• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perencanaan Obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Tembakau Deli Medan Tahun 2008.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perencanaan Obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Tembakau Deli Medan Tahun 2008."

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

PERENCANAAN OBAT DI INSTALASI FARMASI RUMAH

SAKIT UMUM TEMBAKAU DELI MEDAN

TAHUN 2008

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

ARMA LIDYA NIM : 050600104

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat Tahun 2009

Arma Lidya

Perencanaan Obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Tembakau Deli Medan Tahun 2008.

x + 39 halaman

Perencanaan kebutuhan obat sebagai tahap awal dalam pengelolaan obat merupakan salah satu fungsi yang menentukan dalam pengadaan obat di suatu instalasi farmasi rumah sakit. Perencanaan obat dapat menggunakan tiga metode yaitu metode konsumsi, metode epidemiologi dan kombinasi keduanya. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan teknik wawancara dan observasi langsung kepada pegawai dan staf yang terlibat.

(3)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 16 Juli 2009

Pembimbing : Tanda tangan

Simson Damanik, drg., M.Kes NIP : 131 126 696

(4)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 16 Juli 2009

TIM PENGUJI

KETUA : Sondang Pintauli, drg.,Ph.D

(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas berkat rahmat dan pertolonganNYA sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagaimana mestinya untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis memberikan penghormatan teristimewa kepada Ibunda tercinta Hj. Ermawati dan Ayahanda H. Azhar Nazir, S.H. yang selalu mendoakan, menyayangi, dan memberikan dukungan dengan setulus hati sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini pada waktunya, juga kepada kakanda tersayang dr. Arma Citra, Adinda Indra Reza dan M. Ridho Azhar yang juga turut membantu dan memberi semangat. Penulis pada kesempatan ini mengucapkan terima kasih kepada Zikri yang tak pernah lelah mendengarkan keluh-kesah penulis dan senantiasa memberikan semangat, doa dan dukungan yang tiada henti-hentinya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

(6)

2. Prof. Dr. Nurmala Situmorang, drg.,M.Kes selaku Ketua Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat yang turut membantu penulis untuk kelancaran dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Simson Damanik, drg.,M.Kes sebagai dosen pembimbing dan penguji yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing, membantu serta selalu memberi semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Sondang Pintauli, drg.,Ph.D dan Rika Mayasari Alamsyah, drg.,M.Kes sebagai dosen penguji.

5. Hj. Tuty Ramona Ketaren, dr. selaku Kepala RSU Tembakau Deli yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di rumah sakit tersebut.

6. Hj. Zulfawarni, Apt selaku kepala instalasi farmasi RSU Tembakau Deli yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian di instalasi ini serta seluruh pihak RSU Tembakau Deli yang telah meluangkan waktu dan turut membantu peneliti selama penelitian.

7. Trikut Bangun, drg. dan Yendriwati, drg. sebagai dosen wali penulis dalam menuntut ilmu di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

8. D’Zero (Fany Wahyuni, Rara Syafara, Putri Emilia, Beby Ayu Pratiwi, dan Maulina Juwita) yang selalu bersama penulis dan selalu setia baik suka maupun duka dalam menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

(7)

sahabat-sahabat penulis di HMI Komisariat FKG USU (kakanda, abangda, dan adinda).

10.Kepada sahabat penulis dari kecil, Dian Fazdillah dan Talita. Sahabat penulis lainnya Agustiar, Yogi, Rona, Sari Widari, Cut Nela, Wana, Nurfaizah, Rapika, Ema dan Siska yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, mudah-mudahan skripsi ini dapat berguna bagi yang membutuhkan.

Medan, 16 Juli 2009

Penulis,

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...

KATA PENGANTAR ... iv

2.1.1 Struktur organisasi instalasi farmasi rumah sakit... .. 6

2.1.2 Ketenagaan di instalasi farmasi rumah sakit... . 7

(9)

3.3.1 Data primer ... 18

3.3.2 Data sekunder ... 19

3.4 Instrumen penelitian ... 19

3.5 Defenisi operasional variabel ... 19

3.6 Pengolahan dan analisis data ... 20

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 21

4.1 Struktur organisasi IFRS Tembakau Deli ... 21

4.2 Ketenagaan di IFRS Tembakau Deli ... 22

4.3 Prosedur operasional di IFRS Tembakau Deli ... 23

4.4 Pemilihan jenis obat di IFRS Tembakau Deli ... 25

4.5 Perhitungan kebutuhan obat di IFRS Tembakau Deli ... 26

4.6 Efisiensi penggunaan dana di IFRS Tembakau Deli ... 27

4.7 Persediaan dan konsumsi obat di IFRS Tembakau Deli ... 29

BAB 5 PEMBAHASAN ... 32

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 36

6.2 Saran ... 37

DAFTAR RUJUKAN ... 38

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jumlah tenaga di Instalasi farmasi RSU Tembakau Deli tahun 2008… 26 2. Jumlah anggaran dan pemakaian dana di IFRS Tembakau Deli

Tahun 2007 dan 2008………. 31

3. Dua puluh obat jenis tablet dengan sisa terbesar pada periode

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Pedoman wawancara untuk mendapatkan informasi tentang perencanaan obat di instalasi farmasi RSU Tembakau Deli Medan tahun 2008.

2. Surat keterangan selesai penelitian. 3. Struktur organisasi IFRS Tembakau Deli.

4. Job descriptions bagian instalasi farmasi RSU Tembakau Deli PTPN-II

(PERSERO).

