• Tidak ada hasil yang ditemukan

Minimisasi Kecelakaan Akibat Kerja dengan Pendekatan Fault Tree Analysis (FTA) untuk Meningkatkan Produktivitas Kerja pada PT. Morawa Electric Transbuana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Minimisasi Kecelakaan Akibat Kerja dengan Pendekatan Fault Tree Analysis (FTA) untuk Meningkatkan Produktivitas Kerja pada PT. Morawa Electric Transbuana"

Copied!
180
0
0

Teks penuh

(1)

MINIMISASI KECELAKAAN AKIBAT KERJA DENGAN PENDEKATAN FAULT TREE ANALYSIS (FTA) UNTUK

MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA PT. MORAWA ELECTRIC TRANSBUANA

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Besar dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

ROTUA PANJAITAN NIM. 060403083

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(2)

MINIMISASI KECELAKAAN AKIBAT KERJA DENGAN PENDEKATAN FAULT TREE ANALYSIS (FTA) UNTUK

MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA PT. MORAWA ELECTRIC TRANSBUANA

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Besar dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh :

ROTUA PANJAITAN

NIM. 060403083

Disetujui oleh:

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Ir. Parsaoran Parapat, M.Si Ir. Dini Wahyuni, MT

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas segala berkat dan anugerahNya yang telah memberikan kesehatan, kekuatan dan semangat kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan tugas sarjana dengan baik.

Laporan tugas sarjana merupakan salah satu syarat akademis yang harus dipenuhi oleh setiap mahasiswa dalam menyelesaikan studinya di Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. laporan tugas sarjana ini merupakan laporan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan judul “Minimisasi Kecelakaan Akibat Kerja dengan Pendekatan Fault Tree Analysis (FTA) untuk Meningkatkan Produktivitas Kerja pada PT. Morawa

Electric Transbuana”.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam pengerjaan Laporan Tugas Sarjana ini. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca untuk menyempurnakan laporan ini dan semoga laporan tugas sarjana ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan bagi pengembangan ilmu pengetahuan di masa mendatang.

(4)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam menyelesaikan Laporan Tugas Sarjana ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak, baik berupa materiil, spiritual, informasi, administrasi dan lain sebagainya. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT selaku Ketua Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara dan Bapak Ir. Ukurta Tarigan, MT selaku Sekretaris Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Ir. Mangara Tambunan, M.Sc dan Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT selaku koordinator Tugas Akhir Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Ir. A. Jabbar M. Rambe, M.Eng. selaku Ketua Bidang Ergonomi dan Dasar Perancangan Sistem Kerja yang telah memberikan dukungan dan arahan dalam pengajuan judul Tugas Sarjana.

4. Bapak Ir. Parsaoran Parapat, M.Si selaku dosen pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan pemikirannya dalam memberikan arahan dan nasehat untuk penulis dalam menyelesaikan laporan tugas sarjana.

(5)

6. Seluruh Pegawai Departemen Teknik Industri dan Fakultas (Kak Dina, Bang Mijo, Bang Ridho, Kak Ani, Bang Nur, Bang Bowo) yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan administrasi selama pengerjaan laporan ini. 7. Bapak Francis Rajagukguk selaku Kepala Bagian Produksi yang telah

membantu memberikan informasi dan data kepada penulis dalam melaksanakan penelitian Tugas Akhir pada PT. Morawa Electric Transbuana. 8. Kepada Bapak B. Panjaitan dan Ibu L. Br Siburian selaku orangtua dan

kepada Sinta, Patar dan Sudung selaku saudara dari penulis yang menjadi sumber semangat dan inspirasi bagi penulis dan juga yang selalu memberikan dukungan dalam bentuk doa dan materi selama mengerjakan penelitian Tugas Akhir.

9. Sahabat-sahabat yang terkasih yang selalu memberikan dukungan doa, perhatian dan semangat selama mengerjakan Tugas Akhir ini (Natalin Siregar, Rini Sipahutar, Eva Marpaung, D’Clara Purba, Sisca Panjaitan, Jeni Aritonang dan Hendro Manurung)

10.Teman-teman stambuk 2006 yang telah mendukung dalam memberikan motivasi dan doa kepada penulis.

11.Seluruh teman-teman sepelayanan di PD/PA Filipi yang selalu memberikan semangat untuk tetap berjuang mengerjakan Tugas Akhir dan dukungan doa untuk tetap berpengharapan hanya kepada Yesus Kristus.

(6)

13.Adik-adik kelompokku (Irekha Parapat, Nova Simanjuntak dan Citra Ambarita) yang selalu mendukung dalam doa dan semangat bagi penulis.

(7)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

ABSTRAK ... xvi

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah ... I-1 1.2. Rumusan Masalah... I-3 1.3. Tujuan Penelitian ... I-3 1.4. Manfaat Penelitian ... I-4 1.5. Batasan dan Asumsi Penelitian ... I-4 1.6. Sistematika Penulisan Tugas Akhir ... I-5

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

(8)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-2 2.3. Organisasi dan Manajemen ... II-2

2.3.1. Struktur Organisasi PT. Morawa Electric

(9)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

III LANDASAN TEORI

3.1. Pengertian dan Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ... III-1 3.1.1. Pengertian Keselamatan Kerja ... III-1 3.1.2. Tujuan Keselamatan Kerja ... III-2 3.1.3. Pengertian Kesehatan Kerja ... III-2 3.1.4. Tujuan Kesehatan Kerja ... III-3 3.2. Program Keselamatan Kerja... III-4

3.2.1. Sifat Pentingnya Program Keselamatan Kerja

Menurut Hammer ... III-4 3.2.2. Unsur Keselamatan Kerja ... III-5 3.3. Unsur-Unsur yang Mendukung Program Keselamatan Kerja ... III-10 3.4. Faktor Manusia dalam Kesehatan dan Keselamatan Kerja….… III-12 3.5. Pengertian Kecelakaan Kerja dan Macam Kecelakaan Kerja .... III-14 3.6. Sebab-sebab Kecelakaan dan Pencegahan Kecelakaan Kerja.... III-15 3.7. Pencegahan-Pencegahan Kecelakaan Kerja……… III-16 3.8. Pengukuran Hasil Usaha Keselamatan Kerja ... III-19 3.9. Hubungan antara Produktivitas dengan Keselamatan

(10)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian ... IV-1 4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian... IV-1 4.3. Kerangka Konseptual ... IV-2 4.4. Objek Penelitian ... IV-3 4.5. Variabel Penelitian ... IV-3 4.6. Pelaksanaan Penelitian ... IV-3 4.7. Pengumpulan Data ... .. IV-5 4.8. Pengolahan Data . ………. IV-6 4.9. Analisis Pemecahan Masalah ... IV-7 4.10. Kesimpulan dan Saran ... IV-7

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Data Umum Perusahaan ... V-1 5.1.1. Jumlah Tenaga Kerja ... V-1 5.1.2. Jam Kerja Karyawan ... V-1 5.1.3. Usaha Pencegahan Kecelakaan Kerja pada

(11)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN 5.2.2. Total Jam Kerja Karyawan ... V-6 5.2.3. Jumlah Jam Kerja yang Hilang ... V-6 5.2.4. Jumlah Karyawan yang Mengalami Kecelakaan

pada Tahun 2007-2010 ... V-7 5.2.5. Jenis-Jenis Kecelakaan Kerja ... V-7 5.3. Pengukuran Tingkat Frekuensi Kecelakaan (F) ... V-10 5.4. Pengukuran Tingkat Severity atau Keparahan Kecelakaan (S)... V-12 5.5. Pengukuran Nilai T-Selamat ... V-15 5.6. Pengukuran Produktivitas ... V-18 5.7. Kondisi Lingkungan dan Aktivitas Kerja pada Stasiun Kerja

PT. Morawa Electric Transbuana ... V-22 5.8. Analisis Kecelakaan Kerja dengan Fault Tree Analysis (FTA).. V-30

VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

6.1. Penyebab Kecelakaan Kerja dan Pemecahan Masalah ... VI-1 6.2. Perbaikan Usaha Pencegahan Kecelakaan Kerja pada

(12)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan ... VII-1 7.2. Saran…… ... …. VII-7

(13)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

2.1. Perincian Jumlah Tenaga Kerja ... II-6 2.2. Jam Kerja PT. Morawa Electric Transbuana ... II-7 2.3. Spesifikasi Produk Transformator Satu Fasa ... II-13 2.4. Spesifikasi Produk Transformator Tiga Fasa ... II-13 2.5. Daftar Mesin Produksi PT. Morawa Electric Transbuana ... II-27 3.1. Simbol dan Keterangan Fault Tree Analysis (FTA) ... III-29 5.1. Jam Kerja PT. Morawa Electric Transbuana ... V-2 5.2. Rekapitulasi Jumlah Kecelakaan Kerja pada Tahun 2007-2010 ... V-5 5.3. Rekapitulasi Total Jam Kerja Karyawan pada Tahun 2007-2010 ... V-6 5.4. Rekapitulasi Jumlah Jam Kerja yang Hilang pada Tahun 2007-2010 . V-6 5.5. Rekapitulasi Jumlah Karyawan yang Mengalami Kecelakaan pada

Tahun 2007-2010 ... V-7 5.6. Jenis-jenis Kecelakaan Kerja pada Tahun 2007-2010 ... V-8 5.7. Jumlah Jam Kerja Karyawan (N) pada Tahun 2007-2010 ... V-10 5.8. Rekapitulasi Tingkat Frekuensi Kecelakaan Kerja pada

