• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAHAN-BAHAN UAS AGAMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAHAN-BAHAN UAS AGAMA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAHAN-BAHAN UAS AGAMA

1. Manusia, potensi peran dan fungsinya Penjelasan: Manusia pada dasarnya adalah makhluk budaya yang harus membudayakan dirinya. Manusia sebagai makhluk budaya mampu melepaskandiri dari ikatan dorongan nalurinya serta mampu menguasai alam sekitarnyadengan alat pengetahuan yang dimilikinya. Hal ini berbeda dengan binatangsebagai makhluk hidup yang sama-sama makhluk alamiah dengan manusia dia tidak dapat melepaskan dari ikatan dorongan nalurinya dan terikat erat oleh alamsekitarnya.Manusia diciptakan Allah Swt. Berasal dari saripati tanah, lalu menjadinutfah, alaqah, dan mudgah sehingga akhirnya menjadi makhluk yang palingsempurna yang memiliki berbagai kemampuan.

Oleh karena itu, manusia

wajib bersyukur atas karunia yang telah diberikan Allah Swt. Manusia menurut pandangan al-Quran, al-Quran ti dak menjelaskan asal-usul kejadian manusiasecara rinci. Dalam hal ini al-Quran hanya menjelaskan mengenai prinsip- prinsipnya saja. Ayat-ayat mengenai hal tersebu t terdapat dalam surat Nuh 17, Ash-Shaffat 11, Al-Mukminuun 12-13, Ar-Rum 20, Ali Imran 59, As-Sajdah 7-9, Al-Hijr 28, dan Al-Hajj 5. Potensi peran dan fungsinya Manusia berhak mengatur tata kehidupan di dunia ini sesuai dengan apa yang dipandang perlu, dipandang baik dan masuk akal karena manusia memiliki akal yang bisa mengatur diri sendiri dan memutuskan apa yang dipandang perlu. Islam mengajarkan bahwa manusia memiliki dua predikat, yaitu sebagai hamba Allah (`abdullah) dan sebagai wakil Allah (khalifatullah) di muka bumi. Sebagai hamba Allah, manusia adalah kecil dan tak memiliki kekuasaan. Oleh karena itu, tugasnya hanya menyembah Nya dan berpasrah diri kepada-Nya. Tetapi sebagai khalifatullah, manusia diberi fungsi sangat besar, karena Allah Maha Besar maka manusia sebagai wakil-Nya di muka bumi memiliki tanggung jawab dan otoritas yang sangat besar. Tetapi sebagai khalifah Allah, manusia memiliki fungsi yang sangat besar dalam menegakkan sendi-sendi kehidupan di muka bumi.

2. Syakhsiyah islamiyah, pengertian usaha dan membangunnya

Penjelasan: Pola pikir terhadap fakta dan informasi, yaitu sesuai dengan pemahamannya terhadap ma’lumat dan fakta tersebut. Kemudian terbentuklah pada seseorang pola pikir (aqliyah) yang dapat memahami lafadz-lafadz dan kalimat-kalimat, serta memahami makna-makna yang sesuai dengan kenyataan yang

tergambar dalam benaknya. Dengan

demikian, aqliyah adalah cara yang digunakan dalam memahami atau memikirkan sesuatu. Dengan ungkapan

lain aqliyah adalah cara yang digunakan untuk mengkaitkan fakta dengan ma’lumat, atau ma’lumat dengan fakta, berdasarkan suatu landasan atau beberapa kaedah tertentu. Dari sinilah munculnya perbedaan pola pikir (aqliyah), seperti pola pikir Islami, Sosialis, Kapitalis, Marxis dan pola pikir lainnya. Nafsiyah adalah cara yang digunakan oleh manusia untuk memenuhi gharizah (naluri)

dan kebutuhan jasmani.

Berdasarkan aqliyah dan nafsiyah ini

terbentuklah kepribadian (syakhshiyah). Akal atau pemikiran, sekalipun diciptakan bersama dengan manusia dan keberadaannya pasti bagi

setiap manusia, akan tetapi

pembentukan aqliyah terjadi melalui usaha manusia itu sendiri. Begitu pula dengan muyul, sekalipun melekat pada diri manusia dan keberadaannya pasti ada pada setiap manusia, akan tetapi pemben-tukan nafsiyah terjadi melalui usaha manusia. Hal itu disebabkan,karena yang menjelaskan makna

