• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAMPAK PERUBAHAN STATUS RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) TERHADAP KUALITAS PELAYANAN (Studi di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Karanganyar)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "DAMPAK PERUBAHAN STATUS RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) TERHADAP KUALITAS PELAYANAN (Studi di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Karanganyar)"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

DAERAH (RSUD) TERHADAP KUALITAS PELAYANAN

(Studi di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Karanganyar)

SKRIPSI

Disusun untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi

Syarat-syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Sosial

Universitas Sebelas Maret

Di susun oleh :

Sularti Yuli Amintasih

D 0106093

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi

Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Pembimbing

(3)

commit to user

iii

Skripsi ini Telah Diuji dan Disahkan Oleh Panitia Ujian Skripsi

Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Pada hari :

Tanggal :

Panitia Penguji :

1. Drs. Marsudi, M.S (………..)

NIP. 195508231983031001 Ketua

2. A.W. Erlin Mulyadi, S.Sos, MPA (………..)

NIP. 197406012008012016 Sekretaris

3. Drs. Susartono, S.U (………..)

NIP. 194607141979031001 Penguji

Mengetahui

Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

(4)

commit to user

iv

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”

(QS. Alam Nasyrah : 6)

”Kepuasan terletak pada usaha, bukan pada hasil. Berusaha dengan keras

adalah kemenangan yang hakiki.”

(Mahatma Gandhi)

”Tidak ada kesuksesan tanpa pengorbanan.”

(Filsuf)

“Manfaatkan waktu yang ada dengan sebaik-baiknya sebelum datang

penyesalan”

(5)

commit to user

v

Kupe

rsembahkan Skripsi ini untuk ….

1. Bapakku Ngadimin Harjito & Ibuku Paryanti, terima kasih atas

segala doa dan kasih sayang yang tiada terputus selama ini

2. Kakakku Ari Septianto, ST yang selalu memotivasi untuk segera

menyelesaikan skripsi

3. Eyang putriku Somo Rejo

4. Bayu terima kasih buat semangatnya

5. Sahabat-sahabat sejatiku

(6)

commit to user

vi

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillaah, segala puji bagi Allah SWT, Tuhan Semesta Alam,

yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan Skripsi ini yang berjudul “DAMPAK PERUBAHAN STATUS

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) TERHADAP KUALITAS

PELAYANAN (Studi di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Karanganyar).

Shalawat serta salam tertuju dan tercurahkan atas junjungan kita Nabi Muhammad

SAW yang diutus sebagai imam dan rahmat bagi seru sekalian alam. Semoga

tercurah juga atas keluarga dan para sahabatnya, amin.

Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah

memberikan bantuan, doa, dukungan dan semangat, baik moril maupun materiil

kepada :

1. Bapak Drs. Susartono, S.U selaku Pembimbing Skripsi yang telah memberi

pengarahan dengan sabar dan senantiasa melonggarkan waktu dalam

memberikan bimbingan selama ini.

2. Bapak Drs. Priyanto Susiloadi, M.Si selaku Pembimbing Akademik yang telah

membimbing penulis selama menempuh studi.

3. Bapak Drs. H. Supriyadi, SN. SU selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Bapak Drs. Sudarto, M.Si selaku Ketua Program S1 Reguler Ilmu

(7)

commit to user

vii

pengetahuan dan pemikirannya selama penulis menempuh studi.

6. Bapak dr. Maryadi selaku Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten

Karanganyar.

7. Bapak Sutarto, SE selaku Kasubbag Umum dan Rumah Tangga Rumah Sakit

Umum Daerah Kabupaten Karanganyar.

8. Bapak Sutarto, S.Sos, M.Si selaku Kasubbag Kepegawaian Rumah Sakit

Umum Daerah Kabupaten Karanganyar.

9. Bapak Suwardi Aris I, SE, MM selaku Kepala Seksi Perbendaharaan dan

Akuntansi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Karanganyar.

10.Ibu Asih Pujiarti selaku Bendahara Penerima Pendapatan Rumah Sakit Umum

Daerah Kabupaten Karanganyar.

11.Semua pihak yang belum sempat disebutkan, yang telah membantu penelitian

dan penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna

sehingga kritik dan saran yang membangun akan penulis terima dengan terbuka

untuk perbaikan skripsi ini ke depannya. Semoga skripsi ini berguna bagi

pengebangan dan penelitian selanjutnya serta bermanfaat bagi para pembaca.

Surakarta, Juli 2010

Penulis

(8)

commit to user

viii

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xi

ABSTRAK ... xii

ABSTRACT ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah …...………..………. .. 4

C. Tujuan Penelitian ……….………... .. 5

D. Manfaat Penelitian ………..………... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjauan Pustaka ...………... 6

1. Perubahan Organisasi ... 6

2. Badan Usaha Milik Daerah dan Badan Layanan Umum Daerah ... 11

3. Kualitas pelayanan publik ... 16

(9)

commit to user

ix

A. Jenis Penelitian……….. 25

B. Lokasi Penelitian …...…………....………...……….…….. 25

C. Teknik Penentuan Informan ... 26

D. Sumber Data ... 26

E. Teknik Pengumpulan data ....………...……….…... 27

F. Teknik Analisis Data ...…...……... 28

G. Validitas Data ... 29

H. Deskripsi Lokasi... 30

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kualitas Pelayanan Kesehatan RSUD Kabupaten Karanganyar 1. Prosedur Pelayanan... 36

2. Kemampuan Petugas... 41

3. Fasilitas Pelayanan... 44

B. Dampak Perubahan Status terhadap Kualitas Pelayanan 1. Prosedur Pelayanan... ..…... 48

2. Kemampuan Petugas ... 52

3. Fasilitas Pelayanan ... 55

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ………... 62

B. Saran ………... 64

DAFTAR PUSTAKA

(10)

commit to user

x

Gambar : Halaman

1.1 Bagan Kerangka Berpikir ………. 24

1.2 Skema Model Analisis Interaktif ……….. 29

1.3 Struktur Organisasi RSUD Karanganyar saat BUMD……..……… 34

1.4 Struktur Organisasi RSUD Karanganyar saat BLUD……..……… 35

(11)

commit to user

xi

Tabel : Halaman

1.1 Jumlah kamar, tempat tidur dan tarif pelayanan rawat inap

RSUD Karanganyar ………... 33

(12)

commit to user

xii

SULARTI YULI AMINTASIH. DAMPAK PERUBAHAN STATUS RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) TERHADAP KUALITAS PELAYANAN (Studi di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Karanganyar). Jurusan Ilmu Administrasi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sebelas Maret. 2010.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah mendorong pemerintah untuk mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (BLU). Peraturan ini dimaksudkan untuk memangkas ketidakefisien pengambilan keputusan dalam organisasi publik. Peraturan Pemerintah mengenai BLU tersebut menjadi alasan utama organisasi publik di Indonesia termasuk Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Karanganyar untuk merubah status dari Badan Umum Milik Daerah (BUMD) menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan tujuan untuk mengetahui dampak perubahan status RSUD Kabupaten Karanganyar terhadap kualitas pelayanan. Teknik penentuan informan dilakukan menggunakan teknik

snowball sampling, dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara dan studi dokumentasi. Analisa data dilakukan menggunakan teknik analisis interaktif, dan validitas data menggunakan triangulasi data.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pelayanan di RSUD Karanganyar dinilai dari tiga indikator yaitu prosedur pelayanan, kemampuan petugas, dan fasilitas pelayanan pada saat berstatus sebagai BUMD dan BLUD tidak menunjukkan perubahan yang berarti. Prosedur pelayanan masih sederhana, persyaratan mudah dan biaya pelayanan murah dan terjangkau oleh masyarakat. Pada indikator kemampuan petugas walaupun ada peningkatan, masih ditemui petugas yang kurang disiplin, kurang cepat dalam pelayanan dan kurang ramah. Kenyamanan fasilitas pelayanan sudah dilengkapi dengan komputer dan intranet (termasuk billing system), tetapi aspek kenyamanan fasilitas ini masih menjadi keluhan oleh sebagian pengunjung. Dengan kata lain, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perubahan status BUMD menjadi BLUD pada RSUD Kabupaten Karanganyar tidak menunjukkan dampak yang signifikan terhadap kualitas pelayanan.

(13)

commit to user

xiii

Sularti Yuli Amintasih. The Impacts of Status Change of Local Public Hospital on Its Service Quality (A Study on Karanganyar Regency’s Local Public Hospital). Faculty of Social and Political Sciences . Universitas Sebelas Maret . 2010.

