• Tidak ada hasil yang ditemukan

Memaksimalkan Penerimaan Pajak Restoran pada Dinas Pendapatan Kota Sibolga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Memaksimalkan Penerimaan Pajak Restoran pada Dinas Pendapatan Kota Sibolga"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

MEMAKSIMALKAN PENERIMAAN PAJAK RESTORAN PADA DINAS PENDAPATAN

KOTA SIBOLGA

Diajukan Oleh :

SONA EVAN 082600055

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk

Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III

Administrasi Perpajakan

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ADMINISTRASI PERPAJAKAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat dan Hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan perkuliahan dan menyelesaikan penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) dengan judul “Memaksimalkan Penerimaan Pajak Restoran pada Dinas Pendapatan Kota Sibolga”.

Laporan PKLM ini diajukan guna memenuhi salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini masih jauh dari sempurna, mengenai isi maupun dalam pemakaian bahasa, sehingga penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun untuk penulisan lebih lanjut.

Pada kesempatan ini, dalam hal menyusun laporan ini penulis tidak terlepas dari bantuan dan perhatian berbagai pihak. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Sc selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Alwi Hasyim Batubara, M.Si selaku Ketua Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.

(3)

4. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

5. Staf Jurusan Program Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU, yang telah banyak membantu penulis.

6. Kepala Dinas serta jajaran Dinas Pengelola Keuangan dan Asset Daerah Kota Sibolga yang juga membantu penulis dalam pelaksanaan PKLM. 7. Ayahanda dan Almarhum Ibunda tercinta yang senantiasa memberikan

kasih sayangnya, doa dan restu, dukungan dan juga bantuan baik secara moril dan materil kepada penulis yang tidak dapat dinilai dengan apapun. 8. Seluruh teman-teman terbaikku Tax B 2008 yang telah banyak membantu

(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... C. Uraian Teoritis ... D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... F. Metode Pengumpulan Data ... G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan

Mandiri ... BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI

A. Sejarah Singkat Dinas Pengelola Keuangan dan Asset Daerah Kota Sibolga ...

B. Struktur Organisasi Dinas Pengelola Keuangan dan Asset Daerah Kota Sibolga... C. Uraian Tugas dan Fungsi Dinas Pengelola Keuangan dan

Asset Daerah Kota Sibolga ...

D. Gambaran Umum Pegawai Dinas Pengelola Keuangan dan Asset Daerah Sibolga ...

BAB III GAMBARAN DATA PAJAK RESTORAN

(5)

D. Prosedur Pendaftaran dan Penilaian Pajak Restoran ... E. Sistem Pemungutan Pajak ... BAB IV ANALISA DAN EVALUASI

A. Analisa Data ... B. Kendala dalam Pemungutan Pajak Restoran ... C. Upaya Memaksimalkan Penerimaan Pajak Restoran ... D. Ketentuan Pidan Pajak Restoran ... BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

(6)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Seiring dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi dan informasi disegala bidang harus diikuti dengan persiapan sumber daya manusia yang handal. Hal itu membawa dampak yang luas. Kemajuan tersebut tentunya membutuhkan kesiapsediaan semua pihak temasuk Perguruan Tinggi sebagai wadah pendidikan tertinggi dalam suatu jenjang pendidikan formal. Berperan serta dalam meningkatkan mutu pendidikan sehingga lulusan-lulusan yang dihasilkan benar-benar berkualitas, terampil dan siap menghadapi persaingan dunia kerja.

Guna memenuhi tuntutan kerja dibutuhkan lulusan-lulusan perguruan tinggi yang berkualitas, mahasiswa tidak hanya dituntut untuk lulus dari program pendidikannya namun harus mampu mengembangkan dan menerapkan keahliannya yang diperolehnya selama di bangku kuliah, untuk itu mahasiswa diwajibkan mengikuti Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).

(7)

kesadaran masyarakat untuk membayar pajak. Pendapatan dari sektor pajak inilah yang digunakan untuk membiayai penyelenggaran pemerintah dan pelaksanaan pembangunan baik di daerah maupun dipusat.

Dalam dunia instansi, khususnya pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Sibolga, Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah. Teknologi informasi sangat dibutuhkan dengan sebuah sistem yang bisa mengendalikan dan mengelola pajak sehingga setiap reaksi yang terjadi bisa menghasilkan informasi yang akurat dan saling berkaitan. Untuk itu perlu disiapkan sumber daya manusia yang memahami dan mengerti tentang teknologi informasi dan bisa mengendalikan sistem informasi dalam instansi tersebut.

Sistem otonomi daerah yang berlaku saat ini menuntut pemerintah untuk lebih aktif ikut serta dalam pembangunan khususnya pembangunan daerah itu sendiri, sebab daerah otonomi mempunyai kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat daerah menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

(8)

Restoran. Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran. Sebagai salah satu sumber pendapatan daerah yang berperan penting bagi anggaran dan belanja daerah, Pajak Restoran sangat diharapkan dapat memberikan sumbangsihnya bagi kelangsungan pembangunan daerah. Dalam pelaksanaan Pajak Restoran tersebut, pemerintah daerah tentunya tengah menghadapi permasalahan-permasalahan diantaranya dalam hal pemungutan. Oleh karena itu, petugas yang berwenang dalam pelaksanaan Pajak Restoran ini harus meningkatkan kinerjanya, sehingga dapat mengatasi permasalahan yang timbul. Apabila permasalahan tersebut dapat teratasi tentunya penerimaan daerah meningkat sehingga pembangunan di daerah dapat terbiayai.

Melalui pelaksanaan PKLM ini, maka penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana upaya yang dilakukan dalam peningkatan penerimaan atas Pajak Restoran. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis memilih judul : “Memaksimalkan Penerimaan Pajak Restoran pada Dinas Pendapatan Kota Sibolga.”

(9)

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Dengan diadakannya Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) pada Kantor Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah Kota Sibolga, yang merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi program Diploma III Aministrasi Perpajakan tentunya memiliki tujuan dan manfaat sebagai berikut : 1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Adapun tujuan pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini adalah :

a. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pemungutan Pajak Restoran.

b. Untuk mengetahui pelaksanaan penagihan utang Pajak Restoran.

c. Untuk mengetahui sanksi yang dikenakan terhadap wajib pajak yang tidak membayar kewajibannya.

d. Untuk mengetahui upaya-upaya yang ditempuh dalam meningkatkan penerimaan pajak Restoran.

