ANALISIS TEKS PUISI “NUMA”
KARYA YAMAMURA BOCHOU
(Melalui Pendekatan Struktural - Semiotik)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Menempuh Ujian Sarjana Jurusan Sastra Jepang Fakultas Sastra
Universitas Komputer Indonesia
Disusun oleh: NURLAELA SUKMA
63804009
JURUSAN SASTRA JEPANG
FAKULTAS SASTRA
山村募鳥 沼 の詩を
原文の分析
(
構造の記号論を通して
)
論文
日本文学土号受ける条件の一つ満たすために提出いたします
筆者
:
NURLAELA SUKMA
6384009
文学部日本語文学科
2009
年
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Nama : Nurlaela Sukma
2. Tempat dan Tanggal Lahir : Purwakarta, 16 juli 1985 3. Nomor Induk Mahasiswa : 63804009
4. Jurusan : Sastra Jepang
5. Jenis Kelamin : Perempuan 6. Kewarganegaraan : Indonesia
7. Agama : Islam
8. Alamat : Jl. Bates No 40 RT 05 RW 11 Pondok Cabe Ilir Pamulang Tanggerang
9. Berat Badan : 60 Kg
10. Tinggi Badan : 167 cm
11. Status material : Belum Kawin
12. Orang tua :
1. Nama Ayah : Ma’mun Santoso Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Bates No 40 RT 05 RW 11 Pondok Cabe Ilir Pamulang Tanggerang
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jl. Bates No 40 RT 05 RW 11 Pondok Cabe Ilir Pamulang Tanggerang RIWAYAT PENDIDIKAN
NO LEMBAGA PENDIDIKAN TAHUN AJARAN
1 SDN I PARUNG BANTENG PURWAKARTA 1992-1998
2 SMPN 1 PAMIJAHAN BOGOR 1998-2001
3 SMU KORNITA IPB BOGOR 2001-2004
承認
タイ ル
:
山村募鳥 沼 の詩を原文の分析
(
構造の記号論を通して
)
筆者
:
Nurlaela Sukma
学生番号
:
63804009
バン ン、
2009
年
8
月
15
日
指導教官
I
Dewi Soetanti, SS, M.Pd
Soni Mulyawan Setiana, Mpd
NIP 4127.20.04.001
番査委員会
1. Dewi Soetanti, SS, M.Pd
(
)
2. Fenny Febrianty, SS, M.Pd
(
)
optimislah, walaupun
engkau berada di tengah-tengan badai topan. Karena
sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan dan hari
esok akan menghapuskan semua mimpi buruk, menggantikan
semua, dan menggantikannya dengan canda dan tawa.
(
Dr. Aidh al-Qarni)
Cintailah apa yang engkau punya sekarang jangan kau sia-siakan.
Jadiakan apa yang engkau miliki sebagai harta yang tak akan
terganti oleh apapun di dunia ini. Namun jangan engkau lupa
dengan cinta yang abadi adalah cinta kepada tuhan dan cinta kepada
iii DAFTAR ISI
HALAMAN
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PENGUJI
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK INDONESIA
ABSTRAK INGGRIS
ABSTRAK JEPANG
KATA PENGANTAR………. i
DAFTAR ISI………. iii
BAB I PENDAHULUAN……….. 1
1.1 Latar Belakang Masalah……… 1
1.2 Rumusan Masalah……….. 4
iv
1.4 Tujuan penelitian………. 5
1.5 Manfaat penelitian………... 5
1.6 Definisi Operasional………. 5
1.7 Sistematika Penulisaan………. 6
BAB II PUISI……… 8
2.1 Pengertian Puisi……… 8
2.2 Unsur-Unsur Intrinsik Puisi………. 9
2.2.1 Struktur Fiksi Puisi……… 10
2.2.2 Struktur Batin Puisi……… 14
2.3 Struktural-Semiotik……… 17
2.3.1 Pengertian Struktural……… 17
2.3.2 Pengertian Semiotik………. 18
2.4 Teks Dalam Karya Sastra……… 23
BAB III METODE PENELITIAN.………. 25
v
3.2 Teknik Analisis………….……….. 26
3.3 Penganalisis….….. ..……….. 26
3.4 Objek Penelitian………... 27
3.4.1 Puisi Numa……… 27
3.4.2 Arti Puisi Numa……… 29
BAB IV ANALISIS TEKS PUISI “NUMA” KARYA YAMAMURA BOCHOU……….. 30
4.1 Pembacaan Struktural-Semiotik…...……….. 30
4.1.1 Pembacaan Heuristik……… 30
4.1.2 Pembacaan Unsur-Unsur Puisi………. 31
4.1.2 Pembacaan hermeneutik………... 34
4.2 Analisis Gaya Bahasa Puisi Dan Pemberian makna Puisi...……… 36
4.2.1 Analisis Gaya Bahasa Puisi...……… 38
vi BAB V SARAN DAN KESIMPULAN………. 55
5.1 Saran………... 55
5.2 kesimpulan……… 56
Daftar Pustaka
RIWAYAT PENGARANG
Yamamura Bochou adalah salah seorang penyair jepang pada era Taisho
(1912-1926). Yamamura Bochou lahir di Todaka prefektur Gunna pada tanggal
10 Januari tahun 17 Meiji (1885). Yamamura Bochou meninggal di Isohama
prefektur Ibaraki 8 Desember pada tahun 13 Taisho. Kehidupan Yamamura
Bochou dihabiskan dengan menulis puisi dan dalam keadaan hidup miskin,
penderitaan dan penyakit.
