Desa Sidokumpul, Patean, Kabupaten Kendal)
RINALDY YUSUF I34063282
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
This study is about the effectiveness of agribusiness corporate brand image strategy which doing by PT. Plantera on virtual media and related factors. This study use quantitative approach with survey method and supported by qualitative data. Respondent is people who already visited Plantera Fruit Paradise Ngebruk’s fan page on Facebook and then decided to came to the Plantera. This study focused on relation between respondent’s social economic characteristics (gender, age, level education, and level income), public perception about the corporate, and corporate brand image strategy on Facebook Fan Page with the effectiveness itself.
Based on result, from four social economic characteristics on respondent (gender, age, level education, level income) only level education, level income, and age of respondent that have relation with the effectiveness of corporate brand image strategy on Facebook Fan Page. Public perception about the corporate and corporate brand image strategy also related to the effectiveness. The conclusion of this study is the corporate brand image strategy which doing by PT. Plantera is well done and had an effective result on it’s implementation.
.
RINALDY YUSUF. STRATEGI PENCITRAAN PERUSAHAAN AGRIBISNIS MELALUI MEDIA VIRTUAL (Kasus: Plantera Fruit Paradise, PT. Plantera, Kebun Ngebruk, Desa Sidokumpul, Patean, Kabupaten Kendal) (Di bawah bimbingan NINUK PURNANINGSIH).
Media virtual atau yang lebih dikenal sebagai internet kini telah menjadi media komunikasi yang populer di Indonesia. Menurut data tahun 2009, Indonesia menempati peringkat kelima di Asia dengan jumlah pengguna (user) sebanyak 25 juta orang. Sebagian besar diantaranya merupakan penggerak jejaring sosial seperti Facebook, Friendster, Twitter, dan lain-lain. User di Indonesia umumnya berasal dari generasi muda terdidik (well-educated). Di tahun 2009, untuk jejaring sosial Facebook, user di Indonesia termasuk user Facebook terbesar keempat di dunia dengan pengguna aktif sejumlah 5.949.740 orang dan diperkirakan akan terus bertambah. Akibatnya, beberapa perusahaan barang dan jasa di Indonesia akhir-akhir ini mulai melirik dan menggunakan salah satu layanan virtual di Facebook yaitu Fan Page (Laman Penggemar di Facebook atau LPF) untuk mempromosikan produk dan brand mereka kepada publik eksternalnya dikarenakan potensi besar jumlah massa atau publik yang akan dihadapi.
Laman Penggemar di Facebook atau LPF memiliki sejumlah kelebihan di antaranya adalah kemudahan akses karena sebagian besar pengguna media virtual di Indonesia memiliki akun Facebook. Update dan berbagi informasi (foto, berita, dan video) juga dapat dilakukan dengan lebih cepat dan mudah. Artinya, perusahaan dapat dengan mudah mempromosikan dan menciptakan citra perusahaan secara lebih efektif dan lebih murah. Meski demikian, perusahaan harus tetap mewaspadai sisi negatif yang muncul. Seperti halnya citra positif yang mudah dan cepat terwujud, citra negatif juga dapat terjadi dengan segera. Informasi yang negatif tentang perusahaan dapat tersebar sama cepat dan sama luas jangkauannya. Selain itu ternyata data di lapangan menunjukkan jumlah perusahaan pertanian terutama di bidang agribisnis yang menggunakan LPF masih dapat dihitung dengan jari. Oleh karena itu menjadi penting untuk mengetahui apakah strategi pencitraan perusahaan melalui LPF memang efektif dan tepat sasaran kepada publik eksternalnya.
Skripsi ini bertujuan untuk mengidentifikasi strategi pencitraan Plantera Fruit Paradise yang dilakukan PT. Plantera sebagai salah satu perusahaan agribisnis di Jawa Tengah dengan produknya Plantera Fruit Paradise. Selain itu, skripsi ini juga bertujuan untuk mengetahui efektivitas strategi pencitraan Plantera Fruit Paradise melalui media virtualnya dan faktor-faktor yang berhubungan dengan keefektifan strategi pencitraan tersebut. Dari faktor-faktor yang berhubungan, perusahaan kemudian dapat menyusun atau memperkuat strategi pencitraan yang lebih efektif dalam menghadapi perkembangan zaman dan persaingan pasar.
orang responden terbagi dalam dua kelompok besar yaitu kelompok responden yang mengunjungi pada hari kerja (responden hari kerja) dan yang mengunjungi pada hari libur (responden hari libur). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
Hasil penelitian ini strategi pencitraan Plantera Fruit Paradise melalui LPF telah cukup efektif dengan hasil yang baik pada ketiga aspek yaitu aspek kognisi, afeksi, dan konasi. Ketiga variabel yang diduga berhubungan dengan efektivitas strategi pencitraan melalui LPF umumnya memiliki hubungan dan hubungan bersifat positif, kecuali pada beberapa aspek. Variabel jenis kelamin kedua kelompok responden (responden hari kerja maupun hari libur) ditemukan tidak berhubungan dengan tiga aspek efektivitas strategi pencitraan melalui LPF yaitu kognisi, afeksi, dan konasi. Sementara kredibilitas perusahaan dan strategi pencitraan tidak berhubungan dengan salah satu aspek yaitu aspek kognisi dan hanya terjadi pada kelompok responden hari libur.
Jenis kelamin tidak berhubungan dengan efektivitas strategi pencitraan melalui LPF pada kedua kelompok responden. Artinya, pemahaman (kognisi), perasaan (afeksi), dan kecenderungan berperilaku (konasi) pada tiap jenis kelamin (laki-laki atau perempuan) terhadap Plantera adalah sama. Usia publik sasaran pada kedua kelompok responden berhubungan dengan efektivitas strategi pencitraan melalui LPF. Artinya, pada tiap jenjang usia, pemahaman, perasaan, dan kecenderungan berperilaku responden terhadap Plantera ditemukan berbeda. Hubungan bersifat positif yang bermakna semakin tinggi usia responden maka semakin baik pula pemahaman, perasaan, dan kecenderungan berperilaku responden terhadap Plantera. Tingkat pendidikan publik sasaran pada kedua kelompok responden berhubungan dengan efektivitas strategi pencitraan melalui LPF. Artinya, pada tiap jenjang pendidikan, pemahaman, perasaan, dan kecenderungan berperilaku responden terhadap Plantera ditemukan berbeda. Hubungan bersifat positif yang bermakna semakin tinggi tingkat pendidikan responden maka semakin baik pula pemahaman, perasaan, dan kecenderungan berperilaku responden terhadap Plantera.
ditemukan tidak berhubungan dengan aspek pemahaman. Hal ini berarti pada tiap responden yang menilai berbeda mengenai kredibilitas perusahaan, pemahaman responden terhadap Plantera ditemukan tidak berbeda atau sama. Strategi pencitraan melalui LPF juga ditemukan berhubungan dengan efektivitas strategi pencitraan Plantera Fruit Paradise melalui LPF yaitu pada aspek afeksi dan aspek konasi untuk kedua kelompok responden. Artinya, pada tiap responden yang menilai berbeda mengenai strategi pencitraan melalui LPF, perasaan dan kecenderungan berperilaku responden terhadap Plantera ditemukan berbeda pula. Hubungan bersifat positif yang bermakna semakin baik responden menilai strategi pencitraan melalui LPF maka semakin baik pula perasaan dan kecenderungan berperilaku responden terhadap Plantera. Pada responden hari kerja, strategi pencitraan melalui LPF juga ditemukan berhubungan dengan aspek pemahaman. Hubungannya juga positif yang bermakna semakin baik penilaian responden terhadap strategi pencitraan melalui LPF maka semakin baik pula pemahaman responden terhadap Plantera. Sementara pada responden hari libur, strategi pencitraan melalui LPF ditemukan tidak berhubungan dengan aspek pemahaman. Hal ini berarti pada tiap responden yang menilai berbeda mengenai strategi pencitraan melalui LPF, pemahaman responden terhadap Plantera ditemukan tidak berbeda atau sama.
Desa Sidokumpul, Patean, Kabupaten Kendal)
RINALDY YUSUF
Skripsi
Sebagai Bagian Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada
Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
Judul : Strategi Pencitraan Perusahaan Agribisnis melalui Media Virtual (Kasus Plantera Fruit Paradise, PT. Plantera, Kebun Ngebruk, Desa Sidokumpul, Patean, Kabupaten Kendal)
Nama Mahasiswa : Rinaldy Yusuf Nomor Mahasiswa : I34063282
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Ninuk Purnaningsih, MSi NIP. 19690108 199303 2 001
Mengetahui,
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Ketua
Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS NIP. 19550630 198103 1 003
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “STRATEGI PENCITRAAN PERUSAHAAN AGRIBISNIS MELALUI MEDIA VIRTUAL (KASUS PLANTERA FRUIT PARADISE, PT. PLANTERA, KEBUN NGEBRUK, DESA SIDOKUMPUL, PATEAN, KABUPATEN KENDAL)” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI MERUPAKAN HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK/LEMBAGA LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.