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Adapun manfaat pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini adalah :

a. Bagi Mahasiswa

(10)

2. Guna mendorong mahasiswa untuk belajar mengetahui situasi dunia kerja yang sebenarnya dan menjadikan mahasiswa sebagai tenaga ahli yang siap pakai.

3. Mengaplikasikan disiplin ilmu yang telah dipelajari ke suatu permasalahan yang timbul selama PKLM.

4. Menciptakan dan mengembangkan rasa tanggung jawab serta kedisiplinan.

b. Bagi Instansi

1. Sebagai sarana untuk mempererat hubungan antara Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah Kota Sibolga dengan lembaga pendidikan khususnya Program Diploma III Administrasi Perpajakan.

2. Hasil dari proposal ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumbangan pemikiran kepada Kantor Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah Kota Sibolga, sebagai masukan dalam memaksimalkan penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

3. Untuk menambah ide dan gagasan guna memperbaiki sistem kerja yang ada pada Dinas Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Asset Daerah.

b. Bagi Universitas

(11)

2. Untuk penyempurnaan kurikulum sehingga mampu mencapai standar mutu pendidikan.

3. Memberikan uji nyata atas disiplin ilmu yang telah disampaikan selama perkuliahan.

4. Mempromosikan SDM yang terdapat di Universitas Sumatera Utara khususnya Program Diploma III Administrasi Perpajakan.

C. Uraian Teoritis

1. Definisi dan Unsur Pajak

a. Pengertian Pajak secara umum

Secara umum Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh Orang Pribadi atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung, dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Resmi, 2008 : 504). Sedangkan menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H, Pajak adalah iuran kepada rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi), yang dapat langsung ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. (Suandy, 2008: 9).

b. Fungsi Pajak

Fungsi pajak terdiri dari dua yaitu :

(12)

2. Fungsi Regulerend/mengatur yaitu pajak digunakan sebagai alat untuk mengatur baik masyarakat baik di bidang ekonomi, sosial maupun politik dengan tujuan tertentu.

c. Jenis Pajak

Pajak yang dipungut pemerintah dari rakyat memiliki jenis yang pembagiannya dapat ditinjau dari berbagai segi, yaitu :

1. Menurut Sifatnya

a. Pajak Subjektif yaitu pajak yang pengenaannya memerhatikan keadaan pribadi Wajib Pajak atau pengenaan pajak yang memerhatikan keadaan subjeknya. Contoh : Pajak Penghasilan (PPh).

b. Pajak Objektif yaitu pajak yang pengenaannya memerhatikan objeknya baik berupa benda, keadaan, perbuatan, atau peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa memerhatikan keadaan pribadi Subjek Pajak (Wajib Pajak) maupun tempat tinggal. Contoh : Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

2. Menurut Golongannya

(13)

b. Pajak Tidak Langsung yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga. Contoh : Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

3. Menurut Lembaga Pemungutnya

a. Pajak Negara (Pajak Pusat) yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara pada umumnya. Contoh : PPh, PPN, PPnBM, dan PBB.

b. Pajak Daerah yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah baik daerah tingkat I (pajak provinsi) maupun daerah tingkat II (pajak kabupaten/kota) dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah masing-masing. Contoh : Pajak Kendaraan Bermotor, Pajak Hotel, Pajak Restoran dan lain-lain.

d. Pengertian Pajak Restoran

Restoran adalah pelayanan penjualan makanan dan/atau minuman yang dikonsumsi oleh pembeli, baik dikonsumsi di tempat pelayanan maupun di tempat lain yang mencakup juga, rumah makan/kedai nasi, cafe, kedai kopi, dan sejenisnya. Pajak Restoran adalah pajak yang dikenakan atas pelayanan yang disediakan oleh restoran.

(14)

tahun 2009 dimana Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran. Sedangkan dalam Peraturan Daerah Kota Sibolga No. 2 Tahun 1998 tentang pajak Hotel dan Restoran menyebutkan bahwa pajak Hotel dan Restoran adalah pajak yang dipungut atas pelayanan yang disediakan dengan pembayaran oleh hotel dan restoran.

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini dilakukan pada Kantor Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah. Penulis membatasi ruang lingkup kegiatan yang akan dilakukan dalam upaya meningkatkan pajak daerah khususnya Pajak Restoran antara lain :

1. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan dalam memaksimalkan Pajak Restoran di Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah Kota Sibolga .

2. Untuk mengetahui data tentang pelaksanaan pemungutan pajak restoran yang berasal dari Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah Kota Sibolga.

3. Untuk mengetahui kendala dalam pemungutan pajak restoran pada Dinas Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Asset Daerah.

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta perolehan informasi sesuai dengan metode yang digunakan, maka tahapannya adalah sebagai berikut :

(15)

Dalam tahap ini, penulis melakukan berbagai persiapan yang menyangkut PKLM ini, mulai dari penentuan judul tempat praktik kerja lapangan mandiri, mencari dan mengumpulkan bahan untuk membuat proposal dan melakukan konsultasi dengan pihak dosen yang bersangkutan.

2. Studi Literatur

Dalam tahap ini, penulis mengumpulkan data yang menyangkut masalah yang akan dibahas melalui sumber bacaan seperti : buku perpajakan, Undang-undang perpajakan, artikel ilmiah maupun literatur yang berhubungan dengan PKLM.

3. Observasi Lapangan

Dalam tahap ini, penulis melakukan peninjauan/pengamatan secara langsung di kantor Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah Kota Sibolga untuk mengetahui sistem kerja yang berlaku.

4. Pengumpulan Data

Dalam tahap ini, penulis data mengumpulkan data melalui dua cara yaitu data primer dan sekunder yang bertujuan untuk pengumpulan data yang berhubungan dengan penyusunan laporan PKLM.

5. Analisa dan Evaluasi

(16)

F. Metode Pengumpulan Data

Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Daftar Wawancara (Interview Guide)

Pada tahap ini penulis mengajukan pertanyaan langsung kepada para pegawai yang berhubungan dengan masalah yang dibahas atau bertanya langsung kepada pegawai yang dianggap mampu memberikan data primer dan informasi tentang Optimalisasi penerimaan dan peningkatan pajak restoran.

2. Daftar Observasi (Observation Guide)

Pada metode ini penulis melakukan pengamatan langsung ke lapangan serta mencatat mengenai hal-hal yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas.

3. Daftar Dokumentasi (Optional Guide)

Studi dokumentasi dengan mempelajari buku dan/atau literatur, hasil-hasil penelitian, meminta dokumen atau data-data pendukungyang berhubungan dengan PKLM dari Kantor Dinas Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Asset Daerah.

