• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI BERBANTUAN MEDIA FLOW CARD TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS XI SMA NEGERI 4 PEKALONGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI BERBANTUAN MEDIA FLOW CARD TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS XI SMA NEGERI 4 PEKALONGAN"

Copied!
262
0
0

Teks penuh

(1)

TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS

SISWA KELAS XI SMA NEGERI 4 PEKALONGAN

skripsi

disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kimia

oleh

Devi Dwi Ariani

4301411053

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

(2)
(3)
(4)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“Janganlah larut dalam satu kesedihan karena masih ada hari esok yang

menyongsong dengan sejuta kebahagiaan”

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Bapak, Ibu, Kakak dan Adik yang senantiasa

mendoakan dan memberi semangat untuk

maju.

2. Teman suka duka saya Hari Suka yang telah

dengan penuh keikhlasan mengulurkan tenaga

dan kasih selama ini.

3. Teman-teman seperjuangan kuliah Pendidikan

(5)

v

PRAKATA

Saya haturkan rasa syukur kepada Allah Yang Maha Kaya karena berkat

nikmat dan kasih sayang-Nya sehingga terselesaikanlah skripsi yang berjudul

“Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Berbantuan Media Flow card Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas XI SMA Negeri 4 Pekalongan”.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini selesai berkat bantuan,

petunjuk, saran, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu, saya

ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri

Semarang.

2. Ketua jurusan kimia Universitas Negeri Semarang yaang telah memberikan

ijin penelitian dan membantu kelancaran ujian skripsi.

3. Bapak Prof. Dr. Kasmadi Imam Supardi, M.S, dosen pembimbing I yang telah

banyak memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi dalam penyusunan

skripsi.

4. Ibu Dr. Murbangun Nuswowati M.Si, dosen pembimbing II yang telah dengan

sabar memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Dr. Sri wardani, M.Si, dosen penguji yang memberikan saran dan arahan

untuk kesempurnaan skripsi ini.

6. Ibu Dra. Harsiwi, guru mata pelajaran kimia kelas XI SMA N 4 Pekalongan

yang telah banyak membantu terlaksananya penelitian ini.

7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Dalam skripsi ini diuraikan mengenai hasil dan pembahasan penelitian di

SMA Negeri 4 pekalongan, yakni sebuah penelitian dalam bidang pendidikan

dengan berfokus kepada pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri terhadap

keterampilan proses sains siswa.

Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi pembacanya dan bagi

perkembangan pendidikan pada umumnya.

Semarang, Agustus 2015

(6)

vi

ABSTRAK

Ariani, Devi Dwi. 2015. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Berbantuan Media Flow Card Terhadap Ketarampilan Proses Sains Siswa Kelas XI SMA Negeri 4 Pekalongan. Skripsi, Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Utama Prof. Dr. Kasmadi Imam Supardi, M.S, dan Pembimbing Pendamping Dr. Murbangun Nuswowati, M.Si

Kata kunci: Model Inkuiri; Keterampilan Proses Sains; Media Flow Card.

(7)

vii

ABSTRACT

Ariani, Devi Dwi. 2015. The Effect of Implementation A Inquary Learning Model Assisted Flow Card Media To The Science Process Skills for XI Grade of Senior High School 4 of Pekalongan. Skripsi, Chemistry Departement of Mathematics and Natural Science Faculty of Semarang State University. Main Lecturer Prof. Dr. Kasmadi Imam Supardi, M.S, and Second Lecturer Dr. Murbangun Nuswowati, M.Si

Keywords:Flow Card Media; Inquiry Model; Science Process Skills

This experimental research aim to determine the effect of implementation a inquary learning model assisted flow card media to the science process skills on the solution and constanta solubility product that is applied to the teaching process of senior high school 4 of pekalongan on April 20th until May 14th, 2015.. This research designs modified pretest and posttest control group design. sample was choose by cluster random sampling technique, the experimental class using inquary learning models assisted flow card media while the control class using speech method. The technique of analysis data are the mean difference test, analysis of the influence among variables, and coefficient of determination. The affective aspect and science process skills were analyzed descriptively. Based on the mean difference test showed tcalculated of science process skills was 2,91 while

ttabel value at 5% is 1,99. The influence among variables analysis showed that the

biserial coefficient value is 0,411. Calculation of the coefficient of determination showed the application of inquiry learning models aided flow card media was affect 16,89 % to the science process skills. Based on the mean difference test showed tcalculated of science process skills was 2,91 while ttabel value at 5% is 1,99.

(8)

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL Halaman

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang... 1

1.2Rumusan Masalah ... 6

1.3Tujuan Penelitian ... 6

1.4Manfaat Penelitian ... 7

1.5Pembatasan Masalah ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Kajian Pustaka ... 9

2.2 Penelitian terkait... 22

2.3 Kerangka Berpikir Penelitian... 23

2.4 Hipotesis... 24

BAB III METODE PENELITIAN ... 25

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 25

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 25

3.3 Variabel Penelitian ... 26

3.4 Desain Penelitian ... 26

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 28

(9)

ix

3.7 Analisis Instrumen Penelitian ... 32

3.8 Analisis Instrumen Lembar Observasi Keterampilan Proses Sains... 35

3.9 Analisis Lembar Angket ... 36

3.10 Teknik Analisis Data... 37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 47

4.1 Hasil Penelitian ... 47

4.2 Pembahasan ... 59

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 69

5.1 Simpulan ... 69

5.2 Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 71

(10)

x

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Inkuiri... 10

3.1 Rincian Siswa kelas XI IPA SMA Negeri 4 Pekalongan... 25

3.2 Desain Penelitian... 27

3.3 Hasil Analisis Uji Validitas Soal... 33

3.4 Kriteria Reliabilitas... 36

3.5 Data Nilai Ujian Akhir Semester Gasal... 37

3.6 Hasil Uji Normalitas Populasi... 38

3.7 Ringkasan ANAVA Satu Jalur... 40

3.8 Pedoman Interpretasi Terhadap Koefisien Korelasi Biserial (rb)... 45

4.1 Data Nilai Pretest-Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 47

4.2 Hasil Uji Normalitas... 48

4.3 Hasil Uji Kesamaan Dua Varians... 49

4.4 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata Keterampilan Proses Sains... 50

4.5 Koefisien Determinasi... 52

4.6 Rata-rata Keterampilan Proses Sains Siswa Berdasarkan observasi... 53

4.7 Rata-rata Nilai Aspek Afektif Siswa... 56

(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Berpikir ... 24 4.1 Hasil Rata-rata Pretest-Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas

kontrol... 48

4.2 Hasil Keterampilan Proses Sains Siswa Berdasarkan Observasi

... 54

4.3 Hasil Keterampilan Proses Sains Siswa Berdasarkan

Tes... 55

4.4 Hasil Penilaian Afektif Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol... 57

(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1 Data Nilai UAS Kelas XI IPA ... 75

Lampiran 2 Daftar Nama Siswa kelas Eksperimen dan Kontrol ... 77

Lampiran 3 Uji Normalitas Populasi ... 79

Lampiran 4 Uji Homogenitas Populasi ... 91

Lampiran 5 Uji Kesamaan Rata-rata Populasi ... 92

Lampiran 6 Kisi-kisi Soal ... 97

Lampiran 7 Soal Kelarutan Pretest dan Posttest... 98

Lampiran 8 Kunci Jawaban Soal Pretest dan Posttest ... 101

Lampiran 9 Reliabilitas Soal Uraian ... 110

Lampiran 10 Hasil Pretest dan Posttest Soal Uraian ... 112

Lampiran 11 Uji Normalitas Hasil Pretest... 114

Lampiran 12 Uji Normalitas Hasil Posttest ... 120

Lampiran 13 Uji Kesamaan Dua Variant Nilai Posttest ... 126

Lampiran 14 Uji Perbedaan Dua Rata-rata Nilai Posttest ... 128

Lampiran 15 Analisis Pengaruh Antar Variabel ... 130

Lampiran 16 Perhitungan Koefisien Determinasi ... 131

Lampiran 17 Analisis Keterampilam Proses Sains Observasi ... 132

Lampiran 18 Rata-rata Hasil KPS Berdasarkan Tes Kognitif ... 141

Lampiran 19 Analisis Aspek Afektif ... 145

Lampiran 20 Analisis Angket Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran ... 154

