• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Hasil Belajar Ips Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Thinks Pair Share Pada Siswa Kelas V Mi Manba’ul Falah Kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan Hasil Belajar Ips Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Thinks Pair Share Pada Siswa Kelas V Mi Manba’ul Falah Kabupaten Bogor"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

BOGOR

Skripsi

Diajukan kepada fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi Salah

Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd )

Oleh

Ane Widiawati

Nim. 1812018300236

DUAL MODE SISTEM

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)

ii

Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran

Kooperatif Think Pair Share

Pada Siswa Kelas V MI. Manba’ul

Falah Kabupaten Bogor

Skripsi

Diajukan kepada fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi Salah

Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.pd.I )

Oleh :

Ane Widiawati 1812018300236

Di bawah Bimbingan

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(4)
(5)

iv

Pair SharePada Siswa Kelas V MI. Manba’ul Falah Kabupaten Bogor. (Ane Widiawati . Nim :1812081300236).

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk menemukan peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas V di Manba’ul Falah Kabupaten Bogor, melalui pembelajaran yang berorientasi pada model pembelajaran

Kooperatif tipe think pair share.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Class Room Action Research), karena dalam penelitian ini akan dilakukan tindakan penyelesaian masalah dengan metode pembelajaran, dan akan diukur sampai dimana tingkat keoptimalan tindakan dengan metode tersebut dapat meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya pada mata pelajaran IPS. Model pembelajaran yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah strategi, pendekatan, metode, dan teknik. Dalam penelitian ini digunakan sebuah pendekatan yang berpusat pada siswa (Student Centre) yaitu pendekatan Kooperatif tipe Think Pair Share .Penelitian dilakukan di MI.Manba’ul Falah Bogor tahun ajaran 2015/2016. Instrumen yang digunakan adalah tes yang berbentuk pilihan ganda yang sudah di uji kepada siswa melalui siklus I dan siklus II.

Berdasarkan hasil perhitungan skor pada siklus I hanya 16 siswa (67%) yang tuntas belajar dengan rata-rata skor hasil belajar adalah 66,83. Namun pada siklus I ini masih belum memenuhi ketuntasan klasikal karena < 80% siswa mendapatkan nilai ≥70. Sedangkan di siklus ke II,mendapat kenaikan menjadi 22 siswa (80 %) yang tuntas dengan rata – rata skor hasil belajar dalah 79,70, maka sudah memenuhi ketuntasan klasikal. Oleh karena itu dapat disimpulkan maka hipotesis dalam penelitian ini telah terbukti melalui penerapan pendekatan pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas V MI Man’ul Falah Kabupaten Bogor .

(6)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillahi Robbil ‘alamiin penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa,yang telah memberi Rahmat dan Karunia-Nya,

Sehingga dapat terselesaikannya penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam tak

lupa penulis sanjungkan kepada Nabi Muhammad S.A.W,keluarga serta

sahabatnya yang telah membimbing umatnta kejalan yang benar diatas keridhaan

Allah SWT.

Skripsi ini disusun guna memenuhi persyaratan yang harus ditempuh dalam

menyelesaikan Program Strata 1 (SI) pada jurusan Pendidikan Guru Madrasah

Ibtidaiyah. Penulis berusaha mendapatkan penjelasan-penjelasan dan pengetahuan

yang bermanfaat bagi mahasiswa Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah pada

umumnya dan bagi diri penulis pada khususnya.

Dalam penulisan Penelitian Tindakan kelas ini, tidak lupa penulis

mengucapakan terima kasih kepada pihak-pahak yang telah membantu penulis.

Ucapan terima kasih penulis tunjukkan kepada :

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan,UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Khalimi, M.Ag. selaku Ketua Program Studi PGMI,yangg telah

memberikan kemudahan dalam setiap kebijakan yang beliau berikan selama

penulis menjadi mahasiswa di jurusan PGMI.

3. Takiddin, M.Pd. Pembimbing skripsi yang dengan penuh kesabaran serta

keikhlasan telah banyak meluangkan waktunya dalam memberikan semangat,

arahan dan bimbingan dari awal proses penulisan hingga akhir penulisan

skripsi ini.

4. Dr. Faridhal Arkam, M.Pd.dan Bapak Asep Ediana Latif M.Pd selaku dewan

penguji yang telah memeriksa,menelaah dan mengkritik serta memberi saran

untuk perbaikan hasil karya penulis.

5. Bapak dan Ibu dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendidik

(7)

vi

terutama untuk jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah yang telah

memberikan kontribusinya selama penulis menjadi Mahasiswa.

7. Pimpinan dan seluruh staf perpustakaan utama dan perpustakaan FITK, yang

selalu memberikan pelayanan dan fasilitas serta buku-buku yang penulis

perlukan dalam menyelesaikan PTK ini.

8. Ibu Halimah, S.Pd.I selaku kepala madrasah ditempat penulis melakukan

penelitian yang telah memberikaan kontribusinya berupa data-data yang

penulis butuhkan dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Dewan Guru di MI.Manba’ul Falah yang selalu memberikan support dan

motivasi selama penulis menyelesaikan penelitian ini.

10.Suami dan keluargaku yang selalu mencurahkan kasih sayang, dan Do’a serta

motivasinya selama penulis menyelesikan penelitian ini.

11.Kawan- kawan seperjuangan di program S1 Fakuultas Tarbiyah Jurusan

PGMI yang tergabung dalam Dual Mode system.

12.Dan yang terakhir, kepada semua pihak yang membantu serta memberikan

dukungannya kepada penulis baik secara moril maupun meteril, penulis

ucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya.

Semoga amalan mereka diganti oleh Allah SWT dengan sesuatu yang

lebih baik lagi dalam hidup mereka. Amiin Ya Robbal a’lamiin.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan,

untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikannya. Sehingga

Skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amiin ya Robbal A’lamiin.

Jakarta, 07 Januari 2016

(8)

vii DAFTAR ISI Halaman Judul

Surat Pernyataan Karya Ilmiah ... i

Lembar Pengesahan Pembimbing ... ii

Lembar Pengesahan Panitia Ujian ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian ... 6

C. Pembatasan Fokus Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah Penelitian ... 7

E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori ... 9

1. Pengertian Belajar ... 9

2. Pengertian Hasil Belajar ... 9

3. Klasifikasi Hasil Belajar ... 10

4. Faktor – faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar ... 11

5. Kajian Pembelajaran IPS ... 14

B. Tinjauan Tentang Pendekatan Pembelajaran cooperative Learning tipe Think Pair Share ... 16

1. Pengertian Kooperatif ... 16

(9)

viii

5. Kelemahan Metode Think Pair Share ... 18

C. Kerangka Berpikir ... 19

D. Hasil Penelitian yang Relevan ... 20

E. Hipotesis Penelitian Tindakan ... 22

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan waktu Penelitian ... 23

B. Metode Penelitian ... 24

C. Subjek penelitian ... 26

D. Peran dan posisi Peneliti dalam penelitian ... 26

E. Tahapan Intervensi Tindakan ... 26

F. Hasil Intervensi Tindakan yang diharapkan ... 30

G. Data dan sumber Data ... 30

H. Instrumen Pengumpulan Data ... 31

I. Teknik Pengumpulan Data ... 32

J. Tekhnik Pemeriksaan Kepercayaan ... 33

K. Analisis Data dan Interpretasi Data ... 34

L. Indikator kinerja ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 36

1. Deskripsi pelaksanaaan pembelajaran ... 36

a. Siklus I ... 36

b. Siklus II ... 44

2. Hasil Belajar dan Pengamatan ... 53

a. Hasil Belajar IPS Siklus I ... 53

b. Hasil Belajar IPS Siklus II ... 54

c. Hasil Pengamatan ... 55

(10)

ix BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 61

B. Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 63

(11)

x

Tabel 3.1 : Jadwal Kegiatan Penelitian ... 23

Tabel 3.2 : Kriteria Tingkat Ketuntasan Siswa ... 35

Tabel 4.1 : Data hasil Belajar IPS Siswa Kelas V pada Siklus I ... 53

Tabel 4.2 : Data hasil Belajar IPS Siswa Kelas V pada Siklus II ... 54

Tabel 4.3 : Data Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 55

Tabel 4.4 : Data Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 56

(12)

