat peristirahatan ( Sumarmo, 1980 ).

2. Morfologi Aedes aegypti

Klasifikasi dari nyamuk Ae. Aegypti menurut Singgih dan Upik ( 2006 ), adalah sebagai berikut :

(17)

Ordo : Diptera Famili : Culicidae Sub Famili : Culicinae Genus : Aedes

Spesies : Aedes aegypti

Dilihat dari ciri-ciri fisiknya, nyamuk Ae. aegypti dewasa memiliki cirri-ciri antara lain tidak mempunyai rambut bulu spirakel, adanya rambut-rambut bulu post spirakel (sekelompok rambut-rambut-rambut-rambut bulu tepat dibelakang spirakel mesotoraks), ujung-ujung abdomen pada Aedes betina biasanya meruncing dengan sersi yang menonjol dan toraks seringkali mempunyai tanda-tanda putih atau keperak-perakan (Borror et al, 1996).

Menurut Chester ( 1966 ), ciri morfologi nyamuk Ae. aegypti adalah nyamuk berukuran kecil, berwarna hitam berbelang putih, segmen abdomen ke-8 melebar, cerci pendek, scutellum memiliki sisik-sisik yang pendek, nyamuk betina memiliki panjang palpus seperempat dari panjang probosisnya, probosis seluruhnya gelap, ada dua atau lebih pita basal putih pada tarsus kaki belakangdan terdapat garis lengkung berbentuk sabit sepasang di bagian thorax.

(18)

jantan umumnya lebih kecil daripada nyamuk betina. Pada nyamuk jantan juga ditemui rambut-rambut tebal di bagian antenanya.

Ae. aegypti bersifat diurnal atau aktif pada pagi dan sore hari. Penularan

penyakit dilakukan oleh nyamuk betina karena hanya nyamuk betina yang mengisap darah. Hal itu dilakukannya untuk memperoleh asupan protein yang diperlukan untuk memproduksi telur. Nyamuk jantan tidak membutuhkan darah dan memperoleh energi dari nektar bunga ataupun tumbuhan. Ae. aegypti menyenangi area yang gelap dan benda-benda berwarna hitam atau merah ( Anonim, 2009a ).

3. Siklus Hidup Aedes aegypti

(19)

Gambar 2. Siklus hidup nyamuk Ae. aegypti ( Anonim, 2008a ).

(20)

pembentukan dan perkembangan telurnya (Hidayat, Santoso dan Suwasono, 1997).

4. Larva Aedes aegypti

Selama masa perkembangan larva instar 1, 2, 3 dan 4 akan mengalami pergantian kulit selama 4 kali berturut-turut. Pada instar 1 larva berukuran sangat kecil, panjang badan 1-2 mm, warna transparan, kerah leher lebar dan duri-duri pada toraks belum terlihat jelas. Pada instar 2 larva berukuran panjang 2,5-3,9 mm, kerah leher tipis, duri-duri lateral pada toraks belum jelas, siphon terlihat agak kecoklatan. Larva instar 3 berukuran panjang 4-5 mm, kerah leher besar, duri pada toraks sudah jelas dan siphon berwarna jelas. Larva instar 4 pertumbuhan lengkap, ukuran 5-7 mm, ada sepasang mata, antenna tanpa duri-duri dan tipe mulut pengunyah, kerah leher tipis (Wijaya, 2004).

Menurut Borror et al (1996) cirri-ciri fisik dari larva nyamuk Ae. aegypti

(21)

Setelah mencapai instar ke-4, larva memasuki masa dorman dan berubah menjadi pupa. Pupa bertahan selama dua hari sebelum akhirnya nyamuk dewasa keluar dari pupa. Perkembangan dari telur hingga menjadi nyamuk dewasa membutuhkan waktu tujuh hingga delapan hari, namun dapat lebih lama jika kondisi lingkungan tidak mendukung ( Anonim, 2008a ).

C. Media Uji Semi Lapang 1. Kangkung (Ipomea aquatic)

Klasifikasi Kangkung menurut Nazarudin (1999) adalah sebagai berikut : Regnum : Plantae

Divisio : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Solanales Famili : Convolvulaceae Genus : Ipomea

Spesies : Ipomea aquatica

(22)

Hasil penelitian terdahulu menyatakan bahwa rendaman sayuran mengandung karbohidrat 2,7-27,9 %, protein 6,5-6,7 %, lemak 0,1-1,2 % dan juga memiliki kandungan air 68,0-96,1 %, sehingga mikroorganisme sangat menyukai media rendaman sayuran sebagai tempat hidup mereka (Suriawiria, 1976).

2. Air Sumur

Berdasarkan penelitian Setyaningrum dkk (2008) dalam air sumur juga banyak mengandung mikroorganisme berupa Melocira, Synendra,

Arcella, Stentor, Vorticella seperti pada rendaman kangkung tetapi

persentasenya lebih kecil. Mikroorganisme-mikroorganisme tersebut merupakan pakan bagi Mesocyclops aspericornis di habitat alaminya.

