• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Awal dan Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Biji Kopi di Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan Awal dan Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Biji Kopi di Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

PERANCANGAN AWAL DAN ANALISIS KELAYAKAN

USAHA PENGOLAHAN BIJI KOPI DI KABUPATEN BENER

MERIAH PROVINSI ACEH

KHOIRUNNISA HERDYANTI

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perancangan Awal dan Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Biji Kopi di Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

KHOIRUNNISA HERDYANTI. Perancangan Awal dan Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Biji Kopi di Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh. Dibimbing oleh SETYO PERTIWI.

Kopi termasuk komoditas perkebunan yang banyak diperdagangkan di dunia internasional dan dapat berperan sebagai sumber devisa negara. Kabupaten Bener Meriah merupakan salah satu sentra produksi kopi di Provinsi Aceh. Daerah ini merupakan daerah yang kaya akan hasil kopinya, namun demikian masyarakatnya kurang berdaya akan limpahan kopinya karena sistem perdagangan yang ada masih dikendalikan oleh para tengkulak. Tujuan penelitian ini adalah untuk merancang usaha pengolahan kopi gelondong menjadi kopi beras dan menganalisis kelayakan finansial usaha pengolahan biji kopi. Pada usaha pengolahan biji kopi ini daerah yang menjadi alternatif pendirian pabrik yaitu di Desa Pondok Gajah Kecamatan Bandar. Pabrik dirancang untuk beroperasi dengan kapasitas produksi sebesar 1,000 kg/hari dengan peralatan utama mencakup mesin pulper, mesin huller, dan perlengkapan penunjang lainnya Berdasarkan analisis finansial yang dilakukan diperlukan modal investasi sebesar Rp. 317,423,000.00 dan biaya produksi setiap tahun adalah sebesar Rp. 2,902,831,710.00. Proyeksi keuntungan yang diperoleh pada usaha pengolahan biji kopi ini mencapai Rp. 64,341,333.00. Titik impas produksi sebesar 64,825.95 kg. Waktu pengembalian modal selama 9 bulan. Sedangkan rasio laba dengan investasi yang digunakan untuk memperoleh laba adalah 10.71. Dengan NPV sebesar Rp.1,523,542,701.66, Net B/C 5.97, Gross B/C 1.10 serta IRR 77.98% yang lebih besar dari suku bunga yang berlaku yaitu 12.30%, maka dapat diputuskan bahwa usaha pengolahan biji kopi ini layak untuk dilaksanakan. Kata kunci : perancangan usaha, kopi, kelayakan finansial, kelayakan teknis

ABSTRACT

KHOIRUNNISA HERDYANTI. Preliminary Design and Feasibility Analysis of Processing Coffee Been Plant in the District Bener Meriah, Aceh Province. Supervised by SETYO PERTIWI.

(5)

village of Pondok Gajah Sub-District of Bandar was selected as the location of the plant. The plant was designed to operate on production capacity of 1,000 kg/day with the main equipment includes a pulper machine, huller machine, and other supporting equipment. Based on the financial analysis carried out the necessary capital investment is Rp. 317,423,000.00 and the cost of production per year is Rp.2,902,831,710.00. The projected profits earned in the business of processing coffee beans is Rp. 64,341,333.00. Breakeven point is 64,825.95 kg. Payback period is about 9 months, while the ratio of investment income to be used to make a profit is 10.71. With NPV of Rp 1, 523,542,701.66, Net B/C 5.97, Gross B/C 1.10 and IRR 77.98%, which is greater than the applicable interest rate is (12.30% pa), it can be concluded that the business of processing coffee beans is financially feasible.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian

pada

Departemen Teknik Mesin dan Biosistem

PERANCANGAN AWAL DAN ANALISIS KELAYAKAN

USAHA PENGOLAHAN BIJI KOPI DI KABUPATEN BENER

MERIAH PROVINSI ACEH

KHOIRUNNISA HERDYATI

DEPERTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Perancangan Awal dan Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Biji Kopi di Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh

Nama : Khoirunnisa Herdyanti

NIM : F14090145

Disetujui oleh

Dr Ir Setyo Pertiwi, MAgr Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Desrial, MEng Ketua Departemen

(10)
(11)
(12)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan.Judul penelitian yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2013 sampai bulan Juni 2013 ini adalah Perancangan Awal dan Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Biji Kopi di Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh. Penulis sangat menyadari kedha’ifannya bahwa masih banyak yang harus diperbaiki karena skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga sangat diharapkan adanya saran dan kritikan dalam bentuk perbaikan maupun penelitian lebih lanjut agar perancangan usaha ini bisa lebih baik.

Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih yang sangat tulus dan sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak, Ibu, Adik-Adik di Aceh, dan keluarga penulis yang selalu menjadi motivasi dalam hidup penulis dan selalu menyayangi serta mendoakan penulis dengan tulus ikhlas.

2. Dr Ir Setyo Pertiwi, MAgr selaku pembimbing yang tidak pernah lelah dan selalu sabar dalam membimbing dan mengarahkan serta membentuk pola pikir.

3. Dinas Kehutanan dan Perkebunan serta Dinas Keuangan Kabupaten Bener Meriah yang telah membantu penulis untuk melengkapi data yang dibutuhkan. 4. Prof Dr Ir Bambang Pramudya, MEng dan Dr Ir Rokhani Hasbullah, MSi

yang telah berkenan menguji penulis.

5. Rekan-rekan seperjuangan ORION TMB 46 FATETA IPB.

6. Dan seluruh kalangan yang telah membantu dan memotivasi yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas segala kebaikannya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi 

DAFTAR GAMBAR vi 

DAFTAR LAMPIRAN vii 

PENDAHULUAN 1 

Latar Belakang 1 

Tujuan Penelitian 2 

TINJAUAN PUSTAKA 3 

Tanaman Kopi 3 

Teknologi Pengolahan Kopi 3 

Mesin Pengupas Buah Kopi (Pulper) 3 

Mesin Pengupas Kulit Tanduk Kopi (Huller) 3 

Lantai Jemur Kopi 4 

Bak Fermentasi dan Pencuci 4 

Gudang Penyimpanan 4 

Bahan Baku 4 

Proses Pengupasan 5 

Pengupasan Kulit Buah (Pulping) 5 

Pengupasan Kulit Tanduk (Hulling) 5 

Proses Fermentasi 5 

Proses Pengeringan 5 

Pengemasan dan Penyimpanan 6 

Analisis Kelayakan Proyek 6 

Aspek Kelayakan Teknis 6 

Aspek Kelayakan Finansial 6 

Analisis Biaya Pokok 7 

Analisis Titik Impas (BEP) 7 

Analisi Net Present Value (NPV) 7 

Analisis Internal Rate of Return (IRR) 7 

Analisis Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) 8 

(14)

Analisis Return on Invesment (ROI) 8 

Penelitian Terdahulu 8 

METODE 9 

Lokasi dan Waktu Penelitian 9 

Jenis dan Sumber Data 9 

Analisis Kelayakan Teknis 10 

Perencanaan Kapasitas Produksi 10 

Kebutuhan Bahan Baku 10 

Penentuan Lokasi Industri 10 

Pemilihan Mesin dan Peralatan Produksi 11 

Tata Letak Pabrik 11 

Analisis Kelayakan Finansial 11 

Analisis Biaya Pokok 11 

Analisis Titik Impas (BEP) 11 

Analisi Net Present Value (NPV) 12 

Analisis Internal Rate of Return (IRR) 12 

Analisis Benefit Cost Rasio (B/C Ratio) 12 

Analisis Payback Period (PP) 13 

Return on Invesment (ROI) 13 

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 

Analisis Kelayakan Teknis 13 

KebutuhanAlat/Mesin dan Sarana Produksi 13 

Perancangan Kapasitas Produksi 15 

Kebutuhan Bahan Baku 15 

Penentuan Lokasi Industri 18 

Kebutuhan Mesin dan Peralatan Produksi 18 

Tata Letak Pabrik 20 

Analisis Kelayakan Finansial 20 

Analisis Titik Impas (BEP) 22 

Analisis Proyeksi Laba Rugi 23 

Analisis Net Present Value (NPV) 23 

(15)

Analisis Benefit Cost Rasio (B/C Rasio) 25

Analisis Payback Period (PP) 25

Analisis Return On Invesment (ROI) 25

Analisis Sensitivitas 26 

SIMPULAN DAN SARAN 2

Simpulan 29

Saran 29 

DAFTAR PUSTAKA 29 

LAMPIRAN 31

RIWAYAT HIDUP 44 

DAFTAR TABEL

1 Urutan Proses Produksi Kopi Beras dan Kapasitas Mesin Tersedia 14 2 Data Produksi Kopi di Kabupaten Bener Meriah Pada Tahun 2007-2013 16 3 Data Produksi Kopi di Kabupaten Bener Meriah Pada Tahun 2007-2013 16 4 Pemilihan Lokasi Pengolahan Biji Kopi dengan Metode Bayes 18 5 Kebutuhan Ruang dan Luas Tanah pada Proses Pengoahan Biji Kopi 19 6 Biaya Pengolahan Biji Kopi Selama Setahun 22 7 Perhitungan Proyeksi Laba Rugi Pada Kapasitas Produksi 60% - 100% 24 8 Analisis Sensitivitas Usaha Pengolahan Biji Kopi 27

9 Produksi Kopi Gelondong Dan Kopi Beras 31

DAFTAR GAMBAR

1 Alur Produksi Biji Kopi 14

2 Bagan Keterkaitan Antar Aktivitas 32

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Perhitungan Kebubutuhan Bahan Baku per Hari 31 2 Tata Letak Pabrik Usaha Pengolahan Biji Kopi 32

3 Biaya Investasi Mesin, Peralatan, serta Perlengkapan 34 4 Pemeliharaan, Perbaikan, Asuransi, dan Pajak 35

5 Biaya Investasi Pabrik Pengolahan Biji Kopi 36 6 Biaya Produksi Selama Satu Tahun Produksi 37 7 Nilai Sisa Benda Modal dan Modal Kerja serta Penyusutan 38 8 Perhitungan Harga Pokok dan Harga Jual Kopi Beras 39

9Arus Kas Bersih 40

10 Arus Kas Biaya dan Manfaat (NPV) 41

(17)
(18)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kopi merupakan salah satu hasil komoditas perkebunan yang memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi dibanding tanaman perkebunan lainnya dan berperan penting sebagai sumber devisa negara. Selain itu kopi juga merupakan sumber penghasilan bagi kurang lebih satu setengah juta jiwa petani kopi di Indonesia (Rahardjo, 2012).