The Act No. 32/2004 about Local Government encourages the government to release the Governmental Regulation No. 23/2005 about the Financial Management of Public Service Agency (BLU). This regulation is intended to minimize the inefficiency of decision making in the public organization. This government regulation leads many public organizations including the Karanganyar Regency’s Local Public Hospital change their status from the Local Government-owned Agency (BUMD) into Local Public Service Agency (BLUD).

This study is a qualitative research conducted to find out the impacts of the status change of Karanganyar Regency’s Local Public Hospital on its quality service. The informants’ selection technique used was snowball sampling, while techniques of collecting data employed were interview and documentary study. Data was analyzed using the interactive analysis technique, and the data validity was tested using data triangulation.

The result of the study shows that the service quality of Karanganyar’s local public hospital assessed from three indicators: service procedure, personnel competency, and service facility between when its status was BUMD and now is BLUD is almost the same. The service procedure is understandable, with simple requirements and affordable as the cost of the service is considerably cheap. The personnel competences increase although it is still found those who are undiscipline, a bit slow in service, and unfriendly. The service facilities have been completed with computer and intranet (i.e, billing system), however it is still found some claims about the uncomfort facilities of the services by users. In other words, the result of this study shows that the status change of Karanganyar’s local public hospital shows no significant impacts on its service quality.

(14)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam era globalisasi dewasa ini salah satu tantangan besar yang

dihadapi oleh pemerintah adalah bagaimana menampilkan aparatur yang

profesional, memiliki etos kerja yang tinggi, keunggulan kompetitif dan

kemampuan memegang teguh etika birokrasi dalam menjalankan tugas dan

fungsinya. Tantangan tersebut merupakan hal yang beralasan mengingat secara

empirik masyarakat menginginkan agar aparat pemerintah dalam menjalankan

tugas-tugasnya dapat bekerja secara optimal yang akhirnya dapat memberikan

pelayanan yang terbaik terhadap masyarakat.

Tumpuan dan harapan itu lebih tertuju pada aparatur pemerintah

mengingat pemerintah merupakan organisasi publik yang bertugas untuk

memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pemerintah pada hakikatnya ialah

pelayan publik yang kemudian meniliki kepanjangan tangan berwujud

organisasi publik untuk mewujudkan fungsi-fungsinya sebagai penyelenggara

pelayan bagi kepentingan publik. Kehadiran organisasi publik sangatlah

diperlukan bagi penyelenggara pemerintahan di suatu negara. Pengalaman dan

pengamatan sejarah birokrasi menunjukkan bahwa selama ini birokrasi di

Indonesia belum mampu memberikan pelayanan publik yang maksimal karena

(15)

commit to user

Kualitas pelayanan publik yang kurang memuaskan selalu menjadi

keluhan masyarakat sampai sekarang. Masyarakat masih banyak yang

mengeluhkan tentang pelayanan yang lama dan berbelit-belit seta mahalnya

harga pelayanan, padahal pada hakikatnya pelayanan publik dirancang dan

diselenggarakan untuk memudahkan memenuhi kebutuhan masyarakat. Sebagai

contoh Ombudsman Republik Indonesia melaporkan tahun 2008 menerima

1.244 laporan dari masyarakat tentang keluhan pelayanan publik yang

dilaporkan meliputi tindakan sewenang-wenang (18,99 %), tidak menangani

(12,93 %), bertinak tidak adil (11,72 %), penyimpangan prosedur (11,52 %),

permintaan imbalan uang atau korupsi (7,27 %),tidak kompeten (6,06 %),

melalaikan kewajiban (5,86 %), bertindak tidak layak (4,44 %), dan penyalahan

wewenang (2,42 %), Lainnya soal keberpihakan nyata, persekongkolan, dan

sebagainya (www.cilacap-online.com).

Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah salah

satunya adalah pelayanan dalam bidang kesehatan. Untuk mewujudkan tujuan

pelayanan pemerintah dalam bidang kesehatan maka pemerintah membangun

sarana prasarana pendukung antara lain rumah sakit. Rumah sakit sebagai salah

satu lembaga pelayanan publik dalam bidang kesehatan dituntut untuk mampu

memberikan pelayanan yang memuaskan bagi masyarakat serta untuk

peningkatan kualitas pelayanannya secara terus menerus dan

(16)

commit to user

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Karanganyar sebagai salah

satu pelayanan publik dalam bidang kesehatan merupakan rumah sakit umum

yang menjadi rujukan di Kabupaten Karanganyar. Rumah sakit ini diharapkan

mampu menangani berbagai keluhan permasalahan kesehatan warga

Karanganyar dan sekitarnya untuk memperoleh layanan kesehatan mereka.

Tetapi sudah menjadi fenomena yang umum jika pelayanan rumah sakit milik

pemerintah ini menuai keluhan dari masyarakat. Salah satu kasus ditemukan

bahwa pelayanan yang diberikan oleh pihak rumah sakit dianggap kurang

memuaskan. Bupati Karanganyar Rina Iriani mengeluhkan tentang pelayanan

yang diberikan RSUD tersebut kepada masyarakat. Sebagaimana diberitakan

dalam harian Suara Merdeka CyberNews (www.suaramerdeka.com), pada saat

inspeksi mendadak (sidak) yang dilakukan di RSUD Karanganyar tanggal 12

Januari 2009 , Bupati menyampaikan teguran kepada direktur mengenai

kesiapan petugas saat jam pelayanan serta mengusulkan penggantian pegawai.:

“...Dari 82 karyawan, yang hadir tidak sampai dua pertiga. Yang mengenaskan, justru Kepala Bagian Kepegawaian malah tidak hadir sampai upacara selesai.

Saat meninjau klinik, lagi-lagi belum ada dokter yang siap memberikan pelayanan kepada pasien. Padahal saat sidak pekan lalu, masyarakat sudah mengeluhkan dokter yang selalu datang siang, sehingga pelayanan baru bisa diberikan di atas pukul 10.00”

Berdasarkan kasus tersebut maka dapat dijadikan pertimbangan

bahwa meskipun rumah sakit tersebut sebagai rumah sakit terbesar di

Kabupaten Karanganyar namun dari segi pelayanan, rumah sakit tersebut

(17)

commit to user

Pelayanan yang diberikan oleh pihak rumah sakit masih terkesan lama dan

kurang tanggap terhadap kebutuhan pasien. Jika pelayanan kesehatan yang

diberikan kepada masyarakat bawah kurang memuaskan, maka ukuran pula

kualitas pelayanan kesehatan secara keseluruhan juga terkesan tidak baik.

Sejalan dengan tuntutan peningkatan kualitas pelayanan serta adanya

Undang-Undang yang berlaku sejak 21 April 2009 maka RSUD Karangnyar

berubah statusnya dari Badan Umum Milik Daerah (BUMD) menjadi Badan

Layanan Umum Daerah (BLUD). Badan Layanan Umum bertujuan untuk

meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat untuk mewujudkan

penyelenggaraan tugas-tugas pemerintah dan/atau pemerintah daerah dalam

memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa (pasal 3

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman

Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum). Perubahan status

rumah sakit seiring dengan salah satu tujuannya untuk meningkatkan kualitas

pelayanan, yang menjadi alasan peneliti untuk melakukan studi mengenai

dampak perubahan status tersebut terhadap kualitas pelayanan.

B. Rumusan Masalah

Berdasar pada uraian latar belakang diatas, masalah penelitian ini

dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana dampak perubahan status Rumah Sakit

(18)

commit to user

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Operasional

Untuk mengetahui dampak perubahan status rumah sakit umum daerah

terhadap kualitas pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Karanganyar.

2. Tujuan Individual

Untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan di

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

D. Manfaat penelitian

1. Agar hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi Rumah Sakit Umum

Daerah Kabupaten Karanganyar khususnya dan rumah sakit lain pada

umumnya sebagai bahan pertimbangan yang konstruktif bagi peningkatan

kualitas pelayanan di rumah sakit.

2. Penelitian diharapkan bermanfaat bagi upaya aplikasi atas teori-teori

Administrasi Negara atas permasalahan pelayanan publik.

3. Sebagai bahan pertimbangan dan pengembangan penelitian dengan tema,

(19)

commit to user

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A. Tinjauan Pustaka

1. Perubahan Organisasi

Pengertian perubahan secara umum yaitu transformasi dari

keadaan sekarang menuju keadaan yang diharapkan di masa yang akan

datang, dengan keadaan yang lebih baik daripada sekarang ini (Wibowo

2006). Perubahan haruslah menunjukkan sesuatu yang berbeda dari

keadaan yang sebelumnya,jika tidak ada perbedaan (pergeseran) maka itu

bukan berarti suatu perubahan. Dan perubahan tersebut dapat terjadi

dimanapun. Perubahan juga dijelaskan oleh Pasmore 1994 (dalam Wibowo

2006) bahwa perubahan berarti kita harus mengubah dalam cara

mengerjakan atau berfikir tentang sesuatu yang menjadi mahal dan sulit.