5. Penyakit terbanyak pasien rawat jalan di RSU Tembakau Deli Medan tahun 2007 Dan 2008.

6. Penyakit terbanyak pasien rawat inap di RSU Tembakau Deli Medan tahun 2007 Dan 2008.

7. Formularium obat RSU Tembakau Deli Medan tahun 2007.

(12)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat Tahun 2009

Arma Lidya

Perencanaan Obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Tembakau Deli Medan Tahun 2008.

x + 39 halaman

Perencanaan kebutuhan obat sebagai tahap awal dalam pengelolaan obat merupakan salah satu fungsi yang menentukan dalam pengadaan obat di suatu instalasi farmasi rumah sakit. Perencanaan obat dapat menggunakan tiga metode yaitu metode konsumsi, metode epidemiologi dan kombinasi keduanya. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan teknik wawancara dan observasi langsung kepada pegawai dan staf yang terlibat.

(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Obat merupakan komponen yang penting dalam upaya pelayanan kesehatan, baik di pusat pelayanan kesehatan primer maupun ditingkat pelayanan kesehatan yang lebih tinggi. Keberadaan obat merupakan kondisi pokok yang harus terjaga ketersediaanya. Penyediaan obat sesuai dengan tujuan pembangunan kesehatan yaitu menjamin tersedianya obat dengan mutu terjamin dan tersedia merata dan teratur sehingga mudah diperoleh pada tempat dan waktu yang tepat.

Pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.

1,2

3

Pelayanan farmasi ini merupakan pelayanan penunjang dan sekaligus merupakan revenue center utama. Hal tersebut mengingat bahwa lebih dari 90% pelayanan kesehatan di rumah sakit menggunakan perbekalan farmasi dan pemasukan rumah sakit 50% dihasilkan dari perbekalan farmasi.

Instalasi Farmasi merupakan satu-satunya unit yang bertugas merencanakan, mengadakan, menyimpan, mendistibusikan, melakukan pengendalian penggunaan, serta melakukan pencatatan dan pelaporan obat dalam suatu rumah sakit.

4

5,6,7

(14)

Dalam melakukan kegiatan perencanaan obat ini diperlukan kemampuan Manajerial melalui sistem yang baik. Kemampuan manajerial dilihat dari alokasi masukan melalui suatu proses dalam menghasilkan keluaran tertentu. Tujuan sistem tersebut adalah mengubah sarana masukan menjadi suatu nilai tertentu (keluaran) yang dapat memenuhi kebutuhan.9 Dalam perencanaan obat komponen input meliputi struktur organisasi yang jelas, ketenagaan yang cukup dan berkualitas, serta prosedur yang tepat untuk dapat melakukan proses kegiatan pemilihan jenis obat, perhitungan jumlah obat, dan menetapkan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, sehingga menghasilkan keluaran berupa tersedianya obat dengan jenis dan jumlah yang tepat serta sesuai kebutuhan (konsumsi).2,3,7 Perencanaan obat/sediaan farmasi ini harus sesuai formularium yang selalu mutakhir dan sesuai kriteria yang telah ditetapkan oleh Panitia Farmasi Terapi (PFT) dan Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS).5

(15)

Pemberian resep di rumah sakit ini tidak selalu terikat dengan sistem formularium obat yang ada sehingga IFRS Tembakau Deli harus memenuhi resep di luar sistem formularium tersebut, akibatnya pasien harus menunggu karena obat yang dibutuhkan tidak langsung tersedia. Selain itu karena rumah sakit ini merupakan rumah sakit rujuka n dari rumah sakit perkebunan lainnya, mengakibatkan peningkatan jumlah kunjungan pasien tidak dapat ditentukan. Akibatnya apabila stok obat berkurang menyebabkan pasien harus menunggu pesanan obat yang dilakukan oleh IFRS Tembakau Deli.

Ada tiga metode yang dapat digunakan untuk perencanaan obat di suatu instalasi farmasi yaitu metode konsumsi yang didasarkan atas analisis data konsumsi obat tahun sebelumnya, metode epidemiologi yang didasarkan pada pola penyakit, data jumlah kunjungan, frekuensi penyakit dan standar pengobatan yang ada, serta kombinasi kedua metode tersebut.3,7,8

Berdasarkan keterangan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian di rumah sakit tersebut guna memperoleh gambaran tentang perencanaan obat di instalasi farmasi rumah sakit tersebut.

Untuk dapat mewujudkan motto dari rumah

(16)

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana metode yang digunakan oleh instalasi farmasi RSU Tembakau Deli Medan untuk dapat memenuhi kebutuhan obat pasien setiap tahunnya ?

1.3 Tujuan penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui unsur-unsur input (struktur organisasi, ketenagaan, dan prosedur) dalam perencanaan obat di instalasi farmasi RSU Tembakau Deli Medan tahun 2008.

b. Untuk mengetahui unsur-unsur proses (pemilihan jenis obat, perhitungan jumlah obat, efisiensi dana) dalam perencanaan obat di instalasi farmasi RSU Tembakau Deli Medan tahun 2008.

c. Untuk mengetahui unsur-unsur output (persediaan obat dan konsumsi obat) dalam perencanaan obat di instalasi farmasi RSU Tembakau Deli Medan tahun 2008.

1.4 Manfaat penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

a. Sebagai bahan masukan bagi instalasi farmasi rumah sakit dalam pelaksanaan perencanaan obat di RSU Tembakau Deli Medan.

b. Menambah kepustakaan Departemen Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat mengenai perencanaan obat di suatu instalasi farmasi rumah sakit.

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Perencanaan adalah pekerjaan yang menyangkut penyusunan konsep serta kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan demi masa depan yang lebih baik (Le Breton).

Perencanaan kebutuhan obat merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.

11

Tujuan perencanaan pengadaan obat adalah untuk mendapatkan:

3

1. Prakiraan jenis dan jumlah obat dan perbekalan kesehatan yang mendekati kebutuhan.

,2,6,7

2. Menghindari terjadinya kekosongan obat. 3. Meningkatkan penggunaan obat secara rasional. 4. Meningkatkan efisiensi penggunaan obat.