suatu pemikiran sehingga

menjadi mafhum adalah adanya satu atau lebih kaedah yang dijadikan sebagai tolok ukur untuk ma’lumat dan fakta/realita ketika seseorang berpikir; dan yang menjelaskan dorongan (keinginan) sehingga menjadi muyul adalah gabungan yang terjadi antara dorongan dengan mafahim. Jadi, adanya satu atau lebih kaedah yang dijadikannya sebagai tolok ukur untuk ma’lumat dan fakta/realita ketika manusia berfikir, mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam pembentukan aqliyah dan nafsiyah. Pembentukan yang khas tersebut mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam pembentukan kepribadian. Apabila satu atau beberapa kaedah yang digunakan dalam pembentukan aqliyah sama dengan yang digunakan untuk pembentukan nafsiyah, maka akan muncul pada seseorang kepribadian (syakhshiyah) yang istimewa dengan corak yang khas. Namun, jika satu atau beberapa kaedah

yang digunakan dalam

(2)

cara yang berbeda dengan kecenderungan-nya terhadap sesuatu yang ada disekelilingnya. Berdasarkan hal ini maka solusi atas kepribadian dan pemben-tukannya hanya dengan cara mewujudkan satu kaedah yang sama bagi aqliyah dan nafsiyahnya. Yaitu menjadikan kaedah yang sama, baik yang dijadikan sebagai tolok ukur tatkala menyatukan informasi dengan fakta/realita, maupun yang dijadikan sebagai asas penggabungan antara berbagai dorongan dengan mafahim. Dengan cara pembentukan kepribadian (syakhshiyah) seperti itu (yaitu berlandaskan pada satu kaedah dan tolok ukur yang sama) akan terbentuk kepribadian yang istimewa.

3. Al- Qur’an, nama fungsi dan kecintannya

Penjelasan: AL-Qur’an merupakan

sumber hukum islam yang paling utama. Menurut bahasa Al-qur’an artinya bacaan atau yang dibaca, sedangkan menurut istilah Al-quran ialah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat jibril yang merupakan mukjizat, yang berisi tentang petunjuk dan pedoman hidup bagi manusia dan yang membacanya merupakan ibadah. Fungsi Al-qur’an 1. Sebagai sumber ajaran/hukum islam yang utama 2. Sebagai petunjuk bagi manusia 3. Sebagai peringatan dan penyejuk 4. sebagai informasi dan konfirmasi terhadap hal-hal yang tidak dapat diketahui oleh akal 5. Sebagai pemisah antara yang hak dan yang batil. Kecintaan terhadap Al-Quran juga bisa dikatakan kecintaan Allah kepada seorang hamba adalah membaca al Qur`an dengan khusyu’ dan berusaha memahaminya. Sehingga tidak mengherankan, apabila kedekatan dengan al Qur`an merupakan perwujudan ibadah yang bisa mendatangkan cinta Allah. Para salafush-shalih, ketika membaca al Qur`an, mereka sangat menghayati makna ini. Sehingga ketika membaca al Qur`an, seolah-olah seperti seorang perantau yang sedang membaca sebuah surat dari kekasihnya. Al Hasan al Basri berkata,”Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian menganggap al Qur`an adalah surat-surat dari Rabb mereka. Pada malam hari, mereka selalu merenunginya, dan akan berusaha mencarinya pada siang hari.”[1] Seandainya kita berpikir, sungguh ini merupakan keistimewaan yang luar biasa. Allah Yang Maha Besar, Maha Tinggi, Raja Diraja, mengkhususkan khitab (pembicaraan) dan kalamNya untuk manusia yang penuh dengan kelemahan ini. Allah memberikan kepada mereka kemuliaan untuk berbicara, berkomunikasi denganNya. Al Imam Ibnul Jauzi berkata,”Seseorang yang membaca al Qur`an, hendaknya melihat bagaimana Allah berlemah-lembut kepada makhlukNya

dalam menyampaikan makna perkataanNya ke pemahaman mereka. Dan hendakya ia menyadari, apa yang ia baca bukan perkataan manusia. Hendaknya ia menyadari keagungan Dzat yang mengucapkannya, dan hendaknya ia merenungi perkataanNya.”[2] Ibnu Shalah berkata,”Membaca al Qur`an merupakan sebuah kemuliaan yang Allah berikan kepada hambaNya. Dan terdapat dalam riwayat, bahwa para malaikat tidak mendapat kemuliaan ini, tetapi mereka sangat antusias untuk mendengarkannya dari manusia.”[3] Kemuliaan ini akan lebih sempurna apabila disertai keikhlasan. Karena ikhlas -sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Nawawi- merupakan kewajiban utama bagi pembaca al Qur`an. Dan seharusnya ia menyadari, bahwa dirinya sedang bermunajat kepada Allah.[4].