Kopi beras (Coffee beans) merupakan kopi yang sudah siap untuk diperdagangkan.Kopi beras berupa biji kopi kering yang sudah terlepas dari daging buah, kulit tanduk, dan kulit ari (Wijiyastuti, 2010).Sebagian besar kopi yang diproduksi dan diperdagangkan di Indonesia adalah kopi beras dan hanya sebagian kecil yang diolah untuk menjadi bubuk kopi untuk memenuhi kebutuhan lokal.

Keberhasilan agribisnis kopi membutuhkan dukungan semua pihak yang terkait dalam proses produksi kopi, pengolahan, dan pemasaran komoditas kopi. Upaya meningkatkan produktivitas dan mutu kopi terus dilakukan sehingga kopi di Indonesia dapat bersaing di pasar dunia (Rahardjo, 2012).

Pada tahun 1980-an, petani kopi di dalam negeri sempat khawatir dengan harga kopi yang sangat rendah (Rp. 1,000.00-Rp. 2,500.00/kg). Namun, pada tahun 1998-2008 harga kopi sudah mulai stabil.Pada awal tahun 2010, harga kopi beras jenis arabika grade 1 di pasaran lokal sekitar Rp. 34,000.00/kg hingga Rp.45,000.00/kg, sedangkan kopi beras arabika dengan grade asalan atau cabutan Rp. 22,000.00/kg hingga Rp. 30,000.00/kg (Pangabean, 2011).

Bener Meriah merupakan salah satu daerah Daratan Tinggi Gayo yang ada di Aceh. Gayo merupakan salah satu daerah yang kaya dengan hasil kopinya, namun daerahnya tetap miskin dan masyarakatnya tidak berdaya akan kemegahan kopi yang dihasilkan dari lahan-lahan pertanian milik masyarakat karena petani kopi masih terjajah dilumbung kopi. Hal ini disebabkan oleh sistem perdagangan yang masih dikendalikan oleh tengkulak atau tauke. Akibatnya, pendapatan petani tidak maksimal karena produknya dihargai lebih rendah dari harga pasar (Lintas Gayo, 2013).

Dari 66,000 kepala keluarga (KK) petani kopi yang ada di Gayo, bisa dikatakan hanya 30% saja yang bisa hidup baik, mapan, atau sejahtera.Selebihnya mereka laksana buruh di kebun sendiri.Para petani kopi ini bahkan banyak yang terlilit hutang ketika mulai mempersiapkan lahan kopi mereka sejak mulai penanaman, perawatan hingga jelang masa panen.Oleh karena itu pada saat musim panen tiba mereka hanya bisa menutupi hutang dan sedikit menabung. Namun demikian, seiring berjalannya waktu, tabungan mereka akan habis dan terlilit hutang kembali karena harus memenuhi kebutuhan sehari-hari. Salah satu penyebab kondisi ini bisa terjadi, yaitu 90% dari petani kopi yang ada masih terbelit sistem perdagangan yang dikendalikan oleh tengkulak atau tauke.Akibatnya pendapatan petani tidak maksimal karena produknya dihargai lebih rendah dari pasar (Kompas, 2011).

(19)

2

Direktur UKM Centre Universitas Syiah Kuala Banda Aceh menyatakan bahwa kopi yang menjadi komoditas unggulan daerah Gayo dan Aceh pada umumnya ternyata tidak mampu menjadi penambah Pendapatan Asli Daerah (PAD) bagi daerah penghasil. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa kopi Gayo hanya menang nama saja, namun tidak membawa manfaat besar bagi daerah, baik sebagai sumber PAD maupun kepada petaninya. Sementara di luar Gayo, orang terus berbicara tentang kopi Gayo yang terkenal sebagai kopi Arabika dengan kualitas terbaik dunia, bahkan mengalahkan kopi Amerika dan Brasil sekalipun (Lintas Gayo, 2013).

Program peningkatan efisiensi rantai penjualan dapat ditempuh melalui pembagian keuntungan secara adil antara pedagang dan petani, memfasilitasi lahirnya pedagang/eksportir baru yang mempunyai daya saing, dan memfasilitasi bantuan modal untuk pedagang/eksportir (Karim, 2008).

Prinsip agribisnis haruslah berbagi keuntungan secara adil antara pedagang dan petani. Oleh karena itu harus lahir para eksportir dari kalangan petani kopi, agar eksportir memahami proses produksi mulai dari persiapan lahan hingga menjadi biji kering siap untuk diekspor. Kondisi ini dapat dilahirkan oleh Asosiasi Kopi Arabika Organik di Dataran Tinggi Gayo (Karim, 2008).

Dalam pendirian suatu unit usaha perlu adanya urutan dan rangkaian kegiatan panjang yang dimulai sejak dituangkannya gagasan, direncanakan, kemudian dilaksanakan, sampai dengan memberikan hasil yang sesuai dengan perencanaannya. Ada beberapa tahapan dan proses yang harus dilaksanakan dalam merancang pendirian suatu proyek, diantaranya tahapan perencanaan dan penyusunan jadwal yang meliputi perkiraan biaya dan jadwal pelaksanaan, tahapan pengendalian proyek yang meliputi definisi pengendalian, proses pengendalian, dan faktor pendukung proses pengendalian, tahapan penyediaan sumber daya, serta tahapan kontrol dan evaluasi kerja (Imam, 1999).

Salah satu cara untuk menangani masalah tersebut para petani di salah satu desa di Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh membicarakan masalah penanganan pasca panen kopi yang diolah langsung oleh petani agar memiliki nilai tambah atau nilai jual yang lebih baik. Dengan cara tersebut maka para petani mampu mendapatkan penghasilan yang lebih menguntungkan dibandingkan jika para petani menjual langsung kepada para tengkulak atau tauke. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai “Perancangan Awal dan Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Buah Kopi di Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh”.

Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Merancang usaha pengolahan kopi gelondong menjadi kopi beras.

2. Menganalisis kelayakan finansial pada produksi kopi beras di Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh.

(20)

3

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Kopi

Kopi merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang sudah lama dibudidayakan dan memiliki nilai ekonomis yang lumayan tinggi.Konsumsi kopi dunia mencapai 70% berasal dari spesies kopi arabika dan 26% berasal dari spesies kopi robusta.Kopi berasal dari Afrika, yaitu pegunungan di Etopia.Namun, kopi sendiri baru dikenal oleh masyarakat dunia setelah tanaman tersebut dikembangkan di luar daerah asalnya, yaitu Yaman di bagian selatan Arab, melalui para saudagar Arab (Rahardjo, 2012).

Seperti tanaman lain, pertumbuhan dan perkembangan tanaman kopi sangat dipengaruhi oleh lingkungan, bahkan tanaman kopi memiliki sifat yang sangat khusus karena masing-masing jenis menghendaki lingkungan yang agak berbeda. Faktor lingkungan yang sangat mempengaruhi tanaman kopi antara lain ketinggian tempat, curah hujan, sinar matahari, angin, dan tanah.Kabupaten Bener Meriah merupakan daerah dataran tinggi dengan ketinggian tempat sekitar 1,200 meter dari permukaan laut (dpl). Dengan ketinggian tempat tersebut, suhunya bisa mencapai sekitar 14 °C, bahkan sebagian tempat bisa lebih dingin, sehingga kondisi tersebut cocok digunakan untuk menanam tanaman kopi. Bener Meriah juga merupakan salah satu daerah utama penghasil kopi arabika di Provinsi Aceh (Pangabean, 2011).

Banyak kalangan menilai kopi arabika yang dihasilkan dari ketinggian 1,000 meter dpl adalah kopi terbaik dengan cita rasa luar biasa. Dan memang benar, kopi Gayo yang telah mengantongi sertifikat Indeks Geografis (IG) memiliki nilai jual tinggi, tercatat sebesar 80% merupakan komoditas ekspor dengan tujuan negara-negara di Eropa dan Amerika. Beda halnya pasar dalam negeri, belum bisa dipenuhi oleh produksi dari daerah Dataran Tinggi Gayo (Lintas Gayo, 2013).

Teknologi Pengolahan Kopi Mesin Pengupas Buah Kopi (Pulper)

Mesin pengupas biji kopi (Pulper) merupakan salah satu solusi bagi petani di Indonesia karena hampir 80% perkebunan kopi di Indonesia merupakan perkebunan milik rakyat.Artinya, rakyat yang memiliki, mengolah, dan mengambil keuntungan dari hasil perkebunannya.Pulper ini memiliki kapasitas yang kecil namun sesuai dengan kemampuan produksi perkebunan rakyat.Karena pulper diperuntukkan bagi keluarga petani kopi, yang umumnya terdiri atas ibu, bapak, dan anak-anaknya, alat ini memperluas cakupan penggunannya sampai ke ibu dan anak/remaja. Hal ini memberi pengaruh terhadap cara pengoperasian, penyimpanan, pembersihan, dan lain-lain (Wahyono, 2012).

Mesin Pengupas Kulit Tanduk Kopi (Huller)

(21)

4

bila dengan tumbukan mortal keras. Huller merupakan salah satu solusi terbaik untuk mengupas dan memisahkan kopi gabah dari biji kopi. Kopi gabah yang diumpankan ke mesin, didorong oleh ulir ke depan sehingga biji-biji kopi bertabrakan sesama, terjadi gesekan, dan kulit tanduk kopi yang hancur diisap oleh kipas vakum keluar, kopi beras terkupas bersih kemudian dipaksa keluar oleh ulir sesuai tekanan yang kita atur. Proses ini berjalan terus menerus, hingga pengguna menghentikannya (Wahyono, 2012).