(18)

Kegiatan pokok dalam perencanaan pengadaan obat adalah:

1. Seleksi/perkiraan kebutuhan, meliputi memilih obat yang akan dibeli dan menentukan jumlah obat yang akan dibeli.

2

2. Penyesuaian jumlah kebutuhan obat dengan alokasi dana

2.1 Input dalam perencanaan obat

Adapun yang termasuk dalam input perencanaan obat yaitu struktur organisasi IFRS, ketenagaan IFRS dan prosedur operasional baku di IFRS.

2.1.1 Struktur organisasi instalasi farmasi rumah sakit

Instalasi farmasi rumah sakit harus mempunyai struktur organisasi yang jelas dan memadai serta dipimpin oleh seorang apoteker yang mampu dan professional karena instalasi farmasi rumah sakit mempunyai bermacam-macam bagian yang melakukan pekerjaan tertentu.

Secara umum struktur organisasi IFRS terdiri atas

5,12

pimpinan dan bagian administrasi, bagian penelitian, bagian pelayanan penderita rawat inap, bagian penderita rawat jalan, bagian informasi obat, bagian pengadaan perbekalan kesehatan dan bagian perbekalan.12 Struktur organisasi IFRS tersebut dibuat dalam suatu bagan organisasi yang menggambarkan uraian tugas, fungsi, wewenang dan tanggung jawab serta hubungan koordinasi di dalam maupun di luar pelayanan farmasi yang ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit.

2.1.2 Ketenagaan di instalasi farmasi rumah sakit

3

(19)

baik dari segi aspek hukum, strata pendidikan, kualitas maupun kuantitas dengan jaminan kepastian adanya peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap keprofesian terus menerus dalam rangka menjaga mutu profesi dan kepuasan pelanggan.

Jenis ketenagaan yang dibutuhkan di IFRS yaitu:

3

1. Untuk pekerjaan kefarmasian, tenaga yang dibutuhkan adalah apoteker, sarjana farmasi, dan asisten apoteker.

3

2. Untuk pekerjaan administrasi di IFRS, tenaga yang dibutuhkan adalah operator komputer / teknisi yang memahami kefarmasian dan tenaga administrasi.

3. Pembantu pelaksana

2.1.3 Prosedur operasional baku

Instalasi farmasi rumah sakit memerlukan berbagai prosedur yang terdokumentasi. Salah satu golongan prosedur yang diperlukan oleh IFRS adalah prosedur operasional baku (POB). POB harus selalu mutakhir mengikuti perkembangan pelayanan dan kebijakan rumah sakit.

Inti POB perencanaan perbekalan kesehatan, penetapan spesifikasi produk dan pemasok, serta pembelian perbekalan kesehatan yaitu:

5

1. Semua perbekalan kesehatan/sediaan farmasi, yang digunakan dirumah sakit harus sesuai dengan formularium rumah sakit.

5

2. Semua perbekalan kesehatan/sediaan farmasi, yang digunakan dirumah sakit harus dikelola hanya oleh IFRS.

(20)

resmi (Farmakope Indonesia edisi terakhir) dan atau persyaratan lain yang ditetapkan oleh PFT.

4. Pemasok perbekalan kesehatan/sediaan farmasi harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh PFT.

5. Jika perbekalan kesehatan/sediaan farmasi diadakan dari suatu pemasok atau industri, apoteker rumah sakit harus mengujungi pemasok/industri tersebut untuk memeriksa kesesuaian penerapan sistem mutu dan jaminan mutu.

2.2 Proses dalam perencanaan obat

Adapun yang termasuk proses dalam perencanaan obat yaitu pemilihan jenis obat, perhitungan jumlah kebutuhan obat dan efisiansi dalam penggunaan dana anggaran.

2.2.1 Pemilihan jenis obat

(21)

obat, menetapkan kebijakan penggunaan obat, serta mengelola sistem formularium dan standar terapi.

Adapun dasar-dasar seleksi kebutuhan obat untuk mendapat pengadaan obat yang baik yaitu:

12

1. Obat dipilih berdasarkan seleksi ilmiah, medik dan statistik yang memberikan efek terapi jauh lebih baik dibandingkan resiko efek samping yang akan ditimbulkan.

7

2. Jenis obat yang dipilih seminimal mungkin dengan cara menghindari duplikasi dan kesamaan jenis.

3. Jika ada obat baru harus ada bukti yang spesifik untuk efek terapi yang lebih baik.

4. Hindari penggunaan obat kombinasi, kecuali jika obat kombinasi mempunyai efek yang lebih baik dibanding obat tunggal.

5. Apabila jenis obat banyak, maka kita memilih berdasarkan drug of choice dari penyakit yang prevalensinya tinggi.

2.2.2 Perhitungan kebutuhan obat

(22)

Ada 3 metode perencanaan perbekalan farmasi, yaitu: 1. Metode Konsumsi

3,7,8

Metode konsumsi ini didasarkan atas analisis data konsumsi obat tahun sebelumnya. Untuk menghitung jumlah obat yang dibutuhkan berdasarkan metode konsumsi perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Pengumpulan dan pengolahan data

2

1)Sumber data adalah melalui pencatatan, pelaporan, dan informasi yang ada. 2)Jenis data yang dikumpulkan adalah mengenai alokasi dana, daftar obat-obatan yang dibutuhkan, stok awal, penerimaan, pengeluaran, sisa stok, obat hilang/rusak atau kadaluarsa, kekosongan obat, pemakaian rata-rata tahunan, indeks maksimum, waktu tunggu, stok pengaman, dan perkembangan pola kunjungan.

b. Analisis data untuk informasi dan evaluasi

Untuk melihat lebih mendalam pola penggunaan obat-obatan, perlu dilakukan analisis data konsumsi tahun sebelumnya. Hasil analisis ini dapat digunakan sebagai panduan perencanaan kebutuhan obat-obatan tahun berikutnya.

c. Perhitungan perkiraan kebutuhan obat-obatan, dengan 9 langkah berikut:

1)Menghitung pemakaian nyata per tahun (a)

*Sisa stok dihitung per 1 November.

