BOGOR
Skripsi
Diajukan kepada fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi Salah
Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd )
Oleh
Ane Widiawati
Nim. 1812018300236
DUAL MODE SISTEM
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
ii
Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran
Kooperatif Think Pair Share
Pada Siswa Kelas V MI. Manba’ul
Falah Kabupaten Bogor
Skripsi
Diajukan kepada fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi Salah
Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.pd.I )
Oleh :
Ane Widiawati 1812018300236
Di bawah Bimbingan
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
iv
Pair SharePada Siswa Kelas V MI. Manba’ul Falah Kabupaten Bogor. (Ane Widiawati . Nim :1812081300236).
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk menemukan peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas V di Manba’ul Falah Kabupaten Bogor, melalui pembelajaran yang berorientasi pada model pembelajaran
Kooperatif tipe think pair share.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Class Room Action Research), karena dalam penelitian ini akan dilakukan tindakan penyelesaian masalah dengan metode pembelajaran, dan akan diukur sampai dimana tingkat keoptimalan tindakan dengan metode tersebut dapat meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya pada mata pelajaran IPS. Model pembelajaran yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah strategi, pendekatan, metode, dan teknik. Dalam penelitian ini digunakan sebuah pendekatan yang berpusat pada siswa (Student Centre) yaitu pendekatan Kooperatif tipe Think Pair Share .Penelitian dilakukan di MI.Manba’ul Falah Bogor tahun ajaran 2015/2016. Instrumen yang digunakan adalah tes yang berbentuk pilihan ganda yang sudah di uji kepada siswa melalui siklus I dan siklus II.
Berdasarkan hasil perhitungan skor pada siklus I hanya 16 siswa (67%) yang tuntas belajar dengan rata-rata skor hasil belajar adalah 66,83. Namun pada siklus I ini masih belum memenuhi ketuntasan klasikal karena < 80% siswa mendapatkan nilai ≥70. Sedangkan di siklus ke II,mendapat kenaikan menjadi 22 siswa (80 %) yang tuntas dengan rata – rata skor hasil belajar dalah 79,70, maka sudah memenuhi ketuntasan klasikal. Oleh karena itu dapat disimpulkan maka hipotesis dalam penelitian ini telah terbukti melalui penerapan pendekatan pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas V MI Man’ul Falah Kabupaten Bogor .
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillahi Robbil ‘alamiin penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa,yang telah memberi Rahmat dan Karunia-Nya,
Sehingga dapat terselesaikannya penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam tak
lupa penulis sanjungkan kepada Nabi Muhammad S.A.W,keluarga serta
sahabatnya yang telah membimbing umatnta kejalan yang benar diatas keridhaan
Allah SWT.
Skripsi ini disusun guna memenuhi persyaratan yang harus ditempuh dalam
menyelesaikan Program Strata 1 (SI) pada jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah. Penulis berusaha mendapatkan penjelasan-penjelasan dan pengetahuan
yang bermanfaat bagi mahasiswa Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah pada
umumnya dan bagi diri penulis pada khususnya.
Dalam penulisan Penelitian Tindakan kelas ini, tidak lupa penulis
mengucapakan terima kasih kepada pihak-pahak yang telah membantu penulis.
Ucapan terima kasih penulis tunjukkan kepada :
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan,UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Khalimi, M.Ag. selaku Ketua Program Studi PGMI,yangg telah
memberikan kemudahan dalam setiap kebijakan yang beliau berikan selama
penulis menjadi mahasiswa di jurusan PGMI.
3. Takiddin, M.Pd. Pembimbing skripsi yang dengan penuh kesabaran serta
keikhlasan telah banyak meluangkan waktunya dalam memberikan semangat,
arahan dan bimbingan dari awal proses penulisan hingga akhir penulisan
skripsi ini.
4. Dr. Faridhal Arkam, M.Pd.dan Bapak Asep Ediana Latif M.Pd selaku dewan
penguji yang telah memeriksa,menelaah dan mengkritik serta memberi saran
untuk perbaikan hasil karya penulis.
5. Bapak dan Ibu dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendidik
vi
terutama untuk jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah yang telah
memberikan kontribusinya selama penulis menjadi Mahasiswa.
7. Pimpinan dan seluruh staf perpustakaan utama dan perpustakaan FITK, yang
selalu memberikan pelayanan dan fasilitas serta buku-buku yang penulis
perlukan dalam menyelesaikan PTK ini.
8. Ibu Halimah, S.Pd.I selaku kepala madrasah ditempat penulis melakukan
penelitian yang telah memberikaan kontribusinya berupa data-data yang
penulis butuhkan dalam penyelesaian skripsi ini.
9. Dewan Guru di MI.Manba’ul Falah yang selalu memberikan support dan
motivasi selama penulis menyelesaikan penelitian ini.
10.Suami dan keluargaku yang selalu mencurahkan kasih sayang, dan Do’a serta
motivasinya selama penulis menyelesikan penelitian ini.
11.Kawan- kawan seperjuangan di program S1 Fakuultas Tarbiyah Jurusan
PGMI yang tergabung dalam Dual Mode system.
12.Dan yang terakhir, kepada semua pihak yang membantu serta memberikan
dukungannya kepada penulis baik secara moril maupun meteril, penulis
ucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya.
Semoga amalan mereka diganti oleh Allah SWT dengan sesuatu yang
lebih baik lagi dalam hidup mereka. Amiin Ya Robbal a’lamiin.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan,
untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikannya. Sehingga
Skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amiin ya Robbal A’lamiin.
