ANALISIS KESAN TERJEMAHAN AL-QUR’AN KE DALAM BAHASA INDONESIA MUSHAF SYAAMIL AL-QUR’AN PADA SURAH ALI
IMRAN
SKRIPSI SARJANA
O L E H
NUR INDAH SARI
NIM : 090704008
DEPARTEMEN BAHASA ARAB
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ANALISIS KESAN TERJEMAHAN AL-QUR’AN KE DALAM BAHASA INDONESIA MUSHAF SYAAMIL AL-QUR’AN PADA SURAH ALI IMRAN
SKRIPSI SARJANA
DISUSUN O
L E H
NUR INDAH SARI NIM. 090704008
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. M. Husnan Lubis, M.A
NIP.196201161987031003 NIP.19650112199003201 Dra. Fauziah, M.A
Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan Untuk melengkapi salah satu syarat ujian SARJANA SASTRA dalam Bidang Ilmu Bahasa Arab
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTASILMU BUDAYA
PROGRAM STUDI BAHASA ARAB MEDAN
Disetujui oleh:
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PROGRAM STUDI SASTRA ARAB
Ketua,
NIP.19621204198703 2 001 Dra. Pujiati, M.Soc., Ph.D.
Sekretaris,
PENGESAHAN:
Diterima oleh:
Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Untuk melengkapi salah satu syarat ujian SARJANA SASTRA dalam Ilmu Bahasa pada Fakultas Ilmu Budaya USU Medan, pada:
Tanggal : Hari :
Fakultas Ilmu Budaya USU Dekan,
NIP. 19511013 197603 1001 Dr. Syahron Lubis, M.A
No. Nama Tanda Tangan
Panitia Ujian
1. Dra. Pujiati, M.Soc.sc, Ph.D (...) 2. Dra. Fauziah, M.A (...) 3. Dr. M. Husnan Lubis, M.A (...)
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini tidak pernah diajukan untuk
memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah dituliskan
atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan
disebutkan di dalam daftar pustaka.
Apabila pernyataan yang saya perbuat tidak benar, saya bersedia menerima sanksi
berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.
Medan, 30 oktober 2014
ABSTRAK
Nur Indah Sari, 2014. Analisis Kesan Terjemahan Al-Qur’an ke dalam Bahasa Indonesia Mushaf Syaamil Al-Qur’an pada Surah Ali Imran. Medan : Program Studi Bahasa Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
ﺓﺭﻭﺻ
ﺕ
ﻱﺭﺟ
ﻱﺩ
ﺓ
,
ﻱﺭﺎﺳ ﻩﺩﻧﺇ ﺭﻭﻧ
2014
ﺔﻳﺳﻳﻧﻭﺩﻧﻹﺍ ﺔﻐﻠﻟﺍ ﻰﻟﺇ ﻡﻳﺭﻛﻟﺍ ﻥﺍﺭﻘﻟﺍ ﺔﻣﺟﺭﺗ ﻉﺎﺑﻁﻧ ﻹﺍ ﻝﻳﻠﺣﺗ
.
ﻡﻭﻠﻌﻟﺍ ﺔﻳﻠﻛ
:
ﺔﻳﺑﺭﻌﻟﺍ ﺔﻐﻠﻟﺍ ﻡﺳﻗ
:
ﻥﺍﺩﻳﻣ
.
ﻥﺍﺭﻣﻋ ﻝﺍ ﺓﺭﻭﺳﻟﺍ ﻲﻓ ﻝﻣﺎﺷﻟﺍ ﻥﺍﺭﻘﻟﺍ ﻑﺣﺻﻣ
ﺔﻳﻠﻣﺎﺷ ﺓﺭﻁﻣﻭﺳ ﺔﻌﻣﺎﺟ ﺔﻳﻧﺎﺳﻧﻹﺍ
ﻥﺍﺭﻘﻟﺍ ﺕﺎﻣﺟﺭﺗ ﻯﺩﺣﺇ ﻥﻋ ﺓﺭﺎﺑﻋ ﻝﻣﺎﺷﻟﺍ ﻥﺍﺭﻘﻟﺍ ﻑﺣﺻﻣ
ﻲﻓ ﻭ
.
ﺔﻳﺳﻳﻧ ﻭﺩﻧﻹﺍ ﺔﻐﻠﻟﺍ ﻲﻓ ﺡﺭﺗﻘﻣﻟﺍ ﺎﻫﺎﻧﻌﻣ ﺕﺎﻣﻠﻛﻟﺍ ﻙﻠﺗ ﻝﻛ ﻝﺑﺎﻘﺗ ﻭ ﺔﻣﻠﻛﺑ ﺔﻣﻠﻛ ﻡﻳﺭﻛﻟﺍ
ﻑﺎﻳﻁﺃ ﻥﻣ ﺱﺎﻧﻟﺍ ﺔﻣﺎﻋ ﺎﻬﻣﻬﻔﻳ ﺔﻌﺋﺎﺷ ﺔﻓﻭﺭﻌﻣ ﺓﺩﺎﺗﻌﻣ ﺕﺎﻣﻠﻛ ﻝﻣﺎﺷﻟﺍ ﻑﺣﺻﻣﻟﺍ ﺍﺫﻫ
ﺭﻌﻣ ﺔﻳﺑﺭﻋ ﺕﺎﻣﻠﻛ ﻝﻭﺣ ﺭﻭﺩﻳ ﺙﺣﺑﻟﺍ ﻭ
.
ﻊﻣﺗﺟﻣﻟﺍ
ﻭ
ﻭﺩﻧﻹﺍ ﺔﻐﻠﻟﺍ ﻰﻟﺇ ﺔﻠﺧﺍﺩ ﺱﺎﺳﺃ ﻲﻫﻭ ﺔﻓ
ﻑﺣﺻﻣﻟﺎﺑ ﻡﻳﺭﻛﻟﺍ ﻥﺍﺭﻘﻟﺍ ﺔﻣﺟﺭﺗ ﻲﻓ ﺭﺛﺄﺗﻟﺍ ﻭ ﺭﺛﻷﺍ ﺔﻓﺭﻌﻣ ﻰﻟﺇ ﺙﺣﺑﻟﺍ ﻑﺩﻬﻳ
.
ﺔﻳﺳﻳﻧ
ﺭﻌﻣﻟﺍ ﺔﻳﺑﺭﻌﻟﺍ ﺎﻬﺗﺎﻣﻠﻛﻟﺍ ﻲﻓ ﺭﻭﻛﺫﻣﻟﺍ
ﻭ
ﺙﺣﺑ ﺓﺫﻔﻟﺍ ﺔﺳﺍﺭﺩﻟﺍ ﻩﺫﻫ
.
ﻥﺍﺭﻣﻋ ﻝﺍ ﺓﺭﻭﺳ ﻲﻓ ﺔﻓ
ﻙﺭﺎﻣﻭﻳﻧ ﺞﻬﻧﻣ ﻊﺑﺗﻳ ﻱﺫﻟﺍ ﻲﻔﺻﻭﻟﺍ ﺞﻬﻧﻣﻟﺍ ﻲﻫ ﺎﻬﻳﻓ ﺔﻣﺩﺧﺗﺳﻣﻟﺍ ﺔﻘﻳﺭﻁﻟﺍ ﻭ ﻑﺣﺻﻣ ﻲﺑﺗﻛﻣ
ﻭ ﺭﺛﻷﺍ ﺔﻳﻠﻣﻋ ﻥﺃ ﻲﻫ ﺙﺣﺑﻟﺍ ﺍﺫﻫ ﺞﺋﺎﺗﻧ ﻥﻣ ﻭ
.
ﺕﺎﻣﻠﻛﻟﺍ ءﺍﺯﺟﺃ ﻝﻳﻠﺣﺗ ﻲﻓ ﺏﺻﻧﻣﻟﺍ ﺍﺩﻳﻧ ﻭ
ﻭﺃ
,
ﻰﻠﻋﻷﺍ ﺩﺣﻟﺍ ﺯﻭﺎﺟﺗ ﺩﻗ ﺭﺛﻷﺍ ﻥﺎﻛﺃ ءﺍﻭﺳ ﺔﻳﻠﺟ ﺓﺭﻫﺎﻅ ﻝﻣﺎﺷﻟﺍ ﻥﺍﺭﻘﻟﺍ ﻑﺣﺻﻣ ﻲﻓ ﺭﺛﺄﺗﻟﺍ
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB – LATIN
Pedoman transliterasi yang digunakan adalah Sistem Transliterasi
Arab-Latin Berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
RI No. 158/1987 dan No. 0543 b/U/1987 tertanggal 22 Januari 1988.