Lantai Jemur Kopi

Biasanya pengeringan alami hanya dilakukan pada musim kemarau, namun demikian tidak menutup kemungkinan pada musim hujan hal ini juga dapat dilakukan meskipun hasil yang diperoleh mungkin tidak sempurna.Pengeringan secara alami sebaiknya dilakukan di lantai semen, anyaman bambu, atau tikar. Kebiasaan menjemur kopi di tanah akan menyebabkan kopi menjadi kotor dan terserang cendawan (Najiyati dan Danarti, 2004).

Bak Fermentasi dan Pencuci

Bak fermentasi merupakan suatu wadah untuk memfermentasikan kopi dan mencuci kopi yang telah difermentasikan.Fermentasi bertujuan untuk membantu melepaskan lendir yang menyelimuti kopi yang keluar daripulper serta dapat menimbulkan citra rasa yang baik. Fermentasi dilakukan dengan cara menambahkan air ke dalam bak dan merendam kopi tersebut kurang lebih selama 12-24 jam. Sedangkan pencucian bertujuan untuk menghilangkan seluruh lapisan lendir dan kotoran lainnya yang masih tertinggal setelah difermentasikan atau setelah keluar dari mesin pulper (Pangabean, 2012).

Gudang Penyimpanan

Gudang penyimpanan sangat berperan dalam mempertahankan kualitas kopi.Berdasarkan hasil penelitian, perbedaan suhu, kelembaban, dan ketinggian daerah dapat berpengaruh terhadap mutu kopi.Penyimpanan merupakan salah satu faktor untuk mencegah pertumbuhan dan perkembangan jamur pada biji kopi.Penyimpanan yang salah dapat menyebabkan mutu kopi berkurang, seperti berubahnya warna kopi, tercium bau yang berbeda, timbulnya kutu, serta rasa dan aroma kopi yang menjadi buruk (Pangabean, 2012).

Bahan Baku

(22)

5 tahun berikutnya. Masaknya buah kopi ada yang cepat ada juga yang lambat.Kenyataan menunjukkan ada kopi yang dapat dipanen terus menerus sepanjang tahun (Akk, 1988).

Proses Pengupasan Pengupasan Kulit Buah (Pulping)

Setelah dari bak penampung, pindahkan buah kopi ke pulper melalui corong (feed hopper).Kinerjapulper berbeda-beda, tergantung dari ukuran, kecepatan, kapasitas, dan bahanpulper.Pengupasan kulit buah berlangsung diantara permukaan silinder yang berputar (rotor) dan permukaan pisau yang diam (stator) di dalam pulper (Pangabean, 2011).

Pengupasan Kulit Tanduk (Hulling)

Setelah dikeringkan, biji kopi didiamkan atau didinginkan (tempering) selama satu hari.Tujuannya untuk menurunkan suhu biji kopi dan mengurangi resiko kerusakan pada saat pengupasan kulit tanduk.Pengupasan kulit tanduk ini dilakukan dengan menggunakan huller.Setelah hulling dilakukan sortasi biji (grading) berdasarkan kualitasnya (Pangabean, 2011).

Proses Fermentasi

Fermentasi bertujuan untuk menghilangkan senyawa lendir yang tersisa dari kulit tanduk dan pada proses ini mampu menimbulkan aroma rasa yang bisa dihasilkan kopi. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan keseragaman biji dalam jumlah yang besar dan serentak. Fermentasi merupakan proses penguraian senyawa-senyawa yang terdapat di lapisan lendir dengan bantuan mikroorganisme. Waktu yang diperlukan untuk fermentasi kopi jenis arabika cenderung lebih lama dibandingkan dengan fermentasi kopi jenis robusta. Fermentasi harus dilakukan dengan cara benar dan tepat. Jika perlakuan fermentasi tidak tepat dan terlalu lama, dapat berisiko mengubah cita rasa menjadi sour dan stinky (Pangabean, 2011).

Proses Pengeringan

(23)

6

Pengemasan dan Penyimpanan

Pengemasan biji kopi pada umumnya menggunakan karung plastik atau karung goni, dengan bobot 60-100 kg per kemasan. Ruang penyimpanan harus memiliki ventilasi udara yang memadai, disusun baik, dan tidak dicampur dengan komoditas pertanian lain (Pangabean, 2011).

Analisis Kelayakan Proyek

Menurut Gittinger (2008), proyek merupakan suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil dan secara logika merupakan wadah untuk melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan, pembiayaan, dan pelaksanaan dalam satu unit. Rangkaian dasar dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek adalah siklus proyek yang terdiri dari tahap-tahap identifikasi, persiapan dan analisis penelitian, pelaksanaan, dan evaluasi.Evaluasi proyek sangat penting, evaluasi ini dapat dilakukan beberapa kali selama pelaksanaan proyek.Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi) dilaksanakan dengan berhasil (Husnan dan Suwarsono, 2000).

Aspek Kelayakan Teknis

Pengkajian aspek teknis dalam studi kelayakan dimaksudkan untuk memberikan batasan garis besar parameter-parameter teknis yang berkaitan dengan perwujudan fisik proyek. Pengkajian aspek teknis sangat erat hubungannya dengan aspek-aspek lain, terutama aspek teknis, aspek finansial, dan aspek pasar. Aspek teknis memiliki pengaruh besar terhadap perkiraan biaya dan jadwal, karena memberikan batasan-batasan lingkup proyek secara kuantitatif.

Menurut Umar (2005), aspek teknis mengungkapkan kebutuhan apa yang diperlukan dan bagaimana secara teknis proses produksi akan dilaksanakan, terkait kapasitas produksi, jenis teknologi yang dipakai, pemakaian peralatan dan mesin, dan tata letak pabrik yang paling menguntungkan.

Aspek Kelayakan Finansial

Analisis kelayakan finansial adalah analisis yang digunakan untuk membandingkan antara biaya dan manfaat untuk menentukan apakah suatu proyek akan menguntungkan selama umur proyek (Husnan dan Suwarsono, 2000).

Analisis finansial berangkat dari tujuan yang umumnya dimiliki oleh perusahaan swasta yaitu kepentingan untuk meningkatkan kekayaan perusahaan (maximize firm’s wealth) yang diukur dengan naiknya nilai saham. Sedangkan aspek ekonomi, mengkaji manfaat dan biaya bagi masyarakat secara menyeluruh.

(24)

7 Cash outflow terdiri dari biaya investasi, biaya produksi, pembayaran pinjaman dan bunga, pajak, dan lain-lain. Dari pengukuran cash inflow dan cash outflowdapat diperoleh net benefit (manfaaat bersih).

Analisis kelayakan finansial yang dilakukan meliputi analisis biaya pokok, analisis titik impas, analisis Net Present Value (NPV), analisis Internal Rate of Return (IRR), analisis Benefit Cost Rasio ( B/C Rasio), analisis Payback Period (PP), dan analisisReturn on Invesment (ROI).

Analisis Biaya Pokok

Menurut Pramudya et al. (1992) biaya pokok adalah biaya yang diperlukan suatu mesin pertanian untuk setiap unit produk. Misalnya berapa biaya yang diperlukan untuk pengolahan tanah per ha (Rp/ha), berapa biaya penggilingan padi setiap kg (Rp/kg).Data yang diperlukan dalam perhitungan biaya pokok meliputi biaya tetap, biaya tidak tetap, kapasitas produksi/alat serta perkiraan jam kerja dalam satu tahun.

Analisis Titik Impas (BEP)

Santoso (2010), mengatakan bahwa pertemuan dari garis total cost (TC) dan total revenue (TR) adalah titik impas (titik pulang pokok atauBreak Event Point). Pada titik tersebut terjadi keseimbangan, yaitu keseimbangan antara keuntungan kotor dan biaya produksi, yang berarti pada titik tersebut tidak terjadi kerugian dan keuntungan.

Analisi Net Present Value (NPV)

Menurut Keown (2004), NPV diartikan sebagai nilai bersih sekarang, arus kas tahunan setelah pajak dikurangi dengan pengeluaran awal. Dalam menghitung NPV perlu ditentukan tingkat suku bunga yang relevan. Kriteria investasi berdasarkan NPV,yaitu :

1. NPV = 0, artinya proyek tersebut mampu memberikan tingkat pengembalian sebesar modal sosialOpportunities Cost faktor produksi normal. Dengan kata lain, proyek tersebut tidak untung maupun tidak rugi.

2. NPV > 0, artinya suatu proyek dinyatakan menguntungkan dan dapat dilaksanakan.

3. NVP < 0, artinya proyek tersebut tidak menghasilkan nilai biaya yang dipergunakan atau dengan kata lain proyek tersebut merugikan dan sebaiknya tidak dilaksanakan.

Analisis Internal Rate of Return (IRR)

(25)

8

Analisis Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)

Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) adalah perbandingan antara besarnya manfaat (benefit) dan nilai biaya (cost). Nilai manfaat diperoleh dari hasil penjualan dan nilai biaya diperoleh dari biaya investasi dan biaya tahunan untuk perawatan dan pemeliharaan. Perhitungan dengan metode ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu, Net B/C dan Gross B/C. Jika B/C Ratio > 1, maka usaha layak untuk dijalankan dan jika B/C Ratio < 1, maka usaha tidak layak untuk dijalankan (Pramudya et al. 1992).

Net B/C

Menurut Gray et al. (1985), Net B/C menunjukkan perbandingan antara jumlah nilai sekarang penerimaan yang bernilai positif terhadap nilai sekarang penerimaan yang bernilai negatif selama periode usaha berlangsung. Untuk menghitung Net B/C sebelumnya perlu menghitung nilai NPVB-C setiap tahun selama umur proyek.Kemudian nilai Net B/C dapat dihitung dari perbandingan jumlah semua NPVB-C yang bernilai positif dengan jumlah semua NPVB-C yang bernilai negatif (Pramudya et al. 1992).