Mesocyclops aspericornis merupakan salah satu jenis zooplankton yang

(23)

Total rata-rata kemelimpahan plankton pada media air sumur sebesar 3,557 x 105 ekor/liter dan total rata-rata kemelimpahan plankton pada media air rendaman kangkung sebesar 3,946 x 105 ekor/liter. Kemelimpahan plankton tertinggi didapatkan pada media air rendaman kangkung. Namun demikian perbedaan kemelimpahan plankton antara keduanya tidak berbeda nyata (P=0,725) (Lampiran 3).

Total rata-rata keanekaragaman plankton pada media air sumur adalah sebesar 0,030 ekor/liter dan air rendaman kangkung adalah sebesar 0,034 ekor/liter. Keaneakaragaman plankton pada media air rendaman kangkung lebih tinggi dibandingkan pada media air sumur, tetapi perbedaan tersebut tidak berbeda nyata (P=0,179) (Lampiran 3).

2. Kepadatan Larva Nyamuk Aedes aegypti pada Media Uji Semi Lapang

(24)

Tabel 3. Kepadatan Larva Nyamuk Aedes aegypti pada media air sumur dan air rendaman kangkung.

Pengulangan

Kepadatan Larva Aedes aegypti

pada media (ekor/Liter) Air

Sumur

Air Rendaman Kangkung

R1 10 14,1

R2 11,2 5,6

R3 12,8 9,5

R4 9,2 15,2

R5 6,9 6,6

R6 1,2 6,1

Rata-rata 9 10

Total rata-rata kepadatan larva Aedes aegypti pada media air sumur diperoleh sebesar 9 ekor/liter, sedangkan kepadatan larva Ae. aegypti pada media air rendaman kangkung diperoleh sebesar 10 ekor/liter.

Kepadatan larva Ae. aegypti pada air rendaman kangkung lebih tinggi daripada kepadatan larva Ae. aegypti pada media air sumur, namun berdasarkan analisis uji T kepadatan larva pada media air sumur dan air rendaman kangkung

(25)

3. Hasil Pengukuran Faktor Fisik dan Kimia Air Sebagai Media Tempat Perindukan Nyamuk Aedes aegypti.

Perbandingan faktor fisik dan kimia air pada media air sumur dan air rendaman kangkung disajikan pada gambar 4.

a b a a a a

Gambar 4. Rata-rata faktor fisik dan kimia air pada media air sumur dan air rendaman

kangkung, huruf yang sama pada bar setiap parameter kualitas air menunjukkan

tidak berbeda nyata pada α = 0,05.

a. DO

(26)

b. Suhu (0C)

Berdasarkan gambar 4 diketahui bahwa kisaran nilai suhu media air sumur dan air rendaman kangkung tidak jauh berbeda, air sumur memiliki suhu berkisar 30,3 0C dan air rendaman kangkung memiliki suhu berkisar 30,24 0

C (lampiran 1). Analisis uji T suhu pada media air sumur dan air rendaman kangkung terlihat bahwa nilai t hitung yang diperoleh sebesar 0,138 dengan nilai P=0,893 (P>0,05), berarti perbedaan antara suhu pada media air sumur dan suhu air rendaman kangkung tidak signifikan (nyata) (Lampiran 3).

c. Derajat Keasaman (pH)

(27)

4. Hubungan Faktor Fisika dan Kimia terhadap kemelimpahan dan

keanekaragaman plankton serta kepadatan larva nyamuk Aedes aegypti.

Pengaruh faktor fisik dan kimia media air sumur dan air rendaman kangkung skala semi lapang terhadap kemelimpahan dan keanekaragaman plankton serta kepadatan larva nyamuk Ae. aegypti dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 4. Korelasi pearson antara faktor fisik-kimia, indeks diversitas plankton dan kepadatan larva Ae. aegypti.

Correlations

1 -.108 -.368 -.407 -.645* .046

.739 .239 .190 .024 .886

12 12 12 12 12 12

-.108 1 -.346 -.264 -.313 -.165

.739 .271 .406 .323 .609

12 12 12 12 12 12

-.368 -.346 1 .417 .293 .125

.239 .271 .177 .355 .700

12 12 12 12 12 12

-.407 -.264 .417 1 .377 .316

.190 .406 .177 .227 .316

12 12 12 12 12 12

-.645* -.313 .293 .377 1 -.158

.024 .323 .355 .227 .624

12 12 12 12 12 12

.046 -.165 .125 .316 -.158 1

.886 .609 .700 .316 .624

12 12 12 12 12 12

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Kepadatan larva DO Suhu pH Keanekaragaman plankton Kemelimpahan plankton Kepadatan

larva DO Suhu pH

Keanekaraga man plankton

Kemelimpah an plankton

Correlation is signif icant at the 0.05 level (2-tailed). *.