A. Konsonan Tunggal
Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan
ﺍ Alif - tidak dilambangkan
ﺏ Ba B Be
ﺕ Ta T Te
ﺙ Sa ṡ es (dengan titik di atas)
ﺝ Jim J Je
ﺡ Ha ḥ ha (dengan titik di bawah)
ﺥ kha Kh ka dan ha
ﺩ Dal D De
ﺫ Zal ż zet (dengan titik di atas)
ﺭ Ra R Er
ﺯ Zai Z Zet
ﺱ Sin S Es
ﺵ syin Sy es dan ye
ﺹ Sad ṣ es (dengan titik di bawah)
ﺽ dad ḍ de (dengan titik dibawah)
ﻁ Ta ṭ te (dengan titik di bawah)
ﻅ Za ẓ zet (dengan titik di bawah)
ﻉ `ain ‘ koma terbalik (di atas)
ﻑ Fa F Ef
ﻕ Qaf Q Ki
ﻙ Kaf K Ka
ﻝ Lam L El
ﻡ mim M Em
ﻥ nun N En
ﻭ waw W We
ﻩ Ha H Ha
ء hamzah ` Apostrof
ﻱ Ya Y Ye
C. Konsonan Rangkap
Konsonan rangkap (tasydid) ditulis rangkap
Contoh: ﺔﻣﺩﻘﻣ : muqaddimah
ﺓﺭﻭﻧﻣﻟﺍﺔﻧﻳﺩﻣﻟﺍ : al- madīnah al- munawwarah
D. VOKAL
1. Vokal Tunggal
Vokal Tunggal /fathah/ ditulis “a” contoh : ﺱﻠﺟ = jalasa
Vokal Tunggal /kasrah/ ditulis “i” contoh : ﻡﺣﺭ = rahima
Vokal Tunggal / dammah/ ditulis “u” contoh : ﺏﺗﻛ = kutub
2. Vokal Rangkap
Vokal rangkap /fathah dan ya/ ditulis “ai” contoh : ﻑﻳﻛ = kaifa
3. Vokal Panjang
Vokal panjang fathah/ ditulis “ a” contoh : ﻝﺎﻗ= qāla
Vokal panjang /kasrah/ ditulis “i” contoh : ﺭﻳﺭﺣ = ̒harīrun
Vokal panjang / dammah/ di tulis “u” contoh: ﻡﻭﺣﺭﻣ =marhūmun
E. Hamzah
Huruf hamzah (ء) di awal kata ditulis dengan vocal tanpa didahului oleh tanda
apostrof (‘)
Contoh: ﺏﺩﺃ = ‘adabun
ﺔﻣﻷﺍ ﺩﺎﺣﺗﺍ = ittihād al-‘ummah
F. Lafzul- Jalalah
Lafzul- jalalah (kata ﷲ) yang berbentuk frase nomina ditransliterasikan tanpa
hamzah
Contoh : ﻟ ﺩﻣﺣﻟﺍditulis : alhamdulillah
ﷲ ﺩﺑﻋ ditulis : Abdullah
G. Kata Sandang “al-“
1. Kata sandang “al-“ tetap ditulis “al-“, baik pada kata yang dimulai
dengan huruf qamariah maupun syamsiah.
Contoh : ﻥِﻛﺎَﻣَﻷﺍﺔَﺳﱠﺩَﻘُﻣْﻟﺍ = al-`amâkin al-muqaddasah ُﺔَﺳﺎَﻳﱢﺳﻟﺍُﺔﱠﻳِﻋ ْﺭَﺷﻟﺍ = al-siyâsah al-syar’iyyah
2. Huruf “a” pada kata sandang “al-“ tetap ditulis dengan huruf kecil
meskipun merupakan nama diri.
Contoh : ﻱِﺩ ْﺭ َﻭﺎَﻣْﻟﺍ = al-Mâwardî ﺭَﻫ ْﺯَﻷﺍ = al-`Azhar
ﺓَﺭ ْﻭُﺻْﻧَﻣْﻟﺍ = al-Manshûrah
3. Kata sandang “al-“ di awal kalimat dan pada kata “al-Qur`an” ditulis
dengan huruf kapital.
DAFTAR SINGKATAN
H : Tahun Hijriah
M : Tahun Masehi
SM : Sebelum Masehi
SH : Sebelum Hijriah
Q.S : Al-Qur’an Surah
SWT : Subhanahu wa Ta’ala
SAW : Salllahu `alaihin wa Sallam
A.s : `Alaihi al-Salam
Ra : Radiyallahu `anhu
t.p : Tanpa penerbit
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
taufik dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat dan salam kepada Junjungan Nabi Besar Muhammad SAW beserta
keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah menjadi suri tauladan bagi umat.
Semoga kita mendapatkan syafaatnya di hari kemudian kelak, amin ya rabbal
‘alamin.
Alhamdulillah, atas izin Allah SWT dan juga dukungan, doa, serta motivasi dari keluarga, kerabat, dan sahabat, pada akhirnya peneliti mampu
menyelesaikan skripsi yang berjudul “AnalisisKesan Terjemahan Al-Qur’an Ke
dalam Bahasa Indonesia Mushaf Syaamil Al-Qur’an pada Surah Ali Imran”
Skripsi ini merupakan salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh gelar
sarjana di Fakultas Ilmu Budaya USU. Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak
mengalami kesulitan yang disebabkan keterbatasan ilmu pengetahuan dan
pengalaman yang dimiliki penulis. Harapan penulis adalah semoga karya tulis ini
bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Medan, 30 Oktober 2013
UCAPAN TERIMA KASIH
Dalam kesempatan ini sebagai ungkapan rasa bahagia, penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sampai
selesainya skripsi ini, baik itu berupa moril maupun materil. Oleh karena itu
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. H. Syahron Lubis, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara yang memimpin organisasi di Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Sumatera Utara serta Bapak Pembantu Dekan IDr.M.
Husnan Lubis, M.A, Bapak Pembantu Dekan II Drs. Syamsul Tarigan dan
Bapak Pembantu Dekan III Drs. Yuddi Adrian M. M.A yang membantu
memimpin organisasi Fakultas Ilmu Budaya USU dan memberikan
fasilitas kepada peneliti untuk mengikuti pendidikan program sarjana di
Fakultas Ilmu Budaya USU.
2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Program Studi Bahasa Arab, Ibu Dra.
Pujiati, M.Soc., Ph.D. dan Ibu Dra. Fauziah, M.A.
3. Dosen Pembimbing Akademik Ibu Dra. Kacar Ginting, M.Ag
4. Dosen pembimbing I Dr.M. Husnan Lubis, M.A dan Dosen pembimbing
IIDra. Fauziah, M.A. Bapak dan Ibu yang dengan ikhlas meluangkan
waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membimbing dan mengarahkan saya
dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Seluruh staf pengajar Program Studi Bahasa Arab USU yang telah
mendidik peneliti dan menuangkan ilmunya selama masa perkuliahan.
6. Teristimewa untuk kedua orang tua saya ayahanda Ramlan Lubis dan
ibunda Sutrisni yang telah mengasuh dan mendidik penulis dengan penuh
cinta dan kasih sayang, sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan
di Perguruan Tinggi. Terima kasih untuk semua do’a dan dukungan yang
telah ayah dan ibu berikan. Semoga Allah senantiasa melimpahkan
rahmat, karunia, perlindungan, serta hidayah, juga ampunan-Nya untuk
7. Untuk suamiku tercinta mas Heri yang telah memberikan dukungan
semangat dan senantiasa mendo’akanku. Semoga Allah senantiasa
melimpahkan rahmat, karunia, perlindungan, serta hidayah, juga
ampunan-Nya untuk suamiku di dunia dan akhirat serta mengumpulkan kami di
surga-Nya.
8. Adik-adikku tercinta, adek Peggy, Bina dan Della serta keponakkanku
tersayang Qania yang senantiasa mendo’akan dan memberi dukungan pada
kakaknya ini. Untuk adik- adek ku tercinta rajin belajar dan ikutilah jejak
orang-orang yang sukses dunia dan akhirat, semoga menjadi anak yang
shalih dan shalihah.
9. Terima kasih kakek, nenek, oom dan ibu-ibu ku tercinta, kakek Manan,
nenek Saerah, oom Iwan, ibu Sutik, oom Zul, ibu Tini, oom Mardi, ibu
Suni, oom Takun, ibu Yanti dan oom Jun yang senantiasa mendo’akan dan
memberi dukungan.
10.Keluarga Besar Ikatan Mahasiswa Bahasa Arab (IMBA) yang
bersama-sama telah belajar untuk berorganisasi.
11.Teman-temanku tercinta Sastra Arab USU Angkatan 2009 Nurul, Oza,
Diah, Pudin, Ciput, Defi, Nazwa, Halimah, Agi, walimah, Budi, An-nur,
Rian, Diki, Ali, Halim yang sama-sama telah melewati masa suka dan
duka selama masa perkuliahan dan semoga silaturahmi tetap terjaga
selamanya.