Tahun 2007-2010 ... V-12 5.9. Rekapitulasi Tingkat Severity atau Keparahan Kecelakaan Kerja pada

(14)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.13. Akar Penyebab Masalah Kecelakaan Kerja ... V-40 5.14. Penyebab Potensi Kemungkinan Terjadinya Kecelakaan pada

Operator ... V-49 6.1. Penyebab Kecelakaan Kerja dan Pemecahan Masalah ... VI-1 6.2. Penyebab Potensi Kemungkinan Kecelakaan Kecelakaan Kerja

(15)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

(16)

DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)

GAMBAR HALAMAN

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

1. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab ... L-1 2. Rekapitulasi Kecelakaan yang Terjadi pada PT. Morawa Electric

(18)

ABSTRAK

PT. Morawa Electric Transbuana merupakan sebuah perusahaan swasta nasional yang berlokasi di wilayah Sumatera Utara yang bergerak dalam pembuatan transformator. Proses produksi pembuatan transformator terdiri dari beberapa tahap dan dikerjakan pada beberapa stasiun kerja dengan berbagai jenis mesin. Pada saat mengoperasikan mesin, tidak jarang pekerja mengalami kecelakaan misalnya mata mengalami iritasi karena percikan cahaya mesin las atau kotoran dari mesin gerinda. Data kecelakaan kerja yang pernah terjadi di PT. Morawa Electric Transbuana mulai tahun 2007-2010 adalah 25 kecelakaan. Oleh karena itu, dengan melihat kondisi kecelakaan yang pernah terjadi dan juga melihat kondisi lingkungan kerja karyawan maka perlu dilakukan analisis untuk mengidentifikasi penyebab kecelakaan dan memberikan solusi sebagai langkah antisipasi terjadinya kecelakaan yang sama maupun kecelakaan yang lain.

Analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan Fault Tree Analysis (FTA) atau analisis pohon kegagalan di mana akan dapat diketahui penyebab-penyebab dan juga kombinasi penyebab-penyebab terjadinya kecelakaan. Langkah-langkah dari FTA adalah menentukan top problem pada permasalahan kesehatan dan keselamatan kerja di PT. Morawa Electric Transbuana, membuat diagram FTA, dan memberikan hasil analisis FTA.

Dalam penelitian ini dilakukan pengukuran terhadap hasil usaha keselamatan kerja yaitu tingkat frekuensi kecelakaan, tingkat keparahan (severity), nilai T-selamat dan tingkat produktivitas dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2010. Kecelakaan yang terjadi pada tahun 2007-2010 adalah 8, 4, 7 dan 6 kali kecelakaan. Dengan tingkat frekuensi kecelakaan dari tahun 2007-2010 adalah 63,66 kali; 31,77 kali; 55,66 kali dan 44,72 kali. Tingkat keparahan kecelakaan yang terjadi pada tahun 2007-2010 adalah 381,97 hari; 135 hari; 262,38 hari dan 238,49 hari. Dengan Nilai T Selamat tahun 2008 diketahui -1418, pada tahun 2009 sebesar 1503,12 dan tahun 2010 sebesar -537,13. Semakin menurunnya frekuensi kecelakaan dan tingkat keparahan kecelakaan dari tahun ke tahun maka produktivitas akan meningkat. Analisis FTA dalam penelitian ini menghasilkan solusi perbaikan usaha pencegahan kecelakaan kerja pada PT. Morawa Electric Transbuana.

(19)

ABSTRAK

PT. Morawa Electric Transbuana merupakan sebuah perusahaan swasta nasional yang berlokasi di wilayah Sumatera Utara yang bergerak dalam pembuatan transformator. Proses produksi pembuatan transformator terdiri dari beberapa tahap dan dikerjakan pada beberapa stasiun kerja dengan berbagai jenis mesin. Pada saat mengoperasikan mesin, tidak jarang pekerja mengalami kecelakaan misalnya mata mengalami iritasi karena percikan cahaya mesin las atau kotoran dari mesin gerinda. Data kecelakaan kerja yang pernah terjadi di PT. Morawa Electric Transbuana mulai tahun 2007-2010 adalah 25 kecelakaan. Oleh karena itu, dengan melihat kondisi kecelakaan yang pernah terjadi dan juga melihat kondisi lingkungan kerja karyawan maka perlu dilakukan analisis untuk mengidentifikasi penyebab kecelakaan dan memberikan solusi sebagai langkah antisipasi terjadinya kecelakaan yang sama maupun kecelakaan yang lain.

Analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan Fault Tree Analysis (FTA) atau analisis pohon kegagalan di mana akan dapat diketahui penyebab-penyebab dan juga kombinasi penyebab-penyebab terjadinya kecelakaan. Langkah-langkah dari FTA adalah menentukan top problem pada permasalahan kesehatan dan keselamatan kerja di PT. Morawa Electric Transbuana, membuat diagram FTA, dan memberikan hasil analisis FTA.

Dalam penelitian ini dilakukan pengukuran terhadap hasil usaha keselamatan kerja yaitu tingkat frekuensi kecelakaan, tingkat keparahan (severity), nilai T-selamat dan tingkat produktivitas dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2010. Kecelakaan yang terjadi pada tahun 2007-2010 adalah 8, 4, 7 dan 6 kali kecelakaan. Dengan tingkat frekuensi kecelakaan dari tahun 2007-2010 adalah 63,66 kali; 31,77 kali; 55,66 kali dan 44,72 kali. Tingkat keparahan kecelakaan yang terjadi pada tahun 2007-2010 adalah 381,97 hari; 135 hari; 262,38 hari dan 238,49 hari. Dengan Nilai T Selamat tahun 2008 diketahui -1418, pada tahun 2009 sebesar 1503,12 dan tahun 2010 sebesar -537,13. Semakin menurunnya frekuensi kecelakaan dan tingkat keparahan kecelakaan dari tahun ke tahun maka produktivitas akan meningkat. Analisis FTA dalam penelitian ini menghasilkan solusi perbaikan usaha pencegahan kecelakaan kerja pada PT. Morawa Electric Transbuana.

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Setiap perusahaan memiliki serangkaian proses dalam menghasilkan produk, baik berupa jasa maupun barang. Pada perusahaan manufaktur, manusia memegang peranan yang sangat penting selain faktor mesin dan bahan baku dalam menjalankan dan mengendalikan proses produksi. Oleh karena itu, peranan manusia sebagai karyawan atau operator perlu diperhatikan. Usaha yang dapat dilakukan untuk dapat mempertahankan kondisi yang baik dari karyawan atau operator salah satunya adalah menjaga kesehatan dan keselamatan kerja karyawan pada saat melakukan proses produksi.

Beberapa perusahaan sudah menerapkan program-program kesehatan dan keselamatan kerja dengan tujuan memelihara kondisi fisik karyawan. Namun kenyataan di lapangan masih banyak terjadi kecelakaan kerja pada karyawan ketika melakukan proses produksi. Oleh karena itu untuk menjaga agar kondisi fisik karyawan tetap baik dan terjaga selama melakukan proses produksi serta menjaga agar proses produksi tetap berjalan secara aman, lancar dan efisien maka perlu adanya peningkatan usaha pencegahan kecelakaan kerja.

(21)

jenis produksi satu fasa dan tiga fasa. Proses produksi pembuatan transformator terdiri dari beberapa tahap dan dikerjakan pada beberapa stasiun kerja, misalnya pada stasiun kerja bengkel yaitu tempat pembuatan rangka luar atau pembungkus komponen inti dari transformator banyak menggunakan peralatan dan mesin-mesin yang dikendalikan oleh tenaga manusia, misalnya mesin-mesin las untuk proses penyambungan pada saat pembuatan tangki atau rangka trafo dan koneksi kumparan, mesin gerinda untuk mengerinda plat dan juga mesin core slitting untuk memotong silicon steel sesuai dengan ukuran produk yang akan dibuat. Dan pada saat mengoperasikan mesin-mesin tersebut tidak jarang pekerja mengalami kecelakaan kerja seperti tangan yang terluka karena terkena mata pisau atau mata mengalami iritasi karena percikan cahaya mesin las atau kotoran dari mesin gerinda dan lain sebagainya. Penyebab kecelakaan kerja tidak hanya karena kondisi lingkungan kerja atau bahkan manajemen perusahaan yang kurang dalam memperhatikan kondisi fisik karyawan, namun penyebab kecelakaan juga terjadi karena kesalahan dari karyawan atau pekerja yang kurang memperhatikan kesehatan dan keselamatan dirinya sendiri pada saat melakukan proses produksi.

(22)

dengan kata lain kecelakaan kerja yang terjadi pada pekerja merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja. Semakin kecil kecelakaan yang terjadi, maka semakin kecil pula hari kerja yang hilang dan mengakibatkan semakin tingginya tingkat produktivitas. Oleh karena itu sangat penting untuk menjaga kesehatan dan keselamatan kerja karyawan pada saat bekerja agar produktivitas kerja karyawan tetap baik dan terjaga.

