TUGAS AKHIR
MEKANISME PENGENAAN DAN PEMUNGUTAN PAJAK RESTORAN PADA DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA MEDAN
OLEH :
NAMA : KHAIRUL RIZAL NIM : 082600088
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Studi Program Studi Diploma-III
Administrasi Perpajakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang PKLM ……… ... .………1
B. Tujuan dan Manfaat PKLM ... 3
C. Uraian Teoritis ... 5
D. Ruang Lingkup PKLM ... 7
E. Metode PKLM……… 8
F. Metode Pengumpulan Data………. 9
G. Sistematika Penulisan Laporan PKLM……….. 9
BAB II : GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA MEDAN A. Sejarah Singkat dinas Pendapatan Dearah Kota Medan……… 11
B. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan daerah Kota Medan……… 13
C. Tugas Pokok dan fungsi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan……….. 14
BAB III :
GAMBARAN DATA PAJAK RESTORAN
A. Ketentuan Pajak Restoran……… 27
B. Subjek dan Objek Pajak Restoran……… 29
C. Bukan Objek Pajak Restoran ……… 30
D. Cara Perhitungan Pajak Restoran……… 30
E. Pendaftaran dan Penilaian pajak Restoran ……… 31
BAB IV :
ANALISA DAN EVALUASI
A. Mekanisme Pengenaan dan Pemungutan Pajak Restoran di Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan………. 34B. Masalah- Masalah yang dihadapi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan dalam Pelaksanaan Pemungutan pajak Restoran ……… 35
C. Realisasi dan Kontribusi Pajak Restoran Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Medan………..……… 35
BAB V :
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan……… 40
B. Saran……… 41
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis kepada Allah SWT yang telah memberikan
kesehatan,kekuatan,rahmad serta Anugrah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Tugas Akhir dalam bentuk laporan dengan judul Mekanisme Pengenaan dan Pemungutan
Pajak Restoran Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan .Tugas akhir ini ditulis dalam
rangka memenuhi salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan Program Diploma III
Administrasi Perpajakan FISIP USU.
Dalam hal ini penulis menyadari sepenuhnya isi dari ini masih jauh dari sempurna.Dalam
hal ini di sebabkan masih kurangnya pengetahuan dan pengalaman baik dalam dalam
memproleh ,mengumpulkan dan mengolah data.meskipun demikian penulis berusaha
semaksimal mungkin agar tulisan ini dapat tersusun dengan baik dan selesai sebagaimana
mestinya.
Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati,penulis bersedia dan terbuka terhadap
kritikan maupun masukkan atau saran yang membangun kearah perbaikan demi
kesempurnaan penulisan ini,dan dapat memberikan mamfaat dimasa yang akan datang.
Disini penulis juga mengakui dan sangat memahami bahwa tanpa bantuan dari berbagai
pihak-pihak yang terkait penulis tidak dapat menyelesaikan laporan ini,dalam kesempatan
yang baik ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih yag tulus dan sebesar-besarnya
kepada:
1. Bapak Prof.DR.Badarudin,M.Si sebagai Dekan Fakultas ilmu Sosial dan Ilmu Politik
2. Bapak Drs.Alwi Hashim Batubara.M.Si sebagai ketua Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan
3. Ibu Arlina, SH.M.Hum sebagai Pembimbing yang telah membimbing dan
mengarahkan Saya dalam penulisan Laporan tugas akhir ini dengan penuh kesabaran.
4. Bapak Kepala Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.
5. Teristimewa dan yang paling utama buat Ayahanda dan Ibunda tercinta yang
mempunyai andil penting dalam memberikan dukungan moral dan materil serta doa
restunya buat Khairul Rizal.
6. Terima Kasih kepada seluruh pegawai Program Diploma III Administrasi Perpajakan
7. Terima Kasih Kepada seluruh pegawai Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan
khususnya Seksi Penagihan.
8. Terima kasih buat teman-teman seperjuangan Dheny, Win, Rudi
Tabutty,Baluat,Tryatna,Tya, Endah,Nnur”aini,pokoknya semua dech yang ada di
prodip III Administrasi Perpajakan.
9. Thank’s Buat seluruh tema-teman Tax B 08
10 . Thank’s to sahabat-sahabat Salwan, dan Fiekar.
Penulis
( Khairul Rizal )
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Dalam Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah disebutkan
bahwa Pemerintah Daerah memiliki sumber Pendapatan Asli Daerah, berasal dari Hasil Pajak
Daerah, Hasil Retribusi Daerah, dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan dan
lain lain Pendapatan Daerah yang sah.
Undang- Undang Nomor 33 Tahun 2004 juga menjelaskan tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Pendapatan Asli Daerah, yang antara
lain berupa Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, diharapkan menjadi salah satu sumber
pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah, untuk meningkatkan dan
memeratakan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikan, daerah mampu melakanakan
Otonomi, yaitu mampu mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.
Berdasarkan kutipan tersebut jelas diketahui salah satu sumber pendapatan asli daerah
berasal dari pajak daerah. Pajak Daerah adalah pungutan daerah menurut peraturan yang
ditetapkan guna pembiayaan pengeluaran daerah sebagai badan hukum publik yang diatur dalam
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 sebagai perubahan atas Undang-Undang Nomor 34
Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dimana pajak daerah tertinggi menjadi
dua jenis, yaitu :
1. Pajak Kendaraan Bermotor
2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
4. Pajak Air Permukaan
5. Pajak Rokok
Pajak Kabupaten/Kota terdiri dari :
1. Pajak Restoran
2. Pajak Hiburan
3. Pajak Reklame
4. Pajak Penerangan Jalan
5. Pajak Parkir
6. Pajak Air Tanah
7. Pajak Sarang Burung Walet
8. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
Sebagai salah satu sumber pendapatan daerah yang berperan penting bagi Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah (APBD), Pajak Restoran sangat diharapkan dapat memberikan
sumbangsihnya bagi kelangsungan pembangunan daerah.
Pajak Restoran adalah salah satu pajak yang dikelola langsung oleh pemerintah daerah,
yang memberikan kontribusi terhadap pendapatan asli daerah guna mendukung kesinambungan
Kota Medan. Pajak Restoran juga sangat potensial dalam meningkatkan penerimaan daerah,
Pendapatan Daerah Kota Medan harus mengawasi proses pelaksanaan Pajak Restoran ini sesuai
Peraturan Pemerintah dan Peraturan Daerah yang telah ditetapkan.
Akan tetapi dalam pelaksanaannya masih banyak dijumpai Wajib Pajak yang tidak
memenuhi kewajiban perannya dengan baik, terutama pajak restoran ini sesuai dengan Peraturan
Pemerintah dan Peraturan Daerah yang telah ditetapkan.
Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan mempunyai Peranan Yang sangat besar dalam
menyelenggarakan Pajak Restoran di Kota Medan. Bagaimana sebenarnya tingkat Kepatuhan
Wajib Pajak dalan membayar dan melaporkan Pajak Restoran pada Dinas Pendapatan Daerah
Kota Medan, dimana pihak Dinas Pendapatan Kota Medan harus melakukan kegiatan yang lebih
Intensif dalam rangka peningkatan Pendapatan Asli Daerah ( PAD).
