ANALISIS TATANIAGA IKAN ASIN DI KELURAHAN BELAWAN
BAHARI, KECAMATAN MEDAN BELAWAN, KOTAMADYA
MEDAN
SKRIPSI
OLEH
AGNES ARTHA SARI TOGATOROP 050304033
SEP-AGRIBISNIS
DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
JUDU : ANALISIS TATANIAGA IKAN ASIN DI KELURAHAN BELAWAN BAHARI, KECAMATAN MEDAN BELAWAN, KOTAMADYA MEDAN
NAMA : AGNES ARTHA SARI TOGATOROP
NIM : 050304033
DEPARTEMEN : SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
Disetujui oleh :
Komisi Pembimbing
Ketua, Anggota,
Ir. Luhut Sihombing, MP DR. Ir. Salmiah , Ms
NIP . 132 005 055 NIP . 131 639
813
DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
RINGKASAN
Agnes Artha Sari Togatorop (050304033) dengan judul skrispsi ”Analisis tataniaga ikan asin
dikelurahan belawan bahari, kecamatan medan belawan kotamadya medan”. Penelitian ini
dilakukan pada bulan mei 2009 dan dibimbing oleh bapak Ir.Luhut Sihombing, MP sebagai ketua
komisi pembimbing dan ibu Dr.Ir.Salmiah, MS sebagai anggota komisi pembimbing.
Penelitian ini bertujuan untuk Untuk mengetahui proses pengolahan ikan asin di daerah
penelitian, untuk mengetahui biaya yang dikeluarkan untuk proses pengolahan ikan asin, untuk
mengetahui saluran tataniaga (channel of marketing) ikan asin, untuk mengetahui fungsi-fungsi
tataniaga yang dilakukan oleh masing-masing lembaga tataniaga ikan asin , untuk mengetahui
share margin masing-masing lembaga tataniaga ikan asin, untuk menganalisis tingkat efisiensi
tataniaga ikan asin di daerah penelitian.
Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive sampling yaitu di kecamatan kelurahan
belawan bahari, kecamatan medan belawan. Metode penentuan sample untuk sample
produsen adalah metode simple random sampling dengan jumlah produsen sebanyak 36 sampel
sedangkan untuk pedagang perantara adalah metode insidental dengan jumlah pedagang
Hasil penelitian menunjukan terdapat 2 (dua) jenis pengolahan ikan asin yang terdapat di daerah
penelitian yaitu pengolahan ikan asin yang dibelah dan pengolahan ikan asin yang bulat (tidak
dibelah), biaya produksi yang dikeluarkan oleh produsen yang sangat besar yaitu terdapat pada
pengolahan ikan asin yang dibelah bila dibandingkan pengolahan ikan asin yang bulat (tidak
dibelah), terdapat 2 jenis saluran tataniaga ikan asin yang terdapat di daerah penelitian , Setiap
lembaga tataniaga melaksanakan 8 fungsi tataniaga dalam melakukan tataniaga ikan asin antara
lain fungsi pembelian, penjualan, transportasi, penyimpanan, pengepakan, marketing loss,
pembiayaan dan informasi pasar dimana setiap lembaga yang dilakukan mengeluarkan biaya
tataniaga, Profit margin tertinggi terdapat pada saluran tataniaga II Rp 2.526 /kg (15,56%)
sedangkan margin pemasaran terendah diperoleh dari saluran tataniaga I sebesar Rp 3.175,5/ kg
(18,23%), saluran tataniaga yang paling efisien adalah tataniaga ikan asin melalui saluran I
karena pada saluran ini terjadi biaya pemasaran lebih kecil, dan merupakan saluran terpendek
diantara kedua saluran tataniaga yang ada. Hal ini dikarenakan konsumen membeli hanya
RIWAYAT HIDUP
Agnes Artha Sari Togatorop, lahir tanggal 23 agustus 1987 di Dili, Timor Lorosae, sebagai anak
kedua dari tida bersaudara dari bapak DRS. M.Togatorop, BcKH dan ibu Barita L.F. Siagian.
Pendidikan formal yag pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:
1. Tahun 1993 masuk sekolah dasar di SD negeri 07 Dili tamat tahun 1999.
2. Tahun 1999 masuk sekolah lanjutan Tingkat pertama di SLTPK St. Theresia Kupang tamat
tahun 2002.
3. Tahun 2002 masuk sekolah menengah umum di SMUK Budi Murni Medan tamat tahun
2005
4. Tahun 2005 diterima di Departemen Sosial ekonomi pertanian fakultas pertanian
universitas sumatera utara.
5. Bulan Juni 2009 melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di desa Sarintonu,
kecamatan Tigalingga, kabupaten Dairi.
6. Bulan mei 2009 melaksanakan penelitian skripsi di kelurahan Belawan Bahari,
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang maha esa atas berkat kasih dan karunia
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Adapun judul skripsi ini adalah “Analisis Tataniaga Ikan Asin dikelurahan Belawan Bahari
kecamatan Medan Belawan kotamadya Medan”. Tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di fakultas pertanian universitas sumatera
utara, medan.
Terwujudnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis
denan hati ikhlas menyampaikan rasa terimakasih yang sebesarnya kepada:
1. Bapak Ir. Luhut sihombing, Mp sebagai ketua komisi pembimbing dan sebagai ketua
departemen social ekonomi pertanian.
2. Ibu Dr.Ir.Salmiah , MS sebagai anggota komisi pembimbing dan sebagai sekretaris
departemen social ekonomi pertanian.
3. Seluruh staf pengajar dan pegawai departemen social ekonomi pertanian.
4. Dengan rasa hormat dan kasih sayang kepada orangtua saya, bapak DRS.M.Togatorop,
simatupang. Terima kasih atas doa, bantuan, semangat dan kasih sayang yang
mendalam sehingga penulisan ini dapat berhasil sesuai dengan yang diharapkan.
5. Buat sahabat-sahabat saya varej girl (vina, kepang, leha n ria). Terima kasih telah
menjadi sahabat saya hampir 7 tahun dan terimakasih kalian ada dalam suka dan duka
ku.
6. Buat badak Q, Hebert Mario Sinaga yang selalu memberi support, doa dan selalu sabar
dalam menasehati ku..SHMILY…
7. Buat teman-teman stambuk 2005 yang telah membantu dalam penulisan ini: ana, ega,
rosa, eva, ifenk, weny, ulima, hafiz, orcid, laura, ricky, bg pollen, k ria (2001) dan the
soulmate gank (ira, etha, k vi2, egi, henry, tomy, Wilson, bg opa. Bg jo, binsar…)
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dengan segala
kerendahan hati penulsi sangat terbuka serta mengharapkan kritik yang membangun dari
pembaca agar skripsi ini dapat lebih baik. Akhr kata, penulis berharap kiranya tulisan ini dapat
berguna untuk kita semua.
Medan, oktober 2009
DAFTAR ISI
RINGKASAN ... i
RIWAYAT HIDUP... ii
KATA PENGANTAR... iii
DAFTAR ISI... iv
DAFTAR TABEL... v
DAFTAR LAMPIRAN... vi
DAFTAR GAMBAR... vii
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1
1.2. Identifikasi Masalah... 4
1.3. Tujuan Penelitian... 5
1.4. Kegunaan Penelitian... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka... 7
2.2. Landasan Teori... 11
2.3. Kerangka Pemikiran... 13
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian... 16
3.2. Metode Penentuan Sample... 16
3.3. Metode Pengumpulan Data... 18
3.4. Metode Analisis Data... 19
3.5. Defenisi Dan Batasan Operasional... 20
3.5.1. Defenisi 3.5.2. Batasan Operasional IV. DEKRIPSI DAERAH PENELITIAN 4.1. Deskripsi Daerah Penelitian... 22
4.1.1. Luas Dan Letak Geografis Daerah Penelitian... 22
4.1.2. Keadaan Penduduk... 23
4.1.3. Social Ekonomi... 24
4.1.4. Pendidikan... 25
4.1.5. Sarana Dan Prasarana... 26
4.2. Karakteristik Sample... 27
4.2.1. Produsen Sample (Pengolah Ikan Asin... 27
4.2.2. Pedagang Sample... 28
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Proses Pengolahan Ikan Asin Di Daerah Penelitian
5.1.1. Proses Pengolahan Ikan Asin Yang Bulat Di Daerah Penelitian 5.1.2. Proses Pengolahan Ikan Asin Yang Dibelah Didaerah Penelitian 5.2. Biaya Produksi Pengolahan Ikan Asin Didaerah Penelitian
5.2.1. Biaya Produksi Pengolahan Ikan Asin Yang Dibelah Didaerah Penelitian 5.2.2. Biaya Produksi Pengolahan Ikan Asin Yang Bulat Didaerah Penelitian 5.3. Saluran Tataniaga (Chanel Of Marketing) Ikan Asin Diderah Penelitian 5.4. Fungsi-Fungsi Tataniaga Ikan Asin Di Daerah Penelitian.