Gross B/C

Gross B/C menunjukkan perbandingan antara jumlah nilai sekarang keuntungan (benefit) terhadap jumlah nilai sekarang biaya (cost). Nilai Gross B/C merupakan perbandingan antara NPV manfaat dan NPV biaya sepanjang umur proyek (Pramudya et al. 1992).

Analisis Payback Period (PP)

Payback Periode (PP) atau jangka waktu pengembalian investasi merupakan suatu metode dalam menilai kelayakan suatu usaha yang digunakan untuk mengukur periode jangka waktu pengembalian modal. Semakin cepat modal kembali, maka akansemakin baik suatu proyek untuk diusahakan karena modal yang kembali dapat digunakan untuk membiayai kegiatan lain (Husnan dan Suwarsono, 1999).

Analisis Return on Invesment (ROI)

Return on Invesment (ROI) merupakan salah satu cara untuk mengetahui rasio laba dengan investasi yang digunakan untuk memperoleh laba tersebut (Petty et al. 1992). ROI atau pengembalian atas investasi atau aset adalah perbandingan dari pemasukan per tahun terhadap dana investasi. Dengan demikian, ROI juga memberikan indikasi profitabilitas suatu investasi.

Penelitian Terdahulu

(26)

9 kopi ulee kareng di Banda Aceh) telah dilakukan oleh Maimun pada tahun 2009.Dari hasil penelitian ini dikatakan bahwa meningkatnya permintaan dan persaingan kopi bubuk pada gilirannya menyebabkan para pengusaha kopi terus berusaha untuk meningkatkan nilai tambah hasil perkebunan kopi melalui pengolahan lebih lanjut.Dalam rangka menciptakan produk yang bernilai ekonomis maka keseimbangan antara industri dan pertanian berkaitan baik dari segi pendapatan usaha tani, nilai tambah maupun lembaga-lembaga yang terlibat dalam pemasaran produk dalam rangka mensukseskan otonomi daerah.Penelitian Maimun juga menganalisa jalur produksi usaha tani kopi mulai dari petani, lembaga pemasaran yang terlibat sampai ke konsumen industri pengolahan kopi.

Nailul Khairati pada tahun 2011 melakukan penelitian tentang pengaruh penjualan kopi arabika dalam bentuk buah panen (Cherry Red) terhadap ekonomi petani kopi arabika Desa Tanjung Beringin di Kabupaten Dairi.Dari hasil penelitian diperoleh bahwa faktor yang mempengaruhi petani menjual dalam bentuk gelondong merah adalah umur tanaman, jumlah permintaan, tenaga kerja, keadaan cuaca, dan efisiensi waktu.Selain itu pendapatan dalam bentuk kopi biji lebih besar dari pada bentuk gelondong merah.

Kabul Indrawan pada tahun 2000 telah melakukan penelitian mengenai perancangan awal dan analisis kelayakan pendirian pabrik pengolahan tepung talas (Colocasia esculenta (L.)Schott). Dari hasil penelitian ini, kebutuhan bahan baku dihitung berdasarkan daya serap pasar dan penentuan lokosi pabrik dilakukan dengan metode Bayes serta penentuan tata letak pabrik dilakukan dengan analisis keterkaitan antar aktivitas yang terjadi pada industri pengolahan tepung talas.

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian lapang perancangan awal dan analisis kelayakan usaha pengolahan biji kopi telah dilakukan di Kabupaten Bener Meriah, Provinsi Aceh, pada bulan April sampai bulan Juni 2013.

Jenis dan Sumber Data

(27)

10

Analisis Kelayakan Teknis Perencanaan Kapasitas Produksi

Kapasitas produksi merupakan besaran maksimum output yang dapat diproduksi dalam satuan waktu tertentu, yang ditentukan oleh kapasitas sumber daya yang dimiliki, seperti kapasitas mesin, kapasitas tenaga kerja, kapasitas bahan baku, dan kapasitas modal (Yamit, 2003).

Dalam perencanaan suatu industri pengolahan, penetapan besarnya kapasitas produksi sangat diperlukan pada saat awal pendirian industri tersebut. Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan kapasitas produksi ini adalah : 1. Kapasitas bahan baku, yaitu jumlah bahan baku yang mampu disediakan

dalam jumlah tertentu.

2. Jam kerja mesin, yaitu jam kerja normal mesin yang mampu disediakan untuk melaksanakan kegiatan produksi.

3. Jam kerja tenaga kerja, yaitu jumlah jam tenaga kerja normal yang mampu disediakan yang dipengaruhi oleh tenaga kerja dan jam kerja yang berlaku. 4. Modal kerja, yaitu kemampuan penyediaan dana untuk melaksanakan proses

produksi.

Kebutuhan Bahan Baku

Untuk kelancaran produksi, maka ketersedian bahan baku maupun bahan pelengkap dalam jangka waktu tertentu sangat diperlukan karena ketersedian bahan baku ini dapat menentukan industri dapat berjalan atau tidak. Ketersedian bahan baku dan bahan pelengkap dengan harga yang wajar merupakan syarat agar industri dapat berproduksi dengan baik dan komersial. Menurut Ahyari (2003), beberapa faktor yang mempengaruhi ketersediaan bahan baku adalah :

1. Perkiraan pemakaian bahan baku sebelum perusahaan melakukan pembelian bahan baku.

2. Harga bahan baku yang akan digunakan dalam proses produksi.

3. Biaya persedian yang meliputi biaya biaya penyimpanan, biaya kemasan, dan biaya tetap persedian.

4. Kebijakan pelaksanaan pembelanjaan bahan baku yang dilakukan perusahaan. 5. Pemakaian bahan baku.

6. Waktu tenggang antara pemasaran dan kedatangan bahan baku selanjutnya. 7. Model pembelian bahan baku.

8. Persedian pengaman jika terjadi kekurangan atau keterlambatan bahan baku. 9. Pembelian bahan baku kembali.

Penentuan Lokasi Industri

(28)

11 Pemilihan Mesin dan Peralatan Produksi

Fasilitas yang dominan dalam pabrik adalah mesin dan peralatan.Untuk melakukan pembelian mesin dan peralatan, harus dipertimbangkan secara ekonomis dan disesuaikan dengan jumlah produksi barang atau jasa yang dihasilkan.Beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan mesin atau peralatan adalah kapasitas mesin, kecocokan, ketersediaan peralatan pelengkap yang diperlukan, keandalan, kemudahan persiapan dan instalasi, penggunaan dan pemeliharaan, keamanan, serta pengaruh terhadap organisasi yang ada (Wahyono, 2012).

Tata Letak Pabrik

Terdapat beberapa teknik yang umum digunakan dalam perancangan tata letak pabrik.Diantaranya teknik konvensional.Pada teknik ini dibutuhkan data yang lengkap mengenai tahapan proses produksi. Selain itu juga diperlukan catatan grafis dari langkah-langkah proses, yang dibuat di atas tata letak suatu tempat yang sedang diteliti (Apple, 1990).

Analisis Kelayakan Finansial Analisis Biaya Pokok

Analisis dilakukan dengan persamaan berikut :

  … … … . .

BP = Biaya pokok (Rp/kg) BT = Biaya tetap (Rp/tahun) BTT = Biaya tidak tetap (Rp/tahun) k = Bulan kerja (bulan/tahun) x = Kapasitas kerja (unit/bulan)

Analisis Titik Impas (BEP)

Analisis titik impas dapat dilakukan dengan persamaan berikut : … … … . .

BEP = Titik impas (kg) BT = Biaya tetap (Rp)

(29)

12

Analisi Net Present Value (NPV)

Analisis Net Present Value (NPV) dapat dihitung dengan persamaan :

  … … … …

NPV = Net present value (Rp)

Bt = Manfaat pada tahun ke-t (Rp/tahun) Ct = Biaya pada tahun ke-t (Rp/tahun) i = Tingkat suku bunga (%/tahun) n = Periode

t = Tahun ke-t

Analisis Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) dilakukan dengan menggunakan persamaan berikut :

… … … .

Sehingga:

… … … …

IRR = Internal rate of return (%)

i1 = Tingkat bunga bank sekarang (%)

i2 = Tingkat bunga bank pada saat NPV yang negatif (%)

Analisis Benefit Cost Rasio (B/C Ratio) Net B/C

Analisis Net B/C ratio dengan menggunakan persamaan :

⁄  

   … … … .

Gross B/C

Analisis Gross B/C ratio dengan menggunakan persamaan :

  ∑

(30)

13 Bt = Manfaat pada tahun ke-t (Rp/tahun)

Ct = Biaya pada tahun ke-t (Rp/tahun) i = Tingkat suku bunga (%)

n = Periode

Dari hasil perhitungan B/C Ratio, dapat diambil keputusan sebagai berikut: Jika B/C ≥ 1 maka usaha tersebut layak untuk dilaksanakan.

Jika B/C < 1 maka usaha tersebut tidak layak untuk dilaksanakan.

Analisis Payback Period (PP)

Analisis Payback Period (PP) dengan menggunakan persamaan :

  % … … … …

… … … …

PP = Payback Period (Tahun)

T = Tingkat pengembalian modal (%) P = Keuntungan bersih/tahun (Rp/tahun) D = Penyusutan/tahun (Rp/tahun)

I = Investasi (Rp)

Return on Invesment (ROI)

Analisis Return on Invesment (ROI) dengan menggunakan persamaan :

  % … … … …

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Kelayakan Teknis KebutuhanAlat/Mesin dan Sarana Produksi

(31)

14

Gambar 1 Alur Produksi Biji Kopi

Tabel 1 Urutan Proses Produksi Kopi Beras dan Kapasitas Mesin Tersedia

No. Proses Produksi Mesin dan Alat Kapasitas/ Unit

1 Penggilingan Kopi Gelondong Pulper 100 kg/jam

2 Fermentasi Bak ‐ 

3 Pencucian Bak ‐ 

4 Penjemuran Kopi Gabah Lantai Jemur ‐ 

5 Penggilingan Kopi Gabah Huller 300 kg/jam

6 Penjemuran Kopi Beras Lantai Jemur -

7 Sortasi Meja Sortasi ‐ 

8 Penimbangan Timbangan 300 kg / timbangan

9 Pengemasan ‐ ‐ 

10 Penyimpanan Gudang -

Penggilingan Kopi Gelondong

Fermentasi

Pencucian

Penjemuran Kopi Gabah

Penggilingan Kopi Gabah

Penjemuran Kopi Beras

Sortasi

Penimbangan

Pengemasan

(32)

15 Perlengkapan utama yang dibutuhkan untuk produksi kopi beras adalah mesin pulper dan mesinhuller. Di daerah penelitian tersedia/dipasarkan mesin pulper dengan kapasitas 100 kg/jam. Sementara itu kapasitas mesin hulleryang dipasarkan di daerah penelitian adalah 300 kg/jam.Mesin pulper dan mesin huller mudah dioperasikan. Selain itu diperlukan peralatan penunjang untuk proses pengolahan biji kopi, meliputi pompa air, genset, bak sampah, serta kebutuhan ruangan.

