TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS
SISWA KELAS XI SMA NEGERI 4 PEKALONGAN
skripsi
disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Kimia
oleh
Devi Dwi Ariani
4301411053
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Janganlah larut dalam satu kesedihan karena masih ada hari esok yang
menyongsong dengan sejuta kebahagiaan”
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. Bapak, Ibu, Kakak dan Adik yang senantiasa
mendoakan dan memberi semangat untuk
maju.
2. Teman suka duka saya Hari Suka yang telah
dengan penuh keikhlasan mengulurkan tenaga
dan kasih selama ini.
3. Teman-teman seperjuangan kuliah Pendidikan
v
PRAKATA
Saya haturkan rasa syukur kepada Allah Yang Maha Kaya karena berkat
nikmat dan kasih sayang-Nya sehingga terselesaikanlah skripsi yang berjudul
“Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Berbantuan Media Flow card Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas XI SMA Negeri 4 Pekalongan”.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini selesai berkat bantuan,
petunjuk, saran, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu, saya
ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri
Semarang.
2. Ketua jurusan kimia Universitas Negeri Semarang yaang telah memberikan
ijin penelitian dan membantu kelancaran ujian skripsi.
3. Bapak Prof. Dr. Kasmadi Imam Supardi, M.S, dosen pembimbing I yang telah
banyak memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi dalam penyusunan
skripsi.
4. Ibu Dr. Murbangun Nuswowati M.Si, dosen pembimbing II yang telah dengan
sabar memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Ibu Dr. Sri wardani, M.Si, dosen penguji yang memberikan saran dan arahan
untuk kesempurnaan skripsi ini.
6. Ibu Dra. Harsiwi, guru mata pelajaran kimia kelas XI SMA N 4 Pekalongan
yang telah banyak membantu terlaksananya penelitian ini.
7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Dalam skripsi ini diuraikan mengenai hasil dan pembahasan penelitian di
SMA Negeri 4 pekalongan, yakni sebuah penelitian dalam bidang pendidikan
dengan berfokus kepada pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri terhadap
keterampilan proses sains siswa.
Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi pembacanya dan bagi
perkembangan pendidikan pada umumnya.
Semarang, Agustus 2015
vi
ABSTRAK
Ariani, Devi Dwi. 2015. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Berbantuan Media Flow Card Terhadap Ketarampilan Proses Sains Siswa Kelas XI SMA Negeri 4 Pekalongan. Skripsi, Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Utama Prof. Dr. Kasmadi Imam Supardi, M.S, dan Pembimbing Pendamping Dr. Murbangun Nuswowati, M.Si
Kata kunci: Model Inkuiri; Keterampilan Proses Sains; Media Flow Card.
vii
ABSTRACT
Ariani, Devi Dwi. 2015. The Effect of Implementation A Inquary Learning Model Assisted Flow Card Media To The Science Process Skills for XI Grade of Senior High School 4 of Pekalongan. Skripsi, Chemistry Departement of Mathematics and Natural Science Faculty of Semarang State University. Main Lecturer Prof. Dr. Kasmadi Imam Supardi, M.S, and Second Lecturer Dr. Murbangun Nuswowati, M.Si
Keywords:Flow Card Media; Inquiry Model; Science Process Skills
This experimental research aim to determine the effect of implementation a inquary learning model assisted flow card media to the science process skills on the solution and constanta solubility product that is applied to the teaching process of senior high school 4 of pekalongan on April 20th until May 14th, 2015.. This research designs modified pretest and posttest control group design. sample was choose by cluster random sampling technique, the experimental class using inquary learning models assisted flow card media while the control class using speech method. The technique of analysis data are the mean difference test, analysis of the influence among variables, and coefficient of determination. The affective aspect and science process skills were analyzed descriptively. Based on the mean difference test showed tcalculated of science process skills was 2,91 while
ttabel value at 5% is 1,99. The influence among variables analysis showed that the
biserial coefficient value is 0,411. Calculation of the coefficient of determination showed the application of inquiry learning models aided flow card media was affect 16,89 % to the science process skills. Based on the mean difference test showed tcalculated of science process skills was 2,91 while ttabel value at 5% is 1,99.
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL Halaman
LEMBAR PERNYATAAN ... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
ABSTRAK ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang... 1
1.2Rumusan Masalah ... 6
1.3Tujuan Penelitian ... 6
1.4Manfaat Penelitian ... 7
1.5Pembatasan Masalah ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9
2.1 Kajian Pustaka ... 9
2.2 Penelitian terkait... 22
2.3 Kerangka Berpikir Penelitian... 23
2.4 Hipotesis... 24
BAB III METODE PENELITIAN ... 25
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 25
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 25
3.3 Variabel Penelitian ... 26
3.4 Desain Penelitian ... 26
3.5 Metode Pengumpulan Data ... 28
ix
3.7 Analisis Instrumen Penelitian ... 32
3.8 Analisis Instrumen Lembar Observasi Keterampilan Proses Sains... 35
3.9 Analisis Lembar Angket ... 36
3.10 Teknik Analisis Data... 37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 47
4.1 Hasil Penelitian ... 47
4.2 Pembahasan ... 59
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 69
5.1 Simpulan ... 69
5.2 Saran ... 69
DAFTAR PUSTAKA ... 71
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Inkuiri... 10
3.1 Rincian Siswa kelas XI IPA SMA Negeri 4 Pekalongan... 25
3.2 Desain Penelitian... 27
3.3 Hasil Analisis Uji Validitas Soal... 33
3.4 Kriteria Reliabilitas... 36
3.5 Data Nilai Ujian Akhir Semester Gasal... 37
3.6 Hasil Uji Normalitas Populasi... 38
3.7 Ringkasan ANAVA Satu Jalur... 40
3.8 Pedoman Interpretasi Terhadap Koefisien Korelasi Biserial (rb)... 45
4.1 Data Nilai Pretest-Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 47
4.2 Hasil Uji Normalitas... 48
4.3 Hasil Uji Kesamaan Dua Varians... 49
4.4 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata Keterampilan Proses Sains... 50
4.5 Koefisien Determinasi... 52
4.6 Rata-rata Keterampilan Proses Sains Siswa Berdasarkan observasi... 53
4.7 Rata-rata Nilai Aspek Afektif Siswa... 56
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Berpikir ... 24 4.1 Hasil Rata-rata Pretest-Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas
kontrol... 48
4.2 Hasil Keterampilan Proses Sains Siswa Berdasarkan Observasi
... 54
4.3 Hasil Keterampilan Proses Sains Siswa Berdasarkan
Tes... 55
4.4 Hasil Penilaian Afektif Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol... 57
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran 1 Data Nilai UAS Kelas XI IPA ... 75
Lampiran 2 Daftar Nama Siswa kelas Eksperimen dan Kontrol ... 77
Lampiran 3 Uji Normalitas Populasi ... 79
Lampiran 4 Uji Homogenitas Populasi ... 91
Lampiran 5 Uji Kesamaan Rata-rata Populasi ... 92
Lampiran 6 Kisi-kisi Soal ... 97
Lampiran 7 Soal Kelarutan Pretest dan Posttest... 98
Lampiran 8 Kunci Jawaban Soal Pretest dan Posttest ... 101
Lampiran 9 Reliabilitas Soal Uraian ... 110
Lampiran 10 Hasil Pretest dan Posttest Soal Uraian ... 112
Lampiran 11 Uji Normalitas Hasil Pretest... 114
Lampiran 12 Uji Normalitas Hasil Posttest ... 120
Lampiran 13 Uji Kesamaan Dua Variant Nilai Posttest ... 126
Lampiran 14 Uji Perbedaan Dua Rata-rata Nilai Posttest ... 128
Lampiran 15 Analisis Pengaruh Antar Variabel ... 130
Lampiran 16 Perhitungan Koefisien Determinasi ... 131
Lampiran 17 Analisis Keterampilam Proses Sains Observasi ... 132
Lampiran 18 Rata-rata Hasil KPS Berdasarkan Tes Kognitif ... 141
Lampiran 19 Analisis Aspek Afektif ... 145
Lampiran 20 Analisis Angket Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran ... 154
Lampiran 21Silabus Mata Pelajaran Kimia ... 157
Lampiran 22 RPP Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan ... 161
Lampiran 23 Lembar Penilaian Afektif ... 204
Lampiran 24 Rubrik Penilaian Afektif ... 205
Lampiran 25 Lembar penilaian Keterampilan Proses Sains ... 207
Lampiran 26 Rubrik Penilaian Keterampilan Proses Sains ... 209
Lampiran 27 Lembar Diskusi Siswa ... 213
Lampiran 28 Bahan Ajar Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan ... 227
Lampiran 29 Media Flow Card... 242
Lampiran 30 Lembar Validasi Instrumen Penilaian Tes KPS ... 243
Lampiran 31 Lembar Validasi Silabus Oleh Dosen ... 244
Lampiran 32 Lembar Validasi RPP Oleh Dosen ... 246
Lampiran 33 Lembar Validasi Penilaian Aspek Afektif Oleh Dosen ... 248
Lampiran 34 Lembar validasi Penilaian KPS Oleh Dosen ... 250
Lampiran 35 Lembar Validasi Angket Tanggapan Siswa Oleh Dosen ... 252
Lampiran 36 Surat Keterangan Penelitian ... 253
xiii
Lampiran 38 Hasil Diskusi Siswa ... 259
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pendidikan tidak terlepas dari kegiatan belajar, proses pembelajaran
merupakan hal yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan. Pendidikan IPA
adalah salah satu program pendidikan yang ada di sekolah menengah atas. Salah
satu ilmu yang termasuk ke dalam pendidikan IPA adalah pelajaran kimia.