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

(17)

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis menjelaskan secara singkat latar belakang yang menjadi pemikiran dalam pemilihan judul. Bab ini berisikan Latar Belakang PKLM, Tujuan dan Manfaat PKLM, Uraian Teoritis, Ruang Lingkup PKLM, Metode PKLM, Metode Pengumpulan Data dan Sistematika Penulisan Laporan PKLM.

BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

Dalam bab ini penulis menguraikan secara singkat mengenai lokasi PKLM, struktur organisasi, uraian tugas pokok dan fungsi, serta gambaran mengenai pegawai Kantor Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah Kota Sibolga.

BAB III : GAMBARAN DATA PENERAPAN PENERIMAAN PAJAK RESTORAN

Dalam bab ini penulis menjelaskan data yang berkaitan dengan penerimaan pajak restoran yang ada di Kantor Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah Kota Sibolga.

BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI

(18)

mengenai memaksimalkan penerimaan pajak restoran pada Kantor Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah Kota Sibolga.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

(19)

BAB II

GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

A. Sejarah Singkat Dinas Pengelola Keuangan dan Asset Daerah Kota Sibolga

Kota Sibolga adalah salah satu kota di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota ini terletak di pantai barat pulau Sumatera, membujur sepanjang pantai dari utara ke selatan dan berada pada kawasan teluk yang bernama Teluk Tapian Nauli sekitar ± 350 km dari kota Medan. Pada awalnya Kota Sibolga adalah Kota

Administratif yang masih berada di wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah. Namun pada saat sekarang ini telah menjadi Pemerintahan Kota Sibolga.

Undang – undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menganut prinsip otonomi seluas-luasnya, nyata, dan bertanggung jawab, dimana daerah diberi kewenangan untuk mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Penyelenggaraan urusan pemerintahan tersebut dilaksanakan oleh pemerintah daerah yang terdiri dari Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Pemerintah Daerah dipimpn oleh seorang Kepala Daerah yang berfungsi sebagai eksekutif daerah, sedangkan DPRD merupakan lembaga legislatif daerah.

(20)

Daerah, unsur pendukung tugas dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik yang diwadahi dalam lembaga teknis daerah, serta unsur pelaksana urusan daerah yang diwadahi dalam lembaga dinas daerah.

Sesuai dengan Surat Keputusan Walikota Sibolga 188.4.54/14/2000 tentang Pembentukan Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Sibolga, maka terbentuklah Dinas Pendapatan Daerah Kota Sibolga yang bertugas untuk mengelola penerimaan dan pendapatan di daerah Kota Sibolga, termasuk untuk mengelola penerimaan pajak dan retribusi daerah yang merupakan kewajiban para wajib pajak yang berada di dalam daerah Kota Sibolga dimana terdiri dari 4 (empat) kecamatan yaitu Sibolga Kota, Sibolga Sambas, Sibolga Selatan, Sibolga Utara.

(21)

sesuai dengan kondisi dan perkembangan yang ada di daerah. Secara resmi Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2008 diberlakukannya sejak tanggal 03 Mei 2008 dengan dilantiknya para Pejabat Eselon II di lingkungan Pemko Sibolga oleh Walikota Sibolga.

B. Struktur Organisasi Dinas Pengelola Keuangan dan Asset Daerah Kota Sibolga

Struktur organisasi merupakan penyedia lingkungan kerja yang tepat sesuai dengan keahlian dan kecakapan karyawan masing-masing serta membatasi kegiatan kerja dan wilayah kerja setiapa karyawan. Struktur organisasi adalah bagan yang menggambarkan sistematis mengenai penetapan tugas-tugas, fungsi dan wewenang serta tanggung jawab masing-masing dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Tujuan struktur tersebut juga untuk membina keharmonisan kerja agar pekerjaan dapat dilaksanakan dengan teratur dan baik untuk mencapai tujuan secara maksimal.

Adapun kegunaan dari struktur organisasi tersebut adalah : a. Memudahkan pelaksanaan kerja

b. Mempermudah pengawasan oleh pimpinan c. Membagi kegiatan kerja khusus pada tiap bagian

d. Mencegah adanya penumpukan kerja pada staf bagian kerja

(22)

Kantor Dinas Pengelola Keuangan dan Asset Daerah dipimpin oleh seorang Kepala Kantor yang secara operasional bertanggung jawab terhadap pemerintah daerah.

Pada Organisasi Dinas Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah Kota Sibolga, terdiri dari :

a. Dinas b. Sekretariat

c. Bidang Pendapatan d. Bidang Pendapatan

e. Bidang Penganggaran dan Kuasa Bendahara Umum Daerah f. Bidang Keuangan dan Akuntansi

g. Bidang Asset dan Investasi Daerah h. Unit Pelaksana Teknis Dinas dan i. Kelompok Jabatan Fungsional

Pada Sekretariat dan masing-masing Bidang yang terdapat pada Dinas Pengelola Keuangan dan Asset Daerah Kota Sibolga, terdiri dari :

a. Sekretariat, terbagi atas :

1. Subbagian Umum dan Perlengkapan

2. Subbagian Keuangan dan Kepegawaian dan 3. Subbagian Perencanaan dan Pelaporan b. Bidang Pendapatan, terbagi atas :

(23)

2. Seksi Pajak Retribusi dan Pajak Lain-lain dan

3. Seksi Evaluasi, Pelaporan, dan Pengembangan Pendapatan

c. Bidang Penganggaran dan Kuasa Bendahara Umum Daerah, terbagi atas :

1. Seksi Penganggaran dan Pembinaan 2. Seksi Verifikasi dan

3. Seksi Perbendaharaan

d. Bidang Keuangan dan Akuntansi, terbagi atas : 1. Seksi Akuntansi Penerimaan Kas

2. Seksi Akuntansi Pengeluaran Kas dan Selain Kas dan 3. Seksi Pelaporan

e. Bidang Asset dan Investasi Daerah, terbagi atas : 1. Seksi Perencanaan Asset dan Investasi Daerah 2. Seksi Pemeliharaan dan Penghapusan

3. Seksi Pengendalian, Inventarisasi Asset dan Inventaris Daerah

(24)

Keuangan dan Asset Daerah telah ditempatkan sebanyak 44 orang Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai aset intelektual Kota Sibolga.