12.Untuk sahabat-sahabatku yang ada di Hizb kakak Rina, kakak Chyntia,
kakak Dewi, kakak Fiza, kakak Lina, kakak Reze, kakak Mimi, Endah,
kakak Uci, Shinta, adek Mesra terima kasih atas do’a dan motivasi yang
kalian berikan untuk terselesainya penelitian ini.
Penulis berterima kasih kepada semuanya yang telah memberikan bantuan
dan jasa semoga menjadi amalan yang diridhai oleh Allah SWT, dan mendapatkan
DAFTAR ISI
ABSTRAK i
PEDOMAN TRANSLITRASI iii
DAFTAR SINGKATAN vi
KATA PENGANTAR vii
UCAPAN TERIMA KASIH viii
DAFTAR ISI x
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN 79
4.1 Kesimpulan 79
4.2Saran 80
DAFTAR PUSTAKA 81
ABSTRAK
Nur Indah Sari, 2014. Analisis Kesan Terjemahan Al-Qur’an ke dalam Bahasa Indonesia Mushaf Syaamil Al-Qur’an pada Surah Ali Imran. Medan : Program Studi Bahasa Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gerakan penerjemahan secara besar-besaran telah dicanangkan oleh
Kongres Bahasa Indonesia pada 1978. Kongres ini memprogramkan akan
melaksanakan gerakan tersebut payda awal Pelita III. Kongres tersebut bertujuan
untuk menggalakkan penerjemahan dan mewujudkan Bahasa Indonesia sebagai
pendukung pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan
teknologi, (Mufid dan Kaseruan, 2007:4).
Penerjemahan tidak dapat dilakukan tanpa penguasaan yang memadai
terhadap bahasa asing (bahasa sumber yang diterjemahkan). Kemampuan dan
penguasaan terhadap bahasa asing seperti bahasa Arab, harus ditingkatkan dan
dikembangkan. Hal ini disebabkan, setiap bangsa dituntut untuk mampu
berkomunikasi dengan bangsa lain dalam segala aspek kehidupan, terutama untuk
menyerap informasi dan ilmu pengetahuan, serta teknologi, untuk memperluas
cakrawala bangsa sejalan dengan keperluan pembangunan, (Mufid dan Kaseruan,
2007:2)
Penerjemahan Al-Qur’an ke dalam bahasa Indonesia bermula sejak
pertengahan abad 17 (1302 H/1884 M), yaitu pada masa Sultan Iskandar Muda
(1607-1636) di Aceh. Kegiatan penerjemahan ini pertama kali dilakukan oleh
Abdur Rauf Al-Fansuri dari Singkel, Aceh. Walaupun belum sempurna,
terjemahan Abdur Rauf ini merupakan pembuka jalan bagi para penerjemah lain,
(Husnan, 2004:9).
Adapun Al-Qur’an merupakan kalam Allah yang diturunkan melalui
perantaraan malaikat Jibril kepada Rasulullah SAW dengan menggunakan bahasa
Arab disertai kebenaran agar dijadikan hujjah (argumentasi) dalam hal
umat manusia, disamping merupakan amal ibadah bagi yang membacanya, (Arief,
2012 :98).
Objekkajian dalam penelitian ini adalah Syaamil Qur’an. Syaamil
Al-Qur’an adalah salah satu terjemahan Al-Al-Qur’an berupa terjemahan kata
perkata.terjemahannya menampilkan arti setiap kata dalam Al-Qur’an serta
bentuk kata bahasa Indonesia dan arti kata tersebut diletakkan tepat di bawah kata
yang berbahasa Arab. Ia fungsinya yaitu Al-Qur’antarbiyah (pendidikan), maka
bagi umat Islam yang belum mengenal ataupun mengetahui bahasa Al-Qur’an,
Syaamil Al-Qur’an akan membimbing dan mempermudah dalam menguasai dan
memahami kandungan Al-Qur’an. Syamil Al-Qur’an adalah hasil buah kerjasama
antara Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an Departemen Agama RI dan CV.
Haekal Media Center dalam penerbitannya, (Baihaqi, 2010:6).
Terjemahan Syaamil Al-Qur’andi dalamnya terdapat kata-kata
lazim.Adapun pengertian kata lazim adalah sudah biasa; sudah menjadi kebiasaan;
sudah umum : sekarang sudah -- wanita berambut pendek; melazimkan v
membuat supaya lazim; membiasakan; kelaziman n kebiasaan (yang sudah
umum): memakan sirih merupakan~bagi orang tua-tua kita dulu, (http://artikata1
.blogspot.com/2012/08/pengertian-lazim.html
Kata-kata lazim adalah kata yang sudah umum dan arti katanya dapat di
pahami oleh masyarakat. Kata-kata lazim dalam kajian ini adalah kata yang
berasal dari bahasa Arab yang sudah umum dalam bahasa Indonesia, sehingga
makna katanya sudah dipahami oleh khalayak ramai/masyarakat umum.
Sedangkan kata lazim dalam bidang ilmu khusus seperti ilmu Agama, ilmu
pengetahuan, dan adat budaya sesuai dengan pengertian yang sudah ditentukan
berdasarkan patokan tertentu. Kata-kata lazim terpilih ini seperti kata hakim, azab,
ayat, salam, dzalim, taqwa, amal, kafir, alim dan sholeh . Adapun contoh kata-kata lazim yang peneliti pilih antara lain: kata-kata hakim, salam, dan ayat.
).
UU
: ﻥﺍﺮﻤﻋ ﻝﺍ) 6
/huwal lażī yuṣawwirukum fil arḥāmi kaifa yusyā’u lā ilāha illa huwal ʻazīzul
ḥakīmu/ ‘Dialah yang membentuk kamu dalam rahim sebagaimana dikehendaki-Nya. tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana
UU
: ﻥﺍﺮﻤﻋ ﻝﺍ)
58 (
/żālika natlūhu ʻalaika minal ayāti ważżikril UhakīmiU/ ‘Demikianlah (kisah 'Isa), kami membacakannya kepada kamu sebagian dari bukti-bukti (kerasulannya) dan (membacakan) Al-Quran yang penuh UhikmahU’, (Ali ‘Imran : 58)
UU
: ﻥﺍﺮﻤﻋ ﻝﺍ)
19 (
/’innad dīna ʻindallahil UislāmuU wa makhtalafal lażīna ūtul kitāba illa min baʻdi
mā jā´ahumul ʻilmu bagyā bainahum wa man yakfur bi´āyātillahi fa´innallahi sarīʻul ḥisābi/ ‘Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah UIslamU. tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, Karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya’, (Ali ‘Imran : 19)
: ﻥﺍﺮﻤﻋ ﻝﺍ)
83 (
/’afagaira dīnillahi yabgūna wa lahu, UaslamaU man fīs samāwāti wal arḍi ṭauʻān
wakarhān wa ilaihi yarjaʻun/’Maka apakah mereka mencari agama yang lain
dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah Umenyerahkan diriU segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan Hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan’, (Ali ‘Imran : 83)
U
U
: ﻥﺍﺮﻤﻋ ﻝﺍ)
58 (
/żālika natlūhu ʻalaika minal ´UayātiU ważżikril ḥakīmi/’Demikianlah (kisah 'Isa), kami membacakannya kepada kamu sebagian dari Ubukti-buktiU (kerasulannya) dan (membacakan) Al-Quran yang penuh hikmah’, (Ali ‘Imran : 58)
UU
: ﻥﺍﺮﻤﻋ ﻝﺍ)
97 (
/ fīhi U´āyātumU maqāmu ibrāhīm wa man dakhalahu kāna ´āminan walillahi ʻala
annāsi ḥijjul baiti manistaṭāʻa ilaihi sabīlan wa man kafara fa´innallaha ganiyyun ´anil ʻālamīna/’Padanya terdapat Utanda-tandaU yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (Tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam’, (Ali ‘Imran : 97)
Kata hakim dalam surah Ali ‘Imran ayat 6 bermakna Maha bijaksanadan
dalam ayat 58 bermakna hikmah.Kata salampada surah Ali ‘Imran ayat 19 bermakna Islamdan dalam ayat 83 bermakna menyerahkan diri.Kata ayat dalam surah Ali ‘Imran ayat 58 bermakna bukti-bukti, dan dalam ayat 97 bermakna
tanda-tanda. Contoh yang dipaparkan terdapat perbedaan makna kata yang menimbulkan kesan terjemahan yang berbeda antara satu dengan yang lain pada
kata yang sama.