Mempelajari kimia tidak hanya dengan mengingat konsep dan fakta-fakta, tetapi
siswa hendaknya turut aktif dalam proses menemukan konsep dan fakta yang
diperolehnya. Keaktifan dalam proses penemuan konsep dan fakta dapat
dilakukan dengan pembelajaran konstruktivis. Hal ini berarti pembelajaran di
kelas tidak cukup bersifat transfer pengetahuan dari guru kepada siswanya, tetapi
lebih bersifat membangun pengetahuan melalui pengalaman yang bersentuhan
dengan objek belajar.
Siswa mengalami kesulitan untuk menemukan konsep-konsep dan
membangun pengetahuan dalam pelajaran kimia. Pembelajaran sains di Indonesia
cenderung menekankan pada aspek produk atau hasil. Sehingga aspek proses
kurang mendapatkan porsi yang cukup. Aspek proses tersebut salah satunya
adalah keterampilan proses sains. Kurangnya waktu dan alat laboratorium adalah
keterampilan proses sains siswa dalam pembelajaran masih sulit (Rohmatika et
al.,2012).
Selain dari aspek proses, seringkali masalah yang muncul adalah penilaian
afektif siswa. Penilaian afektif penting dilakukan karena keberhasilan
pembelajaran kimia juga dipengaruhi oleh kondisi afektif siswa. Oleh karena itu
untuk mengopimalkan keberhasilan pembelajaran dan proses pembelajaran bagi
siswa, guru harus memperhatikan karakteristik afektif siswa salah satunya adalah
sikap siswa (sesuai PP No. 19 tahun 2005 pasal 64). Untuk mengatasi masalah
tersebut diperlukan model pembelajaran yang menjadikan siswa aktif dan terbiasa
memecahkan masalah dengan langkah-langkah ilmiah dan dapat
mengembangkan keterampilan proses sains siswa, yaitu dengan menggunakan
model pembelajaran inkuiri.
Model Inkuiri (menemukan) memiliki keunggulan yang membuat siswa
selalu bersemangat dalam menjalani kegiatan belajar mengajar karena siswa akan
lebih mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi untuk memperoleh pengetahuan
dengan melakukan penelitian secara berkala dan berkelanjutan (Agustanti, 2012).
Seperti yang dikemukakan oleh Ambarsari et al. (2013) siswa harus mampu
berbuat sesuatu dengan menggunakan proses dan prinsip keilmuan yang telah
dipahami. Inkuiri mempunyai efektifitas tinggi sebagai model pembelajaran yang
membantu siswa dalam menemukan konsep dan menggunakan keterampilan
proses sains (Yager & Akcay, 2008).
Model pembelajaran inkuiri memberikan kesempatan siswa untuk berperan
merupakan implementasi dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
yang mencanangkan bahwa pembelajaran disajikan secara kontekstual dan
mampu mengembangkan keterampilan proses sains siswa. Pembelajaran kimia
tidak cukup hanya dengan pengetahuan konsep, namun harus ditekankan pada
penerapan konsep tersebut.Salah satunya dengan kegiatan praktikum. Melalui
kegiatan praktikum siswa dapat memperoleh keterampilan proses sains. Nopitasari
et al. (2012) menyatakan bahwa siswa perlu dilatih untuk mengembangkan
keterampilan proses sains karena kemampuan proses sains dapat meningkatkan
kemampuan berpikirnya, dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk
melakukan penemuan, meningkatkan daya ingat serta membantu siswa dalam
mempelajari konsep sains. Hal tersebut didukung oleh Osman dan Vebrianto
(2013) bahwa pembelajaran yang dilakukan melalui kegiatan observasi dan
praktikum dapat meningkatkan keingintahuan siswa, menguatkan pengetahuan
dan meningkatkan pemahaman mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai.
Tujuan pembelajaran kimia, khususnya pada bahan kajian Kerja Ilmiah,
adalah untuk: (1) memupuk sikap ilmiah, yang mencakup: sikap jujur dan
obyektif terhadap data; sikap terbuka, yaitu bersedia menerima pendapat orang
lain serta mau mengubah pandangannya jika ada bukti bahwa pandangannya tidak
benar; ulet dan tidak cepat putus asa; kritis terhadap pernyataan ilmiah, yaitu tidak
mudah percaya tanpa dukungan hasil observasi empiris; dan dapat bekerjasama
dengan orang lain; serta (2) memperoleh pengalaman dalam menerapkan metode
hipotesis dengan merancang eksperimen melalui pemasangan instrumen,
pengambilan, pengolahan, dan interpretasi data, serta mengkomunikasikan hasil
eksperimen secara lisan dan tertulis (Depdiknas, 2003b). Tujuan ini sesuai dengan
indikator Keterampilan Proses Sains, yaitu mengamati, mengelompokkan atau
mengklasifikasikan, menafsirkan, meramalkan, mengajukan pertanyaan,
merumuskan hipotesis, merencanakan percobaan, menggunakan alat dan bahan,
menerapkan konsep dan mengkomunikasikan hasil (Adiprasetyo, 2012).
Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik maka keterampilan
proses perlu dikembangkan melalui pengalaman-pengalaman langsung sebagai
pengalaman pembelajaran. Melalui pengalaman langsung seseorang dapat lebih
menghayati proses atau kegiatan yang sedang dilakukan (Rustaman, 2005).
Pembelajaran juga memerlukan media pembelajaran karena fungsi media
pembelajaran adalah untuk mempermudah dalam menyamakan persepsi siswa
(Haryanto, 2011).
Media pembelajaran dapat digunakan untuk menjadikan suasana belajar
lebih efektif, kreatif dan menyenangkan bagi siswa. Untuk mempermudah dan
menyamakan persepsi siswa, dalam penelitian ini menggunakan media flow card.
Flow card merupakan modifikasi dari diagram alir (flow diagram) yaitu suatu
rangkaian yang menggambarkan proses atau prosedur kerja dalam kegiatan
praktikum (Davidowitz dan Rollnick, 2001). Media flow card merupakan bentuk
perantara untuk memperluas gagasan siswa. Melalui media kartu alir (flow card)
siswa akan lebih aktif dalam melasanakan praktikum, motivasi siswa juga akan
sehingga akan lebih mendorong keterampilan proses sains siswa dalam
praktikum (Wasilah, 2012).
Observasi yang dilakukan di lima sekolah diketahui bahwa pada materi
Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan belum diadakan praktikum dengan alasan
keterbatasan bahan dan waktu pelaksanaan. Hal tersebut membuat siswa kesulitan
dalam memahami materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan, karena tidak dapat
membentuk pemahamanya secara langsung. Atas dasar itulah, dalam materi
Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan harus dapat ditegaskan dengan melakukan
pembuktian dalam percobaan praktikum.