4. As sunnah pengertian dan perbedaan dengan al hadist

Penjelasan: As Sunnah dalam bahasa Arab berarti tradisi, kebiasaan, adat istiadat. Dalam terminologi Islam, sunnah adalah segala perbuatan, perkataan dan segala yang diizinkan Nabi Muhammad, yaitu af’ alu, aqwalu dan taqriru. Al Hadist adalah Hadits merupakan sumber hukum islam yang kedua setelah Al-qur’an. Hadis ialah segala bentuk tingkah laku Nabi Muhammad SAW baik berupa perkataan, perbuatan, maupun ketetapan (taqrir) nya Nabi.

5. Hukum islam, pengertian hukum takhlifi beserta contohnya, contoh muamalah

Penjelasan: Hukum Islam disebut juga syariat atau hukum Allah SWT, yaitu hukum atau undang-undang yang ditentukan Allah SWT sebagaimana terkandung dalam kitab suci Alquran dan hadis (sunah). Syariat Islam juga merupakan hukum dan aturan Islam yang mengatur seluruh sendi kehidupan umat manusia, baik muslim maupun bukan muslim.

Menurut ulama usul fikih, hukum adalah tuntutan Allah SWT (Alquran dan hadis) yang berkaitan dengan perbuatan mukallaf (orang yang sudah balig dan berakal sehat), baik berupa tuntutan, pemilihan, atau menjadikan sesuatu sebagai syarat, penghalang, sah, batal, rukhsah (kemudahan) atau azimah.

Sedangkan menurut ulama fikih, hukum adalah akibat yang ditimbulkan oleh syariat (Alquran dan hadis) berupa wujub, mandub, hurmah, karahah, dan al-ibahah.Wajib suatu perkara yang dimana orang akan mendapatkan sebuah pahala jika orang tersebut mau melakukan pekerjaan atau perbuatan yang diperintahkan dan akan mendapat siksa atau dosa bila tidak mengerjakan suatu hal yang diperintahkan. (harus dikerjakan untuk menggugurkan dosa). Contohnya adalah kewajiban menunaikan sholat, kewajiban puasa dibulan ramadhan dan lain-lain.

(3)

mendapatkan dosa. Contohnya adalah sholat sunnah sebelum (qobliyah) dan setelah sholat (ba'diyah), puasa

rajab, dan lain sebagainya.

Haram suatu perkara yang berlawanan pada hukum yang pertama dan kedua. Haram adalah suatu perkara yang mana bila seseorang tidak mengerjakan suatu perkara yang dilarang maka dia akan mendapatkan pahala, dan bila perkara yang dilarang itu dilakukan atau dikerjakan maka dia akan mendapatkan dosa. Contohnya seperti judi, mabuk, dan lain-lain.

Makruh suatu hal yang mana bila seseorang meninggalkan perkara atau hal itu hukumnya adalah lebih baik dan akan mendapat pahala, dan bila seseorang mengerjakan suatu hal yang dihukumi makruh maka dia tidak mendapat dosa atau tidak ada konsekwensinya. Tapi ingat bahwa hal yang bersifat makruh lebih baik ditinggalkan karena Allah tidak menyukai hal yang makruh. Contohnya adalah makan dan juga minum sambil berdiri dan lain sebagainya. Mubah suatu perkara atau hal yang boleh untuk dikerjakan

oleh juga untuk ditinggalkan ( sesuka hati mau pilih yang mana ). Contohnya adalah memilih jenis makanan, dll.

Hukum Taklify

Adalah tuntutan Allah SWT yang berkaitan dengan perintah untuk melakukan suatu perbuatan atau meninggalkannya.

Hukum taklify tersebut dibagi menjadi lima macam, yaitu:

Al-ijab:tuntutan secara pasti dari syariat untuk dilaksanakan dan tidak boleh (dilarang) ditinggalkan, karena orang yang meninggalkannya dikenai hukuman. An-nadb: tuntutan dari syariat untuk melaksanakan suatu perbuatan, tetapi tuntutan itu tidak secara pasti. Jika tuntutan itu dikerjakan maka pelakunya akan mendapat pahala (kebaikan), tetapi jika ditinggalkan tidak akan mendapat hukuman (tidak berdosa). Al-ibahah: firman Allah (Alquran dan hadis) yang mengandung pilihan untuk melakukan suatu perbuatan

atau meninggalkannya.