Keterangan :

r = 0,7-1,0 = korelasi tinggi r = 0,4-0,7 = korelasi erat r = 0,2-0,4 = korelasi rendah r = 0-0,2 = korelasi diabaikan (Sulaiman, 2003)

(28)

kepadatan larva nyamuk Aedes aegypti. Korelasi tersebut berarti bahwa semakin tinggi keanekaragaman plankton akan semakin menurunkan kepadatan larva nyamuk Aedes aegypti.

Parameter fisik dan kimia air (pH, suhu, DO) tidak terdapat hubungan yang nyata (P>0,05) antara masing-masing parameter maupun dengan parameter biologi (Kemelimpahan plankton, keanekaragaman plankton dan kepadatan larva nyamuk Ae. aegypti).

A. Pembahasan

B.1 Jenis dan Indeks Diversitas Plankton

Jumlah spesies plankton yang ditemukan pada media sumur dan kangkung mencapai 46 spesies (tabel 2). Adapun spesies yang paling banyak ditemukan terdapat pada media air rendaman kangkung. Hal ini diduga karena didalam rendaman kangkung lebih banyak mengandung mikroorganisme sebagai pakan yang dibutuhkan untuk bertahan hidup plankton daripada media air sumur. Menurut Suriawiria dalam Setyaningrum dkk (2008) mikroorganisme sangat menyukai media rendaman sayuran karena kandungan airnya 68,0 – 96,1 %;

karbohidrat 2,7 – 27,9 %; protein 6,5 – 6,7%; dan lemak 0,1 – 1,2%.

Spesies plankton yang sering diketemukan adalah Synendra sp, Paramaecium

sp, Monallanthus brevicylindris, Nitzchia sp, Perismopodia sp dan Scytonema

(29)

Synendra sp, Paramaecium sp, Nitzchia sp dan Perismopodia sp merupakan spesies yang selalu ditemukan (kosmopolit) di perairan tawar.

Kemelimpahan plankton dan keanekaragaman plankton pada air rendaman kangkung lebih tinggi dibandingkan dengan kemelimpahan plankton pada media air sumur. Hal ini diduga karena pada media air rendaman kangkung lebih banyak mengandung pakan alami atau nutrient sehingga daya predasi zooplankton terhadap fitoplankton dan zooplankton lain pada air sumur lebih besar daripada media air rendaman kangkung. Dugaan ini sesuai dengan hasil penelitian dari Yanti (2009) bahwa daya predasi Mesocyclops aspericornis

(zooplankton) pada media air sumur lebih tinggi (79%) dibandingkan pada media air rendaman kangkung (19%).

Indeks keanekaragaman plankton pada dua media tersebut termasuk dalam kategori rendah karena H’ < 2, berarti ekosistem kurang stabil sehingga sering

terjadi perubahan populasi (Anonim, 1997). Hal ini diduga karena pengaruh faktor abiotik misalnya kondisi lingkungan seperti suhu, cuaca, luas wadah dan volume air yang digunakan untuk pengujian serta faktor biotik seperti

(30)

Hasil analisis uji T menunjukkan bahwa kemelimpahan dan keanekaragaman plankton pada kedua media uji semi lapang mempunyai nilai P > 0,05, yang berarti bahwa kemelimpahan dan keanekaragaman kangkung pada media air sumur dan air kangkung tidak berbeda nyata pada taraf 5% (α=0,05). Diduga terjadi karena kedua media tersebut dipengaruhi oleh faktor lingkungan (faktor fisik dan kimia) yang sama sehingga mempunyai kemelimpahan dan

keanekaragaman yang relatif sama juga. Hal ini sesuai dengan pendapat Khoiriyah (2004) bahwa kehidupan plankton sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik dan kimia suatu perairan.

B.2 Kepadatan larva Aedes aegypti

Berdasarkan hasil analisis uji T diketahui bahwa nilai signifikasi kepadatan larva

Ae. aegypti P=0,696. Karena nilai P > 0,05 maka berarti perbedaan kepadatan

larva Ae. aegypti pada air sumur dan air rendaman kangkung tidak signifikan (nyata) pada taraf nyata 5 %. Hal ini diduga karena faktor fisik dan kimia kedua media yang hampir sama, sehingga dapat disimpulkan bahwa media air sumur dan air rendaman kangkung relatif sama dalam mendukung

(31)

B.3 Faktor fisik dan kimia air

a. Oksigen Terlarut (DO)

Kadar DO pada air rendaman kangkung lebih rendah daripada kadar DO pada media air sumur, diduga karena pada media air rendaman kangkung banyak terdapat mikroorganisme yang melakukan aktivitas respirasi dan dekomposisi. Sesuai dengan pernyataan dari Yanti (2009) bahwa terdapat perbedaan nyata antara DO media air sumur dengan DO media air rendaman kangkung, dimana rata-rata DO pada air sumur lebih besar dibandingkan DO air rendaman kangkung karena adanya proses respirasi dan dekomposisi.