Kegiatan praktikum media yang digunakan hanyalah buku petunjuk
praktikum yang sudah terdapat pada bahan ajar seperti buku dan lembar kerja
siswa. Hal tersebut yang dialami oleh siswa SMA Negeri 4 Pekalongan,
khususnya kelas XI IPA. Menurut penuturan guru pengampu mata pelajaran
Kimia, terdapat masalah yang dihadapi oleh siswa kelas XI IPA salah satunya
adalah siswa kesulitan untuk mengembangkan keterampilan proses sains dalam
praktikum maupun dalam penilaian kognitif terutama pada materi kelarutan dan
hasil kali kelarutan, terlihat dari nilai praktikum dan nilai kognitif yang rendah.
Hal ini terlihat dari banyaknya siswa kelas XI IPA tahun ajaran 2013/2014 bahwa
nilai rata-rata siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan masih cukup
rendah yaitu 60,87. Nilai tersebut masih jauh dari nilai kriteria ketuntasan
maksimal yaitu 75. Padahal pembelajaran kimia yang dilakukan sudah
menggunakan berbagai metode seperti ceramah, tanya jawab, dan diskusi, tetapi
proses sains, maka siswa memerlukan media yang lebih menyenangkan dan
praktis sehingga mendukung proses belajar salah satunya menggunakan media
kartu alir (flow card).
Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui pengaruh penerapan pembelajaran inkuiri berbantuan media flow card
terhadap keterampilan proses sains siswa kelas XI IPA SMA Negeri 4
Pekalongan.
1.2
Rumusan Masalah
1. Adakah pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri berbantuan
media flow card terhadap keterampilan proses sains siswa kelas XI SMA
Negeri 4 Pekalongan?
2. Berapa besar pengaruh penerapan pembelajaran inkuiri berbantuan media
flow card terhadap keterampilan proses sains siswa kelas XI SMA Negeri
4 Pekalongan?
3. Bagaimana tanggapan siswa terhadap penerapan pembelajaran inkuiri
berbantuan media flow card?
1.3
Tujuan Penelitian
1. Mengetahui adanya pengaruh model pembelajaran inkuiri berbantuan
media flow cardterhadap keterampilan proses sains pada materi Kelarutan
dan Hasil Kali Kelarutan siswa kelas XI SMA Negeri 4 Pekalongan.
2. Mengetahui beasarnya pengaruh penerapan pembelajaran inkuiri
materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan siswa kelas XI SMA Negeri 4
Pekalongan.
3. Mengetahui tanggapan siswa terhadap penerapan pembelajaran inkuiri
berbantuan media flow card.
1.4
Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritik
Secara teoritik hasil penelitian ini memiliki manfaat memberikan
informasi tentang penerapan model pembelajaran inkuiri berbantuan
media flow card dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa
dalam melaksanakan kegiatan praktikum.
2. Manfaat Praktis
1) Bagi Siswa
Memotivasi siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan praktikum
sehingga dapat memperoleh fakta dan konsep-konsep dalam
pelajaran kimia.
2) Bagi Guru
Memberikan alternatif model pembelajaran dalam melakukan
kegiatan belajar mengajar yang mengaktifkan siswa untuk
menemukan konsep sendiri.
3) Bagi Sekolah
Memberikan sumbangan bagi sekolah untuk memaksimalkan
kualitas mutu pendidikan yang lebih efektif.
Menambah pengalaman dan pengetahuan mengenai bagaimana
pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri berbantuan
mediaflow cardterhadap keterampilan proses sains.
1.5
Pembatasan Masalah
Subjek penelitian ini adalah kelas XI IPA Sekolah Menengah Atas
dengan materi pokok Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutanuntuk mengetahui
pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri berbantuan media flow card
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Kajian Pustaka
2.1.1 Model InkuiriProses pembelajaran sebaiknya menuntut siswa aktif dan berpusat pada
pendekatan sains yang meliputiinkuiri. Inkuiri merupakan suatu proses pemecahan
suatu masalah dengan kritis, analitis ilmiah menggunakan langkah tertentu untuk
menarik kesimpulan yang meyakinkan karena didukung oleh data (Suhardiman
dan Hamdi, 2012). Model inkuiri adalah suatu model yang melibatkan siswa aktif
dalam mencari dan menemukan pengetahuan atau informasi sendiri. Model
Inkuiri mempunyai keunggulan yaitu dengan cara memberi kesempatan siswa
untuk bertanya, menyelidiki dan akhirnya mengambil kesimpulan (Agustin et al.,
2011).
Beberapa prinsip utama dalam strategi pembelajaran inkuiri yang harus
diperhatikan oleh setiap pendidik, yaitu (1) berorientasi pada pengembangan
intelektual, yaitu mengukur siswa dari sejauh mana menguasai dan memahami
materi, melainkan bagaimana siswa mencari dan menemukan suatu makna
melalui proses berpikir. (2) Prinsip bertanya, yaitu kemampuan guru dalam
bertanya sangat diperlukan dalam proses pembelajaran inkuiri, selain itu siswa
mampu mengembangkan sikap berpikir kritis dengan selalu aktif menanyakan
fenomena yang sedang dipelajarinya. (3) Prinsip interaksi, yaitu untuk
mampu terangsang untuk meningkatkan kualitas berpikirnya dan mengatur
interaksi agar berjalan dinamis. (4) Belajar untuk berpikir, yaitu belajar itu tidak
hanya mengingat dan menghafal. Ada proses mental yang membuat siswa berpikir
dan menggunakan segala kemampuannya serta melibatkan semua potensi diri
siswa (Hartono, 2014).
Adapun langkah-langkah dalam model pembelajaran inkuiri menurut
Sanjaya (2006) terdapat pada Tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1 Langkah- langkah Model Pembelajaran Inkuiri
Langkah Pembelajaran Keterangan
Orientasi Pada langkah ini guru mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran dengan cara merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah.
Merumuskan masalah Pada langkah ini guru membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu.
Mengajukan hipotesis Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan berhipotesis pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.
Mengumpulkan data Tugas dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.
pengumpulan data. Merumuskan
kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
Suparno (2006) mengemukakan bahwa meski para ahli menjelaskan model
inkuiri secara berbeda-beda, tetapi secara sederhana dapat dijelaskan sebagai
model pengajaran yang menggunakan proses: 1) identifikasi persoalan, 2)
membuat hipotesis, 3) pengumpulkan data, 4) menganalisis data, dan 5)
mengambil kesimpulan.
Pembelajaran inkuiri mempunyai beberapa keunggulan, antara lain:
1) Menekankan pada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik
secara seimbang;
2) Siswa menjadi aktif dalam mencari dan mengolah sendiri informasi;;
3) Siswa mengerti konsep dasar dan ide-ide secara baik;
4) Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri sesuai gaya belajar mereka;
5) Memberikan waktu pada siswa secukupnya, sehingga mereka dapat
mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
Pembelajarn inkuiri juga mempunyai beberapa kelemahan, antara lain:
1) Guru harus pandai merumuskan teka-teki atau pertanyaan kepada siswa
dengan baik;
2) Memerlukan waktu panjang sehingga guru sering sulit menyesuaikan waktu
yang ditentukan;
3) Pada sistem klasikal dengan jumlah siswa yang relatif banyak, penggunaan
4) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa
menguasai materi, maka pembelajaran ini sulit diimplementasikan oleh guru.
(Sanjaya,2006).
Berdasarkan uaraian langkah-langkah model inkuiri dari para ahli di atas
memiliki beberapa kesamaan yaitu merumuskan masalah, merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data, menguji data, dan menarik kesimpulan. Pelaksanaan dimulai
dengan mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran dengan
cara merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah secara
berkelompok. Siswa menyelesaikan permasalahan dengan praktikum atau
demonstrasi.
