• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kesan Terjemahan AL-QUR’AN Ke Dalam Bahasa Indonesia Mushaf Syaamil AL-QUR’AN Pada Surah Ali Imran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Kesan Terjemahan AL-QUR’AN Ke Dalam Bahasa Indonesia Mushaf Syaamil AL-QUR’AN Pada Surah Ali Imran"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KESAN TERJEMAHAN AL-QUR’AN KE DALAM BAHASA INDONESIA MUSHAF SYAAMIL AL-QUR’AN PADA SURAH ALI

IMRAN

SKRIPSI SARJANA

O L E H

NUR INDAH SARI

NIM : 090704008

DEPARTEMEN BAHASA ARAB

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ANALISIS KESAN TERJEMAHAN AL-QUR’AN KE DALAM BAHASA INDONESIA MUSHAF SYAAMIL AL-QUR’AN PADA SURAH ALI IMRAN

SKRIPSI SARJANA

DISUSUN O

L E H

NUR INDAH SARI NIM. 090704008

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. M. Husnan Lubis, M.A

NIP.196201161987031003 NIP.19650112199003201 Dra. Fauziah, M.A

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan Untuk melengkapi salah satu syarat ujian SARJANA SASTRA dalam Bidang Ilmu Bahasa Arab

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTASILMU BUDAYA

PROGRAM STUDI BAHASA ARAB MEDAN

(3)

Disetujui oleh:

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

PROGRAM STUDI SASTRA ARAB

Ketua,

NIP.19621204198703 2 001 Dra. Pujiati, M.Soc., Ph.D.

Sekretaris,

(4)

PENGESAHAN:

Diterima oleh:

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Untuk melengkapi salah satu syarat ujian SARJANA SASTRA dalam Ilmu Bahasa pada Fakultas Ilmu Budaya USU Medan, pada:

Tanggal : Hari :

Fakultas Ilmu Budaya USU Dekan,

NIP. 19511013 197603 1001 Dr. Syahron Lubis, M.A

No. Nama Tanda Tangan

Panitia Ujian

1. Dra. Pujiati, M.Soc.sc, Ph.D (...) 2. Dra. Fauziah, M.A (...) 3. Dr. M. Husnan Lubis, M.A (...)

(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini tidak pernah diajukan untuk

memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang

pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah dituliskan

atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan

disebutkan di dalam daftar pustaka.

Apabila pernyataan yang saya perbuat tidak benar, saya bersedia menerima sanksi

berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.

Medan, 30 oktober 2014

(6)

ABSTRAK

Nur Indah Sari, 2014. Analisis Kesan Terjemahan Al-Qur’an ke dalam Bahasa Indonesia Mushaf Syaamil Al-Qur’an pada Surah Ali Imran. Medan : Program Studi Bahasa Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

(7)

ﺓﺭﻭﺻ

ﻱﺭﺟ

ﻱﺩ

,

ﻱﺭﺎﺳ ﻩﺩﻧﺇ ﺭﻭﻧ

2014

ﺔﻳﺳﻳﻧﻭﺩﻧﻹﺍ ﺔﻐﻠﻟﺍ ﻰﻟﺇ ﻡﻳﺭﻛﻟﺍ ﻥﺍﺭﻘﻟﺍ ﺔﻣﺟﺭﺗ ﻉﺎﺑﻁﻧ ﻹﺍ ﻝﻳﻠﺣﺗ

.

ﻡﻭﻠﻌﻟﺍ ﺔﻳﻠﻛ

:

ﺔﻳﺑﺭﻌﻟﺍ ﺔﻐﻠﻟﺍ ﻡﺳﻗ

:

ﻥﺍﺩﻳﻣ

.

ﻥﺍﺭﻣﻋ ﻝﺍ ﺓﺭﻭﺳﻟﺍ ﻲﻓ ﻝﻣﺎﺷﻟﺍ ﻥﺍﺭﻘﻟﺍ ﻑﺣﺻﻣ

ﺔﻳﻠﻣﺎﺷ ﺓﺭﻁﻣﻭﺳ ﺔﻌﻣﺎﺟ ﺔﻳﻧﺎﺳﻧﻹﺍ

ﻥﺍﺭﻘﻟﺍ ﺕﺎﻣﺟﺭﺗ ﻯﺩﺣﺇ ﻥﻋ ﺓﺭﺎﺑﻋ ﻝﻣﺎﺷﻟﺍ ﻥﺍﺭﻘﻟﺍ ﻑﺣﺻﻣ

ﻲﻓ ﻭ

.

ﺔﻳﺳﻳﻧ ﻭﺩﻧﻹﺍ ﺔﻐﻠﻟﺍ ﻲﻓ ﺡﺭﺗﻘﻣﻟﺍ ﺎﻫﺎﻧﻌﻣ ﺕﺎﻣﻠﻛﻟﺍ ﻙﻠﺗ ﻝﻛ ﻝﺑﺎﻘﺗ ﻭ ﺔﻣﻠﻛﺑ ﺔﻣﻠﻛ ﻡﻳﺭﻛﻟﺍ

ﻑﺎﻳﻁﺃ ﻥﻣ ﺱﺎﻧﻟﺍ ﺔﻣﺎﻋ ﺎﻬﻣﻬﻔﻳ ﺔﻌﺋﺎﺷ ﺔﻓﻭﺭﻌﻣ ﺓﺩﺎﺗﻌﻣ ﺕﺎﻣﻠﻛ ﻝﻣﺎﺷﻟﺍ ﻑﺣﺻﻣﻟﺍ ﺍﺫﻫ

ﺭﻌﻣ ﺔﻳﺑﺭﻋ ﺕﺎﻣﻠﻛ ﻝﻭﺣ ﺭﻭﺩﻳ ﺙﺣﺑﻟﺍ ﻭ

.

ﻊﻣﺗﺟﻣﻟﺍ

ﻭﺩﻧﻹﺍ ﺔﻐﻠﻟﺍ ﻰﻟﺇ ﺔﻠﺧﺍﺩ ﺱﺎﺳﺃ ﻲﻫﻭ ﺔﻓ

ﻑﺣﺻﻣﻟﺎﺑ ﻡﻳﺭﻛﻟﺍ ﻥﺍﺭﻘﻟﺍ ﺔﻣﺟﺭﺗ ﻲﻓ ﺭﺛﺄﺗﻟﺍ ﻭ ﺭﺛﻷﺍ ﺔﻓﺭﻌﻣ ﻰﻟﺇ ﺙﺣﺑﻟﺍ ﻑﺩﻬﻳ

.

ﺔﻳﺳﻳﻧ

ﺭﻌﻣﻟﺍ ﺔﻳﺑﺭﻌﻟﺍ ﺎﻬﺗﺎﻣﻠﻛﻟﺍ ﻲﻓ ﺭﻭﻛﺫﻣﻟﺍ

ﺙﺣﺑ ﺓﺫﻔﻟﺍ ﺔﺳﺍﺭﺩﻟﺍ ﻩﺫﻫ

.

ﻥﺍﺭﻣﻋ ﻝﺍ ﺓﺭﻭﺳ ﻲﻓ ﺔﻓ

ﻙﺭﺎﻣﻭﻳﻧ ﺞﻬﻧﻣ ﻊﺑﺗﻳ ﻱﺫﻟﺍ ﻲﻔﺻﻭﻟﺍ ﺞﻬﻧﻣﻟﺍ ﻲﻫ ﺎﻬﻳﻓ ﺔﻣﺩﺧﺗﺳﻣﻟﺍ ﺔﻘﻳﺭﻁﻟﺍ ﻭ ﻑﺣﺻﻣ ﻲﺑﺗﻛﻣ

ﻭ ﺭﺛﻷﺍ ﺔﻳﻠﻣﻋ ﻥﺃ ﻲﻫ ﺙﺣﺑﻟﺍ ﺍﺫﻫ ﺞﺋﺎﺗﻧ ﻥﻣ ﻭ

.

ﺕﺎﻣﻠﻛﻟﺍ ءﺍﺯﺟﺃ ﻝﻳﻠﺣﺗ ﻲﻓ ﺏﺻﻧﻣﻟﺍ ﺍﺩﻳﻧ ﻭ

ﻭﺃ

,

ﻰﻠﻋﻷﺍ ﺩﺣﻟﺍ ﺯﻭﺎﺟﺗ ﺩﻗ ﺭﺛﻷﺍ ﻥﺎﻛﺃ ءﺍﻭﺳ ﺔﻳﻠﺟ ﺓﺭﻫﺎﻅ ﻝﻣﺎﺷﻟﺍ ﻥﺍﺭﻘﻟﺍ ﻑﺣﺻﻣ ﻲﻓ ﺭﺛﺄﺗﻟﺍ

(8)

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB – LATIN

Pedoman transliterasi yang digunakan adalah Sistem Transliterasi

Arab-Latin Berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

RI No. 158/1987 dan No. 0543 b/U/1987 tertanggal 22 Januari 1988.