(a) = stok awal + penerimaan - sisa stok* - jumlah obat

(23)

2)Menghitung pemakaian rata-rata per bulan (b)

n = bulan

3)Menghitung kekurangan obat (c)

4)Menghitung kebutuhan obat sesungguhnya per tahun (d)

5)Menghitung kebutuhan obat tahun yang akan datang (e)

y = Kenaikan jumlah penduduk pertahun 6)Menghitung waktu tunggu (f)

n2 = waktu yang dibutuhkan sejak rencana kebutuhan obat dianjurkan sampai obat diterima.

7)Menghitung stok pengaman (g)

Diperoleh berdasarkan pengalaman dari monitoring dinamika logistik. 8)Menghitung kebutuhan obat yang akan diprogramkan untuk tahun yang akan datang (h)

(b) = (a) : n

(d) = (a) + (c)

(c) = waktu kekosongan obat x pemakaian rata-rata

(e) = (d) + y %

(24)

9)Menghitung jumlah obat yang perlu diadakan pada tahun anggaran yang akan datang (i)

d. Penyesuaian jumlah kebutuhan obat dengan alokasi dana.

2. Metode Epidemiologi

Metode epidemiologi didasarkan pada pola penyakit, data jumlah kunjungan, frekuensi penyakit dan standar pengobatan yang ada. Langkah-langkah pokok dalam metode ini adalah sebagai berikut:

a. Pengumpulan dan pengolahan data

2

Pengumpulan dan pengolahan data dilakukan dengan cara : 1)Menentukan jumlah penduduk yang akan dilayani

Untuk menentukannya sangat diperlukan data perkiraan realistik dari jumlah penduduk yang akan diobati serta distribusi umur dari penduduk.

2)Menentukan jumlah kunjungan kasus berdasarkan frekuensi penyakit

Jumlah kunjungan kasus masing-masing penyakit atau yang memerlukan pelayanan kesehatan harus diketahui dengan tepat yaitu data-data mengenai gejala, diagnosa atau jenis pelayanan.

b. Menyediakan standar/pedoman pengobatan yang digunakan untuk

perencanaan.

Standar pengobatan sangat diperlukan untuk menghitung jumlah kebutuhan obat. Selain itu penyusunan dan penggunaan standar pengobatan dapat berperan sangat penting dalam memperbaiki pola penggunaan obat.

(25)

c. Menghitung perkiraan kebutuhan obat

Dalam menghitung perkiraan kebutuhan obat berdasarkan metode epidemiologi perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1)Perhitungan jumlah setiap obat dengan menghitung jumlah masing-masing obat yang diperlukan perpenyakit serta pengelompokkan dan penjumlahan masing-masing obat.

2)Menghitung jumlah kebutuhan obat yang akan datang dengan mempertimbangkan peningkatan kunjungan, kemungkinan hilang, rusak atau kadaluarsa.

3)Menghitung kebutuhan obat yang diprogramkan untuk tahun yang akan datang dengan mempertimbangkan waktu tunggu dan stok pengaman.

4)Menghitung jumlah yang harus diadakan tahun anggaran yang akan datang. 5)Menghitung jumlah obat yang dibutuhkan per kemasan.

d. Penyesuaian dengan alokasi dana yang tersedia.

3. Metode Kombinasi

Metode kombinasi merupakan kombinasi metode konsumsi dan metode epidemiologi.

Adapun kelebihan dan kekurangan metode konsumsi dan metode epidemiologi

Kelebihan metode konsumsi:

a. Data konsumsi akurat (metode paling mudah).

2

(26)

c. Jika data konsumsi dicatat dengan baik, pola preskripsi tidak berubah dan kebutuhan relatif konstan.

Kekurangan metode konsumsi:

a. Data konsumsi, data obat dan data jumlah kontak pasien kemungkinan sulit untuk didapat.

2

b. Tidak dapat dijadikan dasar dalam mengkaji penggunaan obat dan perbaikan pola preskripsi.

c. Tidak dapat diandalkan jika terjadi kekurangan stok obat lebih dari 3 bulan, obat yang berlebih atau adanya kehilangan.

d. Pencatatan data morbiditas yang baik tidak diperlukan. Kelebihan metode epidemiologi:

a. Perkiraan kebutuhan mendekati kebenaran.

2

b. Program-program yang baru dapat digunakan.

c. Usaha memperbaiki pola penggunaan obat dapat didukung oleh standar pengobatan.

Kekurangan metode epidemiologi:

1. Memerlukan waktu yang banyak dan tenaga yang terampil.

2

2. Data penyakit sulit diperoleh secara pasti dan kemungkinan terdapat penyakit yang tidak termasuk dalam daftar/tidak melapor.

3. Memerlukan sistem pencatatan dan pelaporan. 4. Pola penyakit dan pola preskripsi tidak selalu sama.

(27)

6. Variasi obat terlalu luas. 2.2.3 Efisiensi dana

Untuk mengefisiensikan penggunaan dana dalam pengadaan obat dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:

a. Pemilihan obat yang dibutuhkan dengan teliti.

2,13

b. Cara pengadaan obat yang efisien. c. Penggunaan obat yang rasional.

d. Pengelolaan yang baik khususnya perencanaan obat sebagai tahap awal dari manajemen pengelolaan obat

2.3 Output dalam perencanaan obat

Output dari perencanaan obat ini adalah tersedianya obat dengan jenis dan jumlah yang tepat sesuai kebutuhan dengan mutu yang terjamin dan tersebar secara merata dan teratur, sehingga mudah diperoleh pada tempat dan waktu yang tepat.

Adapun tanda-tanda ketidaktepatan perhitungan kebutuhan obat antara lain:

1,2

1. Kekurangan obat-obat yang sering dipakai.

2

2. Kelebihan obat-obat tertentu.

3. Bentuk dan dosis yang tersedia tidak disukai oleh dokter atau pasien. 4. Efektifitas penggunaan dana yang tidak memadai karena kecenderungan mengadakan/menggunakan obat-obatan yang lebih mahal dari pada obat-obatan yang lebih murah dengan efektifitas yang sama.