Lampiran 21Silabus Mata Pelajaran Kimia ... 157

Lampiran 22 RPP Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan ... 161

Lampiran 23 Lembar Penilaian Afektif ... 204

Lampiran 24 Rubrik Penilaian Afektif ... 205

Lampiran 25 Lembar penilaian Keterampilan Proses Sains ... 207

Lampiran 26 Rubrik Penilaian Keterampilan Proses Sains ... 209

Lampiran 27 Lembar Diskusi Siswa ... 213

Lampiran 28 Bahan Ajar Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan ... 227

Lampiran 29 Media Flow Card... 242

Lampiran 30 Lembar Validasi Instrumen Penilaian Tes KPS ... 243

Lampiran 31 Lembar Validasi Silabus Oleh Dosen ... 244

Lampiran 32 Lembar Validasi RPP Oleh Dosen ... 246

Lampiran 33 Lembar Validasi Penilaian Aspek Afektif Oleh Dosen ... 248

Lampiran 34 Lembar validasi Penilaian KPS Oleh Dosen ... 250

Lampiran 35 Lembar Validasi Angket Tanggapan Siswa Oleh Dosen ... 252

Lampiran 36 Surat Keterangan Penelitian ... 253

(13)

xiii

Lampiran 38 Hasil Diskusi Siswa ... 259

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Pendidikan tidak terlepas dari kegiatan belajar, proses pembelajaran

merupakan hal yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan. Pendidikan IPA

adalah salah satu program pendidikan yang ada di sekolah menengah atas. Salah

satu ilmu yang termasuk ke dalam pendidikan IPA adalah pelajaran kimia.

Mempelajari kimia tidak hanya dengan mengingat konsep dan fakta-fakta, tetapi

siswa hendaknya turut aktif dalam proses menemukan konsep dan fakta yang

diperolehnya. Keaktifan dalam proses penemuan konsep dan fakta dapat

dilakukan dengan pembelajaran konstruktivis. Hal ini berarti pembelajaran di

kelas tidak cukup bersifat transfer pengetahuan dari guru kepada siswanya, tetapi

lebih bersifat membangun pengetahuan melalui pengalaman yang bersentuhan

dengan objek belajar.

Siswa mengalami kesulitan untuk menemukan konsep-konsep dan

membangun pengetahuan dalam pelajaran kimia. Pembelajaran sains di Indonesia

cenderung menekankan pada aspek produk atau hasil. Sehingga aspek proses

kurang mendapatkan porsi yang cukup. Aspek proses tersebut salah satunya

adalah keterampilan proses sains. Kurangnya waktu dan alat laboratorium adalah

(15)

keterampilan proses sains siswa dalam pembelajaran masih sulit (Rohmatika et

al.,2012).

Selain dari aspek proses, seringkali masalah yang muncul adalah penilaian

afektif siswa. Penilaian afektif penting dilakukan karena keberhasilan

pembelajaran kimia juga dipengaruhi oleh kondisi afektif siswa. Oleh karena itu

untuk mengopimalkan keberhasilan pembelajaran dan proses pembelajaran bagi

siswa, guru harus memperhatikan karakteristik afektif siswa salah satunya adalah

sikap siswa (sesuai PP No. 19 tahun 2005 pasal 64). Untuk mengatasi masalah

tersebut diperlukan model pembelajaran yang menjadikan siswa aktif dan terbiasa

memecahkan masalah dengan langkah-langkah ilmiah dan dapat

mengembangkan keterampilan proses sains siswa, yaitu dengan menggunakan

model pembelajaran inkuiri.

Model Inkuiri (menemukan) memiliki keunggulan yang membuat siswa

selalu bersemangat dalam menjalani kegiatan belajar mengajar karena siswa akan

lebih mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi untuk memperoleh pengetahuan

dengan melakukan penelitian secara berkala dan berkelanjutan (Agustanti, 2012).

Seperti yang dikemukakan oleh Ambarsari et al. (2013) siswa harus mampu

berbuat sesuatu dengan menggunakan proses dan prinsip keilmuan yang telah

dipahami. Inkuiri mempunyai efektifitas tinggi sebagai model pembelajaran yang

membantu siswa dalam menemukan konsep dan menggunakan keterampilan

proses sains (Yager & Akcay, 2008).

Model pembelajaran inkuiri memberikan kesempatan siswa untuk berperan

(16)

merupakan implementasi dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

yang mencanangkan bahwa pembelajaran disajikan secara kontekstual dan

mampu mengembangkan keterampilan proses sains siswa. Pembelajaran kimia

tidak cukup hanya dengan pengetahuan konsep, namun harus ditekankan pada

penerapan konsep tersebut.Salah satunya dengan kegiatan praktikum. Melalui

kegiatan praktikum siswa dapat memperoleh keterampilan proses sains. Nopitasari

et al. (2012) menyatakan bahwa siswa perlu dilatih untuk mengembangkan

keterampilan proses sains karena kemampuan proses sains dapat meningkatkan

kemampuan berpikirnya, dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk

melakukan penemuan, meningkatkan daya ingat serta membantu siswa dalam

mempelajari konsep sains. Hal tersebut didukung oleh Osman dan Vebrianto

(2013) bahwa pembelajaran yang dilakukan melalui kegiatan observasi dan

praktikum dapat meningkatkan keingintahuan siswa, menguatkan pengetahuan

dan meningkatkan pemahaman mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat

tercapai.

Tujuan pembelajaran kimia, khususnya pada bahan kajian Kerja Ilmiah,

adalah untuk: (1) memupuk sikap ilmiah, yang mencakup: sikap jujur dan

obyektif terhadap data; sikap terbuka, yaitu bersedia menerima pendapat orang

lain serta mau mengubah pandangannya jika ada bukti bahwa pandangannya tidak

benar; ulet dan tidak cepat putus asa; kritis terhadap pernyataan ilmiah, yaitu tidak

mudah percaya tanpa dukungan hasil observasi empiris; dan dapat bekerjasama

dengan orang lain; serta (2) memperoleh pengalaman dalam menerapkan metode

(17)

hipotesis dengan merancang eksperimen melalui pemasangan instrumen,

pengambilan, pengolahan, dan interpretasi data, serta mengkomunikasikan hasil

eksperimen secara lisan dan tertulis (Depdiknas, 2003b). Tujuan ini sesuai dengan

indikator Keterampilan Proses Sains, yaitu mengamati, mengelompokkan atau

mengklasifikasikan, menafsirkan, meramalkan, mengajukan pertanyaan,

merumuskan hipotesis, merencanakan percobaan, menggunakan alat dan bahan,

menerapkan konsep dan mengkomunikasikan hasil (Adiprasetyo, 2012).

Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik maka keterampilan

proses perlu dikembangkan melalui pengalaman-pengalaman langsung sebagai

pengalaman pembelajaran. Melalui pengalaman langsung seseorang dapat lebih

menghayati proses atau kegiatan yang sedang dilakukan (Rustaman, 2005).

Pembelajaran juga memerlukan media pembelajaran karena fungsi media

pembelajaran adalah untuk mempermudah dalam menyamakan persepsi siswa

(Haryanto, 2011).

Media pembelajaran dapat digunakan untuk menjadikan suasana belajar

lebih efektif, kreatif dan menyenangkan bagi siswa. Untuk mempermudah dan

menyamakan persepsi siswa, dalam penelitian ini menggunakan media flow card.

Flow card merupakan modifikasi dari diagram alir (flow diagram) yaitu suatu

rangkaian yang menggambarkan proses atau prosedur kerja dalam kegiatan

praktikum (Davidowitz dan Rollnick, 2001). Media flow card merupakan bentuk

perantara untuk memperluas gagasan siswa. Melalui media kartu alir (flow card)

siswa akan lebih aktif dalam melasanakan praktikum, motivasi siswa juga akan

(18)

sehingga akan lebih mendorong keterampilan proses sains siswa dalam

praktikum (Wasilah, 2012).

Observasi yang dilakukan di lima sekolah diketahui bahwa pada materi

Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan belum diadakan praktikum dengan alasan

keterbatasan bahan dan waktu pelaksanaan. Hal tersebut membuat siswa kesulitan

dalam memahami materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan, karena tidak dapat

membentuk pemahamanya secara langsung. Atas dasar itulah, dalam materi

Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan harus dapat ditegaskan dengan melakukan

pembuktian dalam percobaan praktikum.