Bogor, Januari 2011
Penulis dilahirkan di Cirebon pada tanggal 2 Januari 1989 sebagai anak terakhir dari tiga bersaudara, putra pasangan H. Mamat Rachmat dan Hj. Elly Amalia. Penulis telah menyelesaikan pendidikan formal di Sekolah Dasar Negeri 01 Plamongansari pada tahun 2000, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 09 pada tahun 2003 serta Sekolah Menengah Umum Negeri 02 pada tahun 2006 yang ketiganya berada di Kota Semarang. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Insitut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru). Kemudian, pada tahun berikutnya memasuki Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat setelah melalui seleksi mayor minor.
Segala puji bagi Allah SWT. yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Strategi Pencitraan Perusahaan Agribisnis melalui Media Virtual (Kasus Plantera Fruit Paradise, PT. Plantera, Desa Sidokumpul, Patean, Kabupaten Kendal)”.
Skripsi ini bertujuan untuk mengidentifikasi strategi pencitraan Plantera Fruit Paradise yang dilakukan oleh perusahaan agribisnis, PT. Plantera selama ini. Selain itu, skripsi ini juga bertujuan untuk mengetahui keefektifan strategi pencitraan tersebut melalui media virtualnya yaitu Laman Penggemar di Facebook atau FacebookFan Page dan faktor-faktor yang berhubungan.
Akhirnya, penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat menjadi masukan dan bermanfaat bagi pihak-pihak terkait.
Bogor, Januari 2011
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga skripsi yang berjudul “Strategi Pencitraan Perusahaan Agribisnis melalui Media Virtual (Kasus Plantera Fruit Paradise, PT. Plantera, Desa Sidokumpul, Patean, Kabupaten Kendal)” ini dapat diselesaikan.
Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari berbagai pihak yang membantu dalam berbagai hal dari masa awal penulisan hingga akhir penulisan. Untuk itu ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada:
1. Dr. Ir. Ninuk Purnaningsih, MSi sebagai dosen pembimbing yang telah menyediakan waktunya untuk memberikan dorongan, bimbingan, arahan, dan masukan sejak awal hingga akhir penulisan.
2. Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS sebagai dosen penguji utama dan Heru Purwandari, S.P, MSi sebagai dosen penguji wakil Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakarat atas kesediaanya untuk menguji skripsi ini dan memberikan masukan yang berarti.
3. Ayah dan Ibu tercinta, H. Mamat Rachmat dan Hj. Elly Amalia atas bantuan doa, keikhlasan dan perhatiaannya. Juga untuk saudara-saudaraku yang senantiasa mengingatkan dan memberi dukungan semangat: Aa’ Ardan dan Teteh Tessy.
4. Yang tercinta dan selalu dirindukan, Aritha Winta Tarigan, yang selalu memberikan doa, semangat, dan kekuatan bagi penulis.
5. Bapak Budi Darmawan sebagai General Manager dari PT. Cengkeh Zanzibar, Bapak Ronny Renaldy sebagai Manager HRD, Ibu Lusika Yulianti sebagai Manager Agrowisata PT. Plantera, serta Keluarga Fatchur yang telah memberikan kesempatan dan bantuan kepada penulis sehingga penulis dapat melakukan penelitian di Plantera.
7. Dendi Wijaya, si Alma 38, dan, Abdillah Apri Sudarmanto alias Bedhil (KPM 43) sebagai suhu SPSS termantap, serta senior-senior Wisma Alma Balebak lainnya atas bantuan bantuan mie instan dan air galon yang jadi bahan makanan dan minuman darurat selama tanggal tua.
8. Lussi Susanti (KPM 42) yang telah banyak membantu terutama dalam hal literatur dan beberapa contoh proposal penelitian.
9. Sahabat-sahabat Facebook dan Twitter (@bayutarigan, @irenanggita, @suzyant, @indriani_nty, @ndiamiranda, @tiataviani, @ruaien, @niawcchi, dan @iqbaluz) atas hiburan kala malam disaat suntuk mengerjakan studi pustaka, proposal penelitian hingga skripsi.
10. Petugas Perpustakaan Pusat IPB (LSI) yang telah menjaga literatur tetap pada tempatnya dan menjaga ketenangan di LSI serta atas dedikasi dan keuletan kerjanya.
11. Serta sejumlah pihak yang penulis tidak dapat sebutkan satu-persatu yang telah membantu dalam hal apapun sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini.
Bogor, Januari 2011
Daftar Tabel ... v
Daftar Gambar ... ix
BAB I . PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 3
1.3. Tujuan Penelitian ... 4
1.4. Kegunaan Penelitian ... 4
BAB II. PENDEKATAN TEORITIS ... 5
2.1. Tinjauan Pustaka ... 5
2.1.1. Public Relations ... 5
2.1.2. Strategi PR ... 7
2.1.3. Cara PRmeningkatkan Citra Perusahaan melalui Media ... 9
2.1.4. Media Virtual ... 10
2.1.4.1. Definisi Media Virtual ... 10
2.1.4.2. Perbandingan Media Virtual dengan Media Klasik ... 11
2.1.5. Laman Penggemar di Facebook (FacebookFan Page) ... 14
2.1.6. Konsep Agrowisata ... 15
2.2. Kerangka Pemikiran ... 16
2.3. Hipotesis Uji ... 19
2.4. Definisi Operasional ... 19
BAB III. PENDEKATAN LAPANG ... 22
3.1. Metode Penelitian ... 22
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 22
3.3. Teknik Pengambilan Responden dan Informan ... 23
3.4. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 24
BAB IV. PROFIL LOKASI PENELITIAN ... 25
4.1. Sejarah Berdirinya PT. Cengkeh Zanzibar dan Plantera ... 25
4.2. Visi dan Misi Plantera ... 26
4.3. Struktur Organisasi Plantera ... 26
BAB V. KARAKTERISTIK RESPONDEN ... 29
BAB VII. STRATEGI PENCITRAAN PLANTERA FRUIT PARADISE MELALUI LPF ... 35
7.1. Segmentasi Pasar Produk ... 35
7.2. Strategi Dasar Plantera Fruit Paradise Terhadap Citra Perusahaan ... 35
7.2.1. Tujuan Strategi Pencitraan Plantera Fruit Paradise ... 35
7.2.2. Strategi Pencitraan Plantera Fruit Paradise Melalui LPF ... 36
BAB VIII. EFEKTIVITAS STRATEGI PENCITRAAN PLANTERA FRUIT PARADISE MELALUI LPF ... 40
8.1. Aspek Kognitif ... 40
8.2. Aspek Afektif ... 41
8.3. Aspek Konatif ... 42
BAB IX. HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PUBLIK SASARAN DENGAN EFEKTIVITAS STRATEGI PENCITRAAN MELALUI LPF ... 44
9.1. Hubungan antara Jenis Kelamin Publik Sasaran dengan Efektivitas Strategi Pencitraan melalui LPF ... 44
9.1.1. Hubungan antara Jenis Kelamin Publik Sasaran dengan Aspek Kognitif ... 44
9.1.2. Hubungan antara Jenis Kelamin Publik Sasaran dengan Aspek Afektif ... 45
9.1.3. Hubungan antara Jenis Kelamin Publik Sasaran dengan Aspek Konatif ... 46
9.2. Hubungan antara Usia Publik Sasaran dengan Efektivitas Strategi Pencitraan melalui LPF ... 47
9.2.1. Hubungan antara Usia Publik Sasaran dengan Aspek Kognitif ... 47
9.2.2. Hubungan antara Usia Publik Sasaran dengan Aspek Afektif ... 49
9.2.3. Hubungan antara Usia Publik Sasaran dengan Aspek Konatif ... 50
9.3.1. Hubungan antara Tingkat Pendidikan Publik Sasaran dengan
Aspek Kognitif ... 52
9.3.2. Hubungan antara Tingkat Pendidikan Publik Sasaran dengan Aspek Afektif ... 54
9.3.3. Hubungan antara Tingkat Pendidikan Publik Sasaran dengan Aspek Konatif ... 55
9.4. Hubungan antara Tingkat Pendapatan Publik Sasaran dengan Efektivitas Strategi Pencitraan melalui LPF ... 57
9.4.1. Hubungan antara Tingkat Pendapatan Publik Sasaran dengan Aspek Kognitif ... 57
9.4.2. Hubungan antara Tingkat Pendapatan Publik Sasaran dengan Aspek Afektif ... 59
9.4.3. Hubungan antara Tingkat Pendapatan Publik Sasaran dengan Aspek Konatif ... 61
BAB X. HUBUNGAN ANTARA KREDIBILITAS PERUSAHAAN DENGAN EFEKTIVITAS STRATEGI PENCITRAAN MELALUI LPF ... 63
10.1. Hubungan antara Kredibilitas Perusahaan dengan Efektivitas Strategi Pencitraan melalui LPF ... 63
10.1.1. Hubungan antara Kredibilitas Perusahaan dengan Aspek Kognitif ... 63
10.1.2. Hubungan antara Kredibilitas Perusahaan dengan Aspek Afektif . 64 10.1.3. Hubungan antara Kredibilitas Perusahaan dengan Aspek Konatif 66 BAB XI. HUBUNGAN ANTARA STRATEGI PENCITRAAN MELALUI LPF DENGAN EFEKTIVITAS STRATEGI PENCITRAAN MELALUI LPF ... 69
11.1. Hubungan antara Strategi Pencitraan melalui LPF dengan Efektivitas Strategi Pencitraan melalui LPF ... 69
11.1.1. Hubungan antara Strategi Pencitraan melalui LPF dengan Aspek Kognitif ... 69
11.1.2. Hubungan antara Strategi Pencitraan melalui LPF dengan Aspek Afektif ... 70
Tabel 1. Persentase Responden Hari Kerja menurut Usia, Plantera Fruit
Paradise Ngebruk, 2010 ... 29 Tabel 2. Persentase Responden Hari Libur menurut Usia, Plantera Fruit
Paradise Ngebruk, 2010 ... 30 Tabel 3. Persentase Responden Hari Kerja menurut Tingkat Pendidikan,
Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010. ... 30 Tabel 4. Persentase Responden Hari Libur menurut Tingkat Pendidikan,
Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 ... 31 Tabel 5. Persentase Responden Hari Kerja berdasarkan Tingkat