A. Konsonan Tunggal

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

Alif - tidak dilambangkan

Ba B Be

Ta T Te

Sa ṡ es (dengan titik di atas)

Jim J Je

Ha ha (dengan titik di bawah)

kha Kh ka dan ha

Dal D De

Zal ż zet (dengan titik di atas)

Ra R Er

Zai Z Zet

Sin S Es

syin Sy es dan ye

Sad ṣ es (dengan titik di bawah)

dad ḍ de (dengan titik dibawah)

Ta ṭ te (dengan titik di bawah)

Za ẓ zet (dengan titik di bawah)

`ain ‘ koma terbalik (di atas)

(9)

Fa F Ef

Qaf Q Ki

Kaf K Ka

Lam L El

mim M Em

nun N En

waw W We

Ha H Ha

ء hamzah ` Apostrof

Ya Y Ye

C. Konsonan Rangkap

Konsonan rangkap (tasydid) ditulis rangkap

Contoh: ﺔﻣﺩﻘﻣ : muqaddimah

ﺓﺭﻭﻧﻣﻟﺍﺔﻧﻳﺩﻣﻟﺍ : al- madīnah al- munawwarah

D. VOKAL

1. Vokal Tunggal

Vokal Tunggal /fathah/ ditulis “a” contoh : ﺱﻠﺟ = jalasa

Vokal Tunggal /kasrah/ ditulis “i” contoh : ﻡﺣﺭ = rahima

Vokal Tunggal / dammah/ ditulis “u” contoh : ﺏﺗﻛ = kutub

2. Vokal Rangkap

Vokal rangkap /fathah dan ya/ ditulis “ai” contoh : ﻑﻳﻛ = kaifa

(10)

3. Vokal Panjang

Vokal panjang fathah/ ditulis “ a” contoh : ﻝﺎﻗ= qāla

Vokal panjang /kasrah/ ditulis “i” contoh : ﺭﻳﺭﺣ = ̒harīrun

Vokal panjang / dammah/ di tulis “u” contoh: ﻡﻭﺣﺭﻣ =marhūmun

E. Hamzah

Huruf hamzah (ء) di awal kata ditulis dengan vocal tanpa didahului oleh tanda

apostrof (‘)

Contoh: ﺏﺩﺃ = ‘adabun

ﺔﻣﻷﺍ ﺩﺎﺣﺗﺍ = ittihād al-‘ummah

F. Lafzul- Jalalah

Lafzul- jalalah (kata ﷲ) yang berbentuk frase nomina ditransliterasikan tanpa

hamzah

Contoh : ﻟ ﺩﻣﺣﻟﺍditulis : alhamdulillah

ﷲ ﺩﺑﻋ ditulis : Abdullah

G. Kata Sandang “al-“

1. Kata sandang “al-“ tetap ditulis “al-“, baik pada kata yang dimulai

dengan huruf qamariah maupun syamsiah.

Contoh : ﻥِﻛﺎَﻣَﻷﺍﺔَﺳﱠﺩَﻘُﻣْﻟﺍ = al-`amâkin al-muqaddasah ُﺔَﺳﺎَﻳﱢﺳﻟﺍُﺔﱠﻳِﻋ ْﺭَﺷﻟﺍ = al-siyâsah al-syar’iyyah

2. Huruf “a” pada kata sandang “al-“ tetap ditulis dengan huruf kecil

meskipun merupakan nama diri.

Contoh : ﻱِﺩ ْﺭ َﻭﺎَﻣْﻟﺍ = al-Mâwardî ﺭَﻫ ْﺯَﻷﺍ = al-`Azhar

ﺓَﺭ ْﻭُﺻْﻧَﻣْﻟﺍ = al-Manshûrah

3. Kata sandang “al-“ di awal kalimat dan pada kata “al-Qur`an” ditulis

dengan huruf kapital.

(11)

DAFTAR SINGKATAN

H : Tahun Hijriah

M : Tahun Masehi

SM : Sebelum Masehi

SH : Sebelum Hijriah

Q.S : Al-Qur’an Surah

SWT : Subhanahu wa Ta’ala

SAW : Salllahu `alaihin wa Sallam

A.s : `Alaihi al-Salam

Ra : Radiyallahu `anhu

t.p : Tanpa penerbit

(12)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan

taufik dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat dan salam kepada Junjungan Nabi Besar Muhammad SAW beserta

keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah menjadi suri tauladan bagi umat.

Semoga kita mendapatkan syafaatnya di hari kemudian kelak, amin ya rabbal

‘alamin.

Alhamdulillah, atas izin Allah SWT dan juga dukungan, doa, serta motivasi dari keluarga, kerabat, dan sahabat, pada akhirnya peneliti mampu

menyelesaikan skripsi yang berjudul “AnalisisKesan Terjemahan Al-Qur’an Ke

dalam Bahasa Indonesia Mushaf Syaamil Al-Qur’an pada Surah Ali Imran”

Skripsi ini merupakan salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh gelar

sarjana di Fakultas Ilmu Budaya USU. Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak

mengalami kesulitan yang disebabkan keterbatasan ilmu pengetahuan dan

pengalaman yang dimiliki penulis. Harapan penulis adalah semoga karya tulis ini

bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Medan, 30 Oktober 2013

(13)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam kesempatan ini sebagai ungkapan rasa bahagia, penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sampai

selesainya skripsi ini, baik itu berupa moril maupun materil. Oleh karena itu

penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. H. Syahron Lubis, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara yang memimpin organisasi di Fakultas Ilmu

Budaya Universitas Sumatera Utara serta Bapak Pembantu Dekan IDr.M.

Husnan Lubis, M.A, Bapak Pembantu Dekan II Drs. Syamsul Tarigan dan

Bapak Pembantu Dekan III Drs. Yuddi Adrian M. M.A yang membantu

memimpin organisasi Fakultas Ilmu Budaya USU dan memberikan

fasilitas kepada peneliti untuk mengikuti pendidikan program sarjana di

Fakultas Ilmu Budaya USU.

2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Program Studi Bahasa Arab, Ibu Dra.

Pujiati, M.Soc., Ph.D. dan Ibu Dra. Fauziah, M.A.

3. Dosen Pembimbing Akademik Ibu Dra. Kacar Ginting, M.Ag

4. Dosen pembimbing I Dr.M. Husnan Lubis, M.A dan Dosen pembimbing

IIDra. Fauziah, M.A. Bapak dan Ibu yang dengan ikhlas meluangkan

waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membimbing dan mengarahkan saya

dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh staf pengajar Program Studi Bahasa Arab USU yang telah

mendidik peneliti dan menuangkan ilmunya selama masa perkuliahan.

6. Teristimewa untuk kedua orang tua saya ayahanda Ramlan Lubis dan

ibunda Sutrisni yang telah mengasuh dan mendidik penulis dengan penuh

cinta dan kasih sayang, sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan

di Perguruan Tinggi. Terima kasih untuk semua do’a dan dukungan yang

telah ayah dan ibu berikan. Semoga Allah senantiasa melimpahkan

rahmat, karunia, perlindungan, serta hidayah, juga ampunan-Nya untuk

(14)

7. Untuk suamiku tercinta mas Heri yang telah memberikan dukungan

semangat dan senantiasa mendo’akanku. Semoga Allah senantiasa

melimpahkan rahmat, karunia, perlindungan, serta hidayah, juga

ampunan-Nya untuk suamiku di dunia dan akhirat serta mengumpulkan kami di

surga-Nya.

8. Adik-adikku tercinta, adek Peggy, Bina dan Della serta keponakkanku

tersayang Qania yang senantiasa mendo’akan dan memberi dukungan pada

kakaknya ini. Untuk adik- adek ku tercinta rajin belajar dan ikutilah jejak

orang-orang yang sukses dunia dan akhirat, semoga menjadi anak yang

shalih dan shalihah.

9. Terima kasih kakek, nenek, oom dan ibu-ibu ku tercinta, kakek Manan,

nenek Saerah, oom Iwan, ibu Sutik, oom Zul, ibu Tini, oom Mardi, ibu

Suni, oom Takun, ibu Yanti dan oom Jun yang senantiasa mendo’akan dan

memberi dukungan.

10.Keluarga Besar Ikatan Mahasiswa Bahasa Arab (IMBA) yang

bersama-sama telah belajar untuk berorganisasi.

11.Teman-temanku tercinta Sastra Arab USU Angkatan 2009 Nurul, Oza,

Diah, Pudin, Ciput, Defi, Nazwa, Halimah, Agi, walimah, Budi, An-nur,

Rian, Diki, Ali, Halim yang sama-sama telah melewati masa suka dan

duka selama masa perkuliahan dan semoga silaturahmi tetap terjaga

selamanya.

12.Untuk sahabat-sahabatku yang ada di Hizb kakak Rina, kakak Chyntia,

kakak Dewi, kakak Fiza, kakak Lina, kakak Reze, kakak Mimi, Endah,

kakak Uci, Shinta, adek Mesra terima kasih atas do’a dan motivasi yang

kalian berikan untuk terselesainya penelitian ini.

