TUGAS AKHIR
PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
PENGELOLAAN PAJAK HIBURAN PADA DINAS PENGELOLA KEKAYAAN DAN ASSET DAERAH KOTA SIBOLGA
O L E H
Nama : M. RIVAI. SIREGAR NIM : 072600075
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmannirrahim
Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat ALLAH SWT yang telah memberi
rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan perkuliahan
dan menyelesaikan penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
dengan judul “PENGELOLAAN PAJAK HIBURAN PADA DINAS
PENGELOLA KEKAYAAN DAN ASSET DAERAH KOTA SIBOLGA ”.
Laporan PKLM ini diajukan guna untuk memenuhi salah satu persyaratan
untuk dapat menyelesaikan pendidikan Program Studi Diploma III Administrasi
Perpajakan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna baik dalam susunan
kalimat maupun pembahasannya, Oleh karena itu penulis mengharapkannya adanya
kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun laporan ini kearah yang
lebih baik.
Penulis laporan ini tidak terlepas dari bantuan dan perhatian berbagai pihak.
Oleh sebab itu penulis mengucapkan terimakasih setulus-tulusnya kepada:
- Bapak Prof. Dr. M.Arif Nst,M .A selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara.
- Ibu Arlina, SH, M.Hum selaku Dosen Pembimbung, yang telah banyak
membantu dan memberikan pengarahan pengarahan dalam proses penulisan
Laporan PKLM.
- Seluruh Dosen Pengajar Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan,
yang telah memberi ilmu dan wawasan selama mengikuti perkuliahan.
- Seluruh Staf Pengajar jurusan Administrasi Perpajakan yang telah banyak
membantu penulis.
- Bapak Basril Tanjung SE. serta masing-masing kepala seksi yang telah
membantu saya dalam memperoleh data yang diperlukan.
- Ayahanda dan Ibunda tercinta yang senantiasa memberikan kasih sayangnya,
didikan, dorongan dan restunya kepada penulis, dan juga materiil yang
diberikan yang tidak dapat dinilai dengan suatu apapun.
- Buat Kakakku tersayang maya terima kasih atas dorongan, semangat dan
do’anya sehingga penulis tetap bersemangat menghadapi segala rintangan dan
cobaan. - Seluruh teman-teman terbaikku Tax B’ 2007 yang telah banyak
membantu dan memberikan sumbangan pikiran dalam menyelesaikan laporan
ini. dan keluarga besar IMPROSAJA gak nyangka bisa kenal dengan kalian
yang unik-unik dan gokil gak terasa 3 tahun telah kita lalui bersama
khususnya sahabat-sahabatku (,C2 CORPORATION) pokoknya dari A
sampai Z juga, makasih buat semuanya, Insyallah persahabatan ini tidak
hanya sampai disini tapi untuk selamanya.
- Pihak-pihak lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, saya
mengucapkan ribuan terimakasih atas bantuan dan dukungannya sehingga
laporan ini dapat selesai. Dan saya berharap kiranya Laporan PKLM ini dapat
bermanfaat dalam memperkaya ilmu pendidikan.
Medan, Juni 2010
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...i
DAFTAR ISI ...iv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ...1
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri ...4
C. Ruang Lingkup Praktik Kerja Kapangan Mandiri...6
D. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri ...7
E. Metode Pengumpulan data ...9
F. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ...10
BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH A. Sejarah Singkat Dinas Pengelola Kekayaan Dan Aset Daerah Kota Sibolga...12
B. Struktur Organisasi Dinas Pengelola Kekayaan Dan Aset Daerah Kota Sibolga ...14
C. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pengelola Kekayaan Dan Aset Daerah Kota Sibolga...16
BAB III TINJAUAN TEORI DAN GAMBARAN DATA HASIL PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
A. Gambaran Pajak Hiburan ...23
B. Objek Pajak Hiburan dan Subjek Pajak Hiburan ...26
C. Dasar pengenaan Tarif ...27
BAB IV ANALISA DAN EVALUASI
A. Analisa data ...31
B. Faktor Penghambat dalam Pelaksanaan Pemungutan Retribusi Pelayanan
Pasar ...32
C. Upaya mengatasi Faktor Penghambatan Penerimaan Retribusi Pelayanan
Pasar Kota Sibolga ...33
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ...35
B. Saran ...36
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Otonomi daerah berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
pemerintahan daerah dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah membawa banyak perubahan
dalam pemerintahan. Kalau dulu dengan pola sentralisasi, daerah hanya
melaksanakan apa yang dikehendaki oleh pusat sehingga dapat dikatakan daerah
hanya merupakan perpanjangan tangan pusat. Namun dengan telah berjalannya
otonomi daerah, kondisi dan situasinya berubah.
Saat ini daerah sudah dapat merencanakan program kerja di daerahnya
berdasarkan inisiatif sendiri dengan memilih program-program yang benar-benar
mereka butuhkan. Kepala daerah yang dulunya kebanyakan merupakan pilihan pusat,
sekarang sudah dipilih sendiri oleh rakyat di daerah secara langsung sehingga
menjadi jaminan bahwa kepala daerah terpilih sangat mengerti apa yang diinginkan
rakyat di daerahnya.
Berbicara masalah pembiayaan, idealnya pembiayaan daerah harus bertumpu
pada pendapatan asli daerah (PAD) terutama untuk membiayai pelayanan dasaar di
daerah seperti penyediaan air bersih, pengelolaan sampah, transportasi lokal,
Dalam mewujudkan tujuan pembangunan nasional yang dilaksanakan secara
berkesinambungan dan berkelanjutan secara merata diseluruh tanah air memerlukan
biaya besar yang harus digali terutama dari sumber kemampuan sendiri. Penerimaan
pajak sebagai sumber utama pembiayaan Negara dan pembangunan nasional
memerlukan peningkatan peran masyarakat dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya kenegaraan.