(28)

2.4 Kerangka konsep penelitian

PERENCANAAN OBAT

INPUT PROSES OUTPUT

Struktur Organisasi

Ketenagaan

Prosedur

Pemilihan Jenis Obat

Perhitungan Jumlah Obat

Persediaan Obat

Konsumsi Obat

PERENCANAAN OBAT YANG TEPAT

(29)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan penelitian

Rancangan penelitian ini bersifat deskriptif dengan metode wawancara dan observasi untuk mendapatkan data primer dan data sekunder dalam perencanaan obat di Instalasi Farmasi RSU Tembakau Deli Medan tahun 2008 yang meliputi komponen input yaitu struktur organisasi, ketenagaan dan prosedur; proses terdiri atas pemilihan jenis obat, perhitungan jumlah obat dan efisiensi dana; serta komponen output yang terdiri atas persediaan obat dan konsumsi obat.

3.2 Populasi dan sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai atau staf di Instalasi Farmasi di RSU Tembakau Deli Medan.

Sampel diambil dengan menggunakan tehnik purposive sampling. Jadi yang menjadi sampel dalam penelitian ini berjumlah lima orang yaitu kepala instalasi farmasi, asisten apoteker rawat jalan, asisten apoteker rawat inap, bagian administrasi, dan kepala gudang farmasi.

3.3 Metode pengumpulan data

3.3.1 Data primer

(30)

yang dilaksanakan serta data proses yang meliputi pemilihan jenis obat, perhitungan jumlah obat dan operasional dalam melakukan efisiensi dana.

3.3.2 Data sekunder

Data sekunder diperoleh dari bagian Instalasi Farmasi RSU Tembakau Deli berupa:

a. Data input yang terdiri atas struktur organisasi dan ketenagaan, dan prosedur operasional perencanaan obat.

b. Data proses meliputi anggaran dan biaya pembelian obat tahun 2007 dan 2008.

c. Data output yang meliputi laporan pemakaian obat dan kartu stok obat.

3.4 Instrumen penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa daftar pertanyaan sebagai pedoman wawancara.

3.5 Definisi operasional variabel

Perencanaan obat adalah kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran.

Aspek Input dalam perencanaan obat ditinjau dari:

1)Struktur Organisasi adalah struktur yang menggambarkan uraian tugas, fungsi, wewenang dan tanggung jawab serta hubungan koordinasi di dalam maupun di luar pelayanan farmasi yang ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit.

(31)

3)Prosedur operasional baku adalah prosedur yang selalu digunakan untuk melakukan kegiatan tertentu dan rutin di instalasi farmasi rumah sakit.

Aspek proses dalam perencanaan obat ditinjau dari:

1)Pemilihan jenis obat adalah proses yang dilaksanakan untuk seleksi jenis obat yang dibutuhkan.

2)Perhitungan kebutuhan obat adalah proses yang dilaksanakan untuk menentukan jumlah obat yang dibutuhkan.

3)Efisiensi dana adalah usaha-usaha yang dilakukan untuk mengefisiensikan dana dalam penggunaan obat.

Aspek output dalam perencanaan obat ditinjau dari:

1)Persediaan obat adalah tersedianya obat dengan jenis dan jumlah yang tepat.

2)Konsumsi obat adalah pemakaian obat sesuai jenis dan jumlah yang tersedia.

3.6 Pengolahan dan analisis data

(32)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian mengenai perencanaan obat di instalasi farmasi RSU Tembakau Deli Medan tahun 2008 akan disajikan dalam bentuk deskripsi sebagai berikut.

4.1 Struktur organisasi IFRS Tembakau Deli

Hasil penelitian mengenai struktur organisasi di IFRS ini yang dikategorikan dalam komponen input yaitu bahwa Instalasi farmasi RSU Tembakau Deli berada dibawah pengawasan kepala rumah sakit, dimana instalasi ini dipimpin oleh seorang Apoteker dan dibantu oleh beberapa petugas yang masing-masing menempati sub-sub kegiatan di IFRS (Instalasi Farmasi Rumah Sakit). Bagan struktur organisasi IFRS Tembakau Deli dapat dilihat pada lampiran 3.

(33)

Menurut hasil wawancara dengan kepala IFRS setempat, diketahui bahwa struktur organisasi tersebut dibuat berdasarkan keputusan kepala rumah sakit yang merujuk kepada keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang struktur organisasi minimal di suatu IFRS, bahwa setiap komponen dalam struktur organisasi tersebut mempunyai tugas, wewenang dan tanggung jawab masing-masing.

Berdasarkan observasi langsung di lapangan, terlihat bahwa setiap petugas di IFRS Tembakau Deli mengerjakan pekerjaannya sesuai tugas, wewenang dan tanggung jawabnya masing-masing, yang telah ditetapkan oleh rumah sakit. (Tugas, wewenang dan tanggung jawab petugas IFRS Tembakau Deli dapat dilihat pada lampiran 4).

4.2 Ketenagaan di IFRS Tembakau Deli

(34)

Tabel 1. Jumlah tenaga di Instalasi farmasi RSU Tembakau Deli tahun 2008

Sumber : IFRS Tembakau Deli Tahun 2008

4.3. Prosedur operasional di IFRS Tembakau Deli

Hasil penelitian yang diperoleh untuk prosedur operasional baku yang juga merupakan kategori input yaitu:

1. Instalasi farmasi rumah sakit ini tidak mempunyai prosedur yang tertulis dalam perencanaan obatnya, informasi ini diperoleh dari hasil wawancara dengan kepala IFRS setempat.

2. Perencanaan obat dilakukan berdasarkan kebijakan kepala instalasi farmasi dengan mempertimbangkan sistem formularium obat-obatan yang telah disepakati oleh panitia farmasi terapi, yang anggotanya terdiri atas apoteker, dokter umum dan dokter yang mewakili spesialisasi yang ada.