5.6. Tingkat Efisiensi Tataniaga Ikan Asin Di Daerah Penelitian.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Potensi sumber daya manusia menurut kelompok umur tahun 2008 ... 33
Mata pencaharian pokok... 34
Potensi sumber daya manusia menurut kelompok pendidikan tahun... 35
Sarana dan prasarana dikelurahan belawan bahari tahun 2008... 36
Karakteristik produsen sampel... 37
Karakteristik pedagang besar ... 38
Karakteristik pedagang pengecer... ... 39
Biaya bahan baku dalam kegiatan pengolahan ikan asin yang dibelah... 47
Biaya bahan penunjang dalam kegiatan pengolahan ikan asin yang dibelah ... 48
Biaya tenaga kerja pengolahan ikan asin yang dibelah... ... 49
Biaya transportasi pengolahan ikan asin yang dibelah... 50
Total biaya produksi pengolahan ikan asin... 51
Biaya bahan baku dalam kegiatan pengolahan ikan asin yang bulat ... 52
Biaya tenaga kerja pengolahan ikan asin yang bulat ... 54
Biaya transportasi pengolahan ikan asin yang bulat ... 55
Total biaya produksi pengolahan ikan asin... 56
Fungsi-fungsi tataniaga yang terjadi pada saluran I... 62
Fungsi-fungsi tataniaga yang terjadi pada saluran II ... 64
Share margin dan price spread tataniaga ikan asin melalui saluran I ... 67
Share margin dan price spread tataniaga ikan asin melalui saluran I... 68
Rekapitulasi margin pemasaran, price spread dan share margin pada setiap saluran tataniaga... 70
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Karakteristik Produsen
2. Karakteristik Pedagang Besar
3. Karakteristik Pedagang Pengecer
4. Total Pembelian Bahan Baku Usaha Pengolahan Ikan Asin
5. Total Biaya Bahan Penunjang Usaha Pengolahan Ikan Asin per kg per hari
6. Total Tenaga Kerja (HKP) Dalam Usaha Pengolahan Ikan Asin Per kg per hari
7. Total Biaya Tenaga Kerja (Rp) Dalam Usaha Pengolahan Ikan Asin
8. Total Pembelian Bahan Baku Usaha Pengolahan Ikan Asin
9. Harga Jual dan Volume Penjualan Produsen
10.Fungsi-fungsi Tataniaga yang Dilakukan Oleh Produsen dan Lembaga Tataniaga Ikan Asin, Tahun
2009
11. Harga beli dan harga Jual Pedagang Besar
12. Harga beli dan harga Jual Pedagang pengecer
13. analisis biaya pemasaran pedagang besar
DAFTAR GAMBAR
Skema kerangka pemikiran... 23
Ikan asin yang dibelah... 41
Ikan asin yang bulat... 41
Skema saluran tataniaga ikan asin secara keseluruhan... 58
Skema saluran I pemasaran ikan asin... 58
RINGKASAN
Agnes Artha Sari Togatorop (050304033) dengan judul skrispsi ”Analisis tataniaga ikan asin
dikelurahan belawan bahari, kecamatan medan belawan kotamadya medan”. Penelitian ini
dilakukan pada bulan mei 2009 dan dibimbing oleh bapak Ir.Luhut Sihombing, MP sebagai ketua
komisi pembimbing dan ibu Dr.Ir.Salmiah, MS sebagai anggota komisi pembimbing.
Penelitian ini bertujuan untuk Untuk mengetahui proses pengolahan ikan asin di daerah
penelitian, untuk mengetahui biaya yang dikeluarkan untuk proses pengolahan ikan asin, untuk
mengetahui saluran tataniaga (channel of marketing) ikan asin, untuk mengetahui fungsi-fungsi
tataniaga yang dilakukan oleh masing-masing lembaga tataniaga ikan asin , untuk mengetahui
share margin masing-masing lembaga tataniaga ikan asin, untuk menganalisis tingkat efisiensi
tataniaga ikan asin di daerah penelitian.
Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive sampling yaitu di kecamatan kelurahan
belawan bahari, kecamatan medan belawan. Metode penentuan sample untuk sample
produsen adalah metode simple random sampling dengan jumlah produsen sebanyak 36 sampel
sedangkan untuk pedagang perantara adalah metode insidental dengan jumlah pedagang
Hasil penelitian menunjukan terdapat 2 (dua) jenis pengolahan ikan asin yang terdapat di daerah
penelitian yaitu pengolahan ikan asin yang dibelah dan pengolahan ikan asin yang bulat (tidak
dibelah), biaya produksi yang dikeluarkan oleh produsen yang sangat besar yaitu terdapat pada
pengolahan ikan asin yang dibelah bila dibandingkan pengolahan ikan asin yang bulat (tidak
dibelah), terdapat 2 jenis saluran tataniaga ikan asin yang terdapat di daerah penelitian , Setiap
lembaga tataniaga melaksanakan 8 fungsi tataniaga dalam melakukan tataniaga ikan asin antara
lain fungsi pembelian, penjualan, transportasi, penyimpanan, pengepakan, marketing loss,
pembiayaan dan informasi pasar dimana setiap lembaga yang dilakukan mengeluarkan biaya
tataniaga, Profit margin tertinggi terdapat pada saluran tataniaga II Rp 2.526 /kg (15,56%)
sedangkan margin pemasaran terendah diperoleh dari saluran tataniaga I sebesar Rp 3.175,5/ kg
(18,23%), saluran tataniaga yang paling efisien adalah tataniaga ikan asin melalui saluran I
karena pada saluran ini terjadi biaya pemasaran lebih kecil, dan merupakan saluran terpendek
diantara kedua saluran tataniaga yang ada. Hal ini dikarenakan konsumen membeli hanya
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Nusantara merupakan negara agraris, daerah pertanian. Namun demikian ternyata lautannya
lebih luas dari daratan. Luas lautan 2/3 dari luas Indonesia. Daratannya subur, didukung iklim
yang menguntungkan. Usaha tani dan budidaya ternak (perikanan) menjadi kebudayaaan
yang diturunkan dari generasi ke generasi. Rempah-rempah dan hasil perikanan yang
dihasikan mengantar daerah ini menjadi ajang perebutan Bangsa lain (Hernanto, 1988 : 3).
Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dunia dan kebutuhan akan bahan pangan dan
gizi yang lebih baik, permintaan ikan terus meningkat dari tahun ke tahun. Asia, selain
sebagai produsen ikan terbesar, diperkirakan juga menjadi konsumen terbesar dari hasil
perikanan dunia. Permintaan ikan yang meningkat tentunya memiliki makna positif bagi
pengembangan perikanan, terlebih bagi negara kepulauan seperti Indonesia yang memiliki
potensi perairan yang cukup luas dan potensi untuk pengembangan perikanan baik
penangkapan maupun akultur (Widodo dan Suadi, 2006 : 1).
Ikan merupakan salah satu sumber zat gizi penting bagi proses kelangsungan hidup manusia.
Manusia telah memanfaatkan ikan sebagai bahan pangan sejak beberapa abad yang lalu.
Sebagai bahan pangan, ikan mengandung gizi utama berupa protein, lemak, vitamin dan
manusia. kandungan protein ikan relatif besar yaitu 15-25 % / 100 g daging ikan. Selain itu,
protein ikan terdiri dari asam-asam amino yang hampir semuanya diperlukan oleh tubuh
manusia (Junianto,2003:1).
Ikan merupakan sumber protein yang cepat mengalami proses pembusukan, oleh sebab itu
pengawetan ikan perlu diketahui semua lapisan masyarakat. Untuk mendapatkan hasil awetan
yang bermutu tinggi diperlukan perlakukan yang baik selama proses pengawetan seperti :
menjaga kebersihan bahan dan alat yang digunakan, menggunakan ikan yang masih segar,
serta garam yang bersih. Pengawetan ikan dengan cara penggaraman sebenarnya terdiri dari
dua proses yaitu proses penggaraman dan proses pengeringan. Adapun tujuan utama dari
penggaraman sama dengan tujuan proses pengawetan atau pengolahan lainnya, yaitu untuk
memperpanjang daya tahan dan daya simpan ikan. Ikan yang mengalami proses penggaraman
menjadi awet karena garam dapat menghambat atau membunuh bakteri penyebab
pembusukan pada ikan (Afrianto dan Liviawaty, 1989 : 50).
Proses penggaraman ikan dapat dilakukan dengan empat cara yaitu :
a. Penggaraman kering (Dry Salting)
Penggaraman kering dapat digunakan baik untuk ikan yang berukuran besar maupun
kecil. Penggaraman ini menggunakan garam berbentuk Kristal. Ikan yang akan diolah
ditaburi garam lalu disusun secara belapis-lapis. Setiap lapisan ikan diselingi lapisan
sehingga Kristal garam berubah menjadi larutan garam yang dapat merendam seluruh
lapisan ikan.
b. Penggaraman Basah (Wet Salting)
Proses penggaraman dengan sistem ini menggunakan larutan garam sebagai media
untuk merendam ikan. Larutan garam akan mengisap cairan tubuh ikan (sehingga
konsentrasi menurun) dan ion-ion garam akan segera masuk ke dalam tubuh ikan.
c. Kench salting
Penggaraman ikan dengan cara ini hampir serupa dengan penggaraman kering.