Sesuai dengan fungsi dan pajak sebagai sumber utama penerimaam Negara,
maka perlu diberikan suatu penyuluhan kepada wajib pajak akan hak dan
kewajibannya dalam melaksanakan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Sejalan dengan perkembangan perekonomian sebagai hasil pembangunan
nasional dan untuk memberikan pelayanan kepada warga Negara masyarakat sebagai
pembayar pajak, maka kantor Dinas Pengelolaan Dan Aset Daerah Kota Sibolga
perlu mengadakan kerja sama yang bersifat positif dengan wajib pajak. Alternatif
pendanaan pemerintahan dari pajak adalah solusi yang tepat, namun dapat
menjadikan bumerang jika salah menerapkannya.
Besarnya keuntungan pendanaan daerah terhadap pajak daerah membuat
Dinas Pengelolaan Dan Aset Daerah Kota bekerja sama dengan aparat pajak lainnya
berusaha untuk meningkatkan penerimaan dari pajak Hiburan yang semakin baik dan
pada akhirnya menunjang kemandirian pembangunan daerah.
pendanaan pemerintah untuk mendukung peningkatan kemampuan daerah dalam
rangka mengembangkan sumber-sumber pendapatan daerah yang diharapkan akan
meningkatkan kemampuan membangun kota Sibolga
Berdasarkan hal tersebut diatas maka penulis merasa tertarik untuk melakukan
Praktik Kerja Lapangan (PKLM) :”PENGELOLAAN PAJAK HIBURAN PADA
DINAS PENGELELOAAN KEKAYAAN ALAM DAN ASET KOTA SIBOLGA”.
Selain ingin mengetahui judul, penulis ingin mempraktikan teori-teori yang
sudah diterima dari dosen sebab seiring dengan perkembangan zaman banyak
masalah yang dihadapi dalam dunia kerja. Untuk mengulangi masalah tersebut maka
dibutuhkan sumber daya manusia yang lebih profesional yang mampu dan cakap
dalam mnyikapi hal tersebut.
Oleh sebab itu sebagai mahasiswa Program Studi Diploma III Adminitrasi
Perpajakan, Mahasiswa diharapkan dapat menerapkan ilmu pengetahuan dan
keterampilan yang diterima dibangku perkuliahan pada saat memasuki lingkungan
kerja. Untuk menghasilkan tenaga kerja yang siap pakai dan terampil dalam
bidangnya maka Universitas Sumatera Utara Program Studi Diploma III Administrasi
Perpajakan menerapkan suatu pendidikan yaitu dengan Praktik Kerja Lapangan ke
berbagai perusahaan/instansi pemerintah.
Dengan adanya Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) maka mahasiswa
perkuliahan dengan praktik langsung ke lapangan, sehingga tercipta sumber daya
manusia yang berkualitas, profesional dan cakap dalam bidangnya.
Adanya kerja sama yang baik antara lembaga pendidikan dengan pihak
perusahaan/instansi pemerintah maka diharapkan maksud dan tujuan tersebut diatas
dapat tercapai dengan hasil yang memuaskan.
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) merupakan salah satu syarat yang
wajib dilaksanakan oleh mahasiswa untuk menyelesaikan pendidikan studi Diploma
III Administrasi Perpajakan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara.
1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Secara fisik tujuan yang ingin dicapai dalam melaksanakan Praktik Kerja
Lapangan Mandiri (PKLM) ini adalah :
a. Untuk mengetahuai bagaimana pengelolaan pajak hiburan di Kota Sibolga
b. Untuk mengetahui besarnya kontribusi pajak hiburan Pendapatan Asli Daerah
(PAD), dan Pengelolaan Pajak Hiburan.
c. Untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi Dinas Pengelolaan Dan Aset
Daerah Kota Sibolga dalam rangka peningkatan pajak hiburan serta
2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Manfaat yang ingin dicapai dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan
Mandiri (PKLM) ini adalah :
a. Bagi Mahasiswa
1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
dan wawasan mahasiswa tentang ilmu perpajakan khususnya pada pajak
hiburan pada hotel.
2. Guna mendorong mahasiswa untuk belajar menetahui bagaimana situasi
dunia kerja yang sebenarnya dan menjadikan mahasiswa sebagai tenaga ahli
yang siap pakai.
3. Untuk menciptakan dan menumbuh kembangkan rasa tanggung jawab,
profesionalisme serta kedisiplinan yang nantinya hal-hal tersebut sangat
dibutuhkan memasuki dunia kerja yang sebenarnya.
4. Guna memberikan motivasi dalam belajar untuk memperoleh pencapaian
yang lebih besar dari pada yang dicita-citakan saat ini.
b. Bagi kantor/instansi
1. Sebagai sarana untuk mempererat hubungan yang positif antara dinas
pendapatan Kota Medan dengan lembaga pendidikan khususnya Universitas
Sumatera Utara
2. Guna menunjukkan citra dan kinerja instansi pemerintah dalam hal Dinas
Pendapata Kota medan di mata masyarakat, terutama bagi lembaga
c. Bagi lembaga pendidikan (Universitas Sumatera Utara)
1. Memperbaiki pandangan masyarakat terhadap sumber daya manusia yang
digasilkan dari lembaga pendidikan nasional khususnya Universitas
Sumatera Utara dengan ersepsi umum.
2. Membuka interaksi antara Prodip III Administrasi perpajakan FISIP USU
dengan instansi yang terkait dalam memberikan uji nyata mengenai ilmu
pengetahuan yang diterima mahasiswa melalui Praktik Kerja Lapangan
Mandiri (PKLM).
C. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini, penulis memusatkan perhatian
bagaimana prosedur pelaksanaan pemungutan pajak hiburan pada Dinas Pengelolaan
Dan Aset Daerah Kota Sibolga adapun data yang digunakan tahun 2007 sampai
dengan 2009 dari Sub Dinas Penagihan. Bagaimana realisasi dan target penerimaan
pajak hiburan pada hotel dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) guna
menunjang pembangunan Kota Sibolga. Untuk melengkapi kegitan ini penulis
mengajukan permohonan kepada Dinas Pengelolaan Dan Aset Daerah Kota Sibolga
agar dapat membantu dan membimbing penulis untuk memperoleh data tentang
realisasi penerimaan dan peningkatan pajak hiburan pada hotel di Dinas Pengelolaan
1. Pengelolaan pajak hiburan
2. Target dalam pengingkatan penerimaanya
3. Faktor penghambat
4. Upaya untuk mengatasi faktor penghambat.
D. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Metode yang digunakan dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapngan Mandiri
(PLML) adalah sebagai berikut :
1. Tahap persiapan
Hal ini berkaitan dengan persetujuan dan pengesahan pelaksanaan Praktik Kerja
Lapangan Mandiri (PLM) baik pihak Prodip III Administrasi Perpajakan
Universitas Sumatera Utara dan dari pihak Dinas Pendapatan Kota Medan
sebagai lokasi Praktik kerja Lapangan Mandir, sehingga tahap konsultasi
dengan dosen.