Jakarta, 07 Januari 2016
vii DAFTAR ISI Halaman Judul
Surat Pernyataan Karya Ilmiah ... i
Lembar Pengesahan Pembimbing ... ii
Lembar Pengesahan Panitia Ujian ... iii
ABSTRAK ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian ... 6
C. Pembatasan Fokus Masalah ... 6
D. Perumusan Masalah Penelitian ... 7
E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian ... 7
BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori ... 9
1. Pengertian Belajar ... 9
2. Pengertian Hasil Belajar ... 9
3. Klasifikasi Hasil Belajar ... 10
4. Faktor – faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar ... 11
5. Kajian Pembelajaran IPS ... 14
B. Tinjauan Tentang Pendekatan Pembelajaran cooperative Learning tipe Think Pair Share ... 16
1. Pengertian Kooperatif ... 16
viii
5. Kelemahan Metode Think Pair Share ... 18
C. Kerangka Berpikir ... 19
D. Hasil Penelitian yang Relevan ... 20
E. Hipotesis Penelitian Tindakan ... 22
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan waktu Penelitian ... 23
B. Metode Penelitian ... 24
C. Subjek penelitian ... 26
D. Peran dan posisi Peneliti dalam penelitian ... 26
E. Tahapan Intervensi Tindakan ... 26
F. Hasil Intervensi Tindakan yang diharapkan ... 30
G. Data dan sumber Data ... 30
H. Instrumen Pengumpulan Data ... 31
I. Teknik Pengumpulan Data ... 32
J. Tekhnik Pemeriksaan Kepercayaan ... 33
K. Analisis Data dan Interpretasi Data ... 34
L. Indikator kinerja ... 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 36
1. Deskripsi pelaksanaaan pembelajaran ... 36
a. Siklus I ... 36
b. Siklus II ... 44
2. Hasil Belajar dan Pengamatan ... 53
a. Hasil Belajar IPS Siklus I ... 53
b. Hasil Belajar IPS Siklus II ... 54
c. Hasil Pengamatan ... 55
ix BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 61
B. Saran ... 62
DAFTAR PUSTAKA ... 63
x
Tabel 3.1 : Jadwal Kegiatan Penelitian ... 23
Tabel 3.2 : Kriteria Tingkat Ketuntasan Siswa ... 35
Tabel 4.1 : Data hasil Belajar IPS Siswa Kelas V pada Siklus I ... 53
Tabel 4.2 : Data hasil Belajar IPS Siswa Kelas V pada Siklus II ... 54
Tabel 4.3 : Data Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 55
Tabel 4.4 : Data Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 56
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xii Lampiran 1 : Profil Sekolah
Lampiran 2 : Soal Siklus I
Lampiran 3 : Soal Siklus II
Lampiran 4 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I
Lampiran 5 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II
Lampiran 6 : Data Nilai Siswa Siklus I
Lampiran 7 : Data Nilai Siswa Siklus II
Lampiran 8 : Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus I
Lampiran 9 : Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus II
Lampiran 10 : Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I
Lampiran 11 : Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II
Lampiran 12 : Lembar Wawancara
Lampiran 13 : Dokumentasi
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan pada hakikatnya adalah pengembangan potensi atau
kemampuan manusia secara menyeluruh yang pelaksanaannya dilakukan
dengan cara mengajarkan berbagai pengetahuan dan kecakapan yang
dibutuhkan oleh manusia itu sendiri. Pendidikan adalah tahapan-tahapan
kegiatan mengubah sikap dan perilaku seseorang atau sekelompok orang
melalui upaya pengajaran dan pelatihan.1 Dalam lembaga formal utuk mengembangkan potensi dan pengetahuan dan kecakapan ini perlu dilakukan,
terutama dengan mediasi proses pembelajaran sejumlah mata pelajaran di
kelas. Salah satu mata pelajaran yang turut berperan penting dalam pendidikan
wawasan, keterampilan, dan sikap sejak dini bagi siswa adalah mata pelajaran
IPS Pendidikan IPS di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari dokumen
kurikulum 1975 yang memuat IPS sebagai mata pelajaran untuk pendidikan
disekolah dasar dan menengah.2
Pembelajaran IPS (Social Studies) sangat penting bagi jenjang pendidikan
dasar dan menengah karena dunia sekarang telah mengalami
perubahan-perubahan yang sangat cepat di segala bidang. Dalam hal ini IPS berperan
sebagai pendorong untuk saling pengertian dan persaudaraan antar umat
manusia, selain itu juga memusatkan perhatiannya pada hubungan antar
manusia dan pemahaman sosial. Dengan demikian IPS dapat membangkitkan
kesadaran bahwa seseorang akan berhadapan dengan kehidupan yang penuh
tantangan, atau dengan kata lain IPS mendorong kepekaan siswa terhadap
hidup dan kehidupan sosial.
Tujuan pendidikan nasional pada tataran operasional dijabarkan dalam
tujuan institusional tiap jenis dan jenjang pendidikan.Permendiknas RI Nomor
22 tahun 2006 menegaskan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan
1
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung:PT REMAJA KARYA, 2010), cetakan 2010, h.32.
2
salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai
SMP/MTS/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa fakta, konsep, dan
generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata
pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan
Ekonomi.Melalu imata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat
menjadi warga Negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab,
serta cinta damai.3
Dalam pelasanaan kurikulum Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) bertujuan
untuk: (1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan
masyarakat dan lingkungan; (2) Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir
logis dan kritis, rasa ingin tahu, inquiri, memecahkan masalah, dan
keterampilan dalam kehidupan sosial; (3) Memiliki komitmen dan kesadaran
terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; (4) Memiliki kemampuan
berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat majemuk,
ditingkat lokal, nasional dan global.4
Namun demikian, apabila melihat kepada realita nampaknya pembelajaran
IPS yang dilaksanakan belum cukup optimal dalam mengkonstruksi dan
meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa untuk mencapai
apa yang tertuang dalam visi, misi, dan tujuan pendidikan IPS. Berdasarkan
hasil diskusi dengan guru kelas V di MI Manba’ul Falah Kabupaten Bogor,
terdapat banyak faktor permasalahan yang dihadapi dalam proses
pembelajaran IPS, diantaranya: (1) Tingkat perhatian dan aktivitas siswa
dalam proses pembelajaran tergolong kategori rendah, hal ini terindikasi oleh
sebagian besar siswa masih terlihat bermain-main dan tidak serius dalam
mengikuti proses pembelajaran IPS, (2) Rendahnya minat dan motivasi siswa
dalam mengikuti proses pembelajaran IPS, hal ini terindikasi oleh sebagian
besar siswa kehilangan konsentrasi ketika kegiatan pembelajaran IPS dimulai,
kurang bergairah dan tidak merasa tertarik dalam mengikuti proses
3
berkelompok siswa masih enggan untuk melakukan diskusi atau masih selalu
bekerja secara sendiri-sendiri, (4) Siswa masih belum terbiasa untuk berfikir
bersama, berpasan-pasangan, dan saling berbagi, (5) Keterbatasan sumber dan
media pembelajaran, (6) Siswa masih merasa takut dan ragu untuk
mengajukan pertanyaan atau pendapatnya kepada guru sehingga kelas menjadi
kaku dan tidak aktif, (7) Hasil belajar siswa masih belum cukup optimal jika
dilihat dari hasil evaluasi ulangan harian, 16 dari 24 jumlah siswa atau sekitar
64% siswa mendapatkan nilai di bawah KKM yang telah ditentukan di
sekolah yaitu > 67.
Apabila permasalahan tersebut dibiarkan dan tidak segera diatasi maka
dikhawatirkan akan berdampak kurang baik terhadap siswa, guru, dan bahkan
sekolah. Bagi siswa sendiri akan berdampak pada pengembangan dirinya,
dimana siswa akan cenderung tidak menyukai pelajaran IPS, mereka
memandang bahwa pelajaran IPS sangat membosankan dan hal ini secara
tidak langsung akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Dampak bagi
guru adalah terhadap tanggung jawabnya sendiri sebagai seorang guru
terhadap siswa dan orang tua siswa, dalam hal ini guru sebagai pengajar akan
dianggap belum berhasil dalam melaksanakan pembelajaran dan guru sebagai
pendidik dianggap belum mampu untuk mendidik siswanya, selanjutnya
dampak bagi sekolah ialah, sekolah belum dianggap mampu untuk
meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran, khususnya pada mata
pelajaran IPS. pembelajaran yang., kiranya faktor penggunaan model
pembelajaran yang kurang efisien atau tidak tepat yang paling dominan
merupakan penyebab utama yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar
siswa kelas V MI. Manba’ul Falah khususnya pada mata pelajaran IPS.
