RESPON PERTUMBUHAN STUMP KARET (Hevea brassiliensis Muell Arg.) TERHADAP PEMBERIAN GROWTONE PADA BERBAGAI KOMPOSISI
MEDIA TANAM
SKRIPSI
OLEH :
JENNY RIRIS MARSELLA PANGGABEAN/100301220 AGROEKOTEKNOLOGI
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
RESPON PERTUMBUHAN STUMP KARET (Hevea brassiliensis Muell Arg.) TERHADAP PEMBERIAN GROWTONE PADA BERBAGAI KOMPOSISI
MEDIA TANAM
SKRIPSI
OLEH :
JENNY RIRIS MARSELLA PANGGABEAN/100301220 AGROEKOTEKNOLOGI
Skripsi sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
Judul . :.Respon Pertumbuhan Stump Karet (Hevea brassiliensis Muel Arg.) .Terhadap Pemberian. Growtone Pada Berbagai Komposisi Media .Tanam
Nama : Jenny Riris Marsella Panggabean Nim : 100301220
Program Studi : Agroekoteknologi
Minat : Budidaya Pertanian dan Perkebunan
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
Ir. Charloq, MP. Ir.Asil Barus, MS.
Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing
Diketahui Oleh :
ABSTRAK
JENNY RIRIS MARSELLA PANGGABEAN: Respon Pertumbuhan Stump Karet (Hevea brassiliensis, Muell Arg.) Terhadap Pemberian Growtone Pada Berbagai Komposisi Media Tanam, dibimbing oleh CHARLOQ dan ASIL BARUS.
Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam budidaya karet dengan stump adalah tingginya persentase kematian stump di lapangan yang diakibatkan terhambatnya pertumbuhan akar dan tunas. Sehingga untuk mempercepat pertumbuhan perakaran dapat dilakukan dengan pemberian Zat Pengatur Tumbuh Growtone. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui respon pertumbuhan stump karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) terhadap pemberian konsentrasi Growtone pada berbagai komposisi media tanam. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli hingga November 2014 di lahan penelitin Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap faktorial dengan dua faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama adalah growtone (0 mg, 25 mg, 50 mg, 75 mg) dan faktor kedua adalah perbandingan media tanam top soil dan pasir (1:0, 1:1, 1:2, 1:3). Parameter yang diamati adalah persentase bertunas, kecepatan melentis, panjang tunas, diameter tunas, jumlah daun, berat segar akar, berat kering akar, berat segar tajuk, berat kering tajuk, panjang akar dan volume akar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa growtone berpengaruh nyata pada parameter persentase melentis, diameter tunas dan berat kering tajuk, dimana hasil terbaik diperoleh pada growtone A1 (25 mg). Perbandingan media tanam berpengaruh nyata pada parameter persentase melentis dan diamater tunas, dimana media tanam top soil : pasir terbaik perbandingan M1 (1:1). Interaksi antara auksin dan media tanam berpengaruh nyata pada parameter persentase melentis, panjang tunas dan jumlah daun, dimana interaksi antara growtone dan komposisi media tanam terbaik pada kombinasi A1M1.
ABSTRACT
JENNY RIRIS MARSELLA PANGGABEAN: Growth Response of Stump Rubber (Hevea brassiliensis, Muell Arg.) on Gowtone in Various plant media, guided by CHARLOQ and ASIL BARUS.
One of the problems encountered in rubber cultivation with stump is the high percentage of stump death in field caused by the inhibition of roots and shoots growth. So that to accelerate the growth of rooting can be applled by giving growth regulator substance, Growtone. The purpose of this research is to found out the response of stump rubber (Hevea brasiliensis Muell Arg.) to using of Growtone in varieth of planting media.
The research was conducted in July until November 2014 at experimental field of Agriculture Faculty, University of North Sumatra, Medan. The research uses the completely randomized design with two treatments as factor and three replications. The first factor is concentration of auxin (0 mg, 25 mg, 50 mg, 75 mg) and the second factor is the growing media comparison of top soil and sand (1: 0, 1: 1, 1: 2, 1: 3). Observed parameters was the grafting percentage germinate, grafting speed melentis, shoot length, shoots diameter, number of leaves, fresh weight of root, root dry weight, fresh weight of shoot, shoot dry weight, root length and root volume.
The results showed that the concentration of auxin significant effect on the grafting percentage germinate, shoots diameter and shoot dry weight, with best results obtained at a concentration of 25 mg auxin. Comparison of growing media real effect on parameters melentis percentage and diameter of shoots, where the top soil growing media: best sand ratio (1:1). Interaction between auxin and growing media real effect on parameters grafting percentage germinate, shoot length and number of leaves, where interaction between auxin concentration and composition of the best growing media in combination A1M1.
RIWAYAT HIDUP
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat dan kasihNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Respon Pertumbuhan Stump Karet (Hevea brassiliensis Muell Arg.) terhadap Pemberian Growtone pada Berbagai Komposisi Media Tanam.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua yang telah membesarkan, mengasihi dan mendidik saya selama ini. Penulis menyampaikan terima kasih kepada Ibu Ir. Charloq, MP. sebagai ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Asil Barus, MS. sebagai anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga dalam penyusunan sampai selesainya skripsi ini.
Disamping itu, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua staf pengajar dan pegawai di Program Studi Agroekoteknologi, serta semua rekan mahasiswa yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat, dan akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, Juli 2015
DAFTAR ISI
Pengendalian Hama dan Penyakit ... 18
Berat Kering Akara (g) ... 20
Panjang Akar (cm) ... 20
Volume Akar (cm3) ... 20
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 22
Pembahasan ... 38
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 46
Saran ... 46
DAFTAR PUSTAKA ... 47
DAFTAR TABEL
No. Hal.
Persentase bertunas (%) pada perlakuan growtone dan perlakuan media tanam ... 22
Kecepatan melentis (hari) pada perlakuan growtone dan perlakuan media tanam ... 25
Panjang tunas (cm) pada perlakuan growtone dan perlakuan media tanam 26
Diameter tunas (mm) pada perlakuan growtone dan perlakuan media tanam ... 28
Jumlah daun (helai) pada perlakuan growtone dan perlakuan media tanam ... 30
Berat segar tajuk (g) pada perlakuan growtone dan perlakuan media tanam ... 33
Berat kering tajuk (g) pada perlakuan growtone dan perlakuan media tanam ... 34
Berat segar akar (g) pada perlakuan growtone dan perlakuan media tanam ... 35
Berat kering akar (g) pada perlakuan growtone dan perlakuan media tanam ... 36
Panjang akar lateral (cm) pada perlakuan growtone dan perlakuan media tanam ... 36
DAFTAR GAMBAR
No. Hal.
Hubungan antara persentase bertunas dan konsentrasi growtone pada komposisi media tanam ... 24
Hubungan antara persentase bertunas dan komposisi media tanam pada konsentrasi growtone ... 24
Hubungan antara panjang tunas dan konsentrasi growtone pada komposisi media tanam umur 12 MST ... 27
Hubungan antara panjang tunas dan komposisi media tanam pada konsentrasi growtone umur 12 MST ... 28
Hubungan antara diameter tunas dan konsentrasi growtone umur 12 MST ... 29
Hubungan antara diameter tunas dan komposisi media tanam umur 12 MST ... 30
Hubungan antara jumlah daun dan konsentrasi growtone pada komposisi media tanam... 32
Hubungan antara jumlah daun dan komposisi media tanam pada konsentrasi growtone ... 32
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal.
Data pengamatan persentase bertunas 1-40 hari setelah tanam ... 51
Tabel sidik ragam persentase bertunas 1-40 hari setelah tanam ... 51
Data pengamatan persentase bertunas 1-40 hari setelah tanam (Transformasi Arcsine) ... 52
Tabel sidik ragam persentase bertunas 1-40 hari setelah tanam (Transformasi Arcsine) ... 52
Data pengamatan kecepatan melentis 1-40 hari setelah tanam ... 53
Tabel sidik ragam kecepatan melentis 1-40 hari setelah tanam ... 53
Data pengamatan panjang tunas (cm) 6 MST. ... 54
Tabel sidik ragam panjang tunas (cm) 6 MST ... 54
Data pengamatan panjang tunas (cm) 8 MST ... 55
Tabel sidik ragam panjang tunas (cm) 8 MST ... 55
Data pengamatan panjang tunas (cm) 10 MST ... 56
Tabel sidik ragam panjang tunas (cm) 10 MST ... 56
Data pengamatan panjang tunas (cm) 12 MST ... 57
Tabel sidik ragam panjang tunas (cm) 12 MST ... 57
Data pengamatan diameter tunas (mm) 6 MST ... 58
Tabel sidik ragam diameter tunas (cm) 6 MST ... 58
Data pengamatan diameter tunas (mm) 8 MST ... 59
Tabel sidik ragam diameter tunas (mm) 8 MST ... 59
Data pengamatan diameter tunas (mm) 10 MST ... 60
Data pengamatan diameter tunas (mm) 12 MST ... 61
Tabel sidik ragam diameter tunas (mm) 12 MST ... 61
Data pengamatan jumlah daun (helai) ... 62
Tabel sidik ragam jumlah daun (helai) ... 62
Data pengamatan berat segar tajuk (g) ... 63
Tabel sidik ragam berat segar tajuk (g) ... 63
Data pengamatan berat segar tajuk (g) (Transformasi √X) ... 64
Tabel sidik ragam berat segar tajuk (g) (Transformasi √X) ... 64
Data pengamatan berat kering tajuk (g) ... 65
Tabel sidik ragam berat kering tajuk (g) ... 65
Data pengamatan berat kering tajuk (g) (Transformasi √X) ... 66
Tabel sidik ragam berat kering tajuk (g) (Transformasi √X) ... 66
Data pengamatan berat segar akar (g) ... 67
Tabel sidik ragam berat segar akar (g) ... 67
Data pengamatan berat segar akar (g) (Transformasi √X) ... 68
Tabel sidik ragam berat segar akar (g) (Transformasi √X) ... 68
Data pengamatan berat kering akar (g) ... 69
Tabel sidik ragam berat kering akar (g) ... 69
Data pengamatan berat kering akar (g) (Transformasi �X + 0,5) ... 70
Tabel sidik ragam berat kering akar (g) (Transformasi �X + 0,5) ... 70
Tabel sidik ragam panjang akar (cm) ... 71
Data pengamatan volume akar (m3) ... 72
Tabel sidik ragam volume akar (m3) ... 72
Data pengamatan volume akar (m3) (Transformasi √X) ... 73
Tabel sidik ragam volume akar (m3) (Transformasi √X) ... 73
Deskripsi Klon PB 260 ... 74
Bagan Percobaan ... 75
ABSTRAK
JENNY RIRIS MARSELLA PANGGABEAN: Respon Pertumbuhan Stump Karet (Hevea brassiliensis, Muell Arg.) Terhadap Pemberian Growtone Pada Berbagai Komposisi Media Tanam, dibimbing oleh CHARLOQ dan ASIL BARUS.
Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam budidaya karet dengan stump adalah tingginya persentase kematian stump di lapangan yang diakibatkan terhambatnya pertumbuhan akar dan tunas. Sehingga untuk mempercepat pertumbuhan perakaran dapat dilakukan dengan pemberian Zat Pengatur Tumbuh Growtone. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui respon pertumbuhan stump karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) terhadap pemberian konsentrasi Growtone pada berbagai komposisi media tanam. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli hingga November 2014 di lahan penelitin Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap faktorial dengan dua faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama adalah growtone (0 mg, 25 mg, 50 mg, 75 mg) dan faktor kedua adalah perbandingan media tanam top soil dan pasir (1:0, 1:1, 1:2, 1:3). Parameter yang diamati adalah persentase bertunas, kecepatan melentis, panjang tunas, diameter tunas, jumlah daun, berat segar akar, berat kering akar, berat segar tajuk, berat kering tajuk, panjang akar dan volume akar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa growtone berpengaruh nyata pada parameter persentase melentis, diameter tunas dan berat kering tajuk, dimana hasil terbaik diperoleh pada growtone A1 (25 mg). Perbandingan media tanam berpengaruh nyata pada parameter persentase melentis dan diamater tunas, dimana media tanam top soil : pasir terbaik perbandingan M1 (1:1). Interaksi antara auksin dan media tanam berpengaruh nyata pada parameter persentase melentis, panjang tunas dan jumlah daun, dimana interaksi antara growtone dan komposisi media tanam terbaik pada kombinasi A1M1.
ABSTRACT
JENNY RIRIS MARSELLA PANGGABEAN: Growth Response of Stump Rubber (Hevea brassiliensis, Muell Arg.) on Gowtone in Various plant media, guided by CHARLOQ and ASIL BARUS.
One of the problems encountered in rubber cultivation with stump is the high percentage of stump death in field caused by the inhibition of roots and shoots growth. So that to accelerate the growth of rooting can be applled by giving growth regulator substance, Growtone. The purpose of this research is to found out the response of stump rubber (Hevea brasiliensis Muell Arg.) to using of Growtone in varieth of planting media.
The research was conducted in July until November 2014 at experimental field of Agriculture Faculty, University of North Sumatra, Medan. The research uses the completely randomized design with two treatments as factor and three replications. The first factor is concentration of auxin (0 mg, 25 mg, 50 mg, 75 mg) and the second factor is the growing media comparison of top soil and sand (1: 0, 1: 1, 1: 2, 1: 3). Observed parameters was the grafting percentage germinate, grafting speed melentis, shoot length, shoots diameter, number of leaves, fresh weight of root, root dry weight, fresh weight of shoot, shoot dry weight, root length and root volume.
The results showed that the concentration of auxin significant effect on the grafting percentage germinate, shoots diameter and shoot dry weight, with best results obtained at a concentration of 25 mg auxin. Comparison of growing media real effect on parameters melentis percentage and diameter of shoots, where the top soil growing media: best sand ratio (1:1). Interaction between auxin and growing media real effect on parameters grafting percentage germinate, shoot length and number of leaves, where interaction between auxin concentration and composition of the best growing media in combination A1M1.
PENDAHULUAN Latar Belakang
Tanaman karet merupakan komoditi perkebunan yang penting dalam
industri otomotif. Karet (Hevea brasiliensis) berasal dari benua Amerika dan saat
ini menyebar luas ke seluruh dunia. Karet dikenal di Indonesia sejak masa kolonial
Belanda, dan merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memberikan
sumbangan besar bagi perekonomian Indonesia. Daerah sentra produksi penghasil
karet terbesar di Indonesia yaitu: Sumatera Selatan (668 ribu hektar), Sumatera
Utara (465 ribu hektar), Jambi (444 ribu hektar), Riau (390 ribu hektar), dan
Kalimantan Barat (388 ribu hektar) (Janudianto, et al.,2003). Luas total perkebunan
karet di Indonesia telah mencapai 3.262.291 ha yang terdiri dari 84,5% kebun
milik rakyat, 8,4% milik swasta dan 7,1% milik negara (Syukur, 2013).
Dari total luas lahan tersebut, perkebunan karet rakyat adalah terbesar,
namun produktifitasnya masih rendah yakni 926 kg/h dibandingkan produktivitas
perkebunan besar swasta sebesar 1.565 kg/ha. Menurut Direktorat Jendral Bina
Produksi Perkebunan (2010) rendahnya produktivitas tersebut disebabkan oleh
faktor umur tanaman yang lebih dari 20 tahun, pemeliharaan kurang baik dan
sebagian tanaman menggunakan bahan tanam biji sapuan (seedling). Para petani
karet di Indonesia saat ini masih banyak yang menggunakan bibit karet cabutan,
anakan liar, atau hasil semaian biji dari pohon karet alam yang dibudidayakan
sebelumnya. Meskipun demikian, bibit karet unggul sebenarnya sudah dikenal luas
oleh petani karet di Indonesia (Janudianto, et al.,2003). Selain itu, tanaman karet
juga merupakan tanaman tahunan yang mampu memberikan manfaat dalam
Bahkan ke depan, tanaman karet merupakan sumber kayu potensial yang dapat
mensubsidi kebutuhan kayu hutan alam yang ketersediaannya semakin menurun.
Bibit karet unggul dihasilkan dengan teknik okulasi antara batang atas dengan
batang bawah yang tumbuh dari biji-biji karet pilihan. Di Indonesia, pengadaan
bibit karet klonal dengan cara okulasi masih merupakan metode perbanyakan
terbaik. Hal ini karena tanaman karet yang berasal dari biji, meskipun dari jenis
unggul, tidak menjamin keturunannya akan memiliki sifat baik seperti pohon
induknya, akibat terjadinya segregasi dari hasil persarian sendiri (selfing) atau
silang luar (outcrossing) dari genotipe heterozigot. Oleh karena itu, keturunan yang
berasal dari biji akan memiliki pertumbuhan dan produksi yang bervariasi. Untuk
mendapatkan keseragaman dan mempertahankan sifat-sifat baik dari pohon induk,
tanaman karet diperbanyak secara vegetatif dengan teknik okulasi (Hadi et al., 2012
dalam Boerhendhy, 2013).
Okulasi merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman dengan
menempelkan mata tunas dari entres tanaman ke tanaman sejenis dengan tujuan
mendapatkan sifat yang unggul (Amypalupy 2010 dalam Boerhendhy, 2013).
Perbanyakan tanaman karet dengan okulasi dapat menyediakan bahan tanam klonal
seefisen mungkin dari sisi waktu (Sutanto, 2008). Tanaman karet hasil okulasi
merupakan tanaman klonal yang lebih baik dibandingkan tanaman asal biji, yaitu
pertumbuhannya seragam, sifat mendekati induknya, variasi antar individu sangat
kecil, dan produktivitasnya lebih tinggi. Variasi antar individu klon bisa muncul
apabila ada perbedaan lingkungan tumbuh, genetik batang bawah dan mata entres
yang digunakan pada okulasi. Produktifitas tanaman karet hasil okulasi terus
lebih tinggi dari pada induknya (produksi pohon induknya mampu dipertahankan
sampai umur 10 tahun). Atas dasar hal itu, perbanyakan tanaman karet dengan cara
okulasi menggunakan mata entres tetap dilakukan sampai sekarang (Warta
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2009)
Bibit okulasi stum mata tidur masih menjadi pilihan dan banyak digunakan
sebagai bahan tanam karena persiapannya lebih mudah disertai harganya lebih
murah dibanding dengan bibit okulasi lainnya, tetapi penggunaan stum mata tidur
mempunyai kelemahan yaitu berupa tingginya angka kematian (15-20%) yang
diakibatkan terhambatnya pertumbuhan akar dan tunas (Parto et al., 2005).