Hal inilah yang menjadikan Penulis tertarik dan memilih Kantor Dinas Pendapatan Daerah
Kota Medan sebagai tempat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) dan penulis mengangkat
judul, “Mekanisme Pengenaan dan Pemungutan Pajak Restoran pada Dinas Pendapatan
Daerah Kota Medan” sebagai objek yang menarik untuk dijadikan wadah Praktik Kerja Lapangan.
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Praktik Kerja Lapangan Mandiri merupakan salah satu syarat yang wajib dilaksanakan oleh mahasiswa untuk menyelesaikan pendidikan Program Diploma III Administrasi Perpajakan pada
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas SumateraUtara.
1. Tujuan PKLM
a. Untuk mengetahui mekanisme pengenaan dan pemungutan Pajak Restoran di Dinas
Pendapatan Daerah Kota Medan.
b. Untuk mengetahui masalah-masalah yang dihadapi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan
dalam pemungutan Pajak Restoran.
c. Untuk mengetahui besar Realisasi dan kontribusi pajak restoran terhadap Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Kota Medan.
d. Untuk mengetahui upaya-upaya untuk mengoptimalkan Penerimaan Pajak Restoran dalam
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.
2. Manfaat PKLM
a. Bagi Mahasiswa :
1). Dapat mempraktikkan teori yang telah diperoleh di bangku kuliah ke dalam dunia kerja.
2). Dapat melaksanakan observasi tentang Pengelolaan Pajak Restoran.
3). Mengetahui dan memahami cara Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan dalam meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah khususnya Pajak Restoran.
4). Menambah wawasan dan pengetahuan Mahasiswa menyangkut sistem dan prosedur dalam
pelaksanaan Pengenaan dan Pemungutan Pajak Restoran pada Dinas Pendapatan Kota
Medan.
b. Bagi Universitas :
1). Meningkatkan kerjasama yang baik antara pihak Universitas dengan Instansi Pemerintah
khususnya Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan .
3). Dapat mempromosikan sumber daya manusia yang berkompeten di bidangnya di Universitas
Sumatera Utara khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.
4). Membangun persepsi umum yang baik tentang universitas.
c. Bagi Instansi :
1). Mempererat hubungan antara Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan dengan pihak
Universitas khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.
2). Mendapat masukan berupa ide, saran, dan gagasan dari Perguruan Tinggi menyangkut
penanganan masalah perpajakan.
3) Dapat mengetahui sejauh mana tingkat perkembangan ilmu perpajakan di lingkungan
Perguruan Tinggi khususnya di Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
Universitas Sumatera Utara.
C. Uraian Teoritis 1. Definisi Pajak
a. Berdasarkan Undang-Undang No. 28 tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan, Pajak adalah kontribsusi Wajib kepada Negara yang terutang oleh
orang pribadi dan badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara
sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.
b. Pajak adalah Iuran kepada kas Negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat
dipaksakan ) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontra prestasi) yang langsung
c Pajak Daerah adalah Kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh Orang
Pribadi atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang- Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Resmi, 2008: 27).
d. Restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman dengan dipungut
bayaran, yang mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin,warung, bar, dan
sejenisnya termasuk jasa boga/katering.
e. Pajak Restoran adalah Pajak atas Pelayanan yang disediakan oleh Restoran.
f. Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab atas
pembayaran pajak,termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi kewajiban
wajib pajak menurut ketentuan peraturan Undang–Undang perpajakan (Prakosa, 2003:
5).
g. Subjek Pajak Restoran adalah orang Pribadi atau Badan yang membeli makanan dan/
atau minuman dari Restoran.
h. Wajib Pajak Restoran adalah orang Pribadi atau Badan yang mengusahakan Restoran.
i. Dasar Pengenaan Pajak Restoran adalah jumlah pembayaran yang diterima atau yang
seharusnya diterima Restoran.
j. Tarif Pajak Restoran ditetapkan paling tinggi sebesar 10%.
k. Tarif Pajak Restoran ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
Untuk pengertian-pengertian atau istilah-istilah selain tersebut dikaitkan dengan
pembahasan-pembahasan selanjutnya.
a. Objek Pajak Restoran adalah setiap Pelayanan yang disediakan dengan pembayaran di
Restoran termasuk rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dan sejenisnya.
Dikecualikan dari Objek Pajak Restoran adalah:
1) Pelayanan yang disediakan oleh Restoran yang nilai penjualannya tidak melebihi
Rp. 600.000
2) Penjualan makanan dan atau minuman ditempat yang disertai dengan fasilitas
penyantapan di hotel.
b. Subjek Pajak
1) Subjek Pajak Restoran adalah Orang Pribadi atau Badan yang melakukan
pembayaran atau pelayanan Restoran.
2) Wajib Pajak Restoran adalah Pengusaha Restoran.
3. Tarif Pajak Restoran
a. Dasar Pengenaan Pajak Restoran adalah jumlah Pembayaran yang dilakukan kepada
Restoran.
b. Tarif Pajak Restoran adalah sebesar 10% ( sepuluh persen).
c. Besarnya Pokok Pajak Restoran dihitung dengan cara mengalikan Tarif pajak dengan
Dasar Pengenaan Pajak Restoran.
D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Adapun ruang lingkup dalam pelaksanaan PKLM ini antara lain :
1). Mekanisme Pengenaan dan Pemungutan Pajak Restoran di Dinas Pendapatan Daerah Kota
2). Data-data yang berkaitan dengan Penerimaan pajak restoran di Dinas Pendapatan Daerah
Kota Medan.
3). Faktor-faktor yang menghambat penerimaan Pajak Restoran di Dinas Pendapatan Daerah
Kota Medan.
4). Upaya-upaya yang dilakukan dalam mengoptimalkan penerimaan pajak restoran di Dinas
Pendapatan Daerah Kota Medan.
E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta informasi sesuai dengan metode yang
digunakan sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini, penulis melakukan penentuan judul dan tempat Praktik Kerja Lapangan
Mandiri (PKLM), mencari dan mengumpulkan bahan untuk pembuatan proposal dan
konsultasi dengan pihak Dosen yang bersangkutan.
2. Studi Literatur (kepustakaan)
Merupakan dasar teori yang mendukung laporan ini menyangkut masalah yang dibahas
yang berasal dari buku-buku, peraturan perundang-undangan perpajakan, artikel ilmiah,
catatan-catatan maupun bahasa tertulis yang berhubungan dengan Laporan Praktik Kerja
Lapangan Mandiri.
3. Observasi Lapangan
Penulis melakukan peninjauan atau pengamatan secara langsung terhadap masalah yang
dibahas dan meninjau secara langsung terhadap kondisi pelaksanaan kegiatan untuk
4. Wawancara
Pada tahap ini penulis melakukan pengumpulan data dan informasi melalui wawancara
dengan pegawai instansi yang berkompeten yang di Kantor Dinas Pendapatan Daerah
Kota Medan .