Penelitian ini menggunakan langkah-langkah model inkuiri menurut
Sanjaya (2006). Langkah inkuiri menurut Suparno (2006) tidak ada langkah
orientasi kepada siswa. Langkah orientasi merupakan langkah penting. Pada
langkah ini pendidik mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses
pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran ini bergantung pada kemauan siswa
untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah,
tanpa kemauan dan kemampuan tidak mungkin proses pembelajaran berjalan
dengan lancar. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka langkah inkuiri yang
diterapkan di SMA Negeri 4 Pekalongan adalah:
1. Orientasi;
2. Merumuskan masalah;
3. Mengajukan hipotesis;
5. Menguji hipotesis;
6. Merumuskan kesimpulan.
2.1.2 Media dan Media Pembelajaran
Media merupakan alat yang dapat digunakan untuk mempermudah dalam
menyampaikan informasi. Suatu proses pembelajaran pasti ada tujuan yang akan
dicapai, untuk itu dalam menyampaikan informasi, guru memerlukan alat bantu
untuk mempermudah proses pembelajaran di kelas yang disebut dengan media
pembelajaran (Setyono et al., 2013). Sedangkan menurut Nurseto (2011) media
pembelajaran merupakan sarana untuk menyalurkan pesan atau informasi dalam
kegiatan belajar mengajar.
Media pembelajaran memiliki peran penting dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Penggunaan media dalam kegiatan belajar mengajar dapat
membantu mewakili sesuatu yang tidak dapat disampaikan guru melalui kata-kata
atau kalimat sehingga dapat menyamakan persepsi siswa (Haryanto, 2011).
Pemilihan media pembelajaran tidak harus menggunakan media yang berbasis
teknologi, tetapi dapat menggunakan media sederhana sehingga memudahkan
dalam proses pembuatannya. Media diagram alir adalah salah satu media visual
sederhana yang dapat dijadikan media pembelajaran karena dengan media
diagram alir siswa akan lebih mudah untuk memvisualisasikan konsep yang
diterimanya.
2.1.3 Diagram / Bagan
Diagram termasuk dalam media visual. Fungsinya adalah menyajikan
atau tulisan. Diagram juga mampu memberikan informasi yang lebih ringkas
dengan menampilkan hal-hal yang penting dari suatu presentasi (Sadiman et al.,
2012). Sebagai media yang baik diagram / bagan harus dapat dimengerti siswa,
sederhana dan lugas dan tidak rumit. Diagram / bagan harus berkaitan dengan
materi yang akan disampaikan di kelas, jangan sampai terjadi miss concept
data,atau informasi ( Daryanto, 2010).
2.1.4 Diagram Alir
Digram alir menggambarkan arus suatu proses atau dapat pula menelusuri
tanggung jawab atau hubungan kerja antar berbagai bagian atau seksi suatu
organisasi. Tanda panah sering kali untuk mengambarkan arah arus tersebut
(Sadiman et al., 2012). Diagram alir adalah suatu rangkaian yang memperlihatkan
aliran urutan suatu proses atau hubungan beberapa prosedur yang menggambarkan
tahapan dari prosedur kerja (Davidowitz dan Rollnick, 2001). Diagram alir dapat
digunakan untuk media dalam pelaksanaan praktikum yaitu untuk
menggambarkan cara kerja dalam praktikum tersebut.
2.1.5 Kartu Alir (Flow Card)
Kartu alir (flow card) merupakan modifikasi dari diagram alir yang dibuat
dengan media kartu, di dalamnya terdapat simbol-simbol sederhana yang
menggambarkan langkah kerja di laboratorium, dan dibuat urutan sehingga
menunjukkan suatu aliran tahap-tahap prosedur yang mencerminkan pemahaman
awal siswa dalam memahami langkah kerja suatu praktikum (Jelita, 2013). Media
flow card ini dibuat lebih menarik dengan menyajikan gambar langkah-langkah
menggunakan alat dan bahan praktikum menjadi lebih baik.Penyajian gambar
dapat membantu siswa memperoleh dan menyimpan kesan-kesan visual.
Media flow card yang digunakan dalam penelitian ini adalah kartu yang
berisi langkah-langkah praktikum kelarutan dan hasil kali kelarutan sehingga
dapat digunakan sebagai petunjuk praktikum. Media flow card ini berbentuk kartu
yang saling terangkai menjadi satu dan dapat dibuka sesuai dengan urutan langkah
praktikum. Penggunaan media flow card ini dapat menambah minat dan daya tarik
siswa pada saat melakukan praktikum karena langkah-langkahnya sudah
tervisualisasi dengan jelas. Media flow card ini juga mempunyai kelemahan yaitu
tidak dapat menampilkan obyek yang terlalu kompleks serta ukurannya terlalu
kecil untuk ditampilkan secara klasikal (Umamah, 2010).
2.1.6 Keterampilan Proses Sains
Keterampilan proses sains (science process skill) merupakan keterampilan
yang berorientasi pada proses IPA, dapat disebut juga sebagai keterampilan
inkuiri. Keterampilan proses sains bertujuan untuk membuat siswa lebih aktif
dalam memahami, menguasai rangkaian yang telah dilakukannya (Rustaman,
2005). Keterampilan proses sains adalah keterampilan yang diperoleh dari latihan
kemampuan-kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai
penggerak kemempuan-kemampuan yang lebih tinggi. Kemampuan-kemampuan
mendasar yang telah dikembangkan inilah yang kemudian menjadi satu
keterampilan individu (Holil, 2008).
Langkah-langkah pelaksanaan keterampilan proses antara lain: (1)
(menginterpretasikan), (4) Meramalkan, (5) Menerapkan, (6) Merencanakan
penelitian, (7) Mengkomunikasikan (Ango, 2002). Sedangkan menurut Rustaman
(2005) indikator keterampilan proses sains adalah sebagai berikut:
(1) Mengamati (observasi); (2) Mengelompokkan (klasifikasi); (3)
Menafsirkan Pengamatan (Interpretasi); (4) Meramalkan (Prediksi); (5)
Mengajukan Pertanyaan; (6) Merumuskan Hipotesis; (7) Merencanakan
Percobaan; (8) Menerapkan Konsep; (9) Berkomunikasi; (10) Menggunakan Alat
dan Bahan. Pengajaran ilmu sains dalam hal ini pelajaran kimia yang diketahui
objeknya adalah abstrak namun benar dan terbukti ada di alam akan sangat tepat
bila diberikan dengan mengembangkan keterampilan proses seperti pada uraian
sebelumnya.
Pembelajaran inkuiri yang diterapkan pada materi kelarutan dan hasil kali
kelarutan dalam penelitian ini yaitu dengan metode praktikum sehingga di dalam
praktikum keterampilan proses sains yang diukur terdapat indikator mengajukan
pertanyaan, merumuskan hipotesis dan menggunakan alat dan bahan ketika
praktikum. Indikator ini juga sinkron dengan langkah-langkah yang ada dalam
model pembelajaran inkuiri. Jadi dalam penelitian ini merujuk pada indikator
menurut Rustaman (2005), yang mengungkapkan 10 indikator keterampilan
proses sains. Dari 10 Indikator tersebut akan dibagi menjadi dua aspek penilaian,
yaitu keterampilan proses sains yang diukur berdasarkan tes menggunakan soal
uraian yang meliputi indikator mengajukan pertanyaan/merumuskan masalah,
merumuskan hipotesis, mengelompokkan (klasifikasi), meramalkan (prediksi) dan
(interpretasi), merencanakan percobaan, menggunakan alat dan bahan, dan
berkomunikasi. Penilaian ini dilakukan pada saat posttest. Sedangkan penilaian
keterampilan proses sains yang dilakukan dengan observasi langsung
menggunakan lembar observasi meliputi indikator mengamati (observasi),
menafsirkan pengamatan (interpretasi), merencanakan percobaan, menggunakan
alat dan bahan, dan berkomunikasi.
Penilaian keterampilan proses sains melalui lembar observasi dengan 3
observer. Penilaian ini dilakukan pada saat siswa melakukan praktikum kelarutan
dan hasil kali kelarutan di laboratorium. Setiap siswa mengenakan name tag
supaya memudahkan observer melakukan proses penilaian. Penilaian dilakukan
pada pertemuan ke 3, karena pada pertemuan ke 3 siswa pada kelas eksperimen
dan kelas kontrol melakukan praktikum pengaruh penambahan ion sejenis
terhadap kelarutan.