Yamamura Bochou menyebut dirinya sebagai “penyair yang malang”
terlihat pada karyanya yang ditinggalkan dalam jumlah banyak, dan merupakan
gambaran tidak dapat menolak realita kehidupan yang menyedihkan dari
Yamamura Bochou.
Kemiskinan yang melanda keluarga Bochou, menjadikan Yamamura
Bochou memutuskan untuk mencari nafkah, banyak pekerjaan yang ia jalani demi
kelangsungan hidupnya, seperti menjadi guru, buruh dipertokoan percetakan dan
buruk memperbaika rel kereta bahkan ia pernah menjadi pencuri. Ketika ia
berusia 21 tahun, hasil tulisanya berupa tanka yang berjudul “Kanyahoumei” dan
pada saat ia berusia 40 tahun Yamamura Bohcou menerbitkan hasil karyanya
berupa dokumen yang berjudul “ Kanbendaga”.
Puisi “numa” diterbitkan dalam buku kumpulan puisi Yamamura Bochou
Yamamura Bochou yang bersifat simbolis yang diterbitkan pada bulan Mei tahun
2 Taisho (1914) dengan biaya sendiri. Pada bulan 3 tahun 2 Taisho bersama
dengan Shugen Sakutarou mendirikan kantor dengan nama Shitsurei Saisei dan
Ningyoushiha. Pada bulan Maret dan Desember ia menerbitkan karyanya yang
berjudul Takujou Funsui dan kumpulan puisi Seisan Ryouhari yang bertema
tentang angin dan juga menceritakan keadaan jaman kindai. Yamamura Bochou
pernah pindah ke aliran humanisme dan menerbitkan kumpulan puisi yang
berjudul “Kaze Wa Kisiki Ni Sasayaita”. Pada bulan Februari tahun selanjutnya
karyanya yang bersifat alam dan berkesan yang merupakan awal dari
penampilanya didunia puisi, Bochou terus melanjutkan kegiatannya menciptakan
dan mempublikasika karya-karya puisinya yang berjudul Bunsyou Sekai,
8
BAB II
PUISI
2.1. Pengertian Puisi
Dalam karya sastra terdapat beberapa jenis sastra, salah satunya adalah
puisi. Puisi menurut Aminuddin (1995:76) adalah sebagai berikut.
secara etimologi, puisi berasal dari bahasa yunani poeima ‘membuat’ atau
poeisi ‘pembuatan’ dan dalam bahasa inggris disebut peom atau poerty
“membuat atau pembuatan” karena lewat puisi seseorang telah menciptakan dunianya sendiri, yang mungkin berisi pesan atau gambaran suasana tertentu, baik itu fisik atau batiniah. Selain itu, puisi adalah karya sastra yang mengunakan kata-kata sebagai media penyampain untuk menghasilkan ilusi dan imajinasi, tentang keindahan, angan-angan dan harapan.
Sedangkan menurut Rahmat (1995:7) menyatakan definisi puisi sebagai
berikut.
Puisi adalah suatu karya yang mengekpresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, merangsang imajinasi, panca indra dalam suasana yang berirama. Semua itu merupakan sesuatu yang direkam, diekpresikan, dinyatakan dengan menarik dan memberikan kesan pada para penikmatnya.
Selain itu Aftarudin (1991:16) menyatakan puisi sebagai “bahasa perasaan,
bahasa cinta, benci, birahi, jiwa, pikiran, renungan estetis, pengalaman dan
9
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan pengertian dari puisi
merupakan rekaman dan interprestasi dari pemikiran, imajinasi, perasaan, dan
pengalaman manusia yang penting, yang diubah dalam wujud untai kata-kata
indah, penuh makna dan berkesan. Menggunakan kata-kata yang indah dan penuh
makna sebagai media penyampai dari penyair tentang hal yang dirasakannya.