Dalam proses pengembangan suatu organisasi yang kuat

diperlukan adanya suatu perubahan-perubahan dalam pola perilaku dari

banyak kelompok maupun dari individu organisasi tersebut. Kinerja

organisasi yang berhasil tidak hanya akibat dari rapinya rencana tersebut

tetapi juga akibat dari adanya perubahan pimpinan organisasi untuk

merubah perilaku manajemen mereka sesuai dengan tujuan organisasi.

Penerimaan sikap baru dan keterampilan baru dari pimpinan akan

menimbulkan budaya baru yang dan akan mempengaruhi kinerja organisasi

(20)

commit to user

Proses perubahan menurut Veithzal Rivai (2007) meliputi faktor

internal dan faktor ekternal yaitu: membantu pemikiran karyawan,

alasan-alasan dan penampilan dengan cara-cara baru. Perubahan itu dilakukan

tidak hanya dari segi struktur dan budaya organisasi tetapi juga perubahan

dalam hal nilai dan norma dalam budaya organisasi tersebut. Definisi lain

mengenai perubahan juga dikemukakan oleh Potes dan LaMarsh (dalam

Wibowo, 2006) menyebutkan bahwa:

“Perubahan merupakan pergeseran dari keadaan sekarang suatu organisasi menuju pada keadaan yang diinginkan di masa depan. Perubahan dari sekarang tersebut dilihat dari sudut struktur, proses, orang, dan budaya”.

Perubahan terjadi karena ada perbedaan dari cara mengerjakan

sesuatu atau cara berfikir meskipun lebih mahal dan sulit (Pasmore, dalam

Wibowo 2006) . Oleh karena itu diperlukan perubahan yang diinginkan,

dan untuk melakukan suatu perubahan Veithzal Rivai (2007) menyebutkan

diperlukan empat hal sebagai suatu indikator perubahan yaitu: apa yang

sebenarnya terjadi saat ini; apa yang akan terjadi di masa mendatang jika

perubahan tidak terjadi; apa yang diinginkan oleh orang-orang tentang

kondisi yang akan dating; dan bagaimana perubahan itu dilakukan dari

kondisi saat ini ke kondisi ideal di masa mendatang.

Sondang P Siagian (1998) menjelaskan bahwa adanya

perubahan disebabkan oleh pemicu berikut ini:

1. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat akan

(21)

commit to user

ini akan berakibat semakin banyak pula kebutuhan yang harus dipenuhi

oleh manusia agar ia tidak ketinggalan perkembangan zaman. Dan

untuk memecahkan permasalahan yang timbul tersebut maka

dibutuhkan teori-teori yang baru pula.

2. Dengan semakin kompleknya permasalahan yang timbul maka akan

semakin menuntut pendekatan lintas ilmu dengan memanfaatkan teori,

konsep, dalil, dan rumus ilmiah.

Suatu organisasi yang tidak menyesuaikan dengan perubahan

lingkungan akan mengalami kemandegan dan tidak dapat eksis lagi. Oleh

karena itu agar organisasi tetap hidup perlu mengadakan penyesuaian

dengan tuntutan kebutuhan masyarakat yang dilayani dan pesaing. Tuntutan

akan perubahan tersebut dapat merupakan respon terhadap

permasalahan-permasalahan social dan kebutuhan organisasi. Hal ini sesuai dengan

pendapat dari Maryann Amodeo, Michael A. Ellis, Jonna Hopwood, dan

Laura Derman (2007) bahwa :

To respond to emerging social problems, envolving community needs, and fluctuations in funding, human service organizations need mechanisms for designing, implementing, and solidifying agency-wide change..”.

Robbins (dalam Wibowo, 2006) menyampaikan bahwa tujuan

dari suatu perubahan ialah untuk memperbaiki kemampuan organisasi

untuk menyesuaikan dengan perubahan lingkungan dan di sisi lain

mengupayakan perubahan perilaku karyawan. Untuk melakukan suatu

(22)

commit to user

perubahan dapat terproses dengan baik. Seperti yang disampaikan oleh

Veithzal Rivai (2007) bahwa tahapan perubahan yaitu:

a. Pencairan yang artinya bahwa berusaha untuk menghilangkan budaya

yang lama untuk diganti dengan budaya yang baru yang sesuai dengan

perubahan yang diinginkan. Ide-ide atau praktek yang baru harus

dikenalkan pada tahap ini.

b. Perubahan, yaitu yang mana adanya proses budaya yang baru yang

diterapkan harus bisa dipraktekan oleh para karyawan. Para karyawan

harus mempraktekkan budaya baru tersebut walaupun sering kali pada

tahap ini para karyawan masih bingung dengan hal-hal yang baru.

c. Pembekuan ulang yang artinya apa yang telah dipelajari diintegrasikan

ke dalam praktik nyata. Agar ide-ide baru dapat diterima secara

intelektual, praktik-praktik baru harus disatukan ke dalam tingkah laku

karyawan sehari-hari.

Beberapa langkah perubahan organisasi dikenal dengan “Model

Perubahan Tiga Langkah Lewin” (LAN 2007). Tahap perubahan tersebut

adalah adanya pelelehan status quo yang mana merupakan upaya dari suatu

kelompok untuk merubah kebiasaan agar supaya tujuan organisasi bisa

tercapai, adanya gerakan bertindak untuk berubah ke dalam budaya yang

baru, serta pembekuan ulang yaitu budaya yang baru harus bisa

(23)

commit to user

Suatu program perubahan dapat berhasil apabila dapat

ditunjukkan oleh adanya peningkatan efektivitas organisasi, manajemen

yang lebih baik, terwujudnya komitmen, berkembangnya semangat

kerjasama, peningkatan kemampuan berkomunikasi, pemeliharaan iklim

kerja, berkurangnya perilaku disfungsional, tumbuhnya kesadaran, dan

kemampuan organisasi (LAN, 2007). Perubahan itu sangatlah penting

dalam kelangsungan suatu organisasi terutama organisasi pelayanan publik.

Perubahan suatu organisasi juga bisa disebabkan oleh adanya

perubahan aturan yang dipakai sebagai dasar pengelolaan. Patrick Dawson

(2003) mengemukakan bahwa faktor pemicu internal perubahan organisasi

antara lain adalah undang-undang dan peraturan pemerintah (the external

factors of ornizational changes include government laws and regulations).

Perwujudan mngenai hal ini di Indonesia, misalnya dengan adanya

Undang-Undang tentang otonomi daerah membuat pemerintah daerah

harus melakukan banyak penyesuaian khususnya dalam pengelolaan

keuangan maupun penganggarannya. Pemberian otonomi dimaksudkan

untuk mempercepat proses terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui

peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Dengan

otonomi daerah diharapkan pemerintah daerah mampu meningkatkan daya

saing, melalui prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan dalam

pembangunan, meningkatkan daya guna potensi dan keanekaragaman

(24)

commit to user

Dari paparan di atas dapat dipahami bahwa suatu organisasi

harus dapat menyesuaikan dengan segala perubahan yang terjadi. Di

Indonesia, salah satu hal yang mengawali perubahan suatu organisasi

adalah sistem otonomi daerah sesuai dengan UU yang berlaku. Salah satu

perwujudan perubahan tersebut yaitu perubahan status organisasi publik,

termasuk rumah sakit, yang semula berstatus sebagai Badan Usaha Milik

Daerah (BUMD) berubah menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).

Perubahan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) berubah

menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) dimaksudkan untuk

memangkas rantai birokrasi agar dalam mengambil keputusan lebih cepat

(swakelola) sehingga tidak perlu lagi meminta pertimbangan pemerintah

daerah. Dengan demikian, perubahan status menjadi BLUD ditujukan untuk

meningkatkan pelayanan menjadi lebih prima.

2. Badan Usaha Milik Daerah dan Badan Layanan Umum Daerah

Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) adalah badan usaha atau

perusahaan-perusahaan daerah yang dimiliki oleh pemerintah daerah. Dasar

hukum pembentukan BUMD adalah berdasarkan UU No 5 tahun 1962

tentang perusahaan daerah. UU ini kemudian diperkuat oleh UU No 5 tahun

1974 tentang pokok-pokok pemerintahan daerah (Nota Keuangan RAPBN,

1997/1998). Peranan BUMD adalah menunjang pelaksanaan pembangunan

(25)

commit to user

pendapatan asli daerah. Tujuan dibentuknya BUMD adalah untuk

melaksanakan pembangunan daerah melalui pelayanan jasa kepada

masyarakat, penyelenggara kemanfaatan umum, dan peningkatan

penghasilan pemerintah daerah (www.m.detik.com) . Dengan demikian

peranan BUMD sangat penting dalam pembangunan daerah.