5. Analisa Data dan Evaluasi
Setelah penulis memperoleh data yang diperlukan, penulis akan menganalisa dan
mengevaluasi data dan kemudian akan dipresentasikan secara objektif, jelas dan sistematis.
F. Metode Pengumpulan Data
Adapun cara pengumpulan sumber data yang digunakan ialah sebagai berikut:
1. Daftar Wawancara (Interview Guide)
Yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada pegawai
yang dianggap mampu memberikan data dan informasi tentang Prosedur Administrasi
Pemungutan Pajak dan Kontribusinya terhadap Penerimaan Pajak pada Kantor Dinas
Pendapatan Kota Medan
2. Data Observasi (Observation Guide)
Yaitu dengan melakukan pengamatan langsung atas kegiatan yang akan dilakukan
dalam pencatatan terhadap masalah yang menjadi objek yang dibahas.
3. Daftar Dokumentasi (Optional)
Yaitu dengan mengumpulkan dokumen atau informasi yang berhubungan dengan
Prosedur Administrasi Pemnungutan Pajak dan kontribusinya terhadap penerimaan
G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini disusun oleh penulis dalam lima bab.
Adapun rincian dari tiap-tiap bab seperti terlihat di bawah ini :
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis menguraikan gambaran umum tentang penulisan Laporan
Praktik Kerja Lapangan Mandiri yang meliputi latar belakang penyusunan, tujuan
dan manfaat, ruang lingkup dan metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri, serta
metode pengumpulan data dan sistematika penulisan.
BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM
Pada bab ini penulis menguraikan sejarah singkat mengenai lokasi Praktik Kerja
Lapangan Mandiri, struktur organisasi, uraian tugas pokok dan fungsi dari tiap-tiap
seksi di Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.
BAB III : GAMBARAN DATA PAJAK RESTORAN
Pada bab ini penulis akan menguraikan landasan teori yang terdiri ketentuan pajak
restoran, subjek dan objek, cara perhitungan, pendaftaran dan penilaian dan
lain-lain yang berhubungan dengan pajak restoran.
BAB IV : ANALISA DAN EVALUASI
Pada bab ini penulis akan menganalisa data yang diperoleh dan mengevaluasi data
yang telah diterima selama proses Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini.
Pada bab ini penulis akan menarik kesimpulan dari uraian pada bab-bab
sebelumnya. Kemudian penulis juga akan memberikan saran yang mungkin dapat
dijadikan sebagai bahan masukan.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA A. Sejarah Singakat Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan
Pada mulanya Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan adalah suatu sub bagian pada
bagian keuangan yang mengelola bidang Penerimaan dan Pendapatan Daerah. Pada bagian
ini tidak terdapat lagi sub seksi, karena pada saat itu Wajib Pajak / Wajib Retribusi yang
berdomisili di Kota Medan belum begitu banyak.
Mempertimbangkan perkembangan pembangunan dan laju pertumbuhan penduduk
Kota Medan melalui Peraturan daerah sub bagian keuangan tersebut diubah menjadi bagian
Pendapatan. Pada bagian Pendapatan dibentuklah beberapa seksi yang mengelola
Penerimaan Pajak dan Retribusi Daerah yang merupakan kewajiban para Wajib Pajak /
Wajib Retribusi dalam Daerah Kota Medan yang terdiri dari 21 Kecamatan diantaranya
Kecamatan Medan Tuntungan, Medan Johor, Medan Baru, Medan Polonia, Medan
Maimun, Medan Selayang, Medan sunggal, dan Lainnya.
Sehubungan dengan Intruksi Mentri Dalam Negeri KUPD Nomor 7/12/41-10
tentang penyeragaman stuktur organisasi Dinas Pendapatan Daerah di seluruh Indonesia,
maka Pemerintah Daerah di seluruh Kota Medan berdasarkan Peraturan Daerah (Perda)
Nomor 12 tahun 1987 menyesuaikan atau membentuk struktur organisasi Dinas
Pendapatan Daerah yang baru. Didalam struktur organisasi Dinas Pendapatan Daerah yang
baru ini dibentuklah seksi-seksi Administrasi Daerah, juga dibentuk bagian Tata Usaha
yang membawahi 3 (tiga) Kepala sub bagian yang merupakan sub sektor Perpajakan,
penting bagi Pemerintah Daerah dalam mendukung serta memelihara hasil-hasil
pembangunan dari peningkatan pendapatan daerah. Namun sebagai unsur pelaksanaan
Pemerintah Kota Medan dalam bidang pemungutan Pajak, Retribusi daerah, dan
Pendapatan Daerah terdiri dari 1 (satu) bagian Tata Usaha dengan 4 (empat) dan 5 (lima)
sub Dinas dengan masing-masing 4 (empat) Seksi serta kelompok Jabatan Fungsional.
Meningkatkan Pendapatan Daerah hendaknya tidak harus ditempuh dengan cara
kebijaksanaannya menaikan tarif saja, tetapi yang lebih penting dengan memperbaiki atau
menyempurnakan Administrasi, Sistem dan Prosedur serta Organisasi dari Dinas
Pendapatan Daerah yang sekarang. Namun kondisi saat ini, dirasakan tuntutan untuk
perlunya peninjauan kembali dan menyempurnakan Manual Pendapatan Daerah
(MAPATDA) dimaksud seiring dengan tuntutan gerak pembangunan yang sedang berjalan
terutama dari pola pendekatan yang selama ini dilakukan secra Sektoral perlu diubah
secara Fungsional dan disesuaikan dengan kebijakan Pemerintah paling akhir dibidang
Perpajakan, maka penyempurnaan telah dilaksanakan secara sungguh-sungguh sehingga
disusun Manual Paendapatan Daerah (MAPATDA).
Adapun penyempurnaan yang dimaksud dituangkan dalam :
1. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 973-442 Tahun 1988 pada tanggal 26 Mei 1988,
tentang Sistem Prosedur Perpajakan, Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerah lainnya serta
Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan.
2. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 10 tanggal 26 Mei 1988 tentang Pelaksanaannya
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 973-442 Tahun 1988.
3. Surat Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 1989 tanggal 26 Mei 1988, tentang Organisasi
Pendapatan Daerah Kota Medan atau Manual Pendapatan Daerah (MAPATDA)
yang dilaksanakan terhadap dan penyempurnaannya sebagai tahap awal untuk Dinas
Pendapatan Kota Medan secara efektif. Berdasarkan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri
nomor 061/1861/PUOD, tentang 2 Mei 1988, Intruksi Gubernur Kepala Daerah Tingkat I
Sumatera Utara Nomor 188.324.20/1991, tanggal 11 Maret 1991 yang terakhir diubah
dengan Keputusan Walikota Medan Nomor 188.324/790/SK/1991, tentang Pelaksanaan
Peraturan Daerah Nomor 16 tahun 1991 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas
Pendapatan daerah Kota Medan.
B. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan
Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan terdiri atas :
1. Dinas
2. Sekertariat, terdiri atas :
a. Sub Bagian Umum
b. Sub Bagian Keuangan
c. Sub Bagian Penyusun Program
3. Bidang Pendataan dan Penetapan, terdiri atas :
a. Seksi Pendataan dan Pendaftaran
b. Seksi Pemeriksaan
c. Seksi Penetapan
d. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
4. Bidang Penagihan, terdiri atas :
b. Seksi Penagihan dan Perhitungan
c. Seksi Pertimbangan dan Restitusi
5. Bidang Bagi Hasil Pendapatan, terdiri atas :
a. Seksi Bagi Hasil Pajak
b. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak
c. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil
d. Seksi Peraturan Perundang-undangan dan Pengkajian Pendataan
6. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah, terdiri atas :
a. Seksi Pengembangan Pajak
b. Seksi pengembangan Retribusi
c. Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-lain
7. Unit Pelaksanaan Teknis (UPT)
8. Kelompok Jabatan Fungsional
C. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan
Sesuai dengan Keputusan Walikota Medan Nomor 01 Tahun 2010, pasal 2 tentang Tugas
Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.
Dalam keputusan ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kota Medan.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Medan.
3. Walikota adalah Walikota Medan.
4. Sekertaris Daerah adalah Sekertaris Daerah Kota Medan
6. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Pendapatan Kota Medan.
7. Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) adalah unsur Pelaksanaan Teknis pada Dinas yang
berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.
8. Kelompok Jabatan Fungsional adalah Pemegang Jabatan Fungsional yang tugasnya
berdasarkan para keahlian atau keterampilan tertentu sesuai kebutuhan daerah.
Adapun tugas Pokok dari Kepala Dinas dan masing-masing seksi pada Kantor Dinas
Pendapatan Daerah Kota Medan adalah sebagai berikut :
1. Dinas
Dinas, mempunyai tugas yaitu :
a. Memimpin dan mengkoordinasi semua kegiatan demi terlaksananya tugas- tugas yang
akan dilaksanakan pada setiap seksi.
b. Mengumpulkan dan mensistemasikan data-data bahan yang berhubungan dengan setiap
tugas.
c. Membuat perkiraan dan memberikan saran kepada tiap Kepala seksi
sebagai bahan masukan untuk menetapkan kebijakan.
2. Sekertariat
Sekerariat dipimpin oleh Sekretaris, yang berada dibawah dan tanggung jawab kepada
Kepala Dinas. Seketariat mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas
Lingkup Keseketariatan meliputi Pengelolaan Administrasi Umum, Keuangan, dan Rumah
Tangga dan menyusun program.
Adapun fungsi Seketariatan yaitu :
2. Pengkoordinasian penyusunan perencanaan program Dinas
3. Pelaksanaan dan penyelenggaraan pelayanan administrasi kesekretariatan Dinas yang
meliputi administrasi umum, kepegawaian, keuangan, dan kerumahtanggaan Dinas
4. Pengelolaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pengembangan organisasi, dan
ketatalaksanaan
5. Pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan tugas-tugas Dinas
6. Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian
7. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan kesekretariatan
8. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
Bagian Seketariat terdiri dari :
a. Sub Bagian Umum.
b. Sub Bagian Keuangan.
c. Sub Bagian Penyusun Program.
Setiap Sub Bagian Umum dipimpin oleh Kepala Sub Bagian, yang berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Sekretaris.
Adapun tugas-tugas setiap bagian Sekertariat adalah :
a. Sub Bagian Umum mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas sekretariat
lingkup administrasi umum.
b. Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Sekretariat
lingkup pengelolaan administrasi keuangan.
c. Sub Bagian Penyusunan Program mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas
4. Pendataan dan Penetapan
Sub Pendataan dan Penetapan dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada dibawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Bidang Pendataan dan penetapan mempunyai
Tugas Pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup pendataan, Pendaftaran,
Pemeriksaan Penetapan, dan Pengelolahan Data dan Informasi.
Adapun fungsi Bidang Pendataan dan penetapan yaitu :
a. Penyusunan Rencana, Progaram, dan Kegiatan Bidang Pendataan dan penetapan.
b. Penyusun petunjuk teknis lingkup pendataan, pendaftaran, pemeriksaan penetapan, dan
pengolahan data dan informasi.
c. Melaksanakan pendaftaran dan pendataan seluruh wajib pajak, wajib Retribusi dan
pendapatan daerah lainnya.
d. Pelaksanaan pengolahan dan informasi baik dari Surat Pemberitahuan pajak Daerah
(SPTPD), Surat Pemberitahuan Retribusi Daerah (S{TRD), hasil pemeriksaan dan
informasi instansi yang terkait.
e. Pelaksanaan proses penetapan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah
lainnya.
f. Perencaan dan penatausahaan hasil pemeriksaan terhadap Wajib Pajak dan Wajib
Retribusi.
g. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan lingkup bidang pendataan dan
penetapan.
h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan
a. Seksi Pendataan dan Pendaftaran
b. Seksi Pemeriksaan
c. Seksi Penetapan
d. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Setiap seksi dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada dibawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Bidang Pendataan dan Penetapan.
Adapun tugas-tugas dari setiap Bagian Pendataan dan Penetapan yaitu :
a. Seksi Pendataan dan Pendaftaran mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas
Bidang Pandataan dan Penetapan lingkup pendataan dan pendaftaran.
b. Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang
Pendataan dan Penetapan lingkup pemeriksaan.
c. Seksi Penetapan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang
Pendataan dan Penetapan lingkup penetapan pokk pajak daerah / pokok retribusi daerah.
d. Seksi pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian
tugas Bidang Pendataan dan Penetapan lingkup data dan informasi.
5. Bidang Penagihan
Bidang Penagihan dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada dibawah dan bertanggung
jawab kepada Kepala Dinas.
Bagian Penagihan mempunyai tugas dan fungsi, yaitu :
a. Bidang Penagihan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup
pembukuan, verifikasi, penagihan, perhitungan, pertimbangan, dan restitusi.
b. Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Penagihan mempunyai tugas dan fungsi yaitu
1) penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Penagihan.
2) penyusunan petunjuk teknis lingkup pembukuan, verifikasi, penagihan, perhitungan,
pertimbangan dan restitusi.
3) pelaksanaan pembukuan dan verifikasi atas pajak daerah, retribusi daerah dan
pendapatan daerah lainnya.
4) pelaksanaan penagihan dan tunggakan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan
daerah lainnya
5) pelaksanaan perhitungan restitusi dan atau pemindahbukuan atas pajak daerah,
retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya
6) pelaksanaan telaan dan saran pertimbangan terhadap keberatan wajib pajak atas
permohonan wajib pajak
Adapun Bidang Penagihan terdiri dari beberapa seksi, yaitu :
1) Seksi Pembukuan dan Vertifikasi.