3. Semua obat yang digunakan di rumah sakit ini hanya dikelola oleh IFRS Tembakau Deli.

(35)

4. Semua produk perbekalan farmasi yang akan diadakan di IFRS ini telah memenuhi persyaratan yang ditetapakan oleh PFT di rumah sakit ini.

5. Pemasok perbekalan farmasi di IFRS ini juga telah memenuhi persyaratan yang ditetapakan oleh PFT. Dalam melakukan pemesanan obat-obatan, IFRS Tembakau Deli tidak selalu memesan pada perusahaan besar farmasi (PBF). Untuk obat-obatan yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit atau dikategorikan obat khusus dipesan kepada apotek rekanan yang juga sudah ditetapkan. Ini dilakukan untuk menghindari overstock karena pembelian pada PBF harus dalam jumlah besar, sementara yang dibutuhkan hanya sedikit ataupun obat yang jarang digunakan.

6. Pemesanan obat-obatan dilakukan setiap dua minggu sekali dengan alasan menghindari penumpukan obat, mengingat rumah sakit ini merupakan rumah sakit rujukan dimana kunjungan penyakitnya tidak menentu dan supaya tidak banyak dana yang terduduk.

7. Anggaran dana untuk pembelian obat diberikan setiap tiga bulan sekali dan setiap tahunnya anggaran dana tersebut dinaikkan sebanyak 10-15% sebagai antisipasi jika terjadi kenaikan harga perbekalan farmasi.

(36)

pegawai perusahaan yang merupakan tanggungan perusahaan. Dalam pemberian obat tidak ada perbedaan jenis obat antara karyawan dan staff. Selain itu dari hasil pengamatan juga ditemui bahwa pemesanan obat-obatan tidak hanya dilakukan setiap dua minggu sekali, sering terlihat IFRS Tembakau Deli melakukan pemesanan obat-obatan setiap harinya. Ini dilakukan untuk memenuhi obat-obat-obatan yang stoknya telah habis ataupun yang tidak tersedia di instalasi farmasi.

4.4. Pemilihan jenis obat di IFRS Tembakau Deli

Hasil penelitian yang diperoleh dalam hal pemilihan jenis obat di RSU Tembakau Deli yang dikategorikan komponen proses perencanaan obat yaitu:

1. Pemilihan jenis obat dilakukan oleh panitia farmasi terapi di rumah sakit tersebut dan juga atas kebijakan kepala instalasi farmasi sendiri.

2. Obat yang dipilih telah melalui proses seleksi ilmiah, medik dan statistik yang memberikan efek terapi jauh lebih baik dibandingkan risiko efek samping yang akan ditimbulkan.

3. Semua obat yang dipilih tersebut tercantum dalam sistem formularium obat yang dijadikan dasar bagi para dokter dalam penulisan resepnya.

4. Apabila ada obat baru yang diusulkan untuk dicantumkan dalam sistem formularium, harus melalui seleksi terlebih dahulu.

(37)

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa pemilihan jenis obat di rumah sakit ini terdiri atas 30% obat generik, 60% obat menengah dan 10% obat paten. Kriteria ini dilakukan sebagai antisipasi, ketika ada kasus baru, obat yang diberikan terlebih dahulu adalah jenis generik. Obat menengah adalah obat rutin yang diberikan dan obat paten digunakan jika obat yang dibutuhkan tidak dapat digantikan dengan obat lain untuk kasus tertentu.

4.5. Perhitungan jumlah obat di IFRS Tembakau Deli

(38)

mialgia mengalami peningkatan yang paling besar sebanyak 35,64%, Nyeri tulang belakang mengalami penurunan yang paling besar sebanyak 22,49% dan terdapat empat penyakit yang pada tahun 2007 merupakan dua puluh penyakit terbesar tetapi tidak termasuk dua puluh penyakit terbesar pada tahun 2008. Pada lampiran 6 dapat dilihat penyakit terbanyak adalah febris, dimana pada tahun 2008 mengalami penurunan sebanyak 13,02% dibandingkan tahun 2007. Penyakit yang mengalami peningkatan terbesar yaitu hipertensi dengan persentase 24,00%, Paru obstruktif kronis merupakan penyakit yang mengalami penurunan yang paling besar sebanyak 48,48% dan terdapat empat penyakit yang pada tahun 2007 merupakan dua puluh penyakit terbesar tetapi tidak termasuk dua puluh penyakit terbesar pada tahun 2008.

Dari hasil pengamatan diketahui bahwa IFRS Tembakau Deli memesan obat dengan melihat resep dua minggu sebelumnya dan memesan untuk stok dua minggu ke depan berdasarkan data-data yang telah disebutkan di atas. Dalam mengatasi keadaan dimana obat habis sebelum waktunya atau bila terjadi penyakit mewabah yang menyebabkan kebutuhan obat meningkat, rumah sakit memiliki prosedur untuk memesan pada apotek rekanan atau jika dibutuhkan dalam jumlah besar dipesan ke PBF(Perusahaan Besar Farmasi).

4.6. Efisiensi penggunaan dana di IFRS Tembakau Deli

(39)

ini setiap tahunnya dinaikkan sebanyak 10-15% sebagai antisipasi jika terjadi kenaikan harga perbekalan farmasi.

Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa pemakaian dana pada tahun 2007 dan 2008 melebihi anggaran yang ditetapkan. Pada tahun 2007 kelebihan dana yang dipakai sebanyak 0,95% dan pada tahun 2008 sebanyak 7,26%.