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(13)

xii Lampiran 1 : Profil Sekolah

Lampiran 2 : Soal Siklus I

Lampiran 3 : Soal Siklus II

Lampiran 4 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I

Lampiran 5 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II

Lampiran 6 : Data Nilai Siswa Siklus I

Lampiran 7 : Data Nilai Siswa Siklus II

Lampiran 8 : Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus I

Lampiran 9 : Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus II

Lampiran 10 : Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I

Lampiran 11 : Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II

Lampiran 12 : Lembar Wawancara

Lampiran 13 : Dokumentasi

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada hakikatnya adalah pengembangan potensi atau

kemampuan manusia secara menyeluruh yang pelaksanaannya dilakukan

dengan cara mengajarkan berbagai pengetahuan dan kecakapan yang

dibutuhkan oleh manusia itu sendiri. Pendidikan adalah tahapan-tahapan

kegiatan mengubah sikap dan perilaku seseorang atau sekelompok orang

melalui upaya pengajaran dan pelatihan.1 Dalam lembaga formal utuk mengembangkan potensi dan pengetahuan dan kecakapan ini perlu dilakukan,

terutama dengan mediasi proses pembelajaran sejumlah mata pelajaran di

kelas. Salah satu mata pelajaran yang turut berperan penting dalam pendidikan

wawasan, keterampilan, dan sikap sejak dini bagi siswa adalah mata pelajaran

IPS Pendidikan IPS di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari dokumen

kurikulum 1975 yang memuat IPS sebagai mata pelajaran untuk pendidikan

disekolah dasar dan menengah.2

Pembelajaran IPS (Social Studies) sangat penting bagi jenjang pendidikan

dasar dan menengah karena dunia sekarang telah mengalami

perubahan-perubahan yang sangat cepat di segala bidang. Dalam hal ini IPS berperan

sebagai pendorong untuk saling pengertian dan persaudaraan antar umat

manusia, selain itu juga memusatkan perhatiannya pada hubungan antar

manusia dan pemahaman sosial. Dengan demikian IPS dapat membangkitkan

kesadaran bahwa seseorang akan berhadapan dengan kehidupan yang penuh

tantangan, atau dengan kata lain IPS mendorong kepekaan siswa terhadap

hidup dan kehidupan sosial.

Tujuan pendidikan nasional pada tataran operasional dijabarkan dalam

tujuan institusional tiap jenis dan jenjang pendidikan.Permendiknas RI Nomor

22 tahun 2006 menegaskan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan

1

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung:PT REMAJA KARYA, 2010), cetakan 2010, h.32.

2

(15)

salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai

SMP/MTS/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa fakta, konsep, dan

generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata

pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan

Ekonomi.Melalu imata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat

menjadi warga Negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab,

serta cinta damai.3

Dalam pelasanaan kurikulum Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) bertujuan

untuk: (1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan

masyarakat dan lingkungan; (2) Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir

logis dan kritis, rasa ingin tahu, inquiri, memecahkan masalah, dan

keterampilan dalam kehidupan sosial; (3) Memiliki komitmen dan kesadaran

terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; (4) Memiliki kemampuan

berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat majemuk,

ditingkat lokal, nasional dan global.4

Namun demikian, apabila melihat kepada realita nampaknya pembelajaran

IPS yang dilaksanakan belum cukup optimal dalam mengkonstruksi dan

meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa untuk mencapai

apa yang tertuang dalam visi, misi, dan tujuan pendidikan IPS. Berdasarkan

hasil diskusi dengan guru kelas V di MI Manba’ul Falah Kabupaten Bogor,

terdapat banyak faktor permasalahan yang dihadapi dalam proses

pembelajaran IPS, diantaranya: (1) Tingkat perhatian dan aktivitas siswa

dalam proses pembelajaran tergolong kategori rendah, hal ini terindikasi oleh

sebagian besar siswa masih terlihat bermain-main dan tidak serius dalam

mengikuti proses pembelajaran IPS, (2) Rendahnya minat dan motivasi siswa

dalam mengikuti proses pembelajaran IPS, hal ini terindikasi oleh sebagian

besar siswa kehilangan konsentrasi ketika kegiatan pembelajaran IPS dimulai,

kurang bergairah dan tidak merasa tertarik dalam mengikuti proses

(16)

3

berkelompok siswa masih enggan untuk melakukan diskusi atau masih selalu

bekerja secara sendiri-sendiri, (4) Siswa masih belum terbiasa untuk berfikir

bersama, berpasan-pasangan, dan saling berbagi, (5) Keterbatasan sumber dan

media pembelajaran, (6) Siswa masih merasa takut dan ragu untuk

mengajukan pertanyaan atau pendapatnya kepada guru sehingga kelas menjadi

kaku dan tidak aktif, (7) Hasil belajar siswa masih belum cukup optimal jika

dilihat dari hasil evaluasi ulangan harian, 16 dari 24 jumlah siswa atau sekitar

64% siswa mendapatkan nilai di bawah KKM yang telah ditentukan di

sekolah yaitu > 67.

Apabila permasalahan tersebut dibiarkan dan tidak segera diatasi maka

dikhawatirkan akan berdampak kurang baik terhadap siswa, guru, dan bahkan

sekolah. Bagi siswa sendiri akan berdampak pada pengembangan dirinya,

dimana siswa akan cenderung tidak menyukai pelajaran IPS, mereka

memandang bahwa pelajaran IPS sangat membosankan dan hal ini secara

tidak langsung akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Dampak bagi

guru adalah terhadap tanggung jawabnya sendiri sebagai seorang guru

terhadap siswa dan orang tua siswa, dalam hal ini guru sebagai pengajar akan

dianggap belum berhasil dalam melaksanakan pembelajaran dan guru sebagai

pendidik dianggap belum mampu untuk mendidik siswanya, selanjutnya

dampak bagi sekolah ialah, sekolah belum dianggap mampu untuk

meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran, khususnya pada mata

pelajaran IPS. pembelajaran yang., kiranya faktor penggunaan model

pembelajaran yang kurang efisien atau tidak tepat yang paling dominan

merupakan penyebab utama yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar

siswa kelas V MI. Manba’ul Falah khususnya pada mata pelajaran IPS.