Untuk mempercepat pertumbuhan perakaran dapat dilakukan dengan
pemberian Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) secara eksogen. Salah satu ZPT yang
digunakan adalah Growotone. Growtone berbentuk tepung, berwarna abu-abu,
mengandung asam asetik naftalen 3,0%, naftalen asetik amid 0,75%. Penggunaan
Growtone mampu meningkatkan pertumbuhan stump, panjang tunas, diameter
tunas dan bobot kering akar tanaman karet pada konsentrasi 500 mg/10 stum.
Selain penggunaan ZPT, juga diperlukan media tumbuh yang sesuai untuk
merangsang pertumbuhan dan perkembangannya. Tanah top soil merupakan tanah
lapisan atas tergolong dalam horizon A yang memiliki kandungan hara dan bahan
organik yang cukup tinggi. Yang dimaksud dengan horizon A yaitu bagian yang
banyak mengandung humus, berwarna kelam muda sampai tua. Horizon
inilah yang merupakan tanah yang sebenarnya yang dimanfaatkan bagi tanaman
(Foth, 1984). Pencampuran pasir ditujukan untuk menaikkan ruang pori dan
kegemburan tanah. Dengan meningkatkan aerasi maka ketersediaan oksigen bagi
berlebihan berkurang sehingga media cukup baik untuk pertumbuhan tanaman
(Dwidianthy, 2003).
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai respon pertumbuhan stump karet
(Hevea brassiliensis, Muell Arg.) terhadap pemberian growtone pada berbagai komposisi media tanam.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui respon pertumbuhan stump karet
(Hevea brassiliensis Muell Arg.) terhadap pemberian growtone pada berbagai komposisi media tanam.
Hipotesis Penelitian
Adanya peningkatan pertumbuhan stump karet
(Hevea brassiliensis Muell Arg.) terhadap pemberian growtone pada berbagai komposisi media tanam dan interaksi keduanya.
Kegunaan Penelitian
Untuk mendapatkan data penyusunan skripsi yang merupakan salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanain Universitas Sumatera Utara,
TINJAUAN PUSTAKA
Berdasarkan Setiawan dan Andoko (2005), sistematika tanaman
karet adalah sebagai berikut: Divisi: Spermatophyta, Subdivisi: Angiospermae,
Kelas: Dicotyledonae, Ordo: Euphorbiales, Famili: Euphorbiaceae, Genus: Hevea,
Spesies: Hevea brassiliensis Muell Arg.
Tanaman karet berupa pohon dengan ketinggiannya dapat mencapai
30-40 m. Sistem perakarannya adalah kompak/padat, akar tunggangnya dapat
menembus tanah hingga kedalaman 1-2 m disertai akar lateralnya dapat menyebar
10 m. Batangnya bulat silindris, kulit kayunya halus rata berwarna pucat hingga
kecokelatan dan sedikit bergabus (Syamsulbahri, 1996).
Daun berselang-seling, tangkai daun panjang, 3 anak daun yang licin
berkilat. Petiola tipis, hijau dengan panjang 3,5-30 cm. Helaian anak daun
bertangkai pendek dan berbentuk lonjong atau oval, pangkal sempit dan tegang,
ujung runcing, sisi atas daun hijau tua dan sisi bawah agak cerah, panjangnya
5-35 cm dan lebar 2,5-12,5 cm (Sianturi, 2001).
Tanaman karet termasuk tanaman berumah satu. Bunga jantan dan bunga
betina terdapat di dalam satu karangan bunga yang berbentuk malai. Pada ujung
ranting atau cabang yang telah menggugurkan daun, kadang-kadang malai muncul
pada ketiak daun yang lama, sebelum gugur daun. Pada satu karangan bunga
umumnya terdapat 3-15 malai. Bunga betina dalam satu malai bervariasi antara
0-30, umumnya 4-6 bunga betina terbentuk di ujung-ujung sumbu malai. Jumlah
bunga betina dalam satu pohon bervariasi dan pada keadaan pembungaan yang
cukup baik, jumlah bunga betina dapat mencapai 6000-8000 buah per pohon
Biji besar, bulat bersegi 4, tertekan pada satu atau dua sisinya, berkilat, berwarna
cokelat nuda dengan noda-noda cokelat tua, panjang 2-3,5 cm dan lebar 1,5-3 cm
dan tebal 1,5-2,5 cm (Sianturi, 2001).
Stump Karet
Bibit okulasi yang dapat digunakan sebagai bahan tanam terdiri dari:
stump mata tidur, stump mini, bibit dalam polybag dan stump tinggi.
Stump mata tidur adalah bibit okulasi yang mata tunas okulasinya
belum tumbuh. Stump ini mempunyai kelebihan persiapannya lebih
cepat disertai harganya murah, hanya saja persentase kematian cukup tinggi
(15-20%) (Asni dan Yanti, 2013).
Bibit stump mata tidur adalah bibit yang diokulasi di lahan pesemaian
dan dibiarkan tumbuh selama kurang dari dua bulan, dengan akar tunggang
tunggal atau bercabang. Akar tunggang tunggal lebih bagus dibandingkan dengan
akar tunggang bercabang, sehingga petani karet biasanya memotong akar tunggang
bercabang yang lebih kecil. Dengan demikian tinggal satu akar tunggang besar
yang panjangnya sekitar 40 cm dan akar lateral yang panjangnya 5 cm (Damanik
et al., 2010).
Kriteria bibit stump mata tidur yang baik yaitu : memiliki akar tunggang
lurus, tidak bercabang, panjang minimal 35 cm dan akar lateral yang disisakan
panjangnya 5 cm, tinggi batang di atas okulasi sekitar 5-7 cm, memiliki diameter
batang sekitar 2,5 cm, bagian bekas pemotongan diolesi TB 192 atau parafin,
apabila ditoreh pada bagian okulasi berwarna hijau, jika bibit memiliki akar
tunggang lebih dari satu, pilih satu akar tunggang yang paling baik dan yang
Dibandingkan okulasi cokelat, okulasi hijau memiliki beberapa
kelebihan sebagai berikut: 1) Pelaksanaan bisa lebih awal, 2) Masa hidup di
pembibitan lebih pendek, sehingga penyediaan bahan tanaman lebih cepat,
3) Perakaran tidak terganggu saat bibit dipindah ke lapangan, 4) Pertautan
okulasi lebih baik, 5) Masa matang sadap bisa dipercepat enam bulan.
Kekurangannya adalah, kayu entres atau batang atasnya tidak dapat disimpan dan
dikirim ke tempat lain. Selain itu, persentase kematian bibit okulasi hijau juga
lebih besar (Damanik et al., 2010).
Entres (scion) adalah mata tunas pada batang atas yang berasal dari klon
yang dianjurkan. Entres yang baik adalah entres yang memiliki daya gabung
(compatible) dengan batang bawah. Entres merupakan salah satu faktor yang
penting dalam menentukan besaran produksi pada saat tanaman karet sedang
berproduksi (tanaman dewasa) (Lasminingsih et al., 2006).
Kemampuan mata okulasi untuk menempel pada batang bawah
merupakan penggabungan antara kambium yang ada pada permukaan dalam
kulit kayu okulasi dan yang ada pada permukaan kayu batang bawah
(Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2009).
Growtone
Growtone adalah salah satu ZPT yang dapat membantu pertumbuhan
tanaman. ZPT adalah senyawa organik selain zat hara yang dalam jumlah kecil
dapat mendorong (promote), menghambat (inhibit) maupun merubah berbagai
proses fisiologi tanaman. ZPT dapat mempengaruhi proses pertumbuhan dan
perkembangan tanaman melalui pembelahan sel, perbesaran sel dan diferensiasi sel
yang terlalu tinggi dapat merusak dasar stek, dimana pembelahan sel dan kalus
akan berlebihan dan mencegah tumbuhnya tunas dan akar, sedangkan pada
konsentrasi dibawah optimum tidak efektif. (Harahap, 2010).
Cara yang sering digunakan dalam pengaplikasian ZPT yaitu: 1)
Commercial Powder Preparation (pasta), 2) Dilute Solution Soaking Method (perendaman), 3) Concentrated Solution Dip Method (pencelupan cepat). (Weaver,
1972). Metode perendaman adalah metode praktis yang paling awal ditemukan dan
sampai saat ini masih dipandang paling efektif.
Growtone berbentuk tepung, berwarna abu-abu, mengandung asam asetik
naftalen 3,0%, naftalen asetik amid 0,75%. Penggunaan Growtone mampu
meningkatkan pertumbuhan stump, panjang tunas, diameter tunas dan bobot kering
akar tanaman karet pada konsentrasi 500 mg/10 stum. Penggunaan Growtone yang
efesien karena hanya membutuhkan 20-25 mg/tanaman. Growtone juga berfungsi
untuk melindungi bekas luka potongan akar sehingga terhindari dari
cendawan/jamur. Nakamura et al,1978 dalam Tomita et al (1984) menambahkan bahwa naftalen asam asetat (NAA) adalah agen anti jamur potensial.