Namun demikian, dengan status BUMD maka suatu organisasi

dalam pengambilan keputusannya akan bergantung pada pemerintah daerah.

Kondisi ini dalam beberapa aspek merupakan kendala pengembangan

peningkatan pelayanan publik. Untuk mempertahankan eksistensi kualitas

pelayanan publik dalam menjawab tuntutan masyarakat maka salah satu

upaya dan strategi penting yang dilakukan dalam meningkatkan kualitas

pelayanan ialah melalui standarisasi atau akreditasi. Standarisasi atau

akreditasi merupakan pengakuan resmi dari pemerintah yang diberikan

kepada organisasi publik yang telah memenuhi standart pelayanan.

Akreditasi akan menjadi kriteria kelayakkan suatu organisasi publik dalam

pemenuhan standar pelayanan.

Paradigma baru pengelolaan keuangan negara (seperti yang

disetujui dalam sidang paripurna DPR tanggal 21 Juni 2004) setidaknya

mengandung tiga kaidah manajemen keuangan negara, yaitu: orientasi pada

hasil, profesionalitas serta akuntabilitas dan transparansi Paradigma ini

dimaksudkan untuk memangkas ketidakefisienan pemerintah yang selama

(26)

commit to user

tidak efektif. Padahal dalam manajemen modern unit pemerintahan harus

profesional, akuntabel, dan transparan. Untuk memangkas ketidakefisian

tersebut maka pemerintah mentransformasikan unit kegiatannya sebagai

unit yang otonom, yaitu dengan mengeluarkan Peraturan Pemerintah

Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan

Keuangan Badan Layanan Umum (BLU). Peraturan Pemerintah ini

mendorong banyak organisasi publik daerah untuk merubah status menjadi

Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). Status BLUD akan memberikan

keleluasaan untuk merencanakan, mengelola, dan mengendalikan semua

urusan internal sehingga pengambilan keputusan lebih fleksibilitas. Status

BLUD juga memberikan kebebasan dalam menyusun kegiatan atau

program yang ada dalam renstra. Dengan status BLUD, standar atau

akreditasi organisasi akan mengacu pada kriteria kelayakan, misalnya dalam

hal keuangan mengacu pada Pola Pengelolaan Keuangan BLUD.

Pengertian mengenai BLUD menurut pasal 1 Permendagri No

61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan

Layanan Umum Daerah dijelaskan sebagai berikut:

(27)

commit to user

BLUD mempunyai tujuan untuk meningkatkan kualitas

pelayanan kepada masyarakat untuk mewujudkan tugas-tugas pemerintah

dan/atau pemerintah daerah dalam memajukan kesejahteraan umum dan

mencerdaskan kehidupan bangsa (pasal 3 Permendagri No 61 Tahun 2007

tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum

Daerah). BLUD memiliki beberapa karakteristik yaitu:

(http://www.hukum.jogja.go.id):

1. Berkedudukan sebagai lembaga pemerintah yang tidak dipisahkan dari

kekayaan Negara;

2. Menghasilkan barang dan/atau jasa yang diperlukan masyarakat;

3. Tidak bertujuan untuk mencarai laba;

4. Dikelola secara otonom dengan prinsip efisiensi dan produktivitas ala

korporasi;

5. Rencana kerja, anggaran dan pertanggungjawabannya dikonsolidasikan

pada instansi induk;

6. Penerimaan baik pendapatan maupun sumbangan dapat digunakan

secara langsung;

7. Pegawai dapat terdiri dari pegawai negeri sipil dan bukan pegawai

negeri sipil;

8. Badan Layanan Umum Daerah bukan subyek pajak.

Pelayanan BLUD terbagi menjadi tiga kelompok sesuai

(28)

commit to user

kegiatannya menyediakan barang atau jasa meliputi rumah sakit, lembaga

pendidikan, pelayanan lisensi, penyiaran, dan lain-lain; Kedua, BLUD yang

kegiatannya mengelola wilayah atau kawasan meliputi otorita

pengembangan wilayah dan kawasan ekonomi terpadu (Kapet); dan Ketiga

BLUD yang kegiatannya mengelola dana khusus meliputi pengelola dana

bergulir, dana UKM, penerusan pinjaman dan tabungan pegawai.

Standar Pelayanan Minimal BLUD seperti dalam bab VIII

pasal 56 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang

Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah

yaitu:

1. Fokus pada jenis pelayanan: pelayanan yang diberikan mengutamakan

kegiatan pelayanan yang menunjang terwujudnya tugas dan fungsi

sebagai Badan Layanan Umum Daerah. Pelayanan yang diberikan

adalah benar-benar pelayanan yang terarah kepada tugas dan fungsi

sebagai Badan Layanan Umum Daerah.

2. Terukur: pelayanan yang diberikan dapat dinilai pencapaiannya sesuai

dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Ukuran yang

dimaksud di sini adalah ukuran dari segi waktu, biaya,dll. Dengan

adanya ukuran tersebut dapat diketahui hasil pencapaiannya.

3. Dapat dicapai: kegiatan yang dilakukan adalah kegiatan yang nyata,

yang rasional, dan sesuai dengan pemanfaatannya sehingga tingkat

(29)

commit to user

kesehatan ada dan mudah ditemukan oleh masyarakat serta pelayanan

tersebut dapat dibutuhkan setiap saat oleh masyarakat sehingga jika

sewaktu-waktu masyarakat membutuhkan pelayanan kesehatan selalu

tersedia dan mendapatkan pelayanan sesuai dengan apa yang mereka

butuhkan saat itu.

4. Relevan dan dapat diandalkan: kegiatan pelayanan yang diberikan

merupakan kegiatan yang sesuai dengan tugas dan fungsi sebagai Badan

Layanan Umum Daerah sehingga dalam proses kegiatannya cepat dan

dapat dipercaya. Pelayanan hanya dibatasi pada hal-hal yang berkaitan

langsung dengan pencapaian sasaran pelayanan dengan tetap

memperhatikan keterpaduan antara persyaratan dengan produk

pelayanan.

5. Tepat waktu: adanya kesesuaian antara jadwal yang sudah ditentukan

dengan kegiatan pelayanan sehingga pemenuhan target dapat dicapai.

Kegiatan pelayanan dapat tercapai sesuai dengan rencana.

3. Kualitas Pelayanan Publik

Setiap pelayanan publik pasti mengutamakan kualitas

pelayanan, karena kualitas pelayanan akan berpengaruh terhadap kepuasan

pelanggan. Konsep kualitas sering dianggap sebagai ukuran relatif

kebaikan suatu produk atau jasa. Seperti yang terdapat dalam Kamus

(30)

commit to user

buruknya sesuatu. Oleh karena itu setiap orang mempunyai pandangan dan

pengertian kualitas yang berbeda tentang kualitas.

Sebagaimana dikemukakan oleh Goetsch dan Davis (dalam

Zulian Yamit, 2005) yang membuat definisi kualitas yang lebih luas

cakupannya, yaitu bahwa kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang

berhubungan dengan produk, jasa, manusia, dan lingkungan yang

memenuhi atau melebihi harapan. Pendekatan ini menegaskan bahwa

kualitas bukan hanya menekankan pada aspek hasil akhir yaitu produk

dan jasa tetapi juga menyangkut kualitas manusia , kualitas proses, dan

kualitas lingkungan. Jadi lebih ditekankan pada proses terbentuknya

produk dan terlaksananya proses sampai terdistribusinya produk tersebut

baik berupa jasa maupun benda.

Kualitas memiliki hubungan erat dengan kepuasan pelanggan.

Kualitas memberikan suatu dorongan kepada pelanggan untuk menjalin

ikatan hubungan yang kuat dengan perusahaan. Martin Reimann, Ulrich F.

Lünemann, dan Richard B. Chase (2008) mengutip pendapat Parasuraman,

Zeithaml, and Berry (1994) menyatakan bahwa “Customer satisfaction is

a key consequence of service quality and can determine the long-term

success of a service organization”. Hal senada juga dikemukakan oleh

Lukman dalam Harbani Pasolong (2008) yang menyebutkan bahwa:

(31)

commit to user

Pengertian pelayanan adalah melayani adalah membantu,

menyiapkan (mengurus) apa-apa yang diperlukan seseorang, meladeni,

sedangkan pelayanan adalah perihal atau cara melayani (Kamus Besar

Bahasa Indonesia, 1984). Pengertian pelayanan juga dikemukakan Endar

sugiarto (1999) yaitu:

“Pelayanan adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan orang lain ( konsumen, pelanggan, tamu, klien, pasien, penumpang, dan lain lain )yang tingkat pemuasannya hanya dapat dirasakan oleh orang yang melayani maupun yang dilayani”.