Bedanya metode ini tidak menggunakan bak kedap air. Ikan hanya menumpuk dengan
menggunakan keranjang. Untuk mencegah supaya ikan tidak dikerumuni oleh lalat,
hendaknya seluruh permukaan ikan ditutup dengan lapisan garam.
d. Penggaraman diikuti proses perebusan
Ikan pindang merupakan salah satu contoh ikan yang mengalami proses penggaraman
yang diikuti dengan perebusan. Dalam hal ini, proses pembusukan ikan dicegah
dengan cara merebus dalam larutan garam jenuh
(Afrianto dan Liviawaty,1989:54).
Tataniaga merupakan pemasaran atau distribusi, yaitu kegiatan ekonomi yang berfungsi
sebagai konsekuensi logis dari pelaksaan fungsi-fungsi tataniaga. Komponen biaya tataniaga
terdiri dari semua jenis pengeluaran yang dikeluarkan oleh setiap middleman/ lembaga
tataniaga atas jasa modalnya dan jasa tenaganya dalam menjalankan aktivitas pemasaran
tersebut. Biaya-biaya menurut fungsi tataniaga dan margin keuntungan dari tiap lembaga
maka disebut juga price spread. Bila angka-angka price spread dipersenkan terhadap harga
beli konsumen maka diperolah share margin. Biaya tataniaga yang tinggi akan membuat
sistem tataniaga kurang/ tidak efisensi (Uhl and Kohl,1980: 23)
Saluran tataniaga (channel of marketing) ikan asin akan melibatkan lembaga-lembaga
tataniaga dimana tiap-tiap lembaga berperan dalam penjualan ikan asin hingga ke konsumen
dan atas jasa lembaga-lembaga tataniaga dalam pemasaran ikan asin, mereka akan
mengambil profit atas jasa mereka. Ini berarti semakin banyak lembaga tataniaga yang
berperan dalam pemasaran ikan asin, sehingga sistem tataniaga ikan asin semakin tidak
efisien (Afrianto dan Liviawaty,1989: 63).
Pemasaran hasil perikanan mengadopsi pengertian pemasaran yang dijelaskan oleh swasta
(1981), dapat didefinisikan sebagai keseluruhan kegiatan usaha yang ditujukan untuk
merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa
dari perikanan agar dapat memuaskan kebutuhan pembeli yang ada maupun potensial.
Dengan demikian, pemasaran hasil perikanan laut dapat dipahami sebagai kegiatan ekonomi
yang membawa atau menyampaikan barang dari produsen, dalam hal ini nelayan, sampai ke
adalah win-win solution yaitu barang terbeli oleh konsumen, sedangkan perusahaan
memperoleh keuntungan dari produk-produk yang dihasilkan (Widodo dan Suadi, 2006:34).
Dalam banyak kenyataan, kelemahan dalam sistem perikanan di Negara-negara berkembang
termasuk Indonesia adalah kurang perhatiannya dalam bidang tataniaga. Fungsi-fungsi
tataniaga seperti pembelian, sorting (grading), penyimpanan, pengangkutan dan pengolahan
sering tidak berjalan sperti yang diharapkan, sehinga efisiensi tataniaga menjadi lemah.
Keterampilan untuk melaksanakan efisiensi tataniaga memang terbatas, sementara
keterampilan mempraktekkan unsur-unsur manajemen juga demikian. Belum lagi kalau dari
segi kurangnya penguasaan informasi pasar sehingga kesempatan ekonomi menjadi lebih
sulit (Soekartawi, 1988 : 2).
Berdasarkan survey ke lapangan di dapat bahwa pengolah ikan asin menjual hasil produksi
ikan asin langsung ke pedagang besar Medan dan pedagang pengecer di kecamatan Belawan.
Pedagang besar Medan menjual ikan asin yaitu di pasar sambu, sedangkan pedagang
pengecer belawan langsung ke konsumen akhir di daerah Belawan. Penjualan ikan asin
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan tersebut, maka berikut ini
akan diidentifikasikan beberapa permasalahan yang akan ditelit sebagai berikut:
1) Bagaimana proses pengolahan ikan asin yang dilakukan di kelurahan Belawan Bahari,
kecamatan Medan Belawan?
2) Berapa biaya produksi yang dikeluarkan untuk proses pengolahan ikan asin di kelurahan
Belawan Bahari, kecamatan Medan Belawan?
3) Bagaimana saluran tataniaga (channel of marketing) ikan asin di kelurahan Belawan
Bahari, kecamatan Medan Belawan?
4) Fungsi-fungsi tataniaga apa saja yang dilakukan oleh masing-masing lembaga tataniaga
ikan asin di kelurahan Belawan Bahari, kecamatan Medan Belawan?
5) Berapa share margin masing-masing lembaga tataniaga ikan asin di kelurahan Belawan
Bahari, kecamatan Medan Belawan?
6) Bagaimana tingkat efisiensi tataniaga ikan asin di kelurahan Belawan Bahari, kecamatan
1.3. Tujuan Penelitian:
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan tersebut, maka tujuan penelitian
dirumuskan sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui proses pengolahan ikan asin di kelurahan Belawan Bahari, kecamatan
Medan Belawan.
2) Untuk mengetahui biaya yang dikeluarkan untuk proses pengolahan ikan asin di
kelurahan Belawan Bahari, kecamatan Medan Belawan.
3) Untuk mengetahui saluran tataniaga (channel of marketing) ikan asin di kelurahan
Belawan Bahari, kecamatan Medan Belawan.
4) Untuk mengetahui Fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan oleh masing-masing lembaga
tataniaga ikan asin di kelurahan Belawan Bahari, kecamatan Medan Belawan.
5) Untuk mengetahui share margin masing-masing lembaga tataniaga ikan asin di
kelurahan Belawan Bahari, kecamatan Medan Belawan.
6) Untuk mengetahui tingkat efisiensi tataniaga ikan asin di kelurahan Belawan Bahari,
1.4. Kegunaan Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitan yang telah diuraikan tersebut, maka kegunaan penelitian
dirumuskan sebagai berikut:
1) Sebagai bahan masukan bagi pihak yang berkaitan dengan ikan asin serta
persoalan-persoalan yang dihadapi dalam tataniaga ikan asin dan usaha-usaha memecahkannya.
2) Sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan kepada orang-orang yang
melakukan usaha penjualan ikan asin.
II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI
DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1.Tinjauan Pustaka
2.1.1. Tinjauan ikhtiologi
Ikan merupakan salah satu sumberdaya yang penting, nilai-nilai kepentingan yang lain dari
ikan antara lain dapat memberikan manfaat untuk rekreasi, nilai ekonomi atau bernilai
komersial, dan ilmu pengetahuan untuk masyarakat. Ikhtiologi atau “Ichthyology“
merupakan salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari ikan secara ilmiah dengan
penekanan pada taksonomi dan aspek-aspek lainnya. Kata ikhtiologi berasal dari pengertian
ichtio = ikan dan logos = ilmu, jadi di dalam ikhtiologi ini dicakup beberapa aspek baik
mengenai aspek biologi maupun ekologi ikan. Dalam mempelajari ihktiologi ini tidak
terlepas dari ilmu-ilmu yang lain karena saling berkaitan.
(http://e-course.usu.ac.id/content/biologi/ikhtiologi/textbook).
Dari survey yang telah dilakukan di daerah penelitian yaitu di Kelurahan Belawan Bahari,
Kecamatan Medan Belawan, Kotamadya Medan, jenis-jenis ikan yang sering diolah menjadi
ikan asin adalah ikan gulama, ikan caru, dan ikan kresek.
1) Ikan Gulama
Ikan gulama sering dikatakan ikan kepala batu. Ikan kepala batu terdiri dari beberapa jenis,
yang sering dikenal masyarakat kita adalah gulama sisik, gulama bongkol, gulama batu,
spesies otolithoides, sp. Ciri-ciri memiliki tubuh yang memanjang dan jika ditekan terasa
lunak. Hal inilah yang cocok dijadikan ikan asin. Pada beberapa spesies ada terdapat rongga
dikepala, matanya berukuran keil sampai berukuran sedang. Hidung dari ikan gulama
umumnya agak tumpul, mulut berada diujung dan rahang terletak agak kebawah. Pada
beberapa spesies lainnya ada yang lebih rendah
2) Ikan Caru
Ikan caru lebih dikenal dengan nama ikan Kuwe (Caranx Sexfasciatus) atau yang lebih
dikenal dengan nama blue fin treavllyu, termasuk ikan dasar dari golongan predator.
Sejatinya si Kuwe adalah ikan perairan berkarang dangkal dan berbatasan dengan laut
terbuka.Habitat ikan kuwe kecil lebih senang berada di dekat karang.. Tubuh kuwe berbentuk
oval dan pipih. Warna tubuhnya bervariasi, yaitu biru bagian atas dan perak hingga
keputih-putihan di bagian bawah. Tubuh ditutupi sisik halus berbentuk cycloid. Kuwe dapat berenang
cepat dan memiliki laju pertumbuban yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis ikan laut
lainnya. Ikan ini bersifat karnivora. Adapun pakan utamanya, yaitu ikan dan crustasea
berukuran kecil. Ikan ini juga efisien memanfaatkan pakan serta mampu hidup dalam kondisi
yang cukup padat.