ZPT dari kelompok auksin dapat merangsang pembentukan akar. Auksin
sintetik seperti Indole Asetic Acid (IAA) dan Indole Butirat Acid (IBA) banyak
digunakan untuk mendorong pertumbuhan stek dari tanaman berkayu dan
berbatang lunak. Mekanisme kerja dari auksin tersebut diantaranya adalah
merangsang pembelahan sel (Goenawan, 2006).
Penggunaan metode tepung atau bubuk merupakan metode yang paling sederhana,
tidak memerlukan perendaman dan jumlah auksin yang diaplikasikan relatif
aktif dan zat pembawa yang berbeda dapat menyebabkan respon tanaman yang
sangat berbeda walaupun pada konsentrasi yang sama. Disamping itu, hasil yang
seragam sulit diperoleh mengingat adanya keragaman dalam jumlah tepung atau
bubuk yang dilekatkan pada stek (Weaver, 1972). Menurut Balai Informasi
Pertanian Irian Jaya (2010), luka potong akar tunggal dan akar lateral diolesi
dengan pasta Rootone F dosis 125 mg ditambah dengan air 0,5 ml untuk satu
stump. Dalam penelitian Goenawan (2006), perlakuan metode aplikasi zat
pengatur tumbuh secara pasta merupakan metode aplikasi terbaik dalam
menginduksi akar dan tunas stek dadap merah, hal ini ditunjukan dengan nilai
peubah persentase stek hidup, persentase stek berakar, persentase stek bertunas,
panjang tunas, jumlah tunas, panjang akar, jumlah akar dan jumlah daun
tertinggi.
Dalam penelitian Sunandar (2006) perlakuan Rootone-F memberikan
pengaruh nyata pada 4 MST terhadap persentase stek hidup tanaman sonokeling
dan jumlah akar, sedangkan pada 8 MST berpengaruh sangat nyata terhadap bobot
basah tunas dan bobot kering tunas serta berpengaruh nyata terhadap panjang tunas
dan bobot basah akar. Pemberian Rootone-F menghasilkan rataan nilai yang lebih
baik terhadap beberapa tolok ukur seperti persentase stek hidup, panjangtunas,
jumlah akar, bobot basah tunas, bobot basah aka dm bobot kering tunas
dibandingkan tanpa Rootone-F, konsentrasi rootone-F 100 ppm memberikan hasil
yang lebih baik dibandingkan dengan konsentrasi Rootone-F 200 ppm. Balai
Informasi Pertanian Irian Jaya (1992) menambahkan luka potongan akar tunggang
dan akar lateral diolesi dengan pasta Rootone F dosis 125 mg ditambah dengan air
Growtone yang diproduksi oleh PT. DELTAGRO merupakan salah satu zat
pengatur tumbuh yang mengandung bahan aktif asam asetik naftalen 3,0%, naftalen
asetik amid 0,75%. NAA yang terkandung dalam Growtone merupakan golongan
auksin. Prasetriyani (2014) mengatakan bahwa pertumbuhan stek tanaman jarak
pagar dapat dipercepat dengan pemberian zpt sintesis yaitu Growtone dengan dosis
10 mg/tanaman yang diaplikasikan berbentuk pasta. Dalam penelitian Yuniarti
(2009) tentang studi posisi ruas batang dan konsentrasi Growtone terhadap
pertumbuhan setek batang Dieffenbachia (Dieffenbachia var. Green Magic) hasil
penelitian menjelaskan konsentrasi Growtone berpengaruh nyata terhadap
persentase setek tumbuh pada konsentrasi 100-300 ppm sebesar sebesar
85,71-95,24%, pada konsentrasi 200-300 ppm dapat meningkatkan jumlah akar dan
penggunaan konsentrasi 100-300 ppm mampu menghasilkan akar terpanjang.
Dalam penelitian Harahap (2012) tentang pengaruh konsentrasi dan lama
perendaman Growtone terhadap pertumbuhan setek pucuk kemenyan
(Styrax tonkinensis), hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa konsentrasi
Growtone 10 g/l, 20 g/l, 30 g/l dengan pasta dan lama perendaman 10 menit,
20 menit, 30 menit dengan celup dan interaksi keduanya tidak berpengaruh pada
pertumbuhan setek pucuk kemenyan, dengan begitu tidak ada perbedaan nyata.
Berdasarkan hasil dari masing-masing parameter, perlakuan tertinggi pada persen
tumbuh terdapat pada perlakuan konsentrasi Growtone 30 g/l dengan
perendaman 20 menit yaitu 11,11%, jumlah daun terdapat pada perlakuan
konsentrasi Growtone 30 g/l dengan perendaman 20 menit yaitu 1,5 helai,
perendaman 10 menit yaitu 4,2 mm, panjang akar terdapat pada perlakuan
konsentrasi Growtone 30 g/l air dengan perendaman 10 menit yaitu 2,6 mm.
Media Tanam
Tanah merupakan medium yang dinamis tempat tanaman dan
mikroorganisme hidup bersama dan saling berhubungan satu sama lain. Lapisan
atas atau olah atau disebut juga top soil suatu penampang tanah yang
kedalamannya ± 10-20 cm biasanya mengandung banyak bahan organik dan
berwarna gelap karena akumulasi bahan organik. Lapisan ini juga merupakan
daerah utama bagi pertumbuhan perakaran, dan banyak mengandung unsur
hara dan air tersedia bagi tanaman. Lapisan di bawah lapisan olah dikenal
dengan lapisan bawah yang kedalamannya lebih dari 20 cm, dimana kandungan
bahan organik, unsur hara, dan air tersedia menurun dengan kedalaman
tanah (Nadalia, 2009).
Media tumbuh tanaman merupakan salah satu faktor yang harus
diperhatikan, sebab mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman untuk
hasil yang optimal. Media yang baik untuk pertumbuhan tanaman harus
mempunyai sifat fisik yang baik, gembur dan mempunyai kemampuan menahan air.
Kondisi fisik tanah sangat penting untuk berlangsungnya kehidupan tanaman
menjadi dewasa (Fatimah et al., 2008).
Faktor yang harus diperhatikan dalam memilih media untuk dijadikan
campuran adalah kualitas dari bahan tersebut, sifat kimia atau fisiknya,
tersedia dipasaran, murah, mudah cara penggunaannya, dapat digunakan
untuk berbagai macam tanaman, tidak membawa hama dan penyakit, mempunyai
jenis tanaman dan mengandung unsur hara untuk mendukung pertumbuhan
tanaman (Acquaah, 2002 dalam Hanum, 2010).
Lapisan atas tanah atau top soil cukup banyak mengandung bahan organik dan
biasanya berwarna gelap karena penimbunan bahan organik. Sedangkan tanah
sub soil adalah tanah yang mengalami cukup pelapukan, mengandung lebih sedikit
bahan organik. Produktifitasnya sedikit karena ditentukan oleh keadaan subsoil
tersebut (Buckman dan Brady, 1982).
Top soil adalah tanah yang berwarna gelap yang memiliki ketebalan
minimal 10 cm. Mengandung C organikk 1-17% dan perbandingan C/N kurang dari
17%. Ciri khasnya struktur baik (remah) sehingga tanah tidak mengeras dan kaku
ketika kering (Foth dan Schafer, 1980).
Umumnya media yang digunakan untuk pembibitan berasal dari top soil. Namun
pengambilan top soil dalam skala besar dapat berdampak negatif bagi ekosistem di
areal tersebut. Oleh karena itu penggunaan bahan lain untuk media pertumbuhan
bibit perlu dilakukan (Kurniati et al., 2009).
Pasir digunakan sebagai media alternatif yang menggantikan tanah. Pasir
dianggap sesuai jika digunakan sebagai media untuk penyemaian benih,
pertumbuhan bibit tanaman dan perakaran stek batang tanaman. Pasir berukuran
antara 0,5 sampai 0,2 mm sehingga cukup baik digunakan sebagai media tanam
karena media tanam menjadi lebih mudah basah dan cepat kering oleh proses
penguapan (Husniati 2010).
Kekurangan dari pasir adalah miskin hara bagi tanaman. Hal ini disebabkan
(1) tanah pasir mempunyai kemampuan perkolasi dan drainase air secara bebas
pasir tidak mengabsorbsi kation-kation (3) tanah pasir mempunyai sedikit bahan
organik. Sedangkan kelebihannya memiliki kondisi aerase yang baik sehingga
membantu dekomposisi bahan organik secara cepat (Foth, 1988).
Semakin tinggi persentase pasir dalam tanah semakin banyak ruang
pori-pori di antara partikel tanah, semakin dapat memperlancar gerakan udara dan air.
Dalam tata udara, hal ini sangat penting karena udara dalam tanah meningkat. Jika
udara dalam tanah terbatas akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan
akar, menghambat pernafasan akar, menghambat penyerapan air dan unsur hara
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di lahan penelitian Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara Medan yang berada pada ketinggian ± 25 meter di atas permukaan
laut, mulai bulan Juli sampai November 2014.
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah stump karet klon
PB 260 sebagai objek yang akan diamati, growtone, top soil dan pasir sebagai
campuran media tanam, pupuk urea, SP-36, KCl dan kiserit, polibag ukuran 25 x 50
cm, air untuk penyiraman tanaman karet, amplop cokelat, label, plastik transparan.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, gembor, meteran,
jangka sorong, ember, pisau, plang nama, kalkulator, timbangan analitik, oven, alat
tulis dan kamera.