Kegiatan praktikum media yang digunakan hanyalah buku petunjuk

praktikum yang sudah terdapat pada bahan ajar seperti buku dan lembar kerja

siswa. Hal tersebut yang dialami oleh siswa SMA Negeri 4 Pekalongan,

khususnya kelas XI IPA. Menurut penuturan guru pengampu mata pelajaran

Kimia, terdapat masalah yang dihadapi oleh siswa kelas XI IPA salah satunya

adalah siswa kesulitan untuk mengembangkan keterampilan proses sains dalam

praktikum maupun dalam penilaian kognitif terutama pada materi kelarutan dan

hasil kali kelarutan, terlihat dari nilai praktikum dan nilai kognitif yang rendah.

Hal ini terlihat dari banyaknya siswa kelas XI IPA tahun ajaran 2013/2014 bahwa

nilai rata-rata siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan masih cukup

rendah yaitu 60,87. Nilai tersebut masih jauh dari nilai kriteria ketuntasan

maksimal yaitu 75. Padahal pembelajaran kimia yang dilakukan sudah

menggunakan berbagai metode seperti ceramah, tanya jawab, dan diskusi, tetapi

(19)

proses sains, maka siswa memerlukan media yang lebih menyenangkan dan

praktis sehingga mendukung proses belajar salah satunya menggunakan media

kartu alir (flow card).

Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian untuk

mengetahui pengaruh penerapan pembelajaran inkuiri berbantuan media flow card

terhadap keterampilan proses sains siswa kelas XI IPA SMA Negeri 4

Pekalongan.

1.2

Rumusan Masalah

1. Adakah pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri berbantuan

media flow card terhadap keterampilan proses sains siswa kelas XI SMA

Negeri 4 Pekalongan?

2. Berapa besar pengaruh penerapan pembelajaran inkuiri berbantuan media

flow card terhadap keterampilan proses sains siswa kelas XI SMA Negeri

4 Pekalongan?

3. Bagaimana tanggapan siswa terhadap penerapan pembelajaran inkuiri

berbantuan media flow card?

1.3

Tujuan Penelitian

1. Mengetahui adanya pengaruh model pembelajaran inkuiri berbantuan

media flow cardterhadap keterampilan proses sains pada materi Kelarutan

dan Hasil Kali Kelarutan siswa kelas XI SMA Negeri 4 Pekalongan.

2. Mengetahui beasarnya pengaruh penerapan pembelajaran inkuiri

(20)

materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan siswa kelas XI SMA Negeri 4

Pekalongan.

3. Mengetahui tanggapan siswa terhadap penerapan pembelajaran inkuiri

berbantuan media flow card.

1.4

Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritik

Secara teoritik hasil penelitian ini memiliki manfaat memberikan

informasi tentang penerapan model pembelajaran inkuiri berbantuan

media flow card dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa

dalam melaksanakan kegiatan praktikum.

2. Manfaat Praktis

1) Bagi Siswa

Memotivasi siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan praktikum

sehingga dapat memperoleh fakta dan konsep-konsep dalam

pelajaran kimia.

2) Bagi Guru

Memberikan alternatif model pembelajaran dalam melakukan

kegiatan belajar mengajar yang mengaktifkan siswa untuk

menemukan konsep sendiri.

3) Bagi Sekolah

Memberikan sumbangan bagi sekolah untuk memaksimalkan

kualitas mutu pendidikan yang lebih efektif.

(21)

Menambah pengalaman dan pengetahuan mengenai bagaimana

pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri berbantuan

mediaflow cardterhadap keterampilan proses sains.

1.5

Pembatasan Masalah

Subjek penelitian ini adalah kelas XI IPA Sekolah Menengah Atas

dengan materi pokok Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutanuntuk mengetahui

pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri berbantuan media flow card

(22)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Kajian Pustaka

2.1.1 Model Inkuiri

Proses pembelajaran sebaiknya menuntut siswa aktif dan berpusat pada

pendekatan sains yang meliputiinkuiri. Inkuiri merupakan suatu proses pemecahan

suatu masalah dengan kritis, analitis ilmiah menggunakan langkah tertentu untuk

menarik kesimpulan yang meyakinkan karena didukung oleh data (Suhardiman

dan Hamdi, 2012). Model inkuiri adalah suatu model yang melibatkan siswa aktif

dalam mencari dan menemukan pengetahuan atau informasi sendiri. Model

Inkuiri mempunyai keunggulan yaitu dengan cara memberi kesempatan siswa

untuk bertanya, menyelidiki dan akhirnya mengambil kesimpulan (Agustin et al.,

2011).

Beberapa prinsip utama dalam strategi pembelajaran inkuiri yang harus

diperhatikan oleh setiap pendidik, yaitu (1) berorientasi pada pengembangan

intelektual, yaitu mengukur siswa dari sejauh mana menguasai dan memahami

materi, melainkan bagaimana siswa mencari dan menemukan suatu makna

melalui proses berpikir. (2) Prinsip bertanya, yaitu kemampuan guru dalam

bertanya sangat diperlukan dalam proses pembelajaran inkuiri, selain itu siswa

mampu mengembangkan sikap berpikir kritis dengan selalu aktif menanyakan

fenomena yang sedang dipelajarinya. (3) Prinsip interaksi, yaitu untuk

(23)

mampu terangsang untuk meningkatkan kualitas berpikirnya dan mengatur

interaksi agar berjalan dinamis. (4) Belajar untuk berpikir, yaitu belajar itu tidak

hanya mengingat dan menghafal. Ada proses mental yang membuat siswa berpikir

dan menggunakan segala kemampuannya serta melibatkan semua potensi diri

siswa (Hartono, 2014).

Adapun langkah-langkah dalam model pembelajaran inkuiri menurut

Sanjaya (2006) terdapat pada Tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1 Langkah- langkah Model Pembelajaran Inkuiri

Langkah Pembelajaran Keterangan

Orientasi Pada langkah ini guru mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran dengan cara merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah.

Merumuskan masalah Pada langkah ini guru membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu.

Mengajukan hipotesis Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan berhipotesis pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.

Mengumpulkan data Tugas dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.

(24)

pengumpulan data. Merumuskan

kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.

Suparno (2006) mengemukakan bahwa meski para ahli menjelaskan model

inkuiri secara berbeda-beda, tetapi secara sederhana dapat dijelaskan sebagai

model pengajaran yang menggunakan proses: 1) identifikasi persoalan, 2)

membuat hipotesis, 3) pengumpulkan data, 4) menganalisis data, dan 5)

mengambil kesimpulan.

Pembelajaran inkuiri mempunyai beberapa keunggulan, antara lain:

1) Menekankan pada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik

secara seimbang;

2) Siswa menjadi aktif dalam mencari dan mengolah sendiri informasi;;

3) Siswa mengerti konsep dasar dan ide-ide secara baik;

4) Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri sesuai gaya belajar mereka;

5) Memberikan waktu pada siswa secukupnya, sehingga mereka dapat

mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.

Pembelajarn inkuiri juga mempunyai beberapa kelemahan, antara lain:

1) Guru harus pandai merumuskan teka-teki atau pertanyaan kepada siswa

dengan baik;

2) Memerlukan waktu panjang sehingga guru sering sulit menyesuaikan waktu

yang ditentukan;

3) Pada sistem klasikal dengan jumlah siswa yang relatif banyak, penggunaan

(25)

4) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa

menguasai materi, maka pembelajaran ini sulit diimplementasikan oleh guru.

(Sanjaya,2006).

Berdasarkan uaraian langkah-langkah model inkuiri dari para ahli di atas

memiliki beberapa kesamaan yaitu merumuskan masalah, merumuskan hipotesis,

mengumpulkan data, menguji data, dan menarik kesimpulan. Pelaksanaan dimulai

dengan mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran dengan

cara merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah secara

berkelompok. Siswa menyelesaikan permasalahan dengan praktikum atau

demonstrasi.

Penelitian ini menggunakan langkah-langkah model inkuiri menurut

Sanjaya (2006). Langkah inkuiri menurut Suparno (2006) tidak ada langkah

orientasi kepada siswa. Langkah orientasi merupakan langkah penting. Pada

langkah ini pendidik mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses

pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran ini bergantung pada kemauan siswa

untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah,

tanpa kemauan dan kemampuan tidak mungkin proses pembelajaran berjalan

dengan lancar. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka langkah inkuiri yang

diterapkan di SMA Negeri 4 Pekalongan adalah:

1. Orientasi;

2. Merumuskan masalah;

3. Mengajukan hipotesis;

(26)

5. Menguji hipotesis;

6. Merumuskan kesimpulan.

2.1.2 Media dan Media Pembelajaran

Media merupakan alat yang dapat digunakan untuk mempermudah dalam

menyampaikan informasi. Suatu proses pembelajaran pasti ada tujuan yang akan

dicapai, untuk itu dalam menyampaikan informasi, guru memerlukan alat bantu

untuk mempermudah proses pembelajaran di kelas yang disebut dengan media

pembelajaran (Setyono et al., 2013). Sedangkan menurut Nurseto (2011) media

pembelajaran merupakan sarana untuk menyalurkan pesan atau informasi dalam

kegiatan belajar mengajar.