Pendapatan per Bulan, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 ... 31 Tabel 6. Persentase Responden Hari Libur berdasarkan Tingkat
Pendapatan per Bulan, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 ... 32 Tabel 7. Persentase Responden Hari Kerja berdasarkan Aspek Kredibilitas
Perusahaan, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 ... 33 Tabel 8. Persentase Responden Hari Libur berdasarkan Aspek Kredibilitas
Perusahaan, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 ... 33 Tabel 9. Persentase Responden Hari Kerja berdasarkan Strategi Pencitraan
melalui LPF, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 ... 38 Tabel 10. Persentase Responden Hari Libur berdasarkan Strategi Pencitraan
melalui LPF, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 ... 38 Tabel 11. Persentase Responden Hari Kerja berdasarkan Aspek Kognisi
mengenai Perusahaan, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 ... 40 Tabel 12. Persentase Responden Hari Libur berdasarkan Aspek Kognisi
mengenai Perusahaan, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 ... 41 Tabel 13. Persentase Responden Hari Kerja berdasarkan Aspek Afeksi
mengenai Perusahaan, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 ... 42 Tabel 14. Persentase Responden Hari Libur berdasarkan Aspek Afeksi
mengenai Perusahaan, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 ... 42 Tabel 15. Persentase Responden Hari Kerja berdasarkan Aspek Konasi
mengenai Perusahaan, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 ... 43 Tabel 16. Persentase Responden Hari Libur berdasarkan Aspek Konasi
mengenai Perusahaan, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 ... 43 Tabel 17. Persentase Responden Hari Kerja menurut Jenis Kelamin dan
Aspek Kognisi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 ... 44 Tabel 18. Persentase Responden Hari Libur menurut Jenis Kelamin dan
Tabel 19. Persentase Responden Hari Kerja menurut Jenis Kelamin dan
Aspek Afeksi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 ... 45 Tabel 20. Persentase Responden Hari Libur menurut Jenis Kelamin dan
Aspek Afeksi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 ... 46 Tabel 21. Persentase Responden Hari Kerja menurut Jenis Kelamin dan
Aspek Konasi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 ... 46 Tabel 22. Persentase Responden Hari Libur menurut Jenis Kelamin dan
Aspek Konasi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 ... 47 Tabel 23. Persentase Responden Hari Kerja menurut Usia Publik Sasaran
dan Aspek Kognisi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 ... 48 Tabel 24. Persentase Responden Hari Libur menurut Usia Publik Sasaran
dan Aspek Kognisi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 ... 48 Tabel 25. Persentase Responden Hari Kerja menurut Usia Publik Sasaran
dan Aspek Afeksi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 ... 49 Tabel 26. Persentase Responden Hari Libur menurut Usia Publik Sasaran
dan Aspek Afeksi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 ... 50 Tabel 27. Persentase Responden Hari Kerja menurut Usia Publik Sasaran
dan Aspek Konasi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 ... 51 Tabel 28. Persentase Responden Hari Libur menurut Usia Publik Sasaran
dan Aspek Konasi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 ... 51 Tabel 29. Persentase Responden Hari Kerja menurut Tingkat Pendidikan
dan Aspek Kognisi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 ... 52 Tabel 30. Persentase Responden Hari Libur menurut Tingkat Pendidikan
dan Aspek Kognisi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 ... 53 Tabel 31. Persentase Responden Hari Kerja menurut Tingkat Pendidikan
dan Aspek Afeksi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 ... 54 Tabel 32. Persentase Responden Hari Libur menurut Tingkat Pendidikan
dan Aspek Afeksi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 ... 55 Tabel 33. Persentase Responden Hari Kerja menurut Tingkat Pendidikan
dan Aspek Konasi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 ... 56 Tabel 34. Persentase Responden Hari Libur menurut Tingkat Pendidikan
dan Aspek Konasi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 ... 56 Tabel 35. Persentase Responden Hari Kerja menurut Tingkat Pendapatan
dan Aspek Kognisi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 ... 58 Tabel 36. Persentase Responden Hari Libur menurut Tingkat Pendapatan
dan Aspek Kognisi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 ... 58 Tabel 37. Persentase Responden Hari Kerja menurut Tingkat Pendapatan
dan Aspek Afeksi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 ... 59 Tabel 38. Persentase Responden Hari Libur menurut Tingkat Pendapatan
Tabel 39. Persentase Responden Hari Kerja menurut Tingkat Pendapatan
dan Aspek Konasi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 ... 61 Tabel 40. Persentase Responden Hari Libur menurut Tingkat Pendapatan
dan Aspek Konasi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 ... 62 Tabel 41. Persentase Responden Hari Kerja menurut Kredibilitas
Perusahaan dan Aspek Kognisi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 ... 63 Tabel 42. Persentase Responden Hari Libur menurut Kredibilitas
Perusahaan dan Aspek Kognisi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 ... 64 Tabel 43. Persentase Responden Hari Kerja menurut Kredibilitas
Perusahaan dan Aspek Afeksi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 ... 65 Tabel 44. Persentase Responden Hari Libur menurut Kredibilitas
Perusahaan dan Aspek Afeksi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 ... 65 Tabel 45. Persentase Responden Hari Kerja menurut Kredibilitas
Perusahaan dan Aspek Konasi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 ... 66 Tabel 46. Persentase Responden Hari Libur menurut Kredibilitas
Perusahaan dan Aspek Konasi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 ... 67 Tabel 47. Persentase Responden Hari Kerja menurut Strategi Pencitraan
melalui LPF dan Aspek Kognisi, Plantera Fruit Paradise
Ngebruk, 2010 ... 68 Tabel 48. Persentase Responden Hari Libur menurut Strategi Pencitraan
melalui LPF dan Aspek Kognisi, Plantera Fruit Paradise
Ngebruk, 2010 ... 69 Tabel 49. Persentase Responden Hari Kerja menurut Strategi Pencitraan
melalui LPF dan Aspek Afeksi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 ... 70 Tabel 50. Persentase Responden Hari Libur menurut Strategi Pencitraan
melalui LPF dan Aspek Afeksi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 ... 70 Tabel 51. Persentase Responden Hari Kerja menurut Strategi Pencitraan
melalui LPF dan Aspek Konasi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 ... 71 Tabel 52. Persentase Responden Hari Libur menurut Strategi Pencitraan
1.1 Latar Belakang
Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi sumber daya alam yang begitu besar. Sumber daya alam begitu berlimpah dan sebagian besar tanah di wilayah Indonesia cukup subur namun masih saja terasa kesenjangan ekonomi yang begitu besar antara desa-kota. Kesenjangan ekonomi tersebut diakibatkan oleh pertumbuhan ekonomi di kota yang begitu cepat dan sebaliknya di desa pertumbuhan ekonomi yang terasa sangat lambat. Hal tersebut berdampak pada masyarakat desa sehingga mereka selalu kekurangan informasi, ketiadaan tenaga kerja di desa, akses yang terbatas terhadap sumberdaya, dan berujung pada rendahnya kesejahteraan hidup. Salah satu alternatif yang dapat ditempuh untuk menyiasati hal tersebut adalah dengan mengembangkan potensi lahan pertanian dalam kegiatan agrowisata.
Strategi pencitraan atau publikasi yang kemudian direkomendasikan oleh banyak pihak di dunia bisnis (marketing & advertising) saat ini yaitu strategi pencitraan melalui internet atau media virtual. Media virtual menurut Haque et. al (2006) adalah media persilangan (hybrid) yang dapat mengkombinasikan semua tiga strategi komunikasi yang ada yaitu komunikasi massa, komunikasi interpersonal dan komunikasi melalui perantaraan mesin (machine underactivity communication). Media virtual menghapus batasan jarak dan waktu sehingga informasi dapat menyebar lebih luas dan lebih mudah diakses oleh lebih banyak massa. Oleh karena keunggulan tersebut, Internet Advertising (IA) dan Internet Branding (IB) menjadi alternatif strategi pencitraan dan mulai banyak diterapkan oleh sejumlah perusahaan di dalam maupun luar negeri. Berkat adanya media virtual, perusahaan dapat mencapai konsumen yang lebih luas dan menjaga kekuatan brand mereka di pasaran.