C. Uraian Tugas dan Fungsi Dinas Pengelola Kekayaan dan Asset Daerah Kota Sibolga

Berdasarkan Peraturan Walikota Sibolga Nomor 188.3.342/24/2008 pasal 81 ayat 1 bahwa Dinas Pengelola Keuangan dan Asset Daerah merupakan unsur pelaksana otonomi daerah mempunyai tugas melaksanakan urusan Pemerintahan Daerah berdasarkan asas otonomi dan pembantuan di bidang Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah. Sehingga tugas pokok Dinas Pengelola Keuangan dan Asset Daerah adalah :

1. Kepala Dinas, mempunyai tugas pokok membantu Walikota dalam penyelenggaraan Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah yang menjadi Kewenangan Daerah. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, Kepala Dinas Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah mempunyai fungsi :

a. Menyusun Program Kerja dan Kegiatan Dinas Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah

b. Menyusun dan mengelola anggaran belanja setiap pelaksanaan program/kegiatan

c. Melaksanakan program kerja Dinas Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah

(25)

e. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan petunjuk/disposisi demi kelancaran pelaksanaan tugas

f. Pengadaan barang dan perlengkapan yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan

2. Sekretaris, berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas dan mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam memberikan pelayanan teknis administrasi kepada seluruh satuan organisasi Dinas Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah yang terdiri dari :

a. Kepala Sub Bagian Umum dan Perlengkapan mempunyai tugas menyelenggarakan urusan umum yang menyangkut urusan administrasi umum dan pelengkapan.

b. Kepala Sub Bagian Keuangan dan Kepegawaian mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan administrasi keuangan dan administrasi kepegawaian.

c. Kepala Sub Bagian Perencanaan dan Pelaporan mempunyai tugas menyusun perencanaan dan pelaporan kegiatan Dinas.

3. Kepala Bidang Pendapatan mempunyai tugas merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis Bidang Pendapatan Daerah, melakukan pendataan dan penetapan pajak objek pajak, menyusun alokasi dan pengembangan pendapatan, melakukan penagihan pajak dan retribusi yang terdiri dari :

(26)

b. Kepala Seksi Pajak Retribusi dan Pajak Lain-lain mempunyai tugas-tugas melaksanakan sebagian tugas Bidang Pendapatan yang berkaitan dengan Pajak/Retribusi dan Pajak Lain-lain.

c. Kepala Seksi Evaluasi, Pelaporan dan Pengembangan Pendapatan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Bidang Pendapatan yang berkaitan dengan Evaluasi, Pelaporan dan Pengembangan Pendapatan. 4. Kepala Bidang Penganggaran Kuasa BUD mempunyai tugas melaksanakan

sebagian tugas Bidang Pendapatan yang berkaitan dengan penyusunan R. APBD/R. PAPBD, mengendalikan anggaran, menatausahakan administrasi keuangan, mengelola gaji PNS/CPNS, serta menyelenggarakan pembinaan anggaran, verifikasi dan perbendaharaan yang terdiri dari :

a. Kepala seksi Penganggaran dan Pembinaan mempunyai tugas mengumpulkan bahan penyusunan APBD/P. APBD serta menyiapkan dan mengendalikan APBD/P. APBD.

b. Kepala Seksi Verifikasi mempunyai tugas menyelenggarakan pengawasan dan evaluasi kegiatan verifikasi.

c. Kepala Seksi Perbendaharaan mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan dan penatausahaan Uang Daerah.

(27)

a. Kepala Seksi Akuntansi Penerimaan Kas mempunyai tugas menyusun prosedur akuntansi penerimaan kas daerah, melaksanakan pencatatan transaksi dan/atau kejadian keuangan yang berkenaan dengan penerimaan kas.

b. Kepala Seksi Akuntansi Pengeluaran Kas dan Selain Kas mempunyai tugas dan menyusun sistem dan prosedur akuntansi pengeluaran kas dan selain kas, melaksanakan pencatatan kejadian keuangan yang berkenaaan dengan pengeluaran kas dan selain kas (Cash Flow).

c. Kepala Seksi Pelaporan mempunyai tugas mengumpulkan data, melakukan analisis dan menyusun laporan keuangan daerah.

6. Kepala Bidang Asset dan Investasi Daerah mempunyai tugas merumuskan kebijaksanaan analisa kebutuhan barang, yang mencakup perencanaan, pemeliharaan, penghapusan, pengendalian inventaris asset dan investasi daerah yang terdiri dari :

a. Kepala Seksi Perencanaan Asset dan Investasi Daerah mempunyai tugas melaksanakan penyusunan perencanaan asset dan invesasi daerah.

b. Kepala Seksi Pemeliharaan dan Penghapusan mempunyai tugas memelihara dan menghapus aset yang mengalami penyusutan.

(28)

Berdasarkan tugas dan fungsi dari Dinas Pengelola Keuangan dan Asset Daerah Kota Sibolga, Dinas Pengelola Keuangan dan Asset Daerah Kota Sibolga memiliki visi dan misi sebagai panutan dalam melaksanakan tugas pengelolaan terhadap keuangan daerah. Penetapan visi merupakan suatu langkah penting perjalanan suatu organisasi. Visi diperlukan pada saat organisasi berkarya dalam kehidupan organisasi. Visi merupakan suatu pedoman pendorong bagi organisasi untuk mencapai tujuannya.

Dalam rangka penyelenggaraan tugas dan kewenangan dibidang Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah agar lebih terarah dan terfokus kepada hasil yang akan dicapai. Berdasarkan hal tersebut maka Visi Dinas Pengelola Keuangan dan Asset Daerah adalah “Terkelolanya Keuangan Daerah dengan Tertib, Efisien, Efektif, Transparan, Akuntabel, dan Auditabel.”

Berdasarkan visi yang telah diuraikan di atas dan sebagaimana pedoman dalam pelaksanaan tugas sesuai rencana dan tujuan yang akan dicapai, maka yang menjadi misi Dinas Pengelola Keuangan dan Asset Daerah adalah :

a. Menyediakan sarana dan prasarana yang cukup dan tepat dalam pengelolaan keuangan dan asset daerah.

b. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia pengelola keuangan dan asset daerah, terutama dibidang akuntansi keuangan negara/daerah serta pengelolaan barang/asset daerah.