Kadar DO hasil pengamatan pada media air sumur dan air rendaman

kangkung antara 5,8 – 9,8 mg/Liter, kadar DO tersebut masih berada dalam batas normal bagi organisme perairan. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Effendi (2003) bahwa kandungan oksigen di perairan minimum 4 mg/L.

b. Suhu

(32)

karena tidak adanya penghalang masuknya sinar matahari langsung kedalam baskom tempat perindukan.

Suhu media air sumur dan air rendaman kangkung berdasarkan analisis uji T tidak mempunyai perbedaan yang nyata pada taraf nyata 5%. Hal ini diduga terjadi karena penempatan tempat perindukan nyamuk (baskom) antara media air sumur dan air rendaman kangkung yang berdekatan sehingga pengaruhnya juga hampir sama. Hal ini seperti hasil penelitian Yanti (2009) yang menyatakan bahwa suhu pada media air sumur dan air rendaman

kangkung tidak jauh berbeda.

c. Derajat Keasaman (pH)

Berdasarkan hasil pengamatan kisaran nilai pH yang didapatkan berkisar antara 6-7, tidak ada perbedaan nyata nilai pH pada media air sumur dan air rendaman kangkung. Hal ini diperkuat dengan hasil analisis uji T yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan nyata antara pH pada air sumur dan air rendaman kangkung pada taraf nyata 5%. Pernyataan ini sesuai dengan penelitian Yanti (2009) bahwa tidak ada perbedaan nyata nilai pH yang dihasilkan air sumur dan air rendaman kangkung.

(33)

seperti pendapat dari Hidayat dkk (1997) bahwa larva nyamuk Ae. aegypti

lebih menyukai air tempat perindukan dengan pH 7 dibanding pada air dengan pH asam atau basa.

B.4 Hubungan Antara Parameter Fisika dan Kimia, kemelimpahan plankton, keanekaragaman plankton dan kepadatan larva nyamuk Aedes aegypti.

Keanekaragaman plankton berkorelasi negatif dan erat terhadap kepadatan larva

Ae. aegypti pada taraf nyata 5%. Korelasi ini berarti bahwa keanekaragaman

plankton berhubungan erat berbanding terbalik terhadap kepadatan larva Ae.

aegypti yaitu semakin tinggi keanekaragaman plankton akan semakin

menurunkan kepadatan larva nyamuk Aedes aegypti. Hal ini terjadi karena adanya predasi, menurunnya kepadatan larva Ae. aegypti disebabkan karena dimakan oleh plankton (zooplankton) misalnya oleh Mesocyclops aspericornis. Menurut Marten & Borders dalam Widyastuti dkk (1995) M. aspericornis

merupakan salah satu predator larva nyamuk instar I dan II, kemampuan makan

M. aspericornis terhadap larva nyamuk per hari sekitar 5-10 ekor. Korelasi

(34)

Tabel 4 menunjukkan bahwa parameter fisika dan kimia (DO, suhu dan pH) memiliki korelasi rendah sampai diabaikan dan hubungan tersebut tidak nyata (P>0,05) dengan kepadatan larva Aedes aegypti, kemelimpahan plankton dan keanekaragaman plankton. Tidak adanya korelasi yang nyata antara faktor fisik-kimia (DO, suhu dan pH) dengan kemelimpahan plankton, keanekaragaman plankton dan kepadatan larva Ae. aegypti, diduga karena kisaran nilai parameter fisik dan kimia (DO, suhu dan pH) pada kedua media tersebut cenderung

(35)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Indeks keanekaragaman dan kemelimpahan plankton tertinggi diperoleh

pada media air rendaman kangkung dan kepadatan larva nyamuk Ae.

aegypti tertinggi terdapat pada media air rendaman kangkung.

2. Terdapat hubungan berbanding terbalik antara indeks diversitas plankton

dengan kepadatan larva nyamuk Aedes aegypti.

B. Saran

(36)

INDEKS DIVERSITAS PLANKTON PADA MEDIA UJI SEMI LAPANG BAGI LARVA Aedes aegypti DI SUKARAME, BANDAR LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh

Nanda Herista Saputri 0617021051

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

(37)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 1. Nyamuk Aedes aegypti ... 13 Gambar 2. Siklus hidup nyamuk Aedes aegypti... 17 Gambar 3. Peta Bandar lampung ... 21 Gambar 4. Rata-rata faktor fisik dan kimia pada media air sumur

(38)

DAFTAR ISI

Halaman

SANWACANA ……… i

DAFTAR ISI ……… iv

DAFTAR GAMBAR ………... vi

DAFTAR TABEL ………... vii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………. 1

B. Tujuan Penelitian ………. 3

C. Kerangka Pemikiran ………. 3

D. Manfaat Penelitian ……….... 4

E. Hipotesis Penelitian ……….. 4

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Plankton 1. Biologi Plankton ………. 5