3) Ikan kresek
Ikan ini mempunyai kepala agak besar dan agak gepeng mirip kepala ular. Tubuh bulat
memanjang,dan kecil.
atas tubuh dari kepala hingga ke ekor berwarna gelap, hitam kecoklatan atau kehijauan. Sisi
bercoret-coret) yang agak kabur. Warna ini seringkali menyerupai lingkungan sekitarnya.
Mulut besar, dengan gigi-gigi besar dan tajam. Penggaraman yang biasa digunakan ikan ini
adalah penggaraman kering
Berdasarkan survey dilapangan dapat diketahui bahwa penggaraman yang biasa digunakan
ikan gulama adalah penggaraman basah dan kering. Pada penggaraman basah digunakan ikan
gulama belah sedangkan penggaraman kering digunakan ikan gulama bulat. ikan caru
menggunakan penggaraman kering dan ikan kresek menggunakan penggaraman basah. Ikan
berbentuk bulat (tidak dibelah) tidak sering dilakukan karena pengolahan masih
menggunakan bahan penunjang seperti tawas yang sulit didapatkan dipasaran serta proses
pengeringannya membutuhkan waktu 2-3 hari.
2.1.2. Tinjauan Ekonomi
Prospek pemasaran ikan asin cukup menggembirakan, baik didalam maupun diluar negeri.
Saat ini arab Saudi dan belanda telah berusaha mengimpor ikan asin dari Indonesia. Namun
kesempatan ini belum dapat dipenuhi seluruhnya, karena produksi ikan asin di negara kita
masih rendah. Permintaan Arab Saudi akan ikan asin sebesar 4.200 ton/ tahun telah berhasil
dipenuhi, tetapi permintaan Belanda belum dipenuhi. Oleh karena itu kita perlu
meningkatkan kuantitas dan kualitas produk penggaraman
Permintaan ikan yang meningkat tentunya memiliki makna positif bagi pengembangan
perikanan, terlebih bagi Negara kepulauan seperti Indonesia yang memiliki potensi perairan
yang cukup luas dan potensial untuk pengembangan perikanan baik penangkapan maupun
akultur. Namun demikian, tuntutan pemenuhan kebutuhan akan sumberdaya tersebut akan
diikuti oleh tekanan eksploitasi sumber daya ikan yang juga semakin intensif. Jika tidak
dikelola secara bijaksana maka sangat dikhawatirkan pemanfaatan sumberdaya secara
intensif akan mendorong usaha perikanan ke jurang kehancuran (Widodo dan Suadi,2006 :2)
Hasil olahan ikan tradisional berpotensi untuk diekspor. Namun, hingga saat ini belum
banyak yang berminat mengembangkan pengolahan ikan secara tradisional tersebut untuk
diekspor. Pengolahan yang ada saat ini masih sebatas untuk memenuhi kebutuhan lokal,
sehingga potensi pasar ekspor hasil olahan ikan tradisional belum dimanfaatkan secara
maksimal. Kalaupun sekarang ini ada yang mengekspor hasil olahan ikan tradisional, itu
dilakukan oleh pengepul, bukan pemilik usaha pengolahan ikan tradisional. Tidak
berkembangnya usaha pengolahan ikan tradisional, antara lain disebabkan budaya masyarakat
Indonesia yang selama ini kurang menghargai hasil olahan ikan tradisional
(http://www.trobos.com/show_article)
Pengolah ikan tradisional umumnya tidak mempunyai akses pasar yang bagus. Oleh karena
itu, mereka sangat tergantung kepada pedagang perantara yang memang lebih menguasai
marjin keuntungan pengusaha pengolahan ikan tradisional semakin sedikit, kalau
permasalahan tersebut diperbaiki, pihaknya yakin hasil olahan ikan tradisional dari Indonesia
sebenarnya mudah menembus pasar ekspor. Negara yang komunitas Asianya tinggi
merupakan pasar potensial untuk ekspor olahan ikan tradisional, terutama ikan asin. Timur
Tengah selama ini mendatangkan ikan asin dari Filipina dan Thailand
(http://www.warintek.ristek.go.id/pangan_kesehatan/pangan/piwp/ikan_asin_basah.).
2.1.3. Penelitian-Penelitian Sebelumnya
Berdasarkan hasil penelitian Dumora Agustina (2004) mengenai Analisis Ekonomi Usaha
Pengolahan Ikan Asin di kelurahan Belawan Bahari, kecamatan Medan Belawan, kotamadya
Medan, propinsi Sumatera Utara bahwa bahan baku yang digunakan dalam penolahan ikan
asin adalah ikan segar yang dapat diperoleh dari tempat pelelangan ikan (gabion). Biaya
bahan baku berdasarkan jenis ikan, untuk biaya terbesar terdapat pada ikan lidah Rp
4.250.000 / 1000kg dan diikuti oleh ikan gulama Rp 1.886.111,11. Bahan pembantu yang
digunakan dalam usaha pengolahan ikan asin adalah garam dan tawas. Penggunaan garam
yang dianjurkan untuk digunakan adalah 20-35 % dari jumlah bahan baku yang akan diolah.
Berdasarkan jenis ikan untuk pemakaian garam tertinggi terdapat pada ikan lidah yaitu Rp
129.166,67 diikuti ikan gulama Rp 82.297,98 sedangkan untuk pemakaian tawas tertinggi
Menurut Dumora, didaerah penelitian usaha pengolahan ikan asin, harga ditentukan oleh
pengusaha ikan asin (penjual) sehingga kedudukan penjual dalam tawar-menawar adalah
penentu harga (price maker) namun untuk ikan asin yang dijual ke pusat pasar maka harga
ditentukan oleh pembeli (agen) sehingga kedudukan penjual adalah penerima harga (price
taker). Kisaran harga ikan gulama Rp 5.000,00 – Rp 8.500,00/ kg ikan asin, untuk ikan lidah
Rp 8.000,00 – Rp 12.000/kg dan ikan gabus Rp 10.000 – 12.000/kg.
Berdasarkan hasil penelitian Aristo Edward (2004) mengenai Sistem Pemasaran Ikan Asin di
kelurahan Belawan Bahari, kecamatan Medan Belawan, kotamadya Medan bahwa pengolah
langsung menjual produksinya ke pedagang besar di Medan dan pedagang pengecer di
Belawan. Rata-rata pembelian ikan asin oleh pedagang besar medan dalam satu bulan adalah
7.353,1 kg, sedangkan pedagang pengecer di Belawan rata-rata sebesar 1.548 kg. baik
pedagang besar Medan dan pedagang pengecer Belawan melakukan fungsi-fungsi pemasaran
yaitu pembelian, penjualan, packing, pembiayaan, grading, sortasi serta marketing loss.
Kemudian ikan asin yang sudah dikemas siap dijual ke pedagang pengecer yang ada
dipasaran.
Menurut Aristo Edward (2004) struktur pasar yang terjadi untuk masing-masing saluran
pemasaran di daerah penelitian berdasarkan jumlah pedagang maupun pembelinya saat terjadi
proses jual beli ikan asin tersebut. Ada beberapa struktur pasar yang terjadi untuk
masing-masing saluran pemasaran yaitu pasar oligopoly adalah struktur pasar dimana terdapat
beberapa penjual dan banyak pembeli dan harga jual ditentukan oleh penjual. Pada pasar
jual senantiasa ditentukan oleh pembeli, sedangkan pasar monopsoni adalah pasar dimana
terdapat banyak penjual dan hanya satu pembeli, haga jual senantiasa ditentukan secara
sepihak. Berdasarkan penelitian di dapat bahwa pasar yang terjadi adalah paar ologopsoni,
sedangkan dari pedagang besar ke pedagang pengecer terdapat cukup banyak pembeli,
sehingga struktur pasal terjadi adalah oligopoli.
2.2. Landasan Teori
Tataniaga disebut juga pemasaran. kata pemasaran mungkin diterjemahkan dari marketing.
Namun arti luas tataniaga tidak sama dengan pemasaran. Tataniaga mempunyai arti yang
lebih luas dibandingkan dengan pemasaran. kata pemasaran terkesan hanya jual-beli,
sedangkan tataniaga terlibat bagaimana menata, mengatur, melaksanakan niaga (bisnis). Kata
niaga berarti jual-beli dengan seluk beluk aturan mainnya. Didalam kata menata termasuk
pula aspek pengelolaanya, sehingga dalam tataniaga sudah tercakup proses, pengorganisasian
dan lain-lain (Gultom, 1996 :1)
Salah satu faktor yang tidak boleh diabaikan dalam usaha tani adalah memilih secara tepat
saluran tataniaga (channel of marketing) yang akan digunakan dalam rangka penyaluran
barang/ jasa dari produsen ke konsumen. Fungsi dan peranan saluran tataniaga sebagai salah
satu kegiatan pemasaran dalam menyalurkan barang dan jasa merupakan kegiatan yang
dan promosi,yang dilakukan belum dapat dikatakan sebagai usaha terpadu kalau tidak
dilengkapi dengan kegiatan distribusi. Produk dapat bermanfaat dan pada suatu saat pembeli
akan setia pada produk tersebut adalah bilamana setiap produk yang dibutuhkan, pembeli
dapat memperolehnya dengan mudah di tempat yang diinginkan atau yang terdekat. Oleh
karena itu, diperlukan saluran tataniaga sehingga apabila konsumen membutuhkan produk
sehingga dapat terjangkau oleh konsumen (Angipora,1999 : 191-193).