Penulis berterima kasih kepada semuanya yang telah memberikan bantuan

dan jasa semoga menjadi amalan yang diridhai oleh Allah SWT, dan mendapatkan

(15)

DAFTAR ISI

ABSTRAK i

PEDOMAN TRANSLITRASI iii

DAFTAR SINGKATAN vi

KATA PENGANTAR vii

UCAPAN TERIMA KASIH viii

DAFTAR ISI x

(16)

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN 79

4.1 Kesimpulan 79

4.2Saran 80

DAFTAR PUSTAKA 81

(17)

ABSTRAK

Nur Indah Sari, 2014. Analisis Kesan Terjemahan Al-Qur’an ke dalam Bahasa Indonesia Mushaf Syaamil Al-Qur’an pada Surah Ali Imran. Medan : Program Studi Bahasa Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gerakan penerjemahan secara besar-besaran telah dicanangkan oleh

Kongres Bahasa Indonesia pada 1978. Kongres ini memprogramkan akan

melaksanakan gerakan tersebut payda awal Pelita III. Kongres tersebut bertujuan

untuk menggalakkan penerjemahan dan mewujudkan Bahasa Indonesia sebagai

pendukung pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan

teknologi, (Mufid dan Kaseruan, 2007:4).

Penerjemahan tidak dapat dilakukan tanpa penguasaan yang memadai

terhadap bahasa asing (bahasa sumber yang diterjemahkan). Kemampuan dan

penguasaan terhadap bahasa asing seperti bahasa Arab, harus ditingkatkan dan

dikembangkan. Hal ini disebabkan, setiap bangsa dituntut untuk mampu

berkomunikasi dengan bangsa lain dalam segala aspek kehidupan, terutama untuk

menyerap informasi dan ilmu pengetahuan, serta teknologi, untuk memperluas

cakrawala bangsa sejalan dengan keperluan pembangunan, (Mufid dan Kaseruan,

2007:2)

Penerjemahan Al-Qur’an ke dalam bahasa Indonesia bermula sejak

pertengahan abad 17 (1302 H/1884 M), yaitu pada masa Sultan Iskandar Muda

(1607-1636) di Aceh. Kegiatan penerjemahan ini pertama kali dilakukan oleh

Abdur Rauf Al-Fansuri dari Singkel, Aceh. Walaupun belum sempurna,

terjemahan Abdur Rauf ini merupakan pembuka jalan bagi para penerjemah lain,

(Husnan, 2004:9).

Adapun Al-Qur’an merupakan kalam Allah yang diturunkan melalui

perantaraan malaikat Jibril kepada Rasulullah SAW dengan menggunakan bahasa

Arab disertai kebenaran agar dijadikan hujjah (argumentasi) dalam hal

(19)

umat manusia, disamping merupakan amal ibadah bagi yang membacanya, (Arief,

2012 :98).

Objekkajian dalam penelitian ini adalah Syaamil Qur’an. Syaamil

Al-Qur’an adalah salah satu terjemahan Al-Al-Qur’an berupa terjemahan kata

perkata.terjemahannya menampilkan arti setiap kata dalam Al-Qur’an serta

bentuk kata bahasa Indonesia dan arti kata tersebut diletakkan tepat di bawah kata

yang berbahasa Arab. Ia fungsinya yaitu Al-Qur’antarbiyah (pendidikan), maka

bagi umat Islam yang belum mengenal ataupun mengetahui bahasa Al-Qur’an,

Syaamil Al-Qur’an akan membimbing dan mempermudah dalam menguasai dan

memahami kandungan Al-Qur’an. Syamil Al-Qur’an adalah hasil buah kerjasama

antara Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an Departemen Agama RI dan CV.

Haekal Media Center dalam penerbitannya, (Baihaqi, 2010:6).

Terjemahan Syaamil Al-Qur’andi dalamnya terdapat kata-kata

lazim.Adapun pengertian kata lazim adalah sudah biasa; sudah menjadi kebiasaan;

sudah umum : sekarang sudah -- wanita berambut pendek; melazimkan v

membuat supaya lazim; membiasakan; kelaziman n kebiasaan (yang sudah

umum): memakan sirih merupakan~bagi orang tua-tua kita dulu, (http://artikata1

.blogspot.com/2012/08/pengertian-lazim.html

Kata-kata lazim adalah kata yang sudah umum dan arti katanya dapat di

pahami oleh masyarakat. Kata-kata lazim dalam kajian ini adalah kata yang

berasal dari bahasa Arab yang sudah umum dalam bahasa Indonesia, sehingga

makna katanya sudah dipahami oleh khalayak ramai/masyarakat umum.

Sedangkan kata lazim dalam bidang ilmu khusus seperti ilmu Agama, ilmu

pengetahuan, dan adat budaya sesuai dengan pengertian yang sudah ditentukan

berdasarkan patokan tertentu. Kata-kata lazim terpilih ini seperti kata hakim, azab,

ayat, salam, dzalim, taqwa, amal, kafir, alim dan sholeh . Adapun contoh kata-kata lazim yang peneliti pilih antara lain: kata-kata hakim, salam, dan ayat.

).

 

UU

: ﻥﺍﺮﻤﻋ ﻝﺍ) 6

(20)

/huwal lażī yuṣawwirukum fil arḥāmi kaifa yusyā’u lā ilāha illa huwal ʻazīzul

ḥakīmu/ ‘Dialah yang membentuk kamu dalam rahim sebagaimana dikehendaki-Nya. tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana



UU

: ﻥﺍﺮﻤﻋ ﻝﺍ)

58 (

/żālika natlūhu ʻalaika minal ayāti ważżikril UhakīmiU/ ‘Demikianlah (kisah 'Isa), kami membacakannya kepada kamu sebagian dari bukti-bukti (kerasulannya) dan (membacakan) Al-Quran yang penuh UhikmahU’, (Ali ‘Imran : 58)

UU

     : ﻥﺍﺮﻤﻋ ﻝﺍ)

19 (

/’innad dīna ʻindallahil UislāmuU wa makhtalafal lażīna ūtul kitāba illa min baʻdi

mā jā´ahumul ʻilmu bagyā bainahum wa man yakfur bi´āyātillahi fa´innallahi sarīʻul ḥisābi/ ‘Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah UIslamU. tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, Karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya’, (Ali ‘Imran : 19)

    : ﻥﺍﺮﻤﻋ ﻝﺍ)

83 (

/’afagaira dīnillahi yabgūna wa lahu, UaslamaU man fīs samāwāti wal arḍi ṭauʻān

wakarhān wa ilaihi yarjaʻun/’Maka apakah mereka mencari agama yang lain

dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah Umenyerahkan diriU segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan Hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan’, (Ali ‘Imran : 83)

U

U

: ﻥﺍﺮﻤﻋ ﻝﺍ)

58 (

/żālika natlūhu ʻalaika minal ´UayātiU ważżikril ḥakīmi/’Demikianlah (kisah 'Isa), kami membacakannya kepada kamu sebagian dari Ubukti-buktiU (kerasulannya) dan (membacakan) Al-Quran yang penuh hikmah’, (Ali ‘Imran : 58)

UU

(21)

    : ﻥﺍﺮﻤﻋ ﻝﺍ)

97 (

/ fīhi U´āyātumU maqāmu ibrāhīm wa man dakhalahu kāna ´āminan walillahi ʻala

annāsi ḥijjul baiti manistaṭāʻa ilaihi sabīlan wa man kafara fa´innallaha ganiyyun ´anil ʻālamīna/’Padanya terdapat Utanda-tandaU yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (Tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam’, (Ali ‘Imran : 97)

Kata hakim dalam surah Ali ‘Imran ayat 6 bermakna Maha bijaksanadan

dalam ayat 58 bermakna hikmah.Kata salampada surah Ali ‘Imran ayat 19 bermakna Islamdan dalam ayat 83 bermakna menyerahkan diri.Kata ayat dalam surah Ali ‘Imran ayat 58 bermakna bukti-bukti, dan dalam ayat 97 bermakna

tanda-tanda. Contoh yang dipaparkan terdapat perbedaan makna kata yang menimbulkan kesan terjemahan yang berbeda antara satu dengan yang lain pada

kata yang sama.

Oleh karena itu, perlu satu analisis kesan terjemahan, apakah terjemahan

tersebut mengalami kesan terjemahan makna berlebihan/meluas, kesan terjemahan

makna menyempit/kurang, kesan terjemahan makna kata salah atau kesan

terjemahan taksa/ambigu.