Di Indonesia, pengguna media virtual pun kian hari kian bertambah banyak. Menurut data tahun 20091, Indonesia kini menempati peringkat kelima di Asia dengan jumlah pengguna media virtual sebanyak 25 Juta orang. Sebagian besar di antaranya merupakan penggerak jejaring sosial seperti Facebook yang termasuk kelompok generasi muda terdidik (well-educated). Pengguna Facebook di Indonesia menurut data statistik tahun 20092, termasuk dalam rangking tujuh besar jumlah pengguna Facebook di seluruh dunia dengan pengguna aktif mencapai 5.949.740 pengguna.
Bentuk penggunaan media virtual yang mulai banyak dilakukan oleh kalangan bisnis saat ini yaitu strategi pencitraan melalui Fan Page Facebook atau Laman Penggemar Facebook (LPF). LPF memiliki sejumlah kelebihan di antaranya adalah kemudahan akses karena sebagian besar pengguna media virtual di Indonesia memiliki akun Facebook. Update dan berbagi informasi (foto, berita, dan video) juga dapat dilakukan dengan lebih cepat dan mudah. Artinya, perusahaan dapat dengan mudah mempromosikan dan menciptakan citra perusahaan secara lebih efektif dan lebih murah. Meski demikian, perusahaan harus tetap mewaspadai sisi negatif yang muncul. Seperti halnya citra positif yang
1
Heryanto,2009. Ruang Publik Komunitas Virtual. http://www.uinjkt.ac.id/index.php/section-blog/28-artikel/1117-ruang-publik-komunitas-virtual.html, diakses 10 Juni 2010 pukul 19.43 WIB.
2
mudah dan cepat terwujud, citra negatif juga dapat terjadi dengan cepat dan mudah. Informasi yang negatif tentang perusahaan dapat tersebar sama cepat dan sama luas jangkauannya.
Salah satu perusahaan agribisnis yang berlokasi di Jawa Tengah yaitu PT. Plantera, sejak 2008 juga telah menggunakan media virtual ini (LPF). PT. Plantera memanfaatkan secara intensif LPF yang dikelolanya di laman “Plantera Fruit Paradise Ngebruk” untuk mempromosikan produk andalannya yaitu, Plantera Fruit Paradise. Plantera Fruit Paradise yang dikelola PT. Plantera merupakan kebun buah terbesar pertama di Jawa Tengah. Kebun buah yang baru saja dibuka pada akhir tahun 2008 ini menempati lahan seluas 210 hektar yang dahulunya adalah lahan yang ditanami cengkeh. Oleh karena terbilang masih baru, maka mutlak dilakukan strategi promosi dan publikasi yang efektif. Pihak manajemen Plantera kemudian merasa media virtual yang satu ini cukup efektif untuk menyampaikan pesan-pesan dari Plantera kepada massa/publik sasaran Plantera secara massal dan instan. Sebelumnya promosi dilakukan melalui media massa dan media elektronik namun biaya dan keefektifannya tidak sebanding dengan dana yang dikucurkan untuk strategi tersebut. Sementara pencitraan melalui LPF lebih mudah dan lebih murah.
Penggunaan LPF merupakan cara yang dapat dikatakan masih baru dan masih jarang dilakukan dalam strategi promosi barang atau jasa serta strategi pencitraan sebuah perusahaan di dunia maya. Selama ini, promosi dilakukan melalui virtual banner, ad space atau memasang hyperlink web di beberapa situs. Namun, cara ini dianggap kurang efektif karena kurang menyentuh massa dalam jumlah banyak dan kurang interaktif. Lalu, penggunaan LPF mulai dilirik sebagai saluran atau media bagi perusahaan yang ingin mempromosikan produknya baik jasa maupun barang atau sebagai media interaksi dengan konsumennya.
Mengacu pada alasan yang telah disebutkan di atas maka strategi pencitraan melalui media virtual (LPF) yang dilakukan Plantera untuk promosi kebun agrowisatanya, menjadi menarik dan perlu untuk dikaji.
1.2 Perumusan Masalah
1. Bagaimana efektivitas strategi pencitraan perusahaan melalui LPF yang dilakukan oleh Plantera Fruit Paradise?
2. Bagaimana hubungan antara karakteristik publik sasaran dengan efektivitas strategi pencitraan Plantera Fruit Paradise melalui LPF?
3. Bagaimana hubungan antara kredibilitas perusahaan dengan efektivitas strategi pencitraan Plantera Fruit Paradise melalui LPF?
4. Bagaimana hubungan strategi pencitraan perusahaan melalui LPF dengan efektivitas strategi pencitraan Plantera Fruit Paradise melalui LPF?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini yaitu: 1. Menganalisis keefektifan strategi pencitraan perusahaan melalui media LPF
yang dilakukan Plantera kepada publik eksternalnya.
2. Menganalisis hubungan antara karakteristik publik sasaran dengan efektivitas strategi pencitraan Plantera Fruit Paradise melalui LPF.
3. Menganalisis hubungan antara kredibilitas perusahaan dengan efektivitas strategi pencitraan Plantera Fruit Paradise melalui LPF.
4. Menganalisis hubungan antara strategi pencitraan perusahaan melalui LPF dengan efektivitas strategi pencitraan Plantera Fruit Paradise melalui LPF. 1.4 Kegunaan Penelitian
2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Public Relations
Public Relations atau PR mengacu pada sebuah konsep yaitu proses komunikasi dua arah antara perusahaan dengan publiknya (internal maupun
eksternal). Rumanti (2002) mengungkapkan PR adalah untuk menumbuhkan dan
mengembangkan hubungan baik secara teratur antara organisasi dan publiknya.
PR membantu manajemen dalam penyampaian informasi dan tanggap terhadap
opini publik dan secara efektif memantau berbagai perubahan.
Suhandang (2004) dalam Putri (2005) menyebutkan bahwa titik berat kegiatan PR adalah kepentingan dan kepercayaan publiknya. Effendy (1986)
dalam Redjeki (2003) menyatakan bahwa PR memiliki tugas dan tanggung dan tanggung jawab membina hubungan dengan publik-publiknya, meliputi hubungan
(dengan publik) internal (karyawan, pemegang saham dan pemasok) dan
hubungan (dengan publik) eksternal (konsumen, pelanggan, komunitas, instansi
pemerintah dan kalangan pers).
Menurut Rumanti (2002), fungsi utama PRadalah sebagai berikut:
1. Menumbuh dan mengembangkan hubungan baik antara
organisasi/perusahaan dengan publiknya, baik internal maupun eksternal.
2. Menanamkan pengertian, menumbuhkan motivasi, dan meningkatkan
partisipasi publik.
3. Menciptakan opini publik yang menguntungkan bagi organisasi/perusahaan
dan publik.
Adapun peran komunikasi dalam PR adalah: komunikasi dalam PR
merupakan titik sentral, karena komunikasi dalam PR bersifat timbal balik,
sehingga komunikasi tersebut merupakan proses integrasi antar manusia. PR
menurut Djaja (1985) dalam Muplihah (2005) adalah juga komunikasi, dimana kegiatannya selalu diarahkan kepada usaha untuk mempengaruhi pendapat publik
agar publik dapat bersikap, berpendapat dan bertingkah laku sesuai keinginan dari
PR bila dilihat dari studi ilmu komunikasi adalah salah satu teknik
komunikasi yang menitikberatkan kepada usaha untuk menumbuhkan suatu
suasana kerjasama (good will) dan menciptakan saling pengertian (mutual understanding) antara publik yang berkepentingan untuk mencapai tujuan bersama dalam iklim yang saling menguntungkan. Berdasarkan pengertian
tersebut kegiatan PR tidak sama dengan komunikasi publik. Walaupun dalam
pelaksanaan kegiatannya, PR dapat menggunakan salah satu bentuk komunikasi
yaitu komunikasi publik organisasi dalam berhubungan dengan publiknya
terutama publik internal.
Menurut Gregory (2004) dalam Muplihah (2005) sasaran PR terbagi menjadi tiga, yaitu:
1. Publik aktif, adalah publik yang secara jelas dan tegas dinyatakan masyarakat
dan cenderung bersifat menuntut untuk diperhatikan bahkan siap diolah untuk
menjadi bahan pengambilan keputusan organisasi (terlibat secara aktif dalam
persoalan-persoalan sosial/opini publik) atau kelompok yang mengambil
tindakan terhadap suatu masalah.
2. Publik sadar, adalah kelompok yang mengenali adanya masalah.
3. Publik latent, adalah opini yang terpenting/masih belum tampak, karena dipandang wajar (masyarakat tahu, tetapi tidak perduli atau kelompok yang
menghadapi masalah akibat tindakan suatu organisasi, namun mereka tidak
menyadarinya. Dapat dikatakan bahwa yang terjadi publik ini akan sadar bila
masalah tersebut telah berhubungan dengan kehidupannya). Opini latent
dapat berubah menjadi opini publik yang efektif, bila mendapat
bantahan/tantangan.
Selain yang disebutkan di atas, publik dapat diperinci lagi menjadi dua
macam (Muplihah, 2005), yaitu sebagai berikut:
1. Publik Intern adalah publik yang menjadi bagian dari perusahaan itu sendiri.
Misalnya: Karyawan, pimpinan, pemegang saham, dan sebagainya.