Proses penyaluran produk dari produsen ke konsumen akhir dapat menggunakan saluran yang
panjang ataupun pendek sesuai dengan kebijaksanaan saluran tataniaga (channel of
marketing) yang diinginkan.
Ada beberapa bentuk saluran tataniaga yang ada dan digunakan yaitu:
1) Produsen Konsumen
Bentuk saluran ini adalah bentuk yang paling pendek dan sederhana sebab tanpa
menggunakan perantara. Produsen dapat menjual barang yang dihasilkan melalui pos
atau langsung mendatangi rumah konsumen. Saluran ini disebut sebagai saluran
tataniaga lansung. Bentuk penjualan seperti ini tidak memerlukan tambahan dana yang
akan dipergunakan untuk biaya pengangkutan atau perantara. Bentuk penjualan seperti
ini sangat disenangi konsumen, karena harganya biasanya lebih murah dan kualitas bisa
dipertanggungjawabkan.
Dalam saluran ini, produsen menginginkan suatu lembaga lain, maksudnya dalam hal ini
adalah pengecer yang menyampaikan produknya ke konsumen, dimana pengecer
langsung membeli produk tanpa melalui pedagang besar dan menjualnya kepada
konsumen.
3) Produsen Pedagang Besar Pengecer Konsumen
Jenis saluran tataniaga ini dilaksanakan oleh produsen yang tidak ingin menjual secara
langsung tatapi menginginkan suatu lembaga guna menyalurkan produknya, sehingga
dalam hal ini produsen menjual kepada pedagang besar saja, kemudian para pedagang
besarlah yang menjual kembali kepada pengecer dan menerusnya ke tanggan konsumen.
4) Produsen Agen Pedagang Besar Pengecer Konsumen
Jenis saluran ini yang sering dipakai para produsen dengan melibatkan agen di
dalamnya. Disini agen funsinya adalah sebagai penyalur yang kemudian mengatur
sistem penjualannya kepada saluran pedagang besar selanjutnya sistem penjualannya
kepada saluran pedagang besar selanjutnya kepada pengecer dan kemudian sampai
ketangan konsumen. Saluran tataniaga ini sering dipergunakan untuk produk yang tahan
lama.
5) Produsen Agen Pengecer Konsumen
Dalam saluran ini produsen memilih agen yang akan dipertemukan produsen untuk
menjalankan kegiatan penjualan kepada pengecer dan selanjutnya pengecer menjual
(Angipora,1999:199-200).
Pasar adalah perangkat pembeli yang aktual dan potensial dari sebuah produk. Para pembeli
ini mempunyai kebutuhan atau keinginan yang sama yang dapat dipuaskan lewat pertukaran.
Semula istilah pasar berarti tempat pembeli dan penjual berkumpul untuk mempertukarkan
barang mereka. Pakar ekonomi menggunakan istilah pasar untuk merujuk pada kumpulan
pembeli dan penjual yang melakukan transaksi dalam kelas produk tertentu seperti dalam
pasar perumahan atau pasar bahan makanan pangan (Kotler dan Amstrong,1997:12).
Lemahnya manajemen pemasaran disebabkan karena tidak mempunyai pelaku-pelaku pasar
dalam menekan biaya pemasaran. Dalam banyak kejadian, besar kecilnya pemasaran
disebabkan oleh :
a. Macam komoditi pertanian
Seperti diketahui sifat barang pertanian adalah “bulky” (volume besar tetapi nilai kecil)
sehingga lebih banyak biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan fungsi-fungsi
pemasaran.
b. Lokasi pengusahaan
Lokasi pengusahaan tanaman pertanian yang terpencil iakan mengundang tambahan
biaya tranportasi dan akan berakibat semakin besarnya biaya pemasaran.
Lembaga pemasaran yang terlalu banyak terlibat dalam mekanisme pemasaran juga akan
menambah biaya pemasaran. Apalagi kalau cara kerja system pasar tersebut belum
sempurna.
d. Efektivitas pemasaran.
Efektivitas pemasaran menyangkut efisiensi pemasaran.
(Soekatawi,1988:2)
Lembaga tataniaga / pemasaran melakukan fungsi tataniaga yang meliputi:
A. Fungsi Pertukaran
1. Pembelian (buying) adalah memilih barang-barng yang dibeli untuk dijual
dengan harga dan kualitas produk tertentu.
2. Penjualan (selling) adalah sumber pendapatan yang diperlukan untuk
menutupi ongkos-ongkos dengan harapan mendapatkan laba.
B. Fungsi fisik
1. Penyimpanan (storage) adalah fungsi penyimpanan barang-barang pada saat
barang selesai diproduksi sampai pada saat barang dikonsumsi.
2. Pengangkutan (transportasi) adalah fungsi pemindahan barang dari tempat
barang dihasilkan ketempat barang dikonsumsi.
3. Pengolahan (processing) adalah fungsi pengolahan barang dari yang belum
diolah (bahan baku) menjadi barang yang talah jadi atau bahkan siap
dikonsumsi.
1. Pengepakan (packing) adalah fungsi pengemasan atau pengepakan
barang-barang pada saat selesai diproduksi sampai pada saat barang-barang dikonsumsi .
2. Pembiayaan (financing) adalah fungsi mendapatkan modal dari sumber
ekstern guna menyelenggarakan kegiatan pemasaran
3. Grading adalah penentuan batas-batas dasar dalam pembentukan spesifikasi
barang-barang hasil manufaktur.
4. Marketing Loss adalah fungsi menghindari dan mengurangi resiko yang
berkaitan dengan pemasaran.
5. Informasi (market information) adalah fungsi untuk mengumpulkan dan
penafsiran keterangan-keterangan tentang macam yang dibutuhkan konsumen,
harga dan sebagainya.
(Mubyarto, 1977:141).
Biaya tataniaga terjadi sebagai konsekuensi logis dari pelaksanaan fungsi-fungsi tataniaga.
Biaya tataniaga ini menjadi bagian tambahan harga pada barang-barang yang harus
ditanggung oleh konsumen. Komponen biaya tataniaga terdiri dari semua jenis pengeluaran
yang dikorbankan oleh setiap middleman dan lembaga tataniaga yang berperan secara
langsug dan tidak langsung dalam proses perpindahan barang dan keuntungan (profit margin)
yang diambil oleh middleman atas jasa modalnya (Gultom, 1996 : 64).
Harga suatu barang / jasa tertentu adalah suatu tingkat penilaian yang pada tingkat itu barang
yang bersangkutan dapat ditukarkan dengan sesuatu yang lain, apapun bentuknya. Itulah
permintaan / penawaran menunjukan hubungan yang erat antara harga dengan barang yang
diminta/ditawarkan. Permintaan adalah keinginan yang disertai dengan kesediaan serta
kemampuan untuk membeli barang yang bersangkutan. Permintaan akan suatu jenis barang
ialah jumlah-jumlah barang itu yang pembeli bersedia membelinya pada tingkat harga yang
berlaku pada suatu pasar tertentu dan dalam waktu yang tertentu pula. Sedangkan penawaran
akan sesuatu jenis barang adalah jumlah-jumlah barang itu yang penjual bersedia
menawarkannya pada tingkat harga yang berlaku pada suatu pasar (Rosyidi,1995: 237-289).
Penyebaran harga (price spread) adalah sebuah ukuran lain dari pada marjin pemasaran.
Penyebaran harga (price spread) pertanian tidak secara sederhana perbedaan di antara
pertanian dan harga makanan eceran. Akan tetapi, penyebaran harga adalah sebuah perbedaan
diantara harga pengeceran per unit dan nilai pertanian daripada sebuah jumlah yang ekuivalen
dari makanan yang diperjualkan oleh petani. Share petani dihitung dari penyebaran harga
pertanian adalah nilai pertanian yang diekspressikan sebagai sebuah persentase dari harga
pengeceran makanan. Share margin dianggap secara lebar sebagai sebuah ukuran dari
kelayakan harga pertanian dan efisiensi pemasaran (Uhl and Kohl,1980: 230-233).
Dikatakan pasar yang tidak efisien akan terjadi kalau :
a. Biaya pemasaran semakin besar.
b. Nilai produk yang dipasarkan jumlahnya tidak terlalu besar.
Oleh karena itu, efisiensi tataniaga akan terjadi kalau :
2. Persentase perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen tidak terlalu
tinggi.
3. Tersedianya fasilitas fisik pemasaran.
4. Adanya kompetisi pasar yang sehat.
(Soekartawi, 1988 : 3)
Ikan asin adalah bahan makanan yang terbuat dari daging
menambahkan banyak
membusuk dalam waktu singkat dapat disimpan di suhu kamar untuk jangka waktu
berbulan-bulan, walaupun biasanya harus ditutup rapat. Pengolahan hasil yang baik yang dilakukan
produsen dapat meningkatkan nilai tambah dari hasil perikanan yanag diproses. Pengusaha
yang mempunyai fasilitas pengolahan hasil dan mempunyai kemampuan memanfaatkan
bisnis bidang perikanan dapat memperoleh nilai tambah karena ikan asin ini mampu
menembus pasar baik domestik maupun luar negeri.