Oleh karena itu, perlu satu analisis kesan terjemahan, apakah terjemahan
tersebut mengalami kesan terjemahan makna berlebihan/meluas, kesan terjemahan
makna menyempit/kurang, kesan terjemahan makna kata salah atau kesan
terjemahan taksa/ambigu.
Kesan terjemahan disini maksudnya adalah pembahasan yang berkaitan
dengan hasil terjemahan itu sendiri. Adapun kesan-kesan terjemahan tersebut
antara lain :
a. Kesan Terjemahan Berlebihan
Ialah berlaku apabila terdapat maklumat atau pesan sampingan yang
ditambahatau bertambah dalam teks sasaran dibandingkan dengan maklumat
atau pesan yang terdapat dalam teks bahasa sumber.Perkara ini mungkin
berlaku atau dilakukan oleh penterjemahan untuk menyesuaikannya dengan
’, (Ali ‘Imran : 6) b. Kesan Terjemahan Kurang
Ialah hasil penterjemahan yang di dalamnya terdapat penghilangan makna teks
sumber. Penghilangan ini kadang-kadang tidak dapat dihindarkan, hal ini
mungkin karena tuntutan dari bahasa sasaran ini sendiri sehingga berlaku
pengurangan terhadap makna teks sumber dalam teks bahasa sasaran.
c. Kesan Terjemahan Taksa
Ialah kesan apabila susunan ayat sesuatu teks sasaran atau kata yang
memberikan tafsiran lebih dari satu pemahaman. Ia juga boleh berlaku pada
peringkat kata dan sintaksis
d. Kesan Terjemahan Salah
Ialah hasil terjemahan yang gagal mengeluarkan dan melahirkan makna atau
pesan yang sebenarnya daripada teks bahasa sumber ke dalam teks bahasa
sasaran. Terjemahan salah merupakan hasil terjemahan yang sama
meninggalkan kesan terjemahan karena ia memberikan tafsiran pesan yang
menyeleweng dari maklumat asal yang terdapat dalam teks bahasa sumber.
Berdasarkan masalah-masalah di atas, penulis merasa sangat perlu untuk
meneliti dan menganalisis Kesan Terjemahan dalam Terjemahan Al-Qur’an ke
dalam bahasa Indonesia Mushaf Syaamil Al-Qur’an pada kata-kata Lazim terpilih
dalam surah Ali ‘Imran.
1.2 Masalah Kajian
1. Kata-kata lazim terpilih pada terjemahan Al-Qur’an ke dalam bahasa
Indonesia Mushaf Syaamil Al-Qur’an surah Ali ‘Imran, masih belum
diketahui jumlah kata-katanya?
2. Kesan pada terjemahan Al-Qur’an ke dalam bahasa Indonesia Mushaf
Syaamil Al-Qur’an pada kata-kata Lazim terpilih Surah Ali ‘Imran, masih
belum diketahui berapa jumlahnya?
3. Penterjemahan satu kata yang sama tidak konsisten dalam
menterjemahkannya?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain :
1. Untuk mendata kata-kata lazim terpilih yang mana-mana saja pada
terjemahan Qur’an ke dalam bahasa Indonesia Mushaf Syaamil
Al-Qur’an surah Ali ‘Imran.
2. Untuk mengetahui kesan-kesan terjemahan Al-Qur’an ke dalam bahasa
Indonesia Mushaf Syaamil Al-Qur’an pada kata-kata Lazim Terpilih
dalam Surah Ali ‘Imran.
3. Untuk mengetahui alasan kenapa tidak konsisten dalam menterjemahkan
satu kata yang sama.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dapat diraih dari penelitian ini adalah :
1. Diketahui kata-kata lazim terpilih pada terjemahan Al-Qur’an ke dalam
bahasa Indonesia pada Mushaf Syaamil Al-Qur’an dalam surah Ali
‘Imran.
2. Diketahui kesan yang ada pada terjemahan Al-Qur’an ke dalam bahasa
Indonesia Mushaf Syaamil Al-Qur’an pada kata-kata Lazim Terpilih
dalam Surah Ali ‘Imran, sehingga tidak lagi muncul keraguan terkait
3. Diketahui alasan ketidakkonsistenan penterjemahan satu kata yang sama
yaitu adanya konteks situasi pada kata yang diterjemahkan.
1.5 Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research) dengan
membaca buku-buku yang ada relevansinya dengan masalah terjemahan. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif
yaitu prosedur pemecahan masalah yang dilakukan dengan cara menjelaskan dan
menggambarkan tentang hal-hal yang teliti.Adapun tahap-tahap yang akan
dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mendata kata-kata lazim terpilih dalam surah Ali ‘Imran.
2. Mencari makna kata-kata lazim terpilih.
3. Klasifikasi data
4. Menentukan data kata-kata lazim yang layak di kaji.
5. Kata-kata lazim terpilih seperti dalam 1.3 yaitu:
- Mendatakata-kata lazim terpilih yang mana-mana saja pada
terjemahan Al-Qur’an ke dalam bahasa Indonesia Mushaf Syaamil
Al-Qur’an surah Ali ‘Imran.
- Mendata kesan-kesan pada terjemahan Al-Qur’an ke dalam bahasa
Indonesia Mushaf Syaamil Al-Qur’an pada kata-kata Lazim
Terpilih dalam Surah Ali ‘Imran
6. Dan menyusunnya dalam bentuk laporan karya ilmiah (Skripsi).
BAB II
3. Diketahui alasan ketidakkonsistenan penterjemahan satu kata yang sama
yaitu adanya konteks situasi pada kata yang diterjemahkan.
1.5 Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research) dengan
membaca buku-buku yang ada relevansinya dengan masalah terjemahan. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif
yaitu prosedur pemecahan masalah yang dilakukan dengan cara menjelaskan dan
menggambarkan tentang hal-hal yang teliti.Adapun tahap-tahap yang akan
dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mendata kata-kata lazim terpilih dalam surah Ali ‘Imran.
2. Mencari makna kata-kata lazim terpilih.
3. Klasifikasi data
4. Menentukan data kata-kata lazim yang layak di kaji.
5. Kata-kata lazim terpilih seperti dalam 1.3 yaitu:
- Mendatakata-kata lazim terpilih yang mana-mana saja pada
terjemahan Al-Qur’an ke dalam bahasa Indonesia Mushaf Syaamil
Al-Qur’an surah Ali ‘Imran.
- Mendata kesan-kesan pada terjemahan Al-Qur’an ke dalam bahasa
Indonesia Mushaf Syaamil Al-Qur’an pada kata-kata Lazim
Terpilih dalam Surah Ali ‘Imran
6. Dan menyusunnya dalam bentuk laporan karya ilmiah (Skripsi).
BAB II
2.1Kajian Terdahulu
Penelitian dan tulisan tentang terjemahan sudah banyak dikaji dan diteliti
oleh para peneliti, baik para mahasiswa ataupun dosen, terutama beberapa
Mahasiswa dan Dosen Bahasa Arab Universitas Sumatera Utara (USU) antara
lain :
a. Saiful Bahri Sidabalok (2010) dengan judul Analisis Teknik Penerjemahan
Surah Al Kahfi Sebagai Penjabaran Ekuiavalensi Pada Al-Qur’an Terjemahan Departemen Agama Republik Indonesia. Penelitian ini membahas tentang pemakaian atau penerapan prosedur ekuivalensi dalam
terjemahan surah Al Kahfi pada Al-Qur’an terjemahan Departemen Agama
Republik Indonesia, yang telah ditashih oleh dewan pentashih Al-Qur’an
Departemen Agama Republik Indonesia tahun 2005, serta membahas
ketepatan makna dari hasil terjemahan tersebut. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa semua teknik dan pola penerjemahan yang ada pada
Prosedur Ekuivalensi dipakai dalam penerjemahan surah Al KahfiAl-Qur’an
terjemahan Departemen Agama Republik Indonesia tahun 2005, kecuali satu
pola, yakni pola Kt F=F1[Kt=F2(Kt +Kt)]. Secara keseluruhan, pemakaian
teknik dan pola penerjemahan penjabaran Prosedur ekuivalensi dalam
terjemahan surah Al Kahfi tersebut terdapat pada 215 tempat.
b. Baihaqi Hasibuan (2010) dengan judul Analisis Prosedur Transfer Dalam
Terjemahan Surah Al Baqarah Pada Syamil Al-Qur’an. Penelitian ini membahas tentang cara atau proses penerjemahan surah Al Baqarah pada
Syamil Al-quran menurut prosedur transfer serta menilik seberapa
konsistenkah prosedur transfer dalam penerjemahan surah Al Baqarah pada
Syamil Al-Qur’an. Permasalahan yang diteliti adalah bagaimanakah prosedur
transfer dalam penerjemahan surah Al Baqarah pada Syamil Al-Qur’an dan
konsistensi prosedur transfer dalam penerjemahan surah Al Baqarah pada
Syamil Al-Qur’an. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwasanya terdapat 54
frase, dan juga kalimat. Dan adanya ketidak konsistenan prosedur transfer
dalam penerjemahan surah Al Baqarah pada Syamil Al-Qur’an.
c. M.Husnan Lubis (2004) dengan judul Pemilihan Kata Bahasa Indonesia
Yang Asalnya Bahasa Arab Dalam Tiga Teks Terjemahan Al-Qur’an Bahasa Indonesia : Analisis Perbandingan Dan Strategi Penerjemahan. Tujuan penelitian ini membandingkan tiga teks terjemahan Al-Qur’an secara umum.