Berdasarkan pemaparan tersebut, tampaknya dibutuhkan suatu pola atau

model pembelajaran yang mampu menjembatani tercapainya tujuan tersebut.

kemampuan dan keterampilan guru dalam memilih dan menggunakan

berbagai model pembelajaran seperti memilih strategi, pendekatan, dan

metode pembelajaran senantiasa terus ditingkatkan agar pembelajaran IPS

(17)

keterampilan dasar bagi siswa untuk menjadi manusia dan warga negara yang

baik. Pada dimensi pelaksanaan pembelajaran merupakan upaya yang strategis

dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang menyelaraskan konsistensi

komponen-komponen pembelajaran untuk mengefektifkan pencapaian tujuan

pembelajaran dan meningkatkan kualitas hasil belajar. Seperti yang kita

ketahui bahwa strategi pembelajaran adalah alat interaksi di dalam proses

pembelajaran. Strategi pembelajaran yang digunakan harus menimbulkan

aktifitas belajar yang baik, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara

maksimal.5

Pola pembelajaran IPS menekankan pada unsur pendidikan dan

pembekalan pada siswa. Penekanan pembelajarannya bukan sebatas pada

upaya menberikan atau membekali siswa dengan sejumlah konsep yang

bersifat hafalan belaka, melainkan terletak pada upaya agar mereka mampu

menjadikan apa yang telah dipelajarinya sebagai bekal dalam memahami dan

ikut serta dalam menjalani kehidupan masyarakat dilingkungannya, serta

sebagai bekal bagi dirinya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang

lebih tinggi. Di sinilah sebenarnya penekanan misi dari pendidikan IPS.

Pembelajaran IPS memerlukan perencanaan yang matang agar hasil yang

diinginkan tercapai. Perencanaan pembelajaran proses pengambilan keputusan

hasil berpikir secara rasional tentang sasaran dan tujuan pembelajaran tertentu,

yakni perubahan perilaku seta rangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan

sebagai upaya pencapaian tujuan tersebut dengan memanfaatkan segala

potensi dan sumber belajar.6

Oleh karena itu, perencanaan pembelajaran guru hendaknya diarahkan dan

difokuskan sesuai dengan kondisi dan perkembangan potensi siswa agar

pembelajaran yang dilakukan benar-benar berguna dan bermanfaat bagi siswa.

Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat dikembangkan untuk

memenuhi tuntutan tersebut adalah pendekatan pembelajaran Kooperatif tipe

5

Masitoh dan Laksmi, Strategi Pembelajaran (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia , 2009)cet. 2009 , h.38.

6

(18)

5

Think Pair Share. Think Pair Share (TPS) yang berarti

Berpikir-Berpasangan-Berbagi, merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh

Frank lyman, Teknik ini memberi siswa kesempatan untuk bekerjasama

dengan orang lain.7

Think Pair Share merupakan salah satu metode pembelajaran yang

dikembangkan dari teori konstrukivisme yang merupakan perpaduan antara

belajar secara mandiri dan belajar secara berkelompok. TPS memiliki

prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih

banyak untuk berfikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain. Salah

satu keunggulan metode TPS adalah mudah untuk diterapkan dalam berbagai

tingkat kemampuan berpikir dan dalam setiap kesempatan , Pendekatan

pembelajaran Kooperatif tipe think pair share lebih banyak memberikan

waktu bagi siswa untuk berfikir, menjawab, dan berbagi satu sama lain.

Prosedur yang digunakan juga cukup sederhana, yaitu bertanya kepada teman

sebaya dan berdiskusi dengan kelompok untuk mendapatkan kejelasan

terhadap apa yang telah dijelaskan oleh guru, hal tersebut lebih memudahkan

siswa untuk memahami pelajaran. Diskusi dalam kelompok-kelompok kecil

ini sangat efektif untuk memudahkan siswa dalam memahami materi dan

memecahkan suatu permasalahan. Dengan cara seperti ini, siswa diharapkan

mampu bekerjasama, saling membutuhkan, dan saling bergantung pada

kelompok-kelompok kecil secara kooperatif.

Melalui penerapan pendekatan pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair

Share, disarankan agar melaksanakan pembelajaran dengan membuat

kelompok belajar yang heterogen karena siswa dilatih untuk berfikir secara

mandiri dalam pembelajaran kelompok, setelah itu mereka harus

berpasang-pasangan untuk berdiskusi dan saling berbagi dalam kelompoknya.

7

(19)

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu kiranya dilakukan

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) mengenai penerapan pendekatan

pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) yang diharapkan dapat

meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas V MI Manba’ul Falah

Kabupaten Bogor.

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat di

identifikasikan area dan fokus penelitian sebagai berikut :

1. Think Pair Share merupakan salah satu metode pembelajaran yang

dikembangkan dari teori konstrukivisme yang merupakan perpaduan

antara belajar secara mandiri dan belajar secara berkelompok

2. Faktor penggunaan model pembelajaran yang kurang efisien atau tidak

tepat yang paling dominan merupakan penyebab utama yang

mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa kelas V MI Manba’ul Falah khususnya pada mata pelajaran IPS

3. Penerapan pendekatan pembelajaran Kooperatf tipe Think Pair

Share(TPS) diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa

kelas V MI Manba’ul Falah, Kabupaten Bogor.

C. Pembatasan Fokus Penelitian

Pembatasan fokus penelitian di perlukan agar lebih efektif, efisien, dan

terarah. Adapun hal-hal yang membatasi dalam penelitian ini adalah :

1. Penelitian ini difokuskan untuk meningkatkan hasil belajar IPS melalui

penerapan pendekatan pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share

(TPS) berupa tes hasil belajar siswa dan hasil observasi pelaksanaan

pembelajaran IPS.

2. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada

mata pelajaran IPS dengan materi yang diajarkan yaitu Peninggalan

(20)

7

D. Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang

diangkat dalam penelitian ini adalah:

“Bagaimana menerapkan pendekatan pembelajaran Kooperatif tipe think pair share untuk peningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas V MI

Manba’ul Falah Kabupaten Bogor ?”.

E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka

tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk menemukan peningkatan

hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas V di Manba’ul Falah

Kabupaten Bogor, melalui pembelajaran yang berorientasi pada model

pembelajaran Kooperatif tipe think pair share.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi guru, siswa, peneliti dan

semua pihak yang terkait dengan dunia pendidikan.

a. Manfaat Teoritis

1) Siswa menjadi lebih terampil dalam menyelesaikan soal-soal yang

berkaitan dengan pengetahuan sosial sehingga hasil belajar

meningkat.

2) Siswa mendapat pengalaman baru dengan diterapkannya

pendekatan pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair and Share (

TPS).

3) Siswa lebih termotivasi untuk belajar dan terbentuknya sikap

kerjasama antar siswa dalam menyelesaikan suatu masalah.

b. Manfaat Praktis

1) Guru menjadi lebih memahami cara-cara mengimplementasikan

model-model pembelajaran, salah satunya yaitu pendekatan

(21)

2) Guru memilki keterampilan menggunakan pendekatan Kooperatif

tipe Think Pair Share (TPS) untuk meningkatkan hasil belajar

siswa.

3) Keberhasilan guru sebagai pengajar meningkat, karena hasil belajar

(22)

9 BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Kajian Teori

1. Pengertian Belajar

Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah

laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman1. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui pengalaman;

Perubahan itu diperoleh melalui usaha (bukan karena kematangan),

menetap dalam waktu yang relatif lama dan merupakan hasil

pengalaman.2

Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang

untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya.3

2. Pengertian hasil Belajar

Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia

berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Aspek perubahan itu mengacu

kepada taksonomi tujuan pengajaran yang dikembangkan oleh Benyamin

Bloom mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar

adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima

pengalaman belajarnya. Perubahan sebagai hasil proses dapat ditunjukkan

dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, ketrampilan,

kecakapan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang

belajar. Menurut Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni,

(a)Informasiverbal, (b) Keterampilanintelektual, (c)strategi kognitif (d)

Sikap, (e) Keterampilan motoris.