2. Klasifikasi Plankton ……… 6

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi plankton ……….. 10

B. Nyamuk Aedes aegypti 1. Biologi nyamuk Aedes aegypti ………... 13

2. Morfologi nyamuk Aedes aegypti ………... 14

3. Siklus Hidup nyamuk Aedes aegypti ………... 16

4. Larva nyamuk Aedes aegypti………... 18 C. Media Uji Semi Lapang 1. Media Air Kangkung ………... 19

2. Media Air Sumur ………. 20

III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ………... 21

(39)

3. Cara Pengambilan sampel ………... 23 4. Pengukuran parameter kualitas air ……….. 23 5. Pengukuran Keanekaragaman plankton ……….. 24 6. Pengukuran Kepadatan Larva Aedes aegypti ……….. 26

C. Diagram Alir ………. 26 D. Pengolahan Data ………... 27

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengamatan

1. Jenis dan Indeks Diversitas Plankton ……….. 28 2. Kepadatan larva nyamuk Aedes aegypti……….. 33 3. Hasil pengukuran faktor fisik-kimia media ………. 34 4. Hubungan parameter fisik dan kimia terhadap

Keanekaragaman dan kemelimpahan plankton serta

kepadatan larva Aedes aegypti ………. 36 B. Pembahasan

1. Jenis dan Indeks Diversitas Plankton……… 37 2. Kepadatan larva nyamuk Aedes aegypti………... 39 3. Faktor fisik dan kimia air media ………... 40 a. Oksigen Terlarut (DO) ……… 40 b. Suhu ……… 41

c. pH ……… 41

5. Hubungan parameter fisik dan kimia terhadap Keanekaragaman dan kemelimpahan plankton serta

kepadatan larva Aedes aegypti ………... 42

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ……….. 43 B. Saran ………. 43

DAFTAR PUSTAKA ………... viii

(40)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1997. Karakteristik Ekosistem Terumbu Karang Taman Laut 17 Pulau

Riung, Ngada, Flores, NTT (Laporan ekspedisi zooxanthellae VI).

Fishering Diving Club. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor.

Anonim 2002. Identifikasi jenis plankton di perairan muara badak kalimantan timur. Makalah falsafah sains program pasca sarjana. Ipb. Bogor. Anonim. 2008a.

http://www.google.co.id/search?hl=id&q=telur+nyamuk+aedes+aegypti& btnG=Telusuri+dengan+Google&meta=cr%3DcountryID&aq=f&oq=. Desember 2009

Anonim. 2009a. Dalam :

www.geocities.com/kuliah_farm/parasitologi/insecta.doc. Desember 2009

Arinardi, O. H., A. B. Sutomo, S. A. Yusuf, Trimaningsih, E. Asnaiyanti, dan S. H. Priyono . 1997. Kisaran Kemelimpahan dan Komposisi Plankton

Presdominan Perairan Sekitar Pulau Sumatera. Pusat penelitian dan

Pengembangan Oseanografi. LIPI. Jakarta

Basmi, H.J. 1999. Planktonology Bioekologi Plankton Algae. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian. Bogor

Borror, D.J, C.A.Triplehorn, and N.F. Johnson. 1996. Pengenalan Pelajaran

Serangga. Edisi ke-6. Alih bahasa S. Partosoedjono. Penyunting M. D.

Brotowijoyo. Gadjah Mada University. Yogyakarta.

Brown. H. W. 1979. Dasar Parasitology Klinis. Edisi ke-3. Gramedia. Jakarta Chandler. A. C, and E. P. Read. 1961. Introduction to Parasitology. John Wiley

(41)

Connell, D.W. dan G.J. Miller, 1995. Kimia dan ekotoksikologi pencemaran. Universitas indonesia press.

Departemen Kesehatan RI. 1990. Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit

Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman. Survai Entomologi

Penyakit Demam Berdarah Dengue.

Dobson, M dan C. Frid. 1998. Ecology of Aquatic System. Addison Wesley Longman. Englan. 188 Hlm

Edmonson, W.T. 1945. Fresh Water Biologi Sicond Edition. John Wiley dan Sons, Inc. Printed in the United States of America.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan

Lingkungan Perairan . Kanisius. Yogyakarta. 258 hlm

Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Kanisius. Yogyakarta.

Goldman, C. R. dan A. J. Horne. 1983. Limnology. Mc Graw-Hill International Book Company. New York.

Haslam, S.M.1995. River Pollution and Ecological Perspective. John Wiley and Sons, Chichester, UK.253 Pembangunan Pabrik Karung, Formula Pupuk, Gudang dan Sarananya

Heddy. S. 1994. Prinsip-prinsip Dasar Ekologi : Suatu Bahasan Tentang Kaidah

Ekologi dan Penerapannya. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Hidayat.C. M, L. Santoso. dan H. Suwasono. 1997. Pengaruh pH Air Perindukan

terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Aedes aegypti Pra Dewasa.