Moenir (2000) juga menyampaikan pengertian mengenai pelayanan

bahwa:

“Pelayanan umum adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan landasan faktor materiil melalui sistem, prosedur dan metode dalam rangka usaha memenuhi kepentingan orang lain sesuai haknya”.

Kualitas pelayanan diartikan sebagai pertimbangan global atau

sikap yang berhubungan dengan keunggulan dari suatu jasa pelayanan

atau pertimbangan konsumen tentang keunggulan secara keseluruhan atas

pelayanan yang diberikan (Fandy Tjiptono 2002). Kualitas pelayanan juga

merupakan tingkat keunggulan dari apa yang diharapkan sehingga kualitas

pelayanan itu mempertimbangkan pelayanan dengan harapan dan realita

(32)

commit to user

Lima dimensi pokok kualitas pelayanan publik (jasa) menurut

Parasuraman (dalam Fandy Tjiptono 2002):

1. Tangibles, atau bukti fisik yaitu kemampuan organisasi dalam

menunjang eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan dan

kemampuan sarana prasarana fisik perusahaan dan keadaan lingkungan

sekitarnya adalah bukti nyata dari pelayanan yang diberikan oleh

pemberi jasa. Yang meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, dan peralatan

yang digunakan serta penampilan pegawai.

2. Reliability atau kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan

sesuai dengan yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Kahandalan

berarti ketepatan waktu, pelayanan yang sama untuk semua pelangggan

tanpa kesalahan, sikap yang simpatik dan dengan akurasi yang tinggi.

3. Responsiveness atau ketanggapan untuk memberikan pelayanan yang

cepat dan tepat. Jadi dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan

tanpa harus menunggu perintahnya.

4. Assurance atau jaminan yaitu dalam pelayanannya harus menumbuhkan

rasa percaya dari pelanggan bahwa pelayanan yang diberikan adalah

aman, jauh dari bahaya dan resiko sehingga pelanggan dalam

menggunakannya akan lebih tenang.

5. Empathy yaitu memberikan perhatian yang sifatnya individual atau

pribadi kepada pelanggan melalui komunikasi yang baik, perhatian

(33)

commit to user

Menurut Lenvine (dalam Agus Dwiyanto 2005) menentukan

tiga indikator yang menentukan pengukuran kualitas pelayanan, yaitu: (1)

Responsiveness merupakan ketanggapan petugas dalam melayani

kebutuhan dan tuntutan pelanggan; (2) Responsibility merupakan ukuran

bahwa pelayanan yang diberikan sesuai dengan prinsip dan ketentuan yang

benar; (3) Accountability merupakan ukuran bahwa pelayanan yang

diberikan telah sesuai dengan kepentingan pengguna layanan dan norma

yang berlaku.

Sesuai dengan KepMen PAN Nomor 25 Tahun 2004 (dalam

Harbani Pasolong 2008) 14 unsur yang harus ada pada kriteria penilaian

kualitas pelayanan publik adalah sebagai berikut:

1) Prosedur pelayanan, yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang

diberikan kepada masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur

pelayanan.

2) Persyaratan pelayanan, yaitu persyaratan teknis dan administratif yang

diperlukan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis

pelayanannya

3) Kejelasan petugas pelayanan, yaitu keberadaan dan kepastian petugas

yang memberikan pelayanan (nama, jabatan, serta kewenangan dan

(34)

commit to user

4) Kedisiplinan petugas pelayanan. Yaitu kesungguhan petugas dalam

memberikan pelayanan terutama terhadap konsistensi waktu kerja

sesuai dengan ketentuan yang berlaku

5) Tanggung jawab petugas pelayanan, yaitu kejelasan wewenang dan

tanggung jawab dalam penyelenggaraan dan penyelesaian pelayanan

6) Kemampuan petugas pelayanan, yaitu tingkat keahlian dan

keterampilan yang dimiliki petugas dalam memberikan/menyelesaikan

pelayanan kepada masyarakat

7) Kecepatan pelayanan, yaitu target waktu pelayanan dapat terselesaikan

dalam waktu yang telah ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan

8) Keadilan mendapatkan pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan dengan

tidak membedakan golongan/status masyarakat yang dilayani

9) Kesopanan dan keramahan petugas, yaitu sikap dan perilaku petugas

dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan

ramah serta saling menghargai dan menghormati

10)Kewajaran dalam biaya pelayanan, yaitu keterjangkauan masyarakat

terhadap besarnya biaya yang ditetapkan oleh pelayanan

11)Kepastian biaya pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yang

dibayarakan dengan yang telah ditetapkan

12)Kepastian jadwal pelayanan, yaitu oelaksanaan waktu pelayanan,

(35)

commit to user

13)Kenyamanan lingkungan, yaitu kondisi sarana dan pra sarana

pelayanan yang bersih, rapi dan teratur sehingga dapat memberikan

rasa nyaman kepada penerima pelayanan

14)Keamanan pelayanan, yaitu terjaminnya tingkat keamanan lingkungan

unit penyelenggara pelayanan ataupun saran yang digunakan, sehingga

mayarakat merasa tenang untuk mendapatkan p terhadap resiko yang

diakibatkan pelaksanaan pelayanan pelayanan.

Dalam penelitian ini, penilaian kualitas pelayanan dilakukan

dengan mengacu pada kriteria KepMen PAN tersebut. Dari 14 kriteria

yang ada, di kelompokkan menjadi tiga karakteristik penilaian kualitas

pelayanan yaitu:

1. Prosedur pelayanan, meliputi prosedur; persyaratan; keadilan

mendapatkan pelayanan; kewajaran dalam biaya pelayanan; kepastian

biaya pelayanan; dan kepastian jadwal pelayanan,

2. Kemampuan Petugas, meliputi kejelasan petugas; kedisiplinan

petugas; tanggung jawab petugas; kemampuan petugas; kecepatan

petugas; kesopanan dan keramahan petugas,

3. Fasilitas pelayanan, meliputi kenyamanan lingkungan dan keamanan

(36)

commit to user

B. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran adalah landasan berfikir seseorang tentang

bagaimana menjelaskan suatu fakta atau hubungan antara faktor atau dapat

juga menjelaskan suatu variable atau hubungan antar variable dengan

mengacu pada landasan teori. Kerangka pemikiran penelitian ini dijelaskan

melalui alur berfikir sebagai berikut:

RSUD Karanganyar merupakan satu-satunya rumah sakit milik

pemerintah Kabupaten Karanganyar. Sesuai dengan tuntutan perubahan

publik dan sejalan dengan adanya otonomi daerah sesuai dengan UU yang

berlaku maka sebagai suatu organisasi mengalami perubahan status dari

Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) menjadi Badan Layanan Umum

Daerah (BLUD).Perubahan status RSUD Karanganyar menjadi Badan

Layanan Umum Daerah (BLUD) akan memberikan keleluasaan pihak

rumah sakit untuk merencanakan, mengelola, dan mengendalikan semua

urusan internal sehingga pihak rumah sakit bisa mengambil keputusan lebih

cepat (swakelola) karena tidak perlu lagi meminta pertimbangan pemerintah

daerah.

Perubahan status menjadi Badan Layanan Umum Daerah

(BLUD) memberikan keleluasaan bagi pihak pengelola rumah sakit dalam

setiap kegiatan pelayanan. Untuk mengetahui dampak perubahan status

terhadap kualitas pelayanan RSUD Karanganyar maka digunakan tiga

(37)

commit to user

Nomor 25 Tahun 2004 yang dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu

prosedur pelayanan, kemampuan petugas, dan fasilitas pelayanan.

Gambar 1.1 kerangka pemikiran Badan usaha milik

daerah (BUMD)

Badan layanan umum daerah (BLUD)

Kualitas Pelayanan: - Prosedur pelayanan - Kemampuan petugas - Fasilitas pelayanan Status

(38)

commit to user

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui secara jelas

mengenai dampak perubahan status rumah sakit umum daerah, yaitu dari

status Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) menjadi status Badan Layanan

Umum Daerah (BLUD). Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang lebih menekankan pada proes

penyimpulan deduktif dan induktif serta pada analisis tehadap dinamika

hubungan antarfenomena yang diamati dengan menggunakan logika ilmiah

(Saifuddin Azwar, 2005).