Adapun tiga teks terjemahan yang dimaksud : pertama, Mahmud Yunus.
Kedua, Departemen Agama RI. Ketiga, Hamka.
Sejauh yang diketahui penulis hingga saat ini, belum ada satu kajian yang
ditulis oleh pihak manapun tentang analisis kesan terjemahan Al-Qur’an ke
dalam bahasa Indonesia Mushaf Syaamil Al-Qur’an pada Surah Ali ‘Imran.
2.2 Kerangka Konsep
Menterjemahkan adalah pekerjaan yang melibatkan sekumpulan teori atau
ilmu, tetapi kemampuan menterjemahkan dengan baik adalah seni.
Menterjemahkan, dengan demikian adalah keterampilan yang melibatkan lebih
banyak seni (bakat) daripada upaya dan teori. Oleh sebab itu, penterjemahan
sangat bergantung pada rasa kebahasaan seseorang. Rasa bahasa ini berbeda pada
satu individu dengan individu lainnya. Atau dengan kata lain, kepandaian
menterjemahkan lebih merupakan suatu yang “diberikan” daripada yang
“diperoleh”, (Mufid dan Kaseruan, 2007:5-6).
Namun demikian, kita tidak dibenarkan menafikan upaya, latihan, dan
teori-teori tentang menerjemahkan. Sebab betapapun kuat dan baiknya bakat dan
rasa bahasa seseorang, jika tidak dibareng dengan latihan, praktik yang
terus-menerus dan berkelanjutan, dan teori (meski tanpa disadari), maka sulit kita
bayangkan dia akan menjadi penerjemah yang baik. Jadi, keduanya yaitu bakat
dan latihan yang baik adalah sama pentingnya, (Mufid dan Kaseruan, 2007:6).
,
ﻪﻨﻋ ﻢﺟﺮﺗ
,
ﻰﻛﺮﺘﻟﺍ ﻥﺎﺴﻠﻟﺍ ﻰﻟﺇ ﻪﻠﻘﻧ ْﻱﺃ ﺔﻴﻛﺮﺘﻟﺎﺑ ﻪﻤﺟﺮﺗ
:
َﺮﺧﺍ ﻥﺎﺴﻠﺑ ُﻩﺮﺴﻓ
:
ﻡﻼﻜﻟﺍ ﻢﺟﺮﺗ
ﺮﻴﺴﻔﺘﻟﺍ
:
ِﻢﺣﺍﺮﺘﻟﺍ ﺝ ﺔﻤﺟﺮﺘﻟﺍ
,
ُﻩﺮﻣﺃ ﺢﺿﻭﺃ
./tarjamal kalama : fassarahu bilisảnin ảkhara : tarjamahu bitturkiyati ai naqalahu ilal lisảni atturkiyyi, tarjama ‘anhu, auḍaḥa amrahu, attarjamatu jama’ attarảjimu : attafsỉru’ / Menerjemahkan kalimat : menafsirkannya dengan bahasa lain : terjemah bahasa Turki berarti memindahkannya kepada lisan orang Turki, menerjemahkannya, menjelaskan perkaranya, ‘at-tarjamatu’ bentuk
jamaknya’at-tarājimu’ ; ‘at-tafsiru’ (menafsirkan), (Mufid dan Kaseruan, 2007:6).
Adapun secara terminologis, menerjemah didefinisikan sebagai berikut :
ﻪﻴﻧﺎﻌﻣ ﻊﻴﻤﺠﺑ ءﺎﻓﻮﻟﺍ ﻊﻣ ﻯﺮﺧﺃ ﺔﻐﻟ ﻦﻣ ﺮﺧﺁ ﻡﻼﻜﺑ ﺔﻐﻟ ﻰﻓ ﻡﻼﻛ ﻰﻨﻌﻣ ﻦﻋ ﺮﻴﺒﻌﺘﻟﺍ
/Atta’biru ‘an ma’na kalami fi lughati bikalami akhiri min lughati ukhra ma’al
wafāi bijami’i ma’ānīhi / menerjemah berarti mengungkapkan makna tuturan
suatu bahasa di dalam bahasa lain dengan memenuhi seluruh makna dan maksud tuturan itu, (Syihabuddin, 2002 : 7).
Secara etimologis kata terjemah digunakan untuk mengacu pada empat
makna. Pertama, berarti menyampaikan pembicaraan kepada orang lain yang pembicaraan tersebut tidak sampai kepadanya. Kedua, berarti menafsirkan
pembicaraan dengan bahasa yang sama dengan bahasa pembicaraan itu. Ketiga,
berarti menafsirkan pembicaraan dengan bahasa bukan bahasa pembicaraan, dan
yang Keempat, berarti proses pengalihan dari satu bahasa ke bahasa yang lain. Perlu dibedakan pula antara kata penerjemahan dan terjemahan sebagai padanan
dari translation. Kata penerjemahan mengandung pengertian proses alih pesan, sedangkan kata terjemahan artinya hasil dari suatu penerjemahan, (Syihabuddin,
2002 :6-7).
Penerjemahan selama ini didefinisikan melalui berbagai cara dengan latar
belakang teori dan pendekatan yang berbeda. Meskipun sangat tidak mewakili
keseluruhan definisi yang ada dalam dunia penerjemahan dewasa ini, disini akan
disoroti dua definisi saja sebagai pijakan memasuki pembahasan, (Rochayah,
2009:25)
Menurut Newmark, (1981) dalam Husnan, (2010 : 3) , memberikan
tertulis dalam satu bahasa. Pesan dalam bahasa sumber itu harus sama dengan
pesan yang sudah dipindahkan ke dalam bahasa sasaran untuk menggantikan
pasan atau pernyataan yang telah ada.
Berdasarkan definisi di atas peneliti menyimpulkan bahwa penerjemahan
adalah usaha memindahkan pesan atau amanat dari teks bahasa sumber ke dalam
bahasa penerima dengan padanan yang paling dekat dan wajar.
Proses terjemahan dilakukan dengan tiga tahap utama yaitu memahami
makna nash sumber, mengungkapkan pemahaman tersebut di dalam nash
penerima, dan menyusun kembali hasil pengungkapan tersebut agar sesuai dengan
karateristik nash penerima. Pada tahap pengungkapan ini penerjemah
menggunakan metode, prosedur, dan teknik penerjemahan. Ketiga cara tersebut
berinteraksi secara intensif dalam mengungkapkan dan mereproduksi amanat nash
sumber, sehingga diperolehlah padanan yang wajar di dalam nash penerima,
(Syihabuddin, 2002: 77).
Menurut E.Sadtono, (1985) menyatakan bahwa setiap proses
penerjemahan memiliki tujuan. Adapun tujuan-tujuan penerjemahan antara lain :
1. Untuk menyampaikan berita, informasi dan pesan dari bahasa sumber
dalam bentuk bahasa penerima. Akan tetapi, dalam menyampaikan berita
melalui bahasa penerima, diperlukan tata bahasa dan pebendaharaan kata.
2. Untuk menghasilkan suatu karya terjemahan dari bahasa sumber dengan
membawa makna yang sepadan pada bahasa penerima.
3. Untuk menyebarkan ilmu pengetahuan.
Terjemahan adalah merupakan produk yang didapati darimenterjemahkan
fakta yang tersimpan dalam suatu bahasa sumber ke bahasa sasaran. Oleh karena
itu, beberapa masalah pasti akan timbul sebagai akibat dari kegiatan
penerjemahan tersebut. Setiap usaha penerjemahan mengakibatkan sedikit
atau penafsiran makna. Perkara-perkara seperti itu muncul disebabkan oleh
beberapa faktor tertentu, (Husnan, 2008:4).
Penterjemahan merupakan proses atau rangkuman kegiatan pemindahan
sesuatu ide atau proses memahami pesan makna, maksud atau fikiran yang
terkandung dalam bahasa sumber ke bahasa sasaran harus mengikuti kaedah
bahasa sasaran. Penerjemahan tersebut bertujuan untuk menghasilkan kesan yang
sama atau hampir sama kepada pembacanya dengan kesan yang didapat oleh
pembaca bahasa teks aslinya, (Husnan, 2008:7).