2) Seksi Penagihan dan Perhitungan.
3) Seksi Pertimbangan dan Restitusi.
Setiap seksi dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada dibawah dan bertanggung
jawab kepada Kepala Bidang Penagihan.
Adapun tugas-tugas dari setiap seksi dari bidang Penagihan yaitu:
a. Seksi Pembukuan dan Verifikasi mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas
Bidang Penagihan lingkup pembukuan dan verifikasi.
b. Seksi Penagihan dan Perhitungan mempunyai tugas pokok melaksanakan tugas Bidang
c. Seksi Pertimbangan dan Restitusi mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas
Bidang Penagihan lingkup pertimbangan dan restitusi.
6. Bidang Hasil dan Pendapatan
Bidang Bagi Hasil Pendapatan dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.
Bidang Bagi Hasil Pendapatan mempunyai tugas pokok dan fungsi, yaitu:
1. Bidang Bagi Hasil Pendapatan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas
Dinas lingkup bagi hasil pajak dan bukan pajak, penatausahaan bagi hasil dan
perundang-undangan dan pengkajian pandapatan.
2. Dalam melaksanakan tugas pokok Bidang Bagi Hasil Pendapatan menyelenggarakan
fungsi :
a. penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Bagi Hasil Pendapatan
b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup bagi hasi pajak dan bukan pajak, penata
usahaan bagi hasil dan perundang-undangan dan pengkajian pendapatan
c. pelaksanaan penatausahaan bagi hasil pendapatan pajak dan bukan pajak, DAU, DAK,
dan lain-lain pendapatan yang syah
d. pelaksanaan koordinasi dengan instansi pemberi bagi hasil pajak dan bukan pajak,
DAU, DAK, dan lain-lain pendapatan yang syah
e. pelaksanaan perhitungan penerimaan dari dana bagi hasil pajak/ bukan pajak provinsi
dan dana bagi hasil pajak/bukan pajak pusat, DAU, DAK, dan lain-lain pendapatan
f. pelaksanaan pengkajian pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan pengkajian
hasil pendapatan daerah dibidang dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang
syah
g. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang bagi hasil
pendapatan
Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan
fungsinya
Adapun Bidang Bagi Hasil Pendapatan, terdiri atas :
a. Seksi Bagi Hasil Pajak
b. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak
c. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil
d. Seksi Peraturan Perundang-undangan dan Pengkajian Pendataan
Setiap Seksi dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada dibawah dan bertanggung
jawab kepada Kepala Bidang Bagi Hasil Pendapatan.
Adapun tugas-tugas dari setiap seksi pada Bidang Bagi Hasil Pendapatan yaitu :
a. Seksi Bagi Hasil Pajak mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang
Bagi Hasil Pendapatan lingkup bagi hasil pajak.
b. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas
Bidang Hasil Pendapatan lingkup bagi hasil bukan pajak.
c. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas
d. Seksi Peraturan Perundang-Undangan dan Pengkajian Pendapatan mempunyai tugas
pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Bagi Hasil Pendapatan lingkup peraturan
perundang-undangan dan kajian pendapatan.
7. Bidang Pengembangan dan Pendapatan
Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah dipimpin oleh Kepala Bidang, yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.
Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah mempunyai tugas pokok dan fungsi,
yaitu :
a. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah mempunyai tugas pokok melaksanakan
sebagian tugas Dinas lingkup pengembangan pajak, retribusi dan pendapatan lain-lain.
b. Dalam melaksanakan tugas pokok Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah
menyelenggarakan fungsi :
1) penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Pengembangan Pendapatan
Daerah.
2) penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengembangan pajak, retribusi dan
pendapatan lain-lain.
3) pelaksanaan pengkajian potensi pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan
lainnya.
4) penghitungan potensi pajak dan retribusi daerah
5) pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaoran lingkup bidang pengembangan
pendapatan daerah.
a. Seksi Pengembangan Pajak
b. Seksi pengembangan Retribusi
c. Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-lain
Setiap Seksi Pengembangan Pengembangan dan Pendapatan Daerah dipimpin oleh
Kepala Seksi, yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang
Pengembangan Pendapatan Daerah.
Adapun tugas-tugas dari setiap seksi pada bidang Pengembangan dan Pendapatan
yaitu :
a. Seksi Pengembangan Pajak mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas
Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah lingkup pengembangan pajak.
b. Seksi Pengembangan Retribusi mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas
Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah lingkup pengembangan retribusi.
c. Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-lain memiliki tugas pokok melaksanakan
sebagian tugas Bidang Pengembangan Pendapatan lain-lain.
8. Unit Pelaksanaan Teknis (UPT)
Pembentukan, nomenklatur, tugas pokok dan fungsi Unit Pelaksana Teknis
ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.
9. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas
Dinas sesuai dengan keahlian dan kebutuhan.
Adapun peraturan yang berlaku, yaitu :
b. Setiap Kelompok Jabatan Fungsional, dipimpin oleh Tenaga Fungsional Senior yang
ditunjuk.
c. Jumlah tenaga kerja fungsional, ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja.
d. Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur berdasarkan peraturan perundang undangan.
D. Gambaran Pegawai Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan Tahun 2011
Adapun Gambaran pegawai di Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan sesuai dengan
bagian/bidangnya adalah sebagai berikut:
No Bagian/ Bidang/ Bendahara/ UPT / Security Jumlah
1 Seketariat 74 orang
Kepala Dinas 1 orang
Bidang Umum / Keuangan / Penyusunan Program 38 orang
Bidang Penerimaan / Pengeluaran 19 orang
Penyimpanan Barang Berharga
Penyimpanan Barang dan Pengurus Barang
16 orang
2 Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah 18 orang
3 Bidang Penagihan 41 orang
4 Bidang Pendataan dan Penetapan (DATAP) 76 orang
5 Bidang Bagi Hasil Pendapatan (BHP) 82 orang
6 Unit Pelaksana Teknis (UPT) 15 orang
7 Security 15 orang
8 Pegawai Outsourching 230 orang
Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan 2011
Sedangkan jumlah pegawai di Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan Berdasarkan Golongan
adalah sebagai berikut:
No Golongan Jumlah
1 IV / b - Orang
2 IV / a 3 Orang
3 III / d 38 Orang
4 III / c 38 Orang
5 III / b 64 Orang
6 III /a 59 Orang
7 II / d 9 Orang
8 II / c 16 Orang
9 II/ b 3 Orang
10 II / a 34 Orang
Jumlah 264 Orang
Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan 2011
Keterangan:
Pegawai Negeri Sipil = 264 Orang
TNI yang dikaryakan = 1 Orang (Bidang Penagihan)
Pegawai Honor = 56 Orang
Pegawai Outsourcing (Desember 2010) = 230 Orang
BAB III
GAMBARAN DATA PAJAK RESTORAN
A. Ketentuan Pajak Restoran
Pajak Restoran yang selanjutnya disebut pajak adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang
pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah ( Bambang P, 2003: 72 ). Pajak
menurut Rochmat Soemitro adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-Undang
( yang dapat dipaksakan ) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik ( kontraprestasi ) yang
secara langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum ( Resmi,
2008: 1). Sedangkan pajak menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2007 adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi
atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung yang digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur pajak adalah sebagai berikut :
1. Iuran dari rakyat kepada negara.
Yang berhak memungut pajak hanyalah negara. Iuran tersebut berupa uang ( ukan barang ).