Cermin Dunia Kedokteran No. 119, 1997.

Hoedojo, R. 1998. Morfologi, Daur Hidup, dan Perilaku Nyamuk dalam

Parasitologi Kedokteran. Edisi ke-2. FKUI. Jakarta.

Jeffries, M. and D. Mills, 1996. Freshwater Ecology, Principles, and

Applications. John Wiley and Sons, Chichester, UK. 285 p.

(42)

FMIPA Universitas Lampung. Bandar Lampung. Kireina, Y. 2009. Demam Berdarah. Dalam :

http://hikariyuli.blogspot.com/2009/11/aedes-aygepti.html . Januari 2010. Mackereth, F.J.H., J. Heron and J.F. Talling. 1989. Water analysis. Fresh water

Biological Association, Cumbria, UK. 120 p.

Mahida, U. N. 1993. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Hlm.16-36

Michael, P. 1994. Metode Ekologi untukPenyelidikan Lapangan dan

Laboratorium. Diterjemahkan oleh Yanti R. K. Indonesia Univercity

Press. Jakarta.

McNaughton,S.J. and L.L. Wolf,. 1998. Ekologi Umum edisi kedua. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

McNeely, R.N., V. P. Nelmanis, , and L. Dwyer,. 1979. Water Quality Source Book, A Guide to Water Quality Parameter, Inland Water Directorate.

Water Quality Branch. Ottawa, Canada. 89p.

Mulyanto. 1992. Lingkungan Hidup Untuk Ikan . Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Nazarudin. 1999. Budidaya dan Pengaturan Panen Sayuran Dataran Rendah.

Penebar swadaya: Jakarta.

Nuidja, I. N. 2005. Air Tergenang, Aedes Berkembang. Denpasar : Akademi Kesehatan Lingkungan.

Novotny, V. and H. Olem. 1994. Water Quality, Prevention, Identification, and management of diffuse Pollution. Van Nostrans Reinhold, New York. 1054 p.

Odum, E. P. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Edisi ke-3. UGM-Press. Yogyakarta Purnama, D. 2009. Klasifikasi Ekologi Zooplankton.

http://dedepurnama.blogspot.com/2009/08/klasifikasi-ekologi-zooplankton.html. Desember 2009.

Rimper, J. 2002. Kemelimpahan Fitoplankton dan Kondisi Hidrooseanografi

Perairan Teluk Manado Makalah Pengantar Falsafah Sains. Institut

(43)

Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Sachlan, M. 1982. Planktonologi. Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas Diponegoro. Semarang.

Singgih, H. Sigit, dan Upik. 2006 Hama Pemukiman Indonesia. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Setyaningrum, E. FX. Susilo, S, Murwani. 2008. Pemanfaatan Mesocyclops sp. : (copepod) sebagai agen hayati Untuk Mengendalikan Vektor Penyakit

Malaria Dan Demam Berdarah di Lampung. Usul Penelitian Hibah

Bersaing Tahun Ke-2 (Lanjutan). FMIPA UNILA. Bandar Lampung. Sumarmo. 1980. Demam Berdarah Dengue pada Anak. UI Press. A986. Hal 20 WHO. 2006. Demam Berdarah Dengue, Diagnosis, Pengobatan, Pencegahan dan

Pengendalian. Penerbit buku kedokteran. Jakarta

Widyastuti, U, R. A. Yuniarti dan Widiarti. 1995. Efektifitas Mesocyclops

aspericornis (Copepoda :Cyclopoida)terhadap Jentik Aedes aegypti pada

Berbagai Tipe Penampungan air. Balai Penelitian Vektor dan Reservoir

Penyakit. Salatiga.

Wikipedia. 2010a. Plankton. http://id.wikipedia.org/wiki/Plankton. Januari 2010. Desember 2010

Wikipedia. 2010b. Phytoplankton. http://id.wikipedia.org/wiki/Fitoplankton. Desember 2010

Wijaya, dkk. 2004. Uji Efek Bioinsektisida Ekstrak Daun Sirih Terhadap yamuk

Aedes aegypti Linn. Dalam Pelarut Polar dan Non Polar. Fakultas

Farmasi Unika Widya Mandala. Surabaya.

Womack. M. 1993. The Yelloe Fever Mosquito, Aedes aegypti. Wing Beats, Vol. 5 (4) : 4. (1).