Selain itu juga, puisi merupakan cerminan dari perasaan manusia dan
pengungkapan yang spontan dari perasaan-perasaan manusia. Karena puisi
merupakan salah satu karya sastra yang unik dan yang paling tua yang
monumental sehingga dapat memberikan pengaruh yang besar bagi para
penikmatnya hingga perubahan zaman.
Berdasarkan amanat puisi yang tersirat dari pemilihan kata-kata yang baik,
indah, dan penuh makna, dan juga sebagai hasil kreasi manusia. Puisi mampu
memaparkan yang ada diluar diri manusia persis apa adanya, yang menjadi
representasi dan puisi merupakan sarana yang sesuai untuk menggungkapkan
keadaan hati, pikiran dan permasalahan.
2.2. Unsur - Unsur Intrinsik Puisi
Aminuddin (2002:136) mengangap bahwa puisi adalah “sebuah struktur
yang terdiri dari unsur-unsur pembangun yang merupakan unsur-unsur terpadu
yang tidak dapat dipisahkan dari unsur lainnya dan saling berhubungan satu sama
lainya. Struktur pembentuk puisi terbagi dua yakni struktur fisik dan struktur
10
2.2.1. Struktur Fisik Puisi
Menurut Aminudin (2002:134) berpendapat bahwa struktur fisik puisi
adalah sebagai berikut.
struktur fisik puisi adalah unsur pembentuk puisi yang dapat diamati secara visual. Unsur-unsur tersebut meliputi (1) diksi, (2) pengimajinasian/pencitraan, (3) majas, (4) kata kongkret, (5) ritma, (6) tifografi. Struktur fisik puisi merupakan salah satu yang dapat diamati secara visual karena dalam puisi juga terdapat unsur-unsur yang hanya dapat ditangkap lewat kepekaan batin dan pikiran pembaca. Struktur batin puisi akan sulit dipahami sebelum memahami struktur fisik puisi terlebih dahulu. Maka dari itu struktur fisik dibahas terlebih dahulu.
a. Diksi
Dalam karya sastra khususnya puisi, penyair menulis puisi menggunakan
pilihan kata-kata yang cermat dan sistematis, sampai mendapatkan diksi yang
tepat. Menurut (Aminuddin, 1995:78) mendefenisikan diksi sebagai berikut.
Diksi adalah pilihan kata-kata yang tepat dan selaras yang memiliki efek keindahan, dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan sehingga memperoleh apa yang diharapkan. Dikarenakan penyair sangat cermat dalam memilih kata-kata, sebab kata-kata yang ditulis harus dipertimbangkan maknanya, komposisinya bunyi, ritma dan irama, kedudukan kata itu ditengah kata lainnya, dan kedudukan kata dalam keseluruhan teks puisi.
Di dalam menentukan kata-kata pilihan dalam diksi harus bersifat puitis
artinya kata tersebut harus mempunyai efek keindahan, dan berbeda dengan
11
b. Pengimajinasian (penciptaan)
Dalam puisi juga penyair juga menciptakan pengimajinasian.
Pengimajinasian merupakan ungkapan pengalaman dari penyair dalam bentuk
kata-kata untuk memberikan gambaran yang jelas dan menimbulkan suasana
yang khusus dalam puisi. Menurut Effendi (Waluyo, 1987:53-54) definisi
Pengimajinasian adalah “susunan kata yang dapat menggungkapkan
pengalaman sensorik penyair seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan,
kedalam kata-kata. Pengimajinasian ditandai oleh kata-kata yang konkret dan
khas”.
Pengimajinasian dalam puisi dapat diartikan sebagai diri penyair, untuk
menciptakan atau menimbulkan imaji dari para pembacanya. Sehingga
pembaca tergugah untuk menggunakan mata hatinya untuk melihat
benda-benda, warna, dan dengan telinga hati mendengarkan bunyi-bunyian, selain
itu juga dengan perasaan hati kita menyentuh kesejukan dan keindahan benda
dan warna. Sehingga tercipta gambaran yang nyata dari sebuah puisi.
c. Majas
Majas adalah penggunaan bahasa atau kata secara khusus untuk
mendapatkan efek tertentu untuk menambah nilai estetik dan kepuistisan.
Menurut Aminuddin (2002:144) definisi majas adalah sebagai berikut.