2. Berdasarkan Undang-Undang.
Pajak dipungut berdasarakan atau dengan kekuatan Undang-Undang serta aturan
3. Tanpa jasa timbal balik atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung dapat ditunjukkan.
Dalam pembayaran pajak, tidak dapat ditunjukkan kontraprestasi individual oleh pemerintah.
4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaran-pengeluaran yang
bermanfaat bagi masyarakat luas.
Secara umum fungsi pajak terdiri dari dua, yaitu fungsi budgetair dan fungsi regulered. Fungsi
Budgetair adalah pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluarannya. Sedangkan fungsi regulered adalah pajak sebagai alat untuk mengatur atau
melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan bidang ekonomi.
Menurut lembaga pemungutnya, pajak dikelompokkan menjadi pajak pusat dan pajak daerah.
Pajak pusat merupakan pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan unttuk
membiayai rumah tangga negara. Jenis pajak pusat antara lain, Pajak Penghasilan ( PPh ), Pajak
Pertambahan Nilai ( PPN ), Pajak Penjualan atas Barang Mewah ( PPnBM ), Pajak Bumi dan
Bangunan ( PBB ), dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan ( BPHTB ). Pajak daerah
dibagi lagi menjadi dua, yaaitu pajak daerah provinsi dan pajak daerah kabupaten/kota.
Pajak Daerah Provinsi terdiri atas Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar Bendaraan Bermotor, Pajak Air Permukaan, dan Pajak
Rokok. Pajak Daerah Kabupaten/Kota terdiri atas Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak
Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet.
Untuk janis Pajak Bumi dan Bangunan sektor pedesaan dan perkotaan akan dilimpahkan kepada
pemerintah daerah Kabupaten/Kota di tahun 2014, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
juga akan dilimpahkan kepada pemerintah daerah Kabupaten/Kota di Tahun 2011.
Sebagai salah satu jenis pajak daerah kabupaten/kota, pajak restoran sangat berperan
yang diberikan kepada pemerintah daerah kabupaten/kota untuk mengenakan atau tidak
mengenakan suatu jenis pajak kabupaten/kota. Oleh karena itu, untuk dapat dipungut suatu
daerah harus terlebih dahulu menerbitkan peraturan daerah tentang pajak yang akan dipungutnya
khususnya pajak restoran, yang akan menjadi landasan operasional dalam tekhnis pelaksanaan,
pengenaan dan pemungutan pajak di daerah kabupaten/kota yang bersangkutan.
Ketentuan yang mengatur tentang pengenaan pajak restoran selanjutnya di atur dalam
peraturan perundang-undangan di bawah ini :
1. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009.
2. Peraturan pemerintah No. 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
3. Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 43 Tahun 1999 Tentang Sistem dan Prosedur
Administrasi Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Penerimaan Pendapatan lain-lain.
4. Keputusan Walikota Medan No. 9 Tahun 2004 Tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah
Kota Medan.
5. Kota Medan. Keputusan Walikota Medan No. 12 Tahun 2003 Tentang Pajak Daerah
B. Subjek dan Objek Pajak Restoran
Yang menjadi Subjek pajak restoran adalah Orang Pribadi atau Badan yang melakukan
pembayaran makanan dan minuman atas pelayanan restoran/rumah makan. Secara sederhana
yang menjadi subjek pajak restoran adalah konsumen yang menikmati dan membayar pelayanan
yang diberikan oleh pengusaha restoran/rumah makan. Namun, yang menjadi wajib pajak
restoran bukanlah konsumen yang menikmati dan membayar pelayanan yang diberikan, tetapi
dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya melakukan usaha dibidang restoran/rumah
makan.Dengan demikian, subjek pajak dan wajib pajak pada pajak restoran tidak sama.
Yang merupakan Objek pajak restoran adalah setiap pembayaran atas pelayanan yang
disediakan di restoran/rumah makan. Pelayanan yang dimaksud adalah penjualan makanan dan
minuman ditempat, yang disertai dengan fasilitas. Yang termasuk dalam objek pajak restoran
adalah rumah makan, cafe, bar dan sejenisnya.
C. Bukan Objek Pajak Restoran
Pada pajak restoran tidak semua pelayanan yang diberikan oleh restoran/rumah makan
dikenakan pajak. Ada beberapa pengecualian yang tidak termasuk Objek pajak, yaitu :
1. Pelayanan jasa boga/ catering
2. Pelayanan yang disediakan oleh restoran atau rumah makan yang pendapatan brutonya
tidak melebihi batas Rp. 600.000 (enam ratus ribu rupiah) per bulan.
3. Penjualan makanan dan minuman ditempat yang disertai dengan fasilitas penyantapan di
hotel.
D. Cara Perhitungan Pajak Restoran.
Besarnya pajak restoran yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak
dengan dasar pengenaan pajak restoran. Secara umum perhitungan pajak restoran dirumuskan
sebagai berikut :
Pajak Terutang = Tarif Pajak × Dasar Pengenaan Pajak ( DPP)
Dasar Pengenaan Pajak Restoran adalah jumlah pembayaran yang dilakukan atas
dibayar oleh subjek pajak kepada wajib pajak untuk harga jual baik jumlah uang yang
dibayarkan maupun penggantian yang seharusnya diminta wajib pajak sebagai penukaran atas
pembelian makanan dan minuman, termasuk pula semua tambahan dengan nama apapun juga
dilakukan berkaitan dengan usaha restoran.
Tarif Pajak Restoran ditetapkan sebesar 10% ( sepuluh persen ) dan ditetapkan oleh
kabupaten/kota yang bersangkutan. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan keleluasaan kepada
pemerintah daerah kabupaten/kota untuk menetapkan tarif pajajk yang dipandang sesuai dengan
kondisi masing-masing daerah kabupaten/kota.
Contoh :
Andi menikmati hidangan yang disediakan oleh Restoran ”XYZ” dan melakukan pembayaran
atas :
Makanan Rp 100.000
Minuman Rp 20.000 +
Jumlah pembayaran (DPP) Rp 120.000
Pajak Restoran, 10% × Rp 120.000 = Rp 12.000 +
Yang harus dibayar Andi = Rp 132.000
E. Pendaftaran dan Penilaian Pajak Restoran
Wajib Pajak Restoran wajib mendaftarkakn usahanya pada Dinas Pendapatan Daerah
untuk dikukuhkan dan diberikan NPWPD ( Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah )
selambat-lambatnya 30 ( tiga puluh ) hari sebelum dimulainya usaha. Setelah wajib pajak restoran
dikukuhkan, maka wajib pajak melaksanakan pendaftaran dan pendataan. Kegiatan pendaftaran
pendaftaran dan pendataan, kemudian diberikan kepada wajib pajak. Setelah dokumen
disampaikan kepada wajib pajak, wajib mengisi formulir pendaftaran dengan jelas, lengkap, serta
mengembalikan kepada petugas pajak. Selanjutnya, petugas pajak mencatat formulir pendaftaran
dan pendataan yang dikembalikan oleh wajib pajak dalam Daftar Induk Wajib Pajak
berdasarkan nomor urut yang digunakan sebagai dasar untuk menerbitkan NPWPD.