2. Studi Literatur
Penulis mengumpulkan data-data yang menyangkut masalah yang akan di bahas
melalui Undang-undang dan tertulis lainnya yang berhubungan dengan pajak
hiburan.
3. Observasi data
Di dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), penulis juga
mengumpulkan data yang diperlukan. Data tersebut diperoleh baik dari hal-hal
yang sudah dilihat dan tentu saja dari dat-data yang diberikan pihak Dinas
4. Pengumpulan data
Dalam hal ini penulis mengumpulkan data yang berhubungan dengan apa yang
dikerjakan pada Praktik kerja Lapangan Mandiri nanti yang diperlukan dalam
penyusunan laporan akhir dari kegiatan praktik Kerja Lapangan Mandiri.
a. Data primer
Merupakan data yang diperoleh nantinya dari lapangan, artinya data tersebut
belum tersedia sebelum dilakukannya Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Data
primer diperoleh dengan cara mengumpulkan data yang langsung ke objek
Praktik Kerja Lapangan Mandiri melalui wawancara langsung dengan pimpinan
perusahaan atau pegawai lainnya yang dapat memberikan data/informasi yang
mendukung penulisan laporan praktik kerja lapangan mandiri.
b. Data Sekunder
merupakan data yang sudah tersedia melalui sumber penelitian lainnya, dengan
cara menginventariskan data-data yang tersedia dan juga membaca buku-buku
yang berhubungan dengan penulisan laporan.
5. Analisis dan Evaluasi
Setelah penulis memperoleh data yang diperlukan, penulis akan menganalisis
dan mengevaluasi data secara kualitatif yang kemudian diinterprestasikan secara
E. Metode Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Untuk menyimpulkan data dan mencari data dan informasi dalam Praktik
Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) maka penulis menggunakan metode pengumpulan
data sebagai berikut :
a. Metode Wawancara (Interview)
Dengan cara mengumpulkan data dan mencari data dan informasi dengan
mengajukan beberapa pertanyaan langsung baik secara lisan maupun tulisan
kepada pegawai dalam instansi yang bersangkutan.
b. Metode Observasi Lapangan
Dalam melakukan observasi ini peserta langsung terjun ke lapangan dan
mengadakan pengamatan kepada pegawai instansi yang bersangkutan.
c. Dokumentasi
Data yang diperoleh secara tidak langsung dari tempat Praktik Kerja
Lapangan Mandiri (PKLM) misalnya pengumpulan data secara tertulis,
peraturan-peraturan daerah yang berlaku dalam Undang-Undang Perpajakan,
Surat-surat keputusan, Skema dan Struktur Organisasi, Rencana Kerja, Data
mengenai Kepegawaian yang berhubungan dengan Praktik Kerja Lapangan
F. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Adapun yang menjadi sistematika dalam penyusunan Laporan Praktik Kerja
Lapangan Mandiri (PKLM) adalah :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis menguraikan latar belakang yang menjadi dasar
pemikiran dalam penyusunan, tujuan dan manfaat Praktik Kerja Lapangan
Mandiri (PKLM), ruang lingkup, metode pengumpulan data dan sistematika
laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).
BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)
Pada bab ini penulis menguraikan tentang sejarah singkat Dinas
Pendapatan Kota Medan, Sturktur Organisasi dan Gambaran Pegawai
Dinas Pendapatan Kota Medan.
BAB III GAMBARAN DATA PAJAK HIBURAN PADA HOTEL
Pada bab ini penulis menguraikan segala hal yang berkaitan dengan pajak
hiburan pada hotel mulai dari pengertian pajak hiburan, peraturan
Perundang-undangan dan ketentuan umum, objek dan subjek, dasar
pengenaan tarif, mekanisme perhitungan, tata cara pembayaran dan
tindakan terhadap wajib pajak yang melalaikan atau menghidari pajak
BAB IV ANALISA DAN EVALUASI
Pada bab ini penulis akan menganalisa data dan informasi yang telah
dikumpulkan yaitu permasalahan dan upaya yang dilakukan oleh Dinas
Pendapatan Kota Medan dalam peningkatan penerimaan pajak hiburan
pada hotel.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini penulis menarik kesimpulan dari uraian yang ada dan
memberikan saran yang dapat dijadikan masukan bagi Dinas Pendapatan
Kota Medan dalam menghadi permasalahan untuk meningkatkan
BAB II
GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
A. Sejarah Singkat Dinas Pengelola Keayaan dan Asset Daerah Kota Sibolga
Pada awalnya Kota Sibolga adalah Kota Administratif yang masih berada di
wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah. Namun pada saat sekarang ini telah menjadi
Pemerintahan Kota Sibolga.
Undang – Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
menganut prinsip otonomi yang seluas – luasnya, nyata dan bertanggung jawab,
dimana daerah diberi kewenangan untuk mengurus dan mengatur semua urusan
pemerintahan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Penyelenggaraan
urusan pemerintahan tersebut dilaksanakan oleh pemerintah daerah yang terdiri dari
Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Pemerintah
Daerah dipimpin oleh seorang Kepala Daerah yang berfungsi sebagai eksekutif
daerah, sedangkan DPRD merupakan lembaga legislative daerah.