Media pembelajaran memiliki peran penting dalam mencapai tujuan

pembelajaran. Penggunaan media dalam kegiatan belajar mengajar dapat

membantu mewakili sesuatu yang tidak dapat disampaikan guru melalui kata-kata

atau kalimat sehingga dapat menyamakan persepsi siswa (Haryanto, 2011).

Pemilihan media pembelajaran tidak harus menggunakan media yang berbasis

teknologi, tetapi dapat menggunakan media sederhana sehingga memudahkan

dalam proses pembuatannya. Media diagram alir adalah salah satu media visual

sederhana yang dapat dijadikan media pembelajaran karena dengan media

diagram alir siswa akan lebih mudah untuk memvisualisasikan konsep yang

diterimanya.

2.1.3 Diagram / Bagan

Diagram termasuk dalam media visual. Fungsinya adalah menyajikan

(27)

atau tulisan. Diagram juga mampu memberikan informasi yang lebih ringkas

dengan menampilkan hal-hal yang penting dari suatu presentasi (Sadiman et al.,

2012). Sebagai media yang baik diagram / bagan harus dapat dimengerti siswa,

sederhana dan lugas dan tidak rumit. Diagram / bagan harus berkaitan dengan

materi yang akan disampaikan di kelas, jangan sampai terjadi miss concept

data,atau informasi ( Daryanto, 2010).

2.1.4 Diagram Alir

Digram alir menggambarkan arus suatu proses atau dapat pula menelusuri

tanggung jawab atau hubungan kerja antar berbagai bagian atau seksi suatu

organisasi. Tanda panah sering kali untuk mengambarkan arah arus tersebut

(Sadiman et al., 2012). Diagram alir adalah suatu rangkaian yang memperlihatkan

aliran urutan suatu proses atau hubungan beberapa prosedur yang menggambarkan

tahapan dari prosedur kerja (Davidowitz dan Rollnick, 2001). Diagram alir dapat

digunakan untuk media dalam pelaksanaan praktikum yaitu untuk

menggambarkan cara kerja dalam praktikum tersebut.

2.1.5 Kartu Alir (Flow Card)

Kartu alir (flow card) merupakan modifikasi dari diagram alir yang dibuat

dengan media kartu, di dalamnya terdapat simbol-simbol sederhana yang

menggambarkan langkah kerja di laboratorium, dan dibuat urutan sehingga

menunjukkan suatu aliran tahap-tahap prosedur yang mencerminkan pemahaman

awal siswa dalam memahami langkah kerja suatu praktikum (Jelita, 2013). Media

flow card ini dibuat lebih menarik dengan menyajikan gambar langkah-langkah

(28)

menggunakan alat dan bahan praktikum menjadi lebih baik.Penyajian gambar

dapat membantu siswa memperoleh dan menyimpan kesan-kesan visual.

Media flow card yang digunakan dalam penelitian ini adalah kartu yang

berisi langkah-langkah praktikum kelarutan dan hasil kali kelarutan sehingga

dapat digunakan sebagai petunjuk praktikum. Media flow card ini berbentuk kartu

yang saling terangkai menjadi satu dan dapat dibuka sesuai dengan urutan langkah

praktikum. Penggunaan media flow card ini dapat menambah minat dan daya tarik

siswa pada saat melakukan praktikum karena langkah-langkahnya sudah

tervisualisasi dengan jelas. Media flow card ini juga mempunyai kelemahan yaitu

tidak dapat menampilkan obyek yang terlalu kompleks serta ukurannya terlalu

kecil untuk ditampilkan secara klasikal (Umamah, 2010).

2.1.6 Keterampilan Proses Sains

Keterampilan proses sains (science process skill) merupakan keterampilan

yang berorientasi pada proses IPA, dapat disebut juga sebagai keterampilan

inkuiri. Keterampilan proses sains bertujuan untuk membuat siswa lebih aktif

dalam memahami, menguasai rangkaian yang telah dilakukannya (Rustaman,

2005). Keterampilan proses sains adalah keterampilan yang diperoleh dari latihan

kemampuan-kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai

penggerak kemempuan-kemampuan yang lebih tinggi. Kemampuan-kemampuan

mendasar yang telah dikembangkan inilah yang kemudian menjadi satu

keterampilan individu (Holil, 2008).

Langkah-langkah pelaksanaan keterampilan proses antara lain: (1)

(29)

(menginterpretasikan), (4) Meramalkan, (5) Menerapkan, (6) Merencanakan

penelitian, (7) Mengkomunikasikan (Ango, 2002). Sedangkan menurut Rustaman

(2005) indikator keterampilan proses sains adalah sebagai berikut:

(1) Mengamati (observasi); (2) Mengelompokkan (klasifikasi); (3)

Menafsirkan Pengamatan (Interpretasi); (4) Meramalkan (Prediksi); (5)

Mengajukan Pertanyaan; (6) Merumuskan Hipotesis; (7) Merencanakan

Percobaan; (8) Menerapkan Konsep; (9) Berkomunikasi; (10) Menggunakan Alat

dan Bahan. Pengajaran ilmu sains dalam hal ini pelajaran kimia yang diketahui

objeknya adalah abstrak namun benar dan terbukti ada di alam akan sangat tepat

bila diberikan dengan mengembangkan keterampilan proses seperti pada uraian

sebelumnya.

Pembelajaran inkuiri yang diterapkan pada materi kelarutan dan hasil kali

kelarutan dalam penelitian ini yaitu dengan metode praktikum sehingga di dalam

praktikum keterampilan proses sains yang diukur terdapat indikator mengajukan

pertanyaan, merumuskan hipotesis dan menggunakan alat dan bahan ketika

praktikum. Indikator ini juga sinkron dengan langkah-langkah yang ada dalam

model pembelajaran inkuiri. Jadi dalam penelitian ini merujuk pada indikator

menurut Rustaman (2005), yang mengungkapkan 10 indikator keterampilan

proses sains. Dari 10 Indikator tersebut akan dibagi menjadi dua aspek penilaian,

yaitu keterampilan proses sains yang diukur berdasarkan tes menggunakan soal

uraian yang meliputi indikator mengajukan pertanyaan/merumuskan masalah,

merumuskan hipotesis, mengelompokkan (klasifikasi), meramalkan (prediksi) dan

(30)

(interpretasi), merencanakan percobaan, menggunakan alat dan bahan, dan

berkomunikasi. Penilaian ini dilakukan pada saat posttest. Sedangkan penilaian

keterampilan proses sains yang dilakukan dengan observasi langsung

menggunakan lembar observasi meliputi indikator mengamati (observasi),

menafsirkan pengamatan (interpretasi), merencanakan percobaan, menggunakan

alat dan bahan, dan berkomunikasi.

Penilaian keterampilan proses sains melalui lembar observasi dengan 3

observer. Penilaian ini dilakukan pada saat siswa melakukan praktikum kelarutan

dan hasil kali kelarutan di laboratorium. Setiap siswa mengenakan name tag

supaya memudahkan observer melakukan proses penilaian. Penilaian dilakukan

pada pertemuan ke 3, karena pada pertemuan ke 3 siswa pada kelas eksperimen

dan kelas kontrol melakukan praktikum pengaruh penambahan ion sejenis

terhadap kelarutan.

2.1.7 Aspek Afektif

Kemampuan afektif merupakan bagian dari hasil bejar yang penting. Ada

lima tipe karakteristik afektif yang terdiri dari sikap, minat, konsep diri, nilai dan

moral (Depdiknas, 2008). Aspek afektif yang dinilai dalam penelitian ini yaitu

sikap siswa selama mengikuti pelajaran.

Penilaian sikap terdiri disiplin, jujur, toleransi, tanggungjawab,

gotongroyong, percaya diri dan santun (Depdiknas, 2014). Sikap siswa yang

dinilai dalam penelitian ini meliputi disiplin, tanggungjawab, gotongroyong,

(31)

karena sikap jujur cukup sulit untuk diamati, karena tidak semua sikap jujur tidak

dapat dilihat oleh indera penglihatan.