Kesan terjemahan disini maksudnya adalah pembahasan yang berkaitan

dengan hasil terjemahan itu sendiri. Adapun kesan-kesan terjemahan tersebut

antara lain :

a. Kesan Terjemahan Berlebihan

Ialah berlaku apabila terdapat maklumat atau pesan sampingan yang

ditambahatau bertambah dalam teks sasaran dibandingkan dengan maklumat

atau pesan yang terdapat dalam teks bahasa sumber.Perkara ini mungkin

berlaku atau dilakukan oleh penterjemahan untuk menyesuaikannya dengan

(22)

’, (Ali ‘Imran : 6) b. Kesan Terjemahan Kurang

Ialah hasil penterjemahan yang di dalamnya terdapat penghilangan makna teks

sumber. Penghilangan ini kadang-kadang tidak dapat dihindarkan, hal ini

mungkin karena tuntutan dari bahasa sasaran ini sendiri sehingga berlaku

pengurangan terhadap makna teks sumber dalam teks bahasa sasaran.

c. Kesan Terjemahan Taksa

Ialah kesan apabila susunan ayat sesuatu teks sasaran atau kata yang

memberikan tafsiran lebih dari satu pemahaman. Ia juga boleh berlaku pada

peringkat kata dan sintaksis

d. Kesan Terjemahan Salah

Ialah hasil terjemahan yang gagal mengeluarkan dan melahirkan makna atau

pesan yang sebenarnya daripada teks bahasa sumber ke dalam teks bahasa

sasaran. Terjemahan salah merupakan hasil terjemahan yang sama

meninggalkan kesan terjemahan karena ia memberikan tafsiran pesan yang

menyeleweng dari maklumat asal yang terdapat dalam teks bahasa sumber.

Berdasarkan masalah-masalah di atas, penulis merasa sangat perlu untuk

meneliti dan menganalisis Kesan Terjemahan dalam Terjemahan Al-Qur’an ke

dalam bahasa Indonesia Mushaf Syaamil Al-Qur’an pada kata-kata Lazim terpilih

dalam surah Ali ‘Imran.

1.2 Masalah Kajian

(23)

1. Kata-kata lazim terpilih pada terjemahan Al-Qur’an ke dalam bahasa

Indonesia Mushaf Syaamil Al-Qur’an surah Ali ‘Imran, masih belum

diketahui jumlah kata-katanya?

2. Kesan pada terjemahan Al-Qur’an ke dalam bahasa Indonesia Mushaf

Syaamil Al-Qur’an pada kata-kata Lazim terpilih Surah Ali ‘Imran, masih

belum diketahui berapa jumlahnya?

3. Penterjemahan satu kata yang sama tidak konsisten dalam

menterjemahkannya?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain :

1. Untuk mendata kata-kata lazim terpilih yang mana-mana saja pada

terjemahan Qur’an ke dalam bahasa Indonesia Mushaf Syaamil

Al-Qur’an surah Ali ‘Imran.

2. Untuk mengetahui kesan-kesan terjemahan Al-Qur’an ke dalam bahasa

Indonesia Mushaf Syaamil Al-Qur’an pada kata-kata Lazim Terpilih

dalam Surah Ali ‘Imran.

3. Untuk mengetahui alasan kenapa tidak konsisten dalam menterjemahkan

satu kata yang sama.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dapat diraih dari penelitian ini adalah :

1. Diketahui kata-kata lazim terpilih pada terjemahan Al-Qur’an ke dalam

bahasa Indonesia pada Mushaf Syaamil Al-Qur’an dalam surah Ali

‘Imran.

2. Diketahui kesan yang ada pada terjemahan Al-Qur’an ke dalam bahasa

Indonesia Mushaf Syaamil Al-Qur’an pada kata-kata Lazim Terpilih

dalam Surah Ali ‘Imran, sehingga tidak lagi muncul keraguan terkait

(24)

3. Diketahui alasan ketidakkonsistenan penterjemahan satu kata yang sama

yaitu adanya konteks situasi pada kata yang diterjemahkan.

1.5 Metode Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research) dengan

membaca buku-buku yang ada relevansinya dengan masalah terjemahan. Metode

yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif

yaitu prosedur pemecahan masalah yang dilakukan dengan cara menjelaskan dan

menggambarkan tentang hal-hal yang teliti.Adapun tahap-tahap yang akan

dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mendata kata-kata lazim terpilih dalam surah Ali ‘Imran.

2. Mencari makna kata-kata lazim terpilih.

3. Klasifikasi data

4. Menentukan data kata-kata lazim yang layak di kaji.

5. Kata-kata lazim terpilih seperti dalam 1.3 yaitu:

- Mendatakata-kata lazim terpilih yang mana-mana saja pada

terjemahan Al-Qur’an ke dalam bahasa Indonesia Mushaf Syaamil

Al-Qur’an surah Ali ‘Imran.

- Mendata kesan-kesan pada terjemahan Al-Qur’an ke dalam bahasa

Indonesia Mushaf Syaamil Al-Qur’an pada kata-kata Lazim

Terpilih dalam Surah Ali ‘Imran

6. Dan menyusunnya dalam bentuk laporan karya ilmiah (Skripsi).

BAB II

(25)

3. Diketahui alasan ketidakkonsistenan penterjemahan satu kata yang sama

yaitu adanya konteks situasi pada kata yang diterjemahkan.

1.5 Metode Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research) dengan

membaca buku-buku yang ada relevansinya dengan masalah terjemahan. Metode

yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif

yaitu prosedur pemecahan masalah yang dilakukan dengan cara menjelaskan dan

menggambarkan tentang hal-hal yang teliti.Adapun tahap-tahap yang akan

dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mendata kata-kata lazim terpilih dalam surah Ali ‘Imran.

2. Mencari makna kata-kata lazim terpilih.

3. Klasifikasi data

4. Menentukan data kata-kata lazim yang layak di kaji.

5. Kata-kata lazim terpilih seperti dalam 1.3 yaitu:

- Mendatakata-kata lazim terpilih yang mana-mana saja pada

terjemahan Al-Qur’an ke dalam bahasa Indonesia Mushaf Syaamil

Al-Qur’an surah Ali ‘Imran.

- Mendata kesan-kesan pada terjemahan Al-Qur’an ke dalam bahasa

Indonesia Mushaf Syaamil Al-Qur’an pada kata-kata Lazim

Terpilih dalam Surah Ali ‘Imran

6. Dan menyusunnya dalam bentuk laporan karya ilmiah (Skripsi).

BAB II

(26)

2.1Kajian Terdahulu

Penelitian dan tulisan tentang terjemahan sudah banyak dikaji dan diteliti

oleh para peneliti, baik para mahasiswa ataupun dosen, terutama beberapa

Mahasiswa dan Dosen Bahasa Arab Universitas Sumatera Utara (USU) antara

lain :

a. Saiful Bahri Sidabalok (2010) dengan judul Analisis Teknik Penerjemahan

Surah Al Kahfi Sebagai Penjabaran Ekuiavalensi Pada Al-Qur’an Terjemahan Departemen Agama Republik Indonesia. Penelitian ini membahas tentang pemakaian atau penerapan prosedur ekuivalensi dalam

terjemahan surah Al Kahfi pada Al-Qur’an terjemahan Departemen Agama

Republik Indonesia, yang telah ditashih oleh dewan pentashih Al-Qur’an

Departemen Agama Republik Indonesia tahun 2005, serta membahas

ketepatan makna dari hasil terjemahan tersebut. Hasil dari penelitian ini

menunjukkan bahwa semua teknik dan pola penerjemahan yang ada pada

Prosedur Ekuivalensi dipakai dalam penerjemahan surah Al KahfiAl-Qur’an

terjemahan Departemen Agama Republik Indonesia tahun 2005, kecuali satu

pola, yakni pola Kt F=F1[Kt=F2(Kt +Kt)]. Secara keseluruhan, pemakaian

teknik dan pola penerjemahan penjabaran Prosedur ekuivalensi dalam

terjemahan surah Al Kahfi tersebut terdapat pada 215 tempat.

b. Baihaqi Hasibuan (2010) dengan judul Analisis Prosedur Transfer Dalam

Terjemahan Surah Al Baqarah Pada Syamil Al-Qur’an. Penelitian ini membahas tentang cara atau proses penerjemahan surah Al Baqarah pada

Syamil Al-quran menurut prosedur transfer serta menilik seberapa

konsistenkah prosedur transfer dalam penerjemahan surah Al Baqarah pada

Syamil Al-Qur’an. Permasalahan yang diteliti adalah bagaimanakah prosedur

transfer dalam penerjemahan surah Al Baqarah pada Syamil Al-Qur’an dan

konsistensi prosedur transfer dalam penerjemahan surah Al Baqarah pada

Syamil Al-Qur’an. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwasanya terdapat 54

(27)

frase, dan juga kalimat. Dan adanya ketidak konsistenan prosedur transfer

dalam penerjemahan surah Al Baqarah pada Syamil Al-Qur’an.

c. M.Husnan Lubis (2004) dengan judul Pemilihan Kata Bahasa Indonesia

Yang Asalnya Bahasa Arab Dalam Tiga Teks Terjemahan Al-Qur’an Bahasa Indonesia : Analisis Perbandingan Dan Strategi Penerjemahan. Tujuan penelitian ini membandingkan tiga teks terjemahan Al-Qur’an secara umum.