Kegiatan penerjemahan, tidak dapat terlepas dari apa yang dinamakan
dengan teori. Adapun kerangka teori tentang kesan terjemahan yang digunakan
antara lain:
1. Newmark, (1992) dalam Husnan (2008:10 )yaitu :
• Kaedah terjemahan yang sesuai dengan teks yaitu terjemahan komunikatif dan terjemahan semantik.
• Terjemahan perlu menghasilkan kesan yang sama kepada pembaca seperti
kesan penulis bahasa sumber.
• Terjemahan perlu menghasilkan setepat mungkin rangkuman makna penulis bahasa sumber.
• Terjemahan yang bersifat informatif bukan ekspresif, pembaca harus
diberi penjelasan tambahan untuk memahaminya dan juga terjemahan itu
harus menggunakan kata yang ada.
2. Nida, (1964) dalam Husnan (2008:10), yaitu :
• Penerjemahan harus menyesuaikan budaya teks sumber dengan budaya
bahasa sasaran. Terjemahan yang berupa Dinamik ialah terjemahan yang
memberikan penyesuaian antara bahasa, kebudayaan, konteks isi
kandungan teks asli dengan teks bahasa sasaran.
• Terjemahan perlu memperhatikan dua jenis kepadanan kata, yaitu
Pendapat Newmark dan Nida tersebut mengasaskan pada teori analisis
komponen makna untuk digunakan menganalisis kata. Maka, kesan terjemahan
dapat kita lihat melalui analisis Komponen Makna. Tentang perubahan-perubahan
makna dapat dilihat dari sifat perubahan makna-makna dalam terjemahan kata
bahasa sumber ke dalam bahasa Indonesia mengalami terjemahan makna
berlebihan/meluas, terjemahan makna menyempit/kurang, terjemahan makna kata
salah atau terjemahan taksa/ambigu ?. Untuk memastikan semua itu, dengan
menggunakan kaedah atau teori analisis komponen makna, (dalam kutipan
Husnan, 2008:26).
Komponen Makna atau Komponen Semantik (semantic feature, semantic
property, atau semantic marker) mengajarkan bahwa setiap kata atau unsur leksikal terdiri dari satu atau beberapa unsur yang bersama-sama membentuk
makna kata atau makna unsur leksikal tersebut. Analisis ini mengandaikan setiap
unsur leksikal memiliki atau tidak memiliki suatu ciri yang membedakannya
dengan unsur lain. Pengertian komponen ialah keseluruhan makna dari suatu kata,
terdiri atas sejumlah elemen, yang antara elemen yang satu dengan yang lain
memiliki ciri yang
berbeda-beda,
Komponen makna ini dapat dianalisis, dibutiri, atau disebutkan
satu-persatu, berdasarkan “pengertian-pengertian” yang dimilikinya. Umpama kata
ayah yang memikili komponen makna /+manusia/, /+dewasa/, /+jantan/, /-betina/, /+kawin/, dan /-melahirkan anak/; dan kata ibu memiliki komponen makna /+manusia/, /+dewasa/, /-jantan/, /+betina/, /+kawin/, dan /+melahirkan
anak/. Kalau dibandingkan komponen kata ayah dan ibu adalah kelihatan sebagai
bagan berikut:
(http//www.sciencehacker2991.wordpress.com/komponenmakna(semantikba -hasaIndonesia)/.
1. Manusia
2. Dewasa
3. Jantan
4. betina
5. Kawin
6. Melahirkan anak
+
+
+
-
+
-
+
+
-
+
+
+
Analisis komponen makna ini dapat dimanfaatkan untuk mencari perbedaan
bentuk-bentuk yang bersinonim. Umpamanya, kata ayah dan bapak adalah dua kata yang bersinonim dalam bahasa Indonesia. Tetapi, maknanya tidak persis
sama. Oleh karena itu, kata ayah dan bapak pun, meskipun bersinonim tentu ada
perbedaan maknanya. Dimanakah letak bedanya itu ? kalau kita analisis
komponen makna yang dimiliki kata ayah dan bapak akan terlihat sebagai berikut:
Komponen makna Ayah Bapak
1. Manusia
2. Dewasa
3. Sapaan kepada orang tua laki-laki
4. Sapaan kepada orang yang dihormati
+
+
+
-
+
+
+
+
Dari bagan itu kelihatan bahwa kata ayah dan bapak sama-sama memiliki komponen makna 1 sampai 3 ; bedanya, kata ayah tidak memiliki komponen 4,
sedangkan kata bapak memiliki komponen makna itu. Dengan demikian, kita bisa
melihat beda makna kata ayah dan bapak yang hakiki, yang menyebabkan kata bapak dalam ujaran tersebut, tidak dapat ditukar dengan kata ayah,, (Chaer,2003:318-321)
Dalam kata penerjemahan mengandung pengertian proses alih pesan,
sedangkan kata terjemahan artinya hasil dari suatu penerjemahan. Menurut
makna teks dalam suatu bahasa (bahasa sumber) dan membuat teks yang baru
yang sepadan dalam bahasa lain (bahasa sasaran),
Problematika kesulitan dalam penerjemahan adalah pada pencarian
padanan atau ekuivalensi yang sesuai antara bahasa sumber dan bahasa penerima,
sehingga dituntut kegiatan penerjemahan yang lebih memahami pada tataran
tersebut, agar menghasilkan terjemahan yang tepat. Karena masalah padanan
merupakan bagian inti dari teori penerjemahan. Dan praktek menerjemahkan
sebagai realisasi dari proses penerjemahan selalu melibatkan pencarian
padanan,
Pemilihan padanan bagi kata-kata yang sesuai dalam bahasa sasaran perlu
meneliti fungsi semantik disekeliling kata-kata tersebut melalui konteks dalam
bahasa sumber dan bahasa sasaran. Pentingnya konteks dalam penggunaan suatu
kata untuk mengenal pasti fungsi semantiknya dalam ayat dapat diperlihatkan,
(Husnan, 2008:122)
(http://www.kom -pasiana.com/ padanandalam terjemahan/)
Istilah konteks pertama kali diperkenalkan oleh Malinowski (1923: 307) dalam blog www.miftahnugroho.wordpress.comdengan sebutan konteks situasi. Ia merumuskan konteks situasi seperti di bawah ini “Exactly as in the reality of spoken or written languages, a word without linguistic context is a mere figment and stands for nothing by itself, so in the reality of spoken living tongue, the utterance has no meaning except in the context situation (Persis seperti dalam realitas bahasa lisan atau tertulis, kata tanpa konteks linguistik adalah isapan jempol belaka dan berdiri untuk apa-apa dengan sendirinya, sehingga dalam realitas yang diucapkan, ucapan tidak ada artinya kecuali dalam situasi konteks)”, -atik/).
Ketika pertama kali Malinowski mengembangkan
pandangan-pandangannya ini, dia mempunyai pikiran bahwa kita membutuhkan konsep
konteks situasi hanya jika kita sedang mempelajari suatu bahasa yang primitif,
bahasa budaya yang tak tertulis, tetapi kita tidak akan membutuhkan
konsep-konsep semacam itu untuk pemerian bahasa suatu peradaban yang sudah maju.
kesimpulan gagasan umum tentang konteks situasi untuk pemahaman bahasa
Inggris atau bahasa besar lainnya sama perlunya sebagaimana untuk pemahaman
bahasa kiriwinia. Masalahnya hanyalah bahwa konteks budayanya yang khas
untuk setiap kelompok masyarakat di setiap tingkat perkembangan, (Ruqaiya,
1992:9-10)
Ada seorang ahli bahasa yang menjadi koleganya yaitu J.R Firth. Firth
tertarik pada latar belakang budaya bahasa dan ia mengambil alih pemikiran
Malinowski tentang konteks situasi dan memasukkannya ke dalam teori
kebahasaannya sendiri, (Ruqaiya, 1992:10)
Meskipun demikian, dalam arti tertentu Firth menemukan bahwa
pemikiran Malinowski tentang konteks situasi, tidak begitu lengkap untuk
tujuan-tujuan kebahasaan, sebab pandangannya belum cukup umum. Malinowski
berkepentingan dengan kajian teks-teks tertentu, dan karenanya pandangannya
tentang konteks situasi dirancang untuk menjelaskan dan merinci makna
contoh-contoh tertentu dalam pemakaian bahasa. Untuk itulah Firth membuat suatu
kerangka untuk konteks situasi yang dapat digunakan untuk kajian teks sebagai
bagian dari teori kebahasaan umum, (Ruqaiya, 1992:10-11)
Pokok-pokok pandangan Firth adalah sebagai berikut :
• Pelibat (participants) dalam situasi : yang dimaksud Firth ialah orang dan tokoh-tokoh, yang lebih kurang sepadan dengan yang disebut oleh para
sosiolog sebagai kedudukan dan peran pelibat;
• Tindakan Pelibat : hal yang sedang mereka lakukan, meliputi baik tindakan tutur (verbal action) maupun tindakan yang bukan tutur (non verbal action);
• Ciri-ciri situasi lainnya yang relevan : benda-benda dan kejadian-kejadiansekitar sepanjang hal itu mempunyai sangkut paut tertentu dengan
• Dampak-dampak tindakan tutur: bentuk-bentuk perubahan yang ditimbulkan oleh hal-hal yang dituturkan oleh pelibat dalam situasi, (Ruqaiya,
1992:11)
Dalam analisis teks, terdapat pedoman yang dapat kita manfaaatkan yaitu
kerangka konseptual konteks situasi yang sederhana dengan tiga pokok bahasan
antara lain:
1. Medan wacana menunjukan pada hal yang sedang terjadi, pada sifat tindakan sosial yang sedang berlangsung
2. Pelibat wacana menunjuk pada orang-orang yang mengambil bagian, pada sifat para pelibat, kedudukan dan peranan mereka: jenis-jenis hubungan peran
apa yang terdapat diantara para pelibat, termasuk hubungan-hubungan tetap
dan sementara, baik jenis peranan tuturan yang mereka lakukan dalam
percakapan maupun rangkaian keseluruhan hubungan-hubungan yang secara
kelompok mempunyai arti penting yang melibatkan mereka.