Sebagai tempat usaha pengolahan biji kopi diperlukan lahan usaha dengan bangunan dan kelengkapannya yang mudah diakses oleh sarana transportasi.

Tinjauan terhadap daerah penelitian menunjukkan bahwa seluruh kebutuhan di atas dapat dipenuhi, sehingga secara teknis pendirian usaha pengolahan biji kopi mungkin dilakukan.

Perancangan Kapasitas Produksi

Dalam merancang suatu industri pengolahan, penetapan besarnya kapasitas produksi sangat diperlukan pada awal pendirian industri tersebut.Perhitungan kapasitas produksi ini bisa ditentukan berdasarkan pendekatan terhadap jam kerja mesin, yaitu jam kerja normal mesin yang mampu disediakan untuk melaksanakan kegiatan produksi.

Pada usaha produksi biji kopi ini digunakan mesin pulper dan mesin huller. Dengan kapasitas kerja mesin pulper sebesar 100 kg/jam dan kapasitas kerja mesin huller sebesar300 kg/jam, maka jumlah mesin pulper dan mesin huller yang proporsional adalah 2 mesin pulper dan 1 mesin huller. Jika masing-masing mesin beroperasi selama 5 jam/hari maka mesin pulpermampu menghasilkan kopi gabah kering sebesar 540 kg/hari, sedangkan mesin huller mampu menghasilkan kopi gabah kering sebesar 600 kg/hari. Berdasarkan perhitungan tersebut yang menjadi acuan dalam menentukan kapasitas produksi adalah jumlah produksi yang mampu dihasilkan oleh mesin pulper karena memiliki kapasitas produksi yang lebih kecil.

Kebutuhan Bahan Baku

Ketersediaan bahan baku dan bahan pelengkap lainnya dengan harga yang wajar merupakan syarat industri dapat berproduksi dengan baik dan komersial. Dengan demikian dapat diprediksi kelancaran dan keberlangsungan pendiriannya.

Bahan baku industri pengolahan biji kopi ini adalah kopi gelondong. Salah satu sentra produksi kopi di Aceh adalah Kabupaten Bener Meriah.Sebagian besar budi daya tanaman kopi terdapat di Kecamatan Bandar dan Kecamatan Permata. Oleh karena itu dalam penelitian ini Kecamatan Bandar merupakan kecamatan yang akan dijadikan lokasi penelitian.

Perkembangan produksi kopi di Kabupaten Bener Meriah selalu mengalami fluktuasi setiap tahunnya.Data produksi kopi di Kabupaten Bener Meriah disajikan pada Tabel 2.

(33)

16

dan merupakan tempat yang lebih strategi dibandingakn dengan Kecamatan Permata yang ditinjau berdasarkan lokasi kecamatan tersebut. Data produksi kopi di Kecamatan Bandar disajikan pada Tabel 3.

Tabel 2 Data Produksi Kopi di Kabupaten Bener Meriah pada tahun 2007-2013 Tahun Produksi (ton)

Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bener Meriah

Keterangan : Produksi tahun 2013 merupakan perkiraan peningkatan sebesar 12% dari tahun 2012 berdasarkan pasokan yang terjadi hingga bulan Maret 2013

Tabel 3 Data Produksi Kopi di Kecamatan Bandar pada tahun 2007-2013 Tahun Produksi (ton)

Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bener Meriah

Keterangan : Produksi tahun 2013 merupakan perkiraan peningkatan sebesar 12% dari tahun 2012 berdasarkan pasokan yang terjadi hingga bulan Maret 2013

Selama berproduksi, industri pengolahan biji kopi memerlukan kopi gelondong, air, kemasan, dan bahan bakar serta pelumas sebagai bahan bakunya. 1. Kopi Gelondong

Mesin pulper yang digunakan pada usaha pengolahan biji kopi ini berjumlah 2 unit dengan kapasitas 100 kg/jam dan jam kerja selama 5 jam/hari, maka dapat diketahui total bahan baku yang mampu diolah menggunakan mesin pulper adalah sebesar 1,000 kg/hari atau 317,000 kg/tahun (Lampiran 1).

(34)

17 2. Kemasan

Pengemasan disebut juga pembungkusan, pewadahan, pengepakan, dan merupakan salah satu cara pengawetan bahan hasil pertanian, karena pengemasan dapat memperpanjang umur simpan bahan. Pengemas adalah wadah atau pembungkus yang dapat membantu mencegah atau mengurangi terjadinya kerusakan-kerusakan pada bahan yang dikemas atau dibungkus. Kemasan yang digunakan untuk pengemasan kopi ini adalah karung goni dengan kapasitas per kemasan adalah 100 kg/lembar.

Sebelum mendapatkan kopi gabah ada beberapa proses yang harus dilalui, diantaranya penggilingan kopi gelondong dengan perkiraan kulit kopi gelondong 10%, penjemuran hingga kadar air 40%, penggilingan kopi gabah dengan perkiraan kulit tanduk 5%, dan penjemuran kopi beras hingga kadar air 13%, maka kopi beras yang dapat diproduksi adalah 447 kg/hari (Lampiran 1). Dengan demikian, persediaan karung goni selama satu tahun yang dibutuhkan untuk pengemasan kopi beras adalah 447 kg/hari x 1 lembar/100 kg x 317 hari/tahun sama dengan 1,417 lembar/tahun.

3. Kebutuhan Air

Dalam pengolahan kopi, air digunakan untuk fermentasi, pencucian, dan kebutuhan lainnya.Kopi gelondong yang telah digiling menggunakan pulper dengan perkiraan kulit kopi gelondong adalah 10%, maka kopi gabah yang akan difermentasikan sebesar 900 kg/hari (Lampiran 1). Air yang dibutuhkan untuk fermentasi adalah 2 liter/kg dan untuk pencucian adalah 5 liter/kg. Dengan demikian, air yang dibutuhkan untuk fermentasi adalah 900 kg/hari x 2 liter/kg x 317 hari/tahun sama dengan 570,600 liter/tahun dan untuk pencucian adalah 900 kg/hari x 5 liter/kg x 317 hari/tahun sama dengan 1,426,500 liter/tahun, sedangkan untuk kebutuhan lain diperkirakan 2,50% yaitu 49,928 liter/tahun, jadi total air yang dibutuhkan adalah 2,047,028 liter/tahun. Persediaan air ini diperoleh dari sumur bor milik sendiri.

4. Kebutuhan Bahan Bakar

Sumber energi yang dibutuhkan dalam proses pengolahan kopi adalah solar yang digunakan untuk menggerakkan genset dan bensin yang digunakan untuk kendaraan. Genset digunakan sebagai sumber energi pengganti listrik dari PLN untuk menggerakkan mesin huller dan pulper, dan penerangan.Daya yang dikeluarkan genset sebesar 6 KVA, dengan konsumsi bahan bakar 2 liter/jam.

Solar yang dibutuhkan untuk penggerak genset selama satu tahun sebesar 2 liter/jam x 8 jam/hari x 317 hari/tahun sama dengan 5,071 liter/tahun. Sedangkan bensin yang dibutuhkan untuk kendaraan jika per hari menghabiskan 10 liter maka bensin yang dibutuhkan sebesar 10 liter/hari x 317 hari/tahun sama dengan 3,170 liter/tahun.

5. Kebutuhan Pelumas

(35)

18

Penentuan Lokasi Industri

Penentuan lokasi pengolahan kopi ini dilakukan dengan menggunakan metode Bayes. Lokasi-lokasi yang dipilih dapat ditinjau dari berbagai faktor penunjang pendirian industri pengolahan tersebut, yaitu ketersediaan bahan baku, tenaga kerja, pasar, jarak, harga lahan, dan ketersediaan air. Daerah yang menjadi pilihan alternatif adalah Desa Makmur Sentosa, Desa Pondok Gajah, dan Desa Sidodadi.Pembobotan dari setiap faktor penunjang dilihat dari tingkat kepentingannya.Penentuan lokasi dengan metode Bayes ini bisa dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Pemilihan Lokasi Pengolahan Biji Kopi dengan Metode Bayes

Kriteria Bobot

Makmur

Sentosa Pondok Gajah Sidodadi

S ∑ S ∑ S ∑

Berdasarkan penentuan lokasi menggunakan metode Bayes pada Tabel 4, maka dapat ditentuakan daerah yang berpotensi menjadi lokasi pembangunan pabrik adalah Desa Pondok Gajah.

Kebutuhan Mesin dan Peralatan Produksi

Perlengkapan utama untuk produksi kopi beras adalah mesin pulper dan mesin huller.

1. Mesin Pulper

Mesin pulper yang digunakan pada usaha pengolahan biji kopi adalah 2 unit.Kapasitas mesin pulper adalah 100 kg/jam dengan waktu operasi selama 5 jam/hari.Mesin pulper ini digunakan untuk menggiling kopi gelondong sebesar 1,000 kg/hari.

2. Mesin Huller

(36)

19 Peralatan penunjang yang diperlukan dalam proses pengolahan buah kopi ini adalah :

1. Pompa Air

Kapasitas pompa air yang digunakan adalah 1,000 liter/jam. Pompa air ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih dalam pabrik, baik untuk keperluan produksi maupun keperluan lainnya.