Al-karahah:tuntutan untuk meninggalkan suatu perbuatan, tetapi tuntutan itu diungkapkan melalui untaian kata yang tidak pasti. Hal itu menjadikan tuntutan tersebut sebagai al-karahah, yakni anjuran untuk meninggalkan suatu perbuatan, tetapi kalau perbuatan itu dikerjakan juga, maka pelakunya tidak

dikenai hukuman.

At-tahrim:tuntutan untuk tidak mengerjakan suatu perbuatan dengan tuntutan yang pasti sehingga tuntutan untuk meninggalkan suatu perbuatan itu wajib dipenuhi. Jika perbuatan itu dikerjakan maka pelakunya akan mendapat hukuman (dianggap berdosa).

Pengertian Muamalah: Definisi dan arti muamalah dalam kamus besar bahasa Indonesia artinya hal-hal yang termasuk urusan kemasyarakatan (seperti pergaulan, perdata, dan lain sebagainya). Sementara muamalah dalam fiqih islam adalah tukar menukar

barang atau sesuatu yang memberi manfaat dengan cara di tempuhnya, seperti jual-beli, sewa-menyewa, upah-mengupah, pinjam-meminjam, urusan bercocok tanam,

berserikat dan lain-lain.

Dalam melakukan transaksi ekonomi, seperti jual-beli, sewa-menyewa, utang-piutang, dan pinjam-meminjam, islam melarang beberapa hal diantaranya sebagai berikut: 1. Tidak boleh mempergunakan cara yang batil 2. Tidak boleh dengan cara-cara zalim (aniaya) 3. Tidak boleh mempermainkan takaran, timbangan, kualitas dan kehalalan 4. Tidak boleh melakukan kegiatan riba 5. Tidak boleh dengan cara-cara spekulasi atau berjudi 6. Tidak boleh melakukan transaksi jual-beli barang haram Macam-macam Muamalah Ada beberapa macam-macam muamalah yang akan di jelaskan di bawah ini yaitu sebagai berikut: 1. Jual beli Jual beli menurut syariat agama adalah kesepakatan tukar-menukar barang dengan tujuan untuk dimiliki selamanya. Melakukan jual-beli di benarkan sesuai dengan firman Allah SWT pada Q.S Al-Baqarah 2 : 275 yang artinya: “Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” a. Syarat-syarat jual beli Berikut dibawah ini merupakan syarat-syarat dari adanya

jual-beli yakni :

=> Penjual dan pembelinya haruslah : - Baligh - Berakal sehat- Atas kehendak sendiri => Uang dan barang nya haruslah :

-Halal dan suci

Haram menjual arak, bangkai, begitu juga dengan babi dan berhala termasuk lemak bangkai tersebut. -Bermanfaat Membeli barang yang tidak bermanfaat sama dengan menyia-nyiakan harta atau pemboros. Hal tersebut telah di jelaskan di dalam Q.S Al-Isra 17 : 27 yang artinya:“Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada tuhannya”.

- Keadaan barang dapat di serah terimakan Tidak sah menjual barang yang tidak dapat di serah-terimakan, contohnya menjual ikan di dalam laut atau barang yang sedang di jadikan jaminan sebab semua itu

mengandung tipu daya.

- Keadaan barang di ketahui oleh penjual dan pembeli

- Milik sendiri.

Rasulullah SAW bersabda : “Tak sah jual-beli melainkan atas barang yang di miliki” (HR Abu Daud dan Tirmidzi)

=> Ijab qabul

Seperti pernyataan penjual ”saya jual barang ini dengan harga sekian” pembeli menjawab “baiklah saya beli”. Dengan demikian, berarti jual-beli itu berlangsung dengan suka sama suka. Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya jual beli itu hanya sah jika suka sama suka” (HR Ibnu Hibban)

(4)

mempertahankan harga. Pembeli berhak menawar atas dasar kualitas barang yang di yakini nya.

Macam-macam Khiyar=> Khiyar Majelis

Khiyar majelis adalah selama penjual dan pembeli masih berada di tempat berlangsungnya tawar-menawar. Keduanya berhak meneruskan atau membatalkan transaksi. => Khiyar syarat Khiyar syarat adalah khiyar yang di gunakan syarat dalam jual-beli. Misalnya “Saya jual barang ini seharga sekian dengan syarat khusus 3 hari” maksudnya penjual memberi waktu pembeli selama 3 hari itu. Penjual di larang menawarkan barang tersebut ke pembeli lain. Namun setelah 3 hari tersebut, si pembeli tidak jadi beli. Maka penjual boleh menawarkan barangnya.