(29)

d. Melaksanakan pengelolaan keuangan daerah secara profesional sesuai dengan tuntutan paket 3 Undang-undang Keuangan Negara 2003-2004 dan turunannya.

e. Menginventariskan semua asset daerah dan melengkapi bukti kepemilikannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(30)

D. GAMBARAN UMUM PEGAWAI DINAS PENGELOLA KEUANGAN

DAN ASSET DAERAH KOTA SIBOLGA TAHUN 2010

No. JABATAN JUMLAH

1 Kepala Dinas Pengelola Keuangan dan Asset 1 Orang

2 Kabid Pendapatan 1 Orang

3 Kabid Asset dan Investasi Daerah 1 Orang

4 Kasi Pendapatan, Pendaftaran dan Penetapan 1 Orang 5 Kasi Pajak Retribusi dan Pajak Lain-lain 1 Orang

6 Kabid Penganggaran dan Kuasa BUD 1 Orang

7 Kasi Evaluasi, Pelaporan dan Pengembangan Pendapatan 1 Orang

8 Kabid Keuangan dan Akuntansi 1 Orang

9 Kasubbag Keuangan dan Kepegawaian 1 Orang

10 Kasi Verifikasi 1 Orang

11 Kasi Pengendalian Inventaris Asset dan Investasi Daerah 1 Orang

12 Kasi Perbendaharaan 1 Orang

13 Kasi Akuntansi Penerimaan 1 Orang

14 Kasi Pelaporan 1 Orang

15 Kasi Akuntansi Pengeluaran Kas dan Selain Kas 1 Orang 16 Pl. Kasubbag Penganggaran dan Pembinaan 1 Orang 17 Pl. Kasubbag Perencanaan Asset dan Investasi Daerah 1 Orang

18 STAF 27 Orang

Total Keseluruhan 44 Orang

Sumber : Dinas Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah Kota Sibolga Keterangan :

(31)

BAB III

GAMBARAN DATA PAJAK RESTORAN

A. Ketentuan Pajak Restoran 1. Definisi Pajak

Sebelum membahas mengenai gambaran pajak Restoran, maka terlebih dahulu mengetahui tentang definisi pajak. Adapun beberapa definisi tentang pajak diantaranya :

1. Menurut Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umun dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

2. Menurut Dr. Soeparman Soemahamidjaja, Pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang, dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolekif dalam mencapai kesejahteraan umum (Suandy 2002 :10-11).

(32)

penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah (Bambang, 2003 :72).

2. Pengertian Pajak Restoran

Adapun yang dimaksud dengan Pajak Restoran adalah pajak yang dikenakan atas pelayanan yang disediakan oleh Restoran. Sedangkan pengertian Restoran itu sendiri adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman dengan dipungut bayaran yang mencakup juga, rumah makan/kedai nasi, cafe, kedai kopi, dan sejenisnya. Pemungutan Pajak Restoran ini didasarkan pada Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 yang merupakan perubahan atas Undang-undang 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah serta Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah. Pengenaan Pajak Restoran tidak mutlak ada pada seluruh daerah Kota atau Kabupaten yang ada di Indonesia.

Hal ini berkaitan dengan kewenangan yang diberikan kepada Pemerintah Kota atau Kabupaten untuk mengenakan atau tidak mengenakan suatu jenis Pajak Kota atau Kabupaten. Oleh karena itu, untuk dapat dipungut suatu daerah harus terlebih dahulu menerbitkan Peraturan Daerah tentang Pajak Restoran yang akan menjadi landasan operasional dalam teknis pelaksanaan pemungutan Pajak Restoran di daerah Kota atau Kabupaten yang bersangkutan.

(33)

1. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah menjadi Undang-undang sebagai pengganti dari undang Nomor 18 Tahun 1997 dan perubahannya Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah.

3. Undang-undang Nomor 19 Tahun tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.

4. Keputusan Walikota/Bupati yang mengatur tentang Pajak Restoran sebagai aturan pelaksanaan peraturan daerah tentang Pajak Restoran pada Kota/Kabupaten yang dimaksud.

5. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 170 Tahun 1997 tentang Pedoman Tata Cara Pungutan Pajak Daerah.

6. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 171 Tahun 1997 tentang Prosedur Pengesahan Peraturan Daerah tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

7. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 172 Tahun 1997 tentang Kriteria Wajib Pajak yang menyelenggarakan pembukuan dan Tata Cara Pembukuan.

(34)

9. Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Sibolga Nomor 7 Tahun 1976 tentang Pajak Pembangunan I

10.Peraturan Daerah Kota Sibolga Nomor 11 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah Kota Sibolga.

11.Peraturan Walikota Nomor 188.3.342/24/2008 tentang Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi Para Pejabat di Lingkungan Dinas-Dinas Kota Sibolga. 12.Peraturan Daerah Kota Sibolga Nomor 2 Tahun 1998 tentang Pajak Hotel

dan Restoran.

B. Objek, Subjek dan Wajib Pajak Restoran 1. Objek Pajak Restoran

Yang dimaksud Objek Pajak Restoran adalah setiap pelayanan yang disediakan dengan pembayaran di restoran. Pelayanan yang disediakan Restoran sebagaimana dimaksud meliputi pelayanan penjualan makanan dan/atau minuman yang dikonsumsi oleh pembeli, baik dikonsumsi di tempat pelayanan maupun di tempat lain. Objek Pajak Restoran yang dimaksud adalah Rumah makan/Kedai Nasi, Cafe, Kedai Kopi dan Sejenisnya.

(35)

2. Subjek Pajak Restoran

Yang menjadi Subjek Pajak Restoran adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran makanan dan minuman atas pelayanan Restoran. Secara sederhana yang menjadi subjek pajak adalah konsumen yang menikmati dan membayar pelayanan yang diberikan oleh pengusaha restoran/rumah makan.

3. Wajib Pajak Restoran

Yang menjadi Wajib Pajak Restoran adalah orang pribadi atau badan yang mengusahakan Restoran. Dengan demikian, subjek pajak dan wajib pajak pada restoran tidak sama. Konsumen yang menikmati setiap pelayanan yang disediakan restoran merupakan subjek pajak yang menanggung pajak sedangkan pengusaha restoran bertindak sebagai wajib pajak yang diberi kewenangan untuk memungut pajak dari konsumen.