Yanti. F. 2009. Uji Daya Predasi Mesocyclops aspericornis terhadap larva Aedes

aegypti di Laboratorium. Skripsi Sarjana Biologi. FMIPA Unila. Bandar

(44)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1. Kriteria indeks keanekaragaman ... 25

Tabel 2. Nama spesies plankton pada media air sumur dan air rendaman kangkung ... 30

Tabel 3. Kepadatan larva nyamuk Aedes aegypti pada media air sumur dan air rendaman kangkung ... 33

Tabel 4. Korelasi pearson antara faktor fisik-kimia, indeks diversitas plankton dan kepadatan ... 36

Tabel 5. Kisaran faktor fisik dan kimia ... 50

Tabel 6. Kepadatan larva nyamuk Aedes aegypti ... 52

Tabel 7. Hasil analisis uji T keanekaragaman plankton, kemelimpahan plankton, faktor fisik dan kimia media, dan kepadatan larva nyamuk Aedes aegypti ... 53

Tabel 8. Hasil analisis korelasi pearson untuk mengetahui hubungan pengaruh parameter fisik-kimia terhadap keanekaragaman, kemelimpahan dan kepadatan larva nyamuk Aedes aegypti ... 55

Tabel 9. Data pengamatan plankton hari ke-0 Rumah 1 ... 56

Tabel 10. Data pengamatan plankton hari ke-0 Rumah 2 ... 56

Tabel 11. Data pengamatan plankton hari ke-0 Rumah 3 ... 57

Tabel 12. Data pengamatan plankton hari ke-0 Rumah 4 ... 57

Tabel 13. Data pengamatan plankton hari ke-0 Rumah 5 ... 58

Tabel 14. Data pengamatan plankton hari ke-0 Rumah 6 ... 58

(45)

Tabel 16. Data pengamatan plankton hari ke-7 Rumah 2 ... 59

Tabel 17. Data pengamatan plankton hari ke-7 Rumah 3 ... 60

Tabel 18. Data pengamatan plankton hari ke-7 Rumah 4 ... 60

Tabel 19. Data pengamatan plankton hari ke-7 Rumah 5 ... 61

Tabel 20. Data pengamatan plankton hari ke-7 Rumah 6 ... 61

Tabel 21. Data pengamatan plankton hari ke-14 Rumah 1 ... 62

Tabel 22. Data pengamatan plankton hari ke-14 Rumah 2 ... 62

Tabel 23. Data pengamatan plankton hari ke-14 Rumah 3 ... 63

Tabel 24. Data pengamatan plankton hari ke-14 Rumah 4 ... 63

Tabel 25. Data pengamatan plankton hari ke-14 Rumah 5 ... 64

Tabel 26. Data pengamatan plankton hari ke-14 Rumah 6 ... 64

Tabel 27. Data pengamatan plankton hari ke-21 Rumah 1 ... 65

Tabel 28. Data pengamatan plankton hari ke-21 Rumah 2 ... 65

Tabel 29. Data pengamatan plankton hari ke-21 Rumah 3 ... 66

Tabel 30. Data pengamatan plankton hari ke-21 Rumah 4 ... 66

Tabel 31. Data pengamatan plankton hari ke-21 Rumah 5 ... 67

Tabel 32. Data pengamatan plankton hari ke-21 Rumah 6 ... 67

(46)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Solo Jawa Tengah pada tanggal 12 Mei 1988, anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Bambang Suhermanto, ST dan Ibu Ary Lestari.

Penulis menyelesaikan Pendidikan Taman Kanak-kanak pada tahun 1994 di TK al-Irsyad Surakarta, setelah itu melanjutkan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri Sumber II Surakarta sampai kelas 4 dan menyelesaikan pendidikan SD di SD N Sibela Timur II Surakarta pada tahun 2000. Pada tahun 2003 penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP N 16 Surakarta. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Umum di SMU N 6 Surakarta sampai kelas 2 dan karena mengikuti pekerjaan orang tua penulis pindah ke Bandar Lampung dan menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Umum di SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung pada tahun 2006.

(47)

mata kuliah SPH 2 dan Takhew 2 pada tahun 2008, asisten praktikum Biologi Umum untuk pertanian pada tahun 2009, asisten praktikum parasitologi untuk STIKES Pringsewu pada tahun 2009 dan yang terakhir asisten praktikum Parasitologi untuk STIKES Umitra pada tahun 2010, serta sebagai mahasiswa penulis pernah mendapatkan beasiswa PPA pada tahun 2007-2010.

(48)

SANWACANA

Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul "Indeks Diversitas Plankton Pada Media Uji Semi Lapang Bagi Larva

Aedes aegypti Di Sukarame Bandar Lampung”.

Skripsi ini merupakan bagian dari Hibah Penelitian yang diketuai oleh Ibu Dra. Endah Setyaningrum, M.Biomed dan dibiayai oleh Program Hibah Bersaing Tahun 2009/2010 Jurusan Biologi Fakultas Matematikan dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Bandar Lampung Tahun Anggaran 2009.

Banyak masalah dan kendala yang penulis hadapi baik dalam proses pengumpulan data maupun dalam proses penulisan skripsi ini. Dengan adanya bantuan dari berbagai pihak maka Alhamdulillah segala masalah dan kendala tersebut dapat penulis selesaikan dengan baik. Untuk bantuan tersebut, penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ibu Dra. Sri Murwani, M.Sc selaku pembimbing I atas bimbingan, saran,

(49)

2. Ibu Dra. Endah Setyaningrum M.Biomed, selaku pembimbing II atas pengarahan, saran, dukungan dan nasehatnya selama penulis melaksanakan penelitian dan menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Dr. Tugiyono, selaku pembahas dan penguji atas pengarahan, saran, dukungan dan nasehatnya selama penulis melaksanakan penelitian dan menyelesaikan penelitian ini.