Dalam melaksanakan tugas, Kepala Daerah dibantu seorang Wakil Kepala
Daerah dan Perangkat Daerah. Perangkat Daerah terdiri dari unsur staf yang
yang bersifat spesifik yang diwadahi dalam lembaga teknis daerah; serta unsur
pelaksana urusan daerah yang diwadahi dalam lembaga dinas daerah
Sesuai dengan Surat Keputusan Walikota Sibolga 188.4.54/14/ 2000 tentang
Pembentukan Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Sibolga, maka terbentuklah
Dinas Pendapatan Daerah Kota Sibolga yang bertugas untuk mengelola penerimaan
dan pendapatan di daerah Kota Sibolga, termasuk untuk mengelola penerimaan pajak
dan retribusi daerah yang merupakan kewajiban para wajib pajak yang berada di
dalam daerah Kota Sibolga.
Namun pada tahun 2008, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun
2007 maka Dinas Pendapatan Daerah Kota Sibolga melakukan peleburan dengan
Bagian Pengelolaan Kekayaan dan Asset Daerah Pemerintah Kota Sibolga. Maka
sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Sibolga No. 11 Tahun 2008 tentang Dinas –
Dinas di Kota Sibolga, Dinas Pendapatan Daerah Kota Sibolga berganti nama
menjadi Dinas Pengelola Kekayaan dan Asset Daerah Kota Sibolga. Pembentukan
Dinas Pengelola Kekayaan dan Asset Daerah Kota Sibolga secara yuridis formal
dituangkan dalam Peraturan Daerah Kota Sibolga Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Pembentukan Organisasi Dinas – dinas Kota Sibolga. Pembentukan dimaksudkan
sebagai pelaksanaan Peraturana Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Pedoman
Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah, yang mengharuskan daerah untuk
melakukan perubahan struktur organisasi daerah sesuai dengan kondisi dan
2008 diberlakukan sejak tanggal 03 Mei 2008 dengan dilantiknya para Pejabat Eselon
II di lingkungan Pemko Sibolga oleh Walikota Sibolga.
B. Struktur Organisasi Dinas Pengelola Kekayaan dan Asset Daerah Kota Sibolga
Struktur organisasi merupakan penyedia lingkungan kerja yang tepat sesuai
dengan keahlian dan kecakapan karyawan masing-masing serta membatasi kegiatan
kerja dan wilayah kerja setiap karyawan.
Struktur organisasi adalah bagan yang menggambarkan sistematis mengenai
penetapan tugas – tugas, fungsi dan wewenang serta tanggung jawab masing –
masing dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Tujuan struktur tersebut
juga untuk membina keharmonisan kerja agar pekerjaan dapat dilaksanakan dengan
teratur dan baik untuk mencapai tujuan secara maksimal.
Adapun kegunaan dari struktur organisasi tersebut adalah :
a. Memudahkan pelaksanaan kerja
b. Mempermudah pengawasan oleh pimpinan
c. Membagi kegiatan kerja khusus pada tiap bagian
d. Mencegah adanya penumpukan kerja pada staff bagian saja
e. Mempermudah kerjasama dalam menyelesaikan suatu pekerjaan sesuai
Kantor Dinas Pengelola Kekayaan dan Asset Daerah dipimpin oleh seorang
Kepala Kantor yang secara operasional bertanggung jawab terhadap pemerintah
daerah.
Pada Skretariat Dinas Pengelola Kekayaan dan Asset Daerah Kota Sibolga
terdapat Sub Bagian yang dipimpin oleh Kepala Sub Bagian dalam jenjang jabatan
struktural eselon IV. A yaitu :
a. Sub bagian Umum dan Perlengkapan
b. Sub bagian Keuangan dan Kepegawaian dan
c. Sub bagian Perencanaan dan Pelaporan
Sementra itu, Kantor Dinas Pengelola Kekayaan dan asset Daerah Kota Sibolga
juga terdapat 4 (empat) bidang yang dipimpin oleh Kepala Bidang dalam jenjang
jabatan struktural eselon III.b. Tiap – tiap bidang terdiri dari 3 (tiga) Seksi yang
masing – masing dipimpin oleh Kepala Seksi yang termasuk dalam kategori jenjang
jabatan struktural eselon IV.a yaitu :
1. Bidang Pendapatan Terdapat 3 seksi :
a. Seksi Pendapatan, Pandaftaran dan Penetapan
b. Seksi Pajak Retribusi dan Pajak lain – lain
c. Seksi Evaluasi, Pelaporan dan Pengembangan Pendapatan
2. Bidang Penganggaran dan Kuasa BUD
a. Seksi Penganggaran dan Pembinaan
b. Seksi Verifikasi
3. Bidang Keuangan dan Akuntansi
a. Seksi Akuntansi Penerimaan Kas
b. Seksi Akuntansi Pengeluaran Kas dan Selain Kas
c. Seksi Pelaporan
4. Bidang Asset dan Investasi Daerah
a. Seksi Perencanaan Asset dan Investasi Daerah
b. Seksi Pemeliharaan dan Penghapusan
c. Seksi Pengendalian Inventaris Asset dan Investasi Daerah
Selanjutnya masing – masing Kepala Sub Bidang membawahi beberapa orang
staf/pelaksana, dan pada Dinas tersebut terdapat Kelompok Jabatan Fungsional dan
Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD).
Untuk melaksanakan fungsi dan layanan, Dinas Pengelola Kekayaan dann Asset
Daerah Kota Sibolga telah ditempatkan sebanyak 53 orang aparatur sebagai asset
intelektual. Jumlah ini terdiri dari 47 orang Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan 2 orang
Tenaga Harian Lepas (THL) petugas administrasi dan 4 orang petugas kebersihan
kantor.
C. Tugas dan Fungsi Dinas Pengelola Kekayaan dan Asset Daerah Kota Sibolga
Keuangan dan Asset Daerah. Sebagai unsur pelaksana daerah dibidang pendapatan,
pengelolaan keuangan dan asset daerah maka fungsinya sesuai pasal 83 ayat 2 adalah
:
1. Menyusun program kerja dan kegiatan Dinas Pengelola Keuangan dan
Asset Daerah
2. Menyusun dan mengelola anggaran belanja setiap pelaksanaan program/
kegiatan
3. Melaksanakan program kerja Dinas Pengelola Kekayaan dab Asset
Daerah
4. Membuat laporan pertanggungjawaban kepada Walikota tentang
pelaksanaan program/kegiaatan
5. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan dengan petunjuk
demi kelancaran pelaksanaan tugas
6. Pengadaan barang dan perlengkapan yang diperlukan dalam pelaksanaan
kegiatan
Disamping kewenangan tersebut diatas, Dinas Pengelola Kekayaan dan Asset Daerah
Kota Sibolga juga diberi kewenangan mengelola Stadion Horas.