2.1.7 Aspek Afektif
Kemampuan afektif merupakan bagian dari hasil bejar yang penting. Ada
lima tipe karakteristik afektif yang terdiri dari sikap, minat, konsep diri, nilai dan
moral (Depdiknas, 2008). Aspek afektif yang dinilai dalam penelitian ini yaitu
sikap siswa selama mengikuti pelajaran.
Penilaian sikap terdiri disiplin, jujur, toleransi, tanggungjawab,
gotongroyong, percaya diri dan santun (Depdiknas, 2014). Sikap siswa yang
dinilai dalam penelitian ini meliputi disiplin, tanggungjawab, gotongroyong,
karena sikap jujur cukup sulit untuk diamati, karena tidak semua sikap jujur tidak
dapat dilihat oleh indera penglihatan.
Sikap siswa yang dinilai adalah kedisiplinan, perhatian dan keaktifan
siswa, menghargai pendapat orang lain, kelengkapan catatan dan buku/sumber
belajar, serta sopan. Untuk menilai kedisiplinan siswa dapat dilihat dari kehadiran
tepat waktu, selalu mengikuti pelajaran kimia, tepat waktu mengumpulkan tugas
dan memakai atribut seragam dengan lengkap. Nilai perhatian dan keaktifan siswa
dapat diamati dari keseriusan dalam mendengarkan penjelasan guru, keaktifan
mengerjakkan tugas, mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan dari guru
atau teman dan berdiskusi tentang materi Ksp. Untuk menilai sikap menghargai
pendapat orang lain dapat dilihat ketika siswa mendengarkan ketika orang lain
berpendapat dan tidak ramai di kelas. Kelengkapan catatan dan buku/sumber
belajar dapat dinilai dari lengkap tidaknya catatan, kerapihan dan banyaknya buku
sumber belajar yang dibawa siswa. Sopan dapat diamati dengan kriteria berbicara
dengan bahasa yang baik dan sopan di dalam kelas.
Penilaian sikap dilakukan melalui lembar observasi dengan 3 observer.
Setiap siswa mengenakan name tag untuk memudahkan observer melakukan
pengamatan. Penilaian sikap siswa dilaksanakan selama pembelajaran materi
kelarutan dan hasil kali kelarutan berlangsung, yaitu dari pertemuan pertama
sampai terakhir.
Pokok Bahasan materi kelarutan dan hasil kali kelarutan mencakup
delapan sub pokok bahasan, yaitu:
1. Kesetimbangan dalam Larutan Garam yang Sukar Larut
Pada suatu larutan elektrolit, zat-zat yang terlarut akan terionisasi dan
menghasilkan kation dan anion. Elektrolit sukar larut, ion-ion terlarutnya
berada dalam larutan jenuh dan membentuk kesetimbangan heterogen dengan
padatannya. tetapan kesetimbangan yang baru disebut tetapan hasil kali
kelarutan. hasil kali kelarutan adalah kondisi suatu zat yang dapat larut dalam
air hingga tercapai kondisi tepat jenuh. Secara umum, persamaan
keseimbangan larutan garam AxBy dengan kelarutan s adalah: AxBy(s) ⇄
XAy+(aq) + YBx-(aq)
Maka Ksp = [Ay+]x[Bx-]y karena [AxBy] konstan
Keterangan :
X dan Y adalah koefisien
x- dan y+ adalah muatan dari ion A dan B.
2. Kelarutan
Kenyataan menunjukan bahwa ada zat yang mudah larut dan ada pula zat
yang tidak mudah larut dalam air. Zat yang mudah larut dalam air mempunyai
harga kelarutan yang besar, sedang zat yang sukar larut mempunyai harga
kelarutan yang kecil. Jumlah mol zat yang larut dalam 1 liter larutan sehingga
3. Hasil Kali Kelarutan (Ksp)
Ksp atau konstanta hasil kali kelarutan adalah hasil kali konsentrasi ion-ion
dalam larutan jenuh, dipangkatkan masing-masing koefisien reaksinya. Di
dalam larutan jenuh terjadi kesetimbangan antara padatan dengan ion-ion
hasil disosiasinya (Supardi & Luhbandjono, 2012)
Contoh;
AgCl(s) Ag+ (Aq) + Cl-(Aq)
K =
Konsentrasi padatan selalu tetap selama zat padatnya ada, jadi:
K . (AgCl (s)) = (Ag+) (Cl-)
Ksp = (Ag+) (Cl-)
Secara umum dapat dituliskan:
LaXb(s) a L b+ + b X
a-K =
K . = Ksp=
(Supardi & Luhbandjono, 2012)
4. Hubungan Kelarutan dengan Hasil Kali Kelarutan
Jika harga kelarutan dari senyawa AmBn sebesar s mol L–1, maka di dalam
reaksi kesetimbangan tersebut konsentrasi ion-ion An+ dan Bm– adalah:
AmBn(s) mAn+(aq) + nBm-(aq)
s mol L-1 ms mol L-1 ns mol L-1
Ksp AmBn = [An+]m [Bm–]n
= (ms)m (ns)n
= mm.sm.nn.sn
= mm.nn.sm+n
sm+n =
s = √
5. Pengaruh Ion Sejenis terhadap Kelarutan
Pengaruh penambahan ion senama mengakibatkan kelarutan zat akan
berkurang. Makin besar jumlah ion sejenis, makin kecil kelarutan senyawa
tersebut.Berdasarkan azas Le Chatelier, jika konsentrasi zat pada
kesetimbangan diubah maka akan terjadi pergeseran kesetimbangan.
6. Hubungan Ksp dengan pH
Dengan mengatur pH kita dapat memperbesar atau memperkecil kelarutan
senyawa elektrolit. Tingkat keasaman larutan (pH) dapat mempengaruhi
kelarutan berbagai jenis zat.Suatu basa umumnya lebih larut dalam larutan
yang bersifat asam, dan lebih sukar larut dalam larutan yang bersifat basa.
Garam-garam yang berasal dari asam lemah akan lebih mudah larut dalam
larutan yang bersifat asam kuat.
7. Hubungan Ksp dengan Pengendapan
Percampuran dua jenis larutan elektrolit ada yang dapat membentuk endapan
ion-ion dipangkatkan koefisiennya. Dalam proses yang kemungkinan
membentuk endapan AxBy, dapat terjadi tiga kemungkinan, yaitu:
a. Jika Qc AxBy>Ksp AxBy, percampuran menghasilkan endapan,
b. Jika Qc AxBy = Ksp AxBy, percampuran belum menghasilkan endapan
(keadaan seperti ini disebut tepat jenuh atau akan mulai mengendap)
c. Jika Qc AxBy<Ksp AxBy, percampuran belum menghasilkan endapan
8. Penerapan Prinsip Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan dalam Kehidupan Sehari-hari
a. Pembentukan stalagtit dan stalagmit
b. Pembentukan batu ginjal dalam tubuh
c. Penambahan senyawa fluorida dalam pasta gigi
d. Pemisahan logam melalui reaksi pengendapan
2.2
Penelitian Terkait
Penelitian terkait antara lainpenelitian yang dilakukan oleh Wiwin
Ambarsari (2013) mengkaji tentang penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing
terhadap keterampilan proses sains dasar pada pelajaran biologi siswa kelas VII.
Dalam penelitiannya yang menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing
dapat meningkatkan keterampilan proses sains. Fajariani dan Ismono (2013) juga
berhasil menerapkan pembelajaran inkuiri untuk melatih keterampilan berpikir
tingkat tinggi dengan adanya peningkatan nilai pretest dan postest dengan nilai
<g> 0,66 yang dikatagorikan sedang.
Berdasarka hasil penelitian yang dilakukan oleh Putri Sartika Agustin et
keterampilan proses sains pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Boyolali. Penelitian
serupa juga dilakukan oleh Lalu Ria Suhardiman (2012) menunjukkan bahwa
hasil uji hipotesis pada taraf signifikansi 5% menghasilkan harga Fhitung sebesar
1.16 sementara harga Ftabel untuk derajat kebebasan pembilang 35 dan derajat
kebebasan penyebut 35 dalam taraf signifikansi 5% sebesar 1.78dan harga Thitung
diperoleh 3.86 sementara harga Ttabel sebesar 1.66 ini menunjukkan bahwa
keterampilan proses IPA siswa yang diajar dengan metode pembelajaran inkuiri
lebih baik dari pada keterampilan proses IPA siswa yang diajar dengan
menggunakan metode pembelajaran konvensional.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Anggun Nopitasari (2012)
menunjukkan bahwa dalam pembelajaran biologi menggunakan metode student
created case studies disertai media gambar dapat melatih siswa dalam
mengembangkan keterampilan proses sains.