1.2. Rumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini adalah masih terjadinya kecelakaan kerja pada karyawan saat melakukan proses produksi yang mengakibatkan menurunnya produktivitas kerja dan bertambahnya jumlah jam kerja yang hilang, sehingga perlu diketahui penyebab dasar atau akar penyebab (root cause) terjadinya kecelakaan kerja tersebut.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menghitung tingkat frekuensi kecelakaan kerja, tingkat severity atau

keparahan kecelakaan kerja, nilai T-Selamat (Nts) dan produktivitas.

2. Mengidentifikasi akar penyebab kecelakaan dengan cara membangun model

Fault Tree Analysis (FTA) berdasarkan data kecelakaan kerja.

(23)

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Mahasiswa dapat menambah pengalaman dan kemampuan dalam mengidentifikasi, memecahkan dan menganalisis masalah yang terjadi di perusahaan khususnya masalah kesehatan dan keselamatan kerja.

b. Memberikan gambaran dan masukan bagi perusahaan mengenai penyebab-penyebab terjadinya kecelakaan kerja yang mengakibatkan terjadinya

penurunan produktivitas kerja karyawan disertai dengan solusi dari

permasalahan yang terjadi pada perusahaan sehingga dapat dijadikan acuan

atau pertimbangan untuk perbaikan yang akan dilakukan oleh perusahaan.

c. Menambah jumlah dan memperbaharui hasil karya mahasiswa yang dapat menjadi literatur dan referensi penelitian di Departemen Teknik Industri.

1.5. Batasan dan Asumsi Penelitian

Adapun batasan dan yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1 Data kecelakaan kerja yang diambil adalah data kecelakaan kerja empat tahun terakhir yaitu mulai dari tahun 2007-2010.

2 Pemecahan masalah tidak membahas perubahan biaya akibat dari penerapan

(24)

Adapun yang menjadi asumsi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pekerja dianggap sudah mengetahui semua peraturan mengenai keselamatan

dan kesehatan kerja yang berlaku di perusahaan.

2. Pekerja dianggap sudah memahami pekerjaan dan terampil melakukan pekerjaan pada bidangnya masing-masing.

3. Sistem produksi berjalan normal dan tidak ada gangguan yang mempengaruhi proses produksi.

4. Tidak ada penambahan jenis produk baru selama penelitian berlangsung. 5. Hari kerja karyawan selama satu bulan adalah 25 hari.

1.6. Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Sistematika penyusunan bab yang digunakan dalam penulisan tugas akhir

adalah sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan, memuat mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan dan asumsi penelitian, serta sistematika penulisan tugas akhir.

Bab II Gambaran Umum Perusahaan, bab ini menjelaskan secara ringkas mengenai sejarah perusahaan, ruang lingkup bidang usaha, organisasi dan manajemen, mesin dan peralatan yang digunakan serta uraian proses produksi yang terjadi pada perusahaan tersebut.

(25)

keparahan kecelakaan (severity), nilai T-Selamat, produktivitas dan Fault Tree

Analysis (FTA).

Bab IV Metodologi Penelitian, memuat mengenai jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, kerangka konseptual dan tahapan-tahapan penelitian mulai dari persiapan, pengumpulan dan pengolahan data hingga penyusunan laporan tugas akhir.

Bab V Pengumpulan dan Pengolahan Data, berisi data-data kecelakaan kerja yang pernah terjadi pada perusahaan, usaha pencegahan kecelakaan yang telah terlaksana pada perusahaan, potensi kemungkinan terjadinya kecelakaan yang kemudian dianalisis dengan menggunakan metode Fault Tree Analysis (FTA) dan data jumlah karyawan yang mengalami kecelakaan, jumlah jam kerja yang hilang, total jam kerja karyawan dan jumlah kecelakaan kerja dalam suatu periode tertentu yang kemudian digunakan untuk menentukan tingkat frekuensi kecelakaan, tingkat kekerapan kecelakaan (severity), nilai T-Selamat, dan produktivitas.

Bab VI Analisis Pemecahan Masalah, berisi analisis terhadap kecelakaan kerja yang pernah terjadi dan potensi kemungkinan terjadinya kecelakaan pada perusahaan dan membahas solusi perbaikan usaha pencegahan kecelakaan kerja pada karyawan.

(26)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

Pada zaman sekarang ini energi listrik sudah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat. Hal ini disebabkan karena peralatan yang mendukung untuk kehidupan sehari-hari atau bahkan untuk melakukan proses produksi pada perusahaan banyak menggunakan energi listrik. Oleh karena itu, menyadari pentingnya kebutuhan energi listrik yang memadai bagi perusahaan-perusahaan yang memerlukan dan pihak-pihak lain, melahirkan perusahaan penghasil transformator di Indonesia. Jika kebutuhan transformator di Indonesia disuplai dari luar negeri akan memperbesar anggaran belanja. Kesempatan ini melahirkan sebuah perusahaan transformator tegangan tinggi yaitu PT. Morawa Electric Transbuana yang berlokasi di Jalan Raya Medan Tanjung Morawa Km 20,5 Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara. Perusahaan ini memiliki kantor yang bertempat di Jalan Perniagaan Baru No. 48 D Medan dan di Jalan Agung Permai X No. 25 Blok C-12 Sunter Agung Jakarta.

(27)

Negeri (PMDN), Badan Koordinasi Penanaman Modal (BPKM) Nomor Koordinasi Penanaman Modal Nomor: 72/T/INDUSTRI/1983, November 1983.

Perusahaan ini merupakan satu-satunya pembuat transformator distribusi tegangan tinggi yang berada di luar pulau Jawa, dengan jenis produksi transfomator satu fasa dan tiga fasa. Transformator yang diproduksi oleh PT. Morawa Electric Transbuana dipasarkan kepada PT. PLN (Perusahaan Listrik Negara) sebagai pasar utama konsumen dalam negeri

±

90% sedangkan

±

10% untuk perusahaan swasta lainnya yang berada di dalam dan luar negeri.

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

Produk yang dihasilkan oleh PT. Morawa Electric Transbuana berupa transformator jenis satu fasa dan tiga fasa. Produksi perusahaan terutama ditujukan untuk memenuhi permintaan Perusahaan Listrik Negara (PLN). Di samping itu, juga didistribusikan kepada perusahaan-perusahaan swasta antara lain PT. Caltex Pacific Indonesia, PT. SOCI, PT. Aribawana, dan perusahaan lainnya, serta didistribusikan kepada rumah sakit dan pusat perbelanjaan yang ada di dalam negeri. Transformator yang dihasilkan juga diekspor ke Malaysia dan Singapura.

2.3. Organisasi dan Manajemen

(28)

2.3.1. Struktur Organisasi PT. Morawa Electric Transbuana

Struktur organisasi yang digunakan PT. Morawa Electric Transbuana berbentuk lini dan fungsional. Struktur organisasi bentuk lini dapat dilihat dengan adanya pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab dari pimpinan tertinggi kepada unit-unit organisasi yang berada di bawahnya dalam bidang pekerjaan tertentu secara langsung, serta pemberian wewenang dan tanggung jawab yang bergerak vertikal ke bawah dengan pendelegasian yang tegas melalui jenjang hirarki yang ada. Struktur organisasi fungsional dapat dilihat dengan adanya pemisahan/pembagian tugas, pendelegasian wewenang serta pembatasan tanggung jawab yang tegas pada setiap fungsi yaitu produksi, personalia, dan pemasaran. Hal ini dibuat sesuai dengan kebutuhan serta kelancaran dan kemajuan organisasi dalam mencapai tujuan perusahaan. Struktur organisasi PT. Morawa Electric Transbuana dapat dilihat pada Gambar 2.1.

2.3.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab

Uraian tugas dan tanggung jawab pada masing-masing bagian di PT. Morawa Electric Transbuana dapat dilihat pada Lampiran 1.

2.3.3. Tenaga Kerja dan Jam Kerja Perusahaan

(29)

Direktur

Pemasaran

Direktur Keuangan

ADM

Kepala

Keuangan

Presiden Direktur

Kepala

Personalia

Kepala

Pembelian

Kepala

Pabrik

Kepala Pemasaran

Kepala

Design

Kepala Produksi

Kepala

Bengkel

Kepala Proses

Akhir

Kepala

Gudang

Kepala

Pengujian

Kepala

QAS

Karyawan

seksi design

Karyawan

seksi

perawatan

Karyawan

seksi

bengkel

Karyawan seksi

produksi

Karyawan

seksi

pengujian

Karyawan

seksi

finishing

Karyawan seksi

keamanan

Karyawan

seksi

gudang

Karyawan seksi

lokal

Karyawan seksi

ekspor

Karyawan

seksi

administrasi

Sumber : PT Morawa Electric Transbuana

(30)

2.3.3.1. Tenaga Kerja

PT. Morawa Electric Transbuana, dalam merekrut tenaga kerjanya berprinsip pada kesesuaian kualitas dan kuantitas tenaga kerja dengan kebutuhan perusahaan. Setelah proses perekrutan, dilakukan proses seleksi, penempatan, orientasi, dan melakukan pelatihan (training) kepada calon tenaga kerja yang baru. Hal ini bertujuan untuk menjamin tersedianya tenaga kerja yang terampil dan terdidik. Penempatan jabatan terhadap seorang karyawan dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan. Tenaga kerja dibagi atas dua golongan, yaitu golongan tenaga kerja tidak langsung dan tenaga kerja langsung. Perincian jumlah tenaga kerja yang ada di PT. Morawa Electric Transbuana dapat dilihat pada Tabel 2.1.