Disamping tugas pokok dan fungsi diatas, Kepala Dinas Pengelola Keuangan
dan Asset Daerah Kota Sibolga juga berfungsi sabagai Satuan Kerja Pengelola
Keuangan Daerah (SKPKD). Menurut pasal 5 ayat (3) Permendagri No. 13 Tahun
2006, Kepala SKPKD merupakan pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD).
1. Kepala SKPKD selaku PPKD sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat
(3) mempunyai tugas :
a. menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan keuangan
daerah
b. menyusun rancangan APBD dan rancangan perubahan APBD
c. melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah
ditetapkan dengan Perturan Daerah
d. melaksanakan fungsi BUD
e. menyusun laporan keuangan daerah dalam rangka pertanggung
jawaban pelaksanaan APBD
2. PPKD dalam melaksanakan fungsinya selaku BUD berwenang :
a. menyusun kebijakan dan pedoman pelaksanaan APBD
b. mengesahkan DPA – SKPD/DPPA – SKPD
c. melakukan pengendalian pelaksanaan APBD
d. memberikan petunjuk teknis pelaksanaan sistem penerimaan dan
pengeluaran kas daerah
e. melaksanakan pemungutan pajak daerah
f. menetapkan SPD
g. menyiapkan pelaksanaan pinjaman dan pemberian pinjaman atas
j. Melaksanakan kebijakan dan pedoman pengelolaa serta
penghapusan barang milik daerah
Berdasarkan tugas dan fungsi dari Dinas Pengelola Kekayaan dan Aset
Daerah Kota Sibolga, Dinas Pengelola Kekayaan dan Aset Daerah Kota Sibolga
memiliki visi dan misi sebagai panutan dalam melaksanakan tugas melaksanakan
pengelolaan terhadap keuangan daerah. Penetapan visi merupakan suatu langkah
penting perjalanan suatu organisasi. Visi diperlukan pada saat organisasi berkarya
dalam kehidupan organisasi selanjutnya. Visi merupakan suatu pedoman dan
pendorong bagi organisasi untuk mencapai tujuannya.
Dalam rangka penyelenggaraan tugas dan kewenangan dibidang Pendapatan,
Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah agar lebih terarah dan terfokus kepada hasil
yang akan dicapai, sesuai dengan tupoksi Dinas Pengelola Kekayaan dan Asset
Daerah bertugas dalam penyelenggaraan Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan
Asset Daerah. Berdasarkan hal tersebut maka Visi Dinas Pengelola Kekayaan dan
Asset Daerah adalah ” Terkelolanya Keuangan Daerah dengan Tertib, Efisien,
Efektif, Transparan, Akuntabel dan Auditabel.”
Berdasarkan Visi yang telah diuraikan diatas dan sebagaimana pedoman
dalam pelaksanaan tugas sesuai rencana dan tujuan yang akan dicapai, maka yang
menjasi Misi Dinas Pengelola Kekayaan dan Asset Daerah Kota Sibolga adalah :
a. Menyediakan sarana dan prasarana yang cukup dan tepat dalam pengelolaan
1. Gedung kantor yang baik dan dapat menampung pegawai dengan
segala aktivitasnya
2. Mengadakan meubeleur dan perlengkapan kantor seperti komputer dan
lain – lain yang cukup
3. Menggunakan aplikasi teknologi komputer dalam pengelolaan
keuangan dan asset daerah
4. Mengadakan sarana mobilitas pegawai yang cukup
5. Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan keuangan daerah
b. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia pengelola keuangan dan asset
daerah, terutama dibidang akuntansi keuangan negara/daerah serta
pengelolaan barang/asset daerah
c. Mengadakan dan meningkatkan koordinasi pengelolaan keuangan daerah dan
asset daerah
d. Melaksanakan pengelolaan keuangan daerah secara profesional sesuai dengan
tuntutan paket 3 Undang – Undang Keuangan Negara 2003 – 2004 dan
turunannya
e. Menginventariskan semua asset daerah dan melengkapi bukti kepemilikannya
sesuai dengan peraturan perundang – undangan
f. Menepati jadwal waktu yang ditentukan dalam pengelolaan keuangan dan
D. GAMBARAN UMUM PEGAWAI DINAS PENGELOLA KEKAYAAN DAN ASSET DAERAH KOTA SIBOLGA TAHUN 2010
NO JABATAN JUMLAH
1 Kadis 1 orang
2 Sekretaris 1 orang
3 Kasubbag Umum dan Perlengkapan 1 orang
4 Kasubbag Keuangan dan Kepegawaian 1 orang
5 Kasubbag Perencanaan dan Pelaporan 1 orang
6 Kabid Pendapatan 1 orang
7 Kabid Pengenggaran dan Kuasa BUD 1 orang
8 Kabid Keuangan dan Akuntansi 1 orang
9 Kabid Asset dan Investasi Daerah 1 orang
10 Seksi Pendapatan, Pendaftaran, dan Penetapan 1 orang
11 Seksi Pajak Retribusi dan Pajak Lain – lain 1 orang
[image:27.612.115.531.200.686.2]Pendapatan
13 Seksi Pengenggaran dan Pembinaan 1 orang
14 Seksi Verifikasi 1 orang
15 Seksi Perbendaharaan 1 orang
16 Seksi Akuntansi Penerimaan Kas 1 orang
17 Seksi Akuntansi Pengeluaran Kas dan selain Kas 1 orang
18 Seksi Pelaporan 1 orang
19 Seksi Perencanaan Asset dan Investasi Daerah 1 orang
20 Seksi Pemeliharaan dan Penghapusan 1 orang
21 Seksi Pengendalian Inventaris Asset dan Investasi
Daerah
1 orang
Keterangan :
1. Golongan III/a : 2 Orang
2. Golongan III/b : 4 Orang
3. Golongan III/c : 5 Orang
4. Golongan III/d : 8 Orang
BAB III
GAMBARAN DATA PAJAK HIBURAN A. Ketentuan Pajak Hiburan
Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 23A yang berbunyi “Pajak
dan Pungutan Lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan
undang-undang” sehingga yang berefek pada penetapan pembayaran pajak sebagai
salah satu perwujudan kewajiban kenegaraan, ditegaskan bahwa penempatan Wajib
Pajak harus ditetapkan dengan Undang-undang maka ketentuan tentang Pajak