2.3
Kerangka Berpikir
Pada penelitian ini digunakan dua tipe pembelajaran yaitu pembelajaran
inkuiri berbantuan media flow card pada kelas eksperimen dan pembelajaran
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
2.4
Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh penerapan model
pembelajaran inkuiri berbantuan media flow card terhadap keterampilan proses sains siswa.
Penerapan pembelajaran inkuiri pada materi kelarutan
dan hasil kali kelarutan terhadap keterampilan proses
sains siswa Laporan Hasil
Praktikum
Pembelajaran berpusat pada aktivitas siswa
Peningkatan Keterampilan Proses Sains
Kegiatan praktikum berbasis inkuiri
Pembelajaran berbasis inkuiri
Masalah :
Keterampilan proses sains rendah yang ditunjukkan dengan nilai praktikum rendah
Akibat:
Siswa cenderung menghafal konsep dan fakta, kemampuan praktikum kurang.
Penyusunan Perangkat Pembelajaran Inkuiri Berbantuan Media Flow Card Pada Meteri Kelarutan dan Hasil Kali kelarutan Terhadap Keterampilan Proses Sains
Siswa
Kognitif Afektif
Keterampilan proses sains
PEMBELAJARAN KIMIA
25
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 4 Pekalongan. SMA Negeri 4
Pekalongan terletak di jalan HOS. Cokro Aminoto Pekalongan. Penelitian ini
dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015 yaitu tanggal 20
April-14 Mei tahun 2015.
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
3.2.1 Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA-1, XI IPA-2, XI
IPA-3 dan XI IPA-4 SMA Negeri 4 Pekalongan tahun pelajaran 2014/2015.
[image:38.595.141.508.531.619.2]Rincian populasi dapat dilihat pada Tabel 3.1
Tabel 3.1 Rincian Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 4 Pekalongan
No Kelas Jumlah Siswa
1 XI-IPA 1 35
2 XI-IPA 2 36
3 XI-IPA 3 35
4 XI-IPA 4 36
Total 142
(Sumber: Administrasi kesiswaan SMA Negeri 4 Pekalongan 2014/2015)
3.2.2 Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik cluster random
sampling yaitu mengambil dua kelas secara acak dari jumlah kelas anggota
terambil dari jumlah kelas anggota populasi akan terbagi menjadi kelas kontrol
dan kelas eksperimen.
3.3 Variabel Penelitian
3.3.1 Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu:
(1) Kelas eksperimen : Model pembelajaran inkuiri berbantuan media flow card.
(2) Kelas kontrol : Pembelajaran dengan metode ceramah.
3.3.2 Variabel Terikat
Variabel terikat yaitu variabel yang menjadi titik pusat penelitian. Dalam
hal ini adalah keterampilan proses sains siswa kelas XI SMA Negeri 4
Pekalongan pada materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan.
3.3.3 Variabel Kontrol
Variabel terkontrol yaitu variabel yang dijaga atau dikendalikan agar
selalu konstan.Variabel terkontrol dalam penelitian ini adalah guru, kurikulum,
materi, dan alokasi waktu pelajaran yang sama.
3.4 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan
pretest-posttest control group design. Dalam desain ini, diberikan pretest untuk
mengetahui keadaan awal antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Desain
Tabel 3.2 Desain Penelitian
Kelas Keadaan Awal Perlakuan Keadaan Akhir
Eksperimen Y1 X1 Y2
Kontrol Y1 X2 Y2
Keterangan:
X1 : Pembelajaran kimia menggunakan metode pembelajaran inkuiri berbantuan media flow card
X2 : Pembelajaran kimia dengan menggunakan metode ceramah Y1 : Kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi pretest
Y2 : Kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi posttest (Sugiyono, 2010).
Selain terdapat pola rancang terdapat juga prosedur penelitian, terdiri dari
tahap persiapan, tahap uji coba, dan tahap pelaksanaan penelitian.
3.4.1 Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan ini dilakukan observasi terhadap permasalahan yang
ada, meliputi mengambil data awal berupa nilai ulangan dan nilai praktikum tahun
sebelumnya, wawancara dengan guru dan siswa, melihat pembelajaran di kelas
secara langsung, mengamati pelaksanaan praktikum, mengamati kondisi siswa
dan kondisi kelas pada saat pembelajaran berlangsung. Selain itu menyusun
kisi-kisi instrumen penelian berdasarkan indikator.
3.4.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian
Pada tahap pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan
pretest sebelum pelaksanaan pembelajaran materi kelarutan dan hasil kali
kelarutan dimulai pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, menganalisis hasil
pretest, melakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
flow card pada saat siswa melakukan praktikum pengaruh ion sejenis terhadap
kelarutan. Media flow card digunakan sebagai petunjuk dalam merancang
percobaan yang dilakukan. Pada kelas kontrol pembelajarnnya menggunakan
metode ceramah. Melakukan posttest setelah semua pembelajaran selesai pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol, menganalisis hasil posttest dan menyusun
laporan hasil penelitian.
3.5
Metode Pengumpulan Data
3.5.1 Metode Tes
Metode tes digunakan untuk mengetahui kemampuan keterampilan proses
sains siswa dalam ranah kognitif dan juga untuk mengetahui kemampuan analisis
siswa sebelum dan setelah proses pembelajaran. Di samping itu hasil tes evaluasi
hasil belajar juga dianalisis untuk mengetahui pengaruh pembelajaran yang telah
diterapkan.
3.5.2 Metode Angket
Metode angket bertujuan untuk mengetahui respon siswa terhadap
penerapan pembelajaran dengan model inkuiri berbantuan media flow card. Hasil
angket dianalisis secara deskriptif dengan membuat tabel frekuensi jawaban siswa
kemudian ditarik kesimpulan.
3.5.3 Metode Observasi
Metode observasi dilakukan untuk mengamati keterampilan proses sains
siswa pada saat melaksanakan kegiatan praktikum. Hasil dari metode
pengambilan data ini disajikan dalam bentuk lembar pengamatan yang
belajar berlangsung. Pada saat dilakukan penilaian siswa mengenakan name tag
agar mempermudah observer ketika melakukan penilaian. Metode observasi juga
dilakukan untuk menilai afektif siswa ketika pembelajaran di kelas berlangsung.
3.5.4 Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi dilakukan dengan cara mengambil dokumen atau
data-data yang mendukung penelitian. Dokumentasi digunakan untuk analisis data
awal dan juga data akhir penelitian.
3.6
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam menggunakan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik,
dalam arti luas, cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah
(Arikunto, 2010). Dalam penelitian ini, instrumen penelitian yang digunakan
meliputi silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), bahan ajar, evaluasi
berupa tes uraian, lembar observasi keterampilan proses sains siswa, lembar
angket untuk mengetahui tanggapan siswa.
3.6.1 Silabus
Silabus yang digunakan dalam penelitian ini merupakan silabus dengan
model inkuiri.
3.6.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) digunakan sebagai panduan
bagi guru untuk melakukan kegiatan belajar mengajar di kelas. Rencana
3.6.3 Bahan Ajar
Bahan ajar yang digunakan yaitu materi pembelajaran kimia SMA kelas
XI IPA semester genap materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan dengan
merujuk pada silabus dan kurikulum yang berlaku di SMA Negeri 4 Pekalongan..
Materi pelajaran disampaikan dengan model inkuiri, menggunakan bahan ajar
yang ditentukan dan menggunakan media flow card ketika praktikum pada kelas
eksperimen.
3.6.5 Instrumen Validasi Soal Pretest dan Posttest
Langkah-langkah dalam penyusunan instrumen validasi soal pretest dan
posttest adalah:
1. Mengadakan pembatasan dan penyesuaian bahan-bahan instrumen dengan
kurikulum yaitu bidang studi kimia materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.