Sikap siswa yang dinilai adalah kedisiplinan, perhatian dan keaktifan

siswa, menghargai pendapat orang lain, kelengkapan catatan dan buku/sumber

belajar, serta sopan. Untuk menilai kedisiplinan siswa dapat dilihat dari kehadiran

tepat waktu, selalu mengikuti pelajaran kimia, tepat waktu mengumpulkan tugas

dan memakai atribut seragam dengan lengkap. Nilai perhatian dan keaktifan siswa

dapat diamati dari keseriusan dalam mendengarkan penjelasan guru, keaktifan

mengerjakkan tugas, mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan dari guru

atau teman dan berdiskusi tentang materi Ksp. Untuk menilai sikap menghargai

pendapat orang lain dapat dilihat ketika siswa mendengarkan ketika orang lain

berpendapat dan tidak ramai di kelas. Kelengkapan catatan dan buku/sumber

belajar dapat dinilai dari lengkap tidaknya catatan, kerapihan dan banyaknya buku

sumber belajar yang dibawa siswa. Sopan dapat diamati dengan kriteria berbicara

dengan bahasa yang baik dan sopan di dalam kelas.

Penilaian sikap dilakukan melalui lembar observasi dengan 3 observer.

Setiap siswa mengenakan name tag untuk memudahkan observer melakukan

pengamatan. Penilaian sikap siswa dilaksanakan selama pembelajaran materi

kelarutan dan hasil kali kelarutan berlangsung, yaitu dari pertemuan pertama

sampai terakhir.

(32)

Pokok Bahasan materi kelarutan dan hasil kali kelarutan mencakup

delapan sub pokok bahasan, yaitu:

1. Kesetimbangan dalam Larutan Garam yang Sukar Larut

Pada suatu larutan elektrolit, zat-zat yang terlarut akan terionisasi dan

menghasilkan kation dan anion. Elektrolit sukar larut, ion-ion terlarutnya

berada dalam larutan jenuh dan membentuk kesetimbangan heterogen dengan

padatannya. tetapan kesetimbangan yang baru disebut tetapan hasil kali

kelarutan. hasil kali kelarutan adalah kondisi suatu zat yang dapat larut dalam

air hingga tercapai kondisi tepat jenuh. Secara umum, persamaan

keseimbangan larutan garam AxBy dengan kelarutan s adalah: AxBy(s) ⇄

XAy+(aq) + YBx-(aq)

Maka Ksp = [Ay+]x[Bx-]y karena [AxBy] konstan

Keterangan :

X dan Y adalah koefisien

x- dan y+ adalah muatan dari ion A dan B.

2. Kelarutan

Kenyataan menunjukan bahwa ada zat yang mudah larut dan ada pula zat

yang tidak mudah larut dalam air. Zat yang mudah larut dalam air mempunyai

harga kelarutan yang besar, sedang zat yang sukar larut mempunyai harga

kelarutan yang kecil. Jumlah mol zat yang larut dalam 1 liter larutan sehingga

(33)

3. Hasil Kali Kelarutan (Ksp)

Ksp atau konstanta hasil kali kelarutan adalah hasil kali konsentrasi ion-ion

dalam larutan jenuh, dipangkatkan masing-masing koefisien reaksinya. Di

dalam larutan jenuh terjadi kesetimbangan antara padatan dengan ion-ion

hasil disosiasinya (Supardi & Luhbandjono, 2012)

Contoh;

AgCl(s) Ag+ (Aq) + Cl-(Aq)

K =

Konsentrasi padatan selalu tetap selama zat padatnya ada, jadi:

K . (AgCl (s)) = (Ag+) (Cl-)

Ksp = (Ag+) (Cl-)

Secara umum dapat dituliskan:

LaXb(s) a L b+ + b X

a-K =

K . = Ksp=

(Supardi & Luhbandjono, 2012)

4. Hubungan Kelarutan dengan Hasil Kali Kelarutan

Jika harga kelarutan dari senyawa AmBn sebesar s mol L–1, maka di dalam

reaksi kesetimbangan tersebut konsentrasi ion-ion An+ dan Bm– adalah:

AmBn(s) mAn+(aq) + nBm-(aq)

s mol L-1 ms mol L-1 ns mol L-1

(34)

Ksp AmBn = [An+]m [Bm–]n

= (ms)m (ns)n

= mm.sm.nn.sn

= mm.nn.sm+n

sm+n =

s = √

5. Pengaruh Ion Sejenis terhadap Kelarutan

Pengaruh penambahan ion senama mengakibatkan kelarutan zat akan

berkurang. Makin besar jumlah ion sejenis, makin kecil kelarutan senyawa

tersebut.Berdasarkan azas Le Chatelier, jika konsentrasi zat pada

kesetimbangan diubah maka akan terjadi pergeseran kesetimbangan.

6. Hubungan Ksp dengan pH

Dengan mengatur pH kita dapat memperbesar atau memperkecil kelarutan

senyawa elektrolit. Tingkat keasaman larutan (pH) dapat mempengaruhi

kelarutan berbagai jenis zat.Suatu basa umumnya lebih larut dalam larutan

yang bersifat asam, dan lebih sukar larut dalam larutan yang bersifat basa.

Garam-garam yang berasal dari asam lemah akan lebih mudah larut dalam

larutan yang bersifat asam kuat.

7. Hubungan Ksp dengan Pengendapan

Percampuran dua jenis larutan elektrolit ada yang dapat membentuk endapan

(35)

ion-ion dipangkatkan koefisiennya. Dalam proses yang kemungkinan

membentuk endapan AxBy, dapat terjadi tiga kemungkinan, yaitu:

a. Jika Qc AxBy>Ksp AxBy, percampuran menghasilkan endapan,

b. Jika Qc AxBy = Ksp AxBy, percampuran belum menghasilkan endapan

(keadaan seperti ini disebut tepat jenuh atau akan mulai mengendap)

c. Jika Qc AxBy<Ksp AxBy, percampuran belum menghasilkan endapan

8. Penerapan Prinsip Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan dalam Kehidupan Sehari-hari

a. Pembentukan stalagtit dan stalagmit

b. Pembentukan batu ginjal dalam tubuh

c. Penambahan senyawa fluorida dalam pasta gigi

d. Pemisahan logam melalui reaksi pengendapan

2.2

Penelitian Terkait

Penelitian terkait antara lainpenelitian yang dilakukan oleh Wiwin

Ambarsari (2013) mengkaji tentang penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing

terhadap keterampilan proses sains dasar pada pelajaran biologi siswa kelas VII.

Dalam penelitiannya yang menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing

dapat meningkatkan keterampilan proses sains. Fajariani dan Ismono (2013) juga

berhasil menerapkan pembelajaran inkuiri untuk melatih keterampilan berpikir

tingkat tinggi dengan adanya peningkatan nilai pretest dan postest dengan nilai

<g> 0,66 yang dikatagorikan sedang.

Berdasarka hasil penelitian yang dilakukan oleh Putri Sartika Agustin et

(36)

keterampilan proses sains pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Boyolali. Penelitian

serupa juga dilakukan oleh Lalu Ria Suhardiman (2012) menunjukkan bahwa

hasil uji hipotesis pada taraf signifikansi 5% menghasilkan harga Fhitung sebesar

1.16 sementara harga Ftabel untuk derajat kebebasan pembilang 35 dan derajat

kebebasan penyebut 35 dalam taraf signifikansi 5% sebesar 1.78dan harga Thitung

diperoleh 3.86 sementara harga Ttabel sebesar 1.66 ini menunjukkan bahwa

keterampilan proses IPA siswa yang diajar dengan metode pembelajaran inkuiri

lebih baik dari pada keterampilan proses IPA siswa yang diajar dengan

menggunakan metode pembelajaran konvensional.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Anggun Nopitasari (2012)

menunjukkan bahwa dalam pembelajaran biologi menggunakan metode student

created case studies disertai media gambar dapat melatih siswa dalam

mengembangkan keterampilan proses sains.

2.3

Kerangka Berpikir

Pada penelitian ini digunakan dua tipe pembelajaran yaitu pembelajaran

inkuiri berbantuan media flow card pada kelas eksperimen dan pembelajaran

(37)
[image:37.595.82.551.79.568.2]

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

2.4

Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh penerapan model

pembelajaran inkuiri berbantuan media flow card terhadap keterampilan proses sains siswa.