Hiburan digunakan penulis untuk menggambarkan Pajak Hiburan adalah sebagai
berikut:
1. Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Pajak Hiburan adalah salah satu dari Pajak Daerah yang dikelola oleh
kabupaten/kota. Menurut undang-undang ini, pengertian Pajak Daerah adalah iuran
wajib yang diberikan oleh wajib pajak orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa
mendapat imbalan langsung dari Pemerintah Daerah yang dapat dipaksakan
berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku dan digunakan untuk
membiayai penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan daerah. Berdasarkan
Undang-undang ini tarif Pajak hiburan paling tinggi sebesar 35% (Tiga Puluh Lima
Persen), untuk pengaturannya ditetapkan dalam Peraturan Daerah yang dibuat oleh
2. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 Tentang Pajak Daerah Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang objek, subjek dan dasar
pengenaan Pajak Hiburan. Walaupun ditetapkan batasan tarif pajak yang paling
tinggi, terdapat pengaturan yang berbeda tentang penetapan tarif pajak oleh
Pemerintah Daerah antara Pajak Provinsi dengan Pajak Kabupaten/Kota. Saat ini
penetapan tarif Pajak Provinsi diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun
2001 tentang Pajak Daerah, yang menetapkan tarif pajak tertentu yang berlaku sama
untuk semua provinsi. Sementara itu, Pajak Kabupaten/Kota Peraturan Pemerintah
Nomor 65 Tahun 2001 menetapkan tarif pajak paling tinggi, yang ditetapkan dengan
Peraturan Daerah.
Tarif Pajak Provinsi ditetapkan seragam di seluruh Indonesia dan diatur
dengan Peraturan Pemerintah. Penetapan tarif yang seragam untuk jenis-jenis pajak
netral terhadap wajib pajak sehingga dapat dihindarkan praktik pemanfaatan tarif
pajak yang lebih rendah pada daerah tertentu. Penerapan tarif pajak paling tinggi
tersebut bertujuan memberikan perlindungan kepada masyarakat dari penetapan tarif
yang terlalu membebani sedangkan tarif paling rendah tidak ditetapkan untuk
memberikan peluang kepada Pemerintah Daerah untuk mengatur sendiri besarnya
tarif pajak yang sesuai dengan kondisi masyarakat di daerahnya, termasuk
membebaskan pajak bagi masyarakat yang tidak mampu. Disamping itu, dalam
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan Pajak Hiburan adalah
pajak atas penyelenggaraan hiburan.
Hiburan adalah semua jenis pertunjukan, permainan, ketangkasan, dan atau keramaian dengan nama dan bentuk apapun, yang ditonton atau dinikmati oleh setiap
orang dengan dipungut bayaran, tidak termasuk fasilitas untuk berolahraga.
Penyelenggaraan hiburan ini adalah objek pajak yang menjadi tanggungan bagi
penyelenggara yang terdiri dari orang pribadi atau badan hukum yang bertindak atas
nama sendiri atau atas nama pihak lain.
Penonton atau pengunjung adalah setiap orang yang menghadiri suatu hiburan untuk melihat dan menikmati atau menggunakan fasilitas yang disediakan
oleh penyelenggara hiburan.
Tanda Masuk adalah sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menonton,
menggunakan atau menikmati hiburan.
Harga Tanda masuk (HTM) adalah harga atau nilai nominal yang digunakan untuk menikmati/menggunakan fasilitas hiburan.
Masa Pajak Hiburan adalah jangka waktu yang lamanya sama dengan satu bulan takwim. Pajak hiburan dalam masa pajak terjadi atau timbul pada saat kegiatan
B. Objek dan Subjek Pajak Hiburan a. Objek Pajak Hiburan
Yang menjadi objek Pajak Hiburan adalah segala bentuk penyelenggaraan
hiburan yang dipungut bayaran. Yang menjadi objek pajak hiburan antara lain :
tontonan film, kesenian, pagelaran musik dan tari, diskotik, karaoke, klab malam,
permainan billiar, permainan ketangkasan, panti pijat, mandi uap, dan pertandingan
olahraga.
b. Bukan Objek Pajak Hiburan
Pada Pajak Hiburan, tidak semua penyelenggaraan hiburan dikenakan pajak.
Ada beberapa pengecualian yang tidak termasuk objek pajak, yaitu penyelenggaraan
hiburan yang tidak dipungut bayaran, seperti hiburan yang diselenggarakan dalam
rangka pernikahan, upacara adat dan keagamaan.
1. Subjek Pajak dan Wajib Pajak Hiburan
Subjek Pajak Hiburan adalah orang pribadi atau badan yang menonton dan
atau menikmati hiburan.
Wajib Pajak Hiburan adalah orang pribadi atau badan yang
menyelenggarakan hiburan.
Dari penjelasan diatas jelas sekali perbedaan antara Subjek Pajak Hiburan
dengan Wajib Pajak Hiburan, dapat kita simpulkan bahwa dalam kenyataannya yang
C. Dasar Pengenaan, Tarif dan Cara Penghitungan Pajak Hiburan a. Dasar Pengenaan Pajak Hiburan
Dasar Pengenaan Pajak Hiburan adalah jumlah pembayaran atau jumlah yang seharusnya dibayar untuk menonton atau menikmati hiburan sebagaimana
ditetapkan dalam Harga Tiket Masuk (HTM).
b. Tarif Pajak Hiburan
Tarif pajak hiburan yang telah ditetapkan oleh peraturan daerah dikenakan
paling tinggi sebesar 35% (tiga puluh lina persen). Tarif pajak hiburan di tiap
kabupaten/kota tentu berbeda-beda, hal ini harus disesuaikan dengan keadaan
daerahnya, asalkan tidak melebihi tarif pajak yang telah ditetapkan yaitu 35%
Tarif pajak dapat digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu : a. Tarif tunggal, terdiri dari :
1. Tarif pajak tetap adalah jumlah atau angkanya tetap tidak bergantung
besarnya dasar pengenaan pajak.