2. Publik Ekstern adalah orang luar/masyarakat umum yang perlu mendapat
informasi dan penerangan demi tumbuhnya perasaan positif dan
2.1.2 Strategi PR
Strategi PR terletak pada cara dan kebijakan dalam mendekati kelompok
publik sehingga mereka terbuka untuk menerima pesan tersebut (Muplihah, 2005).
Strategi menjadi penting karena memberikan fokus terhadap usaha yang
dilakukan, yang dapat membantu untuk mendapatkan hasil serta melihat jauh ke
depan. Rencana jangka panjang inilah yang menjadi pegangan bagi para praktisi
PR untuk menyusun berbagai rencana teknis, dan langkah komunikasi yang akan
diambil sehari-hari. Untuk dapat bertindak secara strategis, kegiatan PR harus
menyatu dengan visi dan misi perusahaannya.
Dalam menjalankan strategi dan teknik manajemen PR, seorang (praktisi) PR
harus memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk melakukan transaksi dengan
menjalin berbagai hubungan yang bersifat kompleks (rumit) dan penting dalam
organisasi perusahaan, yaitu:
1. PR harus memikirkan hubungan perusahaan dengan lingkungannya sendiri
2. PR harus bekerja sesuai dengan aturan perusahaan untuk mengembangkan
pemecahan yang inovatif terhadap berbagai permasalah perusahaan
3. PR harus berpikir strategis
4. PR harus memiliki kemampuan mengukur hasil yang sudah diperoleh
5. PR harus menyatakan dengan jelas apa yang mereka ingin kerjakan, membuat
pekerjaan secara sistematik, dan mengukur suatu keberhasilan.
Empat hal yang harus diperhatikan oleh seorang praktisi PR menurut Rumanti
(2002) adalah sebagai berikut:
1. Bahwa publik itu manusia, jadi mereka tidak pernah bebas dari berbagai
pengaruh apa saja,
2. Manusia itu cenderung suka memperhatikan, membaca atau mendengarkan
pesan yang dirasakan sesuai dengan kebutuhan atau sikap mereka,
3. Adanya berbagai media massa yang beragam, memberikan efek yang
beragam pula bagi publiknya,
4. Media massa memberikan efek dengan variasi yang besar kepada publik atau
perseorangan maupun kelompok.
Tujuan dari setiap PR dapat bersifat khas dan berbeda-beda sesuai dengan
berbeda-beda melalui media yang lebih beragam dan teknik-teknik komunikasi
yang lebih berbeda dengan periklanan. Untuk mencapai hal tersebut maka,
kata-kata atau message (pesan) yang disampaikan komunikator harus mempunyai pengertian yang sama dengan komunikan agar dapat dimengertinya, sehingga
komunikator akan mengetahui bagaimana reaksi dan respon dari komunikan
terhadap pesan yang disampaikan.
Adapun strategi yang biasanya digunakan oleh PR adalah sebagai berikut:
1. Promosi Media Massa
Promosi memiliki peran yang besar dalam membantu mensosialisasikan
produk perusahaan di mata khalayak. Hubungan antara perusahaan dan publik
sering dilakukan melalui promosi baik berupa iklan atau berupa pendekatan
ke masyarakat melalui event yang disesuaikan dengan kebutuhan khalayak. Media mempunyai peranan penting dalam penyebaran informasi atau berita
kepada publik eksternal. Media bukanlah semata-mata untuk menyebarkan
suatu pesan sesuai keinginan perusahaan untuk mendapatkan citra perusahaan
yang lebih indah di mata publik. Tulisan-tulisan di dalam media massa atau
siaran media elektronik dapat membentuk pendapat publik mengenai citra
perusahaan tertentu.
2. Publisitas dalam kampanye PR
Publisitas atau publikasi merupakan alat penting dalam kampanye PR, karena
sangat berperan untuk menunjang keberhasilan kampanye.
3. Special Events
Divisi PR memiliki kegiatan eksternal yang salah satunya adalah
memproduksi special events sebagai promosi dengan pihak luar. Special events adalah salah satu kegiatan PR yang penting karena dalam penyelenggaraan acara tersebut dapat memancing minat dan partisipasi publik
ekstern untuk ikut serta dan mampu memuaskan kesenangan publik yang ikut
Menurut Ruslan (2000) dalam Muplihah (2005), perbedaan publikasi dan publisitas adalah sebagai berikut:
1. Publikasi dalam kampanye PR merupakan kegiatan untuk menceritakan atau
menyampaikan sebanyak mungkin pesan atau informasi mengenai kegiatan
perusahaan kepada publik eksternal.
2. Sementara itu, publisitas merupakan bentuk atau hasil yang telah diciptakan
dari kegiatan, teknis dan proses media publikasi. Menurut Childs (t.b.) yang
dikutip oleh Ruslan (2000), strategi PR untuk melakukan publikasi yaitu
melakukan kerjasama dengan berbagai media massa dalam penyebaran pesan
kampanye melalui publikasi suatu berita. Selain itu, menggunakan taktik
merekayasa suatu berita dapat dilakukan agar menarik perhatian publik
eksternal sehingga menciptakan publisitas yang menguntungkan.
2.1.3 Cara PR meningkatkan Citra Perusahaan melalui Media
Citra adalah seperangkat ide dan kesan seseorang terhadap suatu obyek
tertentu. Sikap dan tindakan seseorang terhadap suatu obyek akan ditentukan oleh
citra obyek tersebut yang menampilkan kondisi terbaiknya (Ruslan, 2003). Suatu
perusahaan harus melakukan analisis citra (image analysis) dalam mengetahui sejauhmana peranan PR dalam perusahaan tersebut. Analisis citra tersebut terdiri
dari analisis terhadap khalayak sasaran yang memerlukan penilaian (tanggapan),
peserta/publik tentang citra perusahaan, citra program, pelayanan jasa, penampilan
pemberian pelayanan, dan para pesaingnya. Power (2005) menyebutkan citra
perusahaan adalah citra keseluruhan dari kesatuan dari citra merek produk
(product brand image), citra merek perusahaan (corporate brand image) dan citra pemimpin perusahaan. Citra dapat berbentuk positif dan negatif. Citra positif
dapat terbentuk apabila publik mendapatkan informasi yang baik mengenai suatu
perusahaan dan begitu sebaliknya untuk citra negatif.
Citra tidak seyogyanya dipoles. Jefkins (1997) dalam Muplihah (2005) menyatakan pemolesan citra pada dasarnya tidak sesuai dengan hakikat PR itu
sendiri. Hal ini juga dikarenakan citra yakni sepenuhnya berdasarkan pengalaman,
pengetahuan serta pemahaman atas kenyataan yang sesungguhnya. Jefkins (1997)
juga menambahkan hal-hal positif yang dapat meningkatkan citra positif suatu
gemilang, keberhasilan-keberhasilan di bidang keuangan yang pernah diraihnya,
keberhasilan ekspor, hubungan industri yang baik, reputasi sebagai pencipta
lapangan kerja dalam jumlah besar, kesediaan turut memikul tanggung jawab
sosial, komitmen mengadakan riset, dan sebagainya. Keuntungan menggunakan
PR adalah dapat membina citra hubungan baik dengan masyarakat sekitar dan
menekan citra buruk yang dapat terjadi.
Ketika berkomunikasi dengan pihak eksternal (khalayak), PR memiliki
strategi khusus dalam mencapai pembentukan citra positif sebagai sasaran
perusahaan. PR dapat melakukan teleconference maupun press release atau menggunakan media. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan
tersendiri.
Hamidi (2007) menyebutkan komunikasi dapat dikatakan efektif bila pesan
yang disampaikan dapat dipahami oleh komunikan, komunikan bersikap atau
berperilaku seperti apa yang dikehendaki komunikator dan ada kesesuaian
antar-komponen. Asumsi dalam teori tentang efektivitas pesan yaitu jika komunikasi
diharapkan efektif maka pesan-pesannya perlu dikemas sedemikian rupa sehingga
sesuai atau merupakan kebutuhan komunikan, menarik perhatian, simbol yang
mudah dipahami dan cara memperoleh yang mudah. Apabila PR memperhatikan
hal tersebut maka bukan tidak mungkin citra positif perusahaan akan terbentuk di
benak publik sasaran atau dengan kata lain strategi pencitraan dapat efektif.
2.1.4 Media Virtual
2.1.4.1 Definisi Media Virtual
Media virtual atau biasa disebut internet menurut Rozi (2009) adalah jaringan
komputer dengan skala dunia. Sementara media virtual sebagai media komunikasi
menurut Haque et. al (2006) adalah media persilangan (hybrid) yang dapat mengkombinasikan semua tiga strategi komunikasi yang ada yaitu komunikasi
massa, komunikasi interpersonal dan komunikasi melalui perantaraan mesin
(machine underactivity communication). Media virtual muncul pada penghujung abad 21 dan menjadi begitu diminati oleh masyarakat dunia. Sejumlah fasilitas
Menurut Sosiawan (2001), media virtual ternyata bukan sekedar menjadi
alternatif media komunikasi saja, tetapi juga ikut membentuk pola-pola
komunikasi baru. Bentuk atau pola komunikasi baru tersebut antara lain: sifat
komunikasi bermedia berubah menjadi komunikasi yang interaktif, sifat
komunikasi tidak lagi selalu synchronorous tetapi dapat pula bersifat
asynchronorous, jarak ruang, waktu antara pengirim dan penerima pesan menjadi keniscayaan untuk semakin tipis, serta konteks komunikasi berlangsung dalam
dunia maya atau virtual.