12
menafsirkan kiasan atau lambang yang dibuat oleh penyair. Tujuan dari penggunaan kiasan atau lambang untuk menciptakan efek lebih beragam, efektif, sugestif dalam bahasa puisi.
Perlambangan atau kiasan juga digunakan oleh penyair untuk memperjelas
makna dan membuat nada dan suasana puisi menjadi lebih jelas. Sehingga
dapat menggugah pembaca.
d. Kata kongkret
Menurut Effendi (Waluyo, 1987:56) definisi kata kongkret adalah “kata
yang digunakan penyair untuk membangkitkan imajinasi para pembaca.
Sehingga kata-kata tersebut dapat mengarah kepada arti yang menyeluruh,
kata kongkret erat hubungannya dengan penggunaan kiasan atau
lambang/simbol”. Selain itu juga, menurut Waloyu (1987:57) Pemberian arti
pada kata konkret berdasarkan fungsi dari kata konkret itu sendiri yang
bertujuan untuk membangkitkan imajinasi, daya berpikir dari para pembaca
dan setiap pembaca dapat mengartikan/menafsirkan berbeda.
Penggunaan kata kongkret yang tepat dengan apa yang dikemukakan oleh
penyair dalam sebuah puisi, membuat pembaca membayangkan dengan lebih
hidup dengan apa yang dimaksudkan oleh penyair. Dengan kata lain, jika
penyair mahir mengkongkretkan kata-kata, maka pembaca seolah-olah
melihat, mendengarkan, dan merasakan apa yang dilukiskan oleh penyair.
Dengan demikian pembaca terlibat penuh secara batin kedalam puisinya.
Selain itu juga, pengkongkretan kata-kata erat hubungannya dengan
13
e. Ritma
Menurut Waluyo (1979:84) ritma berasal dari bahasa yunani dari katarheo
yang berarti gerakan-gerakan yang teratur, terus menerus dan tidak
putus-putus. Sedanglan Slamet Muljana (Waluyo, 1979:84) menyatakan bahawa
“ritma merupakan bunyi rendah-tinggi, panjang-pendek, keras-lemah, yang
mengalun dengan teratur dan berulang-ulang, sehingga membentuk
keindahan”.
Ritma adalah pengulangan bunyi yang sama dalam puisi. Namun ada juga
yang menggunakan kata rima untuk menggantikan istilah persajakan pada
sistem lain, karena diharapkan penepatan bunyi dan pengulangannya tidak
hanya pada akhir setiap baris. Namun juga untuk keseluruhan teks, dalam
ritma pemotongan-pemotongan baris menjadi frase yang berulang-ulang dan
merupakan unsur yang memperindah puisi tersebut (Waluyo, 1979 : 42).
Dalam ritma terdapat onomatope (tiruan bunyi), bentuk intern pola bunyi,
intonasi, repetisi bunyi, dan persamaan bunyi. Jadi ritma tidak khusus
persamaan bunyi atau dalam istilah tradisional disebut sajak. Rima lebih luas
lagi karena menyangkut perpaduan bunyi konsonan dan vokal untuk
membangun orkestrasi atau musikalitas.
Pengulangan bunyi pada puisi dimaksudkan untuk membentuk
musikalitas. Sehingga puisi menjadi merdu saat dibaca, untuk pengulangan
bunyi, penyair juga mempertimbangkan kelanjutan bunyi. Dengan cara ini,
14
Pengulangan tidak hanya terbatas pada bunyi, namun mungkin pada
kata-kata atau ungkapan. Ritma sangat berhubungan dengan bunyi dan juga
berhubungan dengan pengulangan bunyi, kata, frasa, dan kalimat. Ritma puisi
berbeda dengan metrum (mantra), metrum berupa pengulangan penekanan
kata yang tepat.
f. Tifografi
Tifografi merupakan pembeda antara puisi dengan prosa dan drama,
kata-kata yang disusun mewujudkan larik-larik yang panjang dan pendeknya
menbuat kesatuan yang terpadu. Menurut Aminuddin (2002:146) berpendapat
bahwa “Tifografi berperan untuk menampilkan aspek artistik visual dalam
puisi, juga untuk menciptakan nuansa makna dan suasana tertentu. Selain itu
juga, untuk menunjukkan adanya loncatan gagasan serta menjelaskan adanya
satuan-satuan makna yang hendak disampaikan oleh penyair”.