2. Tarif proporsional adalah tarif tarif pajak yang besar persentasenya tetap dan
tidak bergantung pada besarnya dasar pengenaan pajak.
b. Tarif tidak Tunggal, terdiri dari :
1. Tarif progresif adalah tarif pajak yang persentasenya meningkat sesuai
besarnya atau meningkatnya dasar pengenaan pajak.
2. Tarif degresif adalah tarif pajak yang persentasenya menurun sesuai dengan
Tarif yang diterapkan untuk setiap jenis Pajak Hiburan adalah sebagai berikut
:
1. Pertunjukan Film di Bioskop
Berikut ini Tabel Klasemen Bioskop dan Besar Pajaknya Klasemen Bioskop Besar Pajak
AII UTAMA 30% Dari HTM
AII 28% Dari HTM
AI 26% Dari HTM
BII 24% Dari HTM
BI 20% Dari HTM
C 17% Dari HTM
D 13% Dari HTM
KELILING 10% Dari HTM
2. Ketentuan Klasemen dan besarnya Harga Tanda Masuk untuk masing-masing
bioskop di Kota Sibolga akan ditetapkan lebih lanjut dengan Surat Keputusan
Kepala Daerah.
3. Tata cara pengadaan/perforasi tanda masuk/karcis tontonan dan pembayaran
4. Pertunjukan kesenian, antara lain adalah kesenian tradisional, pertunjukan
sirkus,pameran seni,dengan ketentuan lain :
a. Diruangan memakai AC dipungut pajak dengan tarif 15% dari HTM
b. Diruangan tidak memakai AC dipungut pajak dengan tarif 10% dari HTM
5. Untuk pameran busana, kontes kecantikan, pertunjukan/pagelaran musik dan
tari :
a. Diruangan memakai AC dipungut pajak dengan tarif 25% dari HTM
b. Diruangan tidak memakai AC dipungut pajak dengan tarif 20% dari HTM
6. Untuk diskotik, bar, karaoke, klab malam dan sejenisnya ditetapkan tarif
sebesar 30% dari HTM diluar harga makanan dan minuman yang telah
dikenakan Pajak Hotel atau Pajak Restoran.
7. Untuk diskotik, disko, bar, klub malam yang tidak menggunakan tanda masuk
atau tidak membayar untuk menonton atau menikmati hiburan dipungut pajak
sebesar Rp. 2000,00 untuk setiap pengunjung di luar harga makanan dan
minuman yang telah dikenakan Pajak Hotel atau Restoran.
8. Permainan billyard :
1. Diruangan memakai AC dipungut pajak 20% dari HTM atau harga koin per
meja sekali permainan
2. Diruangan tidak memakai AC dipungut pajak 15% dari HTM atau harga koin
9. Permainan ketangkasan, taman hiburan keluarga, permainan anak-anak atau
video games, playstation, mini train, kuda pusing, speed boat, bom-bom car
dan sejenisnya dipungut pajak 20% dari pembayaran
10. Usaha panti pijat, mandi uap, dan sejenisnya dipungut pajak 20% dari HTm
perjam, salon kecantikan 20% dari pembayaran
11. Pertunjukan pertandingan olahraga antar klub dalam negeri dipungut pajak 15%
dari HTM, sedangkan pertandingan olahraga dengan dukungan antar bangsa di
pungut pajak 20% dari HTM
12. Taman rekreasi, kolam renang, kolam pancing, dan sejenisnya dipungut pajak
10% dari HTM
13. Hiburan yang tidak menggunakan tanda masuk dipungut pajak 20% dari jumlah
pembayaran
c. Perhitungan Pajak Hiburan
Besarnya pokok Pajak Hiburan yang terutang dihitung dengan cara
mengalikan Tarif Pajak dengan Dasar Pengenaan Pajak.Secara umum
penghitungan Pajak Hiburan menggunakan Rumus sebagai berikut :
Pajak Terutang : Tarif Pajak x Dasar Pengenaan Pajak
BAB IV
[image:37.612.116.502.260.391.2]ANALISA DAN EVALUASI A. Analisa Data
TABEL TARGET DAN REALISASI PENERIMAAN PAJAJK HIBURAN DALAM 4 TAHUN ANGGARAN.
No TAHUN TARGET REALISASI PERSEN %
1 2006 14.120.000 5.600.000 37,22%
2 2007 13.670.000 4.902.300 36,22% 3 2008 13.400.000 4.725.000 36,12% 4 2009 11.120.000 7.386.000 66,42% Sumber : Dinas Pengelolaan Kekayaan Dan Aset Kota Sibolga
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa :
1. Pada Tahun Anggaran 2006 total realisasi penerimaan dari pembayaran Pajak
hiburan sebesar Rp. 5.600.000,- berada di bawah rencana penerimaan dari
pembayaran Pajak Restoran sebesar Rp. 14.120.000,-
2. Pada Tahun Anggaran 2007 total realisasi penerimaan dari pembayaran Pajak
hiburan sebesar Rp. 13.670.000,- berada di bawah rencana penerimaan dari
pembayaran Pajak hiburan sebesar Rp. 4.902.300,-
3. Pada Anggaran Tahun 2008 total realisasi penerimaan dari pembayaran Pajak
hiburan sebesar Rp. 13.400.000,- berada di bawah rencana penerimaan dari
4. Pada Anggaran Tahun 2009 total realisasi penerimaan dari pembayaran ajak
Hiburan sebesar Rp. 7.386.000,- berada di bawah rencana penerimaan dari
pembayaran Pajak Restoran sebesar Rp.11.120.000 ,- pada akhir
Berdasarkan tabel di atas dapat kita lihat bahwa Pajak Restoran Kot Sibolga
untuk tahun 2006 sampai dengan 2009 target yang diharapkan melebihi target yang
ditetapkan . Dengan defisitnya penerimaan dari pembayaran Pajak hiburan, berarti
kinerja Dinas Pengelola Kekayaan dan Asset Daerah Kota Sibolga belom optimal
yang di sebabkan oleh banayak hambatan dan masalah
Berdasarkan defisitnya penerimaan tersebut, pembangunan di Kota Sibolga
tidak dapat mengandalkan penerimaan dari sektor pajak hiburan . Dalam hal ini Dinas
Pengelola Kekayaan dan Asset Daerah Kota Sibolga melakukan intensifikasi pajak
untuk lebih meningkatkan penerimaan dari pemungutan Pajak hiburan sehingga
keuangan daerah lebih banyak untuk pembangunan dan kesejahteraan pada daerah
tesebut.