3. Sarana wacana menunjuk pada bagian yang diperankan oleh bahasa, hal yang diharapkan oleh para pelibat diperankan bahasa dalam situasi itu:
organisasi simbolik teks, kedudukan yang dimilikinya, dan fungsinya dalam
konteks, termasuk salurannya (apakah dituturkan atau dituliskan atau
semacam gabungan keduanya) dan juga mode retoriknya, (Ruqaiya,
1992:16)
Dapat di ringkas bahwa kerangka teori Firth dan Malinowski dalam
Husnan (2008:11) tentang keperihalan keadaan yang berikut akan digunakan,
yaitu keperihalan keadaan melibatkan yang seperti berikut :
• Ciri-ciri relevan mengenai peserta, orang, kepribadiannya. a. Gerak ujaran si peserta.
b. Gerak bukan ujaran si peserta.
Menurut Firth dan Malinowski untuk menginterpretasikan sesuatu maksud
atau pesan, konteks keperihalan keadaan budaya dan aspek praktik kehidupan
seharian perlu dilihat dan diperhatikan. Dengan demikian, makna suatu kata
ucapan sangat erat kaitannya dengan suatu masalah yang dimaksudkan melalui
ucapan tersebut. Dalam hal ini penerjemah harus menimbang kesan perkataan
terhadap semua ayat dan seluruh teks untuk memastikan penyelewengan makna
tidak terjadi, (Husnan, 2008:11).
Dari beberapa teori yang diterangkan di atas. Maka dalam kajian ini, teori
yang sesuai adalah teori Newmark dan Nida yang mengasaskan pada teori analisis
komponen makna untuk digunakan menganalisis kata dan teori Firth dan
Malinowski dapat digunakan untuk menganalisis keperihalan keadaan pada
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 HASIL
3.1.1 Pengenalan
Pengertian lazim adalah sudah biasa; sudah menjadi kebiasaan; sudah
umum (terdapat, terjadi, dilakukan, dsb): sekarang sudah -- wanita berambut
pendek; melazimkan; membuat supaya lazim; membiasakan; kelaziman dan
kebiasaan (yang sudah umum): memakan sirih merupakan ~ bagi orang tua-tua
kita dul
Lazim, maksudnya bahwa kelompok kata atau pengelompokan kata seperti itu memang sudah lazim dan dibiasakan dalam bahasa Indonesia. Misalnya: kata
besar, agung, raya, tinggi dapat dikatakan sinonim, hampir bersamaan atau hampir
sama makna mereka. Kita dapat mengatakan hariraya, haribesar (tepat dan lazim).
Akan tetapi, kita tidak dapat mengatakan haritinggi. Apalagi jaksaagung diganti
dengan jaksa raya ( tidak saksama dan tidak lazim ),
com /2012/08/bab-iii -ragam-dan-pilihan-kata.html)
Dengan kata lain, kata-kata lazim adalah kata yang sudah umum dan arti
katanya dapat dipahami oleh masyarakat. Dalam kajian ini kata-kata lazim yang
berasal dari bahasa Arab dan sudah umum dalam bahasa Indonesia, sehingga
makna katanya sudah dipahami oleh khalayak ramai/masyarakat umum. Pada
bidang ilmu khusus seperti ilmu Agama, ilmu pengetahuan, dan adat budaya
kata-kata lazim ini harus sesuai dengan pengertian yang sudah ditentukan
berdasarkan patokan tersebut. Contoh-contoh yang akan dijadikan objek kajian
adalah ayat-ayat Al-Qur’an pada surah Ali ‘Imran. Adapun kata-kata lazim yang
3.1.2 Kata Lazim Dan Maknanya Dalam Contoh Ayat Al-Qur’an
Kata-kata lazim yang peneliti pilih antara lain : kata hakim, azab, ayat, salam, dzalim, taqwa, amal, kafir, alim dan sholeh sebagai berikut :
3.1.2.1Kata Lazim Hakim
Kata Hakim yang terdapat pada surah Ali-Imran antara lain:
UU
ﻥﺍﺮﻤﻋ ﻝﺍ) 6:
(
/huwal lażī yuṣawwirukum fil arḥāmi kaifa yusyā’u lā ilāha illa huwal ʻazīzul
U
ḥakīmu/U ‘Dialah yang membentuk kamu dalam rahim menurut yang Dia
kehendaki. Tiada tuhan selain Dia. Yang Maha perkasa, UMaha bijaksanaU’, ( Ali ‘Imran : 6)
UU
ﻥﺍﺮﻤﻋ ﻝﺍ) (18 :
/ syahidallahu ´annahu, lā ilāha ilā huwa walmalāikatu wa ūlūl ilmi qāimām
bilqisṭi lā ilāha ilā huwal ʻazīzul ḥakīmu/’Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan selain Dia. (demikian pula) para malaikat dan orang berilmu yang menegakkan keadilan, tidak ada Tuhan selain Dia, yang Maha Perkasa, UMaha BijaksanaU’, ( Ali ‘Imran : 18)
UU
ﻥﺍﺮﻤﻋ ﻝﺍ)
(23 :
UU
ﺍ)
: ﻥﺍﺮﻤﻋ ﻝ 55
(
/iż qālallahu yāʻīsā innī mutawaffīka warāfiʻuka illā wa mu ṭahhiruka minal
lażīna kafarū wa jāʻilul lażīnat tabaʻūka fauqa lażīna kafarū illā yaumil qiyāmati ṡumma illā marjiʻukum fa´ UahkumuU bainakum fīmā kuntum fīhi
takhtalifūn / ‘(ingatlah), ketika Allah berfirman: "wahai Isa! Aku mengambilmu dan mengangkatmu kepada-Ku, serta menyucikanmu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikutimu diatas orang-orang kafir hingga hari kiamat. Kemudian kepada-Ku engkau kembali, lalu Aku beri
U
keputusan Utentang apa yang kamu perselisihkan’, (Ali imran : 55)
UU
ﻥﺍﺮﻤﻋ ﻝﺍ)
: 58 (
/żālika natlūhu ʻalaika minal ayāti ważżikril UhakīmiU/ ‘Demikianlah kami bacakan kepadamu (Muhammad) sebagian ayat-ayat dan peringatan yang penuh UhikmahU’, ( Ali ‘Imran : 58)
UU
: ﻥﺍﺮﻤﻋ ﻝﺍ) ( 62
/´inna hażā lahuwal qaṣaṣul ḥaqqu wa mā min ´ilāhin ´illallahu wa ´innallaha lahuwal ʻazīzul ḥakīmu/ ‘sungguh, ini adalah kisah yang benar, tidak ada Tuhan selain Allah, dan sungguh, Allah Maha Perkasa, UMaha BijaksanaU’, ( Ali ‘Imran : 62)
UU
: ﻥﺍﺮﻤﻋ ﻝﺍ)
9 7 (
/mā kāna libasyarin ´an yu´tiyahullahul kitāba wa ḥukma wan nubuwwahu
mungkin bagi seseorang manusia yang telah diberi kitab oleh Allah, serta hikmah
UU
: ﻥﺍﺮﻤﻋ ﻝﺍ) 126
(
/ wa mā jaʻalahu allahu ´illa busyrā lakum wa lita ṭma´inna qulūbukum bihi wa mān naṣru ´ila min ʻindi allahil ʻazīzil ḥakīmi/’Dan Allah tidak menjadikan (pemberian bala bantuan itu) melainkan sebagai khabar gembira bagi (kemenangan)mu, dan agar hatimu tenang karenanya. dan tidak ada kemenangan itu, selain dari Allah yang Maha Perkasa lagi UMaha Bijaksana’U , ( Ali ‘Imran : 126)
Data-data yang di atas dapat diklasifikasikan bahwa kata lazim Hakim
memiliki 8 data ayat.Dari 6 data tersebut ada 4 kata yang bermakna Maha
Bijaksana dan ada 2 kata bermakna Hikmah serta ada 2 kata yang bermakna
Memutuskan/ Keputusan. Data kata lazim Hakim yang layak untuk dikaji dalam
penelitian ini yaitu yang bermakna Maha Bijaksana, Hikmah dan Memutuskan/
Keputusan.