4. Bapak Ir. Zulkifli, M.Sc, selaku pembimbing akademik Universitas Lampung yang telah memberikan kritik dan saran kepada penulis.

5. Ibu Dra. Nuning Nurcahyani M.Sc selaku Ketua Jurusan Biologi FMIPA Unila yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan kepada penulis. 6. Bapak Dr. Sutyarso M.Biomed, selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

7. Bapak dan Ibuku serta adiku Bima dan Anggit yang selalu memberikan do’a

restunya serta memberikan dorongan dan semangat dalam menempuh pendidikan ini.

8. Keluargaku semua di Solo dan Jakarta, Sendi, Rizka, Itank, Mas Hari, Mas

Suryo, Mas Yudi, Mb. Ning, semua om-om, tante-tante dan semuanya yang tidak bisa disebutkan satu persatu terimakasih atas dukungan doa dan semangatnya.

9. Keluarga baru di Lampung : Keluarga Om Zulrasdi Hamid, Keluarga Om Nurman Jaya dan Keluarga Om Ruslan Abdul Gani atas doa dan

(50)

10. Teman-teman seperjuanganku: Decy Kumala Sari “bebek”, Siti Nurjanah “titie”, Septi Mawar Dika “cecep”, terimakasih atas persahabatan,

kebersamaan, keceriaan dan semangatnya.

11. Teman-temanQ : Aji, Indah, Rizky, Nuno, Wahyu, Ria, Mb Tina, Anas atas kebersamaan, Keceriaan dan Semangatnya.

12. Rekan-rekan seperjuanganku Biologi ’06 : Debi, Rose, Amel, Koko, Popo, Ferdi, Fajar, Retha, Pratika, Nensi, Gina, Ria, Tyo, Bobby, Nining, Rita, Ratih, Cherly, Tessa, Lies, Rima, Mahendra, Tomi, Agus, Tanjung, Riyanto, Rizky, Resty, Desi, Dora terimakasi atas kebersamaan baik suka maupun duka.

13. Buat “kka” yang selalu ada di hatiQ dan menemani hari-hariQ terimakasih atas kebersamaan, perhatian dan semangatnya.

14. Seluruh Dosen, Laboran, Staff serta Karyawan di lingkungan FMIPA Unila 15. Seluruh adik-adik tingkatku angkatan Biologi 07-09 terimakasih atas

kebersamaan baik suka maupun duka.

Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, serta membalas kebaikan mereka atas semua yang telah dilakukan dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat di kemudian hari. AMIN

Bandar Lampung, November 2010 Penulis

Gambar

Gambar 1. Nyamuk Aedes aegypti ( Anonim, 2009a ).
Tabel 3. Kepadatan Larva Nyamuk Aedes aegypti pada media air sumur dan air rendaman kangkung
Gambar  4.  Rata-rata faktor fisik dan kimia air pada media air sumur dan air rendaman
Tabel 4. Korelasi pearson antara faktor fisik-kimia, indeks diversitas plankton dan kepadatan larva Ae

Referensi

Dokumen terkait

Kemudian bentuk-bentuk akulturasi nilai-nilai budaya lokal dan nilai-nilai Islam pada pernikahan keluarga besar Pesantren Darul Istiqamah di Dusun Bukit Kecamatan

Realisasi penggunaan alokasi dana desa pada Pos Infrastruktur Desa (Pembangunan Kantor Desa) dalam Pelaksanaan kebijakan penggunaan alokasi dana desa di Desa Maria

Hipotesis keempat yang diajukan adalah untuk siswa yang tidak diberi peringatan (CS), nilai maksimum fungsi informasi butir jawaban siswa yang diberi bentuk soal pilihan

Berbagai sistem manajemen didesain berlandaskan paradigma, keyakinan dasar, dan nilai dasar yang fit dengan lingkungan bisnis yang dimasuki oleh organisasi.

Melalui penerapan pendekatan pembelajaran sains, teknologi, dan masyarakat pada mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial materi perkembangan teknologi produksi, komunikasi,

Sutrisno (2012) juga menyatakan bahwa antara QCC dan jumlah kerusakan memiliki hubungan negatif, yaitu QCC akan meningkat apabila jumlah produk rusak menurun begitu

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) terdapat perbedaan prestasi belajar aspek pengetahuan siswa pada penggunaan media Peta Konsep dan Multimedia Interaktif

Secara Demografi, BRIC tergabung dari dua Negara yang paling padat penduduknya di dunia, dan dua dengan populasi yang cukup besar,Cina sendiri memegang seperlima populasi dunia,