2.2.2. Struktur Batin Puisi
Struktur batin puisi merupakan kesatuan makna puisi secara keseluruhan
yang tidak dapat dipisahkan dengan struktur fiksi. Menurut A Richards (Waluyo,
1987:106) menyebutkan bahwa “makna atau struktur batin dengan istilah hakekat
puisi. Ada empat unsur yaitu tema (sense), perasaan (feeling), nada dan suasana
(tone), dan amanat (intension). Keempat unsur tersebut menyatu dalam
15
a. Tema
Menurut A Richards (Waluyo, 1987: 106) tema dalam karya sastra adalah
sebagai barikut.
Tema adalah Penafsiran-penafsiran puisi akan memberikan tafsiran tema yang sama bagi sebuah puisi, karena tema puisi bersifat lugas, objektif, dan khusus. Tema puisi harus berhubungan dengan penyairnya, dengan konsepnya yang terimajinasikan. Oleh sebab itu, tema bersifat khusus, tetap objektif, lugas, dan berhubungan dengan arti karya sastra.
Tema merupakan ungkapanan yang berasal dari diri penyair, masyarakat,
atau keadaan penyair saat menulis puisi, yang merupakan pokok pikiran atau
pokok persoalan, sehingga menjadi landasan utama penciptaan puisi.
b. Perasaan
A Richards (Waluyo, 1987:106) menyatakan perasaan adalah “sikap atau
ungkapan perasaan penyair terhadap hasil karya sastranya yang mengarah pada
pada pokok persoalan yang terdapat didalanya, dalam menciptakan puisi.
Perasaan penyair ikut diekpresikan dan harus dapat dihayati oleh pembaca,
untuk mengunkapkan tema”.
c. Nada dan Suasana
Dalam menulis puisi, penyair mempunyai sikap tertentu terhadap
pembaca. Apabila dia ingin bersikap menggurui, menasehati, mengejek,
menyindir kepada siapa saja yang ia kehendaki termasuk pembaca sendiri,
maka itu disebut nada puisi. Sedangkan suasana merupakan keadaan jiwa
16
ditimbulkan oleh puisi itu. Menurut A Richards (Waluyo, 1987:107)
menyatakan nada dan suasana adalah sebagai berikut.
Dengan nada dan suasana memberikan kesan mendalam kepada pembaca. Puisi bukan hanya ungkapan yang bersifat teknis, namun suatu ungkapan yang total karena keseluruhan aspek psikologi penyair turut terlibat dan aspek-aspek psikologis itu dikonsentarasikan untuk memperoleh imajinasi.
d. Amanat
Amanat yang hendak disampaikan oleh penyair dapat ditelaah setelah
kita memahami tema, perasaan, nada dan suasana puisi. Amanat merupakan
dorongan penyair untuk menciptakan puisinya, amanat tersirat dibalik
kata-kata, yang disusun dan juga berada dibalik tema yang di unngkapkan oleh
penyair. Menurut Amanat adalah keseluruhan makna yang terdapat pada
puisi, makna puisi yang dirasakan atas ide pokok yang disampaikan penyair.
Namun amanat dirumuskan sendiri oleh pembaca. Penafsiran puisi akan
berbeda dikarenakan sikap dan pengalaman pembaca yang mempenguruhi
pemaknaan. Meskipun amanat ditentukan oleh cara pandang pembaca, tetapi,
amanat tidak lepas dari tema dan isi puisi yang disampaikan oleh penyair Dari
tinjaun terhadap sebuah puisi yang terdiri dari struktur batin dan fisik, ini
17
2.3. Struktural-Semiotik
Menurut Junus (Pradopo, dkk, 2001:97) berpendapat bahwa “teori
stukturalisme-semiotik merupakan gabungan dua teori strukrural dan semiotik
yang merupakan perkembangan strukturalisme (aliran struktural)”. Sedangkan
menurut Hawkes (Pradopo, dkk, 2001:98) berpendapat bahwa struktural-semiotik
adalah sebagai berikut.
Karya sastra merupakan sebuah struktur yang bagian-bagianya saling berhubungan erat. Dalam struktur itu unsur-unsur tidak mempunyai makna dengan sendirinya, maknanya ditentukan oleh keterikatan hubungan dengan unsur lainnya dan keseluruhannya, bahwa makna unsur-unsur karya sastra itu hanya dapat dipahami dan dinilai sepenuhnya atas dasar pemahaman dan fungsi unsur keseluruhan karya sastra. Berdasarkan konsep semiotik untuk memahami sastra sepenuhnya sebagai suatu struktur, haruslah diinsafi ciri khas sastra sebagai tanda. Tanda baru bermakna bila diberi makna oleh pembaca berdasarkan konvensi (perjanjian) yang berhubungan dengannya.
Struktural-semiotik merupakan sebuah usaha untuk menganalis teks karya
sastra sebagai suatu sistem tanda/simbol sehingga karya sastra (puisi) mempunyai
makna.