1

Ngalim Purwanto. Psikologi Pendidikan(PT. Remaja Rosda Karya, 1990)Cetakan ke-5.

h.84

2 Ibid

. h. 85

3

(23)

Keberhasilan pengajaran tidak hanya dilihat dari hasil belajar yang

dicapai oleh siswa, tetapi juga dari segi prosesnya.Hasil belajar pada

dasarnya merupakan akibat dari suatu proses belajar.Ini berarti bahwa

optimalnya hasil belajar siswa bergantung pula pada proses belajar siswa

dan proses mengajar guru.4Hasil belajar berkaitan dengan pencapaian dalam memperoleh kemampuan sesuai dengan tujuan khususnya yang

direncanakan.5

3. Klasifikasi hasil belajar

Benyamin Bloom dalam Sudjana mengklasifikasikan hasil belajar

yang secara garis besar dibagi menjadi tiga ranah, yaitu (1) Ranah

kognitif: Berkenaan dengan sikap hasil belajar intelektual yang terdiri

dari enam aspek yaitu ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan

evaluasi, (2) Ranah afektif : Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari

lima aspek yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi,

internalisasi, (3) Ranah psikomotor : Berkenaan dengan hasil belajar

ketrampilan dan kemampuan bertindak.6

Menurut Sudjana hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses

pembelajaran yang optimal ditunjukkan dengan ciri-ciri sebagai berikut :7 a. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar

intrinsik pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi yang

rendah dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau

setidaknya mempertahankan apa yang telah dicapai.

b. Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu

kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang

tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya.

c. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan

lama diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari

(24)

11

aspek lain, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan

mengembangkan kreativitasnya.

d. Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh

(komprehensif), yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau

wawasan, ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotorik, keterampilan

atau perilaku.

e. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan

diri terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai

dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, hasil

belajar adalah perubahan prilaku seseorang ke arah yang lebih positif

akibat belajar, atau hasil belajar merupakan nilai yang dicapai seseorang

dengan kemampuan maksimal.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar dapat kita

bedakan menjadi tiga macam yaitu faktor internal, dan faktor eksternal

dan pendekatan belajar.8

Berikut adalah penjabarannya:

a. Faktor internal (Faktor dari dalam siswa), yakni keadaan /kondisi

jasmani dan rohani siswa, dan meliputi dua aspek fisiologis dan

psikologis diantaranya;

1) Aspek Fisiologis,

Kondisi umum jasmani dan tonus(tegangan otot)yang

menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan

sendi-sendinya dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa

dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ-organ khusus siswa

seperti tingkat kesehatan indera pendengar dan indera

penglihatan juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam

menyerap informasi.

8

(25)

2) Kondisi Psikologis, terdiri dari :

a) Intelegensi siswa;

Pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan

psikofisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan

diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat (Reber,

1988)9 b) Sikap Siswa

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif

berupa kecenderungan untukmereaksi atau merespon

(response tendency) dengan cara yang relative tetap terhadap

objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif

maupun negatif.

c) Bakat Siswa

Bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang

dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa

yang akan datang (Chaplin, 1972;Reber, 1988).

d) Minat Siswa

Minat (interes) berarti kecenderungan dan kegairahan

yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.

Menurut Reber (1988), Minat tidak termasuk istilah populer

dalam psikologi karena ketergantungannya yang banyak pada

faktor-faktor internal lainnya seperti; pemusatan perhatian,

keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.10 e) Motivasi Siswa

Motivasi ialah keadaan internal organisme baik

manusia atau hewan yang mendorongnya untuk berbuat

sesuatu. Motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk

Bertingkah laku secara terarah (Gleitman, 1986; Reber;

(26)

13

Kemampuan kognitif : Ada tiga kemampuan yang harus dikuasai sebagai jembatan untuk sampai pada penguasaan kemampuan kognitif, yaitu persepsi, mengingat dan berpikir.

b. Faktor Eksternal siswa

1) LingkunganSosial, meliputi :

a) Lingkungan sosial Sekolah

Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para

tenaga kependidikan (kepala sekolah dan wakil-wakilnya),

dan teman-taman sekelas dapat mempengaruhi semangat

belajar seorang siswa.Para guru yang selalu menunjukkan

sikap dan perilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri

teladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar,

misalnya rajin membaca dan berdiskusi, dapat menjadi daya

dorong yang positif bagi kegiatan siswa.

Lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan

tetangga juga teman-teman sepermainan di sekitar

perkampungan siswa tersebut. Kondisi masyarakat di

lingkungan kumuh yang serba kekurangan dan anak-anak

putus sekolah, misalnya akan mempengaruhi aktivitas belajar

siswa.

Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi

kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga itu

sendiri.sifat-sifat orangtua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan

keluarga, dan demografi keluarga, dan letak rumah,

semuanya dapat memberi dampak baik atau buruk terhadap

kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.

2) Lingkungan Nonsosial.

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah

gedung sekolah dan letaknya, rumah letaknya siswa dan letaknya

alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang

(27)

tingkat keberhasilan belajar siswa.12Khusus mengenai waktu yang disenangi untuk belajar (study time preference) seperti pada

pagi atau sore hari, seorang ahli bernama J.Biggers(1980)

berpendapat bahwa belajar pada pagi hari lebih efektif daripada

waktu-waktu lainnya. namun menurut penelitian beberapa ahli

Learning style (gaya belajar), hasil belajar itu tidak bergantung

pada waktu secara mutlak, tetapi bergantung pada pilihan waktu

yang cocok dengan kesiapsiagaan siswa (Dunnetal, 1986), Akan

tetapi, menurut hasil penelitian mengenai kinerja baca (reading

performance) sekelompok mahasiswa di sebuah universitas di

Australia Selatan, tidak ada perbedaan yang berarti hasil antara

hasil membacapada pagi hari dan hasil membaca pada sore

hari.selain itu keeratan korelasi antara study time preference

dengan hasil membaca pun sulit dibuktikan. Bahkan mereka yang

lebih senang belajar pada pagi hari dan dites pada sore hari,

ternyata hasilnya tetap baik. sebaliknya, ada pula di antara

mereka yang lebih suka belajar pada sore hari dan dites pada saat

yang sama, namun hasilnya tidak memuaskan (Syah, 1990).

c. Faktor Pendekatan Belajar

Pendekatan belajar dapat ddifahami keefektifan segala cara atau

strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektivitas dan

efisiensi proses belajar tertentu. Strategi dalam hal ini berarti

seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa

untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu

(Lawson, 1991)13

5. Kajian Pembelajaran IPS

Pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin

ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang

12

Muhibbin Syah. Op.Cit. h.135

13

(28)

15

diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis

untuk tujuan pendidikan (Soemantri, 2001;92).14

Ruang lingkup IPS meliputi (a) substansi materi ilmu-ilmu sosial

yang bersentuhan dengan masyarakat dan (b) gejala, masalah, dan

peristiwa sosial tentang kehidupan masyarakat. Kedua lingkup pengajaran

IPS ini harus diajarkan secara terpadu karena pengajaran IPS tidak hanya

menyajikan materi-materi yang akan memenuhi ingatan peserta didik

tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan sendiri sesuai dengan kebutuhan

dan tuntutan masyarakat.15

Tujuan Pendidikan IPS adalah :

1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan

masyarakat dan lingkungan.

2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis, dan kritis, rasa

ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam

kehidupan sosial.

3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai –nilai sosial dan

kemanusiaan.

4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan

berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal,

nasional, dan global.16

Keberhasilan Pembelajaran IPS adalah :

pada kompetensi inti dan kompetensi dasar yang ditetapkan yang

mencirikan penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dapat

diamati dan diukur.17 Berdasarkan pengertian hasil belajar yang dikemukakan para ahli, maka dalam penelitian tindakan ini dimaksudkan

bahwa hasil belajar IPS adalah tingkat penguasaan yang dicapai siswa

dalam proses belajar mengajar IPS sesuai dengan tujuan yang

ditetapkan..Hasil belajar yang dicapai oleh siswa merupakan gambaran

hasil belajar setelah mengikuti proses belajar.