Adapun tiga teks terjemahan yang dimaksud : pertama, Mahmud Yunus.

Kedua, Departemen Agama RI. Ketiga, Hamka.

Sejauh yang diketahui penulis hingga saat ini, belum ada satu kajian yang

ditulis oleh pihak manapun tentang analisis kesan terjemahan Al-Qur’an ke

dalam bahasa Indonesia Mushaf Syaamil Al-Qur’an pada Surah Ali ‘Imran.

2.2 Kerangka Konsep

Menterjemahkan adalah pekerjaan yang melibatkan sekumpulan teori atau

ilmu, tetapi kemampuan menterjemahkan dengan baik adalah seni.

Menterjemahkan, dengan demikian adalah keterampilan yang melibatkan lebih

banyak seni (bakat) daripada upaya dan teori. Oleh sebab itu, penterjemahan

sangat bergantung pada rasa kebahasaan seseorang. Rasa bahasa ini berbeda pada

satu individu dengan individu lainnya. Atau dengan kata lain, kepandaian

menterjemahkan lebih merupakan suatu yang “diberikan” daripada yang

“diperoleh”, (Mufid dan Kaseruan, 2007:5-6).

Namun demikian, kita tidak dibenarkan menafikan upaya, latihan, dan

teori-teori tentang menerjemahkan. Sebab betapapun kuat dan baiknya bakat dan

rasa bahasa seseorang, jika tidak dibareng dengan latihan, praktik yang

terus-menerus dan berkelanjutan, dan teori (meski tanpa disadari), maka sulit kita

bayangkan dia akan menjadi penerjemah yang baik. Jadi, keduanya yaitu bakat

dan latihan yang baik adalah sama pentingnya, (Mufid dan Kaseruan, 2007:6).

(28)

,

ﻪﻨﻋ ﻢﺟﺮﺗ

,

ﻰﻛﺮﺘﻟﺍ ﻥﺎﺴﻠﻟﺍ ﻰﻟﺇ ﻪﻠﻘﻧ ْﻱﺃ ﺔﻴﻛﺮﺘﻟﺎﺑ ﻪﻤﺟﺮﺗ

:

َﺮﺧﺍ ﻥﺎﺴﻠﺑ ُﻩﺮﺴﻓ

:

ﻡﻼﻜﻟﺍ ﻢﺟﺮﺗ

ﺮﻴﺴﻔﺘﻟﺍ

:

ِﻢﺣﺍﺮﺘﻟﺍ ﺝ ﺔﻤﺟﺮﺘﻟﺍ

,

ُﻩﺮﻣﺃ ﺢﺿﻭﺃ

.

/tarjamal kalama : fassarahu bilisảnin ảkhara : tarjamahu bitturkiyati ai naqalahu ilal lisảni atturkiyyi, tarjama ‘anhu, auḍaḥa amrahu, attarjamatu jama’ attarảjimu : attafsỉru’ / Menerjemahkan kalimat : menafsirkannya dengan bahasa lain : terjemah bahasa Turki berarti memindahkannya kepada lisan orang Turki, menerjemahkannya, menjelaskan perkaranya, ‘at-tarjamatu’ bentuk

jamaknya’at-tarājimu’ ; ‘at-tafsiru’ (menafsirkan), (Mufid dan Kaseruan, 2007:6).

Adapun secara terminologis, menerjemah didefinisikan sebagai berikut :

ﻪﻴﻧﺎﻌﻣ ﻊﻴﻤﺠﺑ ءﺎﻓﻮﻟﺍ ﻊﻣ ﻯﺮﺧﺃ ﺔﻐﻟ ﻦﻣ ﺮﺧﺁ ﻡﻼﻜﺑ ﺔﻐﻟ ﻰﻓ ﻡﻼﻛ ﻰﻨﻌﻣ ﻦﻋ ﺮﻴﺒﻌﺘﻟﺍ

/Atta’biru ‘an ma’na kalami fi lughati bikalami akhiri min lughati ukhra ma’al

wafāi bijami’i ma’ānīhi / menerjemah berarti mengungkapkan makna tuturan

suatu bahasa di dalam bahasa lain dengan memenuhi seluruh makna dan maksud tuturan itu, (Syihabuddin, 2002 : 7).

Secara etimologis kata terjemah digunakan untuk mengacu pada empat

makna. Pertama, berarti menyampaikan pembicaraan kepada orang lain yang pembicaraan tersebut tidak sampai kepadanya. Kedua, berarti menafsirkan

pembicaraan dengan bahasa yang sama dengan bahasa pembicaraan itu. Ketiga,

berarti menafsirkan pembicaraan dengan bahasa bukan bahasa pembicaraan, dan

yang Keempat, berarti proses pengalihan dari satu bahasa ke bahasa yang lain. Perlu dibedakan pula antara kata penerjemahan dan terjemahan sebagai padanan

dari translation. Kata penerjemahan mengandung pengertian proses alih pesan, sedangkan kata terjemahan artinya hasil dari suatu penerjemahan, (Syihabuddin,

2002 :6-7).

Penerjemahan selama ini didefinisikan melalui berbagai cara dengan latar

belakang teori dan pendekatan yang berbeda. Meskipun sangat tidak mewakili

keseluruhan definisi yang ada dalam dunia penerjemahan dewasa ini, disini akan

disoroti dua definisi saja sebagai pijakan memasuki pembahasan, (Rochayah,

2009:25)

Menurut Newmark, (1981) dalam Husnan, (2010 : 3) , memberikan

(29)

tertulis dalam satu bahasa. Pesan dalam bahasa sumber itu harus sama dengan

pesan yang sudah dipindahkan ke dalam bahasa sasaran untuk menggantikan

pasan atau pernyataan yang telah ada.

Berdasarkan definisi di atas peneliti menyimpulkan bahwa penerjemahan

adalah usaha memindahkan pesan atau amanat dari teks bahasa sumber ke dalam

bahasa penerima dengan padanan yang paling dekat dan wajar.

Proses terjemahan dilakukan dengan tiga tahap utama yaitu memahami

makna nash sumber, mengungkapkan pemahaman tersebut di dalam nash

penerima, dan menyusun kembali hasil pengungkapan tersebut agar sesuai dengan

karateristik nash penerima. Pada tahap pengungkapan ini penerjemah

menggunakan metode, prosedur, dan teknik penerjemahan. Ketiga cara tersebut

berinteraksi secara intensif dalam mengungkapkan dan mereproduksi amanat nash

sumber, sehingga diperolehlah padanan yang wajar di dalam nash penerima,

(Syihabuddin, 2002: 77).

Menurut E.Sadtono, (1985) menyatakan bahwa setiap proses

penerjemahan memiliki tujuan. Adapun tujuan-tujuan penerjemahan antara lain :

1. Untuk menyampaikan berita, informasi dan pesan dari bahasa sumber

dalam bentuk bahasa penerima. Akan tetapi, dalam menyampaikan berita

melalui bahasa penerima, diperlukan tata bahasa dan pebendaharaan kata.

2. Untuk menghasilkan suatu karya terjemahan dari bahasa sumber dengan

membawa makna yang sepadan pada bahasa penerima.

3. Untuk menyebarkan ilmu pengetahuan.

Terjemahan adalah merupakan produk yang didapati darimenterjemahkan

fakta yang tersimpan dalam suatu bahasa sumber ke bahasa sasaran. Oleh karena

itu, beberapa masalah pasti akan timbul sebagai akibat dari kegiatan

penerjemahan tersebut. Setiap usaha penerjemahan mengakibatkan sedikit

(30)

atau penafsiran makna. Perkara-perkara seperti itu muncul disebabkan oleh

beberapa faktor tertentu, (Husnan, 2008:4).

Penterjemahan merupakan proses atau rangkuman kegiatan pemindahan

sesuatu ide atau proses memahami pesan makna, maksud atau fikiran yang

terkandung dalam bahasa sumber ke bahasa sasaran harus mengikuti kaedah

bahasa sasaran. Penerjemahan tersebut bertujuan untuk menghasilkan kesan yang

sama atau hampir sama kepada pembacanya dengan kesan yang didapat oleh

pembaca bahasa teks aslinya, (Husnan, 2008:7).

Kegiatan penerjemahan, tidak dapat terlepas dari apa yang dinamakan

dengan teori. Adapun kerangka teori tentang kesan terjemahan yang digunakan

antara lain:

1. Newmark, (1992) dalam Husnan (2008:10 )yaitu :

• Kaedah terjemahan yang sesuai dengan teks yaitu terjemahan komunikatif dan terjemahan semantik.

• Terjemahan perlu menghasilkan kesan yang sama kepada pembaca seperti

kesan penulis bahasa sumber.

• Terjemahan perlu menghasilkan setepat mungkin rangkuman makna penulis bahasa sumber.

• Terjemahan yang bersifat informatif bukan ekspresif, pembaca harus

diberi penjelasan tambahan untuk memahaminya dan juga terjemahan itu

harus menggunakan kata yang ada.