2.3.1 Pengertian Struktural
Kutha (2006:88) menyatakan bahwa “structural secara etimologi berasal
dari bahasa latin yaitustructura yang berarti bentuk atau bangunan”. Sedangkan
Nurgiantoro (2005:37) menyatakan “struktural mempunyai istilah lain yaitu
strukturalisme yang berarti paham mengenai unsur-unsur struktur itu sendiri dan
18
Sedangkan Rahmat (2007:118) berpendapat bahwa struktural dalam karya
sastra sebagai berikut.
Karena karya sastra merupakan sebuah struktur. Struktur di sini dalam arti bahwa karya sastra merupakan susunan unsur-unsur yang bersistem, yang antar unsur-unsur terjadi hubungan yang timbal balik, saling menentukan. Jadi, kesatuan unsur-unsur dalam sastra bukan hanya berupa kumpulan hal-hal, melainkan hal-hal itu saling terikat, saling terkait, dan saling bergantung.
Konsep dasar yang menjadi ciri khas dari teori struktural adalah adanya
anggapan bahwa di dalam karya sastra itu sendiri merupakan suatu struktur yang
otonom yang dapat dipahami sebagai suatu kesatuan yang bulat dengan
unsur-unsur pembangunya yang saling berhubungan satu sama lainya.
2.3.2. Pengertian Semiotik
Bahasa sebagai media dalam penyampaian karya sastra khususnya puisi
merupakan sistem ketandaan yang mempunyai arti kebahasaan. Sistem
ketandaan tersebut disebut semiotik. Dalam mengkaji dan memahami puisi tidak
lepas dari analisis semiotik karena puisi merupakan struktur tanda-tanda yang
bermakna.
Semotik berasal dari bahasa yunani kuno dari kata semeion yang berarti
tanda atau sign dalam bahasa Inggris. menurut Pradopo dkk (2001: 98,
2007:127) mendefinisikan semiotik sebagai berikut:
Semiotik adalah ilmu yang mempelajari tanda-tanda yang mempunyi arti
19
untuk menganalisis karya sastra sebagia suatu tanda dan menentukan bagian
bagian apa yang memmungkinkan karya sastra (puisi) mempunyai makna.
Dalam pengertian tanda ada dua prinsip, yaitu penanda (signifier) adalah bentuk
formalnya dari yang menandai sesuatu yang disebut petanda. Petanda (signified)
adalah sesuatu yang ditandai oleh petanda itu yaitu artinya. Contohnya kata ibu
merupakan tanda dan berupa satuan bunyi yang menandai arti “orang yang
melahirkan kita”. Selain itu semiotik adalah memahami sebuah puisi yang tidak
lepas dari analisis semiotik, karena merupakan struktur tanda-tanda yang
bersistem dan bermakna. Menganalisis puisi merupakan usaha untuk
mengetahuai makna atau memberikan makna kepada teks puisi. Makna puisi
bukanlah semata-mata arti bahasanya (arti denotatif), melainkan arti bahasa dan
suasana, perasaan, intensitas arti, arti tambahan (konotasi), pengertian yang
ditimbulkan oleh tanda-tanda. Selain itu juga, semiotik berarti “ilmu
tanda-tanda (sign) secara sistematik. Semiotik menunjukkan bidang kajian khusus,
yaitu sistem yang secara umum dipandang sebagai tanda, seperti puisi,
rambu-rambu lalu lintas dan nyanyian burung”.
Berdasarkan hubungan antara penanda dan petanda, ada tiga jenis tanda
pokok yaitu:
a) Ikon adalah tanda hubungan antara penanda dan petandanya, yang
bersifat bersamaan bentuk alamiah. Contoh potret orang menandai
20
b) Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah
antara tanda petanda yang bersifat kasual atau hubungan sebab-akibat.
Contoh asap menandai adanya api.
c) Simbol merupakan tanda yang tidak menunjukkan hubungan alamiah
penanda dan petandanya. Hubungan antaranya bersifat arbiter atau
semau-maunya, hubunganya berdasarkan konvensi (perjanjian)
masyarakat. Contoh kata ibu “orang yang melahirkan kita” itu terjadi
atas konvensi masyarakat bahasa Indonesia, masyarakat Inggris
menyebutnyamother, Jepang okasanatau hahadan masyarakat bahasa
PrancisIa mere( Pradopo , 2007:121-122).
Dengan adanya teori struktural-semiotik bertujuan untuk memahami
makna (struktur batin puisi) dalam teks puisi yang pada dasarnya saling
melengkapi. Namun dengan adanya ini dapat memperluas wawasan pembaca.