3.1.2.2Kata Lazim Azab
Kata Azab yang terdapatpada surah Ali-Imran antara lain:
UU
ﻥﺍﺮﻤﻋ ﻝﺍ)
: (4
/min qablu hudal linnāsi wa furqāna ´innal lażīna kafarū bi´ayātillahi lahum ʻażābun syadīdun wallahu ʻazīzun żūn tiqāmin/ ‘Sebelumnya, sebagai petunjuk
bagi manusia, dan Dia menurunkan al-furqan. Sungguh, orang-orang yang ingkar terhadap ayat-ayat Allah akan memperoleh UazabU yang berat. Allah Mahaperkasa lagi mempunyai hukuman’, ( Ali ‘Imran : 4)
UU
: ﻥﺍﺮﻤﻋ ﻝﺍ) (16
benar-benar beriman, Maka ampunilah dosa-dosa kami dan lindungilah kami dari dan kenabian, kemudian dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembahku bukan penyembah Allah", tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi pengabdi-pengabdi Allah, karena kamu mengajarkan kitab dan karena kamu mempelajarinya’, ( Ali ‘Imran : 79)
azab neraka" ‘, ( Ali ‘Imran : 16)
UU
: ﻥﺍﺮﻤﻋ ﻝﺍ) (21
/´innal lażīna yakfurūna bi´ayātillahi wa yaqtulūna annabiyyina bigairi ḥaqqin
wa yaqtulūna lażīna ya´murūna bilqisṭi minan nāsi fabasysyirhum biʻażābi ´alīmin/’Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa hak (alasan yang benar) dan membunuh orang-orang yang menyuruh berbuat adil, sampaikanlah kepada mereka kabar gembira, yaitu
U
azabU yang pedih’, ( Ali ‘Imran : 21)
U
U
:ﻥﺍﺭﻣﻋ ﻝﺍ) 56
(
56. /fa´ammāl lażīna kafarū fa´uʻażżibuhum ʻażāban syadīdan fīd dunyā wal ´akhirati wa mā lahum min nāṣirīna/ ‘Maka adapun orang-orang yang kafir, maka akan Aku azab mereka dengan Uazab Uyang sangat keras di dunia dan di akhirat, sedang mereka tidak memperoleh penolong’, ( Ali ‘Imran : 56)
UU
:ﻥﺍﺭﻣﻋ ﻝﺍ) 77
(
/ ´innal lażīna yusytarūna biʻibahdillahi wa´aimānihim ṡamanan qalīlan ´ulā´ika lā khalāqa lahum fīl ´akhirati wa lā yukallimuhum allahu wa lā yanẓuru ´ilaihim
yaumal qiyāmati wa lā yuzakkīhim wa lahum ʻażābun ´alīmun/ ‘Sesungguhnya
orang-orang yang memperjualbelikan janji Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga murah, mereka itu tidak memperoleh bagian di akhirat, Allah tidak akan menyapa mereka, tidak akan memperhatikan mereka pada hari kiamat, dan tidak akan menyucikan mereka. Bagi mereka UazabU yang pedih’, ( Ali ‘Imran : 77)
UU
ﺍ)
:ﻥﺍﺭﻣﻋ ﻝ 91
/´innal lażīna kafarū wa mātū wahum kaffārun falan yuqbala min ´aḥadihim mil´ul ´arḍi żahabāan walawi aftadā bihi, ´ulā´ika lahum ʻażābun ´alīmun wa ma
lahum min nāṣirīna/ ‘Sungguh, orang-orang yang kafir dan mati dalam kekafiran, tidak akan diterima (tebusan) dari seseorang di antara mereka, sekalipun (berupa) amas sepenuh bumi, sekiranya dia hendak menebus diri dengannya. Mereka itulah orang-orang yang mendapat azab yang pedih dan tidak memperoleh penolong’, ( Ali ‘Imran : 91)
UU
:ﻥﺍﺭﻣﻋ ﻝﺍ) 105
(
/ wa lā takūnū kallażīna tafarraqū wakhtalafū mim baʻdi ma jā´ahumul bayyinātu wa ´ulā´ika lahum ʻażābun ʻaẓīmun/ ‘Dan janganlah kamu menjadi seperti orang -orang yang bercerai berai dan berselisih setelah sampai kepada mereka keterangan yang jelas. Dan mereka itulah orang-orang yang mendapat UazabU yang berat’, ( Ali ‘Imran : 105)
UU
:ﻥﺍﺭﻣﻋ ﻝﺍ)
106 (
/yaumal tabyaḍḍu wujūhu wataswaddu wujūhun fa´ammāl lażīna aswaddat
wujūhuhum akfartum baʻda ´īmānikum fażūqūl ʻażāba bimā kuntum takfurūna/
‘Pada hari itu ada wajah yang putih berseri, dan ada pula wajah yang hitam muram. Adapun orang-orang yang berwajah hitam muram (kepada mereka dikatakan): "mengapa kamu kafir setelah beriman? karena itu rasakanlah UazabU disebabkan kekafiranmu itu" ‘, ( Ali ‘Imran : 106)
UU
:ﻥﺍﺭﻣﻋ ﻝﺍ)
128 (
/laisa laka minal ´amri sya´un ´auyatūba ʻalahim ´au yuʻażżibahum fa´innahum ẓālimūna/ ‘Itu bukan urusanmu (Muhammad) apakah Allah menerima tobat
mereka atau UmengazabnyaU karena sesungguhnya mereka orang-orang dzalim’, (Ali ‘Imran : 128)
U
U
:ﻥﺍﺭﻣﻋ ﻝﺍ)
129 (
dan mengazab siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha pengampun, Maha penyayang’, ( Ali ‘Imran : 129)
U
U
:ﻥﺍﺭﻣﻋ ﻝﺍ) 176
(
/ wa lā yaḥzunakal lażīna yusāriʻūna fīl kufti ´innahum lan ya ḍurrūllahu syai´an yurīdu allahu´allā yujʻala lahum ḥaẓẓan fīl ´akhirati walahum ʻażābun ʻa ẓīmun/ ‘Dan janganlah engkau (Muhammad) dirisaukan oleh orang-orang yang dengan mudah kembali menjadi kafir, sesungguhnya sedikitpun mereka tidak merugikan Allah. Allah tidak akan memberi bagian (pahala) kepada mereka di akhirat, dan mereka akan mendapat UazabU yang besar’, ( Ali ‘Imran : 176)
UU
ﻝﺍ)
:ﻥﺍﺭﻣﻋ 177 (
/ ´innal lażīna asytarawūl kufra bil´imāni lan yaḍurrūllahu syai´an wa lahum ʻażābun ´alīmun/ ‘Sesungguhnyaorang-orang yang membeli kekafiran dengan iman, sedikitpun tidak merugikan Allah, dan mereka akan mendapat UazabU yang pedih’, ( Ali ‘Imran : 177)
UU
ﺍ)
:ﻥﺍﺭﻣﻋ ﻝ 178
(
/wa lā yaḥsabanna lażīna kafarū ´annamā numlī lahum khairul li´anfusihim ´innamā humlī lahum liyazdādū ´iṡmān wa lahum ʻażābum muhīnun/ ‘Dan
janganlah sekali-kali orang-orang kafir itu mengira bahwa tenggang waktu yang kami berikan kepada mereka lebih baik baginya. Sesungguhnyatenggang waktu yang kami berikan kepada merekahanyalah agar dosa mereka semakin bertambah, dan mereka akan mendapat UazabUyang menghinakan’, ( Ali ‘Imran : 178)
UU
:ﻥﺍﺭﻣﻋ ﻝﺍ)
181 (
/ laqad samiʻallahu qaulal lażīna qālū ´innallahu faqīrun wa na ḥnu ´agniyā´u
nabi-nabi tanpa hak (alasan yang benar, dan kami akan mengtakan (kepada mereka) : “rasakanlah olehmu azab yang membakar” ‘, (Ali ‘Imran :181)