2. Nida, (1964) dalam Husnan (2008:10), yaitu :

• Penerjemahan harus menyesuaikan budaya teks sumber dengan budaya

bahasa sasaran. Terjemahan yang berupa Dinamik ialah terjemahan yang

memberikan penyesuaian antara bahasa, kebudayaan, konteks isi

kandungan teks asli dengan teks bahasa sasaran.

• Terjemahan perlu memperhatikan dua jenis kepadanan kata, yaitu

(31)

Pendapat Newmark dan Nida tersebut mengasaskan pada teori analisis

komponen makna untuk digunakan menganalisis kata. Maka, kesan terjemahan

dapat kita lihat melalui analisis Komponen Makna. Tentang perubahan-perubahan

makna dapat dilihat dari sifat perubahan makna-makna dalam terjemahan kata

bahasa sumber ke dalam bahasa Indonesia mengalami terjemahan makna

berlebihan/meluas, terjemahan makna menyempit/kurang, terjemahan makna kata

salah atau terjemahan taksa/ambigu ?. Untuk memastikan semua itu, dengan

menggunakan kaedah atau teori analisis komponen makna, (dalam kutipan

Husnan, 2008:26).

Komponen Makna atau Komponen Semantik (semantic feature, semantic

property, atau semantic marker) mengajarkan bahwa setiap kata atau unsur leksikal terdiri dari satu atau beberapa unsur yang bersama-sama membentuk

makna kata atau makna unsur leksikal tersebut. Analisis ini mengandaikan setiap

unsur leksikal memiliki atau tidak memiliki suatu ciri yang membedakannya

dengan unsur lain. Pengertian komponen ialah keseluruhan makna dari suatu kata,

terdiri atas sejumlah elemen, yang antara elemen yang satu dengan yang lain

memiliki ciri yang

berbeda-beda,

Komponen makna ini dapat dianalisis, dibutiri, atau disebutkan

satu-persatu, berdasarkan “pengertian-pengertian” yang dimilikinya. Umpama kata

ayah yang memikili komponen makna /+manusia/, /+dewasa/, /+jantan/, /-betina/, /+kawin/, dan /-melahirkan anak/; dan kata ibu memiliki komponen makna /+manusia/, /+dewasa/, /-jantan/, /+betina/, /+kawin/, dan /+melahirkan

anak/. Kalau dibandingkan komponen kata ayah dan ibu adalah kelihatan sebagai

bagan berikut:

(http//www.sciencehacker2991.wordpress.com/komponenmakna(semantikba -hasaIndonesia)/.

(32)

1. Manusia

2. Dewasa

3. Jantan

4. betina

5. Kawin

6. Melahirkan anak

+

+

+

-

+

-

+

+

-

+

+

+

Analisis komponen makna ini dapat dimanfaatkan untuk mencari perbedaan

bentuk-bentuk yang bersinonim. Umpamanya, kata ayah dan bapak adalah dua kata yang bersinonim dalam bahasa Indonesia. Tetapi, maknanya tidak persis

sama. Oleh karena itu, kata ayah dan bapak pun, meskipun bersinonim tentu ada

perbedaan maknanya. Dimanakah letak bedanya itu ? kalau kita analisis

komponen makna yang dimiliki kata ayah dan bapak akan terlihat sebagai berikut:

Komponen makna Ayah Bapak

1. Manusia

2. Dewasa

3. Sapaan kepada orang tua laki-laki

4. Sapaan kepada orang yang dihormati

+

+

+

-

+

+

+

+

Dari bagan itu kelihatan bahwa kata ayah dan bapak sama-sama memiliki komponen makna 1 sampai 3 ; bedanya, kata ayah tidak memiliki komponen 4,

sedangkan kata bapak memiliki komponen makna itu. Dengan demikian, kita bisa

melihat beda makna kata ayah dan bapak yang hakiki, yang menyebabkan kata bapak dalam ujaran tersebut, tidak dapat ditukar dengan kata ayah,, (Chaer,2003:318-321)

Dalam kata penerjemahan mengandung pengertian proses alih pesan,

sedangkan kata terjemahan artinya hasil dari suatu penerjemahan. Menurut

(33)

makna teks dalam suatu bahasa (bahasa sumber) dan membuat teks yang baru

yang sepadan dalam bahasa lain (bahasa sasaran),

Problematika kesulitan dalam penerjemahan adalah pada pencarian

padanan atau ekuivalensi yang sesuai antara bahasa sumber dan bahasa penerima,

sehingga dituntut kegiatan penerjemahan yang lebih memahami pada tataran

tersebut, agar menghasilkan terjemahan yang tepat. Karena masalah padanan

merupakan bagian inti dari teori penerjemahan. Dan praktek menerjemahkan

sebagai realisasi dari proses penerjemahan selalu melibatkan pencarian

padanan,

Pemilihan padanan bagi kata-kata yang sesuai dalam bahasa sasaran perlu

meneliti fungsi semantik disekeliling kata-kata tersebut melalui konteks dalam

bahasa sumber dan bahasa sasaran. Pentingnya konteks dalam penggunaan suatu

kata untuk mengenal pasti fungsi semantiknya dalam ayat dapat diperlihatkan,

(Husnan, 2008:122)

(http://www.kom -pasiana.com/ padanandalam terjemahan/)

Istilah konteks pertama kali diperkenalkan oleh Malinowski (1923: 307) dalam blog www.miftahnugroho.wordpress.comdengan sebutan konteks situasi. Ia merumuskan konteks situasi seperti di bawah ini “Exactly as in the reality of spoken or written languages, a word without linguistic context is a mere figment and stands for nothing by itself, so in the reality of spoken living tongue, the utterance has no meaning except in the context situation (Persis seperti dalam realitas bahasa lisan atau tertulis, kata tanpa konteks linguistik adalah isapan jempol belaka dan berdiri untuk apa-apa dengan sendirinya, sehingga dalam realitas yang diucapkan, ucapan tidak ada artinya kecuali dalam situasi konteks)”, -atik/).

Ketika pertama kali Malinowski mengembangkan

pandangan-pandangannya ini, dia mempunyai pikiran bahwa kita membutuhkan konsep

konteks situasi hanya jika kita sedang mempelajari suatu bahasa yang primitif,

bahasa budaya yang tak tertulis, tetapi kita tidak akan membutuhkan

konsep-konsep semacam itu untuk pemerian bahasa suatu peradaban yang sudah maju.

(34)

kesimpulan gagasan umum tentang konteks situasi untuk pemahaman bahasa

Inggris atau bahasa besar lainnya sama perlunya sebagaimana untuk pemahaman

bahasa kiriwinia. Masalahnya hanyalah bahwa konteks budayanya yang khas

untuk setiap kelompok masyarakat di setiap tingkat perkembangan, (Ruqaiya,

1992:9-10)

Ada seorang ahli bahasa yang menjadi koleganya yaitu J.R Firth. Firth

tertarik pada latar belakang budaya bahasa dan ia mengambil alih pemikiran

Malinowski tentang konteks situasi dan memasukkannya ke dalam teori

kebahasaannya sendiri, (Ruqaiya, 1992:10)

Meskipun demikian, dalam arti tertentu Firth menemukan bahwa

pemikiran Malinowski tentang konteks situasi, tidak begitu lengkap untuk

tujuan-tujuan kebahasaan, sebab pandangannya belum cukup umum. Malinowski

berkepentingan dengan kajian teks-teks tertentu, dan karenanya pandangannya

tentang konteks situasi dirancang untuk menjelaskan dan merinci makna

contoh-contoh tertentu dalam pemakaian bahasa. Untuk itulah Firth membuat suatu

kerangka untuk konteks situasi yang dapat digunakan untuk kajian teks sebagai

bagian dari teori kebahasaan umum, (Ruqaiya, 1992:10-11)

Pokok-pokok pandangan Firth adalah sebagai berikut :

Pelibat (participants) dalam situasi : yang dimaksud Firth ialah orang dan tokoh-tokoh, yang lebih kurang sepadan dengan yang disebut oleh para

sosiolog sebagai kedudukan dan peran pelibat;

Tindakan Pelibat : hal yang sedang mereka lakukan, meliputi baik tindakan tutur (verbal action) maupun tindakan yang bukan tutur (non verbal action);

Ciri-ciri situasi lainnya yang relevan : benda-benda dan kejadian-kejadiansekitar sepanjang hal itu mempunyai sangkut paut tertentu dengan

(35)

Dampak-dampak tindakan tutur: bentuk-bentuk perubahan yang ditimbulkan oleh hal-hal yang dituturkan oleh pelibat dalam situasi, (Ruqaiya,

1992:11)

Dalam analisis teks, terdapat pedoman yang dapat kita manfaaatkan yaitu

kerangka konseptual konteks situasi yang sederhana dengan tiga pokok bahasan

antara lain:

1. Medan wacana menunjukan pada hal yang sedang terjadi, pada sifat tindakan sosial yang sedang berlangsung

2. Pelibat wacana menunjuk pada orang-orang yang mengambil bagian, pada sifat para pelibat, kedudukan dan peranan mereka: jenis-jenis hubungan peran

apa yang terdapat diantara para pelibat, termasuk hubungan-hubungan tetap

dan sementara, baik jenis peranan tuturan yang mereka lakukan dalam

percakapan maupun rangkaian keseluruhan hubungan-hubungan yang secara

kelompok mempunyai arti penting yang melibatkan mereka.