Selain itu dengan memahami makna puisi akan menumbuhkan pengertian,
penghayatan, kepekaan pikiran dan perasaan yang baik terhadap karya sastra.
Dalam metode struktural-semiotik terdapat suatu cara untuk memahami
dan memberikan makna puisi dengan melakukan pembacaan heuristik dan
hermeneutik, yang bertujuan untuk menganalisis karya sastra secara khusus
sebagai suatu sistem tanda-tanda dan memnentukan arti yang memungkinkan
21
A. Pembacaan Heuristik
Pembacaan heuristik adalah puisi dibaca berdasarkan struktur
kebahasaannya atau secara semiotik. Untuk memperjelas arti bila mana perlu
diberi sisipan kata /sinonim kata-katanya ditaruhkan dengan kalimat baku dan
bila perlu disusun terbalik untuk memperjelas arti.
B. Pembacaan Hermeneutik
Setelah pembacaan heuristik, puisi harus dibaca ulang kembali dengan
bacaan hermeneutik dan ditafsirkan secara hermeneutik berdasarkan konvensi
sastra (puisi), yaitu sistem semiotik tingkat dua dengan memberikan makna
diantarnya konvensi ketaklangsungan ucapan (ekpresi) puisi. Menurut
Riffaterre (Pradopo, 2007:209) mengemukakan bahwa dalam pembacaan
hermenutik, puisi memiliki ketidak langsungan ekpresi disebabkan tiga hal: (1)
penggantian arti (displacing of meaning),(2) penyimpangan arti (distorting of
meaning), (3) penciptaan arti (creating of meaning).
a) Penggantian arti
Pada umumnya kata-kata kiasan menggantikan sesuatu yang lain,
lebih-lebih metafora dan metomini. Dalam penggantian arti ini suatu kata
(kiasan) berarti lain (Pradopo, 2007:212.)
b) Penyimpangan arti
Menurut Riffaterre (Pradopo, 2001:76, 2007:213-219) mengemukan
22
Ambigunitas dalam puisi yaitu kata-kata, frase, kalimat sering mempunyai arti ganda sehingga banyak penafsiaran. (2) Kontradiksi dalam puisi berarti mengandung pertentangan yang disebabkan oleh
paradoks dan ironi yaitu salah satu cara yang berlawanan. Ironi ini
biasanya untuk menarik perhatian dengan cara membuat pembaca
berpikir. (3) Nonsense merupakan bentuk kata-kata secara lingustik tidak mempunyai arti sebab tidak terdapat pada kosakata.
c) Penciptaan arti
Penciptaan arti merupakan konvensi kepuitisan yang berupa bentuk
visual yang secara linguistik tidak mempunyai arti, tetapi menimbulkan
makna dalam puisi. Jadi, penciptaan arti ini adalah pengorganisasian
teks diluar linguistik, diataranya: pembaitan, enjamberment, ritma,
tipografi, dan homologues (persamaan posisi) (Pradopo, 2007:220).
Pemberian makna dilakukan kata demi kata, bait demi bait, larik demi
larik dengan memadankan kata-kata kiasan yang terdapat dalam puisi dengan kata
yang sesuai. Dalam hal ini setelah peneliti mengetahui dan memahami
tanda/simbol-simbol yang terdapat pada puisi “Numa” , peneliti dapat
23
2.4. Teks Dalam Karya Sastra
Teks berasal dari kata textum dalam bahasa latin yang berarti tenunan,
jalinan, susunaan yang menimpelstasi suatu aktivitas yang komplek diantara
aspek-aspek pembangunan. Istilah teks umumnya digunakan dalam sastra,
terutama dalam sastra kontemporer yang telah berkembang menjadi ilmu
tekstologi (Partini, 1992:24)
Menurut Sudjiman (1990 : 126)menyatakan bahwa “teks dalam karya
sastra adalah naskah yang berupa kata-kata asli dari pengarang yang
mengunkapkan perasaan dan pertimbangan dari diri pengarang”. Sedangkan
menurut Jakobson (Pradopo, 1992:39) menyatakan bahwa “Suatu teks dikatakan
sebuah teks karya sastra bila teks tersebut berfungsi sebagai sastra dan merupakan
hasil sastra yang memiliki unsur-unsur sastra didalamnya”.