(29)

B. Tinjauan Tentang Pendekatan Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share

1. Pengertian Kooperatif

Pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai sistem

kerja/belajar kelompok yangterstruktur.yangtermasuk di dalam struktur

ini adalah lima unsur pokok, Menurut Johnson & Johnson, 1993 yaitu

saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi

personal, keahlian bekerjasama, dan proses kelompok.18

Pembelajaran kooperatif adalah suatu aktivitas pembelajaran yang

menggunakan pola belajar siswa berkelompok untuk menjalin kerjasama

dan saling ketergantungan dalam struktur tugas, tujuan, dan hadiah.19

2. Pengertian Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share

Pendekatan pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share

merupakan salah satu model pembelajaran sederhana yang sangat

bermanfaat dikembangkan oleh Frank Lyman dari University of Mryland.

Ketika guru menyampaikan pelajaran kepada kelas, para siswa duduk

berpasangan dengan timnya masing-masing. Guru memberikan pertanyan

kepada seluruh siswa. Siswa diminta untuk memikirkan (thinking) sebuah

jawaban dari mereka sendiri, lalu berpasangan (pairing) dengan

pasangannya untuk mencapai sebuah kesepakatan terhadap jawaban.

Akhirnya, guru meminta para siswa untuk berbagi (sharing) jawaban

yang telah mereka sepakati dengan seluruh siswa.

Think Pair Share (TPS) merupakan jenis pembelajaran kooperatif

yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi peserta didik. Think

Pair Share dikembangkan oleh Frank Lyman et.al, dari University of

Maryland pada tahun 1985.Lyman menyatakan bahwa Think Pair Share

merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola

diskusi kelas. Pembelajaran kooperatif tipe think pair share ini memberi

18

Masitoh dan Laksmi .Op.Cit.h.232

19

(30)

17

peserta didik kesempatan untuk bekerja sendiri dan bekerja sama dengan

orang lain.20

3. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share Langkah-langkah pembelajaran Kooferatif tipe Think Pair Share

terdiri dari lima langkah, dengan tiga langkah utama sebagai ciri khas

yaitu Think, Pair, dan Share. Kelima langkah pembelajaran Kooperatif

tipe Think Pair Share dapat dijelaskan di bawah ini:

Adapun penjelasan dari setiap langkah tersebut sebagai berikut:

a. Tahap pendahuluan

Awal pembelajaran dimulai dengan penggalian apersepsi

sekaligus memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pembelajaran.

Pada tahap ini, guru juga menjelaskan aturan main serta

menginformasikan batasan waktu untuk setiap tahap kegiatan.

b. Tahap think (berpikir secara individual)

Proses think pair share dimulai pada saat guru melakukan

demonstrasi untuk menggali konsepsi awal siswa. Pada tahap ini, siswa diberi batasan waktu (“think time”) oleh guru untuk memikirkan jawabannya secara individual terhadap pertanyaan yang diberikan.

Dalam penentuannya, guru harus mempertimbangkan

pengetahuan dasar siswa dalam menjawab pertanyaan yang diberikan.

c. Tahap pair (berpasangan dengan teman sebangku)

Pada tahap ini, guru mengelompokkan siswa secara

berpasangan. Guru menentukan bahwa pasangan setiap siswa adalah

teman sebangkunya. Hal ini dimaksudkan agar siswa tidak pindah

mendekati siswa lain yang pintar dan meninggalkan teman

sebangkunya. Kemudian, siswa mulai bekerja dengan pasangannya

untuk mendiskusikan mengenai jawaban atas permasalahan yang telah

diberikan oleh guru. Setiap siswa memiliki kesempatan untuk

mendiskusikan berbagai kemungkinan jawaban secara bersama.

20

(31)

d. Tahap share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh

teman kelas)

Pada tahap ini, siswa dapat mempresentasikan jawaban secara

perseorangan atau secara kooperatif kepada kelas sebagai keseluruhan

kelompok. Setiap anggota dari kelompok dapat memperoleh nilai dari

hasil pemikiran mereka.

e. Tahap penghargaan

Siswa mendapat penghargaan berupa nilai baik secara individu

maupun kelompok. Nilai individu berdasarkan hasil jawaban pada

tahap think, sedangkan nilai kelompok berdasarkan jawaban pada

tahap pair dan share, terutama pada saat presentasi memberikan

penjelasan terhadap seluruh kelas.

4. Keunggulan dan Kelebihan metode Think Pair Share adalah:

Menurut Anita lee keunggulan dan kelemahan metode Kooperatif

Think pair share adalah:21

a. Mudah dipecah menjadi berpasangan

b. Lebih banyak ide yang muncul

c. Lebih banyak tugas yang bisa dilakukan

d. Guru mudah memonitor

5. Kelemahan metode Think Pair share a. Membutuhkan lebih banyak waktu

b. Membutuhkan sosialisasi yang lebih baik

c. Jumlah genap bisa menyulitkan proses pengambilan suara

d. Kurang kesempatan untuk kontribusi individu

e. Siswa mudah melepaskan diri dari keterlibatan dan tidak

memperhatikan.

21

(32)

19

C. Kerangka Pikir

Pembelajaran IPS dalam setiap satuan pendidikan selalu dianggap

sebagai suatu mata pelajaran yang membosankan oleh sebagian besar siswa,

hal ini disebabkan oleh berbagai faktor dalam proses pembelajaran, salah satu

faktor yang paling dominan yaitu penggunaan model pembelajaran seperti

pendekatan, metode, dan teknik yang tidak sesuai dengan karakteristik

peserta didik dan teknik penyampaian suatu metode yang selalu monoton

dalam pelaksanaan proses pembelajaran IPS sehingga sangat membosankan

bagi peseta didik. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran guru

hendaknya melakukan modifikasi pembelajaran, khususnya pada mata

pelajaran IPS dengan tujuan untuk memotivasi siswa sehingga dapat

menumbuhkan motivasi internal peserta didik, sebab motivasi internal ini

merupakan faktor utama yang paling kuat yang mampu mendorong peserta

didik untuk belajar secara terus menerus hingga sampai kepada arah tujuan

pembelajaran yang lebih terarah dan lebih baik. Di samping itu, modifikasi

suatu proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran seperti

pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang sesuai dengan

karakteristik peserta didik dapat meningkatkan gairah belajar, dapat

meningkatkan rasa ingin tahu yang tinggi pada diri peserta didik sehingga

peserta didik dengan sendirinya akan melakukan usaha eksplorasi

pengetahuan untuk memenuhi rasa keingin tahuannya. Dengan modifikasi

Kcooperatif tipe think pair share dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas V MI Manba’ul Falah. pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan pembelajaran

Dalam hal ini pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan

pembelajaran kooperatif Tipe think pair share diharapkan dapat menjadi

alternatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada mata

pelajaran IPS, karena pendekatan pembelajaran ini memberikan suatu

pengalaman nyata di lingkungan masyarakat yang dapat dialami di dalam

kelas, pembelajaran dapat diperoleh dari teman sebaya yaitu dengan

(33)

kelompok, antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain, sehingga

menciptakann suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan. Dengan

demikian penerapan pendekatan pembelajaran Kooperatif tipe think pair

share diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

D. Hasil Penelitian Yang Relevan

1. Achmadillah dalam skripsinya “Implementasi Metode Think Pair Share

dapat meningkatkan Partisipasi dan Hasil Belajar Siswa pada

pembelajaran Matematika.”

Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi metode think

pair share dapat meningkatkan partisipasi dan hasil belajar siswa.