Dalam proses produksi, pengolahan ikan asin membutuhkan biaya produksi. Adapun biaya
produksi yang dikorbankan oleh nelayan pengolah adalah biaya bahan baku yaitu ikan segar,
biaya tenaga kerja, dan biaya pengolahan seperti tawas dan garam. Biaya-biaya tersebut akan
mempengaruhi harga jual ikan asin. Harga ikan asin olahan berfluktuasi mengikuti harga ikan
segar yang digunakan sebagai bahan baku. Dengan kondisi seperti ini tingkat keuntungan
yang didapat pengolah sangat tergantung dari harga ikan segar. Pada musim ikan, jumlah
ikan sangat banyak dan menyebabkan harga ikan segar turun hal ini mendorong ikan asin
kering meperbesar skala usahanya.
Tataniaga termasuk ke dalam aktivitas ekonomi yang sangat penting. Sebagai bagian dari
aktivitas ekonomi distribusi. Tataniaga merupakan urat nadi penghubung yang interaktif dari
produsen ke konsumen. Semakin panjang saluran tataniaga maka akan menghasilkan nilai
barang yaitu nilai guna tempat, nilai guna waktu, nilai guna bentuk dan nilai guna
kepemilikan.
Pada umumnya nelayan tidak menjual sendiri hasil produksinya ke pasar kota besar ataupun
ke luar negeri. Hal ini disebabkan oleh adanya keterbatasan yang dimiliki oleh petani seperti :
alat transportasi, fasilitas penyimpanan, pengepakan, pengolahan, dan kegiatan lainnya yang
berhubungan dengan pemasaran komoditas tersebut. Adanya keterbatasan tersebut
mendorong para petani produesn untuk menjual hasil produksinya kepada pedagang
pengumpul. Kadang-kadang petani juga menjual langsung kepada konsumen pemakai
melalui pasar-pasar di tingkat desa atau pasar di tingkat kecamatan. Tiap-tiap lembaga
melakukan fungsi–fungsi tataniaga yang berbeda-beda yang meliputi: Pembelian, Penjualan,
Pengangkutan, Pengolahan, Penyimpanan, pengepakan ,pemodalan, marketing loss dan
informasi.
Nelayan/ pengolah menjual ikan kepada pedagang besar dan pedagang pengecer.
Masing-masing lembaga tataniaga melakukan fungsi yang mengakibatkan timbulnya biaya
pemasaran. Biaya pemasaran ini dapat mempengaruhi profit serta efisiensi tataniaga dan akan
mempengaruhi harga jual ikan asin pada tiap tataniaga yang terlibat. Hal ini akhirnya akan
berpengaruh pada harga beli pada konsumen akhir. Salah satu kegunaan dai perhitungan
marketing margin (price spread) dan share margin ialah untuk menghitung tingkat efisiensi
Keterangan : : Mempengaruhi / Hubungan
: pelaku Tataniaga
2.4. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan landasan teori yang dibuat maka diajukan beberapa hipotesis berikut :
1) Biaya produksi yang dikeluarkan untuk proses pengolahan ikan asin tinggi di daerah
penelitian.
2) Terdapat beberapa saluran (channel of marketing) tataniaga ikan asin mulai dari
produsen dalam artian nelayan/ pengolah sampai kepada konsumen akhir.
3) Terdapat lebih dari satu fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan oleh masing-masing
lembaga tataniaga ikan asin di daerah penelitian.
4) Ada perbedaan share margin pada masing-masing lembaga tataniaga ikan asin di daerah
penelitian.
5) Penyampaian ikan asin mulai dari tingkat produsen sampai kepada konsumen akhir
III. METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian
Penentuan daerah penelitian dilakukan secara Purposive Sampling yaitu di kecamatan
Medan Belawan kelurahan Belawan Bahari dengan pertimbangan bahwa daerah penelitian
merupakan salah satu daerah penghasil ikan asin terbesar dan dekat dengan laut sehingga
mudah mendapatkan ikan segar yang akan diolah menjadi ikan asin. Purposive Sampling
adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Peneliti akan berusaha agar
dalam sampel itu terdapat wakil-wakil dari segala lapisan populasi dengan demikian
diusahakan agar sampel itu memiliki ciri-ciri yang essensial dari populasi sehingga dapat
dianggap cukup representatife (Sugiyono,2008).
3.2. Metode Penentuan Sampel
Sampel dimulai dengan cara menelusuri saluran tataniaga mulai dari pangkal rantai
tataniaga yaitu pengolah yang terdapat di kelurahan Belawan Bahari sampai pada konsumen
akhir.
1) Produsen
Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah metode Simple Random
Sampling (Sampling Acak Sederhana) dimana jumlah sampel ditetapkan dengan metode
n = N
1+N (e)²
Keterangan
n = Ukuran sampel penelitian (jiwa)
N = Ukuran populasi (Jiwa)
e = persen kelonggaran ketidaktelitian pengambilan sampel (%) dimana e = 10%
(Sevilla,C.G. 1993).
Sampel dalam penelitian ini yaitu pengolah ikan asin dimana jumlah populasi pengolah
ikan asin yang terdapat di kelurahan Belawan Bahari sebanyak 57 kk dan untuk sampel
penelitian hanya akan diambil sebanyak 36 kk yang diperoleh dengan perhitungan
sebagai berikut:
n = 57 kk
1+ 57 kk(0,1)²
= 36,30 kk
= 36 kepala keluarga (kk)
2) Pedagang
Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel pedagang adalah metode Insidental.
dalam tataniaga ikan asin adalah : pedagang besar dan pedagang pengecer. Metode
Insidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang
secara kebetulan/ insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel,
bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data
(Sugiyono,2008).
Sampel pedagang adalah orang-orang yang terlibat dalam penyaluran ikan asin dari
nelayan pengolah hingga ke konsumen akhir. Pedagang perantara ditentukan dengan
menggunakan pendekatan “apa saja yang terjadi (what happen the school)” dengan
menelusuri komoditas mulai dari nelayan pengolah ikan asin (produsen) hingga ke
konsumen akhir di daerah penelitian (Cramel and Jensen, 1985).
3.3. Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data
primer melalui wawancara langsung dengan responden dan data sekunder diperoleh dari
lembaga atau instansi terkait seperti dinas perikanan dan kelautan propinsi Sumatera Utara,
dinas perikanan dan kelautan kota medan, kantor kelurahan Belawan Bahari, serta buku-buku
yang mendukung penelitian ini.
3.4. Metode Analisis Data
Data yang diperoleh dari lapangan terlebih dahulu ditabulasi dan selanjutnya dianalisis.
Hipotesis 1 akan diuji dengan menggunakan metode analisis deskriptif yaitu dengan
mengamati biaya produksi yang dikeluarkan untuk proses pengolahan ikan asin di kelurahan
Belawan Bahari, kecamatan Medan Belawan
Hipotesis 2 akan di uji dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu dengan mengamati
saluran tataniaga yang dilalui dari produsen ke konsumen akhir dalam tataniaga.
Hipotesis 3 akan diuji dengan menggunakan metode analisis deskriptif yaitu mengamati
fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan oleh masing-masing lembaga tataniaga ikan asin
dikelurahan Belawan Bahari .
Hipotesis 4 akan diuji dengan menggunakan metode analisis deskriptif dengan menggunakan
tabulasi sederhana yaitu dengan menganalisis hubungan antara harga yang diterima
petani/pedagang dengan harga yang dibayar oleh konsumen yang disebut dengan share
margin.
Adapun formula untuk menghitung Share Margin adalah sebagai berikut:
S = Pp x100% Pk
Keterangan :
S = Share margin dihitung dalam persen
Pp = Harga yang diterima petani dan pedagang
Pk = Harga yang dibayar oleh konsumen akhir
Hipotesis 5 akan diuji dengan metode analisis deskriptif tabulasi sederhana yaitu dengan
menganalisis Efisiensi Tataniaga ikan asin di kelurahan Belawan Bahari.
Adapun formula untuk menghitung Price Spread adalah sebagai berikut :
mji = Psi – Pbi
mji = bti + μi μi = mji –bti
Total margin pemasaran adalah
Mj = Σ mji
Keterangan :
mji = Margin pada lembaga pemasaran tingkat ke-i
Psi = Harga jual lembaga pemasaran tingkat ke-i
Pbi = Harga beli lembaga pemasaran tingkat ke-i
bti = Biaya pemasaran lembaga pemasaran tingkat ke-i
μi = Keuntungan lembaga pemasaran tingkat i
Mji = Total margin pemasaran
Nisbah margin keuntungan = I
bti
Keterangan :
bti = Biaya pemasaran lembaga pemasaran tingkat ke-i
I = Keuntungan lembaga pemasaran tingkat i
Kriteria yang mengatakan bahwa pemasaran tersebut efisien yaitu :
1. Pemasaran akan semakin efisien jika mampu menyampaikan hasil-hasil dari produsen
kepada konsumen dengan biaya yang semurah-murahnya.
2. Pemasaran akan semakin efisien jika mampu mengadakan pembagian yang adil dari
keseluruhan harga yang dibayar konsumen akhir kepada semua pihak yang ikut serta
di dalam kegiatan tataniaga.