Dari keterangan di atas dapat dikatakan bahwa unsur-unsur dalam teks
karya sastra disyaratkan tidak hanya memiliki hubungan yang menggambarkan
kesatuan. Melainkan dituntut adanya tatanan dan jalinan yang erat antara satu
unsur dengan unsur lain. Sehingga tercipta teks karya sastra yang selaras. Selain
itu juga, prinsip teks karya sastra merupakan sarana pemberian makna pada
sebuah hasil dari teks sastra. khususnya puisi, dalam menghasilkan atau
menanggapi teks sastra itu penyair atau pengarang mempunyai gagasan,
24
Tatanan dan jalinan antara unsur inilah yang secara kualitat sebagai kohesi
dalam hal ini, kohesi merupakan konsep semantik yang mengacu pada alat
penghubung formal. Menurut Hallidy dan Rugaiya Hasan (Widodo, 1987:45)
“kohesi ini muncul apabila penafsiran unsur tertentu di dalam sebuah teks
bergantung pada unsur lain yang sama dalam teks yang sama”. Dalam teks karya
sastra, kohesi adalah hubungan keselarasan antara unsur pendukung teks. Selain
berkaitan dengan satuan struktur kebahasaannya juga berkaitan dengan aspek
makna, untuk mewujudkan hubungan keselarasan dalam teks. Diperlukan alat-alat
penghubung seperti kata penunjuk, kata penghubung, dan sejenisnya, alat-alat
55
BAB V
SIMPULAN dan SARAN
5.1. Kesimpulan
Setelah menganalisis keseluruhan teks puisi, maka penulis dapat menarik
kesimpulan mengenai puisi “Numa”. Adapun hasil analisis yang telah penulis
lakukan adalah sebagai berikut. Dengan judul “Numa” nya itu telah memberikan
gambaran perjalanan kehidupan manusia ada banyak hal yang mempengaruhi dan
banyak faktor yang menjadi kendala dalam menjalani hidup, baik itu kebahagian
atau kesedihan”.
Selain itu, puisi “Numa” adalah puisi yang memaknai alam sebagai
sumber inspirasi untuk mewakilkan apa yang dirasakan, dialami, dipikirkan
manusia dalam kehidupan yang terus berputar. Dimana ada saatnya manusia
menangis, dan bahagia. Akan tetapi semua itu adalah proses dalam kehidupan
yang harus dihadapi dan dijalani dengan sebaik mungkin, agar tujuan hidup yang
kita cita-citakan dapat tercapai, selain itu juga kit dapat mengambil pelajaran atas
apa yang terjadi pada diri kita sebagai pelajaran hidup yang berharga.
Sedangkan Tema yang terdapat pada puisi “Numa” adalah sebagai berikut:
1. Bahwa setiap orang harus menyadari betul dengan semua proses
kehidupan yang tidak akan terlepas dari persoalan hidup. Karena
56
proses kehidupan yang harus tetapi dijalani manusia dan manuisa
harus dapat menyelesaikan semua permasalahan yang dihadapi.
2. Manusia dalam menjalani kehidupan tidak akan terlepas dari berbagai
macam kesulitan atau permasalahan hidup. Karena kesulitan itu
datang dan pergi dengan tiba-tiba tanpa kita duga sebelumnya seperti
semilir angin. Semua itu tidak dapat kita hindari karena merupakan
bagian dari takdir dan proses kehidupan yang harus dijalankan.
Meskipun kehidupan manusia yang penuh dengan harapan dan impian,
tetapi semua yang diharapkan oleh manusia tidak semuanya dapat
diwujudkan. Karena banyak kendala yang harus dihadapi dan dialami
oleh manusia, baik itu kebahagian ataupun kesediahan.
5.2. Saran
Setelah dilakukan analisis pada teks puisi “Numa”, penulis menyarankan,
tema yang terdapat dalam puisi “Numa”, hendaknya dijadikan pelajaran hidup
yang berharga, agar kita dapat menjalankan kehidupan dengan baik dan
menyelesaikan permasalahan yang kita hadapi dengan bijaksana. Selain itu juga,
kita harus menganggap permasalahan yang ada merupakan ujian yang harus kita
lalui dengan penuh keikhlasaan, kesabaran, tidak mudah putus asa dan terus
meminta perlindungan kepada yang maha kuasa yang memberikan segalanya
57
Adapun saran untuk penelitian selanjutnya yaitu puisi “Numa” dapat
dilakukan penelitian ditinjau dari segi symbolime, semiotik, latar belakang
social-budaya puisi tersebut. Selanjutnya puisi tersebut bisa dilakukan penelitian dengan
cara membandingkan setiap karya-karya Yamamura Bochou yang lain, ditinjau
dari berbagai aspek yang berhubungan dengan puisi dan dari unsur ektrinsik karya