Berdasarkan pemaparan tersebut, tampaknya dibutuhkan suatu pola atau
model pembelajaran yang mampu menjembatani tercapainya tujuan tersebut.
kemampuan dan keterampilan guru dalam memilih dan menggunakan
berbagai model pembelajaran seperti memilih strategi, pendekatan, dan
metode pembelajaran senantiasa terus ditingkatkan agar pembelajaran IPS
keterampilan dasar bagi siswa untuk menjadi manusia dan warga negara yang
baik. Pada dimensi pelaksanaan pembelajaran merupakan upaya yang strategis
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang menyelaraskan konsistensi
komponen-komponen pembelajaran untuk mengefektifkan pencapaian tujuan
pembelajaran dan meningkatkan kualitas hasil belajar. Seperti yang kita
ketahui bahwa strategi pembelajaran adalah alat interaksi di dalam proses
pembelajaran. Strategi pembelajaran yang digunakan harus menimbulkan
aktifitas belajar yang baik, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara
maksimal.5
Pola pembelajaran IPS menekankan pada unsur pendidikan dan
pembekalan pada siswa. Penekanan pembelajarannya bukan sebatas pada
upaya menberikan atau membekali siswa dengan sejumlah konsep yang
bersifat hafalan belaka, melainkan terletak pada upaya agar mereka mampu
menjadikan apa yang telah dipelajarinya sebagai bekal dalam memahami dan
ikut serta dalam menjalani kehidupan masyarakat dilingkungannya, serta
sebagai bekal bagi dirinya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang
lebih tinggi. Di sinilah sebenarnya penekanan misi dari pendidikan IPS.
Pembelajaran IPS memerlukan perencanaan yang matang agar hasil yang
diinginkan tercapai. Perencanaan pembelajaran proses pengambilan keputusan
hasil berpikir secara rasional tentang sasaran dan tujuan pembelajaran tertentu,
yakni perubahan perilaku seta rangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan
sebagai upaya pencapaian tujuan tersebut dengan memanfaatkan segala
potensi dan sumber belajar.6
Oleh karena itu, perencanaan pembelajaran guru hendaknya diarahkan dan
difokuskan sesuai dengan kondisi dan perkembangan potensi siswa agar
pembelajaran yang dilakukan benar-benar berguna dan bermanfaat bagi siswa.
Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat dikembangkan untuk
memenuhi tuntutan tersebut adalah pendekatan pembelajaran Kooperatif tipe
5
Masitoh dan Laksmi, Strategi Pembelajaran (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia , 2009)cet. 2009 , h.38.
6
5
Think Pair Share. Think Pair Share (TPS) yang berarti
Berpikir-Berpasangan-Berbagi, merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh
Frank lyman, Teknik ini memberi siswa kesempatan untuk bekerjasama
dengan orang lain.7
Think Pair Share merupakan salah satu metode pembelajaran yang
dikembangkan dari teori konstrukivisme yang merupakan perpaduan antara
belajar secara mandiri dan belajar secara berkelompok. TPS memiliki
prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih
banyak untuk berfikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain. Salah
satu keunggulan metode TPS adalah mudah untuk diterapkan dalam berbagai
tingkat kemampuan berpikir dan dalam setiap kesempatan , Pendekatan
pembelajaran Kooperatif tipe think pair share lebih banyak memberikan
waktu bagi siswa untuk berfikir, menjawab, dan berbagi satu sama lain.
Prosedur yang digunakan juga cukup sederhana, yaitu bertanya kepada teman
sebaya dan berdiskusi dengan kelompok untuk mendapatkan kejelasan
terhadap apa yang telah dijelaskan oleh guru, hal tersebut lebih memudahkan
siswa untuk memahami pelajaran. Diskusi dalam kelompok-kelompok kecil
ini sangat efektif untuk memudahkan siswa dalam memahami materi dan
memecahkan suatu permasalahan. Dengan cara seperti ini, siswa diharapkan
mampu bekerjasama, saling membutuhkan, dan saling bergantung pada
kelompok-kelompok kecil secara kooperatif.
Melalui penerapan pendekatan pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair
Share, disarankan agar melaksanakan pembelajaran dengan membuat
kelompok belajar yang heterogen karena siswa dilatih untuk berfikir secara
mandiri dalam pembelajaran kelompok, setelah itu mereka harus
berpasang-pasangan untuk berdiskusi dan saling berbagi dalam kelompoknya.
7
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu kiranya dilakukan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) mengenai penerapan pendekatan
pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) yang diharapkan dapat
meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas V MI Manba’ul Falah
Kabupaten Bogor.
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat di
identifikasikan area dan fokus penelitian sebagai berikut :
1. Think Pair Share merupakan salah satu metode pembelajaran yang
dikembangkan dari teori konstrukivisme yang merupakan perpaduan
antara belajar secara mandiri dan belajar secara berkelompok
2. Faktor penggunaan model pembelajaran yang kurang efisien atau tidak
tepat yang paling dominan merupakan penyebab utama yang
mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa kelas V MI Manba’ul Falah khususnya pada mata pelajaran IPS
3. Penerapan pendekatan pembelajaran Kooperatf tipe Think Pair
Share(TPS) diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa
kelas V MI Manba’ul Falah, Kabupaten Bogor.
C. Pembatasan Fokus Penelitian
Pembatasan fokus penelitian di perlukan agar lebih efektif, efisien, dan
terarah. Adapun hal-hal yang membatasi dalam penelitian ini adalah :
1. Penelitian ini difokuskan untuk meningkatkan hasil belajar IPS melalui
penerapan pendekatan pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share
(TPS) berupa tes hasil belajar siswa dan hasil observasi pelaksanaan
pembelajaran IPS.
2. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada
mata pelajaran IPS dengan materi yang diajarkan yaitu Peninggalan
7
D. Perumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang
diangkat dalam penelitian ini adalah:
“Bagaimana menerapkan pendekatan pembelajaran Kooperatif tipe think pair share untuk peningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas V MI
Manba’ul Falah Kabupaten Bogor ?”.
E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka
tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk menemukan peningkatan
hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas V di Manba’ul Falah
Kabupaten Bogor, melalui pembelajaran yang berorientasi pada model
pembelajaran Kooperatif tipe think pair share.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi guru, siswa, peneliti dan
semua pihak yang terkait dengan dunia pendidikan.
a. Manfaat Teoritis
1) Siswa menjadi lebih terampil dalam menyelesaikan soal-soal yang
berkaitan dengan pengetahuan sosial sehingga hasil belajar
meningkat.
2) Siswa mendapat pengalaman baru dengan diterapkannya
pendekatan pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair and Share (
TPS).
3) Siswa lebih termotivasi untuk belajar dan terbentuknya sikap
kerjasama antar siswa dalam menyelesaikan suatu masalah.
b. Manfaat Praktis
1) Guru menjadi lebih memahami cara-cara mengimplementasikan
model-model pembelajaran, salah satunya yaitu pendekatan
2) Guru memilki keterampilan menggunakan pendekatan Kooperatif
tipe Think Pair Share (TPS) untuk meningkatkan hasil belajar
siswa.
3) Keberhasilan guru sebagai pengajar meningkat, karena hasil belajar
9 BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Kajian Teori
1. Pengertian Belajar
Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah
laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman1. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui pengalaman;
Perubahan itu diperoleh melalui usaha (bukan karena kematangan),
menetap dalam waktu yang relatif lama dan merupakan hasil
pengalaman.2
Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.3
2. Pengertian hasil Belajar
Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia
berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Aspek perubahan itu mengacu
kepada taksonomi tujuan pengajaran yang dikembangkan oleh Benyamin
Bloom mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar
adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya. Perubahan sebagai hasil proses dapat ditunjukkan
dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, ketrampilan,
kecakapan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang
belajar. Menurut Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni,
(a)Informasiverbal, (b) Keterampilanintelektual, (c)strategi kognitif (d)
Sikap, (e) Keterampilan motoris.