B. Hambatan – Hambatan Dalam Pelaksanaan Pemungutan Pajak Hiburan
1. Masih kurangnya hiburan yang ada di kota Sibolga
3. Rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat mengenai pajak sehingga
mempengaruhi kemampuan dalam membayar pajak.
4. Wajib Pajak belum sepenuhnya melaporkan dan membayar pajak sesuai
dengan yang dikutip dari subjek pajak.
5. Tidak adanya Hiburan yang Optimal,produktif di kota Sibolga.
C. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak
Meskipun Pajak hiburan dapat tidak memberikan kontribusi yang baik bagi
pendapatan daerah, karena adanya masalah-masalah yang timbul. Sedikit atau banyak
masalah yang dihadapi harus tetap diperhatikan. Untuk diketahui sejauh mana
masalah-masalah tersebut berpengaruh atau berdampak bagi kelangsungan
pemungutan Pajak hiburan tersebut.
Berdasarkan pengumpulan data-data yang ada, termasuk diadakannya metode
wawancara, ditemukan masalah-masalah yang muncul dalam pelaksanaan
pemungutan Pajak hiburan. Adapun masalah-masalah tersebut antara lain Kurangnya
hiburan di kota Sibolga,Hiburan yang ada di kota Sibolga hanya pergelaran musik
dan tari.Penerimaan pajak dari sektor ini hanya beberapa kali saja,itu pun bila adanya
hiburan musik ( mengundang artis ).jika tidak adanya hiburan pergelaran
D. Upaya – Upaya yang dilakukan dalam peningkatan penerimaan Pajak Restoran
Upaya mengatasi masalah yang dihadapi dalam Pajak hiburan tersebut, tentu
ada langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mengantisipasinya. Dengan
menentukan langkah-langkah untuk mengantisipasinya dapat mengurangi atau
memperbaiki masalah-masalah yang terjadi agar tidak terulang lagi untuk kesekian
kalinya Karen bisa merugikan bagi sektor Pajak Hiburan tersebut. Langkah-langkah
yang diambil tersebut dapat diwujudkan dalam melakukan upaya-upaya peningkatan
Pajak Hiburan tersebut. Adapun upaya - upaya peningkatan yang harus dilakukan
adalah sebagai berikut : Dengan mengoptimalkan hiburan pergeralan musik dan tari
,sebab sudah jelas hanya itu yang harus di optimalkan untuk mengharapkan
bioskop,diskotik,clab malam itu sudah tidak mungkin lagi,sebab di butuhkannya
pembangunan,kesimpulan pemerintah hanya memfokuskan pada Pajak Hiburan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian permasalahan yang dikemukakan penulis dari hasil
Praktik Kerja lapangan Mandiri di Dinas Pendapatan Kota Sibolga dan dari studi
pustaka yang dilakukan penulis, penulis menyimpulkan :
1. Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh Orang Pribadi atau
badan tanpa mendapatkan imbalan langsung dan dapat dipaksakan yang
dilaksanakan berdasarkan Undang-undang yang berlaku dan digunakan
untuk penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah.
2. Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan atau pungutan
daerah atas penyelenggaraan hiburan.
3. Tarif pajak hiburan ditetapkan oleh Pemerintahan Daerah berdasarkan
kondisi daerahnya sehingga tarif untuk setiap daerah tidak selalu sama.
4. Pajak Hiburan di Kota Sibolga hanya di fokuskan kepada pajak
B.SARAN
1. Instansi Pajak dalam hal ini Dinas Pengelolaan Kekayaan Aset Daerah
Kota Sibolga harus dapat menciptakan iklim perpajakan yang baik
terhadap lingkungan sendiri maupun untuk masyarakat agar wajib pajak
tahu mereka membayar pajak berarti mereka turut serta membiayai
pembangunan yang ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat.
2. Dinas Pengelolaan Kekayaan Aset Daerah Kota Sibolga harus mengelola
Pajak Daerah sesuai dengan Undang-undang Perpajakan yang berlaku
dengan baik dan benar serta selalu menjaga sifat yang jujur, sopan, dan
tegas dalam melakukan pelayanan kepada Wajib Pajak.
3. Dinas Dinas Pengelolaan Kekayaan Aset Daerah Kota Sibolga perlu
mensosialisasikan Peraturan Perpajakan pemerintah Kota Sibolga agar
lebih bisa dipahami dan dilaksanakan oleh Wajib Pajak.
4. Dinas Dinas Pengelolaan Kekayaan Aset Daerah Kota Sibolga perlu
mengoptimalkan pajak hiburan,tidak hanya mengandalkan hiburan
DAFTAR PUSTAKA
Markus, Muda, 2005, Perpajakan Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Prakosa, Kesit Bambang, 2003, Pajak dan Retribusi Daerah, UII Press, Yogyakarta
Siahaan, P, Marihot, 2004, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta
UNDANG-UNDANG
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000, Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, Tentang Pemerintahan Daerah
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004, Tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009. Tentang pajak daerah
PERATURAN PEMERINTAH
Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001, Tentang Pajak Daerah
.
PERATURAN DAERAH
Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 12 Tahun 2003, Tentang Pajak Daerah Kota