2.3.3.2. Jam Kerja

(31)

Tabel 2.1. Perincian Jumlah Tenaga Kerja

No Jabatan Jumlah

(orang)

1 Presiden Direktur 1

2 Direktur Pemasaran 1

3 Direktur Keuangan/ADM 1

4 Kepala Pabrik 1

5 Kepala Bagian Pemasaran 1

6 Kepala Bagian Desain 1

7 Kepala Bagian Produksi 1

8 Kepala Bagian Bengkel 1

9 Kepala Bagian Proses Akhir 1

10 Kepala Bagian Gudang 1

11 Kepala Bagian Pengujian 1

12 Kepala Bagian QAS (Quality Assurance) 1

13 Kepala Bagian Keuangan 1

14 Kepala Bagian Personalia 1

15 Kepala Bagian Pembelian 1

16 Karyawan Seksi Desain 1

17 Karyawan Seksi Perawatan 1

18 Karyawan Seksi Bengkel 16

19 Karyawan Seksi Pengujian Material 3

20 Karyawan Seksi Produksi Inti 4

21 Karyawan Seksi Pemanggangan Inti 1

22 Karyawan Seksi Pengujian Inti 2

23 Karyawan Seksi Pembuatan Kertas Isolasi 2 24 Karyawan Seksi Penggulungan Kumparan 7 25 Karyawan Seksi Perakitan/Koneksi Kumparan 6 26 Karyawan Seksi Pengeringan Trafo 1

27 Karyawan Seksi Finishing 6

28 Karyawan Seksi Gudang 1

29 Karyawan Seksi Lokal 1

30 Karyawan Seksi Ekspor 1

31 Karyawan Seksi Administrasi 4

32 Karyawan Seksi Keamanan 8

Total 80

(32)
[image:32.595.180.445.140.354.2]

Tabel 2.2. Jam Kerja PT. Morawa Electric Transbuana Hari Jam Kerja Keterangan

Senin-Kamis

08.30 - 12.00 Kerja 12.00 - 13.00 Istirahat 13.00 - 16.30 Kerja

Jumat

08.30 - 12.00 Kerja 12.00 - 13.30 Istirahat 13.30 - 16.30 Kerja

Sabtu

08.30 - 12.00 Kerja 12.00 - 13.00 Istirahat 13.00 - 15.00 Kerja Sumber: PT. Morawa Electric Transbuana

2.3.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas yang Digunakan

Pembayaran upah karyawan oleh PT. Morawa Electric Transbuana dilakukan setiap awal bulan dengan besar upah ditentukan berdasarkan jabatan, keahlian, kecakapan, pendidikan, dan prestasi kerja karyawan yang bersangkutan. Adapun komponen upah di PT. Morawa Electric Transbuana adalah sebagai berikut:

a. Gaji Pokok b. Upah Lembur

c. Tunjangan kesehatan dan keluarga d. Insentif kerajinan

(33)

2.4. Proses Produksi

Berikut ini yang akan dibahas adalah mengenai bahan yang digunakan pada proses produksi, jumlah dan spesifikasi produk, uraian proses produksi, mesin dan peralatan yang digunakan dan tata letak pabrik.

2.4.1. Bahan

Berikut ini akan diuraikan secara rinci mengenai bahan baku, bahan penolong dan bahan tambahan yang digunakan perusahaan untuk melakuakan proses produksi pembuatan transformator.

2.4.1.1. Bahan Baku

Bahan baku merupakan semua bahan yang langsung digunakan sebagai bahan dasar serta memiliki komposisi terbesar dalam pembuatan produk dimana sifat dan bentuknya akan mengalami perubahan. Bahan baku yang digunakan dalam memproduksi transformator adalah:

1. Plat Silicon Steel

Silicon steel digunakan untuk pembuatan inti transformator. Jenis silicon steel

yang digunakan adalah Grain Oriented Core HHB atau Z8H produksi Nippon

Steel Jepang dan jenis RG8H produksi Kawasaki Steel Jepang. Silicon steel

berbentuk lembaran plat yang tergulung berlapis-lapis. 2. Kawat Tembaga (Cooper Wire)

Kawat tembaga yang digunakan terdiri dari dua jenis, yaitu:

a. Enameled Copper Wire, kawat berbentuk silinder untuk gulungan primer

(34)

b. Rectangular Copper Wire, kawat berbentuk persegi untuk gulungan

sekunder dengan ukuran 3,2 x 8 mm. 3. Kertas Isolasi

Kertas isolasi digunakan untuk gulungan primer dan koneksi antara kumparan-kumparan ke tap changer pada sisi primernya. Kertas ini juga berfungsi sebagai pengaman dalam mengisolasi antara kawat-kawat, dari kawat ke tangki dan kawat ke inti. Kertas ini berasal dari Jepang dalam bentuk gulungan besar untuk ukuran 0,13-0,50 mm, sedangkan untuk ukuran 0,80– 1,60 mm dikemas dalam peti.

4. Minyak

Minyak yang digunakan adalah jenis Dilla B juga minyak Esso Volta 80 buatan Amerika Serikat. Minyak ini berfungsi sebagai cairan pendingin agar transformator dapat berfungsi dengan stabil, terutama pada saat berbeban besar atau terkena sambaran petir.

5. High and Low Voltage Bushing

High and Low Voltage Bushing merupakan bahan yang digunakan untuk

tempat mengikat kabel jaringan distribusi listrik dan menghubungkannya ke dalam rangkaian transformator. Bahan ini diimport dari Cina.

6. Tap Changer

Tap Changer berfungsi sebagai switch otomatis yang berfungsi apabila

(35)

7. Earth Terminal

Earth Terminal merupakan instrumen listrik yang dihubungkan langsung

dengan kawat yang ditanamkan di dalam tanah. 8. Thermometer

Thermometer merupakan alat yang ditambahkan dalam transformator yang digunakan untuk mengukur suhu transformator.

9. Pressure Terminal

Pressure Terminal berfungsi sebagai penghubung transmisi.

10.Kertas OD

Kertas OD ini berguna untuk memberi celah/jarak antara kumparan sekunder dengan primer sehingga nantinya minyak dapat masuk pada celah tersebut sehingga panas yang timbul akibat adanya rugi-rugi tembaga (Cu) dapat diatasi.

11.Besi plat, besi siku, besi UNP, besi plat strip, dan roda besi hasil produksi dalam negeri, yang digunakan dalam pembuatan casing transformator.

2.4.1.2. Bahan Tambahan

(36)

1. Cotton band

Merupakan bahan yang digunakan untuk mengikat kumparan pada inti agar tidak lepas.

2. Plat Merek

Plat merek “Morawa” digunakan untuk menyatakan pabrik yang memproduksikan transformator.

3. Name plate

Name plate mencantumkan spesifikasi transformator yang ditempatkan pada

tangki trafo. 4. Lem

Lem digunakan sebagai perekat kertas isolasi pada lilitan kumparan. Jenis lem yang digunakan adalah lem chack.

5. Kawat Las

Kawat las digunakan untuk mengelas tangki trafo dengan kumparan primer dan kumparan sekunder.

6. Baut dan Mur

Baut dan mur digunakan untuk menghubungkan trafo ke tangki, menutup

pressure terminal, menghubungkan oil gauge yang masuk ke dalam tangki,

dan memasang tutup tangki trafo.

7. Hand Hold

Hand Hold berfungsi sebagai pegangan dalam mempermudah pemindahan

(37)

8. Cat

Cat digunakan dalam proses pengecatan tangki transformator. 9. Stop kran sebagai tempat pembuangan minyak.

2.4.1.3. Bahan Penolong

Bahan penolong yaitu bahan yang ikut dalam proses tetapi tidak nampak dalam produk akhir. Bahan penolong yang digunakan dalam menghasilkan produk transformator ini adalah:

1. Gas Nitrogen (N2)

Gas ini digunakan dalam proses pemanggangan inti dan juga dalam proses pengujian kebocoran tangki transformator. Fungsi gas nitrogen pada saat proses pemanggangan inti adalah:

a. Untuk menghilangkan reaksi oksidasi antara oksigen dan inti, sehingga tidak terjadi pekaratan inti.

b. Membantu agar temperatur panas di dalam tungku pemanggangan merata. 2. HCL dan Soda Ash

HCL dan Soda Ash digunakan untuk membersihkan tangki dari karat. 3. Kayu Meranti

Kayu meranti digunakan untuk menyangga lilitan kumparan trafo agar kedudukannya tetap.

4. Pasir kuarsa

(38)

5. Mal Besi

Mal besi digunakan sebagai mal untuk menggulung kumparan Silicon Steel pada saat pembuatan inti trafo. Mal besi ini juga digunakan pada saat pemanggangan inti agar kumparan Silicon Steel dari inti trafo tidak lepas saat dipanggang.

2.4.2. Jumlah dan Spesifikasi Produk

PT. Morawa Electric Transbuana memproduksi dua jenis transformator inti (core type) yaitu transformator satu fasa dan tiga fasa. Untuk spesifikasi produk transformator satu fasa dapat dilihat pada Tabel 2.3., sedangkan spesifikasi produk transformator tiga fasa dapat dilihat pada Tabel 2.4.