Kemudian Waji Pajak mengisi SPTPD ( Surat Pemberitahuan Pajak Daerah ). SPTPD
diisi dengan jelas, lengkap dan benar serta ditanda tangani oleh wajib pajak dan disampaikan
kepada Walikota/Bupati atau pejabat yang ditunjuk. SPTPD disampaikan selambat-lambatnya 15
( lima belas ) hari setelah berakhirnya masa pajak.
Berdasarkan SPTPD yang disampaikan wajib pajak dan pendataan yang dilakukan oleh
petugas Dinas Pendapatan, Bupati/ Walikota atau pejabat yang ditunjuk oleh Bupaati/Walikota
menetapkan pajak restoran yang terutang dalam menerbitkan SKPD ( Surat Ketetapan Pajak
Daerah ). SKPD harus dilunasi paling lambat 30 ( tiga puluh) hari sejak diterimanya SKPD oleh
wajib pajak. Dalam jangka waktu 5 ( lima ) tahun sesudah saat terutangnya pajak,
Bupati/Walikota dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB ),
Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan ( SKPDKBT ), dan Surat Ketetapan
Pajak Daerah Nihil ( SKPN).
Pembayaran pajak restoran dilakukan wajib pajak dengan menyetorkan pajak ke kas
Daerah, Bank, atau tempat lain yang ditunjuk oleh Bupati /Walikota dengan Surat Setoran
Pajak Daerah ( SSPD). Pembayaran pajak harus dilakukan sekaligus atau lunas. Namun,
dalam keadaaan tertentu Bupati/Walikota atau pejabat yang ditunjuk dapat memberikan
tertentu. Kepada wajib pajak yang melakukan pembayaran pajak diberikan tanda bukti
BAB IV
ANALISIS DAN EVALUASI DATA
A. Mekanisme Pengenaan dan Pemungutan Pajak Restoran di Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan
Mekanisme pengenaan pajak restoran pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan adalah sesuai
dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009. Wajib pajak
restoran harus mendaftarkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai wajib pajak restoran. Setelah
terdaftar dan telah memperoleh NPWPD (Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah), wajib pajak yang
bersangkutan harus mengisi SPTPD (Surat Pemberitahuan Pajak Daerah) dengan jelas, lengkap,
benar dan ditanda tangani oleh wajib pajak, kemudian SPTPD itu disampaikan kepada Dinas
Pendapatan Daerah Kota Medan.
Berdasarkan SPTPD yang disampaikan wajib pajak dan pendataan yag dilakukan oleh petugas,
Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan menetapkan Pajak restoran yang terutang dan harus
dilunasi paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya SKPD (SuratKetetapan Pajak Daerah)
oleh wajib pajak.
Tarif pajak yang dikenakan adalah sebesar 10% dari dasar pengenaan pajak. Atas pajak yang
terutang tersebut wajib pajak harus menyetorkannya ke kas Daerah, Bank Sumut atau tempat lain
yang ditunjuk oleh pemerintah Kabupaten/Kota. Dan kepada wajib pajak yang melakukan
pembayaran pajak akan diberikan tanda bukti pembayaran. Bukti pembayaran itulah yang
B. Masalah-Masalah Yang Dihadapi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan Dalam Pelaksanaan
Pemungutan Pajak Restoran
Adapun masalah-masalah yang dihadapi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan dalam
pelaksanaan Pemmungutan Pajak Restoran adalah sebagai berikut:
1. Sangat kurangnya kesadaran masyarakat dalam membayar pajak, padahal pajak adalah salah satu
kewajiban yagn harus dibayar masyarakat untuk membiayai pengeluaran umum di suatu
daerahnya.
2. Adanya rasa bangga bagi wajib pajak yang ada di Kota Medan jika tidak membayar pajak atas usaha
yang dibukanya. Kurangnya pemahaman akan pentingnya peranan pajak yang seharusnya dibayar
wajib pajak membuat wajib pajak menghindari penyetoran pajak, bahkan merasa bangga karena
tidak menyetorkan pajak yang sudah dipungutnya.
3. Adanya tekanan ekonomi yang dialami wajib pajak sehingga wajib pajak merasa keberatan atas
pajak yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kota Medan, yaitu sebesar 10% (sepuluh) persen,
bahkan sebagian wajib pajak tidak mau membayar pajak restoran khususnya pada pajak restoran
dikarenakan sepinya pelanggan yang datang membuat penghasilan yang diperoleh pengusaha
Restoran sangat minim.
4. Adanya wajib pajak yang tidak mengetahui bahwa dengan membuka restoran/rumah makan, maka
akan dikenakan pajak atas usahanya tersebut.
5. Pembayaran pajak yang dilakukan oleh wajib pajak tidak sesuai dengan nilai yang tercantum dalam
SKPD.
6. Terdapat wajib pajak yang menutup usahanya, sehingga pajak seharusnya dipungut tidak bisa
dipungut lagi.
Adapun wajib pajak restoran yang terdaftar di Dinas Pendapatan Kota Medan Tahun 2010 untu
jenis Pajak Restoran Cepat Saji, Restoran Nasional, Restoran Khas Daerah, Warung Nasi, Kedai
Kopi dan lain-lain serta temapt hiburan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1
Jumlah Wajib Pajak Restoran Terdaftar di Kota Medan Tahun 2010
No. Kode Rekening Jenis Pajak
Jumlah WP
Restoran
1 4.1.1.02.06 Restoran Cepat Saji 66
2 4.1.1.02.07 Restoran Nasional 156
3 4.1.1.02.08 Restoran Khas Daerah 90
4 4.1.1.02.09 Warung nasi,kedai kopi, dll 723
5 4.1.1.02.10 Tempat Hiburan 35
Jumlah 1.070
Sumber: Dinas Pendapatan Kota Medan
Dari data di atas dapat diketahui bahwa jumlah wajib pajak terdaftar pada Dinas Pendapatan Kota
Medan Tahun 2010 untuk jenis Pajak Restoran Cepat Saji, Restoran Nasional, Restoran Khas
Daerah, Warung Nasi, Kedai Kopi dan lain-lain serta Tempat Hiburan adalah 1.070 wajib pajak.
Jumlah wajib pajak terbanyak untuk setiap jenis pajak adalah jenis pajak warung nasi, kedai kopi
dan lain-lain yaitu sebanyak 723 wajib pajak, sedangkan wajib pajak paling sedikit adalah jenis
pajak tempat hiburan yaitu 35 wajib pajak.