2. Merancang soal pretest dan posttest pemahaman konsep. Dalam merancang
soal, hal yang harus dilakukan yaitu menentukann jumlah butir soal dan
alokasi waktu yang disediakan. Jumlah butir soal yang diuji cobakan 15 soal
uraian dengan alokasi waktu 90 menit.
3. Menentukan tabel spesifikasi atau kisi-kisi soal.
4. Menyusun butir-butir soal.
5. Memvalidasi soal, dan
6. Menganalisis hasil validasi soal, yaitu validitas dan realibilitas perangkat tes
3.6.6 Instrumen Lembar Angket
Langkah-langkah penyusunan instrumen lembar angketadalah sebagai
berikut:
1. Menentukan jumlah indikator yang akan diamati untuk mengetahui respon
siswa yang terdiri dari 16 pertanyaan.
2. Menentukan tipe atau bentuk angket respon yang berupa daftar ratting scale
dengan jawaban sangat setuju,setuju, kurang setuju, tidak setuju.
3. Menyusun aspek yang telah ditentukan dalam lembar angket.
4. Mengkonsultasikan isi lembar angket yang telah tersusun kepada ahli yaitu
dosen pembimbing.
3.6.7 Langkah Penyusunan Lembar Observasi Keterampilan Proses Sains
Langkah-langkah penyusunan instrumen lembar observasi adalah sebagai
berikut :
1. Menentukan jumlah aspek yang akan diamati untuk penilaian ketetampilan
proses sains yang terdiri dari 10 aspek.
2. Menentukan tipe atau bentuk lembar observasi yang berupa daftar Rating
Scale.
3. Menyusun aspek-aspek keterampilan proses sains yang terdiri dari 10
indikator yaitu mengamati, mengelompokkan atau mengklasifikasikan,
menafsirkan, meramalkan, mengajukan pertanyaan, merumuskan hipotesis,
merencanakan percobaan, menggunakan alat dan bahan, menerapkan konsep
dan mengkomukasikan hasil yang telah ditentukan dalam bentuk lembar
4. Mengkonsultasikan lembar observasi yang telah disusun kepada ahli yaitu
dosen pembimbing.
3.6.8 Langkah Penyusunan Lembar Observasi Afektif
1. Menentuakan aspek yang diamati dalam penilaian afektif siswa.
2. Aspek yang diamati dalam penilaian afektif adalah sikap disiplin,
tanggungjawab, gotongroyong, toleransi, percaya diri dan santun.
3. Menentukan tipe atau bentuk lembar observasi.
4. Menyusun lembar observasi yang dilengkapi dengan rubrik penilaian lembar
observasi.
3.7
Analisis Instrumen Penilaian
Instrumen penelitian yang disusun dan digunakan dalam penelitian ini
diujicobakan pada siswa kelas XII IPA SMA Negeri 4 Pekalongan karena siswa
tersebut telah mendapatkan materi Kelarutan dan Hasil Kali kelarutan.
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi validitas, dan
reliabilitas.
3.7.7 Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu
mengukur apa yang diinginkan (Arikunto, 2010).
Validitas soal-soal pre test-post test dalam penelitian ini yaitu validitas isi
3.7.1.1Validitas Isi Soal
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan suatu
instrumen. Menurut Arikunto (2006), sebuah data dikatakan valid jika sesuai
dengan keadaannya. Validitas untuk tes berbentuk uraian digunakan validitas isi.
Validitas isi berkenaan dengan pertanyaan apakah materi tes relevan dengan
kurikulum yang sudah ditentukan. Untuk menguji menggunakan validitas isi
digunakan pendapat ahli. Isi instrumen dibuat sesuai dengan indikator yang akan
diukur, kemudian dikonsultasikan dengan para ahli. Para ahli akan memberi
keputusan apakah instrumen dapat digunakan tanpa perbaikan, digunakan dengan
perbaikan, dan mungkin dirombak total (Sugiyono, 2010). Dosen validator yang
dipilih adalah dosen diluar dosen pembimbing dan guru mata pelajaran Kimia,
yaitu Ibu Sri Susilogati. Sedangkan ahli yang dipilih untuk memberikan validasi
terhadap soal adalah guru mata pelajaran Kimia Ibu Harsiwi..
[image:46.595.176.510.520.753.2]Ringkasan hasil analisis uji validitas soal uji coba termuat pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Hasil Analisis Uji Validitas Soal
No. Submateri Indikator KPS
Kategori
(Nomor Soal) Jumlah Soal Valid Tidak
Valid 1. Kesetimbangan
dalamlarutan jenuh atau larutan garam yang sukar larut Mengamati Berkomunikasi Merumuskan Hipotesis 1 14 9 - - - 3
2. Menghubungkan tetapan hasil kali kelarutan dengan tingkat kelarutan atau Pengendapannya Mengelompok kan (klasifikasi)
2 -
2
percobaan
3. Menuliskan ungkapan berbagai Ksp elektrolit yang sukar larut dalam air
Menerapkan konsep
11 - 1
4. Menghitung kelarutan suatu elektrolit yang sukar larut berdasarkan data harga Ksp atau sebaliknya
Menerapkan konsep
12, 13
- 2
5. Menjelaskan pengaruh penambahan ion senama dalam larutan Menafsirkan pengamatan (Interpretasi) Mengajukan pertanyaan 3 8 - - 2
6. Menentukan pH larutan dari harga Kspnya
Meramalkan (prediksi)
7 - 1
7. Memperkirakan terbentuknya endapanberdasar kan harga Ksp dan membuktikannya dengan percobaan Meramalkan (prediksi) Menggunakan alat dan bahan
4, 5, 6
15 -
-
4
Hasil uji validitas isi didapatkan bahwa soal yang valid adalah
soal nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15 soal uji coba
yang valid selanjutnya digunakan sebagai soal posttest keterampilan
3.7.8 Reliabilitas
Suatu tes dikatakan mempunyai reliabilitas tinggi jika tes tersebut dapat
memberikan hasil tetap meskipun diteskan berkali-kali. Dalam mencari reliabilitas
instrumen soal tes dalam penelitian ini digunakan rumus α – Cronbach, yaitu:
r11 = ( ∑
Keterangan:
r11 = reliabilitas n = jumlah soal Si2 = varian butir St2 = varian total
Instrumen dikatakan reliabel jika r11 0,7. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh
reliabilitas soal sebesar 0,71. Angka tersebut menunjukkan bahwa instrumen soal
reliabel karena harga r11 0,7.
3.8
Analisis Instrumen Lembar Observasi Keterampilan Proses
Sains dan Aspek Afektif
3.8.1 Validitas
Lembar observasi diuji vailiditas isi dengan menggunakan expert validity
yaitu validitas yang disesuaikan dengan kondisi siswa dan dikonsultasikan dan
disetujui oleh ahli yaitu dosen pembimbing I (judgment expert) (Sugiyono, 2010).
3.8.2 Reliabilitas
Pengujian reliabilitas untuk instrumen lembar observasi menggunakan
inter rater reliability :
r11 =
Keterangan:
Ve = varian untuk kesalahan k = jumlah rater
3.9
Analisis Lembar Angket Respon
3.9.1 Validitas
Lembar angket respon diuji validitas isi dengan menggunakan expert
validity yaitu validitas yang disesuaikan dengan kondisi siswa dan dikonsultasikan
dan disetujui oleh ahli yaitu dosen pembimbing.