Tabel 2.3. Spesifikasi Produk Transformator Satu Fasa

Uraian Spesifikasi Transformator

Daya Pengenal kVA 5 10 15 25 50

Jumlah Fasa - 1 1 1 1 1

Frekuensi Pengenal Hz 50 50 50 50 50

Tegangan Primer kV 20 20 20 20 20

Tegangan Sekunder kV 231/462 231/462 231/462 231/462 231/462

Arus Beban Nol % 2,4 2,3 2 1,6 1,4

Sumber: PT. Morawa Electric Transbuana

Tabel 2.4. Spesifikasi Produk Transformator Tiga Fasa

Uraian Spesifikasi Transformator

Daya Pengenal kVA 25 50 100 150 200 250 315 400 500 630 800 1000 1250 1600

Jumlah Fasa - 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

Frekuensi Pengenal Hz 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

Tegangan Primer kV 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

Tegangan

Sekunder kV 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4

Arus Beban Nol % 2,3 2,3 2,3 2,1 2 1,9 1,9 1,8 2 2 2 2 2 2

(39)

2.4.3. Uraian Proses Produksi

Urutan proses pembuatan transformator pada PT. Morawa Electric Transbuana adalah sebagai berikut:

1. Proses Pemotongan Silikon (Silicon Steel Cutting)

Inti transformator terbuat dari Silicon Steel yang berfungsi untuk memperbesar fluksi magnet yang timbul bila pada kumparan transformator mengalir arus listrik. Ciri-ciri inti transformator yang baik adalah memiliki rugi-rugi arus pusar yang kecil. Proses pemotongan inti transformator dilakukan setelah lembaran silikon dalam bentuk gulungan diletakkan pada penyangga mesin peletakan, kemudian mesin dijalankan secara perlahan-lahan dengan cara mengatur putarannya melalui panel sehingga plat inti dapat ditarik ke meja pemotongan yang telah diatur jarak pisau-pisaunya sesuai dengan keperluan yang diinginkan. Penyetelan jarak pisau-pisau ini diatur sedemikian rupa sehingga tidak ada plat inti yang terbuang. Selanjutnya mesin dijalankan dan plat yang telah dipotong diletakkan di tempat penyusunan plat. Proses pemotongan inti harus dilakukan dengan cermat agar tidak terjadi pengelupasan fosfor yang melapisi inti.

2. Penggulungan Inti Trafo (Core Winding)

(40)

penggulungan wound core (inti gulung) dimana dapat diterapkan untuk transformator dengan daya nominal kecil. Wound core memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan cara staching yaitu:

a. rugi-rugi inti kecil untuk rapat fluksi yang sama, berarti terjadi penghematan dalam penggunaan inti transformator.

b. Arus penguatan (exciting current) adalah sangat kecil, karena kecilnya celah udara (air gap)

c. Tingkat kebisingan (noise level) rendah

d. Waktu yang dibutuhkan untuk proses ini lebih cepat e. Jumlah plat yang terbuang lebih sedikit.

Dengan pemakaian inti transformator yang lebih kecil, berarti dimensi transformator akan menjadi lebih kecil, pemakaian komponen-komponen bahan yang lain juga akan sedikit sehingga memberikan suatu penghematan. Kerugian dari cara wound core ini adalah dapat terjadi kerusakan (terbakar), dan jika demikian maka seluruh transformator akan diangkat dan diperbaiki di pabrik. Penggulungan inti trafo dengan cara staching atau inti susun, apabila terjadi kerusakan, maka cukup dengan membuka intinya dan mengeluarkan belitannya untuk diganti.

(41)

3. Penimbangan Berat Inti (Weight Measurement)

Inti transformator yang sudah selesai digulung, ditimbang untuk mengetahui apakah berat yang sebenarnya sesuai dengan berat yang sudah ditentukan menurut desainnya. Penimbangan ini juga berguna untuk menentukan berat total dari transformator yang sudah selesai, misalnya berat transformator 50-150 kVA adalah sekitar 35 kg.

4. Proses Annealing

Silicon steel dibawa ke bagian annealing dengan menggunakan hoist crane, kemudian silicon steel tersebut siap untuk dipanaskan dengan menggunakan tungku pemanas (annealing furnace) yang menggunakan energi listrik. Proses

annealing ini berguna untuk:

a. Memperbaiki karakteristik inti yaitu memperkecil rugi-rugi inti.

b. Menghilangkan elastisitas dari bahan baku inti transformator, sehingga pada saat inti dikeluarkan bentuknya tidak mengalami perubahan.

Temperatur yang diperlukan untuk annealing inti diatur melalui panel kontrol yang berfungsi mengatur tegangan dan arus yang akan diberikan ke elemen pada tungku pemanas. Pada panel tersebut thermocouple dihubungkan dengan

relay temperature dengan range 0-1200oC. Relay ini berfungsi untuk

(42)

a. Inti (Silicon steel) disusun pada bagian dasar tungku yang diberi pasir dan besi.

b. Inti yang telah disusun ditutup dengan penutup pertama dan dilanjutkan dengan penutup kedua. Pada penutup kedua terdapat elemen-elemen pemanas yang menggunakan listrik.

c. Gas N2 dialirkan dengan tekanan

±

0,1 kg/cm2 selama 30 menit.

d. Arus listrik dialirkan ke dalam tungku melalui heater dengan tegangan 160 volt, sampai temperatur mencapai 300oC, sementara N2 tetap dialirkan

dengan tekanan yang sama.

e. Pindahkan switch ke 220 volt hingga temperatur mencapai 600oC dengan tekanan tetap.

f. Tegangan tetap dipertahankan 220 volt hingga temperatur mencapai 830oC selama 4 jam. Setelah itu sumber listrik diputus dan gas N2 tetap dialirkan

hingga proses annealing selesai.

g. Temperatur dibiarkan turun secara perlahan hingga mencapai suhu 500oC dan kemudian penutup luar pemanggang diangkat setinggi

±

30 cm dari dasar pemanggangan untuk membantu mengurangi temperatur secara perlahan sampai 350oC.

h. Penutup luar diangkat secara keseluruhan sedangkan penutup dalam tetap dibiarkan sampai temperatur turun hingga 160oC dan aliran N2 dihentikan.

i. Penutup dalam pemanggangan diangkat dan proses annealing selesai. Gas N2 yang dialirkan dalam tungku akan dikeluarkan melalui saluran

(43)

keluar dari tungku pemanggangan kemudian dipindahkan ke bagian pengujian rugi-rugi inti dengan menggunakan hoist crane. Gas yang digunakan dalam proses pemanggangan ini berguna untuk menghilangkan reaksi oksidasi antara oksigen dengan inti agar tidak berkarat dan menjaga agar temperatur panas merata di dalam tungku.

5. Pengujian Rugi-rugi Inti Transformator (Core Lost Test)

Setelah proses pemanggangan dan penimbangan, inti transformator dibawa ke pengujian rugi- rugi inti dengan menggunakan hoist crane dan inti tersebut diuji. Proses pengujian inti transformator ini berfungsi untuk melihat apakah proses pemanggangan itu sudah baik atau tidak kemudian disesuaikan dengan jumlah lilitan yang akan digulung, dan hasil pengujian ini harus sesuai dengan standard PLN. Aktivitas pengujian rugi-rugi inti meliputi:

a. Ukur penampang inti.

b. Susun inti yang akan ditest di atas blok kayu.

c. Lilitkan kabel yang jumlahnya sesuai dengan kapasitas transformator. d. Jepit ujung belitan ke terminal pengujian.

e. Posisikan power dalam keadaan ON dan tekan ON power pada control

panel.

f. Beri tegangan secara perlahan sampai tegangan phase yang dikehendaki. g. Catat hasil pengujian.

h. Setelah hasil pengujian diperoleh, switch off panel kontrol dan matikan

(44)

6. Proses Pemotongan dan Pembuatan Kertas Isolasi (Paper Cutting)

Kertas isolasi digunakan untuk mengisolasi antara belitan kawat primer dan sekunder dan antara kumparan primer dan sekunder. Kertas isolasi ini berfungsi untuk mencegah terjadinya hubungan singkat antara kumparan primer dan kumparan sekunder. Kertas isolasi yang digunakan terbagi menjadi dua jenis, yaitu:

a. Pressure Paper Board, yaitu kertas isolasi yang dilapisi dengan vernis,

sehingga pada proses akhir tidak memerlukan perendaman di vernis, hanya cukup melakukan proses pemanasan.

b. Krafit Paper, yaitu kertas isolasi tanpa lapisan vernis, sehingga pada

proses akhir transformator harus dicelupkan ke dalam cairan vernis.

PT. Morawa Electric Transbuana menggunakan kertas isolasi jenis Pressure

Paper Board sehingga lebih menguntungkan dari segi waktu dan tenaga

(45)

7. Penggulungan Kumparan (Coil Winding)

Inti trafo yang telah selesai diuji dibawa ke penggulungan dengan menggunakan forklift. Sebelum penggulungan kumparan dilakukan, inti trafo diikat dengan cotton band agar lembaran ini tidak lepas saat dilakukan penggulungan kumparan. Kemudian inti trafo dilapisi dengan insulation paper yang tebalnya 0,125 mm dan dibungkus ke roda gigi yang bisa berputar pada

coil winding machine. Insulation paper diberi lilin untuk melicinkan putaran,

dan selanjutnya kawat tembaga digulung. a. Kumparan sekunder

Kumparan yang pertama digulung ke inti trafo adalah kumparan sekunder. Kawat tembaga yang digunakan berbentuk persegi dengan ukuran 3,2 x 8 mm. Kumparan sekunder mempunyai 88 lilitan pada kedua kaki trafo, dimana pada tiap kaki trafo terdiri dari 44 lilitan. Lilitan pada kaki trafo terdiri dari dua lapisan dengan jumlah lilitan 22 lilitan tiap lapisnya. Pada tiap lapisan tersebut diberi kertas isolasi dengan tebal 0,125 mm. Kenaikan suhu tembaga tidak boleh melebihi standard 65oC.

b. Kumparan primer

(46)

selesai digulung kemudian diberi lagi insulation paper dengan tebal 2,4 mm.