1
Ngalim Purwanto. Psikologi Pendidikan(PT. Remaja Rosda Karya, 1990)Cetakan ke-5.
h.84
2 Ibid
. h. 85
3
Keberhasilan pengajaran tidak hanya dilihat dari hasil belajar yang
dicapai oleh siswa, tetapi juga dari segi prosesnya.Hasil belajar pada
dasarnya merupakan akibat dari suatu proses belajar.Ini berarti bahwa
optimalnya hasil belajar siswa bergantung pula pada proses belajar siswa
dan proses mengajar guru.4Hasil belajar berkaitan dengan pencapaian dalam memperoleh kemampuan sesuai dengan tujuan khususnya yang
direncanakan.5
3. Klasifikasi hasil belajar
Benyamin Bloom dalam Sudjana mengklasifikasikan hasil belajar
yang secara garis besar dibagi menjadi tiga ranah, yaitu (1) Ranah
kognitif: Berkenaan dengan sikap hasil belajar intelektual yang terdiri
dari enam aspek yaitu ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan
evaluasi, (2) Ranah afektif : Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari
lima aspek yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi,
internalisasi, (3) Ranah psikomotor : Berkenaan dengan hasil belajar
ketrampilan dan kemampuan bertindak.6
Menurut Sudjana hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses
pembelajaran yang optimal ditunjukkan dengan ciri-ciri sebagai berikut :7 a. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar
intrinsik pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi yang
rendah dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau
setidaknya mempertahankan apa yang telah dicapai.
b. Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu
kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang
tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya.
c. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan
lama diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari
11
aspek lain, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan
mengembangkan kreativitasnya.
d. Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh
(komprehensif), yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau
wawasan, ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotorik, keterampilan
atau perilaku.
e. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan
diri terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai
dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, hasil
belajar adalah perubahan prilaku seseorang ke arah yang lebih positif
akibat belajar, atau hasil belajar merupakan nilai yang dicapai seseorang
dengan kemampuan maksimal.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar dapat kita
bedakan menjadi tiga macam yaitu faktor internal, dan faktor eksternal
dan pendekatan belajar.8
Berikut adalah penjabarannya:
a. Faktor internal (Faktor dari dalam siswa), yakni keadaan /kondisi
jasmani dan rohani siswa, dan meliputi dua aspek fisiologis dan
psikologis diantaranya;
1) Aspek Fisiologis,
Kondisi umum jasmani dan tonus(tegangan otot)yang
menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan
sendi-sendinya dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa
dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ-organ khusus siswa
seperti tingkat kesehatan indera pendengar dan indera
penglihatan juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam
menyerap informasi.
8
2) Kondisi Psikologis, terdiri dari :
a) Intelegensi siswa;
Pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan
psikofisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan
diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat (Reber,
1988)9 b) Sikap Siswa
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif
berupa kecenderungan untukmereaksi atau merespon
(response tendency) dengan cara yang relative tetap terhadap
objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif
maupun negatif.
c) Bakat Siswa
Bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang
dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa
yang akan datang (Chaplin, 1972;Reber, 1988).
d) Minat Siswa
Minat (interes) berarti kecenderungan dan kegairahan
yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.
Menurut Reber (1988), Minat tidak termasuk istilah populer
dalam psikologi karena ketergantungannya yang banyak pada
faktor-faktor internal lainnya seperti; pemusatan perhatian,
keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.10 e) Motivasi Siswa
Motivasi ialah keadaan internal organisme baik
manusia atau hewan yang mendorongnya untuk berbuat
sesuatu. Motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk
Bertingkah laku secara terarah (Gleitman, 1986; Reber;
13
Kemampuan kognitif : Ada tiga kemampuan yang harus dikuasai sebagai jembatan untuk sampai pada penguasaan kemampuan kognitif, yaitu persepsi, mengingat dan berpikir.
b. Faktor Eksternal siswa
1) LingkunganSosial, meliputi :
a) Lingkungan sosial Sekolah
Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para
tenaga kependidikan (kepala sekolah dan wakil-wakilnya),
dan teman-taman sekelas dapat mempengaruhi semangat
belajar seorang siswa.Para guru yang selalu menunjukkan
sikap dan perilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri
teladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar,
misalnya rajin membaca dan berdiskusi, dapat menjadi daya
dorong yang positif bagi kegiatan siswa.
Lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan
tetangga juga teman-teman sepermainan di sekitar
perkampungan siswa tersebut. Kondisi masyarakat di
lingkungan kumuh yang serba kekurangan dan anak-anak
putus sekolah, misalnya akan mempengaruhi aktivitas belajar
siswa.
Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi
kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga itu
sendiri.sifat-sifat orangtua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan
keluarga, dan demografi keluarga, dan letak rumah,
semuanya dapat memberi dampak baik atau buruk terhadap
kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.
2) Lingkungan Nonsosial.
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah
gedung sekolah dan letaknya, rumah letaknya siswa dan letaknya
alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang
tingkat keberhasilan belajar siswa.12Khusus mengenai waktu yang disenangi untuk belajar (study time preference) seperti pada
pagi atau sore hari, seorang ahli bernama J.Biggers(1980)
berpendapat bahwa belajar pada pagi hari lebih efektif daripada
waktu-waktu lainnya. namun menurut penelitian beberapa ahli
Learning style (gaya belajar), hasil belajar itu tidak bergantung
pada waktu secara mutlak, tetapi bergantung pada pilihan waktu
yang cocok dengan kesiapsiagaan siswa (Dunnetal, 1986), Akan
tetapi, menurut hasil penelitian mengenai kinerja baca (reading
performance) sekelompok mahasiswa di sebuah universitas di
Australia Selatan, tidak ada perbedaan yang berarti hasil antara
hasil membacapada pagi hari dan hasil membaca pada sore
hari.selain itu keeratan korelasi antara study time preference
dengan hasil membaca pun sulit dibuktikan. Bahkan mereka yang
lebih senang belajar pada pagi hari dan dites pada sore hari,
ternyata hasilnya tetap baik. sebaliknya, ada pula di antara
mereka yang lebih suka belajar pada sore hari dan dites pada saat
yang sama, namun hasilnya tidak memuaskan (Syah, 1990).
c. Faktor Pendekatan Belajar
Pendekatan belajar dapat ddifahami keefektifan segala cara atau
strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektivitas dan
efisiensi proses belajar tertentu. Strategi dalam hal ini berarti
seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa
untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu
(Lawson, 1991)13
5. Kajian Pembelajaran IPS
Pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin
ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang
12
Muhibbin Syah. Op.Cit. h.135
13
15
diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis
untuk tujuan pendidikan (Soemantri, 2001;92).14
Ruang lingkup IPS meliputi (a) substansi materi ilmu-ilmu sosial
yang bersentuhan dengan masyarakat dan (b) gejala, masalah, dan
peristiwa sosial tentang kehidupan masyarakat. Kedua lingkup pengajaran
IPS ini harus diajarkan secara terpadu karena pengajaran IPS tidak hanya
menyajikan materi-materi yang akan memenuhi ingatan peserta didik
tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan sendiri sesuai dengan kebutuhan
dan tuntutan masyarakat.15
Tujuan Pendidikan IPS adalah :
1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan
masyarakat dan lingkungan.