Metode Penelitian
Metode percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial
dengan 2 faktor perlakuan, yaitu :
Faktor 1 : Konsentrasi Growtone (A) dengan empat taraf, yaitu :
A0 : 0 mg/stump
A1 : 25 mg/stump
A2 : 50 mg/stump
A3 : 75 mg/stump
Faktor 2 : Media Tanam (M) (Topsoil : Pasir) dengan empat taraf, yaitu :
M0 : Top Soil
M2 : Top Soil : Pasir (1:2)
M3 : Top Soil : Pasir (1:3)
Sehingga diperoleh 16 kombinasi :
A0M0 A1M0 A2M0 A3M0
A0M1 A1M1 A2M1 A3M1
A0M2 A1M2 A2M2 A3M2
A0M3 A1M3 A2M3 A3M3
Jumlah ulangan : 3
Jumlah plot : 48
Ukuran plot : 120 cm x 150 cm
Jarak antar plot : 30 cm
Jumlah polibag/plot : 12 polibag
Jumlah tanaman/polibag : 1 tanaman
Jumlah tanaman seluruhnya : 576 tanaman
Dari hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam berdasarkan
model linear sebagai berikut :
Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk
i = 1,2,3,4 j = 1,2,3,4, k = 1,2,3
Dimana :
Y ijk : hasil pengamatan dari perlakuan konsentrasi growtone taraf ke-i dan
...media tanam pada taraf ke-j pada ulangan ke-k
μ : rataan tengah
αi : pengaruh perlakuan konsentrasi growtone pada taraf ke-i
(αβ)ij : pengaruh interaksi perlakuan konsentrasi growtone pada taraf ke-i dan
...perlakuan komposisi media tanam pada taraf ke-j
εijk : pengaruh galat pada ulangan ke-k yang mendapat perlakuan konsentrasi
...growtone pada taraf ke-i, komposisi media tanam pada taraf ke-j.
Data hasil penelitian yang berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji beda
rataan berdasarkan uji jarak berganda duncan (Duncan Multiple Range Test) pada
PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan
Lahan dibersihkan dari gulma dan sisa-sisa akar tanaman, tanah diratakan
dengan menggunakan cangkul. Kemudian dibuat plot penelitian dengan ukuran 120
cm x 150 cm dan jarak antar plot 30 cm.
Persiapan Media Tanam
Media tanam top soil dan pasir dicampur merata hingga homogen lalu
dimasukkan ke dalam polibag berukuran 25 x 50 cm sampai batas ¾ bagian sesuai
perlakuan.
Pemilihan stump
Stump yang digunakan ialah green budding yang diperoleh dari Balai
Penelitian Sungei Putih yang berumur 21 hari setelah pengokulasian. Pemilihan
stump dilakukan setelah stump dibongkar dengan menggunakan cangkul atau
pulling jack (dongkrak). Kemudian dilakukan seleksi dengan kriteria diameter
batang seragam 1,5-2 cm, akar tunggang lurus panjangnya 25-35 cm, akar lateral
panjangnya 5-10 cm, akar tunggang bercabang, tidak berbentuk garpu dan
berbonggol, dan tidak terkena jamur akar putih. Stump yang dipilih mata
okulasinya tidak lebih dari dua kali okulasi.
Pengolesan Grotone
Growtone dilarutkan ke dalam air sehingga membentuk pasta kemudian
stump mata tidur diolesi dengan larutan growtone sesuai dengan perlakuan
Penanaman
Sebelum dilakukan penanaman, media tanam terlebih dahulu disiram lalu
dibuat lubang pada bagian tengah. Stump ditanam dan tanah disekeliling lubang
dipadatkan sehingga stump dapat berdiri tegak dan dilakukan penyiraman.
Pemeliharaan Tanaman Penyiraman
Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari atau sesuai kondisi
dilapangan dengan menggunakan gembor.
Penyiangan
Penyiangan gulma dilakukan secara manual dengan tangan ataupun dengan
cangkul, baik didalam atau diluar polibag. Hal ini dilakukan untuk menghindari
terjadinya persaingan antara tanaman utama dengan gulma. Penyiangan dilakukan
sesuai dengan kondisi lapangan.
Penunasan
Tunas liar yang tumbuh pada batang bawah di buang dengan menggunakan
pisau. Hal ini bertujuan untuk memusatkan bahan hasil fotosintesis dan juga
translokasi unsur hara dari tanah ke tunas yang diinginkan agar pertumbuhannya
maksimal.
Pemupukan
Pemupukan dilakukan 2 kali yaitu pada umur 6 MST dan 10 MST. Pupuk
urea dengan dosis 5 gr/tanaman, SP-36 6,3 g/tanaman, KCl 2 g/tanaman, kiserit 2
Peubah Amatan Persentase Bertunas
Pengamatan persentase bertunas sampai 40 hari setelah tanam (HST)
dengan menggunakan rumus
Persentase Bertunas = jumlah tunas yang sudah muncul
jumlah stump seluruh nya x 100%
Kecepatan Melentis (Hari)
Pengamatan kecepatan melentis dilakukan dengan cara menghitung mata
tunas yang melentis. Pengamatan kecepatan melentis dilakukan setiap hari sampai
40 HST.
Ciri-ciri mata tunas yang sudah melentis adalah mata tunasnya sudah
tersembul keluar.
Kecepatan melentis = N1T1+ N2T2 + ....+ N14T14 jumlah stump yang tumbuh
N = jumlah stump yang melentis pada satuan waktu tertentu.
T = jumlah waktu melentis (sampai 40 HST)
Panjang Tunas (cm)
Pengamatan panjang tunas dilakukan dengan cara mengukur panjang tunas
dari pangkal jendela okulasi ampai titik tumbuh tanaman dengan menggunakan
meteran. Pengamatan panjang tunas dilakukan 2 minggu sekali.
Diameter Tunas (mm)
Pengamatan diameter tunas dilakukan dengan cara mengukur tunas 2 cm
dari pangkal jendela okulasi. Pengukuran diameter tunas dilakukan dari dua sisi
Jumlah Daun (helai)
Pengamatan jumlah daun dilakukan dengan cara menghitung daun yang ada
pada tanaman. Pengamatan jumlah daun dilakukan satu kali yaitu di akhir
penelitian.
Berat Segar Tajuk (g)
Pengamatan berat segar tajuk dilakukan dengan cara membersihkan tajuk
tanaman terlebih dahulu kemudian ditimbang. Pengamatan berat segar tajuk
dilakukan satu kali yaitu di akhir penelitian.
Berat Kering Tajuk(g)
Pengamatan berat kering tajuk dilakukan dengan cara memasukkan tajuk ke
dalam amplop diovenkan dengan suhu 700C selama 24 jam kemudian ditimbang
hasil berat kering akar. Pengamatan berat kering akar dilakukan satu kali yaitu di
akhir penelitian.
Berat Segar Akar (g)
Pengamatan berat segar akar dilakukan dengan cara membersihkan akar
tanaman terlebih dahulu kemudian ditimbang. Pengamatan berat segar akar
dilakukan satu kali yaitu di akhir penelitian.
Berat Kering Akar (g)
Pengamatan berat kering akar dilakukan dengan cara memasukkan akar ke
dalam amplop diovenkan dengan suhu 700C selama 24 jam kemudian ditimbang hasil berat kering akar. Pengamatan berat kering akar dilakukan satu kali yaitu di
Panjang Akar Lateral (cm)
Pengamatan panjang akar lateral dilakukan dengan mengukur akar
terpanjang dengan menggunakan penggaris. Pengamatan panjang akar lateral
dilakukan satu kali yaitu di akhir penelitian.
Volume Akar (cm3)
Pengamatan volume akar dilakukan dengan cara memasukkan akar ke
dalam gelas ukur yang berisi air. Peningkatan air dalam wadah tersebut merupakan
volume akar dari tanaman. Pengamatan volume akar tersebut dilakukan satu kali
HASIL DAN PEMBAHASAN
Persentase Bertunas
Hasil pengamatan dan daftar sidik ragam persentase bertunas disajikan pada
lampiran 1-4. Berdasarkan sidik ragam tersebut terlihat bahwa perlakuan
konsentrasi growtone, media tanam serta interaksi keduanya berpengaruh nyata
pada persentase bertunas.
Rataan persentase bertunas perlakuan konsentrasi growtone dan media
tanam dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1...Persentase bertunas pada perlakuan konsentrasi growtone dan media tanam
Konsentrasi Growtone
Media tanam
Rataan
M0 M1 M2 M3
A0 22,22 (27,82) bc 75,00 (60,00) a 41,67 (40,16) b 27,78 (31,75) bc 41,67 (39,93) A1 38,89 (38,25) bc 25,00 (28,62) bc 36,11 (36,39) bc 27,78 (31,06) bc 31,94 (33,58) A2 16,67 (24,09) bc 69,52 (56,86) a 19,44 (25,38) bc 27,78 (31,54) bc 33,35 (34,47) A3 22,22 (27,82) bc 24,34 (29,56) bc 29,47 (32,30) bc 13,89 (21,19) c 22,48 (27,71) Rataan 25,00 (29,49) 48,46 (43,76) 31,67 (33,55) 24,31 (28,89)
Keterangan :.Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom/baris antar perlakuan, menunjukkan
..berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5 %
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa pada perlakuan tanpa pemberian growtone
(A0), persentase bertunas tertinggi pada media tanam M1 yaitu 75,00% yang tidak
berbeda nyata dengan M2 yaitu 41,16%, M3 yaitu 27,78% dan M0 yaitu 22,22%.
Pada konsentrasi growtone 25 mg (A1), persentase bertunas tertinggi pada media
tanam M0 yaitu 38,89% yang tidak berbeda nyata dengan M2 yaitu 36,11%, M3
Pada konsentrasi growtone 50 mg (A2), persentase bertunas tertinggi pada
media tanam M1 yaitu 69,52% yang tidak berbeda nyata dengan M3 yaitu 27,78%,
M2 yaitu 19,44% dan M1 yaitu 16,67%.
Pada konsentrasi growtone 75 mg (A3), persentase bertunas tertinggi pada
media tanam M2 yaitu 29,47% yang tidak berbeda nyata dengan M1 yaitu 23,34%,
M0 yaitu 22,22% dan M3 yaitu 13,89%.
Pada perlakuan media tanam top soil : pasir (1:0) (M0), persentase bertunas
tertinggi pada A1 yaitu 38,89% yang tidak berbeda nyata dengan A0 yaitu 22,22%,
A3 yaitu 22,22% dan A2 yaitu 16,67%.
Pada media tanam top soil : pasir (1:1) (M1), persentase bertunas tertinggi
pada A0 yaitu 75,00% yang tidak berbeda nyata dengan A2 yaitu 69,52% namun
berbeda nyata dengan A1 yaitu 25,00% dan A3 yaitu 24,34%.
Pada media tanam top soil : pasir (1:2) (M2), persentase bertunas tertinggi
pada A0 yaitu 41,67% yang tidak berbeda nyata dengan A1 yaitu 36,11% , A3 yaitu
29,47% dan A2 yaitu 19,44%.
Pada media tanam top soil : pasir (1:3) (M3), persentase bertunas tertinggi
pada A0 yaitu 27,78%, A1 yaitu 27,78%, A2 yaitu 27,78% yang tidak berbeda
nyata dengan A3 yaitu 13,89%.
Hubungan persentase bertunas dan konsentrasi growtone pada komposisi
Gambar 1. Hubungan antara persentase bertunas dan konsentrasi growtone pada .komposisi media tanam
Hubungan persentase bertunas dan komposisi media tanam pada konsentrasi
growtone dapat dilihat pada Gambar 2.
Kecepatan Melentis (hari)
Hasil pengamatan dan daftar sidik ragam kecepatan melentis disajikan pada
lampiran 5-6. Berdasarkan sidik ragam tersebut terlihat bahwa perlakuan
konsentrasi growtone dan media tanam serta interaksi keduanya berpengaruh tidak
nyata pada kecepatan mata okulasi melentis.
Rataan kecepatan mata okulasi melentis dari perlakuan konsentrasi
growtone dan media tanam dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2..Kecepatan mata okulasi melentis (hari) pada perlakuan konsentrasi ...growtone dan media tanam
Konsentrasi Growtone
Media tanam
Rataan
M0 M1 M2 M3
A0 28,42 22,26 26,44 25,89 25,75
A1 23,33 26,00 25,06 23,78 24,54
A2 24,17 22,80 27,83 24,17 24,74
A3 25,33 22,74 24,57 30,33 25,74
Rataan 25,31 23,45 25,98 26,04
Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa pada perlakuan konsentrasi growtone,
tercepat keluarnya tunas A1 (25 mg) yaitu 24,54 hari diikuti oleh A2 (50 mg) yaitu
24,74 hari, A3 (75 mg) yaitu 24,74 hari dan terendah pada tanpa pemberian
growtone (A0) yaitu 25,75 hari. Pada Perlakuan media tanam, tercepat keluarnya
tunas pada M1 yaitu 23,45 hari diikuti oleh M0 yaitu 25,31 hari, M2 yaitu 25,98
hari dan terendah pada M3 yaitu 26,04 hari.
Panjang Tunas (cm)
Hasil pengamatan dan daftar sidik ragam panjang tunas 6, 8, 10 dan 12
minggu setelah tanam (MST) disajikan pada lampiran 7-14. Dari hasil analisis sidik
berpengaruh tidak nyata pada panjang tunas. Namun interaksi perlakuan
berpengaruh nyata terhadap parameter panjang tunas.
Rataan panjang tunas perlakuan konsentrasi growtone dan media tanam umur 12
MST dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Panjang tunas (cm) pada perlakuan konsetrasi growtone dan perlakuan ...media tanam umur 12 MST
Keterangan :.Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom/baris antar perlakuan, menunjukkan
..berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5 %
Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa pada perlakuan tanpa pemberian growtone
(A0), panjang tunas tertinggi pada media tanam M3 yaitu 15,11 cm yang tidak
berbeda nyata dengan M1 yaitu 13,10 cm, M2 yaitu 12,38 cm dan M0 yaitu 10,41
cm.
Pada konsentrasi growtone 25 mg (A1), panjang tunas tertinggi pada media
tanam M0 yaitu 14,56 cm yang tidak berbeda nyata dengan M3 yaitu 14,32 cm,
M2 yaitu 13,11 cm dan M1 yaitu 12,56 cm.
Pada konsentrasi growtone 50 mg (A2), panjang tunas tertinggi pada media
tanam M0 yaitu 12,04 cm yang tidak berbeda nyata dengan M1 yaitu 12,04 cm,
M3 yaitu 11,67 cm dan M2 yaitu 10,87 cm.
Pada konsentrasi growtone 75 mg (A3), panjang tunas tertinggi pada media
tanam M1 yaitu 16,49 cm yang tidak berbeda nyata dengan M0 yaitu 15,23 cm dan
Pada perlakuan media tanam top soil : pasir (1:0) (M0), panjang tunas
tertinggi pada A3 yaitu 15,23 cm yang tidak berbeda nyata dengan A1 yaitu 14,56
cm, A2 yaitu 12,04 cm dan A0 yaitu 10,41 cm.
Pada media tanam top soil : pasir (1:1) (M1), panjang tunas tertinggi pada
A3 yaitu 16,49 cm yang tidak berbeda nyata dengan A0 yaitu 13,10 cm, A1 yaitu
12,56 cm dan A2 yaitu 12,04 cm.
Pada media tanam top soil : pasir (1:2) (M2), panjang tunas tertinggi pada
A3 yaitu 14,08 cm yang tidak berbeda nyata dengan A1 yaitu 13,11 cm, A0 yaitu
12,38 cm dan A2 yaitu 10,87 cm.
Pada media tanam top soil : pasir (1:3) (M3), panjang tunas tertinggi pada
A0 yaitu 15,11 cm yang tidak berbeda nyata dengan A1 yaitu 14,32 cm dan A2
yaitu 11,67 cm namun berbeda nyata dengan A3 yaitu 8,26 cm.
Hubungan antara panjang tunas dan konsentrasi growtone pada komposisi
media tanam umur 12 MST dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Hubungan antara panjang tunas dan konsentrasi growtone pada ...komposisi .media tanam umur 12 MST
Hubungan antara panjang tunas dan komposisi media tanam pada
konsentrasi growtone umur 12 MST dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Hubungan antara panjang tunas dan komposisi media tanam terhadap ..panjang tunas 12 MST .pada konsentrasi growtone
Diameter Tunas (mm)
Hasil pengamatan dan daftar sidik ragam diameter tunas 6, 8, 10 dan
12 MST disajikan pada lampiran 15-22. Dari hasil analisis sidik ragam terlihat
bahwa perlakuan konsentrasi growtone dan perlakuan media tanam berpengaruh
nyata pada diameter tunas. Namun interaksi perlakuan berpengaruh tidak nyata
terhadap parameter diameter tunas.
Rataan diameter tunas perlakuan konsentrasi growtone dan media tanam
umur 12 MST dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4...Diameter tunas (mm) pada perlakuan konsetrasi growtone dan perlakuan ...media tanam umur 12 MST
Keterangan :.Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom/baris antar perlakuan, menunjukkan ..berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5 %
Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa perlakuan konsentrasi growtone, diameter
tunas tertinggi pada A0 yaitu 4,73 mm yang tidak berbeda nyata dengan A3 yaitu
4,58 mm , A1 yaitu 4,45 mm, namun berbeda nyata dengan A2 yaitu sebesar 4,20
mm. Pada perlakuan media tanam, diameter tunas tertinggi pada M0 yaitu 4,94 mm
yang berbeda nyata dengan M1 yaitu 4,43 mm, M2 yaitu 4,43 mm dan M3 yaitu
sebesar 4,17 mm.
Hubungan antara diameter tunas dan konsentrasi growtone umur 12 MST
dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Hubungan antara diameter tunas dan konsentrasi growtone pada ...umur 12 MST
Hubungan antara diameter tunas dan komposisi media tanam umur
12 MST dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Hubungan antara diamater tunas dan komposisi media tanam pada ...umur 12 MST
Jumlah Daun (helai)
Hasil pengamatan dan daftar sidik ragam jumlah daun disajikan pada
lampiran 23-24. Dari hasil analisis sidik ragam terlihat bahwa perlakuan
konsentrasi growtone dan perlakuan media tanam berpengaruh tidak nyata pada
jumlah daun. Namun interaksi perlakuan berpengaruh nyata pada jumlah daun.
Rataan jumlah daun dari perlakuan konsentrasi growtone dan media tanam
dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5...Jumlah daun (helai) pada perlakuan konsentrasi growtone dan .media.tanam
Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa pada perlakuan tanpa pemberian growtone (A0),
jumlah daun tertinggi pada media tanam M0 yaitu 12,22 helai yang tidak berbeda
nyata dengan M1 yaitu 11,81 helai, M3 yaitu 9,03 helai dan M2 yaitu 6,92 helai.
Pada konsentrasi growtone 25 mg (A1), jumlah daun tertinggi pada media
tanam M2 yaitu 12,42 helai yang tidak berbeda nyata dengan M1 yaitu 11,42 helai,
M0 yaitu 9,74 helai dan M3 yaitu 8,83 helai.
Pada konsentrasi growtone 50 mg (A2), jumlah daun tertinggi pada media
tanam M0 yaitu 11,00 helai yang tidak berbeda nyata dengan M1 yaitu 9,30 helai,
M2 yaitu 8,50 helai dan M3 yaitu 7,33 helai.
Pada konsentrasi growtone 75 mg (A3), jumlah daun tertinggi pada media
tanam M2 yaitu 17,19 yang berbeda nyata dengan M1 yaitu 10,74 helai dan M3
yaitu 10,67 helai dan M0 yaitu 7,84 helai.
Pada perlakuan media tanam top soil : pasir (1:0) (M0), jumlah daun
tertinggi pada A0 yaitu 12,22 helai yang tidak berbeda nyata dengan A2 yaitu 11,00
helai, A1 yaitu 9,74 helai dan A3 yaitu 7,84 helai.
Pada media tanam top soil : pasir (1:1) (M1), jumlah daun tertinggi pada A0
yaitu 11,81 helai yang tidak berbeda nyata dengan A1 yaitu 11,42 helai, A3 yaitu
10,74 helai dan A2 yaitu 9,30 helai.
Pada media tanam top soil : pasir (1:2) (M2), jumlah daun tertinggi pada A3
yaitu 17,19 helai yang tidak berbeda nyata dengan A1 yaitu 12,42 helai namun
berbeda nyata dengan A2 yaitu 8,50 helai dan A0 yaitu 9,03 helai.
Pada media tanam top soil : pasir (1:3) (M3), jumlah daun tertinggi pada A3
yaitu 10,67 helai yang tidak berbeda nyata dengan A0 yaitu 9,03 helai, A1 yaitu
8,83 helai dan A2 yaitu 7,33 helai.
Hubungan antara jumlah daun dan konsentrasi growtone pada komposisi
Gambar 7. Hubungan antara jumlah daun dan konsentrasi growtone pada komposisi ...media tanam
Hubungan antara jumlah daun dan komposisi media tanam pada konsentrasi
growtone dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Hubungan antara jumlah daun dan komposisi media tanam pada ..konsentrasi growtone
Berat Segar Tajuk (g)
Hasil pengamatan dan daftar sidik ragam berat segar tajuk disajikan pada
konsentrasi growtone dan media tanam serta interaksi keduannya berpengaruh tidak
nyata pada berat segar tajuk.
Rataan berat segar tajuk dari perlakuan konsentrasi growtone dan media
tanam dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. .Berat segar tajuk (g) pada perlakuan konsentrasi growtone dan media tanam.
Konsentrasi Growtone
Media tanam
Rataan
M0 M1 M2 M3
A0 16,39 (4,02) 12,36 (3,50) 15,69 (3,89) 16,20 (3,97) 15,16 (3,85)
A1 13,36 (3,62) 21,48 (4,63) 15,07 (3,82) 11,41 (3,33) 15,33 (3,85)
A2 8,59 (2,91) 12,81 (3,52) 9,82 (3,03) 9,39 (2,96) 10,15 (3,10)
A3 12,48 (3,44) 14,69 (3,76) 17,09 (4,13) 16,70 (3,72) 15,24 (3,76)
Rataan 12,71 (3,50) 15,34 (3,85) 14,42 (3,72) 13,43 (3,49)
Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa perlakuan konsentrasi growtone, berat
segar tajuk cenderung tertinggi pada A1 yaitu sebesar 15,33 g diikuti oleh A3 yaitu
15,24 g, A0 yaitu 15,16 g dan terendah pada A2 yaitu sebesar 10,15 g. Pada
perlakuan media tanam, berat segar tajuk cenderung tertinggi pada M1 yaitu
15,34 g diikuti oleh M2 yaitu 14,42 g, M3 yaitu 13,43 g dan terendah pada M0
yaitu 12,71 g.
Berat Kering Tajuk (g)
Hasil pengamatan dan daftar sidik ragam berat kering tajuk disajikan pada
lampiran 29-32. Dari hasil analisis sidik ragam terlihat bahwa perlakuan
konsentrasi growtone dan media tanam serta interaksi keduanya berpengaruh tidak
nyata pada berat kering tajuk.
Rataan berat kering tajuk dari perlakuan konsentrasi growtone dan media
Tabel 7. Berat kering tajuk (g) pada perlakuan konsentrasi growtone dan media
Keterangan :.Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom/baris antar perlakuan, menunjukkan ..berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5 %
Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa pada perlakuan konsentrasi growtone,
berat kering tajuk tertinggi pada A3 yaitu 7,78 g yang tidak berbeda nyata dengan
A1 yaitu 7,34 g, A0 yaitu 6,26 g namun berbeda nyata dengan A2 yaitu 6,18 g.
Pada perlakuan media tanam, berat kering tajuk cenderung tertinggi pada M0 yaitu
7,03 g diikuti oleh M1 yaitu 6,95 g, M3 yaitu 6,89 g dan terendah pada M2 yaitu
6,68 g.
Hubungan antara berat kering tajuk dan konsentrasi growtone dapat dilihat
pada Gambar 9.
Gambar 9. Hubungan antara berat kering tajuk dan konsentrasi growtone
Berat Segar Akar (g)
Hasil pengamatan dan daftar sidik ragam berat segar akar disajikan pada
lampiran 33-36. Dari hasil analisis sidik ragam terlihat bahwa perlakuan
konsentrasi growtone dan media tanam serta interaksi keduannya berpengaruh tidak
nyata pada berat segar akar.
Rataan berat segar akar dari perlakuan konsentrasi growtone dan media
tanam dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. .Berat segar akar (g) pada perlakuan konsentrasi growtone dan media tanam
Konsentrasi Growtone
Media tanam
Rataan
M0 M1 M2 M3
A0 5,81 (2,40) 5,50 (2,33) 5,71 (2,27) 7,45 (2,67) 6,12 (2,42)
A1 6,08 (2,44) 4,83 (2,17) 6,08 (2,34) 6,83 (2,60) 5,95 (2,39)
A2 6,22 (2,34) 4,06 (1,99) 4,91 (2,16) 5,47 (2,21) 5,17 (2,18)
A3 10,69 (3,20) 8,26 (2,84) 11,79 (3,39) 5,90 (2,30) 9,16 (2,93) Rataan 7,20 (2,60) 5,66 (2,33) 7,12 (2,54) 6,41 (2,45)
Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa pada perlakuan konsentrasi growtone,
berat segar akar cenderung tertinggi pada A3 yaitu 9,16 g yang diikuti oleh A0
yaitu 6,12 g, A1 yaitu 5,95 g dan terendah pada A2 yaitu 5,17 g. Pada perlakuan
media tanam, berat segar akar cenderung tertinggi pada M0 yaitu sebesar 7,20 g
diikuti oleh M2 yaitu 7,12 g, M3 yaitu 6,41 g dan terendah pada M1 yaitu 5,66 g.
Berat Kering Akar (g)
Hasil pengamatan dan daftar sidik ragam berat kering disajikan pada
lampiran 37-40. Dari hasil analisis sidik ragam terlihat bahwa perlakuan
konsentrasi growtone dan media tanam serta interaksi keduannya berpengaruh tidak
nyata pada berat kering akar.
Rataan berat kering akar dari perlakuan konsentrasi growtone dan media
Tabel 9....Berat kering akar (g) pada perlakuan konsentrasi growtone dan media
Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa pada perlakuan konsentrasi growtone,
berat kering akar cenderung tertinggi pada A3 yaitu 3,36 g diikuti oleh A1 yaitu
2,58 g, A0 yaitu 1,92 g dan terendah pada A2 yaitu 1,61 g. Pada perlakuan media
tanam, berat kering akar cenderung tertinggi pada M2 yaitu 2,28 g diikuti oleh M1
yaitu 2,52 g, M0 2,27 g dan terendah pada M3 yaitu 1,20 g
Panjang Akar Lateral (cm)
Hasil pengamatan dan daftar sidik ragam panjang akar disajikan pada
lampiran 41-42. Dari hasil analisis sidik ragam terlihat bahwa perlakuan
konsentrasi growtone dan media tanam serta interaksi keduannya berpengaruh tidak
nyata pada panjang akar.
Rataan panjang akar dari perlakuan konsentrasi growtone dan media tanam
dapat dilihat pada Tabel 10.
Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa pada perlakuan konsentrasi growtone, panjang
akar cenderung tertinggi pada A3 yaitu 29,94 cm diikuti oleh A1 yaitu 27,49 cm,
A0 yaitu 26,11 cm dan terendah pada A2 yaitu 25,51 cm. Pada perlakuan media
tanam, panjang akar cenderung tertinggi pada M0 yaitu 28,43 cm diikuti oleh M2
yaitu 27,69 cm, M1 yaitu 26,72 cm dan terendah pada M3 yaitu 26,19 cm.
Volume Akar (cm3)
Hasil pengamatan dan daftar sidik ragam volume akar disajikan pada
lampiran 43-46. Dari hasil analisis sidik ragam terlihat bahwa perlakuan
konsentrasi growtone dan media tanam serta interaksi keduanya berpengaruh tidak
nyata pada volume akar.
Rataan volume akar dari perlakuan konsentrasi growtone dan media tanam
dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Volume akar (cm3) pada perlakuan konsentrasi growtone dan media ..tanam
Konsentrasi Growtone
Media tanam
Rataan
M0 M1 M2 M3
A0 6,33 (2,51) 5,33 (2,28) 5,33 (2,22) 7,47 (2,66) 6,12 (2,42)
A1 6,67 (2,55) 5,00 (2,21) 7,60 (2,56) 7,07 (2,61) 6,58 (2,48)
A2 6,40 (2,32) 3,88 (1,93) 5,33 (2,23) 5,67 (2,20) 5,32 (2,17)
A3 10,73 (3,22) 9,95 (3,12) 12,01 (3,42) 5,67 (2,20) 9,59 (2,99) Rataan 7,53 (2,65) 6,04 (2,39) 7,57 (2,61) 6,47 (2,42)
Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa pada perlakuan konsentrasi growtone, volume
akar cenderung tertinggi pada A3 yaitu 9,59 cm3 diikuti oleh A1 yaitu 6,58 cm3, A0 yaitu 6,12 cm3 dan terendah pada A2 yaitu sebesar 5,32 cm3. Pada perlakuan media
Pembahasan
Pertumbuhan stump karet (Hevea brassiliensis Muell.Arg) pada pemberian growtone
Berdasarkan hasil pengamatan dan sidik ragam diperoleh bahwa, pemberian
growtone berpengaruh nyata terhadap parameter persentase melentis, diameter
tunas dan berat kering tajuk.
Berdasarkan hasil pengamatan dan sidik ragam diperoleh bahwa, pemberian
growtone berpengaruh nyata terhadap parameter persentase bertunas, dimana
persentase bertunas terbaik pada perlakuan tanpa growtone A0 (0 mg) yaitu sebesar
41,67% dan terendah pada perlakuan konsentrasi growtone 75 mg (A3) sebesar
22,48%. Hal ini diduga terjadi karena jumlah zat pengatur tumbuh yang diberikan
masih kurang sesuai konsentrasinya. Selain itu cara pengaplikasian ZPT sangat
penting diperhatikan, mengingat pengaplikasian dengan cara pengolesan memiliki
resiko besar yaitu dapat mengakibatkan tidak meratanya ZPT. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Alfiansyah (2015) yang menyatakaan auksin eksogen dapat berperan
sebagai pemicu pembelahan, pembesaran dan pemanjangan sel apabila
pemberiannya berada pada batas konsentrasi optimium Rochiman dan Harjadi
(1973) menambahkan pemberian zpt dengan konsentrasi yang terlalu tinggi dapat
merusak dasar setek, pembelahan sel dan kalus yang berlebihan sehingga mencegah
tumbuhnya tunas dan akar. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Goenawan (2006)
yang menyatakan cara aplikasi dengan pengolesan diduga dapat mengakibatkan
pemberian ZPT yang menjadi tidak merata pada bagian akar tanaman. Berbeda
dengan cara perendaman, yaitu dimana akar tanaman direndam dalam larutan
Berdasarkan hasil pengamatan dan sidik ragam diperoleh bahwa, pemberian
growtone berpengaruh nyata terhadap parameter diameter tunas, dimana diameter
tunas tertinggi terdapat pada perlakuan pemberian growtone 75 mg (A3) yaitu 4,58
mm, perlakuan pemberian growtone berpengaruh nyata terhadap parameter berat
kering tajuk, dimana berat kering tajuk tertinggi pada pemberian growtone 75 mg
(A3) yaitu 7,83 g. Hal ini diduga karena dengan permberian growtone sebesar 75
mg, telah cukup optimal untuk merangsang penambahan diameter tunas dan berat
kering tajuk akar. Pemberian zat pengatur tumbuh dengan konsentrasi yang
optimum dapat meningkatkan sintesis protein yang digunakan sebagai bahan
penyusun organ tanaman seperti akar, batang dan daun. Sesuai dengan pernyataan
Pamungkas et al. (2006) yang menyatakan bahwa penambahan auksin eksogen di
akar akan meningkatkan tekanan turgor akar sehingga giberelin dan sitokinin
endogen di akar akan diangkut ke atas/bagian tajuk tanaman. Krisnamoorthy (1981)
mekanisme kerja auksin dalam mempengaruhi pemanjangan sel-sel tanaman dapat
dijelaskan sebagai berikut, auksin memacu protein tertentu yang ada di membran
plasma sel tumbuhan untuk memompa ion H+ ke dinding sel. Ion H+ ini
mengaktifkan enzim tertentu, sehingga memutuskan beberapa ikatan silang
hidrogen rantai molekul selulosa penyusun dinding sel. Sel tumbuhan, kemudian
memanjang akibat air yang masuk secara osmosis. Setelah pemanjangan, sel terus
tumbuh dengan mensintesis kembali material dinding sel dan sitoplasma.
Berdasarkan hasil pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa waktu
muncul tunas tercepat dan panjang tunas tertinggi terdapat pada konsentrasi
growtone 25 mg (A1). Hal ini dikarenakan pemberian ZPT yang mengandung
tunas, Hal ini sesuai pernyataan Darnell dkk. (1986) yang menyatakan bahwa salah
satu peran auksin adalah menstimulasi terjadinya perpanjangan sel. Pemberian
auksin eksogen akan meningkatkan aktifitas auksin endogen yang sudah ada pada
tanaman, sehingga mendorong pembelahan sel dan menyebabkan tunas muncul
lebih awal. Santoso dan Nursandi (2001) menambahkan bahwa auksin sebagai ZPT
yang dapat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman yaitu
mempengaruhi protein membran sehingga sintesis protein dan asam nukleat dapat
lebih cepat sehingga auksin dapat mempengaruhi pembentukan akar baru,
pembelahan sel dan pembentukan tunas. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan
Marchino (2011) yang menyatakan bahwa waktu tumbuh mata tunas bibit stum
mata tidur karet ada kaitannya dengan proses pembentukan dan perkembangan
akar. Apabila akar telah terbentuk dan berkembang dengan baik maka tunas juga
akan ikut terbentuk.
Berdasarkan hasil pengamatan dan sidik ragam diperoleh bahwa, pemberian
growtone tidak berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun, berat segar
tajuk, berat segar akar, berat kering akar, panjang akar lateral dan volume akar. Hal
ini dikarenakan ada banyak faktor yang mempengaruhi aktifitas ZPT sintetis seperti
jenis tanaman, fase/umur pertumbuhan, dan faktor lingkungan. Sesuai dengan
pernyatan Wattimena (1987) yang mengatakan bahwa faktor-faktor lain yang
mempengaruhi aktifitas dari auksin sintetik adalah: 1) kesanggupan senyawa untuk
dapat menembus lapisan kutikula atau epidermis yang berlilin; 2) sifat translokasi
didalam tanaman; 3) pengubahan auksin menjadi senyawa yang tidak aktif didalam
tanaman (destruksi atau pengikatan); 4) berinteraksi dengan hormon tumbuh
dan kelembaban). Didukung juga oleh pernyataan Suwasono (1989) yang
menyatakan bahwa faktor eksternal juga mempunyai peran penting dalam
keberhasilan perbanyakan setek seperti intensitas cahaya, kelembaban dan
temperatur. Flukstuasi temperatur dan kelembaban yang tinggi akan merusak
aktivitas hormon sebagai biokatalisator.
Pertumbuhan stump karet (Hevea brassiliensis Muell.Arg) pada pemberian media tanam
Berdasarkan hasil pengamatan dan sidik ragam diperoleh bahwa, perlakuan
media tanam berpengaruh nyata terhadap parameter persentase bertunas dan
diameter tunas.
Berdasarkan hasil pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa, perlakuan
pemberian media tanam berpengaruh nyata pada parameter persentase bertunas
dimana persentase bertunas tertinggi terdapat pada perlakuan top soil : pasir (1:1),
perlakuan media berpengaruh nyata pada diameter tunas, dimana diameter tunas
tertinggi terdapat pada perlakuan top soil : pasir (1:1). Hal ini disebabkan media
tanam top soil : pasir (1:1) merupakan media tanam yang mampu menyediakan
nutrisi, air, dan oksigen bagi tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Anisa
(2011) yang menyatakan bahwa, tanah dengan tata udara yang baik, mempunyai
agregat mantap, kemampuan menahan air yang baik dan ruang untuk perakaran
yang cukup merupakan media yang tepat. Dimana penggunaan media yang tepat
akan memberikan pertumbuhan yang optimal bagi tanaman. penambahan pasir
berfungsi untuk memperlancar laju air dan meningkatkan ruang pori tanah. Sesuai
dengan Zahari et.al (1995) bahwa kondisi air tanah yang cukup akan meningkatkan
laju pertumbuhan tanaman sebab pada keadaan tersebut oksigen dalam tanah