Peningkatan partisipasi siswa dibuktikan pada hasil pengamatan prasiklus

hanya 7 (25%) siswa yang berpartisipasi aktif, pada siklus I siswa

meningkat menjadi 14 siswa (50%), dan pada siklus II partisipasi siswa

meningkat menjadi 23 siswa (82, 14%). Peningkatan hasil belajar

dibuktikan bahwa persentase ketuntasan klasikal siswa pada pra siklus

ialah 15 siswa (53, 57%), pada siklus I meningkat menjadi 19 siswa (67,

86%), dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 23 siswa (82, 14%).

Peningkatan jumlah nilai yaitu 1.700 pada pra siklus menjadi 1.910 pada

siklus I dan 2.220 pada siklus II. Untuk nilai rata-rata ada peningkatan

yaitu pada prasiklus 60, 71, pada siklus I nilai rata-rata naik 68, 21, dan

pada siklus II meningkat menjadi 79, 29.22

2. Kd.Jayanthi Riva Prathiwi, Nyoman Dantes, Nyoman Natajaya Program

Studi Pendidikan Dasar, Program Pascasarjana Universitas Pendidikan

Ganesha Singaraja, Indonesia. Dalam Journalnya yang berjudul “Pengaruh Implementasi Hasil Model Pembelajaran kooperatif tipe

Think-Pair-Share (TPS) Terhadap motivasi Belajar Dan Prestasi Belajar

Dalam Pembelajaran IPS Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Gugus VIII,

22

(34)

21

Kecamatan Buleleng. Menurut hasilnya.23

Hasil analisis deskriptif menunjukkanbahwa rata-rata skor motivasi

belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS adalah

111, 13dan rata-rata skor belajar IPS dengan model pembelajaran

konvensional adalah 100, 38 sedangkan nilai rata-rata prestasi belajar IPS

siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS adalah 70, 97 dan

rata-rata nilai prestasi belajar IPS siswa dengan model pembelajaran

konvensional adalah 57, 55. Berdasarkan data hasil analisis deskriptif

tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar dan prestasi belajar

IPS siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih

baik dari pada motivasi belajar dan prestasi belajar IPS siswa yang

mengikuti model pembelajaran konvensional. Hasil uji hipotesis pertama,

didapat nilai koefisien F sebesar 58, 671. Dengan signifikansi (sig) pada

0, 000 sehingga F signifikan, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan terhadap motivasi belajar dalam pembelajaran

IPS siswa kelas V SD. Hasil uji hipotesis pertama, didapat nilai koefisien

F sebesar 58, 671 dengan signifikansi (sig) pada 0, 000 sehingga F

signifikan, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang

signifikan terhadap motivasi belajar dalam pembelajaran IPS siswa kelas

V SDGugus VIII, KecamatanBuleleng antara siswa yang mengikuti

pembelajaran kooperatif tipe TPS dansiswa yang mengikuti pembelajaran

konvensional.

3. Menurut Novidha Ratna lestari dalam jurnalnya yang berjudul Penerapan

Model Kooperatif tipe Think Pair Share Dalam pembelajaran IPS pada

siswa kelas V SDN I Purwogondo yaitu:

Setelah dilakukan metodologi penelitian melalui PTK melalui III

siklus, maka dilakukan tindakan rata-rata nilai siklusnya, begitu pula

dengan persentase ketuntasan hasil belajar siswa jika dibandingkan

23

(35)

prasiklus, siklus I, siklus II, siklus III mengalami peningkatan hasil, yaitu

dari siklus I, 6,67% menjadi 46,67%, pada siklus II mengalami

peningkatan menjadi 73,33% dan pada siklus III meningkat menjadi

90%. Hal tersebut menunjukkan pencapaian target indikator kinerja yaitu

hasil observasi mencapai rata-rata 85%.24

Dari hasil ketiga penelitian relevan di atas terdapat kesamaan

dalam penerapan model penelitiannya yaitu sama-sama menggunakan

model pembelajaran kooperatif think pair share dan dari peningkatan

hasil belajarnya , tetapi terdapat perbedaan dari cara metode penelitannya

dari aspek instrumen, mata pelajaran, subyek dan tempat penelitiannya

berbeda.

E. Hipotesis Penelitian Tindakan

Sehubungan dengan hal tersebut, maka untuk lebih terarahnya dan

jelasnya tujuan penelitian ini, maka perlu dirumuskan jawaban sementara dari

pokok permasalahan yang diajukan di atas. Rumusan hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah “penerapan pendekatan pembelajaran

Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)dapat meningkatkan hasil belajar IPS

siswa kelas V MI. Manba’ul Falah Kabupaten Bogor.”

24

(36)

23 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian tindakan ini dilaksanakan di kelas V di MI. Manba’ul

Falah Kabupaten Bogor. Pemilihan sekolah ini bertujuan untuk

meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS melalui

penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe think pair share.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan minimal dua siklus selamatiga

bulan,mulai dari bulan Agustus sampai dengan bulan November 2015.

Ketentuan waktu penelitian mengacu pada kalender pendidikan

2015/2016 yang ada di MI. Manba’ul Falah Kabupaten Bogor. Adapun

perinciannya sebagai berikut : persiapan dilakukan pada awal bulan

Agustus, pelaksanaan tindakan dari bulan September, dan Oktober, serta

penyusunan laporan Penelitian Tindakan Kelas akan dilaksanakan pada

hingga pertengahan bulan November 2015.

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

NO KEGIATAN BULAN

AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER

1. Pembuatan proposal

2. Seminar proposal

3. Bahan ajar dan instrumen

4. Observasi sekolah & pelaksanaan

pembelajaran 5. Pengumpulan data

6. Analisis data

(37)

B. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Class Room

Action Research), karena dalam penelitian ini akan dilakukan tindakan

penyelesaian masalah dengan metode pembelajaran, dan akan diukur

sampaidimana tingkat keoptimalan tindakan dengan metode tersebut dapat

meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya pada mata pelajaran IPS.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu pencermatan terhadap

kegiatan pembelajaran berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan

dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama1. Metode ini dipilih berdasarkan pertimbangan: Masalah dan tujuan penelitian menuntut tidakan

reflektif, kolaboratif, dan partisipatif antara Guru, Kepala Sekolah, dan Siswa

berdasarkan situasi kelas dalam pelaksanaan pembelajaran IPS.

Ada beberapa ahli yang mengemukakan model penelitian tindakan

dengan bagan yang berbeda,namun secara garis besar terdapat empat tahapan

yang lazim dilalui,yaitu(1) perencanaan, (2) pelaksanaan (3) pengamatan,dan

(4) refleksi.2Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut:

1

Suhairsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta, PT Bumi Aksara, 2007) cetakan 2007. h.3

2 Ibid

. h. 16,17,18 dan 19.

Perencanaan

SIKLUS

I

Pengamatan

Perencanaan

SIKLUS II

Pengamatan

Pelaksanaan

Pelaksanaan Refleksi

Refleksi

(38)

25

Tahap 1:Menyusun rancangan tindakan (Planning)

Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan,

dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Dalam tahap

menyusun rancangan ini peneliti menentukan titik atau focus peristiwa yang

perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati,kemudian membuat

sebuah instrument pengamatan untuk membantu peneliti merekam fakta yang

terjadi selama tindakan berlansung.

Tahap 2:Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Tahap ke-2 dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang

merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan

tindakan di kelas. Hal yang perlu diingat adalah bahwa dalam tahap ke-2 ini

pelaksana guru harus ingat dan berusaha menaati apa yang sudah dirumuskan

dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar,tidak dibuat-buat.