Tabel 2. Jumlah anggaran dan pemakaian dana di IFRS Tembakau Deli Tahun 2007 dan 2008

Sumber: Bagian Keuangan IFRS Tembakau Deli

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa pemilihan jenis obat di rumah sakit ini terdiri atas 30% obat generik, 60% obat menengah dan 10% obat paten. Selain itu juga diketahui bahwa anggaran diberikan oleh perusahaan setiap tiga bulan sekali. Perencanaan pembelian obat dilakukan berdasarkan anggaran yang diberikan pertigabulan tersebut. Anggaran dana tersebut 60% langsung digunakan dan sisanya dicanangkan untuk pembelian obat cito bila ada kasus khusus, untuk kemoterapi, serta alat kesehatan yang berhubungan dengan kasus cito tersebut. Selain itu, usaha lainnya yang dilakukan instalasi farmasi dalam mengefisiensikan dana adalah dengan mensaling-silangkan kebutuhan obat dalam tiga bulan tersebut. Misalnya jika terjadi kenaikan biaya pembelian obat pada bulan pertama, maka untuk dua bulan berikutnya pembelian obat disesuaikan dengan sisa dana yang ada dengan cara memperbanyak pembelian obat generik dan obat menengah.

Tahun Anggaran Pemakaian Persentase Kenaikan

2007 16.037.031.060,00 16.343.151.566,97 0,95%

(40)

4.7. Persediaan dan konsumsi obat di IFRS Tembakau Deli

Hasil penelitian untuk persediaan dan konsumsi obat di IFRS ini yang dikategorikan dalam komponen output yaitu diketahui bahwa pada tahun 2008, terdapat beberapa obat yang overstock dalam jumlah yang besar. Ini dapat dilihat pada data 20 obat jenis tablet dengan stok akhir terbesar dalam Tabel 3.

Pada Tabel 3 tersebut, dapat dilihat bahwa obat yang tersisa mencapai angka ribuan dan obat dengan persentase sisa terbanyak terhadap stok yang ada yaitu obat yang mempengaruhi metabolisme, gizi vitamin dan mineral (3) sebanyak 37,14%, sedangkan persentase terkecil sisa obat terhadap stok yang ada adalah obat yang bekerja pada saluran kemih yang persentasenya 0,49%.

Tabel 3. Dua puluh obat jenis tablet dengan sisa terbesar pada periode 1 Januari – 31 Desember 2008 di RSU Tembakau Deli Medan

Nama Obat Stok Vitamin dan mineral (1)

500 46500 43790 3210 Vitamin dan mineral (2)

480 55480 53320 2160

3,86%

Obat Antiemetik 0 7700 5900 1800 23,38%

(41)

Sumber : Kartu Stok Obat Tahun 2008 IFRS Tembakau Deli Vitamin dan mineral (3)

0 3500 2200 1300 Vitamin dan mineral (4)

230 18220 17500 860

4,66% Obat Anti Inflamasi (2) 260 6875 6550 585 8,20% Obat Kortikosteroid (2) 0 3000 2540 460 15,33% Obat Anti Hipertensi 0 2400 1980 420 17,50% Obat yang bekerja pada

(42)
(43)

BAB 5

PEMBAHASAN

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perencanaan obat di instalasi farmasi RSU Tembakau Deli Medan pada tahun 2008. Adapun aspek yang ditinjau yaitu struktur organisasinya, ketenagaan yang tersedia, prosedur perencanaan obatnya, pemilihan jenis obatnya, perhitungan jumlah obatnya, efisiensi penggunaan dana serta persediaan dan konsumsi obat di rumah sakit tersebut.

Instalasi farmasi rumah sakit Tembakau Deli memiliki struktur organisasi tertulis yang telah mengacu pada struktur organisasi minimal yang harus dimiliki oleh suatu instalasi farmasi rumah sakit yaitu di bawah pengawasan kepala rumah sakit, dikepalai oleh apoteker, memiliki bagian administrasi, asisten apoteker rawat jalan, asisten apoteker rawat inap, serta asisten apoteker untuk gudang farmasi. Dengan adanya struktur organisasi tersebut dan pelaksanaannya dilapangan telah sesuai dengan apa yang sudah ditetapkan, sangat membantu dalam menunjang kelancaraan pengelolaan obat di IFRS Tembakau Deli.

(44)

N0.1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit pada Bab IV yang menyatakan bahwa untuk pekerjaan kefarmasian juga dibutuhkan tamatan sarjana farmasi. Ini dimungkinkan karena petugas IFRS Tembakau Deli sudah dapat melaksanakan tugasnya berdasarkan pengalaman kerja yang didapat walaupun tanpa adanya tenaga tamatan sarjana farmasi.

(45)

Instalasi farmasi Tembakau Deli dalam pemilihan jenis obatnya telah melalui proses seleksi ilmiah, medik dan statistik yang dilakukan oleh panitia farmasi terapi rumah sakit dan juga atas kebijakan kepala instalasi farmasi. Hal ini membantu dalam penyediaan obat di rumah sakit tersebut, sehingga obat yang tersedia sesuai dengan jenis yang dibutuhkan.

Instalasi farmasi rumah sakit Tembakau Deli menggunakan kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi untuk melakukan perhitungan jumlah obat. Penggunaan metode epidemiologi disini hanya sebatas untuk melihat pola kunjungan penyakit, tidak melihat secara rinci jumlah kunjungan dan frekuensi penyakit serta tidak menggunakan standar pengobatan dalam perhitungan jumlah obatnya, sehingga perkiraan kebutuhan obat tidak mendekati jumlah sebenarnya. Ini mungkin disebabkan karena untuk memenuhi persyaratan metode epidemiologi lainnya seperti data jumlah kunjungan, frekuensi penyakit dan standar pengobatan memerlukan waktu yang banyak, tenaga yang terampil serta pencatatan yang akurat. Faktor ini dimungkinkan sebagai salah satu penyebab terjadinya kekurangan stok obat di IFRS Tembakau deli.

(46)

diberikan. Pada tahun 2008 (seperti yang terlihat dalam Tabel 2) terjadi peningkatan jumlah pemakaian dana sebanyak 7,26%, ini terjadi bukan semata-mata akibat ketidakefisienan dalam penggunaan anggaran, karena melihat data jumlah kunjungan pada tahun 2008 memang terjadi peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan pada tahun 2007.