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUD Kabupaten Karanganyar.

Pemilihan lokasi tersebut berdasarkan pertimbangan sebagai berikut:

1. Adanya keluhan dari pasien atau pengunjung tentang pelayanan kesehatan

di RSUD Kabupaten Karanganyar saat menjadi Badan Usaha Milik Daerah

(harian Suara Merdeka CyberNews tanggal 12 Januari2009).

2. Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Karanganyar pada tanggal 21

April 2009 melakukan prubahan status menjadi Badan Layanan Umum

(39)

commit to user

Deskripsi lokasi penelitian ini sebagaimana dipaparkan pada bagian akhir

dalam bab ini.

C. Teknik Penentuan Informan

Dalam menentukan informan, peneliti menggunakan teknik

snowball sampling yaitu tehnik penentuan informan dimana peneliti

pertama-tama datang pada seseorang yang menurut pengetahuannya dapat dipakai

sebagai informan kunci (H.B Sutopo 1988). Selanjutnya informan tersebut

menunjukkan subyek lain sebagai informan baru yang dipandang lebih banyak

mengetahui tentang permasalahan yang diteliti, demikian seterusnya sampai

data yang diperoleh lengkap. Dalam penelitian ini, informan kunci adalah

direktur RSUD Karanganyar yang dalam pelaksanaannya melimpahkan

peneliti untuk menemui Kepala Sub Bagian kepegawaian. Infoman kunci ini

selanjutnya memberikan arahan untuk menemui informan selanjutnya yaitu

Kepala Perbendaharaan Keuangan, dan seterusnya secara bergulir kepada

bagian kasir rawat inap dua orang dan bagian rumah tangga. Masyarakat

sebagai pengguna jasa pelayanan juga dijadikan sumber informan. Informasi

dari masyarakat juga digunakan sebagai validitas data dengan triangulasi

sumber.

D. Sumber Data

1. Sumber data Primer

Data primer merupakan sejumlah keterangan atau fakta yang

(40)

commit to user

sumber di lapangan. Dalam penelitian ini data primer diperoleh melalui

wawancara dengan informan terpilih melalui tehnik snowball sampling.

2. Sumber data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sejumlah keterangan

atau fakta yang diperoleh secara tidak langsung yaitu melalui buku-buku

yang relevan, dokumen atau arsip RSUD, artikel dari surat kabar maupun

dari internet yang berkaitan dengan penelitian ini.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Kegiatan yang digunakan bila ingin mengetahui hal-hal dari

responden secara lebih mendalam dengan menanyakan tentang informasi

yang berkaitan dengan objek penelitian. Wawancara dilakukan dengan

mempersiapkan garis besar pertanyaan yaitu pedoman wawancara yang

akan diajukan kepada informan untuk memperoleh data yang sesuai dengan

penelitian ini. Pewawancara mengajukan pertanyaan pada pihak yang

diwawancarai mengenai perubahan status rumah sakit dari BUMD mnjadi

BLUD dan dampak yang dirasakan adanya perubahan tersebut.

2. Studi Dokumentasi

Pengumpulan data untuk penelitian ini juga dilakukan dengan cara

mencatat dari dokumen maupun asip-arsip RSUD Kabupaten Karanganyar

yang berhubungan dengan penelitian ini. Telaah dokumen dilakukan

(41)

commit to user

Peraturan Bupati Karanganyar Nomor 56 Tahun 2008 tentang tarif

pelayanan rumah sakit, rekapitulasi kegiatan pelayanan kesehatan RSUD

Karanganyar tahun 2009 dan 2010, struktur organisasi RSUD Karanganyar

berdasarkan PerDa Nomor 3 Tahun 2009, daftar karyawan RSUD

Karanganyar tahun 2010,dll.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan adalah dengan metode analisa

interaktif. Tiga komponen pokok dalam model analisis interaktif, menurut H.B

Sutopo (1988) meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan

kesimpulan. Data Reduction (reduksi data) merupakan proses seleksi,

pemfokusan, dan penyederhanaan data yang diperoleh di lapangan. Tahap ini

berlangsung terus-menerus dari tahap awal sampai tahap akhir penelitian.

Data display (penyajian data) merupakan sekumpulan informasi yang

memungkinkan suatu kesimpulan dapat diambil. Conclusion Drawing

(penarikan kesimpulan) merupakan suatu analisis data yang dilakukan

semakin lama semakin jelas.

Secara skematis, model analisis interaktif tersebut dapat

(42)

commit to user

Gambar 1.2

Model analisis interaktif

(sumber: HB Sutopo, Pengantar Penelitian Kualitatif: Dasar-Dasar Teoritis dan Praktis, Pusat Penelitian Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 1998. 37)

Data yang didapat dari lapangan akan dikelompokkan menjadi 2

yaitu data yang saat BUMD dan data yang setelah BLUD. Selanjutnya data

tersebut dianalisis sesuai dengan indikator yang digunakan dalam penelitian

ini (Kepmen PAN Nomor 25 Tahun 2004). Data yang sudah dianalisis

tersebut akan kelihatan bagaimanakah kualitas pelayanan saat BUMD dan

setelah BLUD, selanjutnya data tersebut akan diambil kesimpulannya

sehingga akan kelihatan dampak perubahan status terhadap kualitas pelayanan.

G. Validitas Data

Untuk menjamin kemantapan dan kebenaran dalam simpulan

maupun hasil penelitian maka digunakan pengujian data yang disebut

validitas data. Penyajian validitas data dalam penelitian ini dilakukan dengan Pengumpulan data

Reduksi data

Penarikan kesimpulan

(43)

commit to user

triangulasi data. Triangulasi data adalah data yang diperoleh dari data yang

satu diujikan kebenarannya dengan dibandingkan data sejenis yang diperoleh

dari sumber lain yang berbeda, baik kelompok sumber sejenis maupun yang

berbeda jenis (H.B Sutopo, 1988 ).Dalam penelitian ini, validatas data dengan

triangulasi data dilakukan dengan membandingkan data yang diperoleh untuk

diuji kebenarannya. Triangulasi dilakukan terhadap hasil wawancara dengan

informan dan hasil studi dokumntasi terkait serta dari kelompok pengguna jasa

yaitu pasien. Melalui triangulasi sumber ini, data dalam penelitian akan teruji

kevaliditasannya

H. Deskripsi Lokasi

Rumah Sakit Umum Daerah ini merupakan inti organisasi di

lingkungan kesehatan di Kabupaten Karanganyar karena rumah sakit ini

menjadi rumah sakit rujukan di Karanganyar. Rumah sakit ini terletak di

Jalan Laksda Yos Sudarso Bejen Karanganyar yang memiliki lahan seluas

51.680 m2 di kelurahan Bejen dan luas bangunan rumah sakit seluruhnya

8.653 m2. Dalam perkembangannya rumah sakit ini merubah statusnya dari

Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) menjadi Badan Layanan Umum Daerah

(BLUD). Visi RSUD Kabupaten Karanganyar saat masih menjadi BUMD

ialah bahwa RSUD Kabupaten Karanganyar sebagai Rumah Sakit Umum

Unggulan yang memberikan pelayanan kesehatan prima, mandiri, lengkap dan

terjangkau. Visi tersebut menjadi berubah setelah menjadi BLUD, yaitu

(44)

commit to user

Misi RSUD Kabupaten Karanganyar saat masih berstatus BUMD

adalah misi untuk menuju rumah sakit yang memiliki otonomi dalam

pengelolaannya sehingga dapat meningkatkan kualitas SDM. misinya adalah

sebagai beikut:

1. Pelayanan kesehatan bermutu, cepat, akurat dan aman.

2. Menuju Rumah Sakit Swadana dengan kualitas yang lengkap.

3. Menetapkan pola tarip yang terjangkau dengan subsidi silang.

4. Meningkatkan SDM (Sumber Daya Manusia).

Setelah menjadi BLUD misi RSUD Kabupaten Karanganyar

berubah dari misi menuju ke pengelolaan otonomi menjadi misi untuk

meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit dengan status BLUD tersebut.

Misinya adalah sebagai berikut:

1. Memberikan pelayanan kesehatan profesional.

2. Meningkatkan kompetensi dan komitmen sumber daya manusia.

3. Memenuhi sarana dan prasarana sesuai kebutuhan masyarakat.

4. Meningkatkan kemandirian, transparansi, dan akuntabel.

Motto pelayanan RSUD Kabupaten Karanganyar saat mnjadi

BUMD ialah memberikan pelayanan cepat, tepat, ramah, dan murah senyum.