3.9.2 Reliabilitas
Reliabilitas instrumen ini menggunakan rumus alpha Cronbach yaitu:
( Arikunto, 2010)
Varians :
Keterangan:
[image:49.595.164.495.372.546.2]= reliabilitas instrumen = jumlah kuadrat skor butir = banyak butir pertanyaan = jumlah kuadrat skor total = jumlah varians skor butir = kuadrat jumlah skor butir = varians total = kuadrat jumlah skor total = banyaknya subjek
Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas
Inteval Kriteria
0,8 < r11 ≤1.0 0,6 < r11 ≤ 0,8 0,4 < r11≤ 0.6 0,2 < r11≤ 0,4 r11≤ 0,2
3.10
Teknik Analisis Data
Data yang dihasilkan dari instrumen kemudian akan diolah dan selanjutnya
dianalisis untuk mengetahui instrumen yang diberikan sudah memenuhi syarat tes
yang baik atau belum. Adapun teknik pengolahan data dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
3.10.1 Analisis Data Awal
Analisis tahap awal digunakan untuk mengetahui keadaaan awal populasi dan
menentukan teknik pengambilan sampel. Analisis tahap awal digunakan tiga uji,
yaitu uji normalitas, uji homogenitas, dan uji kesamaan rata-rata. Data yang
digunakan untuk analisis tahap awal ini adalah data nilai ujian semester gasal
kelas XI IPA SMA Negeri 4 Pekalongan. Data nilai ujian semester gasal kelas XI
[image:50.595.130.494.497.638.2]IPA dapat dilihat pada Tabel 3.5
Tabel 3.5 Data Nilai Ujian Akhir Semester Gasal
No. Kelas Jumlah
Siswa
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
Rata-rata
1. XI IPA 1 35 90 34 59,17
2. XI IPA 2 36 80 36 59,5
3. XI IPA 3 35 86 36 61,11
4. XI IPA 4 36 86 48 66,02
3.10.1.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data berdistribusi
statistik parametrik atau non parametrik. Rumus yang digunakan ialah sebagai
berikut:
∑
Keterangan:
= chi kuadrat
Oi = frekuensi hasil pengamatan Ei = frekuensi yang diharapkan K = banyaknya kelas
Kriteria pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:
H : distribusi data tidak berbeda dengan distribusi normal.
H diterima jika (1 )( 3) 2
2
k
hitung
dengan taraf signifikan 5% dan derajat
kebebasan (k-3), yang berarti bahwa distribusi data normal (Sudjana, 2005).
Data yang dianalisis diambil dari hasil ujian akhir semester gasal dari
[image:51.595.133.490.492.627.2]populasi. Hasil perhitungan dimuat pada Tabel 3.6
Tabel 3.6 Hasil Uji Normalitas Populasi
No. Kelas Kriteria
1. XI IPA 1 3,07 7,81 Distribusi normal
2. XI IPA 2 3,75 7,81 Distribusi normal
3. XI IPA 3 1,99 7,81 Distribusi normal
4. XI IPA 4 2,83 7,81 Distribusi normal
Populasi berdistribusi normal apabila < . Berdasarkan
perhitungan data populasi pada semua kelas, diperoleh kurang dari
kelas berdistribusi normal sehingga memenuhi syarat untuk dijadikan sampel
dalam penelitian. Sampel kelas kemudian dipilih, yaitu siswa pada kelas XI IPA 3
dan XI IPA 4.
3.10.1.2 Uji Homogenitas Populasi
Syarat digunakannya teknik cluster random sampling ialah apabila semua
kelas yang ada dalam populasi memiliki homogenitas yang sama. Oleh Karena itu
sebelum teknik cluster random sampling digunakan, maka dilakukan uji
homogenitas populasi dengan menggunakan uji Bartlett. Rumusnya ialah sebagai
berikut:
∑
∑
∑
] log ) 1 ( )[
10
(ln 2
2
i
i S
n B
Keterangan:
Si2 = variansi masing-masing kelas S = variansi gabungan
ni = banyaknya anggota dalam kelas/kelas B = koefisien Bartlett
χ2
= harga konsultasi homogenitas sampel
Kriteria pengujian hipotesis sebagai berikut:
H : populasi memiliki homogenitas yang tidak berbeda. Hasil perhitungan
tersebut dikonsultasikan dengan tabel chi kuadrat dengan peluang (1 - ) untuk
= 5% dan dk = k – 1. Kriteria pengujiannya adalah jika , maka H diterima sehingga populasi dikatakan homogen (Sudjana 2005).
= 4 – 1 = 3 diperoleh = 7,81. Karena χ2hitung <χ2tabel maka dapat
disimpulkan bahwa Ho diterima. Hal ini berarti ketiga kelas mempunyai varians
yang sama (memiliki homogenitas yang sama).
3.10.1.3 Uji Kesamaan Rata-Rata antar Kelas dalam Populasi
Uji ini dilakukan untuk mengetahui kesamaan rata-rata dari kelas-kelas
dalam populasi. Hipotesis yang diajukan:
H : tidak ada perbedaan rata-rata kondisi awal populasi (μ1 = μ2 =….= μk) A : ada perbedaan rata-rata kondisi awal populasi
[image:53.595.114.514.403.695.2]Ringkasan perhitungan anava satu jalur disajikan pada Tabel 3.7
Tabel 3.7 Ringkasan ANAVA Satu Jalur
Sumber Variasi Dk JK KT F
Rata-rata 1 Ry R = Ry / 1
Antar Kelompok k – 1 Ay A = Ay / (k-1)
Dalam Kelompok ∑ Dy D= ∑
Total ∑ ∑
Keterangan:
Ry = jumlah kuadrat rata-rata
∑
Ay = jumlah kuadrat antar kelompok
∑
JKtot = jumlah kuadrat total
∑ Dy = jumlah kuadrat dalam kelompok
R = kuadrat tengah rata-rata
A = kuadrat tengah antar kelompok eksperimen D = kuadrat tengah dalam kelompok eksperimen
Kriteria pengujiannya adalah tolak H jika 1 1, 1
i
n k hitung F
F dimana
1 k1,ni1
F didapat dari daftar distribusi F dengan peluang (1 - ) untuk =
0,05 dan dk = (k – 1,
ni 1
) (Sudjana 2005).Berdasarkan hasil analisis uji kesamaan rata-rata keadaan awal populasi
diperoleh = 2,55 dan = 2,67 dengan dk = 3 dan α = 5% . Karena Fhitung kurang dari Ftabel, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan
rata-rata dari keempat kelas populasi. Berdasarkan perhitungan hasil analisis uji
homogenitas dan uji ANAVA, karena populasi memiliki homogenitas yang sama
dan tidak ada perbedaan rata-rata dari populasi, maka syarat pengambilan sampel
cluster random sampling terpenuhi. Berdasarkan pengambilan sampel secara acak
terpilih kelas XI IPA 3 dan XI IPA 4 sebagai sampel dalam penelitian ini.
3.10.2 Analisis Data Lanjut
3.10.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas distribusi data dilakukan untuk mengetahui apakah data
berdistribusi normal ataukah tidak. Uji statistik yang digunakan adalah uji
chi-kuadrat.
Keterangan:
k
i i
i i
E E O
1 2
= chi kuadrat
Harga X2hitung dibandingkan dengan X2tabel dengan taraf signifikan 5% dan
derajat kebebasan (dk) = k-3. Data terdistribusi normal jika X2hitung < X2tabel.
(Sudjana, 2005).
3.10.2.2 Uji Kesamaan Dua Varian
Sudjana (2005) menyatakan uji kesamaan dua varian data keterampilan
proses sains bertujuan untuk menentukan rumus t-tes yang digunakan dalam uji
hipotesis akhir, dengan rumus:
F =
terkecil terbesar ians
ians var var
Kriteria pengujian hipotesis sebagai berikut :
1. Jika harga Fhitung< Fα(nb-1)(nk-1) dengan (s12 = s22) berarti kedua kelas
mempunyai varians tidak berbeda sehingga diuji dengan rumus t.
2.Jika harga Fhitung ≥ Fα(nb-1)(nk-1) dengan (s12 ≠ s22 ) berarti kedua kelas mempunyai varians beda sehingga diuji dengan rumus t’.
Peluang yang digunakan adalah ½ α (α = 5 %), dk untuk pembilang= n1 –
1 dan dk untuk penyebut = n2– 1.
3.10.2.3 Uji Hipotesis
Uji Hipotesis menggunakan uji rata-rata satu pihak kanan. Sudjana (2005)
menyatakan uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah keterampilan proses sains
siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol.
Berdasarkan uji kesamaan dua varians:
1. Jika dua kelas mempunyai varians tidak berbeda(s12 = s22) digunakan
thitung = 2 1 2 1 1 1 n n s X
X dengan s =
2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 n n s n s n
dk = n1 + n2 -2
Keterangan : X
1 = Rata-rata postes kelas eksperimen X
2 = Rata-rata postes kelas kontrol
1
n