3. Sarana wacana menunjuk pada bagian yang diperankan oleh bahasa, hal yang diharapkan oleh para pelibat diperankan bahasa dalam situasi itu:

organisasi simbolik teks, kedudukan yang dimilikinya, dan fungsinya dalam

konteks, termasuk salurannya (apakah dituturkan atau dituliskan atau

semacam gabungan keduanya) dan juga mode retoriknya, (Ruqaiya,

1992:16)

Dapat di ringkas bahwa kerangka teori Firth dan Malinowski dalam

Husnan (2008:11) tentang keperihalan keadaan yang berikut akan digunakan,

yaitu keperihalan keadaan melibatkan yang seperti berikut :

• Ciri-ciri relevan mengenai peserta, orang, kepribadiannya. a. Gerak ujaran si peserta.

b. Gerak bukan ujaran si peserta.

(36)

Menurut Firth dan Malinowski untuk menginterpretasikan sesuatu maksud

atau pesan, konteks keperihalan keadaan budaya dan aspek praktik kehidupan

seharian perlu dilihat dan diperhatikan. Dengan demikian, makna suatu kata

ucapan sangat erat kaitannya dengan suatu masalah yang dimaksudkan melalui

ucapan tersebut. Dalam hal ini penerjemah harus menimbang kesan perkataan

terhadap semua ayat dan seluruh teks untuk memastikan penyelewengan makna

tidak terjadi, (Husnan, 2008:11).

Dari beberapa teori yang diterangkan di atas. Maka dalam kajian ini, teori

yang sesuai adalah teori Newmark dan Nida yang mengasaskan pada teori analisis

komponen makna untuk digunakan menganalisis kata dan teori Firth dan

Malinowski dapat digunakan untuk menganalisis keperihalan keadaan pada

(37)

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 HASIL

3.1.1 Pengenalan

Pengertian lazim adalah sudah biasa; sudah menjadi kebiasaan; sudah

umum (terdapat, terjadi, dilakukan, dsb): sekarang sudah -- wanita berambut

pendek; melazimkan; membuat supaya lazim; membiasakan; kelaziman dan

kebiasaan (yang sudah umum): memakan sirih merupakan ~ bagi orang tua-tua

kita dul

Lazim, maksudnya bahwa kelompok kata atau pengelompokan kata seperti itu memang sudah lazim dan dibiasakan dalam bahasa Indonesia. Misalnya: kata

besar, agung, raya, tinggi dapat dikatakan sinonim, hampir bersamaan atau hampir

sama makna mereka. Kita dapat mengatakan hariraya, haribesar (tepat dan lazim).

Akan tetapi, kita tidak dapat mengatakan haritinggi. Apalagi jaksaagung diganti

dengan jaksa raya ( tidak saksama dan tidak lazim ),

com /2012/08/bab-iii -ragam-dan-pilihan-kata.html)

Dengan kata lain, kata-kata lazim adalah kata yang sudah umum dan arti

katanya dapat dipahami oleh masyarakat. Dalam kajian ini kata-kata lazim yang

berasal dari bahasa Arab dan sudah umum dalam bahasa Indonesia, sehingga

makna katanya sudah dipahami oleh khalayak ramai/masyarakat umum. Pada

bidang ilmu khusus seperti ilmu Agama, ilmu pengetahuan, dan adat budaya

kata-kata lazim ini harus sesuai dengan pengertian yang sudah ditentukan

berdasarkan patokan tersebut. Contoh-contoh yang akan dijadikan objek kajian

adalah ayat-ayat Al-Qur’an pada surah Ali ‘Imran. Adapun kata-kata lazim yang

(38)

3.1.2 Kata Lazim Dan Maknanya Dalam Contoh Ayat Al-Qur’an

Kata-kata lazim yang peneliti pilih antara lain : kata hakim, azab, ayat, salam, dzalim, taqwa, amal, kafir, alim dan sholeh sebagai berikut :

3.1.2.1Kata Lazim Hakim

Kata Hakim yang terdapat pada surah Ali-Imran antara lain:

 

UU

ﻥﺍﺮﻤﻋ ﻝﺍ) 6:

(

/huwal lażī yuṣawwirukum fil arḥāmi kaifa yusyā’u lā ilāha illa huwal ʻazīzul

U

ḥakīmu/U ‘Dialah yang membentuk kamu dalam rahim menurut yang Dia

kehendaki. Tiada tuhan selain Dia. Yang Maha perkasa, UMaha bijaksanaU’, ( Ali ‘Imran : 6)

  

UU

 ﻥﺍﺮﻤﻋ ﻝﺍ) (18 :

/ syahidallahu ´annahu, lā ilāha ilā huwa walmalāikatu wa ūlūl ilmi qāimām

bilqisṭi lā ilāha ilā huwal ʻazīzul ḥakīmu/’Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan selain Dia. (demikian pula) para malaikat dan orang berilmu yang menegakkan keadilan, tidak ada Tuhan selain Dia, yang Maha Perkasa, UMaha BijaksanaU’, ( Ali ‘Imran : 18)

 

UU

  ﻥﺍﺮﻤﻋ ﻝﺍ)

(23 :

(39)

    

UU

 ﺍ)

: ﻥﺍﺮﻤﻋ ﻝ 55

(

/iż qālallahu yāʻīsā innī mutawaffīka warāfiʻuka illā wa mu ṭahhiruka minal

lażīna kafarū wa jāʻilul lażīnat tabaʻūka fauqa lażīna kafarū illā yaumil qiyāmati ṡumma illā marjiʻukum fa´ UahkumuU bainakum fīmā kuntum fīhi

takhtalifūn / ‘(ingatlah), ketika Allah berfirman: "wahai Isa! Aku mengambilmu dan mengangkatmu kepada-Ku, serta menyucikanmu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikutimu diatas orang-orang kafir hingga hari kiamat. Kemudian kepada-Ku engkau kembali, lalu Aku beri

U

keputusan Utentang apa yang kamu perselisihkan’, (Ali imran : 55)



UU

ﻥﺍﺮﻤﻋ ﻝﺍ)

: 58 (

/żālika natlūhu ʻalaika minal ayāti ważżikril UhakīmiU/ ‘Demikianlah kami bacakan kepadamu (Muhammad) sebagian ayat-ayat dan peringatan yang penuh UhikmahU’, ( Ali ‘Imran : 58)

 

UU

: ﻥﺍﺮﻤﻋ ﻝﺍ) ( 62

/´inna hażā lahuwal qaṣaṣul ḥaqqu wa mā min ´ilāhin ´illallahu wa ´innallaha lahuwal ʻazīzul ḥakīmu/ ‘sungguh, ini adalah kisah yang benar, tidak ada Tuhan selain Allah, dan sungguh, Allah Maha Perkasa, UMaha BijaksanaU’, ( Ali ‘Imran : 62)



UU

     : ﻥﺍﺮﻤﻋ ﻝﺍ)

9 7 (

/mā kāna libasyarin ´an yu´tiyahullahul kitāba wa ḥukma wan nubuwwahu

(40)

mungkin bagi seseorang manusia yang telah diberi kitab oleh Allah, serta hikmah

  

UU

: ﻥﺍﺮﻤﻋ ﻝﺍ) 126

(

/ wa mā jaʻalahu allahu ´illa busyrā lakum wa lita ṭma´inna qulūbukum bihi wa mān naṣru ´ila min ʻindi allahil ʻazīzil ḥakīmi/’Dan Allah tidak menjadikan (pemberian bala bantuan itu) melainkan sebagai khabar gembira bagi (kemenangan)mu, dan agar hatimu tenang karenanya. dan tidak ada kemenangan itu, selain dari Allah yang Maha Perkasa lagi UMaha Bijaksana’U , ( Ali ‘Imran : 126)

Data-data yang di atas dapat diklasifikasikan bahwa kata lazim Hakim

memiliki 8 data ayat.Dari 6 data tersebut ada 4 kata yang bermakna Maha

Bijaksana dan ada 2 kata bermakna Hikmah serta ada 2 kata yang bermakna

Memutuskan/ Keputusan. Data kata lazim Hakim yang layak untuk dikaji dalam

penelitian ini yaitu yang bermakna Maha Bijaksana, Hikmah dan Memutuskan/

Keputusan.