=> Khiyar aibi (cacat) Khiyar aibi adalah pembeli boleh mengembalikan barang yang di belinya jika terdapat cacat yang dapat mengurangi kualitas atau nilai barang tersebut, namun hendaknya dilakukan sesegera mungkin.

c. Pengertian Riba : bunga uang atau nilai lebih atas penukaran barang. Hal ini sering terjadi dalam pertukaran bahan makanan, perak, emas, dan pinjam-meminjam. Riba apapun bentuknya, dalam syariat islam hukumnya haram. Sanksi hukumnya juga sangat berat. Di jelaskan dalam hadis yang di riwayatkan bahwa : “Rasulullah mengutuk orang yang

mengambil riba, orang yang mewakilkan, orang yang mencatat dan orang yang menyaksikan nya” (HR Muslim).

6. Politik dalam islam, pengertian pemimpin yang tidak boleh dipilih

Penjelasan: Politik adalah 'ilmu

pemerintahan' atau 'ilmu siyasah', iaitu 'ilmu tata negara'. Pengertian dan konsep politik atau siasah dalam Islam sangat berbeza dengan pengertian dan konsep yang digunakan oleh orangorang yang bukan Islam. Politik dalam Islam menjuruskan kegiatan ummah kepada usaha untuk mendukung dan melaksanakan syari'at Allah melalui sistem kenegaraan dan pemerintahan. la bertujuan untuk menyimpulkan segala sudut Islam yang syumul melalui satu institusi yang mempunyai syahksiyyah untuk menerajui dan melaksanakan undang undang. Pengertian ini bertepatan dengan firman Allah yang mafhumnya: "Dan katakanlah: Ya Tuhan ku, masukkanlah aku dengan cara yang baik dan keluarkanlah aku dengan cara yang baik dan berikanlah kepadaku daripada sisi Mu kekuasaan yang menolong." (AI Isra': 80). landasan inilah para 'ulama' menyatakan bahawa: "Allah menghapuskan sesuatu perkara melalui kekuasaan negara apa yang tidak dihapuskan Nya meIaiui al Qur'an"

2.0 Asas asas Sistem Politik Islam Asas asas sistem politik Islam ialah: 2.1 Hakimiyyah Ilahiyyah Hakimiyyah atau memberikan kuasa pengadilan dan kedaulatan hukum tertinggi dalam

sistem politik Islam hanyalah hak mutlak Allah. Tidak mungkin ianya menjadi milik sesiapa pun selain Allah dan tidak ada sesiapa pun yang memiliki suatu bahagian daripadanya.Firman Allah yang mafhumnya: "Dan tidak ada sekutu bagi Nya dalam kekuasaan Nya." (Al Furqan: 2) "Bagi Nya segaIa puji di dunia dan di akhirat dan bagi Nya segata penentuan (hokum) dan kepada Nya kamu dikembalikan." (A1 Qasas: 70)"Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah." (A1 An'am: 57)- Hakimiyyah Ilahiyyah membawa pengertian pengertian yang berikut: -Bahawasanya Allah adalah Pemelihara alam semesta yang pada hakikatnya adalah Tuhan yang menjadi Pemelihara manusia, dan tidak ada jalan lain bagi manusia kecuali patuh dan tunduk kepada sifat Ilahiyyah Nya Yang Maha Esa -Bahawasanya hak untuk menghakimi dan mengadili tidak dimiliki oleh sesiapa kecuali Allah. Oleh kerana itu, manusia wajib ta'at kepada Nya dan ber'ibadat kepada Nya -Bahawasanya hanya Allah sahaja yang memiliki hak mengeluarkan hukum sebab Dialah satu satu Nya Pencipta -Bahawasanya hanya Allah sahaja yang memiliki hak mengeluarkan peraturan peraturan, sebab Dialah satu satu Nya Pemilik -Bahawasanya hukum Allah adalah sesuatu yang benar sebab hanya Dia sahaja Yang Mengetahui hakikat segala sesuatu, dan di tangan Nyalah sahaja penentuan hidayah dan penentuan jalan yang selamat dan lurus.Hakimiyyah Ilahiyyah

membawa erti bahawa teras utama kepada sistem politik Islam ialah tauhid kepada Allah di segi rububiyyah dan uluhiyyah Nya. 2.2 Risalah Jalan

(5)