2.1.4.2 Perbandingan Media Virtual dengan Media Klasik1
Perbedaan media virtual dibandingkan media klasik dapat dilihat dari dua sisi
yaitu dari penggunaannya oleh komunikan atau komunikator dan sisi karakteristik
media virtual sebagai media komunikasi. Perbandingan tersebut antara lain:
A.Perbedaan dari sisi penggunaan oleh komunikan dan komunikator
1. Penggunaan media virtual sebagai medium untuk berkomunikasi menuntut
penggunanya memiliki pengetahuan cara menggunakan software komputer secara umum dan software aplikasi media virtual secara khusus. Disini berarti terdapat penggunaan dan pengembangan kognisi dari pengguna
media virtual. Semula penggunaan media komunikasi klasik oleh
pengguna bersifat pasif sedangkan penggunaan media virtual
“memaksakan” penggunanya memiliki kemampuan intelegensi dalam
menggunakan media virtual.
2. Komunikasi dalam media virtual memiliki konteks komunikasi massa
tetapi juga membentuk komunikasi personal dalam jumlah banyak yaitu:
bahwa pengguna media virtual dalam melakukan komunikasi berhadapan
dengan pengguna lain dalam jumlah banyak yang masing-masing berperan
sebagai komunikator dan komunikan.
3. Sifat dan bentuk pesan-pesan yang disampaikan melalui semua media
komunikasi klasik, dimiliki oleh medium media virtual. Artinya dalam
media virtual pengiriman pesan menggunakan berbagai bentuk seperti
teks, grafis, video dan suara.
1
4. Komunikasi melalui media virtual memungkinkan terjadinya komunikasi
antar berbagai personal yang rentang perbedaan baik secara sosiologis
maupun budaya sangat berbeda. Komunikator maupun komunikan adalah
person-person yang mungkin sekali berbeda bahasa, budaya, ras, bangsa,
latar belakang sosial ekonomi, pendidikan, dan sebagainya.
B.Sisi karakteristik media virtual sebagai media komunikasi
1. Perbedaan utama dan makro tersebut yaitu; media virtual adalah media
berbasis komputer yang semula berawal dari media “tools/alat” untuk menyimpan serta mengolah informasi data, setelah mengalami modifikasi
(dengan saluran telepon dan modem) digunakan sebagai media
(elektronik) komunikasi dalam bentuk jaringan (network) yang luas dan meng-global.
2. Media virtual sebagai media komunikasi memiliki penawaran interaktif
yang dinamis terhadap penggunanya/user, jauh melebihi penawaran interaktif pada media televisi dan radio (yang terbatas pada satu program
dan isi materi acara). Bahkan media virtual memberikan penawaran
pencarian informasi yang diinginkan melalui fasilitas query dan boelan
dengan menggunakan kata kunci (keywords).
3. Media virtual mampu menjadi pusat informasi dan sumber informasi yang
tidak terbatas dan pada suatu institusi tetapi juga memberikan kesempatan
pada setiap user/individu untuk menjadi sumber/komunikator, oleh Rafaeli (1999) ini disebut sebagai switching.
4. Dampak yang ditimbulkan oleh media virtual beberapa di antaranya sama
dengan media lain, namun dampak sangat jauh berbeda, Don Tappscot
dalam Djamaludin Ancok (2000) memprediksikan dampak dari media virtual adalah pergeseran pola hidup secara umum. Pola hidup manusia
akan sangat tergantung kepada komputer yang menggambarkan besarnya
keterlibatan teknologi informasi dalam hidup manusia. Dampak ini akan
terus berlanjut hingga produk – produk yang dikelola komputer menjadi
produk yang cerdas (smart product).
5. Dampak dari sudut sosial budaya dan ekonomi, diprediksi akan membawa
kelebihan dari media virtual, baik itu dimiliki sendiri atau menggunakan
jasa rental. Keasyikan tersendiri dalam menggunakan media virtual
menjadikan semacam kecanduan yang mau tidak mau membawa ke arah
pengeluaran keuangan yang lebih. Namun dampak dari segi budaya adalah
munculnya trend centre gaya hidup dengan penambahan pengetahuan dari media virtual. Kemudahan dan penggunaan praktis yang ditawarkan media
virtual juga akan membawa masyarakat pada ketidakberdayaan terhadap
implikasi teknologi tersebut.
6. Perbedaan yang terakhir dari lateral sebagai media lebih menonjolkan
kelebihan media virtual sebagai media yang “beraneka rupa”
(multifaceted) dan yang berisi banyak perbedaan konfigurasi proses komunikasi pada fasilitas-fasilitas yang dimiliki. Variasi bentuk
komunikasi yang berlangsung tercampur hubungan komunikasi
interpersonal dan komunikasi massa.
Karakteristik suatu media dalam studi komunikasi adalah segala hal yang
menyangkut ciri-ciri, kemampuan, kelebihan dan kekurangan dari suatu medium
komunikasi. Maka dari itu karakteristik media virtual antara lain:
1. Segi penggunaan medium media virtual adalah berbasis pada penggunaan
komputer sebagai hardware pokok, beserta software pendukung operasionalisasi media virtual dengan menggunakan energi elektronik. Media
virtual tidak mandiri begitu saja namun terkoneksi dalam bentuk jarigan yang
luas melalui berbagai peralatan, seperti satelit, modem, wireless phone dan sebagainya. Karena jaringan yang luas tersebut maka jangkauan (coverage medium) media virtual tidak terbatas pada batasan geografis sehingga lintasan benua dapat dicapai yang memungkinkan terjadinya komunikasi dan interaksi
antar budaya. Jika hambatan geografis dapat dilampaui, maka hambatan
waktu (timelessness) oleh media virtual relatif lebih cepat kapasistas kemampuannya untuk menyampaikan pesan yang berupa teknologi digital
komputer dalam bentuk teks, grafis, audio ataupun video.
2. Dalam memproses atau memproduksi pesan melalui media virtual pada
dasarnya adalah mudah dan murah (jika berbentuk teks, gambar dan suara)
window) dalam komputer, telah tersedia sarana pembuatan pesan untuk konsumsi media virtual. Namun pembuatan pesan juga akan menjadi rumit
dan mahal jika aplikasi software dalam pembuatan pesan berbentuk audio-video atau citra bergerak, lebih-lebih jika pembuatan pesan tersebut ditujukan
bagi komoditas bisnis seperti e-commerce yang mau tidak mau harus melewati provider bisnis dalam media virtual.
3. Arus pesan dalam media virtual tidak bersifat linear atau one way saja namun
berbentuk interaktif pada semua fasilitas yang disediakan. Interaktif disini
bersifat penuh (fully interactive). Ini berarti bahwa semua pesan dalam media virtual mampu membuat respon (feedback) seketika bagi penerima pesan (pengguna). Respon atau feedback dalam bentuk pesan yang disampaikan
oleh penerima pesan bentuknya tidak sevariatif pesan yang diterima (teks,
grafis, audio, atau gambar) namun hanya sebatas teks atau audio saja
(Sosiawan, 2001).
2.1.5 Laman Penggemar di Facebook (Facebook Fan Page)
Facebook merupakan situs social network/social media terpopuler di dunia pada dewasa ini. Dirilis pada Februari 2004 oleh seorang mahasiswa Harvard
University bernama Mark Zuckerberg. Tujuan awal pengembangan Facebook ini yaitu hanya sebagai media untuk saling mengenal antar mahasiswa Harvard tanpa
harus bertatap muka langsung. Kini, Facebook memiliki hampir 400 juta pengguna di seluruh dunia2.Facebook sebagai situs pertemanan menyediakan jasa berbagi data, foto, link (tautan), video dan lainnya yang lebih komprehensif dan lebih praktis jika dibandingkan social media lainnya. Facebook juga mengandalkan fitur yang apik dan menarik seperti update status, e-mail dan chat, informasi aktivitas yang interaktif dan mudah diikuti yaitu dalam bentuk wall, hingga fasilitas upload foto yang dilengkapi sistem tagging untuk menandai orang yang kita kenal membuat para pengguna asyik menghabiskan waktu
menggunakan situs social networking satu ini. Terobosan fitur lainnya adalah
Facebook Application. Facebook menyediakan API (Application Programming
2
Interface) dan juga scriptFBML yang memungkinkan para programmer membuat aplikasi-aplikasi web yang bisa diintegrasikan dengan Facebook.
Lalu, salah satu fasilitas yang kemudian ditawarkan oleh Facebook yaitu LPF (Laman Penggemar Facebook/Facebook Fan Page). LPF menurut Mardianto (2010)3 adalah profil sebuah lembaga. Lembaga di sini dapat berarti band, merek, perusahaan, website, dan sebagainya. LPF dapat memungkinkan lembaga yang terkait memiliki penggemar (dalam LPF disebut fans) tanpa menunggu persetujuan pengelola LPF. Oleh karena itu, LPF lebih bersifat publik atau terbuka
jika dibandingkan dengan grup (group) di Facebook. LPF juga dapat memiliki keanggotaan hingga 5000 fans sehingga relatif cocok untuk band, merek, website, atau perusahaan dengan publik/massa yang besar.