Penerapan pembelajaran inkuiri pada materi kelarutan

dan hasil kali kelarutan terhadap keterampilan proses

sains siswa Laporan Hasil

Praktikum

Pembelajaran berpusat pada aktivitas siswa

Peningkatan Keterampilan Proses Sains

Kegiatan praktikum berbasis inkuiri

Pembelajaran berbasis inkuiri

Masalah :

Keterampilan proses sains rendah yang ditunjukkan dengan nilai praktikum rendah

Akibat:

Siswa cenderung menghafal konsep dan fakta, kemampuan praktikum kurang.

Penyusunan Perangkat Pembelajaran Inkuiri Berbantuan Media Flow Card Pada Meteri Kelarutan dan Hasil Kali kelarutan Terhadap Keterampilan Proses Sains

Siswa

Kognitif Afektif

Keterampilan proses sains

PEMBELAJARAN KIMIA

(38)

25

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 4 Pekalongan. SMA Negeri 4

Pekalongan terletak di jalan HOS. Cokro Aminoto Pekalongan. Penelitian ini

dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015 yaitu tanggal 20

April-14 Mei tahun 2015.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

3.2.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA-1, XI IPA-2, XI

IPA-3 dan XI IPA-4 SMA Negeri 4 Pekalongan tahun pelajaran 2014/2015.

[image:38.595.141.508.531.619.2]

Rincian populasi dapat dilihat pada Tabel 3.1

Tabel 3.1 Rincian Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 4 Pekalongan

No Kelas Jumlah Siswa

1 XI-IPA 1 35

2 XI-IPA 2 36

3 XI-IPA 3 35

4 XI-IPA 4 36

Total 142

(Sumber: Administrasi kesiswaan SMA Negeri 4 Pekalongan 2014/2015)

3.2.2 Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik cluster random

sampling yaitu mengambil dua kelas secara acak dari jumlah kelas anggota

(39)

terambil dari jumlah kelas anggota populasi akan terbagi menjadi kelas kontrol

dan kelas eksperimen.

3.3 Variabel Penelitian

3.3.1 Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu:

(1) Kelas eksperimen : Model pembelajaran inkuiri berbantuan media flow card.

(2) Kelas kontrol : Pembelajaran dengan metode ceramah.

3.3.2 Variabel Terikat

Variabel terikat yaitu variabel yang menjadi titik pusat penelitian. Dalam

hal ini adalah keterampilan proses sains siswa kelas XI SMA Negeri 4

Pekalongan pada materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan.

3.3.3 Variabel Kontrol

Variabel terkontrol yaitu variabel yang dijaga atau dikendalikan agar

selalu konstan.Variabel terkontrol dalam penelitian ini adalah guru, kurikulum,

materi, dan alokasi waktu pelajaran yang sama.

3.4 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan

pretest-posttest control group design. Dalam desain ini, diberikan pretest untuk

mengetahui keadaan awal antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Desain

(40)

Tabel 3.2 Desain Penelitian

Kelas Keadaan Awal Perlakuan Keadaan Akhir

Eksperimen Y1 X1 Y2

Kontrol Y1 X2 Y2

Keterangan:

X1 : Pembelajaran kimia menggunakan metode pembelajaran inkuiri berbantuan media flow card

X2 : Pembelajaran kimia dengan menggunakan metode ceramah Y1 : Kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi pretest

Y2 : Kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi posttest (Sugiyono, 2010).

Selain terdapat pola rancang terdapat juga prosedur penelitian, terdiri dari

tahap persiapan, tahap uji coba, dan tahap pelaksanaan penelitian.

3.4.1 Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan ini dilakukan observasi terhadap permasalahan yang

ada, meliputi mengambil data awal berupa nilai ulangan dan nilai praktikum tahun

sebelumnya, wawancara dengan guru dan siswa, melihat pembelajaran di kelas

secara langsung, mengamati pelaksanaan praktikum, mengamati kondisi siswa

dan kondisi kelas pada saat pembelajaran berlangsung. Selain itu menyusun

kisi-kisi instrumen penelian berdasarkan indikator.

3.4.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian

Pada tahap pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan

pretest sebelum pelaksanaan pembelajaran materi kelarutan dan hasil kali

kelarutan dimulai pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, menganalisis hasil

pretest, melakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

(41)

flow card pada saat siswa melakukan praktikum pengaruh ion sejenis terhadap

kelarutan. Media flow card digunakan sebagai petunjuk dalam merancang

percobaan yang dilakukan. Pada kelas kontrol pembelajarnnya menggunakan

metode ceramah. Melakukan posttest setelah semua pembelajaran selesai pada

kelas eksperimen dan kelas kontrol, menganalisis hasil posttest dan menyusun

laporan hasil penelitian.

3.5

Metode Pengumpulan Data

3.5.1 Metode Tes

Metode tes digunakan untuk mengetahui kemampuan keterampilan proses

sains siswa dalam ranah kognitif dan juga untuk mengetahui kemampuan analisis

siswa sebelum dan setelah proses pembelajaran. Di samping itu hasil tes evaluasi

hasil belajar juga dianalisis untuk mengetahui pengaruh pembelajaran yang telah

diterapkan.

3.5.2 Metode Angket

Metode angket bertujuan untuk mengetahui respon siswa terhadap

penerapan pembelajaran dengan model inkuiri berbantuan media flow card. Hasil

angket dianalisis secara deskriptif dengan membuat tabel frekuensi jawaban siswa

kemudian ditarik kesimpulan.

3.5.3 Metode Observasi

Metode observasi dilakukan untuk mengamati keterampilan proses sains

siswa pada saat melaksanakan kegiatan praktikum. Hasil dari metode

pengambilan data ini disajikan dalam bentuk lembar pengamatan yang

(42)

belajar berlangsung. Pada saat dilakukan penilaian siswa mengenakan name tag

agar mempermudah observer ketika melakukan penilaian. Metode observasi juga

dilakukan untuk menilai afektif siswa ketika pembelajaran di kelas berlangsung.

3.5.4 Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi dilakukan dengan cara mengambil dokumen atau

data-data yang mendukung penelitian. Dokumentasi digunakan untuk analisis data

awal dan juga data akhir penelitian.

3.6

Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti

dalam menggunakan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik,

dalam arti luas, cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah

(Arikunto, 2010). Dalam penelitian ini, instrumen penelitian yang digunakan

meliputi silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), bahan ajar, evaluasi

berupa tes uraian, lembar observasi keterampilan proses sains siswa, lembar

angket untuk mengetahui tanggapan siswa.

3.6.1 Silabus

Silabus yang digunakan dalam penelitian ini merupakan silabus dengan

model inkuiri.

3.6.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) digunakan sebagai panduan

bagi guru untuk melakukan kegiatan belajar mengajar di kelas. Rencana

(43)

3.6.3 Bahan Ajar

Bahan ajar yang digunakan yaitu materi pembelajaran kimia SMA kelas

XI IPA semester genap materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan dengan

merujuk pada silabus dan kurikulum yang berlaku di SMA Negeri 4 Pekalongan..

Materi pelajaran disampaikan dengan model inkuiri, menggunakan bahan ajar

yang ditentukan dan menggunakan media flow card ketika praktikum pada kelas

eksperimen.

3.6.5 Instrumen Validasi Soal Pretest dan Posttest

Langkah-langkah dalam penyusunan instrumen validasi soal pretest dan

posttest adalah:

1. Mengadakan pembatasan dan penyesuaian bahan-bahan instrumen dengan

kurikulum yaitu bidang studi kimia materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.

2. Merancang soal pretest dan posttest pemahaman konsep. Dalam merancang

soal, hal yang harus dilakukan yaitu menentukann jumlah butir soal dan

alokasi waktu yang disediakan. Jumlah butir soal yang diuji cobakan 15 soal

uraian dengan alokasi waktu 90 menit.

3. Menentukan tabel spesifikasi atau kisi-kisi soal.

4. Menyusun butir-butir soal.

5. Memvalidasi soal, dan

6. Menganalisis hasil validasi soal, yaitu validitas dan realibilitas perangkat tes

(44)

3.6.6 Instrumen Lembar Angket

Langkah-langkah penyusunan instrumen lembar angketadalah sebagai

berikut:

1. Menentukan jumlah indikator yang akan diamati untuk mengetahui respon

siswa yang terdiri dari 16 pertanyaan.

2. Menentukan tipe atau bentuk angket respon yang berupa daftar ratting scale

dengan jawaban sangat setuju,setuju, kurang setuju, tidak setuju.

3. Menyusun aspek yang telah ditentukan dalam lembar angket.

4. Mengkonsultasikan isi lembar angket yang telah tersusun kepada ahli yaitu

dosen pembimbing.