Motto tersebut menunjukkan bahwa pelayanan yang diberikan dengan

mengutamakan kecepatan dan ketepatan serta sikap yang ramah dan murah

senyum kepada pelanggan. Tetapi, setelah menjadi BLUD motto pelayanan

(45)

commit to user

pasien. Pihak rumah sakit berusaha mengobati pasien sampai benar-benar

sehat baik sehat secara lahir maupun secara batin.

RSUD Karanganyar melayani berbagai macam jenis pelayanan

baik pelayanan umum dan pelayanan spesialis. Berbagai jenis pelayanan

tersebut meliputi pelayanan umum dan gigi; pelayanan medik spesialistik;

pelayanan penunjang medik; dan pelayanan penunjang non medik.

a. Pelayanan umum dan gigi

b. Pelayanan medik spesialistik terdiri dari pelayanan penyakit dalam; bedah;

kesehatan anak; kebidanan dan penyakit kandungan; syaraf; jiwa; penyakit

THT; mata; dan penyakit kulit.

c. Pelayanan penunjang medik terdiri dari laboratorium; radiologi; farmasi;

instalansi gawat darurat; trauma center; dan rehabilitasi medik.

d. Pelayanan penunjang non medik terdiri dari administrasi umum;

keuangan; rekam medik; dapur; laundry; ambulance; kamar jenazah; dan

konsultasi gizi (sumber: RSUD Karanganyar, 2009).

Banyaknya jenis pelayanan yang disediakan oleh RSUD

Karanganyar menyebabkan banyak pula jumlah karyawan yang dibutuhkan

untuk melayani pelanggan. Jumlah karyawan di RSUD Karanganyar sampai

pada April 2010 ini berjumlah 349 karyawan. Karyawan tersebut terdiri dari:

Struktural 10 orang; Fungsional 167 orang; Dokter 29 orang; Staf 101 orang;

(46)

commit to user

gizi 5 orang; Analisis kesehatan 10 orang; Rekam medik 11 orang; dan

Apoteker 20 orang (sumber: RSUD Karanganyar, 2010).

Perubahan status pada rumah sakit ternyata tidak diikuti dengan

adanya perubahan kapasitas tempat tidur pasien dan biaya pelayanan yang

ditentukan. Kapasitas tempat tidur sebanyak 153 tempat tidur dengan jumlah

kamar 57 kamar serta biaya perawatan yang diketahui sebagai berikut:

Tabel 1.1

Jumlah kamar, tempat tidur dan tarif kamar rawat inap

Kelas teladan (VIP) 10 TT 10 Kamar Rp 100.000,-

Kelas utama 17 TT 17 Kamar Rp 70.000,-

Kelas I 17 TT 5 Kamar Rp 40.000,-

Kelas II 72 TT 18 Kamar Rp 20.000,-

Kelas III 37 TT 7 Kamar Rp 15.000,-

Jumlah 153 TT 57 Kamar

(Sumber; RSUD Karanganyar , 2010)

Struktur Organisasi RSUD Karanganyar terjadi perubahan saat

BUMD maupun setelah BLUD. Ketika berstatus BUMD, pimpinan RSUD

Karanganyar adalah kepala rumah sakit, setelah BLUD dipimpin oleh direktur.

Dari strukturnya juga terlihat bahwa struktur organisasi setelah BLUD

menjadi lebih ramping dari sebelumnya. Berikut gambar struktur organisasi

(47)
(48)

commit to user

Ka. Bid. Pelayanan Medik & Keperawatan

Ka. Bid Penunjang Medik Non Medik dr. Kasyfi Hartati

(49)
(50)

commit to user

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada Bab ini akan dipaparkan mengenai hasil penelitian dan pembahasan

terkait dengan rumusan masalah penelitian yaitu dampak perubahan status RSUD

Karanganyar terhadap kualitas pelayanan.

A. Kualitas Pelayanan Kesehatan RSUD Kabupaten Karanganyar

Kualitas pelayanan dalam penelitian ini dinilai dari tiga indikator

yaitu prosedur pelayanan, kemampuan petugas, dan fasilitas pelayanan. Ketiga

indikator tersebut merupakan pengelompokan dari 14 indikator penilaian

kualitas pelayanan sesuai dengan KepMen PAN Nomor 25 Tahun 2004.

1. Prosedur Pelayanan

Dengan motto “Sehat adalah Keutamaan Kami”, pihak rumah

sakit selalu berupaya memberikan pelayanan yang terbaik kepada pasien

dengan bekerja keras mengobati pasien agar sampai benar-benar sembuh,

baik sembuh secara lahir dan batin. Prosedur pelayanan yang ada di RSUD

Karanganyar menunjukkan ada kemudahan dalam tahapan tersebut. Hal ini

ditunjukkan antara lain dengan adanya papan informasi alur pelayanan

yang dipasang di beberapa tempat. Apabila pengunjung kurang paham

dengan papan alur pelayanan tersebut, pengunjung bisa bertanya ke bagian

informasi yang tersedia di lobi depan masuk rumah sakit. Adanya

informasi tersebut akan memudahkan pengunjung khususnya pasien

(51)

commit to user

Selain itu di RSUD Karanganyar tersedia billing system untuk

mempercepat tahapan pelayanan kepada masyarakat. Billing system

merupakan suatu bentuk program aplikasi komputer yang digunakan untuk

melakukan transaksi baik rawat inap maupun rawat jalan serta penunjang

medis lainnya secara online. Dengan adanya sistem ini data hanya perlu

dimasukkan dari satu bagian layanan saja dan secara otomatis bagian

layanan yang lain akan mencatatnya. Hal ini tentu akan memberikan

kemudahan dan menambah kecepatan dalam prosedur pelayanan kepada

pasien. Seperti yang disampaikan oleh Bendahara Penerima Pendapatan

yang menyampaikan bahwa:

“..pasien masuk dari UGD itu langsung bisa otomatis datanya juga sudah masuk ke komputer sini, secara otomatis juga biayanya sudah keluar..” (hasil wawancara tanggal 5 Juni 2010).

Selain itu persyaratan yang harus dilengkapi untuk mendapatkan

pelayanan di rumah sakit juga tidak terlalu sulit, baik persyaratan teknis

maupun administratif. Hal ini seperti yang disampaikan oleh salah satu

pasien yang pernah berobat ke RSUD Karanganyar, bahwa:

“...persyaratan untuk mendapatkan pelayanan biasa saja sama seperti rumah sakit pada umumnya, rata-rata mudah...” (hasil wawancara tanggal 4 Agustus 2010).

Berikut ini merupakan contoh skema prosedur pelayanan di

(52)

commit to user

Alur Pelayanan Rawat Inap RSUD Karanganyar

Ket:

IGD : Instalansi Gawat Darurat VK : Kamar Persalinan

OK : Operasi Khusus ICCU : Ruang Perawatan Intensive

(53)

commit to user

Aspek keadilan petugas dalam memberikan pelayanan, Kepala

sub bagian Kepegawaian menyampaikan bahwa:

“...di sini tidak ada yang namanya nepotisme atau mendahulukan gitu tapi di sini semua pelayanan itu harus berdasarkan nomor urut antrian biar tidak ada yang meri...” (hasil wawancara (4 Agustus 2010).

Tetapi hal yang berbeda terkait dengan keadilan tanpa nepotisme

disampaikan oleh salah satu pasien rawat jalan yang ditanya tentang

kemungkinan terjadinya perbedaan pelayanan menyatakan bahwa:

“...saged mbak, kulo gadhah ponakan wonten mriki menawi ken nyepetne saged. Ning niki wau kulo padosi mboten enten, menawi enten kan penak kantun telepon rencange nomor iki jenenge iki ngoten kan kulo mboten sah nunggu koyo ngeten..(bisa, saya punya ponakan di sini misal dipercepat itu bisa. Tapi ini tadi saya mencari dia tidak ada, misal ada tinggal dia menelepon temannya suruh nyepetin nomor ini namanya ini kan saya tidak perlu menunggu seperti ini)”.(hasil wawancara 4 Agustus 2010).

Informasi di atas dapat menggambarkan bahwa pada dasarnya

pelayanan petugas terhadap pasien belum sesuai dengan asas keadilan.

Pasien belum mendapatkan keadilan dalam pelayanan.