Output dari perencanaan obat adalah tersedianya obat dengan jenis dan

(47)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Untuk komponen input, kesimpulannya adalah bahwa struktur organisasi IFRS Tembakau Deli telah mengacu pada struktur organisasi minimal yang harus dimiliki oleh suatu IFRS. Selain itu ketenagaan di instalasi farmasi ini, 46.15% terdapat pada bagian administrasi apotek dan secara umum terlihat bahwa tenaga kerjanya kebanyakan tamatan SMA sederajat serta tidak ada tenaga tamatan sarjana farmasi. Dalam perencanaan obatnya IFRS Tembakau Deli ini tidak mempunyai prosedur tertulis, hanya berdasarkan kebijakan kepala IFRS yang merujuk kepada sistem formularium yang telah ditetapkan oleh panitia farmasi terapi rumah sakit. Selain itu terlihat hampir setiap hari melakukan pemesanan obat-obatan untuk menyediakan obat yang telah habis stok sebelum waktunya dan memenuhi permintaan obat yang tidak tersedia di IFRS.

(48)

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa pemilihan jenis obat di rumah sakit ini terdiri atas 30% obat generik, 60% obat menengah dan 10% obat paten, keadaan ini membantu dalam mengefisiensikan anggaran dana yang ada.

3. Untuk komponen output, kesimpulannya adalah bahwa dari data yang diperoleh tidak sedikit jumlah obat yang tersisa pada akhir tahun 2008 dan resep yang beberapa obat didalamnya tidak dapat langsung dipenuhi. Hal ini dimungkinkan karena adanya ketidaktepatan dalam perhitungan kebutuhan obat.

6.2 Saran

1. Untuk komponen input peniliti menyarankan agar tenaga kerja di IFRS Tembakau Deli mengikuti pelatihan tentang computerize obat-obatan. Selain itu peneliti juga menyarankan kepada pihak rumah sakit untuk membuat prosedur perencanaan obat secara tertulis guna memudahkan pekerjaan di IFRS Tembakau Deli.

2. Untuk perhitungan jumlah obat peniliti menyarankan agar pihak IFRS Tembakau Deli menggunakan data jumlah kunjungan pasien, frekuensi penyakit dan standar pengobatan yang sebagai dasar dalam perhitungan jumlah obatnya sehingga perhitungan kebutuhan obat dapat mendekati kebutuhan sebenarnya.

(49)

DAFTAR RUJUKAN

1. Djuliana Hardiah, Dwiprahasto Iwan, Erna Kristin. Dampak Desentralisai Terhadap Pengadaan Obat Di Kabupaten Bantul. KMPK UGM 2006; No. 5.

2. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Departemen Kesehatan RI. Pedoman perencanaan dan pengelolaan obat. Jakarta 1990: 1-3, 12-30.

3. Departemen Kesehatan RI. Keputusan menteri kesehatan RI, no. 1197/MENKES/SK/X/2004, tentang : standar pelayanan farmasi di rumah sakit. 19 Oktober 2004.

4. Suciati S dan Adisasmita WBB. Analisis perencanaan obat berdasarkan ABC indeks kritis di instalasi farmasi. J Manajemen Pelayanan Kesehatan 2006; 9(1): 19.

5. Siregar CJP. Farmasi rumah sakit: teori & penerapan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2003: 37, 48, 54-55, 325-326.

6. Direktorat Jendral Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Departemen Kesehatan RI. Pedoman pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan di puskesmas. Jakarta 2003: 10.

7. Direktorat Jendral Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Departemen Kesehatan RI. Pedoman pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan. Jakarta 2002: 14-16.

8. Astuti Y. Penentuan obat fast moving melalui analisa ABC. J Persi 2003; Vol 3: 39. 9. Anief M. Manajemen Farmasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1995: 12,

(50)

10.PT. Perkebunan Nusantara (Persero). Profil rumah sakit Tembakau Deli. Medan 2008: 2, 6, 7.

11.Azwar A. Pengantar administrasi kesehatan. Edisi ke-3. Jakarta: Binarupa Aksara, 1996:182.

12.Yusmainita. Pemberdayaan instalasi farmasi rumah sakit pemerintah (bagian II).

13.Darmansjah Iwan. Petunjuk Praktis Pengobatan Rasional. 6 Februari 2001.

Gambar

Tabel 3.    Dua puluh obat jenis tablet dengan sisa terbesar pada periode 1 Januari – 31 Desember 2008 di RSU Tembakau Deli Medan

Referensi

Dokumen terkait

1197/Menkes/SK/X/2004 fungsi Instalasi Farmasi rumah sakit adalah sebagai tempat pengelolaan perbekalan farmasi serta memberikan pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan

Diharapkan kepada Instalasi Farmasi Rumah Sakit Haji Medan untuk melaksanakan perencanaan obat, melakukan pengadaan obat yang sesuai dengan kebutuhan pasien, melakukan

Lampiran 8 Data Waktu Tunggu Pelayanan Resep Obat Racikan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Universitas Muhammadiyah Malang.. 81 Lampiran 9 Data Resep di Instalasi Farmai

Analisis Pengendalian Persediaan Obat Antibiotik Pada Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya Kota

Manajemen pengelolan obat dilakukan sebagai upaya dalam pengendalian persediaan obat di instalasi farmasi rumah sakit dengan tujuan untuk mengetahui kejadian stagnant dan

Pendistribusian dilakukan setiap hari.Pendistribusian obat dan alat kesehatan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Malingping merupakan kegiatan penyaluran

Skenario uji coba yang akan dilakukan pada tahap ini bertujuan untuk menguji apakah penambahan data stock obat yang berasal dari Instalasi Farmasi ke Instalasi/Unit dan integrasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyimpanan obat-obatan di gudang obat Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah dr.R.Soedjono Selong sudah baik dan benar