C. Cara Perhitungan Pajak Restoran

Sebelum mengetahui cara menghitung Pajak Restoran terlebih dahulu menjelaskan dasar pengenaan pajak dan tarif pajak Restoran di kota Sibolga. Dasar pengenaan pajak adalah jumlah pembayaran yang dilakukan kepada hotel dan atau restoran sedangkan tarif pajak restoran di kota Sibolga ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen). Lalu besarnya Pokok Pajak Restoran yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak restoran dengan dasar pengenaan pajak restoran. Secara umum rumus perhitungan Pajak Restoran adalah :

Pajak Terutang = Tarif Pajak x Dasar Pengenaan Pajak (DPP)

(36)

Makanan Rp. 120.000 Minuman Rp. 30.000 + Jumlah Pembayaran Rp. 150.000

Pembayaran yang dimaksud adalah Dasar Pengenaan Pajak sebesar Rp. 150.000 Maka besarnya tarif pajak Restoran pada Kota Sibolga ditetapkan sebesar 10 % (sepuluh persen), sehingga dapat dihitung besarnya pajak Restoran yg terutang, yaitu sebesar : 10% x Rp. 150.000 = Rp. 15.000

D. Prosedur Pendaftaran dan Penilaian Pajak Restoran

Mula-mula Wajib Pajak Restoran wajib mendaftarkan usahanya pada Dinas Pengelola Keuangan dan Asset Daerah untuk dikukuhkan dan diberikan NPWD (Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah) selambat-lambatnya 30 (tiga puluh hari) sebelum dimulainya usaha.

(37)

dengan Peraturan Daerah Kota Sibolga Nomor 2 Tahun 1998 tentang Pajak Hotel dan Restoran yang menyangkut Pendaftaran, Penetapan dan Tata Cara Pembayaran diantaranya :

Pasal 10

1. Setiap Wajib Pajak wajib mengisi SPTPD (Surat Pemberitahuan Pajak Daerah)

2. SPTPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diisi dengan jelas, benar, dan lengkap serta ditandatangani oleh Wajib Pajak atau kuasanya. 3. SPTPD sebagaimana dimaksud dengan pada ayat (1) harus disampaikan

kepada Kepala Daerah selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari setelah berakhirnya masa pajak.

4. Bentuk, isi dan tata cara pengisian SPTPD ditetapkan oleh Kepala Daerah. Pasal 11

1. Berdasarkan SPTPD sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 ayat (1), Kepala Daerah menetapkan pajak terutang dengan menerbitkan SKPD (Surat Ketetapan Pajak Daerah).

(38)

Pasal 12

1. Wajib Pajak membayar sendiri, SPTPD sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 ayat (1) digunakan untuk menghitung, memperhitungkan dan menetapkan pajak sendiri yang terutang.

2. Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sesudah saat terutangnya pajak, Kepala Daerah dapat menerbitkan :

a. SKPDKB (Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar).

b. SKPDKBT (Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan). c. SKPDN (Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil)

3. SKPDKB sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a diterbitkan :

a. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak terutang tidak atau kurang dibayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak.

b. Apabila SPTPD tidak disampaikan dalam jangka waktu yang ditentukan dan telah ditegur secara tertulis, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga 2% (dua persen) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak.

(39)

berupa kenaikan sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari pokok pajak ditambah sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak.

4. SKPDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b diterbitkan apabila ditemukan data baru atau data yang semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak yang terutang, akan dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah kekurangan pajak tersebut.

5. SKPDN sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c diterbitkan apabila jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.

6. Apabila kewajiban membayar pajak terutang dalam SKPDKB dan SKPDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan b tidak atau tidak sepenuhnya dibayar dalam janga waktu yang telah ditentukan, ditagih dengan menerbitkan STPD ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga 2% (dua persen) sebulan.

(40)

Pasal 13

1. Pembayaran pajak dilakukan di Kas Daerah atau tempat lain yang ditunjuk oleh Kepala Daerah sesuai waktu yang ditentukan dalam SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT dan STPD.

2. Apabila pembayaran pajak dilakukan tempat lain yang ditunjuk, hasil penerimaan pajak harus disetor ke Kas Daerah selambat-lambatnya 1 x 24 jam atau dalam jangka waktu yang ditentukan oleh Kepala Daerah.

3. Pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan dengan menggunakan SSPD (Surat Setoran Pajak Daerah)

Pasal 14

1. Pembayaran pajak harus dilakukan sekaligus atau lunas.

2. Kepala Daerah dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak untuk mengangsur pajak terutang dalam kurun waktu tertentu, setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan.

3. Angsuran pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2), harus dilakukan secara teratur dan berturut-turut dengan dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dari jumlah pajak yang belum atau kurang bayar.

(41)

5. Persyaratan untuk dapat mengangsur dan menunda pembayaran serta tata cara pembayaran angsuran dan penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (4), ditetapkan oleh Kepala Daerah.

Pasal 15

1. Setiap Pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 diberikan tanda bukti pembayaran dan dicatat dalam buku penerimaan.

2. Bentuk, jenis, isi, ukuran tanda bukti pembayaran dan buku penerimaan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan oleh Kepala Daerah.

E. Sistem Pemungutan Pajak

Dalam memungut pajak dikenal beberapa sistem pemungutan, yaitu : 1. Official Assessment System

Sistem yang memberi wewenang kepada pemerintah (Fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

Ciri-cirinya :

a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus atau aparatur perpajakan.

b. Wajib pajak bersifat pasif, berbanding terbalik dengan Fiskus. c. Utang timbul setelah dikeluarkan Surat Ketetapan Pajak oleh Fiskus.

2. Self Assessment System

Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.

(42)

a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada Wajib Pajak sendiri.

b. Wajib Pajak bersifat aktif, berbanding terbalik dengan Fiskus. c. Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

3. With Holding System

Suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

Ciri-cirinya :

a. Wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ketiga yang ditunjuk sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

(43)

BAB IV

ANALISA DAN EVALUASI DATA

[image:43.595.113.453.271.422.2]

A. Analisa Data

Tabel Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Restoran Dalam 5 Tahun Anggaran

No. Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp) Persentase (%) 1 2006 69.000.000 71.438.745 105,53%

2 2007 75.000.000 69.666.066 92,89%

3 2008 75.000.000 154.605.253 206,14% 4 2009 85.040.000 109.444.120 128,70% 5 2010 85.040.000 153.796.279 180,85% Sumber : Dinas Pengelola Keuangan dan Asset Daerah Kota

Sibolga

Dari data di atas maka dapat kita ketahui bahwa :

1. Pada tahun anggaran 2006 total realisasi penerimaan dari Pajak Restoran sebesar Rp. 71. 438.745 berada di atas rencana penerimaan Pajak Restoran yaitu sebesar Rp. 69.000.000, sehingga pada akhir tahun Anggaran mengalami surplus sebesar Rp. 2.438.745

(44)

3. Pada tahun anggaran 2008 total realisasi penerimaan dari Pajak Restoran sebesar Rp. 154.605.253 berada di atas rencana penerimaan dari Pajak Restoran sebesar Rp. 75.000.000, sehingga pada akhir tahun anggaran mengalami surplus sebesar Rp. 79.605.253.