Tahap 3 :Pengamatan (Observing)

Tahap ke-3, yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat.

Ketika guru tersebut sedang melakukan tindakan,karena hatinya sedang

menyatu dengan kegiatan, tentu tidak sempat menganalisis peristiwanya

ketika sedang terjadi. Oleh karena itu, kepada guru pelaksana yang berstatus

sebagai pengamat agar melakukan “pengamatan balik” terhadap apa yang terjadi ketika tindakan berlangsung.

Tahap 4:Refleksi (Reflecting)

Tahap ke-4 merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa

yang sudah dilakukan. Istilah refleksi berasal dari kata bahasa Inggris

reflection, yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia pemantulan Istilah

refleksi di sini sama dengan”memantul”, seperti halnya memancar dan menatap kena kaca.” dalam hal ini,guru pelaksana sedang memantulakan pengalamannya pada peneliti yang baru saja mengamati kegiatannya dalam

(39)

C. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V MI Manba’ul

Falah yang berjumlah 24 orang dengan komposisi 12 laki-laki dan 12

perempuan. Observer dalam penelitian ini adalah dua orang, yaitu wali kelas

V sendiri dan guru dari kelas lain.

D. Peran dan posisi peneliti dalam penelitian

Dalam penelitian tindakan kelas ini,peneli merupakan guru kelas V MI.Manba’ul Falah. Selain mengajarkan materi,peneliti juga membuat dan merancang rencana pembelajaran serta mengevaluasi jalannya kegiatan

belajar mengajar (KBM).

E. Tahapan Intervensi Tindakan

Prosedur kerja dalam penelitian tindakan kelas ini dirancang minimal

dua siklus sesuai dengan tingkat permasalahan dan kondisi yang akan

ditingkatkan, setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yang harus ditempuh, yaitu:

perencanaan, tindakan, pengamatan (observasi) dan refleksi.

1. Perencanaan

a. Guru (peneliti) bersama kepala sekolah dan sumber yang terkait

melakukan analisis standar isi untuk mengetahui Standar

Kompetensi dan Kompetensi yang akan dibelajarkan.

b. Guru (peneliti) bersama kepala sekolah MI Manba’ul Falah

Kabupaten Bogor, melakukan refleksi awal berupa identifikasi

rancangan dan pelaksanaan pembelajaran IPS yang belum optimal

menerapkan model pembelajaran cooperative learning tipe think

pair share dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa.

c. Guru (peneliti) bersama kepala sekolah menyusun dan

mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan

memperhatikan indikator-indikator hasil belajar yang berorientasi

pada model pembelajaran Kooperatif tipe think pairshare.

d. Guru (peneliti) bersama kepala sekolah menyusun dan

(40)

27

digunakan untuk mengetahui tingkat ketercapaian pelaksanaan

model pembelajaran Kooperatif tipe think pair share dampaknya

terhadap hasil belajar siswa.

e. Guru menyediakan daftar pertanyaan yang terkait dengan materi

yang akan dibelajarkan, seperti daftar kata-kata yang perlu

didefinisikan, daftar orang yang hendak diidentifikasi, daftar

pertanyaan tentang tindakan yang bisa diambil oleh sesorang dalam

situasi tertentu, dan daftar kalimat tak lengkap yang perlu

dilengkapi.

f. Guru (peneliti) mengembangkan alat peraga, alat bantu atau media

pembelajaran yang menunjang pembentukan Standar Kompetensi

dan Kompetensi Dasar dalam rangka implementasi model

pembelajaran Kooperatif tipe think pair share.

2. Tindakan

a. Kegiatan awal

1) Apersepsi

Pada kegiatan apersepsi ini guru mengungkapkan secara

singkat materi yang telah dipelajarai sebelumnya kemudian

mengkaitkan dan mengarahkannya kepada materi yang akan

dipelajari yang bertujuan untuk lebih menyiapkan siswa untuk

belajar.

2) Motivasi

Pada tahap ini guru mengajukan pertanyaan yang sifatnya

mudah dan tentunya berkaitan dengan materi pelajaran.

3) Pengetahuan Prasyarat

Pada tahap ini guru mengajukan pertanyaan lagi,

pertanyaan yang memiliki hubungan keterkaitan dengan

pertanyaan yang ada pada kegiatan motivasi atau pertanyaan

yang sifatnya lebih kompleks yang bertujuan untuk mengetahui

(41)

4) Menjelaskan tujuan pembelajaran

5) Menyediakan alat, bahan, dan sumber balajar

b. Kegiatan Inti

1) Guru menginformasikan model pembelajaran yang akan

digunakan;

2) Siswa dengan bimbingan guru membuat kelompok yang

sifatnya heterogen dan masing-masing kelompok terdiri dari 4

orang secara berpasangan

3) Guru memberikan materi pengantar yang akan dibelajarkan;

4) Guru memberikan pertanyaan mengenai materi pengantar yang

telah dijelaskan;

5) Guru memerintahkan atau memberikan kesempatan kepada

setiap individu di dalam kelompoknya untuk memikirkan dan

merumuskan jawaban (thingking);

6) Guru memerintahkan sisiwa untuk menyebar di dalam kelas

untukmencari pasangannya (pairing), yaitu siswa yang dapat

menjawab pertanyaan yang mereka sendiri tidak tahu

jawabannya;

7) Guru meminta siswa untuk mensinkronkan jawaban yang telah

dibuat untuk dipresentasikan sebagai laporan kelompok;

8) Guru meminta siswa berdiskusi dan mempresentasikan hasil

diskusi untuk berbagi jawaban (sharing);

9) Guru mengevaluasi diskusi kelas

10)Guru memberikan tes akhir untuk mengetahui hasil belajar

siswa.

c. Kegiatan Akhir

1) Siswa diberikan kesempatan untuk menanyakan materi yang

belum difahami;

2) Guru bersama-sama siswa menyimpulkan materi pembelajaran;

3) Menginformasikan kapada siswa tentang materi yang akan

(42)

29

3. Pengamatan (Observasi)

Tahap observasi ini akan dilakukan selama proses pelaksanaan

pembelajaran berlangsung hingga selesai dengan menggunakan lembar

observasi yang telah disusun sebelumya bersama kepala sekolah dan

guru kelas V. Observasi akan dilakukan oleh guru kelas V yang

bertindak sebagai observer. Adapun sasaran observasi dalam penelitian

tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:

a. Apakah proses pembelajaran telah mencerminkan penggunaan

pembelajaranyangberorientasi pada model pembelajaran

Kooperatif tipe think pair share secara optimal.

b. Apakah seluruh isi rancangan pembelajaran telah dipraktekkan

secara optimal dalam proses pembelajran.

c. Adakah kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh guru dalam

mempraktekkan seluruhkomponen rancangan pembelajaran.

d. Mengetahui dampak pembelajaran yang berorientasi pada model

pembelajaran Kooperatif tipe think par share terhadap

peningkatan hasil belajar siswa selama proses pembelajaran.

e. Memantau dampak pembelajaran yang berorientasi pada model

pembelajran Kooperatif tipe think pair share terhadap

peningkatan hasil belajar siswa selama proses pembelajaran.

f. Memantau dampak pembelajaran yang berorientasi pada model

pembelajran Kooperatif tipe think pair share terhadap tingkat

pemahaman materi selesai satu RencanaPelaksanaan Pembelajran

(RPP).