3.6.7 Langkah Penyusunan Lembar Observasi Keterampilan Proses Sains

Langkah-langkah penyusunan instrumen lembar observasi adalah sebagai

berikut :

1. Menentukan jumlah aspek yang akan diamati untuk penilaian ketetampilan

proses sains yang terdiri dari 10 aspek.

2. Menentukan tipe atau bentuk lembar observasi yang berupa daftar Rating

Scale.

3. Menyusun aspek-aspek keterampilan proses sains yang terdiri dari 10

indikator yaitu mengamati, mengelompokkan atau mengklasifikasikan,

menafsirkan, meramalkan, mengajukan pertanyaan, merumuskan hipotesis,

merencanakan percobaan, menggunakan alat dan bahan, menerapkan konsep

dan mengkomukasikan hasil yang telah ditentukan dalam bentuk lembar

(45)

4. Mengkonsultasikan lembar observasi yang telah disusun kepada ahli yaitu

dosen pembimbing.

3.6.8 Langkah Penyusunan Lembar Observasi Afektif

1. Menentuakan aspek yang diamati dalam penilaian afektif siswa.

2. Aspek yang diamati dalam penilaian afektif adalah sikap disiplin,

tanggungjawab, gotongroyong, toleransi, percaya diri dan santun.

3. Menentukan tipe atau bentuk lembar observasi.

4. Menyusun lembar observasi yang dilengkapi dengan rubrik penilaian lembar

observasi.

3.7

Analisis Instrumen Penilaian

Instrumen penelitian yang disusun dan digunakan dalam penelitian ini

diujicobakan pada siswa kelas XII IPA SMA Negeri 4 Pekalongan karena siswa

tersebut telah mendapatkan materi Kelarutan dan Hasil Kali kelarutan.

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi validitas, dan

reliabilitas.

3.7.7 Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan

atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu

mengukur apa yang diinginkan (Arikunto, 2010).

Validitas soal-soal pre test-post test dalam penelitian ini yaitu validitas isi

(46)

3.7.1.1Validitas Isi Soal

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan suatu

instrumen. Menurut Arikunto (2006), sebuah data dikatakan valid jika sesuai

dengan keadaannya. Validitas untuk tes berbentuk uraian digunakan validitas isi.

Validitas isi berkenaan dengan pertanyaan apakah materi tes relevan dengan

kurikulum yang sudah ditentukan. Untuk menguji menggunakan validitas isi

digunakan pendapat ahli. Isi instrumen dibuat sesuai dengan indikator yang akan

diukur, kemudian dikonsultasikan dengan para ahli. Para ahli akan memberi

keputusan apakah instrumen dapat digunakan tanpa perbaikan, digunakan dengan

perbaikan, dan mungkin dirombak total (Sugiyono, 2010). Dosen validator yang

dipilih adalah dosen diluar dosen pembimbing dan guru mata pelajaran Kimia,

yaitu Ibu Sri Susilogati. Sedangkan ahli yang dipilih untuk memberikan validasi

terhadap soal adalah guru mata pelajaran Kimia Ibu Harsiwi..

[image:46.595.176.510.520.753.2]

Ringkasan hasil analisis uji validitas soal uji coba termuat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Hasil Analisis Uji Validitas Soal

No. Submateri Indikator KPS

Kategori

(Nomor Soal) Jumlah Soal Valid Tidak

Valid 1. Kesetimbangan

dalamlarutan jenuh atau larutan garam yang sukar larut Mengamati Berkomunikasi Merumuskan Hipotesis 1 14 9 - - - 3

2. Menghubungkan tetapan hasil kali kelarutan dengan tingkat kelarutan atau Pengendapannya Mengelompok kan (klasifikasi)

2 -

2

(47)

percobaan

3. Menuliskan ungkapan berbagai Ksp elektrolit yang sukar larut dalam air

Menerapkan konsep

11 - 1

4. Menghitung kelarutan suatu elektrolit yang sukar larut berdasarkan data harga Ksp atau sebaliknya

Menerapkan konsep

12, 13

- 2

5. Menjelaskan pengaruh penambahan ion senama dalam larutan Menafsirkan pengamatan (Interpretasi) Mengajukan pertanyaan 3 8 - - 2

6. Menentukan pH larutan dari harga Kspnya

Meramalkan (prediksi)

7 - 1

7. Memperkirakan terbentuknya endapanberdasar kan harga Ksp dan membuktikannya dengan percobaan Meramalkan (prediksi) Menggunakan alat dan bahan

4, 5, 6

15 -

-

4

Hasil uji validitas isi didapatkan bahwa soal yang valid adalah

soal nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15 soal uji coba

yang valid selanjutnya digunakan sebagai soal posttest keterampilan

(48)

3.7.8 Reliabilitas

Suatu tes dikatakan mempunyai reliabilitas tinggi jika tes tersebut dapat

memberikan hasil tetap meskipun diteskan berkali-kali. Dalam mencari reliabilitas

instrumen soal tes dalam penelitian ini digunakan rumus α – Cronbach, yaitu:

r11 = (

Keterangan:

r11 = reliabilitas n = jumlah soal Si2 = varian butir St2 = varian total

Instrumen dikatakan reliabel jika r11 0,7. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh

reliabilitas soal sebesar 0,71. Angka tersebut menunjukkan bahwa instrumen soal

reliabel karena harga r11 0,7.

3.8

Analisis Instrumen Lembar Observasi Keterampilan Proses

Sains dan Aspek Afektif

3.8.1 Validitas

Lembar observasi diuji vailiditas isi dengan menggunakan expert validity

yaitu validitas yang disesuaikan dengan kondisi siswa dan dikonsultasikan dan

disetujui oleh ahli yaitu dosen pembimbing I (judgment expert) (Sugiyono, 2010).

3.8.2 Reliabilitas

Pengujian reliabilitas untuk instrumen lembar observasi menggunakan

inter rater reliability :

r11 =

Keterangan:

(49)

Ve = varian untuk kesalahan k = jumlah rater

3.9

Analisis Lembar Angket Respon

3.9.1 Validitas

Lembar angket respon diuji validitas isi dengan menggunakan expert

validity yaitu validitas yang disesuaikan dengan kondisi siswa dan dikonsultasikan

dan disetujui oleh ahli yaitu dosen pembimbing.

3.9.2 Reliabilitas

Reliabilitas instrumen ini menggunakan rumus alpha Cronbach yaitu:

( Arikunto, 2010)

Varians :

Keterangan:

[image:49.595.164.495.372.546.2]

= reliabilitas instrumen = jumlah kuadrat skor butir = banyak butir pertanyaan = jumlah kuadrat skor total = jumlah varians skor butir = kuadrat jumlah skor butir = varians total = kuadrat jumlah skor total = banyaknya subjek

Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas

Inteval Kriteria

0,8 < r11 ≤1.0 0,6 < r11 ≤ 0,8 0,4 < r11≤ 0.6 0,2 < r11≤ 0,4 r11≤ 0,2

(50)

3.10

Teknik Analisis Data

Data yang dihasilkan dari instrumen kemudian akan diolah dan selanjutnya

dianalisis untuk mengetahui instrumen yang diberikan sudah memenuhi syarat tes

yang baik atau belum. Adapun teknik pengolahan data dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

3.10.1 Analisis Data Awal

Analisis tahap awal digunakan untuk mengetahui keadaaan awal populasi dan

menentukan teknik pengambilan sampel. Analisis tahap awal digunakan tiga uji,

yaitu uji normalitas, uji homogenitas, dan uji kesamaan rata-rata. Data yang

digunakan untuk analisis tahap awal ini adalah data nilai ujian semester gasal

kelas XI IPA SMA Negeri 4 Pekalongan. Data nilai ujian semester gasal kelas XI

[image:50.595.130.494.497.638.2]

IPA dapat dilihat pada Tabel 3.5

Tabel 3.5 Data Nilai Ujian Akhir Semester Gasal

No. Kelas Jumlah

Siswa

Nilai Tertinggi

Nilai Terendah

Rata-rata

1. XI IPA 1 35 90 34 59,17

2. XI IPA 2 36 80 36 59,5

3. XI IPA 3 35 86 36 61,11

4. XI IPA 4 36 86 48 66,02

3.10.1.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data berdistribusi

(51)

statistik parametrik atau non parametrik. Rumus yang digunakan ialah sebagai

berikut:

Keterangan:

= chi kuadrat

Oi = frekuensi hasil pengamatan Ei = frekuensi yang diharapkan K = banyaknya kelas

Kriteria pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:

H : distribusi data tidak berbeda dengan distribusi normal.