2. Genset

Genset yang digunakan memiliki daya sebesar 6 KVA dengan konsumsi bahan bakar 2 liter/jam.Genset ini digunakan sebagai sumber daya tenaga listrik.

3. Bak Sampah

Bak sampah ini digunakan untuk menampung limbah dari pengolahan buah kopi. Limbah yang dihasilkan terdiri dari limbah basah yaitu limbah kulit kopi gelondongsebesar 100 kg/hari (Lampiran 1) dan limbah kering yaitu limbah kulit kopi gabah sebesar 27 kg/hari (Lampiran 1).

4. Kebutuhan Ruangan

Luas ruangan yang digunakan mempengaruhi efektifitas dalam bekerja. Jika ruang terlalu sempit akan menyulitkan dalam melakukan aktivitas, sedangkan jika ruang terlalu luas akan menyebabkan waktu dan jarak tempuh yang besar sehingga bisa cepat menyebabkan kelelahan. Kebutuhan ruang akan disajikan dalam Tabel 5.

Tabel 5 Kebutuhan Ruang dan Luas Tanah Pada Proses Pengolahan Buah Kopi

No. Ruang Luas (m²)

7 Fermentasi dan Pencucian 15

8 Limbah 10

9 Mushala 12

10 Toilet 6

11 Taman Istirahat 12

12 Parkir 24

13 Pos Satpam 4

14 Perlengkapan 18

15 Jalan 135

16 Lantai Jemur 165

(37)

20

Tata Letak Pabrik

Tata letak pabrik atau Layout adalah cara penempatan fasilitas-fasilitas produksi guna memperlancar proses produksi yang efektif dan efisien. Fasilitas pabrik dapat berupa mesin-mesin, alat-alat produksi, alat pengangkutan bahan, dan peralatan pabrik, serta peralatan lain yang diperlukan dalam pengawasan. Perencanaan layout merupakan rencana dari keseluruhan tata fasilitas industri yang berada didalamnya, termasuk bagaimana penempatan personel, operasi gudang, pemindahan material, dan alat pendukung lain sehingga akan dapat mencapai suatu tujuan yang optimum dengan kegiatan yang ada dengan menggunakan fasilitas yang ada dalam perusahaan, dengan layout yang baik di dalam perusahaan, akan menimbulkan impulse buying bagi konsumen.

Adapun prinsip dasar dalam penyusunan layout ini adalah integrasi secara total terhadap faktor-faktor produksi, jarak pemindahan bahan, memperlancar aliran kerja, kepuasan dan keselamtan kerja, serta fleksibilitas. Salah satu tujuan dari penyusunan layout adalah untuk meminimumkan biaya dan meningkatkan efisiensi dalam pengaturan segala fasilitas produksi dan area kerja, sehingga proses produksi dapat berjalan lancar. Luas lahan yang digunakan dalam perancangan usaha pengolahan buah kopi adalah seluas 500 m² dan gambaran tata letak pabrik disajikan pada Lampiran 2.

Analisis Kelayakan Finansial

Analisis kelayakan finasial merupakan aspek penting dalam pengkajian pendirian suata industri pengolahan.Analisis ini dilakukan untuk menghindari investasi yang berlebihan. Sebagai dasar perhitungan diperlukan beberapa asumsi, yaitu :

1. Harga-harga yang diambil berdasarkan tingkat harga pada bulan April sampai bulan Juni 2013.

2. Tingkat suku bunga pinjaman yang berlaku untuk KUR Mikro (Kredit Usaha Rakyat Mikro) berdasarkan tingkat suku bunga Bank Rakyat Indonesia adalah 12.30%.

3. Pajak Pertambahan nilai (PPn) dari penjualan produk per tahun adalah 10%. 4. Pajak Pendapatan perseorangan (PPs) sebesar 10% untuk keuntungan

Rp.25.000.000, 15% untuk keuntungan antara Rp. 25.000.000 hingga Rp.50.000.000, dan 30% untuk keuntungan lebih dari Rp. 50.000.000 (berdasarkan UU no. 10 pasal 17 tahun 1994).

5. Biaya pemeliharaan mesin, alat, bangunan, dan kendaraan sebesar 2% dari harga awal.

6. Biaya asuransi untuk bangunan, mesin, alat, dan kendaraan adalah sebesar 0.50% dari harga awal. Sedangkan asuransi untuk tenaga kerja adalah 3% dari gaji pekerja setiap bulan.

7. Pajak Bumi dan Bangunan serta kendaraan adalah 0.50% dari Nilai Jual Kena Pajak (NJKP).

8. Nilai sisa bangunan adalah 25% dari harga awal.

(38)

21 10. Modal yang digunakan adalah modal pribadi dari sekelompok masyarakat

tanpa pinjaman.

11. Jangka waktu proyek ditentukan berdasarkan rata-rata umur ekonomis mesin dan peralatan serta perlengkapan penunjang lainnya yaitu 10 tahun.

Sebelum menentukan analisis kelayakan finansial, ada beberapa hal yang harus diperhitungkan, diataranya :

1. Modal Investasi

Modal investasi digunakan untuk jangka panjang dan dapat digunakan berulang-ulang, biasanya umurnya lebih dari 1 tahun. Penggunaan modal investasi jangka panjang untuk membeli aktiva tetap seperti bangunan, mesin-mesin, peralatan, dan kendaraan serta kebutuhan penunjang lain yang dilakukan setiap tahun. Dalam perancangan usaha pengolahan buah kopi ini diperlukan modal investasi sebesar Rp. 317,423,000,00. Rincian besarnya biaya yang diperlukan disajikan pada pada Lampiran5.

2. Modal Kerja

Modal kerja adalah modal yang digunakan untuk membiayai operasional perusahaan pada saat sedang beroperasi. Modal kerja digunakan untuk jangka pendek dan beberapa kali pakai dalam satu kali proses produksi. Dalam perancangan usaha pengolahan buah kopi ini diperlukan modal kerja dalam satuan bulanan yaitu sebesar Rp. 241,902,642.50.Rincian besarnya biaya yang diperlukan disajikan dalam Lampiran 7.

3. Penyusutan

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) PSAK No. 17, penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi. Penyusutan untuk periode akuntansi dibebankan ke pendapatan baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam perancangan usaha pengolahan buah kopi ini, penyusutan dilakukan dengan metode garis lurus (Straight-line Method), dalam metode ini penyusutan dianggap sama penggunaannya sepanjang waktu. Dengan demikian beban penyusutan dihitung sama rata setiap bulan. Besarnya penyusutan yang terjadi dalam perancangan ini adalah Rp. 25,100,500,00 setiap tahunnya. Perhitungan besarnya penyusutan ini disajikan dalam Lampiran 7.

4. Harga Pokok dan Harga Jual

(39)

22

Tabel 6 Biaya Pengolahan Buah Kopi Selama Setahun

No. Investasi Biaya (Rp)

Biaya Tetap

1 Gaji Pegawai 288,000,000.00

2 Pajak dan Asuransi 10,343,750.00

3 Penyusutan* 25,100,500.00

4 Sewa Lahan 25,000,000.00

Pemasaran 15,850,000.00

Sub Total 364,294,250.00

Biaya Variabel

1 Bahan Baku 2,536,000,000.00

2 Kemasan 7,085,000.00

3 Bahan Bakar dan Pelumas 50,655,500.00

4

Pemeliharaan dan

Perbaikan 5,947,460.00

5 Telepon 3,600,000.00

6 Administrasi 1,200,000.00

Sub Total 2,604,487,960.00

Total 2,902,831,710.00

*) tidak termasuk dalam perhitungan arus kas

BerdasarkanTabel 6 diperoleh harga pokok kopi beras adalah Rp.21,300.00/kg.Sedangkan harga jual kopi dilihat dari harga pasar yang berlaku yaitu Rp. 24,000.00/kg.Perhitungan biaya ini disajikan dalam Lampiran 8.

Analisis Titik Impas (BEP)

Titik impas merupakan suatu kondisi keseimbangan perusahaan dimana pada saat beroperasi perusahaan tidak mendapat keuntungan maupun kerugian.Di masa awal produksi pada umumnya suatu perusahaan belum dapat mencapai produksi maksimum yang diharapkan. Dengan mempertimbangkan beberapa hal, diantaranya pembelian alat dan mesin, pembangunan unit usaha, dan pengumpulan bahan baku, maka diperkirakan tingkat produksi yang direncanakan akan tercapai pada tahun ke lima sampai seterusnya.

Pada analisis titik impas ini tidak melihat kapasitas produksi yang dapat diolah, sehingga berapapun kapasitas produksinya titik impas yang harus dicapai sama. Titik impas yang harus dicapai oleh usaha pengolahan biji kopi ini adalah 64,825.95 kg.

. , , .

. , . / . , . /

(40)

23 Analisis Proyeksi Laba Rugi

Analisis proyeksi laba rugi ini dilakukan untuk mengukur keberhasilan operasi (prospek) perusahaan dalam suatu periode waktu selama umur perusahaan. Nilai proyeksi laba rugi ini dihasilkan dari pengurangan penerimaan terhadap biaya total produksi yang terdiri dari pengeluaran, yaitu biaya tetap dan biaya variabel serta Pajak Pertambahan nilai (PPn). Hasil pengurangan ini merupakan laba kotor yang harus dikurangkan dengan Pajak Perseroan (PPs).Proyeksi laba rugi disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 menunjukkan bahwa laba bersih yang dihasilkan berbeda-beda tergantung kapasitas produksi yang dihasilkan.Jika kapasitas produksi di bawah 70% dari kapasitas yang direncanakan,usaha produksi ini akan merugi. Namun demikian keuntungan yang diperoleh meningkat signifikan seiring dengan meningkatnya tingkat produksi.

Analisis Net Present Value (NPV)

NPV adalah salah satu metode analisis investasi untuk menentukan kelayakan suatu usaha. Analisis ini dilakukan dengan cara mengakumulasikan nilai sekarang dari semua penerimaan yang telah dikurangi oleh pengeluaran selama umur investasi. Pada analisis ini semua penerimaan dan pengeluaran dalam aliran kas yang terjadi di masa yang akan datang dikonversi menjadi nilai sekarang kemudian dijumlahkan.