Rasul setelah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang orang mu'min, akan Kami biarkan mereka bergelimang daiam kesesatan yang telah mereka datangi, dan Kami masukkan ia ke dalam jahannam dan jahannam itu adalah seburuk buruk tempat kembali." (An Nisa: 115)"Maka demi Tuhanmu, mereka pada hakikatnya tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap keputusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya." (An Nisa': 65) 2.3 Khalifah Khalifah bererti perwakilan. Dengan pengertian ini, ia bermaksud bahawa kedudukan manusia di atas muka bumi ialah sebagai wakil Allah.Ini juga bermaksud bahawa di atas kekuasaan yang telah diamanahkan kepadanya oleh Allah, maka manusia dikehendaki melaksanakan undang undang Allah dalam batas batas yang ditetapkan. Di atas landasan ini, maka manusia bukanlah penguasa atau pemilik, tetapi ia hanyalah khalifah atau wakil Allah yang menjadi Pemilik yang sebenarnya. Firman Allah yang mafhumnya: "Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menjadikan seorang khalifah di muka bumi... " (Al Baqarah: 30)"Kemudian Kami jadikan kamu khalifah khalifah di muka bumi sesudah mereka supaya Kami memperhatikan bagaimana kamu berbuat." (Yunus: 14)Seseorang khalifah hanya menjadi khalifah yang sah selama mana ia benar benar mengikuti hukum hukum Allah.- Oleh itu khilafah sebagai asas ketiga dalam sistem politik Islam menuntut agar tugas tersebut

dipegang oleh orang orang yang memenuhi syarat syarat berikut: -Mereka mestilah terdiri daripada orang orang yang benar benar menerima dan mendukung prinsip prinsip

tanggungjawab yang terangkum di dalam pengertian khilafah -Mereka tidak terdiri daripada orang orang zalim, fasiq, fajir dan lalai terhadap Allah serta bertindak melanggar batas batas yang ditetapkan oleh Nya -Mereka mestilah terdiri daripada orang orang yang ber'ilmu, berakal sihat, memiliki kecerdasan, kea'rifan serta kemampuan intelek dan fizikal -Mereka mestilah terdiri daripada orang orang yang amanah sehingga dapat dipikulkan tanggungjawab kepada mereka dengan aman dan tanpa keraguan 3.0 Prinsip prinsip Utama Sistem Politik Islam Prinsip prinsip sistem politik Islam terdiri daripada beberapa perkara di antaranya:3.1 Musyawarah - Prinsip pertama dalam sistem politik Islam ialah musyawarah. -Asas musyawarah yang paling utama adalah berkenaan dengan pemilihan ketua negara dan orang orang yang akan menjawat tugas tugas utama dalam pentadbiran ummah.<p> </p>-Asas musyawarah yang kedua pula adalah berkenaan dengan penentuan jalan dan cara perlaksanaan undangundang yang telah dimaktubkan di dalam al gur'an dan al Sunnah.<p> </p>-Asas

(6)

kamu mengikut hawa nafsu, kerana ia akan menyesatkan kamu daripada jalan Allah. Sesungguhnya orang orang yang sesat daripada jalan Allah akan mendapat 'azab yang berat, kerana mereka melupakan hari perhitungan." (Sad: 26 4.0 Tujuan Politik Menurut Islam Tujuan sistem politik Islam ialah untuk membangunkan sebuah sistem pemerintahan dan kenegaraan yang tegak di atas dasar untuk melaksanakan seluruh hukum syari'at Islam.Tujuan utamanya ialah untuk menegakkan sebuah negara Islam atau Darul Islam.Dengan adanya pemerintahan yang mendukung syari'ah, maka akan tertegaklah al Din dan berterusanlah segala urusan manusia menurut tuntutan tuntutan al Din tersebut.- Para fuqaha Islam telah menggariskan sepuluh perkara penting sebagai tujuan kepada sistem politik dan pemerintahan Islam. -Memelihara keimanan menurut prinsip prinsip yang telah disepakati oleh 'ulama' salaf daripada kalangan umat Islam -Melaksanakan proses pengadilan di kalangan rakyat dan menyelesaikan masalah di kalangan orang orang yang berselisih -Menjaga keamanan daerah daerah Islam agar manusia dapat hidup dalam keadaan aman dan damai -Melaksanakan hukuman hukuman yang ditetapkan syara' demi melindungi hak hak manusia -Menjaga perbatasan negara dengan pelbagai persenjataan bagi menghadapi kemungkinan serangan daripada pihak luar -Melancarkan jihad terhadap golongan yang menentang Islam -Mengendalikan urusan pengutipan cukai, zakat dan sedekah sebagai mana yang ditetapkan oleh syara' -Mengatur anggaran belanjawan dan perbelanjaan daripada perbendaharaan negara agar tidak digunakan secara boros ataupun secara kikir -Mengangkat pegawai pegawai yang cekap dan jujur bagi mengawal kekayaan

negara dan menguruskan hal ehwal pentadbiran negara -Menjalankan pengaulan dan pemeriksaan yang rapi di dalam hal ehwal amam demi untuk memimpin negara dan melindungi al Din.