Kepastian dalam pelayanan ditunjukkan dari adanya jadwal

pelayanan yang ditempelkan di setiap loket pelayanan, walaupun kadang

dalam kenyataannya menunjukkan bahwa masih ada pelayanan dimulai

lebih siang dari jadwal yang ditetapkan. Tetapi kebanyakan pelayanan

sudah dimulai sesuai dengan jadwal pelayanan yang ditetapkan atau malah

(54)

commit to user

Biaya pelayanan yang ada di RSUD Karanganyar masih

terjangkau oleh masyarakat dari berbagai kalangan. Besarnya tarif yang

ditentukan oleh pihak rumah sakit telah sesuai dengan peraturan yang

ditetapkan oleh bupati. Besarnya tarif belum ada perubahan sampai

sekarang yaitu masih menggunakan aturan yang lama yang sebelum

menjadi BLUD. Hal ini disampaikan oleh Kabid Pengelolaan Keuangan

menyatakan bahwa:

“..untuk masalah tarif kita masih menggunakan aturan yang lama kok mbak jadi meski sudah BLUD tetapi kita belum ada perubahan dalam hal tarif, kita masih menggunakan aturan lama...” (hasil wawancara 4 Agustus 2010).

Hal senada juga disampaikan oleh salah satu pasien yang pernah

berobat di RSUD Karanganyar menyatakan bahwa:

“...di sini dari segi biaya kan lebih murah daripada di swasta, obatnya saja sama kenapa kita tidak pilih yang biayanya murah saja...” (hasil wawancara 3 Agustus 2010).

Beberapa hal di atas dapat diketahui bahwa prosedur pelayanan

yang dilihat dari prosedur, persyaratan, keadilan pelayanan, kewajaran

biaya, kepastian biaya, dan kepastian jadwal pelayanan di RSUD

Karanganyar menunjukkan bahwa prosedur pelayanan tidak terlalu sulit

dan mudah dipahami oleh masyarakat. Aspek kepastian jadwal kadang

masih ada beberapa layanan yang belum sesuai jadwal. Aspek biaya

pelayanan di RSUD Karanganyar masih terjangkau oleh masyarakat dari

(55)

commit to user

2. Kemampuan Petugas

Kemampuan petugas memberikan pelayanan kepada pasien

sangat penting dalam proses pelayanan. Karena adanya kemampuan

tersebut juga akan berpengaruh terhadap kesembuhan pasien. Dengan

adanya status sebagai Badan Layanan Umum Daerah maka pegawai RSUD

Karanganyar dituntut untuk meningkatkan kinerja mereka agar supaya

pasien lebih puas dengan pelayanan yang diberikan.

Berikut pernyataan tentang kemampuan petugas dalam melayani

pasien, menurut salah satu pasien rawat inap kelas II mengatakan bahwa:

“…pelayanannya sudah baik tapi kulo kurang puas, niki lhe mbak syarat-syarate wau kulo ken fotocopy 5 tapi sing disuwun petugase niku namung 1, tiwas fotocopy okeh-okeh trus arep

nggo opo iki mbak, kon nggo buntel kacang yae …” (pelayanan

sudah baik tapi saya kurang puas, syarat-syarat saya disuruh fotocopy 5 tapi yang di minta petugas hanya 1, sudah fotocopy banyak ini untuk apa, suruh buat bungkus kacang mungkin)

(hasil wawancara 22 Mei 2010).

Hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa dari kemampuan

petugas sudah baik hanya saja petugas adakalanya bekerja kurang teliti

dalam kelengkapan persyaratan pelayanan. Selain itu dari kualitas sikap dan

perilaku serta keramahan petugas dalam pelayanan kesehatan, salah satu

pasien rawat inap kelas III menyampaikan bahwa:

“…itu tergantung masing-masing orangnya, ada yang galak ada juga yang baik tapi untuk sekarang ini pelayanan terhadap pasien sudah bagus, misal saja ada yang kurang baik itu maklum namanya juga melayani orang banyak mungkin maksud dia baik tapi ternyata kita yang menerimanya kurang baik kan bisa saja..”

(56)

commit to user

Selanjutnya terkait dengan sikap dan perilaku petugas dalam

pelayanan, Kepala bagian Kepegawaian (4 Agustus 2010) menyampaikan

bahwa:

“pegawai yang galak itu ada, tetapi hal itu selalu diminimalisir, sikap petugas dalam memberikan pelayanan selalu kita utamakan agar pasien juga lebih puas dengan pelayanan kami...” (hasil wawancara 4 Agustus 2010).

Dalam hal sikap dan perilaku petugas pelayanan kadang masih

ada petugas yang kurang memberikan sikap yang menyenangkan kepada

pasien. Sikap dan perilaku yang kurang menyenangkan dapat dimaklumi

oleh pasien karena petugas melayani orang banyak yang datang dari

berbagai kalangan sehingga mempunyai karakter yang berbeda-beda pula.

Aspek kedisiplinan petugas di RSUD Karanganyar dalam

pelayanan administrasi sudah cukup disiplin tetapi dalam pelayanan

kesehatan di rawat jalan khususnya masih kurang disiplin. Pelayanan

dibuka belum sesuai dengan jadwal yang ditentukan. Untuk memberikan

pelayanan yang terbaik kepada pasien maka kesesuaian antara jadwal

pelayanan dengan kedatangan petugas juga harus sesuai. Misalnya

pelayanan di RSUD Karanganyar dibuka selama 24 jam yaitu Shift 1 dari

jam 08.00-14.30, shift II dari jam 14.00-21.00, dan sift III dari jam

20.30-07.30 dan juga ada dokter jaga selama 24 jam pula di situ. Selain itu,

petugas administrasi juga harus selalu bekerja sesuai dengan jadwal yang

(57)

commit to user

pukul 14.00. Berikut ini mengenai jadwal pelayanan terhadap pasien yang

dikemukakan oleh Kepala sub bagian Kepegawaian bahwa:

“…pelayanan di sini kita buka selama 24 jam jadi kapan pun masyarakat membutuhkan kita harus selalu siap dan jam kerjanya di sini juga secara gantian. Untuk petugas administrasi kita buka mulai jam 08.00-14.00 itu sudah ontime semua karena setiap hari kita harus apel jam 07.30 jadi kalau buka jam 08.00 kan petugas mesti sudah ada di tempat semua..” (hasil wawancara 4 Agustus 2010).

Namun, salah satu pasien rawat jalan menyampaikan hal yang berbeda

mengenai kedisiplinan petugas dengan mengemukakan sebagai berikut:

“..memang kadang petugas di bagian pendaftaran itu sudah buka tetapi setelah sampai ke poliklinik itu ternyata dokternya belum datang jadi harus nunggu sampai dokternya datang baru bisa mendapatkan pelayanan, kadang sampai jam 9 baru datang malah…”(hasil wawancara 4 Agustus 2010)

Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa

kedisiplinan petugas dalam memberikan pelayanan masih kurang, dokter

yang paling dibutuhkan seharusnya datang bisa datang tepat waktu tetapi

dalam kenyataannya pasien harus masih menunggu untuk mendapatkan

pelayanan. Kedisiplinan petugas dalam memberikan pelayanan akan

berpengaruh pula terhadap kejelasan petugas dalam memberikan pelayanan.

Kedisiplinan yang kurang dari petugas di RSUD Karanganyar

menunjukkan pula bahwa kejelasan atau keberadaan petugas dalam

pelayanan juga dirasa masih kurang. Ternyata petugas tidak selalu ada di

Gambar

Gambar :
Tabel :
   Gambar 1.2
Tabel 1.1 Jumlah kamar, tempat tidur dan tarif kamar rawat inap
+2

Referensi

Dokumen terkait

a. Menerima berkas dari loket pendaftaran/desk pelayanan yang.. Apabila berkas telah lengkap dibuatkan Surat permohonan Pertimbangan Teknis, selanjutnya berkas

Motif yang diteliti dalam penelitian ini yakni motif informasi, motif personal identity, motif intergration dan social interaction, dan motif

Salah satu komponen penting dalam pasta gigi adalah bahan pengikat berupa gelling agent (senyawa pembentuk gel) yang fungsinya untuk mempertahankan bentuk

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada karyawan rumah sakit IPHI Pedan Klaten mengenai pengaruh religiusitas dan etika kerja Islam terhadap kinerja karyawan

Tema extending tradition (Kerajaan Majapahit) sesuai dengan objek perancangan wisata bahari ini dengan didalamnya memberlanjutkan budaya kebaharian yang mencitrakan

Nilai rasio odds pada aksesibilitas ke jalan raya yang nilainya 2,147 mengandung arti bahwa setiap pengurangan jarak (semakin dekat) 1 km dari lokasi pemukiman

Cara benteng bergerak sama dengan cara benteng menangkap buah catur lawan, selama buah catur lawan yang ingin ditangkap berada dalam garis vertikal atau horisontal tempat

Konsep Cinta Muslim ini adalah kajian cinta yang dilakukan secara saintifik dan Islamik dengan menghimpunkan ayat-ayat Qur’an, hadith- hadith Rasulullah SAW,