3.5. Defenisi dan Batasan Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam penelitian ini maka dibuat defenisi
dan batasan operasional sebagai berikut :
3.5.1. Defenisi
1. Nelayan/ pengolah adalah orang yang menangkap ikan sebagai mata pencaharian dan
mengolahnya menjadi ikan asin.
2. Tataniaga adalah kegiatan ekonomi yang berfungsi membawa atau menyampaikan
barang dari produsen ke konsumen.
3. Lembaga tataniaga adalah orang atau badan usaha yang terlibat dalam proses
tataniaga ikan asin.
4. Saluran tataniaga adalah saluruh chanel bagian tataniaga yang terdiri dari
lembaga-lembaga yang berperan dalam penyampaian barang atau jasa.
5. Pedagang besar adalah pedagang yang membeli ikan asin langsung dari
nelayan/pengolah dan menjualnya kepada pedagang menengah dan pedagang kecil.
6. Pedagang pengecer adalah pedagang yang membeli ikan asin dari pedagang
menengah maupun dari pedagang besar dan menjual langsung ke konsumen.
7. Biaya tataniaga adalah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga tataniaga dalam
menyalurkan ikan asin dari produsen ke konsumen.
8. Share Margin adalah bagian yang diterima nelayan/pengolah yaitu ratio antara harga
jual akhir pada tingkat nelayan/pengolah dengan harga yang dibayar oleh konsumen
akhir.
9. Price Spread adalah sebaran harga atau totalitas harga pada setiap komponen biaya
10.Efisiensi Pemasaran adalah nisbah antara biaya pemasaran dengan nilai produk ikan
asin yang dipasarkan dan dinyatakan dalam persen.
3.5.2. Batasan Operasional
1. Sistem pengolah ikan asin di daerah penelitian yaitu pengolahan ikan asin harian
dimana pengolah/produsen mengolah ikan asin pada pagi hari dan menjual ikan asin
pada siang hari.
2. Ikan yang diolah adalah ikan gulama pisang, Ikan gulama sisik, ikan caru dan ikan
kresek.
3. Pengolah ikan asin di daerah belawan bahari menjual ikan yang telah diolah,langsung
kepada pedagang besar di Medan tepatnya di Sambu dan kepada pedagang pengecer
yang terdapat di kelurahan Belawan Bahari.
4. Penelitian dilakukan di kotamadya Medan kelurahan Belawan Bahari.
IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN
4.1. Deskripsi Daerah Penelitian
4.1.1. Luas Dan Letak Geografis Daerah Penelitian
Penelitian dilakukan di Kelurahan Belawan Bahari, Kecamatan Medan Belawan Kotamadya
Medan. Kelurahan ini memiliki luas 1,69 km2 yang terdiri dari luas pemukiman 1,45 km2,
luas pekarangan 0,15 km2, perkantoran 0,15 km2, luas prasarana umum 0,07 km2 dan 0,1 km2
untuk luas yang lain-lain. Kelurahan ini terdiri dari 12 lingkungan tetapi penelitian hanya
dilakukan di 4 lingkungan yaitu lingkungan II .lingkungan VI, lingkungan VIII,dan
lingkungan X. Penelitian dilakukan di Jarak dari kelurahan ke pusat pemerintah adalah 1 km
dengan jarak tempuh 5 menit. Jarak dari kelurahan ke ibukota adalah 26 km dengan waktu
tempuh 20 menit menggunakan kendaraan bermotor. Penduduk di daerah penelitian
mayoritas suku jawa / sunda dengan jumlah 40.470 orang dan mata pencaharian pokok
mayoritas nelayan (nelayan dan pengolah). Adapun batasan Wilayah Kelurahan Belawan
Bahari, Kecamatan Medan Belawan Kotamadya Medan adalah sebagai berikut:
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Belawan II
- Sebelah Timur berbatasan dengan Bagan Deli
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Sungai Deli Kelurahan Pakan Labuhan
4.1.2. Keadaan Penduduk
Penduduk yang ada didaerah penelitian tergolong heterogen karena di daerah ini terdapat
beberapa suku yaitu suku Melayu, suku Jawa / Sunda, suku Aceh, suku Batak, Dan suku
Minang, akan tetapi di daerah ini didominasi suku Jawa / Sunda. Jumlah penduduk di
Kelurahan Belawan Bahari berjumlah 12.907 orang atau 2.618 KK, yang terdiri dari 6.873
orang pria dan 6.034 orang wanita. Sebaran penduduk Kelurahan Belawan Bahari Kecamatan
Medan Belawan Kotamadya Medan adalah sebagai berikut:
Table 4. 1. Potensi sumber daya manusia menurut kelompok umur tahun 2008
No Umur (Tahun) Jumlah (Orang)
Sumber : Kantor Lurah Belawan Bahari Tahun 2008
Tabel 4.1. menunjukkan bahwa penduduk di Kelurahan Belawan Bahari Kecamatan Medan
Belawan Kotamadya Medan kelompok umur <10 tahun merupakan jumlah penduduk
terbanyak yaitu sebesar 3.008 jiwa. Sedangkan kelompok umur > 59 tahun memiliki jumlah
4.1.3. Sosial Ekonomi
Mata pencaharian penduduk di daerah penelitian adalah nelayan, selain itu ada juga yang
bekerja sebagai wiraswasta dan Pegawai negeri. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut:
Tabel 4.2. Mata pencaharian pokok Kelurahan Belawan Bahari Kecamatan Medan Belawan Kotamadya Medan tahun 2008
No Mata Pencaharian Jumlah (orang)
1 Nelayan 1.015
Sumber : Kantor Lurah Belawan Bahari Tahun 2008
Tabel 4.2. menunjukkan bahwa mayoritas penduduk di Kelurahan Belawan Bahari
peikanan / nelayan sebanyak 1.015 jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas perekonomian
kelurahan didominasi oleh sektor perikanan.
4.1.4. Pendidikan
Penduduk di kelurahan belawan bahari mayoritas tidak mengutamakan pendidikan. Hal ini
dapat dilihat dari banyaknya jumlah yang hanya tamat SD/ sederajat dan jumlah yang tidak
tamat sekolah baik yang pernah sekolah ataupun yang tidak pernah sekolah sama sekali.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.3. Potensi sumber daya manusia menurut kelompok pendidikan tahun 2008
No Pendidikan Jumlah (orang)
1 Belum sekolah 1.817
2 Usia 7-45 Tahun Tidak Pernah Sekolah 39
3 Pernah Sekolah SD Tapi Tidak Tamat 1630
4 Tamat SD 2.237
Sumber : Kantor Lurah Belawan Bahari Tahun 2008
Tabel 4.3. menunjukkan bahwa sebahagian besar penduduk di Kelurahan Belawan Bahari
Kecamatan Medan Belawan Kotamadya Medan sudah hanya tamat SD yaitu terdapat hanya
4.1.5. Sarana dan prasarana
Adapun sarana dan prasarana yang terdapat di Kelurahan Belawan Bahari dapat dilihat pada
tabel 4.4 dibawah ini:
Tabel 4.4. Sarana dan prasarana di kelurahan Belawan Bahari
No Sarana dan Prasarana Jumlah
1. Fasilitas kesehatan
- Puskesmas pembantu
- Poliklinik / balai pengobatan
- Posyandu
2. Fasilitas pendidikan
4. Transportasi
- Angkot (bus umum)
- Sepeda Motor (ojek)
- Becak
Sumber : Kantor Lurah Belawan Bahari Tahun 2008
Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa sarana dan prasarana sudah cukup lengkap dikelurahan
belawan bahari sebab sudah terdapat sarana pendidikan mulai dari tingkat TK s/d SLTA.
Sarana kesehatan juga sudah lengkap walaupun masih puskesmas pembantu. Begitu juga
sarana transportasi, bus umum (angkot) sudah tersedia. Tempat ibadah juga sudah tersedia
untuk beribadah.
4.2. Karakteristik Sampel
4.2.1. Produsen Sampel (Pengolah Ikan Asin)
Pengolah ikan asin merupakan pengolah yang melakukan usaha secara perorangan.
Pengolahan, penjemuran dan bak penampungan ikan segar dilakukan di pekarangan
masing-masing. Pengolah ikan asin dikelurahan Belawan Bahari menjual produksinya ke pedagang
besar di medan dan pedagang pengecer di Belawan. Adapun karakteristik produsen dalam
penelitian ini meliputi umur, lama pendidikan, jumlah tanggungan, pengalaman berusaha dan
volume pengolahan. Karakteristik produsen sampel dapat dilihat pada tabel 4.5 :
No. Uraian Satuan Range Rataan
1. Umur Tahun 22-64 42
2. Pengalaman Tahun 2-18 6
3. Pendidikan Tahun 6-16 9
4. Jumlah tanggungan Jiwa 0-9 3
5 Volume pengolahan Kilogram 57,2-94,76 73,68
Sumber : Analisis Data Primer 2009 (Lampiran 1)
Dari tabel dapat diketahui, rata-rata umur produsen sampel di Kelurahan Belawan Bahari
adalah 42 tahun menunjukkan bahwa produsen sampel masih tergolong dalam usia yang
produktif. Rata-rata lama pendidikan produsen sampel di Kelurahan Belawan Bahari adalah 9
tahun atau lulus SLTP hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan produsen sampel sudah
tinggi sehingga mempengaruhi cara mereka berpikir dalam berusaha. Setiap kepala keluarga
produsen sampel memiliki jumlah tanggungan sebanyak 3 jiwa jumlah tanggungan keluarga
akan berpengaruh terhadap distribusi pendapatan usahanya. Volume pengolahan ikan asin
yang akan dijual adalah 76,68 kg dengan nterval 57,2-94,76 kg.