Pemimpin yang tidak boleh dipilih, ini diriwayatkan dari Abu Musa al-Asy'ari r.a, Ia berkata, "Aku dan dua orang dari kaumku datang menghadap Nabi Muhammad SAW. Salah seorang mereka berkata, "Ya Rasulullah SAW angkatlah kami sebagai pejabatmu." Satu orang lagi juga mengatakan perkataan yang sama. Lalu Rasulullah SAW bersabda, "Kami tidak akan memberikan jabatan pemerintahan ini kepada orang yang meminta dan berambisi untuk mendapatkannya,"

(HR Bukhari dan Muslim)

Selanjutnya, diriwayatkan dari Abdurrahman bin Samurah r.a, Ia berkata, "Rasulullah SAW bersabda kepadaku, "Wahai Abdurrahman, janganlah engkau meminta jabatan pemerintahan, sebab apabila engkau diberi jabatan itu karena engkau memintanya maka jabatan tersebut sepenuhnya dibebankan kepadamu. Namun, apabila jabatan tersebut diberikan bukan karena permintaanmu maka engkau akan dibantu dalam melaksanakannya," (HR Bukhari dan Muslim).

Bila mencermati dua hadist Nabi Muhammad SAW ini sangat jelas bahwa dalam ajaran Agama Islam tidak boleh memilih pemimpin yang minta dipilih atau pemimpin yang mencalokan diri menjadi calon pemimpin. Dalam ajaran Islam tidak dibenarkan memilih pemimpin yang mencalonkan diri, pemimpin tidak boleh meminta untuk dipilih menjadi pemimpin akan tetapi pemimpin itu harus diberi, diamanahkan ummat atau rakyat untuk dipilih menjadi pemimpin.

Dari hadist Nabi Muhammad SAW itu terlihat adanya larangan ummat Islam untuk memilih pemimpin yang mencalonkan diri, pemimpin yang minta dipilih, pemimpin yang memohon dukungan, menghiba-hiba minta dipilih menjadi calon pemimpin.

BERAT MENJADI PEMIMPIN

Menjadi pertanyaan begitu tegas Nabi Muhammad SAW melarang ummatnya untuk jangan memilih pemimpin yang minta dipilih menjadi pemimpin. Hal ini sangat beralasan dan sangat tepat karena sangat berat

menjadi seorang pemimpin.

Beratnya menjadi pemimpin terlihat dalam hadist Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan Auf bin Malik, Rasullullah bersabda, "Jika kalian mau, aku beri tahu kepada kalian tentang jabatan, apa hakikat jabatan itu? Awalnya adalah celaan, yang kedua adalah penyesalan dan yang ketika adalah adzab di hari kiamat, kecuali orang yang berlaku adil. Bagaimana mungkin ia dapat berlaku adil terhadap keluarga-keluarganya?" (HR al-Bazzar).

Kemudian Nabi Muhammad SAW bersabda, "Sesungguhnya kalian nanti akan sangat berambisi terhadap kepemimpinan, padahal kelak di hari kiamat ia akan menjadi penyesalan." (HR Bukhari). Hadist berikutnya Nabi Muhammad SAW bersabda, "Kami tidak menyerahkan kepemimpinan ini kepada orang yang memintanya dan tidak pula kepada orang yang berambisi untuk mendapatkannya." (HR. Bukhari dan Muslim)

Sebenarnya di dunia ini sudah ditunjukkan Allah SWT para pemimpin yang pada dasarnya menyesal menjadi pemimpin. Hal ini terlihat para pemimpin yang habis atau sedang menjabat harus berurusan dengan hukum dan masuk penjara. Namun, hadist Nabi Muhammad SAW itu juga mengatakan kebahagiaan para pemimpin yang dapat berlaku adil. Faktanya, banyak pemimpin hari ini yang belum mampu menjalankan

amanah yang dimintanya sendiri.

(7)

untuk pemimpin yang baik.