Sebelum menganalisis NPV dilakukan analisis aliran kas terlebih dahulu yang merupakan suatu komponen analisis finansial yang menunjukkan perputaran uang yang terjadi selama masa produksi berlangsung. Keseimbangan kas masuk (Inflow) dan kas keluar (Outflow), akan menentukan besarnya uang pada waktu tertentu. Keuntungan bersih dan NPV yang diperoleh hingga akhir masa produksi sebesar Rp. 428,429,433.00 (Lampiran 9) dan Rp. 1,523,542,701.66(Lampiran 10).

Analisis Internal Rate of Return (IRR)

IRR merupakan tingkat discount rate yang menghasilkan NPV sama dengan nol. Perhitungan IRR untuk suatu proyek melibatkan bunga modal dimana penerimaan saat ini sama dengan pengeluaran saat ini. Analisis ini dilakukan dengan caraTrial and Error. IRR yang diperoleh dalam perancangan ini adalah 77.98%, sehingga dapat dikatakan investasi yang dilakukan layak untuk dijalankan karena IRR yang diperoleh lebih besar dari pada suku bunga bank yang berlaku yaitu 12,30%. Perhitungan IRR disajikan pada Lampiran 11.

% . , , .. , , . ,. , . % %

(41)

24

Tabel 7 Perhitungan Proyeksi Laba Rugi pada Kapasitas Produksi 60% - 100 %

Komponen Biaya (Rp)

Kapasitas Produksi 60% 70% 80% 90% 100%

Pendapatan 2,040,465,600.00 2,380,543,200.00 2,720,620,800.00 3,060,698,400.00 3,400,776,000.00

Pengeluaran

1. Biaya Tetap 364,294,250.00 364,294,250.00 364,294,250.00 364,294,250.00 364,294,250.00

2. Biaya Variabel 1,562,692,776.00 1,823,141,572.00 2,083,590,368.00 2,344,039,164.00 2,604,487,960.00

3. PPn 10% 204,046,560.00 238,054,320.00 272,062,080.00 306,069,840.00 340,077,600.00

Total Pengeluaran 2,131,033,586.00 2,425,490,142.00 2,719,946,698.00 3,014,403,254.00 3,308,859,810.00

Laba Kotor -90,567,986.00 -44,946,942.00 674,102.00 46,295,146.00 91,916,190.00

PPs 30% - - 202,230.60 13,888,543.80 27,574,857.00

Laba Bersih -90,567,986.00 -44,946,942.00 471,871.40 32,406,602.20 64,341,333.00

(42)

26 Analisis Benefit Cost Rasio (B/C Rasio)

B/C Rasio merupakan salah satu teknik analisis untuk mengetahui nilai manfaat dari sebuah proyek yang akan dijalankan dengan membandingkan nilai manfaat dengan nilai investasi modal yang digunakan. Sehingga kriteria yang diambil baik untuk fixed input dan fixed output sama-sama menghasilkan maksimum B/C. Analisis ini dilakukan dengan dua cara, yaitu menghitung Net B/C dan Gross B/C.

⁄ . , , , .

. , , .

= 5.97

  . ,. , ,, ,, ..

= 1.10

Dari hasil perhitungan diperoleh nilai Net B/C dan Gross B/C lebih dari 1, maka dapat dikatakan bahwa usaha pengolahan kopi gelondong menjadi kopi beras layak untuk dijalankan.

Analisis Payback Period (PP)

PP merupakan waktu yang dibutuhkan untuk pengembalian modal, baik modal investasi maupun modal kerja.

. , , . . , , .

. , , .   %

= 142.88%

   . %

= 0.70 tahun = 8 bulan 16 hari

Analisis Return On Invesment (ROI)

ROI merupakan salah satu cara untuk menentukan rasio laba dengan investasi yang diperlukan untuk memperoleh laba tersebut.

. , , , .

. , , .   %

= 10.71

(43)

27 Berdasarkan perhitungan analisis kelayakan finansial usaha pengolahan biji kopi, seluruh kriteria kelayakan menunjukkan bahwa usaha pengolahan biji kopi ini layak secara finansial.NVP yang diperoleh lebih besar dari 0, B/C rasio lebih besar dari 1, IRR lebih tinggi dari suku bunga bank yang berlaku.Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa usaha pengolahan biji kopi layak untuk dijalankan

Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui akibat dari perubahan-perubahan parameter produksi terhadap perubahan kinerja sistem produksi dalam menghasilkan keuntungan.Dengan melakukan analisis sensitivitas, maka akibat yang mungkin terjadi dari perubahan-perubahan tersebut dapat diketahui dan diantisipasi sebelumnya.Setelah melakukan analisis dapat diketahui seberapa jauh dampak perubahan tersebut terhadap kelayakan proyek sehingga proyek masih layak dilaksanakan.

Analisis sensitivitas dilakukan dengan menghitung IRR, NPV, B/C ratio, dan PPpada beberapa skenario perubahan yang mungkin terjadi.Tingkat sensitivitas kelayakan usaha pengolahan buah kopi dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 menunjukkan bahwa walaupun terjadi kenaikan harga bahan baku, penurunan harga jual, dan kenaikan gaji karyawan, usaha pengolahan buah kopi layak untuk dijalankan.

(44)

28

Tabel 8Tingkat Sensitivitas Kelayakan Usaha Pengolahan Buah Kopi

No. Komponen NPV

(Rp)

B/C Ratio IRR

(%) PP

Net B/C

Gross B/C

1 Harga bahan baku naik 10% 591,526,679.82 2.93 1.04 43.53 1 tahun 1 bulan 25 hari

2 Harga jual turun 10% 236,021,807.03 1.77 1.02 31.04 1 tahun 6 bulan 19 hari

3 Upah karyawan naik 10% 1,396,474,841.88 5.56 1.09 72.64 8 bulan 28 hari

4 Bahan baku naik 10%, harga jual Ttetap, dan upah

karyawan naik 10% 464,458,821.04 5.52 1.03 39.83 1 tahun 2 bulan 28 hari

(45)

29

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Proses pengolahan kopi gelondong menjadi kopi beras ini meliputi beberapa langkah, yaitu penggilingan kopi gelondong, fermentasi dan pencucian, penjemuran kopi gabah, penggilingan kopi gabah, penjemuran kopi beras, penimbangan, dan pengemasan serta penyimpanan.

Kapasitas produksi minimum yang harus dicapai usaha pengolahan biji kopi yaitu sebesar 64,825.95 kg kopi beras setiap tahun atau sama dengan 147 kg/hari yang dilihat berdasarkan nilai pada titik impas. Pengeringan pada biji kopi ini dilakukan secara alami menggunakan panas matahari sehingga tidak membutuhkan mesin atau bahan bakar.

Dalam perancangan ini dibutuhkan investasi sebesar Rp. 317,423,000.00 dan biaya produksi setiap tahunnya adalah Rp. 2,902,831,710.00. Harga pokok kopi beras adalah Rp. 21,300.00/kg, sedangkan harga jual kopi beras sesuai harga pasar adalah Rp. 24,000.00/kg. Proyeksi keuntungan yang diperoleh pada usaha pengolahan biji kopi ini mencapai Rp. 64,341,333.00.

Dalam perancangan ini diperoleh NPV sebesar Rp. 1,523,542,701.66, IRR sebesar 77.98%, Net B/C sebesar 5.97, Gross B/C sebesar 1.10, dan ROI sebesar 10.71, serta waktu pengembalian modal selama 8 bulan 16 hari. Dengan mempertimbangkan hal tersebut, maka usaha pengolahan biji kopi ini layak untuk dijalankan.

Saran

1. Pada perancangan ini perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pemanfaatan limbah kopi.

2. Perlu adanya pengkajian ulang mengenai aspek-aspek analisis teknis, seperti analisis aspek manajemen, aspek sosial, aspek kelembagaan, dan aspek pasar. 3. Perlu dikaji lebih lanjut mengenai AMDAL (Analisis Dampak Lingkungan).

(46)

30

DAFTAR PUSTAKA

[AEKI] Asosiasi Ekspor Kopi Indonesia . http://www.aekiaice.org/index.php? option=com_content&view=article&id=&Itemid=11 &lang=in [diunduh 2013 Maret 8].

[Ditjenbun] Direktorat Jenderal Perkebunan. http:ditjenbun.deptan.go.id/ pascapanen/downlot.php%3Ffile%3DPermentan.no.52.th.2012.ttg.pascapa nen.kopi.pdf+&cd=1&hl=id&ct=clnk. [diunduh 2013 Maret 12].

[Ditjen Minerba] Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara. http://www.minerba.esdm.go.id/library/sijh/UU%20010%20Th1994PERU BAHAN%20ATAS%20UU%20NO.7%20TH1993.pdf [diunduh 2013 November 28].

[ICCRI] Indonesian Coffee and Cocoa Research Institute.

http://www.iccri.net/index.php?option=com_content&view=article&id=95 &Itemid=93 [diunduh 2013 Maret 8].

Aak. 1988. Budidaya Tanaman kopi.Yogyakarta : Kanisius.

Apple MJ. 1990. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan. Edisi Ketiga. Bandung : ITB.

Djojodipura M. 1992. Teori Lokasi. Jakarta : Fakultas Ekonomi UI.

Dwiyanto A. 2008. Perancangan Tata Letak Gudang Barang Jadi di PT Toa Galva Industries. Bandung : ITB.

Gittinger JP. 2008. Analisis Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Jakarta : UI Press. Husnan S dan Suwarsono. 1994. Studi Kelayakan Proyek. Yogyakarta : UPP

AMP YKNP.

Imam R. 1999. Manajemen Proyek (Dari Konseptual Sampai Operasioanal). Jilid 1.Jakarta : Erlangga.