2.1.6 Konsep Agrowisata
Agrowisata menurut Tirtawinata dan Fachruddin (1999), adalah rangkaian
aktivitas perjalanan wisata yang memanfaatkan lokasi atau kawasan dan sektor
pertanian mulai dari awal sampai dengan produk pertanian dalam berbagai sistem,
skala dan bentuk dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pemahaman,
pengalaman dan rekreasi di bidang pertanian ini. Sedangkan menurut Surat
Keputusan Bersama (SK Bersama) Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi
dengan Menteri Pertanian yang dituangkan dalam SK Bersama No. KM
47/PW.DVM/MPPT.88 dan No. 204/KPTS/MK.050/4/1989, agrowisata diartikan
sebagai suatu bentuk kegiatan yang memanfaatkan usaha agro sebagai obyek
wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman, rekreasi, dan
hubungan usaha di bidang pertanian.
Sajian yang diberikan kepada wisatawan tidak hanya pemandangan kawasan
pertanian yang panoramik dan kenyamanan di alam pertanian, tetapi juga aktivitas
petani beserta teknologi khas yang digunakan dan dilakukan dalam lahan
pertanian dimana wisatawan juga dapat mengikuti aktivitas ini, ketersediaan
produk segar pertanian yang dapat dinikmati wisatawan, nilai historik lokasi,
3
arsitektur, atau kegiatan tertentu, budaya pertanian yang khas dan kombinasi dari
berbagai ciri tersebut.
Lebih lanjut, Tirtawinata dan Fachruddin (1999) menambahkan agrowisata
juga dapat memberikan manfaat sebagai berikut: (1) meningkatkan konversi
lingkungan, (2) meningkatkan nilai estetika, (3) memberikan nilai rekreasi, (4)
meningkatkan kegiatan ilmiah dan pengembangan ilmu pengetahuan, dan (5)
mendapatkan keuntungan ekonomi.
2.2 Kerangka Pemikiran
Public Relation atau PR dengan berbagai bentuk penerapannya memiliki sejumlah definisi yang memiliki persamaan yang mencolok, yakni mengenai
konsep PR. Sebelumnya peran PR terbatas pada peningkatan jangkauan
wilayahnya, berbeda dengan kondisi pada masa sekarang ini dimana informasi
yang sedikit dapat diketahui oleh banyak orang. Praktisi PR pun perlu
memperluas publik sasarannya dan harus menghadapi keterbukaan serta
kemudahan akses publik terhadap informasi sekecil apapun. Hal ini disebabkan
citra perusahaan terbentuk oleh penilaian publik sasarannya (internal maupun
eksternal) dan seorang praktisi PR haruslah menyusun strategi pencitraan yang
efektif demi menyiasati hal tersebut.
PR dalam menyusun strategi pencitraan bagi perusahaannya perlu
mempertimbangkan banyak hal termasuk di dalamnya yaitu tujuan strategi
pencitraan. Tujuan strategi pencitraan dirumuskan oleh perusahaan sebagai tolok
ukur keberhasilan pencitraan perusahaan. Kemudian, tujuan strategi pencitraan
tersebut diwujudkan melalui strategi pencitraan yang salah satunya melalui media
virtual. Unsur-unsur dalam strategi pencitraan yang disoroti dalam penelitian
antara lain yaitu frekuensi penyampaian, message appeal (daya tarik pesan), gaya pesan dan pilihan kata, serta kelengkapan pesan. Dalam model komunikasi Berlo
(1960), strategi pencitraan termasuk aspek message dan channel.
Berdasarkan studi literatur yang sebelumnya telah dilakukan, karakteristik
publik sasaran seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendapatan dan tingkat
pendidikan diduga merupakan aspek yang berhubungan dengan efektivitas strategi
pencitraan tersebut. Karakteristik publik sasaran kemudian dapat mewakili unsur
strategi pencitraan yang dilakukan oleh PR ditentukan oleh citra perusahaan yang
terbentuk pada publik sasarannya dapat dilihat sebagai ‘effect’ dari sebuah proses komunikasi yang terjadi. Variabel lainnya yang juga mempengaruhi efektivitas
yaitu kredibilitas perusahaan. Dalam model komunikasi Berlo (1960), kredibilitas
perusahaan dapat mewakili unsur ‘Source’ atau sumber pesan.
Citra perusahaan kemudian dapat dilihat dari sikap publik sasaran terhadap
perusahaan. Untuk dapat melihat sikap publik sasaran, dapat diketahui dari tiga
aspek pembentuknya yaitu: kognisi (pengertian atau nalar), afeksi (perasaan atau
emosi), dan konasi (tingkah laku). Semakin positif sikap publik sasaran terhadap
perusahaan maka semakin positif pula citra perusahaan tersebut. Hal ini didukung
oleh Ruslan (2008) yang menyatakan bahwa aktivitas PR yang menyangkut
pendapat umum (opini publik) merupakan aspek yang penting untuk keberhasilan
menciptakan opini publik positif dan pada akhirnya tercipta citra yang baik bagi
suatu organisasi maupun perusahaan. Ruslan (2008) kemudian menambahkan
bahwa faktor-faktor yang membentuk opini publik, yaitu dipengaruhinya oleh
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Keterangan
: Berhubungan
Efektivitas Strategi Pencitraan Plantera Fruit Paradise melalui LPF
Citra perusahaan ditentukkan oleh sikap
publik sasaran terhadap perusahaan
(Ruslan, 2008):
• Kognisi (pemahaman)
• Afeksi (perasaan)
• Konasi (kecenderungan berperilaku)
Strategi Pencitraan Perusahaan melalui LPF
• Frekuensi Penyampaian
• Daya tarik pesan
• Gaya pesan dan pilihan kata
• Kelengkapan pesan
Karakteristik Publik Sasaran (Publik Eksternal) • Usia
• Jenis kelamin
• Tingkat pendidikan
• Tingkat pendapatan
ini adalah:
1. Jenis kelamin publik sasaran berhubungan dengan efektivitas strategi
pencitraan melalui LPF.
2. Usia publik sasaran berhubungan dengan efektivitas strategi pencitraan
melalui LPF.
3. Tingkat pendidikan publik sasaran berhubungan dengan efektivitas strategi
pencitraan melalui LPF
4. Tingkat pendapatan publik sasaran berhubungan dengan efektivitas strategi
pencitraan melalui LPF
5. Strategi pencitraan perusahaaan melalui LPF berhubungan dengan efektivitas
strategi pencitraan melalui LPF.
6. Kredibilitas perusahaan berhubungan nyata dengan efektivitas strategi
pencitraan melalui LPF.
2.4 Definisi Operasional
1. Usia adalah selisih antara tahun responden dilahirkan hingga tahun pada saat
penelitian dilaksanakan. Usia responden dikategorikan menjadi tiga yaitu
dewasa awal (18-30 tahun), dewasa sedang (31-50 tahun), dan dewasa tua
(>50 tahun). Pengkategorian berdasarkan tiga kategori orang dewasa menurut
Havighurst dan Acherman dkk dalam Sugiah (2008).
2. Jenis kelamin: sifat fisik responden sebagaimana yang tercatat dalam kartu
identitas yang dimiliki responden, yang dinyatakan dalam dua jenis yaitu
laki-laki dan perempuan.
3. Tingkat pendidikan yaitu jenjang pendidikan formal terakhir yang pernah atau
sedang dijalani, dibedakan ke dalam kategori: (1) “Rendah”, jika tamat atau
tidak tamat SD atau sederajat, (2) “Sedang”, jika SLTP atau SLTA atau
sederajat, serta (3) “Tinggi”, jika pernah mengenyam pendidikan di perguruan
tinggi.
4. Tingkat pendapatan adalah ukuran taraf hidup yang dilihat dari jumlah
penghasilan seseorang tiap bulannya. Tingkat pendapatan dikategorikan ke
dengan yang didapatkan di lapangan. Tingkat pendapatan individu
dikategorikan ”rendah” apabila responden memiliki pendapatan individu ≤
Rp 1.939.000,00 dan akan dikategorikan ”tinggi” apabila tingkat pendapatan
individu responden > Rp 1.939.000,00.
5. Kredibilitas perusahaan adalah perihal kepercayaan konsumen terhadap
perusahaan.. Kredibilitas mencangkup nama perusahaan, reputasi perusahaan,
karakter pribadi karyawan kontak, dan interaksi dengan konsumen atau
publik sasaran. Kredibilitas diukur dengan memberikan jawaban pilihan,
yaitu : sangat tidak baik (STB) dengan skor 1, tidak baik (TB) dengan skor 2,
cukup (C) dengan skor 3, baik (B) dengan skor 4, dan sangat baik (SB)
dengan skor 5. Kredibilitas dinyatakan “negatif” apabila nilai skor berkisar
antara 7-21 dan dinyatakan “positif” apabila nilai skor berkisar antara 22-35.