4. Refleksi

Pada tahap refleksi ini ada beberapa kegiatan yang harus

dilakukan guru selaku peneliti, yaitu:

a. Peneliti bersama observer meminta pendapat dari siswa yang

tergolong pandai dan siswa yang tergolong lemah atau lambat

(43)

berorientasi pada pendekatan pembelajaran Kooperatif tipe think

pair share.

b. Peneliti meminta pendapat dari observer untuk mengetahui

tingkat keberhasilanpelaksanaan pembelajaran yang berorientasi

pendekatan pembelajaran Kooperatif tipe think pair share.

c. Pendapat guru selaku pemberi tindakan (peneliti).

Data yang diperoleh pada siklus pertama akan dievaluasi

dan akan dijadikan bahan pertimbangan untuk pelaksanaan siklus

berikutnya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah

pelaksanaan pembelajaran yang berorientasi pada model

pembelajaran pendekatan Kooperatif tipe think pair share telah

mampu meningkatkan hasil belajar IPS siswa sesuai dengan

siklus pertama. Selain itu, pada tahap refleksi ini guru akan

merefleksikan diri dengan melihat data hasil observasi apakah

sesuai atau tidak dengan rencana sebelumnya. Dengan demikian,

maka akan diketahui letak kelemahan dari hasil tindakan dan akan

digunakan sebagai pertimbangan untuk melaksanakan

pembelajaran.

F. Hasil Intervensi Tindakan yang diharapkan

Hasil penelitian yang diharapkan dengan melihat indikator

keberhasilan siswa adalah rata-rata persentase hasil belajar siswa dalam

belajar dapat mencapai nilai 80%, dan rata-rata tes hasil belajar IPS siswa

pada akhir siklus harus mencapai lebih atau sama dengan 70 dan tidak boleh

ada siswa yang mendapat nilai kurang dari 70. Harus sesuai dengan KKM.

G. Data dan Sumber Data

Dalam hal ini peneliti mendapatkan sumber data untuk menjadi acuan

serta bantuan untuk memudahkan peneliti,berikut adalah data-data yang akan

dikumpulkan dan akan dijelaskan bagaimana cara mendapatkan atau

(44)

31

1. Data hasil belajar

Data hasil belajar bersumber dari seluruh siswa yang diteliti, dalam

hal ini adalah siswa kelas V MI. Manba’ul Falah yang berjumlah 24

orang. Data hasil belajar akan diambil melalui tes tertulis dalam bentuk

pilihan ganda yang berisi serentetan pertanyaan atau latihan yang

digunakan ntuk mengukur hasil belajar siswa seperti keterampilan,

pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh

individu atau kelompok.

2. Data pelaksanaan pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share.

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik

dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.(UU No.20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1 ayat 20).

Berdasarkan pengertian di atas, tentulah data pelaksanaan

pembelajaran IPS yang berorientasi pada pendekatan pembelajaran

Kooperatif tipe think pair share bersumber dari aktivitas guru dan siswa

selama proses pembelajran berlangsung. Untuk mendapatkan data

tersebut, maka akan dilakukan pengambilan data melalui pengamatan

atau observasi langsung terhadap kegiatan pelaksanaan pembelajaran

dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi beberapa indikator

dan deskriptor-deskriptor aktivitas guru dan siswa yang kemudian diberi pernyataan “Ya” dan “Tidak”. Setelah itu akan dilakukan penghitungan, selanjutnya akan dilakukan analisis mengenai data tersebut.

H. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua macam yaitu”

1. Instumen Tes

Tes adalah teknik penilaian yang biasa digunakan untuk mengukur

kemampuan siswa dalam pencapaian suatu kompetensi tertentu, melalui

pengolahan secara kuantitatif yang hasilnya berbentuk angka.3

3

(45)

Jadi, tes merupakan sejumlah pertanyaan yang memiliki jawaban

yang benar atau salah. Tes yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah soal pilihan ganda (PG)

2. Instumen Non Tes

Instrumen non tes adalah alat evaluasi yang biasanya digunakan

untuk menilai aspek tingkah laku termasuk sikap,minat dan motivasi.4

Instumen non tes yang akan digunakan untuk penelitian ini adalah

observasi dan wawancara.

I. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis

dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan

data.5 Adapun teknik pengumpulan data yang akan di ambil sebagai berikut: a. Observasi

Nasotion (1988) menyatakan bahwa, Obsevasi adalah adalah dasar

semua ilmu pengetahuan.6 Dilihat dari macamnya observasi terdiri dari tiga macam yaitu:

1) Observasi Partisipatif

Dalam observasi ini,peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari,

orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data

penelitian. Sambil melakukan pengamatan,peneliti ikut melakukan

apa yang dikerjakan oleh sumber data,dan ikut merasakan suka

dukanya.

2) Observasi terus terang atau tersamar

Dalam hal ini,peneliti dalam melakukan pengumpulan data

menyatakan terus terang kepada sumber data,bahwa ia sedang

melakukan penelitian.Jadi mereka yang ditelitimengetahui sejak awal

sampai akhir tentang aktivitas peneliti.

4 Ibid.

h.357

5

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung, PT. Alfabeta 2010), cetakan 2010. h. 224.

6 Ibid

(46)

33

3) Observasi tak berstruktur

Obsevasi tak berstruktur adalah observasi yang tidak

dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Hal

ini dilakukan karena peneliti tidak tahu pasti tentang apa yang akan

diamati.

b. Dokumentasi

Dokumen adalah berupa catatan peristiwa yang sudah terjadi,

dokumen bisa saja berupa tulisan, gambar, atau karya-karya dari sesorang

yang biasa dilihat. Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data

yang diperoleh dari pengambilan dokumen-dokumen, seperti gambar,

foto, atau profil tentang letak geografis sekolah.

c. Tes hasil belajar

Hasil belajar siswa yang telah diperoleh dari tes tulis dalam bentuk

pilihan ganda akan dikumpulkan dan akan dilakukan suatu analisis

deskriptif mengenai data tersebut untuk mengetahui jumlah siswa yang

mencapai nilai ≥ 70.

d. Wawancara

Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar

informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan

makna dalam sutu topik.7

J. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan

Suatu alat penilaian dikatakan mempunyai kualitas yang baik apabila

alat tersebut memiliki atau memenuhi dua hal, yakni ketepatannya atau

validitasnya dan ketetapan atau keajegannya atau reliabilitasnya.8 1) Validitas

Validitas berkenaan dengan ketetapan alat penilaian terhadap

konsep yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya

Gambar

Tabel  3.1   :  Jadwal Kegiatan Penelitian ........................................................
Gambar 3.1 :  Alur Penelitian Tindakan Kelas ............................................
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
Tabel 3.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian pada pengujian TPC dari sampel hari kedua, sampel hari keempat, dan sampel hari ke-6 hanya sample hari kedua yang masih memiliki standar kelayakan

Adapun perubahan nilai kadar protein daging giling ikan gabus dengan penambahan larutan kitosan selama penyimpanan dapat dilihat pada Gambar 1.. Kadar protein daging

Pernyataan dari Schult &amp; Schult (1994) tersebut didukung oleh sebuah penelitian terhadap perawat yang menunjukkan bahwa mereka yang memiliki ketabahan hati

UMKM Pengrajin Panci “Lajuk” Porong terletak di Desa Lajuk Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo. Desa Lajuk ini rata-rata penduduknya mata pencaharianya sebagai pengrajin. Hingga

Menurut Yusril Ihza Mahendra, adanya pemilu serentak sebagaimana putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 14/PUU-XI/2013, maka adanya Pasal 9 Undang-Undang Pilpres soal ambang

Analisis tentang Moral Anak di Kelurahan Duwet Kota Pekalongan Dari hasil penelitian yang telah dikumpulkan, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data mengenai hasil

Harapan penulis penelitian ini dapat dilakukan dengan metode kuantitatif dan mengharapkan hasil yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari Pelatihan terhadap