Indrawan K. 2000.Perancangan Awal dan Analisis Kelayakan Pendirian Pabrik Pengolahan Tepung Talas (Colocasia esculenta (L.)Schott ) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Irham F. 2009. Studi Kelayakan Bisnis : Teori dan Aplikasi. Jakarta : Alfabeta. James LR. 1976. Production Systems : Planning, Analisys, and Control. Third

Edition. United States of America : Ellen, P. O’ Neill.

Karim A. 2008. Pengembangan Ekonomi Lokal Melalui Revitalisasi Kebun Kopi Rakyat di Dataran Tinggi Gayo.[Internet]. [diunduh 2013 Maret 31].Tersediapada:http://bappeda.acehprov.go.id/v2/file/journal/Isi%20jurn al_%20Abubakar_Karim.pdf.

Keown JA, Scott FD, Martin DJ, Petty JW. 2002. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Jakarta : Salemba 4.

Khairati N. 2009. Pengaruh Penjualan Kopi Arabika Dalam Bentuk Buah Panen (Cherry Red) Terhadap Ekonomi Petani Kopi Arabika Desa Tanjung Beringin di Kabupaten Dairi [skripsi]. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara.

Lintas Gayo. 2013. Kopi Gayo, Nama yang Mendunia dan Petani Miskin [Internet].[diunduh2013Maret9].Tersediapada:http://www.lintasgayo.com/ 35352/kopi-gayo-nama-yang-mendunia-dan-petani-miskin.html

(47)

31 Maimun. 2009. Analisis Pendapatan Usahatani dan Nilai Tambah Saluran

Pemasaran Kopi Arabika Organik dan Non Organik [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Najiati S dan Daniarti. 2004. Kopi Budi Daya dan Penanganan Pasca Panen.Edisi Revisi. Bogor : Penebar Swadaya

Pangabean E. 2011.Buku Pintar Kopi. Jakarta : AgroMedia Pustaka.

Pramudya B, Pertiwi S, Dewi N. 1992. Ekonomi Teknik. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Purnomo H. 2004. Perancangan dan Perancangan Fasilitas. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Rahardjo P. 2012. Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika dan Robusta.Jakarta : Penebar Swadaya.

Suyadi P. Manajemen Operasi (Operations Management) Analisis dan Studi Kasus. Edisi Keempat. Jakarta : Bumi Aksara.

Umar H. 2005. Studi Kelayakan Bisnis. Edisi Ketiga. Jakarta : Gramedia.

Wahyono B. 2012.Mesin dan Peralatan.[Internet]. [diunduh 2013 April 15]. Tersedia pada : www.pendidikan ekonomi.com/2012/06/mesin-dan-peralatan.html.

Wijiyastuti S. 2010. Pengolahan Kopi Beras Cara Kering/O.I.B (Ost Indische Bereiding) [Internet]. [diunduh 2013 April 1]. Tersedia Pada :http://cybex.deptan.go.id/penyuluhan/pengolahan-kopi-beras-cara-keringoib-ost-indische-bereiding.

Yamit Z. 2012. Manajemen Produksi dan Operasional. Second Edition. Yogyakarta : Ekonosia Fakultas Ekonomi.

(48)

32

LAMPIRAN

Lampiran 1Perhitungan Kebutuhan Bahan Baku per hari Kadar air kopi beras : 13%

Kadar air kopi gabah : 40% Kulit kopi gelondong : 10% Kulit kopi gabah : 5%

Pada usaha pengolahan biji kopi digunakan 1,000 kg kopi gelondong setiap hari.

Limbah Basah = 1,000 kg/hari x 10%

= 100 kg/hari

Kopi gabah basah = 870 kg/hari – 100 kg/hari

= 900 kg/hari

Kopi gabah kering = 900 kg/hari – (900 x 40%)

= 540 kg/hari

Limbah Kering = 540 kg/hari x 5%

=27 kg/hari

Kopi beras basah = 540 kg/hari – 27 kg/hari

= 513 kg/hari

Kopi beras kering = 513 kg/hari – (513 x 13%)

= 447 kg/hari

Tabel 9 Produksi Kopi Gelondong dan Kopi Beras Kapsitas

Produksi

Kopi Gelondong (kg/hari)

Kopi Beras (kg/hari)

60% 600 268.2

70% 700 312.9

80% 800 357.6

90% 900 402.3

100% 1,000 447

(49)

33 Lampiran 2 Tata Letak Pabrik Usaha Pengolahan Biji Kopi

Gambar 2 Bagan Keterkaitan Antar Aktivitas Keterangan (James L. Riggs (1976)) :

Pendekatan penting :

A (Absolutely necessary), menunjukkan bahwa antar kegiatan harus saling berdekatan dan bersebelahan dengan kegiatan tertentu.

E (Especially important), menunjukkan bahwa antar kegiatan harus saling berdekatan dengan kegiatan tertentu.

I (Important), menunjukkan bahwa antar kegiatan harus cukup berdekatan dengan kegiatan tertentu.

O (Ordinary important OK), menunjukkan bahwa antar kegiatan tidak harus saling berdekatan dengan kegiatan tertentu.

U (Unimportant), menunjukkan bahwa antar kegiatan bebas dan tidak saling terikat kegiatan tertentu.

X (Undesirable), menunjukkan bahwa antar kegiatan tidak boleh saling berdekatan dengan kegiatan yang lain.

Alasan khusus utuk pendekatan :

1 Menggunakan peralatan atau fasilitas yang sama 2 Menggunakan personel atau catatan yang sama

(50)

34

3 Urutan aliran kerja

4 Memudahkan komunikasi atau efisiensi waktu 5 Membahayakan atau kondisi yang tidak nyaman 6 Melakukan pekerjaan yang sama

Gambar 3 Tata Letak Pabrik Keteranagan :

a. Satpam m. Ruang Administrasi

b. Gudang Penyimpanan n. Parkir

c. Ruang Sortasi o. Lantai Jemur d. Ruang Hulling

e. Ruang Limbah Gerbang Masuk

f. Ruang Pulping

g. Ruang Fermentasi dan Pencucian Pohon h. Genset

i. Ruang Perlengkapan j. Ruang Istirahat k. Toilet

l. Mushala

(51)

35 Lampiran 3Biaya Investasi Mesin dan Peralatan serta Perlengkapan

No. Deskripsi Jumlah Kapasitas Harga/Unit

(Rp)

Biaya (Rp)

A Mesin dan Peralatan

1 Pulper 2 100 kg/jam 9,000,000.00 18,000,000.00

2 Huller 1 300 kg/jam 23,000,000.00 23,000,000.00

3 Meja Sortasi 1 - 1,000,000.00 1,000,000.00

4 Timbangan 1 300 kg 750,000.00 750,000.00

5 Angkong 2 200 kg 300,000.00 600,000.00

6 Genset 1 6 KVA 17,000,000.00 17,000,000.00

7 Pompa Air 2 1,000 liter 400,000.00 800,000.00

Sub Total 61,150,000.00

B Perlengkapan

1 Komputer 1 - 5,000,000.00 5,000,000.00

2 Printer 1 - 850,000.00 850,000.00

3 Meja 3 - 300,000.00 900,000.00

4 Kursi 9 - 50,000.00 450,000.00

5 Locker 1 4 rak 450,000.00 450,000.00

6 Pemasangan Telpon 1 - 1,500,000.00 1,500,000.00

(52)

36 Lampiran 4 Pemeliharaan, Perbaikan, Asuransi, dan Pajak

A. Biaya Pemeliharaan/ Perbaikan

No. Jenis Nilai

1 Bangunan 85,000,000.00 0.02 1,700,000.00

2 Mesin dan Peralatan 61,150,000.00 0.02 1,223,000.00

3 Kendaraan 150,000,000.00 0.02 3,000,000.00

4 Instalasi 1,223,000.00 0.02 24,460.00

Total 5,947,460.00

1 Bangunan 85,000,000.00 0.005 425,000.00

2 Mesin dan Peralatan 61,150,000.00 0.005 305,750.00

3 Kendaraan 150,000,000.00 0.005 750,000.00

4 Tenaga Kerja 288,000,000.00 0.030 8,640,000.00

Gambar

Gambar 1 Alur Produksi Biji Kopi
Tabel 5 Kebutuhan Ruang dan Luas Tanah Pada Proses Pengolahan Buah Kopi
Tabel 6 Biaya Pengolahan Buah Kopi Selama Setahun
Tabel 7 Perhitungan Proyeksi Laba Rugi pada Kapasitas Produksi 60% - 100 %
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada Perkebunan Kopi di Kecamatan Bener Kelipah Kabupaten Bener Meriah dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:1) Jumlah jenis

Demikian juga dengan usahatani kopi Arabika Gayo mempunyai risiko yang cukup tinggi, baik dari sisi on farm maupun kepastian pasarnya.Berdasarkan hasil penelitian

Bahan baku yang digunakan dalam proses Produksi Kopi Tubruk Gayo di Desa Conto Kecamatan Timang Gajah Kabupaten Bener Meriah terdiri dari Biji Kopi yang menjadi

Untuk mengetahui tingkat bahaya erosi yang terjadi pada berbagai kemiringan lereng di kebun kopi rakyat di Desa Jungke dan Desa Seni Antara Kecamatan Permata,

Dapat diketahui bahwa nilai tambah yang di peroleh dari usaha pengolahan kopi gelondongan (Cherry red) menjadi kopi biji (Green bean) adalah sebesar Rp.2.974 yang diperoleh dari

Perhitungan Nilai Tambah dalam Pengolahan Biji Kopi menjadi Kopi Bubuk dengan menggunakan Metode Hayami Tabel 10 diketahui bahwa perhitungan nilai tambah produk kopi bubuk dengan

Maraqdia Putra Agung untuk setiap jenis kopi masing pada tahun 2018 sebanyak 20 dan tahun 2019 sebanyak 23 kali, selain itu pada penelitian yang akan dilakukan di Usaha Pengolahan Biji

Proses pengolahan kopi yang dilakukan setiap gudang memiliki kesamaan yaitu dengan menerapkan teknik semi wash pada proses pengolahannya dikarenakan buah kopi yang diolah adalah jenis