2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis, dan kritis, rasa
ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam
kehidupan sosial.
3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai –nilai sosial dan
kemanusiaan.
4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan
berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal,
nasional, dan global.16
Keberhasilan Pembelajaran IPS adalah :
pada kompetensi inti dan kompetensi dasar yang ditetapkan yang
mencirikan penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dapat
diamati dan diukur.17 Berdasarkan pengertian hasil belajar yang dikemukakan para ahli, maka dalam penelitian tindakan ini dimaksudkan
bahwa hasil belajar IPS adalah tingkat penguasaan yang dicapai siswa
dalam proses belajar mengajar IPS sesuai dengan tujuan yang
ditetapkan..Hasil belajar yang dicapai oleh siswa merupakan gambaran
hasil belajar setelah mengikuti proses belajar.
B. Tinjauan Tentang Pendekatan Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share
1. Pengertian Kooperatif
Pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai sistem
kerja/belajar kelompok yangterstruktur.yangtermasuk di dalam struktur
ini adalah lima unsur pokok, Menurut Johnson & Johnson, 1993 yaitu
saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi
personal, keahlian bekerjasama, dan proses kelompok.18
Pembelajaran kooperatif adalah suatu aktivitas pembelajaran yang
menggunakan pola belajar siswa berkelompok untuk menjalin kerjasama
dan saling ketergantungan dalam struktur tugas, tujuan, dan hadiah.19
2. Pengertian Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share
Pendekatan pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share
merupakan salah satu model pembelajaran sederhana yang sangat
bermanfaat dikembangkan oleh Frank Lyman dari University of Mryland.
Ketika guru menyampaikan pelajaran kepada kelas, para siswa duduk
berpasangan dengan timnya masing-masing. Guru memberikan pertanyan
kepada seluruh siswa. Siswa diminta untuk memikirkan (thinking) sebuah
jawaban dari mereka sendiri, lalu berpasangan (pairing) dengan
pasangannya untuk mencapai sebuah kesepakatan terhadap jawaban.
Akhirnya, guru meminta para siswa untuk berbagi (sharing) jawaban
yang telah mereka sepakati dengan seluruh siswa.
Think Pair Share (TPS) merupakan jenis pembelajaran kooperatif
yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi peserta didik. Think
Pair Share dikembangkan oleh Frank Lyman et.al, dari University of
Maryland pada tahun 1985.Lyman menyatakan bahwa Think Pair Share
merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola
diskusi kelas. Pembelajaran kooperatif tipe think pair share ini memberi
18
Masitoh dan Laksmi .Op.Cit.h.232
19
17
peserta didik kesempatan untuk bekerja sendiri dan bekerja sama dengan
orang lain.20
3. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share Langkah-langkah pembelajaran Kooferatif tipe Think Pair Share
terdiri dari lima langkah, dengan tiga langkah utama sebagai ciri khas
yaitu Think, Pair, dan Share. Kelima langkah pembelajaran Kooperatif
tipe Think Pair Share dapat dijelaskan di bawah ini:
Adapun penjelasan dari setiap langkah tersebut sebagai berikut:
a. Tahap pendahuluan
Awal pembelajaran dimulai dengan penggalian apersepsi
sekaligus memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pembelajaran.
Pada tahap ini, guru juga menjelaskan aturan main serta
menginformasikan batasan waktu untuk setiap tahap kegiatan.
b. Tahap think (berpikir secara individual)
Proses think pair share dimulai pada saat guru melakukan
demonstrasi untuk menggali konsepsi awal siswa. Pada tahap ini, siswa diberi batasan waktu (“think time”) oleh guru untuk memikirkan jawabannya secara individual terhadap pertanyaan yang diberikan.
Dalam penentuannya, guru harus mempertimbangkan
pengetahuan dasar siswa dalam menjawab pertanyaan yang diberikan.
c. Tahap pair (berpasangan dengan teman sebangku)
Pada tahap ini, guru mengelompokkan siswa secara
berpasangan. Guru menentukan bahwa pasangan setiap siswa adalah
teman sebangkunya. Hal ini dimaksudkan agar siswa tidak pindah
mendekati siswa lain yang pintar dan meninggalkan teman
sebangkunya. Kemudian, siswa mulai bekerja dengan pasangannya
untuk mendiskusikan mengenai jawaban atas permasalahan yang telah
diberikan oleh guru. Setiap siswa memiliki kesempatan untuk
mendiskusikan berbagai kemungkinan jawaban secara bersama.
20
d. Tahap share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh
teman kelas)
Pada tahap ini, siswa dapat mempresentasikan jawaban secara
perseorangan atau secara kooperatif kepada kelas sebagai keseluruhan
kelompok. Setiap anggota dari kelompok dapat memperoleh nilai dari
hasil pemikiran mereka.
e. Tahap penghargaan
Siswa mendapat penghargaan berupa nilai baik secara individu
maupun kelompok. Nilai individu berdasarkan hasil jawaban pada
tahap think, sedangkan nilai kelompok berdasarkan jawaban pada
tahap pair dan share, terutama pada saat presentasi memberikan
penjelasan terhadap seluruh kelas.
4. Keunggulan dan Kelebihan metode Think Pair Share adalah:
Menurut Anita lee keunggulan dan kelemahan metode Kooperatif
Think pair share adalah:21
a. Mudah dipecah menjadi berpasangan
b. Lebih banyak ide yang muncul
c. Lebih banyak tugas yang bisa dilakukan
d. Guru mudah memonitor
5. Kelemahan metode Think Pair share a. Membutuhkan lebih banyak waktu
b. Membutuhkan sosialisasi yang lebih baik
c. Jumlah genap bisa menyulitkan proses pengambilan suara
d. Kurang kesempatan untuk kontribusi individu
e. Siswa mudah melepaskan diri dari keterlibatan dan tidak
memperhatikan.
21
19
C. Kerangka Pikir
Pembelajaran IPS dalam setiap satuan pendidikan selalu dianggap
sebagai suatu mata pelajaran yang membosankan oleh sebagian besar siswa,
hal ini disebabkan oleh berbagai faktor dalam proses pembelajaran, salah satu
faktor yang paling dominan yaitu penggunaan model pembelajaran seperti
pendekatan, metode, dan teknik yang tidak sesuai dengan karakteristik
peserta didik dan teknik penyampaian suatu metode yang selalu monoton
dalam pelaksanaan proses pembelajaran IPS sehingga sangat membosankan
bagi peseta didik. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran guru
hendaknya melakukan modifikasi pembelajaran, khususnya pada mata
pelajaran IPS dengan tujuan untuk memotivasi siswa sehingga dapat
menumbuhkan motivasi internal peserta didik, sebab motivasi internal ini
merupakan faktor utama yang paling kuat yang mampu mendorong peserta
didik untuk belajar secara terus menerus hingga sampai kepada arah tujuan
pembelajaran yang lebih terarah dan lebih baik. Di samping itu, modifikasi
suatu proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran seperti
pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik peserta didik dapat meningkatkan gairah belajar, dapat
meningkatkan rasa ingin tahu yang tinggi pada diri peserta didik sehingga
peserta didik dengan sendirinya akan melakukan usaha eksplorasi
pengetahuan untuk memenuhi rasa keingin tahuannya. Dengan modifikasi
Kcooperatif tipe think pair share dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas V MI Manba’ul Falah. pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan pembelajaran
Dalam hal ini pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan
pembelajaran kooperatif Tipe think pair share diharapkan dapat menjadi
alternatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada mata
pelajaran IPS, karena pendekatan pembelajaran ini memberikan suatu
pengalaman nyata di lingkungan masyarakat yang dapat dialami di dalam
kelas, pembelajaran dapat diperoleh dari teman sebaya yaitu dengan
kelompok, antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain, sehingga
menciptakann suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan. Dengan
demikian penerapan pendekatan pembelajaran Kooperatif tipe think pair
share diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
D. Hasil Penelitian Yang Relevan
1. Achmadillah dalam skripsinya “Implementasi Metode Think Pair Share
dapat meningkatkan Partisipasi dan Hasil Belajar Siswa pada
pembelajaran Matematika.”
Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi metode think
pair share dapat meningkatkan partisipasi dan hasil belajar siswa.
Peningkatan partisipasi siswa dibuktikan pada hasil pengamatan prasiklus
hanya 7 (25%) siswa yang berpartisipasi aktif, pada siklus I siswa
meningkat menjadi 14 siswa (50%), dan pada siklus II partisipasi siswa
meningkat menjadi 23 siswa (82, 14%). Peningkatan hasil belajar
dibuktikan bahwa persentase ketuntasan klasikal siswa pada pra siklus
ialah 15 siswa (53, 57%), pada siklus I meningkat menjadi 19 siswa (67,
86%), dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 23 siswa (82, 14%).
Peningkatan jumlah nilai yaitu 1.700 pada pra siklus menjadi 1.910 pada
siklus I dan 2.220 pada siklus II. Untuk nilai rata-rata ada peningkatan
yaitu pada prasiklus 60, 71, pada siklus I nilai rata-rata naik 68, 21, dan
pada siklus II meningkat menjadi 79, 29.22
2. Kd.Jayanthi Riva Prathiwi, Nyoman Dantes, Nyoman Natajaya Program
Studi Pendidikan Dasar, Program Pascasarjana Universitas Pendidikan
Ganesha Singaraja, Indonesia. Dalam Journalnya yang berjudul “Pengaruh Implementasi Hasil Model Pembelajaran kooperatif tipe
Think-Pair-Share (TPS) Terhadap motivasi Belajar Dan Prestasi Belajar
Dalam Pembelajaran IPS Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Gugus VIII,
22
21
Kecamatan Buleleng. Menurut hasilnya.23
Hasil analisis deskriptif menunjukkanbahwa rata-rata skor motivasi
belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS adalah
111, 13dan rata-rata skor belajar IPS dengan model pembelajaran
konvensional adalah 100, 38 sedangkan nilai rata-rata prestasi belajar IPS
siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS adalah 70, 97 dan
rata-rata nilai prestasi belajar IPS siswa dengan model pembelajaran
konvensional adalah 57, 55. Berdasarkan data hasil analisis deskriptif
tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar dan prestasi belajar
IPS siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih
baik dari pada motivasi belajar dan prestasi belajar IPS siswa yang
mengikuti model pembelajaran konvensional. Hasil uji hipotesis pertama,
didapat nilai koefisien F sebesar 58, 671. Dengan signifikansi (sig) pada
0, 000 sehingga F signifikan, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan terhadap motivasi belajar dalam pembelajaran
IPS siswa kelas V SD. Hasil uji hipotesis pertama, didapat nilai koefisien
F sebesar 58, 671 dengan signifikansi (sig) pada 0, 000 sehingga F
signifikan, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan terhadap motivasi belajar dalam pembelajaran IPS siswa kelas
V SDGugus VIII, KecamatanBuleleng antara siswa yang mengikuti
pembelajaran kooperatif tipe TPS dansiswa yang mengikuti pembelajaran
konvensional.
3. Menurut Novidha Ratna lestari dalam jurnalnya yang berjudul Penerapan
Model Kooperatif tipe Think Pair Share Dalam pembelajaran IPS pada
siswa kelas V SDN I Purwogondo yaitu:
Setelah dilakukan metodologi penelitian melalui PTK melalui III
siklus, maka dilakukan tindakan rata-rata nilai siklusnya, begitu pula
dengan persentase ketuntasan hasil belajar siswa jika dibandingkan
23
prasiklus, siklus I, siklus II, siklus III mengalami peningkatan hasil, yaitu
dari siklus I, 6,67% menjadi 46,67%, pada siklus II mengalami
peningkatan menjadi 73,33% dan pada siklus III meningkat menjadi
90%. Hal tersebut menunjukkan pencapaian target indikator kinerja yaitu
hasil observasi mencapai rata-rata 85%.24
Dari hasil ketiga penelitian relevan di atas terdapat kesamaan
dalam penerapan model penelitiannya yaitu sama-sama menggunakan
model pembelajaran kooperatif think pair share dan dari peningkatan
hasil belajarnya , tetapi terdapat perbedaan dari cara metode penelitannya
dari aspek instrumen, mata pelajaran, subyek dan tempat penelitiannya
berbeda.
E. Hipotesis Penelitian Tindakan
Sehubungan dengan hal tersebut, maka untuk lebih terarahnya dan
jelasnya tujuan penelitian ini, maka perlu dirumuskan jawaban sementara dari
pokok permasalahan yang diajukan di atas. Rumusan hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah “penerapan pendekatan pembelajaran
Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)dapat meningkatkan hasil belajar IPS
siswa kelas V MI. Manba’ul Falah Kabupaten Bogor.”
24
23 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Penelitian tindakan ini dilaksanakan di kelas V di MI. Manba’ul
Falah Kabupaten Bogor. Pemilihan sekolah ini bertujuan untuk
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS melalui
penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe think pair share.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan minimal dua siklus selamatiga
bulan,mulai dari bulan Agustus sampai dengan bulan November 2015.
Ketentuan waktu penelitian mengacu pada kalender pendidikan
2015/2016 yang ada di MI. Manba’ul Falah Kabupaten Bogor. Adapun
perinciannya sebagai berikut : persiapan dilakukan pada awal bulan
Agustus, pelaksanaan tindakan dari bulan September, dan Oktober, serta
penyusunan laporan Penelitian Tindakan Kelas akan dilaksanakan pada
hingga pertengahan bulan November 2015.
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
NO KEGIATAN BULAN
AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER
1. Pembuatan proposal
2. Seminar proposal
3. Bahan ajar dan instrumen
4. Observasi sekolah & pelaksanaan
pembelajaran 5. Pengumpulan data
6. Analisis data
B. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Class Room
Action Research), karena dalam penelitian ini akan dilakukan tindakan
penyelesaian masalah dengan metode pembelajaran, dan akan diukur
sampaidimana tingkat keoptimalan tindakan dengan metode tersebut dapat
meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya pada mata pelajaran IPS.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu pencermatan terhadap
kegiatan pembelajaran berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan
dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama1. Metode ini dipilih berdasarkan pertimbangan: Masalah dan tujuan penelitian menuntut tidakan
reflektif, kolaboratif, dan partisipatif antara Guru, Kepala Sekolah, dan Siswa
berdasarkan situasi kelas dalam pelaksanaan pembelajaran IPS.