4. Pada tahun anggaran 2009 total realisasi penerimaan dari Pajak Restoran sebesar Rp. 109.444.120 berada di atas rencana penerimaan dari Pajak Restoran sebesar Rp. 85.040.000, sehingga pada akhir tahun anggaran mengalami surplus sebesar Rp. 24.104.120.

5. Pada tahun anggaran 2010 total realisasi penerimaan dari Pajak Restoran sebesar Rp. 153.796.279 berada di atas rencana penerimaan dari Pajak Restoran sebesar Rp. 85.040.000, sehingga pada akhir tahun anggaran mengalami surplus sebesar Rp. 68.756.279.

Maka, kesimpulan yang dapat diambil dari keterangan di atas adalah : Berdasarkan tabel di atas dapat kita lihat bahwa Pajak Restoran Kota Sibolga untuk tahun 2006, 2008, 2009 dan 2010 mengalami perkembangan dan peningkatan penerimaan dari target yang direncanakan melebihi target yang telah ditetapkan. Namun, pada tahun 2007 penerimaan Pajak Restoran mengalami penurunan penerimaan dari target yang direncanakan, hal ini disebabkan masih kurangnya kesadaran Wajib Pajak untuk mendaftarkan sekaligus membayarkan pajaknya ke Dinas Pengelola Keuangan dan Asset Daerah pada saat itu.

(45)

Keuangan dan Asset Daerah sudah cukup baik mengingat penerimaan yang diperoleh melebihi target yang telah ditetapkan, meskipun masih terdapat kegagalan dalam mencapai target yang telah ditetapkan pada tahun anggaran 2007. Lalu berdasarkan surplusnya penerimaan tersebut, akan dimanfaatkan untuk Pembangunan Daerah Kota Sibolga menjadi lebih baik.

B. Kendala yang Dihadapi dalam Pemungutan Pajak Restoran

Meskipun pajak dipungut dari rakyat untuk rakyat, namun masih ada kendala-kendala yang timbul. Sedikit banyaknya kendala yang dihadapi harus tetap diperhatikan. Untuk diketahui sejauh mana kendala-kendala tersebut berpengaruh atau berdampak bagi kelangsungan pemungutan Pajak Restoran.

Maka berdasarkan pengumpulan data-data yang ada, termasuk diadakannya metode wawancara, ditemukan kendala-kendala yang timbul dalam pelaksanaan Pemungutan Pajak Restoran. Adapun kendala-kendala tersebut antara lain :

1. Rendahnya Kesadaran Masyarakat atau Wajib Pajak.

(46)

wajib pajak yang memiliki hutang pajak Restoran yang mereka bayar ternyata relatif besar dan memberatkan mereka. Kesalahan dalam penulisan nama wajib pajak juga disebabkan rendahnya pengetahuan masyarakat sehingga membuat beban bagi unit-unit kerja terkait untuk melakukan perbaikan yang membutuhkan waktu yang lama.

Untuk mengatasi hambatan tersebut, maka tindakan yang ditempuh Pemerintah Daerah dalam rangka meningkatkan kesadaran wajib pajak, Pihak DPKAD menempuh jalan dengan meningkatkan frekuensi penyuluhan terhadap wajib pajak. Disamping itu dengan melalui sosialisasi himbauan dengan memasang pamflet-pamflet dibeberapa tempat strategis di Kota Sibolga seperti Pusat Perbelanjaan, Terminal dan Pelabuhan Kota Sibolga. Namun tindakan ini belum menunjukkan hasil yang memuaskan bagi DPKAD Kota Sibolga sebab walau sudah diberikan penyuluhan dan himbauan masih saja ada wajib pajak daerah yang tetap melalaikan kewajibannya membayar pajak daerah sehingga hal ini menimbulkan kejengkelan para aparat pemungut. Selain dengan penyuluhan para aparat juga membuat Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD) yang ditujukan bagi wajib pajak yang belum melunasi pajaknya agar segera melunasi pajak demi kelancaran Pembangunan Daerah Kota Sibolga.

2. Tingkat Profesional Petugas Pajak.

(47)

komunikasi yang baik karena tingkat pendidikan belum tentu menjamin aparat pelaksana di lapangan dapat menjalankan tugas pemngutan dengan baik. Hal ini disebabkan peran petugas pemungut dilapangan berhubungan langsung dengan masyarakat (wajib pajak) maka keadaan mentalitas aparat yang cukup bagus sangat diperlukan dalam mencapai target penerimaan pajak Restoran yang maksimal.

Untuk mengatasi hambatan tersebut DPKAD mengadakan orientasi dan evaluasi secara berkala. Orientasi lapangan yang diberikan berbentuk pengarahan-pengarahan lapangan yang bertujuan untuk meninjau kembali dalam menentukan sikap yang tepat dan benar para aparat pemungut pajak serta evaluasi yang dilaksanakan bertujuan untuk memperbaiki sekaligus menilai hasil kinerja di lapangan sehingga memenuhi target yang diharapkan.

3. Lemahnya Penegakan Hukum.

(48)

wajib pajak yang tidak memenuhi kewajiban perpajakannya disebabkan adanya unsur nepotisme dalam hal memberikan sanksi kepada penunggak pajak termasuk juga pilih-pilih kasih. Hal ini terjadi karena tidak berfungsinya peran penyidik yang berwenang untuk menyidik dan mengumpulkan bukti-bukti pelanggaran Peraturan Daerah.

(49)

C. Upaya yang Dilakukan dalam Memaksimalkan Penerimaan Pajak Restoran

Agar penerimaan pajak Restoran dapat tercapai sesuai dengan target yang telah ditentukan maka diperlukan langkah-langkah yang harus diambil demi mewujudkan maksimalnya penerimaan pajak Restoran. Adapun upaya-upaya yang dilakukan dalam memaksimalkan penerimaan Pajak restoran adalah sebagai berikut :

1. Melaksanakan sosialisasi

(50)

2. Melaksanakan pendataan Objek Pajak

Adapun yang dimaksud dengan pendataan Objek Pajak adalah semua kegiatan untuk memperoleh, mengumpulkan, melengkapi dan mengelola data objek dan subjek pajak Restoran, yang terdiri dari kegiatan penyusunan data awal dan pemuktahiran data. Penyusunan data awal yaitu kegiatan pendataan seluruh objek pajak Restoran yang dilakukan oleh Dinas Pengelola Keuangan dan Asset Daerah (DPKAD) Kota Sibolga. Sedangkan Pemuktahiran data yaitu suatu kegiatan memperbaharui data atau menyesuaikan data yang ada berdasarkan penelitian DPKAD.