6. Strategi pencitraan melalui LPF adalah cara dan kebijakan dalam mendekati
dan membentuk citra perusahaan pada kelompok publik menggunakan media
LPF agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
a. Frekuensi Penyampaian adalah seberapa sering pesan disampaikan dalam
LPF oleh komunikator (perusahaan) kepada komunikan (publik sasaran).
b. Daya Tarik Pesan (Message Appeal) adalah hasil dari perlakuan dan penyajian terhadap pesan yang disampaikan oleh komunikator sehingga
memiliki daya tarik bagi penerima pesan (komunikan).
c. Gaya Pesan dan Pemilahan Kata adalah ragam (cara) komunikator dalam
pemakaian bahasa dan kata untuk menyampaikan pesan kepada
komunikan.
d. Kelengkapan Pesan adalah seberapa lengkap informasi yang tercantum
dalam pesan yang disampaikan komunikator kepada komunikan.
Strategi pencitraan diukur dengan memberikan jawaban pilihan, yaitu :
sangat tidak setuju (STS) dengan skor 1, tidak setuju (TS) dengan skor 2,
setuju (S) dengan skor 3, dan sangat setuju (SS) dengan skor 4. Strategi
pencitraan dinyatakan “buruk” apabila nilai skor berkisar antara 5-12 dan
dinyatakan “baik” apabila nilai skor berkisar antara 13-20.
Efektivitas dapat dilihat dari sikap publik sasaran terhadap perusahaan
ditinjau dari tiga aspek pembentuk sikap yaitu kognisi (pengertian), afeksi
(perasaan), dan psikomotor/konasi (kecenderungan bertingkah laku).
a. Aspek kognisi adalah pengetahuan publik sasaran tentang kebun buah
Plantera. Kognisi diukur dengan memberikan 10 pertanyaan tertutup
mengenai Plantera. Pilihan jawaban hanya memiliki dua variasi yaitu
“benar” dan “salah”. Jawaban yang benar akan diberi skor 1 dan jawaban
yang salah akan diberi skor 0. Responden yang memiliki kognisi tinggi
apabila memiliki skor 5-10 dan responden yang memiliki kognisi rendah
apabila memiliki skor 0-4.
b. Aspek afeksi adalah perasaan responden dalam menanggapi hal-hal
mengenai kebun buah Plantera. Afeksi diukur dengan memberikan
jawaban pilihan, yaitu : sangat tidak setuju (STS) dengan skor 1, tidak
setuju (TS) dengan skor 2, setuju (S) dengan skor 3, dan sangat setuju (SS)
dengan skor 4. Responden yang memiliki afeksi baik apabila memiliki
skor 26-40 dan responden yang memiliki afeksi buruk apabila memiliki
skor 10-25.
c. Aspek konasi adalah kecenderungan berbuat terhadap kebun buah
Plantera. Konasi diukur dengan memberikan jawaban pilihan, yaitu :
sangat tidak setuju (STS) dengan skor 1, tidak setuju (TS) dengan skor 2,
setuju (S) dengan skor 3, dan sangat setuju (SS) dengan skor 4. Responden
yang memiliki konasi tinggi apabila memiliki skor 26-40 dan responden
3.1 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan didukung oleh data kualitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan menggunakan metode survei, yaitu wawancara dengan menggunakan kuesioner, untuk kemudian seluruh jawaban yang diperoleh peneliti dicatat, diolah, dan dianalisis (Prasetyo dan Jannah, 2005). Data kualitatif didapatkan dengan melakukan wawancara mendalam untuk mengetahui lebih dalam mengenai strategi pencitraan, tujuan strategi pencitraan, visi dan misi serta profil perusahaan.
Data dalam penelitian ini dibagi ke dalam dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung oleh peneliti dari hasil kuesioner, wawancara, maupun hasil pengamatan. Sementara itu data sekunder diperoleh dari sumber-sumber sekunder, seperti company profile, data-data dokumentasi atau sumber pustaka lainnya.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.3 Teknik Pengambilan Responden dan Informan
Populasi dari penelitian ini adalah publik sasaran Plantera khususnya publik eksternalnya. Seluruh responden diharuskan memenuhi persyaratan minimal yaitu memiliki akun Facebook dan minimal sekali pernah mengunjungi LPF Plantera Fruit Paradise, serta kemudian mengunjungi Plantera Fruit Paradise. Metode penelitian yang digunakan adalah non-probability sampling. Metode ini dipilih karena semua anggota populasi tidak memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi responden (Simamora, 2004). Selain itu, teknik ini dipilih karena sampling frame (kerangka sampel) yang menjadi dasar pengambilan sampel tidak tersedia atau tidak lengkap. Teknik non-probability sampling yang digunakan adalah accidental sampling. Teknik ini menurut Mustafa (2000), merupakan teknik memilih sampel yang sedang berada di lokasi penelitian pada saat penelitian dilakukan (man on the street).
Unit-unit analisis kemudian digolongkan ke dalam gugus-gugus (clusters) sesuai hari kunjungan. Hanya terdapat dua gugus besar yaitu hari kerja dan hari libur yang dianggap telah dapat memenuhi syarat keragaman data. Diantara lima hari kerja dipilih hari kunjungan rabu dikarenakan persyaratan dari tempat penelitian yang hanya membolehkan penelitian dilakukan pada hari tersebut. Kemudian untuk mewakili hari libur dipilih responden yang berkunjung pada hari kunjungan sabtu atau minggu. Sementara informan untuk penelitian ini adalah seluruh karyawan PT. Plantera yang menangani promosi Plantera Fruit Paradise dan terutama admin atau pengelola LPF Plantera. Informan yang berasal dari pengunjung dipilih dengan menggunakan prinsip purposive (sengaja), sedangkan informan dari perusahaan dipilih secara snowball sampling (prinsip bola salju).
berkurang kemurniannya. Ketiga, persyaratan minimal yaitu memiliki akun Facebook, pernah sekali mengunjungi LPF Plantera Fruit Paradise Ngebruk, dan kemudian mengunjungi Plantera Fruit Paradise ternyata merupakan persyaratan yang hanya dapat dipenuhi sejumlah kecil responden. Hal tersebut ditambah dengan persyaratan waktu penelitian yang kurang dari cukup sehingga peneliti kemudian memutuskan hanya mengambil 20 responden yang berkunjung pada hari kerja dan 20 responden yang berkunjung pada hari libur. Jumlah tersebut ditentukan berdasarkan pengamatan peneliti pada kecenderungan jumlah kunjungan responden yang dapat memenuhi persyaratan yang telah disebutkan di atas.
3.4 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Data kualitatif yang telah diperoleh akan dianalisis secara kualitatif dengan cara mendeskripsikan dan menginterpretasikan fenomena yang ada di lapangan. Data-data berupa karakteristik responden (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan) juga terlebih dahulu dianalisis agar memberikan gambaran awal data responden. Sementara itu data kuantitatif yang berupa data primer diolah, ditabulasikan dan kemudian disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan tabulasi silang. Selanjutnya data kuantitatif kemudian mendapatkan perlakuan pengujian dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman untuk data ordinal dan mengetahui hubungan antar variabel yang diinginkan dan uji Chi Square untuk mengukur korelasi antar dua variabel yang memiliki tingkat pengukuran nominal-ordinal.
4.1 Sejarah Berdirinya PT. Cengkeh Zanzibar dan Plantera
Pada awal tahun 1970, cengkeh menjadi salah satu bahan rempah yang menjadi komoditas unggulan karena memiliki peluang usaha yang cukup bagus pada waktu itu. PT. Cengkeh Zanzibar kemudian ikut membuka lahan untuk kebun cengkeh, salah satunya seluas kurang lebih 2.500 hektar di Desa Sidokumpul, Kecamatan Patean, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Kebun cengkeh ini kemudian dinamakan kebun Ngebruk. Selain itu juga terdapat beberapa kebun lainnya seperti Kebun Curug yang juga terletak di Desa Sidokumpul, Kebun Kalisidi di Ungaran, Kabupaten Semarang, dan Kebun Maranginan serta Kebun Mataram yang keduanya terletak di Kabupaten Sukabumi.
Masa kejayaan para pekebun cengkeh kemudian mulai terancam sejak berdirinya Badan Penyangga dan Pengelolaan Cengkeh (BPPC). BPPC merupakan badan yang dibentuk berdasarkan Keppres Nomor 20 Tahun 1992 dan Inpres Nomor 1 Tahun 1992. Pemerintah memberikan monopoli penuh kepada BPPC untuk membeli dan menjual hasil produksi cengkeh dari petani. Unsur BPPC sendiri terdiri dari unsur INKUD (koperasi), PT Kerta Niaga (unsur BUMN) dan PT Kembang Cengkeh Nasional (swasta). BPPC dianggap berdampak negatif bagi perusahaan PT. Cengkeh Zanzibar dan petani cengkeh lainnya. Hal ini dikarenakan tata niaga perdagangan cengkeh di Indonesia dimonopoli oleh BPPC sehingga usaha cengkeh dianggap tidak lagi terlalu menguntungkan karena harga seenaknya dimainkan oleh BPPC. Beberapa aturan BPPC lainnya seperti pembatasan penanaman jumlah pohon cengkeh bagi setiap pekebun cengkeh juga menimbulkan kerugian cukup besar bagi PT. Cengkeh Zanzibar sehingga perusahaan terpaksa menebang pohon-pohon cengkehnya yang sudah terlanjur tumbuh tinggi.