Pada penggulungan kumparan, selain ketepatan jumlah lilitan dan ketepatan penggunaan insulation paper, hal lain yang sangat penting untuk diperhatikan adalah tensile strength tidak boleh terlalu besar. Apabila terlalu besar dapat menyebabkan lapisan permukaan kawat rusak atau terkelupas sehingga dapat menyebabkan terjadinya hubungan singkat pada kawat tembaga yang pada akhirnya membuat trafo menjadi rusak.

8. Pemasangan dan Koneksi Kumparan (Coil Assembly)

Inti yang telah selesai digulung dibawa ke bagian koneksi dengan hoist crane. Kumparan kemudian disambungkan antara kumparan yang satu dengan kumparan yang lain. Sebelum koneksi dilakukan, terlebih dahulu dipasang plat pendukung inti. Koneksi kumparan pertama sekali dilakukan terhadap kumparan sekunder dengan cara mengelasnya, kemudian dilakukan pemasangan tutup case dengan menggunakan mur dan baut. Setelah itu dilanjutkan dengan pengkoneksian terhadap hubungan primer.

9. Pengeringan Gulungan Kumparan (First Drying)

(47)

yang digerakkan oleh motor lisrik. Untuk mencegah panas yang berlebihan yang dapat merusak struktur kumparan tranformator, maka relay temperature diatur pada posisi suhu sekitar 115-130oC.

10.Pemasangan Terminal (Terminal Assembly)

Setelah proses pengeringan selesai, maka kumparan transformator tersebut diangkat dari drying oven dan selanjutnya dibawa ke tempat pemasangan terminal dengan hoist crane dan dilakukan pemasangan terminal yang terdiri dari tap changer, bushing primer dan bushing sekunder pada tutup case yang telah dipasang sebelumnya. Kemudian diperiksa apabila semua terminal yang diperlukan sudah terpasang dan terkunci dengan baik sebelum dimasukkan ke dalam case (tangki) transformator.

11.Turn Ratio Test

Jika semua kumparan sudah terhubung dengan baik ke tap changer, maka dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan alat Turn Ratio Test yang bertujuan untuk mengetahui apakah perbandingan belitan dari masing-masing kumparan sudah sesuai atau tidak. Penyimpanan-penyimpanan yang terjadi pada perbandingan transformator ini tidak boleh lebih besar atau lebih kecil 0,5% terhadap harga-harga perbandingan transformator nominal menurut standard.

12.Penyatuan dengan Tangki Transformator

(48)

terminal, oil gauge, thermometer, dan karet packing, untuk kemudian ditutup dengan menggunakan baut dan mur.

13.Pengisian Minyak ke dalam Tangki Transformator (Oil Filling)

Tangki diisi dengan minyak trafo yang dipompakan dari tangki oil filter hingga mencapai

±

2 cm dari mulut trafo. Minyak ini berfungsi sebagai pendingin (cooling medium) dan juga sebagai isolasi pada kumparan transformator yang sudah dimasukkan ke dalam tangki. Minyak tersebut perlu dibersihkan dan dimurnikan terlebih dahulu dengan menggunakan oil purifier buatan Kato Electric Jepang. Tujuan pemurnian minyak ini adalah untuk menghilangkan kadar air yang terdapat pada minyak. Jenis minyak yang digunakan dalam pembuatan transformator ini adalah jenis DIALA B yang diproduksi oleh Shell Company.

14.Routine Test

Pengujian ini merupakan final test terhadap seluruh transformator yang akan dikirim ataupun disimpan. Setelah selesai di bagian pengisian minyak trafo dibawa ke bagian pengujian akhir dengan hoist crane. Secara garis besar, pengujian rutin ini terdiri dari beberapa kegiatan pengujian, yakni:

(49)

b. Pengujian hubungan singkat, untuk melihat besar rugi-rugi tembaga trafo. Pada pengujian ini, alat ukur dipasang pada sisi primer (tegangan tinggi) sedangkan sisi sekunder (tegangan rendah) dihubung-singkatkan dengan menggunakan sebuah penghantar/konduktor yang sesuai dengan besarnya arus nominal sekunder. Sumber tegangannya diatur dengan voltage regulator yang dihubung ke sisi primer.

c. Pengukuran tahanan kumparan

Pengukuran tahanan kumparan dilakukan dengan menggunakan

Wheatstone-bridge (Jembatan Wheatstone) untuk mengukur tahanan

kumparan primer. Untuk mengukur tahanan pada kumparan sekunder digunakan double-bridge (jembatan ganda).

d. Pengukuran tahanan isolasi

Pengujian ini dilakukan untuk melihat ketahanan isolasi transformator terhadap tegangan tinggi, baik itu pada sisi primer (high voltage) maupun sisi kumparan sekunder (low voltage).

e. Pengujian frekuensi tinggi

Alat pengujinya terdiri dari generator frekuensi tinggi (350 Hz) yang digerakkan motor induksi. Lama waktu pengujian tergantung dari frekuensi dan tegangannya dua kali dari tegangan nominal sekunder transformator distribusi yang diuji.

f. Pengujian kebocoran dari tangki trafo

Pengujian ini dilakukan dengan mengalirkan gas murni Nitrogen (N2) ke

(50)

Selain pengujian yang bersifat routine test, perusahaan ini juga melakukan pengujian tipe yang terdiri dari:

a. Pengujian ketahanan suhu b. Pengujian kenaikan suhu 15.Pemasangan Name Plate

Transformator yang telah diuji dan mendapat persetujuan dari bagian quality

control, selanjutnya transformator tersebut dipasangkan name plate yang

memberikan keterangan spesifikasi transformator yang bersangkutan. Dan juga diberi label merek “MORAWA”, yang menandakan identitas perusahaan. 16.Penyimpanan

Transformator yang telah selesai dipasang name plate dan merek selanjutnya dibawa ke bagian penyimpanan dengan menggunakan hoist crane.

Blok diagram proses pembuatan transformator PT. Morawa Electric Transbuana dapat dilihat pada Gambar 2.2.

2.5. Mesin dan Peralatan

Berikut ini akan diuraikan secara rinci mengenai mesin dan peralatan yang digunakan pada saat melakukan proses produksi pembuatan trasformator pada PT. Morawa Electric Transbuana.

2.5.1. Mesin

(51)

Pemotongan Inti Bahan

Penggulungan inti

Penimbangan inti

Pemanggangan inti

Pengujian rugi-rugi inti Pemotongan kertas isolasi

Penggulungan kumparan

Turn Ratio Test

Penghubungan/koneksi kumparan

Pengeringan gulungan kumparan

Pemasangan Terminal

Turn Ratio Test

Penyatuan dengan tangki trafo

Pengisian minyak ke dalam trafo

Routine Test

Pemasangan Name Plate dan Merek

Penyimpanan

Oil Diala B

[image:51.595.114.543.123.663.2]

Name Plate Casing di area penumpukan

(52)

Tabel 2.5. Daftar Mesin Produksi PT. Morawa Electric Transbuana

No. Nama Mesin Tahun Asal Daya Tegangan (Volt)

Kuat Arus (Ampere)

Jumlah

(Unit) Fungsi

1 Core Slitting 1981 Taiwan 3 HP 380 7 1 Memotong silicon steel sesuai dengan ukuran

produk yang akan dibuat

2 Core Wounded 1981 Taiwan 2,5 HP 380 8,1 2 Menggulung inti transformator

3 Annealing Furnace 1981 Taiwan 60 Kw 380 170 2

a. Memperbaiki karakteristik inti trafo, yaitu memperkecil arus eksitasi dan mengurangi rugi-rugi inti

b. Menghilangkan elastisitas dari bahan baku inti trafo sehingga bentuk tidak berubah

4 Coil Winding 1981 Taiwan 1 HP 380 3,65 10 Menggulung kumparan transformator

5 Insulating Dryer 1981 Taiwan 12 kVA 380 63 1 Mengeringkan inti transformator

6 Paper Wrapping 1981 Taiwan 1,5 kVA 380 7,2 2 Memotong kertas isolasi sesuai dengan

ukuran yang telah ditentukan

7 Oil Purifier 1981 Taiwan 3,7 kVA 380 9,8 1 Membersihkan minyak

8 Oil Filter 1981 Taiwan - 380 4 1 Mengosongkan udara dari transformator dan

mengisi dengan minyak

9 Compressor 1981 Taiwan 2 HP 380 7,1 3 Memompa udara

10 Generating Set 1981 Taiwan 350 kVA 400 722 1 Cadangan pembangkit tenaga listrik

11 High Frequency

Generator 1981 Taiwan 5 kVA 380 4 1 Menetralkan frekuensi

12 Drying Oven 1981 Amerika 24 kW 380 5 1 Mengeluarkan kandungan air dari kertas isolasi

(53)

2.5.2. Peralatan

Peralatan yang digunakan untuk proses produksi antara lain:

a. Hoist Crane, alat yang digunakan untuk memindahkan material dengan prinsip

kerja tegak lurus. Pada perusahaan digunakan untuk memindahkan atau menyusun plat besi di gudang bahan baku.