Ada beberapa ahli yang mengemukakan model penelitian tindakan
dengan bagan yang berbeda,namun secara garis besar terdapat empat tahapan
yang lazim dilalui,yaitu(1) perencanaan, (2) pelaksanaan (3) pengamatan,dan
(4) refleksi.2Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut:
1
Suhairsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta, PT Bumi Aksara, 2007) cetakan 2007. h.3
2 Ibid
. h. 16,17,18 dan 19.
Perencanaan
SIKLUS
I
Pengamatan
Perencanaan
SIKLUS II
Pengamatan
Pelaksanaan
Pelaksanaan Refleksi
Refleksi
25
Tahap 1:Menyusun rancangan tindakan (Planning)
Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan,
dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Dalam tahap
menyusun rancangan ini peneliti menentukan titik atau focus peristiwa yang
perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati,kemudian membuat
sebuah instrument pengamatan untuk membantu peneliti merekam fakta yang
terjadi selama tindakan berlansung.
Tahap 2:Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Tahap ke-2 dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang
merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan
tindakan di kelas. Hal yang perlu diingat adalah bahwa dalam tahap ke-2 ini
pelaksana guru harus ingat dan berusaha menaati apa yang sudah dirumuskan
dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar,tidak dibuat-buat.
Tahap 3 :Pengamatan (Observing)
Tahap ke-3, yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat.
Ketika guru tersebut sedang melakukan tindakan,karena hatinya sedang
menyatu dengan kegiatan, tentu tidak sempat menganalisis peristiwanya
ketika sedang terjadi. Oleh karena itu, kepada guru pelaksana yang berstatus
sebagai pengamat agar melakukan “pengamatan balik” terhadap apa yang terjadi ketika tindakan berlangsung.
Tahap 4:Refleksi (Reflecting)
Tahap ke-4 merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa
yang sudah dilakukan. Istilah refleksi berasal dari kata bahasa Inggris
reflection, yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia pemantulan Istilah
refleksi di sini sama dengan”memantul”, seperti halnya memancar dan menatap kena kaca.” dalam hal ini,guru pelaksana sedang memantulakan pengalamannya pada peneliti yang baru saja mengamati kegiatannya dalam
C. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V MI Manba’ul
Falah yang berjumlah 24 orang dengan komposisi 12 laki-laki dan 12
perempuan. Observer dalam penelitian ini adalah dua orang, yaitu wali kelas
V sendiri dan guru dari kelas lain.
D. Peran dan posisi peneliti dalam penelitian
Dalam penelitian tindakan kelas ini,peneli merupakan guru kelas V MI.Manba’ul Falah. Selain mengajarkan materi,peneliti juga membuat dan merancang rencana pembelajaran serta mengevaluasi jalannya kegiatan
belajar mengajar (KBM).
E. Tahapan Intervensi Tindakan
Prosedur kerja dalam penelitian tindakan kelas ini dirancang minimal
dua siklus sesuai dengan tingkat permasalahan dan kondisi yang akan
ditingkatkan, setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yang harus ditempuh, yaitu:
perencanaan, tindakan, pengamatan (observasi) dan refleksi.
1. Perencanaan
a. Guru (peneliti) bersama kepala sekolah dan sumber yang terkait
melakukan analisis standar isi untuk mengetahui Standar
Kompetensi dan Kompetensi yang akan dibelajarkan.
b. Guru (peneliti) bersama kepala sekolah MI Manba’ul Falah
Kabupaten Bogor, melakukan refleksi awal berupa identifikasi
rancangan dan pelaksanaan pembelajaran IPS yang belum optimal
menerapkan model pembelajaran cooperative learning tipe think
pair share dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa.
c. Guru (peneliti) bersama kepala sekolah menyusun dan
mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan
memperhatikan indikator-indikator hasil belajar yang berorientasi
pada model pembelajaran Kooperatif tipe think pairshare.
d. Guru (peneliti) bersama kepala sekolah menyusun dan
27
digunakan untuk mengetahui tingkat ketercapaian pelaksanaan
model pembelajaran Kooperatif tipe think pair share dampaknya
terhadap hasil belajar siswa.
e. Guru menyediakan daftar pertanyaan yang terkait dengan materi
yang akan dibelajarkan, seperti daftar kata-kata yang perlu
didefinisikan, daftar orang yang hendak diidentifikasi, daftar
pertanyaan tentang tindakan yang bisa diambil oleh sesorang dalam
situasi tertentu, dan daftar kalimat tak lengkap yang perlu
dilengkapi.
f. Guru (peneliti) mengembangkan alat peraga, alat bantu atau media
pembelajaran yang menunjang pembentukan Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar dalam rangka implementasi model
pembelajaran Kooperatif tipe think pair share.
2. Tindakan
a. Kegiatan awal
1) Apersepsi
Pada kegiatan apersepsi ini guru mengungkapkan secara
singkat materi yang telah dipelajarai sebelumnya kemudian
mengkaitkan dan mengarahkannya kepada materi yang akan
dipelajari yang bertujuan untuk lebih menyiapkan siswa untuk
belajar.
2) Motivasi
Pada tahap ini guru mengajukan pertanyaan yang sifatnya
mudah dan tentunya berkaitan dengan materi pelajaran.
3) Pengetahuan Prasyarat
Pada tahap ini guru mengajukan pertanyaan lagi,
pertanyaan yang memiliki hubungan keterkaitan dengan
pertanyaan yang ada pada kegiatan motivasi atau pertanyaan
yang sifatnya lebih kompleks yang bertujuan untuk mengetahui
4) Menjelaskan tujuan pembelajaran
5) Menyediakan alat, bahan, dan sumber balajar
b. Kegiatan Inti
1) Guru menginformasikan model pembelajaran yang akan
digunakan;
2) Siswa dengan bimbingan guru membuat kelompok yang
sifatnya heterogen dan masing-masing kelompok terdiri dari 4
orang secara berpasangan
3) Guru memberikan materi pengantar yang akan dibelajarkan;
4) Guru memberikan pertanyaan mengenai materi pengantar yang
telah dijelaskan;
5) Guru memerintahkan atau memberikan kesempatan kepada
setiap individu di dalam kelompoknya untuk memikirkan dan
merumuskan jawaban (thingking);
6) Guru memerintahkan sisiwa untuk menyebar di dalam kelas
untukmencari pasangannya (pairing), yaitu siswa yang dapat
menjawab pertanyaan yang mereka sendiri tidak tahu
jawabannya;
7) Guru meminta siswa untuk mensinkronkan jawaban yang telah
dibuat untuk dipresentasikan sebagai laporan kelompok;
8) Guru meminta siswa berdiskusi dan mempresentasikan hasil
diskusi untuk berbagi jawaban (sharing);
9) Guru mengevaluasi diskusi kelas
10)Guru memberikan tes akhir untuk mengetahui hasil belajar
siswa.
c. Kegiatan Akhir
1) Siswa diberikan kesempatan untuk menanyakan materi yang
belum difahami;
2) Guru bersama-sama siswa menyimpulkan materi pembelajaran;
3) Menginformasikan kapada siswa tentang materi yang akan
29
3. Pengamatan (Observasi)
Tahap observasi ini akan dilakukan selama proses pelaksanaan
pembelajaran berlangsung hingga selesai dengan menggunakan lembar
observasi yang telah disusun sebelumya bersama kepala sekolah dan
guru kelas V. Observasi akan dilakukan oleh guru kelas V yang
bertindak sebagai observer. Adapun sasaran observasi dalam penelitian
tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:
a. Apakah proses pembelajaran telah mencerminkan penggunaan
pembelajaranyangberorientasi pada model pembelajaran
Kooperatif tipe think pair share secara optimal.
b. Apakah seluruh isi rancangan pembelajaran telah dipraktekkan
secara optimal dalam proses pembelajran.
c. Adakah kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh guru dalam
mempraktekkan seluruhkomponen rancangan pembelajaran.
d. Mengetahui dampak pembelajaran yang berorientasi pada model
pembelajaran Kooperatif tipe think par share terhadap
peningkatan hasil belajar siswa selama proses pembelajaran.
e. Memantau dampak pembelajaran yang berorientasi pada model
pembelajran Kooperatif tipe think pair share terhadap
peningkatan hasil belajar siswa selama proses pembelajaran.
f. Memantau dampak pembelajaran yang berorientasi pada model
pembelajran Kooperatif tipe think pair share terhadap tingkat
pemahaman materi selesai satu RencanaPelaksanaan Pembelajran
(RPP).