Syarat menjadi pemimpin itu pertama harus Shiddiq (berkata jujur), kedua harus Fathonah (cerdas), ketiga harus Tabligh (mampu berkomunikasi) dan keempat harus Amanah (bisa dipercaya). Empat syarat ini tidak mudah dan harus ada dalam setiap diri pemimpin. Keempat syarat ini harus ummat atau rakyat yang menilainya, apakah ada pada diri seseorang, apa bila ada maka ummat atau rakyat yang memilihnya menjadi pemimpin.

Jika ada pada diri seseorang yang empat syarat ini maka layaklah seseorang itu menjadi pemimpin. Tidak perlu seseorang itu minta dipilih menjadi pemimpin, cukup seseorang itu memenuhi syarat yang empat itu. Empat syarat itu harus dimiliki dan harus dinilai ummat atau rakyat bahwa seseorang itu memiliki atau tidak empat syarat tersebut. Apa bila tidak dimiliki maka ummat atau rakyat tidak akan

memilihnya menjadi pemimpin.

Empat syarat ini mutlak harus dimiliki calon pemimpin maka dalam ajaran Islam melarang seseorang meminta dirinya untuk dipilih menjadi pemimpin. Tidak dibenarkan meminta-minta untuk dipilih menjadi pemimpin. Tidak boleh mencalonkan diri dan yang dibenarkan dalam ajaran Islam adalah dicalonkan atau dipilih ummat atau rakyat karena ummat atau rakyat menilai seseorang itu layak menjadi seorang pemimpin.

Pemimpin yang dimaksud Nabi Muhammad SAW itu adalah pemimpin yang terkait dengan pemimpin ranah publik yakni mulai dari kepala desa (Lurah), bupati (wali kota), gubernur, legislatif, DPD ataupun presiden. Ajaran Agama Islam sudah

memberikan petunjuk yang jelas mengenai bagaimana mencari dan memilih pemimpin, baik melalui ayat ayat dalam Al Qur'an maupun hadits hadits Nabi

Muhammad SAW.

Allah SWT dalam surat Ali Imran ayat 28 yang artinya, "Janganlah orang mukmin mengambil orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa) Nya. Dan hanya kepada Allah kembali (mu)."

Siapa yang dipilih calon pemimpin menurut Agama Islam ditegaskan Allah SWT lagi dalam Al Qur'an Surat An Nisa ayat 144 yang artinya, "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu)?"

Peringatan Allah SWT ini cukup tegas dalam Al Qur'an Surat Al Maidah ayat 51 yang artinya, "Hai orang-orang

yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang lalim."

Dari hadist dan firman Allah SWT ini dalam memilih calon pemimpin menurut ajaran Agama Islam cukup jelas dan tegas, tinggal lagi bagaimana implementasinya dalam kehidupan ummat Islam sehari-hari. Hal ini penting karena pemimpin menjadi penentu dalam kehidupan ummat Islam sehari-hari dan ummat Islam harus mengetahui dengan baik dan benar tentang kepemimpinan dan tentang tata cara memilih pemimpin

menurut ajaran Agama Islam.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

jelas. Politik hukum yang paling utama adalah meningkatkan posisi tawar konsumen tanpa harus mengabaikan kepentingan pelaku usaha. Oleh karena itu, kehadiran UUPK dapat melahirkan

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan diketahui bahwa penerapan prinsip otonomi di PT.Trisakti Cipta Nusantara ialah mengenai penerapan kebebasan yang

menata moralitas bangsa yaitu mampu menghantarkan manusia menjadi orang yang bertaqwa dan beriman kepada Allah SWT dengan prinsip am ar ma ’ruf dan nahi munkar,

15 Yang penulis maksud Kebebasan beragama itu adalah prinsip yang mendukung kebebasan individu atau masyarakat, untuk menerapkan agama atau kepercayaan mereka dalam

Ornop berpendapat bahwa Undang-undang Yayasan harus memiliki suatu paradigma yang terdiri dari prinsip-prinsip sebagai berikut: Pertama , prinsip Kebebasan Berorganisasi

Abdul Mannan berpendapat prinsip fundamental yang harus selalu diperhatikan dalam proses produksi adalah kesejahteraan ekonomi, konsep kesejahteraan ekonomi dalam islam terdiri

Prinsip Kaidah Agama Seperti yang kita ketahui,semua agama pasti memiliki prinsip kaidah agama,tetapi tidak semua agama memiliki persamaan prinsip yang sama, ada beberapa agamayang

Jawaban Hubungan manusia dan alam semesta ialah kesatuan yang tidak terpisahkan, manusia sebagai khalifah Allah di bumi perlu agama dan IPTEK untuk memberikan kemudahan dan kenyamanan