Spesifikasi:

Merk/Type : Tyako Kapasitas : 5 ton

Tegangan : 380 V Jumlah : 3 unit

b. Mesin las, yaitu alat yang digunakan untuk proses penyambungan pada saat pembuatan tangki trafo dan koneksi kumparan. Mesin las yang digunakan terdiri dari dua jenis yaitu las listrik dan las gas.

Spesifikasi:

Merk/Type : Lincoln Arc Welder SA - 800 Serial A 771703 Voltage : 220 V

Frekwensi : 50 Hz Jumlah : 2 unit

c. Kereta sorong, alat yang digunakan untuk memindahkan material (material

handling) dengan prinsip kerja horizontal dan beban yang diangkut dalam

ukuran kecil dan jumlah yang banyak. Spesifikasi:

(54)

Dimensi : 600 x 1600 x 1000 mm Jumlah : 5 unit

d. Neraca, yaitu alat yang digunakan untuk mengukur atau menimbang berat inti transformator yang telah selesai digulung.

Spesifikasi:

Merk : Dacin Type : CB-1.000 Uk.Platform : 90 cm x 120 cm Kapasitas : 1 ton

Jumlah : 1 unit

e. Bridge Test, yaitu alat yang digunakan untuk mengukur tahanan kumparan.

Spesifikasi:

Tahun : 1981 Asal : Taiwan Tahanan : 1 – 10 Mohm Tegangan : 500 V

f. Megger, yaitu alat yang digunakan untuk tahanan isolasi inti trafo.

Spesifikasi:

(55)

g. Forklift, yaitu alat yang digunakan untuk memindahkan material dengan

prinsip kerja secara horizontal. Pada perusahaan digunakan untuk mengangkut hasil potongan kayu gelondogan dan mengangkut transformator yang akan dibawa ke stasiun kerja packing.

Spesifikasi:

Merk/Type : Nissan/ CPCD Kapasitas : 3000 kg

Tinggi Pengangkutan : 3000 mm Dimensi : 3765 x 2090 mm Jumlah : 2 unit

h. Applied Voltage Transformator, yaitu alat yang digunakan untuk menguji

rugi-rugi inti, persentase beban nol, dan uji hubungan singkat.

i. Induction Voltage Regulator, yaitu alat yang digunakan untuk mengukur

tegangan listrik.

j. Turn Ratio Test Set (TRT set), yaitu alat yang digunakan untuk melihat apakah

perbandingan belitan dari masing-masing kumparan sudah sesuai.

2.6. Tata Letak Pabrik

(56)

proses operasi pengerjaan transformator. Misalnya, setelah dilakukan pemotongan

silicon steel pada kelompok mesin pemotong (core slitting), maka hasil potongan

kemudian dibawa ke kelompok mesin penggulungan (core wounded). Untuk menggulung lembaran-lembaran silicon steel yang telah dipotong maka dibuat jendela-jendela yang terbuat dari mal besi dengan ukuran tertentu. Kemudian hasil gulungan lembaran-lembaran silicon steel dibawa ke stasiun kerja penimbangan inti trafo. Inti transformator yang sudah selesai digulung kemudian ditimbang untuk mengetahui apakah berat yang sebenarnya sesuai dengan berat yang sudah ditentukan menurut desainnya. Demikian seterusnya mengikuti urutan proses operasi pengerjaan transformator sampai pada transformator siap untuk didistribusikan kepada pemesan.

(57)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Pengertian dan Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja 3.1.1. Pengertian Keselamatan Kerja

1

Keselamatan kerja adalah sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat dan kematian sebagai akibat dari kecelakaan kerja. Keselamatan kerja yang baik adalah kunci bagi keamanan tenaga kerja. Kecelakaan kerja selain dapat menjadi sebab hambatan-hambatan langsung juga merupakan kerugian-kerugian

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan mesin, peralatan kerja, bahan dan proses pengolahannya, lingkungan kerja serta prosedur atau tata cara kerja. Keselamatan kerja berfokus di segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, maupun di udara. Tempat-tempat kerja tersebut terdapat pada banyak kegiatan perekonomian seperti pertanian, industri, pertambangan, perhubungan, pekerjaan umum, jasa, dan lain-lain. Keselamatan kerja menyangkut segenap proses produksi dan distribusi, baik barang maupun jasa. Salah satu aspek penting sasaran keselamatan kerja mengingat resiko bahayanya adalah penerapan teknologi terutama teknologi yang lebih maju. Keselamatan kerja adalah tugas semua pekerja yang bekerja pada perusahaan. Keselamatan kerja adalah dari, oleh, dan untuk setiap tenaga kerja serta orang lainnya dan juga masayarakat pada umumnya.

1

(58)

secara tidak langsung yakni kerusakan mesin dan peralatan kerja, terhentinya proses produksi untuk beberapa saat, kerusakan pada lingkungan kerja, dan lain-lain. Kecelakaan kerja juga mempengaruhi biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam usaha melakukan perbaikan mesin atau peralatan yang rusak dan pengobatan kepada operator yang mengalami kecelakaan. Semakin banyak kecelakaan yang terjadi pada sebuah perusahaan maka semakin besar pula biaya yang dikeluarkan perusahaan.

3.1.2. Tujuan Keselamatan Kerja2

1. Melindungi keselamatan tenaga kerja dalam melaksanakan tugasnya untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional.

Tujuan keselamatan kerja adalah sebagai berikut:

2. Melindungi dan menjamin keselamatan setiap orang yang berada di tempat kerja.

3. Melindungi kondisi peralatan dan mesin produksi agar selalu dapat digunakan secara efisien.

4. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.

3.1.3. Pengertian Kesehatan Kerja

Kesehatan kerja adalah spesialisasi kesehatan atau spesialisasi di bidang kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar tenaga kerja atau pekerja

2

(59)

memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik atau mental dengan usaha-usaha preventif terhadap penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja.

Ada dua kategori penyakit yang umum diderita oleh tenaga kerja yaitu: a. Penyakit umum

Penyakit yang mungkin diderita oleh setiap orang baik yang bekerja, yang masih sekolah atau menganggur. Pencegahan penyakit ini merupakan tanggung jawab seluruh anggota masyarakat. Untuk menanggulangi penyakit umum pada karyawan atau pekerja maka setiap calon karyawan diwajibkan mengikuti pemeriksaan oleh dokter perusahaan.

b. Penyakit akibat kerja

Penyakit ini dapat timbul ketika seseorang melakukan pekerjaannya. Pencegahannya dapat dimulai dengan pengendalian secermat mungkin terhadap potensi bahaya kecelakaan kerja yang mungkin terjadi pada saat melakukan pekerjaan misalnya memperhatikan prosedur kerja, kondisi lingkungan kerja, dan mentaati peraturan-peraturan yang berlaku misalnya dalam hal menggunakan alat pelindung diri pada saat melakukan pekerjaan.

3.1.4 Tujuan Kesehatan Kerja

Tujuan kesehatan kerja adalah sebagai berikut:

1. Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan akibat kerja.

(60)

3. Agar terhindar dari bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh produk-produk industri.

3.2. Program Keselamatan Kerja

3.2.1. Sifat Pentingnya Program Keselamatan Kerja Menurut Hammer a. Moral

Perusahaan dalam melaksanakan pencegahan atas dasar rasa kemanusiaan, sehingga bila terjadi kecelakaan perusahaan mempunyai suatu beban moral, juga perusahaan mengusahakan tindakan pencegahan dengan tujuan tidak akan terjadi suatu kecelakaan yang sama.

b. Hukum

Setiap tenaga kerja berhak untuk mendapatkan perlindungan keselamatan dalam melaksanakan pekerjaan untuk mendapatkan kesejahteraan hidup dan meningkatkan produktivitas. Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan UU no 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja.

c. Ekonomi

(61)

3.2.2. Unsur Keselamatan Kerja3

a. Perencanaan

Menurut International Labour Organization unsur-unsur keselamatan kerja adalah sebagai berikut :

Bila akan mendirikan perusahaan haruslah diperhitungkan faktor-faktor yang mempengaruhi keselamatan dan produksi juga tingkat perencanaan lokasi, fasilitas untuk produksi dan untuk menyimpan material dan peralatan lantai, penerangan, ventilasi, dan pencegahan kebakaran. Masalah keselamatan kerja harus benar- benar diperhatikan pada waktu perencanaan dan bukan dipikirkan kemudian setelah perusahaan berdiri. Maka dari itu ahli keselamatan kerja harus sudah ikut aktif dalam fase perencanaan. Prinsip-prinsip yang harus dipertimbangkan oleh seorang pimpinan perusahaan dalam perencanaan dan efisiensi produksi adalah seperti menyediakan tempat yang luas bagi mesin dan peralatannya, menciptakan keadaan aman untuk bekerja.