4.2.2. Pedagang Sampel
a. Pedagang Besar
Pedagang Besar adalah pedagang yang membeli ikan asin dari produsen yang berada di
Karakteristik pedagang Besar meliputi umur, lama pendidikan, pengalaman,dan volume
penjualan. Dapat dilihat pada tabel 4.6.
Tabel 4. 6. Karakteristik pedagang besar
No. Uraian Satuan Range Rataan
1. Umur Tahun 28-50 40
2. Lama Pendidikan Tahun 6-12 10
3. Pengalaman Tahun 15-22 17,5
4. Volume penjualan Kilogram 1050-1450 1231,25
Sumber : Analisis Data Primer 2009 (Lampiran 2)
Dari table 4.6 dapat dilihat bahwa rata-rata umur pedagang grosir adalah 40 tahun dengan
interval 28-50 tahun. Rata-rata lama pendidikan adalah 10 tahun atau lulus SMP. Rata-rata
pengalaman sebagai pedagang grosir adalah 17,5 tahun dengan interval 15-22 tahun dan
volume penjualan pedagang besar adalah 1231,25 kg dengan interval 1050-1450 kg.
b. Pedagang Pengecer
Pedagang pengecer pada penelitian ini adalah pedagang yang membeli ikan asin dari baik
langsung dari pengolah ikan asin ataupun dari pedagang besar lalu menjualnya kembali
kepada konsumen. Penjualan pedagang pengecer yaitu dalam bentuk kiloan atau ons
tergantung dari permintaan konsumen. Karakteristik pedagang pengecer meliputi umur, lama
pendidikan, pengalaman berusaha, dan volume penjualan dapat dilihat pada tabel 4.7 :
No. Uraian Satuan Range Rataan
1. Umur Tahun 30-48 38
2. Lama Pendidikan Tahun 6-12 10
3. Pengalaman Tahun 10-27 17,2
4. Volume penjualan Kilogram 50-180 110,71
Sumber : Analisis Data Primer 2009 (Lampiran 3)
Dari tabel 4.7 dapat dilihat bahwa rata-rata umur pedagang pengecer adalah 38 tahun dengan
interval 30-48 tahun. Rata-rata lama pendidikan adalah 10 tahun dengan interval 6-12 tahun.
Rata-rata pengalaman sebagai pedagang pengecer adalah 17,2 tahun dengan interval 10-27
tahun dan volume penjualan pedagang pengecer adalah 110,71 kg dengan interval 50-180 kg.
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Proses pengolahan ikan asin di daerah penelitian
Berdasarkan bentuknya, ikan asin di daerah penelitian terbagi atas dua yaitu ikan asin yang
bulat dan ikan asin yang dibelah. Ikan asin bulat adalah ikan asin yang utuh (tanpa dibelah)
sedangkan ikan asin belah adalah ikan asin yang dibelah atau tubuhnya dibagi dua. Perbedaan
pada kedua jenis ikan asin tersebut tidak hanya pada bentuk ikan asinnya tetapi juga pada
proses pengolahan khususnya pada penggunaan bahan penunjang. Dimana ikan asin yang
bulat menggunakan tawas dan garam sedangkan ikan asin yang belah hanya menggunakan
garam untuk proses pengolahan. Dengan demikian untuk pertama sekali akan dijelaskan
Gambar 1. Ikan asin yang dibelah Gambar 2. Ikan Asin Bulat
5.1.1. Proses pengolahan ikan asin yang bulat di daerah penelitian
Tahapan pengolahan ikan asin yang bulat yaitu terdiri dari :
1) Penyediaan bahan baku dan bahan penunjang.
Bahan baku yang digunakan dalam pengolahan ikan asin bulat adalah ikan gulama pisang dan
ikan kresek. Ikan yang akan diproses sebaiknya dipisahkan berdasarkan jenis, tingkat
kesegaran dan ukuran ikannya. Hal ini dilakukan agar penetrasi garam pada saat
penggaraman berlangsung. Ikan asin bulat lebih sering dilakukan oleh pengolah di dareah
penelitian yang bertujuan untuk menghemat biaya produksi khususnya biaya tenaga kerja
Bahan penunjang pada pengolahan ikan asin yang bulat adalah garam dan tawas. Garam
yang digunakan sebanyak 10 – 25 % dari berat total ikan yang akan diproses, tergantung
tingkat keasinan yang diinginkan. Sebaiknya, gunakan garam murni (NaCl 99%) agar ikan
asin berkualitas baik. Sedangkan tawas yang digunakan yaitu lebih sedikit bila dibandingkan
dengan garam kira-kira 3% dari bahan baku dari banyaknya garam. Tawas digunakan pada
jenis ikan asin bulat yaitu agar ikan tidak busuk dan dapat mempercepat proses pengeringan
khususnya pada bagian dalam ikan.
2) penyiangan, pembersihan dan penimbangan.
Setelah ikan dipisahkan berdasarkan kesegaran dan ukuran, maka ikan perlu dilakukan
penyiangan dengan membuang isi perut, insang dan sisik setelah itu bagian tubuh ikan tidak
dibelah atau dibiarkan bulat. Proses pencucian dilakukan dengan air bersih yang mengalir,
agar ikan benar-benar bersih setelah itu ikan ditiriskan dalam wadah keranjang plastik atau
bambu yang telah disediakan. Pada proses penirisan ini, ikan disusun rapi dengan perut
menghadap ke bawah agar tidak ada air yang menggenang dirongga perutnya –Setelah ikan
agak kering, timbanglah ikan agar dapat mengetahui jumlah garam yang diperlukan dalam
proses penggaraman.
Sebagai media penggaraman gunakan larutan garam dengan konsentrasi tertetu, tergantung
tingkat keasinan yang diinginkan. Bila proses perendaman akan menghabiskan waktu lebih
dari 24 jam, gunakan larutan garam yang lewat jenuh agar kemampuan menarik cairan dalam
tubuh ikan menjadi lebih besar dan cepat. Dengan menggunakan larutan lewat jenuh, maka
tidak diperlukan lagi penambahan garam pada saat penggaraman sedang berlangsung.
Susunlah ikan dengan rapi secara berlapis didalam wadah yang telah disediakan. Tambahkan
larutan garam yang sudah dibuat sampai semua yang terendam . Tutup bak dengan papan
dan diberi pemberat supaya semua ikan tetap terendam dalam larutan garam. Bila konsentrasi
cairan didalam dan di luar tubuh ikan sudah sama, Maka proses penggaraman dianggap
selesai.
4) Penjemuran.
Ikan yang telah siap proses penggaraman kemudian dicuci sampai bersih. Setelah di cuci,
ikan disusun ditempat pengeringan dengan rapi supaya panas bisa diterima seluruh tubuh ikan
secara merata dalam periode waktu tertentu khususnya bagian dalam ikan sehingga tidak
busuk. Proses penjemuran bisa berlangsung 1 – 3 hari tergantung intensitas cahaya matahari.
5) Pengemasan.
Ikan yang telah kering kemudian disortir berdasarkan kualitas dan jenis ikannya kemudian
simpan ditempat yang aman dan sejuk untuk menghindari proses pengurangan mutu selama
lembab dan tidak panas). Ikan asin dikemas dalam goni yang berukuran yaitu goni bermuatan
30 kg, 50 kg dan 120 kg. Setelah ikan asin dimasukkan ke dalam goni lalu goni tersebut
dijahit dengan tali plastik hitam dan siap untuk dipasarkan.
5.1.2. Proses pengolahan ikan asin yang belah di daerah penelitian
Adapun tahapan pengolahan ikan asin yang belah yaitu terdiri dari :
1) penyediaan bahan baku dan bahan penunjang.
Bahan baku yang digunakan dalam pengolahan ikan asin belah adalah jenis ikan gulama
pisang, gulama sisik dan ikan caru. Ikan yang akan diproses sebaiknya dipisahkan
berdasarkan jenis, tingkat kesegaran dan ukuran ikannya. Hal ini dilakukan untuk penetrasi
garam pada saat penggaraman berlangsung. Biasanya ikan yang digunakan dalam pengolahan
ikan asin yang dibelah yaitu ikan yang berukuran besar. Hal ini dikarenakan jika ikan tersebut
dibelah maka ikan tidak akan hancur dan jika ikan yang berukuran besar tidak dibelah, maka
proses penjemuran tidak akan sempurna (bagian dalam ikan tidak kering).
Bahan penunjang pada pengolahan ikan asin yang bulat adalah garam. Garam yang agak
lebih banyak bila dibandingkan dengan ikan asin bulat yaitu sebanyak 20 – 35 % dari berat
total ikan yang akan diproses, tergantung tingkat keasinan yang diinginkan. Sebaiknya,
gunakan garam murni (NaCl 99%) agar ikan asin berkualitas baik.bahan penunjang lain