3.1.2.2Kata Lazim Azab

Kata Azab yang terdapatpada surah Ali-Imran antara lain:

 

UU

 ﻥﺍﺮﻤﻋ ﻝﺍ)

: (4

/min qablu hudal linnāsi wa furqāna ´innal lażīna kafarū bi´ayātillahi lahum ʻażābun syadīdun wallahu ʻazīzun żūn tiqāmin/ ‘Sebelumnya, sebagai petunjuk

bagi manusia, dan Dia menurunkan al-furqan. Sungguh, orang-orang yang ingkar terhadap ayat-ayat Allah akan memperoleh UazabU yang berat. Allah Mahaperkasa lagi mempunyai hukuman’, ( Ali ‘Imran : 4)

 

UU

: ﻥﺍﺮﻤﻋ ﻝﺍ) (16

(41)

benar-benar beriman, Maka ampunilah dosa-dosa kami dan lindungilah kami dari dan kenabian, kemudian dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembahku bukan penyembah Allah", tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi pengabdi-pengabdi Allah, karena kamu mengajarkan kitab dan karena kamu mempelajarinya’, ( Ali ‘Imran : 79)

azab neraka" ‘, ( Ali ‘Imran : 16)

   

UU

: ﻥﺍﺮﻤﻋ ﻝﺍ) (21

/´innal lażīna yakfurūna bi´ayātillahi wa yaqtulūna annabiyyina bigairi ḥaqqin

wa yaqtulūna lażīna ya´murūna bilqisṭi minan nāsi fabasysyirhum biʻażābi ´alīmin/’Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa hak (alasan yang benar) dan membunuh orang-orang yang menyuruh berbuat adil, sampaikanlah kepada mereka kabar gembira, yaitu

U

azabU yang pedih’, ( Ali ‘Imran : 21)

U

U

  :ﻥﺍﺭﻣﻋ ﻝﺍ) 56

(

56. /fa´ammāl lażīna kafarū fa´uʻażżibuhum ʻażāban syadīdan fīd dunyā wal ´akhirati wa mā lahum min nāṣirīna/ ‘Maka adapun orang-orang yang kafir, maka akan Aku azab mereka dengan Uazab Uyang sangat keras di dunia dan di akhirat, sedang mereka tidak memperoleh penolong’, ( Ali ‘Imran : 56)

    

UU

:ﻥﺍﺭﻣﻋ ﻝﺍ) 77

(

/ ´innal lażīna yusytarūna biʻibahdillahi wa´aimānihim ṡamanan qalīlan ´ulā´ika lā khalāqa lahum fīl ´akhirati wa lā yukallimuhum allahu wa lā yanẓuru ´ilaihim

yaumal qiyāmati wa lā yuzakkīhim wa lahum ʻażābun ´alīmun/ ‘Sesungguhnya

orang-orang yang memperjualbelikan janji Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga murah, mereka itu tidak memperoleh bagian di akhirat, Allah tidak akan menyapa mereka, tidak akan memperhatikan mereka pada hari kiamat, dan tidak akan menyucikan mereka. Bagi mereka UazabU yang pedih’, ( Ali ‘Imran : 77)

  

UU

 ﺍ)

:ﻥﺍﺭﻣﻋ ﻝ 91

(42)

/´innal lażīna kafarū wa mātū wahum kaffārun falan yuqbala min ´aḥadihim mil´ul ´arḍi żahabāan walawi aftadā bihi, ´ulā´ika lahum ʻażābun ´alīmun wa ma

lahum min nāṣirīna/ ‘Sungguh, orang-orang yang kafir dan mati dalam kekafiran, tidak akan diterima (tebusan) dari seseorang di antara mereka, sekalipun (berupa) amas sepenuh bumi, sekiranya dia hendak menebus diri dengannya. Mereka itulah orang-orang yang mendapat azab yang pedih dan tidak memperoleh penolong’, ( Ali ‘Imran : 91)

  

UU

:ﻥﺍﺭﻣﻋ ﻝﺍ) 105

(

/ wa lā takūnū kallażīna tafarraqū wakhtalafū mim baʻdi ma jā´ahumul bayyinātu wa ´ulā´ika lahum ʻażābun ʻaẓīmun/ ‘Dan janganlah kamu menjadi seperti orang -orang yang bercerai berai dan berselisih setelah sampai kepada mereka keterangan yang jelas. Dan mereka itulah orang-orang yang mendapat UazabU yang berat’, ( Ali ‘Imran : 105)

  

UU

 :ﻥﺍﺭﻣﻋ ﻝﺍ)

106 (

/yaumal tabyaḍḍu wujūhu wataswaddu wujūhun fa´ammāl lażīna aswaddat

wujūhuhum akfartum baʻda ´īmānikum fażūqūl ʻażāba bimā kuntum takfurūna/

‘Pada hari itu ada wajah yang putih berseri, dan ada pula wajah yang hitam muram. Adapun orang-orang yang berwajah hitam muram (kepada mereka dikatakan): "mengapa kamu kafir setelah beriman? karena itu rasakanlah UazabU disebabkan kekafiranmu itu" ‘, ( Ali ‘Imran : 106)



UU

 :ﻥﺍﺭﻣﻋ ﻝﺍ)

128 (

/laisa laka minal ´amri sya´un ´auyatūba ʻalahim ´au yuʻażżibahum fa´innahum ẓālimūna/ ‘Itu bukan urusanmu (Muhammad) apakah Allah menerima tobat

mereka atau UmengazabnyaU karena sesungguhnya mereka orang-orang dzalim’, (Ali ‘Imran : 128)



U

U

 :ﻥﺍﺭﻣﻋ ﻝﺍ)

129 (

(43)

dan mengazab siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha pengampun, Maha penyayang’, ( Ali ‘Imran : 129)

  

U

U

:ﻥﺍﺭﻣﻋ ﻝﺍ) 176

(

/ wa lā yaḥzunakal lażīna yusāriʻūna fīl kufti ´innahum lan ya ḍurrūllahu syai´an yurīdu allahu´allā yujʻala lahum ḥaẓẓan fīl ´akhirati walahum ʻażābun ʻa ẓīmun/ ‘Dan janganlah engkau (Muhammad) dirisaukan oleh orang-orang yang dengan mudah kembali menjadi kafir, sesungguhnya sedikitpun mereka tidak merugikan Allah. Allah tidak akan memberi bagian (pahala) kepada mereka di akhirat, dan mereka akan mendapat UazabU yang besar’, ( Ali ‘Imran : 176)

 

UU

ﻝﺍ)

:ﻥﺍﺭﻣﻋ 177 (

/ ´innal lażīna asytarawūl kufra bil´imāni lan yaḍurrūllahu syai´an wa lahum ʻażābun ´alīmun/ ‘Sesungguhnyaorang-orang yang membeli kekafiran dengan iman, sedikitpun tidak merugikan Allah, dan mereka akan mendapat UazabU yang pedih’, ( Ali ‘Imran : 177)

  

UU

ﺍ)

:ﻥﺍﺭﻣﻋ ﻝ 178

(

/wa lā yaḥsabanna lażīna kafarū ´annamā numlī lahum khairul li´anfusihim ´innamā humlī lahum liyazdādū ´iṡmān wa lahum ʻażābum muhīnun/ ‘Dan

janganlah sekali-kali orang-orang kafir itu mengira bahwa tenggang waktu yang kami berikan kepada mereka lebih baik baginya. Sesungguhnyatenggang waktu yang kami berikan kepada merekahanyalah agar dosa mereka semakin bertambah, dan mereka akan mendapat UazabUyang menghinakan’, ( Ali ‘Imran : 178)

   

UU

 :ﻥﺍﺭﻣﻋ ﻝﺍ)

181 (

/ laqad samiʻallahu qaulal lażīna qālū ´innallahu faqīrun wa na ḥnu ´agniyā´u

(44)

nabi-nabi tanpa hak (alasan yang benar, dan kami akan mengtakan (kepada mereka) : “rasakanlah olehmu azab yang membakar” ‘, (Ali ‘Imran :181)



Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Induksi Kalus Akasia ( Acacia mangium ) Dengan

Kurva suhu optimum enzim papain dari getah pepaya jenis daun kipas Pada Gambar 3, terlihat bahwa aktivitas papain mengalami kenaikan seiring dengan peningkatan suhu dari

Semakin besar jumlah kredit yang diberikan bank akan kepada masyarakat semakin kecil tingkat likuiditas bank, semakin rendah tingkat kecukupan modal bank dan

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka

Beberapa manfaat bersepeda disampaikan oleh Oja et al., (2011), diantaranya adalah : 1) Kegiatan mengayuh pada bersepeda menyebabkan tidak tertekannya lutut oleh karena

Dalam penelitian semacam ini, peneliti menjadi partisipan, peneliti memasuki dunia data yang ditelitinya, mencoba menganalisis konsep- konsep yang ada di dalamnya, dan terus

Ali menjelaskan bahwa, dikutip juga oleh Sulistyowati (2004) GDILL bahwa model pembelajaran Guided Inquiry ini mengharuskan siswa untuk melaksanakan setiap tahapyang

 Motivasi dari orang lain yang dianggap penting Pengendali an Perilaku Sikap yang mengacu pada perilaku Norma Subyektif Niat. Perilaku