b. Tata ruang dan peralatan yang baik dan teratur

Tata ruang dan peralatan yang baik dan teratur dapat menghindari atau mencegah kecelakaan baik resiko fisik maupun efek psikologi. Dalam keadaan rapi dan teratur tenaga kerja akan lebih berhati-hati. Tata ruang dan peralatan yang baik akan terselenggara jika tenaga kerja berpatisipasi dan memenuhi seluruh ketentuan yang berhubungan seperti tidak diletakkannya barang-barang pada jalan lalu lintas dan penggunaan tempat sampah pada

masing-3

(62)

masing stasiun kerja untuk pembuangan sampah atau kotoran sisa produksi. Tata ruang dan peralatan yang baik dapat bermanfaat bagi kelancaran proses produksi.

c. Pakaian kerja

Pakaian kerja dan alas kaki seringkali tidak memadai untuk melakukan pekerjaan. Tenaga kerja kadang-kadang bekerja menggunakan pakaian kerja yang sudah tidak layak pakai atau yang tidak memenuhi standard untuk keselamatan kerja. Keadaan ini dapat menimbulkan potensi kemungkinan terjadinya kecelakaan pada saat bekerja. Pakaian kerja cepat mengalami kerurusakan karena pekerjaan yang berat, keadaan udara lembab dan pekerjaan penuh kotoran. Oleh karena itu pihak manajemen perusahaan harus menyediakan jenis pakaian yang cocok untuk pekerja yang bekerja pada masing-masing aktivitas kerja dalam perusahaan. Pemakaian alas kaki juga harus diperhatikan karena pemakaian alas kaki yang salah seperti berhak tinggi dan dengan permukaan dasar alas kaki yang licin akan mengakibatkan terpeleset atau terjadinya kecelakaan. Oleh karena itu alas kaki dan pakaian harus dibuat senyaman mungkin untuk tenaga kerja.

Dalam hal penetapan pilihan atau penggunaan pakaian kerja, perlu diperhatikan faktor-faktor di bawah ini :

(63)

2. Pakaian kerja harus sesuai dengan tubuh operator tanpa bagian-bagian atau tali yang longgar dan kantong.

3. Pakaian yang longgar atau yang sudah rusak dan menyimpan kunci berantai atau memakai arloji berantai tidak boleh dipakai dekat dengan bagian-bagian mesin yang bergerak.

4. Pakaian berlengan pendek lebih baik dari pakaian berlengan panjang yang digulung lengannya ke atas.

5. Benda-benda tajam atau runcing, bahan-bahan eksplosif atau cairan-cairan yang dapat terbakar tidak boleh dibawa dalam kantong pakaian.

6. Pekerja yang bekerja pada area kerja dengan debu-debu yang dapat terbakar, eksplosif atau beracun tidak boleh memakai baju berkantong, memiliki lipatan-lipatan, dan lain-lain yang mungkin menjadi tempat berkumpulnya debu.

d. Alat-alat pelindung diri

Peralatan perlindungan diri sangat dibutuhkan untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja pada saat bekerja. Dan beberapa kriteria dasar yang harus dipenuhi oleh semua jenis alat pelindung diri adalah sebagai berikut:

1. Alat pelindung diri harus memberikan cukup perlindungan terhadap potensi bahaya yang mungkin terjadi pada pekerja.

(64)

a. Tutup muka/masker kain

b. Alas kaki pengaman atau sepatu pengaman c. Sarung tangan

d. Pakain kerja e. Helm f. Kacamata g. Topi pengaman h. Pelindung telinga i. Pelindung paru-paru e. Pemasangan tanda-tanda

Pemasangan tanda-tanda yang diharapkan dapat membawa pesan peringatan atau memberikan keterangan secara umum. Keterangan-keterangan misalnya berupa tanda-tanda bagi tempat jalan keluar dan tempat-tempat yang sering terjadi kecelakaan seperti peringatan berhati-hati terhadap jalan yang licin, mesin yang berbahaya dan selalu menggunakan alat pelindung diri setiap akan bekerja. Pemasangan tanda-tanda peringatan ini dilakukan pada tempat-tempat yang sering terjadi kecelakaan serta tempat-tempat yang dianggap perlu. f. Penerangan

Penerangan merupakan suatu aspek lingkungan fisik yang penting bagi keselamatan kerja. Beberapa penelitian membuktikan bahwa penerangan yang tepat dan disesuaikan dengan pekerjaan meyebabkan produksi maksimal dan membantu mengurangi kemungkinan terjadinya kecelakaan.

(65)

a. Kesilauan langsung

b. Kesilauan sebagai pantulan dari lingkungan pekerjaan. c. Bayang-bayang gelap.

d. Perubahan mendadak dari terang menjadi gelap. g. Ventilasi dan pengaturan suhu

Ventilasi merupakan suatu cara meniadakan debu-debu yang eksplosif seperti debu serbuk kayu di udara. Uap-uap di udara dapat diturunkan kadarnya sampai batas aman oleh ventilasi umum atau dapat mencegah terjadinya keadaan terlalu panas atau terlalu dingin sehingga pekerja tidak terganggu keadaan itu. Ventilasi juga membantu pencahayaan pada ruangan kerja atau stasiun kerja operator karena cahaya matahari dari luar dapat masuk melalui ventilasi.

h. Kebisingan

(66)

3.3. Unsur-Unsur yang Mendukung Program Keselamatan Kerja4

1. Dukungan Manajemen Puncak.

.

Adapun unsur-unsur yang mendukung program keselamatan kerja adalah sebagai berikut:

Manajemen puncak haruslah memberikan dukungan secara aktif pada program keselamatan kerja atau usaha pencegahan kecelakaan kerja agar tetap berjalan secara efektif. Dukungan manajemen puncak dapat dilihat dari kehadiran secara pribadi pada rapat-rapat yang membahas masalah keselamatan kerja, dan pemeriksaaan atau peninjauan langsung pada lantai produksi yang dilakukan secara periodik, penekanan tentang keselamatan kerja, menjaga prestasi pada bidang kesehatan dan keselamatan kerja.

2. Pengangkatan seksi keselamatan.

Seksi keselamatan kerja / safety engineer memberikan perhatian kepada aspek manusianya dan bukan hanya aspek tekniknya. Hubungan antara Direktur Keselamatan Kerja dengan karyawan-karyawan bersifat fungsional, yang artinya Direktur Keselamatan Kerja berhak memerintah dan memaksakan perintahnya untuk menjalankan peraturan-peraturan dalam bidang keselamatan kerja.

3. Rekayasa suatu pabrik dan operasi yang aman

(67)

diperhatikan penggunaannya, bekerja dengan menggunakan alat perlindungan diri sebagaimana mestinya dan semua bentuk perlindungan atau pencegahan yang direncanakan harus dilaksanakan dengan baik agar kecelakaan kerja tidak terjadi dan proses operasi dapat berjalan secara aman.

4. Pendidikan karyawan agar bertindak secara aman.

Pendidikan karyawan merupakan aspek yang sangat penting dalam upaya pencegahan kecelakaan, maka biasanya perusahaan memberikan pendidikan melalui pengarahan agar bertindak, berpikir dan bekerja secara aman. Dan segala bentuk latihan seharusnya dilengkapi dengan berbagai peringatan yang menyangkut tentang bahaya dari pelaksanaan suatu pekerjaan. Tindakan pimpinan atau atasan langsung haruslah memberikan contoh tentang perlunya keselamatan kerja baik dalam kata maupun perbuatan. Dan pendidikan melalui pengarahan akan membantu untuk menanamkan pengertian agar bekerja dengan hati-hati.

5. Analisis kecelakaan.

(68)

6. Pelaksanaan peraturan.

Peraturan-peraturan yang mengatur tentang keselamatan kerja harus dilaksanakan. Apabila ada perusahaan yang tidak menerapkan peraturan tersebut akan dikenakan sanksi.

3.4. Faktor Manusia dalam Kesehatan dan Keselamatan Kerja5

1. Faktor-faktor manusia yang mencakup:

.

Faktor-faktor manusia di tempat kerja mengacu ke setiap masalah yang mempengaruhi pendekatan individu ke pekerjaan dan kemampuan untuk melaksanakan tugas pekerjaannya. Faktor-faktor manusia merupakan salah satu bagian dari ilmu perilaku dan pengaruh faktor-faktor manusia dibagi atas empat garis besar yaitu:

a. Sikap pekerja terhadap pekerjaanya

b. Hubungan antara par pekerja dengan kelompok kerjanya

c. Interaksi antara pekerja dengan pekerjaanya atau lingkungan pekerjaanya d. Kemampuan kerja dan kekeliruan

e. Perilaku individu setiap orang

f. Cakupan pelatihan dan instruksi yang disediakan g. Desain dan kondisi pabrik dan perlengkapan h. Aturan-aturan dan system kerja

5

(69)

2. Faktor-faktor positif:

a. Lingkungan manajerial yang membiasakan budaya keselamatan kerja b. Menyesuaikan kemampuan individu dengan pekerjaan atau mesin c. Pelatihan yang sedang berjalan

d. Menyediakan perlengkapan yang aman dan dalam kondisi yang baik e. Mempunyai tujuan kinerja yang relaistis, dapat dicapai, mudah dimengerti,

dan dapat diterima

Gambar

Tabel 2.2. Jam Kerja PT. Morawa Electric Transbuana
Gambar 2.2. Blok Diagram Pembuatan Transformator
Gambar 4.2. Flow Chart Prosedur Penelitian
Gambar 4.3. Blok Diagram Pengolahan Data
+7

Referensi

Dokumen terkait