Dengan banyaknya jumlah wajib pajak tersebut, tentunya sangat memberikan
sumbangsih yang besar terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Medan. Apalagi dengan
di KotaMedan, misalnya Usaha restoran yang cepat saji seperti KFC, MC Donnald`s, A&W serta
restoran lain yang sejenis dan mempunyai banyak cabang di Kota Medan.
Adapun Taget dan Realisasi Dinas Pendapatan daerah Kota Medan untuk Pajak Restoran
setiap bulannya dari Januari-Desember Tahun2010 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2
Target dan Realisasi Pajak Restoran Kota Medan Tahun 2010
No Bulan Target Realisasi
6 Juni 36.756.400.000 15.779.759.971,00 42,93
7 Juli 36.756.400.000 19.149.018.558,95 52,10
8 Agustus 36.756.400.000 22.601.749.495.55 61,49
9 Septem
ber
36.756.400.000 25.815.674.531.45 70.23
10 Oktober 36.756.400.000 29.457.217.663,30 80,14
11 Novemb
er
36.756.400.000 33.162.382.292,70 90.22
12 Desemb
er
Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan
Dari data di atas dapat dilihat bahwa realisasi penerimaan pajak restoran untuk setiap
bulannya meningkat, hal ini dapat dilihat dari persentasenya. Untuk bulan Januari persentasenya
adalah sebesar 1,78%, artinya realisasi penerimaan pajak restoran masih jauh dari yang
ditargetkan. Pada bulan Februari persentasenya meningkat dari bulan Januari yaitu sebesar
9,67%, walaupun sebenarnya realisasi penerimaan masih jauh dari target yang telah ditentukan.
Mulai dari bulan Maret sampai dengan bulan Desember persentase realisasi penerimaan
selalu meningkat dengan rata-rata peningkatan sebesar 10%. Persentasenya secara berturut-turut
adalah 17,24% pada bulan Maret, 25,37% pada bulan April, 33,83% pada bulan Mei, 42,93%
pada bulan Juni, 52,10% pada bulan Juli, 61,49% pada bulan Agustus, 70,23% pada bulan
September, 80,14% pada bulan Oktober, 90,22% pada bulan Nopember, dan 101,18% pada
bulan Desember.
Pada bulan Desember persentase realisasi penerimaan telah tercapai, bahkan sudah lebih
dari target yang ditentukan dengan persentase 101,18%. Dengan demikian dapat diartikan,
bahwa sebesar 1,18% sudah lebih dari target yang ditentukan.
D. Upaya-Upaya Yang Dilakukan Dalam Mengoptimalkan Penerimaan Pajak Restoran Kota Medan
Agar penerimaan pajak restoran dapat mencapai target yang ditentukan. Maka diperlukan
langkah-langkah atau upaya-upaya yang perlu dilakukan demi peningkatan penerimaan pajak
restoran, diantaranya adalah sebagai berikut:
2. Melaksanakan pendataan dan pendaftaran terhadap wajib pajak baru.
3. Melaksanakan upaya pendekatan secara persuasive kepada wajib pajak yang
melaksanakan pembayaran tidak sesuai dengan nilai yang tercantum dalam SKPD.
4. Melaksanakan Penagihan langsung kepada wajib pajak yang belum menyetorkan pajak
sesuai dengan yang dilaporkan.
5. Mengarahkan dan meningkatkan kinerja petugas lapangan untuk dapat bekerja optimal
melalui rapat evaluasi.
6. Menyampaikan surat teguran pada wajib pajak yang belum menyampaikan SPTPD.
7. Mengembalikan SPTPD yang belum sepenuhnya menggambarkan potensi/ omzet yang
sebenarnya.
8. Melaksanakan pemeriksaan langsung terhadap wajib pajak.
9. Melaksanakan pendataan dan pendaftaran bagi wajib pajak.
Dengan upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak Dinas Pandapatan Daerah Kota Medan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari penyajian yang disampaikan penulis dalam Tugas Akhir ini, maka penulis dapat mengambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengenaan dan pemungutan Pajak Restoran pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan adalah
sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, Wajib Pajak harus memperhitungkan pajak terutangnya sampai dengan penyetorannya,
Tarif yang digunakan adalah 10% dari Dasar Pengenaan Pajak.
2. Masalah-masalah yang dihadapi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan dalam Pelaksanaan
Pemungutan Pajak Restoran antara lain, kurangnya kesadaran wajib pajak untuk menyetorkan
pajaknya, adanya tekanan ekonomi wajib pajak, dan lain sebagainya yang mengakibatkan wajib
pajak tidak memenuhi kewajibannya sebagai wajib pajak.
3. Realisasi penerimaan pajak restoran di Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan pada Tahun 2010
setiap bulannya dari Januari sampai dengan Desember meningkat, walaupun sebenarnya masih
belum mencapai target penerimaan. Realisasi penerimaan tercapai hanya pada masa Desember
yang mencapai 101,18%.
4. Upaya-Upaya yang dilakukan Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan dalam mengoptimalkan
pajak restoran antara lain, melaksanakan pendataan ulang, melakukan pendekatan kepada
wajib pajak, melaksanakan penagihan langsung, meningkatkan kinerja aparat pemungut pajak,
B. Saran
Agar pelaksanaan pemungutan Pajak Restoran di Kota Medan dapat dilaksakan dengan
baik dan memperoleh hasil yang optimal, maka hal yang perlu dilakukan adalah:
1. Pemerintah Kota Medan diharapkan tidak menggunakan momentum otonomi daerah
untuk memungut pajak dengan tidak berdasarkan Undang-Undang yang ditetapkan
Pemerintah Pusat yang berkaitan langsung dengan Pajak Daerah, maupun ketentuan lain.
2. Peraturan Daerah yang dibuat harus menjunjung tinggi azas keadilan.
3. Meningkatkan peran serta dan keaktifan dari aparat pengelola pajak restoran dalam
melaksanakan ketentuan yang berlaku dan mensosialisasikan peraturan daerah kepada
masyarakat.
4. Melakukan pendekatan kepada masyarakat agar masyarakat lebih sadar akan pentingnya
membayar pajak.
5. Diharapkan kepada aparat pengelola pajak restoran agar lebih mengawasi proses
pemngutan pajak restoran.
DAFTAR PUSTAKA
Resmi, Siti. 2008. Perpajakan; Teori dan Kasus Edisi 4 Jakarta: Salemba Empat.
Prakosa, Kesit Bambang, 2003, Pajak dan Retribusi Daerah, UII Press,Yogyakarta
Himpunan Peraturan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, 2003, Eko Jaya, Jakarta
Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 28 Tahun 2009 Tentang Sistem dan Prosedur.
Undang -Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pajak Daerah Kota Medan.
Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2001 Tentang Pajak Daerah.
Undang-undang No. 34 Tahun 2000 Tentang Pajak Daerah Retribusi Daerah