H diterima jika (1 )( 3) 2

2

 

k

hitung  

 dengan taraf signifikan 5% dan derajat

kebebasan (k-3), yang berarti bahwa distribusi data normal (Sudjana, 2005).

Data yang dianalisis diambil dari hasil ujian akhir semester gasal dari

[image:51.595.133.490.492.627.2]

populasi. Hasil perhitungan dimuat pada Tabel 3.6

Tabel 3.6 Hasil Uji Normalitas Populasi

No. Kelas Kriteria

1. XI IPA 1 3,07 7,81 Distribusi normal

2. XI IPA 2 3,75 7,81 Distribusi normal

3. XI IPA 3 1,99 7,81 Distribusi normal

4. XI IPA 4 2,83 7,81 Distribusi normal

Populasi berdistribusi normal apabila < . Berdasarkan

perhitungan data populasi pada semua kelas, diperoleh kurang dari

(52)

kelas berdistribusi normal sehingga memenuhi syarat untuk dijadikan sampel

dalam penelitian. Sampel kelas kemudian dipilih, yaitu siswa pada kelas XI IPA 3

dan XI IPA 4.

3.10.1.2 Uji Homogenitas Populasi

Syarat digunakannya teknik cluster random sampling ialah apabila semua

kelas yang ada dalam populasi memiliki homogenitas yang sama. Oleh Karena itu

sebelum teknik cluster random sampling digunakan, maka dilakukan uji

homogenitas populasi dengan menggunakan uji Bartlett. Rumusnya ialah sebagai

berikut:

] log ) 1 ( )[

10

(ln 2

2  

i

i S

n B

Keterangan:

Si2 = variansi masing-masing kelas S = variansi gabungan

ni = banyaknya anggota dalam kelas/kelas B = koefisien Bartlett

χ2

= harga konsultasi homogenitas sampel

Kriteria pengujian hipotesis sebagai berikut:

H : populasi memiliki homogenitas yang tidak berbeda. Hasil perhitungan

tersebut dikonsultasikan dengan tabel chi kuadrat dengan peluang (1 - ) untuk 

= 5% dan dk = k – 1. Kriteria pengujiannya adalah jika , maka H diterima sehingga populasi dikatakan homogen (Sudjana 2005).

(53)

= 4 – 1 = 3 diperoleh = 7,81. Karena χ2hitung <χ2tabel maka dapat

disimpulkan bahwa Ho diterima. Hal ini berarti ketiga kelas mempunyai varians

yang sama (memiliki homogenitas yang sama).

3.10.1.3 Uji Kesamaan Rata-Rata antar Kelas dalam Populasi

Uji ini dilakukan untuk mengetahui kesamaan rata-rata dari kelas-kelas

dalam populasi. Hipotesis yang diajukan:

H : tidak ada perbedaan rata-rata kondisi awal populasi (μ1 = μ2 =….= μk) A : ada perbedaan rata-rata kondisi awal populasi

[image:53.595.114.514.403.695.2]

Ringkasan perhitungan anava satu jalur disajikan pada Tabel 3.7

Tabel 3.7 Ringkasan ANAVA Satu Jalur

Sumber Variasi Dk JK KT F

Rata-rata 1 Ry R = Ry / 1

Antar Kelompok k – 1 Ay A = Ay / (k-1)

Dalam Kelompok ∑ Dy D= ∑

Total ∑ ∑

Keterangan:

Ry = jumlah kuadrat rata-rata

Ay = jumlah kuadrat antar kelompok

JKtot = jumlah kuadrat total

∑ Dy = jumlah kuadrat dalam kelompok

(54)

R = kuadrat tengah rata-rata

A = kuadrat tengah antar kelompok eksperimen D = kuadrat tengah dalam kelompok eksperimen

Kriteria pengujiannya adalah tolak H jika  1 1, 1

i

n k hitung F

F dimana

1 k1,ni1

F didapat dari daftar distribusi F dengan peluang (1 - ) untuk  =

0,05 dan dk = (k – 1,

ni 1

) (Sudjana 2005).

Berdasarkan hasil analisis uji kesamaan rata-rata keadaan awal populasi

diperoleh = 2,55 dan = 2,67 dengan dk = 3 dan α = 5% . Karena Fhitung kurang dari Ftabel, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan

rata-rata dari keempat kelas populasi. Berdasarkan perhitungan hasil analisis uji

homogenitas dan uji ANAVA, karena populasi memiliki homogenitas yang sama

dan tidak ada perbedaan rata-rata dari populasi, maka syarat pengambilan sampel

cluster random sampling terpenuhi. Berdasarkan pengambilan sampel secara acak

terpilih kelas XI IPA 3 dan XI IPA 4 sebagai sampel dalam penelitian ini.

3.10.2 Analisis Data Lanjut

3.10.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas distribusi data dilakukan untuk mengetahui apakah data

berdistribusi normal ataukah tidak. Uji statistik yang digunakan adalah uji

chi-kuadrat.

Keterangan:

   k

i i

i i

E E O

1 2

= chi kuadrat

(55)

Harga X2hitung dibandingkan dengan X2tabel dengan taraf signifikan 5% dan

derajat kebebasan (dk) = k-3. Data terdistribusi normal jika X2hitung < X2tabel.

(Sudjana, 2005).

3.10.2.2 Uji Kesamaan Dua Varian

Sudjana (2005) menyatakan uji kesamaan dua varian data keterampilan

proses sains bertujuan untuk menentukan rumus t-tes yang digunakan dalam uji

hipotesis akhir, dengan rumus:

F =

terkecil terbesar ians

ians var var

Kriteria pengujian hipotesis sebagai berikut :

1. Jika harga Fhitung< Fα(nb-1)(nk-1) dengan (s12 = s22) berarti kedua kelas

mempunyai varians tidak berbeda sehingga diuji dengan rumus t.

2.Jika harga Fhitung ≥ Fα(nb-1)(nk-1) dengan (s12 ≠ s22 ) berarti kedua kelas mempunyai varians beda sehingga diuji dengan rumus t’.

Peluang yang digunakan adalah ½ α (α = 5 %), dk untuk pembilang= n1 –

1 dan dk untuk penyebut = n2– 1.

3.10.2.3 Uji Hipotesis

Uji Hipotesis menggunakan uji rata-rata satu pihak kanan. Sudjana (2005)

menyatakan uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah keterampilan proses sains

siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol.

Berdasarkan uji kesamaan dua varians:

1. Jika dua kelas mempunyai varians tidak berbeda(s12 = s22) digunakan

(56)

thitung =         2 1 2 1 1 1 n n s X

X dengan s =

2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1      n n s n s n

dk = n1 + n2 -2

Keterangan : X

1 = Rata-rata postes kelas eksperimen X

2 = Rata-rata postes kelas kontrol

1

n

Gambar

Gambar   Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Tabel 3.1 Rincian Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 4 Pekalongan
Tabel 3.3 Hasil Analisis Uji Validitas Soal
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan apakah kualitas audit, jenis opini audit, dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap audit report lag pada perusahaan

OCB dan Produktivitas Kerja Dosen Dpk pada PTS di Kota Mataram.. Dengan demikian model regresi ini dapat menjelaskan sebesar 69,5% varians OCB. Dan juga bahwa

Wakaf yang telah sah -baik dengan cara perbuatan atau perkataan- harus dijalankan dan tidak boleh dibatalkan (dengan kata lain: orang yang mewakafkan tidak boleh rujuk/kembali

Tujuan : Menganalisa perbedaan efektifitas terapi latihan William Flexion Exercise dan Mc.Kenzie Extension Exercises terhadap penurunan nyeri punggung bawah Miogenik

Citra retina akan dilakukan proses prapengolahan awal dari mengubah citra asli menjadi citra keabuan, yang kemudian dilakukan ekstraksi ciri menggunakan wavelet Haar untuk

dipakai akan mempengaruhi hasil air limbah yang dibuang, asumsi untuk untuk air limbah adalah 70% dari pemakaian air bersih, karena 30% dari pemakaian air akan hilang di

Sesuai dengan Keputusan Kapolri Nomor : Kep / 6 / I / 2011 tanggal 10 Januari 2011 tentang pemberlakuan Peraturan Presiden RI Nomor: 54 tahun 2010 tentang pedoman Pengadaan Barang

Masyarakat Indonesia mayoritas beragama Islam, persentasenya mencapai 88%. Bahkan merupakan jumlah muslim terbesar di dunia. Berkaitan dengan harta dan