4. Refleksi
Pada tahap refleksi ini ada beberapa kegiatan yang harus
dilakukan guru selaku peneliti, yaitu:
a. Peneliti bersama observer meminta pendapat dari siswa yang
tergolong pandai dan siswa yang tergolong lemah atau lambat
berorientasi pada pendekatan pembelajaran Kooperatif tipe think
pair share.
b. Peneliti meminta pendapat dari observer untuk mengetahui
tingkat keberhasilanpelaksanaan pembelajaran yang berorientasi
pendekatan pembelajaran Kooperatif tipe think pair share.
c. Pendapat guru selaku pemberi tindakan (peneliti).
Data yang diperoleh pada siklus pertama akan dievaluasi
dan akan dijadikan bahan pertimbangan untuk pelaksanaan siklus
berikutnya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah
pelaksanaan pembelajaran yang berorientasi pada model
pembelajaran pendekatan Kooperatif tipe think pair share telah
mampu meningkatkan hasil belajar IPS siswa sesuai dengan
siklus pertama. Selain itu, pada tahap refleksi ini guru akan
merefleksikan diri dengan melihat data hasil observasi apakah
sesuai atau tidak dengan rencana sebelumnya. Dengan demikian,
maka akan diketahui letak kelemahan dari hasil tindakan dan akan
digunakan sebagai pertimbangan untuk melaksanakan
pembelajaran.
F. Hasil Intervensi Tindakan yang diharapkan
Hasil penelitian yang diharapkan dengan melihat indikator
keberhasilan siswa adalah rata-rata persentase hasil belajar siswa dalam
belajar dapat mencapai nilai 80%, dan rata-rata tes hasil belajar IPS siswa
pada akhir siklus harus mencapai lebih atau sama dengan 70 dan tidak boleh
ada siswa yang mendapat nilai kurang dari 70. Harus sesuai dengan KKM.
G. Data dan Sumber Data
Dalam hal ini peneliti mendapatkan sumber data untuk menjadi acuan
serta bantuan untuk memudahkan peneliti,berikut adalah data-data yang akan
dikumpulkan dan akan dijelaskan bagaimana cara mendapatkan atau
31
1. Data hasil belajar
Data hasil belajar bersumber dari seluruh siswa yang diteliti, dalam
hal ini adalah siswa kelas V MI. Manba’ul Falah yang berjumlah 24
orang. Data hasil belajar akan diambil melalui tes tertulis dalam bentuk
pilihan ganda yang berisi serentetan pertanyaan atau latihan yang
digunakan ntuk mengukur hasil belajar siswa seperti keterampilan,
pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh
individu atau kelompok.
2. Data pelaksanaan pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share.
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.(UU No.20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1 ayat 20).
Berdasarkan pengertian di atas, tentulah data pelaksanaan
pembelajaran IPS yang berorientasi pada pendekatan pembelajaran
Kooperatif tipe think pair share bersumber dari aktivitas guru dan siswa
selama proses pembelajran berlangsung. Untuk mendapatkan data
tersebut, maka akan dilakukan pengambilan data melalui pengamatan
atau observasi langsung terhadap kegiatan pelaksanaan pembelajaran
dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi beberapa indikator
dan deskriptor-deskriptor aktivitas guru dan siswa yang kemudian diberi pernyataan “Ya” dan “Tidak”. Setelah itu akan dilakukan penghitungan, selanjutnya akan dilakukan analisis mengenai data tersebut.
H. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua macam yaitu”
1. Instumen Tes
Tes adalah teknik penilaian yang biasa digunakan untuk mengukur
kemampuan siswa dalam pencapaian suatu kompetensi tertentu, melalui
pengolahan secara kuantitatif yang hasilnya berbentuk angka.3
3
Jadi, tes merupakan sejumlah pertanyaan yang memiliki jawaban
yang benar atau salah. Tes yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah soal pilihan ganda (PG)
2. Instumen Non Tes
Instrumen non tes adalah alat evaluasi yang biasanya digunakan
untuk menilai aspek tingkah laku termasuk sikap,minat dan motivasi.4
Instumen non tes yang akan digunakan untuk penelitian ini adalah
observasi dan wawancara.
I. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan
data.5 Adapun teknik pengumpulan data yang akan di ambil sebagai berikut: a. Observasi
Nasotion (1988) menyatakan bahwa, Obsevasi adalah adalah dasar
semua ilmu pengetahuan.6 Dilihat dari macamnya observasi terdiri dari tiga macam yaitu:
1) Observasi Partisipatif
Dalam observasi ini,peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari,
orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data
penelitian. Sambil melakukan pengamatan,peneliti ikut melakukan
apa yang dikerjakan oleh sumber data,dan ikut merasakan suka
dukanya.
2) Observasi terus terang atau tersamar
Dalam hal ini,peneliti dalam melakukan pengumpulan data
menyatakan terus terang kepada sumber data,bahwa ia sedang
melakukan penelitian.Jadi mereka yang ditelitimengetahui sejak awal
sampai akhir tentang aktivitas peneliti.
4 Ibid.
h.357
5
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung, PT. Alfabeta 2010), cetakan 2010. h. 224.
6 Ibid
33
3) Observasi tak berstruktur
Obsevasi tak berstruktur adalah observasi yang tidak
dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Hal
ini dilakukan karena peneliti tidak tahu pasti tentang apa yang akan
diamati.
b. Dokumentasi
Dokumen adalah berupa catatan peristiwa yang sudah terjadi,
dokumen bisa saja berupa tulisan, gambar, atau karya-karya dari sesorang
yang biasa dilihat. Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data
yang diperoleh dari pengambilan dokumen-dokumen, seperti gambar,
foto, atau profil tentang letak geografis sekolah.
c. Tes hasil belajar
Hasil belajar siswa yang telah diperoleh dari tes tulis dalam bentuk
pilihan ganda akan dikumpulkan dan akan dilakukan suatu analisis
deskriptif mengenai data tersebut untuk mengetahui jumlah siswa yang
mencapai nilai ≥ 70.
d. Wawancara
Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan
makna dalam sutu topik.7
J. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan
Suatu alat penilaian dikatakan mempunyai kualitas yang baik apabila
alat tersebut memiliki atau memenuhi dua hal, yakni ketepatannya atau
validitasnya dan ketetapan atau keajegannya atau reliabilitasnya.8 1) Validitas
Validitas berkenaan dengan ketetapan alat penilaian terhadap
konsep yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya