• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manfaat Klinis Sukralfat Secara Topikal Sebagai Terapi Iritasi Kulit Pada Peristoma

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Manfaat Klinis Sukralfat Secara Topikal Sebagai Terapi Iritasi Kulit Pada Peristoma"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN HASIL PENELITIAN TUGAS AKHIR PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS BEDAH DEPARTEMEN ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MANFAAT KLINIS SUKRALFAT SECARA TOPIKAL

SEBAGAI TERAPI IRITASI KULIT PADA

PERISTOMA

OLEH

FREDDY A E TAMBUNAN

PEMBIMBING

Prof Dr. Bachtiar Surya, SpB,KBD Dr. Asrul.S SpB,KBD

SUB BAGIAN BEDAH DIGESTIVE

DEPARTEMEN ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

LAPORAN HASIL PENELITIAN

2. Pembimbing Penelitian

a. Nama Lengkap : Prof Dr. Bachtiar Surya, SpB,KBD b. Golongan/ Pangkat/NIP : IVb / Pembina Tingkat I/ 130344807

c. Jabatan : Kepala Sub Bagian Bedah Digestif FK-USU

a. Nama Lengkap : Dr. Freddy.A.E.Tambunan b. Jenis kelamin : Laki-laki

c. Golongan/ Pangkat/NIP : - d. Jabatan Fungsional : PPDS

e. Fakultas/Jurusan : Kedokteran/Ilmu Bedah

4. Lokasi Penelitian : Rumah Sakit Pendidikan FK-USU 5. Lama Penelitian : 3 (tiga) bulan

Medan, September 2008

Peneliti Pembimbing

(3)

Diketahui Oleh :

Ketua Departemen Ilmu Bedah Ketua Program Studi Ilmu Bedah FK-USU FK-USU

(4)

SUDAH DIPERIKSA HASIL PENELITIAN

JUDUL : MANFAAT KLINIS SUKRALFAT SECARA TOPIKAL SEBAGAI TERAPI IRITASI KULIT PADA PERISTOMA

PENELITI : dr. FREDDY A.E.TAMBUNAN DEPARTEMEN : ILMU BEDAH FK USU

INSTITUSI : UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN, SEPTEMBER 2008 KONSULTAN

METODOLOGI PENELITIAN

FAKULTAS KEDOKTERAN USU MEDAN

(5)

DAFTAR ISI

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian 6

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian 10

4.1.1 Demografi dan Diagnosa Klinis objek Penelitian 10

(6)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

karena atas berkatnya-Nya jualah saya berkesempatan mengikuti

program pendidikan dokter spesialis bedah di Departemen Ilmu

Bedah FK-USU Medan, serta kesempatan yang diberikan –Nya untuk

dapat menyusun dan menyelesaikan penelitian ini sebagai salah satu

syarat akhir pendidikan .

Rasa hormat dan terima kasih saya sampaikan kepada Prof

Dr. Bachtiar Surya, SpB,KBD (K) Ketua Sub Departemen Bedah

Digestive yang juga sebagai pembimbing penelitian, yang

senantiasa memberi bimbingan dalam penulisan karya tulis ini

sehingga penelitian ini dapat diselesaikan .Ucapan terima kasih saya

sampaikan kepada dr.Asrul S SpB,KBD atas bimbingan dan

bantuannya dalam pelaksanaan penelitian ini.

Ucapan terima kasih dan penghargaan saya sampaikan

kepada Prof. dr.Aznan Lelo, PhD, SpFK, sebagai konsultan

metodologi penelitian, yang telah meluangkan waktu membantu

menyelesaikan penelitian ini.

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Prof dr.Bachtiar

Surya SpB-KBD sebagai KetuaDepartemen Ilmu Bedah, dr Emir

Taris Pasaribu SpB(K)Onk, sebagai Ketua Program Studi Ilmu

Bedah, dr.Asrul Simangunsong, SpB-KBD, sebagai Sekretaris

Program Studi Ilmu Bedah dan dr.Erjan Fikri, SpB, SpBA,sebagai

Sekretaris Departemen Ilmu Bedah, yang telah memberi kesempatan

kepada penulis untuk dapat mengikuti program pendidikan ini.

Rasa hormat dan terima kasih saya sampaikan kepada

guru-guru saya : Dr. dr. Humala Hutagalung, SpB(K)Onk; Prof.dr.Hafas

Hanifiah,SpB,SpOT(K)FICS; Prof. dr. Adril A.Hakim, SpS, SpBS(K);

Prof.dr. Usul M. Sinaga, SpB(K)Finacs; Prof.dr. Gofar

Sastrodiningrat, SpBS(K); Prof. Dr. dr. Iskandar Japardi, SpBS(K); dr.

(7)

SpB, SpBTKV; dr.Ronald Sitohang, SpB; dr. Bungaran Sihombing,

SpU; dr. Marshal, SpB, SpBTKV; dr.Riahsyah Damanik, SpB(K)Onk;

dr.Chairiandi Siregar,SpOT; dr. Edy Sutrisno, SpBP; dr. Syah Mirsa

Warli, SpU; dr. Liberty Sirait, SpB-KBD; dr. Tiur Purba, SpB;

dr.Supredo Kembaren, SpB; dr. Nino Nasution,SpOT; dr. Husnul

Fuad Albar, SpOT; dr. Frank Bietra Buchari, SpBP ;dr Rida

Darmajaya SpBS ;dr Mahyudanil SpBS;dr Budi Irwan SpB-KBD dan

lain-lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang tanpa

pamrih telah memberikan bimbingan , koreksi dan saran-saran

kepada saya selama mengikuti program pendidikan ini.

Ucapan terima kasih dan penghargaan juga saya sampaikan

kepada senior-senior yang lebih dahulu menyelesaikan program

pendidikan dan teman-teman peserta program pendidikan, yang

bersama-sama menjalani suka duka selama pendidikan .

Rasa syukur dan terima kasih sebesar-besarnya saya

persembahkan untuk kedua orang tua saya tercinta, ayahanda ( Alm

M.W.Tambunan dan Ibunda S.M.br.Panjaitan atas segala jerih

payah dan pengorbanan beliau berdua dalam mengasuh,

membimbing dan mendidik saya. Demikian halnya kepada kedua

mertua saya Drs.H.A.P Siburian dan K. Sianturi B.A yang senantiasa

memberikan semangat dan nasehat. Demikian juga kepada adik dan

kakak ipar saya yang telah banyak memberi bantuan moral maupun

materil selama saya mengikuti program pendidikan ini.

Terima kasih yang tak terkira kepada istriku tercinta dr.

Karolina R.Siburian dan anak-anakku Amanda Geovanny Tambunan

dan Lidwina Cornelia Tambunan atas segala pengertian , dorongan

semangat, kesabaran dan kesetiaan dalam segala suka duka

mendampingi saya selama menjalani masa pendidikan yang panjang

dan melelahkan ini.

Akhirnya hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa jualah kita

kembali, semoga kita senantiasa diberi limpahan rahmat dan

Karunia-Nya, Amin.

(8)

ii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Reseksi usus bisa berlanjut dengan suatu tindakan pembuatan stoma

tergantung pada panjang dan segmen usus yang dibuang. Kantong stoma

dibuat sebaik mungkin sehingga pasien merasa hidup seperti keadaan

normal. Kegagalan dalam menggunakan kantong stoma dapat mengganggu

kesehatan dan stoma pasien.

Beberapa masalah dikulit bisa timbul akibat penggunaan kantong

stoma dan bahan perekatnya. Problemnya dari mulai gangguan fungsi usus

sampai gangguan pada kulit akibat kantong stoma. Pasien yang telah

menjalani pembuatan stoma akan dapat beradaptasi dengan keadaannya dan

dapat menerimanya melalui rehabilitasi dan dapat kembali kelingkungannya.

Latar belakang kultural memainkan peranan penting dalam kehidupan pasien

meliputi kepercayaan personal atau agama, persepsi, kebiasaan, dan sikap

mereka terhadap penyakitnya.

Beberapa problem yang sering dihadapai pada perawatan stoma

antara lain berupa retraksi stoma, luka dikulit, hernia peristoma, prolaps dan

stenosis. Kelainan pada kulit dapat berupa ekskoriasi kulit, gatal, nyeri, dan

infeksi.

Lokasi dari stoma menentukan jenis isi dan cairan usus yang keluar

(9)

yang bersifat korosif. Sedangkan kolon kurang menimbulkan masalah dan

kurang merusak.

Saat ini banyak bahan yang dapat digunakan untuk melindungi kulit

dan memberikan kwalitas hidup yang lebih baik pada pasien.

Pada tahun 2000 CC Lyon dkk menggunakan sukralfat pada

perawatan kulit peristomal. Pada tahun 2002 di “Plastic surgery Center, Xijing

Hospital, Fourth Military, Medical University, China melakukan studi pada

hewan dengan menggunakan sukralfat untuk melihat penebalan serabut

kolagen, densitas fibroblast dan peningkatan kapiler.

S.Mantoo dan VK Raina dari Departemen Bedah,”Medical College”

Jabalpur India yang dipublikasikan 1 Mei 2005 menggunakan sukralfat pada

perawatan ekskoriasi peristomal dan perineal dan ekskoriasi disekitar fistula

gastrointestinal. Pasien yang mendapat terapi dengan sukralfat topikal

mengalami respon yang baik terhadap iritasi yang terjadi dan lebih dari 90 %

mengalami complete healing.

Sukralfat dibandingkan dengan bahan lain seperti alumunium paint and

siloderm ointment memiliki efek terapi yang lebih baik .

Sukralfat juga memiliki sifat non toxic dan non alergi walaupun

digunakan dalam waktu yang cukup lama serta complete re-epitelisasi lebih

dari 90 %.

Selain itu sukralfat juga memiliki harga yang cukup murah dan mudah

di dapat.

1.2 . Perumusan Masalah

Bedasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan, dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah suralfat bermanfaat dalam

(10)

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui manfaat klinis sukralfat dalam perawatan stoma

1.4. Manfaat Penelitian

1. Manfaat ilmiah : Mengetahui manfaat klinis sukralfat dalam

mengatasi iritasi kulit peristoma.

2. Manfaat praktis : sukralfat sebagai obat lambung yang dapat

digunakan untuk mengatasi iritasi kulit peristoma yang harganya

murah, aman dan mudah didapatkan.

1.5 Kontribusi Penelitian

Diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan calon

Ahli bedah tentang sukralfat sebagai obat lambung yang dapat

digunakan untuk mengatasi iritasi kulit peristoma yang harganya

(11)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Sucralfate merupakan bahan yang telah lama digunakan dalam

pengobatan kelainan dilambung. Efektif dalam penyembuhan ulkus duodeni,

tapi semakin jarang digunakan setelah adanya obat-obatan yang lebih efektif

(seperti proton pump inhibitors) yang telah berkembang penggunaannya.

Diketahui bahwa sukralfat mempunyai efek secara local yang lebih

baik, dari pada aksi sistemik.Secara kimiawi sucralfate merupakan gabungan

dari gula disakarida, sukrosa, dikombinasi dengan sulfat dan aluminium. Pada

larutan asam (seperti asam lambung) sukralfat membentuk suatu “thick paste”

yang mempunyai suatu “strong negative charge”.

Mekanisme kerja sukralfat

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kerjanya. Sucralfate, with its

strong negative charge, binds to exposed positively-charged proteins at the

base of ulcers. Dengan cara ini, sukralfat melapisi ulkus dan membentuk

suatu “physical barrier” yang melindungi permukaan ulkus dari injuri lebih

lanjut oleh asam dan pepsin. Sukralfat secara langsung menginhibisi pepsin

(suatu enzim yang merusak protein) bersamaan dengan asam lambung dan

ikatan garam empedu yang berasal dari melalui empedu juga melindungi

dinding lambung dari injuri yang disebabkan oleh asam empedu. Sukralfate

dapat meningkatkan produksi prostaglandin , dan prostaglandin diketahui

(12)

dan “fibroblast growth factor”, keduanya mempertinggi mekanisme perbaikan

dan pertumbuhan dari dinding lambung.

Ileostomi suatu tindakan membuka ileum yang umumnya dilakukan

paling tidak 20 cm dari “ileocaecal junction”..Usus halus dilekatkan pada

dinding abdomen dengan maksud untuk mem-by pass usus besar, sisa hasil

percernaan keluar dari tubuh melallui lubang yang disebut stoma. Ileostomy

merupakan pembukaan secara temporer atau permanent antara ileum dan

dinding abdomen.

Temporer ileostomy direkomendasikan untuk pasien yang menjalani

operasi pengambilan 1 segmen dari saluran cerna. Sehingga dapat

memberikan waktu sementara bagi usus untuk sembuh tanpa stress dari

system pencernaan. Ileostomi sering diletakkan di fossa iliaka kanan. Feses

yang keluar dikenal dengan “effluent” yang sangat lembut dan encer dan

memerlukan perawatan yang harus di kosongkan sampai 6 kali sehari.

Sering pada pasien yang menjalani pengangkatan kolon total, pasien

bisa mengalami masalah penyerapan cairan dan dehidrasi pada

minggu-minggu awal setelah operasi. Keluarnya cairan dari ileostomi setelah

pembedahan dapat mencapai 1500 cc perhari yang mengandung sejumlah

besar garam. Pengeluaran cairan secara bertahap akan berkurang hingga

600 – 800 cc perhari.

Colostomy adalah suatu tindakan membuka dan mengeluarkan

bagian dari Colon baik colon Asenden,Tranversum, Desendens maupun

Colon Sigmoid. Colostomy dapat bersifat sementara ataupun permanent.

Trauma colon dan kelainan Congenital merupakan salah satu colostomy

sementara. Dan operasi dari tumor Rektum sering menjadi indikasi

colostomy permanent.

Pada stoma masalah kulit merupakan komplikasi yang sering dijumpai.

(13)

emergensi kulitnya selalu sehat. Beberapa hari pasca operasi atau beberapa

waktu setelah dirumah sejumlah pasien mengeluhkan masalah dikulit.

Kadang pasien mengalami dermatitis alergi yang bisa sebagai akibat

hipersensitif terhadap bahan plastik dan perekat kantong stoma ataupun oleh

karena iritasi langsung. Perubahan pada kulit berhubungan dengan usia,

stres dan penyakitnya sendiri. Hal ini disebabkan oleh perubahan

(14)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian

Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan Rancangan Penelitian

Experimental Pre dan Post pemberian Sukralfat.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Sub.bagian Bedah Digestive Rumah Sakit Haji

Adam Malik Medan dan Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan dan Rumah sakit

jejaring. Waktu penelitian dilakukan bulan Maret 2008 – Juni 2008.

3.3. Objek Penelitian

3.3.1. Sampel

Semua subyek yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan

dimasukkan dalam penelitian selama periode Maret 2008 – Juni 2008

3.3.2. Kriteria Inklusi

Pasien pada sub bagian bedah digestive yang menjalani operasi

dengan pembuatan stoma di dinding perut yang disertai iritasi kulit peristoma.

3.3.3. Kriteria Eksklusi

- Pasien-pasien dengan penyakit penyerta

seperti : - Diabetes Mellitus

(15)

- Pasien - pasien yang mendapat terapi kortikosteroid

- Pasien-pasien yang sedang menjalani Kemoterapi

- Pyoderma ganggrenosum

3.4. Cara Kerja

Semua subjek peneltian dicatat identitasnya dan dilakukan pencatatan

iritasi kulit peristoma yang terjadi serta diukur diameter luas hiperemis dalam

cm, dan nyeri. Pada daerah yang mengalami komplikasi diberikan sukralfat

sirup setiap 6 jam (4 kali sehari) dan diikuti perubahan yang terjadi selama 7

hari pemberian.

Cara pemberian sukralfat yaitu : daerah peristoma yang mengalami

iritasi dibersihkan dari sisa effluen atau feses dengan mempergunakan NacCl

0,9% sampai bersih. Kemudian seluruh daerah yang mengalami iritasi diolesi

sukralfat sirup dengan mempergunakan cotton bath.

Sebelum dimasukkan dalam penelitian, subjek yang bersedia

dimintakan izin kepada orang tua/wali, setelah diberitahukan maksud, tujuan

dan cara-cara penelitian dengan jelas. Orang tua atau wali diminta

menandatangani formulir izin.

3.5. Batasan Operasional

Bahan :

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sukralfat sirup.

Defenisi operasional :

Yang dimaksud dengan iritasi peristoma adalah komplikasi pada

temuan pasca pembuatan stoma, dimana dinyatakan dengan adanya

simptom dan temuan sebagai berikut :

- Adanya hiperemis (warna kemerahan) dikulit disekitar stoma ( dalam mm )

- Adanya rasa nyeri dikulit sekitar stoma ( VAS )

(16)

Stoma yang dimaksud dalam penelitian ini adalah semua periostoma

baik dari usus halus (ileostomy dan jejenostomy) dan colostomy

3.6. Alur Penelitian

Alur penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Pasien yang telah menjalani

operasi pembuatan stoma

usus

Dilakukan pemeriksaan

iritasi kulit diperistoma

Dioleskan sukralfat bentuk

sirup sebanyak 4 kali sehari

diatas daerah peristoma yang

mengalami komplikasi

(17)
(18)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil penelitian

Penelitian dilakukan selama 3 bulan dari awal April 2008 sampai akhir Juni 2008

, dan terkumpul 13 sampel ,dimana diberikan sukralfat syrup pada daerah yang

mengalami iritasi. Dari sampel yang ada, dilakukan pengamatan dan pencatatan

terhadap perubahan rasa nyeri dan luas hiperemis yang terjadi dari hari ke hari.

4.1.1.Demografi dan Diagnosa Klinis objek Penelitian

Data demografi dan diagnosa klinis dari objek penelitian terlihat pada tabel di

bawah ini .( Tabel 4.1 )

Tabel 4.1. Demografi dan Diagnosa Klinis objek Penelitian

Laki-laki Perempuan Total

(19)

Pada tabel 4.1 rentang umur pasien antara 10 tahun sampai 73 tahun dengan

usia rata-rata 29,7 dengan Standard Deviasi 16,64. Pada Laki laki di dapati rata-rata

usia 29,9 dengan standart deviasi 18,08 dan perempuan didapati usia rata-rata 29,7

dengan standart deviasi 13,75.

Pasien dengan Adeno Ca Colon sebanyak 3 orang ( 2 laki-laki,1 perempuan ),

perforasi caecum 2 orang ( 1 laki-laki,1 perempuan ), Hernia Inguinalis Lateralis

Strangulata 2 orang ( laki-laki ), Colitis 1 orang laki-laki, Protective Ileostomy 1 orang,

Thypoid Perforasi 1 orang laki-laki, ileum Tumor 1 orang laki-laki, Enterocutaneus fistel

1orang laki-laki, ileus Obstruksi 1 orang perempuan.

4.1.2.Perbedaan rata-rata skor nyeri dan diameter Hiperemis

Variabel yang dinilai dan dicatat pada penelitian ini adalah efek iritasi yang

terjadi pada peristoma yaitu rasa nyeri dan hiperemis. Dimana rasa nyeri dinilai dengan

mempergunakan Visual Analog Score ( VAS ) dan pengukuran hiperemis yang terdapat

pada peristoma dengan satuan milimeter ( mm ). Hasil penelitian dapat dilihat pada

tabel di bawah ini.

Tabel 4.1. 2. Perbedaan rata-rata skor nyeri dan diameter Hiperemis berdasarkan pasien pertama datang dan pemberian sukralfat topikal dari hari ke-1 sampai

(a) Uji Kruskal Wallis

(20)

Pada tabel 4.1.2 diperoleh hasil Uji Kruskal Wallis dan ANOVA adalah Signifikan. ( P

< 0,05 ). Yang artinya ada perubahan rata-rata score nyeri dan diameter hiperemis

yang bermakna sebelum dan sesudah pemberian topikal sukralfat pada periostoma

yang mengalami iritasi.

4.1.3 Korelasi antara hari ke-0 sampai hari ke-7 setelah pemberian Topikal

Sukralfat terhadap rasa nyeri dan diameter Hiperemis.

Untuk melihat perbedaan rata-rata yang manasajakah yang mengalami perbedaan

yang bermakna dari hari ke hari baik nyeri maupun ukuran diameter hiperemis kulit di

sekitar periostoma ,dilakukan dengan Uji Komperasi Berganda,LSD seperti yang

terlihat dari tabel di bawah ini. ( Tabel 4.1.3 )

Tabel 4.1.3 Korelasi antara hari ke-0 sampai hari ke-7 setelah pemberian Topikal Sukralfat setelah pemberian Topikal Sukralfat.

(21)

H7 S S

NS : Non Signficans S : Significans

Dari tabel 4.1.3 dengan Uji Komperasi Ganda (LSD ) terlihat korelasi antara hari ke-0

sampai hari ke-7 setelah pemberian sukralfat topikal.

Dari hari ke-0 sampai hari ke-7 terlihat signifikansi terhadap rasa nyeri telah terlihat

pada Hari ke-4. Pada hari ke-1 sampai hari ke-7 terlihat signifikansi telah terihat pada

Hari ke-3. Pada hari ke-2 sampai hari ke-7 terlihat signifikansi telah terlihat pada hari

ke-4. Pada hari ke-3 sampai hari ke-7 terlihat signifikansi telah terlihat pada hari ke-3.

Pada hari ke-4 sampai hari ke-7 tidak terlihat perubahan yang signifikans dari rasa

nyeri. Pada hari ke-5 sampai hari ke-7 tidak terlihat perubahan yang signifikan. Pada

hari ke-6 sampai hari ke-7 tidak terlihat perubahan yang signifikansi .

Dari hari ke-0 sampai hari ke-7 terlihat signifikansi terhadap diameter Hiperemis telah

terlihat pada Hari ke-4. Pada hari ke-1 sampai hari ke-7 terlihat signifikansi telah terihat

pada Hari ke-4. Pada hari ke-2 sampai hari ke-7 terlihat signifikansi telah terlihat pada

hari ke-5. Pada hari ke-3 sampai hari ke-7 terlihat signifikansi telah terlihat pada hari

ke-6. Pada hari ke-4 sampai hari ke-7 terlihat perubahan yang signifikans dari

diameter hiperemis pada hari 7. Pada hari ke-5 sampai hari ke-7 terlihat perubahan

yang signifikan pada hari ke-7. Pada hari ke-6 sampai hari ke-7 tidak terlihat perubahan

(22)

0

1

2

3

4

5

6

7

hr 0 hr 1 hr 2 hr 3 hr 4 hr 5 hr 6 hr 7

VAS

Gambar 1, Perubahan intensitas nyeri (VAS) menurut waktu sebelum dan sesudah pemberian

topikal Sukralfat pada peristoma,

Pada gambar 1 perubahan intensitas rasa nyeri yang bermakna,berukuran ( P< 0,05 )

pada tiap pasien yang telah dimulai pada hari ke -3 , dan di hari selanjutnya mengalami

penurunan rasa nyeri samai hari ke-5. Pemberian Sukralfat secara Topikal

(23)

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

hari 0 hari 1 hari 2 hari 3 hari 4 hari 5 hari 6 hari 7

mm

Gambar 2., Perubahan ukuran hiperemis menurut waktu sebelum dan sesudah pemberian

topikal Sukralfat pada peristoma,

Pada gambar 2. Penurunan ukuran hiperemis yang bermakna berukuran ( P < 0,05 )

pada setiap pasien dimulai pada hari ke -4 sampai hari ke-6 pasca pemberian

pengobatan. Pemberian Sukralfat secara Topikal memberikan penurunan diameter

hiperemis yang bermagna pada ke-13 kasus yang ada.

4,2 Pembahasan

Dari data yang diperoleh didapatkan 9 macam penyakit penyebab dilakukannya

tindakan stoma pada usus halus seperti dibawah ini :

1. Colitis : 1

2. Perforasi caecum : 2

3. Adeno Ca colon : 3

(24)

5. Hernia Inguinalis Lateralis strangulata : 2

6. Typhoid perforasi : 1

7. Ileum Tumor : 1

8. Enterocutaneus Fistel Post Appendectomy : 1

9. Ileus Obstructive d/t adhesion : 1

Dari data diatas, tindakan ileostomy yang paling banyak dilakukan adalah yang

disebabkan oleh Adeno karsinoma kolon dan Hernia inguinalis Lateralis strangulata

dan perforasi caecum .

Keadaan yang menyebabkan dilakukannya pembuatan stoma usus halus oleh

karena Hernia Strangulata dijumpai kondisi usus yang oedem, tidak viable, dan

kontaminasi abdomen yang hebat ( peritonitis ). Diharapkan dengan melakukan

ileostomy akan memberi kesempatan intestine dan cavum abdomen menjadi lebih baik.

Dan akan akan dilakukan anastomose kemudian setelah kondisi pasien lebih baik.

Perforasi caecum didasarkan pada keadaan umum penderita seperti adanya

kondisi shock, dan keadaan lokal seperti kontaminasi abdomen yang sangat hebat,

trauma usus yang berat, Pada caecum yang disertai kondisi umum penderita yang

kurang baik serta kontaminasi usus yang hebat sangat berbahaya untuk melakukan

anastomose.

Pada adenokarsinoma kolon umumnya disebabkan oleh karena sudah terjadinya

perforasi pada kolon dan adanya kontaminasi cavum abdomen oleh isi intestine.

Demam Typoid adalah demam yang disebabkan oleh salmonella thypii, yang

disebabkan penyebaran organisme dari jaringan limfe ke saluran darah dan di tandai

dengan demam yang terus menerus,rush, splenomegali, limfadenopati, leukopeni dan

komplikasi yang lainnya. Demam thypoid masih merupakan masalah kesehatan yang

berat yang berkembang di seluruh bagian bumi, dengan perkiraan insidens

540/100.000. salah satu penyebab kematian yang paling banyak dari thypoid fever

adalah perforasi intestinal. Ada beberapa macam penanganan pada perforasi typoid :

1. Penutupan primer dari perforasi, apakah satu lapisan atau beberapa lapis.

(25)

3. End Ileostomy dan mukosa fistula ( dengan atau tanpa reseksi )

4. Tube Ileostomy.

Hasil observasi menunjukkan bahwa ileostomy adalah pilihan yang lebih baik dari

pada penutupan primer. Keadaan umum penderita seperti adanya kondisi shock, dan

kontaminasi abdomen yang hebat, trauma usus yang berat, Pada perforasi thypoid

yang disertai kondisi umum penderita yang kurang baik serta kontaminasi usus yang

hebat sangat berbahaya untuk melakukan anastomose dan juga ditambah keadaan

perforasi yang sudah berlangsung beberapa hari.

Enterokutaneus fistel adalah adanya hubungan antara saluran cerna dengan

kulit, Baik antara small intestine dengan kulit maupun large intestine dengan kulit.

Etiology kebanyakkan oleh karena post operative dengan infeksi rongga perut, cancer

ataupun lisis dari anastomose intestine dan radiasi, Pada kasus di atas terjadi spontan

enterokutaneus fistel pada kasus post appendectomi patofisiologi dapat terjadi oleh

karena adanya microperforasi yang menyebabkan adanya koleksi abses yang

selanjutnya menjadi fistula.

Penutupan spontan dari fistula dapat terjadi pada low out put selama ± 8 minggu,

Dimana asupan makanan dan elektrolit seimbang. Pada pasien dengan high out put

akan sulit diharapkan untuk menutup spontan, Pada kasus pasien yang diteliti ini di

dapati kondisi usus yang tidak ideal untuk dilakukan anastomose dimana terdapat usus

yang oedem dan cavum abdomem yang terkontaminasi dari cairan fistula,

Colitis adalah suatu keadaan medis yang penanganannya ditangani dengan

pembuangan usus besar. Colitis Ulceratif muncul ketika sistem kekebalan tubuh

menyerang sel disepanjang usus besar, yang menyebabkan inflamasi dan kerusakan

jaringan. Pasien dengan colitis ulcerative sering dengan keluhan sakit, gerakkan usus

yang cepat, kotoran berdarah dan hilang selera makan. Penanganannya adalah

ileostomy terhadap pasien yang tidak respon terhadap terapi medis ataupun diet.

Dimana terjadi peradangan pada usus besar, Pada kasus yang didapati telah terdapat

perforasi dari colon sehingga membuat kondisi intestine mengalami oedem. Dalam

kondisi seperti ini tidak ideal untuk dilakukan anastomose, Maka dilakukan tindakan

(26)

Sedang pada Ileus Obstructive dan hernia Strangulata dilakukan pembuatan

stoma karena bagian usus yang terjepit tidak viabel lagi dan kondisi umum penderita

(27)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Sukralfat mempunyai manfaat klinis dalam mengatasi rasa nyeri peristoma usus

halus,

2. Pengurangan rasa nyeri (VAS ) mulai bermakna ( P < 0,05 ) setelah hari ke-3

pengobatan sampai hari ke-5 pengobatan.

3. Sukralfat mempunyai manfaat klinis dalam mengatasi hiperemis peristoma usus

halus.

4. Pengurangan hiperemis ( mm) mulai bermakna ( P < 0,05 ) setelah hari ke -4

pengobatan samapai hari ke-6 pengobatan.

5.2 Saran

1. Diharapkan kedepan dilakukan penelitian dengan kasus yang lebih banyak dan

follow up yang lebih komplit,

2. Diharapkan penelitian ini dilanjutkan dengan membandingkan manfaat klinis

sukralfat dengan kontrol dalam perawatan iritasi peristoma,

(28)

DAFTAR PUSTAKA

Black P K, The management fistulas and large wounds, Dalam : HOLISTIC Stoma Care: Bailliere Tindall, 2000 p 91 – 98

Hu YL, Guo SZ, Yan PS, Effect of local application of basic fibriblast growth factor and sucralfate on skin tissue structure after expansion, Yal an Hu @ 163, com,

Ostrzenski A, Laparoskopic intestinal injury : A review and case presentation; Journal of the National Medical Association 2001;93,11:440-3

Lieneman A, Sprerenger D, Steiz HO, Korell M, Reiser M, Detection and mapping of intraabdominal adhesions by using funcional cine MR iamaging : preliminary results; Radiology 2000;217(2):421-5

Tan HL, Reduction in visceral slide is agood sign of underlying postoperative visceroparietal adhesions in chlidren; J Peddiatric Surgery 2003;38(5):714-6 Lorenz EPM, Zuhlke HV, Lange R, Savvas V, Pathophysiology and classification of adhesions, Dalam : Treutner KH, Schumpelick V, penyunting, Peritoneal adhesions, Berlin; Springer 1997 h 29-34

Thompson JN, Whawell SA, Scott-Coombs, Peritoneal fibrinolysis and its role in adhesion formation Dalam : Treutner KH, Schumpelick V, penyunting, Peritoneal adhesions, Berlin; Springer 1997 h138 – 45

Conze J, Truong S, Schumpelick V, Value of ultrasonography in diagnosis of peritoneal adhesions, Dalam : Treutner KH, Schumpelick V, penyunting, Peritoneal

adhesions, Berlin; Springer 1997 h163-71

Pusponegoro HD, Wirya IGNW, Pujiadi AH, Bisanto J, Zulkarnain SZ, Uji diagnostik, Dalam : Sastroasmoro S, Ismael S, penyunting, Dasar-dasar metodologi penelitian klinis, edisi ke-2, Jakarta: Sagung seto; 2002, h 166-85

Adenocarsinoma and high grade dysplasia of a Brooke Ileostomy decades after total proctocolectomy The American Journal of Management care.

Khalid Shazad,Irfan Akhtar Outcame of Ileostomy in Cases of Thypoid Perforation Presenting After 48 Hours, Deparemen of Surgery Unit, Holy Family Hospital, Rawalpindi. December 2004 : 17-9

(29)

Gambar

Gambar 1: Alur Penelitian
Tabel  4.1. Demografi dan Diagnosa Klinis objek Penelitian
Tabel 4.1. 2.                     pertama datang dan pemberian sukralfat topikal dari hari ke-1 sampai                     dengan hari ke-7
Tabel 4.1.3  Korelasi antara hari ke-0 sampai hari ke-7 setelah pemberian Topikal                    Sukralfat setelah pemberian Topikal Sukralfat
+3

Referensi

Dokumen terkait

Desain Menu Petty Cash Pengembalian Kas Kecil Sistem Informasi Akuntansi Pengeluaran Kas Kecil di PT Kopolco Indonesia. Pada

1) Sel mengandung reseptor bagi hormon dalam membran plasma. 2) Penggabungan hormon dengan reseptornya dalam membran plasma dapat merangsang siklase adenil yang juga

Enam objektif digariskan iaitu;i mengenalpasti Dimensi Tempat, ii Dime Koleksi, Hi Dimensi Capaian,iv Dimensi Kebolehpercayaan, dan v mengenalpasti Dimensi Empati yang menyumbang

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat dikemukakan sebuah simpulan yaitu pelaksanaan program pendidikan inklusif di SDN 20 Mataram menggunakan kurikulum 2013,

Dalam era pasr bebas tidak hanya barang –    barang dari luar negeri yang masuk  Indonesia, tetapi ideologi dan budaya ikut masuk memengaruhi kebijakan politik dan

1. Meningkatkan kualitas audit melalui pengawasan yang tepat serta pelatihan pada FK-SPI, Yayasan Internal Auditor atau BPKP dan Diklat PDAM Kota Bandung.

Hasil penelitian Mualim (2009) menunjukkan bahwa K merupakan faktor pembatas produksi umbi (panjang, bobot basah, dan bobot kering) pada petak perlakuan saat

Pencon bagian depan dari kuningan, bagian bahu dari besi dicat dengan Brom warna kuning emas, rancakan diberi list dengan brom warna kuning emas wilahan dari kayu berlian yg