(51)

pajak Restoran oleh petugas pajak, karena dengan adanya laporan rutin itu dapat memaksimalkan penerimaan pajak Restoran yang dipungut.

4. Melaksanakan upaya pendekatan secara persuasif kepada Wajib Pajak. Pendekatan secara persuasif adalah suatu tindakan pendekatan yang bermaksud mengajak ataupun menghimbau agar Wajib Pajak memenuhi kewajiban perpajakannya. Petugas pajak disini dituntut lebih aktif dalam menyuarakan agar Wajib Pajak mau membayar kewajibannya dengan menggunakan alat kendaraan berupa mobil pajak keliling yang isi tentang perpajakan Indonesia khususnya Pajak Restoran.

5. Ekstensifikasi dan Intensifikasi Pajak Restoran.

(52)

ekstensifikasi yang dilakukan meliputi penambahan jumlah wajib pajak dengan membina hubungan kemitraan dengan wajib pajak.

6. Meningkatkan keterampilan dan kemampuan kinerja petugas pendataan, penagihan untuk dapat bekerja secara maksimal.

Adapun cara yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Sibolga untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan petugas pajak adalah dengan cara mengirim petugas untuk mengadakan penataran atau pelatihan di bidang perpajakan khususnya Pelatihan teknis sehingga petugas pajak memiliki kualitas berdasarkan bidang kerjanya dan juga melalui rapat evaluasi yang dilakukan secara berkala, dimana dengan mengadakan rapat evaluasi diharapkan kemampuan dan keterampilan petugas semakin baik. D. Ketentuan Pidana Pajak Restoran.

Tindak Pidana yang dilakukan oleh wajib pajak terbagi dua jenis : 1. Kelalaian

Apabila wajib pajak karena kelalaiannya tidak meyampaikan SPTPD atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan daerah dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama satu tahun dan atau denda paling banyak 2 (dua) kali jumlah pajak yang terutang. 2. Kesengajaan

(53)
(54)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Dengan adanya penyajian yang telah dikemukakan oleh penulis dari hasil data yang diperoleh pada Kantor Dinas Pengelola Keuangan dan Asset Daerah Kota Sibolga sebagai akhir dari tulisan ini, maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Dinas Pengelola Keuangan dan Asset Daerah Kota Sibolga merupakan unsur pelaksana Pemerintah Daerah di dalam melaksanakan kewenangan Walikota di bidang Pengelola dan pendapatan Daerah.

2. Sistem yang digunakan dalam pelaksanaan pemungutan Pajak Restoran yang dipakai adalah Official Assessment.

3. Masih adanya keengganan Wajib Pajak untuk mendaftarkan potensi objek pajaknya dikarenakan rendahnya tingkat pengetahuan mengenai perpajakan khususnya pada Pajak Restoran.

4. Kontribusi Pajak Restoran terhadap Pendapatan Pemerintah Daerah Kota Sibolga merupakan penerimaan pajak yang cukup besar.

(55)

B. Saran

Dari laporan akhir ini, penulis mencoba memberikan beberapa saran yang nantinya dapat menjadi masukan yang bermanfaat bagi Dinas Pengelola Keuangan dan Asset Daerah. Dalam upaya memaksimalkan pendapatan dari pembayaran Pajak Restoran maka hal yang diperlukan :

1. Peraturan Daerah dibuat harus menjunjung tinggi azas keadilan.

2. Dinas Pengelola Keuangan dan Asset Daerah hendaknya lebih meningkatkan keterampilan, kedisiplinan, serta kemampuan pegawainya melalui pelatihan-pelatihan serta seminar tentang pajak khususnya Pajak Restoran karena masih banyak pegawai yang belum atau kurang memahami tentang segala hal yang berkaitan dengan Pajak Restoran.

3. Demi terwujudnya kesadaran Wajib Pajak untuk memenuhi kewajibannya, maka Dinas Pengelola Keuangan dan Asset Daerah perlu mengadakan penyuluhan dalam bentuk sosialisasi kepada Wajib Pajak atau masyarakat, demi peningkatan pemahaman Perpajakan Indonesia khususnya Pajak Restoran yang akan dimanfaatkan untuk pembangunan daerah.

(56)

DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo, 2002. Perpajakan Edisi Revisi 2002, CV Andi Offset, Yogyakarta. Prakosa, Kesit Bambang, 2003, Pajak dan Retribusi Daerah, UII Pres,

Yogyakarta.

Resmi, Siti. 2008. Perpajakan Teori dan Kasus, Jakarta : Salemba Empat. Suandy,Erly.2008. Hukum Pajak , Jakarta : Salemba Empat.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor. 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang No. 28 Tahun 2009.

Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007.

Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah.

Peraturan Daerah Kota Sibolga No. 2 Tahun 1998 tentang Pajak Hotel dan Restoran.

Peraturan Daerah Kota Sibolga Nomor 11 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas-dinas Daerah Kota Sibolga.

Peraturan Walikota Nomor 188.3.342/24/2008 tentang Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi para Pejabat di Lingkungan Dinas-dinas Kota Sibolga.

Gambar

Tabel Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Restoran Dalam 5 Tahun Anggaran

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Asimetri Informasi, Ukuran Perusahaan dan Beban Pajak Tangguhan Terhadap Praktik Manajemen Laba di Perusahaan Manufaktur Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

At this point, the extent of the FAW-related crop damage to maize and other crops is considered to be relatively minor due to various interventions, such as the application

Two short-term critical levels which incorporate ozone dose and air saturation vapour pressure deficit (VPD) were derived from the 1995 data. In general, the 1996 data supported

- In connection with the corporate guarantee provided by the Company on BIB Credit Agreement, the Company confirm that BIB cash is sufficient, thus BIB Credit

ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014.. PARTAI

Menugaskan kepada yang namanya tersebut dalam lampiran ini untuk mengikuti Kegiatan Pendataan Nilai SKL dalam rangka Fasilitasi Penyelenggaraan Ujian Sekolah SD/MI/SDLB tanggal 11

Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia Merdeka yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk

Beban belajar program Paket A, Paket B, dan Paket C dinyatakan dalam satuan kredit kompetensi (SKK) yang menunjukkan bobot kompetensi yang harus dicapai